ANALISIS WACANA PADA TAYANGAN INFOTAINMENT SILET DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS WACANA PADA TAYANGAN INFOTAINMENT SILET DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA SKRIPSI"

Transkripsi

1 ANALISIS WACANA PADA TAYANGAN INFOTAINMENT SILET DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh EDY MULYONO C FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 ANALISIS WACANA PADA TAYANGAN INFOTAINMENT SILET DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA i

2 Disusun oleh EDY MULYONO C Telah disetujui oleh pembimbing Pembimbing Prof. Dr. H. D. Edi Subroto NIP Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Indonesia Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. NIP ANALISIS WACANA PADA TAYANGAN INFOTAINMENT SILET DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA ii

3 Disusun oleh EDY MULYONO C Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Sekretaris Penguji I Penguji II Dra. Chattri. S. Widyastuti, M.Hum NIP Miftah Nugroho, S.S NIP Prof. Dr. H. D. Edi Subroto NIP Drs. F.X. Sawardi, M.Hum NIP Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Drs. Soedarno, M.A. NIP PERNYATAAN Nama : Edy Mulyono iii

4 NIM : C Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Analisis Wacana pada Tayangan Infotainment Silet di Rajawali Citra Televisi Indonesia adalah betulbetul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut. Surakarta, 19 Januari 2010 Yang membuat pernyataan, Edy Mulyono MOTTO iv

5 Hidup memang tidak bisa memilih, tapi kita harus bisa menjalani apa yang diberikan oleh hidup, menjadikanya sebuah alasan untuk berjuang. Seribu kali pun kita berbuat baik, orang tetap mencari keburukan kita. Maka kita balas dendam: meskipun seseorang berbuat buruk seribu kali, kita tetap bersemangat untuk menemukan kebaikannya. (Emha Ainun Nadjib) PERSEMBAHAN v

6 Ayah (Ranto Wiyatmo) Bunda (Karyani) Kakakku (Isdwi Handayani) Keponakan kecilku (Istika Indah, Keysa) KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur hanya kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada penulis, sehingga dapat vi

7 menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Wacana Pada Tayangan Infotainment Sile di Rajawali Citra Televisi Indonesia Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari semua pihak. Penulis dengan setulus hati mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya ini. Dalam kesempatan ini dengan setulus hati mengucapkan terima kasih kepada: 1 Drs. Soedarno, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi. 2 Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia FSSR UNS sekaligus Pembimbing Akademik, yang telah memberikan kepercayaan dan kemudahan selama penyusunan skripsi. 3 Prof. Dr. H. D. Edi Subroto, selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan saran dengan sabar dalam penulisan skripsi ini, serta memberi motivasi dan nasihat kepada penulis. 4 Segenap dosen Jurusan Sastra Indonesia FSSR UNS yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 5 Staf Perpustakaan UNS dan Perpustakaan FSSR yang telah memberikan kelonggaran kepada penulis untuk membaca dan meminjam buku-buku referensi yang diperlukan dalam menyelesaikan skripsi ini. 6 Danang dan Anung yang telah memberikan waktu untuk sekedar diskusi ilmu bahasa dengan penulis 7 Kawan-kawan di persewaan komputer UNIX ( Rahmanto, Amir, Toni, dan Danang), kawan-kawan Sastra Indonesia angkatan 2002 kalian keluarga kedua buatku. vii

8 8 Komunitas Musik dan Film FSSR sebuah kenangan tak terlupa 9 Kawan-kawan Prodi Tv Isi Surakarta, Galsari Film Production, Komunitas Movie Maker Solo, Karimanen Production, Maton Production, Wong Film, yang telah memberikan kesempatan penulis mendapatkan pengalaman dalam dunia film 10 Gang Oncom (Wira, Risti), Anak-anak Ponti da Jogja (Fadil, Reza, Wendi, Yosvi, Heru, Andi), Gang Gong (Ardi, Putra, Anang, Diki), Gang Konde (Lingga, May, Ardi, Alin, Depi ) makasih telah menemaniku menjadi kelelawar. 11 Kawan-kawan Be-One Indo Marcom, Idee Production, Red House Comunity, Quen Vanila, yang telah memberikan kesempatan penulis mendapatkan pengalaman kerja. 12 Semua pihak yang telah membantu selama penyusunan skripsi yang tidak mungkin disebutkan satu persatu oleh penulis dalam kesempatan ini. Surakarta, 19 Januari 2010 Penulis DAFTAR ISI SAMPUL DALAM i viii

9 PERSETUJUAN PEMBIMBING ii PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI iii HALAMAN PERNYATAAN iv HALAMAN PERSEMBAHAN vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR BAGAN xiii DAFTAR SINGKATAN......xiii ABSTRAK xiv BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah B Pembatasan Masalah C Perumusan Masalah D Tujuan Penelitian E Manfaat Penelitian F Sistematika Penulisan BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A Landasan Teori PengertianWacana Jenis-Jenis Wacana Aspek Gramatikal dalam Analisis Wacana Aspek Leksikal dalam Analisis Wacana Retorika Infotainment ix

10 BAB III METODE PENELITIAN A Jenis Penelitian B Data dan Sumber Data C Teknik Penyediaan Data D Metode Analisis Data BAB IV HASIL ANALISIS DATA A Analisis Karakteristik Retorika Infotainmen Silet di RCTI Pembuka (Opening House Program) Isi Program Infotainment Penutup (Closing House Program) B Analisis Kohesi Gramatikal Infotainment Silet di RCTI Pengacuan (Referensi) Pronomina Persona Penyulihan (Substitusi) a. Substitusi Nomina b. Substitusi Frasal c. Substitusi Klausal d. Substitusi dengan Penyebutan Secara Definit Pelesapan (Elipsis) Perangkaian (Konjungsi) a. Sebab-Akibat b. Pertentangan c. Harapan (Optatif) d. Tegasan x

11 e. Tujuan C Analisis Kohesi Gramatikal Infotainment Silet di RCTI Repetisi (Pengulangan) a. Repetisi Epizeuksis b. Repetisi Anafora c. Repetisi Mesodiplosis Sinonimi a. Sinonimi Kata dengan Kata b. Sinonimi Kata dengan Frasa c. Sinonimi Frasa dengan Frasa Antonimi a. Oposisi Mutlak b. Oposisi Kutub c. Oposisi Hubungan Kolokasi Hiponimi Ekuivalensi V PENUTUP A Simpulan B Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR BAGAN Bagan Retorika Siaran Infotainment Silet di RCTI Bagan Analisis Hiponimi Satuan Lingual Selebriti Bagan Analisis Hiponimi Satuan Lingual Group Band Bagan Analisi Hiponimi Satuan Lingual Perasaan xii

13 DAFTAR SINGKATAN dan LAMBANG A. Daftar Singkatan CHP CHS HI : Closing House Program : Closing House Segmen : Hari Ibu xiii

14 MTB Nov OHP OHS SYDAG TDJ Des : Menyambut Tahun Baru : November : Opening House Program : Opening House Segmen : Sakit yang Diderita Artis Gugun Gondong : Tragedi di Jakarta : Desember B. Daftar Lambang Æ : Morfem Zero ( ) : Opsional atau sekadar pelengkap dan nomor urut data. : Ada bagian kalimat yang dihilangkan. ABSTRAK Edy Mulyono. C Analisis Wacana pada Tayangan Infotainment Silet di Rajawali Citra Televisi Indonesia. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana karakteristik retorika yang digunakan pada program infotainment silet di RCTI.? (2) Aspek kohesi gramatikal apa saja yang dimanfaatkan untuk membangun keterpaduan wacana pada tayangan infotainment silet di RCTI? (3) Aspek kohesi leksikal apa saja xiv

15 yang dimanfaatkan untuk membangun keterpaduan wacana pada tayangan infotainment silet di RCTI? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah; (1) Mendeskripsikan karakteristik retorika yang digunakan pada program infotainment silet di RCTI.? (2) Mendeskripsikan aspek kohesi gramatikal yang membangun keterpaduan wacana pada tayangan Infotainment Silet di RCTI; (3) Mendeskripsikan aspek kohesi leksikal yang membangun keterpaduan wacana pada tayangan Infotainment Silet di RCTI. Metode yang akan digunakan untuk menganalisis keterpaduan wacana dalam program acara Infotainment Silet adalah metode distribusional.dengan teknik oposisi, teknik penggantian atau substitusi, dan teknik pelesapan atau delisi Dari analisis dapat disimpulkan beberapa hal; (1) Retorika siaran Infotainment Silet terbagi atas tiga bagian, bagian pembuka disebut Opening Host Program (OHP); bagian isi setiap segmen informasi terbagi atas tiga bagian (Opening Hosh Segmen, isi, Closing Host Segmen); bagian penutup (Closing Host Program) (2) Aspek-aspek kohesi gramatikal yang dimanfaatkan untuk membangun keterpaduan wacana pada tayangan infotainment silet di RCTI sebagai peranti pendukung kepaduan wacana adalah Pengacuan (referensi) dengan pengacuan pronomina III; Penyulihan (substitusi) meliputi substitusi nomina, substitusi frasal, substitusi klausal, substitusi dengan penyebutan ulang secara definit; Pelesapan (elipsis) meliputi pelesapan berupa kata, pelesapan frasa, dan pelesepan klausa; Perangkaian (konjungsi) meliputi konjungsi sebab-akibat, konjungsi pertentangan, konjungsi konsesif, konjungsi harapan (optatif), konjungsi syarat, konjungsi ketidakserasian, konjungsi cara, konjungsi misalan/contoh, konjungsi tegasan, konjungsi jelasan, konjungsi tujuan, konjungsi keragu-raguan (3) Aspek-aspek kohesi leksikal yang dimanfaatkan untuk membangun keterpaduan wacana pada tayangan infotainment silet sebagai peranti pendukung kepaduan wacana adalah sebagai berikut; Kohesi leksikal yang berupa repetisi (pengulangan), yang dapat dibedakan atas, repetisi epizeuksis, repetsisi anafora, dan repetisi mesodiplosis; Sinonimi yang dapat ditemukan antara lain sinonimi kata dengan kata, sinonimi kata dengan frasa atau sebaliknya, dan sinonimi frasa dengan frasa; Antonimi atau lawan kata yang ditemukan dalam tayangan infotainment silet, antara lain yaitu oposisi mutlak dan oposisi kutub, dan oposisi hubungan; Kolokasi atau sanding kata; Hiponimi atau hubungan atas-bawah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemakaian bahasa dalam masyarakat meliputi berbagai bidang kehidupan, salah satunya dapat ditemukan dalam media elektronika televisi. Televisi sebagai salah satu alat komunikasi mempunyai sistem penyiaran gambar yang obyeknya xv

16 bergerak dan disertai audio yang digunakan untuk menyiarkan pertunjukkan, berita, informasi, hiburan dan sebagainya. Onong Uchjana Efendi (1993:34) mengungkapkan bahwa televisi merupakan salah satu media komunikasi audio visual yang tidak pernah terlepas dari kebutuhan manusia. Sekarang ini televisi bukan lagi menjadi barang yang mewah, melainkan sudah menjadi kebutuhan yang primer. Manusia selalu membutuhkan, karena mengingat begitu pentingnya televisi dalam kehidupan manusia. Televisi digunakan sebagai hiburan dalam keluarga setelah melaksanakan aktivitas seharian. Perkembangan pertelevisian di Indonesia sangat pesat, televisi-televisi swasta bermunculan melengkapi dan memperkaya TV yang sudah ada. Tercatat lebih dari 17 TV yang ada di Indonesia adalah TVRI, RCTI, SCTV, TPI, AN-TV, Indosiar, Trans-TV, Lativi, TV-7, TV Global, dan Metro TV ditambah TV-TV lokal seperti Bandung TV, STV, Padjadjaran TV, TATV Solo, Jogja TV dan sebagainya. Fenomena ini tentu saja menggembirakan karena idealnya masyarakat Indonesia memiliki banyak alternatif dalam memilih suguhan program acara televisi. Program acara televisi di Indonesia pada umumnya diproduksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan. Stasiun televisi dapat memilih program menarik dan memiliki nilai jual kepada pemasang iklan, perusahaan produksi acara televisi dapat meraih keuntungan dari produksinya. Namun 1 realitasnya, yang terjadi adalah stasiunstasiun TV di Indonesia terjebak pada selera pasar karena tema acara yang disajikan hampir semua saluran TV tidak lagi beragam tetapi seragam. Hal ini terjadi hampir pada seluruh format acara TV baik itu berita kriminal dan bedah kasus, tayangan misteri, dangdut, sinetron, telenovela, serial drama Asia, infotainment, dan lain-lain. xvi

17 Infotainment merupakan salah satu program televisi yang menjadi salah satu sajian wajib televisi Indonesia. Program acara infotainment adalah program acara televisi yang menggabungkan antara berita atau informasi dan hiburan. Program acara infotainment mengemas berita dengan penyampaian bahasa yang satai karena sifatnya lebih digunakan sebagai hiburan saja. Terdapat banyak program acara televisi swasta yang bertajuk infotainment setiap hari (Expose, Insert, Kroscek, SMS, Cek dan Ricek, Showbiz On Location, Kiss, Bibir Plus, Portal, Was Was, Betis, Silet, dan sebagainya). Infotainment pada saat ini mencoba bermain dengan kata-kata yang bersifat sastra dalam penyajiannya, terkadang bahasa yang digunakan dibuat sedemikian dramatis dan manis. Silet merupakan salah satu program infotainment yang mempunyai gaya bahasa yang khas. Silet merupakan program infotainment yang disiarkan oleh RCTI setiap hari pada pukul sampai WIB. Silet adalah program infotainment yang diproduksi oleh production house yang bernama Indigo Production. Pengambilan nama Silet menurut Indigo Production mempunyai makna metaforis bahwa infotainment silet mampu membahas dunia selebritis setajam pisau silet. Dengan reputasinya, Silet selalu berhasil membuat selebritis angkat bicara tentang persoalan yang tengah mereka hadapi, bahkan tidak jarang sampai menguraikan air mata. Program acara infotainment silet sangat diminati oleh masyarakat dibanding dengan program acara sejenis, terbukti dengan didapatkannya rating tertinggi dalam penganugrahan Panasonic Award. Dilihat dari segi retorika yang digunakan, program acara Infotainment Silet berbeda dengan acara sejenis, terutama dilihat dari bagian pembukaan (Opening) dan penutupan (Clossing). xvii

18 Infotainment silet merupakan salah satu program siaran berita, walaupun kemasannya lebih santai dan juga berita yang disampaikan kebanyakan seputar dunia selebriti. Siaran infotainment termasuk salah satu bentuk retorika, yakni pembaca berita dalam infotainment menyiarkan informasi-informasi yang diperlukan oleh masyarakat. Setiap program infotainment mempunyai karakter berbeda dalam retorikanya, begitu pula dalam program infotainment silet.. Secara garis besar, retorika siaran infotainment silet terdiri atas bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup. Ciri pembeda retorika dalam infotainment silet dibanding dengan infotainment yang lain adalah tuturan dalam bagian pembuka (Opening Host Program) dan bagian penutup acara (Closing Host Program) serta gambaran bumper yang ditayangkan. Wacana dalam program acara infotainment silet termasuk dalam ragam lisan yang berupa wacana bersifat monolog. Wacana tersebut merupakan wacana komunikasi satu arah yang dilakukan seorang pembawa acara ataupun pembaca berita dengan tanpa audience nyata. Audience yang ada merupakan audience bayangan atau imagined audience, yaitu para pemirsa yang mengikuti siaran program infotainment melalui sarana siaran televisi. Dengan bentuk kegiatan semacam ini jelas tidak terjadi komunikasi kebahasaan antara pembawa acara ataupun pembaca berita dengan pemirsanya. Wacana monolog semacam ini yang membuat menarik untuk diteliti, karena para audience akan menyerap dan menerka wacana yang disampaikan satu sama lain akan berbeda. Kalimat-kalimat yang membangun wacana dalam program acara infotainment silet di setiap segmen berita memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Keterkaitan itu membawa konsekuensi terjadinya hubungan bentuk dan makna antar xviii

19 tuturan pada tiap segmen berita. Hal itu antara lain karena ada tuturan yang dikembangkan dan dijelaskan tuturan lainnya secara kohesif dan koheren. Pola dan sifat kohesif berkaitan dengan bentuk secara struktural, sedangkan pola koheren berkaitan dengan hubungan isi atau makna secara semantis (Mulyana, 2005: 128). Keterkaitan kalimat pada setiap segmen program infotainment silet membentuk satu wacana yang utuh. Setiap segmen berita berupa paparan panjang dalam bentuk lisan dengan bahasa tak resmi. Bentuk paparan secara lisan terkadang sulit untuk membentuk satu wacana yang padu, tapi dalam infotainment silet, setiap paparan dikembangkan dan dijelaskan secara padu pada tiap segmennya. Berdasarkan uraian di atas penulis memberi judul penelitian ini, sesuai dengan objek dan bahan penelitian yaitu Analisi Wacana Pada Tayangan Infotainment Silet di Rajawali Citra Televisi Indonesia. B. Pembatasan Masalah Penelitian ini berusaha mengkaji masalah karateristik retorika serta aspekaspek yang membangun keterpaduan wacana pada program acara infotainment silet di RCTI yang meliputi aspek kohesi leksikal dan gramatikal. C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dan pembatasan masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. xix

20 1. Bagaimanakah karakteristik retorika yang digunakan pada program infotainment silet di RCTI.? 2. Aspek kohesi gramatikal apa saja yang dimanfaatkan untuk membangun keutuhan wacana pada program acara infotainment Silet di RCTI? 3. Aspek kohesi leksikal apa saja yang dimanfaatkan untuk membangun keutuhan wacana pada program acara infotainment Silet di RCTI? D. Tujuan Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini meliputi dua hal sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan karakteristik retorika yang digunakan dalam infotainment silet di RCTI. 2. Mendeskripsikan dan menjelaskan aspek kohesi gramatikal apa saja yang dimanfaatkan untuk membangun keutuhan wacana tuturan pada program acara infotainment silet di RCTI. 3. Mendeskripsikan dan menjelaskan aspek kohesi leksikal apa saja yang dimanfaatkan untuk membangun keutuhan wacana tuturan pada program acara infotainment silet di RCTI. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis. Di bawah ini akan diuraikan setiap manfaat yang dimaksud sebagai berikut. xx

21 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis merupakan manfaat yang berkenaan dengan pengembangan ilmu, dan dalam hal ini ilmu linguistik atau kebahasaan. Hasil penelitian ini diharapkan berguna dalam pengembangan ilmu bahasa, terutama di bidang wacana. Hasil penelitian ini akan memperkuat suatu anggapan bahwa keterpaduan wacana merupakan unsur penting dari keterbacaan wacana. Selain itu, dapat memperkaya perkembangan ilmu dan pengetahuan mengenai model analisis wacana atas salah satu bentuk wacana yang terdapat dalam media jurnalistik audio visual khususnya program infotainment. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktisnya adalah hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi pemahaman wacana secara utuh, terutama memahami makna berita audio visual pada program acara infotainment silet di RCTI. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau rujukan untuk penelitian sejenis selanjutnya. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan diperlukan untuk mempermudah penguraian masalah dalam suatu penelitian, karena cara kerja penelitian lebih terarah, runtut, dan jelas. Penulisan yang sistematis banyak membantu pembaca dalam memahami hasil penelitian. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini tersusun atas lima bab. Kelima bab itu adalah sebagai berikut. Bab I pendahuluan. Bab ini menguraikan secara terperinci latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. xxi

22 Bab II landasan teori dan kerangka pikir. Bab ini berisi teori-teori yang secara langsung berhubungan dengan masalah yang hendak diteliti dan dikaji sebagai landasan atau acuan dalam penelitian ini. Dalam bab ini juga dijelaskan kerangka pikir yang digunakan untuk mengkaji dan memahami masalah yang sedang yang diteliti. Bab III metode penelitian. Bab ini menguraikan jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data. Bab IV analisis data. Bab ini berisi analisis terhadap data-data yang menjadi objek penelitian. Analisis data ini berupa telaah karakteristik retorika dalam infotainment silet serta telaah kohesi gramatikal dan kohesi leksikal wacana pada program acara infotainment silet yang tayang di televisi RCTI. Di sini diuraikan tentang karakteristik retorika pada tayangan program infotainment silet yang meliputi tuturan pembukaan (opening), tuturan isi, tuturan penutup (closing). Mekanisme alat kohesi gramatikal yang meliputi pengacuan (reference), substitusi/penyulihan (substitution), pelesapan (elipsis), serta perangkai (konjungsi) dan alat kohesi leksikal yang berupa pengulangan (repetition), sinonimi (padan kata), antonimi (lawan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas-bawah), ekuivalensi (kesepadanan). Bab V penutup. Bab ini berupa simpulan yang berisi pernyataan singkat hasil penelitian dan pembahasan. Selain itu, dalam bab ini disertakan beberapa saran yang relevan dalam penelitian ini. BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR xxii

23 Landasan Teori 1. Pengertian Wacana Istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para linguis Indonesia sebagai padanan (terjemahan) dari istilah bahasa Inggris discourse (Dede Oetomo, 1993:3). Kata discourse sendiri berasal dari bahasa latin discursus (lari kesana kemari) atau (lari bolak-balik). Kata ini diturunkan dari dis (dan atau dalam arah yang berbeda) dan currere (lari). Jadi discursus berarti lari dari arah yang berbeda. Makna istilah tersebut berkembang lebih jauh sehingga kemudian memiliki arti sebagai pertemuan antarbagian yang membentuk satu kepaduan (Mulyana, 2005:4). Di dalam buku Pengajaran Wacana, Tarigan (1987: 27) memberikan definisi sebagai berikut, wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau kluasa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir nyata disampaikan secara lisan atau tertulis.. Pemahaman bahwa wacana merupakan satuan bahasa yang terlengkap dan merupakan satuan tertinggi dalam hierarki gramatikal, adalah pemahaman yang berasal dari pernyataan, wacana adalah satuan bahasa terlengkap; dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar (Fatimah Djajasudarma, 1994: 3). Harimurti Kridalaksana mengatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, 9 kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap (2001:231). xxiii

24 Tampaknya pada definisi tersebut, hal yang dipentingkan di dalam wacana yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana adalah keutuhan atau kelengkapan maknanya. Adapun konkretnya dapat berupa apa saja (kata, kalimat, paragraf, atau sebuah karangan yang utuh) yang penting makna, isi, dan amanatnya lengkap (Sumarlam, et. al, 2003:5). Samsuri (1987: 2) berpendapat bahwa, wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan. Lebih lanjut lagi Samsuri (1987: 2) menjelaskan bahwasanya wacana mungkin bersifat transaksional, jika yang dipentingkan ialah isi komunikasi itu, tetapi mungkin bersifat interaksional, jika merupakan komunikasi timbal balik. Di dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi ke-3) dinyatakan bahwa, wacana ialah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat itu (Hasan Alwi, et.al, 2003: 41). Wacana merupakan kelas kata benda (nomina) yang mempunyai arti sebagai berikut. 1.) Komunikasi verbal; percakapan; 2.) Keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan; 3.) Satuan bahasa yang terlengkap, yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan yang utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah; 4.) Kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis; kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasrkan akal sehat; 5.) Pertukaran ide secara verbal (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 1264). Soenjono Dardjowidjojo (1986:93) memberikan pengertian wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan xxiv

25 proposisi yang lain membentuk satu kesatuan. Lebih lanjut, Soeseno Kartomihardjo menjelaskan bahwa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat dan lazim disebut wacana. Unit yang dimaksudkan dapat berupa paragraf, teks bacaan, undangan, percakapan, cerpen, dan sebagainya (1993:21). Analisis wacana berusaha mencapai makna yang persis sama atau paling tidak sangat dekat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan atau oleh penulis dalam wacana tulisan. Analisis wacana banyak menggunakan pola sosiolinguistik, suatu cabang ilmu bahasa yang menelaah bahasa di dalam masyarakat (Sumarlam, 2003: 10). 2. Jenis-jenis Wacana Tarigan (1987:51) mengemukakan, jenis wacana dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, yaitu: (1) berdasarkan tertulis atau tidaknya, wacana dapat diklasifikasikan atas wacana tulis dan wacana lisan, (2) berdasarkan langsung atau tidaknya pengungkapan wacana, wacana diklasifikasikan atas wacana langsung dan tidak langsung, (3) berdasarkan cara membeberkan atau cara menuturkannya, wacana diklasifikasikan atas wacana pembeberan dan wacana penuturan, (4) berdasarkan bentuknya, wacana diklasifikasikan atas wacana prosa, wacana puisi, dan wacana drama. Fatimah T. Djajasudarma membagi jenis wacana dari segi eksistensinya (realitasnya), media komunikasi, cara pemaparan, dan jenis pemakaian. Berdasarkan realitasnya, dapat diklasifikasikan atas wacana verbal dan nonverbal. Berdasarkan media komunikasinya, dapat diklasifikasikan atas wacana lisan dan wacana tulis. Dari segi pemaparannya dapat diklasifikasikan atas wacana yang disebut naratif, xxv

26 deskriptif, prosedural, ekspositori, argumentasi, hortatori, dan sebagainya. Berdasarkan pemaparannya dapat diklasifikasikan atas wacana monolog (satu orang penutur), dialog (dua orang atau lebih penutur), dan polilog (lebih dari dua orang penutur) (1994:6). Sumarlam (et.al, 2005: 16) berpendapat bahwa, berdasarkan media yang digunakannya wacana dapat dibedakan atas wacana tulis dan wacana lisan. Berikut paparan ringkas mengenai wacana tulis dan wacana lisan. a. Wacana Tulis Wacana tulis artinya wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis atau melalui media tulis (Sumarlam, et.al, 2005: 16). Untuk dapat menerima atau memahami wacana tulis maka sang penerima atau pesapa harus membacanya. Di dalam wacana tulis terjadi komunikasi secara tidak langsung antara penulis dengan pembaca. b. Wacana Lisan Wacana lisan berarti wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau media lisan (Sumarlam, et.al. 2005: 16). Untuk dapat menerima dan memahami wacana lisan maka sang penerima harus menyimak atau mendengarkannya. Di dalam wacana lisan terjadi komunikasi langsung antara pembicara dengan pendengar. Berdasarkan sifat atau jenis pemakaiannya wacana dapat dibedakan antara wacana monolog dan wacana dialog (Sumarlam, et,al, 2005: 17). a. Wacana Dialog (Dialogue Discourse). xxvi

27 Wacana dialog yaitu wacana percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara langsung. Wacana dialog ini bersifat dua arah, dan masing-masing partisipan secara aktif ikut berperan dalam komunikasi tersebut sehingga disebut komunikasi interaktif (interactive comunication) (Sumarlam, et.al, 2005: 17). b. Wacana Monolog (Monologue Discourse) Wacana monolog artinya wacana yang disampaikan oleh seorang diri tanpa melibatkan orang lain untuk ikut berpartisipasi secara langsung. Wacana monolog ini sifatnya searah dan termasuk komunikasi tidak interaktif (non-interactive comunication) (Sumarlam, et.al, 2005: 17). Berdasarkan tujuan berkomunikasi, wacana dapat dibedakan menjadi wacana deskripsi, eksposisis, argumentasi, persuasi, dan narasi. Setiap jenis wacana tersebut memiliki karakteristik tersendiri. Namun, kenyataannya, kelima jenis wacana itu tidak mungkin dipisahkan secara murni. Misalnya, mungkin dalam wacana eksposisi terdapat bentuk deskripsi. (Abdul Rani. Dkk, 2006: 37) a. Wacana deskripsi Wacana deskripsi merupakan jenis wacana yang ditujukan kepada penerima pesan agar dapat membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal. Aspek kejiwaan yang mencerna wacana tersebut adalah emosi. Hanya melalui emosi, seseorang dapat membentuk citra atau imajinasi tentang sesuatu. b. Wacana eksposisi xxvii

28 Wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima (pembaca) agar yang bersangkutan memahaminya. Wacana eksposisi dapat berisi konsep konsep dan logika yang harus diikuti oleh penerima. Oleh sebab itu, untuk memahami wacana eksposisi, diperlukan proses berfikir. c. Wacana argumentasi Wacana argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang berdasarkan pertimbangan logis maupun emosional d. Wacana persuasi Wacana persuasi merupakan wacana yang betujuan mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuatu yang diharapkan penuturnya. Untuk mempengaruhi tersebut, biasanya, digunakan segala upaya yang memungkinkan mitra tutur terpengaruh e. Wacana narasi Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerit. Dalam narasi terdapat unsur-unsur cerita yang penting misalnya unsur waktu, pelaku, dan peristiwa. Dalamwacana narasi harus ada unsur waktu, bahkan unsur pergeseran waktu itu sangat penting. Unsur pelaku atau tokoh merupakan pokok yang dibicarakan, sedangkan unsur peristiwa adalah hal-hal yang dialami oleh sang pelaku. 3. Aspek Gramatikal dalam Analisis Wacana xxviii

29 Sejalan dengan pandangan bahwa bahasa terdiri atas bentuk (form) dan makna (meaning), maka hubungan antarbagian wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hubungan bentuk yang disebut kohesi (cohesion) dan hubungan semantis atau makna yang disebut koherensi (coherence). Dengan demikian, wacana yang padu adalah wacana yang apabila dilihat dari segi hubungan bentuk atau struktur lahir bersifat kohesif, dan dilihat dari segi hubungan makna atau struktur batinnya bersifat koheren (Sumarlam, et. al, 2003:23). Selanjutnya berkenaan dengan masalah kohesi, Halliday dan Hasan (1976:6, dalam Sumarlam 2003:23) membagi kohesi menjadi dua jenis, yaitu kohesi gramatikal (grammatical cohesion) dan kohesi leksikal (lexical cohesion). Dalam analisis wacana, segi bentuk atau struktur lahir wacana disebut aspek gramatikal wacana, sedangkan segi makna atau struktur batin wacana disebut aspek leksikal wacana. Secara lebih rinci, aspek gramatikal wacana meliputi: (a) pengacuan (reference), (b) penyulihan (substitution), (c) pelesapan (ellipsis), (d) konjungsi (conjunction) (Sumarlam, et. al, 2003:23). Berikut penjelasan keempat aspek gramatikal tersebut dan disertai dengan contoh-contoh dalam analisis wacana a. Referensi (pengacuan) Referensi atau pengacuan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual yang lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya (Sumarlam, et. al, 2003:23). Lebih lanjut, Samsuri (1987/1988:57) mengemukakan, bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, bahwa referensi ialah ungkapan kebahasaan yang dipakai seorang pembicara untuk mengacu ke hal-hal yang dibicarakannya itu. Kedua, jika dalam semantik formal sesuatu yang dirujuk itu xxix

30 mesti benar, dalam wacana apa yang dimaksud dengan referensi yang benar, ialah referensi yang dimaksud oleh pembicara. Oleh karena itu, konsep yang dipakai sebenarnya bukan referensi yang benar, melainkan lebih tepat referensi yang berhasil. Untuk tujuan memahami amanat bahasa yang sedang berlaku, referensi yang berhasil bergantung pada pengenalan atau identifikasi pendengar akan referensi yang dimaksud oleh pembicara berdasarkan ungkapan yang dipakai untuk mengacunya. Hal akhir yang melibatkan pengertian mengenai referen yang dimaksud oleh pembicara, yang sangat penting dalam mempertimbangkan tiap penafsiran ungkapan acuan dalam wacana. Samsuri berpendapat biarpun terdapat kenyataan bahwa dalam beberapa analisis diajukan gagasan, bahwa ungkapan tertentu mempunyai referensi yang unik dan bebas, secara umum dapat dinyatakan, bahwa, apapun bentuk ungkapan acuan itu, fungsi referensinya tentu bergantung pada maksud pembicara pada waktu pemakaiannya itu (1987/1988:57). Berdasarkan tempatnya, apakah acuan itu berada di dalam teks atau di luar teks, maka pengacuan dibedakan menjadi dua jenis: pengacuan endofora apabila acuannya (satuan lingual yang diacu) berada atau terdapat di dalam teks wacana itu, dan pengacuan eksofora apabila acuannya berada atau terdapat di luar teks wacana (Sumarlam, et. al, 2003:23). Pengacuan endofora berdasarkan arah pengacuannya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pengacuan anaforis (anaphoric reference) dan pengacuan kataforis (cataphoric reference). Pengacuan anaforis adalah salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan xxx

31 lingual yang lain yang mendahuluinya, atau mengacu anteseden di sebelah kiri, atau mengacu pada unsur yang telah disebut terdahulu. Sementara itu, pengacuan kataforis merupakan salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain mengikutinya, atau mengacu anteseden di sebelah kanan, atau mengacu pada unsur yang baru disebutkan kemudian. Satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain itu dapat berupa persona (kata ganti orang), demonstratif (kata ganti penunjuk), dan komparatif (satuan lingual yang berfungsi membandingkan antara unsur yang satu dengan unsur lainnya) (Sumarlam, et. al, 2003:23-24). 1. Pengacuan Persona Pengacuan persona direalisasikan melalui pronomina persona (kata ganti orang), yang meliputi persona pertama (persona I), kedua (persona II), dan ketiga (persona III), baik tunggal maupun jamak. Pronomina persona I tunggal, II tunggal, dan III tunggal ada yang berupa bentuk bebas (morfem bebas) dan ada pula yang terikat (morfem terikat). Selanjutnya yang berupa bentuk terikat ada yang melekat di sebelah kiri (lekat kiri) dan ada yang melekat di sebelah kanan (lekat kanan). Dengan demikian satuan lingual aku, kamu, dan dia, misalnya, masing-masing merupakan pronomina persona I, II, dan III tunggal bentuk bebas. Adapun bentuk terikatnya adalah ku- (misalnya pada kutulis), kau- (pada kautulis) masingmasing adalah bentuk terikat lekat kiri; atau ku (misalnya pada istriku, - mu (pada istrimu), dan nya (pada istrinya) yang masing-masing merupakan bentuk terikat lekat kanan (Sumarlam, et. al, 2003:24-25). 2. Pengacuan Demonstratif xxxi

32 Pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pronomina demonstratif waktu (temporal) dan pronomina demonstratif tempat (lokasional). Pronomina demonstratif waktu ada yang mengacu pada waktu kini (seperti: kini dan sekarang), lampau (seperti: kemarin dan dulu), akan datang (seperti: besok dan yang akan datang), dan waktu netral (seperti: pagi dan siang). Sementara itu, pronomina demonstratif tempat ada yang mengacu pada tempat atau lokasi yang dekat dengan pembicara (sini, ini), agak jauh dengan pembicara (situ, itu), jauh dengan pembicara (sana), dan menunjuk tempat secara eksplisit (Surakarta, Yogyakarta) (Sumarlam, et.al, 2003:26). 3. Pengacuan Komparatif Pengacuan komparatif (perbandingan) ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk atau wujud, sikap, sifat, watak, perilaku, dan sebagainya. Kata-kata yang biasa digunakan untuk membandingkan misalnya seperti, bagai, bagaikan, laksana, sama dengan, tidak berbeda dengan, persis seperti, dan persis sama dengan (Sumarlam, et.al, 2003:27). b. Penyulihan (Substitusi) Penyulihan atau substitusi ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu (yang telah disebut dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Penggantian dilakukan untuk memperoleh unsur pembeda atau menjelaskan struktur tertentu (Harimurti Kridalaksana, 2001:100). Proses substitusi merupakan hubungan xxxii

33 gramatikal, dan lebih bersifat hubungan kata dan makna. Dilihat dari segi satuan lingualnya, substitusi dibedakan menjadi substitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal (Sumarlam, et.al, 2003:28-30). 1. Substitusi Nominal Substitusi nominal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori nomina (kata benda) dengan satuan lingual lain yang berkategori nomina 2. Substitusi Verbal Substitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori verba (kata kerja) dengan satuan lingual lainnya yang juga berkategori verba. 3. Substitusi Frasal Substitusi frasal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa dengan satuan lingual lainnya yang berupa frasa. 4. Substitusi Klausal Substitusi klausal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa klausa atau kalimat dengan satuan lingual lainnya yang berupa kata atau frasa. c. Pelesapan (Elipsis) Pelesapan atau elipsis adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Elipsis juga merupakan penggantian unsur kosong (zero), yaitu unsur yang sebenarnya ada tetapi sengaja dihilangkan atau xxxiii

34 disembunyikan. Adapun fungsi pelesapan dalam wacana antara lain ialah untuk (1) menghasilkan kalimat yang efektif (untuk efektivitas kalimat); (2) efisiensi, yaitu untuk mencapai nilai ekonomis dalam pemakaian bahasa; (3) mencapai aspek kepaduan wacana; (4) bagi pembaca atau pendengar berfungsi untuk mengaktifkan pikirannya terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam satuan bahasa, dan (5) untuk kepraktisan berbahasa terutama dalam berkomunikasi secara lisan. Gaya penulisan wacana yang menggunakan elipsis biasanya mengandaikan bahwa pembaca atau pendengar sudah mengetahui sesuatu, meskipun sesuatu itu tidak disebutkan secara eksplisit. d. Perangkaian (Konjungsi) Konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Unsur yang dirangkaikan dapat berupa satuan lingual kata, frasa, klausa, kalimat, dan dapat juga berupa unsur yang lebih besar dari itu, misalnya alinea dengan pemarkah lanjutan, dan topik pembicaraan dengan pemarkah alih topik atau pemarkah disjungtif (Sumarlam, et.al, 2005: 32). Dilihat dari segi maknanya pun, perangkaian unsur dalam wacana mempunyai bermacam-macam makna. Makna perangkaian beserta konjungsi yang dapat dikemukakan di sini antara lain sebagai berikut: 1.) Sebab-akibat : sebab, karena, maka, makanya 2.) Pertentangan : tetapi, namun 3.) Kelebihan (eksesif) : malah 4.) Perkecualian (ekseptif) : kecuali 5.) Konsesif : walaupun, meskipun xxxiv

35 6.) Tujuan : agar, supaya 7.) Penambahan (aditif) : dan, juga, serta 8.) Pilihan (alternatif) : atau, apa 9.) Harapan (optatif) : moga-moga, semoga 10.) Urutan (sekuensial) : lalu, terus, kemudian 11.) Perlawanan : sebaliknya 12.) Waktu : setelah, sesudah, usai, selesai 13.) Syarat : apabila, jika (demikian) 14.) Cara : dengan (cara) begitu 15.) Makna lainnya : (yang ditemukan dalam tuturan) 4. Aspek Leksikal dalam Analisis Wacana Kepaduan wacana selain didukung oleh aspek gramatikal atau kohesi gramatikal juga didukung oleh aspek leksikal atau kohesi leksikal. Kohesi leksikal ialah hubungan antarunsur dalam wacana secara semantis. Dalam hal ini, untuk menghasilkan wacana yang padu pembicara atau penulis dapat menempuhnya dengan cara memilih kata-kata yang sesuai dengan isi kewacanaan yang dimaksud. Hubungan kohesif yang diciptakan atas dasar aspek leksikal, dengan pilihan kata yang serasi, menyatakan hubungan makna atau relasi semantik antara satuan lingual yang satu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana (Sumarlam, et. al, 2005: 35). Kohesi leksikal dalam wacana dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu (a) repetisi (pengulangan), (b) sinonimi (padan kata), (c) antonimi (lawan kata), (d) kolokasi (sanding kata), (e) hiponimi (hubungan atas-bawah), (f) ekuivalensi (kesepadanan). Keenam cara untuk mencapai kepaduan wacana melalui aspek xxxv

36 leksikal itu akan diuraikan pada bagian-bagian di bawah ini (Sumarlam, et.al, 2005:35-46). a. Repetisi (Pengulangan) Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Berdasarkan tempat satuan lingual yang diulang dalam baris, klausa atau kalimat, repetisi dapat dibedakan menjadi delapan macam, yaitu repetisi epizeuksis, tautotes, anaphora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, apanalepsis, dan anadiplosis (lihat Gorys Keraf, 2000: ). 1) Repetisi Epizeuksis Repetisi epizeuksis ialah pengulangan satuan lingual (kata/frasa) yang dipentingkan beberapa kali secara berturut-turut. 2) Repetisi Tautotes Repetisi tautotes ialah pengulangan satuan lingual (kata/frasa) beberapa kali dalam sebuah konstruksi. 3) Repetisi Anafora Repetisi anafora ialah pengulangan satuan lingual berupa kata atau frasa pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. Pengulangan pada tiap baris biasanya terjadi dalam puisi, sedangkan pengulangan pada tiap kalimat terdapat dalam prosa. 4) Repetisi Epistrofa Repetisi epistrofa ialah pengulangan satuan lingual kata atau frasa pada akhir baris (dalam puisi) atau akhir kalimat (dalam prosa) secara berturut-turut. 5) Repetisi Simploke xxxvi

37 Repetisi simploke ialah pengulangan satuan lingual pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut 6) Repetisi Mesodiplosis Repetisi mesodiplosis ialah pengulangan satuan lingual di tengah-tengah baris atau kalimat secara berturut-turut. 7) Repetisi Epanalepsis Repetisi epanalepsis ialah pengulangan satuan lingual, yang kata atau frasa terakhir dari baris atau kalimat itu merupakan pengulangan kata atau frasa pertama. 8) Repetisi Anadiplosis Repetisi anadiplosis ialah pengulangan kata atau frasa terakhir dari baris atau kalimat itu menjadi kata atau frasa pertama pada baris atau kalimat berikutnya. b. Sinonimi (padan kata) Sinonim dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama; atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain (Abdul Chaer, 1994: 85). Sinonim merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung kepaduan wacana. Sinonim berfungsi menjalin hubungan makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana (Sumarlam, et. al, 2005: 39). Sinonimi berdasarkan wujud satuan lingualnya dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu (1) sinonimi antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat), (2) kata dengan kata (3) kata dengan frasa atau sebaliknya, (4) frasa xxxvii

38 dengan frasa, (5) klausa atau kalimat dengan klausa atau kalimat (Sumarlam, 2005: 39). c. Antonimi (lawan kata) Antonimi dapat diartikan sebagai nama untuk benda atau hal yang lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan atau beroposisi dengan satuan lingual yang lain. Antonimi disebut juga oposisi makna. Pengertian oposisi makna mencakup konsep yang betul-betul berlawanan sampai kepada yang hanya kontras makna saja (Sumarlam, et.al, 2005: 40). Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan menjadi lima macam yaitu (dalam Sumarlam, et. al, 2005: 40-43): 1) Oposisi mutlak Oposisi mutlak adalah pertentangan makna secara mutlak 2) Oposisi Kutub Oposisi kutub adalah oposisi makna yang tidak bersifat mutlak, tetapi bersifat gradasi. Artinya, terdapat tingkatan makna pada kata-kata tersebut. 3) Oposisi Hubungan Oposisi hubungan adalah oposisi makna yang bersifat saling melengkapi. Karena oposisi ini bersifat saling melengkapi, maka kata yang satu dimungkinkan ada kehadirannya karena kehadiran kata yang lain menjadi oposisinya, atau kehadiran kata yang satu disebabkan oleh adanya kata yang lain. 4) Oposisi Hierarkial Oposisi hierarkial adalah oposisi makna yang menyatakan deret jenjang atau tingkatan. Satuan lingual yang beroposisi hierarkial pada umumnya kata-kata xxxviii

39 yang menunjuk pada nama-nama satuan ukuran (panjang, berat, isi), nama satuan hitungan, penanggalan, dan sejenisnya. 5) Oposisi Majemuk Oposisi majemuk adalah oposisi makna yang terjadi pada beberapa kata (lebih dari dua). Perbedaan antara oposisi majemuk dengan kutub terletak pada ada tidaknya gradasi yang dibuktikan dengan dimungkinkannya bersanding dengan kata agak, lebih, dan sangat pada oposisi kutub, dan tidak pada oposisi majemuk. Adapun perbedaan dengan opososi hierarkial adalah, pada oposisi hierarkial terdapat makna yang menyatakan jenjang atau tingkatan yang secara realitas tingkatan yang lebih tinggi atau lebih besar selalu mengasumsikan adanya tingkatan yang lebih rendah atau lebih kecil. d. Kolokasi (sanding kata) Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan. e. Hiponimi (hubungan atas-bawah) Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain. Unsur atau satuan lingual yang mencakupi beberapa unsur atau satuan lingual yang berhiponim itu disebut hipernim atau superordinat. f. Ekuivalensi (kesepadanan). Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. Dalam hal ini, sejumlah kata hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama menunjukkan hubungan kesepadanan, misalnya hubungan makna belajar, mengajar, pelajar, xxxix

40 pengajar, dan pelajaran yang dibentuk dari bentuk asal ajar juga merupakan hubungan ekuivalensi. Demikianlah, aspek leksikal yang secara semantis dapat mendukung terciptanya wacana yang kohesif dan koheren. James (dalam Tarigan, 1987: 97) mengemukakan bahwa, suatu bentuk teks atau wacana dikatakan bersifat kohesif apabila terdapat kesesuaian antara bentuk bahasa (language form) dengan konteksnya (situasi internal bahasa). Untuk dapat memahami kekohesifan itu, diperlukan pengetahuan dan penguasaan kaidah-kaidah kebahasaan, wawasan realitas, dan proses penalaran. Pada kondisi tertentu, unsur-unsur kohesi menjadi kontributor penting bagi terbentuknya wacana yang koheren. Namun demikian perlu disadari bahwa unsurunsur kohesi tersebut tidak selalu menjamin terbentuknya wacana yang utuh dan koheren. Alasannya, pemakaian alat-alat kohesif dalam suatu teks tidak langsung menghasilkan wacana yang koheren (Hasan Alwi, et, al, 2003:322). Dengan kata lain, struktur wacana dapat dibangun tanpa menggunakan alat-alat kohesi. Namun idealnya, wacana yang baik dan utuh harus memiliki syarat-syarat kohesi sekaligus koherensi. 5. Retorika Dori Wuwur Hendrikus (2006:14) menjelaskan pengertian retorika. Menurutnya, yang menjadi titik tolak retorika adalah berbicara, berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya memberikan informasi atau motivasi. xl

41 Retorika adalah seni bertutur dalam situasi tertentu yang bertujuan untuk mempersuasi orang lain agar dapat merubah sikap, perilaku, dan pemikirannya. Retorika banyak digunakan baik dalam keperluan wacana lisan maupun untuk wacana tulis. Retorika Untuk keperluan wacana tulis, misalnya dalam suatu media surat kabar, wartawan biasa menggunakan bahasa retoris yang berupa penggunaan aspekaspek retorika dalam setiap tulisannya, sehingga mampu menimbulkan daya persuasi atas apa yang disampaikan lewat bahasa tulis. Retorika dalam wacana lisan salah satunya digunakan dalam berita, yakni pembaca berita menyiarkan berita untuk mengesankan kepada khalayak dengan tujuan untuk menyampaikan informasi-informasi penting yang diperlukan oleh masyarakat. 6. Infotainment Dalam dikatakan bahwa Infotainment merupakan akronim dari kata information dan entertainment yang digabungkan menjadi satu. Infotainment dapat diartikan penyajikan program yang menginformasikan sekaligus menghibur. Infotainment mengemas informasi dan hiburan (entertainment) dalam satu paket. Informasi dalam infotainment bisa berupa berita-berita bernilai tinggi dan memang signifikan kepentingannya bagi publik (semisal, artis terpilih menjadi anggota DPR mewakili komunitas media, artis terlibat dalam kasus kriminalitas besar, artis memproduksi karya yang prestisius, seniman mendapatkan penghargaan, dll.). xli

42 Dalam dikatakan bahwa Infotainment merupakan salah satu program televisi yang menuai kontroversi. Namun, terlepas dari kenyataan tersebut, infotainment menjadi salah satu sajian wajib televisi Indonesia. Hasil pemetaan program infotainment memperlihatkan, sekitar 5-7 % sajian stasiun televisi terdiri dari infotainment selama hari-hari biasa. Sementara pada akhir pekan, porsi infotainment meningkat hingga mencapai 10 % dari keseluruhan jam siaran stasiun televisi. Ditilik dari waktu penayangannya, infotainment agaknya ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan khalayak perempuan dewasa di kelas menengah ke bawah. Masalahnya adalah kebutuhan macam apa yang bisa dipenuhi dengan sajian infotainment yang didominasi dengan kehidupan para selebritis yang tidak terlalu penting bagi pemberdayaan dan pencerdasan masyarakat. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu Analisis Wacana pada Tayangan Infotainment Silet di RCTI, maka bentuk atau model yang digunakan untuk jenis penelitian ini adalah model penelitian kualitatif. (Kirk dan Miller dalam T. Fatimah Djadjasudarma, 1993:10) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan masyarakat tersebut melalui bahasanya serta peristilahan. Edi Subroto (2007: 5) berpendapat, secara umum dinyatakan bahwa metode xlii

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian aspek gramatikal dan aspek leksikal yang terdapat dalam surat kabar harian Solopos tahun 2015 dan 2016 ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalimat yang ada pada suatu bahasa bukanlah satuan sintaksis yang tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan yang tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Satuan dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai kohesi pada wacana mungkin sudah sering dilakukan dalam penelitian bahasa. Akan tetapi, penelitian mengenai kohesi gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat penting untuk menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berikut adalah kajian yang sejenis dengan penelitian ini : 1) Penelitian karya Elisabeth Dyah Primaningsih yang berjudul Analisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Suatu penelitian memerlukan adanya pengacuan terhadap penelitian-penelitian yang sejenis. Hal ini dilakukan agar menjadi pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA

PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA Jurnal Bindo Sastra 1 (2) (2017): 95 102 95 PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA Rina Hayati Maulidiah 1, Khairun Nisa 2, Wan Nurul Atikah Nasution 3 Universitas

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009 PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I PEndidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian diperlukan adanya suatu penelitian yang relevan sebagai sebuah acuan agar penelitian ini dapat diketahui keasliannya. Tinjauan pustaka berisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat primer dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

PRATIWI AMALLIYAH A

PRATIWI AMALLIYAH A KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA WACANA DIALOG JAWA DALAM KOLOM GAYENG KIYI HARIAN SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI-APRIL 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah ANALISIS MIKRO DAN MAKROSTRUKTURAL PADA WACANA KETIDAKADILAN ADALAH BEBAN KITA BERSAMA DALAM KOLOM GAGASAN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI SELASA, 11 OKTOBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Wacana a. Pengertian Wacana Djajasudarma (1994:1) menyatakan bahwa wacana memuat rentetan kalimat yang berhubungan, menghubungkan proposisi yang satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan untuk berkomunikasi antar individu satu dengan individu lain. Peran bahasa penting dalam kehidupan manusia, selain sebagai pengolah suatu gagasan, bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014 Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagai Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI PADA WACANA RUBRIK SUARA MAHASISWA DALAM HARIAN JOGLO SEMAR

PENANDA KOHESI PADA WACANA RUBRIK SUARA MAHASISWA DALAM HARIAN JOGLO SEMAR digilib.uns.ac.id PENANDA KOHESI PADA WACANA RUBRIK SUARA MAHASISWA DALAM HARIAN JOGLO SEMAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS  SKRIPSI PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS HTTP://WWW.LIPUTAN6.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan ekspresi bahasa. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat dikatakan menulis jika tidak

Lebih terperinci

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Analisis Wacana Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang mengkaji satuan bahasa di atas tataran kalimat dengan memperhatikan konteks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam mentransformasikan berbagai ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan atau tulis. Kedua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki kedudukan sebagai penunjang aktualisasi pesan, ide, gagasan, nilai, dan tingkah laku manusia, baik dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Bahasa

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama antar oarang lain, manusia

Lebih terperinci

ANALISIS TEKSTUAL POSTER PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PEKAN ILMIAH MAHASISWA NASIONAL TAHUN 2013

ANALISIS TEKSTUAL POSTER PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PEKAN ILMIAH MAHASISWA NASIONAL TAHUN 2013 ANALISIS TEKSTUAL POSTER PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PEKAN ILMIAH MAHASISWA NASIONAL TAHUN 2013 Retno Wulandari 1), Agus Budi Santoso 2), Dhika Puspitasari 3) 1,2,3) Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi dan komunikasi. Alat komunikasi manusia yakni bahasa bersifat manusiawi, dalam arti hanya

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LIFATATI ASRINA A 310 090 168 PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA MOTIVASI MARIO TEGUH GOLDEN WAYS TENTANG WANITA PADA STASIUN METRO TV. Abstract

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA MOTIVASI MARIO TEGUH GOLDEN WAYS TENTANG WANITA PADA STASIUN METRO TV. Abstract 1 KOHESI DAN KOHERENSI WACANA MOTIVASI MARIO TEGUH GOLDEN WAYS TENTANG WANITA PADA STASIUN METRO TV Ida Ayu Suryantini Putri Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan 269 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun simpulan yang dapat penulis kemukakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, maupun isi pikiran kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI Oleh: YULIA RATNA SARI NIM. A 310 050 070 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013 ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Pada bab ini akan dijabarkan pendapat para ahli sehubungan dengan topik penelitian. Mengenai alat-alat kohesi, penulis menggunakan pendapat M.A.K. Halliday dan Ruqaiya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sarana komunikasi utama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, manusia mengungkapkan gagasan, perasaan, pendapat dan informasi. Bahasa pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi pada dasarnya tidak dapat ditafsirkan secara terpisah, karena dalam bahasa mempunyai satuan-satuan seperti morfem, kata,

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA TULIS PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI JANUARI 2010 NASKAH PUBLIKASI

REFERENSI DALAM WACANA TULIS PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI JANUARI 2010 NASKAH PUBLIKASI REFERENSI DALAM WACANA TULIS PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI JANUARI 2010 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU ANAK CIPTAAN IBU SUD

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU ANAK CIPTAAN IBU SUD ANALISIS WACANA LIRIK LAGU ANAK CIPTAAN IBU SUD SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN 2013-2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.) Pada Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Bahasa juga dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NASKAH DRAMA BARABAH KARYA MOTINGGO BUSYE : SEBUAH ANALISIS WACANA SASTRA. Rudi A. Nugroho

ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NASKAH DRAMA BARABAH KARYA MOTINGGO BUSYE : SEBUAH ANALISIS WACANA SASTRA. Rudi A. Nugroho ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NASKAH DRAMA BARABAH KARYA MOTINGGO BUSYE : SEBUAH ANALISIS WACANA SASTRA Rudi A. Nugroho I. PENDAHULUAN Perkembangan wacana berkembang sangat pesat. Berbagai kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di masyarakat. Bahasa adalah alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan. Bahasa sebagai lambang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembicaraan tentang kohesi tidak akan terlepas dari masalah wacana karena kohesi memang merupakan bagian dari wacana. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat komunikasi. Manusia dapat menggunakan media yang lain untuk berkomunikasi. Namun, tampaknya bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL) ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur. Manusia

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI  SKRIPSI 0 ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI HTTP://WWW.E-SMARTSCHOOL.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap komunitas masyarakat selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia perlu berinteraksi antarsesama. Untuk menjalankan komunikasi itu diperlukan bahasa karena bahasa adalah alat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun. Menyusun suatu gagasan menjadi rangkaian bahasa tulis yang teratur,

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA Oleh: Anggit Hajar Maha Putra program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa anggitzhajar@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tabloid harian, tabloid mingguan, dan majalah. Media elektronik audiotif berupa

BAB I PENDAHULUAN. tabloid harian, tabloid mingguan, dan majalah. Media elektronik audiotif berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi menjadi sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat. Hal tersebut tentunya memicu hadirnya berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik.

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL DALAM ARTIKEL OPINI KEDAULATAN RAKYAT

KOHESI LEKSIKAL DALAM ARTIKEL OPINI KEDAULATAN RAKYAT -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- KOHESI LEKSIKAL DALAM ARTIKEL OPINI KEDAULATAN RAKYAT A iati Handayu Diyah Fitriyani UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta a iati.hdf@gmail.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA RUBRIK SERAMBI TABLOID CEMPAKA EDISI JANUARI-FEBRUARI Skripsi

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA RUBRIK SERAMBI TABLOID CEMPAKA EDISI JANUARI-FEBRUARI Skripsi ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA RUBRIK SERAMBI TABLOID CEMPAKA EDISI JANUARI-FEBRUARI 2011 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL DAN KOHESI LEKSIKAL DALAM LIRIK GRUP BAND CAPTAIN JACK INTISARI

KOHESI GRAMATIKAL DAN KOHESI LEKSIKAL DALAM LIRIK GRUP BAND CAPTAIN JACK INTISARI KOHESI GRAMATIKAL DAN KOHESI LEKSIKAL DALAM LIRIK GRUP BAND CAPTAIN JACK JURNAL SKRIPSI INTISARI Hidayat, Taufik. 2017. Kohesi Gramatikal dan Kohesi Leksikal dalam Lirik Grup Band Captain Jack. Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya puisi pasti tidak akan terlepas dari peran sebuah bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. karya puisi pasti tidak akan terlepas dari peran sebuah bahasa. Bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam potensi dan kreativitas dalam berimajinasi. Dalam menuangkan kemampuannya, manusia memiliki cara yang bervariasi dan beragam jenisnnya.

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Hakikat Analisis Wacana Suatu wacana memiliki keserasian makna yang menjadikan wacana sebagai suatu bentuk karangan atau gagasan yang utuh,

Lebih terperinci

LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika

LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

zs. /or.wisman lladi, M.Hum. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM ARTIKEL Asrul Khairillrsibuan

zs. /or.wisman lladi, M.Hum. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM ARTIKEL Asrul Khairillrsibuan - ARTIKEL I. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM Oteh Asrul Khairillrsibuan IYIM 2113210005 Dosen Pembimbing Skripst Prof. Dr. Biner Ambarita, M-Pd.

Lebih terperinci

ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR KOMPAS

ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR KOMPAS ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR KOMPAS Disusun oleh INDRO FEBIYANTO C0201043 Telah disetujui oleh pembimbing Pembimbing Dra. Hesti Widyastuti, M.Hum. NIP 131 281 866

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana komunikasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan masyarakat. Adanya suatu bahasa sebagai sarana

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015 PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI UNSUR PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM KOMEDI OKB DI TRANS 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik)

IMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI UNSUR PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM KOMEDI OKB DI TRANS 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik) IMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI UNSUR PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM KOMEDI OKB DI TRANS 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat atau berinteraksi dengan orang lain, bahasa menjadi hal yang sangat penting. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan gagasan,

Lebih terperinci

SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS. Jurnal Skripsi. Oleh TENRI MAYORE NIM JURUSAN SASTRA INDONESIA

SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS. Jurnal Skripsi. Oleh TENRI MAYORE NIM JURUSAN SASTRA INDONESIA SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS Jurnal Skripsi Oleh TENRI MAYORE NIM. 070911001 JURUSAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS ILMU BUDAYA MANADO 2013 0 ABSTRACT

Lebih terperinci

ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW. Rini Agustina

ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW. Rini Agustina ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW Rini Agustina Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak brentex32@yahoo.co.id ABSTRACT This study focuses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam linguistik, satuan bahasa yang terlengkap dan utuh disebut dengan wacana. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa itu, biasanya akan dijawab, bahasa adalah alat komunikasi. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. bahasa itu, biasanya akan dijawab, bahasa adalah alat komunikasi. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pendidikan formal di sekolah menengah, jika dinyatakan apakah bahasa itu, biasanya akan dijawab, bahasa adalah alat komunikasi. Menurut Kridalaksana dalam Chaer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi diperlukan sarana berupa bahasa untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Siti Sumarni (Sitisumarni27@gmail.com) Drs. Sanggup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari

BAB I PENDAHULUAN. narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana naratif merupakan suatu wacana yang disampaikan dalam bentuk narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari pengarang atau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Komunikasi merupakan hal pokok yang dilakukan manusia dalam keseharian, untuk mengetahui dan mengungkap berbagai gejala sosial dalam suatu interaksi sosial. Salah satu saluran

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Astuti Kurnia Salmi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa astuti.kurniasalmi@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi bagi manusia. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan gagasan atau ide yang awalnya abstrak menjadi konkret. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya bahasa dipahami sebagai alat komunikasi dalam kehidupan masyarakat. Manusia dalam hidup bermasyarakat saling menyampaikan pikiran dan perasaannya. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci