ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MENGGUNAKAN PILIHAN JASA LEMBAGA PEMBIAYAAN (KREDIT KONSUMSI MOBIL)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MENGGUNAKAN PILIHAN JASA LEMBAGA PEMBIAYAAN (KREDIT KONSUMSI MOBIL)"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MENGGUNAKAN PILIHAN JASA LEMBAGA PEMBIAYAAN (KREDIT KONSUMSI MOBIL) OLEH RATU DEWI HILNA ANGGRAENI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN RATU DEWI HILNA ANGGRAENI. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Menggunakan Pilihan Jasa Lembaga Pembiayaan (Kredit Konsumsi Mobil) (dibimbing oleh BAMBANG JUANDA). Tingkat konsumsi masyarakat terus mengalami perkembangan. Hal ini dibuktikan dengan tingkat perkembangan penyaluran kredit konsumsi yang terus mengalami peningkatan setiap periodenya. Kredit mobil merupakan salah satu jenis kredit konsumsi yang sedang berkembang di masyarakat. Data membuktikan bahwa 90 persen pembelian mobil dilakukan melalui lembaga pembiayaan. Dengan kata lain lembaga pembiayaan merupakan sarana masyarakat dalam melakukan kredit mobil. Di Indonesia terdapat dua jenis lembaga pembiayaan yang dominan yaitu bank dan non-bank. Seiring dengan meningkatnya pembelian masyarakat terhadap mobil melalui lembaga pembiayaan, maka timbul persaingan diantara kedua jenis lembaga pembiayaan tersebut. Keduanya berlomba-lomba memberikan penawaran kemudahan bagi konsumen. Konsumen tersebut merupakan rumah tangga yang memiliki karakteristik berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu diketahui karakteristik apa saja dari rumah tangga yang berpengaruh terhadap penggunaan jasa lembaga pembiayaan dan bagaimana pengaruhnya terhadap kedua jenis lembaga pembiayaan tersebut. Dengan diketahuinya karakteristik rumah tangga dari konsumen, lembaga pembiayaan dapat menentukan dan menjalankan strategi pasar yang mengarah pada sasaran yang tepat dan terimplementasi dengan baik. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan instrumen kuesioner yang dibagikan kepada 50 responden di Kota dan Kabupaten Bogor, terdiri dari 33 pengguna jasa lembaga pembiayaan jenis non-bank, 17 pengguna jasa lembaga pembiayaan jenis bank. Metode pengambilan contoh data primer menggunakan metode pengambilan contoh kuota (quota sampling) yang termasuk non probability sampling. Data penelitian ini dianalisis dengan metode deskriptif dan model logistik. Dalam model logistik variabel tidak bebasnya adalah pilihan konsumen menggunakan jasa lembaga pembiayaan, dengan memberi nilai satu (1) jika konsumen menggunakan lembaga pembiayaan non-bank atau nilai nol (0) jika konsumen menggunakan lembaga pembiayaan bank. Sedangkan variabel bebasnya merupakan karakteristik rumah tangga konsumen yang terdiri dari umur (X 1 ), pendapatan (X 2 ), konsumsi rutin rata-rata (X 3 ), tabungan rata-rata (X 4 ), konsumsi tidak rutin rata-rata (X 5 ), lama bekerja (X 6 ), pendidikan (X 7 ), jumlah anggota keluarga (X 8 ), jumlah anggota keluarga bekerja (X 9 ), dummy pekerjaan (DX 10 ), dummy jenis kelamin (DX 11 ), dummy tempat tinggal (DX 12 ), dan dummy status pernikahan (DX 13 ). Dari hasil estimasi diketahui karakteristik rumah tangga yang berpengaruh nyata terhadap peluang penggunaan jasa lembaga pembiayaan jenis non-bank yaitu lama bekerja, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga bekerja, jenis kelamin dan status pernikahan. Rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga bekerja lebih banyak akan meningkatkan peluang penggunaan jasa lembaga pembiayaan non-bank. Dan wakil rumah tangga berjenis kelamin laki-

3 laki juga akan meningkatkan peluang penggunaan jasa lembaga pembiayaan nonbank. Sedangkan wakil rumah tangga dengan lama masa bekerja semakin lama, rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga semakin banyak, dan wakil rumah tangga berstatus belum menikah akan menurunkan peluang penggunaan jasa lembaga pembiayan jenis non-bank atau meningkatkan peluang penggunaan jasa lembaga pembiayaan jenis bank. Berdasarkan hasil dari penelitian, saran yang dapat disampaikan adalah dengan diketahuinya karakteristik rumah tangga dari konsumen, lembaga pembiayaan dapat membuat suatu strategi dalam menentukan segmen pasar agar tepat sasaran. Dan bagi konsumen untuk memilih lembaga pembiayaan yang akan digunakan, pertimbangan dapat didasarkan pada karakteristik kedua jenis lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan jenis bank memiliki tingkat bunga yang relatif lebih rendah namun persyaratan relatif lebih sulit, proses relatif lebih lambat, dan Down Payment (DP) lebih tinggi. Sedangkan lembaga pembiayaan non-bank lebih menyediakan kemudahan dari segi proses, persyaratan dan keringanan DP namun memiliki tingkat bunga yang relatif lebih tinggi.

4 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MENGGUNAKAN PILIHAN JASA LEMBAGA PEMBIAYAAN (KREDIT KONSUMSI MOBIL) Oleh RATU DEWI HILNA ANGGRAENI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Ratu Dewi Hilna Anggraeni Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Menggunakan Pilihan Jasa Lembaga Pembayaan (Kredit Konsumsi Mobil) dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Bambang Juanda, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP Tanggal Kelulusan :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2008 Ratu Dewi Hilna Anggraeni H

7 RIWAYAT HIDUP Ratu Dewi Hilna Anggraeni. Dilahirkan di Bogor pada hari Jumat tanggal 29 November Penulis anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Tubagus Babay Hilman dan Ibu Triana Handayani. Penulis menjalani kehidupannya dari kecil hingga dewasa di kota kelahirannya, Kota Bogor, Jawa Barat. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Pertiwi Kota Bogor, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun 2004 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama mengikuti pendidikan di bangku kuliah, penulis aktif sebagai pengurus dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) pada tahun 2005 hingga Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan baik untuk tingkat departemen maupun institusi.

8 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Segala puji hanya untuk Allah SWT, pencipta dan pemelihara alam semesta beserta isinya. Berkat rahmat dan karunia-nya penulis mendapat kemudahan dan kemampuan dalam setiap langkah penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senatiasa tercurah kepada Rasulullah SAW. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB. Adapun judul skripsi ini adalah Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Menggunakan Pilihan Jasa Lembaga Pembiayaan (Kredit Konsumsi Mobil). Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, M.Sc dan Alla Asmara, S.Pt, M.Si selaku dosen penguji utama dan dosen komisi pendidikan, yang telah memberi saran-saran serta ilmu yang bermanfaat. 3. Dosen, staf penunjang dan seluruh civitas Departemen Ilmu Ekonomi atas ilmu dan bantuan yang diberikan. 4. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Tubagus Babay Hilman dan Ibu Triana Handayani atas doa, dukungan, dan perjuangan yang telah dicurahkan. Untuk Ade Wulan dan Eyang Kung atas dukungan, semangat, dan perhatian yang diberikan. Keluarga besar penulis yang memberikan perhatian dan semangat. Terima kasih juga kepada Agung C. Wibowo sekeluarga atas bantuan, doa dan perhatian yang diberikan. Kepada Coco, Sisil dan Bobo yang telah menjadi teman setia hingga selesainya skripsi ini.

9 5. Kepada bengkel dan tempat pencucian mobil yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadikan tempat pengumpulan data. 6. Teman-teman seperjuangan Uthyee, Hana dan Puspa. Kepada teman-teman yang mewarnai hari selama kuliah Ririn, Agita, Ratih, Fitsol, Indri, Ajenk, Islam, Fajri, Ucup, Pansus, Imeh, Fikri, Dani, Andra, Boim, Irwan, Dado, Lulu, Uunk, Io dan seluruh teman-teman angkatan 41 dan 42 Ilmu Ekonomi dan seluruh pihak yang telah membantu penulis. Untuk Giri, Ka Wawan, Teh Inun dan Ka Irfan atas semua bantuan yang berarti. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Bogor, Agustus 2008 Ratu Dewi Hilna Anggraeni H

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Lembaga Pembiayaan Bank dan Perusahaan Pembiayaan Konsep Kredit Pengertian Kredit Unsur-unsur Kredit Jenis-jenis Kredit Fungsi Kredit Penawaran dan Permintaan Kredit Siklus Perkreditan Resiko Kredit Regresi Logistik Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Contoh Metode Estimasi dan Pengolahan Data Model Penelitian... 35

11 3.5 Pendugaan Parameter Model Uji Taraf Nyata Parameter Interpretasi Koefisien dan Daya Ramal Prediksi Hipotesis Statistik VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Crosstabs Penggunaan Jasa Lembaga Pembiayaan Terhadap Karakteristik Rumah Tangga Karakteristik Rumah Tangga yang Mempengaruhi Peluang Penggunaan Jasa Lembaga Pembiayaan V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 69

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1 Besar Pembiayaan Berdasarkan Jenis Pembiayaan Pada Kurun Waktu Tahun 1999 Hingga September Variabel-variabel Kredit Konsumsi Rumah Tangga Penyelesaian Masalah Adverse Selection dan Moral Hazard untuk pinjaman Deskripsi Nilai Terkecil (Minimum), Nilai Terbesar (Maximum), Ratarata (Mean) dan Standar Deviasi (Std.Deviation) dari Karakteristik Rumah Tangga Responden Distribusi Silang Jenis Lembaga Pembiayaan dan Umur Distribusi Silang Jenis Lembaga Pembiayaan dan Pendapatan Rata-rata Perbulan Distribusi Silang Jenis Lembaga Pembiayaan dan Konsumsi Rutin Rata-rata Perbulan Distribusi Silang Jenis Lembaga Pembiayaan dan Tabungan Rata-rata Perbulan Distribusi Silang Jenis Lembaga Pembiayaan dan Konsumsi Tidak Rutin Rata-rata Perbulan Distribusi Silang Jenis Lembaga Pembiayaan dan Pendidikan Distribusi Silang Jenis Lembaga Pembiayaan dan Pekerjaan Distribusi Silang Jenis Lembaga Pembiayaan dan Lama Bekerja Distribusi Silang Jenis Lembaga Pembiayaan dan Jumlah Anggota Keluarga Hasil Estimasi Model Logit Pertama Minitab Proses Reduksi Model Logit Minitab Hasil Estimasi Model Logit Terakhir Minitab

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1 Skema Bunga Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Kredit Kerangka Pemikiran... 30

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Kuesioner Penelitian Rekapitulasi Data Penelitian Output Case Processing Summary SPSS Output Crosstabs Jenis Lembaga Pembiayaan dan Jumlah Anggota Keluarga SPSS Output Crosstabs Jenis Lembaga Pembiayaan dan Jumlah Anggota Keluarga Bekerja SPSS Output Crosstabs Jenis Lembaga Pembiayaan dan Jenis Kelamin SPSS Output Crosstabs Jenis Lembaga Pembiayaan dan Tempat Tinggal SPSS Output Crosstabs Jenis Lembaga Pembiayaan dan Status Pernikahan SPSS Output Regresi Logistik Minitab 13.0 (Tahap Pertama) Output Regresi Logistik Minitab 13.0 (Tahap Kedua) Output Regresi Logistik Minitab 13.0 (Tahap Ketiga) Output Regresi Logistik Minitab 13.0 (Tahap Keempat) Output Regresi Logistik Minitab 13.0 (Tahap Kelima) Output Regresi Logistik Minitab 13.0 (Tahap Keenam) Output Regresi Logistik Minitab 13.0 (Tahap Ketujuh) Output Regresi Logistik Minitab 13.0 (Tahap Kedelapan/ Model Terbaik) Output Regresi Logistik Classification Table SPSS Output Regresi Logistik SPSS 13.0 (Untuk Uji Wald) Output Regresi Logistik Casewise List SPSS

15 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat konsumsi masyarakat mengalami perkembangan setiap tahunnya. Hal ini dibuktikan dengan tingkat penyaluran kredit konsumsi yang terus mengalami peningkatan. Kredit mobil merupakan salah satu jenis kredit konsumsi yang sedang berkembang di masyarakat. Data membuktikan bahwa 90 persen pembelian mobil dilakukan melalui lembaga pembiayaan (Republika Online, 2007). Dengan kata lain lembaga pembiayaan merupakan sarana masyarakat dalam melakukan kredit mobil. Di Indonesia terdapat dua jenis lembaga pembiayaan yang dominan melakukan industri jasa ini yaitu bank dan non-bank. Seiring dengan meningkatnya tingkat pembelian masyarakat terhadap mobil melalui lembaga pembiayaan, maka timbul persaingan diantara kedua jenis lembaga pembiayaan tersebut. Keduanya berlomba-lomba memberikan penawaran kemudahan bagi konsumen. Sisi mikroekonomi dapat dilihat dari perkembangan sektor kendaraan bermotor, saat ini Indonesia bukan hanya diklasifikasikan sebagai negara konsumen saja tetapi telah menjadi negara produsen kendaraan bermotor. Selama periode tahun 2000 hingga periode Maret 2007 lembaga keuangan sebagai induk dari lembaga pembiayaan mengalami cukup perbaikan. Keterpurukan perekonomian yang dialami Indonesia pertengahan tahun 1997 membawa dampak negatif yang mengakibatkan kurang berkembangnya sektorsektor industri di negara kita. Sektor industri keuangan merupakan sektor yang tidak terkecuali terkena dampak keterpurukan ini. Namun berdasarkan data

16 statistik Bank Indonesia (2007), persentase kontribusi lembaga keuangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada harga berlaku, mengalami peningkatan ratarata 0,60 persen (tahun 2000) menjadi 0,79 persen (Maret 2007). Perkembangan industri otomotif nasional, terus menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Puncaknya terjadi pada tahun Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil dengan angka tertinggi, yaitu sebesar unit lebih. Namun, perkembangan industri mobil mengalami penurunan pada tahun Hal ini merupakan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Oktober Kelesuan penjualan kendaraan bermotor nasional ini pun diperparah lagi dengan tingginya nilai suku bunga bank. Akibatnya, pada tahun 2006, Gaikindo hanya mencatat penjualan mobil sekitar unit. Sedangkan AISI mencatat penjualan sebesar unit lebih. Memasuki tahun 2007, industri kendaraan bermotor mulai membaik. Hal ini dibuktikan dengan pencapaian penjualan sepeda motor hingga kuartal pertama 2007 yang mencapai angka unit, dan penjualan mobil sebesar unit (Republika Online, 2007). Namun kenaikan BBM pada Juni 2008 belum berpengaruh banyak terhadap perkembangan sektor otomotif dan sebagian pelaku sektor otomotif tetap optimis terhadap tingkat penjualan. Tingginya penjualan mobil ini, tidak lepas dari peranan lembaga pembiayaan karena masyarakat mampu membeli dan memiliki kendaraan bermotor dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan. Besarnya angka pembelian mobil melalui lembaga pembiayaan ini, makin diperkuat dengan hasil riset yang dilakukan ACNielsen pada tahun Dari riset yang dilakukan

17 ACNielsen kepada pemilik mobil di seluruh dunia melalui internet, ditemukan fakta, sekitar persen masyarakat yang membeli kendaraan baru menggunakan jasa lembaga pembiayaan. Dan Indonesia, merupakan salah satu dari tiga negara terbesar yang menggunakan jasa lembaga pembiayaan untuk pembelian mobil. Peranan lembaga pembiayaan (bank dan non-bank), jelas makin mempercepat masyarakat untuk mendapatkan mobil. Tercatat, hampir seluruh lembaga keuangan menawarkan jasa kredit kendaraan bermotor (KKB) maupun kredit pemilikan mobil (KPM). Industri perbankan, hampir semuanya meluncurkan produk KKB atau KPM. Bank Danamon misalnya meluncurkan PrimAuto, Permata Bank meluncurkan KPM Permata, Bank Bukopin dengan Kredit Mobil Bukopin, Bank Bumiputera dengan KKB Top 142, BCA dengan KKB-nya, dan masih banyak lagi seperti Bank Niaga, Bank Mandiri dan Bank BNI. Demikian pula dengan lembaga keuangan non-bank, seperti Astra Credit Company (ACC), Wahana Oto Multiartha (WOM) Finance, Astra Sedayu Finance, Adira Dinamika Multi Finance (Adira), Federal International Finance (FIF), Bussan Auto Finance (BAF), Toyota Astra (TA) Finance dan lainnya. Terdapat puluhan hingga ratusan lembaga pembiayaan menyalurkan kredit kepemilikan kendaraan bermotor. Perusahaan sekelas Astra International mulai mengembangkan sejumlah anak perusahaannya untuk membidik segmen masyarakat yang membutuhkan kredit kendaraan bermotor, seperti FIF (untuk sepeda motor), ACC, Astra Sedayu Finance, Toyota Astra Finance (untuk mobil). Dengan semakin meningkatnya lembaga pembiayaan di Indonesia maka tingkat

18 persaingan antara lembaga pembiayaan baik dari non-bank dan non-bank, bank dan non-bank, maupun bank dan non bank akan semakin tinggi. Dalam kurun waktu tahun 2001 hingga April 2008, pembiayaan konsumen sebagai produk unggulan lembaga keuangan mengalami pertumbuhan dibandingkan jenis jenis pembiayaan lainnya. Tabel 1.1 menunjukkan besarnya pembiayaan berdasarkan jenis pembiayaan dalam kurun waktu 2001 hingga April Tabel 1.1 Besar pembiayaan berdasarkan jenis pembiayaan pada kurun waktu tahun 2001 hingga April 2008 (miliar rupiah) Jenis Pembiayaan April 2008 Anjak 3,28 3,18 3,18 2,54 1,41 1,28 2,20 2,20 Piutang Kartu 0,80 1,15 0,81 1,53 1,76 1,48 1,40 1,37 Kredit Pembiayaan Konsumen 12,36 16,59 22,67 35,96 45,39 57,30 67,60 72,01 Sewa Guna 14,13 12,58 11,59 14,48 19,10 32,60 36,50 38,72 Usaha Pembiayaan 0,28 0,44 0,79 0,39 0,28 0,10 0,10 0 lainnya Total Pembiayaan 30,85 33,94 38,33 54,90 67,65 92,70 107,70 114,30 Sumber : Statistik BI dalam Economic Review Journal, 2008 Di Indonesia, terdapat 132 lembaga pembiayaan yang aktif melakukan kegiatan usaha dari 230 perusahaan pembiayaan yang memperoleh ijin dari Departemen Keuangan. Sedangkan jumlah lembaga pembiayaan non-bank untuk kredit kendaraan bermotor mencapai 72 perusahaan. Berdasarkan segi asset terdapat sepuluh besar perusahaan pembiayaan keuangan yang menguasai 62 persen asset dibandingkan dengan 132 perusahaan pembiayaan lainnya. Hal ini menunjukkan adanya persaingan dalam industri pembiayaan baik bank maupun non-bank.

19 Kemudahan dalam memperoleh pembiayaan untuk pembelian kendaraan dari lembaga pembiayaan menjadi salah satu penyebab utama peningkatan penjualan kendaraan di Indonesia. Lembaga pembiayaan baik dari bank dan nonbank semakin agresif dalam memberikan kredit untuk kepemilikan kendaraan. Dengan semakin mudahnya persyaratan kredit tersebut, semakin banyak orang yang tertarik untuk membeli kendaraan dengan sistem kredit ini. Namun kemudahan kredit ini, menimbulkan resiko kredit yang semakin besar bagi lembaga pembiayaan. Banyaknya kemudahan yang ditawarkan membuat masyarakat semakin cermat memilih jasa lembaga pembiayaan yang akan digunakan. Disamping tingkat bunga, Down Payment (DP), persyaratan, service, dan hal lainnya, karakterisrik rumah tangga konsumen juga akan berpengaruh terhadap keputusan pemilihan lembaga pembiayaan mana yang akan digunakan. Penelitian ini memusatkan perhatian pada kredit mobil, dengan melihat bahwa peningkatan kredit konsumsi kendaraan bermotor juga disumbangkan oleh kredit mobil Perumusan Masalah Adanya keberagaman pilihan jasa yang ditawarkan lembaga pembiayaan mendorong masyarakat (rumah tangga) sebagai konsumen semakin cermat menentukan pilihan. Rumah tangga sebagai konsumen pada dasarnya mengikuti hipotesis life cycle-permanent income hypothesis (LCPIH) yang beranggapan bahwa perilaku rumah tangga atau konsumen akan berupaya memaksimumkan tingkat kepuasannya (utility) dengan dihadapkan pada kendala anggaran pada waktu yang dihadapinya yaitu melalui jalur kredit (Hadad et al., 2004). Bagi

20 rumah tangga yang mengalami kendala anggaran dari tingkat pendapatannya untuk memiliki mobil, rumah tangga tersebut dapat melalui jalur kredit untuk memilikinya, sesuai dengan hipotesis life cycle-permanent income hypothesis (LCPIH). Teori tersebut dikemukakan oleh Friedman (1957), menurutnya perilaku konsumen seseorang ingin memperoleh kepuasan yang maksimum dengan mengkomsumsi barang sesuai dengan anggarannya. Kepuasan maksimum akan tercapai saat kemiringan kuva indiferen sama dengan budget line. Fenomena yang terjadi adalah lembaga pembiayaan semakin meningkatkan strategi pasarnya dengan menawarkan berbagai kemudahan membeli mobil dengan jalur kredit. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan jumlah angka penjualan kredit mobil yang dicatat Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada kuartal pertama 2007 yaitu mencapai unit, dimana mengalami peningkatan dibandingkan tahun Dan hingga bulan April 2008 mencatat angka penjualan kredit mobil mencapai angka unit, sedangkan periode yang sama tahun sebelumnya hanya mencapai angka unit. Penelitian dengan cakupan besar yaitu kredit untuk pemilikan rumah, pembiayaan konsumen, dan kartu kredit sudah banyak dilakukan. Penelitian ini ingin meneliti pada cakupan yang lebih sempit yaitu hanya pada kredit konsumsi untuk mobil. Penyaluran kredit mobil atau kredit mobil dilakukan oleh beberapa lembaga keuangan seperti lembaga pembiayaan bank dan lembaga pembiayaan non-bank (perusahaan pembiayaan atau multifinance). Beberapa multifinance memperoleh dana yang digunakan untuk membiayai likuiditasnya dari bank, pinjaman ini berupa kredit konsumsi bank untuk disalurkan kembali kepada

21 rumah tangga. Hal ini menjadi lahan usaha bagi lembaga pembiayaan non-bank untuk menyalurkan dana yang telah diperoleh kepada rumah tangga, untuk menghasilkan profit. Lembaga pembiayaan menjadikan alasan keuntungan sehingga memberikan kemudahan bagi rumah tangga untuk mendapatkan mobil melalui jalur kredit. Persaingan usaha juga memberikan peluang untuk memberi kemudahan penyaluran kredit, sebab dana yang diperoleh perusahan pembiayaan merupakan dana pinjaman dari bank yang juga dikenakan bunga, sebagai opportunity cost dari dana yang dipinjamkan. Pada tahun 2007 permintaan pembelian kendaraan bermotor melalui lembaga pembiayaan mencapai 90 persen (Republika Online, 2007). Hal ini disebabkan, kemudahan yang diberikan lembaga pembiayaan (bank maupun nonbank) dalam penyaluran kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) atau Kredit Pemilikan Mobil (KPM). Dan diperkirakan sekitar persen masyarakat yang ingin memiliki kendaraan baru melakukannya melalui KPM, dikarenakan tidak semua masyarakat bisa membeli secara tunai. Hal ini merujuk pada hipotesis awal dimana rumah tangga akan memaksimumkan kepuasan dengan kendala anggaran yang dihadapinya. Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan pentingnya bank menentukan stategi pasar di dalam melakukan alokasi dana melalui penyaluran kredit kepada lembaga pembiayaan yang melakukan kegiatan pembiayaan kredit mobil. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengenal dan mengetahui karakteristik dari rumah tangga yang merupakan pengguna dari kredit pembiayaan mobil baik melalui lembaga pembiayaan bank maupun non-bank. Diharapkan

22 dengan mengetahui karakteristik tersebut strategi yang dijalankan dapat mengarah pada sasaran yang tepat dan terimplementasi dengan baik Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisis distribusi penggunaan jasa lembaga pembiayaan berdasarkan karakteristik rumah tangga. 2. Menganalisis karakteristik rumah tangga yang mempengaruhi konsumen dalam menggunakan jasa lembaga pembiayaan (bank atau non-bank) Manfaat Penelitian Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya ataupun untuk kalangan umum. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian antara lain : 1. Memberikan pemahaman yang semakin dalam kepada penulis seputar lembaga pembiayaan. 2. Memberikan masukan bagi institusi atau lembaga pembiayaan (bank maupun non-bank) di masa datang. 3. Memberikan masukan bagi pemerintah untuk memperhatikan perkembangan lembaga pembiayaan.

23 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Lembaga Pembiayaan Jenis usaha pembiayaan (multifinance) terdiri dari sewa guna usaha, modal ventura, perdagangan surat berharga, anjak piutang, usaha kartu kredit dan pembiayaan konsumen melalui SK Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006 Bab II Pasal 2 tentang kegiatan usaha perusahaan pembiayaan. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006, lembaga pembiayaan (multifinance) adalah badan usaha yang melakukan pembiayan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Lembaga pembiayaan dapat dilakukan oleh bank, lembaga keuangan bukan bank dan perusahaan pembiayaan. Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha diluar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Perusahaan pembiayaan melakukan kegiatan yang meliputi: a. Sewa Guna Usaha Sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran. Finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama. Operating lease adalah

24 kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa usaha tidak mempunyai opsi untuk membeli objek sewa guna. Sepanjang perjanjian sewa guna usaha masih berlaku, hak milik atas barang modal objek transaksi sewa guna usaha berada pada perusahaan sewa guna usaha. b. Modal Ventura Perusahaan modal ventura (venture capital company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha (investee company) untuk jangka waktu tertentu. Penyertaan modal dalam setiap perusahaan pasangan usaha bersifat sementara dan tidak dapat melebihi jangka waktu sepuluh tahun. c. Perdagangan Surat Berharga Perusahaan perdagangan surat berharga (securities company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan perdagangan surat berharga. d. Anjak Piutang Perusahaan anjak piutang (factoring company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. e. Usaha Kartu Kredit Perusahaan kartu kredit (credit card company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan menggunakan kartu kredit. Pemegang kartu kredit adalah nasabah yang mendapat pembiayaan dari perusahaan kartu kredit.

25 f. Pembiayaan Konsumen Perusahaan pembiayaan konsumen (consumer finance company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen. Perusahaan pembiayaan dapat melakukan lebih dari satu kegiatan pembiayaan. Perusahaan pembiayaan dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau koperasi. Perusahaan pembiayaan dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan Surat Sanggup Bayar (Promissory Note). Perusahaan pembiayaan hanya dapat menerbitkan Surat Sanggup Bayar sebagai jaminan atas hutang kepada bank yang menjadi krediturnya Bank dan Perusahaan Pembiayaan Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, dijelaskan bahwa bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Perbankan Indonesia menganut dual banking system, yaitu mengenal bank umum konvensional dan bank umum syariah. Bank umum yang konvensional mengenal suku bunga dalam kegiatan operasionalnya. Bank umum syariah sendiri adalah bank yang dijalankan dengan sistem Islam, sehingga mengharamkan suku bunga dalam kegiatan operasional mereka. Bank menghimpun dana dari masyarakat dengan memberikan persentase tertentu dalam bentuk suku bunga yang dihitung berdasarkan jumlah dana yang mereka simpan, dan kemudian ditambahkan ke

26 dalam dana mereka. Suku bunga juga diberlakukan oleh bank untuk semua pinjaman dana yang dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk persentase tertentu yang ditambahkan ke dalam dana yang dipinjam oleh masyarakat dalam periode waktu yang disepakati dengan pihak bank. Mishkin (2001) menjelaskan perusahaan pembiayaan atau multifinance dalam memperoleh dana, dilakukan dengan menerbitkan surat berharga (saham) dan obligasi atau meminjam dari bank, dan digunakan dalam proses memberikan pinjaman (sering dalam jumlah kecil) untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan bisnis. Ada tiga tipe dari perusahaan pembiayaan, yaitu (1) sales finance companies yang dimiliki oleh perusahaan ritel atau manufaktur dan memberikan pinjaman kepada konsumen untuk membeli barang dari perusahaan tersebut, (2) costumer finance company memberikan pinjaman kepada konsumen untuk membeli barang seperti furniture atau alat-alat rumah, untuk meningkatkan kegunaan rumah, atau untuk membantu membiayai pinjaman kecil, dan (3) business finance companies menyediakan kredit dalam bentuk khusus untuk bisnis dengan membuat pinjaman. Perusahaan pembiayaan berbeda dengan bank dalam penghimpunan dana, bank menghimpun dana dari masyarakat sedangkan perusahaan pembiayaan mendapatkan dana dari penerbitan obligasi atau pinjaman dari bank sebelum disalurkan ke konsumen. Perusahaan pembiayaan dapat dikatakan adalah pihak kedua sebelum menyalurkan kredit dari bank ke masyarakat. Dalam hal ini perusahaan pembiayaan sebagai debitur dan bank sebagai kreditur, kemudian perusahan pembiayaan menjadi kreditur saat menyalurkan kredit kepada konsumen.

27 Perusahaan pembiayaan mendapatkan keuntungan dari perbedaan atau marjin suku bunga, antara suku bunga pinjaman bank dan suku bunga pembiayaan perusahaan. Di Indonesia perusahaan pembiayaan tergolong baru dibandingkan negara maju, namun industri ini menunjukan perkembangan yang pesat (Dewi, 2005). Perusahaan pembiayaan berdiri pada tahun 1974 dengan dilandasi oleh Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri (Menteri Keuangan, Menteri Industri dan Menteri Perdagangan), pada tahun 1988 melalui surat Keputusan Presiden (Keppres) No. 61/1998, yang ditindaklanjuti dengan SK Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988, jenis bisnis pembiayaan diperluas menjadi leasing (sewa guna usaha), factoring (anjak piutang), costumer finance (pembiayaan konsumen), modal ventura dan kartu kredit. 2.2 Konsep Kredit Pengertian Kredit Pengertian kredit dijelaskan dengan beberapa literatur. Kredit berasal dari bahasa latin (Yunani) yaitu credere yang artinya kepercayaan akan kebenaran. Apabila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan yang memberikan nilai ekonomi (economic value) kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu bahwa nilai ekonomi yang sama akan kesepakatan yang telah disetujui antar kreditur (bank) dan debitur. Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu

28 tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Setelah dilakukan revisi Undang-Undang No.7 tahun 1992 dengan Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan, dalam Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan disebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dalam ensiklopedi umum, kredit dijelaskan sebagai sistem keuangan untuk memudahkan pemindahan modal dari pemilik kepada pemakai dengan harapan memperoleh keuntungan. Kredit diberikan berdasarkan kepercayaan orang lain yang memberikannya terhadap kecakapan dan kejujuran si peminjam. Bunga menurut Sudrajat (2006) adalah penentuan besarnya kelebihan dari pinjaman modal yang diterima oleh pemberi pinjaman dengan persyaratan periode waktu tertentu. Bunga mangandung tiga unsur sebagai berikut : 1. Kelebihan atau surplus yang melebihi dari modal yang dipinjamkan. 2. Ketentuan besarnya surplus tergantung periode waktu. 3. Persetujuan terhadap syarat-syarat pembayaran kelebihan telah ditentukan Unsur-unsur Kredit Menurut Muljono (2001), terdapat unsur-unsur kredit antara lain : a. Waktu yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasannya. b. Kepercayaan yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur kepada debitur, bahwa setelah jangka waktu tertentu debitur akan mengembalikan sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.

29 c. Penyerahan yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan nilai ekonomi kepada debitur yang harus dikembalikan setelah jatuh tempo. d. Risiko yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan adanya risiko yang mungkin timbul sepanjang jarak antara saat memberikan dan pelunasannya. e. Persetujuan dan perjanjian yang menyatakan bahwa antara kreditur dan debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian Jenis-jenis Kredit Produk bank dari sisi aktiva adalah perkreditan. Kredit-kredit yang termasuk produk bank diantaranya dalam Dendawijaya (2001) adalah sebagai berikut: 1. Kredit modal kerja, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah kredit (debitor) untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan debitur. 2. Kredit investasi, yaitu yang diberikan kepada nasabah kredit (debitor) untuk membiayai pembelian barang modal (investasi) 3. Kredit konsumsi, yaitu fasilitas kredit yang diberikan bank kepada debitor untuk keperluan pembelian barang-barang konsumsi yang diperlukan debitor. Berdasarkan tujuan penggunaannya, Kaslan (1970) dalam Risdwianto (2004) membagi kredit menjadi dua jenis yaitu : a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang atau jasa-jasa yang dapat memberikan kepuasan langsung kepada konsumen. Jenis kredit ini digunakan untuk membiayai hal-hal yang bersifat konsumtif misalnya kredit perumahan, kredit pembiayaan serta kredit untuk membeli makanan dan pakaian. Secara tidak langsung kredit konsumtif

30 akan memberikan efek produktif dengan cara meningkatkan produksi dari barang atau jasa yang dibeli oleh peminjam. b. Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang produktif. Kredit ini dipakai untuk membeli barang-barang modal tetap. Sedangkan kredit modal kerja digunakan untuk membiayai kebutuhan modal lancar yang biasanya habis dalam satu kali atau beberapa kali proses produksi. Menurut Djinarto (2000) dalam Risdwianto (2004) jangka waktu kredit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Kredit jangka pendek, merupakan kredit yang waktu pembayarannya maksimal satu tahun. Kredit ini digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja. b. Kredit jangka menengah, merupakan kredit yang jangka waktu pembayarannya antara satu sampai tiga tahun. Kredit ini biasanya digunakan untuk membeli mesin, pabrik, perumahan, dan alat-alat keperluan investasi. Nasabah : parsial Bank : parsial Proyek/Usaha Keuntungan %bunga x pinjaman Keuntungan-pengembalian ke bank Sumber : Djinarto dalam Risdwianto (2004) Gambar 2.1 Skema Bunga

31 2.2.4 Fungsi Kredit Rachmat dan Maya (2000) dalam Risdwianto (2004) menyatakan fungsi kredit pada dasarnya merupakan pemenuhan jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat untuk mendorong dan melancarkan proses perdagangan, melancarkan dan mendorong produksi, jasa-jasa, dan konsumsi. Jika dijabarkan dengan lebih terinci fungsi dari kredit adalah sebagai berikut : 1. Kredit digunakan untuk memajukan arus tukar menukar barang-barang dan jasa. 2. Kredit dapat digunakan untuk mengubah dana yang tidak produktif menjadi dana yang produktif. 3. Kredit sebagai alat pengendalian harga. Peningkatan jumlah uang yang beredar pada masyarakat dapat dilakukan dengan mempermudah dan mempermurah pemberian kredit kepada masyarakat. 4. Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan utilitas dari potensi-potensi ekonomi yang ada. Kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) timbul karena kegagalan pihak debitor dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar sisa pembayaran (cicilan) pokok kredit besar bunga yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit (Dendawijaya, 2001). Kolektibilitas kredit berdasarkan ketentuan yang dibuat BI, pertama adalah kredit lancar yaitu kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga. Kedua adalah kredit kurang lancar, kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan dari waktu yang diperjanjikan. Ketiga, kredit diragukan yaitu kredit yang

32 pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama enam bulan atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan. Kemudian keempat adalah kredit macet, kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pengembalian bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan Penawaran dan Permintaan Kredit Penawaran dan permintaan kredit dapat dijelaskan melalui gambar dan model. Pada sumbu tegak menggambarkan harga menggambarkan harga dari kredit yaitu suku bunga, Boediono (1985) menjelaskan bahwa suku bunga merupakan biaya dari memegang uang khususnya merupakan biaya imbangan. Sehingga dalam grafik, sumbu tegak menggambarkan suku bunga dalam persen dan sumbu datar menggambarkan kuantitas kredit dalam mata uang berlaku. Keseimbangan penawaran dan permintaan kredit terjadi pada titik E, dimana penawaran sebesar S c dan permintaan sebesar D c. Dengan suku bunga sebesar r 0 persen dan kredit sebesar L 0 unit mata uang ( Gambar 2.2) Suku Bunga Kredit (r) % S c r 0 E L 0 D c Kuantitas Kredit (L) Gambar 2.2 Keseimbangan Penawaran dan Permintaan Kredit Sumber : Akbar (2007)

33 Rachmawati (2005) menyatakan penurunan kredit akibat faktor-faktor permintaan merupakan sesuatu yang terjadi ketika perekonomian suatu bangsa mengalami kelesuan (resesi). Dari sisi makro perusahaan, masalah struktural seperti penyesuaian untuk mengurangi rasio utang terhadap modal (debt-equity ratio) yang meningkat akibat krisis merupakan penyebab turunnya permintaan kredit. Adanya ketidakpastian (uncertain) dam iklim berusaha (business confidence) yang rendah juga merupakan penyebab rendahnya keinginan untuk melakukan investasi sehingga permintaan kredit juga mengalami penurunan. Penurunan kredit dari sisi penawaran disebabkan oleh turunnya keinginan bank untuk memberikan pinjaman. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan menurunnya keinginan perbankan untuk memberikan kredit dapat bersumber dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal berupa rendahnya kualitas aset perbankan, tingginya NPL, dan anjloknya modal perbankan akibat depresiasi serta negative interest margin akan menurunkan kemampuan bank untuk memberi kredit. Faktor eksternal berupa menurunnya kelayakan kredit (creditsworthiness) dari debitur akibat melemahnya kondisi keuangan perusahaan, sehingga bank akan mengalami kesulitan untuk membedakan tingkat kelayakan kredit dari debitur. Intinya adalah asymetric information yang menyebabkan bank mengurangi volume kredit mereka. Keengganan bank untuk menyalurkan kredit seringkali tidak diikuti dengan kenaikan suku bunga (price credit rationing), melainkan diikuti oleh pengurangan kredit secara kuantitas (non-price credit rationing).

34 Tabel 2.1 Variabel-variabel Kredit Konsumsi Rumah Tangga Karakteristik Kepala Rumah Tangga Deskripsi Umur Umur Kuadrat Pekerjaan : berusaha tanpa buruh Pekerjaan : berusaha dengan buruh Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Pekerjaan : swasta/bumn Karakteristik Rumah Tangga Pendapatan dari berusaha Perubahan networth : networth berkurang Perubahan networth : networth tetap atau bertambah dengan pertambahan yang sedikit Perubahan networth : networth bertambah dengan pertambahan sedang Perubahan networth : networth bertambah dengan pertambahan tinggi Jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga yang bekerja Karakteristik Lokasi Tempat Tinggal Rumah Tangga Perkotaan Pulau Sumatera Pulau Jawa Pulau Lainnya Rasio konsentrasi perbankan PDRB per kapita Tahun Tahun 1= berusaha tanpa buruh, 0= lainnya 1= berusaha tanpa buruh, 0= lainnya 1= PNS, 0= lainnya 1= pegawai BUMN, 0= lainnya Deskripsi Ribuan rupiah, pertahun 1= networth berkurang, 0= lainnya 1= networth tetap/bertambah sedikit, 0= lainnya 1= networth bertambah sedang, 0= lainnya 1= networth bertambah tinggi, 0= lainnya Orang Orang Deskripsi 1= perkotaan, 0= pedesaan 1= P. Sumatera, 0= lainnya 1= P. Jawa, 0= lainnya 1= luar P. Jawa & Sumatera, 0= lainnya Persen Ribuan rupiah per tahun Sumber : Hadad et al. (2004)

35 Hadad et al. (2004) menjelaskan permintaan kredit konsumsi rumah tangga dalam model panel di tingkat propinsi sebagai berikut ln KK it = f (IRC it, ln CRI it, ln Y i(t-1), GROPOP it, UR it, D t ) (1) ln KK it = f (IRC it, ln CRI it, ln Y i(t-1), RNPL i(t-1 ), UR it ) (2) dimana : KK = kredit konsumsi rupiah dan valuta asing (konstan 1996) IRC CRI = rata-rata suku bunga kredit konsumsi (dalam persen) = jumlah kantor bank (terdiri atas : kp, /kc, /kcp, dalam unit) Y = PDRB (tahun sebelumnya) (dalam rupiah, konstan tahun 1996) GROPOP UR RNPL D I T = pertumbuhan penduduk (dalam persen) = tingkat pengangguran (dalam persen) = rasio non performing loan (dalam persen) = dummy propinsi (untuk intersep propinsi) = propinsi = tahun Tabel 2.1 menjelaskan variabel-variabel yang digunakan dalam meneliti penawaran dan permintaan kredit konsumsi. Permintaan kredit konsumsi rumah tangga, Hadad et al. (2004) menggunakan variabel-variabel pada level mikro yang mewakili pendapatan, demografi, dan karakteristik perbankan di suatu daerah Siklus Perkreditan Siklus perkreditan (Dendawijaya, 2001) dimulai sejak pengajuan permohonan kredit hingga akhirnya disetujui. Tahap-tahap dalam pemberian kredit meliputi : (1) Permohonan kredit ; (2) Analisis kredit; (3) Persetujuan kredit; (4) Perjanjian kredit; (5) Pencairan kredit; (6) Pengawasan kredit; dan

36 (7) a. Kredit bermasalah, b.tambahan kredit, c. Pelunasan kredit. Tahap di atas merupakan proses standar yang dilakukan lembaga keuangan dalam menyalurkan kredit. Setelah tahap keenam yaitu pengawasan kredit akan ditentukan golongan kredit tersebut, apakah bermasalah atau tidak. Jika tidak maka kredit akan ditambahkan atau dilunasi Resiko Kredit Resiko sangat erat berkaitan dengan usaha untuk memaksimalkan hasil yang didapat dari setiap kegiatan. Resiko ini dapat berupa keuntungan maupun kerugian. Dalam penelitian ini difokuskan kepada resiko kredit. Penyaluran kredit meski dijalankan sesuai prosedur masih memiliki resiko. Resiko dalam penyaluran kredit yang biasa terjadi adalah ketidaksimetrisan informasi (asymetric information) antara pemilik dana (kreditur) dan peminjam dana (debitur). Mishkin (2001) menggolongkan asymetric information dalam dua hal yaitu adserve selection dan moral hazard, kedua hal tersebut merupakan kesalahan penyaluran dan penggunaan kredit yang akan merugikan kreditur dikemudian hari, jika tidak memberikan kredit secara hati-hati (prudent). Menurut Mishkin (2001), asymetric information merupakan aspek penting dalam pasar keuangan. Adserve selection adalah masalah penyaluran kredit sebelum transaksi dilakukan. Masalah ini timbul karena pihak kreditur tidak akan melakukan penyaringan calon debitur secara baik dan benar. Pada umumnya calon debitur akan melakukan segala cara menutupi riwayat keuangan yang buruk. Membuat kreditur melihat sisi terluar dari debitur yang sudah dipoles, namun belum tentu baik didalam. Ini membuat debitur yang tidak baik dengan riwayat keuangan yang buruk akan mudah memperoleh dana,

37 namun akan sulit saat pengembalian. Perilaku yang dilakukan oleh debitur ini tentu akan merugikan kreditur. Tabel 2.2 Penyelesaian Masalah Adverse Selection dan Moral Hazard Untuk Pinjaman Adverse Selection 1. Membuat informasi yang rahasia dan selektif 2. Peraturan pemerintah 3. Intermediasi Keuangan 4. Jaminan dan kekayaan bersih Moral Hazard 1. Kekayaan bersih (asset dikurangi kewajiban debitur) 2. Monitoring and enforcement of restriction 3. Intermediasi keuangan Sumber : Mishkin (2004) Masalah lain dalam asymetric information adalah moral hazard. Masalah penyaluran kredit setelah kontrak terkait dengan penggunaan dana pinjaman oleh debitur. Debitur melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai kontrak yang penuh dengan resiko yang akan membahayakan keuangan debitur, kemudian menimbulkan kerugian pada pihak kreditur. Hal ini terjadi karena debitur merasa bahwa akan menanggung kerugian terbesar atas tindakannya adalah kreditur. Penyelesaian masalah adverse selection dan moral hazard dalam pasar keuangan dalam Mishkin (2001) dapat dilakukan dalam tabel Regresi Logistik Regresi Logistik adalah model regresi atau analisis data yang dapat menjelaskan hubungan antara peubah respon (dependent variable) yang bersifat kualitatif. Dalam survei, peubah kualitatif mempunyai skala pengukuran nominal atau ordinal. Nilai-nilai peubah respon kualitatif ini terbatas (limited dependent

38 variable), bahkan sering hanya bernilai dua kemungkinan saja. Peubah kualitatif yang hanya memiliki dua kemungkinan nilai disebut peubah biner (Juanda, 2007). Kuncoro (2004) dalam Jalil (2007) memaparkan kelebihan metode regresi logistik dibandingkan dengan teknik lain yaitu: 1. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model, artinya variabel bebas tidak harus memiliki distribusi normal, linier maupun memiliki varians yang memiliki varians yang sama dalam tiap grup. 2. Variabel bebas dalam regresi logistik bisa campuran dari variabel kontinu, diskrit dan dikotomis. 3. Regresi logistik sangat bermanfaat digunakan apabila distribusi respon atas variabel tak bebas diharapkan non linier dengan satu atau lebih variabel bebas. Tujuan dari model logit adalah menentukan peluang bahwa indivudu dengan karakteristik-karakteristik tertentu akan memilih suatu pilihan tertentu dari beberapa alternatif yang tersedia. Model logit dalam penelitian ini, mencerminkan dua alternatif bagi pengguna jasa lembaga pembiayaan yaitu menggunakan jasa lembaga pembiayaan jenis non-bank atau menggunakan jasa lembaga pembiayaan jenis bank. Untuk mentransformasikan alternatif pilihan dari bentuk kualitatif ke kuantitatif dengan menggunakan dua kemungkinan nilai, pilihan alternatif dijadikan menjadi dua buah nilai yaitu 0 dan 1 (Juanda, 2007). Model regresi logistik dengan p buah peubah bebas dapat digambarkan dengan menghitung peluangnya (Juanda, 2007) : Y i (x i ) = P i (x i ) = 1 [ 1 + e g( x ) i ] (3)

39 Dimana g(x i ) atau logit dari model tersebut adalah g(x i ) = ln P i (x i ) 1 - P i (x i ) (4) = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X β p X p (5) Nilai P i pada persamaan (4) dinotasikan berdasarkan Yi bernilai 1 dan 0 dan menyebar menurut sebaran (distribusi) Bernouli (Juanda, 2007) sehingga didapat : P (Y i = 1) = P i (6) P (Y = 0) = (1 - P i ) (7) dan bentuk umum model dapat dituliskan seperti pada persamaan (4). 2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai jasa lembaga pembiayaan baik bank mupun non-bank belum pernah dilakukan. Menurut Hadad et al. (2004), penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan rumah tangga untuk melakukan pinjaman (demand of credit) dan keputusan pihak bank dalam menyalurkan kredit belum banyak dilakukan di Indonesia. Hadad et al. (2004) dalam penelitiannya menyimpulkan rumah tangga memiliki kredit semakin besar dengan semakin meningkatnya umur kepala rumah tangga. Hal yang sama juga berlaku dengan semakin banyaknya anggota keluarga yang bekerja atau berusaha. Probabilitas rumah tangga yang bekerja sebagai PNS, swasta/bumn atau berusaha lebih besar. Dengan menggunakan contoh sebanyak 3600 rumah tangga dari 3750 rumah tangga yang disurvei dalam Survei Khusus Tabungan dan Investasi Rumah Tangga (SKTIR) tahun 2003 dari BPS.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MENGGUNAKAN PILIHAN JASA LEMBAGA PEMBIAYAAN (KREDIT KONSUMSI MOBIL)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MENGGUNAKAN PILIHAN JASA LEMBAGA PEMBIAYAAN (KREDIT KONSUMSI MOBIL) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MENGGUNAKAN PILIHAN JASA LEMBAGA PEMBIAYAAN (KREDIT KONSUMSI MOBIL) OLEH RATU DEWI HILNA ANGGRAENI H14104072 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H14103098 DEPERTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar seperti Medan. Selain itu tingkat konsumsi masyarakat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. besar seperti Medan. Selain itu tingkat konsumsi masyarakat mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sarana mobilitas yang efektif, efisien, dan ekonomis bagi masyarakat Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu, terutama dikotakota besar seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pergeseran persepsi mengenai mobil sebagai suatu icon yang menandakan suatu

I. PENDAHULUAN. pergeseran persepsi mengenai mobil sebagai suatu icon yang menandakan suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil sebagai jenis kendaraan yang mendukung aktivitas masyarakat semakin hari keberadaannya semakin dibutuhkan baik sebagai sarana transportasi umum, pribadi, sebagai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi maka sarana penyediaan dana

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi maka sarana penyediaan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori permintaan terhadap sesuatu output menerangkan bagaimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori permintaan terhadap sesuatu output menerangkan bagaimana BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Permintaan Teori permintaan terhadap sesuatu output menerangkan bagaimana seseorang atau bahkan banyak konsumen sebagai pembeli untuk meminta sesuatu barang yang tersedia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan istilah lembaga pembiayaan yakni badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan 14 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA 2.1. Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan Sejarah perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan dimulai sejak tahun 1974,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tahun 2009 merupakan tahun terjadinya krisis global mulai berdampak pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara maju pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin memburuknya keadaan perekonomian di Indonesia yang di tandai dengan penurunan nilai tukar rupiah, maka masyarakat mulai banyak mencari penghasilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh faktor suku bunga kredit, dana pihak ketiga, nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemulihan perekonomian nasional,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank dan Produk Bank 2.1.1 Pengertian Bank Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan disalurkan dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan negara masing-masing. Indonesia dalam tujuan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan negara masing-masing. Indonesia dalam tujuan negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan salah satu sarana bagi pemerintah suatu negara untuk mencapai tujuan negara masing-masing. Indonesia dalam tujuan negara untuk mewujudkan

Lebih terperinci

ANALISIS KONSENTRASI PENETRASI PASAR DAN DISTRIBUSI PENYALURAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI PULAU JAWA

ANALISIS KONSENTRASI PENETRASI PASAR DAN DISTRIBUSI PENYALURAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI PULAU JAWA ANALISIS KONSENTRASI PENETRASI PASAR DAN DISTRIBUSI PENYALURAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI PULAU JAWA OLEH MOHAMAD FIKRI RAMDHANI H14104076 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat penyaluran dana-dana dari Surplus Spending Unit (SSU) ke

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat penyaluran dana-dana dari Surplus Spending Unit (SSU) ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lembaga-lembaga keuangan berfungsi sebagai lembaga yang mempercepat penyaluran dana-dana dari Surplus Spending Unit (SSU) ke Deficit Spending Unit (DSU). Fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara tergantung pada lembaga keuangannya. Lembaga keuangan terutama perbankan berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kehidupan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari keberadaan serta peran penting sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PROMOSI BANK TERHADAP PENGHIMPUNAN TABUNGAN DAN DEPOSITO (Studi Kasus Sepuluh Bank Terbaik Berdasarkan Aset Tahun 2005)

ANALISIS PENGARUH PROMOSI BANK TERHADAP PENGHIMPUNAN TABUNGAN DAN DEPOSITO (Studi Kasus Sepuluh Bank Terbaik Berdasarkan Aset Tahun 2005) ANALISIS PENGARUH PROMOSI BANK TERHADAP PENGHIMPUNAN TABUNGAN DAN DEPOSITO (Studi Kasus Sepuluh Bank Terbaik Berdasarkan Aset Tahun 2005) OLEH LAMBOK SIRINGORINGO H14102102 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang. Sedangkan menurut undang-undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 bahwa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 bahwa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN. menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN. menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN A. Pengertian Lembaga Pembiayaan Perusahaan merupakan Badan Usaha yang menjalankan kegiatan di bidang perekonomian (keuangan, industri, dan perdagangan), yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor keuangan terutama industri perbankan merupakan elemen penting dalam pembangunan suatu negara. Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pasal 1 angka 2 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia telah mengalami perkembangan ekonomi yang sangat cepat. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran bank sebagai lembaga keuangan yang mengatur,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H14053267 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong ke dalam negara yang mengalami perkembangan dan pembangunan ekonomi yang cukup pesat. Perkembangan dan pembangunan ekonomi disuatu negara

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H14101089 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kegiatan bank ialah menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito)

Lebih terperinci

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H14103029 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang melibatkan para investor dan kontraktor asing. Kalau jumlah proyek-proyek skala besar yang berorientasi jangka panjang

I. PENDAHULUAN. yang melibatkan para investor dan kontraktor asing. Kalau jumlah proyek-proyek skala besar yang berorientasi jangka panjang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis alat berat / alat konstruksi semakin bergairah seiring dengan semakin surutnya dampak krisis ekonomi moneter. Dalam tiga tahun terakhir, lahan usaha alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi sangat bergantung pada keberadaan sektor perbankan yang berfungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10310

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10310 PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10310 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT GENERAL ELECTRIC FINANCE INDONESIA OLEH PT BANK PERMATA Tbk. I. LATAR BELAKANG 1.1 Berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengetahuan mengenai saham dan transaksi bursa saham melalui dialogdialog

BAB I PENDAHULUAN. dan pengetahuan mengenai saham dan transaksi bursa saham melalui dialogdialog BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran individu untuk berinvestasi dan pengetahuan mengenai saham dan transaksi bursa saham melalui dialogdialog pembelajaran baik di

Lebih terperinci

February 09, 2010 KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN

February 09, 2010 KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN 1 KREDIT MENURUT UU NO. 10/1998 TENTANG POKOK-POKOK PERBANKAN Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari peran semakin meningkatnya sektor usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LIKUIDASI BANK TAHUN 1997 OLEH WIRDA NABILA HI

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LIKUIDASI BANK TAHUN 1997 OLEH WIRDA NABILA HI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LIKUIDASI BANK TAHUN 1997 OLEH WIRDA NABILA HI4102091 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN WIRDA NABILA.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bisnis alat berat / alat konstruksi semakin bergairah seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Bisnis alat berat / alat konstruksi semakin bergairah seiring dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis alat berat / alat konstruksi semakin bergairah seiring dengan semakin surutnya dampak krisis ekonomi moneter. Dalam tiga tahun terakhir, lahan usaha alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi merupakan tolak ukur pembangunan nasional. Sektor ekonomi selalu menjadi fokus pemerintah dalam melaksanakan pembangunan baik skala pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat modern. Sistem pembayaran dan intermediasi hanya dapat terlaksana bila ada sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Fungsi Kredit Menurut Dahlan Siamat (2005 : 349), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H14050283 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. SPSS (Statistical Product Service Solution). Data yang diolah adalah tingkat suku bunga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. SPSS (Statistical Product Service Solution). Data yang diolah adalah tingkat suku bunga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Deskriptif Data Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS (Statistical Product Service Solution).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perseroan Terbatas 1. Pengertian Perseroan Terbatas Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perseroan Terbatas 1. Pengertian Perseroan Terbatas Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membeli dengan cara kredit sudah menjadi hal yang sangat biasa ditengah masyarakat dewasa ini, baik masyarakat diperkotaan sampai masyarakat dipedesaan terutama untuk

Lebih terperinci

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA TABUNGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK PADA 26 PROPINSI DI INDONESIA

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA TABUNGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK PADA 26 PROPINSI DI INDONESIA ANALISIS KAUSALITAS ANTARA TABUNGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK PADA 26 PROPINSI DI INDONESIA OLEH RIANI WIDIARTI H14104082 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah ditegaskan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH MIMI MARYADI H14103117 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan( NPL), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia bank,

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh perkembangan internal perbankan,

Lebih terperinci

Oleh: HARDY SUHARDIMAN H

Oleh: HARDY SUHARDIMAN H KINERJA KEUANGAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN BPR SYARIAH (Kasus pembiayaan usaha produktif pada PT. BPRS Al-Salaam Amal Salman, Kel. Cinere, Depok) Oleh: HARDY SUHARDIMAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Edhi Satriyo Wibowo & Muhammad Syaichu (2013) Penelitian yang kedua dari Edhi Satriyo Wibowo, Muhammad Syaichu berjudul tentang Analisis Pengaruh

Lebih terperinci

Hidup Lebih Sejahtera Berkat Pembiayaan

Hidup Lebih Sejahtera Berkat Pembiayaan BAB V Hidup Lebih Sejahtera Berkat Pembiayaan Apakah Pembiayaan = Kredit? Beda Pembiayaan dengan Kredit 1. Dalam konteks Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006, pembiayaan adalah istilah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan barang dan jasa juga semakin meningkat. Kebutuhan suatu kendaraan

I. PENDAHULUAN. akan barang dan jasa juga semakin meningkat. Kebutuhan suatu kendaraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu yang semakin maju, maka kebutuhan manusia akan barang dan jasa juga semakin meningkat. Kebutuhan suatu kendaraan merupakan kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang perekonomian suatu negara, khususnya dalam bidang pembiayaan perekonomian. Menurut UU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Obligasi merupakan salah satu surat utang yang termasuk dalam sekuritas jangka

I. PENDAHULUAN. Obligasi merupakan salah satu surat utang yang termasuk dalam sekuritas jangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obligasi merupakan salah satu surat utang yang termasuk dalam sekuritas jangka panjang. Obligasi yang diterbitkan bertujuan menghimpun dana dari masyarakat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem keuangan Indonesia pada prinsipnya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu sistem perbankan dan sistem lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sektor Perbankan 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Negara Republik Indoneisa Nomor 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yaitu badan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2007 hingga 2010 proporsi jumlah bank gagal dari jumlah bank yang ditetapkan dalam pengawasan khusus cenderung meningkat sesuai dengan Laporan Tahunan Lembaga

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN KREDIT INVESTASI OLEH RATIH PRANITA H

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN KREDIT INVESTASI OLEH RATIH PRANITA H ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN KREDIT INVESTASI OLEH RATIH PRANITA H14104098 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Ratih Pranita. H14104098.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan serta jasa sangat erat kaitan dan apabila telah terjalin kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan serta jasa sangat erat kaitan dan apabila telah terjalin kerjasama yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan bank sebagai lembaga keuangan dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi semakin meningkat kebutuhannya. Semua sektor kegiatan yang meliputi industri,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh suatu perusahaan, maka

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh suatu perusahaan, maka I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh suatu perusahaan, maka dibutuhkan alternatif sumber pembiayaan yang bertujuan untuk mendapatkan tambahan dana

Lebih terperinci

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan?

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Daftar Isi Financial Check List 1 01 Definisi Pembiayaan 3 02 Mengapa Masyarakat Memerlukan Jasa Pembiayaan? 5 5 03 Kapan Masyarakat Memerlukan Jasa Pembiayaan? 6 6 04 Siapa Saja Nasabah 8 Jasa Pembiayaan?

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN AKTIVA PRODUKTIF TERHADAP NET INTEREST MARGIN PADA BANK PEMERINTAH RANGKUMAN SKRIPSI

PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN AKTIVA PRODUKTIF TERHADAP NET INTEREST MARGIN PADA BANK PEMERINTAH RANGKUMAN SKRIPSI PENGARUH PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA DAN AKTIVA PRODUKTIF TERHADAP NET INTEREST MARGIN PADA BANK PEMERINTAH RANGKUMAN SKRIPSI Oleh : ADITYA RAHMAN HAKIM 2005210181 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah memberikan beban yang besar bagi industri perbankan di Indonesia dan sebagian besar bank mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pembiayaan kepada masyarakat sesuai dengan. kebutuhannya.kehadiran industri pembiayaan (multifinance) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pembiayaan kepada masyarakat sesuai dengan. kebutuhannya.kehadiran industri pembiayaan (multifinance) di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan sistem perdagangan barang dan jasa yang telah memasuki era pasar bebas, Indonesia telah mengalami perkembangan ekonomi yang sangat cepat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Di negara seperti Indonesia, bank memegang peranan penting dalam pembangunan karena bukan hanya sebagai sumber pembiayaan untuk kredit investasi kecil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan menciptakan kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemakmuran, kesejahteraan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja sangat diperlukan dalam menjalankan kegiatan usaha. Setiap perusahaan tentunya membutuhkan modal kerja dalam melakukan kegiatan operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dengan kinerja pembiayaan di tahun yang lalu.

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dengan kinerja pembiayaan di tahun yang lalu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan bisnis pembiayaan di dalam negeri ini cukup pesat. Hal ini terbukti dengan kinerja pembiayaan di tahun 2006-2008 yang lalu. Menurut Asosiasi Perusahaan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam 55 II. PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam pengembalian Kredit Mikro Utama diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan, alat penggerak pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari pembangunan. Bank sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah suatu lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk salah satunya adalah penyaluran

Lebih terperinci

BAB I Lembaga Keuangan

BAB I Lembaga Keuangan BAB I Lembaga Keuangan Sejak dahulu kegiatan perekonomian telah berjalan, bahkan sebelum ditemukannya sebuah alat ukur, alat tukar. Perekonomian tradisional dilakukan dengan sistem barter, yaitu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sebelum krisis tahun 1998 sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak dilirik oleh perbankan karena mereka menilai sektor ini tidak layak untuk dibiayai,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya perekonomian di dunia meskipun kini tengah dilanda krisis ekonomi global, dunia bisnis merupakan dunia yang paling ramai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c) 5 b. Analisis data daya tahan dengan metode semiparametrik, yaitu menggunakan regresi hazard proporsional. Analisis ini digunakan untuk melihat pengaruh peubah penjelas terhadap peubah respon secara simultan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pemerintah berkewajiban mensejahterakan rakyatnya secara adil dan merata. Ukuran sejahtera biasanya dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan di Indonesia memiliki Peranan penting dalam Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan di Indonesia memiliki Peranan penting dalam Perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan di Indonesia memiliki Peranan penting dalam Perekonomian negara, yaitu sebagai lembaga intermediasi yang membantu kelancaran sistem pembayaran dan

Lebih terperinci