NASKAH AKADEMIK KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM MATA PELAJARAN BAHASA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH AKADEMIK KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM MATA PELAJARAN BAHASA"

Transkripsi

1 NASKAH AKADEMIK KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM MATA PELAJARAN BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM 2007

2 KATA PENGANTAR Pemberlakuan UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menengah menuntut cara pandang yang berbeda tentang pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Dulu, pengembangan kurikulum dilakukan oleh pusat dalam hal ini Pusat Kurikulum sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh satuan pendidikan. Pengembangan kurikulum yang dilakukan langsung oleh satuan pendidikan memberikan harapan tidak ada lagi permasalahan berkenaan dengan pelaksanaannya. Hal ini karena penyusunan kurikulum satuan pendidikan seharusnya telah mempertimbangkan segala potensi dan keterbatasan yang ada. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan: standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Salah satu dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yakni standar isi (SI) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum disamping standar kompetensi lulusan (SKL). Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Pengembangan kurikulum telah dilakukan oleh sebagian satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dengan mengacu pada Standar Isi. Sebagai acuan, Standar Isi ini masih perlu ditelaah. Penelaahan dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang ada-tidaknya rumusan pada standar isi yang menimbulkan permasalahan bila digunakan untuk mengembangkan kurikulum. Sebagai naskah, kurikulum yang telah dikembangkan oleh satuan pendidikan juga perlu ditelaah. Penelaahan terhadap naskah kurikulum dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kemungkinan keterlaksanaannya. Penelaahan Standar Isi dan kurikulum dilakukan melalui berbagai tahapan kegiatan pengkajian. Salah satu hasil kajian tersebut di atas adalah Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa. Hasil kajian ini memberikan gambaran tentang muatan naskah Standar Isi dan kurikulum sebagai masukan bagi perumus kebijakan pendidikan lebih lanjut. Pusat Kurikulum menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada para pakar yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi, Direktorat di lingkungan Depdiknas, kepala sekolah, pengawas, guru, dan praktisi pendidikan, serta Depag. Berkat bantuan dan kerja sama yang baik dari mereka, naskah akademik ini dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Jakarta, November 2007 Kepala Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas, Diah Harianti i

3 ABSTRAK Undang-undang No. 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 37 menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama; pendidikan kewarganegaraan; bahasa; matematika; ilmu pengetahuan alam; ilmu pengetahuan sosial; seni dan budaya; pendidikan jasmani dan olahraga; keterampilan/kejuruan; dan muatan lokal. Pernyataan mengenai kurikulum yang diatur di dalam undang-undang tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar dalam merumuskan kebijakan dalam pengembangan kurikulum. Kebijakan yang diluncurkan menjadi dasar bagi pelaksanaan proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Terkait dengan kebijakan ini telah dikeluarkan Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Permendiknas No. 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Kajian kebijakan kurikulum mata pelajaran Bahasa ini bertujuan melakukan kajian dan telaahan terhadap Standar Isi, khususnya Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran bahasa. Hasil dari kajian ini untuk memberikan masukan kepada Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dalam menyempurnaka Standar Isi. Ruang lingkup kajian meliputi mata pelajaran Bahasa Indonesia SD, SMP, dan SMA serta mata pelajaran Bahasa Inggris SMP dan SMA. Kajian difokuskan pada dokumen dan pelaksanaan yang dilakukan melalui seminar, diskusi fokus, workshop, dan presentasi. Peserta kajian terdiri atas ahli dari perguruan tinggi dan lembaga terkait, guru, dan staf Pusat Kurikulum. Secara umum, hasil kajian menunjukkan ada kelemahan pada dokumen dan permasalahan dalam pelaksanaan pada mata pelajaran bahasa. Kelemahan pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia antara lain ditemukannya beberapa kata dan kalimat pada kompetensi dasar yang ditafsirkan ganda oleh guru sehingga arah pengembangan indikator tidak jelas, terdapat rumusan ompetensi dasar yang dipaksakan yang mestinya bisa dijadikan satu KD karena pokok utamanya sama, terdapat kompetensi dasar yang tidak dipayungi standar kompetensi, beban belajar siswa kelas IX pada semester 2 terlalu berat sehingga perlunya pemindahan kompetensi dasar ke semester 1 dan pada pelaksanaan terdapat beberapa permasalahan, antara lain guru belum dapat melakukan pemetaan kompetensi dasar dari empat aspek bahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, guru mengalami kesulitan dalam memahami rumusan yang terkandung dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pada dokumen mata pelajaran Bahasa Inggris terdapat beberapa kelemahan, antara lain terjadi pengulangan rumusan kompetensi komunikatif yang sama bahkan sampai sebanyak empat kali dan terdapat rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terlalu sulit bagi siswa kelas. Pada pelaksanaan juga terdapat beberapa permasalahan, antara lain guru tidak dapat membaca standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan benar dan guru belum terbiasa merancang proses belajar berdasarkan kurikulum sehingga tidak terbiasa membaca kurikulum. Terkait dengan kelemahan dan permasalahan di atas maka perlu dilakukan penyempurnaan terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia dan mata pelajaran Bahasa Inggris. Penyempurnaan tertuma dilakukan terhadap rumusan dan penempatan kompetensi. Pada aspek pelaksanaan juga perlu dilakukan berbagai usaha agar guru mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik, antara lain dengan melakukan pelatihan-pelatihan dan penulisan model-model yang dapat dijadikan acuan oleh guru. ii

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Landasan Yuridis C. Tujuan BAB II. KAJIAN TEORITIS A. Hakekat Kompetensi Berbahasa B. Pembelajaran Bahasa C. Teks dan Genre sebagai Satuan Tindak Komunikatif D. Tingkat Kompetensi Literasi E. Kesimpulan BAB III. TEMUAN KAJIAN A. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 1. Kajian Dokumen 2. Kajian Lapangan 3. Pembahasan Kajian Dokumen dan Lapangan B. Mata Pelajaran Bahasa Inggris 1. Kajian Dokumen 2. Kajian Lapangan 3. Pembahasan Kajian Dokumen dan Lapangan BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 1. Kesimpulan 2. Rekomendasi a. Rekomendasi Jakngka Pendek b. Rekomendasi Jangka Panjang B. Mata Pelajaran Bahasa Inggris 1. Kesimpulan 2. Rekomendasi a. Rekomendasi Jangka Pendek b. Rekomendasi Jangka Panjang DAFTAR PUSTAKA iii

5 BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Arus globalisasi dan keterbukaan serta kemajuan dunia informasi dan komunikasi menjadi tantangan yang harus dihadapi dunia pendidikan nasional Indonesia untuk menghasilkan generasi muda yang tangguh dan mampu bersaing dengan bangsa sendiri maupun dengan bangsa lain, di dalam maupun di luar negeri. Untuk itu, perlu dirancang sistem pendidikan nasional, dari tingkat pendidikan prasekolah sampai dengan pendidikan tinggi, yang relevan dengan tuntutan kehidupan dan dunia kerja serta kemajuan ilmu pengetahuan, di masa kini dan yang akan datang. Salah satu dimensi yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan dunia pendidikan nasional di masa depan adalah kebijakan mengenai kurikulum pendidikan dasar dan menengah, karena kebijakan ini menjadi dasar bagi pelaksanaan proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Sistem pendidikan nasional harus mampu menghasilkan kurikulum yang berpotensi menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia. Agar lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar mutu nasional dan internasional, kurikulum di masa depan perlu dirancang sedini mungkin. Namun untuk itu perlu dilakukan dahulu kajian terhadap kebijakan yang terkait dengan kurikulum yang berlaku pada saat ini. Kajian saat ini difokuskan pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang termuat di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun B. LANDASAN YURIDIS Sebagai landasan kegiatan ini adalah UU No. 3 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terutama Bab X tentang Kurikulum yang dicakup dalam Pasal 36, 37, dan 38. Pasal 36 menyebutkan bahwa (1) pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (2) kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik, dan (3) kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman dan takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama; dinamika perkembangan global; dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Pasal 37 menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama; pendidikan kewarganegaraan; bahasa; matematika; ilmu pengetahuan alam; ilmu pengetahuan sosial; seni dan budaya; pendidikan jasmani dan olahraga; keterampilan/kejuruan; dan muatan lokal. 1

