ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN MAHASISWA IPB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN MAHASISWA IPB"

Transkripsi

1 i ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN MAHASISWA IPB ROBIAH AL ADAWIYYAH DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 ii ABSTRACT ROBIAH AL ADAWIYYAH. Analysis of Relationship between Nutritional Adequacy, Nutritional Status and Fitness Level of IPB Students. Under direction of LILIK KUSTIYAH and MIRA DEWI Economical progress in developing countries, including Indonesia, has generated many changes. There has been changes in lifestyle from active to less active as well as advances is technology. This resulted in changes in consumption which are generally use food instant. These changes can easily lead to degenerative diseases at a young age. The general objective of this study was to analyze the relationship between nutritional status and fitness levels of students with the specific objectives including 1) assess the characteristics, nutritional status and fitness level of samples; 2) analyze the relationship between the sample s characteristics and BMI, body composition and fitness levels; 3) analyze the relationship between the adequacy level of energy - nutrient and BMI (Body Mass Index), body composition and fitness level; 4) analyze the relationship between BMI and fitness level; 5) analyze the relationship between body composition and BMI and fitness levels. The research was conducted using Cross Sectional study design with 75 students as samples. Primary data used included characteristics, nutritional status, body composition and fitness level of samples. The results showed that nutritional status of male students was not significantly different from the female students. In contrast, the percentage of body fat of men is lower than those in women. The level of fitness (flexibility and VO 2 max) was significantly higher in the men than of the women. BMI was significantly decreased with the level of fitness. Body fat percentage were significantly increased with BMI and body fat percentage were significantly decreased with the fitness level. The study suggested that students should improved the nutrients intake and do the exercise in order to have a good level of fitness. Keywords: nutritional status, flexibility, VO 2 max

3 iii RINGKASAN ROBIAH AL ADAWIYYAH. Analisis Hubungan antara Kecukupan Gizi dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Mahasiswa IPB. Dibimbing oleh LILIK KUSTIYAH dan MIRA DEWI. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran. Secara khusus tujuannya adalah (1) Mempelajari karakteristik contoh yang meliputi jenis kelamin, umur dan status gizi contoh berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan komposisi tubuh. (2) Mempelajari konsumsi pangan yang meliputi tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat. (3) Mengkaji tingkat kebugaran yang terdiri dari kelentukan atau flexibility dan daya tahan kardiorespiratori atau VO 2 max. (4) Menganalisis keberadaan perbedaan IMT, komposisi tubuh dan tingkat kebugaran antar gender. (5) Menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan IMT, komposisi tubuh dan tingkat kebugaran; antara komposisi tubuh dengan IMT; antara IMT dan komposisi tubuh dengan tingkat kebugaran. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Pada bulan November-Desember 2011 di Kampus IPB Darmaga. Cara pengumpulan data karakteristik dengan menggunakan kuesioner. Data antropometri dikumpulkan dengan mengukur secara langsung. Cara pengumpulan data komposisi tubuh dengan menggunakan alat Body Composition Analyzer. Cara pengumpulan data konsumsi pangan dengan menggunakan wawancara dengan alat bantu kuesioner recall 2x24 jam. Data kebugaran dikumpulkan dengan cara mengukur langsung dengan metode tes balke dan tes reach. Pengolahan dan analisis data menggunakan perangkat program Microsoft excel Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi pearson dan uji beda independent t-test. Jumlah contoh awal dalam penelitian berjumlah 84 orang, namun pada rangkaian penelitian terdapat hambatan, diantaranya adalah beberapa contoh sakit sehingga total contoh yang diteliti menjadi 75 orang. Pada penelitian ini rata-rata umur contoh yaitu ± 0.55 tahun. Sebagian besar (72.0%) contoh adalah perempuan dan sisanya (28.0%) contoh adalah laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 66.67% contoh yang memiliki status gizi normal serta status gizi kategori kurus dan lebih masing-masing sebesar 12.00%, dan untuk kategori obese adalah sebanyak 9.33%. Rata-rata persentase lemak tubuh pada contoh perempuan lebih tinggi daripada contoh laki-laki (28.8 ± 5.61% vs 17.3 ± 8.37%). Rata-rata Lean Body Mass contoh laki-laki lebih tinggi daripada contoh perempuan (49.3 ± 3.93 kg vs 38.4 ± 4.79 kg). Demikian juga ratarata Mass of Body Fat / MBF pada contoh perempuan lebih tinggi daripada contoh laki-laki (16.3 ± 6.68 kg vs 11.3 ± 8.01 kg). Intake energi contoh berkisar antara Kal dengan rata-rata 1131 ± 225 Kal. Sebanyak 81% contoh yang memiliki intake energi kategori defisit tingkat berat. Intake protein contoh berkisar antara gram dengan rata-rata ± 9.09 gram. Sebanyak 38% contoh yang memiliki intake protein kategori defisit tingkat berat. Intake lemak contoh berkisar antara gram dengan rata-rata ± gram. Sebanyak 72% contoh yang memiliki intake lemak kategori defisit tingkat berat. Intake karbohidrat contoh berkisar antara gram dengan rata-rata ± gram. Sebanyak 56% contoh yang memiliki intake karbohidrat kategori defisit tingkat berat.

4 Sebanyak 33.33% contoh laki-laki memiliki tingkat kebugaran (flexibility) dalam kategori cukup dan terdapat 38.10% yang termasuk kategori bagus dan bagus sekali. Pada contoh perempuan (42.59%) berada dalam kategori kurang. Tingkat kebugaran (VO 2 max) contoh lai-laki (42.86%) dalam kategori kurang dan sedang serta terdapat 4.76% yang termasuk kategori bagus sekali. Pada contoh perempuan (55.56%) memiliki tingkat kebugaran (VO 2 max) dalam kategori sedang. Status gizi berdasarkan IMT contoh laki-laki tidak berbeda nyata dengan perempuan. Namun, berdasarkan persentase lemak tubuh, contoh perempuan nyata lebih tinggi daripada laki-laki, dan tingkat kebugaran (flexibility maupun VO 2 max) adalah nyata lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Terdapat perbedaan tingkat kecukupan energi dan lemak antara contoh laki-laki dengan perempuan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kecukupan energi dan lemak contoh perempuan nyata lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Namun tidak berbeda nyata tingkat kecukupan protein dan karbohidrat pada contoh. Terdapat hubungan signifikan negatif antara status gizi contoh dengan tingkat kebugaran (flexibility dan VO 2 max). Nilai persentase lemak tubuh contoh memiliki hubungan signifikan positif terhadap status gizi contoh. Terdapat hubungan yang signifikan negatif antara persentase lemak tubuh dengan tingkat kebugaran contoh. Mahasiswa dianjurkan untuk memperbaiki konsumsi agar dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi sehingga mencapai status gizi normal dan melakukan exercise agar dapat memiliki kebugaran yang lebih baik. iv

5 v ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN MAHASISWA IPB ROBIAH AL ADAWIYYAH Skripsi Sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

6 vi Judul Nama NIM : Analisis Hubungan antara Kecukupan Gizi dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Mahasiswa IPB : Robiah Al adawiyyah : I Dosen Pembimbing I Menyetujui: Dosen Pembimbing II Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M. Si dr. Mira Dewi, S.Ked, M.Si NIP NIP Mengetahui: Ketua Departemen Gizi Masyarakat Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP Tanggal lulus:

7 vii PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah Analisis Hubungan antara Kecukupan Gizi dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Mahasiswa IPB. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Gizi, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama skripsi ini disusun, penulis telah menerima dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si dan dr. Mira Dewi, S.Ked, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikirannya, masukan dan kritikan untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Keluarga : M. Husni (papa) dan Nafsiyah (mama) dan adik-adik saya (Tuty, Novi, Dessy dan Ardi) yang telah memberikan kasih sayang, dorongan (moral dan materi), pengertian, perhatian, semangat serta doanya. 4. Teman teman mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang telah bersedia menjadi contoh dalam penelitian. 5. Seluruh dosen, tenaga kependidikan dan teman-teman di Departemen Gizi Masyarakat. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat diharapkan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pribadi maupun bagi yang memerlukannya. Bogor, Maret 2012 Penulis

8 viii RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara, putrid dari pasangan Bapak M. Husni dan Ibu Nafsiah. Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 Oktober Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1995 hingga 2001 di SD Negeri 02 Jakarta, pada tahun 2001 hingga 2004 di SMP Negeri 43 Jakarta, pada tahun 2004 hingga 2007 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 55 Jakarta. Pada tahun 2007, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Program strata 1 di Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis mendapatkan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) selama kuliah di Mayor Ilmu Gizi. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Bukit Baru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kecamatan Satui, Kalimantan Selatan. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Internship Dietetik di Rumah Sakit Islam Jakarta, Pondok Kopi. Penulis juga aktif dalam kepanitiaan dan menghadiri seminar yang diselenggarakan Fakultas Ekologi Manusia maupun Departemen Gizi Masyarakat.

9 ix DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Kegunaan... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Dewasa Awal dan Mahasiswa... 4 Konsumsi Pangan... 4 Food Recall 24 Jam... 5 Kecukupan Gizi... 6 Status Gizi... 8 Kebugaran Jasmani VO 2 max Tes balke Tes flexibility KERANGKA PEMIKIRAN METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Status Gizi Tingkat Kecukupan Tingkat Kebugaran... 40

10 x Uji Antar Variabel KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 54

11 xi DAFTAR TABEL Tabel 1 Pengkategorian persentase lemak tubuh berdasarkan jenis kelamin Tabel 2 Normatif nilai VO 2 max atlet dan non atlet pada wanita dan pria Tabel 3 Pengkategorian tes kelentukan (flexibility) Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian Tabel 5 Pengkategorian tes kelentukan (flexibility) Tabel 6 Kategori pengukuran data penelitian Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan berat badan Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan tinggi badan Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin 28 Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan nilai Lean Body Mass dan jenis kelamin Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan nilai massa lemak tubuh dan jenis kelamin 29 Tabel 12 Keragaan contoh berdasarkan komposisi tubuh dan jenis kelamin Tabel 13 Keragaan contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan nilai flexibility dan jenis kelamin Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan nilai VO 2 max dan jenis kelamin Hal

12 xii DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi, tingkat kebugaran dan status gizi mahasiswa Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan umur Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan status gizi Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan jenis kelamin Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi Gambar 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan jenis kelamin 34 Gambar 8 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein Gambar 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein dan jenis kelamin Gambar 10 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak Gambar 11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak dan jenis kelamin. 38 Gambar 12 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat Gambar 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat dan jenis kelamin Gambar 14 Sebaran tingkat flexibility contoh perempuan Gambar 15 Sebaran tingkat flexibility contoh laki-laki Gambar 16 Sebaran pengkategorian VO 2 max contoh perempuan Gambar 17 Sebaran pengkategorian VO 2 max contoh laki-laki... 44

