KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN PERUBAHAN, DAN PRIORITAS UNTUK PENGADILAN FEDERAL. 30 September 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN PERUBAHAN, DAN PRIORITAS UNTUK PENGADILAN FEDERAL. 30 September 2011"

Transkripsi

1 KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN PERUBAHAN, DAN PRIORITAS UNTUK PENGADILAN FEDERAL 30 September Ketua Mahkamah Agung RI Harifin Tumpa dan rekan-rekan dari Mahkamah Agung Republik Indonesia. 2. Terima kasih sekali lagi, telah memperkenankan saya untuk berbagi dengan anda semua, pengalaman dari Pengadilan Federal dan pengalaman anda terkait dengan kepemimpinan, manajemen perubahan dan prioritas di masing-masing Pengadilan. 3. Sebagaimana yang anda ketahui, perubahan tidaklah mudah dan membutuhkan kesabaran dan perencanaan yang menyeluruh. Perubahan juga memerlukan pengakuan akan kekuatan dan kelemahan dari suatu organisasi beserta para stafnya. 4. Namun apabila dilakukan dengan benar, maka perubahan dapat menjadi dasar bagi adanya lembaga yang profesional dan transparan yang menjadi kebanggaan bangsa dan merupakan tempat bekerja yang memuaskan. 5. Sebagaimana anda ketahui, Pengadilan Federal Australia, merupakan Pengadilan Federal Superior yang bertanggung jawab memutuskan perkaraperkara penting di bawah Hukum Federal. Sama halnya dengan Mahkamah Agung, kami juga bertanggung jawab untuk memutus perkara banding dari pengadilan dan tribunal lainnya, selain banding dari hakim tunggal Pengadilan kami. 6. Pengadilan Federal dibentuk 35 tahun yang lalu di bawah kepemimpinan Sir Nigel Bowen. Ambisi beliau saat itu adalah bahwa Pengadilan ini haruslah menjadi Pengadilan yang sarat dengan keunggulan, inovasi dan kehormatan. 7. Jika melihat dari tujuan yang dikemukakan oleh Sir Nigel Bowen, saya pikir kami dapat berbahagia dengan apa yang telah dicapai oleh pendahulu kami dan oleh kami sendiri. Perubahan yang radikal dalam struktur atau proses tidaklah diperlukan ataupun dikehendaki. 8. Setelah lebih dari setengah jumlah hakim di Pengadilan ini yang sudah ditunjuk sejak 2005, saya berpikir bahwa akan sangat bernilai jika kurang lebih setelah 18 bulan penugasan saya sebagai Ketua Pengadilan (Chief Justice), untuk mencanangkan Hari Perencanaan Strategis untuk memastikan bahwa kami memiliki pemahaman yang sama mengenai kondisi awal kami dan bagaimana kami melakukan berbagai hal; dan mendapatkan gambaran yang jelas ke arah mana kami menuju. Ini merupakan waktu yang baik untuk melihat dengan baik diri kami, mengkonsolidasikan posisi kami,

2 2 mengidentifikasikan area yang memerlukan peningkatan dan memfokuskan upaya kami untuk menghadapi tantangan yang ada di depan. 9. Sepanjang 18 bulan terakhir, saya juga mengambil kesempatan untuk bertemu dengan setiap Hakim dan berdiskusi dengan mereka mengenai apa yang mereka pandang sebagai prioritas dan permasalahan yang dihadapi oleh Pengadilan. Hari perencanaan ini jatuh di bulan Agustus tahun ini dan saya ingin berbagi kepada anda beberapa hal yang menjadi fokus pembicaraan pada sesi tersebut. 10. Perlu dipahami bahwa saat ini, dan untuk selama beberapa waktu, Pengadilan Federal merupakan pengadilan superior Australia yang memiliki sumber daya terbaik. Kami memiliki struktur administratif yang independen dimana kami mendapatkan bantuan dan dukungan administratif dari tata usaha pengadilan yang unggul. Sebagaimana halnya Mahkamah Agung, kemandirian (self administration) adalah hal yang sangat penting bagi kami. 11. Tidak pernah ada seorang pun yang ragu mengenai mutu pekerjaan kami untuk berbagai yurisdiksi yang luas atau ragu mengenai seberapa pentingnya pekerjaan ini untuk kelangsungan negara kami. Tajuk utama dari pers nasional merupakan bukti keberadaan penting kami dalam kehidupan komersial bangsa dan juga bidang-bidang kunci lainnya seperti hukum publik, hukum persaingan dagang, hukum perpajakan, dan hukum industri. 12. Namun, adalah suatu kesalahan kalau kami tidak mengakui bahwa ada beberapa hal yang seharusnya bisa kami lakukan dengan lebih baik dan ada tantangan berupa perubahan substantif yang harus dihadapi. Tuntutan akan peningkatan efisiensi dalam sistem peradilan yang semakin mahal dan kompleks, serta pentingnya konsistensi nasional dalam menghadapi kaburnya batas-batas antar negara dalam hal sosial dan ekonomi, menuntut adanya efisiensi tersebut. 13. Penting bagi Pengadilan kami untuk menjadi dan untuk tampak sebagai pengadilan superior yang paling efisien dan efektif di negara kami. Kepentingan itu, melebihi kepentingan lainnya, diperlukan untuk mengakses sumber daya publik yang semakin langka. Hal itu hanya bisa diperoleh melalui keinginan akan inovasi dan keunggulan. 14. Terkait dengan inovasi, kami telah, selama lebih dari tiga setengah dekade dari keberadaan kami, menjadi contoh bagi pengadilan lainnya di Australia. Dan merupakan prioritas bagi kami bahwa keadaan ini terus berlanjut. 15. Kami berada pada posisi dimana masyarakat dan pengadilan tinggi lainnya akan memandang kami sebagai pengadilan tinggi yang paling inovatif dan dapat memimpin dalam menangani keterlambatan dan biaya. Saya tidak ragu kami bisa mencapai semua ini melalui penyempurnaan dan penerapan strategi manajemen yang baik.

3 3 16. Kami sebagai lembaga peradilan, juga memimpin terjalinnya hubungan antara para hakim dan profesi hukum lainnya dalam rangka mengakomodasi kebutuhan litigasi di abad ke Profesi hukum di Australia akan mengalami perubahan mendalam selama beberapa dekade mendatang dengan adanya proses globalisasi, pertumbuhan firma hukum nasional dan masuknya firma hukum internasional. Profesi hukum Australia akan mengalami tekanan ekonomi yang besar dan akan mengarah pada perubahan budaya. 18. Kesemuanya ini berdampak pada kepentingan publik. Tetapi ini juga berdampak pada cara Pengadilan dan hakim menjalankan pekerjaannya dan kepuasan yang kami dapatkan dari menjalankan peran kami sebagai hakim. 19. Seorang hakim Federal Amerika (Learned Hand) sepanjang perjalanan karir hukumnya, seringkali merefleksikan peranan seorang hakim. Beliau berpendirian bahwa penghargaan sesungguhnya dari seorang hakim terletak pada kepuasan hampir seperti kesenangan estetik yang diperoleh dari penulisan putusan. Tetapi bukanlah kesenangan, bahkan hanyalah penderitaan, ketika harus menuliskan putusan yang panjang yang menjelaskan permasalahan yang sebenarnya tidak disengketakan dan harus dibahas hanya karena para pengacara tidak memiliki keberanian untuk mengambil tanggung jawab untuk mengeluarkannya. 20. Dan, yang lebih penting lagi, kepentingan publik tidaklah terlayani dengan adanya kelambatan, baik pada persidangan maupun pada pengambilan putusan. 21. Ada kebutuhan untuk memastikan bahwa ketika menuliskan putusan, kita dibebaskan fokus pada permasalahan yang sebenarnya; dan oleh karena itu, kita dapat mengeluarkan putusan yang lebih terfokus dan lebih singkat. 22. Saya ingin mengangkat permasalahan mengenai beban kerja dan pengelolaannya yang memiliki dampak langsung terhadap setiap permasalahan yang telah saya kemukakan. 23. Dari diskusi saya dengan para hakim, merupakan suatu kesepakatan bulat yang nyata bahwa setiap hakim harus mengatur sendiri docket atau acara pengadilan (daftar perkara yang diserahkan kepadanya) baik dalam hal pengelolaannya maupun pendaftaran beracaranya. 24. Karena itu, penting untuk diputuskan bahwa sistem docket tetap akan digunakan. Namun demikian kami perlu memastikan bahwa harus ada fokus kepada pengoperasian yang efisien dan seimbang dari sistem tersebut. 25. Di Pengadilan Federal Australia, kami memiliki hakim-hakim dengan mutu terbaik yang ada di negara kami. Merupakan prioritas bagi kami bahwa keadaan ini harus terus berlangsung.

4 4 26. Penting bagi kami sebagai sebuah Pengadilan untuk mengakui bahwa kami perlu mempertahankan hakim yang berpengalaman dan sukses yang kami miliki, dan tetap menarik calon-calon hakim yang terbaik. Untuk itu, kami harus memastikan bahwa bekerja di lembaga kami merupakan pilihan karir yang menarik. Lebih penting lagi, prioritasnya adalah untuk mempertahankan hakim-hakim unggul yang telah kami miliki di Pengadilan dan salah satu cara untuk melakukan hal itu adalah memastikan bahwa beban kerja dari para hakim ini seimbang dan sesuai bidang mereka. 27. Ini mengarah pada pembahasan mengenai alokasi pekerjaan untuk hakim dengan istilah yang kami sebut dengan panel namun anda di Mahkamah Agung menyebutnya dengan Sistem Kamar. 28. Kami telah memulai proses kajian untuk Sistem Kamar kami. Dalam proses kajian tersebut kami merefleksikan tentang fundamental yang mendasari Sistem Kamar. Salah satu fundamental adalah bahwa Sistem Kamar dikembangkan untuk memungkinkan para hakim terlibat lebih dalam dalam bidang yang relevan untuk mereka. 29. Fundamental lainnya adalah nilai dari keahlian dan pengalaman yang dapat diberikan oleh Sistem Kamar. Keahlian dan pengalaman merupakan pendorong profesi untuk memilih berlitigasi di Pengadilan Federal di area jurisdiksi khusus. 30. Sistem Kamar memastikan manajemen perkara yang efisien. Hakim yang berpengalaman dan ahli di bidang tertentu bisa mengelola perkara secara lebih efisien karena mereka melihat perkara yang Ia tangani memiliki pola yang telah Ia kenali sebelumnya. 31. Keahlian dan pengalaman di bidang-bidang tertentu juga memastikan bahwa putusan substantif disampaikan secara lebih cepat dan tidak sebaliknya. Ini adalah keuntungan-keuntungan penting yang harus senantiasa diingat. 32. Pertanyaannya bagi kami di Pengadilan Federal adalah apakah mungkin untuk mendapatkan kondisi tersebut dan mendapatkan keseimbangan yang tepat dalam pengalokasian perkara dari sisi jumlah dan kompleksitasnya. 33. Sedangkan untuk rekrutmen hakim-hakim baru, sebagaimana yang saya telah sampaikan, kami perlu senantiasa terlihat sebagai pengadilan yang diingini. Memastikan adanya sumber daya yang cukup, tergantung dari kemampuan untuk menyeimbangkan antara kenyataan dan persepsi bahwa Pengadilan kami adalah pengadilan sipil yang unggul di negara kami. 34. Tetapi bahkan kalau kami bisa mendapatkan sumber daya yang diperlukan, ada batas mengenai seberapa jauh kami bisa tumbuh. 35. Pandangan pribadi saya adalah kami perlu untuk tetap berukuran relatif kecil: yang saya maksud di sini adalah sekitar 50 dalam jumlah. Kami harus menjadi, dan dilihat sebagai pengadilan superior dari negara Persemakmuran Australia.

