RELIGI. Oleh : Firdaus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RELIGI. Oleh : Firdaus"

Transkripsi

1 RELIGI Oleh : Firdaus

2 Pertemuan ini akan Membahas : 1. Konsep Religi 2. Komponen sistem Religi 3. Teori Berorintasi Keyakinan Pertanyaan untuk Diskusi Awal: 1. Apa Konsep Religi 2. Apa Komponen Sistem Religi 3. Apa Saja Teori Yang berorientasi Keyakinan 4. Siapa Tokoh-Tokoh Teori Tersebut?

3 Konsep Religi Suatu sistem berkaitan dari keyakinankeyakinan dan upacara-upacara yang keramat, keyakinan-keyakinan dan upacara berorientasi pada suatu komunitas moral yang disebut umat (E. Durkheim)

4 Komponen Religi Emosi Keagamaan Sistem Keyakinan Sistem Ritus dan Upacara Peralatan Ritus dan Upacara Umat Agama Suatu getaran yang menggerakkkan jiwa manusia Berwujud fikiran dan gagasan manusia yang menyangkut keyakinan dan konsepsi manusia tentang sifat tuhan, tentang wujud alam gaib (kosmologi), terjadinya alam dan manusia (kosmogini), zaman akhirat (esyatologi), wujud dan ciri-ciri kekuatan sakti, roh nenek moyang, roh alam, dewa-dewa, roh jahat dan lainnya. Aktifitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang atau makhluk lain dalam upaya berkomunikasi dengan tuhan dan penghuni dunia gaib Segala sesuatu yang berhubungan dengan perlengkapan upacara keagamaan Kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinandan yang melaksanakan sistem ritus dan upacara

5 Sistem Keyakinan Umat Agama Emosi Keagamaan Sistem Ritus dan Upacara Keagamaan Peralatan Ritus dan Upacara

6 Tiga Teori Religi Teori yang berorientasi pada keyakinan religi Teori yang berorintasi kepada sikap manusia terhadap hal gaib Teori yang berorientasi pada upacara religi

7 Asal Mula Religi Teori E. B. Tylor Teori Jiwa yang berpusat pada keyakinan religi manusia purba. J. Frazer Teori Batas Kemampuan Ilmu Gaib berpusat kepada sikap manusia purba terhadap kekuatan-kekuatan gaib yang menyebabkan adanya apa yang dikehendaki manusia

8 Andrew Lang 1. Seorang Sastrawan Inggris Dalam jiwa manusia terdapat kemampuan gaib yang dapat bekerja lebih kuat dengan lemahnya aktifitas berfikir manusia yang rasional 3. Kekuatan gaib pada manusia menyebabkan timbulnya konsep jiwa 4. Memperkenalkan konsep dewa tertinggi, yaitu pencipta alam semesta dan isinya.

9 R. R. Marett 1. Ahli kesusatraan Yunani ) 2. Religi tertua adalah keyakinan manusia akan adanya kekuatan gaib dalam hal-hal biasa 3. Memperkenalkan konsep Mana, yaitu suatu kekuatan gaib yang ada pada semua manusia, binatang dan tumbuhan 4. Pangkal religi adalah suatu emosi atau getaran jiwa karena kekaguman terhadap hal-hal yang luar biasa

10 A. C. Kruyt 1. Pendeta Belanda ( ) 2. Bentuk religi manusia primitif berpusat pada kekuatan gaib seperti Mana dan Supernatural 3. Meperkenalkan konsep zielestof, yaitu zat halus yang memberikan kekuatan hidup dan gerak kepada banyak hal dalam alam semesta. 4. Keyakinan terhadap zielestof disebut oleh Kruyt dengan istilah Animisme. 5. Memperkenalkan konsep Spritisme, yaitu keyakinan terhadap makhluk halus, baik yang baik maupun yang jahat.