13 xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar kuesioner untuk konsumsi contoh Lampiran 2 Data karakteristik contoh Lampiran 3 Data status gizi contoh Lampiran 4 Data tes kebugaran contoh Lampiran 5 Pengkategorian contoh berdasarkan data kebugaran VO 2 max Lampiran 6 Pengkategorian contoh berdasarkan data kebugaran flexibility Lampiran 7 Persentase tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh Lampiran 8 Pengkategorian data kecukupan energi dan zat gizi contoh Lampiran 9 Uji beda IMT contoh antar gender Lampiran 10 Uji beda persentase lemak tubuh contoh antar gender Lampiran 11 Uji beda tes kebugaran (Flexibility) contoh antar gender Lampiran 12 Uji beda tes kebugaran (VO2max) contoh antar gender Lampiran 13 Uji beda tingkat kecukupan energi contoh antar gender Lampiran 14 Uji beda tingkat kecukupan protein contoh antar gender Lampiran 15 Uji beda tingkat kecukupan Lemak contoh antar gender Lampiran 16 Uji beda tingkat kecukupan karbohidrat contoh antar gender Lampiran 17 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan IMT Lampiran 18 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan IMT Lampiran 19 Hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan IMT Lampiran 20 Hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan IMT Lampiran 21 Hubungan antara IMT dengan kebugaran (VO 2 max) Lampiran 22 Hubungan antara IMT dengan kebugaran (flexibility) Lampiran 23 Hubungan antara persentase lemak tubuh dengan IMT contoh Lampiran 24 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan persentase lemak tubuh Lampiran 25 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan persentase lemak tubuh Lampiran 26 Hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan persentase lemak tubuh Lampiran 27 Hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan persentase lemak tubuh Hal

14 xiv Lampiran 28 Hubungan antara persentase lemak tubuh dengan kebugaran flexibility Lampiran 29 Hubungan antara persentase lemak tubuh dengan kebugaran VO 2 max Lampiran 30 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan kebugaran flexibility Lampiran 31 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan kebugaran flexibility Lampiran 32 Hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan kebugaran flexibility Lampiran 33 Hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan kebugaran flexibility Lampiran 34 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan kebugaran VO 2 max Lampiran 35 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan kebugaran VO 2 max Lampiran 36 Hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan kebugaran VO2max Lampiran 37 Hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan kebugaran VO 2 max... 83

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemajuan yang terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, banyak menimbulkan perubahan. Dari perubahan gaya hidup maupun pola makan bagi penduduknya. Perubahan gaya hidup dari yang sederhana menjadi serba cepat atau instan menyebabkan banyak orang memanfaatkan kemajuan teknologi di masa kini. Pemikiran yang semua serba instan ini menyebabkan banyak orang yang lebih tertarik mengkonsumsi makanan fast food atau junkfood. Perubahan-perubahan ini dapat dengan mudah memicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif di usia muda, yang sangat merugikan bagi generasi penerus bangsa. Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang tidak disebabkan oleh infeksi baik bakteri, virus, maupun parasit. Beberapa penyakit degeneratif diantaranya adalah tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes melitus), jantung koroner, stroke, kegemukan (obesitas). Penyakit degeneratif saat ini semakin banyak terjadi pada usia muda karena perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) menyatakan akan ada satu miliar orang di dunia, khususnya di wilayah perkotaan yang dibayangi akan menderita obesitas atau kegemukan. Jumlah ini juga diprediksi oleh WHO (World Health Organization) tetap akan meningkat pada 2015 mendatang dengan jumlah penderita obesitas sebanyak 1,5 miliar orang. (Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes, 1997) Sebanyak 12,8 % pria dewasa mengalami overweight dan sebanyak 2,5 % mengalami obesitas. Sedangkan pada wanita angka ini menjadi lebih besar lagi yaitu 20 % dan 5,9 %. Penyakit degeneratif lainnya yaitu diabetes melitus (DM). Saat ini DM masih menduduki peringkat ke-empat sebagai epidemik dunia yang menyebabkan kematian (Harmanto, 1997). Beberapa studi epidemiologis yang telah dilakukan mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara angka kejadian mortalitas (kematian) dan obesitas. Diketahui terdapat peningkatan angka kematian yang dimulai pada IMT (Indeks Massa Tubuh) diatas 25 dan semakin jelas pada individu dengan IMT di atas atau sama dengan 30. Penelitian yang dilakukan oleh Heart Study di Amerika menemukan adanya korelasi antara tekanan darah dan obesitas. Disebutkan pada

16 2 studi tersebut bahwa pada individu dewasa muda dengan obesitas akan mengalami peningkatan tekanan darah sebanyak 10 kali lebih besar daripada individu dengan berat badan normal. Akumulasi lemak yang terjadi pada obesitas berhubungan langsung dengan meningkatnya kejadian penyakit metabolik serta penyakit pembuluh darah dan jantung. Banyaknya lemak tubuh merupakan indikator yang lebih penting untuk memprediksi penyakit-penyakit tersebut dibandingkan IMT. Akumulasi lemak dapat menurunkan kebugaran fisik, yang juga merupakan prediktor dari penyakit-penyakit tersebut. Beberapa manfaat dari kebugaran fisik diantaranya untuk manfaat pada otot. Manfaat pada otot menjadi lebih kuat, lentuk, dan daya tahan otot akan bertambah. Lebih dari itu perubahan otot ini akan mendukung kelincahan gerak, kecepatan reaksi dan lain-lain. Selain itu latihan kebugaran jasmani untuk komposisi tubuh, yaitu persentase lemak tubuh dibandingkan dengan massa tubuh total. Lemak yang ada dalam tubuh jika jumlahnya berlebihan, tentu akan mengurangi komponen kebugaran yang lain, mengurangi kinerja dan mempengaruhi kesehatan (Kushartanti 2004). Pertumbuhan mahasiswa (remaja menuju dewasa) diiringi dengan meningkatnya partisipasi kehidupan sosial mereka dan aktivitas mahasiswa yang pada akhirnya dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan mahasiswa tersebut. Biasanya mahasiswa lebih suka makanan yang serba instant yang berasal dari luar rumah seperti fast food. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Darlina (2004), 89% mahasiswa putri dan 92% mahasiswa putra suka mengkonsumsi mie instant sebagai makanan pengganti pada saat-saat tertentu seperti waktu pagi dan malam hari. Berdasarkan beberapa data dan hasil penelitian terdahulu masih banyak masalah terkait gizi pada mahasiswa yang dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola makan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai mengenai hubungan antara kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran pada mahasiswa.

17 3 Tujuan Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis hubungan antara kecukupan gizi dan status gizi dengan tingkat kebugaran mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat IPB tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mempelajari karakteristik contoh (jenis kelamin, umur dan status gizi contoh berdasarkan IMT dan komposisi tubuh). 2. Mempelajari konsumsi pangan contoh yang meliputi tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak dan tingkat kecukupan karbohidrat. 3. Mengkaji tingkat kebugaran contoh (kelentukan atau flexibility dan daya tahan kardiorespiratori atau VO 2 max). 4. Menganalisis keberadaan perbedaan IMT, persentase lemak tubuh, kecukupan energi dan zat gizi dan tingkat kebugaran antar gender. 5. Menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan IMT, persentase lemak tubuh dan tingkat kebugaran contoh; antara persentase lemak tubuh dengan IMT; antara IMT dan persentase lemak tubuh dengan tingkat kebugaran contoh. Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat kebugaran khususnya pada mahasiswa Mayor Ilmu Gizi. Selain itu diharapkan dapat memberikan gambaran atau informasi tentang konsumsi pangan dan komposisi tubuh yang dapat dijadikan acuan dalam pengaturan kebiasaan makan pada mahasiswa gizi khususnya.

18 4 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Awal dan Mahasiswa Dari pertumbuhan fisik, dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lainnya. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata). Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi (Dariyo 2003). Mahasiswa merupakan orang yang belajar diperguruan tinggi. Berdasarkan kisaran umur diketahui bahwa mahasiswa termasuk golongan umur dewasa awal. Jika dilihat dari segi kesehatan, masa dewasa awal merupakan masa yang paling sehat selama kehidupan. Mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari remaja ke tahap dewasa. Sosok mahasiswa kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap keilmuannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis dan rasional. Mahasiswa (youth) adalah suatu periode yang disebutnya dengan studenthood (masa belajar) yang terjadi hanya pada individu yang memasuki post secondary education dan sebelum masuk ke dalam dunia kerja yang menetap (Morgan dkk dalam Rahmawati 2006). Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi pangan dalam aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan

19 5 dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu (Hardinsyah & Martianto 1992). Banyak hal yang mempengaruhi konsumsi pangan individu diantaranya faktor ekonomi dan harga, serta faktor sosio budaya dan religi yang ada di suatu daerah. Selain itu faktor kesehatan individu juga berpengaruh dalam konsumsi pangan, serta faktor fisiologis individu juga sangat menentukan jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsi oleh individu (Hardinsyah dan Briawan 1994). Supariasa et al. (2002) menjelaskan bahwa dalam survei konsumsi pangan terdapat tiga metode yang digunakan yaitu metode kualitatif, metode kuantitatif, serta gabungan dari metode keduanya. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan pangan, dan menggali informasi tentang kebiasaan makan. Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM), dan Daftar Penyerapan Minyak (DPM). Food Recall 24 Jam Dari berbagai metode survey konsumsi gizi tingkat individu, maka metode recall 24 jam konsumsi gizi merupakan suatu metode yang paling banyak digunakan dalam survey konsumsi gizi. Hal ini dikarenakan metode ini cukup akurat, cepat pelaksanaannya, murah, mudah dan tidak memerlukan peralatan yang mahal atau rumit. Meskipun demikian diperlukan orang yang ahli untuk dapat melakukannya, karena metode recall 24 jam konsumsi gizi sangat mengandalkan ingatan responden. Di samping itu diperlukan ketepatan menyampaikan ukuran rumah tangga (URT) dari pangan yang telah dikonsumsi oleh responden, saat ketepatan pewawancara untuk menggali semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden beserta ukuran rumah tangga (Widajanti 2009). Pengukuran jika hanya dilakukan sebanyak satu kali (1x24 jam) maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Pengukuran recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Pengukuran sebaiknya dilakukan minimal dua kali (2x24 jam) tanpa berturut-turut sehingga dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih

20 6 optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang asupan harian indvidu (Gibson 2005). Kecukupan Gizi Kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup semua orang sehat. Kecukupan zat gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, genetik (keturunan), keadaan hamil, dan menyusui (Karyadi & Muhilal 1990). Kecukupan gizi merupakan suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh, dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Sandjaja et al 2009). Energi Angka kecukupan energi (AKE) pada WNPG VIII ini bagi dewasa didasarkan pada oxford equation, yang merupakan hasil meta analisis untuk estimasi energi basal metabolism (EMB) berdasarkan berat badan (Hardinsyah & Tambunan 2004). Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen tersebut yaitu Basal Metabolic Rate (BMR), Specific Dynamic Action (SDA), aktivitas fisik dan faktor pertumbuhan (Irawan 2007). Komponen terbesar dari keluaran energi harian adalah BMR. Metabolisme basal diartikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai proses vital ketika tubuh tengah istirahat. Dengan kata lain, metabolism basal merupakan jumlah minimal energi yang dikeluarkan untuk mempertahankan fungsi alat pernapasan, sirkulasi darah, peristaltic usus, tonus otot, temperatur tubuh dan kegiatan kelenjar (Arisman 2004). Specific Dynamic Action (SDA) disebut juga dengan food Induce Thermogenesis diartikan sebagai keluaran energi untuk makanan. Pada orang dewasa sebesar kira-kira [6-8%] [10-13%] dari energi yang dikonsumsi (Arisman 2004). Kebutuhan energi pada saat berolahraga dapat dipenuhi melalui sumbersumber energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui pembakaran karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui pemecahan protein. Diantara ketiganya, simpanan protein bukanlah merupakan sumber energi yang langsung dapat digunakan oleh tubuh dan protein baru akan terpakai jika simpanan

21 7 karbohidrat ataupun lemak tidak lagi mampu untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Penggunaan antara lemak ataupun karbohidrat oleh tubuh sebagai sumber energi untuk dapat mendukung kerja otot akan ditentukan oleh 2 faktor yaitu intensitas serta durasi olahraga yang dilakukan (Irawan 2007). Aktivitas fisik membutuhkan energi yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi setiap hari. Kebutuhan energi dewasa awal dalam Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 untuk pria sebesar 2550 kkal/hari sedangkan untuk wanita sebesar 1900 kkal/hari. Protein Protein terdiri dari asam-asam amino. Di samping menyediakan asam amino esensial, protein juga mensuplai energi dalam keadaan energi terbatas dari karbohidrat dan lemak. Semakin lengkap komposisi dan jumlah asam amino essensial dan semakin tinggi daya cerna protein suatu jenis pangan atau menu, maka semakin tinggi mutu proteinnya. Demikian pula semakin rendah kandungan serat dan lembut tekstur suatu jenis pangan sumber protein semakin baik mutu proteinnya (Gibney dkk dalam WKNPG 2004). Protein bukan merupakan substrat penghasil energi yang bermakna selama berolahraga karena hanya 5-10% dari total energi yang dikeluarkan berasal dari protein (Depkes 1993). Protein berperan sebagai zat pembangun komponen dan struktur jaringan tubuh yag rusak seperti otot serta berperan dalam pembentukan enzim, hormon, dan antibodi. Angka kecukupan protein menurut Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 untuk pria dewasa awal 0,80 g/kg B/hr kira-kira sebesar 60 gram protein dalam sehari, sedangkan untuk wanita dewasa awal 0,80 g/kg B/hr kira-kira sebesar 50 gram protein dalam sehari. Lemak Lemak merupakan zat gizi penghasil energi terbesar, besarnya lebih dari dua kali energi yang dihasilkan karbohidrat dan protein. Namun, lemak merupakan sumber energi yang tidak ekonomis pemakaiannya. Oleh karena metabolism lemak menghabiskan oksigen lebih banyak dibandingkan karbohidrat (Primana 2000). Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol yang masing-masing dan komposisi semuanya mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan manusia. Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan

22 8 asam-asam lemak. Disamping mensuplai energi, lemak terutama trigliserida, berfungsi menyediakan cadangan energi tubuh, pelindung organ dan menyediakan asam-asam lemak esensial (Hamazaki dkk dalam WKNPG 2004). Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak, akan tetapi seseorang yang bukan berprofesi sebagai atlet sebaiknya mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak 15-30% (Almatsier 2004). Karbohidrat Karbohidrat terdiri dari karbohidrat sederhana, seperti monosakarida dan disakarida, dan karbohidrat komplek seperti glikogen (pada manusia), starch dan serat (pada tanaman). Glikogen dan starch dihidrolisis oleh tubuh menjadi glukosa yang berguna sebagai energi siap dipakai oleh tubuh. Karbohidrat sederhana mudah dicerna dan cepat menghasilkan energi, sehingga penting untuk pemulih energi. Karbohidrat komplek (glikogen dan starch) butuh waktu lama untuk dicerna, dan karena sifatnya ini, maka karbohidrat komplek sangat baik digunakan untuk pengendalian kadar glukosa darah (Whitney dkk dalam WKNPG 2004). Kebutuhan karbohidrat untuk dewasa awal sebesar 55-75% berasal dari karbohidrat komplek dan 10% berasal dari gula sederhana (Almatsier 2004). Status Gizi Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, yang dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang lebih tinggi (Almatsier 2004). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu; antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga, yaitu; survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Riyadi 2001). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi masalah gizi sangat dipengaruhi oleh faktor penjamu, agen dan lingkungan. Faktor penjamu meliputi fisiologi,

23 9 metabolisme dan kebutuhan zat gizi. Faktor agen meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral, sedangkan faktor lingkungan meliputi bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, higiene dan sanitasi makanan (Supariasa 2002). Indikator Status Gizi Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Pengukuran antropometri mempunyai keuntungan dalam menyediakan informasi status gizi pada masa lampau yang tidak dapat diperoleh dengan teknik penilaian yang lain (Gibson 2005). Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut : a. Berat Badan Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Menurut Arisman (2004) pengukuran berat badan sebaiknya jika keadaan memungkinkan, subyek ditimbang bertelanjang atau berpakaian seminimal mungkin. Jika tidak dapat, hasil penimbangan dikurangi dengan pakaian maupun aksesoris. b. Tinggi Badan Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Menurut Arisman (2004) tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat kebadan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan. Kedua lengan tergantung relaks di samping badan. Potongan kayu (atau logam) bagian dari alat pengukur tinggi badan yang dapat digeser kemudian diturunkan hingga menyentuh bagian atas (verteks) kepala. Sentuhan itu harus diperkuat jika subyek berambut tebal.

24 10 c. Komposisi Tubuh Komposisi tubuh seseorang dapat diukur melalui berbagai cara misalnya dengan mengukur berat jenis tubuh. Tubuh yang memiliki berat jenis yang tinggi berarti massa ototnya banyak sedangkan kadar lemak relatif kecil. Jumlah cadangan lemak di bawah kulit dapat diukur menggunakan suatu alat yang disebut Body Composition Analyzer. Pemberian makanan yang melebihi kebutuhan akan mengakibatkan bertambahnya cadangan lemak, sehingga tidak mencapai komposisi tubuh yang sesuai. Sebaliknya jika makanan yang kurang dari kebutuhan akan mengakibatkan terhambatnya proses perkembangan pada otot-otot tubuh (Moehji 2003). Pengkategorian persentase lemak tubuh berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Pengkategorian persentase lemak tubuh berdasarkan jenis kelamin Kategori Women Men Essential fat 10-13% 2-5% Athletes 14-20% 6-13% Fitness 21-24% 14-17% Acceptable 25-31% 18-25% Obese >32% >25% Sumber : Anonim (2009b) Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari, kegiatan rekreasi atau kegiatan lainnya yang bersifat mendadak tanpa mengalami kelelahan yang berarti (Riyadi 2007). Menurut Gibney et al (2008) kebugaran pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan dan kebugaran yang berkaitan dengan kinerja. Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan meliputi kebugaran kardiorespiratori, kekuatan dan ketahanan otot, komposisi lemak tubuh dan kelentukan (fleksibilitas). Kebugaran yang berkaitan dengan kinerja meliputi kebugaran kardiorespiratori, kekuatan dan ketahanan otot, komposisi lemak tubuh, kelentukan (fleksibilitas), tenaga otot (muscle power), kecepatan (speed), agilitas dan keseimbangan. Kebugaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, umur, jenis kelamin, keturunan, makanan dan gizi yang seimbang, serta kebiasaan merokok. Cirri-ciri kebugaran jasmani yang baik yaitu, tahan jika bekerja dalam waktu yang

25 11 lama, tidak lekas capai, tidak mudah terkena stres, tidak mudah terserang penyakit, dan produktivitas kerja yang tinggi (Riyadi 2007). VO 2 max Kebugaran dapat diukur dengan cara mengukur volume oksigen yang dapat dikonsumsi selama berolahraga pada kapasitas maksimum. Kemampuan menggunakan oksigen oleh tubuh merupakan kunci yang menentukan penggunaan bahan bakar tubuh dan keberhasilan berprestasi. Volum oksigen maximum (VO 2 max) yaitu kemampuan maksimum tubuh untuk mengambil oksigen (Depkes 1997). Selain itu, VO 2 max juga didefinisikan sebagai laju tertinggi dari konsumsi oksigen yang dapat dicapai selama latihan yang maksimal (Mackenzie 1997). Pria dewasa biasanya selalu memiliki kapasitas VO 2 max yang lebih besar dari pada perempuan. Rentang normalnya adalah ml/kg/menit pada laki-laki sedangkan pada perempuan sebesar ml/kg/menit. Perbedaan tersebut dikarenakan komposisi tubuh atau konsentrasi hemoglobin. Perempuan memiliki massa lemak yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pria. Perputaran konsentrasi hemoglobin pada laki-laki sekitar 10-20% lebih tinggi dari pada wanita, sehingga meningkatkan kemampuan laki-laki dalam mengantarkan oksigen ke dalam otot. Selain itu, komposisi tubuh juga dapat mempengaruhi VO 2 max. Walaupun VO 2 max dinyatakan dalam berapa mililiter oksigen yang dikonsumsi per kg berat badan, perbedaan komposisi tubuh seseorang menyebabkan konsumsi yang berbeda. Tubuh yang mempunyai lemak dengan persentasi yang tinggi, mempunyai VO 2 max yang lebih rendah (MacMurray & Ondrak 2008). Salah satu contoh, pada saat lari menaiki bukit, maka akan menggunakan lebih banyak oksigen pada saat menaiki bukit kedua dibandingkan dengan bukit pertama, tetapi pada satu titik tertentu akan tiba pada tingkatan dimana konsumsi oksigen maksimum atau yang disebut dengan VO 2 max. Faktor ini memberikan indikasi bagaimana kedayagunaan tubuh menggunakan oksigen pada saat melakukan pekerjaan, misalnya sewaktu olahraga, otot harus menghasilkan energi, satu proses dimana oksigen memegang peranan penting. Lebih banyak oksigen digunakan berarti lebih besar kapasitas untuk menghasilkan energi dan kerja yang berarti daya tahan tubuh lebih besar. Mereka yang mempunyai VO 2 max yang tinggi dapat melakukan lebih banyak pekerjaan sebelum menjadi lelah, dibandingkan dengan mereka yang mempunyai VO 2 max yang rendah (Nurcahyo 2008).

