POLITIK HUKUM BAB III POLITIK HUKUM DALAM BERBAGAI TEORI. OLEH: Prof. DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.M.Hum.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLITIK HUKUM BAB III POLITIK HUKUM DALAM BERBAGAI TEORI. OLEH: Prof. DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.M.Hum."

Transkripsi

1 POLITIK HUKUM BAB III POLITIK HUKUM DALAM BERBAGAI TEORI OLEH: Prof. DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.M.Hum.

2 POLITIK HUKUM DALAM BERBAGAI TEORI Dalam sejarah teori mengenai hukum, terselip berbagai pikiran yang bernuansa politik hukum. Memang teori- teori dimaksud, tidak secara khusus dan eksplisit berbicara tentang politik hukum, namun isi dari teori- teori itu, implisit mengandung politik hukum

3 Politik Hukum Dalam Ajaran Plato Butir ajaran Plato yang relevan dengan politik hukum, adalah ajarannya mengenai penggunaan hukum sebagai sarana keadilan. Berangkat dari idealismenya tentang negara ideal dimana tiap orang berkesempatan menikmati keadilan, Plato menyodorkan dua jalan untuk mewujudkan tujuan tersebut.

4 Dalam Bukunya Plato berjudul Republic Plato memandang penting kehadiran The Philosoper- Kings sebagai pemimpin negara. Karena mereka ini adalah orang- orang pilihan- kaum arif bijaksana, maka di bawah pemerintahan mereka dimungkinkan adanya partisipasi semua orang dalam gagasan keadilan. Bahkan tanpa hukumpun, keadilan dimungkinkan tercipta, sebab kaum arif bijaksana ini pasti mewujudkan theoria (pengetahuan dan kebijaksanaan terbaiknya) dalam tindakan.

5 Namun Seturut Dengan Merosotnya Sebuah Negara Maka Plato Mengusulkan Pentingnya Hukum Hukum dibutuhkan sebagai sarana keadilan. Sarana keadilan melawan ketidakadilan penguasa yang serakah, melawan pengusaha yang memonopoli sumber daya negara, melawan wakil rakyat yang korup, dan melawan kesewenang- wenangan.

6 Untuk Memastikan Tercapainya Tujuan Tersebut Maka Hukum yang membawa misi keadilan itu, haruslah: 1. Aturan hukum mesti dihimpun dalam satu kitab, supaya tidak muncul kekacauan hukum. 2. Setiap UU harus didahului preambule tentang motif dan tujuan UU tersebut. Manfaatnya adalah setiap orang dapat mengetahui dan memahami kegunaan menaati hukum itu

7 Lanjutan 3. Tugas hukum adalah membimbing para warga negara pada suatu hidup yang saleh dan sempurna. 4. Orang yang melanggar UU harus dihukum. Tapi hukuman itu bukan balas dendam, melainkan memperbaiki sikap moral si penjahat.

8 Itulah Sumbangan Plato Bagi Politik Hukum Ada tujuan ideal yang ingin diraih, yakni partisipasi semua orang dalam keadilan. Untuk mencapai tujuan tersebut, negara harus dipimpin oleh The Philosoper- Kings, karena selain sebagai mitra bestari dalam menghadirkan keadilan, para arif- bijaksana ini juga berfungsi sebagai guru moral bagi warganya.

9 Lanjutan Jadi terlihat jelas, bahwa Plato berbicara dalam konteks politik hukum, bukan dalam konteks hukum dan politik. Ia tidak membuka ruang sedikit pun bagi terjadinya manipulasi hukum yang mengabdi pada kepentingan orang atau kelompok tertentu.

10 Politik Hukum Dalam Ajaran Agustinus Point ajaran Agustinus yang relevan bagi politik hukum adalah soal nilai- nilai deligere (yakni dihargai dan dicintai) dan delicto proximi (mengasihi sesama). Dua nilai ini bernilai bagi politik hukum, bukan saja karena Agustinus memasukkan nilai tersebut sebagai bagian dari keadilan.

11 Lebih dari itu... Nilai politik hukum dari dua gugus nilai tersebut, juga terletak pada idealisme Agustinus tentang komunitas cinta kasih sebagai jalan menuju tercapainya hidup bersama yang damai. Seperti diketahui, komunitas cinta kasih Agustinus itu merupakan agenda untuk melawan rezim regnum (yang menunjuk pada Kerajaan Romawi) Sebagai segerombolan perampok karena mereka tidak memiliki keadilan.

12 Bagi Agustinus Kehidupan yang damai, harus dijamin lewat tatanan hukum yang didominasi oleh tujuan perdamaian. Konteks regnum Kerajaan Romawi dan penyerangan- penyerangan menjelang keruntuhan kerajaan tersebut, mendorong Agustinus memunculkan gagasan komunitas kemurahan hati dan cinta kasih. Pengawal dan penjaga dari komunitas yang demikian itu, adalah hukum, yakni hukum sebagai tatanan kedamaian.

13 Proyek Politik Hukum Agustinus Cukup Jelas Ia melawan cara hidup barbar, melawan kesewenangan penguasa, melawan penindasan terhadap rakyat, melawan perlakuan- perlakuan tidak manusiawi, dan melawan penggunaan hukum untuk mengesahkan kesewenang- wenangan dan tindakan korup penguasa. Dia melawan semua itu dengan menawarkan garis politik hukum yang sifatnya anti tesis, yakni politik hukum yang di dominasi nilai honeste vivere (cinta kasih) sebagai jalan menuju tercapainya hidup bersama yang damai.

14 Politik Hukum Dalam Ajaran Aquinas Ada dua point ajaran yang bernilai bagi politik hukum yaitu: 1.(pertama) Usahanya melawan sistem hukum yang melegalkan paham patrimonial dalam kekuasaan berdasarkan hak milik perdata (every man must have a lord) perlawanan ini bernialai luhur karena Aquinas ingin menghargai hak milik setiap individu.

15 Pemahaman Every Man Must Have A Lord Adalah.. Tidak memungkinkan penghargaan hak milik masyarakat kecil, karena dalam sistem patrimonial, semua milik kawula bahkan dirinya sendiri menjadi milik sang tuan. Kawula hanya mengabdi dan memberi upeti kepada patron, sebuah perbudakan terselubung. Ketidakadilan seperti itulah yang dilawan oleh Aquinas.

16 Ada Hal Yang Perlu Di Catat Pemikiran Aquinas Tentang Keadilan Hukum Konsep ini menunjuk pada keadilan umum. Artinya, hukum mengatur dan melindungi kepentingan semua individu, dan bukan memberi privilege pada sang lord. Hukum harus dipastikan menjadi milik semua orang dan serentak pengayom semua orang. Hukum harus dikeluarkan dari bilik kemewahan dan keistimewaan para lord, dan menjadi wadah pelindung semua orang. Inilah sumbangan pertama ajaran Aquinas pada poiltik hukum, yaitu jaminan bahwa semua orang sederajat di depan hukum

17 Ajaran Kedua Aquinas Tentang Hukum Merupakan Produk Akal Sehat Bukan Produk Kehendak Yang Arbitrer. Distingsi ini penting dalam rangka mencegah penyusupan kepentingan, selera, dan nafsu para pembuat dan pelaksana hukum ke dalam ruang hukum. Peluang penyusupan tersebut terbuka lebar mengingat hukum merupakan produk politik, dan pelaksanaannya pun dijalankan oleh lembaga kekuasaan.

18 Penegasan Aquinas Tenatang Produk Akal Sehat Bernilai Bagi Politik Hukum Memastikan bahwa hukum merupakan representasi kepentingan semua orang dan harus adil bagi semua orang. Melalui ukuran akal sehat, kita bisa menakar mutu sebuah aturan, keadilan sebuah aturan, kenormalan penegakannya, serta kewajaran pelaksanaannya.

19 Pelajaran Paling Berharga Dalam Sejarah Hukum: Adalah munculnya penaklukan hukum dibawah hasrat kekuasaan seperti tampak dalam rezim Nazi Jerman ataupun praktik Aparteheid di Afrika Selatan. Atau praktik- praktik hukum otoritarian dan hukum represif yang sekarang sedang berlangsung di berbagai negara di belahan dunia ini, bahkan juga Indonesia.

20 Sumbangan Penting Aquinas Bagi Politik Hukum Adalah: 1. Hukum dan perundang- undangan harus rasional dan masuk akal karena ia merupakan aturan dan ukuran tindakan manusia. 2. Hukum ditujukan bagi kebaikan umum. Karena hukum merupakan aturan bagi perilaku, dan karena tujuan dan segala perilaku itu adalah kebahagiaan, maka hukum mesti ditujukan bagi kebaikan bersama.

21 Lanjutan.. 3. Karena hukum ditujukan bagi kebaikan dan kesejahteraan umum, maka isi dan pelaksanaannya harus dapat diterima akal sehat semua orang. 4. Hukum perlu dipublikasikan karena ia mengandung aturan yang memandu hidup manusia, maka aturan itu mesti mereka ketahui agar memiliki nilai kewajiban.

22 Politik Hukum Dalam Ajaran Thomas Hobbes Dimensi politik hukum dalam ajaran Thomas Hobbes,adalah terletak pada upaya teoritisnya mencegah konflik total dalam masyarakat, terkait dengan kecenderungan alamiah manusia mementingkan ego- nya. Bahkan dalam gambaran Hobbes, manusia sejak zaman purbakala dikuasai oleh nafsu- nafsu alamiah, dan tidak care pada soal- soal keadilan. Karenanya bayang bayang bellum omnium contra omnes selalu menghantui mereka.

23 Menghadapi Realitas. Hukum harus mengambil peran menentukan, terutama untuk menjamin keamanan tiap individu dalam masyarakat. Jaminan keamanan dimaksud, merupakan kebutuhan bersama dari tiap individu, sehingga melalui kontrak sosial, mereka bersedia menyerahkan kebebasannya kepada penguasa untuk mengatur kehidupan bersama yang damai

24 Menurut Hobbes... Hukumlah yang merupakan instrumen paling pokok untuk mencapai tujuan bersama yang damai itu. Disinilah dimensi politik hukum dalam ajaran Hobbes. Hukum ditugaskan mengemban misi mulia dan khusus untuk mewujudkan common goal masyarakat, yakni hidup damai.

25 Kata Kun.ci Menurut Hobbes Untuk jaminan dan hidup damai yang dimaksud Hobbes, terletak pada efektif tidaknya kekuasaan yang menjalankan hukum tersebut sehingga hukum itu berfungsi efektif. Sebab seperti kata Hobbes, tanpa kekuasaan yang efektif dan kuat, maka tiap orang akan mengandalkan kekuatannya sendiri sendiri.

26 Politik Hukum Ajaran John Locke Letak politik hukum dalam ajaran Jhon Locke adalah pada usahanya untuk melindungi hak- hak alamiah manusia, yakni hak hidup, kebesan, dan hak milik. Tiga hak tersebut, merupakan hak hakiki dari manusia sebagai manusia. Karena tiga hak tersebut menyangkut eksistensi hakiki manusia, maka tidak boleh diganggu gugat, apalagi ditiadakan dengan alasan apapun.

27 Untuk Memastikan Menurut Jhon Locke. Untuk memastikan bahwa hukum yang dibuat negara memang diarahkan pada perlindungan hak- hak dasar tersebut, maka menurut locke, parlemenlah yang harus menjadi pembuat hukum, khususnya aturan yang menyangkut ketiga hak tersebut. Hak rakyat (lewat parlemen) menyusun undang- undang, adalah bersifat primer, asli, dan tidak bisa dicabut.

28 Politik Hukum Dalam Ajaran Montesquieu Dimensi politik hukum dalam ajaran Montesquieu, adalah pada usaha untuk menjamin hak dan kebebasan politik warga negara. Yaitu hak warga negara untuk melakukan apapun yang diperbolehkan oleh hukum, dan hak warga negara memperoleh rasa aman.

29 Tugas Hukum Menurut Montesquieu Dalam konteks ini adalah, menjaga dan mengawal hak- hak tersebut. Untuk memastikan bahwa hak- hak itu aman, maka harus dihindari pemusatan kekuasaan dalam negara. Kekuasaan membuat hukum (legislatif) tidak boleh berada di satu tangan dengan kekuasaan yang melaksanakan hukum (eksekusi) maupun dengan kekuasaan yang mengadili (yudikatif). Fungsi Pemisahan itu, agar terjadi saling kontrol (check and balance)

30 Lanjutan.. Trias politica merupakan metode dalam politik hukum untuk mencapai tujuan yang dituju, yakni adanya jaminan kebebasan politik bagi warga negara.

31 Politik Hukum Dalam Ajaran Karl Marx Isu yang menonjol dalam pemikiran Karl Marx, adalah menghilangkan struktur yang menindas dalam hubungan hubungan ekonomi. Perjuangan Marx untuk menghilangkan struktur yang menindas itu (termasuk penindasan yang terselubung dalam hukum), merupakan sebuah proyek politik hukum.

32 Menurut Marx. Tidak ada lagi perbedaan antara buruh dan majikan. Semua orang adalah buruh sekaligus majikan. Hasilnya, tidak ada pertentangan kelas di masyarakat. Inilah akhir sejarah umat manusia. Hukum yang dikendalikan oleh diktator ploretariat dibutuhkan untuk membantu kaum buruh merealisasikan sejarah, yakni masyarakat sosialis yang sempurna.

33 Politik Hukum Dalam Teory Henry Maine adalah: Henry Maine, memang tidak seperti pemikir- pemikir yang telah disebut terdahulu, mengajukan agenda politik hukum tertentu, Meski demikian, teorinya tentang Movement From Status To Contract, secara implisit memiliki implikasi pada politik hukum. Artinya, bahwa tingkat perkembangan masyarakat menentukan tipe hukum yang dibutuhkan untuk melayani masyarakat.

34 Dengan kata lain menurut Henry Maine... Dalam kehidupan modern, hubungan hubungan kontraktual berbasis prestasi- kontra prestasi, menjadi lebih utama daripada hubungan- hubungan yang berbasis status. Maka munculah kebutuhan akan hukum yang lebih obyektif dan rasional- demi memudahkan hubungan- hubungan kontraktual tersebut. Disini hubungan hubungan hukum yang merefleksikan distribusi hak dan kewajiban menurut kepentingan dan prestasi sesorang kian menjadi kokoh.

35 Lanjutan... Dan Hukum tampil sebagai mekanisme penjamin hak dan kewajiban berdasarkan kontrak, dan kebebasan berkontrak.

36 Politik Hukum Dalam Teori Gustav Radbruch Dimensi politik hukum dalam teori Radbruch, terletak pada kehendaknya menjadikan keadilan sebagai core dalam tata hukum. Tujuan Radburch dengan proposal keadilannya itu, adalah untuk menjamin agar tata hukum benar- benar berfungsi sebagai penjamin kehidupan dan martabat manusia.

37 Dalam konteks Politik Hukum Radburch Keadilan merupakan titik sentral dalam hukum. Adapun dua aspek lainnya, yakni kepastian dan finalitas/kemanfaatan, bukanlah unit yang berdiri sendiri dan terpisah dari keadilan. Kepastian dan kemanfaatan harus diletakkan dalam kerangka keadilan itu sendiri. Sebab tujuan keadilan, menurut Radburch, adalah untuk memajukan kebaikan dalam hidup manusia. Aspek inilah yang harus mewarnai isi hukum.

38 Politik Hukum Dalam Teori Leon Duguit. Teori Duguit juga tidak menyinggung politik hukum tertentu. Meski demikian, implikasi teori Duguit jelas berdimensi politik hukum. Kerinduan Duguit adalah terjaganya tatanan hukum yang alamiah, yang bebas dari kesewenang- wenangan dan nafsu kekuasaan. Tatanan hukum yang alamiah dimaksud, adalah hukum yang timbul dari kebutuhan dan dinamika interaksi masyarakat itu sendiri.

39 Menurut Leon Duguit Adalah Hukum Karya Soasial Hukum ini merupakan hukum fundamental masyarakat atau hukum yang menguasai seluruh hidup bersama. Ia tidak dibuat. Ia muncul spontan dari pergulatan internal masyarakat karya. Isinya, berupa kaidah- kaidah yang bermuatan nilai- nilai ekonomis dan moral yang dipandang hakiki dalam masyarakat karya itu.

40 Kesimpulannya. Dimensi hukum politik hukum dalam teori Duguit, terletak pada : 1. adanya kepentingan bersama yang ingin dijaga yaitu eksistensi masyarakat karya. 2. Kepentingan tersebut menyangku nasib masyarakat karya itu sendiri dalam arti kelestariannya. 3. Mereka memiliki tatanan hukum yang fungsional menopang masyarakat karya itu.

41 Lanjutan Dalam rangka semua itu campur tangan regulasi negara dibatasi ketat. 5. Posisi pemerintah lebih tepat sebagai fasilitator dan melayani bukan mengatur.

42 Politik Hukum Menurut Teori Talcott Parsons Dimensi Politik Hukum dalam teori Parsons, tidak akan segera tampak jika kita belum menyentuh perannya hukum sebagai institusi integrasi dalam suatu sistem. Bagi Parsons peran tatanan normatif (hukum) merupakan unsur paling teras dari integrasi sebuah sistem. Ia harus mampu menjinakkan sub sub sistem yang lain agar bisa berjalan sinergis tanpa saling bertabrakan. Disinilah letak politik hukum dalam teori Parsons.

43 Lanjutan... Hukum memiliki tugas khusus menjamin integrasi dalam sebuah sistem atau masyarakat. Keadaan yang rentan benturan itu harus ditangani hukum lewat fungsi peng- integrasian- nya agar tiap sub sistem berjalan serasi dan sinergis demi kelestariannya sistem. Dapat dimengerti Parsons menempatkan hukum sebagai unsur utama integrasi sistem.

44 Politik Hukum Menurut Teori Bredemier Politik Hukum dalam teori Bredemier adalah terletak pada peran pengadilan dalam melahirkan putusan- putusan yang berbobot dalam terjaminnya integrasi sistem. Ini pararel dengan putusan mahkamah agung amerika tentang penghapusan diskriminasi warga kulit hitam amerika. Putusan itu sendiri dianggap monumental sebagai Proyek Sosiological jurisprudence.

45 Dalam konteks tersebut... Dari sub- sistem politik, hukum butuh dukungan personil kebijakan,kewenangan dan kekuasaan yang memadai. Dari sub- sistem ekonomi, hukum butuh sokongan modal, keahliah, sarana dan prasarana. Dari sub- sistem budaya, hukum membutuhkan input nilai, moral dan kearifan.

46 Lanjutan... Masukan dari sub sub sistem itu harus dimanfaatkan dan diolah oleh sistem hukum untuk meningkatkan kemampuan dalam menjalan fungsi integrasi.

47 Jadi Letak Politik Hukum Dalam Teori Bredemeier Adalah Pada keharusan putusan putusan keadilan yang harus menyumbangkan manfaat bagi sub sub sistem yang lain, baik untuk sub sistem politi, budaya, maupaun bagi sub sistem ekonomi. Tujuan akhirnya adalah menjamin integrasi dan kelangsunagn sub- sistem.

48 Politik Hukum Menurut Teori Roscoe Pound. Letak politik hukum dalam teori Pound adalah pada tujuan yang ingin dicapai yakni terciptanya masyarakat beradab yang produktif dan tidak boros. Bagi Pound, hukum tidak boleh dibiarkan mengawang dalam konsep konsep logis analistis ataupun tenggelam dalam ungkapan ungkapan teknis yuridis yang terlampau ekseklusuf.

49 Lanjutan... Sebaliknya hukum itu meski didaratkan di dunia nyata yaitu dunia sosial yang penuh sesak dengan kebutuhan dan kepentingan- kepentingan yang bersaing

50 Sebagai Pemikir Sosiological Yurisprudence... Pound mengusulkan agar komunitas hukum perlu lebih memperhitungkan fakta sosial dam pekerjaannya apakah pembuatan hukum, penafsiran atau penerapan peraturan. Fokus utama Pound dalam konsep ini yaitu sosial enginering adalah interest balance dan karenanya yang terpenting adalah tujuan akhir dari hukum yang diaplikasikan dan mengarahkan masyarakat ke arah yang lebih maju.

51 Lanjutan... Hukum tidak lagi dilihat sekedar tatanan penjaga status Quo tetapi diyakini sebagai sistem pengaturan untuk mencapai tujuan tujuan tertentu secara terencana yakni terciptanya masyarakat beradab yang produktif, minim konflik dan tidak boros.

52 Politik Hukum Menurut Teori Nonet- Selznick. Letak politik hukum dalam teori Nonet adalah proposalnya mengenai responsif law atau hukum responsif. Dalam semangat seperti Pound yakni sosial logical yurisprudence nonet memberi tekanan pada fungsi sosil yang ahrus dijalankan oleh hukum, bahwa hukum bukan untuk hukum itu sendiri tetapi untuk melayani keadaan sosial, yakni keadilan sosial yang subtantif.

53 Menurut Nonet... Menolak type hukum represif dan type hukum otonom. Hukum represif ditolak karena menjadi alat kekuasaan dan melayani kepentingan kekuasaan bukan melayani keadilan bagi masyarakat. Hukum represif diperalat penguasa untuk menindas dan menekan rakyat. Hukum Otonom juga ditolak karena cenderung lebih mementingkan otonomi internalnya ketimbang kebutuhan kebutuhan sosial yang berhimpit himpitan yang mestinya dilayani oleh hukum.

54 Karenanya... Tatanan hukum responsif menekan: 1. Keadilan subtantif sebagai dasar legitimasi hukum. 2 Peraturan merupakan sub- ordinasi dari prinsip dan kebijakan. 3. Pertimbangan pertimbangan hukum harus berorientasi pada tujuan dan berakibat bagi kemashalatan masyarakat.

55 Lanjutan Penggunaan diskresi sangat dianjurkan dalam pengambilan keputusan hukum dengan tetap berorientasi pada tujuan. 5. Memupuk sistem kewajiban sebagai sistem pengganti sistem paksaan. 6. Moralitas kerjasama sebagai prinsip moral dalam menjalankan hukum. 7. Kekuasaan di daya gunakan untuk mendukung vitalitas hukum dalam melayani masyarakat.

56 Lanjutan Penolakan terhadap hukum harus dilihat sebagai gugatan terhadap legitimasi hukum. 9. Akses partisipasi publik dibuka lebar dalam rangka integrasi advokasi hukum dan sosial.

57 Sekian Dan Terimakasih Wassalamualaikum Wr. Wb.

Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum.

Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum. POLITIK HUKUM BAB I TENTANG PERSPEKTIF POLITIK HUKUM OLEH: Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum. Politik Hukum Secara filosofis, berbicara hukum, berarti berbicara tentang pengaturan keadilan, serta memastikan

Lebih terperinci

POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH

POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH BAGI POLITIK HUKUM. Negara perlu disatu sisi karena Negara merupakan institusi pelembagaan kepentingan umum dan di lain

Lebih terperinci

sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru.

sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru. Ada beberapa teori-teori demokrasi yaitu : 1. Teori Demokrasi Klasik Demokrasi, dalam pengertian klasik, pertama kali muncul pada abad ke-5 SM tepatnya di Yunani. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi dilakukan

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

OLEH Prof.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.M.Hum.

OLEH Prof.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.M.Hum. OLEH Prof.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.M.Hum. Sebagai Basis Ideologis yaitu: Politik Hukum hadir, dititik perjumpaan antara realisme hidup dengan tuntutan idealisme. Ia mengoreksi keadaan yang kurang ideal, dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana

BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana BAB V KESIMPULAN Tidak dapat dipungkiri, setelah dianutnya gagasan hak asasi dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), masyarakat internasional sejak saat itu telah memiliki satu standar bersama dalam

Lebih terperinci

POLITIK HUKUM BAB V GARIS POLITIK HUKUM INDONESIA MENURUT KONSTITUSI OLEH: Prof. DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum.

POLITIK HUKUM BAB V GARIS POLITIK HUKUM INDONESIA MENURUT KONSTITUSI OLEH: Prof. DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum. POLITIK HUKUM BAB V GARIS POLITIK HUKUM INDONESIA MENURUT KONSTITUSI OLEH: Prof. DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum. GARIS POLITIK HUKUM INDONESIA MENURUT KONSTISTUSI Konstitusi memuat empat pokok pikiran yang

Lebih terperinci

PENGANTAR HUKUM PERBURUHAN. copyright by Elok Hikmawati

PENGANTAR HUKUM PERBURUHAN. copyright by Elok Hikmawati PENGANTAR HUKUM PERBURUHAN copyright by Elok Hikmawati 1 Arti Hukum Perburuhan Molenaar : Hukum yang berlaku yang pada pokoknya berkenaan dengan hubungan antara buruh dengan majikan, antara buruh dengan

Lebih terperinci

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM)

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM) Jamuan Ilmiah tentang Hukum Hak Asasi Manusia bagi Tenaga Pendidik Akademi Kepolisian Semarang Jogjakarta Plaza Hotel, 16 18 Mei 2017 MAKALAH INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM) Oleh: Despan Heryansyah,

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: 09 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Hak Asasi Manusia : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

HAKIKAT DEMOKRASI CONDRA ANTONI

HAKIKAT DEMOKRASI CONDRA ANTONI HAKIKAT DEMOKRASI CONDRA ANTONI Makna dan Hakikat Demokrasi Macam-macam pengertian demokrasi: 1. Secara etimologis, demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari Yunani yaitu demos yang berarti rakyat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konteks pemerintahan yang demokratis kekuasaan tidak berada dan dijalankan oleh satu badan tapi dilaksanakan oleh beberapa badan atau lembaga. Tujuan dari dibagi-baginya

Lebih terperinci

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN. Modul ke: MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN MODUL 2 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. ( DITERBITKAN OLEH UMB GRAHA ILMU ) Fakultas

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Modul ke: PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Fakultas 10FEB Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si Program Studi MANAJEMEN PANCASILA SEBAGAI ETIKA BERNEGARA Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Menjalin suatu hubungan / interaksi antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

STRATIFIKASI SOSIAL NUR ENDAH JANUARTI, M.A.

STRATIFIKASI SOSIAL NUR ENDAH JANUARTI, M.A. STRATIFIKASI SOSIAL NUR ENDAH JANUARTI, M.A. TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu memahami konsep stratifikasi sosial Mahasiswa mampu menganalisa bentuk stratifikasi sosial di lingkungannya KONSEP DASAR

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang

BAB V PENUTUP. prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Bertolak dari pemaparan hasil penelitian dan penggkajian dengan menggunakan prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang dapat disimpulkan

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

KEWARGANEGARAAN NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika KEWARGANEGARAAN Modul ke: NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan Pengertian dan

Lebih terperinci

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 6 ASAL MULA DAN LENYAPNYA NEGARA

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 6 ASAL MULA DAN LENYAPNYA NEGARA MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 6 ASAL MULA DAN LENYAPNYA NEGARA A. TEORI ASAL MULA NEGARA Perihal asal mula negara secara substansial sesungguhnya membahas teori-teori mengenai bagaimana timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan aliran utama pemikiran Abad ke-18 di Eropa dan Amerika. Pada

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan aliran utama pemikiran Abad ke-18 di Eropa dan Amerika. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa pencerahan (Aufklärung) merupakan istilah yang digunakaan untuk menggambarkan aliran utama pemikiran Abad ke-18 di Eropa dan Amerika. Pada masa pencerahan,

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS 3.1 Teori Kritis Jurgen Habermas Habermas berasumsi bahwa modernitas merupakan sebuah proyek yang belum selesai. Ini artinya masih ada yang perlu untuk dikerjakan kembali.

Lebih terperinci

11 Secara umum, diartikan bahwa kerangka teori merupakan garis besar dari suatu rancangan atas dasar pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan meng

11 Secara umum, diartikan bahwa kerangka teori merupakan garis besar dari suatu rancangan atas dasar pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan meng 10 BAB II Landasan Teori 2.1. Uraian Teori Teori adalah suatu butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin

Lebih terperinci

Kesimpulan. Bab Sembilan

Kesimpulan. Bab Sembilan Bab Sembilan Kesimpulan Rote adalah pulau kecil yang memiliki luas 1.281,10 Km 2 dengan kondisi keterbatasan ruang dan sumberdaya. Sumberdayasumberdaya ini tersedia secara terbatas sehingga menjadi rebutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aristoteles merupakan salah seorang filsuf klasik yang mengembangkan dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin bahwa politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadilan merupakan salah satu kebutuhan dalam hidup manusia. kedudukan peradilan dianggap sebagai pelaksanaan kehakiman yang berperan sebagai katup penekan atas segala

Lebih terperinci

TEMA: PERAN DPR-RI DALAM PERSPEKTIF PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI DI INDONESIA. Kamis, 12 November 2009

TEMA: PERAN DPR-RI DALAM PERSPEKTIF PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI DI INDONESIA. Kamis, 12 November 2009 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIDATO KETUA DPR-RI PADA ACARA ULANG TAHUN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FISIPOL) KE-15 UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA DAN DIES NATALIS KE-56 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012 Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERINGATAN NUZULUL QUR'AN TAHUN 1433 H/2012 M

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan

BAB I PEDAHULUAN. Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi berarti suatu pengorganisasian negara

Lebih terperinci

PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2011/ 2012 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2011/ 2012 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2011/ 2012 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA MATA UJI : KEBIJAKAN PEMERINTAH JURUSAN/ CAWU : ILMU PEMERINTAHAN/ III HARI/ TANGGAL : SELASA,

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

TEORI ASAL MULA DAN TERJADINYA NEGARA. Pokok Bahasan : Asal mula Negara Terjadinya Negara

TEORI ASAL MULA DAN TERJADINYA NEGARA. Pokok Bahasan : Asal mula Negara Terjadinya Negara TEORI ASAL MULA DAN TERJADINYA NEGARA Pokok Bahasan : Asal mula Negara Terjadinya Negara Asal mula Negara Secara garis besar teori tentang asal mula negara dapat dikelompokkan dalam dua kelompok : Teori

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 9 Desember 1998 M U K A D I M A H MAJELIS Umum, Menegaskan kembalimakna penting dari ketaatan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan suatu masalah yang ada di dalam kehidupan masyarakat, baik dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang berbudaya modern

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara etimologis kata hakim berasal dari arab hakam; hakiem yang berarti

I. PENDAHULUAN. Secara etimologis kata hakim berasal dari arab hakam; hakiem yang berarti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang diharapkan mampu memberikan kedamaian pada masyarakat saat kekuasaan negara seperti eksekutif dan kekuasaan legislatif hanya

Lebih terperinci

9/8/2012 SISTEM SOSIAL & HUKUM

9/8/2012  SISTEM SOSIAL & HUKUM 1 SISTEM SOSIAL politik sosial ekonomi hukum agama budaya pendidikan 2 HUKUM DAN SISTEM SOSIAL Teori sibenertika Talcott Parson : sistem sosial merupakan suatu sinergi antara berbagai sub sistem sosial

Lebih terperinci

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut Leif STENBERG Direktur, AKU- Dalam makalah berikut ini, saya akan mengambil perspektif yang sebagiannya dibangun

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHA. Syahlan A. Sume. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi MANAJEMEN.

KEWARGANEGARAAN NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHA. Syahlan A. Sume. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi MANAJEMEN. KEWARGANEGARAAN Modul ke: NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHA by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id 1. Latar Belakang Perlunya Negara Setiap manusia mempunyai negara, Mengapa?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut MK) sebagai salah satu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut MK) sebagai salah satu pelaku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut MK) sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakiman yang salah satu kewenangannya dalam Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 5 disebutkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS 17 BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS Landasan teori pada penelitian ini menggunakan teori Ralf Dahendrof. Karena, teori Dahendrof berhubungan dengan fenomena sosial masyarakat salah satunya adalah teori

Lebih terperinci

D. Semua jawaban salah 7. Kekuasaan Kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka artinya A. Terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah B. Tidak bertanggung

D. Semua jawaban salah 7. Kekuasaan Kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka artinya A. Terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah B. Tidak bertanggung TATA NEGARA 1. Negara Indonesia berdasar atas Hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar atas A. Kekuasaan belaka B. Lembaga negara C. Kedaulatan rakyat D. Majelis Permusyawaratan Rakyat 2. Pemerintah berdasar

Lebih terperinci

Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia

Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia Penyelenggaraan otonomi daerah yang kurang dapat dipahami dalam hal pembagian kewenangan antara urusan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

Oleh Eggy Dwikurniawan (Mahasiswa Hukum Universitas Pakuan)

Oleh Eggy Dwikurniawan (Mahasiswa Hukum Universitas Pakuan) PERKEMBANGAN PENGATURAN KOMISI YUDISIAL DALAM UNDANG UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Oleh Eggy Dwikurniawan (Mahasiswa Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah kehendak untuk bersikap adil (recht ist wille zur gerechttigkeit).

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah kehendak untuk bersikap adil (recht ist wille zur gerechttigkeit). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Mochtar Kusumaatmadja mengatakan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia 68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wujud otonomi daerah yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Wujud otonomi daerah yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Wujud otonomi daerah yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah yang ditindaklanjuti dengan perubahan melalui

Lebih terperinci

TUGAS ILMUWAN POLITIK DALAM PENGAWALAN POTENSI RESIKO JELANG PEMILUKADA 2015

TUGAS ILMUWAN POLITIK DALAM PENGAWALAN POTENSI RESIKO JELANG PEMILUKADA 2015 TUGAS ILMUWAN POLITIK DALAM PENGAWALAN POTENSI RESIKO JELANG PEMILUKADA 2015 Oleh : Tedi Erviantono (Dosen Prodi Ilmu Politik FISIP Universitas Udayana) Disampaikan dalam Munas Forum Dekan FISIP se Indonesia

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PASCASARJANA DALAM PERSPEKTIF PERGURUAN TINGGI RISET

PENDIDIKAN PASCASARJANA DALAM PERSPEKTIF PERGURUAN TINGGI RISET SAMBUTAN REKTOR ITB pada PERESMIAN PENERIMAAN MAHASISWA PASCASARJANA BARU ITB SEMESTER 2 TAHUN AKADEMIK 2013/2014 PENDIDIKAN PASCASARJANA DALAM PERSPEKTIF PERGURUAN TINGGI RISET Aula Barat, Kampus ITB,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara Welfare State (Negara Kesejahteraan) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara Welfare State (Negara Kesejahteraan) merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Peradilan administrasi merupakan salah satu perwujudan negara hukum, peradilan administrasi di Indonesia dikenal dengan sebutan Pengadilan Tata Usaha Negara.

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta BAB V Kesimpulan A. Pengantar Bab V merupakan bab terakhir dari seluruh narasi tulisan ini. Sebagai sebuah kesatuan tulisan yang utuh, ide pokok yang disajikan pada bab ini tidak dapat dipisahkan dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SOSIOLOGI HUKUM. 9/8/2012 Pertumbuhan Sosiologi Hukum

PERTUMBUHAN SOSIOLOGI HUKUM. 9/8/2012  Pertumbuhan Sosiologi Hukum PERTUMBUHAN SOSIOLOGI HUKUM 1 Perbandingan Karakteristik Karakteristik Sociological Jurisprucende Sociology of Law 1. Ilmu Induk Ilmu Hukum Sosiologi 2. Sifat kajian Hub. Normatik/ logistik Kusalitas (exprerience)

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN. Modul ke: 03Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

KEWARGANEGARAAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN. Modul ke: 03Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika KEWARGANEGARAAN Modul ke: 03Fakultas Nurohma, FASILKOM NEGARA DAN PEMERINTAHAN S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika Pendahuluan DESKRIPSI Menjelaskan pengertian dan alasan terbentuknya negara, teori-teori

Lebih terperinci

INTELIJEN NEGARA DALAM NEGARA HUKUM YANG DEMOKRATIS 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

INTELIJEN NEGARA DALAM NEGARA HUKUM YANG DEMOKRATIS 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 INTELIJEN NEGARA DALAM NEGARA HUKUM YANG DEMOKRATIS 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 Intelijen negara diperlukan sebagai perangkat deteksi dini adanya ancaman terhadap keamanan nasional, tidak saja ancaman

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Hukum adalah pembatasan kebebasan setiap orang demi kebebasan semua orang... Kaidah hukum mengarahkan diri hanya pada perbuatanperbuatan lahiriah. Jadi. saya berbuat sesuai dengan

Lebih terperinci

RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato,

RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato, RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato, Aristoteles, thomas Aquinas muncullah Perenialisme.

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM

HAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM HAK ASASI MANUSIA Pengertian HAM HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati yang fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana pencurian dapat diproses melalui penegakan hukum. Penegakan hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam ketentuan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK TOKOH PEMIKIR ANTARA LAIN: 1. KARL MARX (1818-1883) 5. JURGEN HABERMAS 2. HEGEL 6. ANTONIO GRAMSCI 3. MAX HORKHEIMER (1895-1973) 7. HERBERT

Lebih terperinci

Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017

Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017 Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid 14-15 November 2017 Kondisi kekerasan seksual di Indonesia Kasus kekerasan terhadap perempuan

Lebih terperinci

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH -1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH I. UMUM Salah satu kewenangan Pemerintah Aceh yang diamanatkan dalam Nota Kesepahaman antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan Yang Maha Esa memberikan anugerah kepada manusia yaitu sebuah kehidupan yang harus dihormati oleh setiap orang. Kehidupan yang diberikan oleh Tuhan Yang

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PEMBENTUKAN NEGARA KEWARGANEGARAAN

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PEMBENTUKAN NEGARA KEWARGANEGARAAN H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PEMBENTUKAN NEGARA KEWARGANEGARAAN NEGARA Istilah Negara : Staat (Belanda/Jerman) State (Inggris) Etat (Perancis) Status /statum: menempatkan dalam berdiri, membuat berdiri,

Lebih terperinci

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Kode Etik Global Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Takeda Pharmaceutical Company Limited Pasien Kepercayaan Reputasi Bisnis KODE ETIK GLOBAL TAKEDA Sebagai karyawan Takeda, kami membuat keputusan

Lebih terperinci

Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia

Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia Demokrasi Sebagai Kerangka Kerja Hak Asasi Manusia Antonio Pradjasto Tanpa hak asasi berbagai lembaga demokrasi kehilangan substansi. Demokrasi menjadi sekedar prosedural. Jika kita melihat dengan sudut

Lebih terperinci

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL TEORI ETIKA PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL Beberapa konsep yang memerlukan penjelasan, antara lain: perilaku moral (moral behavior), perilaku tidak bermoral (immoral behavior), perilaku di luar kesadaran

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara 187 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara bentuk negara kesatuan Indonesia. Ditemukan 7 peluang yuridis terjadinya perubahan non-formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan-pertimbangan subjektif masing-masing masyarakat berupa filosofi, nilai-nilai,

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan-pertimbangan subjektif masing-masing masyarakat berupa filosofi, nilai-nilai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Praktik penyelenggaraan pendidikan dalam masyarakat dilatarbelakangi oleh adanya pertimbangan-pertimbangan subjektif masing-masing masyarakat berupa filosofi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKKAN HUKUM DAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKKAN HUKUM DAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKKAN HUKUM DAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR 2.1 Pengertian penegakan hukum. Mengenai pengertian dari penegakan hukum menunjuk pada batasan pengertian dari para sarjana. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Untuk memahami apa itu manajemen sumber daya manusia, kita sebaiknya meninjau terlebih dahulu pengertian manajemen itu sendiri. Manajemen berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Pandangan tokoh Teori Sociological Jurisprudence mengenai hukum yang baik dalam. masyarakat

Pandangan tokoh Teori Sociological Jurisprudence mengenai hukum yang baik dalam. masyarakat MAKALAH TEORI HUKUM/KELAS A REGULE Pandangan tokoh Teori Sociological Jurisprudence mengenai hukum yang baik dalam masyarakat DISUSUN OLEH: MARIA MARGARETTA SITOMPUL,SH 117005012/HK PROGRAM STUDI MAGISTER

Lebih terperinci

: DR. H. Happy Bone Zulkarnaen, MS.

: DR. H. Happy Bone Zulkarnaen, MS. Disampaikan oleh Anggota DPR RI : A-451 : DR. H. Happy Bone Zulkarnaen, MS. Assalaamualaikum Wa rahmatullahi Wa barakatuh, Salam sejahtera untuk kita semua, Yang Terhormat Saudara Pimpinan Pansus, Yang

Lebih terperinci

Moral Akhir Hidup Manusia

Moral Akhir Hidup Manusia Modul ke: 07Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik Moral Akhir Hidup Manusia Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Program Studi Psikologi Bagian Isi TINJAUAN MORAL KRISTIANI AKHIR HIDUP MANUSIA (HUKUMAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH Bengkulu Tengah yang Lebih Maju, Sejahtera, Demokratis, Berkeadilan, Damai dan Agamis 1. Maju, yang diukur dengan : (a) meningkatnya investasi;

Lebih terperinci

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi BAB IV ANALISIS A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara umum mediasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

Kesetaraan vs. Stratifikasi Sosial

Kesetaraan vs. Stratifikasi Sosial Kesetaraan vs. Stratifikasi Sosial Suatu Masalah Legal Gap dalam Studi Sosiologi Hukum Herlambang P. Wiratraman 2016 Bahan Perkuliahan Wignjosoebroto, Soetandyo (2013) Kesetaraan versus Stratifikasi Sosial,

Lebih terperinci

Oleh: Budhy Munawar-Rachman

Oleh: Budhy Munawar-Rachman Oleh: Budhy Munawar-Rachman PERSOALAN Timur dan Barat lebih berbentuk persaingan, konflik dan perang, daripada saling mengerti, bersahabat dan kerjasama. Barat: Kapitalisme, teknologi, imperialisme Timur:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini penulis ataupun peneliti akan menjabarkan maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat dengan judul, tema, dan fokus

Lebih terperinci

LRC. Oleh : Harun Azwari (Peneliti LRC) Latar Belakang

LRC. Oleh : Harun Azwari (Peneliti LRC) Latar Belakang Oleh : Harun Azwari (Peneliti ) Latar Belakang Ilmu hukum adalah ilmu yang mandiri atau otonom, keberadaannya betul-betul independen lepas sama sekali dari anasir-anasir di luar dirinya. Ungkapan tersebut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER 145 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER DAN POLITIK DI INDONESIA (Studi Tentang Kebijakan Dwifungsi ABRI Terhadap Peran-peran Militer di Bidang Sosial-Politik

Lebih terperinci

REFORMASI TATA KELOLA PERADILAN. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

REFORMASI TATA KELOLA PERADILAN. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. REFORMASI TATA KELOLA PERADILAN Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. MANAJEMEN PERADILAN Salah satu masalah yang sangat penting dalam upaya perbaikan sistem peradilan dan penegakan hukum dan keadilan

Lebih terperinci

RechtsVinding Online. RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu. bersikap untuk tidak ikut ambil bagian. dalam voting tersebut.

RechtsVinding Online. RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu. bersikap untuk tidak ikut ambil bagian. dalam voting tersebut. BATAS PENCALONAN PRESIDEN DALAM UU NO. 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah Diterima: 2 Oktober 2017, Disetujui: 24 Oktober 2017 RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu yang disetujui

Lebih terperinci

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 008/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl. 12 Mei 2006

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 008/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl. 12 Mei 2006 RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 008/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl. 12 Mei 2006 I. PEMOHON DJOKO EDHI SUTJIPTO ABDURRAHMAN. II. KUASA HUKUM DR.H.TEGUH SAMUDRA, S.H.,MH. Dkk. III. PENGUJIAN UNDANG-UNDANG A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicapai dalam segala aspek hidup, termasuk kehakiman, politik,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicapai dalam segala aspek hidup, termasuk kehakiman, politik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah ekonomi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ia berkaitan dengan berbagai macam kebutuhan, seperti kebutuhan pangan, sandang dan papan, serta

Lebih terperinci

SEJARAH HAK AZASI MANUSIA

SEJARAH HAK AZASI MANUSIA SEJARAH HAK AZASI MANUSIA Materi Perkuliahan Hukum dan HAM ke-2 FH Unsri URGENSI SEJARAH HAM Kepentingan paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan terhadap hak-haknya sebagai manusia.

Lebih terperinci

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim Jika Tuhan itu ada, Mahabaik, dan Mahakuasa, maka mengapa membiarkan datangnya kejahatan?

Lebih terperinci

TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN

TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN Oleh Nurcholish Madjid Agama merupakan suatu cara manusia menemukan makna hidup dan dunia yang menjadi lingkungannya. Tapi, hidup kita dan ling kungan abad modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diyakini mampu memberikan nafas segar dari keterpurukan politik

BAB I PENDAHULUAN. yang diyakini mampu memberikan nafas segar dari keterpurukan politik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya reformasi telah menggantikan kedudukan rezim orde baru yang diyakini mampu memberikan nafas segar dari keterpurukan politik yang melanda Bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah yang baik (good local governace) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah yang baik (good local governace) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintahan Daerah yang baik (good local governace) merupakan wacana yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan gagasan

Lebih terperinci

Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0

Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0 Kebijakan Jender 1.0 The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 2015 1 Latar Belakang Jender dipahami sebagai pembedaan sifat, peran, dan posisi perempuan dan lakilaki yang dibentuk oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM

BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM Landasan berfikir, zaman, dan tempat yang berbeda secara tidak langsung akan menimbulkan perbedaan, walaupun dalam pembahasan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE

PENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE PENDIDIKAN DAN PEMBEBASAN DALAM PANDANGAN PAULO FREIRE Pandangan Freire tentang Netralitas Kelompok Netralitas yang memiliki ideologi yang sama Netralitas gereja yang berkaitan dengan sejarah dan politik

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara kesatuan yang menganut Sistem Pemerintahan Presidensiil. Dalam sistem ini dijelaskan bahwa kepala eksekutif

Lebih terperinci

Materi Kuliah RULE OF LAW

Materi Kuliah RULE OF LAW 70 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Materi Kuliah RULE OF LAW Modul 9 Oleh : Rohdearni Tetty Yulietty Munthe, SH/08124446335 70 71 1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah proses pembelajaran mahasiswa diharapkan

Lebih terperinci

PROBLEMATIK & TEORI KEADILAN. Bacaan yang dianjurkan : The Liang Gie, 1982, Teori-teori Keadilan, Penerbit Supersukses, Yogyakarta

PROBLEMATIK & TEORI KEADILAN. Bacaan yang dianjurkan : The Liang Gie, 1982, Teori-teori Keadilan, Penerbit Supersukses, Yogyakarta PROBLEMATIK & TEORI KEADILAN Bacaan yang dianjurkan : The Liang Gie, 1982, Teori-teori Keadilan, Penerbit Supersukses, Yogyakarta CONTOH KASUS Anggap aja ini martabak Tugas : Bagilah martabak ini untuk

Lebih terperinci