Bab 2. Landasan Teori. Buddhisme dengan suatu citra tertentu, sedangkan dalam komunitas Buddhis tradisional
|
|
- Hadian Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Budha Santina ( 2004 ) mengatakan bahwa di Barat, masyarakat umum memandang Buddhisme dengan suatu citra tertentu, sedangkan dalam komunitas Buddhis tradisional ( khususnya orang Timur ), Buddhisme memiliki citra lain yang benar-benar berbeda. Disebutkan pula, tiga poin penting dalam pembelajaran Buddhisme, yaitu : 1. Kenyataan bahwa Buddhisme tidaklah terikat budaya, bisa dikatakan tidak dibatasi pada kelompok masyarakat, ras, atau etnis tertentu. Buddhisme bergerak dengan sangat mudah dari satu konteks budaya ke konteks budaya lain, karena Buddhisme lebih menekankan pada praktik dalam diri dibandingkan bentukbentuk tindakan religius yang diperhatikan keluar. Titik berat dari Buddhisme adalah bagaimana cara setiap praktisi mengembangkan pikirannya sendiri, bukannya bagaimana dia berpakaian, apa jenis makanannya, cara menyisir rambutnya, dan sebagainya. 2. Sifat pragmatis dari Buddhisme, dengan kata lain, Buddhisme berorientasi praktis. Buddhisme langsung membahas masalah praktis. Buddhisme tidak berurusan dengan pertanyaan-pertanyaan akademik dan teori-teori metafisika. Pendekatan Buddhisme adalah dengan mengidentifikasi masalah yang nyata dan mengatasinya dengan cara yang praktis. 3. Ajaran tentang pentingnya pembuktian kebenaran dengan cara mengalami sendiri secara langsung ( merealisasikan sendiri sebuah kebenaran ). 10
2 Donath ( 2005 : 9-12 ) menambahkan bahwa agama Budha menekankan kefanaan semua benda, khayalan, ketidakkekalan, dan sifat sejati dari keakuan ( personal ego ), serta kesamaan dan persaudaraan semua mahluk. Akan tetapi, bila seseorang mulai melaksanakannya, Jalan Budha atau Budha Dharma itu bukanlah hal yang mudah. Ia mencakup latihan dan disiplin pribadi yang keras, memperhatikan ( mindfulness ) segala sesuatu, meditasi, atau perenungan untuk menggugah intuisi, mempraktekkan belaskasih yang mendalam terhadap semua mahluk, memperlakukan semua makhluk lain sebagai sesuatu yang tak terpisah dengan diri kita. Agama Budha tidak berdasarkan keyakinan membuta terhadap apa yang tertulis dalam buku, betapapun suci nya atau terhadap apa yang dikhotbahkan oleh guru, bahkan oleh Sang Budha sendiri tetapi berdasarkan pengertian ( ruas yang pertama dari Jalan Arya Beruas Delapan ) yang dicapai oleh seseorang melalui penalaran, mempelajari ajaran dengan kesalehan yang sungguh, meditasi, dan pelaksanaan prinsip dasar etika mengenai keakuan dan kasih sayang. Seorang Buddhis tidak mengenal sumpah setia, dan tidak ditawarkan kepadanya suatu imbalan atau ancaman hukuman. Dalam agama Budha tidak ditekankan baik atau jahat, atau konsep dosa seperti yang dipahami dunia Barat tapi lebih banyak dinyatakan mengenai pengertian dan ketidaktahuan atau kebodohan, kesadaran spiritual ( kebijaksanaan ) yang mengatasi kurangnya kesadaran atau kebijaksanaan itu. Agama Budha memberi kebebasan berpikir dan toleransi yang besar, yang menakjubkan orang banyak. Ia menghormati semua agama sebagai pengejewantahan yang nyata, dari pengertian dan aspirasi spiritual tertinggi dalam bentuk, yang cocok untuk berbagai tahap dalam perjalanan evolusi yang panjang. 11
3 Seorang Buddhis sejati tidak pernah berkata, Aku yang benar, engkau salah. Ia mengerti meskipun warta surgawi itu diberikan berbeda-beda sesuai dengan panjang gelombang berbagai bangsa pada berbagai zaman. Kebenaran sejati yang ditawarkan tetap satu. Menurut Riwayat Para Budha dalam Naskah Dhamma ( 2003 ) Agama Budha mengajarkan dalam Sangkrit Udana V, XXVIII ketika sang Budha sedang mengajarkan kepada 1250 orang biksu arbat di kota Rajagaha, tepatnya di Veluvana pada saat Purnamasidi di bulan Mangha ( antara bulan Januari dan Februari ) yang isinya, Sarvapapasya akaranam, kusalasyu pasampada, sva citta parya vardapanam, E Tad Buddhasanam. Artinya, Jangan berbuat jahat, perbanyaklah perbuatan baik, sucikan hati dan pikiran, itu ajaran agama Budha Dharma Donath ( 2005 : ) mengatakan bahwa Dharma ( tidak ada satu kata pun yang tepat sama dalam bahasa Indonesia ) memiliki banyak arti. Meskipun begitu, untuk tujuan kita sekarang Dharma berarti Ajaran yang dibabarkan oleh sang Budha. Jadi apabila kita membicarakan Dharma, berarti bicara mengenai ajaran Budha. Bila tanpa huruf besar, dharma, artinya adalah sesuatu, pikiran, unsur, atau konsep dalam pengertian umum. Pada dasarnya, ajaran Sang Budha menitikberatkan pada sebab dari penderitaan, dan bagaimana berpikir dan bertindak sedemikian rupa hingga dapat terbebas dari penderitaan itu. Dharma berasal dari kata dhra, yaitu sesuatu yang pantas dijadikan sandaran, sesuatu yang dapat menopang. Yang ditopangnya bukan kursi atau meja atau dunia, tetapi alam semesta, keberadaan dengan segala isinya, termasuk apa yang ada di balik keberadaan, 12
4 dan tidak dapat dijelaskan. Istilah yang sering digunakan, shunya ( kekosongan, kasunyatan ) pun sesungguhnya tidak menjelaskannya. Dharma sering diterjemahkan sebagai hukum. Bila kita senang dengan istilah tersebut, kita perlu menambahkan embelembel kekal, abadi, hukum alam yang kekal abadi. Sesungguhnya, kekekalan atau keabadian itulah Dharma. Yang hakiki dalam hidup kita dan dalam kehidupan, itulah Dharma ( Krishna, 2005 : 85 ) Jalan Tengah Donath ( 2005 : ) menjelaskan bahwa jalan tengah adalah suatu sikap hidup di antara dua sikap yang ekstrim, memuaskan nafsu indria, penyiksaan diri, dan juga di antara dikotomi, nyata dan tudak nyata, ada dan tiada, dan sebagainya. Mengenai jalan tengah ini, Sang Budha bersabda : Ada dua cara hidup yang ekstrim yang harus kita hindari, yaitu pemuasan nafsu jasmani yang bertentangan dengan kehidupan spiritual, tidak bermanfaat dan sia-sia, dan sebaliknya, hidup dengan menyiksa diri, menderita tanpa manfaat dan juga siasia. Di antara kedua hal ekstrim ini, terdapat jalan tengah nan sempurna, yang memberikan kedamaian, kemajuan spiritual, dan nirvana. Inilah kebenaran sejati yang membawa kemenangan untuk mengatasi penderitaan, yaitu jalan Arya Beruas Delapan, yang menuju kepada pencapaian penerangan sempurna Empat Kebenaran Arya Donath ( 2005 : ) mengatakan bahwa Empat Kebenaran Arya berisi Jalan Arya Beruas Delapan yang menuju kebebasan dari penderitaan dan dua belas mata rantai atau lingkaran sebab-akibat yang berkaitan, yang lebih dikenal sebagai lingkaran tumimballahir, adalah dasar dari semua filsafat dan cara hidup Buddhis. Mengenai dukkha atau penderitaan, Sang Budha menyatakan : Dalam kehidupan terdapat penderitaan karena kelahiran, usia, tua, sakit, dan mati, penderitaan karena tidak mendapat apa yang diinginkan, tidak dapat menghindar dari 13
5 yang tidak diinginkan, dan keterikatan terhadap kehidupan. Inilah kebenaran sejati mengenai penderitaan. Penderitaan itu pun dapat dilenyapkan ( kebenaran mengenai lenyapnya penderitaan ), yaitu patahnya keterikatan melalui leburnya keinginan-keinginan. Dengan demikian, inilah Empat Kebenaran Arya itu : 1. Semua kehidupan diliputi dukkha, yaitu semua penderitaan yang meliputi sakit, cemas, frustasi, keluh-kesah, kehilangan, dan semua hal yang tidak menyenangkan yang ada dalam kehidupan. 2. Dukkha ini ada sebabnya, yaitu ketidaktahuan atau kebodohan spiritual, konsep yang salah mengenai diri, yang menyebabkan timbulnya keakuan, keinginan, dan keterikatan. 3. Dukkha dapat diakhiri atau dilenyapkan. 4. Cara untuk mengakhiri dukkha, yaitu : Jalan Arya Beruas Delapan, yang terdiri dari : 1. Langkah yang berkaitan dengan kebijaksanaan : 1. Pengertian Benar ( langkah pertama, dan dasar dari semua yang lain ). 2. Pikiran Benar 2. Langkah yang berkaitan dengan susila : 1. Ucapan Benar. 2. Perbuatan Benar. 3. Mata Pencaharian Benar. 3. Langkah yang berkaitan dengan konsentrasi : 1. Usaha Benar. 2. Perhatian Benar. 14
6 3. Samadhi / Meditasi Benar. Dalam hal ini terdapat suatu hal khusus yang perlu dijelaskan disini, karena merupakan dasar yang paling penting dari ajaran sang Budha, yaitu Satipatthana atau pengembangan kesadaran yang ditemukan oleh sang Budha sendiri, berdasarkan pada langkah keenam dari Jalan Arya baruas Delapan, yaitu usaha benar. Satipatthana adalah satu dari dua cara meditasi Buddhis. Cara pertama adalah pengembangan ketenangan atau dalam bahasa Pali Samatha Bhavana, dan yang kedua Satipatthana, yang akan menghasilkan pandangan terang melalui latihan dan disiplin pikiran. Dalam pengembangan batin, Satipatthana sebagai suatu pelajaran untuk meningkatkan diri, memberikan rasa percaya diri, kesederhanaan dan kewajaran tingkah laku, kemampuan menyesuaikan diri, serta sikap yang penuh pertimbangan, dan menghasilkan perbaikan dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, di samping menyelaraskan fungsi-fungsi mental itu sendiri. Langkah terakhir dari Jalan Arya Beruas Delapan adalah meditasi benar, yang merupakan puncak dari semua langkah sebelumnya. Di sini akan diperoleh ketenangan dan penerangan batin. Takada dalam Natalya ( 1996 ) menambahkan bahwa pada bagian enam yang pertama, adanya pemahaman bahwa Jangan memiliki pandangan jahat, jangan membangkitkan pikiran ke hal yang jahat, bisa jadi cara untuk mengurangi perbuatan-perbuatan jahat. Sedangkan perbedaan kontras pada bagian tujuh dan delapan adalah cara positif dalam mendisiplinkan pikiran. Dengan mempraktekkan setiap hari, seseorang akan mampu mengontrol nafsu dan cinta yang menyebabkan penderitaan. 15