5 5 36. Ini berarti, saya pikir, bahwa kami tidak boleh menjadi besar dalam jumlah. 37. Jumlah yang besar mengancam ikatan dan kekompakan dan rasa keistimewaan. Organisasi yang kecil biasanya lebih efisien dibandingkan yang lebih besar. 38. Untuk memastikan bahwa jurisdiksi kami sebagai Pengadilan Superior terjaga, namun dengan ukuran yang tetap kecil, kami harus memastikan bahwa kami hanya menangani hal-hal yang paling penting (bukan berarti hanya menangani perkara yang melibatkan jumlah uang yang besar namun yang dimaksud adalah kami harus selektif dalam menangani perkara yang tidak besar). 39. Upaya mencapai tujuan ini bisa juga berarti mendorong pertumbuhan jurisdiksi dari pengadilan inferior dan artinya meningkatkan jumlah hakim di pengadilan-pengadilan tersebut. 40. Masih terkait dengan keunggulan, mutu dari putusan Pengadilan tidak boleh ditawar. Saya selalu merasa bangga telah menjadi bagian dari Pengadilan ini setiap kali saya membaca salah satu dari putusan kami. 41. Ketepatan waktu dalam menyampaikan putusan juga terus menjadi permasalahan yang perlu terus dimonitor dan tetap diwaspadai. 42. Pada umumnya, ada alasan-alasan yang sangat baik kenapa putusan seringkali memerlukan waktu yang sangat lama: Pekerjaan kami melibatkan permasalahan yang beragam dan sulit seperti hak paten, pajak, hak penduduk asli dan persaingan yang tidak ditangani oleh pengadilan lainnya; dan Pekerjaan kami didasarkan hampir secara keseluruhannya atas hukum tertulis (statute law) yang tumbuh dengan cepat, dan sangat sulit untuk diinterpretasikan, terutama batasan pemberlakuannya. 43. Tapi di atas semuanya, tidak pernah lebih bagi hakim Pengadilan kami dari 3 bulan untuk bisa mengeluarkan bahkan putusan yang paling kompleks, sesuai dengan protokol Pengadilan. 44. Saya menekankan bahwa saya boleh senang karena masalah ini bukanlah mengenai kemampuan atau kerajinan. Beberapa hakim-hakim terbaik dan pekerja keras kami memiliki putusan yang masih menunggu, justru karena mereka merupakan hakim yang pekerja keras. 45. Masalahnya adalah bukan mengenai kerajinan atau upaya tetapi adalah manajemen. 46. Kita harus mengelola waktu kita dengan lebih baik. Manajemen dalam hal ini berari manajemen oleh masing-masing hakim, tetapi juga suatu tanggungjawab bersama. Adanya tanggungjawab bersama itu memerlukan pengakuan dari seluruh hakim atas keadaan dari hakim lainnya sehingga

6 6 langkah-langkah dapat diambil untuk memastikan bahwa beban kerja dibagi sesuai dengan kapasitas yang ada. 47. Tampaknya bagi saya, setidaknya, kami memerlukan sistem yang lebih efektif tentang memperhatikan resiko yang kami miliki saat ini. Tidak ada gunanya mengharapkan hakim pekerja keras yang sangat termotivasi untuk mengangkat tangan mereka dan meminta pertolongan: karena mereka pasti tidak akan melakukannya. 48. Pada akhirnya, dalam hal tanggungjawab bersama, ini menjadi beban saya sebagai Chief of Justice. Jika prosedur kami menyebabkan hakim-hakim yang baik justru memiliki putusan tertunda, maka itu merupakan kegagalan saya karena tidak melakukan apapun untuk memperbaiki prosedur tersebut. 49. Kita harus mencari tahu apa yang tidak berjalan dan apa yang bisa kita lakukan mengenai hal itu. Kita harus mencari tahu bagaimana memonitor dan menilai keberhasilan atau kegagalan dari proses-proses yang baru. Saya paham bahwa ini adalah kekhawatiran yang kita sama-sama miliki. 50. Beberapa pilihan yang telah dibahas dalam Lokakarya Perencanaan adalah bagi para Panitera kami untuk memonitor secara aktif pekerjaan seorang hakim, bagi para hakim untuk menyampaikan dalam pertemuan rutin penyebab dari keterlambatan pengambilan putusan dan publikasi daftar putusan yang tertunda. 51. Permasalahan ini memiliki konsekuensi untuk Pengadilan dalam upaya mempertahankan hakim. Jika Learned Hand betul bahwa kepuasan menuliskan putusan adalah satu-satunya penghargaan bagi hakim, maka kita harus memastikan bahwa penulisan putusan tersebut tidak menjadi sumber ketidakpuasan atau rasa malu pribadi ataupun profesi. 52. Mengenai aspek lainnya dari mempertahankan dan merekrut para hakim, tampaknya bahwa profil internasional dari Pengadilan yang bersangkutan merupakan aspek penting dan dihargai untuk menjadi hakim di Pengadilan tersebut. 53. Saat ini, kami memiliki komitmen yang besar kepada Indonesia, Vietnam, Cina, PNG dan Tonga dan Kepulauan Pasifik. Pekerjaan yang telah kami lakukan adalah pekerjaan yang sangat kami banggakan dan kami menyambut baik keberlanjutan dari kemitraan yang sudah ada sejak lama antara Pengadilan kita. 54. Sabagaimana anda ketahui, kami di Australia berpikir dengan tradisi filosofi yang dimulai sejak jaman Yunani kuno. Ijinkan saya menyimpulkan dengan mengingatkan anda bahwa dalam pidato Pericles yang terkenal atas kematian Atena pada jaman Perang Peloponnesia, Thucydides, Pericles berkata: Kita tidak mencontoh pengaturan dari yang lain, tetapi kita memberikan contoh untuk mereka ikuti.

7 7 55. Itulah tantangan bagi kami di Pengadilan Federal dan tentunya tantangan bagi Mahkamah Agung dalam mengimplementasikan program reformasi yang substansial ini. Saya menyambut baik kerja sama ini untuk mencapai tujuan kita bersama.

8 Pengadilan Federal Australia Kepemimpinan, manajemen perubahan dan prioritas untuk Pengadilan Federal Dipresentasikan oleh Chief Justice Keane Pengadilan Federal Australia 30 September 2011

9 Pengadilan Federal Australia Memutuskan perkara-perkara paling penting yang timbul di bawah Hukum Federal Sidang banding dari Pengadilan dan Tribunal lainnya Sidang banding dari hakim tunggal Pengadilan Federal

10 Pengadilan Federal Australia Dibentuk pada tahun tahun yang lalu di bawah kepemimpinan Sir Nigel Bowen Pengadilan yang sarat dengan keunggulan, inovasi dan kehormatan Pengadilan telah banyak mencapai tujuannya

11 Pengadilan Federal Australia Pengadilan superior bersumber daya baik Struktur tata usaha yang independen Kemandirian penting bagi kami Berbagai tantangan untuk mempertahankan kemandirian dan sumber daya

12 Konsultasi dan Perencanaan Lebih dari setengah hakim Pengadilan yang ditunjuk sejak 2005 Konsultasi dengan setiap hakim untuk mendiskusikan prioritas dan permasalahan yang ada Agustus 2011 Lokakarya Perencanaan Strategis dengan hakim dan panitera Fokus lokakarya Kondisi awal kita, bagaimana kita melakukan berbagai hal dan kemana kita akan menuju

13 Prioritas untuk Pengadilan Mengkonsolidasi posisi kami sumber daya dan reputasi Identifikasi area yang memerlukan peningkatan dan tantangan yang dihadapi Memfokuskan energi untuk menghadapi tantangan ke depan

14 Lingkungan Tuntutan untuk peningkatan efisiensi Sistem peradilan yang semakin mahal dan kompleks Pentingnya konsistensi nasional dengan adanya pengaburan batas-batas antar negara dalam hal sosial dan ekonomi Pentingnya Pengadilan dilihat sebagai Pengadilan superior yang efisien dan efektif bagi negara Keberlanjutan akses terhadap sumber daya publik yang langka melaui inovasi, keunggulan, dan kepercayaan serta keyakinan publik

15 Lingkungan Litigasi di abad ke-21 perubahan peran Hakim dan profesi hukum Globalisasi Pertumbuhan firma hukum nasional Masuknya firma hukum internasional Arbitrase internasional/nasional

16 Efisiensi dan Efektifitas Meminimalisir lamanya persidangan dan putusan Kepentingan publik tidak terlayani dengan adanya keterlambatan persidangan dan putusan Putusan harus fokus pada permasalahan sesungguhnya Putusan yang lebih fokus dan singkat

17 Efisiensi dan Efektifitas Penyempurnaan dan penerapan yang baik dari strategi manajemen perkara Mempertahankan sistem docket (acara persidangan) Hakim mengelola docket daftar perkara yang dialokasikan untuknya baik dari sisi manajemen perkara maupun pendaftaran perkara Fokus pada keberlanjutan manajemen perkara yang efisien dan seimbang

18 Efisiensi dan Efektifitas Penting untuk mempertahankan hakim yang berpengalaman dan sukses Mempertahankan hakim dengan memastikan bahwa beban kerja seimbang dan sesuai keahlian Menarik calon hakim terbaik Perlu memastikan bahwa penunjukan sebagai hakim di Pengadilan ini adalah pilihan karir yang menarik

19 Sistem Kamar Fundamental dari Sistem Kamar: mengembangkan keahlian dan pengalaman hakim pengadilan pilihan spesialisasi dalam beberapa jurisdiksi kunci keahlian hakim menghasilkan manajemen kasus yang efektif keahlian hakim memastikan penilaian substantif disampaikan secara lebih cepat Tantangan Keseimbangan antara keahlian dan alokasi seimbang dari perkara baik dari sisi jumlah dan kompleksitas

20 Tantangan di masa mendatang Reputasi dari Pengadilan sebagai Pengadilan superior penting untuk: kepercayaan dan keyakinan publik akses terhadap sumber daya Rekrutmen hakim - berdasarkan Pengadilan yang paling diingini Kecil dalam jumlah sekitar 45 hakim mempertahankan ikatan/kekompakan lebih efisien jika lebih kecil

21 Tantangan di masa mendatang Memastikan Pengadilan menangani kasus yang paling signifikan untuk bangsa Mendorong pertumbuhan jurisdiksi dan sumber daya dari pengadilan inferior untuk memastikan bahwa hanya perkara yang tepat yang akan ditangani oleh Pengadilan Federal.

22 Tantangan di masa mendatang Mutu dan ketepatan waktu dari putusan Lambatnya putusan: Perkara yang sifatnya kompleks menyangkut berbagai jurisdiksi dan sulit (seperti paten, pajak, hak native dan hukum persaingan) Statute law terus tumbuh dan sulit untuk diinterpretasikan Protokol untuk menyampaikan putusan dalam waktu 3 bulan Masalah lambatnya putusan tidak terkait dengan kemampuan dan kerajinan

23 Tantangan di masa mendatang Lambatnya putusan Baik masalah manajemen oleh masing-masing hakin dan juga tanggung jawab bersama Pemahaman dari seluruh hakim mengenai keadaan hakim lainnya Perlunya untuk membagi beban dan menggunakan kapasitas yang ada Implementasi sistem yang lebih efektif dengan memperhatikan resiko Panitera secara aktif memonitor dan memberikan dukungan terkait degan beban kerja dan tuntutan hakim

24 Tantangan di masa mendatang Lambatnya putusan Pilihan Hakim memberitahukan pada rapat rutin tentang alasan lambatnya putusan Publikasi dari daftar perkara yang masih menunggu putusan Mempertahankan hakim memastikan hakim tidak menjadi sumber ketidakpuasan pribadi ataupun profesi

25 Inovasi, Keunggulan dan Kehormatan Kami tidak mencontoh pengaturan yang lain, tetapi kami memberikan contoh untuk mereka ikuti Pericles

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Bismillaahirrahmaanirrahiim Yang Mulia Ketua Family Court of Australia Yang Mulia Ketua Federal Court of Australia, Yang Mulia Duta Besar Australia untuk Republik

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/KMA/SK/VIII/2007 TAHUN 2007 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/KMA/SK/VIII/2007 TAHUN 2007 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG NOMOR 144/KMA/SK/VIII/2007 TAHUN 2007 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN KETUA MAHKAMAH AGUNG, Menimbang : a. bahwa proses peradilan yang transparan merupakan salah

Lebih terperinci

Peranan Peradilan Dalam Proses Penegakan Hukum UU No.5/1999. Putusan KPPU di PN dan Kasasi di MA

Peranan Peradilan Dalam Proses Penegakan Hukum UU No.5/1999. Putusan KPPU di PN dan Kasasi di MA Peranan Peradilan Dalam Proses Penegakan Hukum UU No.5/1999 Dalam Perkara Keberatan Terhadap Putusan KPPU di PN dan Kasasi di MA Fenomena proses penegakan hukum di Indonesia Dibentuknya berbagai Komisi

Lebih terperinci

UPAYA MEWUJUDKAN PERADILAN MILITER YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

UPAYA MEWUJUDKAN PERADILAN MILITER YANG BERSIH DAN BERWIBAWA 1 UPAYA MEWUJUDKAN PERADILAN MILITER YANG BERSIH DAN BERWIBAWA Oleh : Letkol Chk James F. Vandersloot, SH, MH. A. Pendahuluan Peradilan militer merupakan salah satu lembaga peradilan di bawah Mahkamah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945

Lebih terperinci

KUESIONER. Pengaruh Tingkat Kesesuaian Antara Persepsi Tentang Suatu Keinginan Untuk

KUESIONER. Pengaruh Tingkat Kesesuaian Antara Persepsi Tentang Suatu Keinginan Untuk KUESIONER Pengaruh Tingkat Kesesuaian Antara Persepsi Tentang Suatu Keinginan Untuk Ikut Berpartisipasi Dengan Suatu Kesempatan Untuk Berpartisipasi Terhadap Kinerja Manajerial : Komitmen Organisasi Sebagai

Lebih terperinci

1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN

1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN 1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN 1.1 Pengadilan telah mengumumkan visi, misi (tujuan), dan detil bagaimana memenuhi nilai dasar (seperti : aksesibilitas, aktualitas, dan keadilan). 1.2 Pimpinan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan

Lebih terperinci

Mencapai Tujuan Penerapan Sistem Kamar yang Ideal

Mencapai Tujuan Penerapan Sistem Kamar yang Ideal Mencapai Tujuan Penerapan Sistem Kamar yang Ideal Diskusi Publik Memperkuat Sistem Kamar untuk Meningkatkan Kualitas dan Konsistensi Putusan Pengadilan Lembaga Kajian & Advokasi untuk Independensi Peradilan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN Undang-undang Arbitrase Tahun (Direvisi tahun 2011)

DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN Undang-undang Arbitrase Tahun (Direvisi tahun 2011) DAFTAR ISI Undang-undang Arbitrase Tahun 2005 UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN 2005 (Direvisi tahun 2011) 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur SUSUNAN BAGIAN Bagian I Pendahuluan 1. Judul singkat

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA Bulaksumur, Yogyakarta Telp. (0274) , , Fax.

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA Bulaksumur, Yogyakarta Telp. (0274) , , Fax. PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA Bulaksumur, Yogyakarta 55281 Telp. (0274) 550435, 901435., Fax. 550436 Kepada yang terhormat, Bapak/Ibu/Saudara/i Aparatur Sipil Negara

Lebih terperinci

keterangan Pers Presiden RI pada Pertemuan dengan Pimpinan Lembaga Negara, Jakarta, 4 Agustus 2011 Kamis, 04 Agustus 2011

keterangan Pers Presiden RI pada Pertemuan dengan Pimpinan Lembaga Negara, Jakarta, 4 Agustus 2011 Kamis, 04 Agustus 2011 keterangan Pers Presiden RI pada Pertemuan dengan Pimpinan Lembaga Negara, Jakarta, 4 Agustus 2011 Kamis, 04 Agustus 2011 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERTEMUAN SILATURAHMI PRESIDEN

Lebih terperinci

REFORMASI TATA KELOLA PERADILAN. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

REFORMASI TATA KELOLA PERADILAN. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. REFORMASI TATA KELOLA PERADILAN Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. MANAJEMEN PERADILAN Salah satu masalah yang sangat penting dalam upaya perbaikan sistem peradilan dan penegakan hukum dan keadilan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian tentang Evaluasi Kompetensi Pustakawan Pelayanan Referensi di Perpustakaan

Lebih terperinci

K U E S I O N E R PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA MANAJER

K U E S I O N E R PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA MANAJER K U E S I O N E R PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA MANAJER Mohon Bapak/Ibu untuk mengisi daftar pertanyaan berikut : Identitas Responden : Nama :. Usia : tahun Jenis Kelamin : ( ) Pria (

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 144/KMA/SKNIII/2007 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap

KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap pencari keadilan dimanapun. Undang-Undang Nomor 48 Tahun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 134/KMA/SK/IX/2011 TENTANG SERTIFIKASI HAKIM LINGKUNGAN HIDUP

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 134/KMA/SK/IX/2011 TENTANG SERTIFIKASI HAKIM LINGKUNGAN HIDUP KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 134/KMA/SK/IX/2011 TENTANG SERTIFIKASI HAKIM LINGKUNGAN HIDUP KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang:

Lebih terperinci

TEKNIK FUNDRAISING - Bagian 4 dari 6 IV. TEKNIK MENULIS PROPOSAL. Pendahuluan

TEKNIK FUNDRAISING - Bagian 4 dari 6 IV. TEKNIK MENULIS PROPOSAL. Pendahuluan TEKNIK FUNDRAISING - Bagian 4 dari 6 IV. TEKNIK MENULIS PROPOSAL Pendahuluan Pengumpulan dana bisa jadi sangat lama, mahal, dan merupakan proses yang membuat frustasi, dan tiada jalan yang bisa memastikan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PRASETYA PERWIRA TENTARA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN 3.1. TAHAP I KESELAMATAN YANG BERDASARKAN HANYA PADA PERATURAN PERUNDANGAN

3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN 3.1. TAHAP I KESELAMATAN YANG BERDASARKAN HANYA PADA PERATURAN PERUNDANGAN 3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN Semua organisasi organisasi yang terlibat dalam kegiatan nuklir jelas memiliki perhatian yang sama terhadap pemeliharaan dan peningkatan keselamatan. Tetapi

Lebih terperinci

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 5, NO 1, Edisi Februari 2013 (ISSN : ) EMPAT DISIPLIN MENJADI ORGANISASI YANG SEHAT

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 5, NO 1, Edisi Februari 2013 (ISSN : ) EMPAT DISIPLIN MENJADI ORGANISASI YANG SEHAT EMPAT DISIPLIN MENJADI ORGANISASI YANG SEHAT Sri Wiranti Setiyanti Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Semarang Abstraksi Terdapat dua kualitas yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan yang sukses,

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

UNTAET Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Lorosae REGULASI NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN KEJAKSAAN DI TIMOR TIMUR

UNTAET Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Lorosae REGULASI NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN KEJAKSAAN DI TIMOR TIMUR UNITED NATIONS NATIONS UNIES United Nations Transitional Administration Administration Transitoire des Nations Unies in East Timor au Timor Oriental UNTAET Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Undang-undang Arbitrase Tahun 2005

DAFTAR ISI Undang-undang Arbitrase Tahun 2005 DAFTAR ISI Undang-undang Arbitrase Tahun 2005 UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN 2005 (Direvisi tahun 2011) 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Undang-Undang Arbitrase Tahun 2005 3 SUSUNAN BAGIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan organisasi mengatasi berbagai tantangan dan berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan organisasi mengatasi berbagai tantangan dan berhasil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan organisasi mengatasi berbagai tantangan dan berhasil meraih kesuksesan bergantung pada berbagai faktor. Misalnya mengelola sumber daya manusia

Lebih terperinci

PANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH

PANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH PANDUAN KERJA 1 IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI BAGI KEPALA SEKOLAH 1. Pendahuluan Induksi merupakan tahap penting dalam Pengembangan Profesional Berkelanjutan (PPB) bagi seorang guru. Program Induksi Guru

Lebih terperinci

SELEBARAN INFORMASI SELEBARAN INFORMASI untuk Aktivitas 3: Tipe negosiator apakah anda?

SELEBARAN INFORMASI SELEBARAN INFORMASI untuk Aktivitas 3: Tipe negosiator apakah anda? SELEBARAN INFORMASI SELEBARAN INFORMASI untuk Aktivitas 3: Tipe negosiator apakah anda? Pilih antara pernyataan yang berlawanan (dari kolom sebelah kiri dan kolom sebelah kanan) yang paling sesuai menjelaskan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

DAFTAR ISI. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE PROSES Acara Cepat KLRCA Bagian II SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI Bagian III PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

Lebih terperinci

CAPAIAN MAHKAMAH AGUNG DI TAHUN 2011

CAPAIAN MAHKAMAH AGUNG DI TAHUN 2011 CAPAIAN MAHKAMAH AGUNG DI TAHUN 2011 JAKARTA HUMAS, Menengok setahun terakhir kiprah perjalanan pembaruan, boleh dikatakan cukup banyak terobosan dalam upaya mewujudkan agenda visi dan misi badan peradilan

Lebih terperinci

KOMPONEN D SUMBER DAYA MANUSIA

KOMPONEN D SUMBER DAYA MANUSIA KOMPONEN D SUMBER DAYA MANUSIA 1. Sistem rekrutmen dan seleksi dosen dan tenaga kependidikan. Program Studi S2 Akuntansi yang mulai berdiri berdasarkan Surat Dirjen Dikti No. 2844/D/2001 tanggal 31 Agustus

Lebih terperinci

KEWENANGAN PENGADILAN NIAGA DALAM MENYELESAIKAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. Oleh : Linda Firdawaty * Abstraksi

KEWENANGAN PENGADILAN NIAGA DALAM MENYELESAIKAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. Oleh : Linda Firdawaty * Abstraksi A. Pendahuluan KEWENANGAN PENGADILAN NIAGA DALAM MENYELESAIKAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG Oleh : Linda Firdawaty * Abstraksi Pengadilan niaga merupakan salah satu alternative penyelesaian

Lebih terperinci

24 Contoh Jawaban Pertanyaan Tes WAWANCARA KERJA (Job Interview)

24 Contoh Jawaban Pertanyaan Tes WAWANCARA KERJA (Job Interview) 24 Contoh Jawaban Pertanyaan Tes WAWANCARA KERJA (Job Interview) BY TIPS CARA 30 COMMENTS 24 CONTOH PERTANYAAN dan Jawaban WAWANCARA lowongan KERJA (Job Interview) 2015 berikut ini, Bagus untuk panduan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

MAKALAH TRANSPARANSI PENGADILAN. Oleh: DR. IBRAHIM, S.H, M.H, LL.M.

MAKALAH TRANSPARANSI PENGADILAN. Oleh: DR. IBRAHIM, S.H, M.H, LL.M. PEMERKUATAN PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK HAKIM SELURUH INDONESIA Hotel Santika Makassar, 30 Mei 2 Juni 2011 MAKALAH TRANSPARANSI PENGADILAN Oleh: DR. IBRAHIM, S.H, M.H, LL.M. TRANSPARANSI PENGADILAN

Lebih terperinci

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG PENILAIAN PRIBADI SANDIMAN DI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

Yang saya hormati Bapak dan Ibu Hakim Tinggi dan Hakim Tinggi Adhoc Pengadilan Tinggi Bandung.

Yang saya hormati Bapak dan Ibu Hakim Tinggi dan Hakim Tinggi Adhoc Pengadilan Tinggi Bandung. SAMBUTAN KETUA PENGADILAN TINGGI BANDUNG PADA ACARA PELANTIKAN KETUA PENGADILAN NEGERI PURWAKARTA DAN PENGADILAN NEGERI CIBADAK OLEH : DR. Hj MARNI EMMY MUSTAFA, SH.,MH PADA TANGGAL 30 AGUSTUS 2013 Assalamualaikum

Lebih terperinci

SAMBUTAN PELANTIKAN KETUA PENGADILAN TINGKAT BANDING Jakarta, 28 JULI 2017

SAMBUTAN PELANTIKAN KETUA PENGADILAN TINGKAT BANDING Jakarta, 28 JULI 2017 KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIAN SAMBUTAN PELANTIKAN KETUA PENGADILAN TINGKAT BANDING Jakarta, 28 JULI 2017 Bismillaahirrahmaanirrahiim, Assalamu alaikum Warahmatullahiwabarakaatuh, Salam Sejahtera,

Lebih terperinci

Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia

Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia MIGRANT WORKERS ACCESS TO JUSTICE SERIES Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia RINGKASAN EKSEKUTIF Bassina Farbenblum l Eleanor Taylor-Nicholson l Sarah Paoletti Akses

Lebih terperinci

Etika di Sekolah : Sebuah Model Program Pemberantasan Korupsi di USA

Etika di Sekolah : Sebuah Model Program Pemberantasan Korupsi di USA Etika di Sekolah : Sebuah Model Program Pemberantasan Korupsi di USA Oleh Suradi Widyaiswara Madya Balai Diklat Keuangan Palembang Ringkasan Pendidikan Model Kode Etik, yang dirancang dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Abad 21 telah mengantarkan pada sebuah lingkungan kerja yang. memuat baik ancaman maupun kesempatan bagi organisasi publik dan

BABI PENDAHULUAN. Abad 21 telah mengantarkan pada sebuah lingkungan kerja yang. memuat baik ancaman maupun kesempatan bagi organisasi publik dan BABI PENDAHULUAN A. La tar Belakang Masalah Abad 21 telah mengantarkan pada sebuah lingkungan kerja yang memuat baik ancaman maupun kesempatan bagi organisasi publik dan swasta. Ancaman dalam hal ini disebabkan

Lebih terperinci

PERSETUJUAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK FEDERAL JERMAN TENTANG PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN TIMBAL BALIK PENANAMAN MODAL

PERSETUJUAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK FEDERAL JERMAN TENTANG PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN TIMBAL BALIK PENANAMAN MODAL PERSETUJUAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK FEDERAL JERMAN TENTANG PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN TIMBAL BALIK PENANAMAN MODAL Republik Indonesia dan Republik Federal Jerman (selanjutnya disebut sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

B.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA

B.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA B.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN AGAMA RI SEKRETARIAT JENDERAL BIRO ORGANISASI DAN TATALAKSANA TAHUN 2006 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kolaborasi 2.1.1 Defenisi Kolaborasi Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 83, 2004 () KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE KLRCA (Direvisi pada tahun 2013) Bagian II PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada tahun 2010) Bagian III SKEMA Bagian IV PEDOMAN UNTUK

Lebih terperinci

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas Penyelenggaraan Ibadah Haji, 13 Juli 2010 Selasa, 13 Juli 2010

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas Penyelenggaraan Ibadah Haji, 13 Juli 2010 Selasa, 13 Juli 2010 Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas Penyelenggaraan Ibadah Haji, 13 Juli 2010 Selasa, 13 Juli 2010 SAMBUTAN PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SIDANG KABINET TERBATAS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Reformasi sistem peradilan membawa perubahan yang mendasar bagi peran Pengadilan Negeri Pangkajene dalam menjalankan tugas dan fungsi pokoknya dibidang administrasi,

Lebih terperinci

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti Pendekatan advokasi yang dilakukan oleh Advance Family Planning (AFP) fokus pada upaya memperoleh quick wins (keputusan-keputusan berkaitan dengan kebijakan atau

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 Topik #1 Manajemen Guru Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019 secara eksplisit menyebutkan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI. (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017)

STANDAR KOMPETENSI. (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017) Lampiran I Pengumuman Nomor : 12 /PANSEL.KOMINFO/KP.03.01/03/2018 Tanggal : 4 Maret 2018 STANDAR KOMPETENSI (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya; LAMPIRAN PERSETUJUAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI MENYELURUH ANTAR PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LAPORAN PENGAWASAN BADAN PENGAWAS LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN Indonesia ( L A P S P I ) TAHUN 2017

LAPORAN PENGAWASAN BADAN PENGAWAS LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN Indonesia ( L A P S P I ) TAHUN 2017 LAPORAN PENGAWASAN BADAN PENGAWAS LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN Indonesia ( L A P S P I ) TAHUN 2017 Yang terhormat para anggota Direksi Bank Anggota LAPSPI atau Kuasanya. Pertama-tama,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE PROSES Acara Cepat KLRCA Bagian II SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI Bagian III PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.... i DAFTAR ISI... ii EXECUTIVE SUMMARY... 1-4 BAB I PENDAHULUAN..... 5 A. Latar Belakang... 5 B. Kedudukan,Tugas dan Fungsi Pengadilan Tinggi Yogyakarta... 5-7 C. Organisasi

Lebih terperinci

LKjIP PA Watampone Tahun BAB I PENDAHULUAN

LKjIP PA Watampone Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Organisasi Penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam sebuah organisasi pemerintahan merupakan elemen penting dan prinsip utama untuk mendukung lahirnya sebuah tata kelola

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

2. Masing-masing kamar dipimpin Ketua Kamar yang ditunjuk oleh Ketua MA.

2. Masing-masing kamar dipimpin Ketua Kamar yang ditunjuk oleh Ketua MA. MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I: Surat Keputusan Mahkamah Agung RI Nomor : 017/KMA/SK/II/2012 Tanggal : 3 Februari 2012 I. Tujuan Penerapan sistem kamar bertujuan untuk menjaga konsistensi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. Berdasarakan rumusan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. Berdasarakan rumusan 91 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Persyaratan analisis data telah terpenuhi, dengan demikian kesimpulan yang dihasilkan dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian.

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT UJI KELAYAKAN (FIT AND PROPER TEST) KOMISI III DPR RI TERHADAP CALON HAKIM AGUNG -------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepuasan kerja merupakan kepuasan yang dirasakan seorang pekerja secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepuasan kerja merupakan kepuasan yang dirasakan seorang pekerja secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepuasan kerja merupakan kepuasan yang dirasakan seorang pekerja secara individual melalui perbandingan antara masukan yang digunakan dan hasil yang diperoleh apakah

Lebih terperinci

PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM

PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM 1 (satu) Hari Kerja ~ waktu paling lama, Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya administrasi perpajakan, untuk administrasi pajak pusat, diemban oleh

BAB I PENDAHULUAN. adanya administrasi perpajakan, untuk administrasi pajak pusat, diemban oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengeluaran rutin pemerintah dibiayai oleh sumber utama penerimaan pemerintah yaitu pajak. Proses pengenaan dan pemungutan pajak ini memerlukan adanya administrasi

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Ditetapkan September 2005 Direvisi April 2012 Direvisi Oktober 2017 Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Epson akan memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan melaksanakan prinsip prinsip sebagaimana di bawah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Ilmu, Pengetahuan, dan Teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Ilmu, Pengetahuan, dan Teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Ilmu, Pengetahuan, dan Teknologi Ilmu, Pengetahuan, dan Teknologi (Iptek) merupakan istilah yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan masyarakat di segala

Lebih terperinci

DESKRIPSI JABATAN. Dewan Legislatif Oregon BAGIAN 1. INFORMASI JABATAN. Tanggal Efektif September 2007

DESKRIPSI JABATAN. Dewan Legislatif Oregon BAGIAN 1. INFORMASI JABATAN. Tanggal Efektif September 2007 Dewan Legislatif Oregon DESKRIPSI JABATAN BAGIAN 1. INFORMASI JABATAN Tanggal Efektif September 2007 Tingkat Klasifikasi Nomor Klasifikasi CALA-4, (ini merupakan level keempat dari klasifikasi empat seri)

Lebih terperinci

LAMPIRAN: STRUKTUR ORGANISASI SUMBER BAHAGIA PRINTING. Pemilik

LAMPIRAN: STRUKTUR ORGANISASI SUMBER BAHAGIA PRINTING. Pemilik 45 LAMPIRAN: STRUKTUR ORGANISASI SUMBER BAHAGIA PRINTING Pemilik Bagian admin Bagian desain Bagian produksi Keterangan: Pemilik membawahi karyawan bagian administrasi, desain dan bagian produksi. Dan pemilik

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN A. KEBIJAKAN UMUM PERADILAN. Laporan Tahunan Pengadilan Agama Kotabumi

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN A. KEBIJAKAN UMUM PERADILAN. Laporan Tahunan Pengadilan Agama Kotabumi Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN A. KEBIJAKAN UMUM PERADILAN Pengadilan Agama Kotabumi dalam melaksanakan tugas dan wewenang selalu berupaya mewujudkan peningkatan kinerja terutama dalam memberikan pelayanan

Lebih terperinci

PENGISIAN DAN MASA JABATAN HAKIM KONSTITUSI 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

PENGISIAN DAN MASA JABATAN HAKIM KONSTITUSI 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 PENGISIAN DAN MASA JABATAN HAKIM KONSTITUSI 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 Pendahuluan Kemampuan MK menjalankan peran sebagai pengawal konstitusi dan pelindungan hak konstitusional warga negara melalui

Lebih terperinci

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN DENMARK MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN PENANAMAN MODAL

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN DENMARK MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN PENANAMAN MODAL PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN DENMARK MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN PENANAMAN MODAL Pembukaan Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Denmark

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

Layanan pengukuran dan survei ke rumah Anda adalah sebuah kewajiban untuk mendapatkan layanan pemasangan.

Layanan pengukuran dan survei ke rumah Anda adalah sebuah kewajiban untuk mendapatkan layanan pemasangan. Syarat dan Ketentuan IKEA Layanan Pemasangan Kitchen Set & Kamar Mandi Tentang Syarat dan Ketentuan Berikut ini adalah syarat dan ketentuan ( Syarat dan Ketentuan Pemasangan ) yang berlaku untuk pemasangan

Lebih terperinci

Handling Objection; Keberatan Calon Pembeli dan Cara Mengatasinya

Handling Objection; Keberatan Calon Pembeli dan Cara Mengatasinya Quote of The Day 08 Desember 2017 Handling Objection; Keberatan Calon Pembeli dan Cara Mengatasinya Keberatan Pembeli, merupakan bagian yang secara umum selalu muncul dalam penjualan. Justru tanpa adanya

Lebih terperinci

ROADMAP RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PENELUSURAN INFORMASI PERKARA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TAHUN

ROADMAP RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PENELUSURAN INFORMASI PERKARA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TAHUN ROADMAP RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PENELUSURAN INFORMASI PERKARA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015-2019 FEBRUARI 2015 DAFTAR ISI BAGIAN 1 PENDAHULUAN... 1 BAGIAN 2 RENCANA PENGEMBANGAN FUNGSI...

Lebih terperinci

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20% Kode Perilaku 2 Vesuvius / Kode Perilaku 3 Pesan dari Direktur Utama Kode Perilaku ini menegaskan komitmen kita terhadap etika dan kepatuhan Rekan-rekan yang Terhormat Kode Perilaku Vesuvius menguraikan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ATASAN LANGSUNG DI LINGKUNGAN MAHKAMAH AGUNG DAN BADAN PERADILAN DI BAWAHNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MOTIVATIONAL SKILLS. Memotivasi, adalah proses manajemen untuk mempengaruhi individu/orang lain agar berpirilaku tertentu

MOTIVATIONAL SKILLS. Memotivasi, adalah proses manajemen untuk mempengaruhi individu/orang lain agar berpirilaku tertentu ASMAUL KHUSNA 17082010016 SURABAYA, 08 NOVEMBER 2017 MOTIVATIONAL SKILLS Apa Itu Keterampilan Motivasi? Keterampilan motivasi di tempat kerja dapat didefinisikan sebagai tindakan atau strategi yang akan

Lebih terperinci

-2- Modal dan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu menyempurnakan peraturan

-2- Modal dan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu menyempurnakan peraturan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Kegiatan. Notaris. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 288) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KERJA A. RENCANA STRATEGIS Mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 201 Mahkamah Agung RI telah mencanangkan Rencana Strategis 5 tahunan yang berarti tahun 2011 merupakan tahun

Lebih terperinci

PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM ERA GLOBALISASI INFORMASI

PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM ERA GLOBALISASI INFORMASI PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM ERA GLOBALISASI INFORMASI A. Ridwan Siregar Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Perpustakaan perguruan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TIM PEMBARUAN PERADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

TIM PEMBARUAN PERADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TIM PEMBARUAN PERADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Pidato Koordinator Tim Pembaruan Mahkamah Agung RI Dalam Pertemuan Koordinasi dengan Lembaga Donor/Mitra Kerja 27 Februari 2013 Yth. Para pimpinan

Lebih terperinci

PROGRAM KEGIATAN REFORMASI BIROKRASI DAN INDIKATOR KINERJA PENGADILAN AGAMA TUAL INDIKATOR KINERJA PROGRAM DAN No

PROGRAM KEGIATAN REFORMASI BIROKRASI DAN INDIKATOR KINERJA PENGADILAN AGAMA TUAL INDIKATOR KINERJA PROGRAM DAN No PROGRAM KEGIATAN REFORMASI BIROKRASI DAN INDIKATOR KINERJA PENGADILAN AGAMA TUAL 2016 2017 INDIKATOR KINERJA PROGRAM DAN No KELUARAN ( KEGIATAN HASIL (OUTCOMES) OUTPUTS) 1 2 3 4 I. PERUBAHAN MINDSET (POLA

Lebih terperinci

BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA

BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA PERATURAN BANI TENTANG PERATURAN BIAYA-BIAYA LAYANAN PENYELESAIAN SENGKETA [Cetakan ke-1, 2016] DAFTAR ISI PERATURAN BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA NOMOR: PER-05/BANI/09/2016

Lebih terperinci

BABII LANDASAN TEORI

BABII LANDASAN TEORI BABII LANDASAN TEORI 1.1 Perkembangan Bisnis Persaingan adalah satu kata penting di dalam menjalankan perusahaan pada saat ini. Hal ini ditunjang dengan perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat

Lebih terperinci

Sumber Daya Manusia. Pelatihan dan Pengembangan Karyawan

Sumber Daya Manusia. Pelatihan dan Pengembangan Karyawan 158 Profil Singkat BCA Laporan kepada Pemegang Saham Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Sumber Daya Manusia Filosofi BCA membina pemimpin masa depan tercermin dalam berbagai program pelatihan dan pengembangan

Lebih terperinci