KELETAKAN CANDI BOROBUDUR DAN CANDI SEKITARNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KELETAKAN CANDI BOROBUDUR DAN CANDI SEKITARNYA"

Transkripsi

1 Keletakan Candi Borobudur 99 KELETAKAN CANDI BOROBUDUR DAN CANDI SEKITARNYA Oleh : Totok Roesmanto Guru Besar Arsitektur Ketua Program Studi Magister Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro CCandi-candi di sekitar Candi Borobudur cukup ABSTRAK banyak, tetapi candi yang letaknya paling dekat dengan Candi Borobudur adalah Candi Pawon dan Candi Mendut. Letak ketiga candi yang menggambarkan Candi Borobudur-Candi Pawon-Candi Mendut terhubung garis lurus putus-putus, dan jarak Candi Borobudur-Candi Pawon dan Candi Pawon-Candi Mendut segaris lurus telah banyak diketahui, tetapi tidak digambarkan berbanding sebagai 4,25 cm : 1,8 pernah dibuktikan kebenarannya serta konsep cm (Anom, 2005:28). Jarak Candi Borobudurtata letak yang mendasarinya. Perkembangan Candi Pawon dan Candi Pawon-Candi Mendut teknologi telah memberikan kemudahan untuk perlu dibuktikan kebenaran perbandingannya, melakukan penginderaan maya melalui apakah sesuai informasi sebelumnya sebagai Wikimapia dan Google-Earth mengetahui apakah garis lurus imajiner yang ditarik dari Candi Borobudur ke Candi Pawon melewati Candi Mendut atau tidak, atau sebaliknya garis lurus imajiner dari Candi Mendut ke Candi Pawon melewati Candi Borobudur atau tidak. Gambar The triad of Borobudur, Pawon and Mendut sebagai Figure pada buku The Restoration of Borobudur yang bersumber dari Borobudur Restoration Project masih Foto udara perletakan Candi Borobudur-Pawon-Mendut

2 100 Keletakan Candi Borobudur 1750 : 1150, ataukah berbeda. Penelitian lapangan yang pernah dilakukan Roesmanto bersama Survala Untag pada tahun 2003 dengan menggunakan peralatan sederhana telah merekam adanya perbedaan arah hadap Candi Mendut, Candi Pawon, dan Candi Borobudur, dan menganalisis tata letak ketiganya. Perubahan perbandingan jarak antara Candi Borobudur-Candi Pawon dan Candi Pawon-Candi Mendut mengharuskan adanya elaborasi dan penganalisisan kembali keletakan Candi Borobudur terhadap Candi Pawon dan Candi Mendut. Kata kunci: tata letak, Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut. PENDAHULUAN Candi Borobudur dilihat dari pandangan mata burung, foto setelah pemugaran Candi Mendut dan Candi Pawon terletak sangat dekat dengan Candi Borobudur, dan dibangun oleh raja-raja dari Wangsa Syailendra. Dalam jangkauan yang lebih jauh dari Candi Borobudur terdapat beberapa candi seperti Candi Canggal / Gunung Wukir dan Candi Losari di sekitar Salam, Candi Ngawen dan Candi Sari di sekitar Muntilan, Candi Asu, Candi Lumbung, Candi Selagriya, dan kemungkinan masih ada lagi candi-candi

3 Keletakan Candi Borobudur 101 lain yang akan ditemukan tersebar di daerah (Groslier, 2002:122 dalam Roesmanto, Magelang di sebelah Selatan dari rangkaian 2007:11). Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Candi Borobudur-Candi Pawon-Candi Sumbing dan Gunung Sindoro. Candi-candi Mendut merupakan rangkaian candi yang lain yang lebih jauh letaknya antara lain paling monumental di Nusantara, selain Candi Kalasan (778), dan Candi Sewu (782) percandian Muara Jambi, percandian untuk pemujaan kepada Manjusri dibangun Dieng, percandian Gedongsanga, dan Rakai Panangkaran. Sedangkan Candi percandian lain yang belum terkuak. Prambanan / Loro Jonggrang (Prasasti Sebagai bangunan-bangunan yang Siwagrha, 856), Candi Plaosan Lor dan letaknya berdekatan, dan dianggap segaris Candi Plaosan Kidul yang melambangkan lurus, dapat dipastikan Candi Borobudur, bersatunya Kerajaan Mataram Kuna dan Candi Pawon, dan Candi Mendut memiliki Kerajaan Syailendra dibangun Rakai keeratan hubungan, meskipun bentuk Pikatan. bangunan Candi Borobudur berbeda dari Arsitektur Candi Loro Jonggrang yang dua candi lainnya. Syiwaistis-Mahayana diwujudkan dengan Dengan menggunakan pendekatan bangunannya yang ber-ratna dan dikelilingi terhadap prasasti yang telah diterbitkan dan r a t u s a n c a n d i p e r w a r a d a n t a t a berkaitan dengan ketiga candi, toponim bangunannya memiliki kemiripan dengan tempat keberadaannya, sumbu imajiner candi Preah Ko di Khmer yang lebih muda penghubung ketiga candi, sumbu imajiner (879). Tata bangunan Candi Borobudur lokal, jarak antar candi, arah hadap candi, yang bentuk dasarnya sangat dipengaruhi Mahayana Marga, pola perpetakan mandala, karya arsitektur Megalitikum jenis batu dan pergeseran arah hadap bangunan berundak juga memiliki kemiripan dengan candi diharapkan dapat menemukan candi-candi Khmer lain yang lebih muda hubungan keletakan antara Candi seperti candi Phnom Bakong (881) dan Borobudur dengan Candi Pawon dan Candi Phnom Bakheng (893) untuk peribadatan Mendut. Hindu. Dapat dikatakan pada abad ke-9 Arsitektur Candi Borobudur dan Candi Loro Jonggrang telah meng-asia Tenggara. (1)

4 102 Keletakan Candi Borobudur PRASASTI dituliskan adalah Samaratungga sebagai raja yang sedang berkuasa dan menerbitkan Prasasti Karang Tengah dan Prasasti Sri prasasti, Sri Gananatha atau Indra merupakan Kahulunan adalah rujukan utama tentang a y a h d a n r a j a p e n d a h u l u n y a, d a n keterkaitan Candi Borobudur dan candi-candi di Pramodawardhani putri Samaratungga. sekitarnya. Prasasti Karang Tengah atau Bangunan-bangunan suci yang disebut adalah Kayumwungan ber-sengkalan yang dapat Syrimat Venuvana, (Jinalaya) Mandira, dan diartikan sebagai tahun 746 Saka atau 824 M bangunan suci bertingkat sepuluh. penanda diterbitkannya prasasti dan memiliki Syrimat Venuvana berarti Yang Mulia Hutan dua kelompok tulisan. Kelompok tulisan bagian Bambu dinyatakan sebagai Jina Mandira atau pertama berbentuk puisi berbahasa Sansekerta Candi Sang Jina / Buddha Gautama menyebut nama raja-raja Wangsa Syailendra diidentifikasi sebagai Candi Mendut didirikan Sri yang terkait, Mahayana, dan bangunan- Gananatha / Indra ( ) semasa dengan bangunan suci. Kelompok tulisan bagian kedua pemerintahan Rakai Panunggalan ( ) berbentuk prosa berbahasa Jawa-Kuna memuat dan Rakai Warak ( ) dari Wangsa tentang lahan yang digunakan dan Sanjaya. Bangunan suci (Jinalaya) Mandira kelangsungan bangunan-bangunan sucinya. berarti Candi (Tempat Jina / Buddha Gautama) Raja-raja kewangsaan Syailendra yang yang diidentifikasi sebagai Candi Pawon dan didirikan Pramodawardhani. Tetapi menurut Poesponegoro dan Notosusanto, Syrimat Venuvana didirikan Pramodawardhani dan menahbiskan arca Sri Gananatha di dalamnya (Poesponegoro dan Notosusanto, 1990: ). Bangunan suci bertingkat sepuluh yang terbesar di antara ketiga bangunan suci dipastikan didirikan Samaratungga yang menerbitkan prasasti Karang Tengah, dan diidentifikasi sebagai Candi Borobudur. Berdasar interpretasi terhadap Prasasti Candi Borobudur masa sekarang Karang Tengah dan Prasasti Sri Kahulunan, JG

5 Keletakan Candi Borobudur 103 De Casparis berpendapat Candi Borobudur bawahan Sanna (Poesponegoro dan dibangun oleh Samaratungga (Kearsitekturan Notosusanto, 1990:109). Menurut Prasasti Candi Borobudur, 2010:1). Ketika Prasasti Nalanda sebagai penerus Rakai Mataram Karang Tengah diterbitkan berarti sudah ada a d a l a h R a k a i P a n a n g k a r a n a y a h Candi Mendut dan Candi Pawon, sedangkan Samaratungga. Kalau pemerintahan Rakai Candi Borobudur sudah berbentuk bangunan Panangkaran ( ) di Kerajaan Mataram bertingkat sepuluh tetapi masih dalam proses dilanjutkan Rakai Panunggalan ( ), maka penyelesaian. Candi Pawon telah selesai terdapat kesimpang-siuran data tentang rajadibangun, dan diresmikan pada tahun 824. raja yang berkuasa di Kerajaan Syailendra di Candi Borobudur diresmikan ketika Prasasti Sri Jawa Tengah Selatan dan Kerajaan Mataram di Kahulunan diterbitkan pada tahun 842 pada saat Jawa Tengah Utara. Kemungkinan raja Wisnu Pramodawardhani telah menjadi Sri Kahulunan dan Indra pada awalnya beragama Hindu atau permaisuri dari Rakai Pikatan ( ). kemudian beralih ke Buddha Mahayana. (3) Prasasti Sri Kahulunan menyebutkan Sri Apabila benar bahwa Indra adalah Rakai Kahulunan telah menasbihkan Desa Teru di Panangkaran yang telah banyak mendirikan Tepusan miliknya sebagai desa perdikan tempat candi (Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Candi kedudukan Kamulan Bhumisambhara atau Mendut) maka Candi Borobudur sangat bangunan suci Bhumisambhara. Desa Teru mungkin telah direncanakan pada masa dapat diartikan sebagai desa yang sebagian pemerintahan Indra (4). Setelah berhasil wilayahnya telah digunakan sebagai tempat mendirikan bangunan candi tunggal (Candi berdirinya Bhumisambhara dan bagian wilayah Kalasan), kemudian komplek candi (Candi lainnya dihuni warga desa yang di-perdikan- Sewu), kemungkinan Indra merencanakan kan, atau desa yang terletak di tepi situs komplek percandian yang tata bangunannya Bhumisambhara dan di-perdikan-kan. (2) merupakan gabungan konsep Tri Mandala Menurut Prasasti Canggal (732) Rakai (sesuai agama Hindu yang pernah dipeluk) dan Mataram pendiri Wangsa Sanjaya yang Vajradhatu Mandala (sesuai agama Buddha berkuasa mulai 717 (Boechari, 1976 dalam Mahayana yang kemudian dianut) (5), yang Nastiti, 2003:23) di Kerajaan Mataram (Kuna) diwujudkan dengan tiga candi utama (Candi mendirikan lingga di atas Gunung Wukir sebagai Mendut, Candi Pawon, Candi Borobudur), simbolisasi keberhasilan menaklukkan raja-raja dengan Candi Borobudur merupakan candi Candi Pawon

6 104 Keletakan Candi Borobudur Candi Mendut yang berukuran jauh lebih besar dari Candi Kalasan dan Candi Sewu. (6) TOPONIM Toponim Brajanalan sebagai desa tempat keberadaan Candi Pawon dapat dikaitkan dengan tempat dari senjata Dewa Indra, karena braja dari vajra atau senjata, dan nala dari anala atau yang mengeluarkan api, dan Vajranala merupakan senjata perlengkapan Dewa Perang Indra dalam mitologi Hindu di India. Pawon berasal dari kata dasar awu atau abu mendapat tambahan awalan-akhiran pa-an menjadi pa-awu-an atau tempat abu, dan berubah menjadi pawon yang berarti dapur. Paawu-an tidak mungkin lagi ditafsirkan sebagai tempat abu jenazah raja Indra pernah disemayamkan ataupun ditanam setelah Soekmono membuktikan bahwa candi bukanlah makam atau tempat penyimpanan abu jenazah raja yang mendirikannya. Pada dinding cella sisi timur laut dan tenggara terdapat dua buah lubang berbentuk segi panjang tegak. Keberadaan lubang-lubang yang saling berhadapan sangat mungkin berkaitan dengan perannya sebagai lubang ventilasi untuk mengeluarkan asap dari kegiatan menggunakan api dalam cella, atau untuk mengalirkan udara bersih dari luar menggantikan udara panas di dalam cella. Lubang ventilasi pada cella Candi Pawon kemungkinan dibutuhkan untuk menjaga kenyamanan ruangannya, karena lubang sejenis tidak terdapat pada dinding cella Candi Mendut yang berukuran lebih luas. Pertimbangan demikian akan mengantarkan anggapan bahwa lubang-lubang ventilasi dibuat setelah Candi Pawon berdiri. Pelubangan susulan yang diperkirakan tidak terlihat karena batu bingkai bawah lubang ventilasi juga merupakan bingkai atas dari relief di bawahnya yang menggambarkan dua pasang kinara-kinari mengapit pohon kalpataru. R.M.Ng.Poerbatjaraka berpendapat Candi Pawon adalah upa angga atau bagian dari Candi Borobudur, yang diibaratkan sebagai bagian pawon (meskipun tata ruangnya sangat berbeda dengan dapur tradisional di Jawa) dari sebuah rumah (Kaelan, 1959:116). Pendapat demikian dapat dimengerti ketika jarak Candi Borobudur-Candi Pawon masih dianggap lebih pendek dari jarak Candi Pawon-Candi Mendut sehingga Candi Pawon juga dianggap sebagai tempat mempersiapkan diri untuk menuju tingkatan terendah dari Candi Borobudur. P a t u n g B u d d h a d a l a m p o s i s i dharmacakramudra yang terdapat di dalam cella Candi Mendut menggambarkan Buddha Sakyamuni ketika pertama kali mengajarkan

7 Keletakan Candi Borobudur 105 ajaran Buddha di Venuvana / Wenuwana. atau biara bagi para pendeta Buddha. Sangat Keberadaan patung Buddha di dalam cella mungkin nama Desa Borobudur baru muncul Candi Mendut dan di dalam stupa-stupa Candi s e t e l a h C a n d i B o r o b u d u r b e r d i r i. Borobudur memungkinkan penafsiran bahwa di Bhumisambhara dapat diartikan sebagai bhumi dalam cella Candi Pawon juga pernah Sambhara yaitu daerah atau wilayah yang berpatung Buddha. Atas jasa-jasa Indra yang bernama Sambhara, dan imbuhan kata budhara sukses meluaskan wilayah (kemungkinan juga berarti gunung. Apabila pendapat tersebut dalam mengembangkan agama Buddha benar berarti wilayah yang bernama Sambhara Mahayana) kemungkinan disimboliskan kemudian direkayasa menjadi sebuah gunung sebagai Bodhisattwa Vajrapani dalam wujud buatan sebagai dasaran tempat dibangunnya patung perunggu. Penghormatan kepada Indra Candi Borobudur. berkaitan erat dengan ajaran Buddha Mahayana Penghormatan Wangsa Syailendra yang dianut Wangsa Syailendra yang kepada gunung tempat roh nenek moyang dimenghormati (jasa-jasa) nenek moyang. Patung sthana-kan dapat ditafsirkan dari kata dasar b e r b a h a n p e r u n g g u k e m u n g k i n a n syaila yang berarti gunung, tetapi anggapan menyimboliskan bahan logam senjata vajra dari demikian sebenarnya sudah dikenal pada masa Dewa Perang Indra, yang (diharapkan) bersinar sebelum kedatangan Hindu. Agama Hindu apabila tertimpa sinar matahari sore (dan sinar sendiri tidak memperlihatkan pengagungan bulan purnama) tetapi kemudian hilang dicuri kepada nenek moyang melalui tata bangunan orang. peribadatannya. Dari ketiga bangunan suci Toponim Mendut tidak berkaitan dengan Wangsa Syailendra, Candi Borobudur secara nama makanan tradisional, tetapi Borobudur fisik bentuknya menyerupai bukit, gunung, memiliki banyak tafsiran. Bhumisambhara yang sedangkan Candi Mendut dan Candi Pawon disebut dalam prasasti Sri Kahulunan dianggap tidak banyak berbeda bentuk dan ukuran s e b a g a i k e p e n d e k a n n a m a l e n g k a p dengan bangunan candi dari Wangsa Sanjaya Bhumisambhara-bhudhara. Anggapan lain (Candi Dieng dan Candi Gedongsanga). Dapat menganggap berasal dari kata Para Buddha dipastikan Candi Borobudur merupakan candi atau sekumpulan (patung) Buddha, Bhatara utama dari rangkaian ketiga candi. (7) Buddha atau Sang Buddha, Bhara Buddha atau Dari ketiga toponim diperoleh kata vajra Buddha berjumlah banyak, dan Vihara Buddha yang menjadi kata kunci konsep Vajradhatu

8 106 Keletakan Candi Borobudur (Roesmanto, 2010:43). Perpaduan konsep tradisional India, maka konsep Vajradhatu- Vajradhatu dan Garbhadhatu Mandala bagi Garbhadhatu Mandala khususnya konsep Kandahjaya merupakan konsep dasar tata Vajradhatu Mandala mungkin juga diterapkan bangunan Candi Borobudur. Sebagaimana pada perencanaan tata letak Candi Mendut, konsep Vastu Purusha Mandala yang berlaku Candi Pawon, dan Candi Borobudur. (8) bagi tata bangunan candi Hindu di India yang juga diterapkan dalam tata ruang desa dan kota SUMBU IMAJINER Sumbu Imajiner Borobudur- Mendut - Pawon Biasanya pernyataan yang telah sangat lama dianggap benar tidak menarik untuk dipertanyakan dan diuji kebenarannya. Pernyataan Raffles bahwa candi adalah makam baru dipatahkan Soekmono setelah bertahan lebih dari seratus tahun. Demikian juga letak Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut yang segaris lurus dan tidak diketahui siapa yang pertama kali membuat pernyataan tersebut, juga telah sangat lama diketahui dan dipercaya kebenarannya. Setelah teknologi penginderaan mengalami perkembangan sangat pesat seharusnya siapapun dapat melihat hubungan perletakan ketiga candi cukup dari depan layar komputer, berwisata maya menggunakan program terkait yang tersedia, tanpa harus menunggu publikasi hasil pemotretan udara yang pernah dilakukan apalagi mengupayakan sendiri dengan beaya mahal. Dari produk tugas konservasi-revitalisasi hasil penginderaan mahasiswa melalui internet

9 Keletakan Candi Borobudur 107 yang bersumber dari dengan sebuah garis lurus imajiner. terhadap perletakan Candi Borobudur dapat Arah Timur-Barat Geografis berdeviasi 7,5 diketahui sumbu imajiner Candi Mendut-Candi derajat terhadap sumbu imajiner Candi Pawon- Pawon-Candi Borobudur yang ditarik melalui Candi Borobudur, dan 12 derajat dengan sumbu pusat ketiganya ternyata bukan merupakan imajiner Candi Pawon-Candi Mendut. (11) sebuah garis lurus melainkan garis patah yang Dari peta udara hasil penginderaan cenderung lurus. Garis lurus imajiner yang m e l a l u i h t t p : / / w i k i m a p i a. o r g y a n g ditarik melalui titik pusat bangunannya yaitu memperlihatkan keberadaan Candi Borobudur, stupa induk Candi Borobudur dan tengah- Candi Pawon, Candi Mendut dan gunungtengah cella Candi Pawon apabila diperpanjang gunung di sekitarnya, garis lurus imajiner Candi ke arah Timur tidak melintasi Candi Mendut Pawon-Candi Mendut ternyata mengarah ke tetapi di bagian Selatannya. Hal sama juga puncak Gunung Merapi. (12). Arah ke gunung ditunjukkan garis lurus imajiner melalui tengah- berapi dan ke Candi Pawon telah selaras tengah cella Candi Mendut dan Candi Pawon dengan simbolisasi vajra yang berapi dari apabila diperpanjang ke arah Barat akan (Dewa) Indra (13), maka berlaku sumbu imajiner melintas di bagian Selatan dari Candi Borobudur Gunung Merapi-Candi Pawon dan sumbu (9) imajiner Candi Pawon-Candi Borobudur (14) Garis imajiner yang dapat ditarik melalui yang seakan-akan lurus. Apabila perkiraan Candi Borobudur-Candi Pawon-Candi Mendut tersebut benar, berarti awal perencanaan tata ternyata tidak lurus tetapi merupakan garis patah letak Candi Mendut-Candi Pawon-Candi yang membentuk sudut Candi Borobudur-Candi Borobudur adalah penetapan lokasi dan arah Pawon-Candi Mendut sekitar 355,5 derajat dan hadap Candi Mendut. (15) Terdapat kecocokan membuka ke arah Utara (10). Segaris lurus dan dengan pemetakan Astadikpalaka Mandala tidaknya ketiga candi perlu diuji kembali, karena yang menempatkan Dewa Indra di mandala sampai terbitnya buku Kearsitekturan Candi Timur. (16) Borobudur yang diterbitkan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur sebagai Seri Terbitan SUMBU IMAJINER LOKAL Candi Borobudur-3 pada Desember 2010 masih dipercaya antara Candi Borobudur, Candi K e b e r a d a a n C a n d i B o r o b u d u r Pawon, dan Candi Mendut dapat dihubungkan menghadirkan persepsi bahwa orientasinya ke

10 108 Keletakan Candi Borobudur o o o o Arah hadap kisis-kisi sisi Timur, Barat, Utara dan Selatan Candi Borobudur UM arah delapan penjuru mata angin sesuai denah sisi Selatan dan Barat-nya yang berdeviasi arah bangunannya yang berkisi-kisi delapan. (17) kedua garis-sikunya sebesar 90 derajat 7', atau Hasil pengukuran yang cermat pada perletakan meleset 7'. Arah hadap kisi-sisi Utara dan kisi-sisi Candi Borobudur menghasilkan arah hadap kisi- Barat berdeviasi 90 derajat 8', sedangkan arah kisi sisi Timur 88 derajat 46', sisi Barat 268 derajat hadap kisi-timur dan kisi-sisi Selatan berdeviasi 45', sisi Utara 358 derajat 53', dan sisi Selatan 90 derajat 6'. Deviasi pasangan garis-siku 178 derajat 52' ( Denah Candi Borobudur imajiner Utara-Barat Candi Borobudur lebih dalam Kearsitekturan Candi Borobudur, 2010:4). lebar dari deviasi pasangan garis-siku imajiner Berarti kisi-sisi Timur tidak tepat sejajar kisi-sisi Selatan-Timurnya, maka dapat dikatakan Candi Barat Candi Borobudur, demikian juga kisi-sisi Borobudur lebih membuka ke arah Baratlaut Utara dan kisi-sisi Selatan, masing-masing dibandingkan Tenggara-nya. Dengan rancangberbeda 1'. Suatu penyelesaian rancang bangun Candi Borobudur yang sangat prima bangun yang sungguh sangat mengagumkan maka arah hadap Baratlaut dan Tenggara-nya (bandingkan dengan bangunan masa kini yang bukanlah suatu kebetulan saja tetapi sangat dirancang arsitek dengan kepekaan presisi mungkin merupakan hasil dari suatu rancangan ukuran tetapi umumnya setelah diwujudkan yang konsepsual. Arah hadap Baratlaut Candi menjadi bentukan tiga-dimensi oleh kontraktor Borobudur yang ditarik persis di tengah banyak meleset ukurannya). (18) pasangan garis-siku imajiner Utara dan Timur- Apabila dicermati dari deviasi arah hadap nya kemungkinan secara konsepsual lebih kisi-sisinya maka ditemukan arah hadap kisi-sisi penting dibandingkan arah hadap Tenggara Utara ternyata lebih mendekati arah Utara Candi Borobudur yang ditarik di tengah Geografis sedangkan kisi-sisi Selatan lebih pasangan garis-siku imajiner Selatan dan Baratmenjauhi arah Selatan Geografis, dan kisi-sisi nya. Timur lebih mendekati arah Timur Geografis Arah hadap kisi-sisi Utara 358 derajat 53', sedangkan kisi-sisi Barat lebih menjauhi arah kisi-sisi Selatan 178 derajat 52', sumbu imajiner Barat Geografis. Maka terdapat dua pasangan Utara-Selatan Candi Borobudur mendekati garis-siku imajiner dari titik-pusat Candi sebuah garis lurus dengan patahan berdeviasi 1' Borobudur ke arah hadap kisi-sisi Utara dan membuka ke arah Selatan. Arah hadap kisi-sisi Timur-nya dan pasangan garis-siku imajiner dari Timur 88 derajat 46', kisi-sisi Barat 268 derajat titik-pusat Candi Borobudur ke arah hadap kisi- 45', sumbu imajiner Timur-Barat Candi

11 Keletakan Candi Borobudur 109 Borobudur mendekati sebuah garis lurus Gedongsanga yang berusia lebih tua. Pengaruh dengan patahan berdeviasi 1' membuka ke arah lokal dapat dipastikan sudah ada sebelum Timur. Arah Timurlaut Candi Borobudur adalah masuknya konsepsi Vastu Purusha Mandala dan 43 derajat 52,5' dan arah Baratdaya Candi Yantra yang mendasari tata bangunan candi di Borobudur 227 derajat 5,25', sumbu imajiner Jawa Tengah yang dipengaruhi arsitektur candi Timurlaut-Baratdaya Candi Borobudur di India. Sumbu imajiner lokal mengarah ke merupakan garis patah berdeviasi 3 derajat puncak gunung yang diagungkan. 3,25'. Arah Tenggara Candi Borobudur 133 derajat 49', arah Baratlaut Candi Borobudur 313 JARAK ANTAR CANDI derajat 49', sumbu imajiner Baratlaut-Tenggara Candi Borobudur merupakan sebuah garis Beberapa bangunan candi yang menjadi lurus. (19) stage dalam prosesi ritual yang hingga kini tetap Dari keempat sumbu imajiner yang dapat dilaksanakan dalam peringatan Waisak pasti ditarik melalui pusat Candi Borobudur memiliki hubungan kesejarahan antar ditemukan sumbu imajiner garis lurus Baratlaut- bangunannya. Candi Mendut, Candi Pawon dan Tenggara sebagai sumbu imajiner utama, dan Candi Borobudur didirikan para raja Dinasti sumbu imajiner cenderung garis lurus Utara- Syailendra, dan jaraknya yang berdekatan Selatan dan Timur- Barat. Kenyataan tersebut mempertegas hubungan ketiganya. sesuai arah hadap Candi Mendut dan Candi Dari pemberitaan lama yang tidak Pawon ke Baratlaut. Sumbu imajiner Utara- diketahui sumber aslinya jarak Candi Selatan dan Timur-Barat Candi Borobudur Borobudur-Candi Pawon 1150 m dan Candi merupakan sumbu imajiner lokal. Syaila pada Pawon-Candi Mendut 1750 (Kaelan, 1959:122). kata Syailendra sebagai dinasti pendiri ketiga Tetapi dari pemberitaan yang lebih baru candi memiliki arti gunung. Arah hadap disebutkan jarak Candi Pawon-Candi Mendut bangunan Candi Mendut atau Syri Venuvana 1150 m dan Candi Borobudur-Candi Pawon diperkirakan menyimboliskan arah ke Venuvana 1750 m. Tidak dijelaskan apakah jarak tersebut di Benares, India. (20) diukur berdasarkan panjang jalan raya Penerapan sumbu imajiner lokal penghubung ketiganya, atau panjang garis kemungkinan juga diterapkan pada bangunan imajiner penghubung ketiga candi (Roesmanto, candi di komplek Candi Dieng dan Candi Membaca Perletakan Candi Borobudur, dalam

12 110 Keletakan Candi Borobudur Kearsitekturan Candi Borobudur, 2010:34) yang Mendut-Candi Pawon dan Candi Pawon-Candi dianggap lurus tersebut. Pengertian jarak antar Borobudur berbanding sebagai 3,15:4,3. (23) candi kemungkinan ditetapkan berdasar jarak Apabila jarak Candi Mendut-Candi Pawonantar pintu gerbang masing-masing situsnya. Candi Borobudur adalah 2900 m, maka jarak Terkesan perubahan data jarak antar candi antar pusat Candi Mendut-Candi Pawon hanya dibalik begitu saja. Jarak Candi Mendut- 1226,17 m, sedangkan jarak antar pusat Candi Candi Pawon dan Candi Pawon-Candi Pawon-Candi Borobudur 1673,83 m. Dengan Borobudur berbanding sebagai 23:35. (21) jarak Candi Mendut-Candi Pawon 1150 m maka Penginderaan terhadap letak Candi jarak Candi Pawon-Candi Borobudur 1569,84 m, Borobudur, Candi Pawon dan Candi Mendut atau dengan jarak Candi Borobudur-Candi yang bersumber dari untuk Pawon 1750 m maka jarak Candi Pawon-Candi penugasan perkuliahan konservasi-revitalisasi Mendut 1281,98 m. (2010) dapat diketahui jarak Candi Mendut- Jarak Candi Mendut-Candi Pawon Candi Pawon dan Candi Pawon-Candi menurut Wikimapia 1240 s/d 1307,47 m, atau Borobudur menurut perletakannya pada menurut Google-Earth 1226,17 s/d 1281,98 m, gambar yang dihasilkan berbanding sebagai tidak lagi 1150 m tetapi 1226,17 s/d 1307,47 m. 6,5:8,7. (22) Jarak Candi Pawon-Candi Borobudur menurut Apabila jarak Candi Mendut-Candi Pawon- Wikimapia 1539,23 s/d 1660 m, atau menurut Candi Borobudur adalah 2900 m, maka jarak Google-Earth 1569,84 s/d 1673,83 m, tidak lagi Candi Mendut-Candi Pawon 1240 m dan Candi 1750 m tetapi 1539,23 s/d 1673,83 m. (24) Pawon-Candi Borobudur 1660 m. Dengan jarak Jarak Candi Mendut-Gunung Merapi Candi Mendut-Candi Pawon 1150 m maka jarak sekitar 14,75 x jarak Candi Borobudur-Candi Candi Pawon-Candi Borobudur 1539,23 m, atau Pawon atau 14,75 x (1539,23 s/d 1569,84 m) dengan jarak Candi Borobudur-Candi Pawon sekitar 22703,642 s/d 23155,14 m atau sekitar 1750 m maka jarak Candi Pawon-Candi Mendut 22,70 s/d 23,16 km. 1307,47 m. Dari gambar hasil penginderaan ARAH HADAP CANDI bersumber untuk penugasan yang sama pada perkuliahan konservasi- Eratnya hubungan Candi Borobudur revitalisasi (2011) didapatkan jarak Candi dengan Candi Mendut dan Candi Pawon di

13 Keletakan Candi Borobudur 111 sekitarnya dipertegas dengan prosesi ketiganya bangunan peribadatan Buddha dan penyelenggaraan Upacara Waisak. Perayaan Tri didirikan pada masa raja-raja Wangsa Suci Waisak 2011/2555 BE dimulai dengan Syailendra yang beragama Buddha Mahayana. pengambilan air berkah dan pemberian doa B a n d i n g k a n d e n g a n k o m p l e k C a n d i secara bergantian yang dilakukan sangha- Gedongsanga yang terdiri dari 9 bangunan sangha Teravada, Mahayana, Tridarma, candi, dan komplek Candi Dieng dengan Tantrayana, Kasogatan, Mapan Budi dan beberapa bangunan candinya. Madantantri di Umbul Jumprit, Desa Tegalrejo, Candi Mendut atau Syrimat Venuvana / Kecamatan Ngadirejo pada tanggal 14 Mei Wenuwana sebagai Jina Mandira yang didirikan Air berkah dibawa ke Candi Mendut untuk pada masa pemerintahan Indra ( ), disakralkan (Suara Merdeka, 15 Mei 2011:4). Candi Pawon atau Jinalaya Mandira didirikan Pada hari yang sama dilakukan pengambilan api Pramodawardhani, (Kaelan, 1959:127), dan abadi di Mrapen, Kabupaten Grobogan. Air Candi Borobudur dibangun atas perintah berkah dan api abadi dibawa dengan berjalan Samaratungga. Candi Mendut, Candi Pawon, kaki dari Candi Mendut ke Candi Borobudur dan Candi Borobudur yang letaknya segaris melalui Candi Pawon pada tanggal 17 Mei 2011 lurus dapat diperkirakan berada pada bentang menjelang berdoa bersama melakukan puja alam yang ketiga posisinya saling terlihat, atau bakti pada saat purnamasidhi di halaman Candi rencana tata letaknya berbasis penginderaan Borobudur (Kompas, 15 Mei 2011:3). imajiner metafisis. Berdasarkan pengukuran sederhana Tidak mungkin arah hadap bangunan terhadap sumbu imajiner Candi Borobudur- Candi Mendut yang dibangun paling awal Candi Pawon-Candi Mendut menggunakan direncanakan asal-asalan. Dipastikan arah kompas dapat diketahui arah hadap Candi hadap dan sumbu imajiner Candi Mendut Mendut ke Baratlaut berdeviasi 30 derajat ke mengarah ke benda alam tertentu seperti arah Utara, Candi Pawon berdeviasi 15 derajat puncak gunung yang punya arti sangat penting ke arah Utara, Candi Borobudur berdeviasi 5 pada masanya, bisa saja mengarah ke kraton derajat ke arah Selatan (Survala Jurusan pusat pemerintahan Wangsa Syailendra, ke Arsitektur Untag Semarang, 2003). Logikanya pendahulu Wangsa Syailendra, atau mengarah konfigurasi tiga buah bangunan candi ke Venuvana di Benares, India. mencerminkan ke-hindu-annya, padahal Kerajaan Mataram Kuna setelah masa

14 112 Keletakan Candi Borobudur pemerintahan Rakai Panangkaran ( ) Mataram Kuna kemungkinan berdekatan kemungkinan pecah menjadi Kerajaan dengan letak Komplek Percandian Dieng dan Syailendra berbasis agama Buddha Mahayana Komplek Percandian Gedongsanga sebagai yang diperintah Samaratungga, dan Kerajaan tempat peribadahan Hindu. Apabila perkiraan Mataram Kuna yang diperintah Rakai tersebut benar maka pusat Kerajaan Mataram Panunggalan ( ), kemudian dilanjutkan Kuna berada di sekitar Gunung Sumbing- Rakai Warak ( ), dan Rakai Garung (819- Gunung Sindoro di arah Baratlaut atau di sekitar 838). Gunung Ungaran di arah Utara dari Candi Pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Mendut. Kerajaan Mataram Kuna pernah Kuna dan Kerajaan Syailendra bisa sama-sama mengalami perpindahan pusat pemerintahan berada di dataran yang diapit perbukitan dari Mdang ri Poh Pitu di daerah Kedu ke Mdang Menoreh dan Gunung Papak yang membingkai r i M a m r a t i d i d a e r a h P r a m b a n a n sisi Selatan ketiga candi, dan deretan Gunung (Darmosoetopo, 2003:37 dalam Proposal Merapi-Merbabu-Sumbing-Sindoro yang Thesis MTA Undip yang diajukan Hari Setyawan, membentang Timur-Barat dan membingkai sisi 2010:17). Utara-nya. Pusat pemerintahan Kerajaan Banyaknya relief yang menggambarkan hewan-hewan pada cerita Pancatantra dan Tantri di bidang-bidang panil segi empat dan segi tiga pada Candi Mendut, sangat mungkin berkaitan dengan nama Wenuwana/Venuvana yang mengindikasikan letaknya di sebuah hutan (wana / vana). Keberadaan Candi Mendut di tengah hutan, ataupun dikitari pohon bambu yang lebat tidak berpengaruh terhadap penetapan sumbu imajiner Candi Mendut-Candi Pawon-Candi Borobudur. Dari pertimbangan planologis ataupun tata bangun arsitektural dapat dipastikan sumbu imajiner Candi Mendut- Candi Pawon-Candi Borobudur direncanakan Relief hewan pada Candi Mendut pada masa rancang-bangun Candi Mendut. (25)

15 Keletakan Candi Borobudur 113 MAHAYANA MARGA Danau Purba Borobudur (29), maka lebar Timur- Barat Danau Purba Borobudur adalah 2x jarak Secara logika aliran Sungai Progo di Candi Pawon-Borobudur atau 2x(1539,23 s/d sebelah timur Candi Pawon merupakan bagian 1673,83) m sekitar 3078,46 s/d 3347,66 m. paling timur dari dugaan adanya Danau Purba Perkiraan bentang alam demikian akan Borobudur. Danau purba yang dimaksud bisa menempatkan Desa Sabrangrawa yang merupakan danau alami yang sudah ada letaknya di Baratlaut dan dekat dari Candi sebelum Candi Borobudur dibangun, atau Borobudur menjadi berada di area perairannya. sebaliknya merupakan hasil dari proses cut and Bisa saja sesuai toponim-nya di sabrang = fill sehingga terwujud gunung buatan yang seberang dari rawa = daerah berair karena kemudian ditumpangi Candi Borobudur dan keberadaannya setelah perairan Danau Purba danau buatan di sekelilingnya. (26) Borobudur surut. (30). Sedangkan Desa Apabila Danau Purba Borobudur telah ada Bumisegoro menurut toponim-nya, bumi = lebih dahulu secara alami, maka penentuan tanah, segoro = laut, area perairan yang luas, sumbu imajiner Candi Mendut-Candi Pawon- memang kemungkinan terletak di daerah Candi Borobudur sudah direncanakan jauh perairan Danau Purba Borobudur. sebelum Candi Borobudur dibangun, wajar Apabila Danau Purba Borobudur tidak apabila dilakukan pada proses perancangan sampai ke Candi Pawon (31), maka batas Candi Mendut di masa pemerintahan Indra. Dari Selatannya adalah Sungai Sileng di Selatan arah dan melalui Candi Mendut dapat Candi Borobudur sampai pertigaan alirannya di direncanakan sebuah sumbu imajiner, letak Selatan Candi Pawon, dan batas Utaranya Candi Pawon dan Candi Borobudur pada adalah sungai yang melintas di sebelah Utara bentang alam berupa permukaan Danau Purba Desa Gadingan dan di antara Desa Borobudur. (27) Sabrangrawa dan Candi Borobudur. Candi Borobudur yang menjadi tujuan Dalam ajaran Buddha Mahayana tujuan utama prosesi Mahayana-marga dari Candi akhir untuk mencapai tingkat ke-buddha-an Mendut direncanakan berada di tengah-tengah tertinggi harus ditempuh melalui Mahayana- Danau Purba Borobudur (28) yang merupakan marga secara bertahap (Kaelan, 1959: ). danau alami ataupun danau buatan. Sambhara-marga merupakan tahap persiapan Apabila Candi Pawon berada di tepi Timur bagian pertama dengan pencapaian

16 114 Keletakan Candi Borobudur Gotrabhumi yang disimboliskan sebagai Candi 160 panil ber-relief Karmawibhangga yang Mendut. Prayoga-marga merupakan tahap menggambarkan sebab-akibat dari perbuatan persiapan bagian kedua dengan pencapaian baik-buruk manusia ketika hidup di dunia dan Adhimuktibhumi yang disimboliskan sebagai siksa di neraka serta ganjaran di surga. Tahap Candi Pawon. Kedua marga harus ditempuh keempat Bhawana-marga dengan pencapaian untuk menghilangkan segala klesya (kotoran Bodhisattwabhumi II-IX disimboliskan sebagai yang melekat pada raga dan jiwa) dengan tingkatan Rupadhatu berteras-5 dari teras ke-2 melakukan mahakaruna (kasih sayang kepada C a n d i B o r o b u d u r p e n c a p a i a n sesama manusia dan hewan). Setelah Bodhisattwabhumi II hingga teras ke-6 menempuh Sambhara-marga dan Prayoga- pencapaian Bodhisattwabhumi VI, dan tingkatan marga barulah dicapai tingkat kejiwaan yang Arupadhatu yang berteras-3 dari teras ke-7 siap menempuh Dasabodhisattwabhumi yang C a n d i B o r o b u d u r p e n c a p a i a n disimboliskan sebagai Candi Borobudur. Bodhisattwabhumi VII hingga teras ke-9 Simbolisasi Sambhara Marga dan Prayoga pencapaian Bodhisattwabhumi IX. Marga seharusnya terwujudkan secara fisik, Tahap kelima Asyaiksa-marga dengan maka Candi Mendut menjadi awal dari prosesi pencapaian Bodhisattwabhumi X disimboliskan Mahayana Marga bagian Sambhara Marga, dan sebagai bagian tertinggi dari Candi Borobudur Candi Pawon merupakan awal prosesi yang berupa stupa induk. Dari denah Mahayana Marga bagian Prayoga Marga. bangunannya Candi Borobudur dapat dilihat Konsep dari suatu kegiatan biasanya berlaku sebagai perwujudan dari konsep Vastu Purusha d a r i s k a l a m a k r o k e m i k r o, m a k a Mandala pada bangunan candi tunggal. Secara Dasabodhisattwabhumi yang diwujudkan kasar teras dasaran stupa induk, teras sebagai sepuluh tingkatan di Candi Borobudur, Arupadhatu, dan teras Rupadhatu memiliki lebar juga diikuti dengan penerapan pembagian yang sama (33), dengan lebar teras Kamadhatu sepuluh pada bagian Sambhara Marga dan sekitar separuhnya yang disimboliskan Prayoga Marga. (32) tersembunyi dan tertanam ke dalam tanah (34). Tahap ketiga Darsyana-marga dengan pencapaian Bodhisattwabhumi I disimboliskan POLA PERPETAKAN MANDALA sebagai bagian kaki Candi Borobudur berupa tingkatan Kamadhatu. Pada bagian ini terdapat Denah Candi Borobudur merupakan

17 Keletakan Candi Borobudur 115 perwujudan dari kombinasi konsep Vajradhatu dan Garbhadhatu (Kandahjaya, 1995), dan penerapan konsep Sri Yantra (Khana, 1979:148) yang tak lain adalah Vastu Purusha Mandala (Kramsich, 1980:11). Karena konsep Vastu Purusha Mandala juga diberlakukan sebagai pola tata ruang kota dan desa-desa tradisional di India maka akan sangat mungkin tata letak Candi Mendut-Candi Pawon-Candi Borobudur berdasarkan konsep Vastu Purusha Mandala (35) Meskipun aplikasi konsep Vastu Purusha Mandala ke rancang bangun percandian di Jawa Tengah terpengaruh potensi lokal, tetapi denah Candi Borobudur yang berpola memusat akan menempatkannya pada bagian pusat dari konsep tata ruang apapun yang telah diterapkan (36). Kenyataannya bangunan candi tunggal terletak tidak persis di tengah-tengah situs/ lahan-nya tetapi sedikit mundur ke belakang (37), menyerong mundur ke kiri (38), atau menyerong mundur ke kanan (39). Perkembangan perpetakan mandala pada Vastu Purusha Mandala menghasilkan pola Parasavin dan Manduka. Pola Parasavin memiliki 81 mandala termasuk 9 mandala di bagian pusat yang dikelilingi selapis mandala yang mencakup 16 mandala, dan 2 varian nya. Pola Manduka memiliki 64 mandala termasuk 4 mandala di bagian pusat yang dikelilingi selapis mandala Vajradhatu Garbhadhatu Vajradhatu Garbhadhatu Transformasi Desain Tata Letak Mandala pada Candi Borobudur Sumber : Kandahjaya 4 5 6

18 116 Keletakan Candi Borobudur mencakup 12 mandala, dan 3 variannya yang melingkari Candi Borobudur sebagai (Kramsich, 1980:86-88). Pola Sthandila Mandala petak mandala pusat di tengah-tengah pola di India Selatan memiliki 49 mandala termasuk 1 Sthandila Mandala ataupun Garbhadhatu mandala di bagian pusat (40), dan variannya Mandala. (42) memiliki 256 mandala termasuk 16 mandala di Mengaitkan dengan kemungkinan pernah bagian pusatnya (Khana, 1979:144), yang adanya Danau Purba Borobudur, diperlukan menurut Kandahjaya dihasilkan dari penerapan penelitian geomorfologi area di sekitar Candi konsep Garbhadhatu. Borobudur. Dari gambar Top view, plan and Pembagian tiga searah vertikal yang cross section of Borobudur yang bersumber menghasilkan bagian kepala-badan-kaki pada dari Borobudur Restoration Project (Anom, bangunan candi, secara konsepsual juga 2005:30) dapat diketahui Candi Borobudur diterapkan Candi Borobudur menjadi bagian berdiri di atas lapisan tanah inti yang Kamadhatu-Rupadhatu-Arupadhatu. mendasarinya dan dihurug-padatkan di atas Candi Borobudur menempati mandala di dua lapisan tanah hurug yang mungkin juga pusat pola Sthandila Mandala ataupun dihurug-padatkan di atas sebuah bukit kecil Garbhadhatu Mandala. Dengan lebar/panjang yang berada tepat di bawah posisi stupa induk. Candi Borobudur 121,38 s/d 121,66 m atau Perkiraan keberadaan Danau Purba Borobudur sekitar 1/24 jarak Candi Borobudur-Candi juga dapat dilihat pada Geological Map of the Mendut, maka pola Sthandila Mandala ataupun West-Progo Mts (Central Java) dari Van Garbhadhatu Mandala diperkirakan disusun Bemellen. Kepastian adanya Danau Purba dengan 2209 mandala yang setiap petak Borobudur akan membantu rekonstruksi letak mandala seukuran Candi Borobudur Candi Pawon pada konfigurasi Candi (121x121)m2 (41). Sebagai pembanding, Vastu Borobudur-Candi Pawon-Candi Mendut. Purusha Mandala yang intinya memiliki 9 petak mandala berbentuk bujur-sangkar kemudian PERGESERAN ARAH HADAP BANGUNAN berkembang dan dielaborasi menjadi 1024 mandala atau 32x32 mandala (Khanna, Arah hadap Candi Mendut, Candi Pawon 1979:144). dan Candi Borobudur tidak terpengaruh Candi Pawon terletak pada mandala di perubahan anggapan sumbu imajiner lingkar ke-14, dan Candi Mendut di lingkar ke-23 penghubungnya dari garis lurus ke garis patah.

19 Keletakan Candi Borobudur Arah hadap Candi Mendut berdeviasi 30 derajat, Arsitektur Untag, 2003). Candi Pawon berdeviasi 15 derajat, dan Candi Arah hadap Candi Pawon yang berada di Borobudur berdeviasi -5 derajat semula lingkar mandala ke-14 berdeviasi 15 derajat terhadap sumbu imajiner Candi Mendut-Candi terhadap sumbu imajiner Candi Pawon-Candi Pawon-Candi Borobudur (Roesmanto + Survala Borobudur, maka dengan deviasi 1,5 derajat Jurusan Arsitektur Untag, 2003), atau lebih tepat antar mandala terdekat didapatkan sumbu terhadap sumbu imajiner Candi Pawon-Candi imajiner Timur-Barat Candi Borobudur Borobudur. Karena sumbu imajiner Candi berdeviasi -6 derajat (atau meleset 1 derajat) Pawon-Candi Mendut berdeviasi 4,5 derajat terhadap sumbu imajiner Candi Pawon-Candi terhadap sumbu imajiner Candi Pawon-Candi Borobudur. (43) Borobudur, maka arah hadap Candi Mendut ke sumbu imajiner Candi Pawon-Candi Mendut ELEMEN BANGUNAN 34,5 derajat. Berdasarkan pergeseran arah hadap Menurut Jacques Dumarcay berdasar bangunannya, arah hadap Candi Mendut di pengamatannya terhadap keberadaan dindinglingkar mandala ke-23 bersudut 30 derajat ke dinding selasar dan koridor-koridornya yang sumbu imajiner Candi Pawon-Candi Borobudur, terbentuk Candi Borobudur pada awalnya arah hadap Candi Pawon di lingkar mandala ke- dibangun sebagai candi Hindu, dan adanya 14 bersudut 15 derajat ke sumbu imajiner Candi bagian kaki bangunan yang diduga pernah Pawon-Candi Borobudur, dapat ditemukan mengalami pembongkaran mengindikasikan semakin mendekati Candi Borobudur arah sebagai sisa kegagalan pembangunan tahap hadap candi yang ada ataupun mandala-nya pertama (Roesmanto, 2010:39-40). Berbeda berdeviasi (30-15):10 = 1,5 derajat.(39) dengan Candi Borobudur, Candi Pawon dan Analisis sebelumnya, antara Candi Candi Mendut tidak memiliki dinding koridor. Mendut dan Candi Pawon diperkirakan terdapat Sebaliknya, Candi Borobudur tidak memiliki tiga stage dengan deviasi arah hadap antar cella sebagaimana Candi Pawon dan Candi stage terdekat 5 derajat, dan antara Candi Mendut. Elemen bangunan yang terdapat di Pawon dan Candi Borobudur terdapat empat ketiga candi adalah tangga. Menurut Dumarcay stage dengan arah hadap stage terdekat 4 candi mengalami perubahan besar setelah derajat (Roesmanto + Survala Jurusan mendapat imbuhan elemen bangunan berupa Tangga pada Candi Borobudur

20 118 Keletakan Candi Borobudur Tangga pada Candi Mendut tangga (Dumarcay, 1999:422 dalam setelah menempuh Sambhara Marga. Jumlah Roesmanto, 2007:13) undakan secara imajiner disimboliskan Tangga Candi Mendut memiliki 19 semakin mengecil hingga ke kaki Candi undakan terdiri dari bagian pertama 15 undakan Borobudur. untuk mencapai semacam bordes, dan bagian Kaitannya dengan penerapan konsep kedua 4 undakan, kemudian menuruni 2 perpetakan Sthandila Mandala yang berundakan mencapai lantai cella. Tangga Candi mandala 2209 maka letak Candi Pawon ber- Pawon memiliki 11 undakan terdiri dari bagian undakan 11 berada di lingkaran-mandala ke-14, pertama 9 undakan untuk sampai ke semacam dan Candi Mendut ber-undakan 19 di lingkaranbordes, dan bagian kedua 2 undakan, kemudian mandala ke-23. juga menuruni 2 undakan mencapai lantai cella. Sambhara Marga Candi Mendut-Candi Dari pengamatan sepintas, tangga yang ada di Pawon dapat dianggap memiliki 10 tahapan Candi Borobudur memiliki 70 undakan di bagian s e s u a i j u m l a h t a h a p a n p a d a Utara dan Selatan, 69 undakan di Barat, dan 68 Dasabodhisattwabhumi, dan di setiap stage undakan di Timur. pada lingkaran-mandala ke-22 hingga ke-15 Undakan/anak tangga di Candi Mendut dapat disimboliskan memiliki undakan imajiner. dan Candi Pawon berjumlah ganjil, sedangkan Maka pada Stage XXII terdapat 18 undakan, di Candi Borobudur berjumlah genap. Stage XXI 17 undakan, Stage XX 16 undakan, Kemungkinan undakan awal di Candi Stage XIX 15 undakan, Stage XVIII 14 undakan, Borobudur yang dicurigai Dumarcay berjumlah Stage XVII 13 undakan, Stage XVI 12 undakan, ganjil, sehingga secara keseluruhan undakan Stage XV 11 undakan, dan Stage XIV yang Candi Borobudur juga berjumlah ganjil. ditempati Candi Pawon seharusnya memiliki 10 Dalam Mahayana Marga untuk menempuh undakan tetapi dalam kenyataannya 11 Dasabodhisattwabhumi segala klesya harus undakan. dibersihkan selama menempuh tahap Prayoga Marga sejarak Candi Mendutpersiapan yang meliputi Sambhara Marga dan Candi Pawon juga memiliki 10 tahapan sesuai Prayoga Marga. Tangga Candi Mendut memiliki jumlah tahapan pada Dasabodhisattwabhumi. 19 undakan, dan di Candi Pawon 11 undakan. Stage XIII memiliki 10 undakan, Stage XII 9 Jumlah undakan yang semakin mengecil undakan, Stage XI 8 undakan, Stage X 7 menyimboliskan klesya yang semakin sedikit undakan, Stage IX 6 undakan, Stage VIII 5

21 Keletakan Candi Borobudur 119 undakan, Stage VII 4 undakan, Stage VI 3 68 untuk mencapai Teras V: 236/12. undakan, Stage V 2 undakan, Stage IV 1 Undakan lain yang memiliki ketinggian undakan. Stage III hingga Stage I tanpa undakan sama dan lebih tinggi dari 30 cm adalah yang menyimboliskan semua klesya telah bersih Undakan ke-31: 29/30 dan Undakan ke-42: dan siap menapaki tingkatan terbawah 28/31 yang terletak di antara Teras III dan Dasabodhisattwabhumi. Tiga stage tanpa IV;Undakan ke-21: 43/30, Undakan ke-19: 39/31, undakan kemungkinan menyimboliskan agama dan Undakan ke-20: 66/31 yang terletak di Hindu yang semula dianut Indra (yang antara Teras II dan III; serta Undakan ke-47: diterapkan juga sebagai rangkaian Candi 71/31 dan Undakan ke-38: 29/35 yang terletak di Mendut-Candi Pawon-Candi Borobudur). antara Teras III dan IV. Dengan 68 undakan pada tangga Timur, Dari ketiga candi ditemukan undakan Stage II sebagai undakan imajiner I, Stage II teratas lebih pendek dari undakan sebelumnya. sebagai undakan imajiner II, dan undakan Pada tangga Candi Mendut, tinggi Undakan keterbawah Tangga Timur Candi Borobudur 19: 15,8 cm, Undakan ke-18: 23,4 cm; tangga sebetulnya merupakan Undakan III dari 70 Candi Pawon, tinggi Undakan ke-11: 17,5 cm, undakan di candi tersebut. (44) Undakan ke-10: 19,5 cm; dan tangga Timur Pada Tangga Timur, Undakan ke-1: 43/27 Candi Borobudur, tinggi Undakan ke-68: 12 cm, (lebar 43 cm, tinggi 27 cm), Undakan ke-2: Undakan ke-67: 22,5 cm. (45). 48/31, Undakan ke-3: 51/31, Undakan ke-4: Bandingkan, kisaran tinggi undakan 88/29,5, Undakan ke-5: 46/19, Undakan ke-6: tangga pada Candi Mendut: 15,8-26,4 cm, 45,5/17, Undakan ke-7: 46/19, Undakan ke-8: Candi Pawon: 17,5-19,8 cm, (Tangga Timur) 46/19, Undakan ke-9 (Teras I):111/20. Undakan Candi Borobudur: cm. Rata-rata tinggi ke 1-4 (undakan awal) memiliki tinggi cm undakan tangga pada Candi Mendut: 24,679 yang lebih tinggi dari undakan berikutnya. cm, Candi Pawon: 21 cm, dan (Tangga Timur) Undakan ke tinggi undakan cm, dan Candi Borobudur: 24,54 cm. Apabila dirinci, Undakan ke-15 untuk mencapai Teras II: 234/21 rata-rata tinggi undakan menuju ke Teras I: 23,61 lebar tangga 267 cm. cm, Teras II: 20,33 cm, Teras III: 27,5 cm, Teras Undakan ke-23 untuk mencapai Teras III: IV: 26,24 cm, dan Teras V: 20,23 cm. Tidak 354/32,5 lebar tangga 155 cm. Undakan ke-57 ditemukan hubungan yang signifikan antara untuk mencapai Teras IV: 365/29. Undakan ke- perbedaan ketinggian undakan tangga di Candi Tangga pada Candi Pawon

22 120 Keletakan Candi Borobudur Mendut, Candi Pawon dan (Tangga Timur) Candi Borobudur dengan keletakan ketiganya. KESIMPULAN Ÿ Perletakan Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut dirancang pada saat proses Groslier, Bernard P Indocina. Persilangan Kebudayaan. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia bekerjasama dengan Ecole francaise d'extreme-orient, Pusat Penelitian Arkeologi & Forum Jakarta- Paris. Kaelan Petundjuk Tjandi : Mendut Pawon rancang-bangun Candi Mendut. Borobudur. Yogyakarta : Tjabang Bagian B a h a s a, D j a w a t a n K e b u d a j a a n Ÿ Tata letak Candi Borobudur, Candi Pawon, Departemen P.P & K. Candi Mendut menerapkan pola perpetakan Ÿ Sthandila Mandala. Ÿ Perletakan Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut tidak segaris lurus. Ÿ Sumbu imajiner Candi Borobdur-Candi Pawon-Candi Mendut berupa garis patah. Ÿ Sumbu imajiner Candi Pawon-Candi Mendut ke Gunung Merapi. Ÿ Jarak Candi Borobudur-Candi Pawon dan Candi Pawon-Candi Mendut berbanding tidak sebagai 1750:1150. DAFTAR PUSTAKA Kandahjaya, H Kunci Utama untuk Membaca Simbolisme Borobudur. Bandung : Karaniya. Khanna, Madhu Yantra. The Tantric Symbol of Cosmic Unity. Thames & Hudson. Kramrisch, Stella The Hindu Temple. Vol.1. New Delhi : Motilal Banarsidass. Nastiti, Titi Surti Pasar di Jawa Masa Mataram Kuna. Bandung : Pustaka Jaya. Roesmanto, Totok, ed Kearsitekturan Candi Borobudur, Seri Terbitan Candi Borobudur-3. Borobudur Magelang : Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. Arca Buddha pada Candi Mendut Anom, IGN The Restoration of Borobudur. Paris : UNESCO Publishing. Dumarcay, Jacques Candi Sewu dan Arsitektur Bangunan Agama Buddha di Jawa Tengah. Jakarta : Ecole francaise d'extreme-orient & Kepustakaan Populer Gramedia. Roesmanto, Totok Pemanfaatan Potensi Lokal dalam Arsitektur Indonesia. Pengukuhan Guru Besar Arsitektur, orasi, Universitas Diponegoro.

23 Keletakan Candi Borobudur BIODATA PENULIS Prof. Ir. Totok Roesmanto, M.Eng., lahir di Borobudur, Magelang pada tanggal 5 Mei Saat ini menjabat sebagai Ketua Prodi Magister Teknik Arsitektur, Universitas Dipeonegoro untuk kedua kalinya sejak tahun 2008, setelah untuk yang pertama kalinya menjabat pada tahun Mendapatkan gelar S1 dari Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknk, Universitas Diponegoro pada tahun Selanjutnya meneruskan pendidikan di Departement of Regional Planning, University of Technology, Jepang dan lulus pada tahun Mengikuti Ronpaku (PhD Dissertation) Fellows Visiting Program , Architectural History, Department of Architecture and Civil Engineering, TUT, Jepang. Aktif menekuni bidang konservasi, arsitektur tradisional, teori arsitektur, potensi lokal, kartun (arsitektur), dan sketsa. Relief pada Candi Mendut 121

24

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA 3.1. Tata letak Perletakan candi Batujaya menunjukkan adanya indikasi berkelompok-cluster dan berkomposisi secara solid void. Komposisi solid ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

di JAW A TE N GAH S E LATAN

di JAW A TE N GAH S E LATAN C AN D I C AN D I di JAW A TE N GAH S E LATAN CANDI MENDUT Letak : kec. Mungkid, kab. Magelang + 2 km dari Candi Borobudur Hubungan dengan Candi Borobudur Dari segi paleografis tulisan ada persamaan (tulisan-tulisan

Lebih terperinci

BAB II ISI. oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang

BAB II ISI. oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang BAB II ISI 2.1 Sejarah Candi Borobudur Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama

Lebih terperinci

Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno KELOMPOK 4 : ADI AYU RANI DEYDRA BELLA A. GHANA N.P. PUSAKHA S.W.Q (01) (Notulen) (08) (Moderator) (11) (Anggota) (20) (Ketua) Kerajaan Mataram (Hindu-Buddha), sering disebut dengan

Lebih terperinci

5. (775 M) M M M 9. (832 M) 10. (842 M) 11. (850 M) 12. (856 M) 13. (863 M) 14. (880 M) 15. (907 M) 16.

5. (775 M) M M M 9. (832 M) 10. (842 M) 11. (850 M) 12. (856 M) 13. (863 M) 14. (880 M) 15. (907 M) 16. MATARAM 1. Prasasti Tuk Mas 2. Prasasti Sojomerto (akhir abad 7) 3. Prasasti Canggal (732 M) 4. Prasasti Plumpungan 750 M 5. Prasasti Ligor B (775 M) 6. Prasasti Kalasan 778 M 7. Prasasti Kelurak 782 M

Lebih terperinci

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks 3 Relief menjadi media penyampaian pesan karena merupakan media yang lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks lebih sulit karena diperlukan pengetahuan tentang bahasa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Sedangkan luas wilayah terendah adalah Kecamatan Ngeluwar sebesar 2.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Sedangkan luas wilayah terendah adalah Kecamatan Ngeluwar sebesar 2. 63 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang terletak 110 0 01 51 dan 110 0 26 58 Bujur Timur

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 1. Sejarah Sunda Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang

Lebih terperinci

KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II

KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II 233 KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II Oleh : Tukidjan Wakil Kepala Sektor Tekno Arkeologi Proyek Pemugaran Candi Borobudur CCandi Borobudur merupakan warisan dunia PENDAHULUAN (World Heritage)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya dipengaruhi oleh kebudayaan India. Salah satu pengaruh kebudayaan India ialah dalam aspek religi, yakni

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6 1. Berdasarkan letak geografis Indonesia yang berada dalam jalur perdagangan dunia, serta

Lebih terperinci

Gb 3.9 Denah Candi Jiwa

Gb 3.9 Denah Candi Jiwa Gb 3.9 Denah Candi Jiwa Jika dibandingkan dengan candi-candi periode Mataram Kuno, candi dengan denah berpintu empat merupakan candi yang istimewa, seperti halnya candi Siwa Prambanan yang bersifat Hindu,

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Candi Cetho 1. Lokasi Candi Cetho terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di desa Cetho kelurahan Gumeng kecamatan Jenawi, kabupaten Karanganyar provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno (Kerajaan Mataram Hindu atau Kerajaan medang periode jawa tengah) merupakan kelanjutan dari kerajaan kalingga di jawa tengah sekitar abad ke 8 M, yang selanjutnya

Lebih terperinci

Perkembangan Arsitektur 1

Perkembangan Arsitektur 1 Perkembangan Arsitektur 1 Minggu ke 5 Warisan Klasik Indonesia By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST, MT Material Arsitektur Klasik Indonesia Dimulai dengan berdirinya bangunan candi yang terbuat dari batu maupun

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 6. Perkembangan Danau Borobudur dipengaruhi oleh adanya aktivitas vulkanik, tektonik, dan manusia. Ekosistem

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Tinjauan Tema Berikut ini merupakan tinjauan dari tema yang akan diterapkan dalam desain perencanaan dan perancangan hotel dan konvensi. 3.1.1 Arsitektur Heritage Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Buddhism atau yang biasa dikenal sebagai ajaran Agama Buddha, merupakan salah satu filsafat tua dari timur yang ikut berkembang di Indonesia sejak abad ke 5. Pada

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1 LAMPIRAN JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A Gua + Relief Relief bercerita tentang peristiwa sejarah manusia purba (bagamana mereka hidup, bagaimana mereka tinggal, dll) 5m x

Lebih terperinci

III. TEMA KONSEP Tema yang digunakan dalam perancangan ini adalah Soul Of The Temple, dimana penjabarannya adalah sebagai berikut : - Soul : Jiwa, ada

III. TEMA KONSEP Tema yang digunakan dalam perancangan ini adalah Soul Of The Temple, dimana penjabarannya adalah sebagai berikut : - Soul : Jiwa, ada Pengembangan Kawasan Candi Plaosan, Klaten, Jawa Tengah Panggih Aprillyanto, Ir. Arief Rahman, MT., Lilik Setiawan HP, ST., MT. Jurusan Teknik Arsitektur FTSP UG Jln. Akses UI Kelapa Dua, Depok INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA TEMPAT DUDUK DALAM PENGGAMBARAN RELIEF LALITAVISTARA, CANDI BOROBUDUR : TELAAH BENTUK SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN SIDDHARTA GAUTAMA SKRIPSI diajukan untuk melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat kaya akan peninggalan kebudayaan pada jaman Hindu Budha. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa sansekerta

Lebih terperinci

Uji Kompetensi. Sumber : Taufik Abdullah (ed) Indonesia Dalam Arus Sejarah. Jilid II. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve.

Uji Kompetensi. Sumber : Taufik Abdullah (ed) Indonesia Dalam Arus Sejarah. Jilid II. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve. Uji Kompetensi Prasasti Jambu ( Pasir Koleangkak) terletak di sebuah bukit, di Desa Parakan Muncang, Nanggung, Bogor. Prasasti ini ditulis dalam dua baris tulisan dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-169 Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan Shinta Octaviana P dan Rabbani Kharismawan Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR. Candi Borobudur adalah kuil nenek moyang sebagaimana didari sruktur

BAB II PERKEMBANGAN PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR. Candi Borobudur adalah kuil nenek moyang sebagaimana didari sruktur BAB II PERKEMBANGAN PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR A. Sejarah Berdirinya Candi Borobudur Candi Borobudur adalah kuil nenek moyang sebagaimana didari sruktur bangunan sebutkan dalam prasasti Sri Kahulunan 842

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penggunaan ragam hias sebagai simbol dapat menjadi landasan berpikir dalam mendesain sehingga para desainer dan arsitek dapat mengambil dan mengungkapkan nilai-nilai dalam karyanya. Faktor sejarah

Lebih terperinci

BAB 3: TINJAUAN LOKASI

BAB 3: TINJAUAN LOKASI BAB 3: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kantor PT. Taman Wisata Candi Prambanan Borobudur dan Ratu Boko Yogyakarta 2.1.1 Profil Kantor PT. Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko PT. Taman Wisata

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN Para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pembagian gaya seni candi masa Majapahit maupun Jawa Timur antara lain adalah: Pitono Hardjowardojo (1981), Hariani Santiko

Lebih terperinci

Cagar Budaya Candi Cangkuang

Cagar Budaya Candi Cangkuang Cagar Budaya Candi Cangkuang 1. Keadaan Umum Desa Cangkuang Desa Cangkuang terletak di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Item Utama 5.1.1 Logo Judul Gambar 5.1.1 Logo Judul Huruf dari logo judul buku interaktif ini menggunakan font Anabelle Script. Pemilihan font script didasari pertimbangan

Lebih terperinci

GEOLOGI DAERAH KLABANG

GEOLOGI DAERAH KLABANG GEOLOGI DAERAH KLABANG Geologi daerah Klabang mencakup aspek-aspek geologi daerah penelitian yang berupa: geomorfologi, stratigrafi, serta struktur geologi Daerah Klabang (daerah penelitian). 3. 1. Geomorfologi

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci

MOTIF HIAS PADA PELIPIT CANDI CORNICE AND PLINTH DECORATIVE MOTIFS ON TEMPLE

MOTIF HIAS PADA PELIPIT CANDI CORNICE AND PLINTH DECORATIVE MOTIFS ON TEMPLE MOTIF HIAS PADA PELIPIT CANDI CORNICE AND PLINTH DECORATIVE MOTIFS ON TEMPLE T.M. Rita Istari Balai Arkeologi Yogyakarta ritaistari@yahoo.com ABSTRACT Decorative motifs found in Hindu and Buddhist temples,

Lebih terperinci

PETA KONSEP KERAJAAN-KARAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA

PETA KONSEP KERAJAAN-KARAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA PETA KONSEP KERAJAAN-KARAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA IPS Nama :... Kelas :... 1. Kerajaan Kutai KUTAI Prasasti Mulawarman dari Kutai Raja Kudungga Raja Aswawarman (pembentuk keluarga (dinasti)) Raja

Lebih terperinci

PELESTARIAN CANDI BOROBUDUR SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL BERBASIS PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Oleh :

PELESTARIAN CANDI BOROBUDUR SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL BERBASIS PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Oleh : PELESTARIAN CANDI BOROBUDUR SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL BERBASIS PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Oleh : Fr. Dian Ekarini, S.Si Sri Sularsih, S.H I. Pendahuluan Candi Borobudur terletak di Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tempat wisata, meliputi wisata alam, budaya hingga sejarah ada di Indonesia. Lokasi Indonesia yang berada di daerah

Lebih terperinci

BOROBUDUR : Masalah Puncak Stupa Induk

BOROBUDUR : Masalah Puncak Stupa Induk 21 BOROBUDUR : Masalah Puncak Oleh : Mundardjito Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia KKita tidak tahu persis sudah berapa juta PENGANTAR pengunjung yang datang melihat Candi

Lebih terperinci

PAKET BOROBUDUR ATTRACTIONS

PAKET BOROBUDUR ATTRACTIONS Hotline : Mobile : SMS : BBM : Whatsapp : Email : PAKET BOROBUDUR ATTRACTIONS Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perancangan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perancangan BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan Perancangan adalah fase pertama dalam pengembangan rekayasa produk atau sistem. Kata perancangan berasal dari kata kerja merancang yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

Perkembangan arsitektur I

Perkembangan arsitektur I PERTEMUAN 3 MATA KULIAH Perkembangan arsitektur I DOSEN PENGAMPU : ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PERIODESASI INDO CINA Setidaknya menurut Groslier

Lebih terperinci

1. Menurut pendapat kamu teori atau pendapat mana yang paling kuat terkait dengan

1. Menurut pendapat kamu teori atau pendapat mana yang paling kuat terkait dengan Soal Hal 81 : 1. Menurut pendapat kamu teori atau pendapat mana yang paling kuat terkait dengan masuknya budaya Hindu-Budha? Jelaskan! Jawaban : Menurut saya adalah teori kedua yaitu, teori Waisya. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia pada tahun 1293-1500M. Permasalahannya peninggalan-peninggalan kerajaan Majapahit ada yang belum

Lebih terperinci

Pengaruh Hindu pada Atap Masjid Agung Demak

Pengaruh Hindu pada Atap Masjid Agung Demak SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Pengaruh Hindu pada Atap Masjid Agung Demak Nugraha Pratama Mahasiswa Sarjana, Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan,

Lebih terperinci

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan CAGAR BUDAYA Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Boyolali, 29 Maret 2017 1 April 2017 Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang berlatar belakang Hindu atau Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa. Orangorang di Jawa Timur menyebut

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DIY dengan peninggalannya antara lain

BAB I PENGANTAR. wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DIY dengan peninggalannya antara lain BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Mataram Kuna merupakan kerajaan yang pernah berpusat di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DIY dengan peninggalannya antara lain candi. Kerajaan Mataram dapat

Lebih terperinci

BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN

BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN Tinjauan seni bangun (arsitektur) kepurbakalaan di Padang Lawas dilakukan terhadap biaro yang masih berdiri dan

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN LOKASI

BAB III: TINJAUAN LOKASI BAB III: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Taman Wisata Prambanan 3.1.1. Profil Taman Wisata Prambanan Gagasan pendirian PT. TWCBPRB ini diawali dengan adanya Proyek Pembangunan Taman Wisata Candi Borobudur

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan 129 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa ciri-ciri elemenelemen arsitektural bangunan rumah lama di Kota Baru sebagai berikut : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerajaan Mataram kuno adalah kerajaan zaman hindu yang banyak meninggalkan sejarah melalui prasasti yang ditemukan. Sejak abad 10 kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur

Lebih terperinci

Paket Wisata. Hoshizora Tour

Paket Wisata. Hoshizora Tour Paket Wisata Hoshizora Tour DIES NATALIS & LUSTRUM X FAKULTAS PSIKOLOGI UGM 2015 Paket Wisata Jogja Jogja Favorite Tour Paket Jogja Favorite Tour akan membawa Anda mengunjungi lokasi favorit di Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan BAB I PENDAHULUAN Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan langsung dengan keadaan yang kini dapat ditemukan di Jawa atau di tempat lain, tetapi sebagian lainnya hanya dapat ditelusuri

Lebih terperinci

RELASI MAKNA SIMBOL CANDI BOROBUDUR DENGAN AJARAN BUDHA

RELASI MAKNA SIMBOL CANDI BOROBUDUR DENGAN AJARAN BUDHA RELASI MAKNA SIMBOL CANDI BOROBUDUR DENGAN AJARAN BUDHA Diajukan Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Jurusan Perbandingan Agama (Ushuluddin) Oleh Hariyanto H 000 030 018

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari berbagai macam pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki kota-kota

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ARSITEKTUR TRADISIONAL NURYANTO, S.Pd., M.T.Ars. ARSITEKTUR VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2 0 1 0 RUMAH DALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : 1 x pertemuan (2 x 35 menit)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : 1 x pertemuan (2 x 35 menit) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Alokasi waktu : SDN Baciro : VA/1 : Ilmu Pengetahuan Sosial : 1 x pertemuan (2 x 35 menit) Hari/Tanggal : Selasa/02

Lebih terperinci

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN WAKTU TEMPUH BAGI PELAKU JASA WISATA DI KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO KABUPATEN SEMARANG) Rahma Hayati Jurusan Geografi FIS UNNES Absatrak

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut catatan sejarah, Sumedang mengalami dua kali merdeka dan berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan Mataram dan masa kabupatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM AKULTURASI : menerima unsur baru tapi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya jadi budaya campuran ASIMILASI : pernggabungan kebudayaan lokal dan unsur baru tapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan terhadap dunia kepariwisataan di Indonesia menjadi salah satu komoditas dan sumber pendapatan devisa negara yang cukup besar dan usaha untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan fungsi baru untuk menunjang ragam aktivitas

Lebih terperinci

MUNCULNYA AGAMA HINDU

MUNCULNYA AGAMA HINDU MUNCULNYA AGAMA HINDU di INDIA Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa (Peradaban Lembah Sungai Indus)

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama matakuliah Kode/SKS Status mata kuliah Deskripsi Singkat : ARKEOLOGI HINDU-BUDDHA : BDP 1107/ 2 SKS : Wajib : Pengenalan tinggalan arkeologi

Lebih terperinci

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI Alderina 1) Abstraksi Terdapat suatu gereja peninggalan Zending Barmen (Jerman) yang berlokasi di desa Saka Mangkahai

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Foto tanggal 06 07 Agustus 2016 Pusat Data dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv. MOTTO... v. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv. MOTTO... v. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BOROBUDUR: catatan restorasi candi terbesar dalam sejarah dunia

BOROBUDUR: catatan restorasi candi terbesar dalam sejarah dunia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur BOROBUDUR: catatan restorasi candi terbesar dalam sejarah dunia Panggah Ardiyansyah panggah.ardiyansyah@kemdikbud.go.id

Lebih terperinci

Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn

Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn Konsepsi sangamandala menentukan sembilan tingkatan nilai ruang pada sembilan zone bumi atau tata zoning tapak. Sembilan zona ini lahir berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Boyolali 3.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110 22'

Lebih terperinci

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia mempunyai sejarah kebudayaan yang telah tua, berawal dari masa prasejarah (masa sebelum ada tulisan), masa sejarah (setelah mengenal tulisan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Amos Rapoport arsitektur dibentuk dari latar belakang kebudayaan dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi dua bagian

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Bangunan dan kawasan kota adalah artefak-artefak yang penting dalam sejarah perkembangan suatu kota. Mereka kadang-kadang dijaga dan dilestarikan dari penghancuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa yang memiliki kekayaan akan peninggalan kebudayaan. Bentuk dari peninggalan kebudayaan dibagi menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR

KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR KAJIAN POLA PERGERAKAN DAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN WISATA CANDI BOROBUDUR TUGAS AKHIR Oleh: OKTAFIA RACHMAWATI L2D 004 341 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ABSTRAK PERANCANGAN MEDIA PROMOSI CANDI MUARA TAKUS PROVINSI RIAU. Oleh: Elvin Winardy

ABSTRAK PERANCANGAN MEDIA PROMOSI CANDI MUARA TAKUS PROVINSI RIAU. Oleh: Elvin Winardy ABSTRAK PERANCANGAN MEDIA PROMOSI CANDI MUARA TAKUS PROVINSI RIAU Oleh: Elvin Winardy 1064086 Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak peninggalan sejarah. Salah satu peninggalan bersejarah yang

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT Disampaikan Pada Acara Kunjungan Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) I Bandung Ke Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia Pada Hari Sabtu Tanggal 5 Juli

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1. Candi Borobudur. Gambar 1.1. Arca Budha Candi Borobudur dan Bukit Manoreh courtesy 2008 Renee Scipio

PENDAHULUAN. 1. Candi Borobudur. Gambar 1.1. Arca Budha Candi Borobudur dan Bukit Manoreh courtesy 2008 Renee Scipio PENDAHULUAN 1. Candi Borobudur Gambar 1.1. Arca Budha Candi Borobudur dan Bukit Manoreh courtesy 2008 Renee Scipio Candi Borobudur merupakan candi Budha, terletak di desa Borobudur kabupaten Magelang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Seperti yang telah kita ketahui bahwa perkembangan kebudayaan tersebut secara kronologis

Lebih terperinci

Ciri-Ciri Candi Di Jawa Timur Bentuk bangunan ramping Atapnya merupakan perpaduan tingkatan Puncaknya berbentuk kubus Tidak ada makara dan pintu relung hanya ambang dan atasnya saja yang diberi kepala

Lebih terperinci

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Lebih terperinci

87 Universitas Indonesia

87 Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Kepurbakalaan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa merupakan perpaduan dari kebudayaan Islam dengan kebudayaan lokal atau kebudayaan lama yaitu kebudayaan Hindu-Buddha. Perpaduan dua

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam kebudayaan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya peninggalan peninggalan sejarah yang tersebar luas hampir

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... i ii iv v viii xiv xix xx BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA BEJIJONG KECAMATAN TROWULAN MOJOKERTO DAN KEBEBERDAAN CANDI BRAHU

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA BEJIJONG KECAMATAN TROWULAN MOJOKERTO DAN KEBEBERDAAN CANDI BRAHU 19 BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA BEJIJONG KECAMATAN TROWULAN MOJOKERTO DAN KEBEBERDAAN CANDI BRAHU A. Letak Geografis Kondisi umum daerah penelitian di deskripsikan bertujuan untuk memberikan gambaran

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah

Lebih terperinci