7 2.1.4 Perlindungan Donath ( 2005 : ) juga mengatakan bahwa Budha Dharma juga mengajarkan suatu kebutuhan utama bagi umat Budha yaitu Tisarana atau tiga perlindungan. Tiga perlindungan ini diucapkan sesesorang saat ia menjadi umat Budha. Tisarana ini akan terus membekas dalam batin, bahkan kendati pun ia tidak sedang memikirkannya. 1. Aku berlindung pada Budha, artinya adalah berlindung dan percaya dengan sepenuh hati, dengan sepenuh hati, dengan tulus dan perasaan kasih kepada Sang Budha, yang telah mencapai penerangan sempurna, manusia teragung di alam ini, yang telah menunjukkan kepada kita jalan untuk mengakhiri penderitaan. 2. Aku berlindung pada Dharma, artinya Dharma adalah ajaran Sang Budha, yang bila dilaksanakan akan memberikan kebahagiaan dan kebebasan serta mencapai Nirvana. 3. Aku berlindung pada Sangha, Sangha adalah persaudaraan suci para Arya siswa Sang Budha yang telah melaksanakan dan memelihara Dharma Sepuluh Paramita Krishna ( 2005 : ) mengatakan bahwa dalam tradisi Buddhis dikenal sepuluh paramita atau kebaikan-kebaikan utama. Pertama, dana yang berarti bukan sekadar amal saleh, tetapi yang dilakukan tanpa harapan dan imbalan. Bila kita beramal saleh atau berdana punia untuk memperoleh tempat di surga sana, itu masih belum dana. Bila kita membantu seseorang dengan harapan akan imbalan, bila kita mengurusi anak-anak kita dengan harapan kelak mereka akan mengurusi kita, bila kita cinta supaya dicintai kembali, bila kita menyumbang dengan harapan sumbangan itu akan diumumkan lewat televisi atau surat kabar, bila kita memberi dengan alasan, atau karena sesuatu, itu semua 16
8 belum dana. Dana berarti tangan kanan memberi tanpa diketahui oleh tangan kiri. Dana berarti memberi dan melupakan. Dana juga berarti mengingat setiap kebaikan yang dilakukan oleh orang lain terhadap diri kita. Penggunaan istilah dana untuk uang dan harta mengingatkan kita supaya dana tidak hanya disimpan, ditabung, tetapi juga digunakan untuk beramal saleh tanpa mengharapkan imbalan. Kedua, shila yang berarti disiplin atau peraturan untuk melunakkan jiwa, disiplin yang kita terapkan atas kesadaran kita sendiri, bukan karena dipaksa, peraturan yang kita terima atau buat sendiri untuk mengatur diri. Ketiga, nishkama yang berarti berkarya tanpa pamrih. Terjemahan kata ini dalam bahasa Pali, yaitu nekhama kadang membingungkan, karena kemudian menjadi nikamma dalam bahasa Hindi sehari-hari, yang berarti good for nothing, pengangguran, pemalas. Nishkama juga berarti ia yang tidak terjamah oleh kama, oleh keinginan. Nishkama berarti tindakan langsung. Bila kita masih berpikir tentang tindakan kita, kita tak akan mampu bertindak tanpa keinginan, tanpa kama. Jeda untuk berpikir mengaktifkan mind sekaligus melahirkan keinginan atau kama. Kemudian, pana atau pragyaan yang berarti wisdom, kebijaksanaan, kemampuan untuk menentukan tindakan mana yang tepat dan mana yang tidak tepat. Bukan baikburuk, tetapi tepat-tidak tepat. Pembunuhan misalnya, tindakan yang tidak baik, tetapi bagi seorang prajurit di medan perang, membunuh musuh menjadi tugasnya, sehingga saat itu tindakan pembunuhan menjadi tepat baginya. Kelima, virya yang berarti energi, tenaga, semangat. Seorang meditator, seorang spiritualis, seorang rohaniwan memiliki tenaga yang luar biasa. Baru memikirkan satu rumah tangga saja kita sudah pusing. Mereka memikirkan rumah dunia dan tetap tenang. 17
9 Keenam, khanti yang berarti kemampuan untuk menahan diri, untuk bersabar. Untuk bersabar kita membutuhkan kekuatan atau energi yang luar biasa. Ketujuh, satya atau sacca yang artinya kebenaran. Mempersatukan pikiran, tindakan dan ucapan adalah adalah langkah pertama dalam kebenaran. Langkah berikutnya adalah memperluas wawasan dan melihat kebenaran dari setiap sudut pandang. Melihat kesatuan di balik perbedaan. Langkah terakhir adalah menemukan inti kebenaran atau kasunyatan. Itulah kebenaran tertinggi dan terakhir karena dari kasunyatan itu pula kemudian kebenaran mewujud kembali menjadi semesta. Kedelapan, adhittana yang berarti kebulatan tekad. Bulatkan tekad untuk tetap bertahan pada jalur kebenaran, apa pun konsekuensinya. Jangan tanggung-tanggung, jangan maju-mundur terus. Janganlah menjadi seorang kompromis. Kemudian, metta, kasih sayang, kebersamaan, persahabatan. Terakhir, upekha atau keseimbangan Hukum Karma Menurut Donath ( 2005 : ) hukum ini secara seksama memelihara agar hasil dan manfaat yang baik akan mengikuti pikiran dan perbuatan yang baik dan sebaliknya, yang buruk akan mengikuti pikiran dan perbuatan yang buruk. Keinginan untuk hidup dengan benar harus berasal dari diri kita sendiri melalui pengertian, tujuan, dan usaha yang benar pula. Pada dasarnya Budha Dharma adalah suatu agama yang lebih berdasarkan laksanakan sendiri. Sang Budha dan para guru dapat menunjukkan kepada kita untuk mengatasi kebodohan atau ketidaktahuan spiritual, tetapi tidak seorang pun, bahkan Sang Budha pun, yang dapat melakukannya untuk kita. Orang lain menanggung atau menebus 18
10 kesalahan yang kita lakukan, tidak dikenal dalam Budha Dharma, kita sendiri yang akan menerima semua akibat dari perbuatan yang telah kita lakukan. Dengan pengertian yang sama pula, tidak ada ajaran mengenai dosa yang dihukum oleh suatu kekuasaan pengadilan di luar kita sendiri. Dalam Budha Dharma tidak dikenal dosa asal, yang ada hasil perbuatan manusia di masa lalu ( kelahiran yang lalu ) yang belum masak. Karena itu seorang umat Budha akan mengatakan, kita tidak dihukum karena kesalahan kita tetapi oleh kesalahan itu sendiri Dasa Kusala Karma Dasa kusala karma adalah sepuluh perbuatan baik yaitu, tidak membunuh, mencuri, berzinah sama dengan tiga karma dari tubuh, tidak berbohong, berkata buruk, berkata kasar dan memfitnah sama dengan empat karma dari mulut, tidak serakah/ lobha, benci/ dosa, bodoh/ moha sama dengan tiga karma dari pikiran, dan pancasila yang merupakan lima sila pokok yaitu, dilarang membunuh, mencuri, berzinah, berdusta, dan kehilangan kesadaran diri/ bermabuk-mabukan. Apabila mematuhi dasa kusala karma tersebut, maka manusia akan mendapatkan karma baik, namun sebaliknya apabila melanggar akan mendapatkan karma buruk. Selain Pancasila yang merupakan panduan dasar untuk berperilaku bajik yang membentuk landasan dari laku vinaya, kita dapat memperluas dan memperdalam praktik kita dengan mengkombinasikan sepuluh perbuatan baik ( Dasa kusala karma ), yakni untuk Tidak terlibat dalam pembunuhan, mengambil yang bukan haknya, berbuat asusila, berbohong, kata-kata yang menyebabkan perpecahan, kata-kata kasar, bergossip, mendambakan milik orang lain, benci, serta pandangan-pandangan salah. Sepuluh 19
11 perbuatan baik ini pada dasarnya terdiri dari tiga kelompok praktik untuk memurnikan tiga kebocoran karma, yaitu, tubuh, ucapan, dan pikiran. Apa yang kita lakukan lewat praktik ini sebenarnya adalah secara bertahap mengikis tiga racun utama yakni, ketamakan, kebencian, kebodohan akar dari segala kekesalan dan gangguan emosional. Untuk menjalankannya tidaklah mudah, akan tetapi dengan keyakinan pada Tiga Mestika, serta praktik Pancasila yang dikombinasikan dengan sepuluh perbuatan baik maka kita pasti dapat mensucikan batin secara progresif suatu proses yang di dalam dan pada dirinya sendirinya pun sudah sangat luar biasa bermanfaat bagi semua makhluk ( Sheng-yen, 1999 ) Takdir Konsep takdir atau nasib, yang dipahami menurut agama Budha, sangat berbeda dengan konsep yang secara umum diterima yaitu bahwa takdir adalah suatu kekuatan di luar kontrol manusia. Dalam agama Budha, takdir diciptakan sendiri dalam bentuk karma. Diajarkan bahwa nasib seseorang adalah hasil atau akibat dari apa yang telah dilakukan atau dipikirkannya di masa lalu ( baik dalam kehidupan ini atau pun pada kehidupan yang lampau ), dan bahwa nasibnya kelak akan merupakan hasil, dan punya hasil, dari apa yang ia pikirkan dan ia lakukan sekarang. Maka, kita adalah pencipta nasib kita sendiri, untuk kebaikan atau kejahatan, untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk ( Donath, 2005 : ). Ini tertulis dalam Dhammapada : Apa yang terjadi pada diri kita adalah hasil dari apa yang telah kita pikirkan, dibangun oleh pikiran kita dan dibentuk oleh pikiran kita. Jika seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya seperti roda 20
12 mengikuti jejak sapi yang menarik kereta. Jika seseorang berbicara atau atau berbuat dengan pikiran baik, kebahagiaan akan mengikutinya seperti bayang-bayang yang tidak pernah meninggalkannya. 2.2 Akulturasi Akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu itu sendiri. Perhatian terhadap saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima, akan memberikan suatu gambaran yang konkret tentang jalannya suatu proses akulturasi ( Koentjaraningrat, 1990 : ). 2.3 Asimilasi Menurut Koentjaraningrat ( 1990 : 255 ), asimilasi atau assimilation adalah proses yang timbul apabila ada : 1. Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbedabeda. 2. Saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama sehingga, 3. Kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifat khasnya dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran. Biasanya golongan-golongan yang tersangkut dalam suatu proses asimilasi adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal itu golongan-golongan 21
13 minoritas itulah dengan mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya dari golongan mayoritas sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan kepribadian kebudayaannya, dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas. 22
Bab 5. Ringkasan Skripsi. yang pesat dalam dunia industri, serta eksistensi agama Buddha menjadi salah satu
Bab 5 Ringkasan Skripsi Jepang adalah salah satu negara maju di dunia dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam dunia industri, serta eksistensi agama Buddha menjadi salah satu faktor penting yang menyertai
Lebih terperinciAgama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama
Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi
Lebih terperinciMeditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri
Meditasi Oleh : Taridi (0104510015) KTP Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Kompetensi Dasar Mendeskripsikan meditasi sebagai bagian dari jalan mulia berunsur delapan.
Lebih terperinciPratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa
1 Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa Sujud kepada Guruku, Manjushri yang belia! Yang melihat dan membabarkan pratityasamutpada (saling
Lebih terperinciSUTRA 42 BAGIAN. B. Nyanabhadra
SUTRA 42 BAGIAN [ ] B. Nyanabhadra RAJA MING DINASTI HAN Tahun 28-75 Mimpi tentang makhluk memancarkan cahaya kuning KASYAPA MATANGA & DHARMARATNA Tahun 67 dari India ke Luoyang Menerjemahkan Sutra 42
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi.
Bab 5 Ringkasan Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju tetapi masyarakatnya tetap berpegang teguh pada tradisi budaya.
Lebih terperinciD. ucapan benar E. usaha benar
1. Keyakinan yang dituntut dalam agama Buddha adalah A. keyakinan tanpa dasar terhadap seluruh ajaran Buddha B. keyakinan yang muncul dari proses pembelajaran, pengalaman, dan perenungan C. keyakinan yang
Lebih terperinciOleh: Budhy Munawar-Rachman
Oleh: Budhy Munawar-Rachman PERSOALAN Timur dan Barat lebih berbentuk persaingan, konflik dan perang, daripada saling mengerti, bersahabat dan kerjasama. Barat: Kapitalisme, teknologi, imperialisme Timur:
Lebih terperinciGatha Dasar Jalan Tengah (Mulamadhyamakakarika) The Fundamental Wisdom of the Middle Way oleh Arya Nagarjuna. Pengantar
1 Gatha Dasar Jalan Tengah (Mulamadhyamakakarika) The Fundamental Wisdom of the Middle Way oleh Arya Nagarjuna Pengantar Arya Nagarjuna yang hidup di India Selatan sekitar abad kedua Masehi, tak diragukan
Lebih terperinci21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)
21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya
Lebih terperinciAturan -Moralitas Buddhis
1 35 Aturan -Moralitas Buddhis Pengertian, Penjelasan, dan Penerapan Ronald Satya Surya i 1 3ii 1 3Buku ini saya dedikasikan untuk: Ibu yang mencurahkan cinta dan kasih sayangnya tanpa pernah mengeluh,
Lebih terperinciLEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017
LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tanggal : Rabu 8 Maret 2017 Kelas/Semester : XI/IV Alokasi Waktu : 120 menit Guru
Lebih terperinciMengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu?
TENTANG SANG BUDDHA 1. Apa arti kata Buddha? Kata Buddha berarti "Yang telah Bangun" atau "Yang telah Sadar", yaitu seseorang yang dengan usahanya sendiri telah mencapai Penerangan Sempurna. 2. Apakah
Lebih terperincioleh Tog-me Zong-po (Thogs.med bzang.po, )
Namo Lokesvaraya Tiga Puluh Tujuh Cara Hidup Seorang Bodhisattva: Ringkasan tentang Sepak terjang Bodhisattva (The 37 Practices of a Bodhisattva: A Summary of How an Awakening Being Behaves) oleh Tog-me
Lebih terperinciSila-sila Zhen Fo Zong
Sila-sila Zhen Fo Zong Jumlah siswa Zhen Fo Zong sampai saat ini telah mencapai 4 juta siswa berdasarkan jumlah sertifikat sarana yang telah diterbitkan. Setiap hari banyak orang yang bercatur sarana dalam
Lebih terperinciKasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih
Namo tassa bhagavato arahato sammā sambuddhassa. Pada kesempatan yang sangat baik ini saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran pengurus Dhammavihārī Buddhist Studies (DBS)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meditasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memusatkan pikiran pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli meditasi disebut juga
Lebih terperinciDāna. Sebuah Perhiasan dan Pendukung untuk Batin 2. Pariyatti Sāsana hp ; pin. Sunday, October 13, 13
Dāna Sebuah Perhiasan dan Pendukung untuk Batin 2 Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Dāna Mahapphala Sutta Vaṇṇanā Cittālaṅkāracittaparikkhāranti samathavipassanācittassa alaṅkārabhūtañceva
Lebih terperinciSEKOLAH SESUDAH INI. "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka."
SEKOLAH SESUDAH INI "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka." Sorga adalah sebuah sekolah; bidang studinya, alam semesta; gurunya, Yang tak berkesudahan hari-nya. Cabang
Lebih terperinciSutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75]
1 Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75] Magandiya, seandainya ada seorang penderita kusta yang dipenuhi luka- luka dan infeksi, dimakan oleh cacing, menggaruk
Lebih terperinciPembaharuan. Bagian II
Pembaharuan Bagian II a.s. Disajikan di bawah ini adalah bagian kedua dari khutbah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian, Masih Maud dan Imam Mahdi, pada tanggal 26 Desember 1903. Terjemahan ini diambil
Lebih terperinciSutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas)
1 Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) [Anguttara Nikaya 3.65] Demikianlah telah saya dengar. Bhagavan sedang melakukan perjalanan bersama orang-orang Kosala dengan sekumpulan
Lebih terperinciDalam Galatia 5: 13-15, Paulus memperingatkan orang-orang Galatia supaya mereka jangan menggunakan kemerdekaan di dalam Kristus dengan tidak sopan.
Lesson 12 for September 16, 2017 Dalam Galatia 5: 13-15, Paulus memperingatkan orang-orang Galatia supaya mereka jangan menggunakan kemerdekaan di dalam Kristus dengan tidak sopan. Persoalan itu mungkin
Lebih terperinciSutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta)
1 Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta) Demikianlah telah saya dengar. Suatu ketika Bhagavan sedang berada di Kalantakanivapa, Hutan Bambu, di Rajagaha. Kemudian Samana Vacchagotta
Lebih terperinci"Ia [kasih]tidak melakukan yang tidak sopan."
"Ia [kasih]tidak melakukan yang tidak sopan." SOPAN SANTUN Nilai sopan santun sangat kurang dihargai. Banyak orang yang baik hatinya kurang memiliki tingkah laku yang baik. Banyak orang dihormati karena
Lebih terperinciREFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN
BEKERJA UNTUK YANG KECANDUAN REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN Setiap reformasi yang benar mendapat tempat dalam pekerjaan keselamatan dan cenderung mengangkat jiwa kepada satu kehidupan yang baru
Lebih terperinciMODUL PENGANTAR FILSAFAT (PSI 113) MODUL 1 PENGERTIAN DAN PERENUNGAN KEFILSAFATAN DISUSUN OLEH. Drs. MULYO WIHARTO, MM, MHA UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL PENGANTAR FILSAFAT (PSI 113) MODUL 1 PENGERTIAN DAN PERENUNGAN KEFILSAFATAN DISUSUN OLEH Drs. MULYO WIHARTO, MM, MHA UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2012 Revisi (Tgl) : 0 (10 Juni 2013) 1 / 12 PENGERTIAN
Lebih terperinciSutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para
1 Ciri-ciri Seorang Sotapanna (The Character of a Stream-enterer) Pada umumnya Tipitaka menjelaskan seorang Sotapanna sehubungan dengan empat faktor. Tiga faktor pertama dari keempat faktor Sotapatti ini
Lebih terperinciBAB V ANALISIS KOMPARATIF. daerah yang sama, yaitu India. Sehingga memiliki corak, budaya serta ritual
BAB V ANALISIS KOMPARATIF A. Persamaan Agama Hindu dan Budha merupakan satu rumpun agama dan berasal dari daerah yang sama, yaitu India. Sehingga memiliki corak, budaya serta ritual keagamaan yang terkandung
Lebih terperinciManfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin
Manfaatkan Waktu Semaksimal Mungkin Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Pernahkah anda merenungkan seberapa baik anda memanfaatkan waktu yang anda miliki? Dapat dipastikan jawabannya adalah TIDAK. Sebagian
Lebih terperinciKEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)
KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA (Pertanyaan dan Jawaban) 1 TUHAN, MANUSIA DAN DOSA * Q. 1 Siapakah yang membuat anda? A. Tuhan yang membuat kita. Kejadian 1:26,27; Kejadian 2:7 Q. 2 Apa lagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada
Lebih terperinciSEMUA ORANG BERDOSA. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.
Lesson 3 for October 21, 2017 SEMUA ORANG BERDOSA Seperti ada tertulis: Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua
Lebih terperincio Di dalam tradisi Theravāda, pāramī bukanlah untuk Buddha saja, tetapi sebagai prak/k yang juga harus dipenuhi oleh Paccekabuddha dan sāvakā.
o Apakah yang dimaksud dengan pāramī? Pāramī adalah kualitas mulia seper/ memberi, dll., yang disertai oleh belas kasih dan cara- cara yang baik (upāya kosalla) serta /dak ternoda oleh nafsu- keinginan,
Lebih terperinciSutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136
1 Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136 1. Demikianlah telah saya dengar. Pada suatu waktu, Bhagavan
Lebih terperinciFilsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan
Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia هللا Wahyu كونية قولية Para Rasul Alam Akal Manusia Aktivitas Kehidupan 1 pg. Filsafat Islam Problem Tuhan berpisah dengan alam Tuhan bersatu
Lebih terperinciDhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015
Dhamma Inside Vol. 23 - Oktober 2015 Bersikap Ramah Standar Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri Bersikap Ramah Oleh : Bhikkhu Santacitto Pada umumnya, ramah dipahami sebagai sikap positif yang
Lebih terperinciDEPARTEMEN PEMUDA DAN ANAK GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA BAHAN SHARING COOL PEMUDA Minggu I; Bulan: Februari 2011
DEPARTEMEN PEMUDA DAN ANAK Minggu I; Bulan: Februari 2011 BUAH ROH PENDAHULUAN Matius 12:33,35 :... a) Tuhan Yesus memberikan perumpamaan keberadaan manusia seperti sebuah pohon. Ada 2 jenis pohon yang
Lebih terperinciE. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA
- 1090 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciInjil Maria Magdalena. (The Gospel of Mary)
Injil Maria Magdalena (The Gospel of Mary) Para Murid Berbincang-bincang dengan Guru Mereka, Sang Juruselamat Apakah segala sesuatu akan hancur? Sang Juruselamat berkata, Segenap alam, segala hal yang
Lebih terperinciSAUDARA BELAJAR BERJALAN
SAUDARA BELAJAR BERJALAN Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Letakkan Tangan Saudara di dalam Tangan Allah Sudahkah Iblis Berusaha untuk Menjatuhkan Saudara? Apakah Saudara Menderita karena Kristus?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pergilah, bekerjalah untuk keselamatan orang banyak, untuk kebahagiaan orang banyak, karena belas kasihan pada dunia, untuk kesejahteraan, untuk keselamatan,
Lebih terperinciTIGA KUSALAMULA TIGA AKAR KEBAIKAN
Hai Saudara-saudari Se-Dhamma Marilah kita melatih diri menjalankan Atthangasila di hari Uposatha-sila di bulan Oktober 2008 {06(8), 13(15), 21(23), 29(1)}. Selamat menjalankan Uposatha-sila (Pengamalan
Lebih terperinciSanto Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa.
1. Allah, Sumber Segala Kasih Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa. Pada perjamuan malam ia boleh duduk dekat Yesus dan bersandar dekat dengan
Lebih terperinciSelalu terbuka jelas mata ini Mata ciptaan-mu Aku berjalan lemah di atas hiasan Pijakan menuju satu berita gembira
Mata Cinta Selalu terbuka jelas mata ini Mata ciptaan-mu Aku berjalan lemah di atas hiasan Pijakan menuju satu berita gembira Tangan ini beralirkan anugerah kuasa-mu Sederhana bagi-mu Hanya kamilah merasa
Lebih terperinciSĪLA-2. Pariyatti Sāsana hp ; pin!
SĪLA-2 Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD Murid-buangan (Upāsakacaṇḍāla) Vs Murid-permata (upāsakaratana) Murid buangan atau pengikut-yang-ternoda (upāsakamala) atau pengikut-kelas-bawah
Lebih terperinciTidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian
Tidak Ada Ajahn Chan Kelahiran dan Kematian Latihan yang baik adalah bertanya kepada diri Anda sendiri dengan sungguh-sungguh, "Mengapa saya dilahirkan?" Tanyakan diri Anda sendiri dengan pertanyaan ini
Lebih terperinciSeri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #12 oleh Chris McCann
Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #12 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #12 tentang Wahyu, pasal
Lebih terperinciBHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari
Lebih terperinciRevelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann
Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.
Lebih terperinciSumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar. Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia.
Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia. Pemikiran kita tentang pendidikan terlalu sempit dan dangkal. Karena hanya mengejar suatu arah pelajaran
Lebih terperinciSiapakah Yesus Kristus? (4/6)
Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Juru Selamat dan Tuhan Kode Pelajaran : SYK-P04 Pelajaran 04 - YESUS ADALAH JURU SELAMAT DAN TUHAN DAFTAR
Lebih terperinciDengarkanlah Allah Agar Hidup Selamanya
Dengarkanlah Allah Agar Hidup Selamanya Allah seperti ayah yang pengasih. 1Petrus5:6,7 Allah adalah Pencipta kita, dan Ia peduli kepada kita. Seperti ayah yang bijaksana danpengasihmengajar anak-anaknya,
Lebih terperinciGKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2
GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2 Tata Ibadah Minggu GKI Kebayoran Baru 27 AGUSTUS 2017 PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng
Lebih terperinciAndalah Yang Bertanggung Jawab (You Are Responsible!) Oleh: K. Sri Dhammananda
Andalah Yang Bertanggung Jawab (You Are Responsible!) Oleh: K. Sri Dhammananda Sebagaimana sudah menjadi sifat manusia, kita semuanya cenderung menyalahkan orang-orang lain untuk kekurangan-kekurangan
Lebih terperinci1 1 Dari Paul, hamba Allah dan rasul
Titus Salam 1:1-4 1 1 Dari Paul, hamba Allah dan rasul Isa Al Masih, demi iman semua orang pilihan Allah dan demi pengetahuan akan kebenaran yang memimpin kepada kesalehan. 2 Iman dan pengetahuan ini didasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Clarry Sadadalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nilai-Nilai Kemanusiaan Menurut Clarry Sadadalam http://jhv.sagepub.com&http://www.globalresearch. ca/index.php?contex =view Article)nilai adalah ide atau gagasan, konsep seseorang
Lebih terperinciMEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA
(edited version 15/8/06, Daung) (edited version 17/8/06, Andi Kusnadi) CERAMAH DI CAMBRIDGE MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA OLEH : SAYADAW CHANMYAY Kata Pengantar Minggu sore 11 Juli 2004
Lebih terperinciPelajaran ini akan menolong saudara... Menguraikan sifat dan akibat dosa. Menghargai pekerjaan Kristus untuk menghapus dosa manusia.
Dosa Bayangkanlah seakan-akan seorang teman telah memberikan sebuah istana indah penuh dengan harta benda kepada saudara. Semua itu milik saudara untuk dinikmati. Permintaan satu-satunya yang diajukan
Lebih terperinciSeri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann
Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #24 tentang Wahyu, pasal
Lebih terperinciBab 3. Analisis Data. Dalam bab ini penulis akan menganalisis, konsep agama pada karate, khususnya
Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini penulis akan menganalisis, konsep agama pada karate, khususnya ajaran Budha, yakni jalan arya beruas delapan pada karate dan juga menganalisis konsep ritual pada karate.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sebelumnya yang Relevan Penelitian tentang nilai-nilai moral sudah pernah dilakukan oleh Lia Venti, dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya
Lebih terperinciPELAJARAN 1 UPACARA PEMBERIAN NAMA PANGERAN SIDDHARTA
PELAJARAN 1 UPACARA PEMBERIAN NAMA PANGERAN SIDDHARTA 1. Raja Sudhodhana mengundang 108 pertapa/brahmana, diantara 108 pertapa itu ada 8 orang pertapa bijak 2. Salah satu orang bijak adalah Kondanya 3.
Lebih terperinci21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD)
21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan
Lebih terperinciMANFAATKANLAH WAKTU ANDA
MANFAATKANLAH WAKTU ANDA Oleh : Lie Jan Tjong ( Aji ) 1. Waktu tidak terbatas. Berbicara tentang waktu, tentunya tidak terlepas dari putaran bumi yang mengelilingi matahari, yang disebut rotasi. Kita tidak
Lebih terperinciDan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.
Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #5 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #5 tentang Wahyu, pasal
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA Semester : 1 (Satu) Aspek : Sila Standar : 1. Mengkonstruksikan pergaulan yang baik dan sikap umat berbagai
Lebih terperinciPrinsip Pemulihan Tuhan
Prinsip Pemulihan Tuhan Pendahuluan Kitab Ayub sangat baik karena mengandung pelajaran penting bagaimana kita menghadapi kesulitan dan tragedi dalam hidup kita. Beberapa mengajarkan bahwa kitab Ayub tidak
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Sudah sejak berabad-abad yang lalu berbagai kebudayaan asing masuk ke Jepang,
Bab 5 Ringkasan Sudah sejak berabad-abad yang lalu berbagai kebudayaan asing masuk ke Jepang, dan tidak ada satu pun dari kebudayaan asing tersebut ditolak oleh kerajaan Jepang. Semua kebudayaan asing
Lebih terperinciBuddhism And Duties Of A Lay Buddhist oleh: Ven. K. Sri Dhammananda
Buddhism And Duties Of A Lay Buddhist oleh: Ven. K. Sri Dhammananda AJARAN BUDDHA DAN KEWAJIBAN SEORANG UMAT BUDDHA Pendahuluan Agama Buddha bukanlah agama yang berdasarkan kepercayaan. Agama Buddha adalah
Lebih terperinciBAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN
BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan
Lebih terperinciKembali kepada Ketulusan Hati untuk Berbuat Baik
Kembali kepada Ketulusan Hati untuk Berbuat Baik Oleh: Bhikkhu Upaseno Editor: Lilis Muliawati SE.Ak dan Fifi Indahsari S.Kom DhammaCitta, 23 Agustus 2007. Kembali Kepada Ketulusan Hati Untuk Berbuat Baik,
Lebih terperinciPdt. Gerry CJ Takaria
KEKEKALAN DAN KEMATIAN Kekekalan artinya keadaan atau kualitas yang tidak dapat mati. Para penerjemah Alkitab menggunakan kata kekekalan untuk menerjemahkan istilah Yunani athanasia, ketidakmatian, dan
Lebih terperinciE. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU
- 567 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciRENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order
RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order HARI 1 JEJAK-JEJAK PEMURIDAN DALAM SURAT 1-2 TIMOTIUS Pendahuluan Surat 1-2 Timotius dikenal sebagai bagian dari kategori Surat Penggembalaan. Latar belakang
Lebih terperinciDalam Roma 12-13, Paulus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan...
Lesson 12 for December 23, 2017 ALLAH Roma 12:1-2 Roma 13:11-14 KEDATANGAN YESUS YANG KEDUA KALI HUKUM TAURAT Dalam Roma 12-13, Paulus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan... GEREJA ORANG LAIN
Lebih terperinciBelas Kasih Dan Pribadi
Belas Kasih Dan Pribadi Oleh: Tenzin Gyatso (Dalai Lama) 1 Tujuan Hidup Pertanyaan yang seringtimbul dalam diri kita saat kita memikirkannya secara sadar atau tidak, adalah: Apakah tujuan hidup itu? Saya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pengalaman baik positif maupun negatif tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberi pengaruh yang pada akhirnya
Lebih terperinciE. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA
- 1266 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciKUMPULAN 50 TANYA JAWAB (15) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 05 Agustus 2005 s.d. tanggal 23 September 2005
KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (15) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 05 Agustus 2005 s.d. tanggal 23 September 2005 01. Dari: Hansen Tsai, Tangerang Menurut Bhante, apakah
Lebih terperinciLEMBAR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD
LEMBAR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2016-2017 SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tanggal : Rabu 8 Maret 2017 Kelas/Semester : XII/VI Alokasi Waktu : 120 menit
Lebih terperinciMahā Maṅgala Sutta (1)
Mahā Maṅgala Sutta (1) Azimat Buddhis Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Pseudo Sebab-Akibat Jangan memindah guci-abu-jenasah yang sudah disimpan di vihāra. Penempatan guci-abu. Ibu mengandung
Lebih terperinciSudah Cukupkah Bila Kita Menjadi Orang Kristen?
Sudah Cukupkah Bila Kita Menjadi Orang Kristen?... mungkin saya harus memeriksa tingkah lakuku. Usaha Pak Sutomo sangat berhasil dan bertambah maju. Dia tidak berkeberatan untuk bekerja keras dan sikap
Lebih terperinciAllah Adalah Pola Bagi Hidup Kita
Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita Banyak negara yang memiliki peribahasa seperti "Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga." Suatu hal yang menarik tentang keluarga ialah kemiripan antara anggotaanggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama memiliki pengaruh besar terhadap tindakan dan prilaku manusia yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan aturan-aturan dan ideologi
Lebih terperinciLANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK
LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK Dosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H OLEH: I PUTU CANDRA SATRYASTINA 15.1.2.5.2.0800 PRODI
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang
220 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual manusia modern dalam perspektif filsafat Perennial Huston Smith dapat dilihat dalam tiga
Lebih terperinciMENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)
GUIDENA, Vol.1, No.1, September 2011 MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) Nurul Atieka Universitas Muhammadiyah Metro PENDAHULUAN Semua orang dalam membina keluarga, menginginkan keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia memiliki lima agama yang diakui oleh negara Indonesia, salah satunya adalah agama Buddha. Agama Buddha memiliki tempat ibadah yang disebut dengan vihara
Lebih terperinciAji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK
Modul ke: 11 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila dan Implementasinya Bagian I Pada Modul ini kita akan mempelajari mengenai keterkaitan sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) dengan Prinsip pembangunan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan Perang Republik Indonesia;
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1949 TENTANG DISIPLIN TENTARA UNTUK SELURUHNYA ANGKATAN PERANG. PRESIDEN, Menimbang Mengingat : bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan Peraturan Disiplin Tentara untuk seluruh Angkatan Perang Republik Indonesia;
PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1949 NO. 24 (24/1949) TENTARA. DISIPLIN. Peraturan tentang Disiplin Tentara untuk seluruhnya Angkatan Perang Republik Indonesia. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciTugas Seorang. Istri
Tugas Seorang Istri Seorang wanita yang mengetahui bahwa peranannya sebagai istri merupakan suatu tanggung jawab besar, adalah orang yang bijaksana. Ia sudah siap untuk menerima petunjuk dari Allah bagaimana
Lebih terperinciKematian Yahushua: Membatalkan Hukum?
Kematian Yahushua: Membatalkan Hukum? Setan disebut bapa segala dusta. Yahushua sendiri menyatakan bahwa Iblis adalah pembunuh manusia sejak semula, dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia
Lebih terperinciE. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA
- 178 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciRahasia Alkitab. "Dapatkah engkau menemukan Allah"
Rahasia Alkitab "Dapatkah engkau menemukan Allah" Pengetahuan Tentang ALLAH adalah Rahasia Tidak ada pikiran fana yang dapat memahami sepenuhnya akan tabiat atau hasil karya Yang Maha Kekal. Dengan mencari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood
Lebih terperinciE. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNADAKSA
- 1389 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNADAKSA KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciMemahami Islam. Pertanyaan:
Memahami Islam Dalam perjalanan ke Nigeria pada tahun 1988, Hazrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifatul Masih IV dari Jemaat Islam Ahmadiyah telah diundang oleh BTV yaitu stasiun televisi Nigeria untuk mengikuti
Lebih terperinci