RINGKASAN HASIL STUDI/KAJIAN PENGEMBANGAN MEDIA KOMUNITAS
|
|
- Herman Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 RINGKASAN HASIL STUDI/KAJIAN PENGEMBANGAN MEDIA KOMUNITAS Abstrak Dengan semakin meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap hak-haknya untuk memperoleh informasi yang sesuai kebutuhan dan tepat waktu diharapkan akan mewujudkan pemerataan dan keadilan dalam memperoleh informasi. Informasi dan media massa selain mempunyai peran yang sangat penting dan menentukan bagi keberhasilan pembangunan sistem politik demokrasi, juga berkaitan dengan upaya mencerdaskan bangsa. Media Komunitas sebagai media komunikasi massa mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggungjawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial. Kajian Pengembangan Media Komunitas ini dilakukan untuk melihat media komunitas sebagai media masyarakat dalam mengekspresikan dan mengembangkan dirinya, serta berpartisipasi dalam sistem komunikasi nasional. Di samping itu juga untuk membuktikan kegunaannya bagi komunitas, masyarakat yang lebih luas, dan bangsa secara keseluruhan, selain potensinya dalam pemberdayaan masyarakat serta pemberdayaan proses demokratisasi politik dan komunikasi. Kajian ini ingin memperoleh gambaran menyeluruh tentang penyelenggaraan beberapa media komunitas yang dibatasi mengenai radio pada umumnya, dan gambaran yang lengkap mengenai beberapa komunitas yang dilayani oleh suatu media komunitas. Untuk itu dilakukan analisa terhadap Populasi Lembaga Penyiaran Komunitas, Gambaran tentang penyelenggaraan media komunitas, Gambaran komunitas yang dilayani oleh media komunitas, dan Karakteristik komunitas yang memungkinkan munculnya suatu media komunitas Hasil analisis menunjukkan media komunitas dalam hal ini radio komunitas tumbuh dengan pesat seiring dengan iklim keterbukaan yang lebih luas sejak era reformasi dan pertumbuhannya disambut dengan baik oleh kalangan peneliti, pemerhati, penggerak hak-hak asasi manusia, gerakan pro-demokrasi, dan kalangan pemerintah yang pro pada pemberdayaan masyarakat dari level yang paling bawah. Media komunitas mempunyai berbagai kegunaan bagi komunitas yang dilayaninya, antara lain : Mempresentasikan dan mendukung budaya dan identitas lokal; Menciptakan pertukaran opini secara bebas; Menyediakan program yang variatif; Merangsang demokrasi dan dialog; Mendukung pembangunan dan perubahan sosial; Mempromosikan masyarakat madani; Mendorong hadirnya pemerintahan yang baik; Merangsang partisipasi melalui penyebaran informasi dan inovasi; Menyediakan kesempatan bersuara; dan Berfungsi menghubungkan komunikasi di komunitas; Memberi kontribusi pada variasi kepemilikan penyiaran; seta Menyediakan sumber daya manusia bagi industri penyiaran Untuk mendukung terwujudnya pengembangan media komunitas sesuai dengan hasil kajian ini, perlu diperhatikan, antara lain : keterlibatan dan kontribusi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pembuatan kebijakan di bidang media komunitas 1
2 (penyiaran komunitas) dengan memperhatikan pokok-pokok pikiran yang telah disampaikan; praktisi media komunitas dan pemerintah segera duduk bersama dan membicarakan secara terbuka formula-formula pengaturan yang lebih tepat untuk Lembaga Penyiaran Komunitas; diharapkan draf Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaranaan Lembaga Penyiaran Komunitas Versi Publik segera diwujudkan, dan suatu pengaturan yang benar-benar berpihak pada hak-hak asasi berkomunikasi serta mendorong proses demokratisasi Indonesia. Latar Belakang Komunikasi, informasi dan media massa selain mempunyai peran yang sangat penting dan menentukan bagi keberhasilan pembangunan sistem politik demokrasi, juga berkaitan dengan upaya mencerdaskan bangsa. Di samping itu masyarakat telah semakin memahami dan menyadari hak-haknya untuk memperoleh informasi yang benar dan tepat waktu. Selain pemantapan kelembagaan, mekanisme komunikasi dan arus informasi serta penguatan fungsi pelayanan informasi dalam menjamin hak masyarakat untuk memperoleh informasi, upaya yang juga sangat penting adalah bagaimana mendorong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan komunikasi dan informasi. Di era global, informasi merupakan kebutuhan masyarakat yang sangat penting. baik masyarakat bawah, menengah, maupun kelas atas. Informasi merupakan sarana untuk melihat dan mendengar dunia. Berlakunya UU otonomi daerah diharapkan akan memandirikan daerah dalam mengelola sumber dayanya. Mandiri dalam arti bahwa pengelolaan daerah akan lebih mengacu kepada kebutuhan daerah secara lokal. Dalam hal kebutuhan informasi, era otonomi sangat sejalan dengan munculnya media komunitas, yang mempunyai karakter, dari, untuk dan oleh masyarakat setempat. Media Komunitas adalah salah satu kategori jasa atau lembaga penyedia informasi yang umumnya beroperasi di masyarakat. Permasalahan Pemerataan dan keadilan dalam memperoleh informasi merupakan masalah dalam bidang komunikasi dan informasi. Hal ini disebabkan oleh adanya ketimpangan dalam mengakses antara masyarakat yang miskin informasi dengan masyarakat yang kaya informasi, sebagai akibat disparitas ekonomi dan sosial. Media Komunitas sebagai media komunikasi massa mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggungjawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial. Masyarakat kalangan bawah yang biasanya miskin, peluangnya sangat kurang untuk mendapat informasi. Oleh karena itu dalam pengembangan media komunitas perlu mempertimbangkan hal-hal : Populasi Lembaga Penyiaran Komunitas; Asas Keadilan; Asas Manfaat; dan Sumber Daya Manusia; serta Pemanfaatan Gelombang Radio. 2
3 Tujuan Penelitian ini bermaksud melihat media komunitas sebagai : 1. Media dimana masyarakat dapat mengekspresikan diri dan mengembangkan dirinya 2. Media dimana masyarakat dapat berpartisipasi dalam sistem komunikasi nasional 3. Media yang masih membuktikan kegunaannya bagi komunitas, masyarakat yang lebih luas, dan bangsa secara keseluruhan 4. Media yang bila dapat dibuktikan berpotensi dalam pemberdayaan masyarakat serta pemberdayaan proses demokratisasi politik dan komunikasi, maka pemerintah harus membuat kebijakan, pengalokasian dana, serta menciptakan program yang dapat mengembangkan media komunitas di seluruh Indonesia Ruang Lingkup Ruang lingkup Kajian Pengembangan Media Komunitas ini adalah : 1) Menggali gambaran yang menyeluruh mengenai penyelenggaraan beberapa media komunitas yang dibatasi mengenai radio pada umumnya, supaya dapat diidentifikasi : Faktor-faktor yang memungkinkan munculnya suatu media komunitas Faktor-faktor yang membantu dan menghambat penyelenggaraan suatu media komunitas Masalah-masalah yang dapat ditimbulkan oleh suatu media komunitas 2) Menggali gambaran yang lengkap mengenai beberapa komunitas yang dilayani oleh suatu media komunitas untuk mengidentifikasi : Karakteristik komunitas yang memungkinkan munculnya suatu media komunitas Kegunaan media komunitas bagi komunitas yang dilayaninya Kerangka Teoritis Beberapa literatur dan kelaziman dalam dunia penyiaran, komunitas umumnya digunakan dalam 2 (dua) konteks utama, yaitu : komunitas yang terbentuk secara geografis atau komunitas dengan batasan geografis tertentu, dan komunitas yang terbentuk atas dasar rasa identitas seperti minat, kepentingan dan/atau kepedulian suatu komunitas. Untuk melayani kebutuhan komunitas tertentu atas komunikasi dan informasi maka dibentuklah Lembaga Penyiaran Komunitas. Lembaga Penyiaran Komunitas adalah lembaga penyiaran yang memberikan pengakuan secara signifikan terhadap peran supervisi dan evaluasi oleh anggota komunitasnya melalui sebuah lembaga supervisi yang khusus didirikan untuk tujuan tersebut, dimaksudkan untuk melayani satu komunitas tertentu saja, dan (karenanya) memiliki daerah jangkauan yang terbatas. 1 ) Dalam konteks penyiaran komunitas secara geografis maupun yang dibangun atas dasar kesamaan identitas dianjurkan memiliki batas daerah jangkauan karena semakin kecil atau terbatas daerah operasi sebuah Lembaga Penyiaran Komunitas semakin dapat 1 Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, Penyiaran Alternatif tapi Mutlak, Effendi Gazali (Editor), Penerbit Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP-UI, Jakarta,
4 menjalankan prinsip dari, oleh dan untuk komunitasnya. Dengan semakin berkembangnya Lembaga Penyiaran Komunitas dimungkinkan akan menimbulkan kekuatiran dan manfaat. Kekuatiran yang akan timbul antara lain : munculnya konflik bernuansa SARA, terutama Penyiaran Komunitas yang berbasis identitas. Hal ini disebabkan banyaknya penyiaran komunitas yang didirikan atas dasar keterikatan dengan latar belakang agama tertentu. Disamping itu juga kekuatiran terhadap pemborosan spektrum frekuensi radio, terutama dengan adanya kecenderungan banyaknya komunitas dengan identitas tertentu mendirikan lembaga Penyiaran Komunitas untuk mendukung aktivitas mereka. Manfaat yang dapat diperoleh dengan didirikannya Lembaga Penyiaran Komunitas antara lain adalah adanya interaksi positif antar anggota masyarakat. Disamping itu juga akan dibuatnya pengaturan-pengaturan yang baik sehingga akan menumbuhkan ketaatan menghindari pemborosan terhadap spektrum frekuensi radio. KOMUNITAS PENYIARAN KEKUATIRAN MANFAAT DAMPAK Geografi Minat, Kepentingan, Kepedulian Batas Jangkauan Prinsip: dari, oleh, dan untuk anggota komunitas Intensitas komunikasi Konflik bernuansa SARA Pemborosan spektrum frekuensi radio Interaksi positif masyarakat Pengaturan yang baik dan ketaatan menghinda Akses informasi Hubungan sosial Partisipasi Menghin dari Perlu legitimasi dari anggota komunitasny a (work with the people) Ketahanan sosial Demokratiasi Persatuan Wawasan Kebangsaa Dengan berkembangnya Lembaga Penyiaran Komunitas maka berdampak pada : meningkatnya akses informasi yaitu dari dan untuk anggota; meningkatnya hubungan sosial baik diantara anggota maupun antar Lembaga Penyiaran Komunitas; meningkatnya partisipasi masyarakat dan untuk menghindari konflik antar anggota maupun dengan anngota komunitas lain. Tumbuhnya Lembaga Penyiaran Komunitas yang baik akan berdampak pada menguatnya ketahanan sosial, tumbuhnya demokratisasi, meningkatnya persatuan dan 4
5 kesatuan serta meningkatnya wawasan kebangsaan. Hal tersebut dapat dilihat pada bagan diatas. Metodologi Bahan kajian sebagai data analisis diperoleh dengan beberapa cara yaitu : 1. Wawancara dengan beberapa pengelola dan anggota media komunitas; 2. Focused group discussion dengan kelompok komunitas; 3. Analisis isi dengan mengkaji beberapa program media komunitas; 4. Observasi, dan menyelenggarakan Musyawarah Nasional Masyarakat Penyiaran Komunitas. Hasil Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dengan metodologi tersebut di atas menghasilkan bahan analisis antara lain : Populasi Lembaga Penyiaran Komunitas Gambaran tentang penyelenggaraan media komunitas Gambaran komunitas yang dilayani oleh media komunitas Karakteristik komunitas yang memungkinkan munculnya suatu media komunitas Analisis Data Hasil pengumpulan data tersebut menghasilkan analisis yaitu : 1. Populasi Lembaga Penyiaran Komunitas terdiri dari : Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI); Persatuan Radio Kampus Indonesia (PRKI); Jaringan Radio Suara Petani dan Nelayan (JRSP dan JRSN); Radio komunitas lain di luar jaringan tersebut; Televisi Komunitas; dan Media cetak komunitas. 2. Diperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang memungkinkan munculnya suatu media komunitas, yaitu : kekuatan dukungan anggota komunitasnya dengan syarat utama partisipasi aktif anggota sejak tahap perencanaan, penyelenggaraan hingga evaluasi terhadap pelaksanaannya. Di samping itu juga pertanggungjawaban pengelola terhadap komunitasnya. Keberadaan media komunitas hanya akan kuat jika didukung oleh anggota komunitasnya. Tanpa dukungan anggotanya, media komunitas tidak dapat diharapkan akan berumur panjang. Oleh karena itu, untuk mendirikan radio komunitas syarat utama yang harus dipenuhi adalah adanya partisipasi anggota komunitas, mulai dari tahap perencanaan, penyelenggaraan hingga evaluasi penyiaran media komunitas. Pada tahap perencanaan, bentuk partisipasi anggota komunitas berupa keikutsertaan mereka dalam menetapkan misi atau tujuan media. Misi suatu radio akan sangat menentukan jenis program siaran dan segala aktivitas lainnya yang dijalankan oleh media. Karena anggota komunitas sangat banyak jumlahnya, maka perlu metode khusus untuk memberi kesempatan kepada mereka untuk berpartisipasi. Biasanya yang digunakan adalah metode diskusi terfokus (FGD) bersama anggota komunitas yang 5
6 mewakili berbagai kelompok warga. Di samping itu bisa juga dengan wawancara mendalam dengan tokoh-tokoh masyarakat. Akan lebih lengkap lagi jika dilakukan juga semacam angket yang disebarkan kepada seluruh anggota komunitas. Pertanyaan kunci yang bisa diajukan misalnya : apa masalah bersama yang sedang dihadapi?, apa bentuk keterlibatan yang bisa mereka lakukan? Syarat lain yang harus dipenuhi oleh suatu media komunitas adalah pertanggungjawaban pengelola media kepada anggota komunitasnya. Pilihan program, pengelolaan dana, dan segala aktifitas media komunitas harus dipertanggungjawabkan kepada anggota komunitasnya. Caranya, biasanya dengan membentuk suatu lembaga yang merupakan representasi dari seluruh anggota komunitas. 3. Partisipasi warga dalam menjalankan siaran harus dibuka seluas-luasnya. Dengan demikian media komunitas akan menjadi media yang mampu menjembatani dialog antar berbagai unsur dalam masyarakat. Idealnya, pengelola media komunitas hanya berperan sebagai mediator, sementara aktor yang sesungguhnya adalah anggota komunitas. Beberapa faktor yang dapat diidentifkasi sebagai faktor pendukung terselenggaranya suatu media komunitas, antara lain : - Terdapatnya keyakinan dalam masyarakat bahwa masyarakat setempat mempunyai hak untuk mendapatkan atau membutuhkan program-program penyiaran lain yang lebih bermanfaat di luar apa yang telah dicoba berikan oleh lembaga penyiaran komersial yang ada. - Adanya jaminan dan pengaturan dalam UU Penyiaran. - Tingginya minat serta antusiasme untuk mendirikan media-media komunitas. Hal ini tampak dari maraknya pertumbuhan radio dan TV komunitas di seluruh Indonesia. 4. Faktor-faktor yang diidentifikasi sebagai faktor penghambat terhadap terselenggaranya media komunitas antara lain pengaturan dalam UU Penyiaran yang belum tegas dan belum adanya Local Consultative Forum (LCF) untuk komunitas. LCF semula digagas untuk penyiaran publik tapi sebenarnya konsepnya bisa dipakai untuk level komunitas. Tanpa LCF mereka tidak dapat mengetahui bahwa mereka mendapat mandat atau ada supervisi atau evaluasi dari anggota komunitasnya. Sehingga harus dihindari upaya pembentukan media komunitas yang hanya sekedar hobi, yakni mendirikan radio kemudian memakai nama komunitas. Ini artinya berlaku prinsip paternalistik : mereka yang merasa tahu kebutuhan dan keinginan, serta sudah merasa mewakili publik. 5. Masalah yang dikhawatirkan dapat timbul dengan adanya media komunitas yaitu konflik bernuansa SARA (suku, agama, ras dan antar golongan) dan pemborosan spektrum frekuensi. Mengenai alasan ini, terdapat bukti-bukti di lapangan yang menunjukkan bahwa kekhawatiran itu tidak signifikan. Sebagai contoh, Radio Abilawa FM yang terletak di perbatasan tiga kabupaten (Subang, Purwakarta dan karawang) justru menjadi pemersatu berbagai kelompok masyarakat yang sering bentrok dan tawuran. Peran Radio Abilawa sebagai peredam konflik SARA ini diakui oleh aparat pemerintah daerah setempat. Yang dilakukan oleh pengelola Abilawa FM adalah menyelenggarakan acara diskusi yang melibatkan pemuda, masyarakat dan tokoh desa. 6
7 Pertemuan dilakukan di studio sehingga mereka dapat langsung bertatap muka. Selain itu pihak-pihak yang terlibat juga salng mengirimkan pesan dan lagu melalui radio ini. Tentang alasan pemborosan spektrum frekuensi, telah terdapat analisa bahwa jika diatur dengan baik dan semua pihak menghormati aturan tersebut, maka tidak akan terjadi emborosan frekuensi. Analisis Onno W. Purbo, pakar informatika dan telekomunikasi menunjukkan bahwa bila pemerintah memberikan sekitar 5 persen gelombang yang ada untuk radio komunitas, maka ratusan radio komunitas bisa berdiri dan jutaan penduduk bisa berbicara mengemukakan pendapatnya di udara. 6. Diperoleh gambaran tentang karakteristik komunitas yang memungkinkan munculnya media komunitas, yaitu adanya kebutuhan di kalangan komunitas kecil di tingkat kampung atau desa atau kelompok-kelompok masyarakat yang terpinggirkan (pedagang kecil, petani, buruh) untuk sekedar bertukar informasi atau gagasan, menyebarluaskan berbagai bentuk ekspresi seni yang tidak tertampung dalam mediamedia komersial, bahkan masuk dalam ideologi perlawanan. Kesimpulan Hasil kajian memperlihatkan betapa media komunitas (radio komunitas) bertumbuh dengan pesat seiring dengan iklim keterbukaan yang lebih luas sejak era reformasi. Dalam banyak hal pertumbuhannya disambut dengan baik oleh kalangan peneliti, pemerhati, penggerak hak-hak asasi manusia, gerakan pro-demokrasi, dan kalangan pemerintah yang pro pada pemberdayaan masyarakat dari level yang paling bawah (akar rumput). Namun cepat atau lambat, sejalan dengan kevakuman hukum karena belum disahkannya UU Penyiaran, berbagai problem yang semula tidak selalu dirisaukan, mencuatkepermukaan baik dikalangan internal praktisi media komunitas maupun diantara para pemerhati seperti juga kalangan pemerintah. Persoalan-persoalan tersebut dalam salah satu cara pandang dapat dipadatkan menjadi: asas keadilan, asas manfaat dan asas akuntabilitas. Mereka yang tetap sepakat dengan manfaat penyiaran komunitas terus menerus berusaha baik secara individu maupun kolektif untuk melakukan pembenahanpembenahan. Salah satu upaya pokok adalah sharing antar radio komunitas dan antara peneliti/akademisi - pemerintah/politisi (yang perduli terhadap eksistensi dan pertumbuhan media komunitas), serta praktisi media komunitas itu sendiri. Media komunitas mempunyai kegunaan bagi komunitas yang dilayaninya, antara lain : - Mempresentasikan dan mendukung budaya dan identitas lokal - Menciptakan pertukaran opini secara bebas di media - Menyediakan program yang variatif - Merangsang demokrasi dan dialog - Mendukung pembangunan dan perubahan sosial - Mempromosikan masyarakat madani - Mendorong hadirnya pemerintahan yang baik (good governance) - Merangsang partisipasi melalui penyebaran informasi dan inovasi - Menyediakan kesempatan bersuara bagi yang tidak memiliki kesempatan - Berfungsi menghubungkan komunikasi di komunitas (community telephone service) - Memberi kontribusi pada variasi kepemilikan penyiaran - Menyediakan sumber daya manusia bagi industri penyiaran 7
8 Rekomendasi Rekomendasi yang dapat disampaikan dari hasil kajian ini adalah sebagai berikut : 1. Hendaknya pihak-pihak yang terlibat dan ikut memberikan kontribusi (bahkan memberikan pengaruh) terhadap pembuatan kebijakan di bidang media komunitas (lebih spesifik: penyiaran komunitas) bersedia memperhatikan pokok-pokok pikiran yang telah dicoba untuk disampaikan dalam Lapaoran Penelitian ini. Kompleksitas yang terlihat adalah cerminan dari kompleksitas yang riil terdapat di lapangan. 2. Hendaknya para praktisi media komunitas di satu pihak, dan pemerintah di pihak lain, bersedia segera duduk bersama kembali dan membicarakan secara terbuka: formulaformula pengaturan yang lebih tepat untuk Lembaga Penyiaran Komunitas. 3. Hendaknya Komisi Penyiaran Indonesia Pusat bersabar, menunggu proses konsultasi dan konsolidasi yang telah berlangsung diantara praktisi penyiaran komunitas dan dengan fasilitator serta mitra mereka, yang nantinya diharapkan dapat menghasilkan draft Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaranaan Lembaga Penyiaran Komunitas Versi Publik, dan kemudian pada saat yang tepat memfasilitasi (apabila diperlukan) pertemuan antara berbagai pihak guna mendapatkan suatu pengaturan yang benar-benar berpihak pada hak-hak asasi berkomunikasi serta mendorong proses demokratisasi Indonesia, dimulia dari pengaturan peranan publik yang sangat potensial menjadi akseleratornya. 8
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara kepulauan, dimana ketika kita berbicara masalah budaya, Indonesia mempunyai berbagai macam suku dan ras yang tinggal di dalamnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDIRIAN DAN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN KOMUNITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012
NOMOR 5 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO LUHAK NAN TUO FM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Salah satunya adalah terjadinya perubahan sistem pemerintahan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai
Lebih terperincinegeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO
PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO PESONA FM KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TENTANG KETERLIBATAN MASYARAKAT DAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PROSES ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP KEPALA BADAN
Lebih terperinciLAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000 KETERLIBATAN MASYARAKAT DAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PROSES ANALISIS MENGENAI DAMPAK
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciWALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 10 TAHUN 2015 T E N T A N G
WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 10 TAHUN 2015 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GANDORIAH FM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG I. UMUM Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan Pasal 65
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI GORONTALO dan GUBERNUR GORONTALO MEMUTUSKAN:
GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN BERLANGGANAN TELEVISI MELALUI KABEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang
Lebih terperinci4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik
PROVINSI JAWA BARAT KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang ada di tengah-tengah masyarakat
Lebih terperinciGUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBUPATI SERANG PROVINSI BANTEN
SALINAN BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO SERANG GAWE FM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERAN PROGRAM SRAWUNG PRAJA RRI SURAKARTA SKRIPSI
PERAN PROGRAM SRAWUNG PRAJA RRI SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Program Srawung Praja Sebagai Media Komunikasi Politik Antara Pemerintah Kota Surakarta dengan Masyarakat) SKRIPSI Untuk memenuhi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL (LPPL) RADIO MANDIRI KOTA CILEGON DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIKKA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO SUARA SIKKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIKKA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO SUARA SIKKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA, Menimbang : a. bahwa lembaga penyiaran merupakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 15 TAHUN 2010
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO PAKPAK BHARAT FM KABUPATEN PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS
BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN AKSES INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK DI KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI
Lebih terperinciBUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GEMILANG KABUPATEN MAGELANG
BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GEMILANG KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang
Lebih terperinciBUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENGEMBANGAN MEDIA INFORMASI KABUPATEN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN
BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENGEMBANGAN MEDIA INFORMASI KABUPATEN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN [DAFTAR ISI] KATA PENGANTAR... 3 CARA MENGGUNAKAN BUKU INI... 4 PELAKSANAAN PELATIHAN MASYARAKAT...
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GEMILANG KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciRapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi I DPR RI
Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi I DPR RI UU RI No 32/2002 tentang penyiaran dan draf perubahan UU RI No 08/1999 tentang perlindungan konsumen UU RI No 23 / 2002 tentang perlindungan anak UU RI
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL
SALINAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO SUARA SERASI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,
Lebih terperinciKetentuan UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran terkait Haluan Dasar, Karakteristik Penyiaran, dan Prinsip Dasar Penyiaran di Indonesia
Ketentuan UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran terkait Haluan Dasar, Karakteristik Penyiaran, dan Prinsip Dasar Penyiaran di Indonesia 1. Haluan Dasar Penyiaran di Indonesia Landasan Filosofis Asas bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai
Lebih terperinciA. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM
A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Abad ini disebut abad komunikasi massa. Komunikasi telah mencapai satu tingkat dimana orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak dan serempak.
Lebih terperinciKEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TENTANG KETERLIBATAN MASYARAKAT DAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PROSES ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP KEPALA BADAN
Lebih terperinciVI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG
VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG Dalam bagian ini akan disampaikan faktor yang mempengaruhi kapasitas kelompok yang dilihat dari faktor intern yakni: (1) motivasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roda pemerintahan terus bergulir dan silih berganti. Kebijakan baru dan perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya. Dampak
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO KABUPATEN MAJALENGKA
Lebih terperinci4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik
SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBELIMBING SMART BE-SMART
KELOMPOK INFORMASI MASYARAKAT (KIM) BELIMBING SMART BE-SMART KELURAHAN BELIMBING KECAMATAN BONTANG BARAT Jl. Abdul Rauf No.40 RT.10 BTN - PKT Bontang Kaltim Telp./ Fax ( 0548 ) 25356 ANGGARAN DASAR DAN
Lebih terperinciURUSAN WAJIB KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
4.1.25 URUSAN WAJIB KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 4.1.25.1 KONDISI UMUM Informasi merupakan hal yang penting dan praktis bagi masyarakat sebagai alat untuk mengontrol setiap langkah dan kebijakan yang diambil
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 17 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 17 TAHUN 2013
LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 17 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO SUARA SALATIGA b. c. bahwa untuk maksud tersebut pada huruf
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan reformasi, istilah Good Governance begitu popular. Salah satu yang cukup penting dalam proses perubahan
Lebih terperinciWALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO PUBLIK KOTA DENPASAR
WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO PUBLIK KOTA DENPASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciQANUN KOTA SABANG. Nomor 10 Tahun 2010
QANUN KOTA SABANG Nomor 10 Tahun 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO SUARA SABANG FM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SABANG, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Kata Pengantar Proses demokratisasi telah mengubah paradigma semua Kementerian/Lembaga Pemerintah saat ini dimana transparansi, akuntabilitas dan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL TELEVISI KABUPATEN SINJAI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL TELEVISI KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB II PROFIL PERUSAHAAN
BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Pendahuluan Sesuai dengan UU No. 32/TH 2002 tentang penyiaran pasal 33 ayat (1) menetapkan bahwa sebelum melaksanakan kegiatan lembaga penyiaran wajib memperoleh Ijin Penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa. Radio mempunyai sifat khas yang menjadi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG
PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO SUARA PRAJA KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 8 TAHUN 2006 SERI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO KABUPATEN PURWAKARTA DENGAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN FORUM KONSULTASI PUBLIK DI LINGKUNGAN UNIT PENYELENGGARA PELAYANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Hal ini terjadi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENDIRIAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah. Hal ini di mungkinkaan karena adanya berbagai media (Channel) yang dapat
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah memungkinkan orang di seluruh dunia ini untuk dapat saling berkomunikasi. Hal ini di mungkinkaan karena adanya
Lebih terperinciKEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,
Keputusan Kepala Bapedal No. 08 Tahun 2000 Tentang : Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,
Lebih terperinciPUSANEV_BPHN PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PERUNDANG-UNDANGAN. Sigit Nugroho.
PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PERUNDANG-UNDANGAN Disampaikan oleh Sigit Nugroho Garis besar pembahasan Teori Partisipasi Jaminan partisipasi publik/masyarakat dalam
Lebih terperinciAset Desa Sebagai Basis Desa Membangun. M. Zainal Anwar
Aset Desa Sebagai Basis Desa Membangun M. Zainal Anwar Visi Presiden Joko Widodo untuk membangun Indonesia dari pinggiran sambil memperkuat daerah dan memberdayakan desa tidak mudah. Salah satu tantangan
Lebih terperinciNo. 1077, 2014 KEMENDAGRI. Peran Serta. Masyarakat. Perencanaan. Tata Ruang. Daerah. Tata Cara. Pencabutan.
No. 1077, 2014 KEMENDAGRI. Peran Serta. Masyarakat. Perencanaan. Tata Ruang. Daerah. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PERAN
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO SUARA SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG
SALINAN BUPATI LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO SWARA PRAJA FM DENGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara khusus, hal ini berarti meningkatkan Sumber Daya Manusia. Salah satu masalah
Lebih terperinciPRAKTEK KEKUASAAN ELIT POLITIK DALAM DEMOKRASI (SUATU STUDI KASUS PENYUSUSUNAN PERATURAN DESA OLEH BPD DESA SUM TAHUN 2015)
PRAKTEK KEKUASAAN ELIT POLITIK DALAM DEMOKRASI (SUATU STUDI KASUS PENYUSUSUNAN PERATURAN DESA OLEH BPD DESA SUM TAHUN 2015) Debby Ch. Rende Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 3TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 3TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL INFO RADIO PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciPOLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari proses komunikasi, dimulai sejak perolehan bahasa dan tulisan yang digunakan sebagai alat
Lebih terperinciMEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif
12/28/2016 MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif Direktorat Aparatur Negara, Kementerian PPN/Bappenas MEMBANGUN
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciSAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013
SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013 Solo, 20 November 2013 Yth. Menteri Komunikasi dan Informatika
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SINAI NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINAI NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. selaku pejabat publik dengan masyarakat. Dan komunikasi tersebut akan berjalan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi adalah kebutuhan pokok bagi setiap manusia untuk dapat mengembangkan hidupnya baik secara politik, hukum, ekonomi, dan sosial budaya serta keamanan dalam
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia saat ini sedang mengalami kemajuan, walaupun perkembangan tersebut dirasakan memiliki ketimpangan atau ketidakseimbangan pada pemerataan pembangunan
Lebih terperinciSEJARAH PERTUMBUHAN KONSEP DAN PRAKTEK GOVERNANCE
SEJARAH PERTUMBUHAN KONSEP DAN PRAKTEK GOVERNANCE Asal-usul Secara etimologi, berasal dari kata kerja bahasa Yunani kubernan (to pilot atau steer), dan Plato menyebutnya sebagai how to design a system
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN TATA RUANG DAERAH
- 1 - Salinan MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN TATA RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK
BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah
Lebih terperinciPAPARAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PAPARAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Rapat Koordinasi Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia PARADIGMA BARU PELAYANAN INFORMASI DALAM ERA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK *) Oleh : Amin Sar Manihuruk, Drs,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk bersosialisasi, bekerjasama dan membutuhkan keberadaan manusia yang lainnya. Untuk itu keberadaan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ALOR
PEMERINTAH KABUPATEN ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang: a. bahwa untuk
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR: 10/Kpts/KPU-Prov-010/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI
Lebih terperinciS A L I N A N. Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/ /2012 Tanggal : 7 Mei 2012
Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO SWARA PANRITA LOPI FM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV PENUTUP. Radio Komunitas Citra FM sebagai objek penelitian merupakan salah satu
BAB IV PENUTUP IV. 1 Kesimpulan Pertumbuhan radio komunitas di Banyuwangi mengalami peningkatan yang cukup pesat. Hal ini dibuktikan dengan jumlah radio komunitas yang mencapai 280 radio. Dengan jumlah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MELAWI
PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 12 TAHUN 2011 T E N T A N G KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATEN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :
Lebih terperinciVI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV
VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Di era teknologi informasi saat ini, media massa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Lee dan Johnson (2007) menyatakan bahwa media massa banyak berperan dalam kehidupan
Lebih terperinci