LAPORAN AKHIR Penerapan Ipteks

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR Penerapan Ipteks"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR Penerapan Ipteks PELATIHAN KADER KESEHATAN PEDULI TB DALAM PENEMUAN DAN PENGAWAS MENELAN OBAT PENDERITA TUBERKULOSIS DI KABUPATEN BULELENG Oleh: dr. I Made Kusuma Wijaya, S.Ked.,M.Kes (Ketua) NIP dr. Ni Made Sri Dewi Lestari, S.Ked.,M.Kes. NIP dr. Ni Putu Dewi Sri Wahyuni, S. Ked.M.Kes. NIP Dibiayai dari DIPA UNDIKSHA dengan SPK Nomor: 227/UN48.15/LPM/2015 JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2015

2 2

3 PRAKATA Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya laporan kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di PPTI Cab. Buleleng dapat terlaksana dengan baik. Laporan dibuat dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan kegiatan dan memberikan informasi tentang proses perencanaan dan pelaksanaan dari awal hingga akhir kegiatan serta hasil yang didapat dari pelaksanaan kegiatan ini. Penulis menyadari bahwa isi dari laporan ini jauh dari kesempurnaan, sehingga perlu sumbangsih dari para pembaca terutama hal yang terkait tentang tata tulis dan substansi laporan. Terlaksananya kegiatan ini dari awal hingga pembuatan laporan akhir ini berkat bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Prof. Dr. Ketut Suma, M.S selaku ketua LPM Undiksha Singaraja atas bantuannya dalam hal memberikan fasilitas sehubungan dengan pengurusan dana untuk pelaksanaan kegiatan. 2. Prof. Dr. I Nyoman Kanca, M.S selaku dekan FOK Undiksha Singaraja yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan ijin peminjaman alat-alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan. 3. PPTI Cabang Buleleng yang telah bersedia bekerjasama dalam kegiatan P2M ini 4. Para peserta, atas kerjasamanya dalam mengikuti pelatihan sehingga pelaksanaan P2M dapat berjalan sesuai rencana 5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuannya baik pemikiran maupun material pada kegiatan ini Demikian laporan pengabdian pada masyarakat ini, semoga atas segala bantuan yang diberikan mendapat imbalan yang sepadan dari Tuhan yang Maha Esa. Singaraja, 28 September 2015 Penulis 3

4 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Prakata... iii Daftar Isi... iv BAB I. Pendahuluan a. Analisis Situasi... 1 b. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 2 c. Tujuan Kegiatan... 2 d. Manfaat Kegiatan... 3 BAB II. Kajian Pustaka a. Tuberkulosis... 4 b. Kader Kesehatan... 8 c. Pengawas Menelan Obat (PMO) d. Penemuan Penderita Tuberkulosis BAB III. Metode Pelaksanaan a. Kerangka Pemecahan Masalah b. Metote Kegiatan c. Khalayak Sasaran d. Rancangan Evaluasi BAB IV. Hasil dan Pembahasan a. Hasil Kegiatan b. Pembahasan BAB V. Penutup a. Simpulan b. Saran Daftra Pustaka Lampiran-Lampiran 4

5 BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Penyakit tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, dimana diperkirakan terdapat 9 juta penduduk dunia terserang penyakit TBC dengan kematian 3 juta jiwa. Penyakit TB ini menjadi masalah terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia merupakan negara dengan kasus TBC terbesar ketiga di dunia, setelah Cina dan India (WHO 2009). WHO memperkirakan di Indonesia setiap tahunnya terjadi kasus baru TBC (semua tipe) sedangkan TBC Paru sebesar kasus dengan kematian karena TBC sekitar 250 orang per hari (WHO 2009). Propinsi Bali yang merupakan salah satu propinsi di Indonesia juga masih mengalami masalah dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis. Di propinsi Bali pada tahun 2009 ditemukan 7 kasus per penduduk sedangkan pada tahun 2010 ditemukan 10 kasus per penduduk jadi disana tampak tren peningkatan kasus TBC Paru di Bali (Depkes RI 2008). Berdasarkan hasil riskesdas Provinsi Bali tahun 2007 untuk kejadian TBC, dari sembilan kabupaten/kota yang ada di Bali, prevalensi penyakit TBC tertinggi di Kabupaten Buleleng. Pada tahun 2011 prevalensi TBC di kabupaten Buleleng sebesar 47,22 dan CDR (Case Detection Rate) sebesar 36,09% dari target 75% serta angka keberhasilan pengobatan sebesar 75,78% dari target 85% (Kemenkes RI 2011). Dari data diatas diketahui bahwa jumlah kasus TBC masih tinggi di kabupaten bulelng dengan persentase penemuan yang masih rendah dan angka kesembuhan yang juga masih rendah. Jadi penyakit tuberkulosis di Kabupaten Buleleng masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian, hal ini ditambah lagi dengan semakin meningkatnya kasus Aquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang diderita oleh masyarakat Buleleng. Dari data terakhir didapatkan Buleleng menempati urutan ke dua dalam jumlah penderita AIDS setelah kota Denpasar. Kota Denpasar menempati urutan teratas dengan penderita kasus, menyusul Buleleng 443 kasus dan Badung 434 kasus (Depkes RI 2008). Dari data diatas diketahui bahwa jumlah kasus TBC masih tinggi di kabupaten buleleng dengan persentase penemuan yang masih rendah dan angka kesembuhan yang juga masih rendah. Kader merupakan kunci keberhasilan program pengendalian kasus tuberkulosis. Keberadaan kader di masyarakat dalam pengendalian kasus TBC sangat strategis karena 5

6 kader dapat berperan sebagai penyuluh, membantu menemukan tersangka penderita secara dini, merujuk penderita dan sekaligus pengawas menelan obat bagi penderita TBC secara langsung. Pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan yang masih kurang akan mengakibatkan rendahnya penemuan penderita tuberkulosis dan rendahnya angka kesembuhan penderita. B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH Jumlah kasus tuberkulosis masih sangat tinggi di kabupaten buleleng, namun angka penemuan kasus dan angka keberhasilan pengobatan penderita tuberkulosis masih rendah. Dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis tersebut diterapkan strategi DOTS yang memfokuskan pada penemuan dan pengobatan terhadap penderita tuberkulosis. Dalam strategi tersebut melibatkan berbagai pihak termasuk kader kesehatan. Berdasarkan atas hasil wawancara dan pengamatan dilapangan terhadap beberapa orang kader kesehatan ditemukan bahwa kader kesehatan tidak dapat melaksanakan kegiatannya secara maksimal terutama dalam hal penemuan kasus tuberkulosis, dimana hal tersebut disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan kader kesehatan tentang penyakit tuberkulosis. Disamping itu masih ditemukannya penderita putus obat yang dapat disebabkan oleh karena pengobatan yang membutuhkan waktu yang lama dengan pengawasan yang kurang. Hal tersebut tentunya akan mengganggu pelaksanaan program penanggulangan penyakit tuberkulosis di kabupaten Buleleng. C. TUJUAN KEGIATAN Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan judul Pelatihan Kader Kesehatan Peduli TB Dalam Penemuan dan Pengawas Menelan Obat (PMO) Penderita Tuberkulosis di Kabupaten Buleleng adalah: a. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada kader kesehatan dalam hal penemuan penderita tuberkulosis di Kabupaten Buleleng. b. Mempersiapkan kader-kader kesehatan sebagai pengawas menelan obat bagi penderita tuberkulosis yang sedang dalam masa pengobatan di Kabupaten Buleleng. c. Meningkatkan kemampuan kader kesehatan dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis di Kabupaten Buleleng dan dapat mengimbaskan kemampuannya tersebut kepada masyarakat disekitarnya. 6

7 D. MANFAAT KEGIATAN Adapun manfaat yang akan diperoleh setelah melakukan Pelatihan Kader Kesehatan Peduli TB Dalam Penemuan dan Pengawas Menelan Obat (PMO) Penderita Tuberkulosis di Kabupaten Buleleng adalah: a. Dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan kader kesehatan dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis di Kabupaten Buleleng (Penemuan dan Pengawas Menelan Obat (PMO) Penderita Tuberkulosis). b. Terwujudnya masyarakat yang peduli terhadap penyakit tuberkulosis di Kabupaten Buleleng 7

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis (TBC) Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC yaitu Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru, tetapi dapat juga menyerang organ lainnya. Sumber penularan adalah pasien TBC paru dengan BTA positip, yaitu pada waktu pasien batuk atau bersin dapat menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan ludah (droplet). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan dan daya tahan tubuh seseorang dalam keadaan lemah pula (Depkes RI 2007). Gejala utama dari pasien TBC adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih satu bulan. Gejalagejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC, seperti bronkiektasis, bronchitis kronis, asthma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat prevalensi TBC di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke pelayanan kesehatan dengan gejala seperti tersebut diatas, dianggap sebagai tersangka (tersangka) pasien TBC dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Depkes RI 2007). Resiko penularan tergantung dari tingkat penularan dengan percikan dahak. Pasien TBC paru dengan BTA positip memberikan kemungkinan resiko penularan lebih besar dari pasien TBC paru dengan BTA negatif. Resiko penularan setiap tahunnya ditunjukan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI), yaitu proporsi penduduk yang beresiko terinfeksi TBC selama satu tahun. ARTI sebesar 1% berarti 10 orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TBC adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya adalah infeksi HIV/AIDS dan gizi buruk (Depkes RI 2007). Sumber penularan adalah pasien TBC paru dengan BTA positip, yaitu pada waktu pasien batuk atau bersin dapat menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan ludah (droplet). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam 8

9 saluran pernafasan dan daya tahan tubuh seseorang dalam keadaan lemah pula (Depkes RI 2007). Daya penularan dari seseorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari dalam paru-parunya. Makin tinggi derajat positip dari hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis makin mudah untuk menularkan. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif maka pasien tersebut tidak menular, dari seseorang yang terinfeksi ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Penemuan kasus adalah komponen yang sangat penting dalam pemberantasan penyakit tuberkulosis paru dan hampir semua penyakit menular lainnya. Tujuan penemuan kasus adalah untuk menentukan sumber infeksi dalam masyarakat yang berarti mencari orang yang mengeluarkan basil tuberkulosis untuk diobati. Untuk mendapatkan orang yang mengeluarkan basil tuberkulosis tersebut sebelumnya tentu kita harus menemukan tersangka penderita TBC. Yang dimaksud dengan tersangka penderita TBC Paru adalah seorang penderita batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih dan dapat diikuti gejala tambahan seperti batuk bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, nafsu makan menurun, penurunan berat badan, malaise, berkeringat di malam hari walaupun tanpa melakukan kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Walaupun gejala-gejala diatas juga dapat ditemukan pada penderita penyakit paru lainnya, tetapi karena prevalensi TBC di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka pasien TBC dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Depkes RI 2007). Pada program penanggulangan dan pemberantasan TBC paru di Indonesia dengan strategi DOTS, angka kesembuhan sudah cukup meningkat namun angka penemuan masih sangat rendah. Penemuan penderita tuberkulosis pada orang dewasa dilaksanakan secara pasif, artinya penyaringan penderita tersangka TBC paru yang dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan, ini sangat dipengaruhi oleh faktor individu penderita untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan. Karena tersangka yang mempunyai gejala TBC dengan kemauan sendiri memeriksakan diri ke sarana kesehatan. Kegiatan ini harus didukung dengan penyuluhan secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun oleh masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan, cara ini disebut passive promotive case finding. Penemuan penderita pada anak sebagian besar didasarkan pada gambaran klinis, foto rontgen dan uji tuberkulin (Depkes RI 2007). Pada orang dewasa diagnosis TBC paru didapatkan dari hasil pemeriksaan dahak. Semua tersangka TBC diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu- 9

10 pagi-sewaktu (SPS). Diagnosis TBC Paru pada orang dewasa ditegakan dengan ditemukannya kuman TBC (BTA positif). Pada program TBC nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan dahak dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). 1. S (sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat tersangka TBC datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, tersangka membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. 2. P (pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di unit pelayanan kesehatan (UPK) 3. S (sewaktu) : dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi. Pemeriksaan lain seperti foto thorak, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Bila diagnosis telah ditegakakan dengan pemeriksaan dahak ataupun radiologis sehingga dapat diperoleh klasifikasi dari penderita TBC tersebut maka dapat dilakukan pengobatan. Pengobatan tuberkulosis sudah dimulai sejak tahun 1882, sejak Robert Koch menemukan basil tuberkulosis. Di Indonesia program penanggulangan TBC paru secara nasional telah dilaksanakan pengobatan TBC paru 3 tahap yaitu : 1. Obat jangka panjang ( ) 2. Obat jangka menengah ( ) 3. Obat jangka pendek 3 kategori dengan strategi DOTS (1995-sekarang). Tujuan pengobatan TBC paru adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan risiko penularan. Pengobatan yang dianjurkan oleh WHO dan IULTLD tahun 1996 dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) standar yang terdiri dari : Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Streptomycin dan Ethambutol dengan standar yang dinyatakan dalam kategori 1, kategori 2, kategori 3 dan sisipan. Obat-obat yang digunakan dal,am pengobatan tuberkulosis dapat dibagi kedalam 2 kategori yaitu OAT primer dan OAT sekunder. OAT primer lebih tinggi kemanjurannya dan lebih baik keamanannya dari OAT sekunder. Berdasarkan paduan obat tersebut diatas maka program TBC paru di Indonesia menggunakan paduan OAT yang disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan memudahkan pemberian obat kepada penderita dan menjamin kelangsungan pengobatan sampai selesai satu paket untuk setiap penderita dalam satu masa pengobatan. Pada pengobatan dengan strategi DOTS OAT dibagi dalam 3 kategori yaitu: 1. Kategori 1 (2HRZE/4H3R3) 10

11 Pada tahap intensif obat ini terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid dan Etambuto. Obat ini diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE). Kemudian dilanjutkan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniazid dan Rifampisisn diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan. Obat ini diberikan untuk penderita (a) Penderita baru TBC paru BTA positif, (b) Penderita baru TBC paru BTA negatif, rontgen positif yang sakit berat, (c) Penderita TBC extra paru berat. Untuk seorang penderita baru BTA positif diberikan satu paket kombipak kategori 1 berisi 114 blister harian yang terdiri 60 blister HRZE untuk tahap awal (intensif) dan 54 blister HR untuk tahap lanjutan masing-masing dikemas dalam dos kecil dan disatukan dalam 1 dos besar. Fase pengobatan pada kategori 1 : (a) Pengobatan fase intensif yaitu pemberian OAT setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE). Bila hasil pemeriksaan dahak ulang BTA positif pada akhir bulan ke 2 maka pengobatan diteruskan dengan obat sisipan (HRZE) selama 1 bulan. Setelah pengobatan sisipan maka dilakukan pemeriksaan dahak ulang, kemudian diteruskan dengan fase lanjutan tanpa melihat hasil pemeriksaan BTA. (b) Pengobatan fase lanjutan bila pemeriksaan dahak ulang BTA (-) pada akhir bulan ke 2 maka diteruskan dengan pengobatan (4 H3R3) fase lanjutan selama 4 bulan diberikan 3 kali dalam seminggu, demikian pula fase lain untuk diberikan pada yang telah selesai OAT. 2. Kategori 2 (2HRZES/HRSE/5H3R3E3) OAT ketegori 2 ini diberikan untuk penderita BTA positif yang sudah pernah makan OAT selama lebih sebulan yaitu : a. Penderita kambuh (relaps) b. Penderita gagal (failure) c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default) Fase pengobatan ketegori 2 yaitu : 1). Pengobatan fase intensif yaitu pemberian OAT setiap hari selama 3 bulan terdiri dari 2 bulan diberikan HRZE dan suntikan Streptomycin setiap hari, suntikan diberikan setelah menelan obat di UPK. Kemudian dilanjutkan setiap hari HRZE selama satu bulan. Bila hasil pemeriksaan dahak ulang BTA positif pada akhir bulan ke 3, pengobatan diteruskan dengan OAT sisipan selama satu bulan. Setelah pengobatan sisipan dilanjutkan pemeriksaan dahak ulang, kemudian diteruskan dengan fase lanjutan tanpa melihat hasil pemeriksaan BTA. 11

12 2). Pengobatan fase lanjutan bila : pemeriksaan dahak ulang BTA negatif pada akhir bulan ke 3 maka diteruskan dengan pengobatan (5H3R3E3), fase lanjutan selama 5 bulan diberikan 3 kali dalam seminggu, demikian pula fase lanjutan diberikan pada penderita yang telah selesai OAT sisipan. 3. Kategori 3 (2HRZ/4H3R3) Kategori 3 ini diberikan untuk : a. Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan. b. Penderita ekstra paru ringan yaitu TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa, TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal. 4. OAT sisipan (HRZE) Pada akhir bulan ke 2 maka diteruskan dengan pengobatan (4H3R3) fase lanjutan. Apabila pada pemberian pengobatan kategori 1 atau kategori 2 pemeriksaan dahak setelah fase intensif hasil BTA masih (+) maka diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan. B. Kader Kesehatan a). Pengertian Kader adalah istilah umum yang dipergunakan untuk tenaga-tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat dan bekerja bersama masyarakat dan untuk masyarakat secara sukarela. Kader adalah seorang yang karena kecakapannya atau kemampuannya diangkat, dipilih dan atau ditunjuk untuk memimpin pengembangan kesehatan disuatu tempat atau desa. Kader masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan. Para kader masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara sederhana. Kader masyarakat bertanggungjawab terhadap masyarakat setempat serta pimpinanpimpinan yang ditunjuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan. Para kader masyarakat itu mungkin saja bekerja secara full-time atau part-time (bekerja penuh atau hanya memberikan sebagian dari waktunya) di bidang 12

13 pelayanan kesehatan, mereka itu tidak dibayar dengan uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh pusat kesehatan masyarakat. Syarat agar bisa menjadi kader adalah setiap warga desa setempat laki-laki maupun perempuan yang bisa membaca dan menulis huruf latin, mempunyai waktu luang, memiliki kemampuan dan mau bekerja sukarela dan tulus iklas (Rahaju 2005). b). Aktivitas Kader Tugas-tugas yang harus dilaksanakan seorang kader masyarakat, akan amat berbedabeda dan bervariasi antara satu tempat dibanding tempat lainnya atau antara satu negara dibandingkan dengan negara lainnya. Tugas-tugas mereka itu akan meliputi pelayanan kesehatan dan pembangunan masyarakat, tetapi yang harus mereka lakukan itu seyogyanya terbatas pada bidang-bidang atau tugas-tugas yang pernah diajarkan pada mereka. Mereka harus benar-benar menyadari tentang keterbatasan yang mereka miliki. Mereka tidak dapat diharapkan mampu menyelesaikan semua masalah-masalah yang dihadapinya, namun benar-benar diharapkan bahwa mereka akan mampu menyelesaikan masalah-masalah umum yang terjadi di masyarakat dan amat mendesak untuk diselesaikan. Tugas kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Adapun kegiatan pokok yang secara umum perlu diketahui oleh kader dan semua pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut didalam maupun diluar posyandu antara lain: a). Kegiatan yang dapat dilakukan kader di posyandu adalah: - Melaksanakan pendaftaran. - Melaksanakan penimbangan bayi dan balita. - Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan. - Memberikan penyuluhan. - Memberi dan membantu pelayanan. - Merujuk. b). Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar posyandu adalah: 1. Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulangan penyakit menular 2. Mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan Posyandu. 13

14 3. Kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang ada: - Pemberantasan penyakit menular. - Penyehatan rumah. - Pembersihan sarang nyamuk. - Pembuangan sampah. - Pemberian pertolongan pertama pada penyakit. - Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan. 4. Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan dan melaksanakan survei mawas diri, membahas hasil survei, menyajikan dalam MMd, menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan bersama masyarakat, membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja. 5. Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi wawan muka (kunjungan), alat peraga dan percontohan. 6. Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk gotong royong, memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain. 7. Memberikan pelayanan, yaitu membagi obat, membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan, mengawasi pendatang didesanya dan melapor, memberikan pertolongan pemantauan penyakit, memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya 8. Melakukan pencatatan, yaitu: - KB atau jumlah Pus, jumlah peserta aktif dsb - KIA : jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya - Imunisasi : jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang diimunisasikan - Gizi: jumlah bayi yang ada, mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan yang naik timbangan - Diare: jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan dan dirujuk 9. Melakukan pembinaan mengenai lima program keterpaduan KB-kesehatan dan upanya kesehatan lainnya. 14

15 - Keluarga pembinaan yang untuk masing-masing untuk berjumlah 10-20KK atau diserahkan dengan kader setempat hal ini dilakukan dengan memberikan informasi tentang upanya kesehatan dilaksanakan. - Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan. Tugas kader dalam pengendalian penyakit tuberkulosis meliputi pelayanan kesehatan dan pembangunan masyarakat termasuk disini adalah melakukan penyuluhan tentang penyakit tuberkulosis di posyandu dan lingkungan sekitarnya, menemukan tersangka tuberkulosis dan merujuknya ke puskesmas, mencatat dan mengawasi serta membina penderita tuberkulosis dan melakukan pembinaan kepada keluarga penderita tuberkulosis. Kiranya perlu ditekankan bahwa para kader masyarakat itu tidaklah bekerja dalam suatu ruangan yang tertutup, namun mereka itu bekerja dan berperan sebagai seorang pelaku dari sebuah sistem kesehatan karena itulah mereka harus dibina, dituntun serta didukung oleh para pembimbing yang lebih terampil dan berpengalaman. Mereka harus mampu mengetahui tentang kapan dan dimana memperoleh petunjuk, mereka juga harus mampu merujuk dan mencari bantuan bagi seorang penderita yang benar-benar sedang menderita atau mencarikan pengubatan bagi seorang penderita yang cara-cara penenganannya dan pengobatannya diluar kemampuan. Dari hal ini dapat ditekankan mutu pelayanan yang diberikan kader itu tergantung pada keterampilan dan dedikasi dari masing-masing individu, dan juga tergantung pada mutu pelatihan yang pernah didapatnya, pengamatan terhadap keterampilan mereka dilapangan maupun dukungan kepercayaan yang diberikan kepada mereka, jaringan komunikasi yang diberikan kepada mereka, dan juga tergantung pada sistem yang memungkinkan dilakukannya rujukan penderita, misalnya ke puskesmas, ke rumah sakit, ke poliklinik swasta dan lain-lainnya. Keaktifan kader dapat dilihat dari ada atau tidaknya dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai tugas yang diembannya. C. PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) Pengobatan TB memerlukan jumlah obat yang cukup banyak (minimal 4 obat/hari pada fase awal dan 2 obat/hari pada fase lanjutan) dan lama pengobatan yang panjang (minimal 6 bulan). Bila ada penyakit lain maka jumlah obat menjadi lebih banyak lagi dan pada beberapa jenis TB memerlukan masa pengobatan yang lebih panjang. Masalah lain adalah masyarakat sering menghindari kontak dengan penderita TB, mengisolasi, memisahkan peralatan makan, kebersihan, pakaian dan lain-lain. Keadaan tersebut membuat penderita TB merasa malu, rendah diri dan bahkan bisa depresi, sehingga ada kemungkinan pasien 15

16 tidak mau konsultasi ke petugas kesehatan, malas minum obat, atau menghentikan pengobatan. Penderita TB paru yang tidak berobat atau minum obat tapi tidak sesuai pedoman akan berisiko penyakitnya makin parah dan menulari orang di sekitarnya saat yang bersangkutan batuk atau bersin. Akibatnya jumlah penderita TB makin banyak dan program pemberantasan TB jadi semakin berat. Salah satu usaha untuk menjamin pasien tetap semangat menelan obat sampai sembuh adalah menyiapkan seseorang untuk mendampingi pasien TB, disebut PMO (Pengawas Menelan Obat). a. Siapa yang menjadi PMO PMO sebaiknya sudah ditetapkan sebelum pengobatan TB dimulai. Bila pasien mampu datang berobat teratur maka paramedis atau petugas sosial dapat berfungsi sebagai PMO, namun bila sulit datang berobat rutin maka PMO sebaiknya seseorang yang tinggal serumah atau dekat rumah pasien. Beberapa pilihan yang dapat menjadi PMO adalah: Petugas kesehatan Orang lain (kader, tokoh masyarakat, dll) Suami, istri, keluarga, orang serumah Selama perawatan di rumah sakit yang bertindak sebagai PMO adalah petugas rumah sakit. b. Syarat PMO Bersedia dengan sukarela membantu pasien TB sampai sembuh selama pengobatan dengan obat anti TB (OAT) dan menjaga kerahasiaan bila penderita juga HIV/AIDS Diutamakan petugas kesehatan, pilihan lain adalah kader kesehatan, kader dasawisma, kader PPTI, kader PKK atau anggota keluarga yang disegani pasien c. Tugas PMO Bersedia mendapat penjelasan di poliklinik Melakukan pengawasan terhadap pasien dalam hal minum obat Mengingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratus sampai selesai 16

17 Mengenali efek samping ringan obat dan menasehati pasien agar tetap mau menelan obat Merujuk pasien bila efek samping semakin berat Melakukan kunjungan rumah Menganjurkan anggota keluarga untuk memeriksa dahak bila ditemui gejala TB D. PENEMUAN PENDERITA TUBERKULSIS a). Pengertian Penemuan Pasien Tuberkulosis Paru Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan program penanggualangan TB. Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat (Depkes RI, 2008) b). Strategi Penemuan a. Penemuan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan; didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka TB. Setiap orang yang datang ke UPK yang mempunyai tanda dan gejala TB, dianggap sebagai tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. b. Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama mereka yang BTA positif dan pada keluarga anak yang menderita TB yang menujukkan gejala sama, harus diperiksa dahaknya. c. Penemuan secara aktif dari rumah kerumah, dianggap tidak cost efektif. c). Pemeriksaan Dahak Mikroskopis Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk menegakkan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS). 17

18 d). Diagnosis TB Paru. a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi sewaktu (SPS). b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB Nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan Foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. d. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. e). Indikator Penemuan Pasien Baru Tuberkulosis Paru Untuk menilai kemajuan atau keberhasilan penanggulangan program Penanggulangan TB digunakan beberapa indikator. Indikator penanggulangan TB secara nasional ada 2 yaitu Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate = CDR) dan Angka keberhasilan Pengobatan (Succes Rate = SR) 18

19 BAB III METODE PELAKSANAAN A. Kerangka Pemecahan Masalah a. Melakukan observasi dan wawancara ke lapangan untuk mengumpulkan permasalahan yang dihadapi kader kesehatan dalam pelaksanaan penanggulangan penyakit tuberkulosis di kabupaten Buleleng. b. Mengadakan penjajagan untuk malakukan kerjasama dengan PPTI Kabupaten Buleleng dalam pelatihan kader kesehatan. c. Melaksanakan kegiatan dalam bentuk Pelatihan Kader Kesehatan Peduli TB Dalam Penemuan dan Pengawas Menelan Obat (PMO) Penderita Tuberkulosis di Kabupaten Buleleng d. Malakukan pembinaan dan pendampingan kepada kader-kader kesehatan di lapangan. e. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat f. Membuat laporan penyelenggaraan kegiatan pengabdian masyarakat. B. Metode Kegiatan Metode yang dipergunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah: a. Metode ceramah yaitu untuk menyampaikan materi-materi tentang penyakit tuberculosis baik tentang definisi, gejala, diagnosis, pengobatan, pencegahan, penemuan kasus dan penanggulangan penyakit tuberculosis. b. Metode praktek atau demonstrasi yaitu untuk mendemonstrasikan teknik-teknik penemuan penderita c. Metode diskusi yaitu untuk mendiskusikan kembali materi yang telah disampaikan sehingga terjadi interaksi timbal balik antara para peserta dengan peserta dan antara peserta dengan pelatih. d. Metode partisipatif yaitu melakukan pendampingan dan pembinaan kader kesehatan dengan langsung berhadapan dengan penderita tuberkulosis di lapangan. C. Khalayak Sasaran Khalayak sasaran strategis dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah kader kesehatan yang ada di masyarakat di wilayah Kabupaten Buleleng yang berjumlah 20 orang 19

20 D. Rancangan Evaluasi Keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat dilihat dari hasil evaluasi sepanjang pelaksanaan kegiatan yaitu : a. Ketekunan dan keterlibatan seluruh peserta dalam kegiatan pelatihan. b. Peningkatan pengetahuan/pemahaman kader kesehatan tentang penyakit tuberkulosis melalui pre-test dan post-test. Indikator 90% peserta pelatihan mendapatkan nilai 85. c. Peningkatan keterampilan kader kesehatan dalam penemuan kasus serta sebagai PMO dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis, melalui tugas, tanya jawab serta demonstrasi. Indikator 90% kader dapat melakukan penyuluhan, menentukan tersangka TB dan melaksanakan peran sebagai PMO 20

21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Kegiatan Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh kader kesehatan kabupaten buleleng dalam menemukan tersangka tuberkulosis serta dalam pengawasan menelan obat penderita tuberkulosis maka program pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan kader kesehatan peduli TB dalam penemuan dan pengawas menelan obat penderita tuberkulosis di Kabupaten Buleleng. Pelatihan kader kesehatan peduli TB dalam penemuan dan pengawas menelan obat penderita tuberkulosis di Kabupaten Buleleng menghadirkan narasumber yaitu dr. A.A. Oka Sulakmi dan Made Rudy Ariawantara dengan pesertanya adalah kader kesehatan yang ada di masyarakat yang berjumlah 20 orang. Pelatihan ini dilaksanakan di gedung PPTI Cabang Buleleng, Singaraja pada hari selasa, 7 Juli Adapun mekanisme dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat tersebut adalah sebagai berikut: a). Tahap perencanaan kegiatan 1. Melaksanakan pertemuan dengan PPTI Cabang Buleleng untuk membahas perihal: a. Koordinasi tim pelaksanaan kegitan P2M b. Perencanaan Teknik Pelaksanaan Pengabdian Pada Masyarakat c. Penetapan kader kesehatan yang akan mengikuti kegiatan pelatihan d. Penetapan Narasumber e. Penetapan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan p2m f. Persiapan Pembagian Tugas (Kepanitian) 2. Mengumpulkan dokumen dan arsip. 3. Mempersiapkan bahan-bahan serta peralatan dalam pelatihan 4. Melaksanakan P2M. 5. Merumuskan hasil P2M untuk dijadikan dasar meningkatkan mutu pengabdian masyarakat b). Tahap pelaksanaan kegiatan Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan ini adalah sebagai berikut : 1. Registrasi Peserta 21

22 2. Pembukaan yang didahului dengan doa kemudian laporan Ketua Panitia P2M, dan dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua PPTI Cabang Buleleng. Ibu Ketua PPTI menyatakan bahwa kegiatan P2M dengan tema Pelatihan Kader Kesehatan Peduli TB dalam Penemuan dan Pengawas Menelan Obat Penderita Tuberkulosis di Kabupaten Buleleng sangat penting karena dapat meningkatkan pengetahuan kader kesehatan dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis di Kabupaten Buleleng ini. Pelatihan ini juga akan dapat meningkatkan keterampilan peserta dalam penemuan tersangka TB dan dalam pengawas menelan obat penderita TB 3. Setelah acara pembukaan dilanjutkan dengan kudapan 4. Penyajian Materi Dibagi dalam 4 sesi, yaitu: a. Sesi I : Pendahuluan. Dalam sesi ini dilakuka perkenalan antar peserta serta dari tim PPTI Cabang Buleleng dan tim p2m Undiksha b. Sesi II : Materi Dasar Tentang TB c. Sesi III : Materi Peran Kader Kesehatan d. Sesi IV : Rencana Kerja Kader Kesehatan 5. Penyajian materi dasar tentang TB disampaikan oleh narasumber 1. Setelah penyajian materi acara dilanjutkan dengan diskusi multiarah mengenai TB. Peserta P2M terlihat sangant antusias dalam diskusi ini yang terlihat dengan banyaknya pertanyaan, saran dan masukan dari peserta. 6. Kemudian peserta diberikan waktu istirahat untuk makan siang 7. Setelah makan siang acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi kedua oleh narasumber 2 yang memaparkan tentang peran kader kesehatan. 8. Materi terakhir adalah Penyusunan Rencana Kerja Kader Kesehatan 9. Setelah menyelesaikan seluruh sesi pelatihan kemudian acara ditutup oleh ketua panitia P2M Selama kegiatan, peserta terlihat sangat antusias mengikuti acara P2M. Hal ini terbukti dari tidak ada peserta yang izin selama kegiatan berlangsung. Beberapa dokumen penting sebagai bukti terselenggaranya kegiatan P2M Pelatihan Kader Kesehatan Peduli TB dalam Penemuan dan Pengawas Menelan Obat Penderita Tuberkulosis di Kabupaten Buleleng yaitu Surat-surat dalam rangka pelatihan, daftar hadir peserta dan foto-foto kegiatan. Semua dokumen tersebut disajikan pada lampiran. 22

23 c). Tahap evaluasi Dalam pelatihan Kader Kesehatan Peduli TB ini, evaluasi dilaksanakan terhadap peserta pelatihan yang dilaksanakan dengan memberikan pre-test pada awal kegiatan dan post-test pada akhir kegiatan pelatihan. Disamping itu, evaluasi juga dilaksanakan melalui pemberian tugas dan demonstrasi pada peserta pelatihan yang dilaksanakan selama kegiatan pelatihan tersebut berlangsung. Dari hasil evaluasi tersebut didapatkan terjadinya peningkatan pengetahuan dan pemahaman kader kesehatan terhadap penyakit tuberkulosis serta penanggulangannya pada 18 peserta (90%). Setelah dilaksanakannya pelatihan tersebut, sebagai tindak lanjut dilaksanakan pula pendampingan berupa evaluasi dan pembinaan terhadap kader kesehatan. Kegiatan pendampingan tersebut dilaksanakan dengan mengunjungi masing-masing desa dimana kader tersebut melaksanakan kegiatannya. Dari hasil kegiatan tersebut didapatkan bahwa secara umum kader kesehatan sudah dapat melaksanakan penemuan tersangka tuberkulosis dan juga sebagai pengawas menelan obat penderita tuberkulosis. Namun dalam pelaksanaan kegiatan tersebut ada beberapa kader kesehatan mengalami kendala baik dalam hal penemuan tersangka tuberkulosis ataupun sebagai pengawas menelan obat penderita tuberkulosis. Adapun beberapa kendala yang dihadapi adalah beberapa orang yang telah diperiksa dahaknya ternyata hasilnya masih negatif. Dari hasil pendampingan yang dilakukan diketahui bahwa kader belum spesifik dalam menentukan tersangka seperti gejala-gejala yang tidak sesuai dengan TB dan juga pada saat pengambilan dahak ternyata hanya didapatkan ludah/air liur sehingga hasil pemeriksaannya juga hasilnya tidak baik. Pada saat pendampingan tersebut lebih ditekankan lagi tentang gejala yang spesifik untuk penderita tuberkulosis. Kader kesehatan dalam menemukan tersangka TB juga telah mengadakan penyuluhan tentang penyakit tuberkulosis kepada masyarakat dalam berbagai pertemuan. Namun mereka mengalami kendala saat penyampaian materi karena mereka tidak mempunyai bahan/brosur yang bisa diberikan kepada masyarakat dan untuk solusinya dapat menggunakan materi yang telah diberikan kepada kader kesehatan saat pelatihan dan diusulkan untuk membuat/menggandakan brosur tentang penyakit tuberkulosis kepada instansi terkait. Disamping itu pula kendala yang dialami kader sebagai pengawas menelan obat adalah jarak penderita dengan rumah kader yang cukup jauh. Untuk solusinya dilakukan dengan membina salah satu keluarga penderita sebagai pengawas rutin setiap hari dan kader datang mengawasi ke tempat penderita secara berkala. Disamping itu ada pula beberapa kader yang belum mendapatkan kepercayaan 23

24 dari masyarakat, sehingga apa yang disampaikan kader kesehatan tidak mau diikuti oleh masyarakat. B. Pembahasan Pada pelatihan Kader Kesehatan Peduli TB dalam Penemuan dan Pengawas Menelan Obat Penderita Tuberkulosis di Kabupaten Buleleng, kader kesehatan terlebih dahulu diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit tuberkulosis serta pentingnya penemuan tersangka tuberkulosis dan pengawas menelan obat dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis ini di masyarakat. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC yaitu Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru, tetapi dapat juga menyerang organ lainnya. Sumber penularan adalah pasien TBC paru dengan BTA positip, yaitu pada waktu pasien batuk atau bersin dapat menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan ludah (droplet). Gejala utama dari pasien TBC adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC, seperti bronkiektasis, bronchitis kronis, asthma, kanker paru dan lain-lain. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa penyakit tuberkulosis ini merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TBC dan bukanlah penyakit keturunan seperti anggapan yang selama ini ada di masyarakat. Sehingga dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis ini maka memutuskan rantai penularan menjadi faktor sangat penting. Untuk dapat memutuskan rantai penularan tersebut maka penemuan sumber penularan dan mengobatinya hingga sembuh harus dilakukan. Seperti yang kita ketahui bahwa jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia masih sangat banyak dengan jumlah tenaga kesehatan yang terbatas tentu tidak dapat melaksanakan penanggulangan TB tersebut secara maksimal karena itu peran kader kesehatan sangatlah penting dalam penemuan tersangka tuberkulosis dan sebagai pengawas menelan obat. Depkes RI menyatakan bahwa keberadaan kader di masyarakat sangat strategis karena kader dapat berperan sebagai penyuluh, membantu menemukan tersangka penderita secara dini, merujuk penderita dan sekaligus pengawas menelan obat bagi penderita TBC secara langsung. 24

25 Salah satu tantangan yang dihadapi kader kesehatan dalam penemuan tersangka tuberkulosis adalah bagaimana dapat menentukan seseorang kemungkinan menderita penyakit tuberkulosis tersebut secara tepat karena apabila dilakukan secara tidak tepat tentunya akan merugikan orang tersebut. Disamping akan menghabiskan waktu, mereka juga akan mendapatkan citra negatif dari masyarakat karena di beberapa daerah masih menganggap penyakit tuberkulosis ini sebagai penyakit keturunan. Dan seringkali kader kesehatan dianggap sebagai seseorang yang sok pintar. Melalui pelatihan ini kader kesehatan diberikan pengetahuan/ pemahaman tentang penyakit tuberkulosis dan keterampilan dalam menentukan tersangka tuberkulosis sehingga dapat menentukan tersangka tuberkulosis secara tepat dan dapat memberikan penjelasan kepada masyarakat sehingga mereka lebih dipercaya oleh masyarakat. Disamping itu pengobatan penyakit tuberkulosis yang memerlukan waktu yang cukup lama (6 bulan) akan menyebabkan kebosanan dari penderita tuberkulosis sehingga akan menimbulkan putus obat yang menyebabkan terjadinya reisten obat pada penderita tersebut yang tentunya akan menambah berat dalam proses pengobatannya sehingga pengawas menelan obat memegang peranan yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan pengobatan penderita tuberkulosis tersebut. Yang sering menjadi permasalahan dalam pengawasan ini adalah penderita yang menyatakan telah meminum obatnya namun karena rasa bosan mereka tidak meminumnya hanya mengambil obat lalu obat tersebut mereka buang atau sembunyikan. Untuk mengatasi hal tersebut tentunya disini peran kader kesehatan sangatlah penting dalam memberikan penjelasan tentang pentingnya keteraturan minum obat serta akibatnya apabila tidak minum obat secara teratur sehingga menimbulkan kesadaran pada penderita. Dimana dalam pelatihan ini telah ditegaskan bagaimana peran kader kesehatan sebagai pengawas menelan obat penderita tuberkulosis. Setelah diberikan pelatihan oleh narasumber, kader kesehatan yang hadir sebagai peserta dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit tuberkulosis serta penanggulangannya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pre-test dan post-test yang telah dikerjakan oleh kader kesehatan, dimana telah terjadi terjadinya peningkatan pengetahuan kader kesehatan tentang penyakit tuberkulosis setelah diberikannya pelatihan. Disamping itu kader kesehatan juga menjadi lebih terampil dalam menentukan tersangka tuberkulosis yang dapat diketahui dari tugas dan demonstrasi yang dilakukan oleh kader kesehatan. Sehingga dengan mengikuti pelatihan ini kader kesehatan mendapatkan beberapa manfaat yaitu mereka mendapatkan informasi yang jelas tentang penyakit tuberkulosis serta penanggulangannya karena selama ini mereka kurang memahami yang mana disebut 25

26 sebagai tersangka tuberkulosis serta mengapa penderita harus diawasi dalam meminum obat TB. Setelah pelatihan tersebut, sebagai tindak lanjut dilaksanakan pendampingan berupa evaluasi dan pembinaan terhadap kader kesehatan. Dari hasil kegiatan tersebut didapatkan bahwa secara umum kader kesehatan sudah dapat melaksanakan penemuan tersangka tuberkulosis dan sebagai pengawas menelan obat penderita tuberkulosis walaupun dalam pelaksanaan kegiatan tersebut ada beberapa kader kesehatan yang mengalami kendala namun hal tersebut dapat diatasi dengan beberapa solusi yang telah diberikan. 26

27 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang berupa pelatihan kader kesehatan peduli TB dalam penemuan tersangka dan pengawas menelan obat penderita tuberkulosis di Kabupaten Buleleng dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan p2m tersebut telah berhasil dengan baik yang dapat diketahui dari hasil yaitu: a. Terjadi peningkatan pengetahuan dan pemahaman.kader kesehatan tentang penyakit tuberkulosis serta penanggulangannya b. Terbentuknya keterampilan kader kesehatan dalam penemuan tersangka serta pengawas menelan obat penderita tuberkulosis B. Saran Berdasarkan pelatihan yang telah dilaksanakan pada kader kesehatan di kabupaten buleleng dalam penemuan tersangka dan pengawas menelan obat penderita tuberkulosis, ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan: 1. Bagi kader kesehatan, hendaknya dapat mengetahui dan memahami pentingnya penemuan tersangka dan pengawas menelan obat sehingga program penanggulangan penyakit tuberkulosis dapat berjalan dengan baik sehingga pemberantasan penyakit tuberkulosis ini dapat terwujud. 2. Bagi dinas kesehatan, dapat melaksanakan pelatihan kader kesehatan secara berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan peran kader kesehatan dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis. 27

28 DAFTAR PUSTAKA Depkes RI Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis, edisi 2 cetakan pertama. Jakarta Laporan riskesdas 2007 Provinsi Bali. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta a. Tuberculosis Indonesian fact. Jakarta b. Situasi Epidemiologi TB Indonesia. Subdit TB Depkes RI Kemenkes RI Buku Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan RI Strategi nasional pengendalian TB di Indonesia Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Metropolitan TBC-HIV/AIDS di Bali mengkhawatirkan. politan.inilah.com/read/detail/62218/tbc-hivaids-di-bali mengkhawatirkan diunduh 11 November 2011 Muchtar A Farmakologi obat antituberkulosis (OAT) sekunder. Jurnal Tuberkulosis Indonesia. 3(2): PPTI Kontribusi PPTI dalam program penanggulangan TB. Jakarta: Pengurus Pusat PPTI Rahaju B Kader masyarakat. Jakarta: Depkes RI Trisnawati G Pelatihan peningkatan kemampuan kader dalam penanganan tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja Puskesmas Gemolong II Sragen. Jurnal Warta. 11(2): WHO Global tuberculosis control epidemiology, strategy, financing. World Health Organization Wongsokusumo B Media komunikasi dan informasi perkumpulan pemberantasan tuberkulosis. Jakarta: PPTI. Wahyudi E Hubungan pengetahuan sikap dan motivasi kader dengan penemuan suspek tuberculosis paru di Puskesmas Sanankulon 28

29 Lampiran 1. Surat-surat P2M 29

30 30

31 31

32 32

33 Lampiran 2. Daftar Hadir Peserta 33

34 Lampiran 3. Foto-Foto Kegiatan P2M Gambar 1. Registrasi Peserta Gambar 2. Berdoa 34

35 Gambar 3. Laporan Ketua Panitia Gambar 4. Sambutan Ketua PPTI Cabang Buleleng 35

36 Gambar 5. Perkenalan 36

37 Gambar 6. Pemaparan materi dari narasumber 1 Gambar 7. Diskusi narasumber 1 37

38 Gambar 8. Istirahat makan siang Gambar 9. Pemaparan materi narasumber 2 38

39 Gambar 10. Diskusi peserta Gambar 11. Pemaparan tentang rencana kerja kader kesehatan 39

40 Gambar 12. Post-test Gambar 13. Penutup 40

41 Gambar 14. Penyerahan piagam 41

42 Lampiran 4. Peta Lokasi Lokasi Kegiatan 42

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan menurut Trostle dalam Simamora (2004), adalah tingkat perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan menurut Trostle dalam Simamora (2004), adalah tingkat perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Berobat Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti taat, suka menuruti, disiplin. Kepatuhan menurut Trostle dalam Simamora (2004), adalah tingkat perilaku penderita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik 1. Konsep Tuberkulosis ( TB Paru ) a. Etiologi Penyakit TB Paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk basil yang dikenal dengan nama

Lebih terperinci

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4 PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS Edwin 102012096 C4 Skenario 1 Bapak M ( 45 tahun ) memiliki seorang istri ( 43 tahun ) dan 5 orang anak. Istri Bapak M mendapatkan pengobatan TBC paru dan sudah berjalan

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGISIAN KARTU PENGAWAS MINUM OBAT DAN PENEMUAN KASUS SUSPECT

PELATIHAN PENGISIAN KARTU PENGAWAS MINUM OBAT DAN PENEMUAN KASUS SUSPECT LAPORAN P2M PELATIHAN PENGISIAN KARTU PENGAWAS MINUM OBAT DAN PENEMUAN KASUS SUSPECT TUBERKULOSIS PADA KADER KESEHATAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULELENG I TAHUN 2014 Oleh: dr. Made Suadnyani Pasek, S.Ked.,M.Kes/0021088103

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Tuberkulosis 1.1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002). Tuberkulosis adalah suatu

Lebih terperinci

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengawas Menelan Obat (PMO) Salah satu komponen DOTS (Directly Observed Treatment Short- Course) dalam stategi penanggulangan tuberkulosis paru adalah pengobatan paduan OAT jangka

Lebih terperinci

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Penyakit Tuberkulosis paru Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut biasanya masuk ke dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

Lebih terperinci

BAB II. Meningkatkan Pengetahuan dan, Mirandhi Setyo Saputri, Fakultas Farmasi UMP, 2014

BAB II. Meningkatkan Pengetahuan dan, Mirandhi Setyo Saputri, Fakultas Farmasi UMP, 2014 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, telinga, hidung, dan sebagainya). Dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. yang akan dilakukan yaitu : Program Pemberantasan TB Paru. 3. Hambatan Pelaksanaan Program Pemberantasan TB Paru

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. yang akan dilakukan yaitu : Program Pemberantasan TB Paru. 3. Hambatan Pelaksanaan Program Pemberantasan TB Paru BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Dalam bab ini akan dibahas teori,konsep dan variabel dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu : Program Pemberantasan TB Paru 1. Penjelasan TB Paru 2. program Pemberantasan

Lebih terperinci

Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:

Panduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah: SOP PENATALAKSANAAN TB PARU 1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis. 2. Tujuan Untuk menyembuhkan pasien, mencegah

Lebih terperinci

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

PRATIWI ARI HENDRAWATI J HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) KELUARGA DENGAN SIKAP PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan meraih derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB tidak hanya menyerang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB tidak hanya menyerang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB tidak hanya menyerang paru, tetapi juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan Masyarakat. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan

Lebih terperinci

S T O P T U B E R K U L O S I S

S T O P T U B E R K U L O S I S PERKUMPULAN PELITA INDONESIA helping people to help themselves * D I V I S I K E S E H A T A N * S T O P T U B E R K U L O S I S INGAT 4M : 1. MENGETAHUI 2. MENCEGAH 3. MENGOBATI 4. MEMBERANTAS PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis (Kumar dan Clark, 2012). Tuberkulosis (TB) merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru, tetapi dapat menyerang organ

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis (TB) Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paruparu.mycobacterium tuberculosis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang TB Paru adalah salah satu masalah kesehatan yang harus dihadapi masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta kematian, dan diperkirakan saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran penyakit Tuberkulosis yang begitu

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular kronis yang telah lama di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, bakteri ini mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini umumnya menyerang pada paru, tetapi juga dapat menyerang bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberculosis Paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Paru 2.1.1 Etiologi Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculois. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkolusis 1. Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang paling sering (sekitar 80%) terjadi di paru-paru. Penyebabnya adalah suatu basil gram positif tahan asam

Lebih terperinci

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan Tuberkulosis Dapat Disembuhkan Erlina Burhan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Apakah Penyakit Tuberkulosis atau TB itu? Penyakit menular Kuman penyebab: Mycobacterium tuberculosis Bukan penyakit keturunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Gambaran Umum TBC Paru a. Definisi Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis sebagian besar menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek penting yang dicari oleh semua orang. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh masyarakat dunia. Saat ini hampir sepertiga penduduk dunia terinfeksi kuman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Tuberkulosis A.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari 1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis (TBC) 1. Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yaitu masyarakat, bangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tuberkulosis 2.1.1.1 Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kematian per tahun. Kematian tersebut pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kematian per tahun. Kematian tersebut pada umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi menular yang masih menjadi masalah kesehatan dunia, dimana WHO melaporkan bahwa setengah persen dari

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Depertemen Kesehatan RI (2008) Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Sampai saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit ini tersebar ke seluruh dunia. Pada awalnya di negara industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit ini tersebar ke seluruh dunia. Pada awalnya di negara industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis (TB) 2.1.1 Distribusi Penyakit Penyakit ini tersebar ke seluruh dunia. Pada awalnya di negara industri penyakit tuberkulosis menunjukkan kecenderungan yang menurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Lebih terperinci

Penyebab Tuberkulosis. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang menular langsung, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis

Penyebab Tuberkulosis. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang menular langsung, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis Dr. Rr. Henny Yuniarti 23 Maret 2011 Penyebab Tuberkulosis Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang menular langsung, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis Cara Penularan Sumber penularan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang dapat berakibat fatal bagi penderitanya, yaitu bisa menyebabkan kematian. Penyakit yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kini mengalami beban ganda akibat penyakit tidak menular terus bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit infeksi menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi masalah di Dunia. Hal ini terbukti dengan masuknya perhatian terhadap penanganan TB dalam MDGs.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sulianti (2004) Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sulianti (2004) Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Pengertian Tuberkulosis Menurut Sulianti (2004) Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Tuberkulosis Mycobakterium tuberculosa. Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan adanya peradangan pada parenkim paru oleh mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman jenis aerob

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini termasuk salah satu prioritas nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kasus Tuberkulosis (TB) yang tinggi dan masuk dalam ranking 5 negara dengan beban TB tertinggi di dunia 1. Menurut

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM TB PARU. Tuberkulosis adalah penyaki tmenular langsung yang disebabkan oleh kuman

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM TB PARU. Tuberkulosis adalah penyaki tmenular langsung yang disebabkan oleh kuman Kode Pos - 64451 PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK DINAS KESEHATAN DAERAH UPTD PUSKESMAS TANJUNGANOM Jl. A Yani No.25 Telp. (0358) 772800 Email : pkm.tanjunganom@gmail.com TANJUNGANOM KERANGKA ACUAN KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis (Djojodibroto, 2009). Indonesia merupakan negara dengan kasus TB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari kelompok mycobacterium tuberculosis (Kemenkes RI, 2014), merupakan kuman aerob yang dapat

Lebih terperinci

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 TEMA 1 : Tuberkulosis (TB) A. Apa itu TB? TB atau Tuberkulosis adalah Penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meminum obatnya secara teratur dan tuntas. PMO bisa berasal dari keluarga,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meminum obatnya secara teratur dan tuntas. PMO bisa berasal dari keluarga, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengawas Minum Obat (PMO) a. Pengertian PMO Menurut Depkes RI (1999) PMO adalah seseorang yang ditunjuk dan dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksius dapat disebabkan oleh invasi organisme mikroskopik yang disebut patogen. Patogen adalah organisme atau substansi seperti bakteri, virus, atau parasit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Tuberculosis 2.1.1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobakterium tuberculosis. Tuberkulosis merupakan suatu penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberculosis Pulmonal (TB Paru) 1. Definisi TB Paru Tuberculosis pulmonal atau biasa disebut TB paru adalah penyakit yang disebabkan infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis,

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS. Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI

PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS. Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI TUBERKULOSIS DAN KEJADIANNYA Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenal dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di berbagai negara di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular yang bersifat kronik dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang. Diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat. TB disebabkan oleh mycobacterium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang menyerang paru paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat menular melalui udara atau sering

Lebih terperinci

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN NOMOR RESPONDEN PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER Berikut

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH MAKANAN TAMBAHAN TERHADAP KONVERSI DAHAK PADA PENDERITA TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN TAHUN 2008-2009 SKRIPSI EKA HATEYANINGSIH T. NPM 1005000637 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium 75 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang menyerang paru yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium Tuberculosis. TB Paru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di dunia. 1,5 juta orang meninggal akibat tuberkulosis pada tahun 2014. Insiden TB diperkirakan ada 9,6 juta (kisaran 9,1-10

Lebih terperinci

Dasar Determinasi Kasus TB

Dasar Determinasi Kasus TB Dasar Determinasi Kasus TB EPPIT 12 Departemen Mikrobiologi FK USU Klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB memerlukan defenisi kasus yang meliputi 4 hal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang menyerang organ paru-paru. Tuberkulosis adalah salah satu penyakit yang tertua yang dikenal oleh manusia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. di daerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. di daerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis Paru 1. Definisi TB Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat lama dikenal manusia, misalnya dihubungkan dengan tempat tinggal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dan diantaranya adalah anak-anak. WHO (2014) mengestimasi

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dan diantaranya adalah anak-anak. WHO (2014) mengestimasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah utama yang terjadi dalam kesehatan global. TB menjadi peringkat kedua penyebab kematian didunia setelah HIV. Angka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis masih

I. PENDAHULUAN. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis masih 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis masih cukup

Lebih terperinci

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? BAB XXV Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? Pencegahan TB Berjuang untuk perubahan 502 TB (Tuberkulosis) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit yang sudah cukup lama dan tersebar di seluruh dunia. Penyakit tuberkulosis dikenal oleh masyarakat luas dan ditakuti karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Pengertian Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan bersifat kronis serta bisa menyerang siapa saja (laki-laki,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Paru (TB Paru) 2.1.1 Pengertian Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang bersifat kronis (menahun) dan sudah lama menjadi permasalahan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum sering diartikan sebagai upaya multidimensi untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak negara, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di sebagian besar negara di seluruh dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular merupakan masalah kesehatan yang belum dapat diselesaikan sampai saat ini, salah satu penyakit menular tersebut adalah Tuberkulosis. Tuberkulosis

Lebih terperinci

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan.

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan. Skenario Kepala Puskesmas Melati adalah sarjana Kesehatan Masyarakat, dan baru menjabat sebagai kepala Puskesmas sekitar 6 bulan. Ibu Ani, berumur 25 tahun, yang mempunyai anak perempuan balita, berumur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB Paru) sampai saat ini masih masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, dimana hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) atau dalam program kesehatan dikenal dengan TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan oleh kuman Mycobacterium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis Paru sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat dan secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU X TAHUN 2011

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU X TAHUN 2011 EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU X TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI Oleh : OCTY JEN CAMILA K 100 080 040 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan masalah utama bidang kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru TB, dan lebih dari 2 juta orang meninggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO, 2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis atau TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan

Lebih terperinci

UNTUK PENGOBATAN TUBERKULOSIS DI UNIT PELAYANAN KESEHATAN

UNTUK PENGOBATAN TUBERKULOSIS DI UNIT PELAYANAN KESEHATAN CV. Kharisma CMYK s+op PETUNJUK PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS FIXED DOSE COMBINATION (OAT-FDC) UNTUK PENGOBATAN TUBERKULOSIS DI UNIT PELAYANAN KESEHATAN Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta

Lebih terperinci