6 Pasal 38 menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah berdasarkan kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh Pemerintah. Selain itu, juga dirujuk ketentuan tentang Standar Isi yang dimuat pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Pasal 5, yang menyatakan bahwa standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, dan memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik. Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan. Kerangka dasar dan struktur kurikulum mengatur tentang kelompok mata pelajaran serta kedalaman muatan kurikulum yang dituangkan dalam kompetensi, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar. Beban belajar mengatur tentang jam pembelajaran dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, pelaksanaan pembelajaran sistem paket dan satuan kredit semester (SKS), serta pemberian pendidikan kecakapan hidup dan pendidikan berbasis keunggulan lokal. Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP. KTSP untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK. Kalender pendidikan/kalender akademik mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur. C. TUJUAN Kegiatan ini bertujuan untuk mengkaji dokumen dan pelaksanaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa yang hasilnya akan digunakan untuk memberikan masukan kepada BSNP untuk penyempurnaan dokumen tersebut. 2

7 BAB II. KAJIAN TEORETIS A. Hakikat Kompetensi Berbahasa Argumen utama yang diketengahkan di sini adalah bahwa bahasa adalah alat untuk mencapai berbagai tujuan dan menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan nyata (Vygotsky, 1978, 1986). Bahasa dipandang sebagai alat yang efektif untuk menciptakan peserta didik yang tangguh dan kompetitif. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa seharusnya bukan bertujuan untuk mengajarkan pengetahuan tentang bahasa, tetapi mengajarkan kemampuan melaksanakan berbagai tindakan dengan menggunakan bahasa sebagai alat utamanya, dalam rangka melaksanakan hubungan sosial dengan lingkungan sekitar. Kemampuan tersebut biasa disebut dengan istilah kemampuan komunikatif. Kemampuan inilah yang diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas Pasal 4). Untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, istilah kompetensi komunikatif perlu diberikan batasan yang jelas. Upaya untuk itu dimulai oleh Hymes (1972), kemudian disusul oleh Canale (1983), dan yang terakhir oleh Celce-Murcia dkk. (1995). Menurut Celce Murcia dkk. (1995), kompetensi komunikatif terdiri atas lima sub kompetensi, yaitu, kompetensi berwacana (discourse competence), yang didukung oleh kompetensi sosial budaya (socio-cultural), kompetensi kebahasaan (linguistic competence), kompetensi tindak tutur (actional competence), yang dalam penggunaannya perlu didasari subkompetensi strategis (strategic competence). Hal ini terlihat pada Gambar 1. Terlihat di sini bahwa inti dari kompetensi komunikatif adalah kompetensi berwacana untuk mengembangkan kecakapan hidup. Kompetensi tersebut didukung oleh kompetensi tindak tutur, kompetensi kebahasaan, kompetensi sosiokultural, dan kompetensi strategis. 3

8 Sociocultural ompetence Discourse Competenc Linguistic Competence Actional Strategic Competenc Gambar 1: Model Kompetensi Komunikatif (Celce Murcia et al. 1995:10) Dalam kenyataannya, kompetensi berwacana terwujud dalam kemampuan seseorang melakukan tindakan yang memiliki tujuan yang jelas dengan menggunakan bahasa dalam kesatuan yang utuh dan fungsional berupa teks. Halliday (1985: 12) juga memberikan definisi teks sebagai language that is functional. Menurut pandangan ini, pengembangan kompetensi komunikatif dapat dilaksanakan melalui pembelajaran berbagai jenis teks yang berguna bagi kehidupan nyata peserta didik. Indikator penguasaan setiap jenis teks dapat dirumuskan sebagai kemampuan peserta didik menggunakan teks tersebut untuk mencapai tujuan dengan tepat secara strategis, dengan kualitas kebahasaan yang baik dan benar. B. Pembelajaran Bahasa di Indonesia Dalam bidang pendidikan bahasa, penggunaan teks sebagai basis pembelajaran secara tidak langsung dipengaruhi oleh asumsi bahwa kualitas dan derajat hidup manusia ditentukan oleh apa yang telah dilakukan atau dikerjakan dalam hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan kesulitan, manusia perlu bertindak dan melakukan sesuatu. Pada masa bayi, pekerjaan yang dilakukan manusia tidak terlalu berbeda dengan pekerjaan yang dilakukan binatang, yaitu sederhana, tidak bervariasi, dan dapat diselesaikan dengan hanya menggunakan organ tubuhnya sendiri. Namun dalam perkembangan selanjutnya, manusia perlu dan dapat melakukan jauh lebih banyak ragam dan jenis pekerjaan, mulai dari yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat kompleks. Kelebihan manusia dari binatang ini, menurut Vygotsky (1978, 1986), dimungkinkan karena manusia memiliki sesuatu yang tidak dimiliki makhluk lain, yaitu higher mental/psychological/intellectual functions, atau fungsi mental/ psikologis/intelektual tingkat tinggi. Fungsi ini ditandai oleh penggunaan alat (tool) dan/atau tanda (sign), di samping organ fisik yang dimiliki, untuk melakukan suatu pekerjaan. Semakin tinggi tingkat kesulitan 4

9 yang dihadapi, semakin tinggi kecenderungan manusia untuk menggunakan alat dan/atau tanda. Tanda yang paling universal, lengkap, dan dapat dikuasai oleh semua orang normal adalah bahasa. Fungsi intelektual tingkat tinggi tersebut tidak dimiliki binatang, bahkan yang dianggap sebagai binatang yang paling cerdas sekali pun. Christie (1985) juga menekankan pentingnya penguasaan bahasa dalam menentukan keberhasilan pendidikan seseorang. Jika memang derajat manusia ditentukan oleh kegiatan atau pekerjaan yang berhasil diselesaikannya, maka dapat dikatakan bahwa menguasai discourse atau wacana merupakan indikator kemampuannya berbahasa (Fairclough: 1992). Fairclough percaya bahwa penguasaan wacana merupakan cara yang semakin dominan untuk menunjukkan kekuasaan atau kekuatan seseorang atas lainnya. Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin banyak bahasa yang dikuasai oleh seseorang, maka semakin luas lingkup pergaulannya dengan masyarakat yang memiliki bahasa dan budaya yang berbeda-beda. Dengan kata lain, semakin banyak partisipasinya dalam kehidupan sosialnya. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa di Indonesia seharusnya mencakup semua bahasa yang sangat berfungsi dalam kehidupan nyata di masyarakat Indonesia, yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan pemersatu, bahasa Inggris dan berbagai bahasa asing lainnya, serta bahasa-bahasa daerah yang sudah menjadi bagian integral kehidupan bangsa Indonesia. Terkait dengan hal tersebut, bahasa daerah tidak seharusnya dianggap hanya sebagai khasanah budaya, tetapi sebagai alat untuk meningkatkan harkat martabat penuturnya sebagai bangsa Indonesia. C. Teks dan Genre sebagai Satuan Tindak Komunikatif Karena pemilihan teks terkait dengan usaha untuk mencapai tujuan berwacana secara efektif, teks akan selalu berubah sesuai dengan konteks wacana yang ada. Keterkaitan antara teks dan konteks penggunaannya dapat dilihat pada Gambar 2. Konteks Budaya Genre Konteks Situasi Tenor Field TEXT Register Mode Gambar 2: Hubungan Teks dan Konteks (Hammond et al. 1992:1) Menurut Halliday (1985: 12-14), pemilihan bentuk atau struktur teks oleh penutur untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu kegiatan sosial komunikatif ditentukan oleh konteks 5

10 situasi yang dihadapi, atau register. Register merupakan kesatuan dari tiga unsur yang tidak dapat terpisahkan dan saling mempengaruhi satu dengan lain, yaitu field, tenor, dan mode. Field mengacu pada apa yang sedang terjadi atau mengenai hal-hal yang sedang dibicarakan. Tenor mengacu pada siapa yang terlibat dalam pembicaraan tersebut, sifat dan peran masing-masing, serta sifat hubungan antara satu dengan lainnya. Mode mengacu pada media atau tatanan simbol yang digunakan, statusnya, serta fungsinya dalam konteks pembicaraan. Termasuk dalam unsur mode antara lain saluran yang digunakan (tertulis, lisan, atau kombinasi keduanya), struktur retorikanya, atau tujuan sosialnya (persuasive, ekspositori, deduktif, dsb.). Keterkaitan antara genre dan teks juga terlihat pada Gambar 2. Konsep genre dikaitkan dengan tindakan komunikatif dalam konteks budaya, sedangkan teks dengan konteks yang lebih spesifik, yaitu situasi komunikatif yang ada. Baik genre maupun teks tentunya dapat digunakan sebagai satuan untuk menyusun program pendidikan bahasa. Keduanya samasama berkenaan dengan potensi bahasa sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan berwacana secara efektif. Dapat dikatakan bahwa perumusan standar isi mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih cenderung berbasis teks, sedangkan mata pelajaran Bahasa Inggris berbasis genre. Setelah teks secara panjang lebar dibahas sebelumnya, berikut ini akan dibahas tentang pembelajaran bahasa berbasis genre. Keragaman kebutuhan dan tuntutan hidup yang dihadapi manusia secara alami telah menghasilkan keragaman genre yang ada di masyarakat saat ini, sebagaimana dipaparkan oleh Martin (1985) berikut ini. Genres are how things get done, when language is used to accomplish them. They range from literary forms to far from literary forms: poems, narratives, expositions, lectures, seminars, recipes, manuals, appointment making, service encounters, news broadcast and so on. The term genre is used to embrace each of the linguistically realized activity types which comprise so much of our culture. (Martin, 1985: 250) Karena fungsinya sebagai alat untuk melakukan suatu pekerjaan, genre dianggap sebagai suatu process, action, activity (lihat, a.l. Martin, 1984, 1986, 1992), social action (Miller, 1984), atau communicative event (Swales, 1990). Bentuk tindakan yang akan dilakukan sengaja dipilih karena dianggap paling tepat untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, sebagaimana dinyatakan Christie berikut ini. To be successful in one s world is to understand the way of working or of behaving, particularly to the world, not merely because that is necessary in the immediate survival sense, but also, and most importantly, because it is essensial to any endeavor in which one might want to engage in order to change the world. (Christie, 1987: 30). Suatu tindakan atau proses yang dilakukan untuk mencapai satu tujuan diwujudkan dalam bentuk kongkrit berupa teks. Untuk satu tujuan yang sama biasanya tidak digunakan satu teks yang persis sama selamanya, tetapi bervariasi dalam hal isi maupun bentuk bahasa yang digunakan. Namun kemiripan antara teks-teks tersebut dapat dengan mudah diidentifikasi, bahkan oleh orang awam yang tidak memiliki pengetahuan tentang ilmu bahasa atau ilmu komunikasi. Beberapa teks yang memiliki kemiripan dalam tindakan yang dilakukan itulah yang biasanya dikelompokkan dalam satu genre yang sama. 6

11 Dengan pemahaman bahwa berkomunikasi adalah kegiatan berwacana dan wacana direalisasikan dalam teks, tugas pendidikan bahasa menjadi lebih jelas. Pendidikan bahasa bertugas mengembangkan kemampuan memahami dan menciptakan teks karena komunikasi terjadi dalam teks atau pada tataran teks. D. Tingkatan kompetensi literasi Kemampuan menyelesaikan masalah atau mencapai tujuan dalam dunia nyata dengan menggunakan teks sebagai alat utamanya juga disebut kompetensi literasi. Dalam konteks pendidikan bahasa di Indonesia sebagai telah dibahas sebelumnya, konsep literasi lebih baik dikaitkan bukan hanya dengan kompetensi komunikatif tulis, tetapi juga kompetensi komunikatif lisan, sebagaimana dibahas oleh Holmes (2004). Holme mengatakan, Literacy by its nature is about what we do with certain types of text. It is about the purpose and the variety of these texts and the activities to which they give rise. (Holme 2004, 64). Maka dari itu, berbekal dengan kompetensi literasi tertentu orang dapat berpartisipasi dalam komunitas yang menggunakan literasi secara komunikatif (August dan Hakuta, 1997: 54). Berdasarkan kesimpulan ini, tingkat kompetensi komunikatif yang ditargetkan untuk pengajaran bahasa daerah, bahasa Indonesia, bahasa Inggris sebagai bahasa asing utama, dan bahasa asing lainnya tidak mungkin disamakan. Jika ternyata situasi menuntut target literasi yang sama, maka kurikulum dan alokasi waktunya akan berbeda. Perlu dirumuskan dengan jelas target literasi apa yang akan dicapai oleh setiap kurikulum bahasa. Berkenaan dengan hal ini, Wells (1991) mengusulkan tingkat literasi yang cukup sederhana dan digunakan secara luas sebagai terlihat di Gambar 3. Epistemic Informational Functional Performative Gambar 3: Model Tingkat Literasi Wells 1991 (Dalam Hammond et al. 1992, 11) Tingkat literasi paling dasar adalah yang disebut Wells sebagai tingkat performative yang dijelaskan oleh Wells (Ibid.) sebagai kemampuan berbahasa atau mengendalikan komunikasi di antara orang-orang yang dikenal, dalam konteks tatap muka, dan jika komunikasi dilakukan secara tertulis maka ragam tulisannya bukan ragam tulis dan lebih menyerupai ragam bahasa lisan yang ditulis. Freebody dan Luke (1990) menyebutnya sebagai tingkat breaking the code atau mengetahui hubungan antara simbol-simbol bahasa lisan dan tulis. Dalam istilah para ahli literasi yang telah dikutip di atas, kemampuan ini termasuk kategori kemampuan menggunakan wacana primer. 7

12 Tingkat literasi fungsional tampak pada kemampuan melaksanakan komunikasi, di mana seseorang dapat membuktikan diri sebagai anggota masyarakat yang mampu memenuhi tuntutan hidup sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang bersangkutan. Tingkat berikutnya yang lebih tinggi adalah tingkat informational. Pada tingkat ini fokusnya adalah pada peran yang dimainkan oleh literasi dalam komunikasi ilmu pengetahuan, terutama yang berbasis disiplin tertentu. Freebody dan Luke (Ibid.) menyebut tingkat ini sebagai being a text participant atau mampu memahami teks dalam arti dapat menghubungkan apa yang ada dalam teks dengan latar belakang pengetahuannya sehingga terjadi konstruksi makna yang dapat merespon makna atau niat penulis. Kemampuan seperti ini diperlukan bagi orang yang belajar bahasa untuk tujuan belajar atau mempelajari ilmu pengetahuan seperti yang terjadi di sekolah-sekolah dengan harapan siswa dapat melanjutkan studinya di jenjang yang lebih tinggi seperti universitas. Tingkat keempat disebut Wells sebagai tingkat epistemic adalah tingkatan di mana seseorang mampu menggunakan bahasa untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Wells menempatkan aspek estetika bahasa sebagai seni (sastra, puisi) di tingkat ini. Berdasarkan pembagian tingkatan literasi yang diusulkan oleh Well tersebut, dapat ditentukan tingkat literasi yang menjadi target tertinggi pembelajaran bahasa sampai siswa menyelesaikan pendidikan tingkat menengah. Oleh karena bahasa Indonesia dan bahasa daerah telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari umumnya siswa di seluruh Indonesia, serta mengingat bahwa bahasa tersebut merupakan bahasa pengantar utama di semua bidang kehidupan, maka dapat ditetapkan bahwa baik mata pelajaran Bahasa Indonesia maupun bahasa daerah seharusnya diarahkan sampai pada penguasaan tingkat literasi tertinggi, yaitu tingkat epistemik. Untuk Bahasa Inggris, yang secara politis berfungsi sebagai bahasa asing, dapat ditetapkan sampai dengan pada tingkat fungsional di SMP dan tingkat informational di SMA. Untuk bahasa asing lainnya mungkin dapat diusulkan hanya sampai pada tingkat literasi fungsional, karena keterbatasan pajanan dan kesempatan untuk berkomunikasi dalam bahasa asing ybs. E. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, kurikulum untuk pembelajaran bahasa ideal yang diperuntukkan bagi siswa SD hingga SMA adalah kurikulum yang secara sadar mengembangkan kompetensi berbahasa atau kompetensi komunikatif yang tak lain adalah kompetensi berwacana secara lisan dan tertulis. Pencapaian tujuan komunikatif merupakan indikator apakah seseorang dapat dianggap mampu memahami dan menghasilkan teks. Penguasaan siswa terhadap berbagai pengetahuan tentang bahasa tidak dapat dijadikan tolok ukur jika memang tidak bermanfaat bagi pemahaman maupun pengungkapkan makna dalam kegiatan komunikatif yang sebenarnya. Semua pendidikan bahasa, dari tingkat dasar sampai tingkat menengah atas, perlu mengembangkan keterampilan ini, tentunya disesuaikan dengan tingkat literasi yang secara logis dapat dicapai pada setiap jenjang pendidikan. 8

13 BAB III TEMUAN KAJIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini dipaparkan hasil-hasil kajian dokumen Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris untuk SMP/MTs dan SMA/MA beserta pelaksnaannya. A. MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Sekolah Dasar 1. Kajian Dokuman Hasil analsis terhadap SK dan KD adalah sebagai berikut: a. Tidak jelas fokus aspeknya, apakah berbicara atau mendengarkan. Kelas I-1: KD 1.1, 1.2, dan 1,3, dll b. Kata kunci sebagai fokus keterampilan diletakkan pada akhir kalimat sehingga kurang jelas Kelas II-1: KD 3.1, 3.2, dll Kelas II-2: KD 5.1, 5.2, dll 2. Kajian Pelaksanaan 1) Masih banyak guru yang belum dapat melakukan pemetaan KD dari empat aspek bahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis). 2) Sebagian guru mengalami kesulitan dalam menentukan kegiatan belajar mengajar yang tepat untuk mencapai kompetensi dasar. 3) Banyak guru mengalami kesulitan dalam merumuskan materi pokok/pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik daerah/sekolah, perkembangan peserta didik, dan potensi daerah. 4) Masih ada guru ada yang belum memahami cara menentukan instrumen penilaian yang tepat dari tiap-tiap KD. 5) Masih banyak guru mengalami kesulitan dalam menentukan kriteria atau rubrik penilaian yang sesuai dengan indikator (tes dan nontes). 6) Guru mengalami kesulitan dalam merumuskan indikator pencapaian dari KD. 7) Belum semua guru dapat mengatur waktu sesuai dengan kompetensi yang diajarkan. 8) Guru masih banyak yang belum menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. 9) Guru mengalami kesulitan dalam merumuskan indikator pencapaian menjadi indikator soal. 10) Guru belum menguasai penilaian yang sesuai dengan karakteristik keterampilan berbahasa, misalnya kompetensi berbicara diujikan secara tertulis. 11) Pada umumnya guru belum memahami cara penyusunan kisi-kisi soal. 12) Guru belum menguasai pedoman bobot penskoran soal yang tepat Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1. Kajian Dokumen Temuan kajian tentang dokumen Standar Isi yang berupa analisis Standar Komptensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran bahasa telah dilakukan dalam diskusi terdahulu. Hasil diskusi tersebut dapat disintesiskan sebagai berikut: Hasil analisis SK dan KD Bahasa Indonesia SMP 1) ditemukan beberapa kata dan kalimat ditafsirkan ganda oleh guru sehingga arah pengembangan indikator tidak jelas Kelas VII-1: KD 1.1 9

14 Kelas VII Sm 1: KD 5.1 dan 5.2 Kelas VII Sm 2: KD 13.1 Kelas VIII Sm 1: KD 5.1 2) terdapat rumusan KD yang dipaksakan yang mestinya bisa dijadikan satu KD karena pokok utamanya sama (kedua KD yang bersangkutan merupakan kesatuan dari satu kompetensi dasar): Kelas VII Sm 1: KD 6.1 dan 6.2 Kelas VIII Sm 2: KD 16.1 dan ) terdapat KD yang tidak dipayungi SK Kelas VII, Sm 1: 4.3 4) Beban belajar siswa kelas IX pada semester 2 terlalu berat sehingga perlunya pemindahan KD ke semester 1 KD 11.3 dipindahkan ke Kelas IX Sm 1 menjadi KD 3.3 5) terdapat KD terlalu berat sebagai materi pembelajaran di kelas Kelas IX Sm 2: KD15.2 6) Sumber belajar yang sulit ditemukan di banyak daerah harus diganti. Ada pementasan drama yang disyaratkan pada standar isi ini; padahal, tidak selalu ada pementasan drama di tiap daerah. Oleh karena itu, supaya Kompetensi Dasar yang dituntut oleh standar isi itu dapat terlaksana, sumber belajar tentang pementasan drama sebaiknya dilakukan oleh siswa sendiri. Kelas IX Sm 2: KD ) Perlu diberikan panduan materi kebahasaan agar guru dapat mengintegrasikannya dalam KD-KD yang sesuai. 8) Redaksional KD mendengarkan tidak standar sehingga perlu diperbaiki 2. Kajian Pelaksanaan Temuan kajian pelaksanaan kurikulum bahasa Indonesia telah didiskusikan pada petemuan terdahulu. Alur kajian didahului dengan merumuskan peta konsep untuk keempat aspek pembelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan peta konsep tersebut telah teridentifikasi beberapa kelemahan sebagai berikut. 1) Guru belum dapat melakukan pemetaan KD dari empat aspek bahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis). 2) Guru mengalami kesulitan dalam memahami isi/rumusan yang terkandung dalam SK dan KD. 3) Guru mengalami kesulitan dalam merumuskan materi pokok/pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik daerah/sekolah, perkembangan peserta didik, dan potensi daerah. 4) Guru mengalami kesulitan dalam menentukan alokasi waktu yang tepat untuk mencapai kompetensi dasar yang akan dicapai. 5) Masih ada guru ada yang belum memahami cara menentukan instrumen penilaian yang tepat dari tiap-tiap KD. 6) Guru mengalami kesulitan dalam menentukan kriteria atau rubrik penilaian yang sesuai dengan indikator (tes dan nontes). 7) Guru mengalami kesulitan dalam merumuskan indikator pencapaian dari KD. 8) Guru kurang mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan indikator. 9) Guru mengalami kesulitan dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran yang memperlihatkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (termasuk CTL di SMP dan SMA). 10) Belum semua guru dapat mengatur waktu sesuai dengan kompetensi yang diajarkan. 11) Masih banyak guru yang mengabaikan KD-KD tertentu yang memerlukan pembelajaran di luar kelas. 10

15 12) Guru masih banyak yang belum menggunakan metode pembelajaran yang variatif. 13) Guru banyak yang belum dapat menyusun bahan ajar berbasis ICT. 14) Penilaian nontes masih jarang digunakan dalam pelaksanaan penilaian. 15) Guru mengalami kesulitan dalam merumuskan indikator pencapaian menjadi indikator soal. 16) Guru belum menguasai penilaian yang sesuai dengan karakteristik keterampilan berbahasa. Misalnya, kompetensi berbicara diujikan secara tertulis. 17) Pada umumnya guru belum memahami cara penyusunan kisi-kisi soal. 18) Guru belum menguasai pedoman bobot penskoran soal yang tepat 19) Kriteria penentuan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dalam satu sekolah berbeda 3. Pembahasan Temuan Kajian Dokumen dan Pelaksanaan SD dan SMP a. Pembahasan Temuan Kajian Dokumen Berdasarkan data temuan kajian dokumen tentang SK dan KD maka dapat dilakukan beberapa hal, yaitu (a) perbaikan SK/KD, (b) pemindahan SK/KD, (c) penghilangan SK/KD, dan (d) penambahan SK/KD baru. Perbaikan dilakukan terhadap rumusan SK/KD yang tidak jelas, dua KD yang memiliki pokok utama sama, dan SK yang belum memayungi semua KD. Pemindahan diberlakukan untuk SK/KD yang menimbulkan penambahan beban belajar. Pemindahan ini bisa diberlakukan antarsemester atau antarkelas. Penghilangan SK/KD dilakukan terhadap SK/KD yang terlalu berat dibelajarkan. Penambahan SK/KD baru dilakukan untuk mengisi SK/KD yang diintegrasikan atau dipindahkan sebagai pengisi kekosongan SK/KD. b. Pembahasan Temuan Kajian Pelaksanaan Kajian pelaksanaan terhadap kurikulum teridentifikasi bahwa guru banyak mengalami kendala dalam memahami kurikulm untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi progam pembelajaran. Pelaksaan program tersebut tidak sesuai dengan prinsip pengembangan KTP, silabus, RPP, dan prinsip pelaksanaan KTSP. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan beberapa kegiatan, yaitu (a) pelatihan, (b) sosialisasi, dan (c) supervisi klinis. Pelatihan bisa dilakukan melalui program pengembangan Tim KTSP tingkat provisi, kabupaten/kota, kecamatan, atau secara mandiri oleh beberapa sekolah yang bergabung. Sosialisasi dapat dilakukan dan difasilitasi oleh MGMP baik tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, atau sekolah. Supervisi klinis dilakukan oleh tim pengembang, kepala sekolah, atau guru sejawat di sekolah masing-masing. Sekolah Menengah Atas 1. Kajian Dokumen Temuan kajian tentang dokumen Standar Isi yang berupa analisis Standar Komptensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran bahasa telah dilakukan dalam diskusi terdahulu. Hasil diskusi tersebut dapat disintesiskan sebagai berikut. 1. Ditemukan beberapa rumusan KD yang tidak memperlihatkan kompetensi aspek tertentu sehingga dapat menimbulkan penafsiran ganda. Hal ini ditemukan pada dokumen Standar Isi sebagai berikut: a. Bahasa Indonesia (Umum) a) Mendengarkan kelas X/1 (KD1.1, 1.2), kelas XI/1 (KD 1.2), kelas XI/1 (KD 1.1, 11

16 1.2, 5.1, 5.2), kelas XII/2 (KD 9.1, 9.2) b) Membaca Kelas XI/1 (KD 7.2), kelas X/2 (KD 15.1, 15.2), kelas XI/1 (KD 7.1, 7.2), kelas XI/2 (KD 15.1), kelas XII/1 (KD 7.2) c) Menulis Kelas XI/2 (KD 16.1, 16.2) b. Bahasa Indonesia (Program Bahasa) 1. Mendengarkan Kelas XI/1 (KD 1.1, 1.2, 1.3), kelas XI/2 (KD 6.1, 6.2), kelas XII/1 (KD 1.1, 1.2) 2. Berbicara Kelas XII/1 (KD 2.2) c. Sastra Indonesia (Program Berbahasa) a. Berbicara Kelas XII/1 (KD 2.2) b. Membaca Kelas XI/1 (KD 3.1, 3.2, 3.3), kelas XI/2 (KD 8.1, 8.2), kelas XII/2 (KD 8.1, 8.2) 2. Ditemukan beberapa KD yang tidak jelas maksudnya sehingga KD tersebut tidak dapat dipahami. Hal ini terdapat pada Standar Isi sebagai berikut: Bahasa Indonesia (Umum) a. Mendengarkan Kelas XII/2 (KD 9.1, 9.2) b. Menulis Kelas X/2 (KD 16.1, 16.2), kelas XI/2 (KD 16.1, 16.2) 3. Ditemukan beberapa istilah yang tidak lazim digunakan di kalangan guru, seperti istilah naratif, deskriftif, ekspositif (kelas X/1 KD 4.1, 4.2, 4.3), argumentatif, persuasif (kelas X/2 KD 12.1, 12.2) pada dokumen Standar Isi Bahasa Indonesia (umum), kelas XI/1 KD 4.1, 4.2, 4.3, kelas XII/1 KD 4.4 pada Standar Isi Bahasa Indonesia (Program Bahasa), kelas XI/1 KD 5.1 pada Standar isi Sastra Indonesia (Program Bahasa). 4. Ditemukan istilah yang kurang dipahami guru seperti istilah pengindraan pada Standar Isi Bahasa Indonesia (Umum) kelas X/2 KD 14.1, istilah struktur unsur intrinsik kelas X/ 2 KD15.1, istilah genre sastra kelas XI/2 KD 10.2 pada Standar Isi Sastra Indonesia (Program Bahasa). 5. Ditemukan kesalahan pengetikan pada dokumen Standar Isi Bahasa Indonesia (Program Bahasa) seperti kata mengidentikasi yang seharusnya mengidentifikasi kelas XI/2 KD 10.1, mengidenfikasi yang seharusnya mengidentifikasi kelas XI/1 KD 3.3, menidentifikasi yang seharusnya mengidentifikasi kelas XII/1 KD 3.1 pada Bahasa Indonesia (umum), penempatan tanda koma (,) yang salah pada frasa kalimat, topik yang seharusnya kalimat topik (tanpa tanda koma) kelas XII/1 KD 5.3 pada Standar Isi Bahasa Indonesia (Program Bahasa) 12

17 6. Ditemukan KD yang bersifat teoritis atau tidak mencerminkan keterampilan berbahasa atau bersastra, yakni pada dokumentasi Standarr Isi Bahasa Indonesia (Umum) kelas XI/1 KD 8.1, kelas XII/2 KD Ditemukan ruang lingkup materi terlalu sempit sehingga guru tidak bisa memilih materi lain. Misalnya, disebutkan Gurindam XII kelas XII/1 KD 2.1 Sastra Indonesia (program Bahasa). 8. Ditemukan KD yang ruang lingkupnya sangat sempit sehingga tidak dapat dijabarkan menjadi beberapa indikator, melainkan indikatornya sama dengan KD. Hal ini terdapat pada kelas X/1 KD 7.1, kelas XI/1 KD 3.2 pada Bahasa Indonesia (umum). 9. Ditemukan rumusan KD yang tidak memperlihatkan keterkaitannya dengan SK. Hal ini terdapat pada kelas XI/2 KD 15.1,Bahasa Indonesia (umum) 10. Ditemukan rumusan SK yang tidak tepat di kelas XI/1 SK 4, Bahasa Indonesia (umum) 11. Perlu panduan tentang materi kebahasaan yang dapat diintegrasikan dengan KD-KD tertentu. 2. Kajian Lapangan Temuan kajian pelaksanaan kurikulum bahasa Indonesia telah didiskusikan pada petemuan terdahulu. Alur kajian didahului dengan merumuskan peta konsep untuk keempat aspek pembelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan peta konsep tersebut telah teridentifikasi beberapa kelemahan berikut ini. 1. Guru belum dapat melakukan pemetaan KD dari empat aspek bahasa (mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis). 2. Guru mengalami kesulitan dalam memahami isi/rumusan yang terkandung dalam SK dan KD. 3. Guru mengalami kesulitan dalam merumuskan materi pokok/pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik daerah/sekolah, perkembangan peserta didik, dan potensi daerah. 4. Guru mengalami kesulitan dalam menentukan alokasi waktu yang tepat untuk mencapai kompetensi dasar yang akan dicapai. 5. Masih ada guru yang belum memahami cara menentukan instrumen penilaian yang tepat dari tiap-tiap KD. 6. Guru mengalami kesulitan dalam menentukan kriteria atau rubrik penilaian yang sesuai dengan indikator (tes dan nontes). 7. Guru mengalami kesulitan dalam merumuskan indikator pencapaian dari KD. 8. Guru kurang mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan indikator. 9. Guru mengalami kesulitan dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran yang memperlihatkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (termasuk CTL di SMP dan SMA). 10. Belum semua guru dapat mengatur waktu sesuai dengan kompetensi yang diajarkan. 11. Masih banyak guru yang mengabaikan KD-KD tertentu yang memerlukan pembelajaran di luar kelas. 12. Guru masih banyak yang belum menggunakan metode pembelajaran yang variatif. 13. Guru banyak yang belum dapat menyusun bahan ajar berbasis ICT. 14. Penilaian nontes masih jarang digunakan dalam pelaksanaan penilaian. 13

18 15. Guru mengalami kesulitan dalam merumuskan indikator pencapaian menjadi indikator soal. 16. Guru belum menguasai penilaian yang sesuai dengan karakteristik keterampilan berbahasa. Misalnya, kompetensi berbicara diujikan secara tertulis. 17. Pada umumnya guru belum memahami cara penyusunan kisi-kisi soal. 18. Guru belum menguasai pedoman bobot penskoran soal yang tepat. 19. Kriteria penentuaan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dalam satu sekolah berbeda. 3. Pembahasan Temuan Kajian Dokumen dan Pelaksanaan a. Pembahasan Temuan Kajian Dokumen Berdasarkan data temuan kajian dokumen tentang SK dan KD maka dapat dilakukan perbaikan SK/KD. Perbaikan dilakukan terhadap rumusan SK/KD yang tidak jelas dan tidak memperlihatkan kompetensi, penggunaa istilah yang tidak lazim dan kurang dipahami guru, kesalahan pengetikan, dan KD yang bersifat teoritis. b. Pembahasan Temuan Kajian Pelaksanaan Kajian pelaksanaan terhadap kurikulum teridentifikasi bahwa guru banyak mengalami kendala dalam memahami kurikulm untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi progam pembelajaran. Pelaksaan program tersebut tidak sesuai dengan prinsip pengembangan KTP, silabus, RPP, dan prinsip pelaksanaan KTSP. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan beberapa kegiatan, yaitu (a) pelatihan, (b) sosialisasi, dan (c) supervisi klinis. Pelatihan bisa dilakukan melalui program pengembangan Tim KTSP tingkat provisi, kabupaten/kota, kecamatan, atau secara mandiri oleh beberapa sekolah yang bergabung. Sosialisasi dapat dilakukan dan difasilitasi oleh MGMP baik tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, atau sekolah. Supervisi klinis dilakukan oleh tim pengembang, kepala sekolah, atau guru sejawat di sekolah masing-masing. B. MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS SK dan KD mata pelajaran Bahasa Inggris untuk SMP/MTs dan SMA/MA merupakan suatu kesinambungan dengan menggunakan format dan rumusan yang tidak berbeda. Perbedaan hanya pada jenis teks yang tercakup, terutama pada jenis teks fungsional. Oleh karena itu, laporan hasil kajian dokumen maupun pelaksanaan disampaikan secara terintegrasi, tidak dipisahkan sebagaimana dalam laporan kajian SK dan KD mata pelajaran Bahasa Inggris di atas. 1. Kajian Dokumen Kajian terhadap dokumen Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah menemukan beberapa hal yang mendukung tercapainya tujuan mata pelajaran Bahasa Inggris maupun permasalahannya. a. Hal-hal positif: a). Secara umum tidak ada masalah dengan keluasan dan kedalaman kompetensi yang telah dirumuskan. b). Tingkat literasi sudah tepat, yaitu untuk SMP/MTs pada tingkat fungsional dan untuk SMA/MA pada tingkat informasional. c). Pendekatan kurikulum berbasis genre sudah dianggap tepat karena lebih efisien dibandingkan dengan pendekatan berbasis teks. 14

19 d). Pemilihan genre yang dicakup di SMP/MTs dan SMA/MA dianggap sudah tepat dan memadai. e). Penyajian dalam bentuk matrix mempermudah guru untuk menentukan poin-poin yang harus dicakup. b. Permasalahan: Permasalahan ditemukan berkenaan dengan (1) pengelompokan SK dan KD ke dalam empat keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, menulis), (2) penggunaan beberapa istilah kunci, dan (3) tidak adanya pembeda cakupan genre yang sama pada semester atau kelas yang berlainan. 1) Masalah terkait dengan pengelompokan SK dan KD ke dalam empat aspek keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis a. Terjadi pengulangan rumusan kompetensi komunikatif yang sama bahkan sampai sebanyak empat kali, yang pembedanya hanya kata memahami, mengungkapkan, dll. Hal ini terjadi dari Semester 1 Kelas VII sampai dengan Semetser 2 Kelas XII. Contoh: Standar Kompetensi Mendengarkan 1. Memahami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal sangat sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat Kompetensi Dasar 1.1 Merespon makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) yang menggunakan ragam bahasa lisan sangat sederhana secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: menyapa orang yang belum/sudah dikenal, memperkenalkan diri sendiri/orang lain, dan memerintah atau melarang 1.2 Merespon makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) yang menggunakan ragam bahasa lisan sangat sederhana secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: meminta dan memberi informasi, mengucapkan terima kasih, meminta maaf, dan mengungkapkan kesantunan 15

20 Standar Kompetensi Berbicara 2. Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal sangat sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat Kompetensi Dasar 2.1 Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) dengan menggunakan ragam bahasa lisan sangat sederhana secara akurat, lancar, dan berterima 2.2 Melakukan interaksi dengan lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: menyapa orang yang belum/sudah dikenal, memperkenalkan diri sendiri/orang lain, dan memerintah atau melarang 2.3 Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) dengan menggunakan ragam bahasa lisan sangat sederhana secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: meminta dan memberi informasi, mengucapkan terima kasih, meminta maaf, dan mengungkapkan kesantunan b. Keempat aspek keterampilan harus dirumuskan SK dan KDnya secara sejajar. Maka terjadi perumusan SK dan KD yang terlalu sulit bagi siswa Kelas VII. Tentunya pada level tersebut siswa belum memiliki cukup waktu untuk terbiasa mendengar dan membaca teks ybs., tetapi sudah ditunut untuk dapat menghasilkan secara tertulis. Tuntutan yang terlalu tinggi juga akan beresiko terbentuknya perkembangan yang masing-masing tahapnya rapuh dan tidak terisi penuh dengan unsur-unsur pendukung yang diperlukan. Contoh: SK dan KD Semester 1 Kelas VII Menulis 3. Mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional pendek sangat sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat 3.1 Mengungkapkan makna gagasan dalam teks tulis fungsional pendek sangat sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat 3.2 Mengungkapkan langkah retorika dalam teks tulis fungsional pendek sangat sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat SK dan KD Semester 2 Kelas VII Menulis 4. Mengungkapkan 4.1 Mengungkapkan makna dalam teks tulis makna dalam fungsional pendek sangat sederhana dengan teks tulis menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, fungsional dan lancar, dan berterima untuk berinteraksi 16

21 esei pendek sangat sederhana berbentuk descriptive dan procedure untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat dengan lingkungan terdekat 4.2 Mengungkapkan makna dan langkah retorika dalam esei pendek sangat sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat dalam teks berbentuk descriptive dan procedure 2) Masalah terkait dengan penggunaan beberapa istilah kunci Istilah yang menunjuk pada jenis teks adalah interpersonal, transaksional, fungsional, monolog dan esei. Istilah monolog dan esei mencakup teks-teks seperti descriptive, narrative, recount, dsb.; monolog untuk jenis lisan dan esei untuk tertulis. Istilah monolog menyiratkan seolah-olah teks-teks tersebut tidak dapat digunakan untuk berdialog. Istilah esei telah lazim digunakan untuk teks yang bertujuan membahas, mengajukan argumentasi, dan teks ilmiah lainnya. Istilah esei kurang tepat digunakan untuk teks-teks yang tercakup dalam genre desceriptive, narrative, recount, dan beberapa genere lainnya. Contoh: SK dan KD SMA, Kelas X Semester 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Mendengarkan 1. Memahami makna teks fungsional pendek dan teks monolog sederhana berbentuk recount, narrative dan procedure dalam konteks kehidupan sehari-hari Berbicara 2. Mengungkapkan makna dalam teks fungsional pendek dan monolog berbentuk recount, narrative dan procedure sederhana dalam konteks kehidupan sehari-hari 2.1 Merespon makna secara akurat, lancar dan berterima dalam teks lisan fungsional pendek sederhana (misalnya pengumuman, iklan, undangan dll.) resmi dan tak resmi dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari 2.2 Merespon makna dalam teks monolog sederhana yang menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari dalam teks: recount, narrative, dan procedure 4.1 Mengungkapkan makna dalam bentuk teks fungsional pendek (misalnya pengumuman, iklan, undangan dll.) resmi dan tak resmi dengan menggunakan ragam bahasa lisan dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari. 4.2 Mengungkapkan makna dalam teks monolog sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk: recount, narrative, dan procedure 17

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs)

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs) 36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Departemen Pendidikan Nasional Materi 2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Sosialisasi KTSP LINGKUP SNP 1. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal

Lebih terperinci

: SMA NEGERI 1 MANADO

: SMA NEGERI 1 MANADO PEMERINTAH KOTA MANADO DINAS PENDIDIKAN NASIONAL SMA NEGERI 1 MANADO JALAN PRAMUKA NOMOR 102 95114 0431-864587 STANDAR ISI SEKOLAH : SMA NEGERI 1 MANADO MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS KELAS : XII TAHUN

Lebih terperinci

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs)

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs) 36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) 309 38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

37. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

37. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) 37. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : X s/d XII / 1-2

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : X s/d XII / 1-2 PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : X s/d XII / 1-2 Nama Guru

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA)

38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA) 38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA)

38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA) 38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

KEGIATAN AWAL PERTANYAAN TUJUAN KEGIATAN KOMPETENSI

KEGIATAN AWAL PERTANYAAN TUJUAN KEGIATAN KOMPETENSI KEGIATAN AWAL TUJUAN KEGIATAN KEGIATAN INTI PERTANYAAN KEGIATAN AKHIR KOMPETENSI Kegiatan Awal (15 ) 1. Menjelaskan tujuan kegiatan. 2. Menggali informasi tentang pengetahuan awal peserta mengenai SKL,

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

42. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

42. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) 369 42. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 341 40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Susiwi S Pengantar Kurikulum nasional perlu terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA. Makalah

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA. Makalah KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA Makalah Disajikan pada kegiatan Workshop Monev Pelaksanaan KTSP MI, MTs, dan MA Angkatan I Tingkat Propinsi Jawa Barat pada

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) 1 1. Pengertian KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masingmasing satuan pendidikan 2 2. Landasan Pengembangan KTSP

Lebih terperinci

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Standar Nasional Pendidikan

Standar Nasional Pendidikan Standar Nasional Pendidikan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia Dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam

Lebih terperinci

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : X / 1-2

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : X / 1-2 PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : X / 1-2 Nama Guru : Slamet

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK UU SISDIKNAS NO 20 TH 2003 BAB IX STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Pasal 35 (1) dan (2): (1) Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya Manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KD-KD KURIKULUM 2006 DENGAN KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS (WAJIB)

ANALISIS PERBANDINGAN KD-KD KURIKULUM 2006 DENGAN KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS (WAJIB) ANALISIS PERBANDINGAN KD-KD KURIKULUM 2006 DENGAN KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS (WAJIB) NO PERMENDIKNAS 2006 PERMENDIKBUD 2013 PENJELASAN 1 1.1 Merespon makna yang terdapat dalam percakapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Negara akan maju dan berkembang apabila diikuti dengan peningkatan pendidikan

Lebih terperinci

SOSIALISASI PERMEN NO 22, NO 23, DAN NO 24*)

SOSIALISASI PERMEN NO 22, NO 23, DAN NO 24*) SOSIALISASI PERMEN NO 22, NO 23, DAN NO 24*) Oleh : Badrun Kartowagiran**) PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2006 ============================= *) Makalah disampaikan dalam Seminar Pendidikan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang

Lebih terperinci

PROGRAM SEMESTER. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas /Semester : XII / 1. Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :...

PROGRAM SEMESTER. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas /Semester : XII / 1. Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :... PERANGKAT PEMBELAJARAN PROGRAM SEMESTER Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas /Semester : XII / 1 Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :... KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

Djuharis Rasul Peneliti di Pusat Kurikulum Diknas Sosialisasi KTSP

Djuharis Rasul Peneliti di Pusat Kurikulum Diknas Sosialisasi KTSP Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh dan salam sejahtera untuk kita semua Semoga Apa yang kita lakukan hari ini bernilai ibadah disisi Allah SWT. Amin Djuharis Rasul Peneliti di Pusat Kurikulum Diknas

Lebih terperinci

Farida Nurhasanah. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011

Farida Nurhasanah. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011 Farida Nurhasanah Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011 PERMEN NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI Materi minimal dan Tingkat kompetensi minimal untuk mencapai Kompetensi Lulusan Minimal 2 Memuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa negara bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan kepada setiap warga negara dalam

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Hand out Seminar Pengembangan KTSP bagi Pengawas, Kepala Sekolah, Guru Kabupaten Donggala, Sulawesi Selatan 1 Desember 2007 Oleh

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34 HALAMAN 1 / 34 1 2 3 4 5 Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit Waktu Pengembangan g Silabus 6 7 8 9 Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah Pengembangan Silabus Contoh Model HALAMAN

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : XII / 1-2

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : XII / 1-2 PERANGKAT PEMBELAJARAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : XII / 1-2 Nama Guru :... NIP/NIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analitis dan imajinasi yang ada dalam dirinya. kemampuan memahami dan menghasilkan teks lisan atau tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. analitis dan imajinasi yang ada dalam dirinya. kemampuan memahami dan menghasilkan teks lisan atau tulisan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. adalah

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Materi Minimal dan Tingkat Kompetensi Minimal, untuk Mencapai Kompetensi Lulusan Minimal Memuat : 1. Kerangka Dasar Kurikulum

Lebih terperinci

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1 IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PENGERTIAN KURIKULUM (Pasal 1 UU No. 0 Tahun 00) Seperangkat rencana & pengaturan SNP Tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

PROGRAM SEMESTER. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas /Semester : X / 1. Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :...

PROGRAM SEMESTER. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas /Semester : X / 1. Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :... PERANGKAT PEMBELAJARAN PROGRAM SEMESTER Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas /Semester : X / 1 Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :... KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

IMPLIKASI PENGEMBANGAN KTSP TERHADAP TUGAS GURU MATEMATIKA SMP/MTs

IMPLIKASI PENGEMBANGAN KTSP TERHADAP TUGAS GURU MATEMATIKA SMP/MTs DIKLAT GURU PEMANDU/GURU INTI/PENGEMBANG MATEMATIKA SMP JENJANG DASAR TAHUN 2010 IMPLIKASI PENGEMBANGAN KTSP TERHADAP TUGAS GURU MATEMATIKA SMP/MTs Disusun oleh: Sri Wardhani DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KTSP dengan Model Sistematik. Oleh Wachyu Sundayana

PENGEMBANGAN KTSP dengan Model Sistematik. Oleh Wachyu Sundayana PENGEMBANGAN KTSP dengan Model Sistematik Oleh Wachyu Sundayana KTSP(KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN) 0. Pengertian KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan dewasa ini dapat dilihat dari peningkatan sistem pelaksanaan pendidikan dan pengembangan pembelajaran yang selalu diusahakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga disebutkan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BSNP PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BSNP PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH I. PENDAHULUAN Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 957, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tingkat Satuan Pendidikan. Dasar. Menengah. Kurikulum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I. I PENDAHULUAN

BAB I.  I PENDAHULUAN BAB I ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.word-to-pdf-converter.netbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat ditentukan oleh kemajuan dan inovasi pendidikan

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Silakan pilih menu Unit waktu Pengembang Silabus Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah-langkah

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. NAMA SEKOLAH : SMP Muhammadiyah 2 Depok MATA PELAJARAN : Bahasa Inggris : VIII (Delapan) TAHUN PELAJARAN : 2016/2017

PROGRAM TAHUNAN. NAMA SEKOLAH : SMP Muhammadiyah 2 Depok MATA PELAJARAN : Bahasa Inggris : VIII (Delapan) TAHUN PELAJARAN : 2016/2017 PROGRAM TAHUNAN NAMA SEKOLAH : SMP Muhammadiyah 2 Depok MATA PELAJARAN : Bahasa Inggris KELAS : VIII (Delapan) TAHUN PELAJARAN : 2016/2017 Semester ke: Standar Kompetensi (SK)/ kompetensi Dasar (KD) 1

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi MERENCANAKAN PROGRAM PEMBELAJARAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI KTSP Pertemuan XI Desain Pembelajaran STAI SMQ Bangko Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami perencanaan program pembelajaran dalam rangka implementasi

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 2006 KATA PENGANTAR Buku Panduan ini dimaksudkan sebagai pedoman sekolah/madrasah

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) 1 KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) I. Pendahuluan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar 1. Daftar Isi 2

DAFTAR ISI. Kata Pengantar 1. Daftar Isi 2 DAFTAR ISI Kata Pengantar 1 Daftar Isi 2 I. PENDAHULUAN 3 A. Landasan 4 B. Tujuan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan C. Pengertian 5 D. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KURIKULUM Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 2006 KATA PENGANTAR Buku Panduan ini dimaksudkan sebagai pedoman sekolah/madrasah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 13 B. TUJUAN 13 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 13 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 14 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 14

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 13 B. TUJUAN 13 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 13 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 14 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 14 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 13 B. TUJUAN 13 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 13 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 14 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 14 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 15 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional a Pendidikan d Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar

Lebih terperinci

KURIKULUM Pedoman Implementasi Kurikulum

KURIKULUM Pedoman Implementasi Kurikulum KURIKULUM 2013 Pedoman Implementasi Kurikulum BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDIKATOR DALAM UPAYA MENCAPAI KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN KARANGANYAR JAWA TENGAH

PENGEMBANGAN INDIKATOR DALAM UPAYA MENCAPAI KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN KARANGANYAR JAWA TENGAH PENGEMBANGAN INDIKATOR DALAM UPAYA MENCAPAI KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN KARANGANYAR JAWA TENGAH M.V. Sri Hartini H.S. Disdikpora Kabupaten Karanganyar mvsrihartini@yahoo.com

Lebih terperinci

Memuat konsep-konsep yang terkait dengan kurikulum sekolah.

Memuat konsep-konsep yang terkait dengan kurikulum sekolah. TELAAH KURIKULUM DOC. 1 BAGIAN AWAL A. Cover Deskripsi 1. Ada logo sekolah. 2. Terdapat judul yang tepat (Kurikulum Sekolah dan Tahun Pelajaran) 3. Menulis alamat sekolah dengan lengkap B. Lembar Pemberlakuan

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun 006 tentang STANDAR ISI (SI) Materi Minimal dan Tingkat Kompetensi Minimal, untuk Mencapai Kompetensi Lulusan Minimal Memuat : 1. Kerangka Dasar Kurikulum.

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit waktu Pengembang Silabus Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah-langkah Pengembangan Silabus

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH Badan Standar Nasional Pendidikan 2010 KATA PENGANTAR Segala

Lebih terperinci

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : X / 1-2

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : X / 1-2 PERANGKAT PEMBELAJARAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : X / 1-2 Nama Guru :... NIP/NIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan

Lebih terperinci

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) A. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP B. Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP Landasan & Acuan Penyusunan & Pengembangan KTSP UU

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai dengan berlakunya undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999 dan disempurnakan dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan. Letak Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (Implikasinya terhadap Tugas Guru Matematika SMP/MTs dalam Pengembangan KTSP)

Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (Implikasinya terhadap Tugas Guru Matematika SMP/MTs dalam Pengembangan KTSP) PAKET FASILITASI PEMBERDAYAAN KKG/MGMP MATEMATIKA Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (Implikasinya terhadap Tugas Guru Matematika SMP/MTs dalam Pengembangan KTSP) Penulis: Dra. Sri Wardhani Penilai:

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa, yakni dengan cara menciptakan SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 INSTRUMEN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) 1. Periksalah kelengkapan Perangkat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki A. Pendahuluan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kelanjutan dari kurikulum tahun 2004

Lebih terperinci

TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa agar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci