BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. drama. Untuk mengetahui kemampuan peserta didik tersebut, penulis menyusun indikator

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. drama. Untuk mengetahui kemampuan peserta didik tersebut, penulis menyusun indikator"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang kemampuan peserta didik kelas XI IPS-3 SMA Negeri 2 Kwandang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama. Untuk mengetahui kemampuan peserta didik tersebut, penulis menyusun indikator penilian dalam pementasan drama yang dilakukan oleh peserta didik yakni ketepatan gerak tubuh dengan isi dialog, ketepatan ekspresi wajah dengan isi dialog, ketepatan intonasi dan jeda, dan ketepatan melafalkan isi dialog. Berdasarkan indikator di atas, penulis menyiapkan teks drama. Teks tersebut terdiri atas 4 babak dengan 10 tokoh. Teks tersebut diberikan pada peserta didik untuk dihapal dan latihan sendiri untuk mementasakan drama dengan naskah yang sudah diberikan kepada peserta didik lalu dipentaskan di depan teman-teman sekelas. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh skor kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama (ketepatan gerak tubuh dengan isi dialog, ketepatan ekspresi wajah dengan isi dialog, ketepatan intonasi dan jeda dan ketepatan melafalkan isi dialog) yang diuraikan satu persatu berikut ini Kemampuan Mengekspresikan Dialog Para Tokoh dalam Pementasan Drama (Tes Tahap I) a. Ketepatan Mengekspresikan Mimik/Gerak-Gerik dengan Isi Dialog Kemampuan peserta didik kelas XI IPS-3 SMA Negeri 2 Kwandang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama, dari 30 orang peserta didik yang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dilihat dari ketepatan mimik/gerak-gerik dengan isi dialog, memperoleh skor 23 berjumlah 1 orang, yang memperoleh skor 22 berjumlah 3 orang, yang memperoleh skor 20 berjumlah 1 orang, yang memperoleh skor 18 berjumlah 1 orang, yang memperoleh skor 16 berjumlah 1 orang, yang

2 memperoleh skor 15 berjumlah 14 orang, dan yang memperoleh skor 10 berjumlah 8 orang. Untuk lenih jelasnya dapat dilihat pada tabel di halaman berikutnya. Tabel 3 Kemampuan Mengekspresikan Dialog Para Tokoh dalam Pementasan Drama Dilihat dari Ketepatan Mimik/Gerak-Gerik dengan Isi Dialog No Nama Peserta Didik Skor 1 Aisanto Adam 20 2 Alimudin Lamato 22 3 Amat Nusi 15 4 Gunawan Ismail 22 5 Hendrik Ali 15 6 Ibrahim Pulubuhu 10 7 Iksan Kidamo 23 8 Faisal Palilati 10 9 Hendra Pakaya Mohamad Zulfikal Noval Humola Omi Kadir Pandi Umar Pebrianto Tangkudung Raplin Ibrahim Rizal Bialimo Sarip Kohu Sarip Polapa Yusuf Ibrahim 10

3 20 Hestin Ibrahim Lilin Harun Maimun Hasan Nuryanti Umar Ohlan Hamidun Rahayu Do e Riskawati Ismail Sulastri Pomalingo Sulis Patamani Susanti Yusuf Yulianti Hasan 16 Rat-rata 15,2 Data tabel 3 menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dilihat dari ketepatan gerak anggota tubuh dengan isi dialog rata-rata di bawah nilai ketuntasan minimum. Data tersebut dapat dilihat pada kemampuan peserta didik yaitu dari 30 peserta didik yang memperoleh skor 23 berjumlah 2 orang dengan tingkat penguasaan 6, 67%, yang memperoleh skor 22 berjumlah 3 orang dengan tingkat penguasaan 10%, yang memperoleh skor 20 berjumlah satu orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 18 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 16 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 15 berjumlah 14 dengan tingkat penguasaan 46,7%, dan yang memperoleh skor 10 dengan tingkat penguasaan 26, 67% b. Ketepatan Nada/Tekanan dengan Isi Dialog

4 Kemampuan peserta didik kelas XI IPS-3 SMA Negeri 2 Kwandang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dilihat dari ketepatan nada/tekanan dengan isi dialog, dari 30 orang peserta didik yang mengekspresikan drama dilihat dari ketepatan nada/tekanan dengan isi dialog yang mamperoleh skor 24 berjumlah 2 orang, yang memperoleh skor 22 bejumlah 1 orang, yang memperoleh skor 20 berjumlah 3 orang, yang memperoleh skor 18 berjumlah 2 orang, yang memperoleh skor 16 berjumlah 1 orang, yang memperoleh skor 15 berjumlah 13 orang, dan yang memperoleh skor 10 berjumlah 8 orang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawa ini Tabel 4 Kemampuan Mengekspresikan Dialog Para Tokoh dalam Pementasan Drama Dilihat dari Ketepatan Nada/Tekanan dengan Isi Dialog No Nama Peserta Didik Skor 1 Aisanto Adam 20 2 Alimudin Lamato 20 3 Amat Nusi 15 4 Gunawan Ismail 20 5 Hendrik Ali 15 6 Ibrahim Pulubuhu 10 7 Iksan Kidamo 24 8 Faisal Palilati 10 9 Hendra Pakaya Mohamad Zulfikal Noval Humola Omi Kadir Pandi Umar Pebrianto Tangkudung 10

5 15 Raplin Ibrahim Rizal Bialimo Sarip Kohu Sarip Polapa Yusuf Ibrahim Hestin Ibrahim Lilin Harun Maimun Hasan Nuryanti Umar Ohlan Hamidun Rahayu Do e Riskawati Ismail Sulastri Pomalingo Sulis Patamani Susanti Yusuf Yulianti Hasan 16 Rata-rat 14,9 Data tabel 4 menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh dilihat dari ketepatan nada/tekanan dengan isi dialog rata-rata memperoleh skor 24 berjumlah 2 orang dengan tingkat penguasaan 6, 67%, yang memperoleh skor 22 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,3%, yang memperoleh skor 20 berjumlah 3 orang dengan tingkat penguasaan 10%, yang memperoleh skor 18 berjumlah 2 orang dengan tingkat penguasaan 6,67%, yang memperoleh skor 16 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 15 berjumlag 13 dengan tingkat penguasaan 43,33% dan yang

6 memperoleh skor 10 berjumlah 8 orang dengan tingkat penguasaan 26,67%. Data tersebut diperoleh dari ekspresi peserta didik. c. Ketepatan Itonasi dengan isi dialog Kemampuan peserta didik kelas XI IPS-3 SMA Negeri 2 Kwandang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dilihat dari ketepatan intonasi dengan isi dialoh, dari 30 orang peserta didik yang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dengan ketepatan intonasi dengan isi dialog memperoleh skor 25 berjumlah 1 orang, yang memperoleh skor 24 berjumlah 1 orang, yang memperoleh skor 23 berjumlag 2 orang, yang memperoleh skor 21 berjumlah 1 orang, yang memperoleh skor 22 berjumlah 2 orang, yang memperoleh skor 20 berjumlah 14 orang, yang memperoleh skor 18 berjumlah 2 orang, yang memperoleh skor 17 berjumlah 1 orang, yang memperoleh skor 16 orang berjumlah 1 orang, dan yang memperoleh skor 15 berjulah 5 orang, Tabel 5 Kemampuan Mengekspresikan Dialog Para Tokoh dalam Pementasan Drama Dilihat dari Ketepatan Intonasi dengan isi dialog No Nama Peserta Didik Skor 1 Aisanto Adam 20 2 Alimudin Lamato 23 3 Amat Nusi 20 4 Gunawan Ismail 20 5 Hendrik Ali 20 6 Ibrahim Pulubuhu 20 7 Iksan Kidamo 25 8 Faisal Palilati 20 9 Hendra Pakaya Mohamad Zulfikal 18

7 11 Noval Humola Omi Kadir Pandi Umar Pebrianto Tangkudung Raplin Ibrahim Rizal Bialimo Sarip Kohu Sarip Polapa Yusuf Ibrahim Hestin Ibrahim Lilin Harun Maimun Hasan Nuryanti Umar Ohlan Hamidun Rahayu Do e Riskawati Ismail Sulastri Pomalingo Sulis Patamani Susanti Yusuf Yulianti Hasan 22 Rata-rata 19,46 Data tabel 5 menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dengan ketepatan intonasi dengan is dialog, dari 30 orang peserta didik yang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama

8 dengan ketepatan intonasi dengan isi dialog memperoleh skor 25 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 24 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 23 berjumlag 2 orang dengan tingkat penguasaan 6,67%, yang memperoleh skor 21 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 22 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 20 berjumlah 14 orang dengan tingkat penguasaan 46, 67%, yang memperoleh skor 18 berjumlah 2 orang dengan tingkat penguasaan 6,67%, yang memperoleh skor 17 berjumlah 1 orangdengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 16 orang berjumlah 1 oran gdengan tingkat penguasaan 3,33%, dan yang memperoleh skor 15 berjulah 5 orang dengan tingkat penguasaan 16,67%, d. Ketepatan Melafalkan Isi Dialog Kemampuan peserta didik kelas XI IPS-3 SMA Negeri 2 Kwandang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dengan ketepatan melafalkan isi dialog, dari 30 orang peserta didik yang mementaskan drama dengan ketepatan melafalkan isi dialog, dan yang memperoleh skor skor 24 berjumlah 2 orang, yang memperoleh skor 23 berjumlah 1 orang, yang memperoleh skor 22 berjumlag 1 orang, yang memperoleh skor 21 berjumlah 3 orang, yang memperoleh skor 20 berjumlah 13 orang, yang memperoleh skor 18 berjumlah 3 orang, yang memperoleh skor 17 berjumlah 1 orang, yang memperoleh skor 16 berjumlah 1 orang, dan yang memperoleh skor 15 orang berjumlah 5 orang. Tabel 6 Kemampuan Mengekspresikan Dialog Para Tokoh dalam PementasanDrama Dilihat dari Ketepatan Melafalkan Isi Dialog No Nama Peserta Didik Skor 1 Aisanto Adam 20 2 Alimudin Lamato 22

9 3 Amat Nusi 20 4 Gunawan Ismail 20 5 Hendrik Ali 20 6 Ibrahim Pulubuhu 20 7 Iksan Kidamo 24 8 Faisal Palilati 18 9 Hendra Pakaya Mohamad Zulfikal Noval Humola Omi Kadir Pandi Umar Pebrianto Tangkudung Raplin Ibrahim Rizal Bialimo Sarip Kohu Sarip Polapa Yusuf Ibrahim Hestin Ibrahim Lilin Harun Maimun Hasan Nuryanti Umar Ohlan Hamidun Rahayu Do e Riskawati Ismail 20

10 27 Sulastri Pomalingo Sulis Patamani Susanti Yusuf Yulianti Hasan 21 Rata-rata 19,26 Data tabel 6 menjukkan bahwa kemampuan peserta didik mementaskan drama dengan ketepatan melafalkan isi dialog, dan yang memperoleh skor skor 24 berjumlah 2 orang dengan tingkat penguasaan 6,67%, yang memperoleh skor 23 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 22 berjumlag 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 21 berjumlah 3 orang dengan tingkat penguasaan 10%, yang memperoleh skor 20 berjumlah 13 orang dengan tingkat penguasaan 43,33%, yang memperoleh skor 18 berjumlah 3 orang dengan tingkat penguasaan 10%, yang memperoleh skor 17 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 16 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, dan yang memperoleh skor 15 orang berjumlah 5 orang dengan tingkat penguasaan 16,67%. Tingkat penguasaan peserta didik pada indikatorketepatan melafalkan isi dialog rata-rata gagal. Berdasarkan hasil pemerolehan skor kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dilihat dari 4 aspek ketepatan mimik/gerak-gerik denga isi dialog, ketepatan nada/tekanan dengan isi dialog, ketepatan intonasi dan jeda, dan ketepatan melafalkan isi dialog. Secara keseluruhan kemampuan mengekspresiakan dialog para tokoh dalam pementasan drama oleh peserta didik kelas XI IPS-3 SMA Negeri 2 Kwandang dapat dilihat pada tabel dihalaman berikut. Tabel 7 Kemampuan Mengespresikan Dialog Para Tokoh dalam Pementasan Drama oleh Peserta Didik Kelas XI IPS -3 SMA Negeri 2 Kwandang

11 No Nama Peserta Didik Skor Tingkat MG NT KT KM Total Kemampuan 1 Aisanto Adam Tepat 2 Alimudin Lamato Sangat Tepat 3 Amat Nusi Tepat 4 Gunawan Ismail Tepat 5 Hendrik Ali Cukup 6 Ibrahim Pulubuhu Kurang Tepat 7 Iksan Kidamo Sangat Tepat 8 Faisal Paliluti Kurang Tepat 9 Hendra Pakaya Kurang Tepat 10 Mohamad Zulfikal Cukup 11 Noval Humola Kurang Tepat 12 Omi Kadir Cukup 13 Pandi Umar Kurang Tepat 14 Pebrianto Tangkudung Kurang Tepat 15 Raflin Ibrahim Sangat Tepat 16 Rizal Bialimo Cukup 17 Sarip Kohu Kurang Tepat 18 Sarip Polapa Tepat 19 Yusuf Ibrahim Kurang Tepat 20 Hestin Ibrahim Cukup 21 Lilin Harun Cukup 22 Maimun Hasan Cukup

12 23 Nuryanti Umar Cukup 24 Ohlan Amidun Cukup 25 Raharu Do e Cukup 26 Riskawati Ismail Cukup 27 Sulastri Pomalingo Cukup 28 Sulis Patamani Cukup 29 Susanti Yusuf Cukup 30 Yulianti Hasan Cukup Jumlah / 30 Rata-rata Cukup Keterangan MG: Ketepatan mengekspresikan mimik/gerak-gerik dengan isi dialog NT: Ketepatan nada/tekanan dengan isi dialog KT: Ketepatan intonasi KM: Ketepatan melafal dengan isi dialog Data tabel di atas menujukkan bahwa secara keseluruhan kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama memperoleh hasil baik dan hanya beberapa orang yang memperoleh hasil yang belum maksimal atau masih kurang. Hasil ini disebabkan oleh kurangnya guru pengajar bahasa Indonesia. Dari 30 orang peserta didik yang memperoleh hasil sangat tepat berjumlah 3 orang, yang memperoleh hasil tepat berjumlah 4 orang, yang memperoleh hasil cukup berjulah 15 orang sedangkan yang memperoleh hasil kurang tepat berjumlah 8 orang Kemampuan Mengekspresikan Dialog Para Tokoh dalam Pementasan Drama (Tes Tahap II) a. Ketepatan Mimik/Gerak-Geri dengan Isi Dialog

13 Kemampuan peserta didik kelas XI IPS-3 SMA Negeri 2 Kwandang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama, dari 30 orang peserta didik yang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dilihat dari ketepatan mimik/gerak-gerik dengan isi dialog, dari 30 orang peserta didik yang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dengan ketepatan intonasi dengan isi dialog memperoleh skor 24 berjumlah 1 orang, yang memperoleh skor 23 berjumlah 3 orang, yang memperoleh skor 22 berjumlag 2 orang, yang memperoleh skor 20 berjumlah 1 orang, yang memperoleh skor 19 berjumlah 1 orang, yang memperoleh skor 18 berjumlah 8 orang, yang memperoleh skor 16 berjumlah 1 orang, dan yang memperoleh skor 15 berjumlah 12 orang. Tabel 8 Kemampuan Mengekspresikan Dialog Para Tokoh dalam Pementasan Drama Dilihat dari Ketepatan Mimik/Gerak-Gerik dengan Isi Dialog No Nama Peserta Didik Skor 1 Aisanto Adam 22 2 Alimudin Lamato 23 3 Amat Nusi 18 4 Gunawan Ismail 22 5 Hendrik Ali 18 6 Ibrahim Pulubuhu 15 7 Iksan Kidamo 23 8 Faisal Palilati 18 9 Hendra Pakaya Mohamad Zulfikal Noval Humola Omi Kadir Pandi Umar 18

14 14 Pebrianto Tangkudung Raplin Ibrahim Rizal Bialimo Sarip Kohu Sarip Polapa Yusuf Ibrahim Hestin Ibrahim Lilin Harun Maimun Hasan Nuryanti Umar Ohlan Hamidun Rahayu Do e Riskawati Ismail Sulastri Pomalingo Sulis Patamani Susanti Yusuf Yulianti Hasan 16 Rata-rata 17,8 Data tabel 8 menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dilihat dari ketepatan gerak anggota tubuh dengan isi dialog rata-rata di bawah nilai ketuntasan minimum. Data tersebut diperoleh dari hasil ekspresi peserta didik, dari 30 orang peserta didik yang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dengan ketepatan mimik/gerak-gerik dengan isi dialog memperoleh skor 24 berjumlah 1 orang dengan tingkat peguasaan 3,33%, yang memperoleh

15 skor 23 berjumlah 3 orang dengan tingkat penguasaan 10%, yang memperoleh skor 22 berjumlag 2 orang dengan tingkat penguasaan 6,67%, yang memperoleh skor 20 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 19 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 18 berjumlah 9 orang dengan tingkat penguasaan 30%, yang memperoleh skor 16 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, dan yang memperoleh skor 15 berjumlah 12 orang dengan tingkat penguasaan 40%. b. Ketepatan Nada/Tekanan dengan Isi Dialog Kemampuan peserta didik kelas XI IPS-3 SMA Negeri 2 Kwandang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dilihat dari ketepatan nada/tekanan dengan isi dialog, dari 30 orang peserta didik yang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dengan ketepatan intonasi dengan isi dialog memperoleh skor 24 berjumlah 2 orang, yang memperoleh skor 22 berjumlah 2 orang, yang memperoleh skor 20 berjumlag 3 orang, yang memperoleh skor 18 berjumlah 8 orang, yang memperoleh skor 16 berjumlah 1 orang, dan yang memperoleh skor 15 berjumlah 12 orang. Tabel 9 Kemampuan Mengekspresikan Dialog Para Tokoh dalam Pementasan Drama Dilihat dari Ketepatan Nada/Tekanan Dengan Isi Dialog No Nama Peserta Didik Skor 1 Aisanto Adam 20 2 Alimudin Lamato 22 3 Amat Nusi 18 4 Gunawan Ismail 20 5 Hendrik Ali 15 6 Ibrahim Pulubuhu 15

16 7 Iksan Kidamo 24 8 Faisal Palilati 15 9 Hendra Pakaya Mohamad Zulfikal Noval Humola Omi Kadir Pandi Umar Pebrianto Tangkudung Raplin Ibrahim Rizal Bialimo Sarip Kohu Sarip Polapa Yusuf Ibrahim Hestin Ibrahim Lilin Harun Maimun Hasan Nuryanti Umar Ohlan Hamidun Rahayu Do e Riskawati Ismail Sulastri Pomalingo Sulis Patamani Susanti Yusuf Yulianti Hasan 16

17 Rata-rata 17,06 Data tabel 9 menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh dilihat dari ketepatan nada/tekanan dengan isi dialog rata-rata memperoleh, memperoleh skor 24 berjumlah 2 orang dengan tingkat penguasaan 6, 67%, yang memperoleh skor 22 berjumlah 2 orang dengan tingkat penguasaan 10%, yang memperoleh skor 20 berjumlag 3 orang dengan tingkat penguasaan 40%, yang memperoleh skor 18 berjumlah 8 orang dengan tingkat penguasaan 26,67%, yang memperoleh skor 16 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, dan yang memperoleh skor 15 berjumlah 12 orang dengan tingkat penguasaan 40%. c. Ketepatan Itonasi dengan Isi Dialog Kemampuan peserta didik kelas XI IPS-3 SMA Negeri 2 Kwandang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dilihat dari ketepatan intonasi dengan isi dialog, dari 30 orang peserta didik yang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dengan ketepatan intonasi dengan isi dialog memperoleh skor 25 berjumlah 2 orang, yang memperoleh skor 23 berjumlah 2 orang, yang memperoleh skor 22 berjumlah 4 orang, yang memperoleh skor 21 berjumlah 1 orang, yang memperoleh skor 20 berjumlah 13 orang, yang memperoleh skor 18 berjumlah 4 orang, dan yang memperoleh skor 15 berjumlah 4 orang. Tabel 10 Kemampuan Mengekspresikan Dialog Para Tokoh dalam Pementasan Drama Dilihat dari Ketepatan Intonasi dengan isi dialog

18 No Nama Peserta Didik Skor 1 Aisanto Adam 20 2 Alimudin Lamato 23 3 Amat Nusi 20 4 Gunawan Ismail 20 5 Hendrik Ali 22 6 Ibrahim Pulubuhu 20 7 Iksan Kidamo 25 8 Faisal Palilati 20 9 Hendra Pakaya Mohamad Zulfikal Noval Humola Omi Kadir Pandi Uar Pebrianto Tangkudung Raplin Ibrahim Rizal Bialimo Sarip Kohu Sarip Polapa Yusuf Ibrahim Hestin Ibrahim Lilin Harun Maimun Hasan Nuryanti Umar 18

19 24 Ohlan Hamidun Rahayu Do e Riskawati Ismail Sulastri Pomalingo Sulis Patamani Susanti Yusuf Yulianti Hasan 22 Rata-rata 19,9 Data tabel 10 menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dilihat dari ketepatan intonasi dengan isi dialog memperoleh skor 25 berjumlah 2 orangdengan tingkat penguasaan 6,67%, yang memperoleh skor 23 berjumlah 2 orang dengan tingkat penguasaan 6,67%, yang memperoleh skor 22 berjumlah 4 orang dengan tingkat penguasaan 13,33%, yang memperoleh skor 21 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 20 berjumlah 13 orang dengan tingkat penguasaan 43,33%, yang memperoleh skor 18 berjumlah 4 orang dengan tingkat penguasaan 13,33%, dan yang memperoleh skor 15 berjumlah 4 orang dengan tingkat penguasaan 13,33%. d. Ketepatan Melafalkan Isi Dialog Kemampuan peserta didik kelas XI IPS-3 SMA Negeri 2 Kwandang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dengan ketepatan melafalkan isi dialog, dari 30 orang peserta didik yang mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dengan ketepatan intonasi dengan isi dialog memperoleh skor 25 berjumlah 1 orang, yang memperoleh skor 24 berjumlah 2 orang, yang memperoleh skor 22 berjumlag 3 orang, yang

20 memperoleh skor 21 berjumlah 3 orang, yang memperoleh skor 20 berjumlah 12 orang, yang memperoleh skor 18 berjumlah 6 orang, dan yang memperoleh skor 15 berjumlah orang Tabel 11 Kemampuan Mengekspresikan Dialog Para Tokoh dalam Pementasan Drama Dilihat dari Ketepatan Melafalkan Isi Dialog No Nama Peserta Didik Skor 1 Aisanto Adam 22 2 Alimudin Lamato 22 3 Amat Nusi 20 4 Gunawan Ismail 22 5 Hendrik Ali 20 6 Ibrahim Pulubuhu 20 7 Iksan Kidamo 24 8 Faisal Palilati 18 9 Hendra Pakaya Mohamad Zulfikal Noval Humola Omi Kadir Pandi Umar Pebrianto Tangkudung Raplin Ibrahim Rizal Bialimo Sarip Kohu Sarip Polapa Yusuf Ibrahim Hestin Ibrahim 20

21 21 Lilin Harun Maimun Hasan Nuryanti Umar Ohlan Hamidun Rahayu Do e Riskawati Ismail Sulastri Pomalingo Sulis Patamani Susanti Yusuf Yulianti Hasan 21 Rata-rata 19,43 Data tabel 11 menjukkan bahwa kemampuan peserta didik mementaskan drama dengan ketepatan melafalkan isi dialog dari 30 peserta didik. Yang memperoleh skor 25 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 24 berjumlah 2 orang dengan tingkat penguasaan 6, 67%, yang memperoleh skor 22 berjumlag 3 orang dengantingkat penguasaan 10%, yang memperoleh skor 21 berjumlah 3 orang dengan tingkat penguasaan 10%, yang memperoleh skor 20 berjumlah 12 orang dengan tingkat penguasaan 40%, yang memperoleh skor 18 berjumlah 6 orang dengan tingkat penguasaan 20%, dan yang memperoleh skor 15 berjumlah orang dengan tingkat penguasaan 10%. Berdasarkan hasil pemerolehan skor kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dilihat dari 4 aspek ketepatan mimik/gerak-gerik denga isi dialog, ketepatan nada/tekanan dengan isi dialog, ketepatan intonasi dan ketepatan melafalkan isi dialog. Secara keseluruhan kemampuan mengekspresiakan dialog para tokoh

22 dalam pementasan drama oleh peserta didik kelas XI IPS-3 SMA Negeri 2 Kwandang dapat dilihat pada tabel dihalaman berikut. Tabel 12 Kemampuan Mengespresikan Dialog Para Tokoh dalam Pementasan Drama oleh Peserta Didik Kelas XI IPS -3 SMA Negeri 2 Kwandang No Nama Peserta Didik Skor MG NT KT KM Total Tingkat Kemampuan 1 Aisanto Adam Tepat 2 Alimudin Lamato Sangat Tepat 3 Amat Nusi Tepat 4 Gunawan Ismail Tepat 5 Hendrik Ali Tepat 6 Ibrahim Pulubuhu Cukup 7 Iksan Kidamo Sangat Tepat 8 Faisal Paliluti cukup 9 Hendra Pakaya Cukup 10 Mohamad Zulfikal Tepat 11 Noval Humola Cukup 12 Omi Kadir Cukup 13 Pandi Umar Cukup 14 Pebrianto Tangkudung Kurang Tepat 15 Raflin Ibrahim Sangat Tepat 16 Rizal Bialimo Cukup 17 Sarip Kohu Kurang Tepat 18 Sarip Polapa Baik Tepat 19 Yusuf Ibrahim Cukup

23 20 Hestin Ibrahim Cukup 21 Lilin Harun Cukup 22 Maimun Hasan Cukup 23 Nuryanti Umar Cukup 24 Ohlan Amidun Cukup 25 Raharu Do e Cukup 26 Riskawati Ismail Tepat 27 Sulastri Pomalingo Cukup 28 Sulis Patamani Tepat 29 Susanti Yusuf Cukup 30 Yulianti Hasan Cukup Jumlah / 30 Rata-rata Cukup Data tabel 12 menujukkan bahwa secara keseluruhan kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama tes tahap II memperoleh hasil baik dan hanya beberapa orang yang memperoleh hasil yang belum maksimal atau masih kurang. Hasil ini disebabkan oleh kurangnya guru pengajar bahasa Indonesia. Dari 30 orang peserta didik yang memperoleh hasil sangat tepat berjumlah 3 orang, yang memperoleh hasil tepat berjumlah 4 orang, yang memperoleh hasil cukup berjulah 15 orang sedangkan yang memperoleh hasil kurang tepat berjumlah 8 orang. Berikut hasil perolehan peserta didik mengekspresika dialog para tokoh dalam pementasan drama oleh peserta didik, yang dilihat dari ketepatan mengekspresikan mimik/gerak-gerik sesuai denga isi dialog, ketepatan nada/tekanan dan isi dialog, ketepatan intonasi dengan isi dialog, dan ketepatan melafalkan isi dialog. Dilihat dari tes I dan tes II

24 kemampuan mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama oleh peserta didik kelas XI IPS-3 SMA Negeri 2 Kwandang dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 13 Kemampuan Mengkspresi Dialog Para Tokoh dalam Pementasan Drama (Tes Tahap I dan II) No Nama Peserta Didik Tes Tahap I Tes Tahap II TOTAL 1 Aisanto Adam Alimudin Lamato ,5 3 Amat Nusi Gunawan Ismail Hendrik Ali ,5 6 Ibrahim Pulubuhu Iksan Kidamo Faisal Palilati ,5 9 Hendra Pakaya Mohamad Zulfikal Noval Humola Omi Kadir Pandi Umar ,5 14 Pebrianto Tangkudung Raplin Ibrahim Rizal Bialimo Sarip Kohu ,5 18 Sarip Polapa Yusuf Ibrahim ,5 20 Hestin Ibrahim ,5

25 21 Lilin Harun Maimun Hasan Nuryanti Umar Ohlan Hamidun Rahayu Do e Riskawati Ismail Sulastri Pomalingo Sulis Patamani Susanti Yusuf ,5 30 Yulianti Hasan Data tabel 13 menunjukkan bahwa secara keseluruhan kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama oleh peserta didik kelas XI IPS- 3 SMANegeri 2 Kwandang tahap I dan 11, yang memperoleh skor 96 berjumlah 2 orang dengan tingkat penguasaan 6,67%, yang memperoleh skor 90,5 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 88,5 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 83 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 82 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 77 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 76 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 75 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 74 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 72,5 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 72 berjumlah 2 orang dengan tingkat penguasaan 6,67%, yang memperoleh skor 71,5 berjumlah 3 orang dengan tingkat penguasaan 10%, yang memperoleh skor 66 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan

26 3,33%, yang memperoleh skor 65 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 64,5 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33%, yang memperoleh skor 56,5 berjumlah 2 orang dengan tingkat penguasaan 6,67% dan yang memperoleh skor 54 berjumlah 1 orang dengan tingkat penguasaan 3,33% inilah hasil yang diperoleh peserta didik Kelas XI IPS-3 SMA Negeri 2 Kwandang. 4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Peserta Didik Mengekspresikan Dialog Para Tokoh dalam Pementasan Drama Hasil kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama rata-rata memperoleh kategori cukup. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor baik ditinjau dari segi guru, peserta didik, sarana dam prasarana, serta suasana kelas/sekolah. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh dari informasi sebagai berikut: Faktor Guru Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru bahasa Indonesia bahwa guru kurang memberikan latihan pementasan drama kepada peserta didik. Hal ini disebabkan oleh kurangnya guru pengajar bahasa Indonesia. Dikatakan kekurangan guru pengajar bahasa Indonesia karena guru bahasa Indonesia hanya 2 orang, sedangkan kelas yang diajar berjumlah 17 kelas dalam satu minggu. Sementara dalam waktu satu minggu tiap kelas guru tersebut harus 2 kali melaksanakan pembelajaran. Jadi setiap minggu dari 17 kali mengajar dan yang diajar dikali 2 yaitu 34 kali. Tiga puluh empat kali pertemuan ini dibahagi oleh dua orang guru bahasa Indonesia sisanya 17 kali atau 17 kelas. Memperhatikan kondisi guru tersebut, mengakibatkan kemampuan guru sangat terbatas bahkan keterampilan berbicara tidak diperatekan, tetapi hanya diberikan materi saja. Selain itu, pementasan drama untuk melihat kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh membutuhkan waktu yang banyak.

27 4.2.2 Faktor Peserta Didik Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan peserta didik diperoleh bahwa peserta didik masih malu-malu, tidak fokus pada pembelajaran. Selain itu peserta didik belum memahami materi yang dijarkan karena mereka hanya mencatat materi tentang hal-hal yang diperhatikan mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama. Terkadang peserta didik hanya mencatat apa yang disapaikan oleh guru dan yang ada di buku. Jadi, kemampuan mereka untuk praktek tidak terlatih dengan baik Faktor Sarana dan Prasarana Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bahwa, sarana dan prasarana yang ada di sekolah belum memadai, seperti laboratorium bahasa Indonesia, buku-buku yang menunjang pembelajaran bahasa Indonesian khususnya dalam bidang sastra masih sangat kurang. Misalnya buku tentang puisi, novel, atau naskah drama pun belum ada, sehingga guru pada saat pebelajaran drama hanya menggunakan buku panduan peserta didik dan tidak mengunakan buku penunjang yang mampu meningkatkan motivasi peserta didik Faktor Suasana Kelas/Sekolah Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, setiap kelas saat melakukan pembelajaran tidak tertata dengan baik, sehingga tidak menimbulkan semangat peserta didik untuk belajar. Selain itu, suasana sekolah juga belum menujang, dilihat dari fasilitas yang masih kurang karena sekolah masih baru atau baru dibangun. Apaligi saat hujan halaman tergenang air bahkan sampai di dalam ruangan pun tergenang air. Jadi, pembelajaran juga tidak maksimal. 4.3 Alternatif untuk Mengatasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Mengeksprsikan Dialog Para Tokoh dalam Pementasan Drama oleh Pserta Didik.

28 Alternatif untuk mengatasi faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama seperti yang telah disebutkan di atas, diuraikan sebagai berikut ini Guru Guru bahasa Indonesia perlu secara maksimal untuk melaksanakan seluruh KD mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama. Oleh karena itu pementasan drama ini membutuhkan waktu yang banyak, maka guru dapat memberikan naskah drama tersebut sehari atau dua hari sebelum jadwal pembelajaran. Dengan cara seperti itu, para peserta didik akan terbantu, dan menghapal isi naskah sehingga pada saat jadwal pembelajaran guru tinggal mengarahkan dan mempertegas hal-hal yang diperhatikan dalam mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama. Guru yang memegang mata pelajaran bahasa Indonesia harus ditambah untuk memaksimalkan pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Jika guru bahasa Indonesia kurang dikawatirkan guru bahasa Indonesia tersebut merasa jenuh atau lelah, sehingga mengakibatkan guru tersebut tidak maksimal dalam proses pembelajaran Peserta Didik Dalam KTSP yang berperan penting adalah peserta didik, dan proses belajar mengajar sifatnya komunikasi. Jadi peserta didik harus berperan penting atau aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik mencapai hasil yang maksimal atau mandapatkan hasil yang diharapkan Sarana dan Prasarana Untuk sarana dan prasaranna yang ada di sekolah perlu dilengkapi oleh pihak sekolah. Peserta didik akan berhasil dan termotivasi dengan belajar, jika sarana dan prasarana

29 menunjang dan memadai. Sarana dan prasarana sangat penting untuk menunjang keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar Suasana Kondisi ruangan kelas atau tempat belajar mengajar harus bersih dan nyaman. Kondisi ini bisa dimaksimalka oleh guru bersama-sama dengan peserta didik. Setiap peserta didik diberikan tanggung jawab untuk kebersihan ruangan di bawah koordinasi guru. 4.4 Pembahasan Hasil kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dilihat dari ketepatan anggota tubuh dengan isi dialog rata-rata dibawah nilai ketuntasan minimum. Data tersebut diperoleh dari hasil pementasan drama oleh peserta didik. Minimnya kemampuan peserta didik dalam mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dapat dilihat dari 3 faktor. Pertama adalah ketepatan gerak tubuh dengan isi dialog, gerak tubuh merupakan faktor penting dalam mendukung kejelasan isi dialog dalam pementasan drama. Gerak tubuh yang ditampilkan oleh peserta didik menoton atau tidak bervariasi. Selain itu, gerak tubuh yang ditampilkan kurang serasi dengan isi dialog. Kedua, ketepatan ekspresi wajah. penampilan ekspresi wajah dari peserta didik pada saat berdialog dengan tokoh lain masih kurang. Ekspresi wajah sangat penting dalam dalam berdialog karena faktor ini turut memberika makna dalam dialog para tokoh dalam pementasan drama. Ketiga, ketepatan intonasi dengan jeda. Kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dilihat dari intonasi dan jeda masih kurang. Intonasi dan jeda mengacu pada tekanan tinggi rendahnya suara/keras lembutnya suara. Hal ini penting diperhatikan dalam mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama, karena menentukan kejelasan makna dan isi dialog.

30 Berdasarkan deskripsi hasil kemampuan peserta didik mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama rata-rata cukup dan bahkan ada yang memperoleh kategori kurang baik. Hal tersebut terjadi dikarenakan ada faktor-faktor yang mempengaruhi, pertama, guru yang sangat minim dan banyak tanggung jawab sehingga tidak maksimal membelajarkan peserta didik. Kedua, peserta didik tidak konsentrasi dalam pentas bahkan masih malu-malu, faktor ini terjadi karena peserta didik belum pernah tampil atau praktek di depan orang banyak, sebab pembelajaran di sekolah masih mengunakan metode konvensional (ceramah dan tanya jawab). Ketiga, sarana dan prasarana yang sangat menunjang yaitu perpustakaan yang masih minimnya buku-buku yang berkaitan dengan kesastraan, khususnya tentang pementasan drama. Bahkan tempat untuk latihan pentas teaterpun tidak ada, yang seharusnya hal-hal seperti ini dapat diperhatikan oleh pihak sekolah dan yang terkait, untuk menambah kualitas pembelajaran di sekolah. Keempat, suasana kelas/sekolah yang belum memadai atau masih tahap perbaikan. Faktor-faktor di atas sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, maka upaya yang dapat dilakukan yakni ditinjau dari aspek guru, peserta didik, sarana/prasarana dan suasana. Untuk mencapai kualitas hasil pembelajaran yang oktimal di kelas, pada hakikatnya di pengaruhi oleh beberapa komponen seperti yang diungkapkan di atas. Namun demikian pihak guru perlu mengantisipasi secara oktimal dengan berbagai cara antara lain a. Guru perlu mempertimbangkan metode yang digunakan dalam KD mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam KD ini adalah metode bermain peran, sehingga peserta didik dapat mengekspresikan secara langsung dialog-dialog tersebut. Tidak cukup guru hanya menjelaskan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pementasan drama.

31 Fakto-faktor yang mempengaruhi seperti yang dipaparkan pada analisis data di halam sebelumnya, hal ini pun dapat diantisipasi dengan cara memberikan terlebih dahulu naskah kepada peserta didik untuk dipelajari dan dihayati oleh peserta didik. Hal ini akan membantu peserta didik dalam mengkspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama. b. Guru perlu mempertimbangkan media yang digunakan. Salah satu media yang dapat digunakan adalah media LCD. Melalui media LCD, guru dapat menampilkan contoh-contoh ekspresi dialog para tokoh dalam pementasan drama. Para peserta didik dapat secara langsung melihat bagaimana ketepatan gerak tubuh, ketepatan ekspresi wajah, dan ketepatan intonasi dan jeda serta ketepatan melafalkan dialog.

Kemampuan Mengekspresikan Dialog Para Tokoh dalam Pementasan Drama Oleh Peserta Didik Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Kwandang OLEH. Anak Agung B.

Kemampuan Mengekspresikan Dialog Para Tokoh dalam Pementasan Drama Oleh Peserta Didik Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Kwandang OLEH. Anak Agung B. Kemampuan Mengekspresikan Dialog Para Tokoh dalam Pementasan Drama Oleh Peserta Didik Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Kwandang OLEH Anak Agung B. Sudarjo Nim 311 409 009 Penulis 1. Dr. H. Moh. Karmin Baruadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa 1 BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Pembelajaran sastra dalam pelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu: prosa fiksi, puisi dan drama. Drama dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SD NEGERI CIPETE 1. Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Mei 2014

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SD NEGERI CIPETE 1. Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Mei 2014 69 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SD NEGERI CIPETE 1 Mata pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : V/2 Alokasi waktu : 2 x 35 Menit Pertemuan : 1 Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Mei

Lebih terperinci

Oleh Sri Rahayu

Oleh Sri Rahayu Efektivitas Metode Bermain Peran terhadap Kemampuan Mengekspresikan Dialogdalam Pementasan Dramapada Siswa Kelas XI SMALaksamana Martadinata Medan Tahun Ajaran 2013/2014 Oleh Sri Rahayu 209311077 ABSTRAK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki 7 III. METODE PENELITIAN. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MEMERANKAN DRAMA SISWA KELAS XI SMA N 1 SIBERUT UTARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN ARTIKEL ILMIAH EFENDI NPM.

KEMAMPUAN MEMERANKAN DRAMA SISWA KELAS XI SMA N 1 SIBERUT UTARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN ARTIKEL ILMIAH EFENDI NPM. KEMAMPUAN MEMERANKAN DRAMA SISWA KELAS XI SMA N 1 SIBERUT UTARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN ARTIKEL ILMIAH EFENDI NPM. 09080005 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Standar : Mendengarkan 9. Memahami pendapat dan informasi dari berbagai sumber dalam diskusi atau seminar 9.1 Merangkum isi pembicaraa n dalam suatu diskusi atau seminar

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa 5.1.1 Rencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil cipta yang mengungkapkan pribadi manusia berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu gambaran konkret yang

Lebih terperinci

SILABUS. Mendengarkan diskusi Merangkum seluruh isi pembicaraan. Menanggapi rangkuman yang dibuat teman. Mendengarkan pendapat seseorang

SILABUS. Mendengarkan diskusi Merangkum seluruh isi pembicaraan. Menanggapi rangkuman yang dibuat teman. Mendengarkan pendapat seseorang Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit Mendengarkan Standar si : 9. Memahami pendapat dan informasi dari berbagai sumber dalam diskusi atau seminar PEMAN KEGIATAN PEMAN INDIKATOR PENILAIAN WAKTU 9.1. Merangkum isi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: keterampilan A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut satu sama lain saling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan dalam mencapai suatu tujuan. Misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan metode serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (KTSP) mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (KTSP) mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (KTSP) mata pelajaran bahasa Indonesia menyebutkan bahwa fungsi utama bahasa adalah sarana peningkatan pengetahuan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN UNSUR INSTRINSIK DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2008/ 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Oleh Indah Fajrina

Oleh Indah Fajrina Pengaruh Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual) terhadap Kemampuan Bermain Drama pada Siswa Kelas XI MAN 1 Tanjung Pura Tahun Pembelajaran 2013/2014 Oleh Indah Fajrina 2102111011

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pelajaran 7

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pelajaran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pelajaran 7 Sekolah : SD dan MI Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : V/2 Standar Kompetensi : Mendengarkan 5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Supaya perubahan pada peserta didik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di dalamnya terdiri dari berbagai komponen, mulai dari perencanaan pembelajaran sampai pada evaluasi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter bangsa masa kini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ATM (AMATI, TIRU, DAN MODIFIKASI) BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI

PENERAPAN METODE ATM (AMATI, TIRU, DAN MODIFIKASI) BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN METODE ATM (AMATI, TIRU, DAN MODIFIKASI) BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI Rinrin Herlina 1, Prana Dwija Iswara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. intrinsik teks drama. Untuk mengetahui kemampuan peserta didik tersebut,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. intrinsik teks drama. Untuk mengetahui kemampuan peserta didik tersebut, 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang kemampuan peserta didik kelas VIII B SMP Negeri 1 Lemito Kabupaten Pohuwato mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menitik beratkan pada empat

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menitik beratkan pada empat 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menitik beratkan pada empat keterampilan berbahasa, meliputi membaca, menulis, menyimak, dan berbicara yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa yaitu, mendengarkan atau menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Keempat aspek tersebut saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak dan menjadikannya lebih tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai suatu genre sastra, drama mempunyai kekhususan dibanding genre puisi atau genre fiksi. Kesan dan kesadaran terhadap drama lebih difokuskan kepada

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nomor 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nomor 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nomor 1 Sekolah : SMA Titian Teras Jambi Mata pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : XI Semester : 1 Tahun pelajaran : 2009/2010 A. STANDAR KOMPETENSI : Mendengarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan selalu terjadi adanya proses belajar mengajar, baik itu disengaja maupun tidak disengaja, baik disadari maupun tidak disadari. Belajar tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, terdapat empat aspek kebahasaan yang harus dikuasai siswa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat untuk melakukan komunikasi dan bekerja sama dengan orang lain serta alat untuk mengidentifikasi diri. Bahasa memiliki peranan didalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode bermain peran dalam mengatasi masalah belajar siswa memerankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra ibarat bunga bahasa. Di dalamnya bahasa diracik dan dirangkai agar lebih indah, memukau dan ekspresif. Maka fungsinya secara umum sama dengan bahasa. Namun secara

Lebih terperinci

Timur, Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan Maret-Mei tahun

Timur, Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan Maret-Mei tahun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Peneletian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tapa, Kecamatan Bulango Timur, Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut satu sama lain

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : V (lima)/ II (dua) : 1 (satu) / siklus I

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : V (lima)/ II (dua) : 1 (satu) / siklus I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Namasekolah Mata pelajaran Kelas Waktu Pertemuan : SDN 3 Cibodas : Bahasa Indonesia : V (lima)/ II (dua) : 4x35 menit : 1 (satu) / siklus I A. Standar Kompetensi Berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial selalu berbahasa. Bahasa senantiasa digunakan manusia dalam komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan tindakan ini akan diuraikan tentang kondisi awal, siklus I dan siklus II. Kondisi awal yang merupakan gambaran faktual yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di SMA Negeri 2 Batu, pembelajaran sastra masih kurang maksimal untuk mengapresiasi pementasan drama. Hal ini terjadi karena dengan metode memutarkan video

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen antara lain komponen pendidik (guru), peserta didik (siswa), materi,

Lebih terperinci

BAB III. terdiri dari 15 laki-laki dan 10 perempuan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini

BAB III. terdiri dari 15 laki-laki dan 10 perempuan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini 48 BAB III HASIL PENELITIAN TENTANG KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BAHASA ARAB DENGAN MENERAPKAN METODE ROLE PLAYING (Bermain Peran) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN HIWAR SISWA DALAM BAHASA ARAB A. Deskripsi Setting

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Lebih terperinci

Silabus. 30 Silabus. Kompetensi Dasar. makna imbuhan. Unsur cerita (tokoh dan latar) Pembelajaran. Materi Pokok/ ter- Menuliskan kalimat

Silabus. 30 Silabus. Kompetensi Dasar. makna imbuhan. Unsur cerita (tokoh dan latar) Pembelajaran. Materi Pokok/ ter- Menuliskan kalimat 30 Silabus Silabus Sekolah : SD dan MI Kelas/Semester : V/2 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Tema : Kegiatan Standar : Mendengarkan 5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang guru mempersiapkan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Agar proses belajar tidak ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas dan di dalamnya terjadi pola interaksi antara guru dengan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas dan di dalamnya terjadi pola interaksi antara guru dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar dan mengajar yang berlangsung di dalam kelas dan di dalamnya terjadi pola interaksi antara guru dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian dengan melakukan tindakan-tindakan

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN MULOK BAHASA JAWA

MATA PELAJARAN MULOK BAHASA JAWA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MATA PELAJARAN MULOK BAHASA JAWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP... 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : SMP... Mata Pelajaran : Bahasa Daerah (Jawa) Kelas/

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekolah meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. sekolah meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa yang baik perlu dimiliki dan dipelajari oleh setiap orang. Kemampuan yang harus dimiliki siswa melalui pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 145 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun dapat dirinci beberapa simpulan berikut ini. Pertama, perencanaan pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan

Lebih terperinci

Sumber/Bahan/Alat (8) Tak Putus Dirundung. Alokasi (7) Waktu. Penilaian (6) Pembelajaran. Kegiatan (5) novel. Indikator (4) Mampu.

Sumber/Bahan/Alat (8) Tak Putus Dirundung. Alokasi (7) Waktu. Penilaian (6) Pembelajaran. Kegiatan (5) novel. Indikator (4) Mampu. Silabus Nama Sekolah :... Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : IX/2 Tema : Kepedulian Sosial Standar Kompetensi : 1. Mendengarkan Mamahami wacana sastra melalui kegiatan mendengarkan pembacaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Subyek yang menjadi penelitian

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN UNIT 5 9.1 Menyimpulkan pesan pidato/ ceramah/ khotbah yang didengar 10.1 Berpidato/ berceramah/ berkhotbah dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas 15.1 Mengidentifikasi

Lebih terperinci

Oleh: Rini Subekti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Rini Subekti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo PENERAPAN TEKNIK MENIRU MENGOLAH MENGEMBANGKAN (3M) DALAM PENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP MA ARIF KALIBAWANG WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Rini Subekti Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam memelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi oleh karena itu, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum KTSP. (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) saat ini menganut pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum KTSP. (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) saat ini menganut pendekatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) saat ini menganut pendekatan komunikatif, yaitu merupakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa mempunyai empat komponen keterampilan. Keempat keterampilan ini pada dasarnya merupakan suatu kesatuan dan dikenal dengan istilah catur-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak sehingga menjadikan anak lebih tanggap terhadap lingkungan di sekelilingnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah N. Yuli Mutiara, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah N. Yuli Mutiara, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang besar adalah bangsa yang menjunjung tinggi bahasanya. Bahasa resmi negara Republik Indonesia yaitu bahasa Indonesia yang juga merupakan bahasa nasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai Model, pendekatan, strategi, pembelajaran dan media pembelajaran Bahasa Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di BAB III PROSEDUR TINDAKAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di sekolah inilah penulis mengajar sejak tahun 1986 sekarang, di Jalan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 6 BULANGO SELATAN KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BULANGO Oleh

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 6 BULANGO SELATAN KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BULANGO Oleh 1 PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 6 BULANGO SELATAN KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BULANGO Oleh Hadijah Mohamad Pembimbingv I : Dr. Yusuf Jafar M.Pd Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan salah satu kegiatan

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 279 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dimiliki dan dikuasai oleh seseorang. Bahkan keberhasilan seseorang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara Indonesia diajarkan pada jenjang pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah menenengah atas. Bahasa Indonesia diajarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra mempunyai dua fungsi utama yaitu menyenangkan dan bermanfaat, atau lebih dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Siklus 1 a. Perencanaan Dalam tahap perencanaan ini tercakup kegiatan sebagai berikut : 1) Refleksi awal, yaitu peneliti melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan tersebut, menulis merupakan keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca dan menulis. Menulis merupakan kegiatan yang produktif

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca dan menulis. Menulis merupakan kegiatan yang produktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Prasiklus Kondisi prasiklus merupakan titik awal munculnya penelitian tindakan kelas ini. Kegiatan pra tindakan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengawali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk menyampaikan pikiran, ide, ataupun pendapat kepada orang lain. Melalui bahasa manusia dapat bekerja

Lebih terperinci

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik, NO KOMPETENSI UTAMA KOMPETENSI INTI 1 Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2. Menguasai teori belajar dan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Pengkajian

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Standar Guru C C2 C3 C4 C5 C6 Menggunakan secara lisan wacana wacana lisan untuk wawancara Menggunakan wacana lisan untuk wawancara Disajikan penggalan

Lebih terperinci

Kewirausahaan/ Indikator Pencapaian Kompetensi. Dan Karakter

Kewirausahaan/ Indikator Pencapaian Kompetensi. Dan Karakter RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I SEKOLAH : SMA Kartika Siliwangi XIX-1 MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia KELAS : X-IIS 2 SEMESTER : 1 A. Standar Kompetensi Membaca : 7. Memahami wacana sastra

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh: Eka Susilowati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan peneliti adalah metode Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya yang dilaksanakan oleh guru untuk

Lebih terperinci

Narasumber. (siswa) menit 2 x 40. Tentukan pola. Tulislah enam pokok laporan dari laporan. urutan laporan dan buktikan. dengarkan! yang kamu.

Narasumber. (siswa) menit 2 x 40. Tentukan pola. Tulislah enam pokok laporan dari laporan. urutan laporan dan buktikan. dengarkan! yang kamu. Sekolah : SMP/MTs... Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VIII/ Silabus Standar Kompetensi : Mendengarkan Memahami wacana lisan berbentuk laporan Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran

Lebih terperinci

Hemat Energi. Belajar Apa di Pelajaran 8? Menjelaskan isi drama dan memerankan drama melalui kegiatan mendengarkan

Hemat Energi. Belajar Apa di Pelajaran 8? Menjelaskan isi drama dan memerankan drama melalui kegiatan mendengarkan 8 Hemat Energi Bertelepon dan bermain drama hampir sama. Dalam dua kegiatan tersebut terdapat percakapan. Tahukah kamu bagaimana berbicara di telepon? Apa pula yang dinamakan drama itu? Belajar Apa di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk menggambarkan dan memberikan gejala-gejala,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan upaya yang dilakukan. aspek yang lain yang digunakan untuk mencapai tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan upaya yang dilakukan. aspek yang lain yang digunakan untuk mencapai tujuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar atau pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum dalam lembaga pendidikan agar siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dipengaruhi keberhasilan guru dan siswa itu sendiri, yang merupakan tokoh utama dalam kegiatan

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu, pelajaran

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMPN 1 UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMPN 1 UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMPN 1 UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MUSTOFA Universitas Negeri Malang E-Mail: Mustofagresik@gmail.com Pembimbing: (I) Dr. Heri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup dari penelitian.

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup dari penelitian. I. PENDAHULUAN Secara umum pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari sastra. Menurut Lukens

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari sastra. Menurut Lukens BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah termasuk salah satu mata pelajaran wajib dan selalu ada di setiap jenjang pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi dengan baik, secara lisan maupun tulisan. Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah terdiri atas keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah terdiri atas keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah terdiri atas keterampilan berbahasa dan bersastra. Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen, yakni: keterampilan

Lebih terperinci