26 12 Nilai VO 2 max dapat dijadikan sebagai indikator kebugaran yang paling banyak digunakan karena orang yang memiliki nilai VO 2 max yang tinggi berarti menandakan mampu melakukan latihan pre-dominant energy system aerobics yang artinya orang tersebut akan memiliki kualitas komponen biomotorik yang baik sebagai dampak latihan yang dilakukannya. Penilaian kebugaran kardiorespirasi pada anak-anak dan remaja telah menjadi hal yang semakin penting karena beberapa data VO 2 max menunjukan faktor resiko CVD. Kebugaran aerobik adalah indikator yang sangat baik untuk kebugaran jantung dan olahraga pernafasan untuk kegiatan setiap hari yang sebagian besar dilakukan oleh masyarakat umum. Penelitian ini telah menunjukkan pentingnya latihan dalam mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, melalui pengurangan lipid darah, lemak tubuh, dan tekanan darah, serta peningkatan fungsi miokard (Koley 2007). Nilai VO 2 max seorang atlet dan non atlet dapat dikategorikan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Tabel 2 Normatif nilai VO 2 max atlet dan non atlet pada wanita dan pria Umur Very Poor Poor Fair Good Excellent Superior Wanita < > < > < > < > < > < >31.4 Pria < > < > < > < > < > < >44.2 Sumber: Mackenzie (1997) Tes Balke Tes balke merupakan salah satu metode untuk mengukur VO 2 max atau kebugaran aerobik yang dilakukan dengan cara atlet berlari selama 15 menit

27 13 kemudian diukur jarak tempuhnya (Anonim 1997). Tes balke secara luas banyak dipakai untuk memeriksa kebugaran atlet atau masyarakat yang berolahraga, keuntungan tes balke adalah tes yang dapat dipakai untuk mengukur kebugaran banyak orang sekaligus dengan hasil yang cukup akurat. Hasil pengukuran tes balke dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1. Suhu, tingkat kebisingan dan kelembaban 2. Waktu tidur atlet sebelum melaksanakan tes dan emosi atlet 3. Obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh atlet 4. Waktu pelaksanaan tes (sebaiknya dilakukan sebelum jam 11 siang) 5. Asupan kafein atlet 6. Waktu makan terakhir atlet 7. Lingkungan pelaksanaan tes (rumput, track, jalanan, gym) 8. Pengetahuan atlet 9. Akurasi pengukuran 10. Apakah atlet benar benar menggunakan usaha maksimal untuk melakukan tes. 11. Kepribadian, pengetahuan dan kemampuan penguji. (Mackenzie 1997). Tes Flexibility Fleksibilitas merupakan rentang gerak sendi atau kemungkinan gerakan bersama, sehingga potongan-potongan tulang yang membentuk sendi bergerak sebanyak mungkin. Tes kelentukan atau flexibility meter dilakukan untuk memperoleh data dimana dari data tersebut kita dapat mengetahui tingkat kelentukan seseorang (Anonim 2009a). Alat yang digunakan untuk tes kelentukan biasanya yaitu bangku atau balok dan mistar dengan ukuran 50 cm atau biasa juga yang disebut dengan flexibility meter. Satuan alat ini yaitu centimeter (Anonim 2009a). Metode reach test adalah salah satu metode yang dilakukan untuk pengukuran kelentukan seseorang yang dilakukan dengan cara berdiri di atas balok kemudian membungkukkan badan sejauh mungkin dengan posisi kaki dan tangan lurus ke bawah. Tangan yang mencapai balok akan dihitung dengan nilai positif (+) sedangkan tangan yang tidak bisa mencapai balok akan terhitung negatif (-) dengan satuan centimeter (Anonim 2009a).

28 14 Tingkat kelentukan seseorang pasti berbeda satu sama lain. sehingga memang perlu diadakan pengukuran untuk mengambil data kelentukan seseorang, karena sangat bermanfaat untuk beberapa tujuan yang diinginkan seseorang. Pengkategorian untuk hasil tes kelentukan atau fleksibilitas terdiri dari: Tabel 3 Pengkategorian tes kelentukan (flexibility) Kategori Pria (cm) Wanita (cm) Bagus sekali Bagus Sedang Cukup Kurang Sumber : Anonim (2009a)

29 15 KERANGKA PEMIKIRAN Tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat mahasiswa dipengaruhi oleh jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan kecukupan gizi ditentukan antara lain oleh aktivitas fisik dan karakteristik seperti umur dan jenis kelamin. Aktivitas fisik mahasiswa tergolong sedang. Kegiatan yang biasa dilakukan oleh mahasiswa antara lain; kuliah, perkumpulan organisasi dan selebihnya kegiatan di rumah ataupun di kost. Kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup semua orang sehat. Kecukupan zat gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, genetik (keturunan), keadaan hamil, dan menyusui (Karyadi & Muhilal 1990). Kecukupan gizi dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Status gizi merupakan keadaan gizi seseorang yang dipengaruhi oleh hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi, dan dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan penyakit non infeksi. Penyakit infeksi dan non infeksi dapat terserang oleh kalangan usia apapun dan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Penyakit tersebut dapat dicegah dengan konsumsi pangan yang bergizi seimbang. Status gizi yang dapat mempengaruhi komposisi tubuh seseorang. Komposisi tubuh selanjutnya akan mempengaruhi tingkat kebugaran. Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan. Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda beda sesuai dengan tugas atau profesinya.

30 16 Karakteristik Contoh : Umur Jenis Kelamin Pengetahuan Gizi Konsumsi Pangan Ketersediaan Aktivitas Fisik Tingkat Kecukupan : Energi Protein Lemak Karbohidrat Penyakit Infeksi Status Gizi IMT Penyakit non infeksi Komposisi Tubuh Keterangan: = Variabel yang diteliti Tingkat Kebugaran (VO 2 Gambar max & flexibility) 1. = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang dianalisis = Hubungan yang tidak dianalisis Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi, tingkat kebugaran dan status gizi mahasiswa.

31 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB) Darmaga. Cara Pengambilan Contoh Contoh dari penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2009 dari Mayor Ilmu Gizi. Seluruh mahasiswa Mayor Ilmu Gizi angkatan 2009 diminta untuk mengisi kuesioner penelitian. Kemudian dari semua kuesioner yang dikembalikan untuk selanjutnya dipilih kuesioner yang terisi dengan lengkap. Seluruh mahasiswa yang kuesionernya terisi lengkap diminta untuk mengikuti tes kebugaran (flexibility dan balke test) dan pengukuran komposisi lemak tubuh. Mahasiswa yang memiliki data yang lengkap, yang akan dijadikan contoh. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer. Data primer dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan pengukuran langsung. Data primer ini meliputi data karakteristik contoh, data antropometri (tinggi badan, dan berat badan), data komposisi tubuh contoh (persentase lemak tubuh, Lean Body Mass dan Mass of Body Fat), konsumsi pangan, dan tingkat kebugaran. Cara pengumpulan data karakteristik contoh dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data antropometri contoh dikumpulkan dengan mengukur secara langsung berat badan contoh menggunakan timbangan injak sedangkan tinggi badan contoh dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm. Cara pengumpulan data komposisi tubuh contoh dengan menggunakan alat Body Composition Analyzer. Cara pengumpulan data konsumsi pangan contoh dengan menggunakan wawancara dengan alat bantu kuesioner recall 2x24 jam. Data kebugaran contoh dikumpulkan dengan cara mengukur langsung dengan metode tes balke dan tes reach. Jenis data dan cara pengumpulan data penelitian disajikan dalam Tabel 4.

32 18 Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian No Variabel Jenis Data Cara pengumpulan data 1. Karakteristik 1. Nama Wawancara dengan contoh 2. Jenis Kelamin menggunakan kuesioner 3. Umur 2. Status Gizi 1. IMT (BB dan TB) 2. Komposisi tubuh lemak tubuh Lean Body Mass Mass of Body Fat 1. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan injak 2. Tinggi badan diukur menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm 3. IMT dihitung (WHO 2007). 4. Komposisi tubuh diukur dengan menggunakan Body Composition Analyzer. 3. Konsumsi pangan Jenis dan jumlah makanan Wawancara jenis dan jumlah pangan dengan menggunakan recall 2x24 jam. 4. Tingkat kebugaran Kelentukan tubuh VO 2 max Pengukuran kelentukan dengan cara test reach Pengukuran VO 2 max dengan balke test Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diperiksa terlebih dahulu agar informasi yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Tahapan pengolahan data dimulai dari verifikasi, coding, entry, cleaning dan selanjutnya dianalisis. Verifikasi dilakukan untuk mengecek konsistensi informasi. Data yang telah di verifikasi kemudian dilakukan penyusunan code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data, serta selanjutnya dilakukan entri data. Setelah itu dilakukan pengecekan ulang (cleaning) untuk memastikan penentuan data yang lengkap. Pengolahan dan analisis data menggunakan perangkat program Microsoft excel Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi pearson dan uji beda Independent T-test. Data karakteristik ini memberikan gambaran mengenai mahasiswa yang dijadikan sebagai contoh. Data status gizi contoh ditentukan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT dihitung dengan membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (m 2 ). Kemudian IMT diklasifikasikan berdasarkan kategori

33 19 WHO (2007), yaitu kurus (<18,5), normal (18,5-24,9), gizi lebih (25,0-29,9), obes (30,0-39,9), dan sangat obes (>40,0). Data konsumsi pangan yang diperoleh kemudian dikonversikan untuk menentukan kandungan zat gizi yaitu protein, lemak dan karbohidrat serta energi. Kandungan energi dan zat gizi ditentukan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994). Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan: KGij = Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j Bj = Berat makanan j yang dikonsumsi Gij = Kandungan zat gizi i dalam 100 gram BDD bahan makanan j BDDj = Bagian yang dapat dimakan dalam bahan makanan j Untuk menentukan Angka Kecukupan energi dan protein contoh digunakan rumus: AKGI = (Ba/Bs) x AKG Keterangan: AKGI = Angka kecukupan gizi contoh Ba = Berat badan aktual sehat (kg) Bs = Berat badan standar (kg) AKG = Angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi WKNPG (2004). Angka kecukupan lemak lebih difokuskan pada komposisi energi yang berasal dari lemak. Berdasarkan WKNPG (2004) komposisi energi yang berasal dari lemak 20-30%. Kecukupan lemak menggunakan perhitungan 25% dari total konsumsi energi contoh WKNPG (2004). Setelah mengetahui banyaknya energi yang digunakan untuk memenuhi kecukupan protein dan lemak, maka dapat diperoleh kecukupan karbohidrat contoh. Angka kecukupan karbohidrat lebih difokuskan pada komposisi energi yang berasal dari karbohidrat. Berdasarkan WKNPG (2004) komposisi energi yang berasal dari karbohidrat adalah 50-65% dari angka kecukupan energi. Perhitungan data kecukupan karbohidrat contoh menggunakan 65% dari total konsumsi energi contoh WKNPG (2004).

34 20 Selanjutnya tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan kecukupannya. Berikut rumus tingkat kecukupan zat gizi yang digunakan (Hardinsyah dan Briawan 1994). TKG = (K/AKGI) x 100% Keterangan: TKG = Tingkat kecukupan zat gizi K = Konsumsi zat gizi AKGI = Angka kecukupan gizi contoh Data tingkat kebugaran yang diperoleh merupakan data primer yaitu dengan menggunakan hasil beberapa tes kebugaran diantaranya adalah kelentukan (flexibility) dan daya tahan kardiorespiratori (tes balke). Contoh berlari terus menerus tanpa berhenti selama selang waktu 15 menit. Kemudian setelah selesai melakukan tes, dihitung jarak yang telah ditempuh oleh contoh selama berlari 15 menit tersebut. Hasil perhitungan jarak tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan software perhitungan tes balke (balke VO 2 max calculator). Selain dimasukkan ke dalam software, hasil perhitungan jarak tempuh contoh juga dapat dihitung dengan cara data tersebut dimasukkan ke dalam rumus (Mackenzie 1997). %VO 2 max = [((Jarak total yang ditempuh/15) 133) x 0.172] Data kebugaran selain dengan tes balke, dilakukan tes kebugaran lainnya yaitu tes reach. Tes tersebut dilakukan dengan cara contoh berdiri di balok yang telah disediakan, contoh diinstruksikan untuk membungkuk sejauh mungkin ke bawah dengan kedua kaki dan tangan lurus ke bawah, diukur jarak tangan yang mampu/tidak melewati batas balok tempat berdiri tadi, Jika mampu melewati batas balok diukur sebagai (+) cm dan jika tidak melewati batas balok diukur sebagai (-) cm. Untuk perhitungan nilai kebugaran flexibility dari hasil pengukuran tersebut kemudian dikategorikan ke dalam beberapa kategori. Data kategori kebugaran flexibility terdiri dari perempuan dan laki-laki disajikan pada Tabel 5 sedangkan data kategori pengukuran data penelitian disajikan pada Tabel 6 di bawah ini.

35 21 Tabel 5 Pengkategorian tes kelentukan (flexibility) Kategori Pria (cm) Wanita (cm) Bagus sekali Bagus Sedang Cukup Kurang Sumber : Anonim (2009a) Tabel 6 Kategori pengukuran data penelitian No Variabel Jenis Data Kategori Pengukuran 1. Status gizi contoh 1. Komposisi tubuh (persentase lemak 1. Perempuan Essential fat 10-13% tubuh) Athletes 14-20% 2. IMT Fitness 21-24% Acceptable 25-31% Obese >32% Laki-laki Essential fat 2-5% Athletes 6-13% Fitness 14-17% Acceptable 18-25% Obese >25% 2.IMT dengan kategori (WHO 2007) Kurus : <18.5 Normal : Gizi lebih : Obes : Konsumsi pangan Jenis dan jumlah makanan Sangat obes : >40.0 Tingkat konsumsi energi (Depkes. dkk. 1996): 1. Defisit tingkat berat (<70% AKG) 2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) 3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) 4. Normal (90-119% AKG) 5. Kelebihan ( 120% AKG) Tingkat konsumsi protein (Depkes. dkk. 1996): 1. Defisit tingkat berat (<70% AKG) 2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) 3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) 4. Normal (90-119% AKG) 5. Kelebihan ( 120% AKG) Tingkat konsumsi lemak (Depkes. dkk. 1996):

36 22 No Variabel Jenis Data Kategori Pengukuran 1. Defisit tingkat berat (<70% AKG) 2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) 3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) 4. Normal (90-119% AKG) 5. Kelebihan ( 120% AKG) Tingkat konsumsi karbohidrat (Depkes. dkk. 1996): 1. Defisit tingkat berat (<70% AKG) 2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) 3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) 4. Normal (90-119% AKG) 5. Kelebihan ( 120% AKG) 3. Tingkat kebugaran VO2max Umur dan (wanita) Very poor <25.0 dan <23.6 Poor dan Fair dan Good dan Excellent dan Seperior >41.9 dan >41.0 Umur dan (pria) Very poor <35.0 dan <33.0 Poor dan Fair dan Good dan Excellent dan Seperior >55.9 dan >52.4 Kelentukan tubuh Laki-laki Bagus sekali (+21) Bagus (+17) Sedang (+11) Cukup (+5) Kurang (-2) Perempuan Bagus sekali (+22) Bagus (+18) Sedang (+12) Cukup (+8) Kurang (+2)

37 23 Uji Statistik yang Digunakan pada penelitian ini antara lain: 1. Uji beda untuk menganalisis keberadaan perbedaan tingkat kebugaran antar gender dengan menggunakan analisis Independent T-Test. 2. Uji beda untuk menganalisis keberadaan perbedaan IMT antar gender diuji dengan menggunakan analisis Independent T-Test. 3. Uji beda untuk menganalisis keberadaan perbedaan persentase lemak tubuh antar gender dengan menggunakan analisis Independent T-Test. 4. Uji beda untuk menganalisis keberadaan perbedaan tingkat kecukupan energi dan zat gizi antar gender dengan menggunakan analisis Independent T-Test. 5. Hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson. 6. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson. 7. Hubungan antara komposisi lemak tubuh contoh dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson. 8. Hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dengan komposisi tubuh diuji dengan menggunakan analisi korelasi Pearson. 9. Hubungan antara komposisi tubuh contoh dengan tingkat kebugaran diuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson. 10. Hubungan antara tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan tingkat kebugaran iuji dengan menggunakan analisis korelasi Pearson. Definisi Operasional Contoh adalah mahasiswa dan mahasiswi Mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Mahasiswa adalah seseorang yang masih menjalani perkuliah dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang memiliki usia 19 hingga 21. Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan oleh contoh untuk memenuhi kebutuhan hidup dan melakukan aktifitas fisik serta aktivitas lain. Asupan zat gizi dan energi adalah jumlah zat gizi yang dikonsumsi contoh berupa karbohidrat, protein, lemak dan energi.

38 24 Tingkat kecukupan gizi dan energi adalah perbandingan rata-rata asupan zat gizi dan energi terhadap angka kecukupan yang dianjurkan menurut umur berdasarkan WKNPG (2004) yang dinyatakan dalam persen. Antropometri adalah metode yang digunakan dalam melakukan penilaian status gizi secara langsung yaitu tinggi badan, berat badan. Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh contoh yang diakibatkan oleh konsumsi, absorpsi, dan penggunaan zat gizi yang ditentukan melalui IMT dan komposisi tubuh. Kebugaran fisik adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan. VO 2 max adalah kemampuan tubuh mengkonsumsi oksigen yang merupakan indikator kebugaran dalam melakukan aktivitas. Balke test adalah salah satu dari tes kebugaran yang dilakukan oleh contoh dengan cara lari selama 15 menit kemudian diukur dan dicatat jarak tempuhnya dalam kurun waktu tersebut. Flexibility test adalah tes yang dilakukan untuk melihat kemampuan sendi tubuh bergerak sesuai dengan ruang gerak sendinya. Reach test adalah salah satu dari tes kebugaran yang dilakukan contoh dengan cara contoh berdiri di balok yang telah disediakan, contoh diinstruksikan untuk membungkuk sejauh mungkin ke bawah dengan kedua kaki dan tangan lurus ke bawah, diukur jarak tangan yang mampu/tidak melewati batas balok tempat berdiri tadi, Jika mampu melewati batas balok maka dinyatakan jarak (cm) bertanda positif (+) dan jika tidak melewati batas balok maka dinyatakan jarak (cm) bertanda negatif (-). Komposisi massa tubuh adalah komposisi tubuh yang menggambarkan perbandingan bagian tubuh yang secara metabolisme aktif, terutama otot, dibandingkan dengan bagian yang kurang aktif, terutama lemak. Terdiri dari persentase lemak tubuh, Mass of Body Fat dan Lean Body Mass. Presentase lemak tubuh adalah jumlah lemak dalam tubuh contoh yang diukur dengan menggunakan alat Body Composition Analyzer dan dinyatakan dalam persen.

39 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian berjumlah 84 orang. Pada tahapan penelitian selanjutnya terdapat hambatan, diantaranya adalah terdapat beberapa contoh yang sakit sehingga tidak dapat mengikuti serangkaian penelitian ini. Oleh karena itu total contoh yang diteliti adalah sebanyak 75 orang. Karakteristik contoh merupakan gambaran umum mahasiswa, meliputi umur dan jenis kelamin. Umur Pada penelitian ini terdapat keberagaman umur dari contoh yaitu berkisar antara tahun dan rata-rata umur contoh adalah ± 0.55 tahun. Berdasarkan umur tersebut dapat diketahui bahwa contoh pada penelitian ini tergolong ke dalam umur dewasa awal (WKNPG 2004). Data sebaran contoh berdasarkan umur disajikan pada Gambar 2. 14% 17% 69% 19 tahun 20 tahun 21 tahun Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan umur Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh (69%) berumur 20 tahun. Rata rata umur contoh ini lebih rendah daripada contoh pada penelitian Maria (2012). Hal ini dikarenakan pada penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa program sarjana regular semester 6 sedangkan pada penelitian Maria

40 26 (2012) menggunakan contoh mahasiswa program pendidikan sarjana alih jenis dan tidak dibatasi pada semester tertentu. Jenis Kelamin Data sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Gambar 3. 28% 72% laki-laki perempuan Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa yang dijadikan sebagai contoh berjenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar 72.0% (54 orang). Hal ini hampir serupa dengan penelitian Maria (2012) bahwa sebanyak 75% mahasiswa Institut Pertanian Bogor berjenis kelamin perempuan. Status Gizi Berat Badan Pengukuran antropometri yang dilakukan salah satunya adalah pengukuran berat badan (BB). Pengukuran ini dilakukan secara langsung dengan menggunakan timbangan injak. Dalam penelitian ini menggunakan contoh yang umurnya termasuk dalam kategori dewasa awal. Oleh karena itu untuk menentukan status gizi contoh menggunakan indikator IMT. Data sebaran contoh berdasarkan berat badan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan berat badan Berat Badan (kg) n (orang) Persentase (%) < > Total

41 27 Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan contoh berkisar antara kg. Namun paling banyak contoh memiliki berat badan dalam kisaran kg yaitu sebesar 40.0%. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap contoh diketahui bahwa rata-rata berat badan contoh setelah pengukuran yaitu untuk contoh yang berjenis kelamin perempuan sebesar 54.7 ± kg, sedangkan untuk contoh yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 60.6 ± kg. Rata-rata berat badan contoh tersebut hampir sama dengan rata-rata berat badan standar untuk tingkat dewasa awal menurut WIdya Karya Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun 2004 yaitu untuk laki-laki sebesar 60.0 kg sedangkan untuk perempuan sebesar 52.0 kg. Tinggi Badan Tinggi badan merupakan suatu ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan usia (Riyadi 2003). Pengukuran tinggi badan ini dilakukan dengan menggunakan microtoise. Tinggi badan seseorang diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, posisi kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan dengan pandangan diarahkan lurus ke depan (Arisman 2004). Data sebaran contoh berdasarkan tinggi badan disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan tinggi badan Tinggi Badan (cm) n (orang) Persentase (%) < Total Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat hasil pengukuran terhadap tinggi badan contoh dengan menggunakan microtoise. Hasil tersebut menjelaskan bahwa tinggi badan contoh terbanyak pada kisaran kurang dari 155 cm yaitu sebesar 44.0%. Secara keseluruhan diketahui rata-rata tinggi badan contoh laki-laki yaitu ± 6.01 cm dan rata-rata tinggi badan contoh perempuan yaitu ± 5.25 cm. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif

42 28 terhadap defisiensi gizi dalam jangka pendek. Pengaruh defisiensi terhadap tinggi badan akan muncul setelah beberapa waktu yang cukup lama (Riyadi 2003). Komposisi Tubuh Persentase lemak dalam tubuh harus terdapat dalam persentase yang normal, jika melebihi persentase batas normal tersebut dapat terjadi kelainankelainan pada tubuh kita, baik yang dapat dilihat maupun yang tidak, seperti terjadinya kegemukan, arterosklerosis (penebalan dinding pembuluh darah), peningkatan tekanan darah, stroke dan serangan jantung (Huda 2007). Data Sebaran contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin Jenis kelamin Contoh Persentase lemak tubuh n % % Perempuan ± 5.61 Laki-laki ± 8.37 Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa terdapat perbedaan terhadap hasil pengukuran persentase lemak tubuh contoh berdasarkan jenis kelamin. Hasil dari pengukuran komposisi lemak tubuh contoh menunjukan bahwa rata-rata persentase lemak tubuh perempuan (28.8 ± 5.61%) adalah nyata lebih tinggi dibandingkan dengan contoh laki-laki (17.3 ± 8.37%). Rata-rata contoh laki-laki, hasil ini sejalan dengan penelitian Wilmore and Costil (1994) bahwa pada umumnya kisaran persentase lemak tubuh pada pada laki-laki sebesar 15-17%. Namun untuk contoh perempuan adalah tidak sejalan, yakni berkisar 18-22% (Wilmore and Costil, 1994). Data sebaran contoh berdasarkan Lean Body Mass dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan Lean Body Mass dan jenis kelamin Jenis kelamin Contoh Lean Body Mass N % Kg Perempuan ± 4.79 Laki-laki ± 3.93 Selain nilai persentase lemak tubuh, terdapat juga nilai massa tubuh tanpa lemak dan massa lemak tubuh. Nilai komposisi tubuh tanpa lemak atau Lean Body Mass (LBM) contoh laki-laki adalah 49.3 ± 3.93 kg. Hasil ini nyata lebih tinggi dibandingkan dengan contoh perempuan (38.4 ± 4.79 kg). Hal ini memperkuat

43 29 pendapat Galleta (2005) umumnya laki-laki mempunyai massa otot yang lebih banyak dari wanita. Laki-laki menggunakan kalori lebih banyak dari wanita bahkan saat istirahat. Selain itu otot membakar kalori lebih banyak dibandingkan dengan jaringan yang lain. Dengan demikian, perempuan lebih mudah bertambah berat badan dibandingkan laki-laki dengan asupan kalori yang sama. Data sebaran contoh berdasarkan massa lemak tubuh dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan massa lemak tubuh dan jenis kelamin Jenis kelamin Contoh Massa lemak tubuh n % Kg Perempuan ± 6.68 Laki-laki ± 8.01 Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa massa lemak tubuh contoh perempuan (16.3 ± 6.68kg) adalah nyata lebih tinggi daripada contoh laki-laki (11.3 ± 8.01kg). Hasil pada penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan pendapat Supariasa et al (2001) yang menyatakan bahwa rata-rata massa lemak tubuh perempuan berkisar antara 10-12kg sedangkan pada laki-laki adalah 9-11kg. Lemak tubuh dapat diukur secara absolut dinyatakan dalam kilogram maupun secara relatif dinyatakan dalam persen terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi tergantung dari jenis kelamin dan umur (Supariasa et al 2001). Keragaan contoh berdasarkan komposisi tubuh dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Keragaan contoh berdasarkan komposisi tubuh dan jenis kelamin Jenis kelamin Perempuan Laki-laki MBF LBM Kategori n % n % Kurang Normal Lebih Total Kurang Normal Lebih Total

44 30 Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh perempuan (53.70%) memiliki MBF kategori normal. Namun masih terdapat 40.74% contoh perempuan yang MBF nya termasuk kategori lebih. Pada contoh laki-laki sebagian besar (57.14%) memiliki MBF kategori kurang, namun masih terdapat 28.57% contoh laki-laki yang MBF nya termasuk kategori normal. Untuk LBM, baik pada perempuan maupun laki-laki sebagian besar termasuk kategori kurang, yakni masing-masing sebesar 48.15% dan 52.38%. Hasil yang terlihat pada Tabel 12 masih banyaknya terdapat kategori kurang dalam pengkategorian status gizi berdasarkan komposisi tubuh. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan adalah alat yang menggunakan standar internasional. Penentuan status gizi berdasarkan komposisi tubuh dapat menggambarkan status kesehatan seseorang. Keragaan contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Keragaan contoh berdasarkan persentase lemak tubuh dan jenis kelamin Kategori Perempuan Laki-laki Persentase lemak n % n % Essential fat Athletes Fitness Acceptable Obese Total Pada Tabel 13 terlihat bahwa sebagian besar contoh perempuan (46.30%) memiliki kategori acceptable sedangkan pada contoh laki laki (47.62%) mimiliki kategori athletes. Apabila dilihat dari jenis kelamin, prevalensi obesitas sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki (Garrow 1993). Perempuan mempunyai lebih banyak sel lemak dari pada laki-laki perkilogram berat badan. Hal ini disebabkan karena pada perempuan lemak tubuh diperlukan untuk fungsi reproduksi, dimana pada perempuan disaat kekurangan makanan perempuan dapat menjaga reproduksi dengan menggunakan cadangan lemak yang ada (Garrow 1993). Indeks Massa Tubuh Pada umur yang sama rata-rata IMT perempuan sebelum menopause biasanya lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata IMT laki-laki. Akan tetapi

45 31 secara umum prevalensi gizi lebih dan obesitas pada perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (WHO 2000). Status gizi merupakan keadaan seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang lama (Supariasa et.al 2001). Penilaian terhadap status gizi seseorang atau sekelompok orang akan menentukan apakah orang atau sekelompok orang tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak (Riyadi 2001). Penelitian ini menggunakan metode antropometri dalam pengukuran status gizi. Mahasiswa dalam penelitian ini yang dijadikan contoh termasuk dalam kategori usia dewasa awal, sehingga menurut Riyadi (2003) untuk pengukuran status gizi contoh menggunakan IMT. Data status gizi contoh dihitung dengan menggunakan indikator berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Contoh dalam penelitian ini tergolong usia dewasa awal sehingga menggunakan rumus perhitungan Indeks Massa Tubuh yaitu perbandingan berat badan contoh dengan tinggi badan contoh di kuadratkan dalam satuan cm. Data sebaran contoh berdasarkan status gizi disajikan pada Gambar % 12.00% 12.00% 9.33% kurus normal lebih obese Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan status gizi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 66.67% contoh yang memiliki status gizi normal serta kategori kurus dan lebih masing-masing sebesar 12.00%, dan untuk kategori obese adalah sebanyak 9.33%. Hasil penelitian ini hampir serupa dengan penelitian Maria (2012) yang menyatakan bahwa sebagian besar (58.3%) mahasiswa Institut Pertanian Bogor memiliki status gizi normal. Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan jenis kelamin disajikan pada Gambar 5.

46 % 66.67% laki-laki perempuan 19.05% 9.26% 4.76% 14.81% 9.52% 9.26% kurus normal lebih obese Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan jenis kelamin Pada Gambar 5 terlihat bahwa status gizi contoh laki-laki dan perempuan relatif tidak jauh berbeda untuk kategori normal dan obese. Untuk kategori kurus lebih banyak pada contoh laki-laki sedangkan pada kategori lebih terdapat pada contoh perempuan yang persentasenya lebih banyak. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2004) yang menyatakan bahwa terdapat 88.3% mahasiswa putri Institut Pertanian Bogor yang memiliki status gizi normal, terdapat 8.1% kategori kurus dan 3.6% berstatus gizi lebih. Begitu juga dengan hasil penelitian oleh Santika (2004) menyatakan bahwa terdapat 68.2% mahasiswa putra Institut Pertanian Bogor yang memiliki status gizi normal, terdapat 29.4% kategori kurus dan 2.4% berstatus gizi lebih.penilaian status gizi berdasarkan IMT hanya dapat menggambarkan status gizi seseorang. Indikator IMT tidak dapat menggambarkan status kesehatan seseorang. Tingkat Kecukupan Energi Konsumsi energi contoh diperoleh melaui metode recall 2x24 jam yaitu pada saat hari kuliah dan hari libur. Tujuan dari penggunaan metode recall 2x24 jam yaitu agar dapat menghasilkan gambaran mengenai asupan zat gizi contoh yang lebih optimal (Arisman 2004). Kemudian dari hasil recall tersebut data diolah dengan menggunakan konversi terhadap Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan pada akhirnya akan dibandingkan dengan angka kecukupan energi masing-masing contoh berdasarkan rumus menurut WKNPG 2004.

47 33 Gambar 6. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi disajikan pada 81.00% 15.00% 0.00% 4.00% 0.00% defisit berat defisit sedang defisit ringan normal kelebihan Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi Intake energi contoh berkisar antara Kal dengan rata-rata 1131 ± 225 Kal. Jika dikategorikan maka 81% contoh yang memiliki intake energi defisit tingkat berat. Sedangkan contoh yang termasuk pada kategori intake energi defisit tingkat sedang dan normal masing-masing sebanyak 15% dan 4%. Pada gambar menunjukan sebagian besar contoh memiliki tingkat kecukupan energi yang tergolong defisit tingkat berat. Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian Maria (2012) yang menyatakan bahwa sebagian besar (86.7%) mahasiswa Institut Pertanian Bogor memiliki tingkat kecukupan energi kategori normal. Peranan energi dalam olahraga penting diperhatikan, misalnya kelelahan (tidak bugar) dapat terjadi akibat tidak cukupnya ketersediaan energi yang diperlukan dari glikogen otot atau glukosa darah. Konsumsi energi yang rendah (mengalami defisit) sangat tidak baik bagi contoh. Hal ini disebabkan dapat mengganggu performa contoh karena saat usia dewasa awal memiliki kebutuhan energi yang optimal untuk aktivitas fisik yang tergolong berat dan banyak. Oleh karena itu, konsumsi makanan secara baik dan optimal mampu memelihara

48 34 ketersediaan yang cukup sehingga menghasilkan kemampuan beraktivitas dan waktu pemulihan yang baik (Mihardja 2000). Data sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan jenis kelamin disajikan pada Gambar % 75.92% laki-laki perempuan 4.76% 18.52% 5.56% 0% 0% 0% 0% 0% defisit berat defisit sedang defisit ringan normal kelebihan Gambar 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan jenis kelamin Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh laki-laki maupun perempuan memiliki intake energi defisit tingkat berat yang masing-masing persentasenya adalah 95.24% dan 75.92%. intake energi kategori defisit tingkat sedang pada contoh laki-laki sebesar 4.76% sedangkan pada contoh perempuan sebesar 18.52%. intake energi kategori normal hanya terdapat pada contoh perempuan yaitu sebesar 5.56%. Dalam hal ini contoh perempuan lebih memiliki tingkat kecukupan yang tergolong lebih baik dibandingkan contoh laki-laki terlihat pada terdapatnya contoh perempuan yang memiliki kategori intake energi normal sedangkan pada contoh laki-laki tidak ada. Protein Protein adalah zat gizi utama untuk mempertahankan pertumbuhan dan struktur tubuh, tetapi protein adalah sumber yang miskin untuk penyediaan energi dalam periode yang cepat untuk orang yang aktif fisiknya. Sumber protein dapat

49 35 berasal dari hewani dan nabati. Protein asal hewani seperti daging (dianjurkan daging yang tidak berlemak), ayam, ikan, telur dan susu. Sumber protein nabati yang dianjurkan adalah tahu, tempe, dan kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai dan kacang hijau) (Depkes 2002). Data sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein disajikan pada Gambar % 27.00% 20.00% 11.00% 4.00% defisit berat defisit sedang defisit ringan normal kelebihan Gambar 8 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein Intake protein contoh berkisar antara gram dengan rata-rata ± 9.09 gram. Jika dikategorikan maka 38% contoh yang memiliki intake protein defisit tingkat berat. Sedangkan contoh yang termasuk pada kategori intake protein defisit tingkat sedang, normal, defisit ringan dan kelebihan masing-masing sebanyak 27%, 20%, 11% dan 4%. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Maria (2012) yang menyatakan bahwa sebagian besar mahasiswa Institut Pertanian Bogor (46.7%) termasuk pada kategori intake protein normal dan tidak terdapat (0%) contoh yang termasuk kategori intake protein defisit tingkat berat. Protein merupakan salah satu jenis zat gizi yang mempunyai fungsi penting sebagai bahan dasar bagi pembentukan jaringan tubuh atau bahan dasar untuk memperbaiki jaringan tubuh yang telah rusak. Selain dari kedua fungsi tersebut, protein juga mempunyai fungsi sebagai bahan pembentuk hormon dan pembentukan enzim yang kemudian juga akan terlibat di dalam proses metabolisme tubuh (Irawan 2007).

50 36 Untuk mengetahui perbedaan intake protein antar gender, dalam penelitian ini pengkategorian intake protein dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein dan jenis kelamin disajikan pada Gambar % laki-laki perempuan 35.18% 38.09% 22.22% 14.82% 14.29% 22.22% 0% 0% 5.56% defisit berat defisit sedang defisit ringan normal kelebihan Gambar 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein dan jenis kelamin. Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh baik laki-laki maupun perempuan memiliki intake protein defisit tingkat berat yang masing-masing persentasenya adalah 47.62% dan 35.18%. kategori defisit tingkat sedang pada contoh laki-laki sebesar 38.09% sedangkan pada contoh perempuan sebesar 22.22%. kategori defisit tingkat ringan hanya terdapat pada contoh perempuan yaitu sebesar 14.82%. Pada contoh laki-laki mapun perempuan memiliki intake protein normal masing masing adalah 14.29% dan 22.22%. untuk kategori intake protein kelebihan hanya terdapat pada contoh perempuan yaitu sebesar 5.56%. Konsumsi protein yang berlebih dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak yang akhirnya dapat menyebabkan resiko terjadinya kegemukan. Selain itu, efek dari kelebihan mengkonsumsi protein akan lebih sering mengalami buang air kecil karena protein di dalam tubuh akan dicerna menjadi urea yang merupakan suatu senyawa dalam bentuk sisa yang harus dibuang melalui urin. Hal tersebut tentunya juga akan memperberat kerja ginjal dan akan meningkatkan resiko terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan (Husaini 2000).

51 37 Lemak Lemak merupakan zat gizi yang menghasilkan energi terbesar, besarnya lebih dari dua kali energi yang dihasilkan oleh karbohidrat. Rasa kenyang dan penuh yang terjadi akibat makan lemak yang berlebihan dapat mengurangi konsumsi karbohidrat yang adekuat. Selain itu konsumsi lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan peningakatan trigliserida, kolesterol total dan LDL kolesterol. Risiko kesehatan seperti aterosklerosis, penyakit jantung, penyakit kanker dapat timbul pada seseorang akibat konsumsi lemak yang tinggi (Primana 2000). Tingkat kecukupan lemak contoh merupakan perbandingan dari konsumsi dengan kebutuhan masing-masing contoh. Data sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak disajikan dalam Gambar % 9.33% 5.33% 10.67% 2.67% defisit berat defisit sedang defisit ringan normal kelebihan Gambar 10 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak contoh Intake lemak contoh berkisar antara gram dengan rata-rata ± gram. Jika dikategorikan maka 72% contoh yang memiliki intake lemak defisit tingkat berat. Sedangkan contoh yang termasuk pada kategori intake lemak normal, defisit tingkat sedang, defisit ringan dan kelebihan masing-masing sebanyak 10.67%, 9.33%, 5.33% dan 2.67%. Lemak memiliki potensi tinggi kalori, lemak juga relatif lama berada dalam sistim pencernaan dibandingkan karbohidrat dan protein, sehingga menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama (Depkes 2005). Untuk mengetahui perbedaan intake lemak antar gender, dalam penelitian ini pengkategorian intake lemak dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak dan jenis kelamin contoh disajikan pada Gambar 11.

52 % laki-laki perempuan 62.96% 4.76% 14.82% 11.12% 7.40% 0% 0% % defisit berat defisit sedang defisit ringan normal kelebihan Gambar 11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak dan jenis kelamin Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh laki-laki maupun perempuan memiliki intake lemak defisit berat dengan masing-masing sebanyak 95.24% dan 62.96%. kategori defisit tingkat sedang masing-masing sebanyak 4.76% dan 11.12%. untuk kategori defisit ringan, normal dan kelebihan hanya terdapat pada contoh perempuan dengan persentase masing-masing sebanya 7.40%, 14.82% dan 3.70%. hal ini terlihat pada contoh perempuan untuk konsumsi lemak lebih banyak dibandingkan dengan contoh laki-laki. Tingkat kecukupan lemak rendah akan menurunkan sumber energi, hal ini dikarenakan lemak dapat menghasilkan dua kali lebih besar dibandingkan dengan karbohidrat dan protein (Fatmah 2011). Karbohidrat Karbohidrat merupakan zat gizi sumber energi yang tidak hanya berfungsi untuk mendukung aktivitas fisik seperti berolahraga namun karbohidrat juga merupakan sumber energi utama bagi sistem pusat syaraf termasuk otak. Di dalam tubuh, karbohidrat yang dikonsumsi oleh manusia dapat tersimpan di dalam hati dan otot sebagai simpanan energi dalam bentuk glikogen. Walaupun karbohidrat bukan satusatunya sumber energi, namun karbohidrat lebih dibutuhkan sebagai sumber energi otot untuk aktifitas fisik yang tinggi (Damayanti 2000). Peranan karbohidrat adalah menyediakan glukosa yang dapat diubah menjadi energi. Kelebihan glukosa dalam tubuh akan disimpan di dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen dan apabila masih berlebihan akan disimpan dalam

53 39 bentuk lemak di jaringan adiposa sehingga seseorang akan menjadi cepat kenyang. Pada saat cadangan glikogen di otot dan di hati berkurang, maka seseorang akan mengalami kelelahan (tidak bugar) yang dapat mempengaruhi performa dan prestasi (Ilyas 2002). Data sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat disajikan pada Gambar % 24.00% 6.67% 2.66% 10.67% defisit berat defisit sedang defisit ringan normal kelebihan Gambar 12 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat Intake karbohidrat contoh berkisar antara gram dengan ratarata ± gram. Jika dikategorikan maka 56% contoh yang memiliki intake karbohidrat defisit tingkat berat. Sedangkan contoh yang termasuk pada kategori intake karbohidrat kelebihan, normal, defisit tingkat sedang, dan defisit ringan masing-masing sebanyak 24%, 10.67%, 6.67% dan 2.66%. Sebagian besar contoh dalam penelitian ini jumlah konsumsi pangan yang banyak mengandung karbohidrat tergolong sedikit. Contoh paling banyak mengkonsumsi pangan yang mengandung karbohidrat contohnya nasi dalam sehari hanya 1-2 kali makan saja dalam porsi kecil. Sehingga data untuk tingkat kecukupan karbohidrat tergolong defisit tingkat berat. Untuk mengetahui perbedaan intake karbohidrat antar gender, dalam penelitian ini pengkategorian intake karbohidrat dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat dan jenis kelamin contoh disajikan pada Gambar 13.

54 % laki-laki perempuan 51.85% 27.80% 7.40% 4.77% 0% 3.7% 14.28% 14.28% 9.25% defisit berat defisit sedang defisit ringan normal kelebihan Gambar 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat dan jenis kelamin. Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh baik laki-laki maupun perempuan memiliki intake karbohidrat defisit tingkat berat dengan masing-masing persentasenya adalah 66.67% dan 51.85%. Kategori defisit sedang contoh laki-laki sebanyak 4.77% sedangkan contoh perempuan sebanyak 7.40%. untuk kategori defisit tingkat ringan hanya terdapat pada contoh perempuan yaitu sebanyak 3.7%. Kategori normal pada contoh laki-laki sebanyak 14.28% sedangkan pada contoh perempuan sebanyak 9.25%. Kategori kelebihan pada masing-masing contoh sebanyak 14.28% dan 27.80%. fungsi utama dari karbohidrat adalah sebagai penghasil energi. Tubuh akan menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi apabila kandungan karbohidrat di dalam makanan cukup, sedangkan bila yang dikonsumsi kurang kandungan karbohidratnya, maka akan digunakan lemak dan protein sebai sumber energi lainnya (Fatmah 2011). Flexibility test Tingkat Kebugaran Kelentukan adalah luas bidang gerak tubuh pada persendian, yang selain dipengaruhi oleh jenis sendi itu sendiri juga dipengaruhi oleh jaringan-jaringan disekitar sendi, seperti oleh otot, tendon, dan ligamen. Kelentukan tubuh yang baik dapat mengurangi terjadinya cedera olahraga (Depkes, 1996). Faktor fisiologis yang

55 41 mempengaruhi kelentukan antara lain: usia dan aktivitas. Pada usia lanjut kelentukan berkurang sebagai akibat menurunnya elastisitas otot sebagai akibat kurang latihan. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan nilai flexibility dan jenis kelamin Jenis kelamin Jumlah Nilai flexibility (cm) Laki-laki ± 6.83 Perempuan ± 5.86 Berdasarkan tabel di atas nilai rata-rata flexibility pada contoh laki-laki lebih besar dibandingkan dengan contoh perempuan. Rata-rata nilai flexibility pada contoh laki-laki sebesar 12.6 cm termasuk kategori sedang untuk umur dewasa awal sedangkan untuk contoh perempuan dengan rata-rata nilai flexibility sebesar 9.1 cm termasuk kategori cukup untuk umur dewasa awal. Kelentukan memiliki banyak keuntungan dalam hal kesehatan. Diantaranya pergerakan yang baik, meningkatkan resistensi cedera dan rasa sakit pada otot, mengurangi resiko sakit pinggang dan kolumna spinal lainnya, meningkatkan postur tubuh, tubuh bergerak lebih gemulai, meningkatkan penampilan pribadi, perkembangan keterampilan berolahraga dan mengurangi tekanan darah dan stres (Fatmah 2011). Sebaran tingkat flexibility contoh perempuan disajikan pada Gambar % 24.07% 24.07% 9.26% 0.00% bagus sekali bagus sedang cukup kurang Gambar 14 Sebaran tingkat flexibility contoh perempuan

56 42 Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh perempuan memiliki kategori kurang dengan persentase sebesar 42.59%, untuk kategori sedang dan cukup memiliki nilai presentase masing-masing sebesar 24.07% sedangkan untuk kategori bagus sebesar 9.26%. Hal ini dikarenakan pada contoh perempuan memiliki akumulasi lemak yang dapat menghambat dalam perlakuan tes kelentukan tubuh (Fatmah 2011). Sebaran tingkat flexibility contoh laki-laki disajikan pada Gambar % 33.33% 19.05% 9.52% 9.52% bagus sekali bagus sedang cukup kurang Gambar 15 Sebaran tingkat flexibility contoh laki-laki Dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh laki-laki memiliki kategori cukup yaitu sebesar 33.33%, kategori bagus 28.57%, kategori sedang sebesar 19.05% sedangkan untuk kategori kurang dan bagus sekali memiliki kesamaan nilai yaitu sebesar 9.52%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada contoh laki-laki lebih baik tingkat flexibility contoh laki-laki sebagian besar berada pada kategori cukup dan juga terdapat contoh yang termasuk kategori bagus sekali, hal ini dikarenakan pada laki-laki memiliki serat otot yang lebih tebal, besar dan kuat yang bisa mempermudah untuk melakukan tes kebugaran kelentukan tubuh (Fatmah 2011). VO 2 max Pengukuran VO 2 max bisa dilakukan dengan cara tes kebugaran dengan metode tes balke. Tes balke secara luas banyak dipakai untuk memeriksa kebugaran atlet atau masyarakat yang berolahraga, keuntungan tes balke adalah tes ini dapat dipakai untuk mengukur kebugaran banyak orang sekaligus dengan hasil yang cukup akurat. Kerugian tes balke adalah memerlukan lintasan untuk lari, yang standar adalah lintas sepanjang 400 meter (Mackenzie 1997).

57 43 VO 2 maximum (VO 2 max) yaitu kemampuan maksimum tubuh untuk mengambil oksigen. Semakin keras berlatih maka akan semakin cepat bernafas yang menjadikan masukan oksigen meningkat sehingga memungkinkan pembentukan energi secara aerob (Depkes 1997). Data sebaran contoh berdasarkan nilai VO 2 max dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan nilai VO 2 max dan jenis kelamin Jenis kelamin Jumlah Nilai VO 2 max (ml/kg/menit) Laki-laki ± 4.44 Perempuan ± 2.67 Berdasarkan tabel di atas nilai rata-rata VO 2 max pada contoh laki-laki lebih besar dibandingkan dengan contoh perempuan. Rata-rata nilai VO 2 max pada contoh laki-laki sebesar ml/kg/menit termasuk kategori fair untuk usia tahun sedangkan untuk contoh perempuan dengan rata-rata nilai VO 2 max sebesar ml/kg/menit termasuk kategori fair untuk usia tahun. Sebelum puber, anak laki-laki dan wanita memiliki kebugaran aerobik yang sedikit berbeda, tetapi setelah itu anak perempuan jauh tertinggal. Rata-rata wanita muda memiliki kebugaran aerobik antara 15 sampai 25% lebih kecil dari laki-laki muda, tergantung pada tingkat aktivitas mereka (Sharkey 2003). Sebaran pengkategorian VO 2 max yang dilakukan terhadap contoh perempuan disajikan pada Gambar % 35.19% 1.85% 7.41% 0.00% 0.00% very poor poor fair good excellent superior Gambar 16 Sebaran pengkategorian VO 2 max contoh perempuan

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Awal dan Mahasiswa Konsumsi Pangan

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Awal dan Mahasiswa Konsumsi Pangan 4 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Awal dan Mahasiswa Dari pertumbuhan fisik, dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan suatu pekerjaan fisik yang dikerjakan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang sangat berarti. Artinya

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

Specific Dynamic Action

Specific Dynamic Action Kebutuhan Energi Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting.

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi seseorang menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Keseimbangan antar nutrisi yang masuk dan nutrisi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 16 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik yang menggambarkan sistem penyelenggaraan makan dan preferensi para atlet terhadap menu makanan yang disajikan.

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak BAB V PEMBAHASAN A. Asupan Karbohidrat Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 1 x 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak latihan diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan oleh banyaknya klub-klub sepak bola yang ada dan penggemar yang tidak sedikit.

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN...

LEMBAR PERSETUJUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENGESAHAN SKRIPSI... iv SURAT PERNYATAAN... v RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI. Rizqie Auliana, M.Kes

KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI. Rizqie Auliana, M.Kes KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar Gemukkah saya? Kuruskah saya? Sudah cukupkah saya makan? Sehatkah saya?.. Berapa kebutuhan gizi kita? Kebutuhan gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung menunjukkan masalah gizi ganda, disamping masih menghadapi masalah gizi kurang, disisi lain pada golongan masyarakat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang)

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang) 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional study. Data primer diperoleh melalui survey, wawancara, pengisian kuesioner dan recall

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY...

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... ix KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB)

Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB) Lampiran 1. Tes Status Gizi Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB) Peralatan tes antara lain:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin 4 TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Beastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat 24 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengambilan data dilakukan pada waktu yang bersamaan atau pada satu saat, baik variabel independen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, berbagai macam aktivitas yang dilakukan manusia sangat padat dan beraneka ragam. Di perkotaan manusia menjalani kehidupannya dengan persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat juga keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif dan ekonomis.

Lebih terperinci

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes Introduction Gizi sec. Umum zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan memperbaiki jaringan tubuh. Gizi (nutrisi)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA V o l. 1, N o. 2, J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7 101 HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA Naintina Lisnawati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Seseorang dengan aktivitas fisik rendah memiliki 20% sampai 30% lebih tinggi risiko

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 46 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian Pada proses perencanaan penelitian, hasil kalkulasi ukuran sampel beda proporsi menghasilkan angka sebesar 75 sampel. Sementara itu, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia

BAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan taraf kesehatan pada masyarakat di Indonesia, berakibat pada usia harapan hidup yang diiringi oleh pertambahan jumlah kelompok usia lanjut (usila/lansia)

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1). BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran, selain itu olahraga juga dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik kompetitif yang biasanya dilakukan melalui partisipasi santai atau terorganisi, bertujuan untuk menggunakan, memelihara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gizi a. Definisi Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut cara pengucapan Mesir, ghidza dibaca ghizi. Gizi adalah segala

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, ASUPAN DAN STATUS GIZI ATLET DI PUSDIKLAT OLAHRAGA PELAJAR SUDIANG KOTA MAKASSAR

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, ASUPAN DAN STATUS GIZI ATLET DI PUSDIKLAT OLAHRAGA PELAJAR SUDIANG KOTA MAKASSAR TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, ASUPAN DAN STATUS GIZI ATLET DI PUSDIKLAT OLAHRAGA PELAJAR SUDIANG KOTA MAKASSAR Mustamin 1, Uun Kunaepah 1, Sri Dara Ayu 1 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Makassar ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut. Proporsi penduduk usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci