Prevalensi Larva Echinostomatidae pada Berbagai Jenis Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prevalensi Larva Echinostomatidae pada Berbagai Jenis Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi"

Transkripsi

1 ejipbiol Vol. 2: 16, Desember 2013 ISSN : Prevalensi Larva pada Berbagai Jenis Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi Prevalence of Larval in Different Types of Freshwater Gastropoda in Dolo Kabupaten Sigi Irmawati 1, H. Achmad Ramadhan 2, Hj. Sutrisnawati 2 1 Mahasiswa Prog. Studi Pend. Biologi. FKIP. Universitas Tadulako 2 Dosen Program Studi Pend. Biologi. FKIP. Universitas Tadulako irmamasalingi@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi beberapa jenis gastropoda yang terinfeksi larva di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi dan untuk menentukan prevalensi jumlah larva yang menginfeksi Gastropoda air tawar di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan teknik transek menggunakan metode plot berpetak. Populasi adalah semua jenis Gastropoda air tawar yang ada pada lokasi pengamatan di Kecamatan Dolo yang terdapat dalam plot. Sampel adalah semua jenis Gastropoda air tawar yang terinfeksi larva. Pengambilan sampel dilakukan di 3 lokasi yaitu Desa Langaleso, Desa Kota Rindau dan Desa Kota Pulu pada berbagai macam habitat yaitu sawah, saluran irigasi dan kolam. Selanjutnya pemeriksaan terhadap gastropoda air tawar yang terinfeksi larva dilakukan di laboratorium Biologi FKIP UNTAD. Untuk menghitung prevalensi larva pada suatu jenis gastropoda air tawar yang ditemukan, maka dihitung dalam persen. Dari hasil penelitian didapatkan 6 jenis gastropoda air tawar yaitu, M. tuberculata, B. javanica, T. scabra, I. exutus, dan P. canaliculata dan setelah dilakukan pemeriksaan semua jenis gastropoda tersebut positif terinfeksi larva cacing. Prevalensi larva yang tertinggi terdapat pada lokasi Kota pulu di habitat sawah pada jenis siput Melanoides tuberculata (51,76%). Kata Kunci: prevalensi, dan Gastropada air tawar Abstract This study aimed to obtain information on several types of gastropoda infected larva in Dolo Kabupaten Sigi and to determine the prevalence number of larva that infect freshwater gastropoda in Dolo Kabupaten Sigi. The method used is the method of survey transect technique using the plot's puzzle. Population is all kinds of freshwater gastropods that existed at the location in the district of Dolo observations contained in the plot. The samples are all kinds of freshwater gastropoda infected larvae. Sampling was conducted in 3 locations: Langaleso, Kota Rindau dan Kota Pulu, on a wide range of habitats, namely rice fields, irrigation ditches, and ponds. Further examination of the freshwater gastropoda infected larvae in the laboratory FKIP UNTAD Biology. To calculate the prevalence of larvae in a freshwater gastropoda species is found, it is calculated in percent. From the results, 6 species of freshwater gastropoda, namely, M. tuberculata, B. javanica, T. scabra, I. exutus, and P. canaliculata andfter the examination of all types of gastropods positive infected with worm larvae. the highest prevalence of larvae found in Kota Pulu locations in the tens of paddy on the type of snail habitat Melanoides tuberculata (51.76%). Keyword: prevalence, and freshwater Gastropoda

2 Irmawati et al., PENDAHULUAN Propinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki beragam flora dan fauna, diantaranya ada yang spesifik, bahkan ada yang bersifat endemik yang tidak dijumpai di daerahdaerah lain Indonesia. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan ternyata Sulawesi Tengah secara makro mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi (Sutrisnawati, 2001). Kabupaten Sigi merupakan kabupaten termuda di Sulawesi Tengah, dengan luas wilayah Kabupaten Sigi secara keseluruhan adalah 5.196,02 km 2 atau sekitar 7,64 % dari total luas wilayah Sulawesi Tengah. Secara administratif, Kabupaten Sigi terbagi menjadi 15 kecamatan, 156 desa dan 1 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT). Kecamatan Dolo merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Sigi (Badan Pusat Statistik, 2011). Berdasarkan hasil observasi, pada daerah ini terdapat persawahan yang cukup luas, irigasi, kolam, rawa, serta sungai yang merupakan habitat dari invertebrata air tawar, khususnya jenisjenis siput dari phylum Mollusca. Secara umum gastropoda memberi manfaat kepada manusia, baik dagingnya sebagai bahan makanan yang berprotein tinggi sehingga dapat dikonsumsi oleh penduduk, juga sebagai pakan ternak unggas dan cangkangnya dapat dibuat berbagai macam lukisan, cendramata dan bungabungaan (Dharma, 1988). Akan tetapi, selain memiliki berbagai macam manfaat tersebut, siput juga dapat merugikan yaitu sebagai hama yang merupakan ancaman bagi manusia karena memakan tanaman muda misalnya padi, serta beberapa jenis diantaranya ternyata dapat berpotensi sebagai inang perantara parasit cacing trematoda, yang stadium dewasanya berparasit pada manusia (Sutrisnawati, 2001). Cacing trematoda memerlukan jenis siput tertentu sebagai inang antara untuk kelangsungan hidupnya (Joosse dan Elk, 1986). Pada umumnya cacing trematoda yang hidup pada siput ditemukan pada beberapa Negara seperti di RRC, Korea, Jepang, Filipina, Thailand, Vietnam, Taiwan, India dan Afrika. Beberapa spesies juga ditemukan di Indonesia seperti Fasciolopsis buski di Kalimantan, Echinostoma di Jawa dan Sulawesi, Heterophydae di Jakarta dan Schistosoma japonicum di Sulawesi Tengah (Srisasi dkk, 1998). Infeksi Echinostoma menyebabkan kerusakan ringan pada mukosa usus dan tidak menimbulkan gejala yang berarti. Infeksi berat dapat menyebabkan timbulnya radang kataral pada dinding usus atau ulserasi. Pada anak menimbulkan gejala diare, sakit perut, anemia dan edema. Adapun jenis siput yang merupakan hospes perantara I dari cacing yaitu berupa keong jenis kecil seperti dari genus Anisus, Gyraulus, Lymnaea, dan sebagainya. Sedangkan hospes perantara II, yaitu jenis keong yang besar, seperti dari genus Vivipar, Bellamya, Pila atau Corbicula (Srisasi dkk, 1998). Dari hasil observasi yang dilakukan, diketahui bahwa sebagian masyarakat di Kecamatan Dolo memanfaatkan siput jenis tertentu sebagai bahan makanan untuk dikonsumsi maupun sebagai pakan ternak. Hingga saat ini belum ada laporan tentang prevalensi larva cacing trematoda pada daerah Sigi. Sementara potensi terinfeksinya siput di daerah tersebut sangat besar. Hal ini dilihat dari beberapa faktor pendukungnya yaitu banyaknya perairan dekat dengan daerah penyebaran cacing trematoda. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini ialah : 1. Berapa jenis gastropoda air tawar yang terinfeksi larva di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi? 2. Berapa persen prevalensi larva yang menginfeksi gastropoda air tawar di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi? Tujuan Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini ialah: 1. Untuk mendapatkan informasi beberapa jenis gastropoda air tawar yang terinfeksi larva di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi. 2. Untuk menentukan prevalensi larva yang menginfeksi 2 ejipbiol Vol 2, Desember 2013

3 Prevalensi Larva pada Berbagai Jenis Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi gastropoda air tawar di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Untuk pengembangan ilmu biologi khususnya pada mata kuliah zoologi invertebrate dan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat luas tentang infeksi larva pada beberapa jenis gastropoda air tawar di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi. b. Sebagai bahan informasi bagi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Dinas Kesehatan mengengenai prevalensi larva yang dapat menginfeksi hewan ternak maupun manusia yang terdapat pada beberapa jenis gastropoda air tawar sebagai inang perantara. c. Sebagai realisasi dari mahasiswa biologi selaku peneliti guna meningkatkan kreatifitas bidang keilmuwan khususnya pengabdian kepada masyarakat. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yaitu mencoba menjelaskan peristiwa yang terjadi sekarang tanpa memberikan perlakuan terlebih dahulu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Februari Penelitian lapangan dilakukan di tiga desa yaitu Desa Langaleso, Desa Kota Rindau, dan Desa Kota Pulu yang terletak di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi. Penelitian larva dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Palu. Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis gastropoda air tawar yang ada pada lokasi pengamatan di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah semua jenis gastropoda air tawar yang terinfeksi larva yang ditemukan pada saat pengamatan di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi. Alatalat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ph meter, Higrometer, DO meter, Mikroskop, Kaca objek, Kaca penutup, Lumpang dan alu, Meteran rol, Tali rafiah, Sepatu bot, Sarung tangan, Tapis, Pelastik, Patok kayu, Kertas label dan Kamera. Bahan yang digunakan adalah air, Gastropoda air tawar dan NaCl fisiologis Prosedur Penelitian Tahap Pengambilan Sampel Gastropoda Menentukan wilayah yang akan diteliti dengan metode kuadrat/plot berpetak (Michael, 1984), dengan menempatkan kuadrat secara sistematis menurut garis transek, berdasarkan keberadaan Gastropoda yang dianggap mewakili tempat tersebut. Pada setiap lokasi pengamatan dibuat garis transek dengan panjang 10 meter. Banyaknya plot yang digunakan setiap transek adalah 3 plot dengan ukuraan plot 1 m x 1 m. Jumlah transek dalam satu habitat adalah 3 transek, sehingga jumlah keseluruhan plot dalam satu lokasi adalah 9 plot. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengayak tanah atau lumpur kemudian gastropoda yang ditemukan dimasukkan ke dalam pelastik yang telah berisi air dan diberi label. Kemudian gastropoda tersebut nantinya akan diidentifikasi dan dilakukan pemeriksaan dilaboratorium untuk mengetahui adanya larva pada jenis Gastropoda yang ditemukan. Pada tahap pengambilan sampel ini dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali yaitu pada pagi dan sore hari. Tahap Pengukuran Sifat Fisik Kimia Lingkungan Setelah melakukan pengambilan sampel gastropoda air tawar, selanjutnya dilakukan pengukuran sifat fisik kimia lingkungan pada daerah penelitian yang meliputi pengukuran: ph, Suhu Air ( o C), Suhu Udara ( o C), Kelembaban (%), dan Kandungan oksigen terlarut. Tahap Pemeriksaan Larva di Laboratorium Setelah siput diidentifikasi, diukur panjang dan garis tengahnya/lebar tubuhnya, selanjutnya siput tersebut diremukkan (digerus), diberi sedikit NaCl fisiologis. Kemudian cairan hasil gerusan tersebut diteteskan pada kaca objek, diberi larutan merah netral, selanjutnya ditutup dengan 3 ejipbiol Vol 2, Desember 2013

4 Irmawati et al., kaca penutup dan diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran lemah (objektif 10 x) untuk melihat adanya stadia larva (stadium serkaria). Analisis Data a. Penentuan inang perantara gastropoda air tawar dilakukan dengan cara memeriksa semua Gastropoda yang ditemukan, kemudian dilihat stadium apa saja yang ditemukan di dalam Gastropoda tersebut, jika ditemukan larva (serkaria) atau metaserkaria maka Gastropoda tersebut positif merupakan inang antara cacing. b. Prevalensi merupakan besarnya seluruh kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu disuatu daerah. Untuk menghitung berapa besar prevalensi larva pada suatu jenis gastropoda air tawar yang ditemukan, maka dihitung dalam persen yaitu dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut Jumlah gastropoda Jenis x yang positif terinfeksi larva (serkaria) Trematoda Prevalensi = x 100 % Jumlah keseluruhan gastropoda jenis x yang diperiksa (Sutrisnawati, 2001). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai jenisjenis gastropoda air tawar yang berperan sebagai inang perantara cacing Trematoda dan jenisjenis cacing trematoda di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. JenisJenis Gastropoda Air Tawar yang Berperan Sebagai Inang Perantara Cacing Trematoda di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi JenisJenis Inang Perantara dari Jenis/Famili Larva Gastropoda Fasciola gigantic Trichobilharzia brevis M. tuberculata B. javanica T. scabra I. exutus P. canaliculata Keterangan : ( ) : ditemukan ; ( ) : tidak ditemukan Tabel 2. Jenis/Famili Larva (Serkaria) Trematoda Dan Prevalensinya Pada Beberapa Jenis Gastropoda Air Tawar Di Berbagai Macam Habitat Langaleso Kota rindau Kota Pulu Jenis/Famili Jenis Sw SI Kl Sw SI Kl Sw SI Kl Larva (serkaria) Gastropoda (%) ratarata F. gigantica T. brevis M. tuberculata B. javanica T. scabra I. exutus P. canaliculata 11,23 2,24 36,42 22, ,46 6,36 41,17 Keterangan : Sw : Sawah ; SI : Saluran Irigasi ; Kl : Kolam 20,37 15,43 14,86 4,5 18,91 13,51 33, ,40 9,67 14,83 51,76 23,94 13,97 26,21 13,67 4 ejipbiol Vol 2, Desember 2013

5 Prevalensi Larva pada Berbagai Jenis Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi Berdasarkan Tabel 1. Setelah dilakukan pemeriksaan pada 6 jenis gastropada air tawar yaitu Lymnaea rubiginosa, Melanoides exutus, dan Pomacea canaliculata, ternyata 6 jenis Gastropoda air tawar tersebut positif mengandung larva cacing Trematoda yaitu, Fasciola gigantica, dan Trichobilharzia brevis. Berdasarkan Tabel 2 jenis/famili larva (serkaria) Trematoda dan prevalensinya pada beberapa jenis Gastropoda air tawar di berbagai macam habitat, prevalensi tertinggi larva pada Melanoides tuberculata (51,76%) pada habitat sawah di Desa Kota Pulu. Selain itu, ditemukan juga larva cacing Fasciola gigantica pada siput Lymnaea rubiginosa dengan prevalensi tertinggi di Desa Kota Rindau pada habitat sawah (20,37%) dan larva cacing Trichobilharzia brevis pada siput Lymnaea rubiginosa (2,24%) di Desa Langaleso pada habitat sawah. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan 6 jenis gastropada air tawar, yaitu Lymnaea rubiginosa, Melanoides exutus, dan Pomacea canaliculata. Setelah dilakukan pemeriksaan di laboratorium, 6 jenis gastropoda yang ditemukan ternyata positif mengandung larva trematoda. Adapun larva trematoda yang ditemukan yaitu, Fasciola gigantica, dan Trichobilharzia brevis. Larva ditemukan pada semua jenis gastropoda tersebut yaitu Lymnaea rubiginosa, Melanoides exutus dan Pomacea canaliculata. Adapun larva cacing Fasciola gigantica dan Trichobilharzia brevis yang merupakan salah satu jenis dari famili Schistosomatidae, hanya ditemukan pada siput Lymnaea rubiginosa pada habitat sawah. Hal tersebut dikarenakan jenis siput Lymnaea rubiginosa merupakan inang perantara bagi Fasciola gigantica sesuai dengan laporan penelitian Zalizar dan Satrija dalam Sutrisnawati (2001) yang menyebutkan bahwa Lymnaea rubiginosa bertindak sebagai inang perantara tunggal bagi Fasciola gigantica di Indonesia. Selain itu juga bertindak sebagai inang perantara bagi trematoda lain, terutama dari family Schistosomatidae yang berparasit pada unggas air, serta parasit pada kodok dan tikus. Sebagaimana telah diketahui bahwa pada beberapa jenis siput air tawar dalam tubuhnya hidup dan berkembang larva cacing Trematoda, misalnya Fasciolopsis buski yang menyebabkan penyakit fasciolopsiasis, Fasciola hepatica yang dapat menyebabkan penyakit fascioliasis, Trichobilharzia brevis penyebab penyakit dermatitis schistosoma pada manusia dan Echinostoma revolutum yang menyebabkan penyakit echinostomiasis (Murad dkk, 1993). Prevalensi larva yang tertinggi terdapat pada lokasi Desa Kota Pulu di habitat sawah pada jenis siput Melanoides tuberculata (51,76%). Selanjutnya prevalensi larva pada jenis siput Bellamya javanica yang tertinggi terdapat pada lokasi Kota Pulu di habitat irigasi (26,21%). Prevalensi pada jenis siput Thiara scabra yang tertinggi terdapat pada lokasi Langaleso di habitat sawah (22,22%). Prevalensi larva pada jenis siput Indoplanorbis exutus yang tertinggi terdapat pada lokasi Desa Langaleso di habitat sawah (50%). Prevalensi larva pada jenis siput Pomacea canaliculata yang tertinggi terdapat pada lokasi Desa Kota Rindau di habitat irigasi (9,67 %). Kemudian pada jenis siput Lymnea rubiginosa prevalensi larva tertinggi terdapat pada lokasi Desa Kota Rindau di habitat sawah (20,37%), prevaleensi Fasciola gigantica pada pada jenis siput Lymnaea rubiginosa terdapat pada lokasi Kota Rindau di habitat sawah (15,43%) dan larva Trichobilharzia brevis hanya ditemukan pada jenis siput Lymnaea rubiginosa pada lokasi Desa Langleso di habitat sawah dengan prevalensi (2,24%). Adanya larva cacing yang ditemukan pada 6 jenis siput tersebut dapat dikarenakan larva mampu berkembang/hidup pada beberapa siput dibanding dengan larva yang lain. Selain itu, dapat juga dikarenakan pada parasit ini mempunyai banyak jenis ( Echinostoma ilocanum, Echinostoma malayanum, Echinostoma lindoense), cacing dewasanya hidup pada berbagai jenis hewan yaitu mamalia, jenis burung air, itik, entok, dan juga pada manusia (Noble dan Noble dalam Sutrisnawati, 2001.) Tingginya prevalesi larva yang terdapat pada Melanoides 5 ejipbiol Vol 2, Desember 2013

6 Irmawati et al., tuberculata (51,76%) pada habitat sawah di lokasi kota pulu, dapat dikarenakan Melanoides tuberculata merupakan inang perantara yang sesuai dengan. Sutrisnawati (2001) mengemukakan bahwa adanya variasi jenis/famili larva cacing trematoda dan prevalensinya pada setiap jenis gastropoda air tawar dapat dipengaruhi dengan bebagai macam faktor antara lain adanya sumber penularan berupa inang tetap yang sering mancari makan pada habitat air tawar serta penularan oleh hospes reservoir berbagai penyakit yang berupa hewan rodentia, selain itu prevalensi pada siput juga tergantung pada kesesuaian antara Gastropoda sebagai inang perantara yang tersedia dihabitat dengan telur atau mirasidium yang masuk pada siput tersebut. KESIMPULAN 1. Jenis Gastropoda air tawar yang terinfeksi larva yang ditemukan di Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi terdapat 6 jenis, yaitu Lymnaea rubiginosa, Melanoides exutus, Thiara scabra dan Pomacea canaliculata. 2. Prevalensi larva yang tertinggi terdapat pada lokasi Desa Kota pulu di habitat sawah pada jenis siput Melanoides tuberculata (51,76%). Pada jenis siput Lymnea rubiginosa prevalensi larva tertinggi terdapat pada lokasi Desa Kota Rindau di habitat sawah (20,37%), prevalensi Fasciola gigantica pada pada jenis siput Lymnea rubiginosa terdapat pada lokasi Desa Kota Rindau di habitat sawah (15,43%) dan larva Trichobilharzia brevis hanya ditemukan pada jenis siput Lymnaea rubiginosa pada lokasi Langleso di habitat sawah dengan prevalensi (2,24%). SARAN Perlu kiranya penelitian lebih lanjut untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat mengenai jenis Gastropoda air tawar yang terinfeksi larva di Kec. Dolo Kab. Sigi Sulawesi Tengah dan penelitian mengenai kemungkinan adanya penderita echinostomiasisfascioliasis pada masyarakat di Kec. Dolo Kab. Sigi Sulawesi Tengah. DAFTAR PUSTAKA Badan pusat statistik. (2011). Kabupaten Sigi Dalam Angka. Percetakan Rio. Palu. Dharma B. (1988). Siput dan Kerang Indonesia I. Penerbit. PT. Sarana Graha. Jakarta. Joosse, J. & R.V. Elk. (1986). Trichobilharzia ocellata Physiological characterization of giant growth, glycogen depletion and absence of reproductive activity in the intermediate snail host, Lymnaea stagnalis. Exp. Parasitol. Michael, P. (1984). Echological Methods For Field and Laboratory Investigation. Tata McGrawHill Publishing Company Limited. New Delhi. Murad, S., Nurhayati, J., Rosanto, R., & Kasmara, H.. (1993). Beberapa Aspek Ekologi Mollusca Air Tawar Terutama JenisJenisnya yang Dapat Dimakan dan yang Berperan Sebagai Inang Perantara Cacing Trematoda di Daerah Saguling dan Cirata, Jawa Barat. Laporan Penelitian. Fakultas MIPA. Univ Padjajaran. Bandung. Srisasi, G., Ilahude, H.D., & Wita Pribadi. (1998). Parasitologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Sutrisnawati. (2001). Beberapa Aspek Biologi Gastropoda Air Tawar Serta Potensinya Sebagai Inang Perantara Parasit Cacing Trematoda Pada Manusia di Daerah Lembah Napu Sulawesi Tengah. [Thesis]. Universitas Padjadjaran. Bandung. 6 ejipbiol Vol 2, Desember 2013

Prevalensi Larva Fasciola Gigantica pada Beberapa Jenis Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi

Prevalensi Larva Fasciola Gigantica pada Beberapa Jenis Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi e-jipbiol Vol. 2 : 8-12, Desember 2013 ISSN : 2338-1795 Prevalensi Larva Fasciola Gigantica pada Beberapa Jenis Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi Prevalence of Larval Kabupaten Sigi

Lebih terperinci

Kepadatan dan Frekuensi Kehadiran Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi

Kepadatan dan Frekuensi Kehadiran Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi e-jipbiol Vol. 1: 57-64, Juni 2013 ISSN : 2338-1795 Kepadatan dan Frekuensi Kehadiran Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi Density and Presence Frequency of Gastropoda Freshwater in

Lebih terperinci

Keanekaragaman Gastropoda Air Tawar di Berbagai Macam Habitat di Kecamatan Tanambulava Kabupaten Sigi

Keanekaragaman Gastropoda Air Tawar di Berbagai Macam Habitat di Kecamatan Tanambulava Kabupaten Sigi e-jipbiol Vol. 2 : 13-19, Desember 2013 ISSN : 2338-1795 Gastropoda Air Tawar di Berbagai Macam Habitat di Kecamatan Tanambulava Kabupaten Sigi Diversity of Freshwater Gastropoda in a Variety of Habitats

Lebih terperinci

Freshwater snail as intermediate host of trematode in Kalumpang Dalam and Sungai Papuyu Village, Babirik Subdistrict, Hulu Sungai Utara District

Freshwater snail as intermediate host of trematode in Kalumpang Dalam and Sungai Papuyu Village, Babirik Subdistrict, Hulu Sungai Utara District Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 5, No. 2, Desember 214 Hal : 55 - Penulis : 1. Annida 2. Paisal Korespondensi : Balai Litbang P2B2

Lebih terperinci

JENIS-JENIS GASTROPODA DI SUNGAI KUYUNG DESA KUMBUNG NAGARI LUNANG UTARA KECAMATAN LUNANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

JENIS-JENIS GASTROPODA DI SUNGAI KUYUNG DESA KUMBUNG NAGARI LUNANG UTARA KECAMATAN LUNANG KABUPATEN PESISIR SELATAN JENIS-JENIS GASTROPODA DI SUNGAI KUYUNG DESA KUMBUNG NAGARI LUNANG UTARA KECAMATAN LUNANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Ayu Wahyuni 1, Armein Lusi 2, Lora Purnamasari 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain:

Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain: Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain: Tubuh simetri bilateral Belum memiliki sistem peredaran darah Belum memiliki anus Belum memiliki rongga badan (termasuk kelompok Triploblastik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan penyakit pada ternak merupakan salah satu hambatan yang di hadapi dalam pengembangan peternakan. Peningkatan produksi dan reproduksi akan optimal, bila secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bahan pakan sumber protein merupakan material yang sangat penting. dalam penyusunan ransum, khususnya ternak unggas. Saat ini bahan pakan

PENDAHULUAN. Bahan pakan sumber protein merupakan material yang sangat penting. dalam penyusunan ransum, khususnya ternak unggas. Saat ini bahan pakan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pakan sumber protein merupakan material yang sangat penting dalam penyusunan ransum, khususnya ternak unggas. Saat ini bahan pakan sumber protein masih bergantung

Lebih terperinci

Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung THE PREVALENCE OF TREMATODES IN BALI CATTLE BREEDERS REARED IN THE SOBANGAN VILLAGE, MENGWI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),

Lebih terperinci

STRUKTUR POPULASI DAN ANALISIS PARASITOLOGI KEONG MAS (Pomacea canaliculata Lamarck 1819) DI DESA JABUNGAN, SEMARANG

STRUKTUR POPULASI DAN ANALISIS PARASITOLOGI KEONG MAS (Pomacea canaliculata Lamarck 1819) DI DESA JABUNGAN, SEMARANG STRUKTUR POPULASI DAN ANALISIS PARASITOLOGI KEONG MAS (Pomacea canaliculata Lamarck 1819) DI DESA JABUNGAN, SEMARANG Population Structure and Parasitology Analysis of Golden Snail (Pomacea canaliculata

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENGGUNAAN LARVA CACING ECHINOSTOMA REVOLUTUM SEBAGAI AGEN KONTROL BIOLOGIS CACING FASCIOLA GIGANTICA

STUDI TENTANG PENGGUNAAN LARVA CACING ECHINOSTOMA REVOLUTUM SEBAGAI AGEN KONTROL BIOLOGIS CACING FASCIOLA GIGANTICA STUDI TENTANG PENGGUNAAN LARVA CACING ECHINOSTOMA REVOLUTUM SEBAGAI AGEN KONTROL BIOLOGIS CACING FASCIOLA GIGANTICA SARWITRI ENDAH ESTUNINGSIH Balai Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martadinata 30, P.O.

Lebih terperinci

LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI

LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI Kegiatan Infeksi cercaria Schistosoma japonicum pada hewan coba (Tikus putih Mus musculus) 1. Latar belakang Schistosomiasis atau disebut juga demam keong merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCHISTOSOMIASIS DI DESA PUROO KECAMATAN LINDU KABUPATEN SIGI TAHUN 2014 ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCHISTOSOMIASIS DI DESA PUROO KECAMATAN LINDU KABUPATEN SIGI TAHUN 2014 ABSTRAK ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCHISTOSOMIASIS DI DESA PUROO KECAMATAN LINDU KABUPATEN SIGI TAHUN 2014 Rasyika Nurul 1, Muh. Jusman Rau 2, Lisdayanthi Anggraini 2 1.Bagian Promosi Kesehatan, Program Studi

Lebih terperinci

KOMUNITAS DAN PREFERENSI HABITAT GASTROPODA PADA KEDALAMAN BERBEDA DI ZONA LITORAL DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT TESIS OLEH: YULI WENDRI

KOMUNITAS DAN PREFERENSI HABITAT GASTROPODA PADA KEDALAMAN BERBEDA DI ZONA LITORAL DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT TESIS OLEH: YULI WENDRI KOMUNITAS DAN PREFERENSI HABITAT GASTROPODA DANAU SINGKARAK SUMATERA BARAT TESIS OLEH: YULI WENDRI NO. BP. 1320422006 JURUSAN BIOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2016 KOMUNITAS DAN

Lebih terperinci

Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung THE PREVALENCE OF TREMATODES IN BALI CATTLE BREEDING CENTER SOBANGAN VILLAGE, DISTRICT MENGWI, BADUNG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar hampir di seluruh Nusantara. Populasisapibali dibandingkan dengan sapi lainnya seperti sapi ongole,

Lebih terperinci

Variasi Genus Keong di Daerah Fokus Keong Perantara Schistosomiasis di Dataran Tinggi Lindu, Sulawesi Tengah

Variasi Genus Keong di Daerah Fokus Keong Perantara Schistosomiasis di Dataran Tinggi Lindu, Sulawesi Tengah Variasi Genus Keong di Daerah Fokus Keong Perantara Schistosomiasis di Dataran Tinggi Lindu, Sulawesi Tengah Snail Genera Variation in Focus Area Of Schistosomiasis Intermediate Snail in Lindu Plateau,

Lebih terperinci

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN Fitria Nelda Zulita, Gustina Indriati dan Armein Lusi Program Studi

Lebih terperinci

STUDI RENTAN INFEKSI CACING PARASIT (Fasciola hepatica) PADA HATI SAPI. Abstrak

STUDI RENTAN INFEKSI CACING PARASIT (Fasciola hepatica) PADA HATI SAPI. Abstrak STUDI RENTAN INFEKSI CACING PARASIT (Fasciola hepatica) PADA HATI SAPI Muhammad Firdaus 1, Agus Sujarwanta 2, Agil Lepiyanto 3 1 Universitas MuhammadiyahMetro, Lampung 2 Universitas Muhammadiyah Metro,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit yang sering terjadi pada peternakan ayam petelur akibat sistem

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit yang sering terjadi pada peternakan ayam petelur akibat sistem PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit yang sering terjadi pada peternakan ayam petelur akibat sistem pemeliharaan yang kurang baik salah satunya disebabkan oleh parasit (Murtidjo, 1992). Menurut Satrija

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar 17.000 pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau menjadikan Indonesia berpotensi memiliki keanekaragaman habitat

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi

PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi PENDAHULUAN Infeksi cacing hati (fasciolosis) pada ternak ruminansia (sapi dan kerbau) di Indonesia merupakan penyakit parasiter yang disebabkan

Lebih terperinci

Tetri Handayani, Ismed Wahidi, Yosmed Hidayat. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Tetri Handayani, Ismed Wahidi, Yosmed Hidayat. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat KEPADATAN POPULASI KEONG MAS (Pomacea canaliculata Lamarck.) PADA AREAL PERSAWAHAN KORONG SUNGAI RANTAI KECAMATAN SUNGAI GERINGGING KABUPATEN PADANG PARIAMAN Tetri Handayani, Ismed Wahidi, Yosmed Hidayat

Lebih terperinci

FASCIOLA GIGANTICA DENGAN TREMATODA LAIN PADA SIPUT LYMNAEA RUBIGINOSA

FASCIOLA GIGANTICA DENGAN TREMATODA LAIN PADA SIPUT LYMNAEA RUBIGINOSA PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA TERNAK : KONTROL BIOLOGI FASCIOLA GIGANTICA DENGAN TREMATODA LAIN PADA SIPUT LYMNAEA RUBIGINOSA SUHARDONO Balai Penelitian Veteriner Jalan R. E. Martadinata 30, P.O.

Lebih terperinci

S. WIDJAJANTI. Balai Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor Indonesia. (Diterima dewan redaksi 24 November 1997)

S. WIDJAJANTI. Balai Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor Indonesia. (Diterima dewan redaksi 24 November 1997) ESTIMASI POPULASI SIPUT LYMNAEA RUBIGINOSA DAN SIPUT AIR TAWAR LAINNYA DI SAWAH DAN KOLAM DI BOGOR, JAWA BARAT S. WIDJAJANTI Balai Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114.

Lebih terperinci

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN KEGIATAN PENELITIAN Schistosomiasis atau disebut juga demam keong merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh infeksi cacing yang tergolong dalam genus Schistosoma. Ada tiga spesies Schistosoma yang

Lebih terperinci

Struktur Komunitas Gastropoda Pada Persawahan Pasang Surut Dan Tadah Hujan di Kecamatan Sungai Kakap

Struktur Komunitas Gastropoda Pada Persawahan Pasang Surut Dan Tadah Hujan di Kecamatan Sungai Kakap Struktur Komunitas Gastropoda Pada Persawahan Dan di Kecamatan Sungai Kakap Fajar Nico Rudianto 1, Tri Rima Setyawati 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl.

Lebih terperinci

KEPADATAN, KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI GASTROPODA DI DANAU DIATAS, KABUPATEN SOLOK, PROVINSI SUMATERA BARAT

KEPADATAN, KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI GASTROPODA DI DANAU DIATAS, KABUPATEN SOLOK, PROVINSI SUMATERA BARAT Biocelebes, Desember 2016, hlm. 25-31 ISSN: 1978-6417 Vol. 10 No. 2 KEPADATAN, KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI GASTROPODA DI DANAU DIATAS, KABUPATEN SOLOK, PROVINSI SUMATERA BARAT Sindi Mardatila 1),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biduri (Calotropis spp.) Genera Calotropis terdiri dari dua spesies, dengan 90 % menghuni negara Asia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biduri (Calotropis spp.) Genera Calotropis terdiri dari dua spesies, dengan 90 % menghuni negara Asia 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biduri (Calotropis spp.) Genera Calotropis terdiri dari dua spesies, dengan 90 % menghuni negara Asia selatan dan paling endemik di India, Indonesia, Malaysia, Thailand, Srilanka

Lebih terperinci

TREMATODA PENDAHULUAN

TREMATODA PENDAHULUAN TREMATODA PENDAHULUAN Trematoda termasuk dalam filum Platyhelminthes Morfologi umum : Pipih seperti daun, tidak bersegmen Tidak mempunyai rongga badan Mempunyai 2 batil isap : mulut dan perut. Mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peningkatan produksi ternak sebagai sumber protein hewani adalah suatu strategi nasional dalam rangka peningkatan ketahanan pangan yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

Identifikasi Serkaria Trematoda... (Budi Hairani dan Deni Fakhrizal)

Identifikasi Serkaria Trematoda... (Budi Hairani dan Deni Fakhrizal) Identifikasi Serkaria Trematoda... (Budi Hairani dan Deni Fakhrizal) Identifikasi Serkaria Trematoda dan Keong Hospes Perantara pada Ekosistem Perairan Rawa Tiga Kabupaten di Kalimantan Selatan Identification

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi parasit internal masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan ternak dan mempunyai dampak kerugian ekonomi yang besar terutama pada peternakan rakyat

Lebih terperinci

PENGAMBILANMETASERI{ARIAFASCIOLA IGANTICA PADA SIPUT LYMNAEA RUBIGINOSADI SURADE SUKABUMI JAWA BARAT

PENGAMBILANMETASERI{ARIAFASCIOLA IGANTICA PADA SIPUT LYMNAEA RUBIGINOSADI SURADE SUKABUMI JAWA BARAT PENGAMBILANMETASERI{ARIAFASCIOLA IGANTICA PADA SIPUT LYMNAEA RUBIGINOSADI SURADE SUKABUMI JAWA BARAT Suharyanta Balai Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata 30 Bogor RINGKASAN Pengambilan metaserkaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia membentang 6 0 LU 11 0 LS dan 95 0-141 0 BT, sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua Australia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 13) mengatakan bahwa, Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang beriklim tropis terluas di dunia dan merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian Perbandingan Kelas Gastropoda Pantai Karang dan Padang Lamun yang di lakukan di Pantai Sindangkerta menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciriciri, sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ikan bawal air tawar (Colossoma macopomum) merupakan ikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ikan bawal air tawar (Colossoma macopomum) merupakan ikan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sudah dikenal memiliki kekayaan sumberdaya perikanan yang cukup besar. Ada beragam jenis ikan yang hidup di air tawar maupun air laut. Menurut Khairuman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Sapi Potong Ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Sapi Penggolongan sapi ke dalam suatu Genera berdasarkan pada persamaan karakteristik yang dimilikinya. Karakteristik yang dimiliki tersebut akan diturunkan ke generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan memilih sumber makanan. Salah satu zat yang diperlukan bagi. mengkonsumsi daging, ikan dan kacang-kacangan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan memilih sumber makanan. Salah satu zat yang diperlukan bagi. mengkonsumsi daging, ikan dan kacang-kacangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kandungan gizi dalam makanan bagi tubuh, maka kesadaran untuk pemenuhan gizi harian yang mengandung

Lebih terperinci

ARTIKEL PENULARAN SCHISTOSOMIASIS DIDESA DODOLO DAN MEKARSARIDATARAN TINGGINAPU SULAWESI TENGAH. Rosmini,* Soeyoko,** Sri Sumarni**

ARTIKEL PENULARAN SCHISTOSOMIASIS DIDESA DODOLO DAN MEKARSARIDATARAN TINGGINAPU SULAWESI TENGAH. Rosmini,* Soeyoko,** Sri Sumarni** ARTIKEL PENULARAN SCHISTOSOMIASIS DIDESA DODOLO DAN MEKARSARIDATARAN TINGGINAPU SULAWESI TENGAH Rosmini,* Soeyoko,** Sri Sumarni** THE TRANSMISSION OF SCHISTOSOMIASIS IN DODOLO AND MEKARSARI VILLAGES OF

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

PENUNTUN PRAKTIKUM PARASITOLOGI PENUNTUN PRAKTIKUM PARASITOLOGI ISFANDA, DVM, M.Si FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH BESAR 2016 BAB 1 PEMERIKSAAN TELUR TREMATODA Pemeriksaan Telur Cacing Dengan Metode Natif Tujuan untuk

Lebih terperinci

kelas Mammalia, ordo Rodentia, famili Muridae, dan genus Rattus (Storer et al.,

kelas Mammalia, ordo Rodentia, famili Muridae, dan genus Rattus (Storer et al., Tikus Sawah (Raftus argentiventer Rob. & Klo. ) Tikus sawah (Rattzts argentiventer) diklasifikasikan dalam filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Rodentia, famili Muridae, dan genus Rattus (Storer et al.,

Lebih terperinci

KEPADATAN POPULASI KATAK SAWAH (Rana cancrivora Gravenhorst) YANG DITEMUKAN DI BUNGO PASANG KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN

KEPADATAN POPULASI KATAK SAWAH (Rana cancrivora Gravenhorst) YANG DITEMUKAN DI BUNGO PASANG KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN KEPADATAN POPULASI KATAK SAWAH (Rana cancrivora Gravenhorst) YANG DITEMUKAN DI BUNGO PASANG KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL YULIA AFRITA YENI NIM. 09010159 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Deteksi Fasciolopsis buski pada Hospes Perantara (Keong Air Tawar) di Kabupaten Hulu Sungai Utara Melalui Metode PCR /

LAPORAN PENELITIAN. Deteksi Fasciolopsis buski pada Hospes Perantara (Keong Air Tawar) di Kabupaten Hulu Sungai Utara Melalui Metode PCR / LAPORAN PENELITIAN Deteksi Fasciolopsis buski pada Hospes Perantara (Keong Air Tawar) di Kabupaten Hulu Sungai Utara Melalui Metode PCR / Penulis Budi Hairani, S. Si Annida, SKM, M. Sc KEMENTERIAN KESEHATAN

Lebih terperinci

Karakteristik dan kebiasaan pada keluarga penderita fasciolopsiasis di Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan

Karakteristik dan kebiasaan pada keluarga penderita fasciolopsiasis di Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan JHECDs, I (1), 2015, hal. 14-19 Penelitian Karakteristik dan kebiasaan pada keluarga penderita fasciolopsiasis di Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan Characteristic and habits of patients family fasciolopsiasis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau

Lebih terperinci

Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah.

Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah. 1. Penyakit Parasit Cacing pada Ruminansia Walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian, akan tetapi kerugian dari segi ekonomi dikatakan sangat besar, sehingga penyakit parasit cacing

Lebih terperinci

Pengaruh iradiasi ultraviolet (254 nm) terhadap pelemahan kemampuan menginfeksi mirasidium Fasciola gigantica

Pengaruh iradiasi ultraviolet (254 nm) terhadap pelemahan kemampuan menginfeksi mirasidium Fasciola gigantica Pengaruh iradiasi ultraviolet (254 nm) terhadap pelemahan kemampuan menginfeksi mirasidium Fasciola gigantica Abstract Edy Riwidiharso dan Billalodin Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Diterima

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI Corbicula fluminea DAN Bellamya javanica PADA AREAL PERSAWAHAN DI DESA AIR SATAN KABUPATEN MUSI RAWAS Nopriyeni

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

KELIMPAHAN GASTROPODA DI SUNGAI KAMPAR KANAN KELURAHAN AIR TIRIS KECAMATAN KAMPAR. By:

KELIMPAHAN GASTROPODA DI SUNGAI KAMPAR KANAN KELURAHAN AIR TIRIS KECAMATAN KAMPAR. By: KELIMPAHAN GASTROPODA DI SUNGAI KAMPAR KANAN KELURAHAN AIR TIRIS KECAMATAN KAMPAR By: Gustika Yuli Yendri 1), Nur El Fajri 2), Muhammad Fauzi 2), Gustika.yuli@gmail.com ABSTRACT In the Kampar River there

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing gelang Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang umum menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang dalam kehidupannya mengalami

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Biologi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Biologi. STUDI KOMPARASI DIVERSITAS Makrozoobenthos PADA SUNGAI DENGAN POLA PENDEKATAN EKOHIDROLIK DAN HIDROLIK MURNI DI PERAIRAN SUNGAI KABUPATEN KENDAL JAWA TENGAH BULAN NOVEMBER 2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI Oleh: Muhammad Fawwaz (101211132016) FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA 1 DAFTAR ISI COVER... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I... 3 A. LATAR BELAKANG...

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega-biodiversity dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega-biodiversity dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara mega-biodiversity dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, ditandai dengan ekosistem, jenis dalam ekosistem, dan plasma nutfah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) di Indonesia merupakan tanaman pangan terpenting karena lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang dihasilkan tanaman

Lebih terperinci

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA Enggar Lestari 12/340126/PBI/1084 ABSTRACT Interaction between birds and habitat is the first step to determine their conservation status.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prevalensi Prevalensi adalah frekuensi dari penyakit yang ada dalam populasi tertentu pada titik waktu tertentu. Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya

Lebih terperinci

Aspek- Aspek Biologi Keong Mas (Pomacea canaliculata L.) Riyanto *) Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sriwijaya

Aspek- Aspek Biologi Keong Mas (Pomacea canaliculata L.) Riyanto *) Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sriwijaya Aspek- Aspek Biologi Keong Mas (Pomacea canaliculata L.) Riyanto *) Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sriwijaya Abstrak Tulisan ini membahas tentang aspek-aspek biologi keong mas meliputi aspek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011, berlokasi di mata air Kuluhan dan Jabung serta sungai alirannya di Desa Jabung,

Lebih terperinci

KEJADIAN FASCIOLOPSIASIS PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH ENDEMIK

KEJADIAN FASCIOLOPSIASIS PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH ENDEMIK 84 KEJADIAN FASCIOLOPSIASIS PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH ENDEMIK Khairudin 1, Ririh Yudhastuti 2*, M. Farid D. Lusno 2 1. Program Studi Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Lebih terperinci

PARASTOLOGI. Tugas 1. Disusun untuk memenuhi tugas praktik komputer 1. Editor : Vivi Pratika NIM : G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

PARASTOLOGI. Tugas 1. Disusun untuk memenuhi tugas praktik komputer 1. Editor : Vivi Pratika NIM : G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN 1 PARASTOLOGI Tugas 1 Disusun untuk memenuhi tugas praktik komputer 1 Editor : Vivi Pratika NIM : G0C015098 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

3. Pengambilan sedimen. Sedimen

3. Pengambilan sedimen. Sedimen 3. Pengambilan sedimen Sedimen Ambil sampel sedimen dengan menggunakan bottom grab. Masukkan sampel sediman ± 0.2kg ke dalam kantong plastik berlebel masing masing stasiun. Masukan ke dalam oven dengan

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Telur Fasciola hepatica (Sumber : CDC, 2012)

Gambar 2.1. Telur Fasciola hepatica (Sumber : CDC, 2012) 16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trematoda Hati 2.1.1 Fasciola hepatica a. Morfologi dan Daur Hidup Cacing dewasa mempunyai bentuk pipih seperti daun, besarnya ± 30x13 mm. Bagian anterior berbentuk seperti

Lebih terperinci

RINGKASAN. Kata kunci : Cacing nematoda, Kuda, Prevalensi, Kecamatan Moyo Hilir, Uji apung. SUMMARY

RINGKASAN. Kata kunci : Cacing nematoda, Kuda, Prevalensi, Kecamatan Moyo Hilir, Uji apung. SUMMARY RINGKASAN Kuda di daerah Sumbawa memiliki peran penting baik dalam bidang budaya maupun bidang ekonomi. Kesehatan kuda sesuai perannya harus diperhatikan dengan baik. Kuda dapat terserang penyakit baik

Lebih terperinci

FORUM MIPA Vol. 7 No. 1 Edisi Januari 2002, hal 44-48

FORUM MIPA Vol. 7 No. 1 Edisi Januari 2002, hal 44-48 STUDI FAKTOR ABIOTIK YANG MEMPENGARUHI KEHIDUPAN POPULASI KEONG MAS (Pomacea canaliculata L.) di KECAMATAN BELITANG OKU Riyanto *) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor abiotik yang

Lebih terperinci

DINAMIKA POPULAR SIPUT LYMNAEA RUBIGINOSA DAN KEJADIAN FASCIOLOSIS PADA KERBAU RAWA DI KECAMATAN DANAU PANGGANG

DINAMIKA POPULAR SIPUT LYMNAEA RUBIGINOSA DAN KEJADIAN FASCIOLOSIS PADA KERBAU RAWA DI KECAMATAN DANAU PANGGANG Seminar Nasionai Peternakan dan Veleriner 2000 DINAMIKA POPULAR SIPUT LYMNAEA RUBIGINOSA DAN KEJADIAN FASCIOLOSIS PADA KERBAU RAWA DI KECAMATAN DANAU PANGGANG SUHARDONO, Z. KOSASIH, dan SuDRAIAT Balai

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS SEBAGAI PENENTU KUALITAS AIR SUNGAI MRUWE YOGYAKARTA SKRIPSI

KEANEKARAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS SEBAGAI PENENTU KUALITAS AIR SUNGAI MRUWE YOGYAKARTA SKRIPSI KEANEKARAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS SEBAGAI PENENTU KUALITAS AIR SUNGAI MRUWE YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Biologi Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta guna memenuhi

Lebih terperinci

Tujuan : 1. Mengetahui komponen penyusun ekosistem 2. Mengetahui interaksi antar komponen penyusun ekosistem 3. Mengetahui definisi ekosistem

Tujuan : 1. Mengetahui komponen penyusun ekosistem 2. Mengetahui interaksi antar komponen penyusun ekosistem 3. Mengetahui definisi ekosistem LEMBAR KERJA SISWA 1 Petunjuk: - Kerjakan LKS secara berkelompok dan bekerjasama - Kerjakan secara berurutan - Jika ada hal yang kurang jelas segera sampaikan ke guru Tujuan : 1. Mengetahui komponen penyusun

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA 1 EKOSISTEM (Rancangan Percobaan)

LEMBAR KERJA SISWA 1 EKOSISTEM (Rancangan Percobaan) Nama Kelompok Kelas :.. :. :. LEMBAR KERJA SISWA 1 EKOSISTEM (Rancangan Percobaan) Petunjuk: - Kerjakan LKS secara berkelompok dan bekerjasama - Kerjakan secara berurutan - Jika ada hal yang kurang jelas

Lebih terperinci

FILUM MOLLUSCA KELOMPOK 1

FILUM MOLLUSCA KELOMPOK 1 FILUM MOLLUSCA KELOMPOK 1 PENGERTIAN MOLLUSCA Mollusca berasal dari bahasa latin yaitu molluscus yang artinya lunak. Jadi Filum Mollusca adalah kelompok hewan invertebrata yang memiliki tubuh lunak. Tubuh

Lebih terperinci

ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU

ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU Khairijon, Mayta NovaIiza Isda, Huryatul Islam. Jurusan Biologi FMIPA

Lebih terperinci

MAKROZOOBENTOS SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR DI MATA AIR BAUMATA, KABUPATEN KUPANG SKRIPSI

MAKROZOOBENTOS SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR DI MATA AIR BAUMATA, KABUPATEN KUPANG SKRIPSI MAKROZOOBENTOS SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR DI MATA AIR BAUMATA, KABUPATEN KUPANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Serjana Sains Pada Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya hayati perairan laut merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption.

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption. ABSTRACT ESWA TRESNAWATI. The Life Cycle and Growth of Graphium agamemnon L. and Graphium doson C&R. Butterflies (Papilionidae: Lepidoptera) Fed by Cempaka (Michelia champaca) and Soursoup (Annona muricata).

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POPULASI GASTROPODA AIR TAWAR DI WADUK SAGULING DAN SEKITARNYA

IDENTIFIKASI POPULASI GASTROPODA AIR TAWAR DI WADUK SAGULING DAN SEKITARNYA IDENTIFIKASI POPULASI GASTROPODA AIR TAWAR DI WADUK SAGULING DAN SEKITARNYA Sri Wahyono Peneliti di Pusat Badan Pengajian dan Penerapan Tenologi Lingungan Badan Pengajian dan Penerapan Tenologi Abstract

Lebih terperinci

Kelimpahan dan Distribusi Gastropoda Di Zona Intertidal Teluk Sikulo Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.

Kelimpahan dan Distribusi Gastropoda Di Zona Intertidal Teluk Sikulo Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat. Kelimpahan dan Distribusi Gastropoda Di Zona Intertidal Teluk Sikulo Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat Oleh Hidayatul Rosyidin 1), Afrizal Tanjung 2) dan Yusni

Lebih terperinci

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI KEONG MAS (Pomacea canaliculata) DI SALURAN IRIGASI BENDUNGAN BATANG SAMO DESA SUKA MAJU KABUPATEN ROKAN HULU

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI KEONG MAS (Pomacea canaliculata) DI SALURAN IRIGASI BENDUNGAN BATANG SAMO DESA SUKA MAJU KABUPATEN ROKAN HULU KEPADATAN DAN DISTRIBUSI KEONG MAS (Pomacea canaliculata) DI SALURAN IRIGASI BENDUNGAN BATANG SAMO DESA SUKA MAJU KABUPATEN ROKAN HULU Rozakiyah *), Rofiza Yolanda 1), Arief Anthonius Purnama 2) 1&2) Program

Lebih terperinci

Kata kunci: Fascioliosis, total eritrosit, kadar hemoglobin,pakced cell voleme, Sapi Bali

Kata kunci: Fascioliosis, total eritrosit, kadar hemoglobin,pakced cell voleme, Sapi Bali ABSTRAK Fascioliosis pada sapi di Indonesia disebabkan oleh cacing Fasciola gigantica yang berpredileksi di saluran empedu dan hati. Infeksi cacing ini menyebabkan gangguan fungsi hati dan kerusakan saluran

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU. Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani²

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU. Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani² KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani² ¹Mahasiswa Program S1 Biologi ²Dosen Bidang Zoologi Jurusan Biologi

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak

PENGANTAR. Latar Belakang. Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak PENGANTAR Latar Belakang Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak lama. Daging merupakan salah satu produk hasil ternak yang memiliki nilai gizi tinggi dan berguna bagi kesehatan

Lebih terperinci

Jurnal Harpodon Borneo Vol.6. No.2. Oktober ISSN : X

Jurnal Harpodon Borneo Vol.6. No.2. Oktober ISSN : X RE-POTENSI POPULASI ENDEMIK DARI SPESIES KERANG PAHUT-PAHUT (Pharella acutidens) DI DAERAH KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN BEKANTAN (KKMB) KOTA TARAKAN 1) Mulyadi Syam, 2) Andi Putra Luwu, 2) Halidin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian kecacingan di Indonesia yang dilaporkan di Kepulauan Seribu ( Agustus 1999 ), jumlah prevalensi total untuk kelompok murid Sekolah Dasar (SD) (95,1 %),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh virus tipe A dan B dan ditularkan oleh unggas.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M : LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS NAMA KELAS : IMADUDIN ATHIF : S1-SI-02 N.I.M : 11.12.5452 KELOMPOK : G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ternak Itik Itik ( Anas sp.) merupakan unggas air yang cukup dikenal masyarakat. Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara dan merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild

Lebih terperinci

POLA DISTRIBUSI POPULASI KEONG MAS (Pomacea canaliculata L.) DI KECAMATAN BELITANG OKU Riyanto *

POLA DISTRIBUSI POPULASI KEONG MAS (Pomacea canaliculata L.) DI KECAMATAN BELITANG OKU Riyanto * Absstract POLA DISTRIBUSI POPULASI KEONG MAS (Pomacea canaliculata L.) DI KECAMATAN BELITANG OKU Riyanto * This research was aimed to know density and distribution pattern golden snail (Pomacea canaliculata

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Taenia saginata 2.1.1. Definisi Taenia saginata merupakan cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, dan filum Platyhelminthes. Hospes definitif Taenia

Lebih terperinci

KECACINGAN TREMATODA Schistosoma spp. PADA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

KECACINGAN TREMATODA Schistosoma spp. PADA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS KECACINGAN TREMATODA Schistosoma spp. PADA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS Sulinawati 1), Saputra, I G.N.A. W.A 2), Ediwan 3), Priono, T.H. 4), Slamet 5), Candra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain: waduk, danau, kolam, telaga, rawa, belik, dan lain lain (Wibowo, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. lain: waduk, danau, kolam, telaga, rawa, belik, dan lain lain (Wibowo, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis, dan sosial

Lebih terperinci

TREMATODA. A. Morfologi dan Daur hidup

TREMATODA. A. Morfologi dan Daur hidup TREMATODA A. Morfologi dan Daur hidup Trematoda berasal dari kata trematos, yang artinya berlubang dan berlekuk, yaitu cacing yang pada tubuhnya terdapat satu atau lebih bagian yang berlekuk untuk menempel

Lebih terperinci

POTENSI HEWAN RESERVOAR DALAM PENULARAN SCHISTOSOMIASIS PADA MANUSIA DI SULAWESI TENGAH

POTENSI HEWAN RESERVOAR DALAM PENULARAN SCHISTOSOMIASIS PADA MANUSIA DI SULAWESI TENGAH 2004 Yusuf Ridwan Posted 14 December 2004 Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana/S3 Institut Pertanian Bogor Desember 2004 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng, M.F (Penanggung

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN 2. JENIS PENYAKIT CACINGAN

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN 2. JENIS PENYAKIT CACINGAN I. JEMS.JENIS CACING PARASIT USUS YANG UMUM MENYERANG ANAK BALITA DAN ORANG YANG PROFESINYA BERHUBTJNGAN DENGAN TANAH Oleh: Dr. Bambang Heru Budianto, MS.*) I. PENDAHULUAN Penyakit cacing usus oleh masyarakat

Lebih terperinci