11 TERIMA KASIH Topik Minggu Depan : 1. Teori berorientasi pada sikap manusia terhadap yang gaib 2. Teori berorientasi pada upacara religi

12 Pertemuan ini akan Membahas : 1. Teori Berorintasi Kepada Sikap Manusia Terhadap Yang Gaib 2. Teori Berorintasi Kepada Upacara Religi Pertanyaan untuk Diskusi Awal: 1. Teori Berorintasi Kepada Sikap Manusia Terhadap Yang Gaib 2. Teori Berorintasi Kepada Upacara Religi

13 Rudolf Otto 1. Seorang Ahli Teologi 2. Semua Religi, kepercayaan dan agama berpusat hal yang gaib (mysterium) yang dianggap maha dahsyat (termendum) dan keramat (sacer) 3. Yang keramat bersifat maha abadi, maha dahsyat, maha baik, maha adil, maha bijaksana, tak terlihat, tak berobah dan sebagainya. 4. Sistem religi pada masyarakat bersahaja adalah pendahuluan dari sistem agama yang berkembang.

14 Teori W. Robertson Smith 1. Seorang ahli teologi, ahli ilmu pasti dan ahli bahasa dan kesusasteraan Semit ( ) 2. Mengembangkan teori tentang upacara bersaji 3. Tiga konsep : 1. Di samping keyakinan dan doktrin, sistem upacara juga merupakan suatu perwujudan dari religi atau agama. 2. Upacara religi dan agama mempunyai fungsi sosial untuk mengintensifkan solidaritas masyarakat 3. Fungsi upacara bersaji untuk solidaritas dengan dewa

15 K. T. Preuzs 1. Ahli antopologi museum Jerman ( ) 2. Menawarkan tiga konsep: 1. Religi tertua merupakan tindakan manusia untuk mengadakan keperluan hidup yang tidak tercapai melalui naluri dan akal. 2. Pusat dari tiap sistem religi dan kepercayaan di dunia adalah ritus dan upacara 3. Ritus yang paling penting dalam banyak religi di dunia adalah ritus kematian 3. Ritus atau upacara religi akan menjadi kosong dan tidak bermakna apabila tingkah laku manusia dipengaruhi oleh akal dan logika.

16 R. Hertz 1. Seorang antropolog Prancis 2. Upacara kematian, selalu dilakukan menusia dalam rangka adat istiadat dan struktur sosial 3. Kematian adalah proses peralihan dari status sosial tertentu ke status sosial lainnya 4. Lima anggapan tentang kematian 1. Proses peralihan adalah masa krisis 2. Jenazah dan yang berhubungan dengannya adalah keramat 3. Peralihan status orang mati berlangsung secara bertahap 4. Inisiasi melalui tiga tahap (melepaskan objek dari masyarakat lamapersiapan untuk kedudukan yang baru-mengangkat ke kedudukan yang baru) 5. Pada masa persiapan, individu adalah makhluk lemah yang perlu dikuatkan 5. Tiga tahap Upacara kematian 1. Sepulture provisoire (pemakaman sementara) 2. Intermediaire (masa kerabat menjalani pantangan dan memeilihara roh) 3. Ceremonie finale (upacara pemakaman akhir).

17 A. Van Gennep 1. Ahli foklore Perancis ( ) 2. Ritus dan upacara religi berfungsi untuk menimbulkan kembali semangat kehidupan sosial di antara masyarakat 3. Kehidupan sosial masyarakat memerlukan regenerasi 4. Ritus upacara dalam life cycle rites 1. Perpisahan adalah proses manusia dipisahkan dari kehidupannya 2. Peralihan (marge) adalah proses manusia dianggap mati atau tidak ada lagi 3. Integrasi kembali (agregation) adalah proses manusia diresmikan sebagai bagian dari lingkungan yang baru

18 TERIMA KASIH Topik Minggu Depan : 1. Sistem perkawinan 2. Keluarga 3. Kekerabatan

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut. BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT Bab ini merupakan pembahasan atas kerangka teoritis yang dapat menjadi referensi berpikir dalam melihat masalah penelitian yang dilakukan sekaligus menjadi

Lebih terperinci

DOSEN PENGASUH DRS. AFRIDA, H.HUM NIP

DOSEN PENGASUH DRS. AFRIDA, H.HUM NIP DOSEN PENGASUH DRS. AFRIDA, H.HUM NIP. 132046383 PERTEMUAN I KONTRAK PERKULIAHAN Tujuan Intruksional: -Umum -Khusus Tata cara perkuliahan : Tatap muka, Diskusi kelompok, Tanyajawab. Evaluasi : -Ujian Tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk yang berbudaya, karena kebudayaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk yang berbudaya, karena kebudayaan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk yang berbudaya, karena kebudayaan merupakan pendorong didalam tingkah laku manusia dalam hidupnya. Kebudayaanpun menyimpan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano Menurut Hertz, kematian selalu dipandang sebagai suatu proses peralihan

Lebih terperinci

C. TOPIK :TEORI SOSIAL TENTANG AGAMA

C. TOPIK :TEORI SOSIAL TENTANG AGAMA C. TOPIK :TEORI SOSIAL TENTANG AGAMA 1. Ilmuwan Sosial mencari Asal-usul Agama. Agama banyak dipandang sebagai wahyu yang turun dan langit, secara dogmatika hal ini tidak dapat dibantah. Dunia ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Menurut Budiono Harusatoto dalam bukunya yang berjudul Simbolisme. menurut etimologinya simbol diambil dari kata Yunani.

BAB IV ANALISIS. Menurut Budiono Harusatoto dalam bukunya yang berjudul Simbolisme. menurut etimologinya simbol diambil dari kata Yunani. BAB IV ANALISIS A. Peran Simbol dalam Konsep Hermeneutika Menurut Budiono Harusatoto dalam bukunya yang berjudul Simbolisme Jawa, simbol atau lambang adalah sesuatu hal atau keadaan yang merupakan perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

PALANGEHON BORU. ( Ritus Dan Upacara Siklus Hidup Etnis Batak Toba di Desa. Pargarutan, Tapanuli Tengah )

PALANGEHON BORU. ( Ritus Dan Upacara Siklus Hidup Etnis Batak Toba di Desa. Pargarutan, Tapanuli Tengah ) PALANGEHON BORU ( Ritus Dan Upacara Siklus Hidup Etnis Batak Toba di Desa Pargarutan, Tapanuli Tengah ) 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan

Lebih terperinci

Modul 3 OBYEK DAN METODE PENELITIAN PSIKOLOGI AGAMA

Modul 3 OBYEK DAN METODE PENELITIAN PSIKOLOGI AGAMA Obyek dan Metode Penelitian Psikologi Agama Modul 3 OBYEK DAN METODE PENELITIAN PSIKOLOGI AGAMA PENDAHULUAN Psikologi Agama pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) disajikan untuk membantu mahasiswa

Lebih terperinci

PERGULATAN MANUSIA MENCARI TUHAN

PERGULATAN MANUSIA MENCARI TUHAN PERGULATAN MANUSIA MENCARI TUHAN Taslim HM. Yasin Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry Kopelma Darussalam, Kota Banda Aceh, 23111 ABSTRAK Sejauh ini telah banyak para ahli memusatkan perhatiannya kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan - kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan - kemampuan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan - kemampuan serta kebiasaan yang didapatkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing manusia tersebut mewujudkan kebudayaannya dalam bentuk ide - ide,

BAB I PENDAHULUAN. masing manusia tersebut mewujudkan kebudayaannya dalam bentuk ide - ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia memiliki kebudayaannya masing - masing, dan masing - masing manusia tersebut mewujudkan kebudayaannya dalam bentuk ide - ide, gagasan, nilai - nilai,

Lebih terperinci

Ota Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi

Ota Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi Ota Rabu Malam Musik Ritual Disusun oleh Hanefi MUSIK RITUAL Disusun oleh Hanefi Sistem Kepercayaan Pendekatan Sosiologis Tokoh: Emile Durkheim (1858-19170 Bentuk agama yang paling elementer dapat ditemukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Kebudayaan Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budhi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV. BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan

Lebih terperinci

BAB II AGAMA DALAM PRESPEKTIF FILOSOFIS

BAB II AGAMA DALAM PRESPEKTIF FILOSOFIS 21 BAB II AGAMA DALAM PRESPEKTIF FILOSOFIS A. Profan dan Sakral 1. Pengertian Profan dan Sakral Profan adalah sesuatu yang biasa, yang bersifat umum dan dianggap tidak penting. Sedangakan sakral adalah

Lebih terperinci

Desa Klinting merupakan bagian dari kecamatan Somagede, kabupaten. Banyumas. Secara mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, dan

Desa Klinting merupakan bagian dari kecamatan Somagede, kabupaten. Banyumas. Secara mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Klinting merupakan bagian dari kecamatan Somagede, kabupaten Banyumas. Secara mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, dan selebihnya beragama Hindu. Meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang mati sangat berakar pada jiwa manusia yang menimbulkan perasaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang mati sangat berakar pada jiwa manusia yang menimbulkan perasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian merupakan suatu peristiwa keluarnya ruh dari jasad manusia serta merupakan proses perceraian antara tubuh dan jiwa sehingga menjadi pengalaman fundamental bagi

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

Kekerabatan dan Keturunan

Kekerabatan dan Keturunan Kekerabatan dan Keturunan Lewis Henry Morgan (1818-1881) Latar belakang Guru besar Antropologi Amerika Utara abad ke- 19 yang dipandang sebagai perintis studi tentang kekerabatan. Dalam bukunya yang berjudul:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup seorang diri, karena kelemahan kelemahan fisiknya dan karena harus belajar berbagai unsur budaya dari orang lain. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Penulis merasa tertarik untuk meneliti mengenai Upacara Tingkapan karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Penulis merasa tertarik untuk meneliti mengenai Upacara Tingkapan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penulis merasa tertarik untuk meneliti mengenai Upacara Tingkapan karena upacara ini masih tetap berlangsung hingga kini meskipun perkembangan budaya semakin canggih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kasunanan Surakarta merupakan sebuah kerajaan yang bercirikan keislaman. Ciri keislaman itu dapat dilihat dari adanya jabatan penghulu dan abdi dalem ngulama dalam

Lebih terperinci

Perkembangan Antropologi: Tokoh, Sejarah dan Metode. Tatap Muka Minggu ke-3

Perkembangan Antropologi: Tokoh, Sejarah dan Metode. Tatap Muka Minggu ke-3 Perkembangan Antropologi: Tokoh, Sejarah dan Metode Tatap Muka Minggu ke-3 Tokoh-tokoh besar Antropologi Bronislaw Malinowski (1884-1942), kelahiran Cracow, Polandia dan merupakan ahli fungsionalisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, dan kebudayaan tersebut seantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan tersebut berkembang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang telah mendarah daging berurat dan berakar. Kebiasaan ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang telah mendarah daging berurat dan berakar. Kebiasaan ini dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tiap kelompok manusia memiliki corak, watak, kaidah, norma, etika, moral, serta tradisi dan adat istiadat yang dilakukan dengan turun temurun dari generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau besar seperti, Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan,

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau besar seperti, Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki ribuan pulau, dengan beberapa pulau besar seperti, Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

BAB II TEORI-TEORI TENTANG AGAMA

BAB II TEORI-TEORI TENTANG AGAMA BAB II TEORI-TEORI TENTANG AGAMA A. Teori Rasionalistik Teori ini diterapkan pada kajian agama mulai abad ke-19, secara umum yang dimaksudkan dengan teori rasionalistik adalah keyakinan ilmuwan bahwa manusia

Lebih terperinci

AGAMA: FENOMENA UNIVERSAL

AGAMA: FENOMENA UNIVERSAL AGAMA: FENOMENA UNIVERSAL Bukti-buktinya: Banyaknya orang yang beragama atau semua orang (tanpa kecuali) memeluk agama. Robert M. Bellah menyebut adanya agama yang dinamakan Pseudo Religion atau Civil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

Kepribadian. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Kepribadian. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Kepribadian Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Pengertian Kepribadian PENGERTIAN ETIMOLOGI Kepribadian dalam Bahasa Inggris disebut Personality Berasal dari kata Persona yang artinya Topeng PENGERTIAN

Lebih terperinci

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN Pengertian dasar sejarah kebudayaan yang dimaksudkan di sini adalah pembahasan umum mencakup pembahasan mengenai istilah dan definisi kebudayan, perbedaan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II AGAMA DAN KEBUDAYAAN DALAM KAITANYA DENGAN ALAM. yang harus dipahami terlebih dahulu. Penulis mengangkat topik mengenai sebuah tradisi

BAB II AGAMA DAN KEBUDAYAAN DALAM KAITANYA DENGAN ALAM. yang harus dipahami terlebih dahulu. Penulis mengangkat topik mengenai sebuah tradisi BAB II AGAMA DAN KEBUDAYAAN DALAM KAITANYA DENGAN ALAM 2.1. DEFINISI AGAMA DAN KEBUDAYAAN Pemaparan yang telah di berikan pada bagian pendahuluan tidak terlepas dari kata-kata yang harus dipahami terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berproses. Kepercayaan itu bisa berupa pandangan-pandangan atau

BAB I PENDAHULUAN. berproses. Kepercayaan itu bisa berupa pandangan-pandangan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan dapat menunjukkan derajat dan tingkat peradaban manusia. Kebudayaan juga bisa menunjukan ciri kepribadian manusia atau masyarakat pendukungnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk

Lebih terperinci

MANUSIA DAN AGAMA KOMPETENSI DASAR

MANUSIA DAN AGAMA KOMPETENSI DASAR MANUSIA DAN AGAMA KOMPETENSI DASAR : Menganalisis religiositas manusia Mendeskripsikan teori, unsur, pengertian, dan klasifikasi agama INDIKATOR : Mendeskripsikan hubungan manusia dan agama Mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33). BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi

Lebih terperinci

PERTEMUAN MINGGU KE 5

PERTEMUAN MINGGU KE 5 PERTEMUAN MINGGU KE 5 WUJUD KEBUDAYAAN Talcott Parsons bersama A.L. Kroeber pernah menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide-ide dan konsep-konsep dari wujud kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga terpisah dari satu wilayah dengan wilayah lain. dengan perbedaan itulah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga terpisah dari satu wilayah dengan wilayah lain. dengan perbedaan itulah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara multikultural baik dari adat, budaya, bahasa dan agama serta kepercayaan. Hal itu ada karena Indonesia adalah Negara kepualauan. Sehingga

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN. Oleh : Firdaus

KEBUDAYAAN. Oleh : Firdaus KEBUDAYAAN Oleh : Firdaus Pertemuan ini akan Membahas : 1. Konsep Kebudayaan 2. Unsur-Unsur Kebudayaan 3. Wujud Ideal Kebudayaan 4. Beberapa Teori Kebudayaan Pertanyaan untuk Diskusi Awal: 1. Apa Itu Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam ritual yang menjadi ciri khasnya. Masyarakat Karo pada masa dahulu percaya akan kekuatan mistis yang

Lebih terperinci

SISTEM KEKERABATAN Pengertian kelompok kekerabatan merupakan deskripsi mengenai suku bangsa tertentu Perkawinan merupakan unsur universal yang

SISTEM KEKERABATAN Pengertian kelompok kekerabatan merupakan deskripsi mengenai suku bangsa tertentu Perkawinan merupakan unsur universal yang SISTEM KEKERABATAN SISTEM KEKERABATAN Pengertian kelompok kekerabatan merupakan deskripsi mengenai suku bangsa tertentu Perkawinan merupakan unsur universal yang dilakukan oleh masyarakat di dunia, Perkawinan

Lebih terperinci

RELIGI SEBAGAI SALAH SATU IDENTITAS BUDAYA. (Tinjaun Antropologis terhadap unsur Kepercayaan dalam masyarakat) Makalah

RELIGI SEBAGAI SALAH SATU IDENTITAS BUDAYA. (Tinjaun Antropologis terhadap unsur Kepercayaan dalam masyarakat) Makalah RELIGI SEBAGAI SALAH SATU IDENTITAS BUDAYA (Tinjaun Antropologis terhadap unsur Kepercayaan dalam masyarakat) Makalah Disajikan dalam diskusi Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung Oleh : Drs. Syarif

Lebih terperinci

TUGAS MATAPELAJARAN AGAMA ISLAM

TUGAS MATAPELAJARAN AGAMA ISLAM TUGAS MATAPELAJARAN AGAMA ISLAM (bentuk bentuk diferensi sosial agama) Nama : Febrinasari SMA : Mutiara, Natar Kata diferensiasi berasal dari bahasa Inggris different yang berarti berbeda. Sedangkan sosial

Lebih terperinci

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan BAB IV Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan Jika kita kembali melihat kehidupan jemaat GKJW Magetan tentang kebudayaan slametan mau tidak mau gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

Upacara Ngoa Ngi i di Desa Sawu Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo Ntt. *Corresponding Author

Upacara Ngoa Ngi i di Desa Sawu Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo Ntt. *Corresponding Author Upacara Ngoa Ngi i di Desa Sawu Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo Ntt Maria Angelia Mei Dakosta 1*, I Ketut Kaler 2, A.A. Ayu Murniasih 3 123 Prodi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Unud 1 [angeliamey11@gmail.com]

Lebih terperinci

Antropologi Psikologi

Antropologi Psikologi Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Antropologi Psikologi Manusia sebagai makhluk individu Manusia sebagai makhluk sosial Manusia sebagai makhluk budaya Kehidupan kolektif manusia dan defenisi masyarakat Wenny

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ciri / Tanda Klien Lanjut Usia Menjelang Kematian. menunjukkan beberapa reflek, serta tidak ada kegiatan otak.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ciri / Tanda Klien Lanjut Usia Menjelang Kematian. menunjukkan beberapa reflek, serta tidak ada kegiatan otak. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perawatan Menjelang Ajal 2.1.1 Ciri / Tanda Klien Lanjut Usia Menjelang Kematian Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang merupakan proses menuju akhir kehidupan

Lebih terperinci

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Filsafat Umum Modul ke: 01 Fakultas Psikologi Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1 Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. RAPEM FILSAFAT UMUM Judul Mata Kuliah : Filsafat Umum

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan Agama Islam Manusia dan Ketuhanan Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Perkataan yang selalu diterjemahkan Tuhan, dalam al-qur`an

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN REFLEKSI TRADISI PENGUBURAN MASYARAKAT TRUNYAN DAN CARA MEMPERLAKUKAN JENAZAH

BAB IV ANALISIS DAN REFLEKSI TRADISI PENGUBURAN MASYARAKAT TRUNYAN DAN CARA MEMPERLAKUKAN JENAZAH BAB IV ANALISIS DAN REFLEKSI TRADISI PENGUBURAN MASYARAKAT TRUNYAN DAN CARA MEMPERLAKUKAN JENAZAH 4.1.Ritual Masyarakat Trunyan Dalam kehidupan suatu masyarakat yang berbudaya menghadirkan suatu tradisi-tradisi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH Pokok Bahasan : Perkembangan teori sosiologi dan antropologi. Pertemuan ke- : 1 dan 2 Mahasiswa memiliki pemahaman dan wawasan mengenai perkembangan teori sosiologi dan antropologi. 1. Menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Seiring dengan zaman, kebudayaan dan masyarakat akan selalu berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berketurunan. Secara umum nilai, norma, dan berbagai konsep pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. berketurunan. Secara umum nilai, norma, dan berbagai konsep pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam menghadapi lingkungan selalu menggunakan berbagai model tingkah laku yang sesuai dengan tantangan lingkungan yang dihadapinya. Model tingkah laku itu didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) 1, mendapat pengaruh yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) 1, mendapat pengaruh yang cukup besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) 1, mendapat pengaruh yang cukup besar dari kebudayaan yang dimiliki oleh warga jemaatnya. Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II TEORI-TEORI ASAL MULA AGAMA. agama. Agama ada pada dasarnya merupakan aktualisasi dari kepercayaan

BAB II TEORI-TEORI ASAL MULA AGAMA. agama. Agama ada pada dasarnya merupakan aktualisasi dari kepercayaan BAB II TEORI-TEORI ASAL MULA AGAMA A. Pengertian Agama Dilihat dari perspektif agama, umur agama setua dengan umur manusia. Tidak ada suatu masyarakat manusia yang hidup tanpa suatu bentuk agama. Agama

Lebih terperinci

TEORI MUNCULNYA RELIGI (Tinjaun Antropologis terhadap Unsur Kepercayaan dalam Masyarakat)

TEORI MUNCULNYA RELIGI (Tinjaun Antropologis terhadap Unsur Kepercayaan dalam Masyarakat) TEORI MUNCULNYA RELIGI (Tinjaun Antropologis terhadap Unsur Kepercayaan dalam Masyarakat) Oleh (Tenaga Pengajar pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar) Abstract Religion deals with human

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada karena ada masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku yang tersebar diseluruh bagian tanah air. Masing-masing dari suku tersebut memiliki sejarahnya tersendiri. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu menciptakan pola bagi kehidupannya berupa kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil cipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena bangsa Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau dan keanekaragaman budaya merupakan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS Beberapa teori akan dibahas dalam Bab ini sebagai bagian yang diangkat dari beberapa literatur yang mengulas pemahaman masyarakat tentang kebudayaan dan pendapat para ahli atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut pandangan yang popular, masyarakat dilihat sebagai kekuatan impersonal yang mempengaruhi, mengekang dan juga menentukan tingkah laku anggota-anggotanya.

Lebih terperinci

PERTAMA HAKIKAT BANGSA DAN NEGARA. MATRIKULASI supentri

PERTAMA HAKIKAT BANGSA DAN NEGARA. MATRIKULASI supentri PERTAMA HAKIKAT BANGSA DAN NEGARA MATRIKULASI supentri MANUSIA, BANGSA DAN NEGARA MANUSIA. MANUSIA BERASAL DARI BAHASA SANSAKERTA YAITU MANU, ARTINYA BERPIKIR DAN BERAKAL BUDI. DALAM SEJARAH, HOMO BERARTI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DATA PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DATA PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DATA PENELITIAN A. Pelaksanaan Tradisi Rokkat Gunung Sambung 1. Kesakralan Tradisi Rokkat Gunung Sambung dan Tabu dalam Prosesi Pelaksanaan Tradisi rokkat Gunung ini merupakan suatu adat

Lebih terperinci

BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA

BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA Manfaat mempelajari Antropologi : 1. Dapat mengetahui pola prilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara Universal maupun pola prilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku bangsa) 2. Dapat mengetahui

Lebih terperinci

dianut oleh sekelompok suku atau sub-suku ataupun gabungan beberapan suku;

dianut oleh sekelompok suku atau sub-suku ataupun gabungan beberapan suku; PENGERTIAN AGAMA Menurut teori Evolusi [yang sampai kini belum ada bukti-bukti utuh dan lengkap tentang kebenarannya], manusia modern atau homo sapiens ada karena suatu proses perkembangan yang panjang

Lebih terperinci

Teori Evolusi Kebudayaan

Teori Evolusi Kebudayaan Teori Evolusi Kebudayaan Pengatar Antropologi Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Teori Evolusi Kebudayaan J.J. Bachoven Lewis H. Morgan Teori Evolusi Religi E.B. Taylor J.G. Frazer Evolusi Kebudayaan

Lebih terperinci

TUGAS. Wawasan Budaya Nusantara. Dosen pembimbing : Ranang Agung S., SPd., M.Sn

TUGAS. Wawasan Budaya Nusantara. Dosen pembimbing : Ranang Agung S., SPd., M.Sn TUGAS Wawasan Budaya Nusantara Dosen pembimbing : Ranang Agung S., SPd., M.Sn Oleh : Helmy Yunica Andrean (13148141) Dimas Erdhinta Pratama Putra (13148142) PRODI TELEVISI DAN FILM JURUSAN SENI MEDIA REKAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kearifan merupakan salah satu bagian yang melekat pada masyarakat, khususnya masyarakat lokal. Kondisi lingkungan dan pengalaman belajar yang spesifik membuat masyarakat

Lebih terperinci

PENYUSUN Indrijati Soerjasih, S.Sos., M.Si. ( PPPPTK PKn DAN IPS )

PENYUSUN Indrijati Soerjasih, S.Sos., M.Si. ( PPPPTK PKn DAN IPS ) PENYUSUN Indrijati Soerjasih, S.Sos., M.Si. ( PPPPTK PKn DAN IPS ) Usman Effendi, S.Sos., M.Pd. ( PPPPTK PKn DAN IPS ) PEMBAHAS Sri Endah Kinasih, S.Sos. M.Si. ( Universitas Airlangga Surabaya ) Antropologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki keberagaman suku bangsa di

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki keberagaman suku bangsa di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Masalah dan Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki keberagaman suku bangsa di Indonesia, yaitu: dari Sabang sampai Marauke, dan di dalam setiap suku bangsa

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB II AGAMA: PENGERTIAN, SEJARAH, KLASIFIKASI

BAB II AGAMA: PENGERTIAN, SEJARAH, KLASIFIKASI BAB II AGAMA: PENGERTIAN, SEJARAH, KLASIFIKASI A. Pengertian Agama Dilihat dari perspektif agama, umur agama setua dengan umur manusia. Tidak ada suatu masyarakat manusia yang hidup tanpa suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istiadat yang berlaku, akan kesulitan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. istiadat yang berlaku, akan kesulitan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adat merupakan warisan nenek moyang yang harus ditaati. Masyarakat harus memiliki pengetahuan tentang adat yang berlaku di masyarakat agar tidak terjadi kesalahpahaman

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN RITA RAHMAWATI

KEPRIBADIAN RITA RAHMAWATI KEPRIBADIAN RITA RAHMAWATI Definisi kepribadian Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu (yang berada pada setiap inividu) Dalam bahasa popular istilah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193).

TINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193). 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perubahan Perubahan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti, hal (keadaan) berubah, peralihan, pertukaran. Dalam hal ini perubahan didefinisikan

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA SEJARAH BUDAYA/ ANTROPOLOGI PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iman adalah pekerjaan yang berhubungan dengan perbuatan batin (hati)

BAB I PENDAHULUAN. Iman adalah pekerjaan yang berhubungan dengan perbuatan batin (hati) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iman adalah pekerjaan yang berhubungan dengan perbuatan batin (hati) yaitu percaya kepada Allah SWT, para Malaikat, para Rasul Allah, kitab-kitab Allah, akan

Lebih terperinci

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL Oleh : Erna Karim DEFINISI AGAMA MENGUNDANG PERDEBATAN POLEMIK (Ilmu Filsafat Agama, Teologi, Sosiologi, Antropologi, dan Ilmu Perbandingan Agama) TIDAK ADA DEFINISI AGAMA YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau

BAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Rote adalah sebuah pulau yang dahulu dikenal dengan sebutan Lolo Neo Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau Lino Do Nes yang berarti pulau

Lebih terperinci

Ahli Sejarah menjelaskan agama dalam hubungan kejadian-kejadian yang dihasilkan kepercayaan dari dulu sampai sekarang.

Ahli Sejarah menjelaskan agama dalam hubungan kejadian-kejadian yang dihasilkan kepercayaan dari dulu sampai sekarang. PERBANDINGAN AGAMA I. STUDI TENTANG AGAMA-AGAMA Apakah Agama itu? Berbagai jawaban dan definisi bisa diberikan oleh orang tergantung dari sudut mana mereka melihat agama itu. Secara sederhana ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masuknya Ajaran Kharismatik Gereja Pentakosta Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan gereja pada umumnya dari zaman ke zaman. Demikian juga diwilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang

BAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang memiliki akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Namun demikian sebagai mahluk biologis merupakan individu yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif 2. Fungsi tari Tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis tari dalam kategori tari tradisional dan tari non trasional disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Kebudayaan

TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Kebudayaan 5 TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi dan Perubahan Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan

Lebih terperinci