ANALISA SITUASI TUBERKULOSIS (TB) Di Kabupaten Kebumen

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA SITUASI TUBERKULOSIS (TB) Di Kabupaten Kebumen"

Transkripsi

1 ANALISA SITUASI TUBERKULOSIS (TB) Di Kabupaten Kebumen Dalam Rangka Mempercepat Peningkatan Peran Seluruh Pemangku Kepentingan Daerah untuk Penanggulangan TB SR TB Aisyiyah Jawa Tengah 2014 i

2 TIM PENELITI ANALISA SITUASI TUBERKULOSIS (TB) KABUPATEN KEBUMEN No Nama Jabatan Instansi 1 Dra. Kanthi Pamungkas Sari, M.Pd Ketua UMMagelang 2 Ns. Priyo, S.Kep, M.Kep Anggota UMMagelang 3 Puguh Widiyanto, S.Kep, M.Kep Anggota UMMagelang 4 Hendri Tamara Yudha, S.Kep, M.Kep Anggota STIKes Muh Gombong 5 Isma Yuniar, S.Kep. M.Kep Anggota STIKes Muh Gombong Kontributor: NO NAMA INSTANSI 1 Dr. Purwati, MS UMMagelang 2 Dr. Suliswiyadi, M.Ag UMMagelang 3 Ns. H. Giatmo, S. Kep, M.Kep STIKes Muh Gombong 4 H. Sarwono, M.Kes STIKes Muh Gombong 5 Drs. H. Sabar Irianto Bappeda Kebumen 6 Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M.Kes Dinkes Kebumen 7 Hj. Srihadi SSR Kebumen ii

3 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas limpahan rahmatnya yang tiada putus-putusnya, maka peneliti dapat menyelesaikan Hasil analisis situasi Tuberkulosis (TB) di Kabupaten Kebumen. Terselesaikannya hasil analisa situasi ini berkat dorongan, bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, maka pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada 1. PR TB Care Aisyiyah selaku penyandang dana dalam penelitian Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen 2. Ketua dan seluruh anggota Majlis Dikti Muhammadiyah selaku tim pengarah yang memberikan masukan, dorongan, dalam penyusunan Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen 3. Dr. Listiatie Budi Utami selaku Quality Control Majlis Dikti Muhammadiyah 4. Rektor Universitas Muhammadiyah Magelang selaku penanggungjawab pelaksanaan kegiatan analisa situasi TB. 5. Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan kontribusi dan dorongan yang berarti dalam kegiatan ini. 6. Tim SR TB Care Aisyiyah Jawa Tengah, Tim SSR Aisyiyah Kabupaten Kebumen dan kadernya, Kepala Bappeda Kabupaten Kebumen, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen, Kepala BPPS Kabupaten Kebumen, beberapa Kepala Puskesmas di wilayah Kabupaten Kebumen, yang telah menyediakan waktu dalam memberikan masukan,informasi data dalam penyusunan analisa situasi TB ini. Semoga semua amal kebaikan diberi balasan pahala dari Allah SWT, dan hasil analisa situasi ini bermanfaat khususnya dalam rangka meningkatkan peran bagi seluruh pemangku kepentingan untuk menanggulangi TB Kabupaten Kebumen Kebumen, September 2014 Peneliti iii

4 Executive Summary ANALISA SITUASI TUBERKULOSIS (TB) DI KABUPATEN KEBUMEN Dalam Rangka Meningkatkan Peran Seluruh Pemangku Kepentingan Daerah untuk Penanggulangan TB" Analisa situasi TB ini diselenggarakan oleh Community TB-Care 'Aisyiyah bekerjasama dengan Majelis Pendidikan Tinggi Muhammadiyah, dan dilaksanakan oleh Universitas Muhammadiyah Magelang bersama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong. Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 bulan, sejak Juni 2014 hingga Agustus Pelaksanaan Analisa Situasi TB melibatkan instansi terkait dalam memenuhi keabsahan data, diantaranya adalah; Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kebumen, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kebumen, Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kebumen, 4 Puskesmas di wilayah Kabupaten Kebumen, Dokter Praktik Swasta, Kader Kesehatan, SSR Aisyiyah Kabupaten Kebumen, Relawan TB, Tokoh Agama Analisa Situasi TB ini bertujuan mendapatkan data dan melakukan analisa mengenai kondisi penyakit TB, kebijakan terkait TB, penganggaran daerah untuk penanggulangan TB, kondisi layanan termasuk akses terhadap layanan kesehatan terkait TB, dan para pemangku kepentingan dalam penanggulangan TB. Selain itu juga untuk mengidentifikasi isu-isu dan beberapa kemungkinan dalam rangka menguatkan penanggulangan TB di Kabupaten Kebumen. Kombinasi metodologi yang digunakan terdiri dari Analisa Profil, Disability Adjusted Life Year (DALY), Root Cause Analysis (RCA), dan Analisa Peran. Adapun proses penyusunan melalui tiga tahapan yaitu: 1) asesmen, 2) analisa, dan 3) action Hasil Analisa Situasi Penduduk dan TB Secara administratif Kabupaten Kebumen terbagi menjadi 26 Kecamatan yang terdiri dari 460 desa dan kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Kebumen adalah 1.281,12 km2. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Karanggayam dengan luas wilayah ,00 Ha atau 109,29 km2. Memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa. Sehingga rata-rata kepadatan penduduk per km2 sebesar 918,47 jiwa per km2. Namun persebaran penduduk tersebut tidak merata, tiga kecamatan yang paling padat penduduknya pada tiga tahun terakhir adalah 1) Kecamatan Kebumen (2.882,5 jiwa/km²) 2) Kecamatan Gombong (2.424,9 jiwa/km²) dan 3) Kecamatan Pejagoan (1.403,4 jiwa/km²). Dari ketiga kecamatan tersebut, di Kecamatan Gombong khususnya UPK Puskesmas Gombong I memiliki prevalensi tertinggi (179,8/ penduduk) jika dibandingkan dengan kecamatan yang lainnya maupun prevalensi daerah (58,06/ penduduk). Untuk dua kecamatan lainnya masih di bawah prevalensi daerah. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, angka insiden TB Paru di Kabupaten Kebumen memiliki keterkaitan dengan kondisi sosial ekonomi penduduk. Saat ini angka insiden TB Paru sebesar 55,51/ penduduk. Pada iv

5 tahun 2013, tiga kecamatan peringkat teratas adalah Kecamatan Gombong, Kecamatan Karanggayam dan Kecamatan Sempor. Dari data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen 2013, jumlah masyarakat miskin dan hampir miskin di Kabupaten Kebumen sejumlah jiwa. Ketiga kecamatan tersebut mempunyai jumlah penduduk kategori miskin dan hampir miskin cukup tinggi yaitu Kecamatan Gombong sebesar ; Kecamatan Karanggayam sebesar ; dan Kecamatan Sempor sebesar Masyarakat miskin dan hampir miskin di sini termasuk kelompok rentan terpapar penyakit TB. Kasus TB selama tiga tahun terakhir ( ) sebagian besar berada di usia produktif (usia tahun), yaitu sebesar 80,1%. Selebihnya adalah usia nonproduktif. Nilai kerugian ekonomi akibat TB di Kabupaten Kebumen pada tahun 2013 sebesar Rp dan persentase DALY Kabupaten Kebumen adalah 5,023 %. Perhitungan tersebut belum termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk transportasi dan biaya tak langsung lainnya yang hilang akibat menderita TB. Infrastruktur Pelayanan Kesehatan Pada tahun 2013 jumlah rumah sakit di Kabupaten Kebumen sebanyak 13 unit, yang terdiri atas RSU berjumlah 10 unit dan RSK. 35 puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Kebumen terdiri 10 puskesmas perawatan dan 25 puskesmas non perawatan. Jumlah tenaga kesehatan: 45 dokter spesialis, 122 dokter umum, 735 bidan, 999 perawat, 108 tenaga farmasi, 55 tenaga gizi, 24 tenaga kesehatan masyarakat, 53 tenaga sanitasi, 136 teknisi medis, 10 tenaga fisioterapis. Salah satu jenis upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang telah sejak lama dikembangkan dalam masyarakat adalah posyandu. Posyandu dalam menjalankan fungsinya, diharapkan dapat melaksanakan 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Sampai tahun 2013 jumlah posyandu yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan kesehatan, Dinkes Kabupaten Kebumen mengacu pada SK Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota; Perbup Kebumen Nomor 69 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen dan SK Bupati Kebumen Nomor 050/293/KEP/2011 tentang Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan Kabupaten Kebumen pada Dinkes Kabupaten Kebumen Tahun Anggaran Kesehatan dan Kebijakan Terkait Program Penanggulangan TB Pembiayaan dari seluruh program Dinkes bersumber dari pemerintah. Anggaran pemerintah bersumber dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, PHLN (Pinjaman/Hibah Luar Negeri). Total anggaran kesehatan di Kabupaten Kebumen pada tahun 2011 sebesar Rp (4,86% dari APBD Kabupaten), pada tahun 2012 sebesar Rp. 81,149,651,000 ( 15,26% dari APBD Kabupaten), dan pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 88,631,616,908 v

6 (5,21%). Anggaran untuk program unggulan Bidang PMK selama tiga tahun terakhir ini secara kuantitas mengalami peningkatan. Anggaran tahun 2011 adalah sebesar Rp ; tahun 2012 sebesar Rp dan tahun 2014 sebesar Rp Penanganan TB Paru adalah termasuk di dalamnya. Pada tahun 2013 angka penemuan kasus TB Paru BTA+ di Kabupaten Kebumen yaitu 51,88%. Masih jauh jika dibandingkan target Kabupaten Kebumen yaitu 70%, secara langsung hal ini disebabkan: sumber daya tenaga kesehatan yang menangani kasus TB terbatas dan kesadaran pasien untuk periksa rendah. Penyebab tidak langsungnya: pendanaan terbatas, kerjasama lintas sektoral masih minim, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB Paru, nilainilai budaya setempat, tingkat pendidikan rendah, peran kader belum optimal, kemiskinan, toga-tomas kurang terlibat, SOP penanganan TB belum ada atau yang ada tingkat kepatuhannya belum optimal. Penyebab dasarnya: belum ada peraturan daerah dan kebijakan dasar tentang penanggulangan TB secara komprehensif yang melibatkan lintas sektoral di Kabupaten Kebumen. Kemudian Succes rate saat ini masih di bawah standar yaitu 84,54%. Permasalahan ini secara langsung disebabkan oleh terlambat mengambil keputusan untuk berobat dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan. Penyebab tidak langsungnya: kurang pengetahuan tentang TB, gizi buruk, nilainilai budaya setempat, jarak jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan, kondisi geografis yang sulit, peran kader kurang optimal, peran PMO kurang optimal, SOP penanganan TB belum ada atau yang ada tingkat kepatuhannya belum optimal. Penyebab dasarnya: belum ada peraturan daerah dan perkebijakan dasar tentang penanggulangan TB secara komprehensif yang melibatkan lintas sektoral. Angka kematian akibat TB menunjukan tren meningkat pada kurun waktu tiga tahun terakhir ( ). Penyebab langsungnya: kekebalan tubuh menurun dan pengobatanya terhenti. Penyebab tidak langsungnya: kurangnya pengetahuan tentang TB, peran PMO kurang optimal,, gizi buruk, lingkungan tempat tinggal dan/lingkungan kerja tidak sehat, pola hidup yang tidak sehat, aktifitas fisik yang tidak sehat, kerjasama lintas sektoral penanganan TB belum dilaksanakan, anggaran penanganan TB masih sangat terbatas, SOP penanganan TB belum ada atau yang ada tingkat kepatuhannya belum optimal. Penyebab dasarnya: peraturan daerah dan kebijakan dasar penanggulangan penyakit menular secara komprehensif yang melibatkan lintas sektoral belum ada. Saat ini Kepala Dinkes Kabupaten Kebumen telah mengeluarkan SK Nomor: 188.4/036/keb/2014 tentang Pembentukan Pokja Publik Privat Mix (PPM) yang melibatkan lintas sektoral untuk penanggulangan TB di daerah. Guna penguatan fungsi kelembagaan, pengembangan program dan mitra jejaring perlu adanya peraturan daerah atau peraturan bupati yang mendukungnya. Hal ini sangat diperlukan karena penanggulangan TB tidak dapat hanya diselesaikan melalui aspek kesehatan saja, namun peningkatan pemberdayaan masyarakat pada aspek ekonomi, sosial juga memiliki peran penting dalam upaya memutus mata rantai potensi penularan penyakit TB. Kerjasama dengan berbagai pihak termasuk diantaranya perguruan tinggi melalui kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat secara berkesinambungan dapat mengurangi beban yang harus ditanggung oleh pemerintah daerah. vi

7 DAFTAR SINGKATAN AIDS AKMS APBN/D AP ARTI Bapelkes BCG BLK BTA BP4 BUMN CDR CNR DOTS DPRD DPS DST HIV IAKMI IBI IDAI IDI IUATLD JSK KBNP KBPP KDT KG KKNP KKPP Km KPP Lapas Lfx LP LSM LPLPO MDG MDR / XDR Mfx MOTT OAT = Acquired Immune Deficiency Syndrome = Advokasi Komunikasi dan Mobilisasi Sosial = Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara/Daerah = Akhir Pengobatan = Annual Risk of TB Infection = Balai Pelatihan Kesehatan = Bacillus Calmette et Guerin = Balai Laboratorium Kesehatan = Basil Tahan Asam = Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru = Badan Usaha Milik Negara = Case Detection Rate\ = Case Notification Rate = Directly Observed Treatment, Shorcourse chemotherapy = Dewan Perwakilan Rakyat Daerah = Dokter Prakter Swasta = Drug Sensitivity Testing = Human Immunodeficiency Virus = Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia = Ikatan Bidan Indonesia = Ikatan Dokter Anak Indonesia = Ikatan Dokter Indonesia = International Union Against TB and Lung Diseases = Jaminan Sarana Kesehatan = Kesalahan besar negatif palsu = Kesalahan besar positif palsu = Kombinasi Dosis Tetap = Kesalahan Gradasi = Kesalahan kecil negatif palsu = Kesalahan kecil positif palsu = Kanamycin = Kelompok Puskesmas Pelaksana = Lembaga Pemasyarakatan = Levofloxacin = Lapang Pandang = Lembaga Swadaya Masyarakat = Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat = Millenium Development Goals = Multi Drugs Resistance / extensively Drugs Resistance = Moxifloxacin = Mycobactrium Other Than Tuberculosis = Obat Anti Tuberkulosis vii

8 Ofl PAPDI PCR PDPI PHLN PME PMK PMI PMO POA POGI POM PPM PPM PPNI PPTI PRM PS PSDM K Pto Puskesmas Pustu RSP RTL Rutan SDM SKRT TB TNA UPK WHO Yankes = Ofloxacin = Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia = Poly Chain Reaction = Perhimpunan Dokter Paru Indonesia = Pinjaman Hibah Luar Negeri = Pemantapan Mutu Eksternal = Pengendalian Masalah Kesehatan = Pemantapan Mutu Internal = Pengawasan Minum Obat = Plan of Action = Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia = Pengawasan Obat dan Makanan = Puskesmas Pelaksana Mandiri = Public Private Mix = Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia = Perhimpunan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia = Puskesmas Rujukan Mikroskopis = Puskesmas Satelit = Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan = Prothionamide = Pusat Kesehatan Masyarakat = Puskesmas Pembantu = Rumah Sakit Paru = Rencana Tindak Lanjut = Rumah tahanan = Sumber Daya Manusia = Survei Kesehatan Rumah Tangga = Tuberkulosis = Training Need Assessment = Unit Pelayanan Kesehatan = World Health Organization = Pelayanan Kesehatan viii

9

10 PETA KABUPATEN KEBUMEN x

11 DAFTAR ISI Halaman Halaman Sampul Tim Peneliti Analisa Situasi Kata Pengantar Executive Summary Daftar Singkatan Lembar Penegasan Peta Kabupaten Kebumen Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel i ii iii iv vii ix x xi xiii xiv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Proses Penyusuanan Manfaat 6 BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH Wilayah Geografis Keadaan Demografi Keadaan Ekonomi dan Lingkungan Sumber Daya Kesehatan Anggaran dan Kebijakan Pemerintah tentang TB Paru Prevalensi Penderita TB Paru 20 BAB III METODOLOGI Tinjauan Situasi Analisa Analisa Profil Analisa Disability Adjusted Live Years (DALY) Analisa Akar Masalah/ Root Cause Analysis (RCA) Analisa Peran Rekomendasi Aksi dan Advokasi 24 BAB IV HASIL ANALISA SITUASI Tinjauan Situasi Perumusan Masalah Penggambaran Besarnya Permasalahan Analisa Situasi Analisa Profil 28 xi

12 4.2.2.Analisa Disability Adjusted Live Years (DALY) Analisa RCA Analisa Peran 46 BAB V REKOMENDASI RENCANA DAN ADVOKASI Rekomendasi Rencana Aksi Utama Rencana Aksi Utama Untuk Penderita TB Paru Rencana Aksi Utama Untuk Keluarga dan PMO Rencana Aksi Utama Untuk Stakeholders Rencana Aksi Utama Untuk Petugas Kesehatan Rencana Aksi Utama Dinkes/ Bapeda/Bupati/DPRD Rekomendasi Potensi Kemitraan Prioritas Pertama Prioritas Kedua Prioritas Ketiga Prioritas Keempat Rekomendasi Rancangan Program Aktivitas di Tingkat Daerah Aktivitas di Tingkat Kecamatan 60 BAB VI PENUTUP Analisa Profil Analisa DALY Analisa RCA Analisa Peran Rekomendasi 67 DAFTAR PUSTAKA 68 LAMPIRAN 69 xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011, 2012, 2013 Halaman 10 Gambar 2 Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Melek Huruf dan 13 Berpendidikan Tinggi SMP+ di Kabupaten Kebumen Tahun 2011, 2012, 2013 Gambar 3 Persentase Rumah Tangga ber PHBS dan Rumah Sehat di 15 Gambar 4 Kabupaten Kebumen Tahun 2011, 2012, 2013 RCA Penemuan Kasus TB Paru di Bawah Standar 32 Gambar 5 Gambar 6 RCA Succes Rate di Bawah Standar RCA Angka Kematian Akibat TB Paru Meningkat Gambar 7 Pemetaan Pemetaan Jaringan Stakeholders Prioritas Pertama 53 Gambar 8 Pemetaan Pemetaan Jaringan Stakeholders Prioritas Kedua 54 Gambar 9 Pemetaan Pemetaan Jaringan Stakeholders Prioritas Ketiga 56 Gambar 10 Pemetaan Pemetaan Jaringan Stakeholders Prioritas Keempat 57 xiii

14 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk dan 8 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Kebumen Tahun 2013 Tabel 2 Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten serta 9 Fasilitas Angkutan Umum yang Tersedia Tabel 3 Tiga Kecamatan Terpadat di Kabupaten Kebumen Tahun 2011, , 2013 Tabel 4 Jumlah Sumber Daya Kesehatan di Kabupaten Kebumen Tahun , 2012, 2013 Tabel 5 Alokasi Anggaran Kesehatan Kabupaten Kebumen berdasarkan 19 Tabel 6 Sumber Dana Tahun 2011, 2012, 2013 Jumlah Kasus Baru TB Paru dan Kematian Akibat TB Paru 21 Tabel 7 Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Puskesmas Kabupaten Kebumen Tahun 2013 Matrik Prioritas Masalah TB Paru Kabupaten Kebumen 27 Tabel 8 Angka Insiden, Prevalensi, Kematian, Kasus Klinis BTA+, 29 Pengobatan, CDR, Succes Rate TB Paru di Kabupaten Tabel 9 Kebumen Tahun 2011, 2012, 2013 Kerugian Ekonomi Karena TB Paru Kabupaten Kebumen Tabel 10 Analisa Kesenjangan Kapasitas Pemegang Peran Penderita TB, 46 Keluarga PMO, Stakeholders, Petugas Kesehatan dan Tabel 11 Dinkens/Bapeda/Bupati/DPRD Rekomendasi Rencana Aksi Utama 51 Tabel 12 Pemetaan Jaringan Stakeholders Skema Prioritas 52 Tabel 13 Rekomendasi Rancangan Program 58 Tabel 14 Matrik Longframe Perbaikan Program Penanggulangan TB Kabupaten Kebumen 62 xiv

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyebab kematian utama di banyak negara-negara berkembang. Diperkirakan sekitar 2,7 juta jiwa meninggal karena TB setiap tahunnya di seluruh dunia. Jumlah wanita usia reproduktif yang meninggal karena TB lebih banyak dari sebab-sebab yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Oleh karena TB banyak dijumpai pada golongan usia produktif (15-59 tahun) penyakit ini bertanggungjawab atas 2 hingga 4 dari beban penyakit nasional di banyak negara berkembang. Di negara maju, kecenderungan kesakitan dan kematian karena TB Paru yang selama ini menurun, mulai tahun 1980 an menunjukan kenaikan terutama di negara dengan banyak kasus infeksi HIV/AIDS. Sejak tahun 1989 muncul wabah multi-drug resistant pada penderita TB Paru yang banyak dikaitkan dengan tingkat kematian tinggi. Hampir dua dekade terakhir penanggulangan TB seolah-olah dilalaikan masyarakat internasional karena tidak termasuk dalam program prioritas TB adalah masalah kesehatan dimana Indonesia cukup memberikan kontribusi ke tingkat dunia. Dibuktikan dengan saat ini berada pada peringkat empat dengan beban TB tertinggi dunia, yaitu setelah China, India, dan Afrika Selatan. Per tahun 2012 angka prevalensi TB Paru adalah /tahun atau berarti menjadi 83 kasus baru per jam dan angka kematian akibat TB sebesar orang/tahun atau 8 kematian akibat TB perjam. Indonesia merupakan negara dengan percepatan peningkatan epidemi HIV yang tertinggi di antara negara-negara di Asia. Secara nasional, angka estimasi prevalensi HIV pada populasi dewasa adalah 0,2%. Sejumlah 12 provinsi telah dinyatakan sebagai daerah prioritas untuk intervensi HIV dan estimasi jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia sekitar Estimasi nasional prevalensi HIV pada pasien TB adalah 2.8%. Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 1

16 Angka MDR-TB diperkirakan sebesar 2% dari seluruh kasus TB baru dan 20% dari kasus TB dengan pengobatan ulang. Diperkirakan terdapat sekitar kasus MDR TB setiap tahunnya. Strategi Nasional program pengendalian TB dengan visi Menuju Masyarakat Bebas Masalah TB, Sehat, Mandiri dan Berkeadilan. Strategi tersebut bertujuan mempertahankan kontinuitas pengendalian TB Paru periode sebelumnya. Untuk mencapai target yang ditetapkan dalam strategi nasional, telah disusun delapan Rencana Aksi Nasional yaitu : 1) Public- Private Mix untuk TB; 2) Programmatic Management of Drug Resistance TB; 3) Kolaborasi TB-HIV; 4) Penguatan Laboratorium; 5) Pengembangan Sumber Daya Manusia; 6) Penguatan Logistik; 7) Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial; dan 8) Informasi Strategis TB. Rencana Aksi nasional tersebut menjadi ujung tombak Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Kementerian Kesehatan telah merumuskan enam strategi utama, meliputi: a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerja sama nasional dan global b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif c. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional; d. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu; e. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan; dan f. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 2

17 Guna mencapai hasil yang optimal, Rencana Strategis dan Rencana Aksi Nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah diteruskan pada provinsi sampai dengan tingkat daerah. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor: 565/MENKES/PER/III/2011 tentang Strategi Nasional Pengendalian Tuberkolusis pada pasal 5 pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam menjalankan peran : a. Perencanaan di tingkat kabupaten/kota; b. Mendorong ketersediaan dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia; c. Membantu pengadaan dan distribusi obat, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan lainnya yang diperlukan; d. Koordinasi dan kemitraan kegiatan pengendalian tuberkulosis dengan institusi terkait; e. Monitoring, evaluasi, dan bimbingan teknis kegiatan pengendalian tuberkulosis; f. Koordinasi dan kemitraan kegiatan pengendalian tuberkulosis dengan antar program dan institusi terkait; g. Pemantapan mutu laboratorium tuberkulosis; dan h. Pencatatan dan pelaporan. Setiap daerah akan merespon secara positif namun implementasinya akan sangat tergantung dengan daya dukung dari berbagai pihak dalam mewujudkan Masyarakat Bebas Masalah TB, Sehat, Mandiri dan Berkeadilan. Termasuk di diantaranya adalah Kabupaten Kebumen. Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Kebumen sebagaimana yang termaktub dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kebumen tahun adalah: Mewujudkan Kebumen Sehat 2015 melalui pelayanan yang terjangkau dan berkualitas, didukung lingkungan sehat dan kemandirian masyarakat. Selanjutnya dalam rangka mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen selama kurun waktu tersebut, maka ditetapkan Misi yaitu : Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 3

18 1. Merumuskan kebijakan dan memantapkan manajemen untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan. 2. Menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara merata, terjangkau dan bermutu bagi seluruh masyarakat. 3. Mendorong terwujudnya kondisi lingkungan sehat dan perilaku hidup sehat dalam mengendalikan dan mencegah penyakit serta penanggulangan kejadian luar biasa, bencana dan masalah kesehatan. 4. Menggerakkan kemitraan dan peran serta masyarakat dalam mewujudkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat 5. Mewujudkan sistem pembiayaan kesehatan masyarakat. 6. Meningkatkan mutu sumber daya manusia kesehatan melalui regulasi kesehatan dan pengembangan profesionalisme 7. Mewujudkan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata, terjangkau serta pembinaan dan pengendalian bidang farmasi, makanan minuman dan perbekalan kesehatan. 8. Mengembangkan sistem informasi kesehatan terpadu dan penelitian kesehatan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam manajemen kesehatan Salah satu isu strategis yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan maupun masyarakat Kabupaten Kebumen adalah angka kesakitan dan kematian penyakit menular dan tidak menular masih tinggi. Penyakit-penyakit menular/infeksi sampai saat ini belum semua dapat diatasi, disisi lain angka kesakitan dan kematian beberapa penyakit tidak menular dan degeratif cenderung meningkat. Hal tersebut juga diperparah dengan kondisi rendahnya kualitas dan cakupan kesehatan lingkungan masyarakat. Cakupan sanitasi dasar seperti cakupan jamban keluarga, cakupan sarana pembuangan air limbah rendah, serta proporsi rumah sehat masih rendah. Permasalahan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular khusus TB pada umumnya berkaitan dengan isu utama antara lain pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap TB masih rendah, terbatasnya kualitas fasilitas maupun pelayanan yang memadai bagi masyarakat, Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 4

19 pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan belum digarap dengan optimal, terbatasnya kemampuan manajemen kesehatan, meliputi pengelolaan administrasi dan hukum kesehatan. Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen bertujuan untuk melakukan kajian terhadap kondisi penanggulangan penyakit TB secara komprehensif dengan menghubungkan berbagai aspek yang terkait lainnya. Berdasarkan hasil analisa situasi tersebut dapat dijadikan rekomendasi agar upaya mengatasi permasalahan TB secara optimal Tujuan Analisa situasi TB Kabupaten Kebumen ini bertujuan: Mendapatkan data-data situasi TB Kabupaten Kebumen yang digunakan untuk melakukan, Analisa Profil, Analisa Akar Masalah/ Root Cause Analysis (RCA), Analisa Disabillity Adjusted Live Years (DALY) dan Analisa Peran Menyusun rekomendasi aksi kunci/ tindakan dari hasil beberapa metode analisa masalah program penanggulangan TB Mendukung strategi pengendalian TB pemerintah Kabupaten Kebumen dalam rangka mempengaruhi perilaku dan pemberdayaan masyarakat, menggunakan sumberdaya dan jaringan kerja potensial untuk mencari dan mendapatkan dukungan dari masyarakat, LSM, Organisasi Sosial, dunia usaha dan pemerintah Proses penyusunan Pelaksana Analisa Situasi Kebijakan untuk Tuberkulosis adalah Tim dari Perguruan Tinggi yang sudah diseleksi oleh Tim Quality Control dari Majelis DIKTI PP Muhammadiyah dan PP Aisyiyah. Penyusunan Analisa Situasi TB terdiri dari tiga tahap Asesmen, merupakan proses pengumpulan data-data sekunder dengan melakukan tinjauan atau penilaian situasi awal terhadap data, fakta, fenomena dan kesenjangan data Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 5

20 Analisa, merupakan proses check, re check dan cross check data sekunder di lapangan dan analisa data-data yang diperoleh Action, merupakan proses merekomendasikan tindakan berdasarkan analisa data, kemudian melakukan perancangan program lebih lanjut Manfaat Hasil Analisa Situasi TB Kabupaten Kebumen dapat digunakan sebagai masukan dan kajian bagi penyusunan perencanaan jangka pendek, menengah maupun panjang baik bagi pemerintah maupun stakeholders dalam penanggulangan TB Hasil Analisa Situasi akan digunakan oleh Community TB Care 'Aisyiyah dalam Advokasi Penanggulangan TB di Kabupaten Kebumen. Diantaranya berupa: a) Bahan dasar Policy Paper untuk kebijakan dan penganggaran di tingkat daerah b) Materi audiensi dan lobby c) Materi konferensi pers d) Materi bahan Komunikasi- Informasi-Edukasi (KIE) Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 6

21 BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH 2.1. Wilayah Geografis Kabupaten Kebumen merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Provinsi JawaTengah yang mempunyai luas wilayah ,50 hektar atau 1.281,11 km2, terletak pada posisi garis lintang LS dan BT dengan batas batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Barat : Kabupaten Cilacap dan Banyumas 2. Sebelah Timur : Kabupaten Purworejo 3. Sebelah Utara : Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara 4. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Kabupaten Kebumen merupakan daerah lintas jalur Selatan Pulau Jawa dengan topografi 70% merupakan daerah pegunungan dan 30% lainnya merupakan daerah dataran rendah dan pantai dengan ketinggian permukaan tanah dan air laut berkisar 5-91 meter. Sebagian besar wilayah terletak pada ketinggian di bawah 40 meter. Pada umumnya yang mempunyai ketinggian di atas 50 meter berada di wilayah Kabupaten Kebumen sebelah Utara bagian barat (Sempor 66 meter dan Karanggayam 91 meter). Secara klimatologi curah hujan di Kabupaten Kebumen rata-rata 239 mm/bulan dengan hari hujan rata-rata 8 hari. Suhu terendah terjadi di stasiun pemantauan Wadaslintang pada bulan Agustus dengan suhu sekitar 15,6º C tercatat dengan rata-rata kelembaban udara setahun 82,00 % dan kecepatan angin 1,31 meter/detik. Sedangkan pada stasiun pemantauan Sempor suhu terendah 21,20º C terjadi pada bulan Agustus dengan rata-rata kelembaban udara setahun 80,00 % dan kecepatan angin 2,37 meter/detik. Secara administratif Kabupaten Kebumen terbagi menjadi 26 Kecamatan yang terdiri dari 460 desa dan kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Kebumen adalah 1.281,12 km2. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Karanggayam dengan luas wilayah ,00 Ha atau 109,29 km2. Rata-rata kepadatan penduduk per km2 sebesar 918,47 jiwa per km2. Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 7

22 Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Kebumen Tahun 2013 No Kecamatan Luas (km2) Desa/ Kelurahan penduduk Kepadatan Penduduk per km2 1 Ayah 76, ,23 2 Buayan 68, ,05 3 Puring 61, ,36 4 Petanahan 44, ,20 5 Klirong 43, ,90 6 Bulupesantren 48, ,88 7 Ambal 62, ,36 8 Mirit 52, ,31 9 Bonorowo 20, ,07 10 Prembun 22, ,90 11 Padureso 28, Kutowinangun 33, ,23 13 Alian 57, ,63 14 Poncowarno 27, ,62 15 Kebumen 42, ,45 16 Pejagoan 34, ,38 17 Sruweng 43, ,63 18 Adimulyo 43, ,83 19 Kuwarasan 33, ,35 20 Rowokele 53, ,78 21 Sempor 100, ,61 22 Gombong 19, ,90 23 Karanganyar 31, ,43 24 Karanggayam 109, ,08 25 Sadang 54, ,6 26 Karangsambung 65, , , ,47 Sumber: BPS Kabupaten Kebumen Jarak terjauh antara ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan adalah Kecamatan Padureso (38 km) Kecamatan Puring (37,5 km) dan Kecamatan Rowokele (35 km). Jarak yang beragam akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Semakin jauh dari ibukota kabupaten maka semakin dibutuhkan sarana transportasi yang memadai guna mendukung mobilisasi masyarakat pada bidang pendidikan, politik, kesehatan, industri, perdagangan dan sebagainya. Berikut tabel terkait jarak antara ibukota kecamatan-kecamatan yang ada dengan ibukota kabupaten beserta fasilitas angkutan umum yang tersedia. Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 8

23 Tabel 2 Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten serta Fasilitas Angkutan Umum yang Tersedia No Kecamatan Jarak Fasilitas Kendaraan Melalui (km) Umum yang Tersedia 1 Ayah 37 Minibus, Bus Rowokele Kebumen 2 Buayan 31 Minibus, Bus Rogodono Kebumen 3 Puring 37,5 Angkudes, Bus Sidobunder Kebumen 4 Petanahan 15 Angkudes, Bus Grogol Beningsari - Kebumen 5 Klirong 10 Minibus, Angkot Kaliwungu Kebumen 6 Buluspesantren 14 Angkudes Tambakrejo - Kebumen 7 Ambal 20 Angkudes, Minibus Pucangan - Kebumen 8 Mirit 28 Angkudes, Minibus Karanggede Kebumen 9 Bonorowo 25 Angkudes, Bus Prembun - Kebumen 10 Prembun 21 Minibus, Bus Kutowinangun - Kebumen 11 Padureso 38 Minibus, Bus Prembun - Kutowinangun Kebumen 12 Kutowinangun 12 Minibus, Bus Pekunden Kebumen 13 Alian 12 Angkudes Kalijirek Kebumen 14 Poncowarno 13 Angkudes Sruni - Kebumen 15 Kebumen 0 Angkudes Kebumen 16 Pejagoan 2 Angkudes Pejagoan Kebumen 17 Sruweng 6 Minibus, Bus Pejagoan Kebumen 18 Adimulyo 19 Angkudes Karanganyar Kebumen 19 Kuwarasan 28 Angkudes, Minibus Gombong Kebumen 20 Rowokele 35 Minibus Bumiagung Kebumen 21 Sempor 29 Angkudes, Minibus Gombong Kebumen 22 Gombong 21 Minibus, Bus Karanganyar - Sruweng - Pejagoan - Kebumen 23 Karanganyar 14 Minibus, Bus Sruweng - Pejagoan - Kebumen 24 Karanggayam 19 Angkudes Karanggayam Kebumen 25 Sadang 33 Angkudes, Minibus Karangsambung Kebumen 26 Karangsambung 20 Angkudes, Minibus Karangsambung - Kebumen Sumber Data: Kabupaten Kebumen dalam Angka Tahun 2011 Adapun analogi pembagian dan pemanfaatan lahan di Kabupaten Kebumen dirinci sebagai berikut : tanah sawah ,00 hektar atau sekitar 31,09 % dan tanah kering ,50 hektar atau 68,91 %. Sedangkan tanah yang digunakan untuk bangunan dan sekitarnya seluas ,00 hektar atau 28,05 %. Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 9

24 2.2. Keadaan Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Kebumen yang tersebar di 26 kecamatan pada tiga tahun terakhir ini mengalami perubahan yang tidak begitu tajam yaitu: pada tahun 2011 sebanyak jiwa dengan perincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan sebanyak jiwa; pada tahun 2012 sebanyak dengan perincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak jiwa; dan pada tahun 2013 sebanyak 1,176,662 jiwa dengan perincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak jiwa. (Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen Tahun ) Jml Penduduk Jml Penduduk Laki Laki Jml Penduduk Perempuan Gambar 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011, 2012, 2013 di Kabupaten Kebumen Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 10

25 Persebaran penduduk tahun 2011 adalah 982,7 jiwa/km² sedangkan pada tahun 2012 adalah 908,3 jiwa/km² dan pada tahun 2013 adalah 918,5 jiwa/km². Namun persebaran penduduk tersebut tidak merata, hal tersebut disebabkan karena konsentrasi penduduk berbeda pada tiap kecamatan. Tiga kecamatan yang paling padat penduduknya pada tiga tahun terakhir adalah 1) Kecamatan Kebumen, 2) Kecamatan Gombong dan 3) Kecamatan Pejagoan. Konsentrasi penduduk di ketiga kecamatan tersebut disebabkan karena merupakan wilayah perkotaan dimana fasilitas transportasi baik inter maupun antar kota memadai, sebagai pusat kegiatan pemerintahan dan pendidikan di daerah. Kegiatan perekonomian di daerah baik industri menengah ke atas juga terpusat di kecamatan-kecamatan tersebut. Sedangkan kecamatan yang paling rendah tingkat kepadatannya adalah Kecamatan Sadang. Pada tahun 2011 memiliki kepadatan sebesar 368,38 jiwa/km ², pada tahun 2012 memiliki kepadatan sebesar 332,07 jiwa/km ², dan pada tahun 2013 memiliki kepadatan sebesar 333,60 jiwa/km ². Tingkat kepadatan penduduk yang berbeda akan mempengaruhi aspek ekonomi, sosial, kesehatan, lingkungan dan aspek lainnya dalam kehidupan pada masyarakat. Tabel 3 Tiga Kecamatan Terpadat di Kabupaten Kebumen Tahun 2011, 2012, 2013 No Indikator Kecamatan Kebumen 2.958,8 jiwa/km² jiwa/km² 2.882,5 jiwa/km² 2 Kecamatan Gombong jiwa/km² jiwa/km² 2.424,9 jiwa/km² 3 Kecamatan Pejagoan 1.478,2 jiwa/km² jiwa/km² 1.403,4 jiwa/km² Sumber Data: Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen Tahun Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat menggambarkan tinggi/rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisi penduduk juga mencerminkan Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio) yaitu perbandingan antara penduduk umur nonproduktif (umur 0 14 tahun + umur 65 tahun keatas) dengan penduduk produktif (umur tahun). Tingginya Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 11

26 Dependency Ratio mencerminkan besarnya beban tanggungan pemerintah secara ekonomi di wilayahnya. Rasio Beban Tanggungan untuk Kabupaten Kebumen tahun 2013 sebesar 55,7 %, dengan penduduk sebesar jiwa yang terdiri dari jiwa penduduk usia produktif (15-64 tahun), jiwa penduduk anak-anak dan remaja (usia 0-14 tahun), jiwa penduduk lanjut usia (>65 Tahun ). Hal ini memberi gambaran terhadap besarnya beban tanggungan ekonomi dalam masyarakat. Selain itu, data tentang penduduk melek huruf dan tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan indikator pokok dari kualitas kehidupan penduduk pendidikan. Pada tahun 2011 Kabupaten Kebumen jumlah penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf adalah (95,2%). Wilayah yang memiliki persentase tertinggi penduduk yang melek huruf tertinggi adalah Kecamatan Kebumen yaitu 97,10% (94.792) dan yang terendah adalah Kecamatan Karanggayam 85,22% (33.313). Pada tahun 2012 mengalami perubahan yaitu (90,9%). Wilayah yang memiliki persentase tertinggi penduduk yang melek huruf tertinggi adalah Kecamatan Kebumen yaitu 95% ( ) dan yang terendah adalah Kecamatan Karanggayam 85,53% (42.243). Sedangkan pada tahun 2013 jumlah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf adalah (93,1%). Wilayah yang memiliki persentase tertinggi penduduk yang melek huruf tertinggi adalah Kecamatan Kutowinangun yaitu 97,31% (34.111) dan yang terendah adalah Kecamatan Sadang 82,75% (12.325) (Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen Tahun ) Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang berpendidikan tertinggi SMP+ pada tahun 2011 adalah 35,9% ( ). Wilayah yang memiliki jumlah tertinggi penduduk berumur 10 tahun ke atas yang berpendidikan tertinggi SMP+ adalah Kecamatan Kebumen yaitu dan yang terendah adalah Kecamatan Sadang yaitu Sedangkan persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang berpendidikan tertinggi SMP+ pada tahun 2012 adalah 42% ( ). Wilayah yang memiliki jumlah tertinggi penduduk berumur 10 tahun ke atas yang berpendidikan tertinggi Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 12

27 SMP+ adalah Kecamatan Kebumen yaitu dan yang terendah adalah Kecamatan Sadang yaitu Dan pada tahun 2013 persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang berpendidikan tertinggi SMP+adalah 31,9% ( ). Wilayah yang memiliki jumlah tertinggi penduduk berumur 10 tahun ke atas yang berpendidikan tertinggi SMP+ adalah Kecamatan Kebumen yaitu dan yang terendah adalah Kecamatan Padureso yaitu Penduduk 10 th ke atas melek huruf Penduduk 10 th ke atas dengan pendidikan tertinggi SMP+ Gambar 2. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke atas Melek Huruf dan Berpendidikan Tertinggi SMP+ di Kabupaten Kebumen Tahun 2011, 2012, Keadaan Ekonomi dan Lingkungan Mata pencaharian penduduk Kabupaten Kebumen bervariasi. Namun sebagian besar dari penduduk bermata pecaharian sebagai petani atau bekerja pada sektor pertanian (52,6%) hal ini tentu saja tidak lepas dari keadaan geografis dari Kabupaten Kebumen itu sendiri yaitu 70 % daerah pegunungan. Selanjutnya komposisi penduduk yang bekerja pada industri Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 13

28 pengolahan sebesar 5,3%, bidang konstruksi 1,3%, angkutan dan komunikasi sebesar 1,2%, jasa sebesar 15% dan lainnya sebesar 15%. Jumlah penduduk miskin dan hampir miskin yang terdapat di Kabupaten Kebumen pada tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 jumlahnya adalah sebesar 535,252 dan pada tahun. Jumlah tertinggi ada di Kecamatan Kebumen yaitu sebesar dan terendah ada di Kecamatan Bonorowo yaitu sebesar Pada 2012 sebesar Jumlah tertinggi ada di Kecamatan Kebumen yaitu sebesar dan terendah ada di Kecamatan Bonorowo yaitu sebesar Sedangkan pada tahun 2013 sebesar Jumlah tertinggi ada di Kecamatan Kebumen yaitu sebesar dan terendah ada di Kecamatan Pocowarno yaitu sebesar Selanjutnya kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam kesejahteraan penduduk. Lingkungan sehat dibutuhkan bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja dan belajar. Kesehatan lingkungan adalah kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran kehidupan dibumi, karena lingkungan merupakan tempat dimana pribadi itu tinggal. Lingkungan yang sehat dapat dikatakan sehat bila sudah memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sehat. Beberapa indikator pada kegiatan penyelenggaraan penyehatan lingkungan antara lain cakupan perilaku hidup masyarakat khususnya rumah tangga yang ber perilaku hidup bersih dan sehat, dan rumah sehat. Berdasarkan sumber data yang diolah bahwa Kabupaten Kebumen selama tiga tahun terakhir memiliki Rumah Tangga ber PHBS terus meningkat secara kuantitatif. Namun jika dilihat secara lebih terperinci kondisi tersebut nampak belum merata atau hampir merata di wilayah kecamatan di Kabupaten Kebumen. Pada tahun 2011 sebesar 80,40%, jumlah tertinggi ada di Kecamatan Klirong, Ambal, Pejagoan, Sruweng, Gombong Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 14

29 dan Sadang masing-masing mencapai 100%, persentase terendahnya ada di Kecamatan Bonorowo sebesar 15%. Pada tahun 2012 sebesar 81,99 % jumlah tertinggi ada di Kecamatan Bonorowo, Prembun, Poncowarno, Pejagoan, Sruweng, Rowokele, Karanganyar dan Sadang masing-masing mencapai 100%, persentase terendahnya ada di Kecamatan Adimulyo sebesar 50%. Dan pada tahun 2013 persentasenya meningkat menjadi 82,12%, jumlah tertinggi ada di Kecamatan Bonorowo, Prembun, Poncowarno, Pejagoan, Sruweng, Adimulyo, Karanganyar dan Sadang masing-masing mencapai 100%, persentase terendahnya ada di Kecamatan Ayah sebesar 43,1% (Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen ) RT ber PHBS Rumah Sehat Gambar 3 Persentase Rumah Tangga ber PHBS dan Rumah Sehat di Kabupaten Kebumen Tahun 2011, 2012, 2013 Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah/ kedap air. Persentase rumah sehat di Kabupaten Kebumen Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 15

30 pada tahun 2011 adalah; 65,76% persentase tertinggi adapada Kecamatan Adimulyo (99,05%) dan yang terendah di Kecamatan Bonorowo ( 14,95%). Sedangkan pada tahun 2012 adalah sebesar 71,62%, yang persentase tertinggi ada di Kecamatan Adimulyo (88,6%) terendah ada di Kecamatan Padureso (7,8%). Dan pada tahun 2013 sebesar 67,62% yang tertinggi ada pada Kecamatan Pocowarno (88,60%) terendah di Kecamatan Padureso (6,23%) 2.4. Sumber Daya Kesehatan Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain upaya promotif dan preventif, di dalamnya juga terdapat pembangunan kesehatan bersifat kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang bergerak dalam kegiatan kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pada tahun 2013 jumlah rumah sakit di Kabupaten Kebumen sebanyak 13 unit, yang terdiri atas rumah sakit umum (RSU) berjumlah 10 unit yaitu RSUD Kabupaten Kebumen, RSU PKU Muh Gombong, RSU PKU Muh Sruweng, RSU Palang Biru Gombong. RSU Purbowangi, RS Permata Medika, RS Purwogondo, RSI Siti Khotijah, RSU PKU Muh Kutowinangun, RSU PKU Muh Petanahan dan rumah sakit khusus (RSK) berjumlah 3 unit yang terdiri dari RSKIA Dewi Queen, RSKIA Wisma Rukti, RSKA Wijaya Kusuma. Pusat kesehatan masyarakat atau yang biasa disebut puskesmas merupakan salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib (basic six) dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Puskesmas memiliki fungsi sebagai : 1) pusat pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4) pusat pelayanan kesehatan perorangan primer. Sampai dengan akhir tahun 2013, dari 35 puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Kebumen, 10 puskesmas Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 16

31 dan 25 puskesmas non perawatan. Salah satu jenis upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang telah sejak lama dikembangkan dan mengakar di masyarakat adalah posyandu. Posyandu dalam menjalankan fungsinya, diharapkan dapat melaksanakan 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Sampai tahun 2013 jumlah posyandu yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan dan semuanya aktif. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Kebumen Tahun 2013 diantaranya adalah 45 dokter spesialis, 122 dokter umum, 735 bidan, 999 perawat, 108 tenaga farmasi, 55 tenaga gizi, 24 tenaga kesehatan masyarakat, 53 tenaga sanitasi, 136 teknisi medis, 10 tenaga fisioterapis. Tabel 4 Jumlah Sumber Daya Kesehatan di Kabupaten Kebumen Tahun 2011, 2012, 2013 No Indikator Jumlah RSU Jumlah RSKhusus Jumlah Puskesmas Perawatan Jumlah Puskesmas NonPerawatan Jumlah posyandu 2,087 2,087 2,087 6 Jumlah posyandu aktif 69,05% 73,74% 100% 7 Jumlah desa siaga Jumlah desa siaga aktif 27,61% 83,91% 85,65% 9 Jumlah poskesdes Jumlah dokter spesialis Rasio dokter spesialis 2,14/100,000 penduduk 3,87/100,000 penduduk 3,87/100,000 penduduk 12 Jumlah dokter umum Rasio dokter umum 8,58/100,000 penduduk 10,06/100,000 penduduk 14 Jumlah bidan Rasio bidan 59,26/100,000 66,95/100,000 penduduk penduduk 10,06/100,000 penduduk 62,46/100,000 penduduk 16 Jumlah perawat Jumlah tenaga farmasi Jumlah tenaga gizi Jumlah tenaga kesmas Jumlah tenaga sanitasi Jumlah tenaga teknisi medis Jumlah fisioterapis Sumber Data: Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen tahun Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 17

32 2.5. Anggaran dan Kebijakan Pemerintah tentang TB Paru Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Kebumen mempunyai tugas untuk membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang kesehatan dalam rangka mewujudkan visi Kabupaten Kebumen. Program-program unggulan pada setiap tahunnya di distribusikan melalui lima bagian yaitu: Sekretariat Dinkes; Bidang Pelayanan Kesehatan; Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK); Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PSDMK); Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan (JSK). Program unggulan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen tahun 2013 adalah sebagai-berikut: Sekretariat Dinkes Usulan kebutuhan SDM (Dinkes&UPTD) sesuai analisis jabatan, pemeliharaan/perbaikan Alkes, Peningkatan forum perencanaan, pengendalian dan evaluasi tepat waktu, Laporan program/keuangan tepat waktu, penataan keuangan SKPD Bidang Yankes Peningkatan Yankes sesuai standart, optimalisasi pelayanan KIA, optimalisasi MTBS, Pelayanan kesehatan JIwa (pemenuhan SDM, sarana, obat-obatan jiwa) Bidang PSMDK Pengembangan desa siaga aktif, pengembangan posyandu model, pengembangan kualitas pelayanan publik (Akreditasi puskesmas dan ISO) Bidang PMK Publik Private Mix (PPM) TB Paru, Pengembangan Warga Peduli AIDS (WPA) HIV/AIDS, Intensifikasi Surveilans migrasi malaria, Peningkatan kualitas imunisasi dasar, supervisi supportif, Respon KLB<24 jam, Pengembangan Desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Bidang JSK Optimalisasi pelayanan jaminan kesehatan, Pemenuhan obat dan perbekalan kesehatan, Pemenuhan pengembangan sarana dan peralatan kesehatan Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 18

33 N o Pembiayaan dari seluruh program Dinas Kesehatan di atas bersumber dari pemerintah. Anggaran pemerintah bersumber dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, PHLN (Pinjaman/Hibah Luar Negeri). Total anggaran kesehatan di Kabupaten Kebumen pada tahun 2011 sebesar Rp (4,86% dari APBD Kabupaten), pada tahun 2012 sebesar Rp. 81,149,651,000 ( 15,26% dari APBD Kabupaten), dan pada tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp. 88,631,616,908 (5,21%). Anggaran untuk program unggulan Bidang PMK selama tiga tahun terakhir ini secara kuantitas mengalami peningkatan. Anggaran pada tahun 2011 adalah sebesar Rp ; pada tahun 2012 sebesar Rp dan pada tahun 2014 sebesar Rp Penanganan TB Paru di Kabupaten Kebumen adalah termasuk di dalamnya. Sumber Tabel 5 Alokasi Anggaran Kesehatan Kabupaten Kebumen berdasarkan Sumber Dana tahun 2011, 2012, 2013 Alokasi Anggaran Kesehatan 2011 Alokasi Anggaran Kesehatan 2012 Alokasi Anggaran Kesehatan 2013 Rupiah % Rupiah % Rupiah % 1 APBD Kab , , ,34 2 APBD Prov , ,12 3 APBN ,15 6, , ,30 4 PHLN , , ,24 Total Total APBD % thd APBD Kab 4,86 15,26 5,21 Sumber Data: Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen Upaya-upaya pemerintah daerah dalam rangka penanganan kasus TB Paru tetap dilaksanakan dengan melibatkan berbagai komponen. Namun sampai saat ini yang aktif bermitra dengan pemerintah dalam penanganan kasus TB Paru adalah PDA (SSR). Sementara ini pemerintah Kabupaten Kebumen belum memiliki peraturan daerah maupun standar operating procedure (SOP) yang mengatur secara khusus penanganan TB Paru di Kabupaten Kebumen. Acuan yang digunakan adalah: Analisa Situasi TB di Kabupaten Kebumen Page 19

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume13, No. 1February 2017 ANALISA SITUASI TUBERKULOSIS (TB) DI KABUPATEN KEBUMEN

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume13, No. 1February 2017 ANALISA SITUASI TUBERKULOSIS (TB) DI KABUPATEN KEBUMEN ANALISA SITUASI TUBERKULOSIS (TB) DI KABUPATEN KEBUMEN Isma Yuniar 1 Kanthi Pamungkas Sari 2, Hendry Tamara Yudha 3 ¹²³ STIKES Muhammadiyah Gombong ABSTRACT Tuberkulosis (TB) merupakan penyebab kematian

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1.281 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 460 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 586.021

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1.281 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 460 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 581.947

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan masyarakat seutuhnya, termasuk juga pembangunan di bidang pertanian sebagai upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Lebih terperinci

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 85 Sarkes yang memiliki Labkes 100 % C.3 Perilaku Hidup Masyarakat 86 Rumah Tangga ber-phbs 64.56 % 87 Posyandu Aktif 53.07

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. M.Arie W-FKM Undip

PENDAHULUAN. M.Arie W-FKM Undip M.Arie W-FKM Undip PENDAHULUAN Tahun 1995 : Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse chemotherapy) Rekomendasi WHO : angka kesembuhan tinggi. Bank Dunia : Strategi DOTS merupakan strategi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH MAKANAN TAMBAHAN TERHADAP KONVERSI DAHAK PADA PENDERITA TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN TAHUN 2008-2009 SKRIPSI EKA HATEYANINGSIH T. NPM 1005000637 FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISA SITUASI HIV/AIDS DI KABUPATEN KEBUMEN HIV/AIDS

ANALISA SITUASI HIV/AIDS DI KABUPATEN KEBUMEN HIV/AIDS ANALISA SITUASI HIV/AIDS DI KABUPATEN KEBUMEN HIV/AIDS HIV dan AIDS (ODHA): Estimasi vs Laporan Dilaporkan 003 s.d JUNI 06 (KEBUMEN) JUMLAH : 83 HIV : AIDS : 36 Meninggal : 9 Estimasi ODHA KEBUMEN.76 49,66

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis. Mikrobakterium ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di sebagian besar negara di seluruh dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat,

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DAN

EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DAN EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DAN DETERMINAN KEJADIAN TUBERKULOSIS DI RUMAH TAHANAN NEGARA/ LEMBAGA PEMASYARAKATAN SE EKS KARESIDENAN SURAKARTA TESIS Agung Setiadi S501108003 PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru merupakan satu penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh infeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tuberkulosis 2.1.1.1 Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang menyerang paru paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat menular melalui udara atau sering

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa situasi Tuberkulosis (TB) dunia semakin memburuk, dimana jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu penyakit yang mendapat perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO) 2013, lebih dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di dunia. 1,5 juta orang meninggal akibat tuberkulosis pada tahun 2014. Insiden TB diperkirakan ada 9,6 juta (kisaran 9,1-10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terbaru (2010), masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terbaru (2010), masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan Tuberkulosis (TB) dunia oleh World Health Organization (WHO) yang terbaru (2010), masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah pasien TB terbesar

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan masalah utama bidang kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru TB, dan lebih dari 2 juta orang meninggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan yang penting saat ini. WHO menyatakan bahwa sekitar sepertiga penduduk dunia tlah terinfeksi kuman Tuberkulosis.

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di Indonesia telah dimulai sejak diadakan Simposium Pemberantasan TB Paru di Ciloto pada tahun 1969. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mencapai tujuan Nasional di bidang kesehatan diperlukan suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan utama dunia terutama pada negara - negara berkembang.

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian Renstra Evaluasi pelaksanaan RENJA tahun lalu ditujukan untuk mengidentifikasi sejauh mana kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya penanggulangan tuberkulosis dimulai pada awal tahun 1990-an Word Health Organization (WHO) dan International Union Against TB and Lung Diseases (IUALTD) telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini termasuk salah satu prioritas nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN 3.1. TUJUAN UMUM Meningkatkan pemerataan, aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat terutama kepada masyarakat miskin dengan mendayagunakan seluruh

Lebih terperinci

PERANAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PARU

PERANAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PARU PERANAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PARU Oleh : dr. Austin Bertilova Carmelita Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Univeritas Palangka Raya PENDAHULUAN Penyakit TB salah satu penyakit

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA DAN TATACARA PENDATAAN PENDUDUK MISKIN

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA DAN TATACARA PENDATAAN PENDUDUK MISKIN SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA DAN TATACARA PENDATAAN PENDUDUK MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Daerah Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan 2016-2021 tidak ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Gubernur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek pelayanan yaitu bidang promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, termasuk keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di dunia karena Mycobacterieum tuberculosa telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis atau TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. mengganti aktor pusat menjadi daerah dalam hal pengambilan kebijakan. dengan masyarakat. Dengan begitu, informasi tentang proses

BAB I. PENDAHULUAN. mengganti aktor pusat menjadi daerah dalam hal pengambilan kebijakan. dengan masyarakat. Dengan begitu, informasi tentang proses BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah mengatur pendelegasian fungsi atau kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pendelegasian tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan global utama. Hal ini menyebabkan gangguan kesehatan pada jutaan orang setiap tahunnya dan merupakan peringkat kedua

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location. PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN TUBERKULOSIS

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN TUBERKULOSIS BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : BUPATI SOPPENG,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis (Kumar dan Clark, 2012). Tuberkulosis (TB) merupakan salah

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama dunia. Tahun 2012, diperkirakan 8,6 juta penderita mengalami TB dan 1,3 juta meninggal dibesabakan oleh TB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit yang sudah cukup lama dan tersebar di seluruh dunia. Penyakit tuberkulosis dikenal oleh masyarakat luas dan ditakuti karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Perilaku masyarakat adalah perilaku proakftif

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjangkit jutaan orang tiap tahun dan menjadi salah satu penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. menjangkit jutaan orang tiap tahun dan menjadi salah satu penyebab utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan global. Penyakit ini menjangkit jutaan orang tiap tahun dan menjadi salah satu penyebab utama kematian di seluruh

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) atau dalam program kesehatan dikenal dengan TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan oleh kuman Mycobacterium

Lebih terperinci

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

PRATIWI ARI HENDRAWATI J HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) KELUARGA DENGAN SIKAP PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan meraih derajat

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 33 TAHUN 2016 SERI B.25 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KOLABORASI TB-HIV (TUBERKULOSIS-HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS) KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN

RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN 2005 2009 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI [Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP(K)] NOMOR 331/MENKES/SK/V/2006 RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN 2005

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGI 1. Visi Visi 2012-2017 adalah Mewujudkan GorontaloSehat, Mandiri dan Berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut : Sehat, adalah terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis paru masih merupakan masalah utama kesehatan yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) (FK-UI, 2002).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium 75 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang menyerang paru yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium Tuberculosis. TB Paru

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KEBUMEN (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KEBUMEN (ANGKA TETAP) BPS KABUPATEN KEBUMEN No. 25/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KEBUMEN (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 185.613 RUMAH TANGGA, TURUN 14,85 PERSEN

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, - 1 - SALINAN Desaign V. Santoso, 13 Juli 2013 EDIT RAPAT DPRD PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi masalah di Dunia. Hal ini terbukti dengan masuknya perhatian terhadap penanganan TB dalam MDGs.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi Visi : DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR : Mewujudkan Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat Misi : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenal dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di berbagai negara di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB Paru) sampai saat ini masih masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, dimana hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Walaupun strategi DOTS telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB paru) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PERENCANAAN SOSIAL DAN BUDAYA Kegiatan Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Banyuwangi

PENYUSUNAN PERENCANAAN SOSIAL DAN BUDAYA Kegiatan Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Banyuwangi 7.1. Prinsip Dasar Pembangunan Kesehatan Pembangunan Bidang Kesehatan Banyuwangi merupakan bagian dari kebijakan dan program pembangunan kesehatan naional serta sistem kesehatan nasional (SKN). Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis Paru (TB Paru) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly Observed Treatment Short-course

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan adanya peradangan pada parenkim paru oleh mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman jenis aerob

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERANTASAN DAN ELIMINASI PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN SIAK

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERANTASAN DAN ELIMINASI PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERANTASAN DAN ELIMINASI PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga dapat menyebar

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

GIRI TRICAHYONO K

GIRI TRICAHYONO K EVALUASI KETEPATAN TERAPI TERHADAP KEBERHASILAN TERAPI PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA BULAN JANUARI-JUNI TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh: GIRI TRICAHYONO K100100018

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 67 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 67 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 67 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet orang yang terinfeksi

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed

BAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dimana kegagalan penderita TB dalam pengobatan TB yang masih tinggi walau penanggulan TB sudah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I. Treatment, Short-course chemotherapy)

BAB I. Treatment, Short-course chemotherapy) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB), penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, sejak ditemukan di abad 20 telah menjadi masalah kegawatdaruratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH Sasaran No. Strategis 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan Masyarakat. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum sering diartikan sebagai upaya multidimensi untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak negara, pembangunan

Lebih terperinci