KECERDASAN MANUSIA KAITANNYA DENGAN PENDIDIKAN AKAL DAN WAHYU. Oleh, Indo Santalia *

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KECERDASAN MANUSIA KAITANNYA DENGAN PENDIDIKAN AKAL DAN WAHYU. Oleh, Indo Santalia *"

Transkripsi

1 KECERDASAN MANUSIA KAITANNYA DENGAN PENDIDIKAN AKAL DAN WAHYU Oleh, Indo Santalia * Abstrak : Akal dan wahyu merupakan bahan yang paling masyhur dan paling dalam dibicarakan dalam sejarah pemikiran manusia serta menjadi bahan polemik antara ulama-ulama Islam, terutama di kalangan kaum teolog dan kaum filosof Islam. Wahyu, dalam hal ini al- Qur an, tidak mengandung segala-galanya, bahkan pula tidak menjelaskan semua persoalan keagamaan. Yang mereka persoalkan adalah bagaimana akal dapat memperoleh pengetahuan keagamaan, bagaimana fungsi wahyu, apakah akal dan wahyu bertentangan, dan lain sebagainya. Kata Kunci : Akal, wahyu, manusia dan pengetahuan. A. Pendahuluan Di dalam ajaran agama yang diwahyukan, ada dua jalan untuk memperoleh pengetahuan. Pertama, jalan wahyu dalam artian komunikasi dari Tuhan kepada manusia. Kedua, dengan jalan akal, yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dengan memakai kesan-kesan yang diperoleh pancaindera sebagai bahan pemikiran untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan. Pengetahuan yang dibawa wahyu diyakini bersifat absolut dan mutlak benar, sedangkan pengetahuan yang diperoleh melalui akal bersifat relatif, mungkin benar mungkin salah. Di lain hal, memperbincangkan tentang manusia merupakan suatu hal yang selalu menarik. Karena sampai kini, manusia tetap diakui sebagai misteri yang tidak pernah dimengerti secara tuntas. Sejak kehadiran manusia pertama, yakni Adam, sebenarnya manusia itu telah mempersoalkan dirinya. Posisinya dalam kehidupan ini, merupakan * Indo Santalia, Dosen Tetap UIN Alauddin Makassar, memperoleh gelar doktor bidang Pemikiran Islam di UIN Yogyakata pada tahun

2 40 Volume 14, Nomor 1, Januari 2012 penentu dalam merancang, membentuk, serta mewujudkan lingkungan dan peradabannya di mana ia hidup. (Muhammad Yasir Nasution, 1988:1) Untuk itu, tulisan sederhana ini akan membahas sekitar masalah: eksistensi manusia dalam berbagai sudut pandang, akal dan wahyu dalam pandangan teolog, kecerdasan manusia kaitannya dengan wahyu berikut ini. B. Eksistensi Manusia dalam Berbagai Sudut Pandang Manusia dalam al-qur an dipandang sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dan bentuk yang sebaik-baiknya (QS. al-tin [98]:6). Demikian pula, ia merupakan makhluk yang dimuliakan (QS. al- Isra [17]:70). Semuanya itu diperoleh karena ia memiliki kelebihan yang istimewa dibanding makhluk lainnya, yaitu ia menyandang tugas sebagai khalifah Tuhan yang dilengkapi dengan berbagai potensi dan kemampuan untuk memahami dan mengatur alam ini. Salah satu potensi yang dimiliki manusia adalah kecerdasan yang luar biasa. Hal ini tidak terlepas dari kehebatan otak, struktur mental dan anatomi-fisiologis tubuh manusia dan unsur rohaniah yang diciptakan Tuhan dalam bentuk yang sangat sempurna serta struktur kesadaran yang mampu melampaui batas-batas diri dan lingkungannya. (Agus Efendi, 2005:3). Ibnu Arabi mengatakan bahwa manusia memiliki kekuatan imajinasi (quwwah mutakhayyilah) sebagai salah satu faktor yang mampu membawa manusia kepada alam yang lebih luas. Demikian juga menurut Mulla Sadra, salah satu keistimewaan manusia adalah kemampuannya untuk berhubungan dengan alam ketuhanan. (Agus Efendi, 2005:4). Jadi, manusia adalah makhluk yang unik, karena dalam dirinya terdapat perangkat-perangkat yang menakjubkan, seperti al-sama, al-abshar, alafidah, al-nafs (jiwa), dan lebih penting dari itu adanya piranti yang disebut kecerdasan, yang lebih pupuler disebut intelligence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient (SQ). Walaupun masih banyak jenis kecerdasan yang lain dikemukakan oleh para ahli, tetapi pada dasarnya mengacu dari ketiga macam kecerdasan tersebut. Kecerdasan (IQ, EQ dan SQ) merupakan kunci-kunci kesuksesan yang betul-betul mengorek kemampuan-kemampuan yang dimiliki manusia. Ini artinya, secara kodrati, manusia telah disiapkan sedemikian rupa untuk merespon segala macam hal dengan tiga aspek kecerdasan tersebut. Dalam otak manusia memang ada tiga pikiran, yaitu rasional,

3 Volume 14, Nomor 1, Januari emosional-intuitif dan spiritual. (Taufik Fasiak, 2005:18). Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan ada pada diri manusia, hanya masalahnya, manusia kurang begitu mengenal dirinya. Socrates benar ketika ia mengatakan bahwa masalah mendasar manusia adalah pengenalan diri, makanya ia mengemukakan gnothi teauton, artinya kenalilah dirimu. (Taufik Fasiak, 2005:20). Dalam tasawuf, juga ada ungkapan, barang siapa yang mengenal dirinya maka dia mengenal Tuhannya. Karena itu, pengenalan diri menjadi sangat penting untuk memahami potensi kecerdasan yang dimiliki dan selanjutnya memanfaatkan secara maksimal, baik untuk diri sendiri maupun untuk seluruh kemanusiaan. Itulah sebabnya al-qur an selalu mendorong manusia menggunakan akalnya untuk berpikir, termasuk memikirkan dirinya sendiri agar ia mengenali betul dirinya (QS. al-dzariyat [51]:21), akhirnya kemudian memahami potensi kecerdasan yang dimiliki. C. Akal dan Wahyu dalam Pandangan Teolog Teologi sebagai ilmu yang membahas soal ketuhanan dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap Tuhan, memakai akal dan wahyu dalam memperoleh pengetahuan tentang kedua hal tersebut. Akal sebagai daya berpikir yang ada dalam diri manusia, berusaha keras untuk sampai kepada diri Tuhan, dan wahyu sebagai pengkhabaran dari alam metafisika turun kepada manusia dengan keterangan-keterangan tentang Tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap Tuhan. (Harun Nasution, 2002:81). Fokus persoalan dalam hal ini terletak pada kemampuan akal manusia dan fungsi wahyu, terutama terhadap empat masalah utama. Keempat masalah utama itu ialah mengetahui Tuhan, kewajiban mengetahui Tuhan, mengetahui baik dan buruk, dan kewajiban untuk mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk. Artinya, yang manakah di antara yang empat itu yang dapat diketahui oleh akal manusia, dan mana pula di antaranya yang hanya diketahui lewat wahyu. Atau dengan kata lain, mampukah akal mengetahui keempat permasalahan di atas ataukah mesti melalui wahyu? Dalam berbagai literatur ditemukan bahwa ada empat aliran kalam yang telah memberikan jalan pemecahannya, yaitu aliran Mu tazilah, aliran Asy ariyah, aliran Maturidiyah Samarkand, dan aliran Maturidiyah Bukhara.

4 42 Volume 14, Nomor 1, Januari 2012 Menurut aliran Mu tazilah, akal mampu untuk mengetahui keempat masalah di atas. Artinya, akal dapat mengetahui Tuhan, mengetahui kewajiban mengetahui Tuhan, mengetahui baik dan buruk, dan kewajiban untuk mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk. (Harun Nasution, 2002:76). Abu Huzail dan beberapa tokoh Mu tazilah yang lain berpendapat bahwa manusia telah berkewajiban mengetahui Tuhan sebelum wahyu turun dan telah mengetahui tentang perbuatan-perbuatan baik dan buruk, sehingga berkewajiban mengerjakan yang baik dan yang buruk. (Harun Nasution, 2002:82). Aliran Asy ariyah sendiri menolak sebagian besar dari pendapat kaum Mu tazilah. Menurutnya, segala kewajiban manusia hanya dapat diketahui melalui wahyu. Akal tidak dapat membuat sesuatu menjadi wajib dan tidak dapat mengetahui bahwa mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk adalah wajib bagi manusia. Akal dapat mengetahui Tuhan tetapi wahyulah yang mewajibkan orang mengetahui Tuhan dan berterima kasih kepada-nya. Dengan wahyu juga dapat diketahui bahwa yang patuh kepada Tuhan akan akan memperoleh upah dan yang tidak akan mendapat hukuman. (Harun Nasution, 2002:83). Akal menurut mereka tidak dapat mengetahui kewajiban sebelum turunnya wahyu dan tidak dapat menetapkan baik dan buruk. Demikian pula pemberian pahala bagi orang yang taat dan pemberian siksa bagi yang berbuat maksiat adalah berdasarkan wahyu, bukan akal. (Burhanuddin, 1997:115). Dengan demikian, menurut Asy ariyah, akal hanya mempunyai kemampuan untuk mengetahui Tuhan, sedangkan tiga masalah berikutnya yaitu kewajiban mengetahui Tuhan, mengetahui yang baik dan yang buruk, dan kewajiban mengerjakan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan buruk hanya mampu diketahui lewat wahyu. Kaum Asy ariyah sepakat, akal tidak dapat menentukan setiap masalah yang berkaitan dengan pahala dan siksa karena yang demikian berhubungan dengan perintah dan larangan Tuhan. Tetapi dalam masalahmasalah yang tidak ada hubungannya dengan pahala dan siksa, akal tetap berperan. Namun, karena pandangan tentang akal dan wahyu erat kaitannya dengan pandangan tentang perbuatan manusia. Tentu porsi yang diberikan kaum Asy ariyah terhadap akal berbeda. Al-Asy ari, karena tetap berpegang pada konsep kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan, tidak dapat tidak, fungsi akal baginya sangat kecil. Tetapi Al-Baqillani yang memandang manusia bebas dalam menentukan kehendak dan perbuatannya karena fungsi akal, menurutnya, amat sangat besar peranannya. (Harun Nasution, 2002:117).

5 Volume 14, Nomor 1, Januari Aliran Maturidiyah Samarkand dalam hal ini agak sependapat dengan aliran Mu tazilah, yakni pada umumnya permasalahan itu dapat diketahui melalui akal. Tepatnya, bagi aliran ini, tiga di antara keempat permasalahan itu mampu diketahui oleh akal, yaitu mengetahui Tuhan, kewajiban mengetahui Tuhan, dan mengetahui baik dan buruk. Hanya satu yang tidak dapat diketahui oleh akal, yaitu kewajiban mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk. Hal ini hanya dapat diketahui melalui wahyu. (Alhkendra, 2000:67). Selanjutnya, kaum Maturidiyah Samarkand ini berpendapat bahwa wahyu berfungsi sebagai pemberi informasi yang rinci tentang bagaimana cara-cara berterima kasih kepada Tuhan dan cara yang tepat untuk menyembah Tuhan, seperti halnya dengan perbuatan baik dan buruk hanya dapat diketahui melalui wahyu. Aliran Maturidiyah Bukhara dalam hal ini agak sependapat dengan aliran Asy ariyah. Bagi aliran Maturidiyah Bukhara, dua dari keempat permasalahan itu dapat diketahui oleh akal, yaitu mengetahui Tuhan dan mengetahui yang baik dan yang buruk. Sedangkan dua yang lain, yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban yaitu kewajiban mengetahui Tuhan dan kewajiban untuk mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk hanya dapat diketahui melalui wahyu. (Abd. Jabbar Ibn Ahmad, 1965:138). Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa aliran Mu tazilah betul-betul memberikan peran yang besar terhadap akal. Akal bagi aliran Mu tazilah mampu mengetahui semua permasalahan yang disebutkan. Tapi bagaimana sebetulnya fungsi wahyu bagi aliran Mu tazilah ini, masihkah wahyu dibutuhkan oleh mereka? Bagi aliran Mu tazilah, wahyu tetap dibutuhkan. Tokoh-tokoh Mu tazilah berpendapat tentang fungsi wahyu sebagai berikut: 1. Sebagai informasi konfirmasi, yaitu informasi yang bertujuan menguatkan apa yang diketahui oleh akal. 2. Untuk merinci apa yang telah diketahui oleh akal secara umum atau garis besarnya saja. 3. Para Rasul diutus sebagai ujian bagi manusia. 4. Untuk mengingatkan manusia dari kelalaian dan memperpendek jalan untuk mengetahui Tuhan. Fungsi wahyu bagi Mu tazilah adalah sebagai konfirmasi dan informasi. Sebagai konfirmasi dimaksudkan untuk memperkuat apa-apa yang telah diketahui akal. Sungguh pun bagi Mu tazilah akal mampu mengetahui keempat masalah di atas, namun pengetahuan akal tidaklah bersifat lengkap dan utuh. Dalam masalah baik dan buruk umpamanya,

6 44 Volume 14, Nomor 1, Januari 2012 kata Abd al-jabbar, salah seorang pemuka Mu tazilah, tidaklah semua yang baik dapat diketahui melalui akal. Demikian juga dalam mengetahui Tuhan dan kewajiban-kewajiban, sebetulnya Mu tazilah tidaklah tahu cara yang tepatnya. Dalam hal ini, akal memerlukan pertolongan wahyu. Wahyu dengan demikian menyempurnakan pengetahuan akal. (Abd. Jabbar Ibn Ahmad, 1965:68). Sementara itu, fungsi informasi dimaksudkan bahwa wahyu menerangkan apa-apa yang belum diketahui oleh akal. Wahyu memberikan penjelasan tentang perincian hukum dan upah yang akan diterima manusia di akhirat. Akal tidak bisa mengetahui bahwa upah untuk suatu perbuatan baik lebih besar dari upah yang ditentukan untuk suatu perbuatan baik yang lain. Demikian pula, akal tidak mengetahui bahwa hukuman untuk suatu perbuatan buruk lebih besar dari hukuman untuk suatu perbuatan buruk yang lain. Semua itu hanya dapat diketahui hanya dengan perantaraan wahyu. Agaknya bagi Mu tazilah, wahyu lebih banyak berfungsi sebagai konfirmasi dibandingkan sebagai informasi. Sungguhpun bagi Mu tazilah posisi wahyu lebih kecil dibandingkan akal, namun bukan berarti kelompok Mu tazilah tidak menganggap penting soal pengutusan Rasul. Bagi Mu tazilah, pengutusan Rasul justru perlu, bahkan wajib. Argumen yang diajukan mereka adalah berkaitan dengan keadaan akal yang tidak dapat mengetahui segala apa yang harus diketahui manusia tentang Tuhan dan alam gaib. Lebih lanjut dikatakan bahwa, oleh karena Tuhan berkewajiban berbuat yang baik dan terbaik untuk manusia, maka wajiblah bagi Tuhan untuk mengutus rasul kepada umat manusia. Tanpa pengutusan rasul, manusia tidak akan dapat memperoleh hidup baik dan terbaik, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, bagi kelompok Asy ariyah, meskipun posisi wahyu jauh lebih penting dan besar dibanding akal, dan dengan demikian pengutusan Rasul jadi teramat penting, namun mereka tidaklah sampai menetapkan kewajiban bagi Tuhan untuk pengutusan rasul ini. Alasannya, karena Tuhan tidak pantas untuk menerima atau menyandang kewajiban-kewajiban. D. Kecerdasan Manusia Kaitannya Dengan Wahyu Keberadaan manusia sebagai khalifah Tuhan, sudah barang tentu memiliki kelebihan yang istimewa dibanding makhluk yang lain. Manusia memiliki bentuk yang paling sempurna, seperti yang dikemukakan dalam al-qur an dengan istilah ahsani taqwim. Kesempurnaan manusia bukan

7 Volume 14, Nomor 1, Januari hanya dilihat dari aspek lahiriahnya atau keelokan parasnya, tetapi juga dilihat dari keutamaan akal yang dimiliki untuk berbuat dan berkehendak, di samping keistimewaan lainnya yang berupa kecerdasan. (Abbas Mahmud al-aqqad, t.th.:18). Berbagai kecerdasan yang dimiliki manusia, menjadikan ia kreatif untuk menciptakan budaya dan peradabannya. Daya kreasi tersebut, tentu saja tidak terlepas dari posisinya sebagai makhluk pemangku amanah yang dianugerahi kesanggupan untuk menyadari diri dan lingkungannya, yang disebut sebagai kesadaran ontologis, yang dikuti oleh kesadaran berikutnya, yaitu kesadaran epistemologis dan kesadaran aksiologis. Kesadaran-kesadaran fundamental seperti ini akan menjadikan ia lebih berfungsi dan bermakna. Memberdayakan kesadaran-kesadaran fundamental tersebut, harus memaksimalkan pemanfaatan kecerdasan manusia secara menyeluruh dan bersinergi. Itulah sebabnya agama Islam melalui al-qur an sangat mendorong umatnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dengan berbagai isyarat, seperti: afala tatafakkarun (QS. Al-An am [6]:50), afala tatazakkarun QS. Al-An am [6]:90), afala ta qilun (QS. [12]:109), dan lain sebagainya. Dalam al-qur an terdapat beberapa sinyal yang menunjukkan adanya perhatian terhadap potensi dan aktualisasi kecerdasan manusia. Akal misalnya, disebut sebanyak 49 kali, yang semuanya berbentuk kata kerja. Kata akal yang mula-mula hanya berhubungan dengan kecerdasan praktis dan berguna untuk mengikat atau menahan, memperoleh pemadatan makna. Menurut Quraish Shihab, al-qur an menggunakan kata itu untuk sesuatu yang mengikat atau menghalangi seseorang terjerumus ke dalam kesalahan atau dosa. Dalam konteks tersebut, akal dapat dimaknai: 1) daya untuk memahami sesuatu (QS. Al-Ankabut [29]:43); dan 2) dorongan moral (QS. Al-An am [6]:151), serta 3) daya untuk mengambil pelajaran, hikmah dan kesimpulan (QS. Al-Mulk [67]:10). (M. Quraish Shihab, 1996:294). Penggunaan akal dalam al-qur an yang semuanya berbentuk kata kerja menunjukkan fungsionalisasi dari akal itu, karena kata kerja dipakai untuk menunjukkan sebuah perbuatan aktif atau melakukan pekerjaan. Jadi, kata itu dipakai untuk memberi penekanan pada fungsi otak, bukan pada otak secara struktural. Demikian pula menunjukkan bahwa akal itu memiliki dua ujung, yaitu sebagai alat bagi manusia untuk memahami alam semesta dan sekaligus akal sebagai alat rohani manusia untuk menuju

8 46 Volume 14, Nomor 1, Januari 2012 Tuhan. Jika akal berfungsi baik, maka manusia akan menjadi makhluk yang berkesadaran tinggi. Kata yang lain, yakni al-qalb, namun porsi kata akal lebih banyak pada usaha sains, sementara kata qalb lebih banyak pada usaha-usaha rohani. Qalb, juga membawa makna kesatuan antara kegiatan sains dan kegiatan rohani, yang juga berarti, ketidakterpisahan antara ilmu dan agama. (Taufiq Pasiak, 2005:29). Qalb berfungsi sebagai alat untuk memahami. Ketika ia merespon realitas, hati bekerja sama dengan akal. Pemahaman hati itulah yang melahirkan keputusan untuk melakukan sesuatu secara sadar. (Achmad Mubarak, 2002:83). Unsur lain lagi yang menjadi sinyalemen tentang pentingnya alatalat indera, adalah seperti telinga dan mata. Kata-kata seperti sama dan bashar tersebar di banyak tempat dalam al-qur an dan disebut secara berulang-ulang untuk melukiskan aktivitas manusia di dunia. Kata mendengar disebut jauh lebih banyak daripada kata melihat untuk menunjukkan tingkat kepentingan kedua alat tersebut. Di samping itu, kaitannya dengan ketiga kecerdasan yang dimaksudkan sebelumnya, ada pandangan yang memberikan klasifikasi secara fungsional sesuai dengan unsur-unsur dan esensi dalam diri manusia (aql, qalb, nafs, dan ruh). Kecerdasan intelektual (IQ) sebagai kerja aql, kecerdasan emosional (EQ) sebagai kerja qalb dan nafs, sedangkan kecerdasan spiritual (SQ) sebagai kerja ruh. Unsur-unsur tersebut banyak dipaparkan dalam al-qur an, dan walaupun terdiri dari beberapa unsur, tetapi ia bekerja dalam satu sistem secara totalitas pada diri manusia. Namun, diakui memang, bahwa kecerdasan tertinggi adalah kecerdasan spiritual. Karena orang yang sudah memiliki kecerdasan spiritual, ia mempunyai kemampuan melampaui dimensi ruang dan waktu. Ia sudah dapat membaca hari esok, dapat berada di tempat lain dalam waktu yang sama. ((Achmad Mubarak, 2002:69). Betapa tidak, ketika ruh memasuki badan manusia, maka fungsi dasar kehidupan manusia sudah terhubung ke sistem Ilahiah. Bahkan ruh digambarkan sebagai turunan dari unsur ketuhanan. (Agus Mustafa, 2005:45). Juga dapat dilihat sinyalemen firman Allah dalam QS. [15] : 29. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manusia sebagai wakil Tuhan di muka bumi, memiliki kecerdasan yang luar biasa, dan al-qur an sendiri memberikan sinyal-sinyal yang mendorong manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan penalaran untuk menciptakan peradaban dan menguasai alam lingkungannya.

9 Volume 14, Nomor 1, Januari E. P e n u t u p Berdasarkan dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal antara lain sebagai berikut: 1. Yang dipertentangkan dalam sejarah pemikiran Islam sebenarnya bukan esensi akal dan wahyu, baik bagi kalangan teolog (mutakallimin) maupun bagi kalangan filosof. Namun, yang dipertentangkan adalah penafsiran tertentu dari teks wahyu dengan penafsiran lain dari teks wahyu itu juga. 2. Kekuatan kecerdasan manusia, mampu menguasai dan menundukkan dunia, dalam arti kemampuannya melampaui dimensi ruang dan waktu, memperpendek jarak, meramal hari esok, dan mampu berhubungan dengan alam ketuhanan. Dengan kekuatan kecerdasannya, ia mampu menciptakan peradaban dan menguasai alam lingkungannya. 3. Al-Qur an sarat dengan isyarat-isyarat yang mendorong penguasaan dan pengembangan pengetahuan dan kecerdasan guna merespon berbagai tuntutan kehidupan dan memecahkan berbagai masalah kemanusiaan. Al-Qur an memberikan penghargaan yang tinggi bagi mereka yang memiliki pengetahuan. Daftar Rujukan Ahmad, Abd. Jabbar Ibn Syarh al-ushul al-khamsah. Kairo: Maktabah Wahbah.. Alkhendra Pemikiran Kalam. Bandung: Alfabeta. Burhanuddin Pemikiran Kalam Al-Baqillani. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. Efendi, Agus Revolusi Kecerdasan Abad 21: Kritik MI, EI, SQ, AQ & Successful Intelligence atas IQ. Cet. I; Bandung: Alfabeta. Mahmud al-aqqad, Abbas. T.th. Al-Insan fi al-qur an al-karim. Kairo: Dar al-islam. Mubarak, Achmad Pendakian Menuju Allah: Bertasawuf dalam Hidup Sehari-hari. Cet. I; Jakarta: Khazanah Baru. Mustafa, Agus Menyelam ke Samudera Jiwa dan Ruh. Cet. IV; Surabaya: t.p.

10 48 Volume 14, Nomor 1, Januari 2012 Nasution, Harun. Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta: Universitas Indonesia Press, Teologi Islam. Jakarta: Universitas Indonesia Press, Nasution, Muhammad Yasir. Manusia Menurut al-ghazali. Cet. I; Jakarta: Rajawali, Pasiak, Taufiq. Revolusi IQ, EQ, SQ: Antara Neurosains dan al-qur an. Cet. V; Bandung: Mizan, Shihab, Quraish. Wawasan Al-Qur an: Tafsir al-maudhu i atas Pelbagai Persoalan Umat. Cet. III; Bandung: Mizan, 1996.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertengahan kedua dari abad IX M. Aliran ini didirikan oleh Abu Mansur Muhammad Ibn Mahmud Al-Maturidi. Kemudian namanya dijadikan sebagai nama aliran Maturidiah. Aliran

Lebih terperinci

BAB III TEOLOGI ISLAM. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu

BAB III TEOLOGI ISLAM. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu BAB III TEOLOGI ISLAM A. Pengertian Teologi Islam Teologi sebagaimana diketahui, membahas ajaran dasar dari suatu agama. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu mempelajari teologi

Lebih terperinci

KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF)

KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF) KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF) A. Latar Belakang Setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, terperinci, perlu mempelajari teologi yang terdapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

Konsep Akal dalam Perspektif Harun Nasution

Konsep Akal dalam Perspektif Harun Nasution Depi Yanti Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang E-mail: depiyanti_uin@radenfatah.ac.id Abstrak Akal merupakan bukti kesempurnaan penciptaan manusia oleh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam BAB V KESIMPULAN Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor politik dan faktor sosial. Ditinjau dari aspek politik, perselisihan antara

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH AL-ZAMAKHSHARY DALAM TAFSIR AL-KASHSHA

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP. Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd. Disusun Oleh : Sahri Ramadani

TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP. Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd. Disusun Oleh : Sahri Ramadani TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd Disusun Oleh : Sahri Ramadani SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL IBROHIMY TANJUNGBUMI BANGKALAN 2012 KATA

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG HUBUNGAN TENTANG KEHENDAK TUHAN DENGAN KEADILAN TUHAN Oleh : sariah

TINJAUAN TENTANG HUBUNGAN TENTANG KEHENDAK TUHAN DENGAN KEADILAN TUHAN Oleh : sariah TINJAUAN TENTANG HUBUNGAN TENTANG KEHENDAK TUHAN DENGAN KEADILAN TUHAN Oleh : sariah 1. PENDAHULUAN Sebagaimana diketahui, bahwa perselisihan faham yang mengakibatkan timbulnya aliran dalam Islam, pada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tesis ini yang berjudul: Konsep Berpikir Multidimensional Musa Asy arie. dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. tesis ini yang berjudul: Konsep Berpikir Multidimensional Musa Asy arie. dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, sebagai berikut: 254 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penulis menganggap bahwa, makna tidak selalu merujuk pada kesimpulan-kesimpulan yang dibuat. Namun demikian, kesimpulan menjadi sebuah prasyarat penting dari sebuah penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya

Lebih terperinci

MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF. Rahmawati

MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF. Rahmawati MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF Rahmawati Abstrak: Tulisan ini akan membahas sekelumit tentang konsep fana dan baqa, dari segi pengertian, tujuan dan kedudukannya. Juga dibahas sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah cahaya petunjuk bagi mereka yang beriman. Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. sebuah cahaya petunjuk bagi mereka yang beriman. Allah berfirman: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memiliki 2 sumber dasar untuk ajarannya, yaitu al-quran dan Hadis. 1 Al-Quran mendefinisikan dirinya sebagai kitab yang benar, menjadi sebuah cahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran adalah kalam Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dalam bahasa Arab guna menjelaskan jalan hidup yang membawa kemaslahatan bagi umat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran mu tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis dari pada persoalan-persoalan yang dibawa kaum

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Kajian ini telah membincangkan mengenai topik-topik yang berkaitan dengan konsep

BAB 5 PENUTUP. Kajian ini telah membincangkan mengenai topik-topik yang berkaitan dengan konsep BAB 5 PENUTUP 5.1 Pendahuluan Kajian ini telah membincangkan mengenai topik-topik yang berkaitan dengan konsep qada dan qadar serta beberapa isu yang berkaitan menurut pandangan Ibn al-qayyim dalam kitabnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam 204 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam perspektif pendidikan Islam adalah aktualisasi

Lebih terperinci

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak Paham Asy ariyah sangat kental sekali dalam tubuh umat Islam dan akidah tersebut terus menyebar di tengah kaum muslimin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lahir ke alam dunia dalam keadaan yang paling sempurna. Selain diberi akal manusia juga diberi kesempurnaan jasmani. 1 Dengan akal dan jasmani yang sempurna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an sebagai Kitab Suci umat Islam merupakan kumpulan firman Allah (kalam Allah) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. yang mengandung petunjuk-petunjuk

Lebih terperinci

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs.

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs. KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah : Ilmu Tauhid Dosen Pengampu : Drs. Ghofir Romas Disusun oleh: Shafira Caesar Savitri ( 1501016001 ) Rohmatul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ujian-nya. Kebahagiaan dan kesedihan merupakan salah satu bentuk ujian

BAB I PENDAHULUAN. ujian-nya. Kebahagiaan dan kesedihan merupakan salah satu bentuk ujian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang hidup di dunia ini tidak pernah terlepas dari ujian-nya. Kebahagiaan dan kesedihan merupakan salah satu bentuk ujian dari Allah subhanahu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai

Lebih terperinci

Kritik Terhadap Ajaran Mu tazilah 3 4 5

Kritik Terhadap Ajaran Mu tazilah 3 4 5 Kritik Terhadap Ajaran Mu tazilah 3 4 5 Guna memenuhi tugas Mata kuliah : Tauhid Dosen pengampu : Bpk. Ghofir Romas Yang disusun oleh : 1. Halimatussa diyah ( 1601016073 ) 2. Laili Ristiani ( 1601016074

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama merupakan sarana atau wadah yang penting menuju terbinanya insan manusia yang islami serta beriman, dan berakhlak mulia sehingga nantinya generasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak dengan kecerdasan intelektual tinggi merupakan dambaan bagi setiap orang tua, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan prestasi intelektual

Lebih terperinci

Al-Matiin, Yang Maha Kokoh

Al-Matiin, Yang Maha Kokoh Al-Matiin, Yang Maha Kokoh Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:?????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kalam Allah yang bersifat mu jizat, diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul dengan perantaraan malaikat Jibril, diriwayatkan kepada kita

Lebih terperinci

Bab 4 Belajar Mendirikan Shalat Berlatih Akhlak Mulia Membangun Kesejahteraan Umat

Bab 4 Belajar Mendirikan Shalat Berlatih Akhlak Mulia Membangun Kesejahteraan Umat Bab 4 Belajar Mendirikan Shalat Berlatih Akhlak Mulia Membangun Kesejahteraan Umat Al Qur an merupakan petunjuk dari Allah Swt bagi makhluknya, jin dan manusia, yang harus diikuti sebagai pedoman dalam

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM

BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM Dari hasil paparan bab sebelumnya, yang telah mengupas secara jelas problematika ataupun permaslahan teologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuannya di dunia ini. Manusia seharusnya mengingat tujuan hidup di dunia

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuannya di dunia ini. Manusia seharusnya mengingat tujuan hidup di dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup manusia mempunyai tugas dan tujuan yang harus dijalankan sebaikbaiknya, namun kenyataan yang terjadi banyaknya manusia yang melalaikan tugas dan tujuannya

Lebih terperinci

PANDANGAN TENTANG EKONOMI ISLAM Oleh * Salman Saesar * Ketentraman akan dapat dicapai apabila keseimbangan kehidupan di dalam

PANDANGAN TENTANG EKONOMI ISLAM Oleh * Salman Saesar * Ketentraman akan dapat dicapai apabila keseimbangan kehidupan di dalam PANDANGAN TENTANG EKONOMI ISLAM Oleh * Salman Saesar * Abstrak Ketentraman akan dapat dicapai apabila keseimbangan kehidupan di dalam masyarakat tercapai. Untuk mencapai keseimbangan hidup di dalam masyarakat

Lebih terperinci

PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Dr. Sukring, M.Pd.I. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab MATAN Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab C MATAN AS-SITTATUL USHUL Z. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Termasuk perkara yang sangat menakjubkan dan tanda yang

Lebih terperinci

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya

Lebih terperinci

UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA STATUS DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA

UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA STATUS DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA STATUS DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA OBJEKTIF Membincangkan peranan manusia dan faktor kemuliaannya. Menjelaskan matlamat penciptaan manusia. Membincangkan etika dan nilai manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mempunyai pedoman ajaran yag sempurna dan rahmat bagi seluruh alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- Qur an merupakan kitab

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejarah menunjukan bahwa, Islam sebagai salah satu bagian dalam sejarah dunia, telah menorehkan sebuah sejarah yang sulit bahkan tidak mungkin terlupakan dalam sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam merupakan proses perubahan menuju kearah yang lebih baik. Dalam konteks sejarah, perubahan yang positif ini adalah jalah Tuhan yang telah dibawa oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki arti penting dalam kehidupan seluruh umat manusia. Betapa pentingnya pendidikan sehingga siapapun tidak dapat lepas dari proses pendidikan,

Lebih terperinci

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA)

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA) TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA) KAJIAN DALIL (AL-Qur an & Hadits) 30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2008), Cet. III, hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2008), Cet. III, hlm. 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai seorang muslim yang beriman, kita tidak pernah bisa lepas dari usaha untuk meminta petunjuk Allah. Dalam usaha ini kita berpedoman pada kitab suci kita, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk dapat menjamin kelangsungan dan perkembangan suatu bangsa yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN ULAMA TERHADAP KETELADANAN RASULULLAH SAW.

BAB IV PANDANGAN ULAMA TERHADAP KETELADANAN RASULULLAH SAW. BAB IV PANDANGAN ULAMA TERHADAP KETELADANAN RASULULLAH SAW. A. Kriteria Rasulullah SAW. Menjadi Uswatun H{asanah Rasulullah diturunkan ke alam sebagai Rahmatal lil Alamin. Karena itu beliau memiliki jiwa

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan PAHAM TEOLOGI RASIONAL MU'TAZILAH DI INDONESIA Oleh : M. Baharudin Abstrak Studi terhadap sejarah perkembangan dan pemikiran dalam Islam khususnya dalam bidang teologi telah menarik minat para ulama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan A. Latar Belakang Al-Ikhlash adalah surah ke-22 yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad di Mekkah. Tetapi, sebagian ulama berpendapat bahwa surah ini merupakan

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan KEBUDAYAAN DALAM ISLAM Hakikat kebudayaan menurut Edward B Tylor sebagaimana dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:39) bahwa : Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat manusia sejak terbentuknya seorang manusia baru yakni sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki sampai menjadi tua, ia akan mengalami

Lebih terperinci

Sedangkan bumi adalah penerima atau penampung sumber yang diturunkan. Secara kualitatif langit adalah sesuatu yang tinggi dan bumi adalah sesuatu

Sedangkan bumi adalah penerima atau penampung sumber yang diturunkan. Secara kualitatif langit adalah sesuatu yang tinggi dan bumi adalah sesuatu BAB V A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan dan analisis di atas (masalahmasalah yang penulis rumuskan), yaitu terkait dengan judul Keseimbangan Dualitas Sifat Ilahi Menurut Sachiko Murata (Kajian Gender

Lebih terperinci

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam adalah proses penanaman nilai Islami yang terdapat dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak pernah menafika

Lebih terperinci

golongan Kristiani, dan tidak juga kepada golongan keagamaan lainnya di muka bumi.

golongan Kristiani, dan tidak juga kepada golongan keagamaan lainnya di muka bumi. PENGANTAR Tulisan ini merupakan hasil pengkajian penulis tentang sebagian dari Al Qur an. Menuju Era Perang Antariksa - seri : Cerita Tentang Manusia- adalah pengkajian penulis tentang satunya keluarga

Lebih terperinci

KRITIK TERHADAP ALIRAN MU TAZILAH. Makalah. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah : ILMU TAUHID. Dosen Pengampu : Drs.

KRITIK TERHADAP ALIRAN MU TAZILAH. Makalah. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah : ILMU TAUHID. Dosen Pengampu : Drs. KRITIK TERHADAP ALIRAN MU TAZILAH Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : ILMU TAUHID Dosen Pengampu : Drs.Ghofir Romas Disusun Oleh: 1. Iffatul umiyati (1501016014) 2. Siti ratna (1501016032)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengulas tentang hubungan antara karakteristik ulul albab

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengulas tentang hubungan antara karakteristik ulul albab BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis mengulas tentang hubungan antara karakteristik ulul albab dalam Al-Qur an Surat Ali-Imron ayat 190-191 dan tujuan pendidikan Islam pada bab terdahulu, maka penulis

Lebih terperinci

TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN

TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN Oleh Nurcholish Madjid Agama merupakan suatu cara manusia menemukan makna hidup dan dunia yang menjadi lingkungannya. Tapi, hidup kita dan ling kungan abad modern

Lebih terperinci

PERHATIAN IBNU RUSYD TERHADAP KALAM

PERHATIAN IBNU RUSYD TERHADAP KALAM PERHATIAN IBNU RUSYD TERHADAP KALAM Abdullah Mahmud Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Untuk mengetahui perhatian Ibnu Rusyd terhadap Ilmu Kalam, perlu diutarakan terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Suatu lembaga pendidikan akan berhasil menyelenggarakan kegiatan jika ia dapat mengintegrasikan dirinya ke dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. 1 Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang unik dan sangat menarik di mata manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang unik dan sangat menarik di mata manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang unik dan sangat menarik di mata manusia itu sendiri. Manusia mempertanyakan diri sendiri apakah ia makhluk jahat atau makhluk baik.

Lebih terperinci

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa Guru PAI berperan sangat sentral dalam memberdayakan sekolah sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa.

Lebih terperinci

PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI

PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Dalam Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaanpun sejak manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah. Manusia. Bagan 1.1 Allāh sebagai sumber ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Allah. Manusia. Bagan 1.1 Allāh sebagai sumber ilmu pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu wadah yang didalamnya terjadi proses belajar mengajar antara siswadan guru. Sekolah tidak hanya berlangsung didalam gedung sekolah, namun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia senantiasa berproses, salah satunya dengan pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Sumber Ajaran Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Sumber Ajaran Islam Modul ke: 03Fakultas Didin EKONOMI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Sumber Ajaran Islam Hikmah P, SE, MM Program Studi MANAJEMEN Kesempurnaan Dalam Beragama Apa itu Islam? Rukun Islam Apa itu Iman? Rukun Iman Apa

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3 342 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab demi bab di atas, maka dapat penulis simpulkan: 1. Metafisika merupakan proto philosophy atau filsafat utama yang membahas segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari

Lebih terperinci

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi) Muhammad SAW adalah seorang nabi terakhir yang diutus ke bumi oleh Allah SWT. Sebagai seorang nabi dan rasul, nabi Muhamad SAW membawakan sebuah risalah kebenaran yaitu sebuah agama tauhid yang mengesakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu

Lebih terperinci

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK1313 Psikolgi Pembelajaran

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK1313 Psikolgi Pembelajaran DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK1313 Psikolgi Pembelajaran Minggu 4 (Terakhir) Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD Pendidikan Agama Islam (UMM) PhD Fiqh Sains & Teknologi (UTM) Penilaian

Lebih terperinci

KOSEP FITRAH DALAM ISLAM Oleh: Saepul Anwar

KOSEP FITRAH DALAM ISLAM Oleh: Saepul Anwar A. Pendahuluan KOSEP FITRAH DALAM ISLAM Oleh: Saepul Anwar Secara kategorikal al-qur'an mendudukan manusia kedalam dua fungsi pokok, yaitu abdullah dan khalifatullah. Pandangan ketegorikal ini tidak mengisyaratkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi umat muslim, shalat merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat fundamental dan esensial. Shalat merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan Allah SWT

Lebih terperinci

mempunyai fungsi vital keberlangsungan dalam kehidupan manusia, karena keduanya merupakan daya yang bisa mengapresiasi, merespon, berfikir, dan

mempunyai fungsi vital keberlangsungan dalam kehidupan manusia, karena keduanya merupakan daya yang bisa mengapresiasi, merespon, berfikir, dan 211 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Akal dan qalb menurut al-ghazali merupakan dua potensi penting mempunyai fungsi vital keberlangsungan dalam kehidupan manusia, karena keduanya merupakan daya yang bisa mengapresiasi,

Lebih terperinci

HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. Oleh: Hambali ABSTRAK

HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. Oleh: Hambali ABSTRAK HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Oleh: Hambali ABSTRAK Manusia adalah makhluk yang sangat penting, karena dilengkapi dengan pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba,

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini bukan hanya mengenai ekonomi, keamanan dan kesehatan, tetapi juga menurunnya kualitas sumber daya

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ingatan atau memori merupakan salah satu aspek dalam kognisi yang melibatkan otak dalam proses pengambilan informasinya. Saat melakukan aktivitas sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan di muka bumi ini selain menjadi makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai makhluk sosial harus

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM A. Pengertian Harta Dalam Perkawinan Islam Menurut bahasa pengertian harta yaitu barang-barang (uang dan sebagainya) yang menjadi kekayaan. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bintang, hlm Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, cet-17; Jakarta, PT Bulan

BAB I PENDAHULUAN. Bintang, hlm Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, cet-17; Jakarta, PT Bulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan berbagai fenomena pendidikan dewasa ini, sebagai akibat globalisasi yang kian merambah berbagai dimensi kehidupan, kehadiran Pendidikan Agama khususnya

Lebih terperinci

SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 113 Pengenalan kepada Psikologi Islam

SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 113 Pengenalan kepada Psikologi Islam SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK 113 Pengenalan kepada Psikologi Islam Minggu 1 Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD Pendidikan Agama Islam (UMM) PhD Fiqh & Sains Teknologi (UTM) Sinopsis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal dan berlaku untuk semua umat manusia dan semua zaman. Nilai-nilai dan aturan yang terkandung dalam ajaran Islam dijadikan pedoman

Lebih terperinci

DONOR ORGAN TUBUH. Oleh Nurcholish Madjid

DONOR ORGAN TUBUH. Oleh Nurcholish Madjid MUSYAWARAH DAN PARTISIPASI DONOR ORGAN TUBUH Oleh Nurcholish Madjid Praktik kedokteran menyangkut donasi organ tubuh tampaknya belum pernah ada dalam zaman klasik Islam. Karena itu, permasalahan ini dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem

Lebih terperinci

Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient )

Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient ) Resensi Buku Judul : SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan Penulis : Danah Zohar dan Ian Marshall Penerjemah : Rahmani Astuti, Ahmad Najib

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 1. Implementasi H}ifz} al-nafs dalam Pelayanan Kesehatan.

BAB V KESIMPULAN. 1. Implementasi H}ifz} al-nafs dalam Pelayanan Kesehatan. 148 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Uraian pembahasan yang tertuang dalam bab-bab terdahulu menjadi landasan penulis untuk mengemukakan beberapa kesimpulan mengikuti alur rumusan masalah yang ada. Adapun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA A. Analisis Warna dalam Al Qur an

BAB IV ANALISA A. Analisis Warna dalam Al Qur an BAB IV ANALISA A. Analisis Warna dalam Al Qur an Setiap objek yang membentuk alam pasti ada tujuannya, tujuan ini meliputi seluruh ciptaan-nya tanpa terkecuali. Selanjutnya, tujuan ini tidak hanya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kaligrafi ialah suatu corak atau bentuk seni menulis secara indah

BAB I PENDAHULUAN. Kaligrafi ialah suatu corak atau bentuk seni menulis secara indah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Kaligrafi ialah suatu corak atau bentuk seni menulis secara indah (Situmorang, 1993:67). Secara harfiah, kata kaligrafi berasal dari kata kalligraphia, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan Al-Qur'an Al-Azhim sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan Al-Qur'an Al-Azhim sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan Al-Qur'an Al-Azhim sebagai sumber pokok ajaran Islam dan rujukan utama umat Islam dalam menata dan meniti kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami

Lebih terperinci

EFEK KESEHARIAN TAKWA

EFEK KESEHARIAN TAKWA c Menghormati Kemanusiaan d EFEK KESEHARIAN TAKWA Oleh Nurcholish Madjid Hadirin sidang Jumat yang terhormat. Dalam rangka memahami takwa lebih lanjut, saya ingin mengemukakan efek takwa dalam kehidupan

Lebih terperinci

KECENDERUNGAN TEOLOGI MATURIDIYAH SAMARKAND

KECENDERUNGAN TEOLOGI MATURIDIYAH SAMARKAND Kecenderungan Teologi Maturidiyah Samarkand (Amat Zuhri) 103 KECENDERUNGAN TEOLOGI MATURIDIYAH SAMARKAND Amat Zuhri* Abstrak: Al-Maturidi tokoh Maturidiyah cabang Samarkand adalah pengikut Abu Hanifah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN Al-Qur an merupakan sumber hukum paling utama bagi umat Islam, M. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan sempurna. Kata

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan 170 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan sebagaimana yang telah dideskripsikan di dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

Filsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan

Filsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia هللا Wahyu كونية قولية Para Rasul Alam Akal Manusia Aktivitas Kehidupan 1 pg. Filsafat Islam Problem Tuhan berpisah dengan alam Tuhan bersatu

Lebih terperinci