BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat kemampuan Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)
|
|
- Lanny Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 2.1. Kajian teoretis BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat kemampuan Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya kuasa (bisa, sanggup) dalam melaksanakan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan atau kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri.( diakses 15 oktober 2012). Sementara itu, Robbins (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan, lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. ( 19 oktober 2012). Kemampuan dapat digolongkan dalam beberapa jenis, diantaranya kemampuan intelektual, fisik, dan kemampuan pekerjaan. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental, bernalar, dan memecahkan masalah. Kemampuan fisik adalah kemampuan tugastugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa. Setiap individu mempunyai kemampuan fisik berbeda-beda. Kemampuan intelektual atau fisik dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan tergantung pada persyaratan kemampuan dan pekerjaan tersebut.
2 Berdasarkan pengertian kemampuan yang dikemukakan maka yang dimaksud dengan kemampuan dalam penelitian ini adalah kecakapan atau potensi siswa kelas IV SDN 17 Limboto dalam menguasai cara menentukan kelipatan persekutuan terkecil melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) A. Pengertian Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) Mustaqim (2008:54) menyatakan bahwa KPK atau kelipatan persekutuan terkecil dari dua bilangan adalah kelipatan persekutuan bilangan-bilangan yang nilainya paling kecil. Menurut Marini (2011:149) menyatakan bahwa kelipatan persekutuan terkecil dua bilangan adalah bilangan bulat positif yang habis dibagi kedua bilangan tersebut. Misalnya, kelipatan positif 7 adalah {7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, 56, 63, 70,... }, kelipatan 3 adalah {3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30,... } maka diperoleh kelipatan persekutuan dari 7 dan 3 yaitu {21, 42, 63, 84,... }. Diantara persekutuan tersebut terdapat anggota yang terkecil disebut persekutuan terkecil. Dengan demikian kelipatan persekutuan terkecil pada 7 dan 3 adalah 21. Sedangkan menurut Subarinah (2006:68) pengertian kelipatan berkaitan dengan barisan bilangan asli {1, 2, 3, 4, 5,... }. Kelipatan suatu bilangan adalah bilangan-bilangan yang merupakan hasil perkalian dari bilangan tersebut dengan himpunan bilangan asli, misalnya himpunan bilangan-bilangan kelipatan 6. Untuk mendapatkannya kita bisa ajak siswa untuk mengalikan 6 dengan himpunan
3 bilangan asli sehingga diperoleh 6 x 1, 6 x 2, 6 x 3, 6 x 4, dan seterusnya sehingga didapatkan himpuna kelipatan 6 yaitu {6, 12, 18, 24,... }. B. Langkah-langkah Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil Menurut Pujiati (2011:149) langkah-langkah dalam menentukan kelipatan persekutuan terkecil dengan melalui 3 langkah yaitu: 1.) Mendaftar kelipatan dua bilangan 2.) Mengidentifikasi kelipatan persekutuan pada dua bilangan 3.) Menentukan kelipatan persekutuan terkecil Selain itu KPK dapat dicari dengan faktorisasi bilangan, yaitu menuliskan bilangan tersebut dalam bentuk perkalian-perkalian bilangan prima atau kalikan faktor prima yang bersekutu dengan pangkat terbesar. Untuk mencari KPK yang dimulai dari mendaftar kelipatan siswa diberikan contoh soal misalnya menentukan kelipatan dari bilangan 4.Ada kemungkinan siswa masih melakukan operasi hitung penjumlahan secara berulang, namun ada kemungkinan siswa sudah dapat menghitung kelipatan 4 dengan menggunakan perkalian.hal ini tentu saja tergantung pada tingkat kemampuan siswa yang berbeda. Oleh karena itu tugas guru untuk mendiskusikan dengan siswa cara yang lebih efektif. Dari jawaban siswa kemudian guru dapat mengajak untuk menuliskan hasil kalinya secara berurutan: 4, 8, 12, 16 dan seterusnya. Siswa diminta untuk mengamati dan melihat polanya. Ternyata bilangan-bilangan tersebut diperoleh dengan menambahkan 4 dari bilangan sebelumnya, atau mengalikan 4 dengan bilangan 1, 2, 3, 4, dan seterusnya. 1 x 4 = 4 4 : 4 = 1
4 2 x 4 = 8 8 : 4 = 2 3 x 4 = : 4 = 3 4 x 4 = : 4 = 4 Guru dapat menyampaikan kepada siswa bahwa bilangan-bilangan yang diperoleh disebut kelipatan 4. Dari contoh soal di atas siswa juga diajak untuk melihat hubungan antara perkalian dan pembagian yang menjadi dasar dalam perhitungan apa pun dan telah dipelajari dari kelas sebelumnya. Langkah kedua adalah mengidentifikasi kelipatan persekutuan dengan beberapa alternatif penyelesaian antara lain sebagai berikut : Contoh soal: tentukan kelipatan persekutuan 2 dan 3 a. Dengan menggunakan tabel Dari tabel di atas nampak bahwa kedua bilangan tersebut memiliki angka yang sama yaitu6, 12, 18,... b. Dengan menggunakan kelipatan Kelipatan 2 : 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28, 30, 32,... Kelipatan 3 : 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33,... Jadi bilangan yang sama pada 2 dan 3 adalah 6, 12, 18, 30,...
5 c. Dengan menggunakan garis bilangan Menurut Karim (1997:79) mengajarkan kelipatan dengan menggunakan garis bilangan yaitu siswa membilang loncat dua-dua dengan menggunakan garis bilangan, dilanjutkandengan membilang loncat tiga-tiga pada garis bilangan yang sama Dari hasil tersebut, setelah diamati ternyata: Bilangan-bilangan kelipatan 2 adalah: 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22,24,... Bilangan-bilangan kelipatan 3 adalah: 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24,... Jadi, bilangan yang sama adalah 6, 12, 18, 24,... Selanjutnya guru dapat menjelaskan kepada siswa bahwa bilanganbilangan yang sama dari 6, 12, 18, 24, 30,... disebut kelipatan persekutuan dari 2 dan 3. Dari contoh yang diberikan guru, diharapkan siswa dapat memahami bahwa kelipatan persekutuan dari dua bilangan adalah kelipatan-kelipatan dari kedua bilangan tersebut yang bernilai sama. d. Dengan menggunakan faktorisasi prima Misalnya tentukan KPK dari 12 dan 15 dengan menggunakan faktorisasi, maka: Kelipatan 12 = {12, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96, 108, 120,... } Kelipatan 15 = {15, 30, 60, 75, 90, 105, 120, 135,... }
6 Kelipatan persekutuan 12 dan 15 = { , 180, 240,... } faktorisasi: Dengan demikian, KPK dari 12 dan 15 adalah 60. Jika menggunakan Berdasarkan faktorisasi diperoleh: 12 = 3 x 2 x 2 15 = 3 x 5 KPK = 3 x 2 x 2 x Sehingga KPK dari 12 dan 15 adalah 2 2 x 3 x 5 = 60 Siswa diajak untuk mengamati hasil di atas, ternyata untuk menentukan KPK dari dua bilangan dapat dilakukan dengan mengalikan semua faktor yang berbeda. Jika ada faktor yang sama maka diambil pangkat terbesar. Oleh karena itu, KPK dari 12 dan 15 adalah 2 2 x 3 x 5 = 60. Pada langkah ketiga yaitu menentukan kelipatan persekutuan yang nilainya paling kecil. Setelah diperoleh bahwa kelipatan persekutuan dari 2 dan 3 adalah 6, 12, 24, 30,.. maka kita akan menentukan nilai persekutuan yang paling kecil yakni 6. Dengan demikian KPK dari 2 dan 3 adalah 6. Berdasarkan penjelasan contoh soal di atas, dapat disimpulkan bahwa kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan yang diperoleh dari hasil kali faktor-faktor prima yang berbeda yang pangkatnya tertinggi dari dua bilangan
7 tersebut. Dapat disimpulkan pula bahwa banyak alternative yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK), oleh karena itu guru harus dapat memberikan kebebasan pada siswa dalam mengerjakannya sesuai kemampuan masing-masing. Jika siswa masih kesulitan dalam mengerjakan soal, maka guru harus lebih jeli lagi dalam meninjau kembali proses pembelajaran HakikatModel Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Slavin (dalam Asma,2006:11) mendefinisikan belajar kooperatif adalah bahwa dalam belajar siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran, dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok. Menurut Eggen dan Kauchak (1993:319), pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar membantu dalam mempelajari sesuatu( 19 oktober 2012). Hal senada diungkapkan oleh Suprijono (2009:54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Davidson dan Kro1l (dalam Asma,2006:11) mengatakan bahwa belajar kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk
8 memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka.pembelajaran kooperatif adalah suatu system yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitasi individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antara pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pembelajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Jadi, pola belajar kelompok dengan cara kerjasama antar siswa dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreativitas siswa. Pembelajaran kooperatif juga dapat mempertahankan nilai social bangsa Indonesia. Ketergantungan timbal balik mereka mendorong mereka untuk dapat bekerja lebih keras untuk keberhasilan mereka. Hubungan kooperatif juga mendorong siswa untuk menghargai gagasan temannya, bukan sebaliknya. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok kecil dimana siswa dalam satu kelompk saling kerja sama memecahkan masalah untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif Pada penerapan model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa prinsipprinsip yang perlu diperhatikan, diantaranya:
9 a). Prinsip Ketergantungan Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok bahwa keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota kelompok akan merasa saling ketergantungan. b) Tanggung Jawab Perseorangan. Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.setiap anggota kelompok harusmemberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untukmencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama. c) Interaksi Tatap Muka Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan individu, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, dari segi budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akademik
10 yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses memperkaya antar anggota kelompok. d) Partisipasi dan Komunikasi Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal keberhasilankelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya. 3. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif Menurut Ibrahim (2000:6) unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar model pembelajaran kooperatif lebih efektif adalah sebagai berikut. 1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama. 2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri. 3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. 4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompok.
11 5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok 6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Model pembelajaran jigsaw dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya, di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkins. Menurut Slavin (dalam Ibrahim,2000:21) pengertian pembelajaran jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa. Materi pembelajaran disajikan dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab atas penugasan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian materi tersebut kepada anggota tim lain. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa diberi kesempatan untuk berkolaborasi dengan teman lain dalam bentuk diskusi kelompok memecahkan suatu permasalahan. Setiap kelompok memiliki kemampuan akademik yang heterogen sehingga akan terdapat siswa yang berkemampuan tinggi, dua atau tiga siswa berkemampuan sedang, dan seorang siswa berkemampuan kurang.
12 Pendekatan dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu metode yang dikembangkan Aronson, dkk yang mempunyai tujuan kognitif berupa informasi akademik sederhana, dan tujuan sosial berupa kelompok belajar dan kerja kelompok. 2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menurut Polapa (2010:22) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut: a. Kelompok Asal (Base Group) 1) Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4-6 orang. 2) Bagikan materi atau tugas yang sesuai dengan materi yang diajarkan. 3) Masing-masing siswa dalam kelompok mendapat tugas atau materi yang berbeda dan memahami informasi yang berada di dalamnya. b. Kelompok Ahli (Expert Group) 1) Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki tugas/materi yang sama dalam satu kelompok. 2) Dalam kelompok ahli ini guru menugaskan siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan materi atau tugas yang menjadi tanggung jawab siswa. 3) Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari materi atau tugas yang telah dipahami kelompok asal. 4) Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masingmasing siswa kembali ke kelompok asal.
13 5) Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli. 6) Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan mempresentasikan di depan kelas. Langkah-langkah di atas sama seperti pendapat Sthal dan Aronson, Elliot (dalam Wirta,2003:2) yang membagi menjadi 7 (tujuh) fase yaitu: Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar Fase 2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jelas menyuguhkan berbagai fakta, pengalaman, fenomena, fenomena yang berkaitan langsung dengan materi. Fase 3. Kelompok dasar/asal atau base group Siswa dikelompokkan menjadi kelompok asal/dasar dengan 5-6 orang dengan kemampuan akademik yang heterogen. Setiap anggota diberikan sub pokok bahasan/topic yang berbeda untuk mereka pelajari. Fase 4. Kelompok Ahli atau Expert Group Siswa yang mendapat topik yang sama berdiskusi dalam kelompok ahli. Fase 5.Tim ahli kembali ke kelompok dasar.
14 Siswa kembali ke kelompok dasar/asal untuk menjelaskan apa yang mereka dapatkan dalam kelompok ahli. Fase 6. Evaluasi Semua siswa diberikan tes meliputi semua topik Fase 7. Memberikan Penghargaan Guru memberikan penghargaan secara individual maupun kelompok. Jadi, dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut Sthal dan Aronson (dalam Wirta,2003:2) Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bisa ditunjukkan dengan gambar di bawah ini yang menunjukkan hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok Asal 5 anggota yang heterogen dikelompokkan Kelompok Ahli Jadi, di dalam model Jigsaw, setiap anggota tim bertanggung jawab untuk menentukan materi pembelajaran yang ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan materi tersebut kepada teman sekelompoknya yang lain. 3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
15 a. Kelebihan Model pembelajaran Jigsaw menurut (Wirta,2010:10) adalah a) Dapat mengembangkan hubungan pribadi yang positif antara siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda. b) Membantu siswa untuk respek dengan orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. c) Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut d) Pemahaman materi lebih mendalam. e) Meningkatkan motivasi belajar b. Kelemahan Model Pembelajaran Jigsaw a) Kegiatan belajar mengajar membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain. b) Jika jumlah anggota kurang, akan menimbulkan masalah seperti ada anggota kelompok yang pasif dalam menyelesaikan tugas-tugas dan diskusi c) Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda. d) Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum teratur dengan baik. e) Penilaian yang diberikan didasarkan pada hasil kerja kelompok sehingga guru harus benar-benar tepat dalam penilaian secara individual.
16 2.1.4 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Pembelajaran Kelipatan PersekutuanTerkecil (KPK). Dalam membelajarkan cara menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, dapat dimulai dengan mengkondisikan kelas untuk melakukan pembelajaran kooperatif dengan membentuk 4 kelompok yang terdiri dari 6 siswa. Kelompok-kelompok ini dinamakan kelompok asal. Sebelumnya, guru harus menyiapkan bahan ajar berupa langkah-langkah menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) Ketua-ketua kelompok membagi tugas kepada anggota-anggota kelompok untuk membahas cara menentukan KPK. Setiap anggota mendapat tugas yang berbeda dengan anggota lainnya dalam kelompok. Kemudian, anggota dari masing-masing kelompok yang mendapat tugas yang sama berkumpul membentuk kelompok-kelompok baru yang Setelah mendapatkan materi masingmasing siswa yang mendapatkan pokok bahasan yang sama berkumpul membentuk kelompok-kelompok baru yang dinamakan kelompok ahli. Kelompok ahli membahas materi berdasarkan lembar kerja yang dibagikan oleh guru. Setelah selesai membahas, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil pembahasan mereka secara bergilir. Selanjutnya perwakilan dari masing-masing kelompok ahli mempresentasikan hasil pembahasannya di depan kelas. Guru menambahkan penjelasan materi dan memperbaiki apabila ada kesalahpahaman tentang materi KPK yang dibahas. Kelompok ahli pertama menentukan KPK dari 2 dan 4, kelompok ahli kedua menentukan KPK dari 3 dan 5, kelompok ahli ketiga menentukan KPK dari
17 6 dan 8, kelompok ahli keempat menentukan KPK dari 4 dan 8, kelompok ahli kelima menentukan KPK dari 5 dan 7 serta kelompok ahli keenam menentukan KPK dari 6 dan 9. Masing-masing kelompok ahli dapat menentukan KPK dengan menggunakan tabel., menggunakan kelipatan, menggunakan garis bilangan atau dengan faktorisasi prima. Setelah selesai membahas, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil pembahasan mereka secara bergilir. Selanjutnya masing-masing kelompok ahli mempresentasikan hasil pembahasannya di depan kelas. Setelah mempresentasikan hasil pembahasan, guru memberikan penjelasan kembali bahwa setiap anggota kelompok dapat menentukan KPK dengan cara yang paling efektif menurut masing-masing siswa. Selanjutnya guru akan memberikan evaluasi yang diselesaikan oleh individu untuk mengukur kemampuan siswa setelah menerima materi menentukan KPK Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian tentang meningkatkan kemampuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebelumnya sudah ada yang meneliti, yakni: Murtin Polapa tahun 2010 dalam skripsi yang berjudul meningkatkan keterampilan siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas V SDN 1 Hunggaluwa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo pada materi menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) menyimpulkan bahwa keterampilan siswa dalam menentukan FPB dapat meningkat melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hal ini ditunjukkan
18 dengan tingkat capaian rata-rata hasil belajar 76 dari KKM 65 dengan tingkat ketuntasan 80% dari 30 siswa. 2.3.Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Jika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maka kemampuan menentukan KPK pada siswa kelas IV SDN 17 Limboto akan meningkat Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan minimal 75% siswa kelas IV SDN 17 Limboto yang dikenai tindakan memperoleh nilai 65 ke atas.
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sanggup) dalam melakukan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Kemampuan Menentukan KPK a. Pengertian Kemampuan Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya kuasa (bisa, sanggup)
Lebih terperinciFAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA
FAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA A. KELIPATAN A. KELIPATAN Kelipatan suatu bilangan dapat diperoleh: 1. penjumlahan berulang, dan 2. penjumlahan bilangan dengan bilangan asli Contoh: Tentukanlah
Lebih terperinciKOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo
KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo Abstrak: Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat Kelompok
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maka pada bab ini peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian yang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Setelah peneliti melakukan semua prosedur Penelitian Tindakan Kelas, maka pada bab ini peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian
Lebih terperinciPemfaktoran prima (2)
FPB dan KPK Konsep Habis Dibagi Definisi: Jika a suatu bilangan asli dan b suatu bilangan bulat, maka a membagi habis b (dinyatakan dengan a b) jika dan hanya jika ada sebuah bilangan bulat c demikian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang menjadi dasar dari semua ilmu yang dipelajari di sekolah regular. Oleh sebab itu pelajaran ini diajarkan pada jenjang pendidikan dasar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka yang berisi falsafah dasar, teori dan konsep, membahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan yang mendasar, yakni peningkatan kualitas pembelajaran karena sumber daya manusia diperoleh
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya
8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
Lebih terperinciCooperative Learning dalam Pembelajaran Matematika
Cooperative Learning dalam Pembelajaran Matematika Posted by Abdussakir on April 14, 2009 A. Pandangan Konstruktivis mengenai Cooperative Learning Sebagian besar pembelajaran matematika tradisional berdasarkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan prinsip kerjasama adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan kepada siswa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia yang mampu menghadapi berbagai perubahan serta kemajuan di sekitarnya.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana kita ketahui bahwa Matematika merupakan suatu ilmu yang mampu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Matematika Sebagaimana kita ketahui bahwa Matematika merupakan suatu ilmu yang mampu mengembangkan proses berfikir anak dimulai dari usia dini, usia pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Metode Jigsaw Metode (Yunani: methodos = jalan, cara) dalam filsafat dan ilmu pengetahuan metode artinya cara memikirkan dan memeriksa suatu hal menurut rencana
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh guru, ketika menyampaikan materi yang diajarkan kepada siswa dalam suatu lembaga pendidikan agar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata pelajaran yang yang bersifat abstrak, sehingga dituntut
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Pembelajaran Kooperatif Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan, keterampilan dan
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah proses perubahan dalam prilaku sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi. Hasil belajar tercermin dalam perubahan perilaku. pengetahuan,
Lebih terperincimemperoleh pengetahuan yang lebih baik. menekankan peran aktif siswa secara fisik, mental, intelektual, dan antara kognitif, afektif, dan psikomotor.
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Aktif Menurut Sudjana (1989:20) peran aktif adalah suatu kegaiatan dalam proses belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara langsung baik intelektual maupun
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang
II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Konsep Belajar Pada dasarnya belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bertukar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang melatih siswa untuk berpikir
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran yang melatih siswa untuk berpikir rasional, logis, cermat, jujur, dan sistematis. Pola pikir yang demikian perlu dimiliki
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana dengan maksud untuk membenahi dan meningkatkan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini kemajuan IPTEK terus berkembang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini kemajuan IPTEK terus berkembang, maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat mengelola sumber daya alam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS IV SDN 03 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS IV SDN 03 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN Yusnida 1, Zulfa Amrina 1, Ashabul Khairi 1, Program
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu
Lebih terperinci2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 3 Kalirejo Kudus kurang efektif. Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan menyampaikan
Lebih terperinciContoh Bilangan Prima : {2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47, }
BILANGAN PRIMA Bilangan prima adalah bilangan yang tepat memiliki dua faktor yaitu 1 dan bilangan itu sendiri. Semua anggota bilangan prima adalah bilangan ganjil kecuali 2. Contoh Bilangan Prima : {2,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Wulan Puji Permari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan model yang efektif digunakan dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif menggunakan pendekatan student
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN.1 Kajian Teoritis.1.1 Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Slavin (1995: 5) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai berikut Cooperative
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas 6 semester I SD Negeri Pungangan 02 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil
Lebih terperinci2. Pengurangan pada Bilangan Bulat
b. Penjumlahan tanpa alat bantu Penjumlahan pada bilangan yang bernilai kecil dapat dilakukan dengan bantuan garis bilangan. Namun, untuk bilangan-bilangan yang bernilai besar, hal itu tidak dapat dilakukan.
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan
6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kritis Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan tertentu dapat dikatakan berpikir dimana dapat dikatakan berpikir
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan akan selalu berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses penambahan informasi dalam upaya membelajarkan
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN TEKNIK REFLEKSI SETTING KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 BAJENG KABUPATEN GOWA
UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN TEKNIK REFLEKSI SETTING KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 BAJENG KABUPATEN GOWA Jasruddin 1) D. M., Pariabti P. 1), Magfirah 1) Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi bagi manusia, dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lain. Dalam komunikasi, manusia saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kundari Agustianingsih, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat dikatakan sebagai upaya sadar dan terencana dari manusia untuk mengenyam ilmu pengetahuan sebagai bekal hidupnya seperti keterampilan dan
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN BIASA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DAKON BILANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN 1 TELAGA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN BIASA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DAKON BILANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN 1 TELAGA SYAMSUDIN DANGKUA JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Diskripsi Kondisi Awal Penelitian ini dimulai dari tahap pra siklus dilakukan dari Sabtu, 1 September 2012 pukul 07.00-08.10 mata pelajaran MATEMATIKA dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris cooperative learning.
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris cooperative learning. Isjoni (2010: 15) menyatakan bahwa cooperative learning berasal dari kata
Lebih terperinci616 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) PADA MATA KULIAH DASAR UMUM PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA (Upaya Pelestarian Bahasa Indonesia bagi Generasi Muda) Welsi Damayanti Universitas
Lebih terperinciHasil Belajar Prasiklus
23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum pelaksanaan perbaikan penulis terlebih dahulu melakukan observasi awal dengan tujuan mengetahui
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014. Dengan jumlah siswa 36 anak, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SDN 3 Panjang Utara kelas IV pada pelajaran Matematika, tahun pelajaran 2013/2014.
Lebih terperinciEdumatica Volume 04 Nomor 01, April 2014 ISSN:
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA MATERI PENAMPANG DAN JARING-JARING MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS JAMBI Husni Sabil
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. model pembelajaran kooperatif. Menurut Sugiyanto (2009: 40) pembelajaran
BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Sugiyanto (2009:
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) yaitu sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Jigsaw dikembangkan pertama kali oleh Elliot Aronson dan koleganya diuniversitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan itu dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan
Lebih terperinciJurnal Penelitian Kualitatif 1
Jurnal Penelitian Kualitatif 1 Deskripsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Pembelajaran Matematika Di Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango Fitria Ismail Dra. Samsiar
Lebih terperinciUSAHA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MODEL JIGSAW
USAHA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA MODEL JIGSAW ELPA SASWITA Guru SMP Negeri 1 Kuantan Mudik saswitaelpa@gmail.com ABSTRAK Sebagian besar guru masih melaksanakan pembelajaran dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sudjana dalam Rusman (2011: 1) belajar pada hakikatnya adalah proses
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pembelajaran ada dua kegiatan yaitu kegiatan guru mengajar dan kegiatan siswa belajar. Sudjana dalam Rusman (2011: 1) belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Proses Belajar - Mengajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV SDN Baleura
Meningkatkan Hasil Belajar Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV SDN Baleura Benalemba Taula, Baso Amri, dan Marinus Barra Tandiayuk Mahasiswa Program Guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipahami orang lain, seseorang perlu memiliki kosakata ( vocabulary ) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum Bahasa digunakan sebagai alat untuk komunikasi. Tentu saja proses komunikasi akan berjalan dengan baik. Kalau kedua pihak yang berkomunikasi dibekali
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika (berhitung) diberikan kepada peserta didik
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran matematika (berhitung) diberikan kepada peserta didik khususnya di Sekolah Dasar harus mengacu pada Standar Kompetensi dan berpedoman pada Undang-Undang
Lebih terperinciII. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
II. KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkompetensi karena di dalam pendidikanlah individu diproses menjadi manusia
Lebih terperinciRosita, Achmad Ramadhan, dan Ratman. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Pokok Bahasa Energi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Siwalempu Rosita, Achmad Ramadhan, dan Ratman Mahasiswa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya kuasa (bisa, sanggup) dalam melakukan sesuatu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada kelas VIII-A cenderung text book oriented dan teacher oriented. Hal ini terlihat dari hasil
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR KPK DAN FPB MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DI V SD
PENINGKATAN HASIL BELAJAR KPK DAN FPB MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DI V SD Yonathan Saba Pasinggi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar Jalan Jenderal Sudeirman N. 56 Parepare
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat pula hubungannya dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 22% Jumlah Nilai tertinggi 76 Nilai terendah 20
26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Deskripsi Kondisi Awal Kondisi awal siswa kelas IV SDN Bakaran Kulon 01 semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 adalah siswa yang kurang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan paham kontruktivisme pembelajaran merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. juga diharapkan ada perubahan sikap. Belajar sebagai karakteristik yang
II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar dan pembelajaran dilakukan oleh semua orang sejak mereka kecil. Belajar yang mereka lakukan memiliki tujuan bahwa ada perubahan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KOOPERATIF
1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. di dalamnya, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pemilihan metode penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 SIDOHARJO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia yang. memberikan bekal untuk menjalani kehidupan dan untuk menyiapkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia yang memberikan bekal untuk menjalani kehidupan dan untuk menyiapkan kehidupan mendatang yang lebih baik. Untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan ilmu pengetahuan sosial atau sering disebut IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan secara formal mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan perlu melakukan pembaharuan dari waktu ke waktu tanpa henti dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
Lebih terperinciBAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL
BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL A. Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung
Lebih terperinciBELAJAR KELOMPOK/KOOPERATIF
BELAJAR KELOMPOK/KOOPERATIF 1 TUJUAN Pada akhir sesi, peserta diharapkan dapat: 1. mengidentifikasi kegiatan belajar/tugas yang cocok dengan kerja kelompok 2. mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan belajar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa
Lebih terperinci