SEL SURYA BERBASIS FILM SEMIKONDUKTOR Ba X Sr (1-X) TiO 3 DENGAN X= 0,5 ; 0,6 ; 0,7 ; 0,8 IRVAN RADITYA PUTRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEL SURYA BERBASIS FILM SEMIKONDUKTOR Ba X Sr (1-X) TiO 3 DENGAN X= 0,5 ; 0,6 ; 0,7 ; 0,8 IRVAN RADITYA PUTRA"

Transkripsi

1 SEL SURYA BERBASIS FILM SEMIKONDUKTOR Ba X Sr (1-X) TiO 3 DENGAN X= 0,5 ; 0,6 ; 0,7 ; 0,8 IRVAN RADITYA PUTRA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 ABSTRAK IRVAN RADITYA PUTRA. Sel Surya Berbasis Film Semikonduktor Ba X Sr (1-X) TiO 3 X = 0,5 ; 0,6 ; 0,7 ; 0,8. Dibimbing oleh Dr. Ir. Irzaman, M.Si dan Dr. Husin Alatas, M.Si Pembuatan sel surya dapat dilakukan dengan berbagai proses dan material. Sel surya pada penelitian ini dibuat dengan metode sol-gel process menggunakan material Barium Stronsium Titanat (BST) dengan rumus kimia Ba x Sr (1-x) TiO 3 dan dilakukan variasi nilai fraksi molnya yaitu x = 0,5 ; 0,6 ; 0,7 ; 0,8 dan variasi terhadap ukuran dari prototipe sel suryanya. Variasi yang dilakukan menimbulkan hasil karakterisasi yang berbeda-beda. Karakterisasi yang dilakukan ialah karakterisasi I-V, konstanta dielektrik, konduktivitas listrik, dan fotovoltaik. Dari hasil karakterisasi I-V diperoleh bentuk grafik I-V yang hampir sama untuk semua sampel. Lalu dari konstanta dielektrik diperoleh hasil bahwa untuk semua sel surya diperoleh nilai yang berbeda-beda. Sedangkan untuk karakterisasi konduktivitas listrik dapat diketahui bahwa untuk semua sampel sel surya ketika intensitas cahaya yang diberikan semakin besar maka konduktivitas listriknya juga semakin besar. Terakhir untuk karakterisasi fotovoltaik didapatkan bahwa untuk satu buah sel tidak diperoleh nilai arus dan tegangannya sehingga untuk karakterisasi ini empat buah sel surya diparalelkan, dari hasil karakterisasi fotovoltaik ini akan diperoleh nilai daya maksimum, fill faktor, dan efisiensi. Untuk efisiensi ini nilainya ditentukan menggunakan hasil karakterisasi dan dari perhitungan secara teori dari tinjauan persamaan Landau-Chalatnikov. Kata kunci: Sel surya, Barium Stronsium Titanat (BST), karakterisasi sel surya

3 SEL SURYA BERBASIS FILM SEMIKONDUKTOR Ba X Sr (1-X) TiO 3 DENGAN X= 0,5 ; 0,6 ; 0,7 ; 0,8 IRVAN RADITYA PUTRA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Fisika DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

4 Judul Nama NIM : Sel Surya Berbasis Film Semikonduktor Ba x Sr (1-x) TiO 3 dengan x = 0,5 ; 0,6 ; 0,7 ; 0,8 : Irvan Raditya Putra : G Departemen : Fisika Menyetujui Pembimbing 1 Pembimbing 2 Dr. Ir. Irzaman, M.Si NIP Dr. Husin Alatas, M.Si NIP Mengetahui Ketua Departemen Fisika Dr. Akhiruddin Maddu NIP: Tanggal lulus:

5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul Sel Surya Berbasis Film Semikonduktor Ba x Sr (1-x) TiO 3 dengan x = 0,5 ; 0,6 ; 0,7 ; 0,8. Hasil penelitian ini disusun agar penulis dapat menyelesaikan tugas akhir di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2011 September Akhir kata, mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan tentunya penulis sangat mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang membangun dalam usaha pengembangan aplikasi material ini. Bogor, Desember 2012 Penulis

6 UCAPAN TERIMA KASIH 1. Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan ridha-nya sehingga alhamdulillahirabbrilalamin skripsi ini dapat selesai. 2. Muhammad Salallohu alaihi wassalam rahmatan lil alamin yang telah memberikan inspirasi dan suri tauladan yang baik kepada penulis khususnya dan seluruh alam semesta umumnya. 3. Bapak Asep Saripudin dan Ibu Juli Astuti, sosok orang tua yang selalu memberi kasih sayang dan motivasi lahir batin kepada penulis. 4. Adik - adik penulis yang tercinta Billy Dwi Octavianto dan Jerry Syarif. 5. Bapak Dr. Ir. Irzaman, M.Si dan Bapak Dr. Husin Alatas sebagai Pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingannya selama perkuliahan, penelitian hingga sidang sarjana. 6. Bapak Drs. Muh Nur Indro, M.Sc yang telah memberikan kemudahan dalam merevisi skripsi penulis. 7. Ibu Mersi Kurniati, M.Si yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun sehingga skripsi ini menjadi lebih baik dari sebelumnya. 8. Bapak Firman dan Bapak Jun atas bantuannya dalam administrasi di departemen fisika. 9. Anak Komplek Hadi Ardian, Maman Rohaman, Farqan Thanzala, Andri Gunawan, Zainal Muttaqin, Ahmad Khakim, Firmansyah, Lutfi Lestyoaji, Roy Nizar, Fery Nurdin, Doni Kurniawan, Hening Pram. 10. Nia Sarastika, Herwandi Saputra, Khafit Pratama, dan Ella Rahmadani rekanrekan satu bimbingan penelitian. 11. Rekan-rekan Futsal IPB dan Soccer IPB serta coach Entis Sutisna atas supportnya. 12. Ranger Balebak Hutomo Triasmoro, Jaka Ahmad Juliarta, Rahmat Hapid, Tenri Tendi Talkanda, Muhamad Wahyu Hidayat, Muhamad Rifkyansyah. 13. Rekan-rekan tim futsal dan soccer Fisika dan Fmipa. 14. Rekan-rekan civitas akademik fisika IPB angkatan 45, 46, 47.

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, 15 Desember 1990 dari pasangan Asep Saripudin dan Juli Astuti. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah Pertama di Ciputat, Tangerang Selatan yaitu TK Al-ikhlas, SD Negeri 3 Ciputat, SMP Negeri 3 Ciputat, dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 90 Jakarta. Penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan di Departemen Fisika Institut Pertanian Bogor (IPB). Saat ini penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sepak Bola IPB sebagai Pemain yang aktif dalam mengikuti berbagai kejuaraan yang diikuti IPB, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Futsal IPB sebagai Wakil Ketua pada periode Penulis juga aktif berwirausaha dalam berbagai usaha yang sudah dijalankan disekitar kampus. Penulis meraih berbagai prestasi di bidang ilmiah, seni, dan olahraga. Di bidang ilmiah, penulis berhasil lolos sebagai proposal yang didanai oleh Dikti dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian, Penulis juga terpilih proposal penelitiannya dalam acara Recognition And Mentoring Program (RAMP) IPB, pada tahun 2012 juga penulis berhasil menjadi mahasiswa berprestasi tingkat departemen. Di bidang seni, penulis aktif mengikuti berbagai festival musik dibeberapa daerah. Di bidang olahraga penulis juga aktif dan berprestasi dalam berbagai kejuaraan sepak bola atau futsal. Saat ini penulis aktif mengajar di beberapa tempat bimbingan belajar disekitar Bogor dan Jakarta.

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR TABEL... x BAB I. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 1 Rumusan Masalah... 1 Hipotesis... 1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 2 Semikonduktor... 2 Barium Stronsium Titanat... 2 Sel Surya... 3 Efisiensi Sel Surya... 4 Fotokonduktivitas... 5 BAB III. METODOLOGI... 6 Waktu dan Tempat... 6 Alat dan Bahan... 6 Prosedur Penelitian... 6 Pembuatan Film BST... 7 Persiapan Substrat (silikon tipe-p)... 7 Pembuatan Larutan BST... 7 Proses Penumbuhan Film... 7 Proses Annealing... 7 Pembuatan Kontak pada Sel Surya Film BST... 7 Pembuatan Program Penghitungan Efisiensi... 8 Karakterisasi... 8 Karakterisasi I-V... 8 Karakterisasi Konduktivitas Listrik... 9 Karakterisasi Konstanta Dielektrik... 9 Karakterisasi Fotovoltaik... 9 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Substrat Pembuatan Larutan BST Proses Penumbuhan Film Proses Annealing Pembuatan Kontak pada Film BST Penghitungan Nilai Efisiensi Karakterisasi I-V Karakterisasi Konduktivitas Listrik Karakterisasi Konstanta Dielektrik Karakterisasi Fotovoltaik BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

9 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Perbedaan sel surya dengan sumber energi lainnya... 3 Tabel 2. Nilai konstanta dielektrik sampel Tabel 3. Data I-V sel surya ukuran 1x1 (x=0,5) Tabel 4. Data I-V sel surya ukuran 1x1 (x=0,6) Tabel 5. Data I-V sel surya ukuran 1x1 (x=0,7) Tabel 6. Data I-V sel surya ukuran 1x1 (x=0,8) Tabel 7. Data I-V sel surya ukuran 2x2 (x=0,5) Tabel 8. Data I-V sel surya ukuran 2x2 (x=0,6) Tabel 9. Data I-V sel surya ukuran 2x2 (x=0,7) Tabel 10. Data I-V sel surya ukuran 2x2 (x=0,8) Tabel 11. Data konduktivitas sel surya BST Tabel 12. Nilai konstanta dielektrik sampel Tabel 13. Data karakterisasi efek fotovoltaik Tabel 14. Data hasil penghitungan nilai efisiensi viii

10 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Proses perpindahan elektron dari level valensi ke level konduksi. 4 Gambar 2. Proses perpindahan elektron dan hole... 4 Gambar 3. Grafik η m terhadap X Gambar 4. Kurva hubungan arus terhadap tegangan... 5 Gambar 5. Perbedaan material berdasarkan konduktivitas listrik... 6 Gambar 6. Diagram alir penelitian... 6 Gambar 7. Sel surya tampak samping... 8 Gambar 8. Rancangan sel surya tampak atas... 8 Gambar 9. Grafik I-V dioda... 9 Gambar 10. Rangkaian karakterisasi konstanta dielektrik sel surya... 9 Gambar 11. Rangkaian pengukuran karakterisasi fotovoltaik Gambar 12. Hasil proses persiapan substrat Gambar 13. Hasil proses penumbuhan film Gambar 14. Hasil proses annealing Gambar 15. Hasil pembuatan kontak pada sampel Gambar 16. Grafik efisiensi terhadap Xo Gambar 17. Hasil karakterisasi I-V sampel berukuran 1 cm x 1 cm Gambar 18. Hasil karakterisasi I-V sampel berukuran 2 cm x 2 cm Gambar 19. Hasil karakterisasi konduktivitas listrik sampel 1 cm x 1 cm Gambar 20. Hasil karakterisasi konduktivitas listrik sampel 2 cm x 2 cm Gambar 21. Sinyal awal yang muncul di osiloskop Gambar 22. Sinyal pada sampel [x = 0,5 (1cm x 1cm)] Gambar 23. Sinyal pada sampel [x = 0,6 (1cm x 1cm)] Gambar 24. Sinyal pada sampel [x = 0,7 (1cm x 1cm)] Gambar 25. Sinyal pada sampel [x = 0,8 (1cm x 1cm)] Gambar 26. Sinyal pada sampel [x = 0,5 (2cm x 2cm)] Gambar 27. Sinyal pada sampel [x = 0,6 (2cm x 2cm)] Gambar 28. Sinyal pada sampel [x = 0,7 (2cm x 2cm)] Gambar 29. Sinyal pada sampel [x = 0,8 (2cm x 2cm)] Gambar 30. Hasil fotovoltaik untuk 4 buah sel surya yang diparalelkan Gambar 31. Contoh salah satu sinyal yang muncul pada sel surya BST Gambar 32. Program penghitungan nilai efisiensi Gambar 33. Hasil perhitungan program di command window MatLab Gambar 34. Hasil kerja dari program secara keseluruhan ix

11 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data Karakterisasi I-V Lampiran 2. Data Konduktansi(G) dan Perhitungan Konduktivitas Listrik (σ). 23 Lampiran 3. Data Karakterisasi Penghitungan Nilai Konstanta Dielektrik Lampiran 4. Data Karakterisasi Fotovoltaik Lampiran 5. Tinjauan Persamaan Penghitungan Efisiensi Lampiran 6. Data Program Komputasi Penghitungan Nilai Efisiensi x

12 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak penemuan yang dihasilkan oleh para ilmuwan yang terkait dengan teknologi pemanfaatan sumber energi terbarukan. Salah satu penemuan tersebut ialah sel surya (solar cell) yang merupakan piranti elektronik yang mengubah energi foton dari matahari menjadi energi listrik secara langsung, Proses pengubahan ini dikenal sebagai efek fotovoltaik. Teknologi fotovoltaik yang ada saat ini dapat dikatakan telah berkembang dengan pesat karena beberapa faktor pendorong, seperti sudah tidak efisien dan efektifnya lagi sumber energi seperti minyak bumi dan gas alam yang ada saat ini dan didorong pula oleh fakta bahwa suplai energi foton dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sebenarnya sangat luar biasa yaitu mencapai 3 x joule pertahun yang jika dikonversi ke dalam daya besarnya sekitar watt yang mana dengan daya sebesar ini sama saja dengan kali konsumsi energi di dunia. 1 Namun pemanfaatan energi sebesar itu belum dilakukan secara optimal sehingga energi matahari yang luar biasa tersebut belum bernilai lebih untuk kesejahteraan. Pemanfaatan yang belum optimal tersebut terjadi karena keterbatasan teknologi konversi yang dimiki, dan saat ini hanya beberapa negara saja yang sudah dapat memanfaatkan sumber energi dari matahari tersebut dengan teknologi yang dimilikinya. 2 Secara garis besar keterbatasan pemanfaatan energi matahari tersebut dapat disebabkan beberapa hal seperti proses pembuatan sel surya yang sulit karena kurangnya ilmu pengetahuan mengenai teknologi konversi ini dan juga karena mahalnya biaya pembuatan untuk menghasilkan sebuah prototipe tersebut. 3 Oleh karena itu diperlukan sebuah alternatif pembuatan dengan proses yang mudah dan murah serta mengunakan bahan dan alat yang dapat diperoleh di pasaran. Alternatif yang dilakukan dapat diawali dari pemilihan bahan/material yang cocok dan mudah diperoleh. Salah satu yang dapat dilakukan adalah pembuatan sel surya dalam bentuk kristal dengan bahan/ material yang berasal dari material ferroelektrik. 3 Material ferroelektrik terdiri dari senyawa kimia yang kompleks dan sampai saat ini material ini banyak sekali jenisnya, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda tinggal disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaannya di pasaran. 4 Beberapa material ferroelektrik yang ada saat ini seperti Triglycine Sulphate (TGS), Lithium Tantalat (LiTaO 3 ), Lithium Niobate (LiNbO 3 ), NaNO 2, Barium Titanat (BaTiO 3 ), Stronsium Titanat (SrTiO 3 ), Barium Stronsium Titanat (BST) dan masih banyak lagi. 3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah membuat prototipe sederhana sel surya berbasis film semikonduktor Ba x Sr (1- x)tio 3 dengan variasi fraksi mol materialnya dan ukuran dimensi sel surya. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pengaruh variasi fraksi mol dari BST terhadap sifat listrik sel surya yang meliputi konduktivitas listrik, daya maksimum (P max ), efisiensi konversi (η), Fill Factor (FF), dan nilai konstanta dielektrik? 2. Bagaimanakah pengaruh variasi ukuran dari sel surya terhadap sifat listriknya yang meliputi konduktivitas listrik, daya maksimum (P max ), efisiensi konversi (η), Fill Factor (FF), dan nilai konstanta dielektrik? Hipotesis Variasi yang dilakukan terhadap ukuran luas sel surya dan variasi terhadap fraksi mol dari materialnya yaitu Barium Stronsium Titanat (BST) akan mempengaruhi hasil keluaran dari sel surya.

13 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Semikonduktor Semikonduktor merupakan bahan dengan konduktivitas listrik yang berada diantara isolator dan konduktor, dan memiliki energy gap (pita terlarang) yang bernilai sekitar 1 ev. 3 Disebut semi/setengah karena semikonduktor bukan merupakan konduktor murni atau isolator murni. Dalam konteks material semikonduktor, kata-kata intrinsik dan ekstrinsik digunakan untuk menunjukan sifat murni dan ketidakmurnian. Jadi didalam semikonduktor intrinsik pembawa muatan (elektron pada pita konduksi dan hole pada pita valensi) perlu dihasilkan oleh sebuah eksitasi termal. 5 Oleh karena itu berdasarkan kemurniannya semikonduktor dibagi menjadi semikonduktor intrinsik yang merupakan semikonduktor murni yang tidak mengalami cacat dan semikonduktor ekstrinsik yang telah mengalami doping oleh atom asing. Doping dilakukan untuk meningkatkan nilai konduktivitas listriknya. 6 Ketidakmurnian pada semikonduktor ekstrinsik ini dapat menyumbangkan elektron maupun hole dalam pita energi, dengan demikian konsentrasi elektron dapat menjadi tidak sama dengan konsentrasi hole. Namun masing-masing bergantung pada konsentrasi dan jenis bahan. Sedangkan berdasarkan strukturnya ada semikonduktor tipe-p yang memiliki kelebihan pembawa muatan positif/hole, dengan atom pengotornya disebut atom akseptor dan semikonduktor tipe-n yang kelebihan pembawa muatan negatif/elektron, dengan atom pengotornya disebut atom donor. 6 Semikonduktor digunakan dalam proses pembuatan sebuah sel surya dengan cara memanfaatkan prinsip persambungan p-n (p-n junction). Persambungan p-n ini merupakan penempatan kristal tunggal semikonduktor yang pada satu sisinya mendapat penyuntikan atom akseptor (kelebihan hole) dan pada sisi yang lain mendapat penyuntikan atom donor (kelebihan elektron). Saat ini bahan semikonduktor yang banyak dikenal di pasaran adalah silikon (Si), germanium (Ge) dan Galium Arsenida (GaAs). Namun silikon lebih banyak digunakan setelah ditemukan cara mengekstrak bahan ini dari alam. 7 Barium Stronsium Titanat (BST) Penggunaan bahan yang tepat sebagai komponen sel surya akan mempengaruhi kinerja dari piranti tersebut. Salah satu bahan yang berpengaruh terhadap perkembangan teknologi sel surya ialah bahan keramik. Bahan keramik ini mempunyai sifat piezoelektrik dan ferroelektrik. 8 Barium Stronsium Titanat (BST) merupakan material ferroelektrik yang digunakan pada penelitian ini. Ferroelektrik merupakan bahan dielektrik yang mempunyai polarisasi spontan serta mempunyai kemampuan mengubah polarisasi internalnya dengan menggunakan medan listrik yang sesuai. 5 Keuntungan dari penggunaan BST ialah bahan ini mudah diaplikasikan karena dalam segi kimia maupun mekanik lebih stabil dan mempunyai temperatur curie yang mendekati temperatur kamar dibandingkan material ferroelektrik lainnya. 9 BST juga memiliki energy gap (Eg) yang bernilai sebesar 2,58 ev, hal ini menunjukan bahwa energi foton minimal yang diperlukan untuk mengeksitasi elektron dari level valensi ke konduksi adalah sebesar 2,58 ev. 7 Proses pembuatan film BST dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti sputtering, laser ablation, dan solgel process. 10 Pada penelitian ini film BST yang digunakan dibuat dengan menggunakan metode sol-gel process. Secara umum pembuatan film dengan metode sol-gel meliputi empat proses yaitu; (1) Sintesis larutan prekursor. (2) Deposisi larutan prekursor pada permukaan substrat. (3) Pemanasan pada suhu rendah. (4) Perlakuan panas pada temperatur tinggi. 11

14 3 Tabel 1. Perbedaan sel surya dengan sumber energi lainnya. 2 No Sumber Energi Kelebihan Kekurangan 1 Minyak (Petroleum) Convenient, low pollution. 2 Batu bara (coal) Tersedianya sumber hidrokarbon dalam bentuk gas & cairan yang sama baiknya dengan bentuk padatannya. 3 Fusi Nuklir (nuclear fussion) 4 Sel Surya (solar photovoltaic) Menghasilkan energi yang sangat besar. Bebas polusi, sumber energi yang tidak terbatas. 5 Udara (wind) Bebas polusi, sumber energi yang tidak terbatas. 6 Biomass Persediaan yang siap pakai, dapat memanfaatkan sisa buangan. Sintesis larutan prekursor dari BST dilakukan dengan mereaksikan bahanbahan dasar pembuatnya menggunakan reaksi kimia seperti berikut. 7 Ba(CH 3 COO) 2 + Sr(CH 3 COO) 2 + Ti(C 12 O 4 H 28 ) + O 2 Ba x Sr (1-x) TiO 3 + H 2 O + CO 2 Dengan Ba(CH 3 COO) 2 adalah barium asetat, Sr(CH 3 COO) 2 adalah stronsium asetat, dan Ti(C 12 O 4 H 28 ) adalah titanium isopropoksida. Material BST banyak dimanfaatkan dalam berbagai piranti elektronik seperti microwave tunable, resonator, antenna, tunable filter, dan juga sebagai sel surya. 10 Sel Surya Sel surya atau sel fotovoltaik didefinisikan sebagai piranti yang digunakan untuk mengkonversi radiasi sinar matahari menjadi energi listrik secara langsung. 13 Dalam efek fotovoltaik cahaya yang mengenai modul dari sel surya bersifat sebagai partikel. Hal ini seperti yang telah dipelajari dalam mekanika kuantum mengenai dualisme sifat cahaya dan sifat cahaya sebagai partikel yang digunakan sebagai dasar Memiliki persediaan yang terbatas, tidak dapat diperbarui. Menghasilkan polusi di atmosfer, tidak dapat diperbarui. Perlu penelitian lebih lanjut untuk materialnya, masalah yang dapat ditimbulkan saat terjadi kebocoran. Masih mahalnya biaya pembuatan piranti sel surya. Terbatas hanya pada lokasi tertentu. Menggunakan lahan yang dapat ditanam, biaya yang belum dapat ditentukan. teori dari efek fotovoltaik ini. Sel surya memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri jika dibandingkan dengan sumber energi lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Penemuan pertama dari efek fotovoltaik ini terjadi pada tahun 1839 oleh Edmond Bacquerel, ia menemukan bahwa suatu material tertentu dapat menghasilkan sejumlah kecil arus listrik bila dikenai cahaya matahari. Prinsip kerja semikonduktor sebagai sel surya mirip dengan dioda sebagai pn-junction. PN-junction (persambungan p-n) adalah lapisan semikonduktor jenis P dan N yang diperoleh dengan cara doping pada silikon murni. 14 Ketika sel surya menyerap foton dengan energi (hν) lebih besar dari celah energi (Eg) semikonduktor, elektron - elektron tereksitasi dari level valensi ke level konduksi dan menjadi elektron bebas (Gambar 1). 15 Karena adanya medan elektrostatik pada persambungan elektron-elektron tersebut akan menuju tipe-n, sedangkan hole-hole yang ditinggalkan pada level valensi mengalir ke tipe-p, masing-masing menuju kontak arus (Gambar 2). Sehingga ketika dihubungkan dengan sebuah rangkaian

15 4 Foton (hν) e - e - e - e - e - Level Konduksi Level Valensi Gambar 1. Proses perpindahan elektron dari level valensi ke level konduksi. menjelaskan karakteristik (sifat-sifat) dari sel surya ferroelektrik, yang salah satu dari karakteristik ini adalah penghitungan nilai efisiensi (η). Dan yang kedua ialah berdasarkan hasil eksperimen di laboratorium. Efisiensi pengubahan energi cahaya matahari menjadi energi listrik dari sebuah sel surya ferroelektrik dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (1), yaitu: 16 η [ ] (1) Gambar 2. Proses perpindahan elektron dan hole. 15 listrik maka muatan-muatan pembawa tersebut akan mengalir dengan arah berlawanan dan akhirnya saling berekombinasi di dalam bahan semikonduktor. Aliran-aliran muatan itu lah yang menghasilkan arus listrik pada rangkaian luar tersebut. 14 Efisiensi Sel Surya Efisiensi merupakan salah satu kuantitas yang sangat penting dalam sebuah pengamatan terhadap kinerja dari sel surya. Efisiensi sel surya ini didefinisikan sebagai kemampuan dari sel surya untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik dalam bentuk arus dan tegangan listrik. Nilai efisiensi ini bergantung pada sifat absorbansi bahan semikonduktor pada sel surya terhadap foton yang diserapnya. 15 Pada penelitian ini nilai efisiensi yang dicari dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) tinjauan yang berbeda, yang pertama menggunakan tinjauan teori dari persamaan Landau-Chalatnikov. 16 Solusi dari persamaan ini akan dapat P si adalah polarisasi spontan, ε 0 adalah permitivitas ruang hampa, c p dalah kalor jenis pada tekanan tetap, C adalah konstanta curie, Xm adalah electric displacement pada nilai maksimumnya, dan X 0 adalah electric displacement awal. Untuk nilai heating rates dan resistansi (R) yang besar berlaku x 0 <<1 sehingga nilai X 0 dapat dianggap nol, Xm 1 nilainya dan adalah. Sehingga Persamaan (1) tersebut berubah menjadi Persamaan (2) dengan kondisinya ialah maksimum. 16 η Lalu karena nilai efisiensi sebuah sel surya ferroelektrik ini dipengaruhi nilai electric displacement (X 0 ), maka hubungan antara efisiensi (η) dan electric displacement (X 0 ) dapat dilihat pada Persamaan (3). 16 η η (2) (3) Contoh penggunaan Persamaan (3) ini dapat dilihat dari Gambar 3. yaitu grafik Gambar 3. Grafik η m terhadap X 0. 16

16 5 yang menghubungkan η dengan X 0 untuk material LiTaO 3 (kurva 1), Triglycine Sulphate/TGS (kurva 2), dan NaNO 2 (kurva 3). 16 Sedangkan berdasarkan hasil eksperimen untuk menentukan besar efisiensi dari sel surya harus ditentukan dahulu beberapa parameter yang mencerminkan kinerja dari sel surya, yaitu P max (daya maksimum), FF (fill factor), V oc (potensial sirkuit terbuka), dan I sc (arus sirkuit singkat). Daya maksimum (P max ) didefinisikan sebagai luasan efektif yang didapatkan dari kurva hubungan antara tegangan terhadap arus sel surya (I-V). Penghitungan besar daya maksimum yang dapat dihasilkan oleh sebuah piranti sel surya dapat dilakukan dengan menggunakan rumus dalam Persamaan (4) yaitu. 14 (4) Sementara untuk parameter Fill Factor (FF) dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara daya maksimum (P max ) dengan perkalian V oc dan I sc. Nilai ini dirumuskan dalam Persamaan (5). 14 (5) Arus sirkuit singkat (I sc ) adalah arus maksimum yang dihasilkan ketika sel surya dihubung singkat (short circuit) ketika tidak ada potensial yang melintasi piranti ini. Arus tersebut sama dengan jumlah absolut dari foton yang dikonversikan menjadi pasangan elektronhole. 15 Potensial sirkuit terbuka (V oc ) adalah potensial maksimum yang dihasilkan pada saat hambatannya maksimum agar pengabaian arus yang mengalir dari sel surya dapat terjadi dan yang terbaca hanya perbedaan potensialnya saja. 15 Dan parameter yang terakhir ialah efisiensi (η), Nilai efisiensi sel surya adalah perbandingan dari output listrik fotovoltaik tergenerasi dan energi dari Gambar 4. Kurva hubungan arus tehadap tegangan. 17 cahaya yang masuk. Efisiensi konversi energi sebuah sel surya ditulis dalam Persamaan (6). η (6) Penentuan Imax dan Vmax dilakukan dengan cara mencari luas maksimum dari kurva seperti pada Gambar 4. Fotokonduktivitas Konduktivitas merupakan suatu kuantitas yang merupakan kebalikan dari resistivitas. Konduktivitas dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu konduktivitas listrik dan konduktivitas termal. 11 Suatu material dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) golongan berdasarkan dari besar nilai konduktivitas listriknya, yaitu isolator, semikonduktor, dan konduktor. Gambar 5 memperlihatkan perbedaan nilai konduktivitas untuk konduktor, semikonduktor, dan isolator. Konduktivitas sel surya berhubungan dengan cahaya sehingga dapat disebut sebagai fotokonduktivitas. Ketika foton mengenai permukaan semikonduktor, energi dari foton ini akan mengeksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi jika energi foton yang datang lebih besar dari energi pita terlarangnya. Elektron yang tereksitasi ke pita konduksi ini akan meningkatkan pembawa muatan yang pada akhirnya akan meningkatkan konduktivitas listriknya. 18 Persamaan matematis yang menggambarkan besar konduktivitas dari suatu bahan ialah. (7)

17 6 Gambar 5. Perbedaan material berdasarkan konduktivitas listrik. 20 BAB III METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Biofisika, Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, dan juga di Laboratorium Fisika Material Institut Teknologi Bandung dari bulan September 2011 sampai Februari Alat dan Bahan Alat yang akan digunakan pada penelitian ini ialah isolasi, LCR meter, masker, potensiometer, resistor, kaca preparat, alumunium foil, tabung reaksi, pipet, pinset, gunting, sarung tangan karet, double tape, masker, kawat, kabel, cawan petri, mortar, gelas ukur Iwaki 10 ml, cawan petri, neraca analitik model BL 6100, reaktor spincoater hotplate, stopwatch, tissue. Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah barium asetat [Ba(CH 3 COO) 2, 99%], stronsium asetat [Sr(CH 3 COO) 2, 99%], titanium isopropoksida [Ti(C 12 O 4 H 28 ), %], asam asetat, dye water, HF (asam florida), etilane glykol, 2-metoksietanol, aseton pro-analisis. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan mengikuti diagram alir pada Gambar 6. Gagal MULAI Pemotongan Substrat Silikon Pencucian Substrat Silikon Pembuatan Larutan BST untuk Spin Coating Annealing Karakterisasi Berhasil Pemasangan Kontak I-V Konduktivitas Konstanta Dielektrik Fotovoltaik Pembuatan Program Pengolahan Data Penulisan Laporan Akhir SELESAI Gambar 6. Diagram alir penelitian.

18 7 Pembuatan Film BST Persiapan Substrat (Silikon Tipe-P) Substrat yang digunakan pada penelitian ini adalah silikon tipe-p. Substrat ini merupakan tempat penumbuhan film BST yang harus hatihati memegangnya, hal ini dimaksudkan agar film BST tersebut dapat tumbuh baik dan merata. Pada tahap pertama yang dilakukan adalah pemotongan substrat membentuk persegi dengan ukuran 1 cm x 1 cm dan 2 cm x 2 cm menggunakan mata intan. Potongan substrat ini selanjutnya dicuci melalui beberapa tahap sambil digetarkan dengan gelombang ultrasonik 22 khz. Tahap pertama potongan substrat ini direndam di dalam larutan aseton pro analisis selama 10 menit, berikutnya tahap kedua direndam menggunakan larutan dye water selama 10 menit juga, begitu juga dengan tahap ketiga potongan substrat tersebut direndam dalam larutan methanol pro analisis selama 10 menit, tetapi pada tahap keempat potongan substrat hanya direndam selama 30 detik dalam larutan asam fluoride (HF) dicampur dengan dye water dengan perbandingan 5:1. Terakhir yaitu tahap kelima potongan substrat direndam dengan dye water lagi selama 10 menit. Selesai proses pencucian potongan substrat tersebut ditimbang untuk didapatkan massanya. Pembuatan Larutan BST Pembuatan Film BST dilakukan menggunakan metode sol-gel process dengan mereaksikan barium asetat [Ba(CH 3 COO) 2, 99%], stronsium asetat [Sr(CH 3 COO) 2, 99%], titanium isopropoksida [Ti(C 12 O 4 H 28 ), 97,999%], serta 2-metoksietanol sebanyak 2,5 ml sebagai bahan pelarut. Komposisi massa untuk barium asetat, stronsium asetat, dan titanium isopropoksida disesuaikan dengan masing-masing fraksi molnya menggunakan persamaan stoikiometri (reaksi kimia), kemudian dilakukan penimbangan dengan menggunakan neraca analitik untuk ketiga bahan tersebut. Selanjutnya barium asetat dan stronsium asetat dicampur secara bersamaan diikuti pencampuran titanium isopropoksida, ketiga bahan tersebut tidak dicampur bersamaan karena titanium isopropoksida sangat cepat membeku. Setelah tercampur semua, larutan tersebut ditambah dengan larutan 2-metoksietanol sebanyak 2,5 ml. Kemudian larutan tersebut dikocok selama satu jam dengan menggunakan gelombang ultrasonik menggunakan alat Bransonic 2510 dengan frekuensi 22 khz dan suhu 45 0 C. Proses Penumbuhan Film Proses penumbuhan film dari larutan BST yang telah selesai dibuat dilakukan dengan menggunakan reaktor spincoater. Langkah pengerjaannya diawali dengan menempelkan double tape pada bagian tengah reaktor spincoater dan kemudian substrat silikon diletakkan di atasnya. Hal ini dilakukan agar potongan substrat yang telah selesai dicuci dan ditimbang tersebut tidak lepas ketika reaktor spincoater dinyalakan. Substrat ini selanjutnya ditetesi larutan BST sebanyak 3 tetes. Kemudian reaktor spincoater diputar dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 detik. Pengulangan penetesan dilakukan sebanyak 3 kali untuk mendapatkan lapisan berkala. Proses Annealing Proses annealing pada suhu yang berbeda akan menghasilkan karakterisasi film yang berbeda dalam hal struktur kristal, ketebalan, dan ukuran butir. Proses annealing pada suhu tetap dalam waktu yang tetap diharapkan akan menghasilkan karakterisasi film yang baik dalam hal struktur kristal, ketebalan dan ukuran butir. Potongan substrat silikon yang telah ditumbuhi lapisan film BST ini selanjutnya dilakukan proses annealing pada suhu C dengan lama waktu 29 jam. Pembuatan Kontak pada Film BST Setelah potongan substrat diannealing, proses selanjutnya adalah pembuatan kontak. Proses ini diawali dengan penganyaman film menggunakan alumunium foil. Bahan kontak yang dipilih adalah Alumunium 99,999%. dengan cara evaporasi di atas permukaan

19 8 Kabel tembaga halus Kontak Film BST Substrat silikon Gambar 7. sel surya tampak samping. Kabel tembaga halus Kontak alumunium Film BST Substrat silikon Gambar 8. Rancangan sel surya tampak atas. substrat Silikon tipe-p dan film BST yang dibuat dengan memvariasikan fraksi molnya. Proses evaporasi dilakukan di laboratorium fisika material MOCVD ITB. Setelah terbentuk, kontak dihubungkan dengan kabel tembaga halus. Gambar rancangan sel surya dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8. Pembuatan Program Penghitungan Efisiensi Pada penelitian ini untuk penghitungan nilai efisiensi dari sel surya BST dilakukan dengan dua tinjauan yaitu tinjauan pertama dari hasil praktik di lab dan tinjauan kedua nilai efisiensi sel surya BST ini dihitung menggunakan program komputasi berbasis Matlab. Program ini dibuat berdasarkan tinjauan dari persamaan Landau-Chalatnikov dimana nilai efisiensi yang dicari divariasikan terhadap nilai pergeseran listrik (electric displacement) dari sel surya. Nilai maksimum dari penghitungan efisiensi ini nantinya akan dibandingkan dengan nilai efisiensi hasil praktik di lab, apakah hasil eksperimen sesuai dengan tinjauan teori atau tidak. Bentuk programnya seperti berikut. function [ef,x,t]=efisiensi(psi,εo,cp,c,xi,n) x=[];ef=[]; x(1)=xi; T=(Psi^2)/(εo*cp*C*exp(1)); ef(1)=t for i=1 x(i+1)=x(1)+0.2; ef(i+1)=t/(1+x(i+1)); end for i=2:n x(i+1)=x(i)+0.2; ef(i+1)=t/(1+x(i+1)); end xlabel('xo'); ylabel('efisiensi'); plot(x,ef) hold on; Dengan Psi adalah nilai polarisasi spontan, εo adalah permitivitas ruang hampa, cp adalah kalor jenis pada tekanan tetap, dan C adalah nilai konstanta curie dari material yang digunakan dalam hal ini adalah material BST. Sedangkan xi adalah nilai dari electric displacement awal dan n adalah banyaknya iterasi. Selanjutnya untuk menjalankan program ini cukup memasukkan nilai Psi, εo, cp, C, xi dan n lalu jalankan di command window Matlab. Hasil dari program ini adalah grafik yang menghubungkan nilai efisiensi dan electric displacement dari sel surya. Karakterisasi Karakterisasi I-V Sebuah piranti elektronik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang memiliki sifat seperti resistor, transistor, atau dioda. Karakterisasi I-V merupakan suatu cara untuk menentukan apakah sebuah piranti elektronik memiliki sifat seperti resistor, transistor, atau dioda. Karakterisasi ini dilakukan menggunakan alat I-V meter. Sampel yang telah dibuat diberi tegangan catu dengan perlakuan bias mundur dan bias maju. Dari perlakuan tersebut nantinya akan terlihat respon arus listrik yang dihasilkan sampel pada saat bias mundur dan maju. Keluaran dari karakterisasi ini adalah

20 9 Gambar 9. Grafik I-V dioda. 10 sebuah grafik arus terhadap tegangan, yang mana pada penelitian ini diharapkan grafiknya mencerminkan sifat dioda, karena sel surya yang dibuat ini adalah berbasis dioda dengan persambungan p-n. Grafik I-V dioda menurut literatur dapat dilihat pada Gambar 9. Karakterisasi Konduktivitas Listrik Konduktivitas listrik adalah besaran fisik yang mencerminkan apakah suatu material bersifat isolator, semikonduktor, atau konduktor. Dari hasil karakterisasi ini akan terlihat apakah sampel yang dibuat bersifat sebagai salah satu diantara ketiga jenis tersebut. 3 Karakterisasi konduktivitas listrik dilakukan dengan mengukur besarnya kuantitas tersebut menggunakan alat LCR meter. Konduktivitas listrik sel surya film BST diukur dengan berbagai variasi keadaan yaitu pada kondisi gelap (0 lux), kondisi terang dengan variasi intensitas cahaya 200 lux, 400 lux, dan 600 lux. Nilai konduktansi yang didapatkan dari LCR meter nantinya akan diolah untuk mendapatkan nilai konduktivitas listrik sel surya menggunakan Persamaan (4). Kemudian, dari data yang diperoleh, akan dapat ditentukan bahwa film BST yang digunakan termasuk bahan isolator, semikonduktor, atau konduktor setelah hasil karakterisasi ini dibandingkan dengan data literatur. Karakterisasi Konstanta Dielektrik Konstanta dielektrik merupakan suatu konstanta/nilai dari bahan dielektrik yang berada di sampel. Dielektrik didefinisikan sebagai bahan isolator yang disisipkan dalam ruang antar keping-keping sebuah kapasitor, dielektrik ini memiliki kekuatan yang berbeda-beda bergantung dari bahannya. Kekuatan dielektrik adalah kuat medan listrik maksimum yang dapat dihasilkan dalam dielektrik sebelum dielektrik tersebut tembus/rusak dan mulai konduksi (menghantarkan muatan listrik). 12 Karakterisasi untuk mendapatkan nilai konstanta dielektrik ini dilakukan dengan menggunakan set-up alat seperti pada Gambar 10. Function generator sebagai pemberi sinyal dan osiloskop untuk melihat adakah perbedaan sinyal yang terjadi pada saat rangkaian pengukuran tersebut dihubungkan dengan sampel. Jika terjadi perubahan bentuk sinyal maka sampel yang dibuat dapat dikatakan berhasil dan dari grafik yang muncul di osiloskop dapat dihitung besar konstanta dielektrik dari masing-masing sampel. Karakterisasi Fotovoltaik Gambar 11 adalah rangkaian untuk karakterisasi fotovoltaik. Pada rangkaian tersebut voltmeter digunakan untuk mengukur tegangan dan amperemeter untuk mengukur arus listriknya. Sebuah sumber cahaya dengan intensitas tertentu ditempatkan pada jarak tertentu dari sampel sel surya sehingga cahaya mengenai seluruh permukaan sel surya. Posisi potensiometer mula-mula pada nilai minimum, kemudian dinaikan hingga mencapai titik maksimum. Nilai pembacaan masing-masing alat ukur dicatat pada setiap perubahan resistansi. Dari pengukuran ini akan diperoleh data hubungan arus terhadap tegangan sehingga data ini kemudian digunakan untuk menentukan daya maksimum (P max ), Fill Factor (FF), serta efisiensi konversi (η) energi sel surya. Function generator R = 10 Sampel Sel Surya Osiloskop Gambar 10. Rangkaian karakterisasi konstanta dielektrik sel surya.

21 10 sel surya V BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Substrat Silikon murni tipe-p adalah substrat yang digunakan pada penelitian ini. Substrat ini dipotong berbentuk persegi dengan ukuran 1 cm x 1 cm dan 2 cm x 2 cm menggunakan mata intan. Setelah dipotong substrat ini kemudian dicuci melalui 5 (lima) tahap pencucian seperti yang telah dijelaskan pada bagian metodologi. Hasil keseluruhan dari proses persiapan substrat ini tentu saja adalah silikon berukuran 1cm x 1cm dan 2cm x 2cm, dan terlihat pada silikonnya lebih jernih seperti cermin. Tetapi karena proses pemotongan menggunakan mata intan, bentuk substrat silikon yang diperoleh tidak berbentuk persegi sempurna dan. Hasil proses persiapan substrat ini dapat dilihat pada Gambar 12. Pembuatan Larutan BST Larutan BST yang digunakan pada penelitian ini dihasilkan dari pencampuran barium asetat, stronsium asetat, dan titanium isopropoksida. Hasil dari proses ini adalah larutan BST yang memiliki warna putih dan dibawah larutan tersebut terdapat endapan yang merupakan sisa dari proses pencampuran. A R 1MΩ Gambar 11. Rangkaian pengukuran karakterisasi fotovoltaik. Larutan BST yang sudah jadi ini harus cepat digunakan karena jika tidak larutan ini akan membeku sehingga tidak dapat dijadikan film. Proses Penumbuhan Film Proses selanjutnya setelah dihasilkan larutan BST adalah penumbuhan film pada substrat yang digunakan. Untuk melakukan proses penumbuhan film ini digunakan proses spin coating yaitu larutan BST yang telah dibuat diteteskan pada substrat dan di spin pada kecepatan 3000 rpm. Hasil dari proses penumbuhan film ini adalah satu per tiga dari luas substrat silikon akan berbentuk film BST dan sisa luasnya adalah bagian substrat silikon murni, hal ini sesuai dengan prinsip dasar yang digunakan dalam pembuatan sel surya ini yaitu persambungan p-n, dengan tipe-p nya adalah substrat silikon murni dan tipe-n nya adalah film BST yang ditumbuhi pada substrat. Hasil proses penumbuhan film BST ini dapat dilihat pada Gambar 13. Proses Annealing Proses annealing adalah proses pemanasan sampel pada suhu tertentu menggunakan furnace. Pada proses ini substrat silikon yang telah ditumbuhi film BST dipanaskan pada suhu C selama 29 jam. Hasil dari proses annealing ini tidak jauh berbeda dari hasil proses penumbuhan film, hanya setelah diannealing film BST yang ditumbuhkan pada substrat tampak lebih padat dan keras secara kasat mata. Hasil proses annealing dapat dilihat pada Gambar 14. Pembuatan Kontak pada Film BST Setelah sampel di-annealing proses selanjutnya adalah pembuatan kontak. Sebelum dipasang kontak, dilakukan Gambar 12. Hasil proses persiapan substrat. Gambar 13. Hasil proses penumbuhan film.

22 11 Gambar 14. Hasil proses annealing. proses evaporasi terlebih dahulu pada substrat menggunakan alumunium. Pada pemasangan kontak ini digunakan pasta perak karena konduktivitas bahannya lebih tinggi jika dibandingkan dengan bahan yang lain. Proses pemasangan kontak ini membutuhkan konsentrasi dan harus hati-hati karena film maupun substrat silikon murni pada sampel tersebut tidak boleh tersentuh oleh tangan. Hasil dari proses pemasangan kontak ini dapat dilihat pada gambar 15. Penghitungan Nilai Efisiensi Program komputasi penghitungan nilai efisiensi ini hanya dapat dijalankan pada software Matlab. Untuk menjalankannya cukup menyalinkan baris pertama program tersebut di bagian command window dari Matlab dan memasukkan nilai Psi, εo, cp, dan C yang sesuai dengan material yang digunakan. Berdasarkan literatur untuk BST nilai Psi nya adalah 7,66 μc/cm 2, Cp = 2,5 x 10 6 J/ m 3 K, C = C = 1,573 x 10 3 K, εo = 8,854 x C 2 /N cm 2. 3,19 Dari program komputasi ini hasil yang akan didapatkan adalah berupa grafik efisiensi (η) terhadap pergeseran listrik (Xo) dari sel surya. Hasil kinerja dari program ini dapat dilihat pada Gambar 16. Pada grafik tersebut terlihat nilai efisiensi untuk sel surya dengan material NaNO 2 (kurva1), LiTaO3 (kurva 2), Triglycine Sulphate dan(kurva 4) juga Barium Stronsium Titanat (BST) (kurva 3) yang digunakan pada penelitian ini. Dari grafik tersebut terlihat bahwa nilai efisiensi untuk sel surya dengan material BST lebih besar dari NaNO 2 tetapi lebih kecil dibandingkan LiTaO 3 Gambar 15. Hasil pembuatan kontak pada sampel. dan TGS. Nilai efisiensi sel surya BST berdasarkan program komputasi ini dihasilkan nilai maksimumnya adalah 6,199474%, hasil ini jika dibandingkan dengan praktik di lab sangat jauh berbeda. Berdasarkan hasil lab didapat nilai efisiensi sel surya untuk BST adalah 0, %. Perbedaan hasil antara praktik di lab dengan tinjauan teori ini dapat disebabkan karena beberapa hal, diantaranya yang sangat memungkinkan ialah lapisan film BST tidak terdeposisi secara merata pada substrat silikon pada saat spin coating. Tidak terdeposisinya lapisan BST secara merata akan sangat mempengaruhi aliran difusi antara elektron dan hole pada persambungan p-n. Efisiensi (%) X o Gambar 16. Grafik efisiensi terhadap Xo.

23 12 Seperti yang telah diketahui bahwa arus listrik merupakan aliran elektron tiap satuan waktu. 19 Hal ini lah yang menyebabkan mengapa arus dan tegangan listrik yang dihasilkan sel surya BST ini sangat kecil, sehingga menyebabkan efisiensi konversi energi foton dari matahari menjadi energi listrik bernilai tidak sesuai dengan tinjauan teori. Seharusnya pada saat sampel telah selesai dibuat, dilakukan karakterisasi terlebih dahulu menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) untuk memastikan deposisi film BST telah merata sebelum dilakukan karakterisasi lainnya. Karakterisasi I-V Pada karakterisasi I-V ini sampel sel surya yang telah dibuat dihubungkan dengan alat I-V meter secara langsung, kemudian pada alat I-V meter tersebut diatur besar tegangan catunya yaitu dari - 1,0 volt sampai +1,0 volt untuk sampel sel surya yang berukuran 1 cm x 1 cm dan untuk sampel yang berukuran 2 cm x 2 cm tegangan catu yang diberikan adalah dari -1,0 volt sampai +1,0 volt. Hasil dari pengujian I-V ini dapat dilihat pada Gambar 17 untuk sampel yang berukuran 1 cm x 1 cm dan Gambar 18 untuk sampel yang berukuran 2 cm x 2 cm. 8.00E E-04 Arus (A) 4.00E-04 x=0,6 2.00E-04 x=0,7 x=0,8 0.00E+00 Tegangan (V) -1.50E E E E E E E E E E-04 Gambar 17. Hasil Karakterisasi I-V sampel berukuran 1 cm x 1 cm. 1.00E E-04 Arus (A) x=0,5 6.00E E E-04 x=0,5 x=0,6 x=0,7 x=0,8 0.00E+00 Tegangan (V) -1.50E E E E E E E E E E-04 Gambar 18. Hasil Karakterisasi I-V sampel berukuran 2 cm x 2 cm.

24 13 Kurva hasil pengukuran I-V meter tersebut menunjukan hasil bias mundur dan maju yang diberikan kepada sampel sel surya BST dengan cara memberinya tegangan catu. Bias mundur dilakukan pada sampel dengan memberikan tegangan catu yang bernilai minus sampai nol, sedangkan bias maju dilakukan dengan memberikan tegangan catu dari nol sampai positif. Kedua grafik tersebut memperlihatkan pola yang sama yaitu pada saat bias mundur, respon arus listrik yang dihasilkan sama-sama bernilai negatif hingga ketika di nol respon arusnya juga bernilai nol. Dan pada saat Konduktivitas Listrik (S/cm) (10E-7) bias maju respon arus listrik yang dihasilkan sama-sama bernilai positif. Setelah dibandingkan dengan literatur pola bias mundur dan bias maju pada kurva tersebut menunjukan bahwa sampel yang dibuat baik yang berukuran 1 cm x 1 cm maupun yang berukuran 2 cm x 2 cm sama-sama memiliki sifat dioda. Hal ini menunjukan bahwa prinsip dasar persambungan p-n pada sel surya tersebut bekerja, karena persambungan p-n merupakan dioda yang dibuat dari penghubungan semikonduktor tipe-p dan semikonduktor tipe-n, dimana pada sampel sel surya BST ini yang menjadi Intensitas (Lux) Gambar 19. Hasil Karakterisasi konduktivitas listrik sampel 1 cm x 1 cm. 0,5 0,6 0,7 0,8 Konduktivitas Listrik (S/cm) (10E-7) Intensitas (Lux) Gambar 20. Hasil Karakterisasi konduktivitas listrik sampel 2 cm x 2 cm. 0,5 0,6 0,7 0,8

25 14 semikonduktor tipe-p nya adalah silikon murni sedangkan tipe-n nya adalah film BST. Karakterisasi Konduktivitas Listrik Untuk karakterisasi konduktivitas listrik, pengujiannya dilakukan menggunakan LCR meter dimana sampel sel surya BST ini diberikan perlakuan berupa variasi intensitas penyinaran. Variasi intensitas yang diberikan adalah pada saat kondisi 0 lux, 200 lux, 400 lux, dan 600 lux untuk masing-masing sampel. Data hasil pengujian ini dapat dilihat pada Gambar 19 dan Gambar 20. Data awal yang diperoleh pada karakterisasi ini ialah nilai konduktansi (G) yang dapat dilihat pada alat LCR meter. Selanjutnya data konduktansi ini diolah dengan menggunakan persamaan (3) untuk mendapatkan nilai konduktivitas listrik. Sehingga dari nilai konduktivitas listrik ini dapat ditentukan apakah sampel yang dibuat ini tergolong kedalam material semikonduktor atau bukan. Berdasarkan hasil karakterisasi ini terlihat bahwa ketika sampel diberikan intensitas penyinaran yang semakin besar maka nilai konduktivitas listrik yang dihasilkan juga menunjukan hasil yang semakin besar. Perubahan yang mencolok terjadi pada sampel BST dengan fraksi mol 0,5 baik yang berukuran 1 cm x 1 cm maupun yang berukuran 2 cm x 2 cm. Terlihat pada hasil karakterisasi tersebut perubahan konduktivitas listriknya sangat signifikan jika dibandingkan dengan perubahan konduktivitas listrik untuk sampel BST dengan fraksi mol yang lain. Dari sini muncul dugaan bahwa banyaknya kehadiran ion-ion stronsium (Sr) yang merupakan salah satu unsur penyusun dari material BST mempengaruhi juga nilai konduktivitas, karena dari hasil karakterisasi tersebut untuk BST dengan fraksi mol 0,5 jumlah ion-ion stronsiumnya merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan sampel BST dengan fraksi mol yang lain. Selain itu konduktivitas listrik yang dihasilkan oleh masing-masing sampel ini juga tidak terlepas dari beberapa faktor yang menentukan seperti besar jarak antar kontak dan besar luas kontak pada sampel itu sendiri. Hal ini bisa menjadi salah satu penyebab mengapa terjadi perbedaan nilai konduktivitas listrik pada sampel selain faktor lain seperti struktur mikroskopis dari film BST itu sendiri. Hal lain yang dapat dilihat dari hasil karakterisasi ini ialah nilai konduktivitas listrik yang dihasilkan semua sampel mempunyai range dari 10-8 S/cm 10-5 S/cm. Range nilai ini jika dilihat pada literatur jenis material berdasarkan konduktivitas listriknya maka akan menunjukan bahwa sampel BST yang dikarakterisasi ini tergolong material semikonduktor dimana seperti yang diketahui bahwa material semikonduktor memiliki range nilai dari 10-8 S/cm 10 3 S/cm. 20 Karakterisasi Konstanta Dielektrik Pengujian untuk mencari nilai konstanta dielektrik dari masing-masing sampel dilakukan dengan menggunakan rangkaian seperti pada Gambar 10. Dimana sinyal datang dari function generator dialirkan menuju sampel sel surya BST yang kemudian diamati hasil perubahan sinyal tersebut pada osiloskop. Dari osiloskop tersebut akan diperoleh data time constant yang kemudian diolah untuk mendapatkan nilai kapasitansi dari sampel BST tersebut. Kemudian untuk mendapatkan nilai konstanta dielektrik gunakan persamaan kapasitansi. Hasil karakterisasi ini dapat dilihat pada Gambar 21 sampai Gambar 29 dimana kurva tersebut merupakan sinyal/ gelombang yang muncul di osiloskop pada saat sebelum dan sesudah dihubungkan dengan sampel. Gambar 21. Sinyal awal yang muncul di Osiloskop.

26 15 Gambar 22. Sinyal pada sampel [x = 0,5 (1cm x 1cm)]. Gambar 27. Sinyal pada sampel [x = 0,6 (2 cm x 2 cm)]. Gambar 23. Sinyal pada sampel [x = 0,6 (1 cm x 1 cm)]. Gambar 28. Sinyal pada sampel [x = 0,7 (2 cm x 2 cm)]. Gambar 24. Sinyal pada sampel [x = 0,7 (1cm x 1cm)]. Gambar 29. Sinyal pada sampel [x = 0,8 (2 cm x 2 cm)]. Gambar 25. Sinyal pada sampel [x = 0,8 (1cm x 1cm)]. Tabel 2. Nilai konstanta dielektrik sampel. Ukuran fraksi CBST k (konstanta mol (x) (nf) dielektrik) 0,5 1,1 16,2 1cm x 1cm 0,6 1 27,8 0,7 1 8,91 0,8 1 21,0 0,5 1,3 16,0 2cm x 2cm 0,6 1,2 4,5 0,7 1,2 6,18 0,8 1 4,15 Gambar 26. Sinyal pada sampel [x = 0,5 (2 cm x 2 cm)].

27 16 Dari hasil sinyal/gelombang yang muncul di osiloskop menunjukan bahwa bagian yang naik pada sinyal/gelombang tersebut menunjukan bahwa sampel sedang melakukan charge (menyimpan) sedangkan bagian yang turun dari sinyal/gelombang tersebut adalah kondisi discharge. Kondisi charge-discharge ini menunjukan bahwa sampel memiliki sifat seperti kapasitor dengan bahan dielektriknya sebagai penyebabnya. Bahan dielektrik dalam sampel ini ialah film BST itu sendiri. Dan karakterisasi ini bertujuan untuk mendapatkan nilai dilektrik dari sampel yang telah dibuat, nilai konstanta dielektrik yang diperoleh merupakan gambaran dimana material tersebut dapat menyimpan muatan listrik seiring dengan salah satu fungsi kapasitor sebagai penyimpan muatan. Dari grafik-grafik yang muncul di osiloskop, kelengkungan pada sinyal kotak menunjukan terjadinya aktifitas penyimpanan muatan pada sampel BST tersebut. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa nilai konstanta dielektrik dari semua sampel yang diuji memiliki nilai yang berkisar diantara 4,15 sampai 27,8. Perbedaan nilai ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti faktor mikroskopis yang berasal dari struktur film BST itu sendiri dan faktor yang berasal dari luar yaitu karena ukuran luas film dan tebal film BST dari masing-masing sampel. Dari pengukuran terhadap luas film dan tebal film didapat hasil yang tidak homogen dalam artian masing-masing sampel memiliki tebal dan luas film yang berbeda-beda. Karakterisasi Fotovoltaik Karakterisasi fotovoltaik digunakan untuk melihat keluaran dari sel surya yang telah dibuat. Rangkaian untuk karakterisasi fotovoltaik ini dapat dilihat pada Gambar 30 dimana pada rangkaian tersebut digunakan ampermeter dan voltmeter untuk melihat arus dan tegangan yang dihasilkan. Dan hasil karakterisasi ini dapat dilihat pada grafik I-V sel surya pada Gambar 25. Hasil dari karakterisasi fotovoltaik yang telah dilakukan pada prototipe sel surya BST sesuai dengan karakterisasi sel surya pada umumnya dimana hubungan antara arus dan tegangannya berbanding terbalik secara eksponensial. Artinya pada saat pengukuran arus yang terbaca pada ampermeter mengalami kenaikan maka besar tegangan yang terukur di voltmeter mengalami penurunan dan begitu pula sebaliknya. Hasil karakterisasi ini juga Arus (A) E E E E E E-07 8E-08 6E-08 4E-08 karakteristik I-V nilai maksimum 2E-08 0 Tegangan (V) 0.00E E E E E E-02 Gambar 30. Hasil fotovoltaik untuk 4 buah sel surya yang diparalelkan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika Institut Pertanian Bogor dimulai bulan Mei 2010 sampai Bulan Mei 2011 3.2.

Lebih terperinci

2 SINTESA MATERIAL SEMIKONDUKTOR BERBASIS BAHAN FERROELEKTRIK FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) Pendahuluan

2 SINTESA MATERIAL SEMIKONDUKTOR BERBASIS BAHAN FERROELEKTRIK FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) Pendahuluan 2 SINTESA MATERIAL SEMIKONDUKTOR BERBASIS BAHAN FERROELEKTRIK FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) 5 Pendahuluan Semikonduktor adalah bahan dasar untuk komponen aktif dalam alat elektronika, digunakan misalnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan eksperimen murni yang

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan eksperimen murni yang 25 BAB III METODE PELAKSANAAN Metode penelitian yang dilakukan menggunakan eksperimen murni yang dilakukan di laboratorium. Metode yang digunakan untuk penumbuhan film tipis LiTaO 3 adalah metode spin-coating.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 37 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Departemen Fisika IPB dari Bulan November 2010 sampai dengan bulan Mei 2011. Bahan dan Alat Alat yang

Lebih terperinci

Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik

Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik 9 Gambar 17. Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik BST yang sudah mengalami proses annealing dipasang kontak di atas permukaan substrat silikon dan di atas film tipis BST. Pembuatan kontak ini dilakukan

Lebih terperinci

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Karakterisasi XRD. Pengukuran 11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2005 sampai Juni 2006, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2005 sampai Juni 2006, bertempat di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2005 sampai Juni 2006, bertempat di Laboratorium Departemen Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Departemen Fisika IPB dari bulan September 2008 sampai dengan bulan Juni 2009. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

STUDI EFEK FOTOVOLTAIK BAHAN Ba 0,5 Sr 0,5 TiO 3 YANG DIDADAH GALIUM (BSGT) DI ATAS SUBSTRAT Si (100) TIPE-N. Abraham Marwan

STUDI EFEK FOTOVOLTAIK BAHAN Ba 0,5 Sr 0,5 TiO 3 YANG DIDADAH GALIUM (BSGT) DI ATAS SUBSTRAT Si (100) TIPE-N. Abraham Marwan STUDI EFEK FOTOVOLTAIK BAHAN Ba 0,5 Sr 0,5 TiO 3 YANG DIDADAH GALIUM (BSGT) DI ATAS SUBSTRAT Si (100) TIPE-N Abraham Marwan DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. PEMBUATAN SEL SURYA BERBASIS THIN FILM FERROELEKTRIK Ba 0.55 Sr 0.45 TiO 3

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. PEMBUATAN SEL SURYA BERBASIS THIN FILM FERROELEKTRIK Ba 0.55 Sr 0.45 TiO 3 LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAN SEL SURYA BERBASIS THIN FILM FERROELEKTRIK Ba 0.55 Sr 0.45 TiO 3 BIDANG KEGIATAN: PKM-PENELITIAN Disusun oleh: Tantan Taopik Rohman Muhammad Khalid

Lebih terperinci

STRUKTUR CRISTAL SILIKON

STRUKTUR CRISTAL SILIKON BANDGAP TABEL PERIODIK STRUKTUR CRISTAL SILIKON PITA ENERGI Pita yang ditempati oleh elektron valensi disebut Pita Valensi Pita yang kosong pertama disebut : Pita Konduksi ISOLATOR, KONDUKTOR DAN SEMIKONDUKTOR

Lebih terperinci

STUDI EFEK FOTOVOLTAIK DAN PIROELEKTRIK Ba 0,75 Sr 0,25 TIO 3 (BST) YANG DIDADAH GALIUM (BGST) DI ATAS SUBSTRAT SI (100) TIPE-P ERDIANSYAH PRATAMA

STUDI EFEK FOTOVOLTAIK DAN PIROELEKTRIK Ba 0,75 Sr 0,25 TIO 3 (BST) YANG DIDADAH GALIUM (BGST) DI ATAS SUBSTRAT SI (100) TIPE-P ERDIANSYAH PRATAMA STUDI EFEK FOTOVOLTAIK DAN PIROELEKTRIK Ba 0,75 Sr 0,25 TIO 3 (BST) YANG DIDADAH GALIUM (BGST) DI ATAS SUBSTRAT SI (100) TIPE-P ERDIANSYAH PRATAMA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK

PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh filter warna kuning terhadap efesiensi Sel surya. Dalam penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Energi cahaya matahari dapat dikonversi menjadi energi listrik melalui suatu sistem yang disebut sel surya. Peluang dalam memanfaatkan energi matahari masih

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER

PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER Oleh: Muhammad Anwar Widyaiswara BDK Manado ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

Lebih terperinci

EFEK FOTOVOLTAIK DA PIROELEKTRIK Ba 0,25 Sr 0,7 75TiO 3 (BST) YA G DIDADAH IOBIUM (B ST) ME GGU AKA CHEMICAL SOLUTIO DEPOSITIO. Agung Seno Hertanto

EFEK FOTOVOLTAIK DA PIROELEKTRIK Ba 0,25 Sr 0,7 75TiO 3 (BST) YA G DIDADAH IOBIUM (B ST) ME GGU AKA CHEMICAL SOLUTIO DEPOSITIO. Agung Seno Hertanto EFEK FOTOVOLTAIK DA PIROELEKTRIK Ba 0,25 Sr 0,7 75TiO 3 (BST) YA G DIDADAH IOBIUM (B ST) ME GGU AKA METODE CHEMICAL SOLUTIO DEPOSITIO Agung Seno Hertanto DEPARTEME FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PE

Lebih terperinci

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si SEMINAR TUGAS AKHIR Add Your Company Slogan STUDI AWAL FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) MENGGUNAKAN EKSTRAKSI BUNGA SEPATU SEBAGAI DYE SENSITIZERS DENGAN VARIASI LAMA ABSORPSI

Lebih terperinci

Bab 1 Bahan Semikonduktor. By : M. Ramdhani

Bab 1 Bahan Semikonduktor. By : M. Ramdhani Bab 1 Bahan Semikonduktor By : M. Ramdhani Tujuan instruksional : Mengerti sifat dasar sebuah bahan Memahami konsep arus pada bahan semikonduktor Memahami konsep bahan semikonduktor sebagai bahan pembentuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 - Juni 2011 di Laboratorium Biofisika dan Laboratorium Fisika Lanjut, Departemen Fisika IPB.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN diperkuat oleh rangkainan op-amp. Untuk op-amp digunakan IC LM-324. 3.3.2.2. Rangkaian Penggerak Motor (Driver Motor) Untuk menjalankan motor DC digunakan sebuah IC L293D. IC L293D dapat mengontrol dua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Barium Stronsium Titanat (Ba x Sr 1-x TiO 3 ) BST merupakan kombinasi dua material perovskit barium titanat (BaTiO) dan stronsium titanat (SrTiO). Pada kedudukan A, kisi ABO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

4 FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SEL SURYA HIBRID ZnO-KLOROFIL

4 FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SEL SURYA HIBRID ZnO-KLOROFIL 4 FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SEL SURYA HIBRID ZnO-KLOROFIL 21 Pendahuluan Sel surya hibrid merupakan suatu bentuk sel surya yang memadukan antara semikonduktor anorganik dan organik. Dimana dalam bentuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. HALAMAN MOTO...

DAFTAR ISI. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. HALAMAN MOTO... ix DAFTAR ISI PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN TUGAS... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR

Lebih terperinci

STUDI FOTODIODE FILM TIPIS SEMIKONDUKTOR Ba 0,6 DIDADAH TANTALUM

STUDI FOTODIODE FILM TIPIS SEMIKONDUKTOR Ba 0,6 DIDADAH TANTALUM Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007 STUDI FOTODIODE FILM TIPIS SEMIKONDUKTOR Ba 0,6 DIDADAH TANTALUM ABSTRAK Irzaman Departemen Fisika FMIPA - IPB Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 STUDI

Lebih terperinci

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data 7 jam dan disonikasi selama jam agar membran yang dihasilkan homogen. Langkah selanjutnya, membran dituangkan ke permukaan kaca yang kedua sisi kanan dan kiri telah diisolasi. Selanjutnya membran direndam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini terlihat dari banyaknya komponen semikonduktor yang digunakan disetiap kegiatan manusia.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya λ Panjang Gelombang 21 ω Kecepatan Angular 22 ns Indeks Bias Kaca 33 n Indeks Bias Lapisan Tipis 33 d Ketebalan Lapisan Tipis 33 α Koofisien Absorpsi 36 Frekuensi Cahaya 35 υ BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

Semikonduktor. Sifat. (ohm.m) Tembaga 1,7 x 10-8 Konduktor Silikon pd 300 o K 2,3 x 10 3 Semikonduktor Gelas 7,0 x 10 6 Isolator

Semikonduktor. Sifat. (ohm.m) Tembaga 1,7 x 10-8 Konduktor Silikon pd 300 o K 2,3 x 10 3 Semikonduktor Gelas 7,0 x 10 6 Isolator Semikonduktor Definisi I: Bahan yang memiliki nilai hambatan jenis (ρ) antara konduktor dan isolator yakni sebesar 10 6 s.d. 10 4 ohm.m Perbandingan hambatan jenis konduktor, semikonduktor, dan isolator:

Lebih terperinci

Modul - 4 SEMIKONDUKTOR

Modul - 4 SEMIKONDUKTOR Modul - 4 SEMIKONDUKTOR Disusun Sebagai Materi Pelatihan Guru-Guru SMA/MA Provinsi Nangro Aceh Darussalam Disusun oleh: Dr. Agus Setiawan, M.Si Dr. Dadi Rusdiana, M.Si Dr. Ida Hamidah, M.Si Dra. Ida Kaniawati,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki abad 21, persediaan minyak dan gas bumi semakin menipis. Sementara kebutuhan akan energi semakin meningkat, terutama dirasakan pada negara industri. Kebuthan

Lebih terperinci

LAMPU TENAGA SINAR MATAHARI. Tugas Projek Fisika Lingkungan. Drs. Agus Danawan, M. Si. M. Gina Nugraha, M. Pd, M. Si

LAMPU TENAGA SINAR MATAHARI. Tugas Projek Fisika Lingkungan. Drs. Agus Danawan, M. Si. M. Gina Nugraha, M. Pd, M. Si LAMPU TENAGA SINAR MATAHARI Tugas Projek Fisika Lingkungan disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisika Lingkungan yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M. Si M. Gina Nugraha, M. Pd, M. Si

Lebih terperinci

SEMIKONDUKTOR oleh: Ichwan Yelfianhar dirangkum dari berbagai sumber

SEMIKONDUKTOR oleh: Ichwan Yelfianhar dirangkum dari berbagai sumber SEMIKONDUKTOR oleh: Ichwan Yelfianhar dirangkum dari berbagai sumber Pengertian Umum Bahan semikonduktor adalah bahan yang bersifat setengah konduktor karena celah energi yang dibentuk oleh struktur bahan

Lebih terperinci

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (SOLAR CELL)

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (SOLAR CELL) JOBSHEET SENSOR CAHAYA (SOLAR CELL) A. TUJUAN 1. Merancang sensor sel surya terhadap besaran fisis. 2. Menguji sensor sel surya terhadap besaran fisis. 3. Menganalisis karakteristik sel surya. B. DASAR

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ARUS DAN TEGANGAN SEL SURYA

KARAKTERISTIK ARUS DAN TEGANGAN SEL SURYA LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMEN II KARAKTERISTIK ARUS DAN TEGANGAN SEL SURYA Oleh : 1. Riyanto H1C004006 2. M. Teguh Sutrisno H1C004007 3. Indri Kurniasih H1C004003 4. Gita Anggit H1C004014 Tanggal

Lebih terperinci

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE A. Handjoko Permana *), Ari W., Hadi Nasbey Universitas Negeri Jakarta, Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun, Jakarta 13220 * ) Email:

Lebih terperinci

1. Semikonduktor intrinsik : bahan murni tanpa adanya pengotor bahan lain. 2. Semikonduktor ekstrinsik : bahan mengandung impuritas dari bahan lain

1. Semikonduktor intrinsik : bahan murni tanpa adanya pengotor bahan lain. 2. Semikonduktor ekstrinsik : bahan mengandung impuritas dari bahan lain 1. Semikonduktor intrinsik : bahan murni tanpa adanya pengotor bahan lain 2. Semikonduktor ekstrinsik : bahan mengandung impuritas dari bahan lain Adalah Semikonduktor yang terdiri atas satu unsur saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi yang terus meningkat dan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan gas alam menjadi pendorong bagi manusia untuk mencari sumber energi alternatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan berkembangnya kehidupan manusia. Sehingga para peneliti terus berupaya untuk mengembangkan sumber-sumber energi

Lebih terperinci

F- 1. PENGARUH PENYISIPAN LOGAM Fe PADA LAPISAN TiO 2 TERHADAP PERFORMANSI SEL SURYA BERBASIS TITANIA

F- 1. PENGARUH PENYISIPAN LOGAM Fe PADA LAPISAN TiO 2 TERHADAP PERFORMANSI SEL SURYA BERBASIS TITANIA PENGARUH PENYISIPAN LOGAM Fe PADA LAPISAN TiO 2 TERHADAP PERFORMANSI SEL SURYA BERBASIS TITANIA Rita Prasetyowati, Sahrul Saehana, Mikrajuddin Abdullah (a), dan Khairurrijal Kelompok Keahlian Fisika Material

Lebih terperinci

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan 29 III. PROSEDUR PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan Desember 2012, di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Karakterisasi

Lebih terperinci

Bab 1. Semi Konduktor

Bab 1. Semi Konduktor Bab 1. Semi Konduktor Operasi komponen elektronika benda padat seperti dioda, LED, Transistor Bipolar dan FET serta Op-Amp atau rangkaian terpadu lainnya didasarkan atas sifat-sifat semikonduktor. Semikonduktor

Lebih terperinci

MAKALAH PITA ENERGI. Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna ( ) Rombel 1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor

MAKALAH PITA ENERGI. Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna ( ) Rombel 1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor MAKALAH PITA ENERGI Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna (4211412011) Rombel 1 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

MODUL 1 KULIAH SEMIKONDUKTOR

MODUL 1 KULIAH SEMIKONDUKTOR MODUL 1 KULIAH SMIKONDUKTOR I.1. LOGAM, ISOLATOR dan SMIKONDUKTOR. Suatu bahan zat padat apabila dikaitkan dengan kemampuannya dalam menghantarkan arus listrik, maka bahan zat padat dibedakan menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi listrik. Pemanfaatan energi listrik terus berkembang tidak hanya berfokus

BAB I PENDAHULUAN. energi listrik. Pemanfaatan energi listrik terus berkembang tidak hanya berfokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring pertumbuhan penduduk di dunia yang semakin meningkat, kebutuhan akan sumber energi meningkat pula. Termasuk kebutuhan akan sumber energi listrik. Pemanfaatan

Lebih terperinci

Studi Konduktivitas Listrik Film Tipis Ba 0.25 Sr 0.75 TiO 3 Yang Didadah Ferium Oksida (BFST) Menggunakan Metode Chemical Solution Deposition

Studi Konduktivitas Listrik Film Tipis Ba 0.25 Sr 0.75 TiO 3 Yang Didadah Ferium Oksida (BFST) Menggunakan Metode Chemical Solution Deposition Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 13., No.1, Januari 2010, hal 33-38 Studi Konduktivitas Listrik Film Tipis Ba 0.25 Sr 0.75 TiO 3 Yang Didadah Ferium Oksida (BFST) Menggunakan Metode Chemical Solution

Lebih terperinci

KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd.

KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd. KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd. m.sukar1982xx@gmail.com A. Keramik Bahan keramik merupakan senyawa antara logam dan bukan logam. Senyawa ini mempunyai ikatan ionik dan atau ikatan kovalen. Jadi sifat-sifatnya

Lebih terperinci

PADA BEBERAPA MOLARITAS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK, SIFAT OPTIK DAN STRUKTUR KRISTALNYA DANIEL VIKTORIUS

PADA BEBERAPA MOLARITAS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK, SIFAT OPTIK DAN STRUKTUR KRISTALNYA DANIEL VIKTORIUS PEMBUATAN FILM LITHIUM NIOBATE (LiNbO 3 ) PADA BEBERAPA MOLARITAS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK, SIFAT OPTIK DAN STRUKTUR KRISTALNYA DANIEL VIKTORIUS DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANN

Lebih terperinci

Irzaman, A Maddu, H Syafutra, dan A Ismangil. Jalan Meranti Gedung Wing S no 3 Dramaga Bogor

Irzaman, A Maddu, H Syafutra, dan A Ismangil. Jalan Meranti Gedung Wing S no 3 Dramaga Bogor Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010 ISBN : 978-979-98010-6-7 UJI KONDUKTIVITAS LISTRIK DAN DIELEKTRIK FILM TIPIS LITHIUM TANTALATE ( LiTaO 3 ) YANG DIDADAH NIOBIUM PENTAOKSIDA (Nb 2 O 5 ) MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Ana Thoyyibatun Nasukhah Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Ana Thoyyibatun Nasukhah Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si SEMINAR TUGAS AKHIR Add Your Company Slogan FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN MENGGUNAKAN EKTRAKSI DAGING BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) SEBAGAI DYE SENSITIZER

Lebih terperinci

Gambar Semikonduktor tipe-p (kiri) dan tipe-n (kanan)

Gambar Semikonduktor tipe-p (kiri) dan tipe-n (kanan) Mekanisme Kerja Devais Sel Surya Sel surya merupakan suatu devais semikonduktor yang dapat menghasilkan listrik jika diberikan sejumlah energi cahaya. Proses penghasilan energi listrik itu diawali dengan

Lebih terperinci

BAB I 1 PENDAHULUAN. kemampuan mengubah bentuk radiasi cahaya menjadi sinyal listrik. Radiasi yang

BAB I 1 PENDAHULUAN. kemampuan mengubah bentuk radiasi cahaya menjadi sinyal listrik. Radiasi yang BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Fotodiode merupakan sebuah peranti semikonduktor yang memiliki kemampuan mengubah bentuk radiasi cahaya menjadi sinyal listrik. Radiasi yang dapat diterima

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI Oleh Yuda Anggi Pradista NIM 101810301025 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sel surya merupakan salah satu divais elektronik yang dapat mengubah secara langsung energi radiasi matahari menjadi energi listrik. Sel surya merupakan sumber energi

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1 LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1 KODE: L - 4 JUDUL PERCOBAAN : ARUS DAN TEGANGAN PADA LAMPU FILAMEN TUNGSTEN DI SUSUN OLEH: TIFFANY RAHMA NOVESTIANA 24040110110024 LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell 1 Ika Wahyuni, 2 Ahmad Barkati Rojul, 3 Erlin Nasocha, 4 Nindia Fauzia Rosyi, 5 Nurul Khusnia, 6 Oktaviana Retna Ningsih Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bidang elektronik saat ini memegang peranan penting di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Bidang elektronik saat ini memegang peranan penting di berbagai sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Bidang elektronik saat ini memegang peranan penting di berbagai sektor pembangunan. Hal ini terlihat dari banyaknya penggunaan piranti elektronik di setiap

Lebih terperinci

SIMULASI PENGARUH PANJANG GELOMBANG FOTON DATANG TERHADAP KARAKTERISTIK I-V DIODA SEL SURYA MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

SIMULASI PENGARUH PANJANG GELOMBANG FOTON DATANG TERHADAP KARAKTERISTIK I-V DIODA SEL SURYA MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA SIMULASI PENGARUH PANJANG GELOMBANG FOTON DATANG TERHADAP KARAKTERISTIK I-V DIODA SEL SURYA MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA SKRIPSI Oleh Fitriana NIM 101810201006 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini mengalami peralihan dari teknologi mikro (microtechnology) ke generasi yang lebih kecil yang dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban manusia di abad ini. Sehingga diperlukan suatu kemampuan menguasai teknologi tinggi agar bisa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih metode eksperimen. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PANEL SURYA BERDASARKAN MATERIAL PENYUSUN DAN INTENSITAS CAHAYA. Diajukan untuk memenuhi persyaratan

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PANEL SURYA BERDASARKAN MATERIAL PENYUSUN DAN INTENSITAS CAHAYA. Diajukan untuk memenuhi persyaratan TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PANEL SURYA BERDASARKAN MATERIAL PENYUSUN DAN INTENSITAS CAHAYA Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA Muhammad Ilham, Moch. Arif Nurdin,Septia Eka Marsha Putra, Hanani, Robbi Hidayat. 10211078, 10211003, 10211022, 10211051, 10211063. Program Studi Fisika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

PEMBUATAN SEL SURYA BERBASIS FILM FERROELEKTRIK BARIUM STRONTIUM TITANATE (Ba 0,5 Sr 0,5 TiO 3 ) MUHAMMAD NUR HILALUDDIN

PEMBUATAN SEL SURYA BERBASIS FILM FERROELEKTRIK BARIUM STRONTIUM TITANATE (Ba 0,5 Sr 0,5 TiO 3 ) MUHAMMAD NUR HILALUDDIN PEMBUATAN SEL SURYA BERBASIS FILM FERROELEKTRIK BARIUM STRONTIUM TITANATE (Ba 0,5 Sr 0,5 TiO 3 ) MUHAMMAD NUR HILALUDDIN DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION Yolanda Oktaviani, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas e-mail: vianyolanda@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Simulasi Sel Surya Model Dioda dengan Hambatan Seri dan Hambatan Shunt Berdasarkan Variasi Intensitas Radiasi, Temperatur, dan Susunan Modul

Simulasi Sel Surya Model Dioda dengan Hambatan Seri dan Hambatan Shunt Berdasarkan Variasi Intensitas Radiasi, Temperatur, dan Susunan Modul Simulasi Sel Surya Model Dioda dengan Hambatan Seri dan Hambatan Shunt Berdasarkan Variasi Intensitas Radiasi, Temperatur, dan Susunan Modul M. Dirgantara 1 *, M. Saputra 2, P. Aulia 3, Z. Deofarana 4,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara. Sebagai negara berkembang, Indonesia melakukan swasembada diberbagai bidang, termasuk

Lebih terperinci

Physical Aspects of Solar Cell Efficiency Light With Too Little Or Too Much Energy

Physical Aspects of Solar Cell Efficiency Light With Too Little Or Too Much Energy Physical Aspects of Solar Cell Efficiency Light With Too Little Or Too Much Energy Rifani Magrissa Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang, Padang Tinjauan

Lebih terperinci

Kata Kunci : film tipis, niobium penta oksida, uji arus-tegangan, intensitas cahaya

Kata Kunci : film tipis, niobium penta oksida, uji arus-tegangan, intensitas cahaya Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010 ISBN : 978 979 98010 6 7 Abstrak UJI ARUS-TEGANGAN FILM TIPIS Ba 0,5 Sr 0,5 TiO 3 DENGAN PENDADAH NIOBIUM PENTA OKSIDA SEBAGAI SENSOR CAHAYA A Arief, Irzaman, M Dahrul,

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA. Bab 2. Semikonduktor

ELEKTRONIKA. Bab 2. Semikonduktor ELEKTRONIKA Bab 2. Semikonduktor DR. JUSAK Konduktor Konduktor adalah sebuah bahan/elemen yang mempunyai kemampuan menghantarkan listrik. Salah satu contoh bahan koduktor adalah tembaga. Nukleus atom tembaga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

STUDI EFEK FOTOVOLTAIK BAHAN Ba 0,5 Sr 0,5 TiO 3 YANG DIDADAH GALIUM (BSGT) DI ATAS SUBSTRAT Si (100) TIPE-N. Abraham Marwan

STUDI EFEK FOTOVOLTAIK BAHAN Ba 0,5 Sr 0,5 TiO 3 YANG DIDADAH GALIUM (BSGT) DI ATAS SUBSTRAT Si (100) TIPE-N. Abraham Marwan STUDI EFEK FOTOVOLTAIK BAHAN Ba 0,5 Sr 0,5 TiO 3 YANG DIDADAH GALIUM (BSGT) DI ATAS SUBSTRAT Si (100) TIPE-N Abraham Marwan DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STUDI EFEK FOTOVOLTAIK DAN PIROELEKTRIK Ba 0,75 Sr 0,25 TIO 3 (BST) YANG DIDADAH GALIUM (BGST) DI ATAS SUBSTRAT SI (100) TIPE-P ERDIANSYAH PRATAMA

STUDI EFEK FOTOVOLTAIK DAN PIROELEKTRIK Ba 0,75 Sr 0,25 TIO 3 (BST) YANG DIDADAH GALIUM (BGST) DI ATAS SUBSTRAT SI (100) TIPE-P ERDIANSYAH PRATAMA STUDI EFEK FOTOVOLTAIK DAN PIROELEKTRIK Ba 0,75 Sr 0,25 TIO 3 (BST) YANG DIDADAH GALIUM (BGST) DI ATAS SUBSTRAT SI (100) TIPE-P ERDIANSYAH PRATAMA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan produksi film tipis dipengaruhi dua kejadian. Pertama-tama, penemuan HTSC (super konduktor panas tinggi) yang menunjukkan kerapatan arus yang lebih besar jika dideposisikan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK 92 dari pelat kaca dan tertutup dari pelat kaca. Untuk dioda silikon yang sambungannya paralel terbuka dari pelat kaca besarnya adalah 352 x 10-4 Joule pada temperatur pengamatan 39 o C, sedangkan yang

Lebih terperinci

SEL SURYA FOTOELEKTROKIMIA DENGAN MENGGUNAKAN NANOPARTIKEL PLATINUM SEBAGAI ELEKTRODA COUNTER GROWTH

SEL SURYA FOTOELEKTROKIMIA DENGAN MENGGUNAKAN NANOPARTIKEL PLATINUM SEBAGAI ELEKTRODA COUNTER GROWTH SEL SURYA FOTOELEKTROKIMIA DENGAN MENGGUNAKAN NANOPARTIKEL PLATINUM SEBAGAI ELEKTRODA COUNTER GROWTH Iwantono *), Erman Taer, Rika Taslim dan Lutfi Rindang Lestari Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau

Lebih terperinci

What Is a Semiconductor?

What Is a Semiconductor? 1 SEMIKONDUKTOR Pengantar 2 What Is a Semiconductor? Istilah Konduktor Insulator Semikonduktor Definisi Semua bahan, sebagian besar logam, yang memungkinkan arus listrik mengalir melalui bahan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstanta dielektrik adalah perbandingan nilai kapasitansi kapasitor pada bahan dielektrik dengan nilai kapasitansi di ruang hampa. Konstanta dielektrik atau permitivitas

Lebih terperinci

Atom silikon dan germanium masingmempunyai empat elektron valensi. Oleh karena itu baik atom silikon maupun atom germanium disebut juga dengan atom

Atom silikon dan germanium masingmempunyai empat elektron valensi. Oleh karena itu baik atom silikon maupun atom germanium disebut juga dengan atom Mata Kuliah Pertemuaan Pokok Bahasan Waktu : Elektronika Analog : I : Bahan Semikonduktor : 2x55 menit Berdasarkan sifat hantantaran listrik bahan dapat dibagi atas 3 jenis yaitu: bahan yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang dialami hampir oleh seluruh negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang dialami hampir oleh seluruh negara di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis energi yang dialami hampir oleh seluruh negara di dunia menyebabkan beberapa perubahan yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Energi

Lebih terperinci

Tidak Pengujian Rangkaian Termometer Digital BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakterisasi

Tidak Pengujian Rangkaian Termometer Digital BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakterisasi 15 Program ini yang nantinya akan mengolah tegangan analog dari sensor menjadi sebuah kode-kode digital. Hasil pengolahan data dari ADC tersebut ditampilkan pada layar LCD untuk pengukuran suhu dalam bentuk

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAN KAMERA CANGGIH DAN MURAH BERBASIS SENSOR CAHAYA DARI FILM TIPIS Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST)

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAN KAMERA CANGGIH DAN MURAH BERBASIS SENSOR CAHAYA DARI FILM TIPIS Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAN KAMERA CANGGIH DAN MURAH BERBASIS SENSOR CAHAYA DARI FILM TIPIS Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) BIDANG KEGIATAN: PKM KARSA-CIPTA Diusulkan Oleh: Reza Fahmi

Lebih terperinci

MIKROELEKTRONIKA. Gejala Transport dalam Semikonduktor. D3 Teknik Komputer Universitas Gunadarma

MIKROELEKTRONIKA. Gejala Transport dalam Semikonduktor. D3 Teknik Komputer Universitas Gunadarma MIKROELEKTRONIKA Gejala Transport dalam Semikonduktor D3 Teknik Komputer Universitas Gunadarma MOBILITAS & KONDUKTIVITAS Gambaran gas elektron dari logam Bagian yang gelap menyatakan bagian yang mempunyai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 31 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober 2010 hingga bulan Juni 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biofisika Departemen Fisika Institut

Lebih terperinci

Tenaga Surya sebagai Sumber Energi. Oleh: DR. Hartono Siswono

Tenaga Surya sebagai Sumber Energi. Oleh: DR. Hartono Siswono Tenaga Surya sebagai Sumber Energi Oleh: DR Hartono Siswono Energi memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia Bangsa yang tidak menguasai energi akan menjadi bangsa yang tidak merdeka seutuhnya Adalah

Lebih terperinci

STUDI FOTODIODA FILM TIPS BST DIDADAH TANTALUM. Heriyanto Syafutra

STUDI FOTODIODA FILM TIPS BST DIDADAH TANTALUM. Heriyanto Syafutra STUDI FOTODIODA FILM TIPS BST DIDADAH TANTALUM Heriyanto Syafutra DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Heriyanto Syafutra. STUDI FOTODIODA FILM

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENGUKUR KARAKTERISTIK I-V SEL SURYA DALAM KEADAAN PENYINARAN DAN TANPA PENYINARAN

PENGEMBANGAN SISTEM PENGUKUR KARAKTERISTIK I-V SEL SURYA DALAM KEADAAN PENYINARAN DAN TANPA PENYINARAN Program Studi Fisika Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA PENGEMBANGAN SISTEM PENGUKUR KARAKTERISTIK I-V SEL SURYA DALAM KEADAAN PENYINARAN DAN TANPA PENYINARAN Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di berbagai bidang sangat pesat terutama dalam bidang mikroelektronika atau miniaturisasi peralatan elektronik. Mikroelektronika didorong oleh

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Proses pembangunan disegala bidang selain membawa kemajuan terhadap kehidupan manusia, tetapi juga akan membawa dampak negative bagi lingkungan hidup. Industrialisasi

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK Walfred Tambuhan, Maksi Ginting, Minarni Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau walfred_tambunan yahoo.com

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

Pembuatan Sel Surya Film Tipis dengan DC Magnetron Sputtering

Pembuatan Sel Surya Film Tipis dengan DC Magnetron Sputtering Pembuatan Sel Surya Film Tipis dengan DC Magnetron Sputtering Desty Anggita Tunggadewi 1, Fitria Hidayanti 1 1 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional dtunggadewi@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci