TUGAS AKHIR SIMULASI SISTEM ANTRIAN PADA STATISTICAL TIME DIVISION MULTIPLEXING DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL C++ 6.0

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR SIMULASI SISTEM ANTRIAN PADA STATISTICAL TIME DIVISION MULTIPLEXING DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL C++ 6.0"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR SIMULASI SISTEM ANTRIAN PADA STATISTICAL TIME DIVISION MULTIPLEXING DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL C Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Oleh IPENGADOHAR EZRA PANGARIBUAN DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007

2 SIMULASI SISTEM ANTRIAN PADA STATISTICAL TIME DIVISION MULTIPLEXING DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL C Oleh : IPENGADOHAR EZRA PANGARIBUAN Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknik Elektro Disetujui Oleh : Pembimbing, MAKSUM PINEM, ST, MT NIP Disetujui Oleh : Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU, Prof. Dr. Ir. USMAN BAAFAI NIP DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007

3 ABSTRAK Teknologi komunikasi merupakan teknologi yang paling pesat perkembangannya pada beberapa tahun terakhir ini. Seiring dengan itu, teknologi multiplexing memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan efisiensi penggunaan perangkat komunikasi. Dari beberapa teknik multiplexing, statistical TDM memiliki suatu kelebihan yaitu kemampuannya mengalokasikan time slot secara dinamis sesuai dengan kebutuhan. Sebab pada kenyataannya tidak semua perangkat yang terpasang melakukan transmisi sepanjang waktu, sehingga dengan mengalokasikan time slot secara dinamis, maka tidak akan terjadi pemborosan bandwith. Adapun permasalahan yang dihadapi adalah ketika trafik mencapai kondisi saat laju data input melebihi kapasitas saluran. Salah satu metoda yang dipakai adalah dengan memandang multiplexer sebagai sebuah sistem antrian dengan server tunggal dengan pola kedatangan acak dan pola pelayanan deterministik. Pada Tugas Akhir ini dirancang sebuah perangkat lunak untuk mensimulasikan proses antrian yang terjadi pada statistical TDM. Dari hasil simulasi ini diperoleh kinerja dari sistem seperti delay rata-rata, panjang antrian rata-rata, dan utilisasi sistem. i

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul Simulasi Sistem Antrian Pada Statistical Time Division Multiplexing (TDM) Dengan Bahasa Pemrograman Visual C Adapun Tugas Akhir ini dibuat untuk memenuhi syarat kesarjanaan di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini penulis banyak menemukan hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis akhirnya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ayah dan Ibu tercinta yang telah banyak memberikan dukungan moril, materil dan doa serta limpahan kasih sayang yang tiada terkira dan tiada mungkin terbalaskan. 2. Bapak Maksum Pinem, ST, MT, selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas segala bimbingan, solusi dan motivasi yang telah diberikan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Baafai selaku Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Ir. Sihar P. Panjaitan, MT, selaku Penasehat Akademik penulis yang telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam menyelesaikan perkuliahan selama ini. ii

5 5. Seluruh Dosen dan Civitas Akademika Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 6. Abang dan adikku, Herbert Pangaribuan, SE dan Exaudi Pangaribuan, yang telah memberikan dukungan dan semangat bagi penulis selama ini. 7. Abang Rudianto, ST yang telah banyak membantu dan memberi masukan yang sangat berarti bagi penulis. 8. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Elektro, khususnya teman-teman stambuk 2002, Pak Bos Badu, Esron, Bugi, Denny Dewa, Adhi, Rahmat Ketua, Rahmat Regar, Medison, Agus, Farid, Dodi, Yos, Junaris, Bismar, Hendra, Hamdani Handre, Ardiansyah, Iqbal, Abu, Daniel, Syafril, Sylvia, Berry, Frans, Aritta Andra, Yandi Boy, dan teman-teman 2002 lainnya. 9. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Berbagai usaha telah penulis lakukan agar Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik, namun penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna karena masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun susunannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. iii

6 Akhir kata penulis berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca sekalian terutama bagi penulis sendiri. Medan, Desember 2007 Penulis, Ipengadohar Ezra Pangaribuan NIM : iv

7 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR.... viii DAFTAR TABEL... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan Pembatasan Masalah Metodologi Penulisan Sistematika Penulisan... 4 BAB II MULTIPLEXING Umum Frequency Division Multiplexing (FDM) Synchronous Time Division Multiplexing (TDM) Framing Pulse Stuffing Statistical Time Division Multiplexing (TDM) Kinerja Statistical TDM v

8 BAB III PERANCANGAN SIMULASI DENGAN VISUAL C Umum Komponen Visual C Lingkungan Program Visual C Jendela Project Wokspace Jendela Editor Jendela Output Toolbox Toolbar Menu Bar Perancangan Simulasi Model Sistem Pembangkitan Bilangan Acak Disiplin Antrian Pola Kedatangan Pola Pelayanan Algoritma dan Diagram Alir Simulasi Prototype Simulasi Prototype Antarmuka Program Prototype Source Code Program vi

9 BAB IV SIMULASI PERANGKAT LUNAK Umum Pemodelan Sistem Asumsi-Asumsi Pembangun Sistem Mode Analisis Batasan-Batasan Model Sistem Performansi Sistem Hasil Akhir Tabel Hasil Akhir Tabel Hasil Akhir Kondisi I Tabel Hasil Akhir Kondisi II Tabel Hasil Akhir Kondisi III Grafik Hasil Simulasi Grafik Kondisi I Grafik Kondisi II Grafik Kondisi III BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Konsep Dasar Multiplexing... 6 Gambar 2.2 Konsep Dasar FDM... 7 Gambar 2.3 Skema Kinerja FDM... 9 Gambar 2.4 Skema Kinerja Synchronous TDM Gambar 2.5 Perbandingan Kinerja Synchronous TDM dan Statistical TDM Gambar 2.6 Format Frame Statistical TDM Gambar 3.1 Lingkungan Program Visual C Gambar 3.2 Jendela Project Workspace Gambar 3.3 Jendela Editor Gambar 3.4 Jendela Output.. 27 Gambar 3.5 Toolbox. 28 Gambar 3.6 Toolbar Gambar 3.7 Menu Bar Gambar 3.8 Model Sistem Antrian Gambar 3.9 Proses Kedatangan pada Proses Poisson Gambar 3.10 Diagram Alir Simulasi.. 40 Gambar 4.1 Model Sistem Statistical TDM Gambar 4.2 Model Sistem yang Disimulasikan Gambar 4.3 Tampilan Parameter-Parameter dalam Simulasi Gambar 4.4 Tampilan Performansi Sistem Gambar 4.5 Tampilan Hasil Akhir viii

11 Gambar 4.6 Tampilan Tabel Hasil Akhir Kondisi I Gambar 4.7 Tampilan Tabel Hasil Akhir Kondisi II Gambar 4.8 Tampilan Tabel Hasil Akhir Kondisi III Gambar 4.9 Grafik Kondisi I Gambar 4.10 Grafik Kondisi II Gambar 4.11 Grafik Kondisi III. 60 ix

12 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Bilangan Acak Metode LCG Tabel 3.2 Urutan Waktu Kedatangan dengan λ = 5 kedatangan/s Tabel 3.3 Urutan Waktu Kedatangan dengan λ = 10 kedatangan/s Tabel 3.4 Waktu Interval Antar Kedatangan dengan λ = 5 kedatangan/s Tabel 3.5 Waktu Interval Antar Kedatangan dengan λ = 10 kedatangan/s Tabel 4.1 Variansi pada Panjang Antrian Rata-Rata untuk ρ = 0, Tabel 4.2 Variansi pada Panjang Antrian Rata-Rata untuk ρ = 0, Tabel 4.3 Variansi pada Delay Antrian Rata-Rata untuk ρ = 0, x

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat belakangan ini semakin menuntut adanya peningkatan efisiensi penggunaan perangkat komunikasi. Dalam hal ini teknologi multiplexing memiliki peranan yang sangat penting. Multiplexing memungkinkan beberapa sumber transmisi berbagi satu saluran transmisi yang sama sehingga penggunaan perangkat komunikasi dapat dimaksimalkan. Salah satu kelebihan dari statistical TDM dibanding synhronous TDM adalah kemampuannya mengalokasikan time slot secara dinamis sesuai dengan kebutuhan. Seperti diketahui pada synchronous TDM, sejumlah time slot telah diperuntukkan bagi masing-masing sumber selama melakukan transmisi. Jika salah satu sumber tidak menggunakan time slot yang dimilikinya, maka time slot tersebut tidak dapat juga digunakan oleh sumber lain, sehingga akan terjadi pemborosan bandwith. Sementara pada kenyataannya tidak semua perangkat yang terpasang melakukan transmisi sepanjang waktu, sehingga dengan mengalokasikan time slot secara dinamis, maka statistical TDM dapat mendukung perangkat yang lebih banyak dibandingkan dengan synchronous TDM dengan kapasitas saluran yang sama. Adapun permasalahan yang dihadapi adalah jika trafik mencapai kondisi puncak pada saat laju data input melebihi kapasitas saluran. Untuk itu perlu diperhatikan hubungan antara ukuran penyangga yang digunakan dengan kapasitas 1

14 saluran. Salah satu metoda yang dipakai untuk menganalisa hal tersebut adalah dengan memandang multiplexer sebagai sebuah sistem antrian dengan server tunggal dengan pola kedatangan acak dan pola pelayanan deterministik. Dalam perkembangannya kinerja dari sistem antrian tersebut dapat diperoleh dari hasil simulasi dengan sebuah perangkat lunak. Oleh karena itu, pada Tugas Akhir ini akan dirancang sebuah perangkat lunak untuk mensimulasikan proses antrian yang terjadi pada statistical TDM. Pada simulasi ini akan dianalisa kinerja sistem seperti delay rata-rata, panjang antrian rata-rata, dan utility sistem. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara lain : 1. Apa pengertian multiplexing secara umum? 2. Bagaimana konsep statistical TDM? 3. Apa kelebihan statistical TDM dibandingkan dengan synchronous TDM? 4. Bagaimana proses antrian yang terjadi pada statistical TDM? 5. Mensimulasikan proses antrian pada statistical TDM dengan menggunakan Visual C Tujuan Penulisan Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah : 1. Mensimulasikan proses antrian pada statistical TDM dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual C

15 2. Mendapatkan kinerja dari sistem antrian tersebut, seperti delay (penundaan) ratarata antrian, panjang antrian rata-rata, dan utility sistem. 1.4 Batasan Masalah Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan menghindari pembahasan yang meluas, maka penulis perlu membatasi masalah yang akan dibahas. Adapun batasan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah : 1. Menjelaskan konsep dasar multiplexing secara umum. 2. Simulasi yang dilakukan dibatasi hanya pada proses antrian yang terjadi saja. 3. Simulasi tidak membahas proses yang terjadi sebelum proses antrian dan sesudahnya. 4. Pada perancangan perangkat lunak ini, pola kedatangan diasumsikan adalah acak dengan distribusi Poisson. 5. Pada perancangan perangkat lunak ini, pola pelayanan adalah deterministik. 6. Pada perancangan perangkat lunak ini, disiplin antrian yang digunakan adalah FIFO (First In First Out). 1.5 Metodologi Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Studi Literatur : Berupa tinjauan pustaka dari buku-buku, jurnal ilmiah yang berkaitan dengan statistical TDM disertai dengan konsultasi dan bimbingan 3

16 dengan dosen pembimbing, dosen-dosen lain dan rekan-rekan mahasiswa mengenai masalah yang timbul dalam penulisan. 2. Simulasi : Berupa perancangan simulasi dengan menggunakan Visual C yang meliputi : a. Menentukan model sistem yang disimulasikan. b. Menentukan parameter-parameter yang digunakan dalam simulasi. c. Membangun simulasi sesuai dengan model dan parameter yang telah ditetapkan. d. Mengambil kesimpulan dari hasil simulasi. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan latar belakang masalah, tujuan penulisan, rumusan masalah, batasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan sebagai gambaran umum dari pembahasan keseluruhan. BAB II : MULTIPLEXING Pada bab ini dijelaskan tentang teori-teori yang mendukung dan melandasi penulisan Tugas Akhir ini yang memberikan gambaran tentang multiplexing secara umum. 4

17 BAB III : PERANCANGAN SIMULASI DENGAN VISUAL C Pada bab ini dijelaskan tentang alasan penggunaan Visual C sebagai salah satu bahasa pemrograman pembuat perangkat lunak beserta komponen-komponennya serta penjelasan perancangan perangkat lunak beserta prinsip kerjanya. BAB IV : SIMULASI PERANGKAT LUNAK Pada bab ini berisi tentang proses dan hasil simulasi perangkat lunak yang telah dirancang secara utuh. BAB V : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dari simulasi yang telah dilakukan serta rekomendasi atau saran untuk perbaikan dan pengembangan lebih lanjut. 5

18 BAB II MULTIPLEXING 2.1 Umum Komunikasi jarak jauh merupakan suatu jaringan yang mahal. Seringkali terminal-terminal dipergunakan secara maksimum untuk berkomunikasi, sehingga diperlukan suatu cara untuk mengefektifkan pengguanaan jaringan. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan multiplexing. Multiplexing adalah proses untuk mengkombinasikan aliran-aliran data dari sejumlah kanal untuk ditransmisikan pada satu jalur transmisi yang sama [3]. Konsep dasar multiplexing diilustrasikan pada Gambar 2.1 [7]. Terdapat sejumlah n buah kanal data yang berbeda dihubungkan ke sebuah multiplexer. Multiplexer akan mengkombinasikan data dari n kanal dan mengirimkannya melalui satu saluran transmisi yang sama. Pada sisi penerima, demultiplexer akan memisahkan data yang diterima sesuai dengan kanal pengirimnya dan mengirimkannya ke kanal yang sesuai. Gambar 2.1 Konsep Dasar Multiplexing 6

19 Pada bab ini hanya akan dibahas tiga teknik multiplexing, yaitu frequency division multiplexing (FDM) dan time division multiplexing (TDM), yang terbagi menjadi synchronous TDM dan statistical TDM. 2.2 Frequency Division Multiplexing Pada sistem FDM sejumlah sinyal secara simultan dibawa menuju media yang sama dengan cara mengalokasikan band frekwensi yang berbeda ke masingmasing sinyal [7]. FDM dimungkinkan bila bandwith dari media transmisi yang digunakan lebih besar dari bandwith kombinasi sinyal-sinyal yang ditransmisikan. Kasus umum dari FDM ditunjukkan pada Gambar 2.2 dimana enam sumber sinyal dimasukkan ke dalam multiplexer yang memodulasi setiap sinyal ke dalam frekwensi yang berbeda (f 1, f 2, f 3, f 4, f 5, f 6 ) [7]. Gambar 2.2 Konsep Dasar FDM 7

20 Masing-masing sinyal yang dimodulasi memerlukan lebar pita tertentu yang dipusatkan di sekitar frekwensi pembawa, yang disebut channel. Untuk mencegah munculnya interferensi, channel dipisahkan oleh band pelindung (guard band), yang merupakan bagian dari spektrum yang tidak digunakan. Gambaran umum dari kinerja sistem FDM ditunjukkan pada Gambar 2.3 [7]. Sejumlah sinyal dimultiplex ke satu media transmisi yang sama. Masing-masing sinyal m n (t) dimodulasi ke frekwensi subpembawa f n. Sinyal-sinyal analog termodulasi yang dihasilkan kemudian ditambahkan sehingga menghasilkan sinyal baseband campuran m b (t). Istilah baseband dipergunakan untuk menunjukkan band frekwensi dari sinyal yang dikirim oleh sumber dan potensial untuk dipergunakan sebagai sinyal pemodulasi [7]. Gambar 2.3.b menunjukkan hasilnya. Biasanya spektrum sinyal baseband berada pada band yang terjangkau. Spektrum sinyal m n (t) kemudian digeser ke tengah dari frekwensi f n. Agar proses ini bekerja, harga f i harus dipilih sehingga lebar pita dari sinyal-sinyal yang lain tidak saling tumpang tindih secara signifikan. Sinyal FDM s(t) memiliki total bandwith B, dimana B > n i = 1 B i [7]. Pada ujung penerima, sinyal FDM kemudian didemodulasi sehingga memperoleh kembali m b (t), yang kemudian disalurkan melalui bandpass filter n, dimana masing-masing filter dipusatkan di f n dan memiliki bandwith B i, dimana 1 i n. Dengan cara ini, maka sinyal dapat dipisahkan kembali menjadi komponen-komponen. Setiap komponen ini kemudian didemodulasi lagi untuk memperoleh sinyal yang asli sesuai dengan kanal pengirimnya. 8

21 Gambar 2.3 Skema Kinerja FDM 9

22 2.3 Synchronous Time Division Multiplexing Sistem synchronous TDM adalah teknik digital yang melakukan proses interleaving data yang datang dari sejumlah terminal dan mengrimkan sekelompok aliran data secara serial melalui jalur berkecepatan tinggi [7]. Interleaving dapat dilakukan pada level bit atau pada level karakter. Gambaran umum mengenai sistem synchronous TDM disajikan pada Gambar 2.4 [7]. Sejumlah sinyal dimultiplex pada media transmisi yang sama. Data yang dibangkitkan dari setiap terminal sumber segera disangga. Setiap penyangga biasanya memiliki panjang satu bit atau satu karakter. Penyangga kemudian secara berturut-turut di-scan sehingga membentuk deretan data digital campuran m c (t). Operasi scan ini berlangsung begitu cepat sehingga setiap penyangga sudah dikosongkan sebelum lebih banyak data yang tiba. Sinyal digital m c (t) yang telah terbentuk kemudian dapat langsung ditransmisikan. Data yang ditransmisikan dapat memiliki format seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.b. Data tersebut disusun ke dalam sebuah bingkai. Masing-masing bingkai berisikan siklus dari time slot. Pada setiap bingkai, satu slot atau lebih ditujukan untuk masing-masing terminal sumber. Rangkaian time slot yang ditujukan untuk satu sumber dari bingkai ke bingkai disebut dengan channel. Panjang time slot setara dengan panjang dari penyangga, umumnya satu bit atau satu karakter. 10

23 Gambar 2.4 Skema Kinerja Synchronous TDM Pada receiver, data yang diterima di-demultiplex dan diarahkan ke penyangga tujuan yang sesuai. Untuk setiap terminal sumber m n (t), terdapat terminal tujuan yang sama yang akan menerima data pada laju yang sama seperti saat dibangkitkan. 11

24 Synchronous TDM disebut synchronous karena time slot sudah ditetapkan terlebih dahulu untuk sumber. Time slot untuk setiap sumber tetap dtransmisikan, baik sumber tersebut memiliki data untuk ditransmisikan atau tidak. Sebagai konsekwensinya, kapasitas saluran kerap terbuang agar implementasinya tidak terlalu rumit Framing Adalah sangat penting untuk mempertahankan sinkronisasi bingkai, sebab bila clock dari sumber dan tujuan tidak sama maka data pada semua channel bisa hilang. Terdapat aturan beberapa aturan dasar dalam hal framing. Karena tidak disediakannya flag atau kararakter SYNC untuk menyusun suatu bingkai, maka diperlukan suatu cara untuk memastikan sinkronisasi bingkai. Adapun mekanisme yang paling umum dalam hal framing adalah yang disebut dengan added-digit framing. Pada skema ini biasanya satu bit kontrol ditambahkan ke setiap bingkai. Sebuah pola bit yang telah diidentifikasi dari bingkai ke bingkai digunakan pada channel kontrol ini [7]. Untuk melakukan sinkronisasi, receiver membandingkan pola bit yang diterima dari satu posisi bingkai dengan pola yang diinginkan. Bila polanya tidak sesuai, maka posisi bit yang berurutan tersebut dicari sampai polanya sama sepanjang bingkai. Sekali sinkronisasi bingkai ditetapkan, maka receiver akan terus memonitor channel framing bit. Bila polanya terganggu, maka receiver harus masuk lagi ke mode pencarian bingkai. 12

25 2.3.2 Pulse Stuffing Masalah tersulit adalah dalam merancang synchronous TDM adalah saat mensinkronkan berbagai sumber data. Dengan adanya perbedaan clock di antara masing-masing sumber akan dapat menyebabkan hilangnya sinkronisasi. Di samping itu, pada beberapa kasus tertentu, laju dari deretan data input tidak dihubungkan dengan angka rasional sederhana. Pemecahan untuk kedua masalah tersebut adalah dengan menggunakan metoda yang disebut dengan pulse stuffing. Dengan pulse stuffing, laju data yang keluar dari multiplexer menjadi lebih tinggi dibanding jumlah maksimum laju instan yang datang. Kapasitas tambahan dipergunakan dengan cara mengisikan bit tambahan palsu atau pulsa-pulsa ke dalam sinyal yang datang untuk mensinkronkan clock dari multiplexer pengirim dengan demultiplexer tujuan. Pulsa-pulsa yang diisikan tersebut diselipkan ke lokasi tertentu dalam format bingkai multiplexer sehingga bisa dikenali dan dibuang oleh demultiplexer [7]. 2.4 Statistical Time Division Multiplexing Pada synchronous TDM, sering sekali time slot dalam sebuah bingkai terbuang. Salah satu aplikasi khusus pada synchronous TDM melibatkan penyaluran sejumlah terminal menuju port komputer yang sudah terbagi-bagi. Sehingga meskipun semua terminal sedang aktif digunakan, sesungguhnya sering kali tidak ada transfer data yang terjadi pada salah satu terminal. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan statistical TDM. Statistical multiplexer bekerja dengan cara mengalokasikan time 13

26 slot secara dinamis sesuai dengan permintaan [7]. Sebagaimana halnya dengan synchronous TDM, statistical multiplexer memiliki sejumlah I/O pada salah satu sisi serta saluran multiplexing pada sisi yang lain. Masing-masing saluran I/O memiliki sebuah penyangga. Bagi input, fungsi multiplexer adalah untuk men-scan penyangga input, mengumpulkan data sampai bingkai menjadi penuh, dan kemudian mengirimkan bingkai tersebut. Bagi output, fungsi multiplexer adalah menerima bingkai dan mendistribusikan slot data ke penyangga output yang tepat. Karena kelebihan yang dimiliki statistical TDM yaitu perangkat yang terpasang tidak semuanya melakukan transmisi sepanjang waktu, maka laju data pada saluran multiplex menjadi lebih kecil dibandingkan dengan jumlah laju data dari perangkat yang terpasang. Sehingga, multiplexer statistical dapat menggunakan laju data yang lebih rendah untuk mendukung perangkat dalam jumlah yang sama dengan multiplexer synchronous. Gambar 2.5 menunjukkan contoh kinerja synchronous TDM dan statistical TDM [7]. Gambar tersebut memperlihatkan empat sumber data serta menunjukkan data yang dihasilkan dalam empat interval waktu (t 0, t 1, t 2, t 3 ). 14

27 Gambar 2.5 Perbandingan Kinerja Synchronous TDM dan Statistcal TDM Pada synchronous TDM, multiplexer memiliki laju data output efektif sebesar empat kali laju data dari masing-masing input. Pada setiap interval waktu, semua data dikumpulkan dari semua sumber dan kemudian mengirimkannya. Misalkan pada interval waktu pertama sumber C dan D tidak memiliki data untuk dikirimkan, maka dua dari empat time slot yang dikirimkan oleh multiplexer adalah time slot kosong. 15

28 Sebaliknya, statistical multiplexer tidak akan mengirimkan time slot yang kosong bila ada data yang dikirim. Dimana pada peluang waktu pertama, hanya slot A dan B saja yang dikirim. Akan tetapi, posisi penting dari slot menjadi hilang dalam skema seperti ini. Tidak diketahui sebelumnya data dari sumber mana yang ada pada suatu slot tertentu. Karena suatu data yang diterima tidak dapat diperkirakan berasal dari sumber yang mana serta didistribusikan ke saluran I/O yang mana, maka diperlukan informasi pengalamatan untuk memastikan bahwa pengiriman yang dilakukan tepat. Sehingga ada lebih banyak bit overhead pada TDM statistik karena setiap slot itu selain membawa data juga membawa informasi pengalamatan. Struktur bingkai yang digunakan oleh TDM statistik akan sangat mempengaruhi kinerjanya. Tujuannya adalah untuk meminimumkan jumlah bit overhead untuk meningkatkan proses transmisi. Gambar 2.6 menunjukkan dua struktur yang mungkin [7]. Pada Gambar 2.6.b hanya satu sumber data dimasukkan per bingkainya. Sumber tersebut diidentifikasi melalui alamatnya. Panjang bidang data ini bervariasi, dimana ujungnya ditandai dengan akhir dari sebuah bingkai. Skema ini dapat bekerja dengan baik pada beban yang ringan, tetapi kurang efisien dengan beban yang berat. 16

29 Flag Alamat Kontrol Subbingkai Statistical TDM FCS Flag (a) Keseluruhan bingkai Alamat Data (b) Subbingkai dengan satu sumber per bingkai Alamat... Panjang Data Alamat Panjang Data (c) Subbingkai dengan banyak sumber per bingkai Gambar 2.6 Format Bingkai Statistical TDM Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi adalah dengan memungkinkan beberapa sumber data dipaketkan ke dalam sebuah bingkai. Untuk itu perlu ditentukan panjang data dari setiap sumber. Dengan demikian, subbingkai TDM statistik terdiri dari beberapa rangkaian data, yang masing-masing diberi label alamat dan panjangnya [7]. Usaha-usaha untuk meningkatkan efisiensi pengiriman ini masih perlu ditingkatkan Kinerja Statistical TDM Seperti diketahui laju data output dari statistical multiplexer lebih kecil dari jumlah keseluruhan laju data input. Hal ini dimungkinkan karena telah diperhitungkan bahwa jumlah rata-rata input lebih kecil dari kapasitas saluran multiplexing. Adapun masalah yang ditemui dengan pendekatan ini adalah sementara rata-rata input lebih kecil dari kapasitas saluran mutiplexing, akan muncul periode dimana rata-rata input tersebut melebihi kapasitas. 17

30 Pemecahan untuk masalah ini adalah dengan memasukkan sebuah penyangga ke dalam multiplexer untuk menahan kelebihan input sementara. Terdapat kaitan yang sangat erat antara ukuran dari penyangga yang digunakan dengan laju data dari saluran, pengurangan dalam satu hal dapat menyebabkan peningkatan dalam hal yang lain. Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa ukuran perkiraan dalam menganalisa suatu statistical TDM. Berikut ini adalah parameter-parameter yang digunakan [7] : I = Jumlah sumber input R = Laju data setiap sumber (bps) M = Kapasitas efektif dari saluran yang dimultiplex (bps) α = Pecahan rata-rata dari waktu, saat setiap sumber melakukakan transmisi K = Rasio kapasitas saluran yang dimultiplex terhadap total input maksimum Sebelumnya besar kapasitas kanal telah ditentukan terlebih dahulu dengan mempertimbangkan bit-bit overhead yang dimiliki multiplexer, sehingga laju maksimum transmisi dapat diketahui. Parameter K adalah ukuran pemadatan yang dapat dicapai oleh multiplexer. Misalkan, untuk suatu kapasitas kanal tertentu, bila K = 0,25, multiplexer dapat menangani perangkat empat kali lebih banyak dari synchronous TDM pada kapasitas saluran yang sama. Nilai dapat dibatasi menjadi : α < K < 1 (2.1) Nilai K = 1 berkaitan dengan synchronous TDM, dimana sistem memiliki kapasitas untuk melayani semua input pada saat yang bersamaan. Sedangkan bila α > K, berarti input akan melebihi kapasitas multiplexer [7]. 18

31 Multiplexer dapat juga dipandang sebagai sebuah antrian dengan server tunggal. Kondisi antri akan meningkat bila pelanggan yang datang ke dalam sistem menemukan server dalam kondisi sibuk, sehingga pelanggan harus menunggu. Penundaan yang dilakukan oleh pelanggan adalah waktu yang dihabiskan untuk menunggu antrian ditambah waktu untuk pelayanan. Persamaan (2.2), (2.3) dan (2.4) meringkas hasil-hasil yang terjadi dan digunakan untuk kasus kedatangan acak dan menggunakan distribusi Poisson dan waktu pelayanan konstan [7]. Dengan, ρ = λ T s (2.2) ρ = Utilisasi server λ = Jumlah rata-rata kedatangan per detik [bps] T s = Waktu layanan untuk setiap kedatangan [s] Dengan, 2 ρ N = + ρ (2.3) 2 ( 1- ρ ) N = Jumlah rata-rata pelanggan di dalam sistem (yang menunggu dan sedang dilayani) ρ = Utilisasi server Dengan, ( 2 - ρ ) ( 1- ρ ) T T = s r 2 (2.4) T r = Waktu rata-rata yang dihabiskan pelanggan di dalam sistem [s] T s = Waktu layanan untuk setiap kedatangan [s] ρ = Utilisasi server 19

32 Model ini dapat dihubungkan dengan mudah dengan statistical multiplexer. Untuk menentukan rata-rata laju kedatangan yang terjadi dapat digunakan rumus [7] : Dengan, λ = α I R (2.5) λ = Rata-rata laju kedatangan [bps] I = Jumlah sumber input α = Pecahan rata-rata dari waktu, saat setiap sumber melakukan transmisi R = Laju data setiap sumber [bps] Sedangkan untuk mencari waktu layanan, yaitu waktu untuk mentransmisikan satu bit dapat digunakan rumus [7] : Dengan, 1 T s = (2.6) M T s = Waktu pelayanan [s] M = Kapasitas efektif saluran multiplexing [bps] Selanjutnya, kinerja dari server atau multiplexer akan dapat dicari dengan menggunakan rumus [7] : Dengan, α I R λ ρ = λ T s = = (2.7) M M ρ = Kinerja dari server atau multiplexer λ = Rata-rata laju kedatangan [bps] I = Jumlah sumber input α = Pecahan rata-rata dari waktu, saat setiap sumber melakukan transmisi 20

33 R = Laju data setiap sumber [bps] Perlu diingat bahwa akan lebih sedikit jumlah penyangga per sumber yang diperlukan oleh multiplexer yang menangani sumber dalam jumlah yang besar dan rata-rata penundaan akan semakin kecil bila kapasitas jalur meningkat untuk penggunaan yang konstan. 21

34 BAB III PERANCANGAN SIMULASI DENGAN VISUAL C Umum Simulasi adalah suatu proses untuk meniru suatu kejadian nyata dengan suatu model dan serangkaian persamaan [5]. Perancangan simulasi pada Tugas Akhir ini akan menampilkan proses perhitungan sistem antrian yang terjadi dan menampilkan hasil akhirnya dalam bentuk sebuah grafik. Bahasa pemrograman yang digunakan untuk merancang perangkat lunak ini adalah Visual C Visual C++ merupakan perangkat pengembangan aplikasi yang menggunakan C++ sebagai bahasa pemrograman dan dapat digunakan untuk membuat aplikasi berbasis Windows maupun berbasis teks (console application). Perangkat ini menyediakan lingkungan yang dinamakan IDE (integrated development environment) yang memungkinkan pengguna membuat, mengkompilasi, dan menguji program dengan baik. 3.2 Komponen Visual C Ada beberapa komponen penting yang terdapat pada program Visual C yang berperan penting dalam pembangunan suatu aplikasi. Beberapa komponen penting itu adalah : 1. Editor Editor menyediakan sarana bagi pemrogam untuk menuliskan program. Editor yang disediakan mampu mengenali kata-kata tercadang C++ dan akan 22

35 memberi warna tersendiri terhadap kata-kata seperti itu. Keuntungannya program akan menjadi lebih mudah dibaca dan sekiranya terjadi kesalahan, maka kesalahan akan lebih cepat terdeteksi. 2. Compiler Ciompiler adalah perangkat lunak yang berfungsi untuk menterjemahkan kode sumber (source code) ke dalam bentuk bahasa mesin. Peranti ini akan dapat memberikan pesan-pesan kesalahan jika terjadi kesalahan kaidah penulisan program yang terdeteksi pada tahap proses kompilasi. 3. Linker Linker adalah perangkat lunak yang berfungsi untuk menggabungkan berbagai modul yang dihasilkan oleh compiler dan modul kode dari berbagai library C++, serta membentuk menjadi kode yang dapat dieksekusi. Sebagaimana compiler, linker juga dapat mendeteksi kesalahan. Kesalahan yang terjadi pada waktu proses linking bisa disebabkan karena ada bagian library atau bagian program yang tidak ditemukan. 4. Library Visual C++ menyediakan berbagai pustaka (library) yang memudahkan pemrogram dalam melakukan berbagai operasi seperti menghitung akar kuadrat hingga mengakses database. Pustaka-pustaka yang tersedia antara lain berupa : a. Standard C++ library, berisi semua rutin yang tersedia pada kebanyakan compiler C++. b. Microsoft Foundation Classes and Templates (MFC&T), yang berkaitan dengan pemrograman Windows. 23

36 5. AppWizard Perangkat ini bermanfaat untuk membangkitkan suatu kerangka dasar aplikasi Windows yang sangat memudahkan pemrogram untuk membuat aplikasi Windows. 6. ClassWizard Perangkat ini bermanfaat untuk mengedit kelas-kelas yang dibangkitkan oleh AppWizard. 3.3 Lingkungan Program Visual C Lingkungan program Visual C berisi sarana program yang sangat membantu dalam membangun suatu program Visual C++. Pada Gambar 3.1 dapat dilihat sarana-sarana yang disediakan dalam lingkungan program Visual C Gambar 3.1 Lingkungan Program Visual C

37 3.3.1 Jendela Project Wokspace Program Visual C++ terdiri dari banyak file dan modul yang digabungkan dan dicompile ketika program tersebut telah rampung dan dieksekusi. Untuk mempermudah pemrogram, Visual C++ telah menyediakan jendela Project Workspace yang berisi semua file yang digunakan selama proses pemrograman. Pada Gambar 3.2 dapat kita lihat contoh tampilan sebuah jendela Project Workspace. Gambar 3.2 Jendela Project Workspace Jendela Project Workspace tersebut berisi tiga buah tab, yaitu : 1. Tab ClassView, yang berguna untuk melihat maupun menyunting kelas-kelas dalam proyek. 25

38 2. Tab ResourceView, yang berguna untuk melihat ataupun menyunting resource yang berada dalam aplikasi, yang antara lain meliputi kotak dialog, menu, ikon dan sebagainya. 3. Tab FileView, yang memungkinkan untuk melihat dan menyunting berkas-berkas proyek Jendela Editor Jendela Editor adalah jendela yang berfungsi sebagai tempat merancang antarmuka program yang akan dibuat. Pada saat program yang dirancang tersebut dieksekusi, maka tampilan yang terlihat itu adalah tampilan dari jendela Editor. Selain tampilan antarmuka program yang disebut dialog box, jendela Editor juga dapat menampilkan source code dari program yang dirancang. Jendela Editor dapat dilihat pada Gambar

39 Gambar 3.3 Jendela Editor Jendela Output Jendela Output berfungsi untuk memberikan pesan-pesan kesalahan jika terjadi kesalahan, baik pada saat proses kompilasi maupun sewaktu proses linking. Dengan adanya pesan-pesan kesalahan pada jendela Output, maka kesalahan yang terjadi akan lebih cepat terdeteksi dan diperbaiki. Jendela Output dapat dilihat pada Gambar 3.4. Gambar 3.4 Jendela Output 27

40 3.3.4 Toolbox Toolbox berfungsi untuk membangun tampilan antarmuka program dengan menggunakan tool atau kontrol yang telah tersedia. Toolbox dapat dilihat pada Gambar 3.5. Gambar 3.5 Toolbox Toolbar Pada Toolbar terdapat tombol-tombol sebagai sarana yang sangat membantu pemrogram dalam dalam merancang suatu aplikasi. Tombol-tombol yang terdapat pada Toolbar ini dapat dikurangi atau ditambah melalui menu Customize sesuai dengan kebutuhan dari perancang program. Toolbar dapat dilihat pada Gambar 3.6. Gambar 3.6 Toolbar 28

41 3.3.6 Menu Bar Menu Bar menyediakan akses untuk perintah-perintah yang mengendalikan program secara umum. Secara umum, fungsi dari menu yang tersedia sama dengan program-program lain yang berbasis Windows. Menu Bar dapat dilihat pada Gambar 3.7. Gambar 3.7 Menu Bar 3.4 Perancangan Simulasi Model antrian sering digunakan untuk mengukur kinerja dari suatu jaringan komunikasi. Dalam model antrian, pelanggan berarti semua hal yang dianggap menghendaki layanan dari sistem. Sedangkan server adalah suatu mekanisme yang memberikan layanan yang dibutuhkan oleh pelanggan. Antrian merupakan proses yang terjadi bila permintaan terhadap pelayanan dari suatu sistem melebihi kapasitas sistem sehingga permintaan tersebut diantrikan Model Sistem Model sistem antrian yang digunakan dalam simulasi ini adalah sistem antrian M/D/1, dimana proses kedatangan menggunakan distribusi Poisson, distribusi waktu pelayanannya adalah determinisitik dengan asumsi kapasitas buffer (penyangga) tidak terbatas. Model sistem ditunjukkan pada Gambar

42 λ λ Gambar 3.8 Model Sistem Antrian Pembangkitan Bilangan Acak Pembangkitan bilangan acak digunakan untuk menghasilkan deretan angkaangka sebagai hasil perhitungan yang diketahui distribusinya sehingga angka-angka tersebut muncul secara acak. Salah satu metode pembangkitan bilangan acak adalah Linear Congruential Generator (LCG). LCG digunakan untuk membangkitkan bilangan acak Z 1, Z 2, Z n yang bernilai [0,m], dengan memanfaatkan nilai sebelumnya untuk membangkitkan bilangan acak ke n+1 (Z n+1 ). Hal ini dapat ditulis dalam Persamaan 3.1. Zi ( az + c)(mod m) = i 1 (3.1) Dengan, 0 m 1 Z i m a c = modulus = multiplier = increment 30

43 Z 0 = nilai awal (bilangan bulat positif) Untuk mendapatkan bilangan acak Ui (i = 1, 2, ) pada interval [0,1], maka U i = Z i / m (3.2) dimana: 0 < m, a < m, c < m, dan Z < 0 m Bilangan acak yang dihasilkan dengan menggunakan metode LCG ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Bilangan Acak Metode LCG i Zi Ui Pada Tabel 3.1, bilangan acak Ui yang dihasikan berada pada interval [0,1] dengan distribusi uniform. Distribusi ini dilambangkan dengan U(0,1) Disiplin Antrian Disiplin antrian yang digunakan dalam simulasi ini adalah disiplin antrian First In First Out (FIFO), di mana pelanggan yang datang akan diterima di penyangga dan menunggu di sana. Jika pelanggan yang datang menemui server 31

44 dalam kondisi idle, maka pelanggan akan langsung dilayani oleh server. Akan tetapi jika pelanggan yang datang menemui kondisi server dalam keadaan sibuk (busy), maka pelanggan akan mengantri di dalam penyangga sampai semua pelanggan yang duluan datang selesai dilayani. Selain disiplin antrian FIFO, ada beberapa disiplin antrian lain yang lazim digunakan, yaitu [6] : 1. Last In, First Out (LIFO) Paket yang lebih dahulu tiba, belakangan dilayani. 2. Random service Paket yang akan dilayani dipilih secara acak. 3. Service sharing Setiap paket yang menunggu di dalam antrian akan mendapat porsi pelayanan yang sama meskipun belum lengkap, sehingga dalam hal ini sebenarnya tidak ada antrian yang menunggu. 4. Preemptive priority Jika pelanggan yang memiliki prioritas lebih tinggi datang, maka pelanggan dengan prioritas lebih rendah yang sedang dalam pelayanan akan diinterupsi dan dilanjutkan kembali jika pelanggan dengan prioritas lebih tinggi selesai dilayani Pola Kedatangan Pola kedatangan merupakan salah satu komponen utama dalam sistem antrian yang akan sangat mempengaruhi simulasi. Kondisi yang paling realistis adalah pola kedatangan yang bersifat acak, dimana kedatangan berikutnya sama sekali tidak 32

45 tergantung pada kedatangan sebelumnya. Pembangkitan pola kedatangan yang acak dalam penyusunan Tugas Akhir ini menggunakan distribusi Poisson. Kejadian pembangkitan pola kedatangan acak ini dapat dijelaskan dengan suatu fungsi penghitung N(t) yang dibatasi untuk t 0. Fungsi penghitung ini akan mewakili jumlah kedatangan yang muncul selama interval [0,t]. Proses penghitung N(t), t 0 disebut dengan proses Poisson dengan rata-rata kedatangan λ bila memenuhi asumsi berikut ini [1] : 1. Kedatangan yang terjadi hanya satu pada setiap saat. 2. N(t), t 0 memiliki pertambahan yang tetap. Distribusi jumlah kedatangan antara t hingga t + s hanya tergantung pada interval kedatangan s, dan tidak tergantung pada waktu awal t. 3. N(t), t 0 memiliki pertambahan yang bebas. Jumlah kedatangan pada interval waktu yang tidak bersamaan adalah variabel acak yang bebas. Sehingga besar kecilnya jumlah kedatangan pada suatu interval waktu tertentu tidak mempengaruhi jumlah kedatangan pada interval waktu berikutnya, dengan demikian kedatangan yang berikut benar-benar acak. Jika distribusi kedatangan sesuai dengan proses Poisson dan memenuhi tiga kondisi di atas, maka peluang bahwa N(t) sama dengan t dapat diperoleh dengan rumus [1] : -λt n e ( λt) P[N(t) = n] = untuk t 0 dan n = 0, 1, 2,... (3.3) n! Dengan, λ = Rata-rata kedatangan per satuan waktu 33

46 n t = Jumlah kedatangan dalam interval waktu tertentu = Perioda waktu Sedangkan mean dan variance pada proses Poisson adalah [1] : Dengan, E[N(t)] = V[N(t)] = λt (3.4) E[N(t)] = Mean V[N(t)] = Variance Untuk sembarang waktu s dan t dimana s < t, maka asumsi pertambahan tetap menunjukkan bahwa variabel acak N(t) - N(s) mewakili jumlah kedatangan pada interval waktu antara s hingga t, sehingga diperoleh [1] : dan P[N(t) - -λ (t-s) n e [ λ(t - s)] N(s)] = untuk n = 0, 1, 2,... (3.5) n! E[N(t) N(s)] = V[N(t) - N(s)] = λ(t s) (3.6) Jika A adalah waktu antar kedatangan, maka kedatangan pertama terjadi pada saat A1, kemudian kedatangan kedua terjadi pada waktu A1 + A2, demikian seterusnya seperti pada Gambar 3.1. Karena kedatangan pertama terjadi setelah waktu t jika dan hanya jika tidak ada kedatangan selama interval [0,t], maka dapat dituliskan : sehingga, A1 > t = N(t) = 0 (3.7) P(A1 > t) = P[N(t) = 0] = e -λt (3.8) 34

47 Maka, peluang terjadinya kedatangan pada interval waktu [0,t] pada proses Poisson adalah [1] : P(A < t) = 1- e -λt (3.9) Yang merupakan cdf (cumulative distribution function) dari distribusi eksponensial. Maka, A1 adalah terdistribusi secara eksponensial dengan rata-rata E(A 1 ) = 1/λ. Ini juga menunjukkan bahwa waktu antar kedatangan A 1, A 1,..., adalah terdistribusi eksponensial dan tidak memiliki ketergantungan satu sama lain [1]. 0 t A1 A1 + A2.... A1 A2 Gambar 3.9 Proses Kedatangan pada Proses Poisson Proses pembangkitan waktu antar kedatangan yang berdistribusi Poisson berdasar Persamaan dengan rata-rata waktu antar kedatangan disimbolkan dengan λ. Dengan algoritma, bangkitkan bilangan acak U i, lalu dapatkan nilai t i dari Persamaan t i = t i ln U i λ (3.10) Pada Tabel 3.2 dan 3.3 dapat dilihat waktu kedatangan yang dihasilkan dengan mengikuti distribusi Poisson untuk beberapa nilai λ. 35

48 Tabel 3.2 Urutan Waktu Kedatangan dengan λ = 5 kedatangan/s Kedatangan Waktu Kedatangan ke - i 0 0,0 1 0, , , , , , , , , ,42009 Tabel 3.3 Urutan Waktu Kedatangan dengan λ = 10 kedatangan/s Kedatangan Waktu Kedatangan ke - i 0 0,0 1 0, , , , , , , , , , Sedangkan waktu antarkedatangan pelanggan di atas dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan Tabel

49 Tabel 3.4 Waktu Interval Antar Kedatangan dengan λ = 5 kedatangan/s i ti (detik) 1 0, , , , , , , , , ,08568 Tabel 3.5 Waktu Interval Antar Kedatangan dengan λ = 2 kedatangan/s i ti (detik) 1 0, , , , , , , , , , Pola Pelayanan Salah satu komponen penting dalam sistem antrian adalah karakteristik pelayanan yang dibutuhkan oleh setiap pelanggan. Pada simulasi ini diasumsikan bahwa pelanggan bersifat homogen, sehingga permintaan pelayanan (service 37

50 demand) terdistribusi secara identik dan dikenal sebagai distribusi pelayanan. Kecepatan pelayanan menyatakan seberapa cepat elemen pelayanan menyelesaikan pekerjaannya, yang diperoleh dari persamaan (3.11). Dengan, 1 T s = (3.11) M T s = Waktu pelayanan [s] M = Kapasitas efektif saluran multiplexing [bps] Dalam hal ini elemen pelayanannya merupakan suatu kanal saluran transmisi, maka kecepatannya dihitung dalam bps atau kbps yang menyatakan kecepatan transmisi Algoritma dan Diagram Alir Simulasi Diagram alir dari proses simulasi sistem antrian pada statistical time division multiplexing dapat dapat dilihat pada Gambar Sedangkan algoritma dari proses simulasi yang terjadi adalah sebagai berikut : 1. Dilakukan proses inisialisasi variabel yaitu kapasitas kanal, rata-rata transmisi input, dan jumlah sumber input dengan cara memilih nilainya dari pilihan yang telah tersedia. 2. Setelah nilai-nilai ditentukan, maka dibangkitkan waktu kedatangan secara acak dengan distribusi Poisson. 3. Dilakukan perhitungan untuk mendapatkan waktu pelayanan. 4. Dapat dilakukan pengamatan performansi sistem selama proses simulasi berjalan. 38

51 5. Proses simulasi akan berhenti ketika waktu mencapai nilai yang telah ditentukan yaitu 20 detik. 6. Diperoleh hasil akhir berupa utilisasi server, panjang antrian rata-rata, dan penundaan rata-rata. 7. Data hasil akhir yang diperoleh disimpan di tabel kondisi I, II, dan III. 8. Data masukan untuk kondisi I adalah utilisasi server, panjang antrian rata-rata, dan penundaan rata-rata dengan jumlah input yang berubah. 9. Data masukan untuk kondisi II adalah utilisasi server, panjang antrian rata-rata, dan penundaan rata-rata dengan rata-rata transmisi yang berubah. 10. Data masukan untuk kondisi III adalah utilisasi server, panjang antrian rata-rata, dan penundaan rata-rata dengan kapasitas kanal yang berubah. 11. Setelah data untuk masing-masing kondisi lengkap, hasil akhir dapat ditampilkan dalam bentuk grafik untuk masing-masing kondisi. 39

52 α Gambar 3.10 Diagram Alir Simulasi 40

53 3.4.7 Prototype Simulasi Secara garis besar, simulasi ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian tampilan antarmuka program dan source code program Prototype Antarmuka Program Antarmuka program yang disebut dengan dialog box merupakan tempat perancangan program secara visual seperti tabel, tombol, dan grafik. Dalam simulasi terdapat tujuh buah dialog box, yaitu : 1. Dialog box Utama Dialog box ini merupakan tampilan utama yang menampilkan proses simulasi yang sedang berjalan. 2. Dialog box Grafik A Kondisi I Dialog box ini menampilkan grafik A hasil simulasi dengan kondisi I. 3. Dialog box Grafik B Kondisi I Dialog box ini menampilkan grafik B hasil simulasi dengan kondisi I. 4. Dialog box Grafik A Kondisi II Dialog box ini menampilkan grafik A hasil simulasi dengan kondisi II. 5. Dialog box Grafik B Kondisi II Dialog box ini menampilkan grafik B hasil simulasi dengan kondisi II. 6. Dialog box Grafik A Kondisi III Dialog box ini menampilkan grafik A hasil simulasi dengan kondisi III. 7. Dialog box Grafik B Kondisi III Dialog box ini menampilkan grafik B hasil simulasi dengan kondisi III. 41

54 Prototype Source Code Program Prototype source code program berisi file-file dan fungsi-fungsi utama yang digunakan untuk menjalankan program. Berikut adalah file-file utama yang digunakan dalam perancangan program : 1. LayoutDlg.h File ini merupakan sebuah header file, yang berfungsi sebagai tempat pendeklarasian variabel-variabel yang digunakan dalam perancangan tampilan program. 2. LayoutDlg.cpp File ini merupakan sebuah implementation file yang berisi kode C++ yang berfungsi agar tampilan yang telah dirancang sebelumnya dapat melakukan tindakan seperti yang diinginkan. Berikut ini adalah fungsi-fungsi utama yang digunakan dalam perancangan program : 1. Fungsi yang menginisialisasi sistem BOOL CLayoutDlg::OnInitDialog() ; 2. Fungsi yang menjalankan timer void CLayoutDlg::OnTimer(UINT nidevent) ; 3. Fungsi yang menjalankan tombol Start. void CLayoutDlg::OnStart() ; 42

55 4. Fungsi yang menjalankan tombol Simpan (sesuai dengan kondisinya). void CLayoutDlg::OnSimpankondisi1() ; 5. Fungsi yang menjalankan tombol Grafik (sesuai dengan kondisinya). void CLayoutDlg::OnBtngrafik1() ; 6. Fungsi yang menjalankan tombol Clear. void CLayoutDlg::OnBersih() ; 7. Fungsi untuk menjalankan tombol Exit. void CLayoutDlg::OnKeluar() ; 43

56 BAB IV SIMULASI PERANGKAT LUNAK 4.1 Umum Pada bab ini akan diuraikan parameter-parameter dan batasan-batasan yang digunakan untuk pengukur kinerja sistem. Kinerja sistem yang dianalisis adalah delay rata-rata, panjang antrian rata-rata dan utilisasi sistem. 4.2 Pemodelan Sistem Model sistem berguna sebagai tiruan dari sistem yang akan dianalisis. Adapun model dari sistem antrian pada statistical TDM yang disimulasikan dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Model Sistem Statistical TDM Dengan mengasumsikan bahwa waktu kedatangan dari masing-masing sumber adalah acak dengan distribusi Poisson, maka model di atas dapat disederhanakan menjadi seperti pada Gambar

57 λ Gambar 4.2 Model Sistem yang Disimulasikan 4.3 Asumsi-Asumsi Pembangun Sistem Ada beberapa asumsi yang digunakan di dalam membangun sistem, yaitu : 1. Pola kedatangan pelanggan. Pola kedatangan adalah acak dengan menggunakan distribusi Poisson. 2. Disiplin antrian. Disiplin antrian pelanggan yang digunakan pada simulasi ini adalah FIFO (First In Firs Out). 3. Pola pelayanan. Pada simulasi ini diasumsikan bahwa pelanggan bersifat homogen, sehingga waktu pelayanan untuk setiap pelanggan adalah identik. 4. Kapasitas buffer. Pada simulasi ini diasumsikan bahwa kapasitas buffer tidak terhingga. 4.4 Mode Analisis Pada simulasi ini, ada tiga kondisi yang digunakan untuk menganalisi delay rata-rata, panjang antrian rata-rata, dan utilisasi server. 1. Kondisi I. Dimana kapasitas kanal dan rata-rata transmisi tetap, sedangkan jumlah sumber berubah. 45

58 2. Kondisi II. Dimana kapasitas kanal dan jumlah sumber tetap, sedangkan rata-rata transmisi berubah. 3. Kondisi III. Dimana jumlah sumber dan rata-rata transmisi tetap, sedangkan kapasitas kanal berubah. 4.5 Batasan-Batasan Model Sistem Beberapa batasan yang merupakan nilai konstanta dan data masukan sebagai nilai variabel yang digunakan dalam analisis kinerja sistem ini, yaitu : 1. Nilai konstanta yang ditetapkan dalam simulasi ini adalah : Laju data untuk setiap sumber = 1000 bps. 2. Data masukan yang ditetapkan dalam simulasi ini adalah : a. Jumlah sumber. Jumlah sumber yang digunakan naik secara bertahap dari 1 s / d 10 dengan interval kenaikan 1. b. Rata-rata transmisi dari masing-masing sumber. Rata-rata transmisi yang digunakan naik secara bertahap dari 0,1 s / d 0,9 dengan interval kenaikan 0,1. c. Kapasitas saluran transmisi. Kapasitas saluran transmisi yang digunakan naik secara bertahap dari 1000 bps s / d bps dengan interval kenaikan 1000 bps. 46

59 Data masukan ini dapat dimasukkan ke dalam program yang dibuat melalui pilihan seperti pada Gambar 4.3. Gambar 4.3 Tampilan Parameter-Parameter dalam Simulasi 4.6 Performansi Sistem Performansi sistem menunjukkan kejadian-kejadian yang berlangsung selama simulasi berjalan. Ada beberapa hal yang diukur selama proses simulasi berjalan, yaitu : 1. Jumlah pelanggan yang telah memasuki sistem [n]. 2. Jumlah antrian di dalam sistem [Antrian]. 3. Panjang antrian pada waktu t [L(t)]. 4. Penundaan pada waktu t [W(t)]. 5. Perkiraan kedatangan pelanggan. 6. Perkiraan selesai pelanggan. Contoh proses perhitungan performansi sistem dengan salah satu kondisi dapat dilihat pada Gambar

MULTIPLEXING. Jajang Kusnendar/Komdat Halaman 1 3/25/2010

MULTIPLEXING. Jajang Kusnendar/Komdat Halaman 1 3/25/2010 MULTIPLEXING Agar menggunakan saluran telekomunikasi menjadi lebih efisien lagi, dipergunakan beberapa bentuk multiplexing. Multiplexing memungkinkan beberapa sumber tranmisi membagi kapasitas transmisi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MULTIPLEXER PADA ISDN (INTEGRATED SERVICE DIGITAL NETWORK) Oleh MAISARAH HARAHAP

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MULTIPLEXER PADA ISDN (INTEGRATED SERVICE DIGITAL NETWORK) Oleh MAISARAH HARAHAP TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MULTIPLEXER PADA ISDN (INTEGRATED SERVICE DIGITAL NETWORK) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik

Lebih terperinci

MODUL 5 MULTIPLEXING

MODUL 5 MULTIPLEXING MODUL 5 MULTIPLEXING TIME DIVISION MULTIPLEXING (TDM) Dalam Frekuensi Division Multiplexing, semua sinyal beroperasi pada waktu yang sama dengan frekuensi yang berbeda, tetapi dalam Time Division Multiplexing

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MULTIPLEXER PADA ISDN (INTEGRATED SERVICE DIGITAL NETWORK) DENGAN BERBAGAI LAJU KANAL

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MULTIPLEXER PADA ISDN (INTEGRATED SERVICE DIGITAL NETWORK) DENGAN BERBAGAI LAJU KANAL TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MULTIPLEXER PADA ISDN (INTEGRATED SERVICE DIGITAL NETWORK) DENGAN BERBAGAI LAJU KANAL diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen

Lebih terperinci

Frequency Division Multiplexing

Frequency Division Multiplexing Multiplexing 1 Multiplexing 2 Frequency Division Multiplexing FDM Sinyal yang dimodulasi memerlukan bandwidth tertentu yang dipusatkan di sekitar frekuensi pembawa disebut channel Setiap sinyal dimodulasi

Lebih terperinci

Teknik MULTIPLEXING. Rijal Fadilah S.Si Program Studi Teknik Informatika STMIK Balikpapan Semester Genap 2010/2011

Teknik MULTIPLEXING. Rijal Fadilah S.Si  Program Studi Teknik Informatika STMIK Balikpapan Semester Genap 2010/2011 Teknik MULTIPLEXING Rijal Fadilah S.Si http://rijalfadilah.net Program Studi Teknik Informatika STMIK Balikpapan Semester Genap 2010/2011 Multiplexing Proses penggabungan beberapa kanal Pembagian bandwith

Lebih terperinci

Jaringan Komputer Multiplexing

Jaringan Komputer Multiplexing Jaringan Komputer Multiplexing Multiplexing Frequency Division Multiplexing FDM Bandwidth yang bisa digunakan dari suatu media melebihi bandwidth yang diperlukan dari suatu channel Setiap sinyal dimodulasi

Lebih terperinci

MULTIPLEXING. Frequency-division Multiplexing (FDM)

MULTIPLEXING. Frequency-division Multiplexing (FDM) MULTIPLEXING Multiplexing merupakan rangkaian yang memiliki banyak input tetapi hanya 1 output dan dengan menggunakan sinyal-sinyal kendali, kita dapat mengatur penyaluran input tertentu kepada outputnya,

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T Multiplexing Multiplexing adalah suatu teknik mengirimkan lebih dari satu (banyak) informasi melalui satu saluran. Tujuan utamanya adalah untuk menghemat jumlah saluran fisik misalnya kabel, pemancar &

Lebih terperinci

BAB III SIMULASI SISTEM ANTRIAN M/M/1. paket data. Adapun kinerja yang akan dibahas adalah rata-rata jumlah paket dalam

BAB III SIMULASI SISTEM ANTRIAN M/M/1. paket data. Adapun kinerja yang akan dibahas adalah rata-rata jumlah paket dalam BAB III SIMULASI SISTEM ANTRIAN M/M/1 3.1 Model Antrian M/M/1 Model antrian yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah model antrian M/M/1. Sistem antrian ini diasumsikan digunakan pada simpul jaringan

Lebih terperinci

BAB VI MULTIPLEXING. frequency-division multiplexing (FDM), paling umum dipakai untuk radion atau TV

BAB VI MULTIPLEXING. frequency-division multiplexing (FDM), paling umum dipakai untuk radion atau TV BAB VI MULTIPLEXING Dua stasiun komunikasi tidak akan memakai kapasitas penuh dari suatu data link untuk efisiensi, karena itu sebaiknya kapasitasnya dibagi. Pembagian ini diistilahkan sebagai multiplexing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Layanan komunikasi dimasa mendatang akan semakin pesat dan membutuhkan data rate yang semakin tinggi. Setiap kenaikan laju data informasi, bandwith yang dibutuhkan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN M/M/1/N

ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN M/M/1/N ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN M/M/1/N Florensa Br Ginting Dosen Pembimbing : Ir. M. Zulfin, MT Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN M/M/1/N. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN M/M/1/N. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN M/M/1/N Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Oleh : FLORENSA BR GINTING

Lebih terperinci

Pengertian Multiplexing

Pengertian Multiplexing Pengertian Multiplexing Multiplexing adalah Teknik menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara bersamaan pada suatu kanal transmisi. Dimana perangkat yang melakukan Multiplexing disebut Multiplexer

Lebih terperinci

Komputer host hanya butuh satu port I/O untuk banyak terminal Hanya satu line transmisi yang dibutuhkan.

Komputer host hanya butuh satu port I/O untuk banyak terminal Hanya satu line transmisi yang dibutuhkan. BAB 6 MULTIPLEXING Dalam bab 5, telah dibahas teknik efisiensi penggunaan data link pada beban yang berat. Sekarang pertimbangkan problem sebaliknya. 2 stasiun komunikasi tidak akan memakai kapasitas penuh

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PENERIMAAN SISWA BARU PADA SMP NEGERI 14 MEDAN MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR PLOREN PERONICA P

SISTEM INFORMASI PENERIMAAN SISWA BARU PADA SMP NEGERI 14 MEDAN MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR PLOREN PERONICA P SISTEM INFORMASI PENERIMAAN SISWA BARU PADA SMP NEGERI 14 MEDAN MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR PLOREN PERONICA P 102406144 PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK INFORMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

APLIKASI RUMUS BANGUN RUANG MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR ARI ARYA FITRIZA

APLIKASI RUMUS BANGUN RUANG MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR ARI ARYA FITRIZA APLIKASI RUMUS BANGUN RUANG MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR ARI ARYA FITRIZA 112406010 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK INFORMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN M/D/1

ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN M/D/1 ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN M/D/1 Rudi M.T Manullang (1), M. Zulfin (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater,

Lebih terperinci

MULTIPLEXING. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

MULTIPLEXING. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung MULTIPLEXING Ir. Roedi Goernida, MT. (roedig@yahoo.com) Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2010 1 Pengertian Multiplexing: Proses penggabungan beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. layanan jasa telekomunikasi melalui satu interface serbaguna yang berlaku di

BAB II LANDASAN TEORI. layanan jasa telekomunikasi melalui satu interface serbaguna yang berlaku di BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Integrated Service Digital Network (ISDN) ISDN adalah Jaringan Digital yang mampu memberikan berbagai macam layanan jasa telekomunikasi melalui satu interface serbaguna yang berlaku

Lebih terperinci

Multiplexing. Meningkatkan effisiensi penggunaan bandwidth / kapasitas saluran transmisi dengan cara berbagi akses bersama.

Multiplexing. Meningkatkan effisiensi penggunaan bandwidth / kapasitas saluran transmisi dengan cara berbagi akses bersama. Multiplexing Multiplexing adalah Teknik menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara bersamaan pada suatu kanal transmisi. Dimana perangkat yang melakukan Multiplexing disebut Multiplexer atau

Lebih terperinci

Aplikasi Multiplexer -8-

Aplikasi Multiplexer -8- Sistem Digital Aplikasi Multiplexer -8- Missa Lamsani Hal 1 Multiplexer Teknik menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara bersamaan pada suatu kanal transmisi. Dimana perangkat yang melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN M/M/1

ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN M/M/1 ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN M/M/1 Desy C. Silaban, M. Zulfin Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater, Kampus USU

Lebih terperinci

TEKNIK DAN MODEL KOMUNIKASI

TEKNIK DAN MODEL KOMUNIKASI Modul 2 TEKNIK DAN MODEL KOMUNIKASI. PENDAHULUAN Pertama kali jaringan PSTN diciptakan hanya untuk pengiriman sinyal analog dalam hal ini datanya berupa suara. Namun belakangan ini data yang dikirim tidak

Lebih terperinci

BAB III SIRKIT SEWA DIGITAL DAN FRAME RELAY

BAB III SIRKIT SEWA DIGITAL DAN FRAME RELAY BAB III SIRKIT SEWA DIGITAL DAN FRAME RELAY Sirkit sewa digital dan Frame Relay digunakan oleh perusahaan multinasional sebagai sarana transport yang menghubungkan LAN baik yang berada dalam satu wilayah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MODULATOR DEMODULATOR FSK(FREQUENSI SHIFT KEYING) DENGAN MENGGUNAKAN SISTEMC

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MODULATOR DEMODULATOR FSK(FREQUENSI SHIFT KEYING) DENGAN MENGGUNAKAN SISTEMC TUGAS AKHIR PERANCANGAN MODULATOR DEMODULATOR FSK(FREQUENSI SHIFT KEYING) DENGAN MENGGUNAKAN SISTEMC Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen

Lebih terperinci

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Diploma 3. oleh: NIM: NIM: NIM: NIM:

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Diploma 3. oleh: NIM: NIM: NIM: NIM: Rancang Bangun Sistem Kontrol Overhead Crane Dikendalikan Menggunakan Remote Radio Control Dengan Frequency 433 MHz Berbasis Arduino Uno & Arduino Nano Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

TEKNIK MIKROKONTROLER (Mikrokontroler AVR dengan Bahasa C Code Vision )

TEKNIK MIKROKONTROLER (Mikrokontroler AVR dengan Bahasa C Code Vision ) TEKNIK MIKROKONTROLER (Mikrokontroler AVR dengan Bahasa C Code Vision ) Oleh : IGAP. Raka Agung, ST, MT. (Digunakan di lingkungan sendiri, sebagai buku ajar mata kuliah Teknik Mikrokontroler) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. X(t) disebut ruang keadaan (state space). Satu nilai t dari T disebut indeks atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. X(t) disebut ruang keadaan (state space). Satu nilai t dari T disebut indeks atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Stokastik Menurut Gross (2008), proses stokastik adalah himpunan variabel acak Semua kemungkinan nilai yang dapat terjadi pada variabel acak X(t) disebut ruang keadaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENCARI SINYAL WIFI SECARA OTOMATIS

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENCARI SINYAL WIFI SECARA OTOMATIS PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENCARI SINYAL WIFI SECARA OTOMATIS LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 oleh : Bambang Herdianto Septrianing

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PENJUALAN BARANG PADA CV. SEJATI GROUP MEDAN TUGAS AKHIR GUSNI ELVINA

SISTEM INFORMASI PENJUALAN BARANG PADA CV. SEJATI GROUP MEDAN TUGAS AKHIR GUSNI ELVINA SISTEM INFORMASI PENJUALAN BARANG PADA CV. SEJATI GROUP MEDAN TUGAS AKHIR GUSNI ELVINA 052406104 PROGRAM STUDI D-3 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Aplikasi dapat diartikan sebagai program komputer yang dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu ( kamus komputer, 1996, Hal:20). Aplikasi

Lebih terperinci

Modul 3 Teknik Switching dan Multiplexing

Modul 3 Teknik Switching dan Multiplexing Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Modul 3 Teknik Switching dan Multiplexing Prima Kristalina PENS (November 2014) 1. Teknik Switching a. Circuit-Switching dan Packet-Switching b.jenis sambungan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siapa saja. Contoh kongkrit yang dapat dilihat dalam kegiatan sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. siapa saja. Contoh kongkrit yang dapat dilihat dalam kegiatan sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah antrian adalah masalah umum yang pernah dan akan dialami oleh siapa saja. Contoh kongkrit yang dapat dilihat dalam kegiatan sehari-hari seperti antrian kendaraan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PERANGKAT LUNAK MEMBUAT ANTIVIRUS MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR HENDRA LESMANA KOM C

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PERANGKAT LUNAK MEMBUAT ANTIVIRUS MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR HENDRA LESMANA KOM C PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PERANGKAT LUNAK MEMBUAT ANTIVIRUS MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR HENDRA LESMANA 072406165 KOM C PROGRAM STUDI D-III ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini akan dibahas tentang analisis data dan pembahasan berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Rancangan alat indikator alarm ini digunakan untuk

Lebih terperinci

AMOS MARITO SIMANJUNTAK NIM : INDRI LESTARI NIM :

AMOS MARITO SIMANJUNTAK NIM : INDRI LESTARI NIM : RANCANG BANGUN APLIKASI SMS GATEWAY UNTUK PERMINTAAN LAGU PADA STASIUN RADIO SECARA OTOMATIS LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 Oleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Data adalah fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Data adalah fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Informasi Data adalah fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, gambar-gambar, nilai-nilai, bilangan-bilangan, uraian karakter yang mempunyai

Lebih terperinci

B A B II PERANGKAT KERAS KOMUNIKASI DATA

B A B II PERANGKAT KERAS KOMUNIKASI DATA B A B II PERANGKAT KERAS KOMUNIKASI DATA Pada sistem komunikasi data dibutuhkan beberapa perangkat keras guna mendukung proses transmisi data. Perangkat perangkat tersebut pada prinsipnya merupkan pengirim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi komunikasi berkembang sangat pesat seiring dengan semakin banyaknya kebutuhan manusia yang bergantung dengan teknologi. Salah satu teknologi yang paling dibutuhkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULSE CODE MODULATION MENGGUNAKAN KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULSE CODE MODULATION MENGGUNAKAN KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULSE CODE MODULATION MENGGUNAKAN KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 Oleh: SHALLY

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA KENDALI DAYA TERHADAP LAJU KESALAHAN BIT PADA SISTEM CDMA

TUGAS AKHIR ANALISA KENDALI DAYA TERHADAP LAJU KESALAHAN BIT PADA SISTEM CDMA TUGAS AKHIR ANALISA KENDALI DAYA TERHADAP LAJU KESALAHAN BIT PADA SISTEM CDMA Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana ( S-1 ) pada Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI S U R A B A Y A 2011 GAGAP SURYO NEGORO NPM

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI S U R A B A Y A 2011 GAGAP SURYO NEGORO NPM SISTEM ANTRIAN PEMBAYARAN LOKET BERBASIS MIKROKONTROLER TUGAS AKHIR Oleh : GAGAP SURYO NEGORO NPM. 0534010202 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN"

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 17 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Fenomena menunggu untuk kemudian mendapatkan pelayanan, seperti halnya nasabah yang menunggu pada loket bank, kendaraan yang menunggu pada lampu merah, produk yang

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Antrian Sistem antrian adalah merupakan keseluruhan dari proses para pelanggan atau barang yang berdatangan dan memasuki barisan antrian yang seterusnya memerlukan pelayanan

Lebih terperinci

Simulasi Performansi Fiber Delay Line Menggunakan Algoritma Penjadwalan Paket Pada Optical Buffer

Simulasi Performansi Fiber Delay Line Menggunakan Algoritma Penjadwalan Paket Pada Optical Buffer Simulasi Performansi Fiber Delay Line Menggunakan Algoritma Penjadwalan Paket Pada Optical Buffer Reza Relen Indriyanto / 0222164 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Streaming Stream berasal dari bahasa Inggris yang artinya sungai. Proses streaming bisa diibaratkan seperti aliran air di sungai yang tak pernah terputus kecuali jika

Lebih terperinci

BAB I SEKILAS VISUAL STUDIO.NET 2008

BAB I SEKILAS VISUAL STUDIO.NET 2008 BAB I SEKILAS VISUAL STUDIO.NET 2008 Pembahasan Materi : Mengenal IDE Visual Studio.NET 2008. Pembuatan project pada Visual Studio.NET 2008. Pengenalan kontrol yang sering digunakan, menulis kode program

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. dimmer atau terang redup lampu dan pengendalian pada on-off lampu. Remote

BAB III PERANCANGAN ALAT. dimmer atau terang redup lampu dan pengendalian pada on-off lampu. Remote BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam merancang alat pengendali nyala lampu menggunakan media infra merah berbasis mikrokontroler terbagi atas dua pengendalian yaitu pengendalian dimmer atau terang redup lampu

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN INTERKONEKSI BANYAK TINGKAT. Komponen utama dari sistem switching atau sentral adalah seperangkat sirkuit

BAB II JARINGAN INTERKONEKSI BANYAK TINGKAT. Komponen utama dari sistem switching atau sentral adalah seperangkat sirkuit BAB II JARINGAN INTERKONEKSI BANYAK TINGKAT 2.1 Konsep Switching Komponen utama dari sistem switching atau sentral adalah seperangkat sirkuit masukan dan keluaran yang disebut dengan inlet dan outlet.

Lebih terperinci

Rangkuman Chapter 8. Faisal Afid H ( ) Fatah Amrullah ( ) Dhiya Akmal Firdaus ( ) Imanu

Rangkuman Chapter 8. Faisal Afid H ( ) Fatah Amrullah ( ) Dhiya Akmal Firdaus ( ) Imanu Rangkuman Chapter 8. Faisal Afid H (15160149) Fatah Amrullah (15160163) Dhiya Akmal Firdaus (15160165) Imanuel Tegar (15160157) by webmaster - Monday, March 20, 2017 http://suyatno.dosen.akademitelkom.ac.id/index.php/2017/03/20/rangkuman-chapter-8-faisal-afidh-15160149-fatah-amrullah-15160163-dhiya-akmal-firdaus-15160165-imanuel-tegar-15160157/

Lebih terperinci

REKAYASA TRAFIK ARRIVAL PROCESS.

REKAYASA TRAFIK ARRIVAL PROCESS. REKAYASA TRAFIK ARRIVAL PROCESS ekofajarcahyadi@st3telkom.ac.id OVERVIEW Point Process Fungsi Distribusi Point Process Karakteristik Point Process Teorema Little Distribusi Point Process PREVIEW Proses

Lebih terperinci

BAB II WIDE AREA NETWORK

BAB II WIDE AREA NETWORK BAB II WIDE AREA NETWORK Wide Area Network adalah sebuah jaringan komunikasi data yang mencakup daerah geographi yang cukup besar dan menggunakan fasilitas transmisi yang disediakan oleh perusahaan telekomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population)

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population) BAB I PENDAHULUAN Antrian yang panjang sering kali kita lihat di bank saat nasabah mengantri di teller untuk melakukan transaksi, airport saat para calon penumpang melakukan check-in, di super market saat

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI ARQ PADA PENGENDALIAN KESALAHAN DALAM KOMUNIKASI DATA. Oleh : JEFRI ANDIKA NIM :

ANALISA PERFORMANSI ARQ PADA PENGENDALIAN KESALAHAN DALAM KOMUNIKASI DATA. Oleh : JEFRI ANDIKA NIM : ANALISA PERFORMANSI ARQ PADA PENGENDALIAN KESALAHAN DALAM KOMUNIKASI DATA Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana ( S-1 ) pada Departemen Teknik Elektro Oleh

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 2 Penjamakan Digital

Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 2 Penjamakan Digital TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 2 Penjamakan Digital Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2009

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem berasal dari bahasa latin Systema dan bahasa Yunani adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubuungkan bersama untuk memudahkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Elektro Universitas Lampung. Penelitian di mulai pada bulan Oktober dan berakhir pada bulan Agustus 2014.

METODE PENELITIAN. Elektro Universitas Lampung. Penelitian di mulai pada bulan Oktober dan berakhir pada bulan Agustus 2014. 22 III. METODE PENELITIAN 3. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas ng. Penelitian di mulai pada bulan Oktober 202 dan berakhir

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA PACKET SWITCHING

KOMUNIKASI DATA PACKET SWITCHING KOMUNIKASI DATA PACKET SWITCHING PACKET SWITCHING Beberapa alasan mengapa Packet Switching dipilih dibandingkan Circuit Switching :. Pada waktu koneksi data, sebagian besar waktu user/host berada pada

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisis Sistem pelayanan multiple (multiple-server system) atau biasa disebut multiserver single queue merupakan baris antrian tunggal yang dilayani

Lebih terperinci

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan

Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan Teknik Pengkodean (Encoding) Dosen : I Dewa Made Bayu Atmaja Darmawan Pendahuluan Pengkodean karakter, kadang disebut penyandian karakter, terdiri dari kode yang memasangkan karakter berurutan dari suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini diuraikan dua subbab yaitu tinjauan pustaka dan landasan teori. Subbab tinjauan pustaka memuat hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Subbab landasan teori memuat

Lebih terperinci

PERANCANGAN SIMULASI PENUKARAN UANG PECAHAN TUGAS AKHIR REZA AHMADI

PERANCANGAN SIMULASI PENUKARAN UANG PECAHAN TUGAS AKHIR REZA AHMADI PERANCANGAN SIMULASI PENUKARAN UANG PECAHAN TUGAS AKHIR REZA AHMADI 102406224 PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK INFORMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

MODE TRANSMISI DATA LAPISAN FISIK. Budhi Irawan, S.Si, M.T

MODE TRANSMISI DATA LAPISAN FISIK. Budhi Irawan, S.Si, M.T MODE TRANSMISI DATA LAPISAN FISIK Budhi Irawan, S.Si, M.T Mode Transmisi Data Mode Transmisi Serial Mode Transmisi Paralel Mode Transmisi Serial Proses pengiriman data pada mode transmisi serial adalah

Lebih terperinci

DT-BASIC Mini System. Gambar 1 Blok Diagram AN132

DT-BASIC Mini System. Gambar 1 Blok Diagram AN132 DT-BASIC DT-BASIC Application Note AN132 BASIC Analog I/O Oleh: Tim IE Sebuah contoh lagi mengenai aplikasi modul DT-BASIC menggunakan bahasa pemrograman PBASIC dengan bantuan software compiler BASIC STAMP

Lebih terperinci

APLIKASI DATABASE SISWA DI BIMBEL METRO TUGAS AKHIR RUDIANSYAH

APLIKASI DATABASE SISWA DI BIMBEL METRO TUGAS AKHIR RUDIANSYAH APLIKASI DATABASE SISWA DI BIMBEL METRO TUGAS AKHIR RUDIANSYAH 072406101 PROGRAM STUDI D3 ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 ii APLIKASI DATABASE

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PENGECEKAN KESALAHAN CHECK SUM PADA PENGIRIMAN PESAN RUNNING TEXT DARI KOMPUTER

PENERAPAN METODE PENGECEKAN KESALAHAN CHECK SUM PADA PENGIRIMAN PESAN RUNNING TEXT DARI KOMPUTER PENERAPAN METODE PENGECEKAN KESALAHAN CHECK SUM PADA PENGIRIMAN PESAN RUNNING TEXT DARI KOMPUTER Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 Oleh : MELYANA F.R SITORUS

Lebih terperinci

BAB II TEKNIK PENGKODEAN

BAB II TEKNIK PENGKODEAN BAB II TEKNIK PENGKODEAN 2.1 Pendahuluan Pengkodean karakter, kadang disebut penyandian karakter, terdiri dari kode yang memasangkan karakter berurutan dari suatu kumpulan dengan sesuatu yang lain. Seperti

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI RESERVASI HOTEL MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR MASITA

PERANCANGAN APLIKASI RESERVASI HOTEL MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR MASITA PERANCANGAN APLIKASI RESERVASI HOTEL MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR MASITA 102406141 PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK INFORMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

MULTIPLEXING Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1

MULTIPLEXING Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1 1 MULTIPLEXING Komunikasi Data Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1 Multiplexing 2 Frequency Division Multiplexing 3 FDM Digunakan bila bandwidth media transmisi yang digunakan

Lebih terperinci

MULTIPLEX PDH ( PLESIOCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY) ISSUED

MULTIPLEX PDH ( PLESIOCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY) ISSUED ISSUED - 4/17/2004 1 MULTIPLEX PDH ( PLESIOCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY) ISSUED - 4/17/2004 2 Mux Dig Order- 1 (PCM) 1 Mux Dig Order-3 Mux Dig Order- 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Mux Dig Order- 4 BR = 139.264

Lebih terperinci

BAB IV REKAYASA SISTEM

BAB IV REKAYASA SISTEM 38 BAB IV REKAYASA SISTEM Bab ini akan memberikan gambaran umum mengenai kondisi analisa aplikasi dan proses pada pengiriman pesan dan simulator yang digunakan dalam proses pengiriman yang dititikberatkan

Lebih terperinci

BABII TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BABII TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2 2.1 Tinjauan Pustaka Adapun pembuatan modem akustik untuk komunikasi bawah air memang sudah banyak dikembangkan di universitas-universitas di Indonesia dan

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh : Nila Feby Puspitasari 1. Source (Sumber) - Membangkitkan data untuk ditransmisikan Contoh : telepon dan PC (Personal Computer) 2. Transmitter (Pengirim) - Mengkonversi data

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAGAN KENDALI MUTU UNTUK KOMPOSISI. simplex-lattice adalah (q+ m-1)!/(m!(q-1)!) (Cornell 1990).

PENGEMBANGAN BAGAN KENDALI MUTU UNTUK KOMPOSISI. simplex-lattice adalah (q+ m-1)!/(m!(q-1)!) (Cornell 1990). Lalu bagan Shewhart dapat dibentuk dengan rumus sebagai berikut: simplex-lattice adalah (q+ m-1)!/(m!(q-1)!) (Cornell 1990). p = Rata-rata proporsi produk cacat n = Ukuran contoh yang diambil UCL = Batas

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM ANTRIAN SINGLE SERVER. Sistem: himpunan entitas yang terdefinisi dengan jelas. Atribut: nilai data yang mengkarakterisasi entitas.

SIMULASI SISTEM ANTRIAN SINGLE SERVER. Sistem: himpunan entitas yang terdefinisi dengan jelas. Atribut: nilai data yang mengkarakterisasi entitas. SIMULASI SISTEM ANTRIAN SINGLE SERVER Sistem: himpunan entitas yang terdefinisi dengan jelas. Atribut: nilai data yang mengkarakterisasi entitas. List/file/set: entitas-entitas dengan properti yang sama.

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI KLINIK PADA KLINIK UMUM IMANUEL MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR RIFQY MUKHLIZAR

PERANCANGAN APLIKASI KLINIK PADA KLINIK UMUM IMANUEL MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR RIFQY MUKHLIZAR PERANCANGAN APLIKASI KLINIK PADA KLINIK UMUM IMANUEL MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR RIFQY MUKHLIZAR 112406063 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGEAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI

BAB II SISTEM KOMUNIKASI BAB II SISTEM KOMUNIKASI 2.1 Sistem Komunikasi Digital Dalam mentransmisikan data dari sumber ke tujuan, satu hal yang harus dihubungkan dengan sifat data, arti fisik yang hakiki di pergunakan untuk menyebarkan

Lebih terperinci

PROGRAM APLIKASI UNTUK MENGETAHUI KERUSAKAN PADA SEPEDA MOTOR DAN PENANGANANNYA TUGAS AKHIR TENANG CARLES RINALDI SILITONGA

PROGRAM APLIKASI UNTUK MENGETAHUI KERUSAKAN PADA SEPEDA MOTOR DAN PENANGANANNYA TUGAS AKHIR TENANG CARLES RINALDI SILITONGA PROGRAM APLIKASI UNTUK MENGETAHUI KERUSAKAN PADA SEPEDA MOTOR DAN PENANGANANNYA TUGAS AKHIR TENANG CARLES RINALDI SILITONGA 072406049 PROGRAM STUDI D-III ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

APLIKASI EYD DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR

APLIKASI EYD DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR APLIKASI EYD DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR NOVRI SULTANTI 092406167 PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK INFORMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2.2 Klasifikasi Model Simulasi

I. PENDAHULUAN. 2.2 Klasifikasi Model Simulasi SIMULASI SISTEM ANTRIAN DI KANTOR BPJS MENGGUNAKAN MATLAB Bella Nurbaitty Shafira 1), Risdawati Hutabarat 2), Winal Prawira 3) Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung BNShafira@gmail.com, Risdawatihtb@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat sejak permulaannya.

BAB I PENDAHULUAN. orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat sejak permulaannya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tes psikometrik telah ada sejak awal abad ke 20 dalam 25-30 tahun terakhir ini, tes psikometrik ini banyak digunakan secara luas dikalangan industri karena

Lebih terperinci

BAB III TOKEN RING. jaringan cincin (ring) dan sistem token passing untuk mengontrol akses menuju jaringan.

BAB III TOKEN RING. jaringan cincin (ring) dan sistem token passing untuk mengontrol akses menuju jaringan. BAB III TOKEN RING 3.1 Token Ring Token ring adalah sebuah arsitektur jaringan yang menggunakan topologi jaringan cincin (ring) dan sistem token passing untuk mengontrol akses menuju jaringan. Arsitektur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Teori antrian adalah teori yang menyangkut studi sistematis dari antrian atau baris-baris penungguan. Formasi baris-baris penungguan ini tentu saja merupakan suatu

Lebih terperinci

APLIKASI VISUAL BASIC 6.0 PADA PENJUALAN HANDPHONE DAN PULSA PADA TOKO MULTI PONSEL TUGAS AKHIR PUTRI NURLELI

APLIKASI VISUAL BASIC 6.0 PADA PENJUALAN HANDPHONE DAN PULSA PADA TOKO MULTI PONSEL TUGAS AKHIR PUTRI NURLELI APLIKASI VISUAL BASIC 6.0 PADA PENJUALAN HANDPHONE DAN PULSA PADA TOKO MULTI PONSEL TUGAS AKHIR PUTRI NURLELI 082406096 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat, waktu, dan kondisi (statis dan bergerak) menyebabkan telekomunikasi nirkabel (wireless) berkembang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MULTIPLE TOKEN OPERATION PADA JARINGAN LAN TOKEN RING. Oleh LINKGOM FRENGKI NIM :

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MULTIPLE TOKEN OPERATION PADA JARINGAN LAN TOKEN RING. Oleh LINKGOM FRENGKI NIM : TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MULTIPLE TOKEN OPERATION PADA JARINGAN LAN TOKEN RING Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SFN

BAB III PERANCANGAN SFN BAB III PERANCANGAN SFN 3.1 KARAKTERISTIK DASAR SFN Kemampuan dari COFDM untuk mengatasi interferensi multipath, memungkinkan teknologi DVB-T untuk mendistribusikan program ke seluruh transmitter dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi yang pesat khususnya dalam komunikasi data via internet dan juga meningkatnya kebutuhan pengguna akan internet baik dalam

Lebih terperinci

SISTEM PENGAMAN RUMAH BERBASIS GPRS DAN IMAGE CAPTURING. Disusun Sebagai Salah Satu Syarat. Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III

SISTEM PENGAMAN RUMAH BERBASIS GPRS DAN IMAGE CAPTURING. Disusun Sebagai Salah Satu Syarat. Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III SISTEM PENGAMAN RUMAH BERBASIS GPRS DAN IMAGE CAPTURING Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Program Studi Teknik Telekomunikasi Oleh : GIFT STEVANY SITORUS

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori Antrian merupakan waktu tunggu yang dialami pelanggan untuk mencapai tujuan, dikarenakan jumlah pelanggan melebihi kapasitas layanan yang tersedia. Waktu tunggu yang terlalu lama

Lebih terperinci

KOREKSI KESALAHAN PADA SISTEM DVB-T MENGGUNAKAN KODE REED-SOLOMON

KOREKSI KESALAHAN PADA SISTEM DVB-T MENGGUNAKAN KODE REED-SOLOMON KOREKSI KESALAHAN PADA SISTEM DVB-T MENGGUNAKAN KODE REED-SOLOMON TUGAS AKHIR Oleh : LUCKY WIBOWO NIM : 06.50.0020 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO

STUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei STUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO Auliya Fadly [1], Arman Sani [2] Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

Rancang Bangun RTP Packet-Chunk De-encapsulator Data AV Stream Format RTP Sebagai Terminal Access Multi-Source Streaming Server

Rancang Bangun RTP Packet-Chunk De-encapsulator Data AV Stream Format RTP Sebagai Terminal Access Multi-Source Streaming Server Rancang Bangun RTP Packet-Chunk De-encapsulator Data AV Stream Format RTP Sebagai Terminal Access Multi-Source Streaming Server Ahmad Budi Setiyawan 1, A.Subhan KH, ST 2, 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika

Lebih terperinci

APLIKASI PARKIR POLITEKNIK NEGERI BATAM

APLIKASI PARKIR POLITEKNIK NEGERI BATAM APLIKASI PARKIR POLITEKNIK NEGERI BATAM TUGAS AKHIR Oleh: JOHANNES SIDABUTAR 3210801031 Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Diploma III Program Studi Teknik Elektronika Politeknik Negeri Batam

Lebih terperinci

1. MENGENAL VISUAL BASIC

1. MENGENAL VISUAL BASIC 1. MENGENAL VISUAL BASIC 1.1 Mengenal Visual Basic 6.0 Bahasa Basic pada dasarnya adalah bahasa yang mudah dimengerti sehingga pemrograman di dalam bahasa Basic dapat dengan mudah dilakukan meskipun oleh

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Pendahuluan Telekomunikasi = Tele -- komunikasi Tele = jauh Komunikasi = proses pertukaran informasi Telekomunikasi = Proses pertukaran

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR

SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR P. SULASTRI SINGARIMBUN 062406186 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci