Program Studi Teknik Geofisika Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Program Studi Teknik Geofisika Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan"

Transkripsi

1 PEMODELAN SINTETIK METODE GAYABERAT MIKRO SELANG WAKTU LUBANG BOR Tugas Akhir Diajukan sebagai syarat untuk menempuh ujian sarjana Program Studi Teknik Geofisika-Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung Oleh : ANDIKA PERBAWA Program Studi Teknik Geofisika Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung 2009 i

2 HALAMAN JUDUL PEMODELAN SINTETIK METODE GAYABERAT MIKRO SELANG WAKTU LUBANG BOR Tugas Akhir Diajukan sebagai syarat untuk menempuh ujian sarjana Program Studi Teknik Geofisika-Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung Oleh : ANDIKA PERBAWA Program Studi Teknik Geofisika Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung 2009 i

3 HALAMAN PENGESAHAN PEMODELAN SINTETIK METODE GAYABERAT MIKRO SELANG WAKTU LUBANG BOR Tugas Akhir Diajukan sebagai syarat untuk menempuh ujian sarjana Program Studi Teknik Geofisika-Fakultas Teknik Perminyakan dan Pertambangan Institut Teknologi Bandung Oleh : ANDIKA PERBAWA disetujui dan disahkan: Bandung, 29 Juni 2009 Pembimbing I Pembimbing II Dr. Wawan Gunawan A. Kadir NIP : Dr. Susanti Alawiyah NIP : ii

4 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim, Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah mencurahkan nikmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Salawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, para tabi in dan umatnya hingga akhir zaman yang senantiasa istiqomah dan berjuang di jalan-nya. Tugas akhir yang berjudul Pemodelan Sintetik Metode Gayaberat Mikro Selang Waktu Lubang Bor ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam jenjang pendidikan sarjana di Program Studi Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung. Penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Wawan Gunawan A.Kadir, selaku dosen pembimbing I dan Dr. Susanti Alawiyah, selaku dosen pembimbing II atas bimbingan dan arahannya selama penulis mengerjakan Tugas Akhir. 2. Dr. Darharta Dahrin, selaku Ketua Program Studi Teknik Geofisika dan Setianingsih, M.T., selaku dosen wali penulis, yang telah memberikan bimbingannya selama masa studi di ITB. 3. Mamah, Papah, Adik dan Nenekku tercinta, yang telah banyak memberikan nasihat, motivasi dan do a yang tiada hentinya kepada penulis, Ya Allah ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan sayangilah mereka, sebagaimana mereka menyayangi kami sejak kecil. 4. Seluruh dosen di lingkungan Program Studi Teknik Geofisika atas segala ilmu pengetahuan yang diberikan selama perkuliahan. 5. Mbak Lilik, Bu Ning, staf Tata Usaha dan seluruh karyawan Program Studi Teknik Geofisika ITB yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada penulis selama masa studi. iii

5 6. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan dan do a kepada penulis. 7. Indah Hermansyah Putri, yang selalu menemani dan mendukung baik dalam susah maupun senang, Ya Allah semoga kami selalu dipertemukan dan dijodohkan sampai akhir hayat. Amin 8. Ana, Teh Asri, Ibin, Eko dan penghuni laboratorium Gravity yang telah banyak berdiskusi, membantu dan menambah pengetahuan kepada saya khususnya tentang metode gayaberat. 9. Sami dan Ilfan yang rumah/kostannya selalu diganggu oleh kehadiran saya untuk mengerjakan Tugas Akhir ini, Thanks guys!!! 10. Teman-teman TG 2005 atas kerjasama, pembelajaran, organisasi dan kegembiraannya selama masa studi di Teknik Geofisika, maaf tidak bisa disebutkan satu per satu, let s freaking out together! 11. Teman-teman HIMA TG TERRA ITB, TERRA kan tetap JAYA...TERRA TERRA TERRA...!!! 12. Kang Andri yang sering nginep bareng dan telah banyak mengajarkan dan memberi pengetahuan tentang komputasi, statistik dan software geofisika. 13. Sensei Huda, Sensei Anna dan teman-teman AIKIDO ITB, 14. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran dari semua pihak untuk memperbaikinya. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang tidak berkenan di hari pembaca. Kesalahan datang dari saya sendiri namun kebenaran itu datang dari Allah SWT. Akhir kata, penulis berharap agar tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bandung, 29 Juni 2009 Penulis iv

6 ABSTRAK Saat ini, penggunaan teknologi gayaberat mikro selang waktu di permukaan dalam memonitoring perubahan densitas fluida reservoir telah berkembang pesat. Namun masih memiliki keterbatasan resolusi terhadap variasi densitas secara vertikal. Salah satu alternatif yang dapat digunakaan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan teknologi pengukuran gayaberat pada lubang bor. Untuk mendapatkan efektifitas pengukuran gayaberat pada lubang bor, dalam penelitian ini dilakukan pembuatan program untuk pemodelan ke depan gayaberat lubang bor dari beberapa model sintetik kemudian menganalisis karakteristik respon anomalinya terkait dengan amplitudo, panjang gelombang, jarak pengukuran, dan geometri bodi anomali. Hasil pemodelan sintetik menunjukkan bahwa batas bodi anomali secara vertikal serta kedalamannya dapat diidentifikasi dengan jelas. Dalam hal ini, kedalaman pusat bodi anomali ditunjukkan oleh nilai respon gayaberat nol. Top dan base bodi direpresentasikan oleh amplitudo maksimum dan minimum. Selain itu, dihasilkan pula crossplot hubungan antara parameter amplitudo dan panjang gelombang terhadap variabel-variabel pengukuran. Amplitudo akan membesar secara linier terhadap ketebalan bodi, serta berkurang dan bertambah secara tidak linier terhadap jarak pengukuran dan diameter bodi. Sedangkan panjang gelombang akan memanjang dan memendek secara tidak linier terhadap perbedaan ketebalan dan diameter bodi, namun akan memanjang secara linier terhadap jarak pengukuran. Sebagai rekomendasi survey, jarak optimum pengukuran antara lubang bor dengan bodi anomali adalah kurang dari panjang diameter bodi anomalinya, dengan asumsi bodi anomali berupa silinder. Kata kunci: Gayaberat mikro selang waktu lubang bor, program pemodelan ke depan gayaberat lubang bor, crossplot, rekomendasi survey. v

7 ABSTRACT Now a day, the application of surface microgravity time-lapse technology for density changes of fluid reservoir monitoring is rapidly develop. But, it still has a resolution limitation in vertical density variation. Alternatively, borehole gravity measurement technology can resolve this problem. In this research, to get effectiveness in measuring borehole microgravity time-lapse response, a forward modeling code program has been created for borehole gravity modeling from some models. And then, a characteristic analysis of gravity anomaly response has been done relates to amplitude, wavelength, measurement distance and body anomaly geometry. The result of synthetic modeling showed the border of anomaly body vertically with its depth can be clearly identified. In this case, the depth of anomaly body showed by zero gravity response value. Top and base of body represented by maximum and minimum amplitude. Beside that, it produces some crossplots about relation of amplitude and wavelength parameters related to measurement variables. Amplitude will increase linearly toward body thickness, also decrease and increase non-linearly toward measurement distance and body diameter. While wavelength will become longer and shorter non-linearly toward thickness and diameter of body, also will become longer linearly toward measurement distance. As a survey recommendation, the optimum measurement distance between borehole and anomaly body is less than the length of body diameter with assumption the body is cylinder. Keywords: Borehole microgravity time-lapse, forward modeling borehole gravity code program, crossplot, measurement survey recommendation. vi

8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Batasan masalah Metodologi penelitian Sistematika penulisan... 5 BAB II TEORI DASAR Sejarah Perkembangan Metode Gayaberat Lubang Bor Prinsip Gayaberat Potensial dan Medan Gravitasi Persamaan gayaberat 3D untuk model prismatik Persamaan gayaberat mikro selang waktu Anomali gayaberat mikro selang waktu lubang bor Pemodelan ke depan anomali gayaberat mikro selang waktu lubang bor 15 BAB III PEMBUATAN DAN PENGUJIAN PROGRAM PEMODELAN KE DEPAN GAYABERAT LUBANG BOR Pendahuluan GUI Diagram alir program Input model bodi anomali vii

9 Input Dimensi Grid Size Show Model Plot Surface Measurement Measurement Parameter Coordinate Plot BHGM Save Output Pengujian Program BAB IV PEMODELAN SINTETIK, HASIL DAN ANALISIS Pemodelan Sintetik Dengan Lubang Bor Menembus Bodi Anomali Hasil dan analisis untuk model perlapisan Hasil dan analisis untuk model sesar Pemodelan Sintetik Dengan Lubang Bor Tidak Menembus Bodi Anomali Hasil pemodelan untuk 4 model silinder Analisis log dan crossplot BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN A LAMPIRAN B LAMPIRAN C viii

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Diagram alir metodologi penelitian...4 Gambar 2.1. Instrumen gravimeter lubang bor.(goodell, R. R., 1964).7 Gambar 2.2. Skema Gaya tarik menarik antara dua buah benda.. 8 Gambar 2.3. Sketsa pengaruh gayaberat di titik P oleh suatu benda di titik Y 12 Gambar 2.4. Anomali gayaberat selang waktu akibat perubahan densitas...15 Gambar 3.1. Program BHGM AP2009 yang dikemas dalam GUI..18 Gambar 3.2. Diagram alir program BHGM AP Gambar 3.3. Parameter input model bodi anomali...20 Gambar 3.4. Sketsa bodi anomali dengan panjang sisi sebesar 2G x,2g y,2g z..21 Gambar 3.5. Tampilan dari bodi anomali densitas bawah permukaan.21 Gambar 3.6. Tampilan respon gayaberat di permukaan dan konturnya...22 Gambar 3.7. Log borehole gravity 23 Gambar 3.8. File output dari hasil pengukuran 24 Gambar 3.9. Penampang bodi anomali dengan panjang = 1000 m, tebal 200 m, dan strike ke arah y = 200 m..25 Gambar Respon gayaberat di permukaan menggunakan program BHGM AP Gambar Penampang dan respon gayaberat menggunakan Geomodel.26 Gambar 4.1. Desain akuisisi pada model perlapisan 28 Gambar 4.2. Log gayaberat lubang bor untuk model perlapisan. Untuk jarak 80 m, separasi bodi berdasarkan respon anomali dapat dibedakan dengan baik 28 Gambar 4.3. Log gayaberat lubang bor untuk model perlapisan dengan jarak 20 m. Bentuk seperti di atas adalah batas minimum bahwa kedua perlapisan dapat dipisahkan...29 Gambar 4.4. Crossplot antara ketebalan bodi dengan jarak antar bodi 31 Gambar 4.5. (a) Penampang horizontal, (b) Penampang vertikal. (c) Desain pengukuran gayaberat mikro selang waktu lubang bor untuk model sesar dengan menggunakan 13 lubang bor yang sejajar..32 ix

11 Gambar 4.6. Log respon gayaberat yang diukur pada lubang bor nomor 3, 5, 7, 9 dan Gambar 4.7. Penampang gayaberat mikro selang waktu lubang bor untuk model sesar 34 Gambar 4.8. Penerapan teknik atribut amplitudo pada log gayaberat. (A) menggunakan amplitudo absolut. (B) menggunakan energi amplitudo.34 Gambar 4.9. Ilustrasi untuk distance, sudut α dan h ditunjukkan oleh tulisan dan anak panah berwarna ungu.36 Gambar Model silinder yang didekati oleh 68 buah prisma 37 Gambar Desain survey untuk model dengan lubang bor tidak menembus bodi anomali...38 Gambar Log gayaberat lubang bor pada Model 1, 2 dan 3 serta diukur pada koordinat (2000, 3250) dan (2000, 3500)..39 Gambar Sketsa log gayaberat pada kedalaman tertentu..40 Gambar Log gayaberat lubang bor pada jarak tertentu...41 Gambar Log gayaberat lubang bor dengan kontras densitas yang berbeda.41 Gambar Crossplot antara amplitudo terhadap tebal bodi anomali untuk model Gambar Crossplot antara amplitudo dengan distance untuk keempat model dengan ketebalan 40 dan 60 meter.43 Gambar Crossplot antara amplitudo terhadap diameter bodi dengan ketebalan 20 m, 40 m, 60 m, dan 80 m pada distance 1250 m..44 Gambar Crossplot antara panjang gelombang vs tebal bodi anomali untuk model Gambar Crossplot antara panjang gelombang vs distance..46 Gambar Crossplot antara panjang gelombang vs diameter bodi anomali...47 Gambar Crossplot antar distance terhadap sudut 48 x

12 DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Skema hasil pengukuran untuk model perlapisan 30 Tabel 4.2. Geometri dan parameter densitas untuk keempat bodi anomali...37 Tabel 4.3. Parameter survey untuk keempat model yang tidak ditembus lubang bor. (X dan Y adalah koordinat dari lubang bor)...38 xi

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan keilmuan geofisika semakin meningkat dengan pesat. Berbagai metode geofisika tumbuh seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi. Bukan hanya dari segi perangkat lunak dalam mengolah data geofisika namun instrumentasinya pun turut berkembang dengan pesat. Baik dalam industri migas dan tambang mineral, metode geofisika tidak hanya digunakan dalam tahap eksplorasi semata melainkan dalam tahap monitoring atau pemantauan kondisi lapangan. Metode gayaberat merupakan salah satu metode geofisika yang memanfaatkan perbedaan medan gayaberat yang terukur karena adanya perbedaan densitas di bawah permukaan bumi. Dengan mengetahui bahwa adanya perbedaan gayaberat tersebut maka kita dapat memprediksi lokasi, geometri, dan densitas dari anomali gayaberat bawah permukaan. Nilai gayaberat yang terukur dapat dalam orde mgal bahkan μgal bergantung kepada besarnya geometri dan kontras densitas relatif terhadap sekelilingnya. Khusus untuk pemantauan gayaberat di suatu lokasi dalam selang waktu tertentu dan dikenal sebagai metode gayaberat selang waktu, orde yang digunakan dapat mencapai μgal. Untuk mengukur metode gayaberat selang waktu diperlukan akuisisi minimal dua kali (Kadir, 2003). Adapun target anomali densitas dalam gayaberat selang waktu ini dapat berupa perubahan densitas akibat pergantian massa di dalam reservoir yang merepresentasikan aliran fluida dalam reservoir. Metode gayaberat selang waktu permukaan sudah lazim digunakan dalam memantau pergerakan fluida di dalam reservoir migas. Namun sekarang mulai dikembangkan metode gayaberat selang waktu lain untuk memantau pergerakan fluida tersebut melalui skema baru yaitu metode gayaberat lubang bor (Borehole Gravity). Idenya adalah dengan menangkap respon gayaberat yang diukur di 1

14 dalam lubang bor sehingga diharapkan resolusi vertikal dan ketebalan area yang terjadi perubahan densitas akan terpetakan lebih baik daripada pengukuran yang dilakukan di permukaan Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Membuat program untuk menghitung respon gayaberat di dalam lubang bor, 2. Melakukan pemodelan sintetik respon gayaberat lubang bor dengan cara lubang bor yang menembus bodi anomali dan tidak menembus bodi anomali. 3. Menganalisis respon gayaberat hasil pemodelan serta identifikasi geometri dan posisi target anomali, 4. Menghasilkan rekomendasi desain survey metode gayaberat yang efektif Batasan masalah Dalam tugas akhir ini penulis membatasi masalah mulai dari pembuatan program pemodelan ke depan untuk menghitung respon gayaberat di lubang bor, aplikasi program pada beberapa model sintetik untuk mengidentifikasi geometri dan kedalaman dari bodi anomali. Selain itu, dilakukan pula analisis dari beberapa crossplot untuk mengetahui hubungan antara parameter besar amplitudo dan panjang gelombang dengan variabel jarak pengukuran, ketebalan dan besar diameter bodi anomali yang berbeda-beda. Kemudian mengajukan rekomendasi desain survey gayaberat lubang bor yang lebih baik. 2

15 1.4. Metodologi penelitian Penelitian ini dilakukan melalui berbagai tahap yakni: 1. Studi pustaka mengenai metode gayaberat lubang bor, kegunaan dan desain akuisisinya, 2. Pembuatan program forward modeling untuk menghitung respon anomali gayaberat lubang bor dengan pendekatan model anomali sederhana berbentuk prismatik kemudian menganalisis responnya, 3. Mencari hubungan antara parameter amplitudo dan panjang gelombang terhadap variabel jarak pengukuran, ketebalan dan besar diameter bodi anomali yang berbeda-beda baik secara kualitatif maupun secara analisa crossplot. 4. Menarik kesimpulan. Diagram alir dalam metodologi penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 1.1 di bawah ini: 3

16 DIAGRAM ALIR METODOLOGI PENELITIAN Gambar 1.1. Diagram alir metodologi penelitian. 4

17 1.5. Sistematika penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Bab I menjelaskan latar belakang, tujuan penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II. TEORI DASAR Bab II menjelaskan konsep dasar gayaberat, satuan gayaberat, konsep pengukuran lubang bor, pemodelan ke depan, dan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini. BAB III. PEMBUATAN DAN PENGUJIAN PROGRAM PEMODELAN KE DEPAN GAYABERAT LUBANG BOR Bab III menjelaskan seluk beluk dari program pemodelan ke depan gayaberat lubang bor (BHGM AP2009) dan menguji kelayakan program dengan membandingkannya terhadap program geomodel. BAB IV. PEMODELAN SINTETIK, HASIL DAN ANALISIS Bab IV menjelaskan pemodelan sintetik yang dilakukan, menampilkan hasilnya kemudian menganalisis respon gayaberatnya. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Bab V berisi kesimpulan dari ulasan yang dibahas sebelumnya kemudian ditutup dengan saran untuk penelitian selanjutnya. 5

18 BAB II TEORI DASAR 2.1. Sejarah Perkembangan Metode Gayaberat Lubang Bor Metode gayaberat lubang bor pertama kali dikembangkan sejak akhir tahun 1950an untuk memenuhi kebutuhan informasi densitas bulk sebagai fungsi kedalaman. Metode ini digunakan dalam industri minyak dan gas bumi untuk menambah informasi dari downhole gravity. Karena BHGM hanya alat logging densitas dimana sampelnya begitu besar maka tidak akan terpengaruh oleh efek near-borehole seperti drilling mud, fluid invasion, formation damage dan casing atau cement inhomogeneties (Nabighian et.al., 2005). Instrumen pertama untuk mengukur gayaberat dalam lubang bor telah dikembangkan oleh Esso untuk eksplorasi minyak (Howwell et al., 1966, op cit. Nabighian et.al., 2005). Mereka menggunakan sensor vibrating-filament dimana frekuensi dari vibrasi itu berhubungan dengan tension pada filament kemudian frekuensi diubah menjadi variasi gayaberat. Resolusi instrument ini mencapai 0,01 mgal dengan pembacaan sekitar 20 menit. Instrumen ini dikontrol oleh thermostatistik untuk pengoperasiannya pada C dan hanya dapat dioperasikan pada sudut kurang dari 4 0 dari sumbu vertikal. Beberapa waktu kemudian, L&R meminimaturkan dan mengadopsi instrumen gayaberat permukaan mereka, G-meter, menjadi alat logging untuk menghasilkan instrumen gayaberat lubang bor ini. L&R BHGM (Borehole Gravity Measurement) dapat digunakan secara rutin dengan resolusi mencapai 5 20 μgal bahkan 1 μgal. Oleh karena itu, L&R BHGM dapat mendeteksi kontak fluida yang penting di dalam pipa karena kebanyakan gas-air dan gas-minyak dibedakan sebesar 2 dan 5 μgal sedangkan kontak minyak dan air dapat dibedakan sebesar 0.7 dan 3 μgal. L&R BHGM dikontrol juga secara thermostatik pada suhu C. instrument ini dapat diakses pada casing dengan diameter 5,5 inch dan dengan kemiringan mencapai 14 0 dari sumbu vertikal. Beberapa instrumen BGHM memiliki keterbatasan akses pada sumur minyak dan 6

19 hampir tidak memiliki akses pada lubang bor pertambangan. Disamping beberapa keterbatasan, L&R BHGM telah terbukti sebagai alat yang berharga dalam berbagai aplikasi. L&R memproduksi 16 buah instrumen BHGM dimana 13 diantaranya masih digunakan hingga sekarang. Gambar 2.1. Instrumen gravimeter lubang bor. (Goodell, R. R., 1964). Sejak 1970, sekitar 1100 sumur telah dan masih di-logging oleh instrumen L&R, dan diprediksikan akan meningkat terus (LaFehr, 1980, op cit. Nabighian et.al., 2005) namun masih belum terjadi karena keterbatasan secara fisik dari alat BGHM itu sendiri. Kesulitannya yaitu mengurangi keterbatasan dalam hal temperatur, ukuran lubang sumur dan deviasinya. BHGM telah digunakan dalam eksplorasi, evaluasi formasi, pengembangan lapangan baru dan tua, EOR, dan deliniasi struktur (Chapin dan Ander, 1999a, b, op cit. Nabighian et.al., 2005). Secara praktis, perusahaan minyak mengunakan BHGM dalam beberapa tahun dalam memonitoring produksi minyak pada selang waktu tertentu (Schultz, 1989; Popta et al., 1990, op cit. Nabighian et.al., 2005). BHGM pun menjadi alat yang luar biasa dalam eksplorasi bypass minyak dan gas, serta mengindikasikan kenampakan endapan terdahulu. Sebagai tambahan, BHGM telah memainkan perannya dalam studi kelayakan untuk pembuangan nuklir dan memberikan konfirmasi yang menarik mengenai penggunaan koreksi free-air (LaFehr dan Chan, 1986, op cit. Nabighian et.al., 2005). Namun BHGM yang dimaksudkan dalam Tugas Akhir ini bukan seperti BHGM yang dijelaskan di atas persis. BHGM di sini menangkap langsung sinyal anomali gayaberat dan tidak meng-convert-nya ke densitas bulk. Proses mendapatkan densitas bulk didapatkan melalui inversi atau pemodelan ke belakang namun pada Tugas Akhir ini hanya membatasi sampai 7

20 pemodelan ke depannya saja. Diharapkan dengan melakukan pemodelan ke depan ini dapat menjadi penuntun atau guide bagi tim lapangan sebelum melakukan akuisisi agar data yang diperoleh akan lebih berkualitas dan interpretable. Selain itu, dengan melakukan pemodelan ke depan kita akan mendapatkan suatu pola dari anomali gayaberat dalam lubang bor sehingga dapat disimpulkan secara kasar mengenai gambaran anomali gayaberat di bawah permukaan bumi Prinsip Gayaberat Teori dasar gaya tarik-menarik antara dua massa mengikuti hukum yang dijabarkan oleh Sir Isaac Newton yaitu Universal Law of Gravitation dan Second Law of Motion. Universal Law of Gravitation menyatakan bahwa gaya tarikmenarik antara dua buah benda m 2 ke m 1 adalah sebanding dengan perkalian kedua massa benda tersebut dikalikan dengan suatu konstanta gravitasi dan berbanding terbalik dengan jarak kuadrat antara keduanya. Gambar 2.2. Skema gaya tarik menarik antara dua buah benda. Persamaannya ditunjukkan di bawah ini. m1m2 F G r 2 1 (2.1) r dengan F: gaya pada m 2 (kg m s -2 ) r 1 : arah vektor dari m 2 ke m 1 r : jarak antara m 1 dan m 2 G : konstanta gravitasi (6.672 x Nm 2 /kg 2 atau x 10-8 dyne cm 2/ g 2 ) 8

21 Sedangkan Second Law of Motion menyatakan bahwa gaya yang dialami oleh benda m 2 adalah sebanding dengan massanya dan percepatan gravitasinya. Dinyatakan pula oleh persamaan di bawah ini: F m2. g (2.2) Sehingga dapat kita nyatakan bahwa percepatan gravitasi yang di alami oleh benda m 2 oleh benda m 1 adalah sebagai berikut: m1 g G r 2 1 (2.3) r dengan g dinyatakan dalam satuan m/s 2. Untuk metoda gayaberat, satuan yang digunakan adalah Gal dimana: 1 Gal = 1 cm/s Potensial dan Medan Gravitasi Seperti yang disebutkan di atas bahwa gaya gravitasi adalah vektor dimana berarah disepanjang lintasan antara dua titik pusat dua massa. Gravitasi dipengaruhi oleh medan konservatif yang diturunkan dari potensial skalar fungsi U(x,y,z), disebut potensial tiga dimensi. Persamaannya dinyatakan sebagai berikut. U(x, y,z) F(x, y,z) m 2 g ( x, y, z) (2.4) Gaya bekerja pada perpindahan unit massa dari jarak tak hingga menuju titik dengan jarak r dari titik massa yang menghasilkan medan gravitasi. Dengan menggunakan persamaan (2.4) dalam bentuk skalar, diperoleh persamaan. r 1 m ( r) G m dr G (2.5) r r U 2 Dari persamaan (2.5), potensial yang disebabkan oleh elemen massa dm di titik (x,y,z) dengan jarak r dari titik P(0,0,0) adalah. dm dxdydz du G G (2.6) r r dimana ρ(x,y,z) adalah densitas, dan r 2 = x 2 + y 2 + z 2. Potensial dari total massa m adalah. 9

22 U G dxdydz (2.7) r x y z Karena gaya gravitasi ada pada arah z (nilai positif ke bawah), dan diasumsikan ρ konstan, maka. U z g G dxdydz (2.8) 3 z r x y z Sedangkan untuk medan potensialnya digunakan persamaan Laplace dengan koordinat kartesian sebagai berikut U U U U 0 (2.9) x y z 2 Karena U g, maka z 2 g 0 (2.10) 2.4. Persamaan gayaberat 3D untuk model prismatik Dengan menggunakan persamaan (2.8) maka dapat dituliskan kembali seperti di bawah ini. z2 y2x2 zdxdydz g G / 2 (2.11) ( x y z ) z1 y1 x1 Secara numerik, gayaberat yang terukur dapat dijabarkan dengan persamaan sebagai berikut, dengan 2 z2 x2 y xy g z G xln( y r) yln( x r) z arctan (2.12) zr x1 y1 z r x y z adalah jarak dari titik pengamatan terhadap massa prisma. x 1, y 1, z 1 adalah posisi titik pusat anomali dikurangi grid kotak. x 2, y 2, z 2 adalah posisi titik pusat anomali ditambah grid kotak. 10

23 Dengan menganggap gaya tarik ke arah pusat massa adalah positif dan gaya tarik menjauhi pusat massa bumi adalah negatif maka dengan menggunakan bahasa pemrograman matlab, persamaan (2.12) dapat diubah menjadi persamaan di bawah ini (Plouff, 1976). g x y i i m, n, o G m, n, o i, j, k Z k arctan xi log( Rijk xi ) yi log( Rijk yi ) i 1 j 1 k 1 zk Rijk (2.13) dengan R ijk x 2 i y 2 j z 2 k i j k ijk ( 1) ( 1) ( 1) ρ m,n,o : kontras densitas pada bodi di koordinat m,n,o Persamaan (2.13) inilah yang akan menjadi formula dalam perhitungan anomali gayaberat dalam Tugas Akhir ini Persamaan gayaberat mikro selang waktu Gayaberat mikro selang waktu merupakan metode pengembangan dari metode gayaberat dengan memanfaatkan waktu sebagai dimensi keempatnya. Dengan demikian kita dapat menganggap bahwa perubahan nilai gayaberat di bawah permukaan diakibatkan oleh perubahan massa dan perbedaan geometri dan waktu (x,y,z,t). Anomali gayaberat yang terjadi dikarenakan hal seperti ini dapat dikatakan sebagai anomali gayaberat selang waktu (time-lapse). Bila selang waktunya terjadi beberapa kali dapat dikatakan sebagai anomali gayaberat 4D. Anomali gayaberat selang waktu terjadi akibat perbedaan nilai gayaberat antara dua pengukuran pada titik yang sama dan dalam interval waktu tertentu (Kadir, 1999). Artinya untuk menghasilkan anomali ini, minimal terdapat dua akuisisi data. Kadir (1999) menyatakan bahwa anomali gayaberat mikro di permukaan pada titik P(x,y,z) oleh benda pada titik (α,β,γ) dengan beda densitas ρ dan dalam waktu tertentu t, maka persamaan untuk gayaberat mikro selang waktu ini adalah. 11

24 (,,, t)( z ) g ( x, y, z, t) G d d d (2.14) / 2 ( x ) ( y ) ( z ) 0 Gambar 2.3. Sketsa pengaruh gayaberat di titik P oleh suatu benda di titik Y. Jika perubahan gayaberat tidak diikuti dengan perubahan geometri dan volume sumber maka persamaan (2.14) dapat didekati oleh. g ( x, y, z, t) K. ( x, y, z, t) (2.15) dengan K : fungsi Green ( z ) K G d d d (2.16) / 2 0 ( x ) ( y ) ( z ) ρ : kontras densitas Maka kita dapat nyatakan bahwa. g x, y, z, t) g( x, y, z, t ) g( x, y, z, ) (2.17) ( 1 t0 Persamaan (2.15) menunjukkan bahwa anomali gayaberat berbanding lurus dengan kontras densitas Δρ dan fungsi Green, sehingga bentuk, ukuran dan jarak terhadap titik pengamatan dari benda anomali direpresentasikan dalam fungsi Green. Berdasarkan hubungan ini, jika fungsi Green tidak mengalami perubahan, maka anomali gayaberat yang diamati sepenuhnya tergantung pada perubahan atau kontras densitas Δρ yang diakibatkan oleh perubahan material yang mengisi volume pori sumber anomali pada selang waktu tersebut. 12

25 Rapat massa (ρ) merupakan perbandingan massa terhadap volume suatu benda. Suatu batuan dengan pori-pori yang terisi oleh fluida (air, minyak dan gas) dapat direpresentasikan oleh rapat massa dengan n komponen. Fraksi dan rapat massa fraksi masing-masing Vi dan ρi dapat dinyatakan dengan persamaan (Schön, 1995). n bulk i 1 V i V i (2.18) Bila terdapat dua bagian fraksi dalam satu tubuh yaitu fraksi matriks dan fraksi fluida maka persamaan (2.18) dapat ditulis menjadi: bulk V V m m V f V f (2.19) Jika saturasi fluida sama dengan rasio volume fluida V f dengan volume pori V p dan porositas ф sama dengan rasio volume pori V p dan volume total V t maka diperoleh persamaan: dengan, ρ bulk ρ m ρ f S f Φ bulk ( 1 ) S (2.20) m f f : rapat massa reservoir : rapat massa matriks : rapat massa fluida : saturasi fluida, merupakan perbandingan antara volume fluida Vf dengan volume pori Vp : porositas Persamaan (2.20) menjelaskan perubahan rapat massa pada reservoir yang dipengaruhi oleh perubahan saturasi fluida atau perubahan massa komponenkomponennya, apabila rapat massa komponen pembentuknya tetap dan porositas reservoir tidak berubah (tidak ada perubahan temperatur atau tekanan). Dengan demikian perubahan rapat massa pada reservoir hanya dipengaruhi oleh pergantian fluida yang terjadi selama rentang waktu tertentu. Pergantian fluida yang dimaksudkan adalah sebagai akibat dari adanya proses injeksi atau produksi yang dilakukan (ρ 2 ) yang akan menyebabkan terjadinya pengurangan atau 13

26 penambahan fluida dari kondisi awal (ρ 1 ) sebelum adanya proses injeksi ataupun produksi. Kontras rapat massa yang terjadi pada daerah penelitian selama rentang waktu tertentu diberikan oleh persamaan sebagai berikut: dimana 2 1 (2.21) 1 (1 ) m S o o (2.22) (1 ) 2 m o o w w ( S S ) (2.23) Untuk ρ 1 dianggap S w = 0 sehingga komponen airnya tidak ada sehingga: dengan ρ m : densitas matriks S w : saturasi air S o : saturasi minyak ρ w : densitas air ρ o : densitas minyak S (2.24) w w 2.6. Anomali gayaberat mikro selang waktu lubang bor Anomali gayaberat mikro selang waktu didefinisikan sebagai selisih harga pembacaan gayaberat setiap stasiun pada waktu yang berbeda (Kadir, 1999). Anomali gayaberat mikro selang waktu disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: 1. Dinamika fluida bawah permukaan, 2. Perbedaan musim, 3. Amblesan tanah, 4. Perubahan topografi dan bangunan di sekitar titik amat Pada pengukuran gayaberat mikro selang waktu, secara umum pengukuran diasumsikan dilakukan pada titik yang sama dan tidak ada perubahan topografi serta perbedaan elevasi dengan begitu beberapa koreksi dapat dihilangkan, maka 14

27 dapat dikatakan bahwa anomali gayaberat yang muncul hanya berasal dari perubahan densitas di bawah permukaan bumi saja. Gambar 2.4. Anomali gayaberat selang waktu akibat perubahan densitas Pemodelan ke depan anomali gayaberat mikro selang waktu lubang bor Dalam melakukan pemodelan ke depan anomali gayaberat lubang bor mikro selang waktu digunakan persamaan (2.13) sebagai formula perhitungannya. Dengan menggunakan software matlab dibuatlah sebuah program perhitungan anomali gayaberat lubang bor yang diberi nama BHGM AP2009. Program ini akan memberikan gambaran tentang respon gayaberat di dalam lubang bor dengan karakterisitiknya. Alur kerjanya yaitu kita membuat model terlebih dahulu dengan menentukkan posisi pusat dari kotak-kotak bodi anomali kemudian memberikan masukkan nilai densitasnya tiap-tiap kotak. Setelah itu kita tentukan berapa besar ukuran dari kotak anomali kita. Langkah terakhir adalah menentukkan posisi lubang bor kita untuk dianalisa respon gayaberatnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bab selanjutnya. 15

28 Model dari bodi anomali gayaberat adalah anomali selang waktu dimana terjadi perubahan densitas pada zona target. Oleh karena itu, kita tidak perlu memberikan nilai densitas pada setiap kedalaman di bawah permukaan, hanya perubahan densitasnya saja yang dihitung. Dalam tugas akhir ini dibuat bodi anomali sesederhana mungkin agar proses penyampaian informasi dalam studi ini lebih mudah dipahami. 16

29 BAB III PEMBUATAN DAN PENGUJIAN PROGRAM PEMODELAN KE DEPAN GAYABERAT LUBANG BOR 3.1. Pendahuluan Dalam penelitian ini, untuk mengetahui respon anomali gayaberat lubang bor, dibuat program pemodelan ke depan (BHGM AP2009) dengan menggunakan bahasa pemrograman Matlab. Program yang dibuat merupakan program yang user friendly karena didesain sedemikian rupa sehingga user dapat melakukan input data dan memilih parameter pengukuran dengan mudah. Penulis membuat program ini untuk melihat respon dari anomali gayaberat lubang bor lebih mudah dan cepat karena tidak perlu melakukan eksekusi program berulang kali. Cukup dengan sekali eksekusi kemudian tinggal merubah-rubah parameter model atau parameter pengukurannya saja. Untuk melakukan analisis amplitudo dari respon anomali gayaberat maka data output dari program ini dapat diolah melalui software lain seperti Microsoft Excel. Konsep perhitungan anomali gayaberat dalam program ini menggunakan pendekatan Plouff (1967) sesuai dengan persamaan (2.13). Setiap kotak adalah sebangun dan identik baik grid horizontal maupun vertikal oleh karena itu, pemakai harus mendesain terlebih dahulu bodi anomali agar sesuai dengan keinginan. Model yang dibuat pemakai bisa berupa bodi dengan densitas yang homogen dan dapat juga yang heterogen. Program ini hanya akan dieksekusi pada komputer yang telah ter-install Matlab. Program ini tidak bisa dijadikan stand alone program karena keterbatasan software dan keterbatasan pembuat program. Sebelum melakukan akuisisi di lapangan, program ini dapat dijadikan simulasi awal agar data yang akan diperoleh lebih baik lagi. Script perhitungan dasar untuk menghitunga gayaberat pada lubang bor yang digunakan terlampir pada LAMPIRAN A. Untuk tampilan programnya dapat dilihat pada Gambar

30 3.2. GUI GUI (Graphic User Interface) adalah suatu interface dimana program dapat dijalankan dengan sangat friendly. Dengan desain yang khusus pengguna program akan disuguhkan dengan kemudahan dalam pengoperasian program. Dengan menekan tombol-tombol yang tersedia dan melakukan input parameter yang diinginkan maka informasi tentang respon gayaberat akan didapatkan dengan mudah. Ilustrasinya ditunjukkan oleh Gambar 3.1. Gambar 3.1. Program BHGM AP2009 yang dikemas dalam GUI. 18

31 3.3. Diagram alir program Diagram alir program BHGM AP2009 mengikuti bagan di bawah ini. Gambar 3.2. Diagram alir program BHGM AP

32 Input model bodi anomali Dengan menggunakan program ini, pemakai dapat melakukan input dalam bentuk *.txt atau *.dat. Untuk input data terdiri dari 4 kolom dengan rincian sebagai berikut: Kolom 1: posisi koordinat-x titik pusat untuk 1 kotak bodi anomali. Kolom 2: posisi koordinat-y titik pusat untuk 1 kotak bodi anomali. Kolom 3: posisi koordinat-z titik pusat untuk 1 kotak bodi anomali. Kolom 4: nilai Δρ untuk 1 kotak bodi anomali. Untuk satu kotak bodi anomali, direpresentasikan dalam satu baris. Bila terdapat dua baris artinya terdapat 2 bodi dan seterusnya. Ilustrasi untuk input bodi dapat dilihat pada Gambar 3.3. Gambar 3.3. Parameter input model bodi anomali. Untuk me-load data input yang telah dibuat di notepad tersebut, pemakai tinggal meng-klik tombol input data kemudian pilih file yang berisi data-data bodi anomali telah kita buat. Data input kita akan disimpan pada suatu alamat yang diberi nama handles.inputdata_pushbutton Input Dimensi Input dimensi menunjukkan suatu batas area yang ingin diobservasi secara 3D. Bila input ini diberi nilai default atau 0 semua, maka program akan men-set ukuran area observasi sebesar maksimumnya bodi yang dimasukkan. 20

33 Grid Size Grid size adalah ukuran lebar dari bodi anomali. Besar nilai yang dimasukkan adalah setengah dari panjang sisi baik ke arah sumbu-x, sumbu-y maupun sumbu-z. Grid size ini juga menunjukkan sampling interval stasiun pengukuran gayaberat di permukaan. Ilustrasinya ditunjukkan oleh Gambar 3.4. Gambar 3.4. Sketsa bodi anomali dengan panjang sisi sebesar 2G x,2g y,2g z Show Model Dari berbagai input yang user tentukan, maka untuk menampilkan model yang telah dibuat tinggal klik tombol show model. Display dalam cube (Montagnon, 2007) 3D akan ditunjukkan sebagai quality control dari input yang user masukkan. Bila terjadi kesalahan dalam memasukkan input maka akan terlihat disini. Gambar 3.5. Tampilan dari bodi anomali densitas bawah permukaan. 21

34 Plot Surface Measurement Setelah kita tahu posisi dari bodi anomali densitas berada dimana maka untuk melihat respon gayaberatnya tinggal meng-klik tombol plot surface measurement. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan di permukaan ini adalah topografi permukaan yang datar. Untuk formula perhitungan gayaberatnya digunakan rumus Plouff (1976). Display disajikan dalam tampilan surf dan contour. Pada kedua tampilan ini, nilai gayaberat yang lebih tinggi direpresentasikan dengan warna merah sedangkan yang lebih rendah direpresentasikan dengan warna biru. Gambar 3.6. Tampilan respon gayaberat di permukaan dan konturnya Measurement Parameter Coordinate User dapat menempatkan posisi dari lubang bor dimana saja dengan asumsi pengeboran adalah vertikal. Selain itu, user harus memasukkan posisi awal pengukuran, posisi akhir pengukuran dan stasiun intervalnya. Semakin kecil jarak interval maka log yang dihasilkan 22

35 semakin smooth namun waktu yang diperlukan dalam perhitungan semakin lama. Ada keterbatasan program dalam melakukan perhitungan dimana saat lubang bor harus menembus bodi. User harus menghapus satu atau beberapa bodi yang menghalangi jalur pengukuran. Bila hal ini tidak dilakukan maka hasil yang diperoleh akan memperoleh nilai tak hingga atau hasilnya divergen. Hal ini realistis karena pada pengukuran sebenarnya di lapangan, jalur pengukuran akan bebas dari segala jenis batuan atau dapat dikatakan di dalam lubang bor tersebut kosong Plot BHGM Tombol ini menginstruksikan untuk menghitung nilai anomali gayaberat di dalam lubang bor. Sesuai dengan input parameter pengukuran yang ditentukan sebelumnya maka tampilan yang muncul berupa log gravity curve. Secara kualitatif kita dapat melihat adanya perubahan nilai gayaberat mengikuti fungsi sinus. Nilai gayaberat nol artinya titik pusat anomali densitas bawah permukaan. Gambar 3.7. Log borehole gravity. 23

36 Save Output User dapat menyimpan data log boreholenya di dalam suatu file berformat *.txt yang isinya terdapat 2 kolom angka. Kolom pertama merupakan posisi stasiun pengukuran dalam lubang bor (dalam satuan meter) sedangkan kolom kedua merupakan nilai anomali gayaberatnya (dalam satuan mgal). Untuk pengolahan data lebih lanjut, data yang sudah disimpan tadi dapat dibuka lagi di Microsoft Excel. Gambar 3.8. File output dari hasil pengukuran Pengujian Program Untuk menguji apakah program BHGM AP2009 sudah benar dan layak digunakan atau tidak maka penulis membandingkannya dengan program yang sudah popular digunakan saat ini yaitu Geomodel. Langkah pengujiannya yaitu dengan membandingkan nilai gayaberat dalam satu lintasan sepanjang 4000 meter, dengan bodi berukuran panjang = 1000 meter, tebal = 200 meter dan strike = 200 meter ditunjukkan oleh Gambar 3.9. Respon gayaberat yang terukur oleh program BHGM AP2009 ditunjukkan oleh Gambar 3.10 sedangkan oleh program Geomodel ditunjukkan oleh Gambar

37 Gambar 3.9. Penampang bodi anomali dengan panjang = 1000 m, tebal 200 m, dan strike ke arah y = 200 m. Gambar Respon gayaberat di permukaan menggunakan program BHGM AP

38 Gambar Penampang dan respon gayaberat menggunakan Geomodel. Dari kedua respon diatas, dicuplik data anomali gayaberat setiap 50 meter sepanjang penampang kemudian dihitung RMS error -nya antara BHGM AP2009 dan Geomodel dan didapat error sebesar: 0,04 μgal. Dengan error yang sekecil itu maka kita dapat meyakini bahwa program BHGM AP2009 ini layak digunakan dan dapat dipercayai kebenaran perhitungannya. Untuk tabel perhitungan E RMS dapat dilihat di Lampiran B. 26

39 BAB IV PEMODELAN SINTETIK, HASIL DAN ANALISIS 4.1. Pemodelan Sintetik Dengan Lubang Bor Menembus Bodi Anomali. Untuk pemodelan sintetik dengan lubang bor yang menembus bodi anomali akan dibagi menjadi dua buah skenario, yaitu model perlapisan dan model sesar. Kedua model tersebut akan menunjukkan kelebihan metode gayaberat lubang bor dalam mengidentifikasi geometri bodi. Pada model perlapisan, akan ditunjukkan apakah metode gayaberat mikro selang waktu lubang bor ini dapat digunakan untuk membedakan dua buah bodi secara vertikal dan seberapa jauh jarak yang bisa diidentifikasi. Model dibuat dengan ketebalan yang berbeda-beda dan dengan jarak antara keduanya yang berbeda pula, sehingga dapat diidentifikasi seberapa besar pengaruh ketebalan bodi terhadap jarak antara kedua bodi. Sedangkan untuk model sesar, akan ditunjukkan apakah metode gayaberat mikro selang waktu lubang bor ini dapat mengidentifikasi satu bodi dengan bodi yang lainnya baik ke arah vertikal maupun horizontal dan seberapa besar pengaruh satu bodi dengan bodi yang lainnya. Pada pemodelan ini akan diterapkan sebagian dari konsep seismik atribut yaitu atribut amplitudo yang fungsinya untuk memperjelas geometri dari bodi anomali Hasil dan analisis untuk model perlapisan a. Hasil Untuk model perlapisan, bodi yang dibuat berupa dua buah lapisan yang horizontal dengan geometri panjang sebesar 400 m, lebar sebesar 100 m dan tebal dari 20 m hingga 160 m. Jarak antar kedua bodi pun berbeda beda. Lubang bor diposisikan di tengah-tengah bodi anomali sehingga 27

40 respon yang diukur adalah respon gayaberat yang maksimum. Ilustrasi surveynya ditunjukkan oleh Gambar 4.1. Gambar 4.1. Desain akuisisi pada model perlapisan. Hasil dari pemodelan ini secara umum ditunjukkan oleh Gambar 4.2. dan Gambar 4.3 Gambar 4.2. Log gayaberat lubang bor untuk model perlapisan. Untuk jarak 80 m, separasi bodi berdasarkan respon anomali dapat dibedakan dengan baik. 28

41 Gambar 4.3. Log gayaberat lubang bor untuk model perlapisan dengan jarak 20 m. Bentuk seperti di atas adalah batas minimum bahwa kedua perlapisan dapat dipisahkan. Dengan cara pengukuran seperti ditunjukkan oleh Gambar 4.2 dan 4.3, maka dilakukan pula pengukuran untuk berbagai bodi anomali dengan ketebalan dan jarak antar bodi anomali yang berbeda beda (Tabel 4.1). Pada tabel ini menunjukkan bahwa batas lapisan antar kedua bodi anomali ada yang masih dapat dipisahkan dengan jelas, ada yang kurang jelas (perlu analisa lebih lanjut), dan ada pula yang tidak jelas sama sekali. Untuk jarak antar bodi lebih besar dari 20 meter, maka interval pengukurannya sebesar 10 meter. Sedangkan untuk jarak anar bodi kurang dari sama dengan 20 meter, maka interval pengukurannya sebesar 1 meter. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar sinyal respon gayaberat lubang bor yang terukur tidak hilang atau dikenal dengan aliasing. 29

42 Tabel 4.1. Skema hasil pengukuran untuk model perlapisan. Tebal bodi 20 m 40 m 80 m 160 m Posisi bodi (m) Jarak lapisan Bodi Top Bottom Batas kedua bodi anomali yang dapat dipisahkan Jelas kurang jelas Jelas Jelas Jelas Jelas tidak jelas Jelas Jelas tidak jelas Jelas kurang jelas b. Analisa Berdasarkan hasil pemodelan sintetik di atas dapat dianalisa bahwa semakin jauh jarak antar kedua bodi, maka batas base dari bodi yang berada di atas dan top dari bodi yang berada dibawahnya dapat diidentifikasi lebih jelas. Hal ini terjadi karena pengaruh superposisi dari respon gayaberat satu bodi terhadap bodi yang lainnya sangat kecil. Di satu sisi, suatu titik akan mengalami harga yang negatif besar akibat bodi di atasnya sedangkan kontribusi harga positif dari bodi di bawahnya sangat kecil sekali, begitu pun sebaliknya. 30

43 Pada jarak tertentu batas antar kedua bodi anomali akan sulit teridentifikasi yaitu pada saat jaraknya semakin pendek. Hal ini terjadi karena kontribusi yang saling berlawanan antara kedua bodi anomali relatif sama. Semakin tebal bodi anomali maka jarak minimum antar keduanya semakin pendek. Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan bahwa batas paling minimum kedua bodi dapat dipisahkan yaitu sekitar 5 meter dengan ketebalan bodi sebesar 160 meter. Lihat Gambar 4.4. Gambar 4.4. Crossplot antara ketebalan bodi dengan jarak antar bodi. Zona merah pada Gambar 4.4. menunjukkan batas minimal jarak antar bodi yang masih dapat teridentifikasi pada ketebalan tertentu. Zona biru di atas zona merah menunjukkan jarak yang aman agar batas kedua lapisan teridentifikasi dengan jelas. Sedangkan zona kuning di bawah zona merah menunjukkan jarak yang tidak dapat memperlihatkan batas lapisan dengan jelas. Hal ini berlaku untuk model perlapisan pada Tugas Akhir ini. 31

44 Hasil dan analisis untuk model sesar a. Hasil Hasil pemodelan untuk bodi anomali yang terpisah baik secara horizontal dan vertikal yang ditunjukkan oleh Gambar 4.5. Dalam geologi, keadaan seperti ini merepresentasikan suatu bodi yang terjadi pada keadaan patahan/sesar (fault). Geometri dari bodi anomali memiliki panjang 200 meter, lebar 60 meter, dan tebal 40 meter. Kemudian dilakukan pengukuran untuk melihat respon gayaberat lubang bornya dengan pengukuran sejajar pada sumbu-y yang konstan. Gambar 4.5. (a) Penampang horizontal, (b) Penampang vertikal. (c) Desain pengukuran gayaberat mikro selang waktu lubang bor untuk model sesar dengan menggunakan 13 lubang bor yang sejajar. Pengukuran dilakukan dengan interval 10 meter. Spasi antar lubang bor sebesar 20 meter. Panjang pengukuran dilakukan dari permukaan hingga kedalaman 1500 meter. Dengan desain pengukuran seperti di atas, maka log gayaberat yang terukur pada lubang bor nomor akan ditunjukkan oleh Gambar

45 Gambar 4.6. Log respon gayaberat yang diukur pada lubang bor nomor 3, 5, 7, 9 dan 11. Berdasarkan log respon gayaberat pada kelima contoh Gambar 4.6. maka, dapat diidentifikasi bahwa posisi dari bodi anomali terpisah dengan baik. Top dari bodi di sebelah kiri atas berada di kedalaman sekitar 500 meter dan base berada di kedalaman sekitar 540 meter. Sedangkan top untuk bodi di sebelah kanan bawah berada di kedalaman sekitar 700 meter dan base berada di kedalaman sekitar 740 meter. Data log gayaberat untuk lubang bor nomor 3 dan 5 menunjukkan dengan jelas top dan base dari bodi sebelah kiri, begitu pun juga untuk lubang bor nomor 9 dan 11 menunjukkan dengan jelas bodi sebelah kanan. Namun untuk lubang bor nomor 7, log gayaberat begitu meragukan. Bila dilihat besar amplitudonya yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan log lubang bor yang lainnya, dapat disimpulkan secara kasar bahwa lubang bor nomor 7 tidak menembus bodi anomali. Bila semua data respon gayaberat dari ke-13 lubang bor tersebut diambil maka akan terlihat suatu kemenerusan seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.7. Warna merah menunjukkan amplitudo positif yang merepresentasikan top dari bodi anomali, sedangkan warna biru adalah base-nya. 33

46 Gambar 4.7. Penampang gayaberat mikro selang waktu lubang bor untuk model sesar. Dengan mengadopsi teknik atribut amplitudo dari penginterpretasian data seismik refleksi, maka dapat diubah penampang respon gayaberat tersebut dengan tampilan yang lain yaitu absolut amplitudo dan energi amplitudo (amplitudo kuadrat). Ilustrasinya ditunjukkan Gambar 4.8. Gambar 4.8. Penerapan teknik atribut amplitudo pada log gayaberat. (A) menggunakan amplitudo absolut. (B) menggunakan energi amplitudo. 34

47 b. Analisis Dalam penerapannya pada model sesar di atas, metode gayaberat mikro selang waktu lubang bor nampaknya tidak mengalami kesulitan dalam memetakan bodi anomali dengan baik. Batas batas bodi pun dapat diidentifikasi dengan mudah. Log pada lubang bor yang tidak menembus bodi akan menunjukkan respon gayaberat yang kecil sekali dengan lubang bor yang menembus bodi. Oleh karena itu, efek gaya tarik-menarik pada Gambar 4.9 akan terkonsentrasi di dekat bodi itu sendiri. Bila dibandingkan dengan respon di lubang bor yang menembus bodi, maka respon di lubang bor yang tidak menembus bodi dapat diabaikan. Dengan menerapkan analisis atribut amplitudo absolut, diperoleh tampilan penampang yang berbeda. Top dan base akan direpresentasikan oleh warna merah yang menunjukkan nilai maksimum amplitudo positif. Jika diperhatikan lebih seksama, kontur maksimum amplitudo masih bias atau smearing. Oleh karena itu, diterapkanlah atribut energi amplitudo dimana amplitudo akan diperkuat dengan cara dikuadratkan sehingga amplitudo yang kecil akan tetap kecil sedangkan amplitudo yang besar akan semakin besar. Dengan teknik ini, maka proses pengidentifikasian top dan base menjadi lebih mudah lagi karena nilai maksimum semakin fokus di top dan base dari bodi anomali Pemodelan Sintetik Dengan Lubang Bor Tidak Menembus Bodi Anomali Dalam metode gayaberat lubang bor mikro selang waktu ini, ada beberapa istilah yang penulis tetapkan. Istilah istilah ini dibuat sebagai penamaan identitas saja agar informasi dari penulis dapat tersampaikan kepada pembaca dengan mudah. Beberapa istilah yang dibuat adalah: 35

48 a. Distance (d) Distance (d) adalah jarak antara koordinat posisi lubang bor dengan titik pusat bodi anomali densitas. Distance ditarik secara horizontal dan tegak lurus dengan lintasan pengukuran lubang bor. Untuk lebih jelasknya diilustrasikan pada Gambar 4.9. b. Sudut α Sudut α definisikan sebagai sudut antara garis vertikal (lintasan lubang bor) pada titik maksimum amplitudo dengan koordinat pusat bodi anomali densitas. Dengan memahami sudut ini maka kita dapat menentukan posisi pengukuran gayaberat lubang bor yang lebih efektif. Untuk lebih jelasnya diilustrasikan pada Gambar 4.9. c. h h didefinisikan sebagai jarak antara nilai nol dengan nilai maksimum amplitudo. Nilai maksimum ini bernilai absolut dan biasanya panjang dari h sama panjang, baik dari nol ke maksimum maupun dari nol ke minimum amplitudo. h dapat dikatakan juga sebagai setengah panjang gelombang. Untuk lebih jelasnya diilustrasikan pada Gambar 4.9. Gambar 4.9. Ilustrasi untuk distance, sudut α dan h ditunjukkan oleh tulisan dan anak panah berwarna ungu. 36

49 Model pendekatan silinder oleh 68 buah prisma Pada pemodelan sintetik dimana lubang bor tidak menembus bodi dibuatlah 4 buah model silinder yang didekati oleh 68 buah prisma. Koordinat pusat dari keempat model ini berada pada (2000 m, 2000 m). Pemilihan model ini dimaksudkan agar seakan akan pengukuran yang dilakukan pada jarak antar bodi dengan lubang bor (distance) yang sama akan menghasilkan respon gayaberat yang sama pula. Ilustrasi Bodinya ditunjukkan oleh Gambar 4.10 sedangkan geometri untuk keempat bodi anomalinya ditunjukkan oleh Tabel 4.2. Gambar Model silinder yang didekati oleh 68 buah prisma. Tabel 4.2. Geometri dan parameter densitas untuk keempat bodi anomali. Parameter Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Diameter (m) ρ (gr/cc) Kedalaman (m) Berdasarkan geometri dan parameter densitas yang disebutkan pada Tabel 4.2, maka dibuat suatu desain survey (Gambar 4.11) untuk mengidentifikasi parameter amplitudo dan panjang gelombang terhadap 37

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan Monitoring dan Eksplorasi Hidrokarbon Oleh : Andika Perbawa 1), Indah Hermansyah

Lebih terperinci

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding 14 BAB III. TEORI DASAR 3.1. Prinsip Dasar Metode Gayaberat 3.1.1. Teori Gayaberat Newton Teori gayaberat didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat BAB III TEORI DASAR 3.1 Metode Gayaberat Metode gayaberat adalah metode dalam geofisika yang dilakukan untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan berdasarkan perbedaan rapat massa cebakan mineral dari daerah

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R. BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Konsep Dasar Gayaberat Dasar teori dari metode gayaberat adalah Hukum Newton. Hukum umum gravitasi menyatakan bahwa gaya tarik-menarik antara dua buah benda sebanding dengan kedua

Lebih terperinci

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS V. INTERPRETASI DAN ANALISIS 5.1.Penentuan Jenis Sesar Dengan Metode Gradien Interpretasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali gayaberat akan memberikan hasil yang beragam. Oleh karena

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH BATUI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SECOND HORIZONTAL DERIVATIVE DAN FORWARD MODELLING

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH BATUI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SECOND HORIZONTAL DERIVATIVE DAN FORWARD MODELLING IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH BATUI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SECOND HORIZONTAL DERIVATIVE DAN FORWARD MODELLING TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No. BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengukuran Gayaberat Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No. G-804. Nomor yang digunakan menunjukkan nomor produksi alat yang membedakan

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel BAB III TEORI DASAR 3.1 PRINSIP DASAR GRAVITASI 3.1.1 Hukum Newton Prinsip dasar yang digunakan dalam metoda gayaberat ini adalah hukum Newton yang menyatakan bahwa gaya tarik menarik dua titik massa m

Lebih terperinci

INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH

INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNIK Pada Program Studi Teknik Geofisika Oleh : BAHARIANTO

Lebih terperinci

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Akusisi Data Akuisisi dilakukan di lapangan X daerah Sumatera Selatan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 10 Mei-5 Juni 2003 dan 20 September 11 Oktober 2003. Pengukuran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN BAB LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN. PRINSIP DASAR GRAVITASI Gaya tarik-menarik antara dua buah partikel sebanding dengan perkalian massa kedua partikel tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching

BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching Penampang hasil pengolahan dengan perangkat lunak Ipi2win pada line 08 memperlihatkan adanya struktur antiklin. Struktur ini memiliki besar tahanan jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Data Penelitian Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah Garut Utara hasil pengamatan Tim Geoteknologi LIPI Bandung dengan menggunakan gravitimeter

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 sampai dengan bulan Februari 2015 di Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG) Bandung dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III DATA dan PENGOLAHAN DATA

BAB III DATA dan PENGOLAHAN DATA KLO-68 KLO-5 KLO-18 KLO-55 KLO-113 KLO-75 KLO-110 KLO-3 KLO-51 KLO-96 KLO-91 KLO-14 KLO-192 KLO-41 KLO-185 KLO-45 KLO-76 KLO-184 KLO-97 KLO-129 KLO-17 KLO-112 KLO-100 KLO-43 KLO-15 KLO-111 KLO-90 KLO-12

Lebih terperinci

ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK

ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.cip.16 ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK Herdiyanti Resty Anugrahningrum 1, a), Mahmud Yusuf 2), M. Rizha Al Hafiz

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. : Pertamina Upstream Technology Center. : Jl. Medan Merdeka Timur No. 6 Jakarta Pusat. Tanggal : 3 November 24 Desember 2014

METODOLOGI PENELITIAN. : Pertamina Upstream Technology Center. : Jl. Medan Merdeka Timur No. 6 Jakarta Pusat. Tanggal : 3 November 24 Desember 2014 IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Waktu dan Tema Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di : Tempat Alamat : Pertamina Upstream Technology Center : Jl. Medan Merdeka Timur No. 6 Jakarta Pusat

Lebih terperinci

PEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY

PEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY PEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY Anis Faul Fiyah NRP. 1108 100 067 Pembimbing: Dr. Ayi Syaeful Bahri, MT JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan eksplorasi sumber daya alam umumnya memerlukan biaya sangat mahal. Oleh karena itu biasanya sebelum melakuka kegiatan eksplorasi dilakukan survey awal, survey

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI 2.1 Teori Gravitasi Newton 2.1.1 Hukum Gravitasi Newton Metode gravitasi atau gaya berat bekerja berdasarkan Hukum Gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Daerah dan data penelitian Data yang digunakan merupakan data sekunder gayaberat di daerah Bogor pada tahun 2008-2009 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonsia Bandung dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Metode dan Desain Penelitian Data variasi medan gravitasi merupakan data hasil pengukuran di lapangan yang telah dilakukan oleh tim geofisika eksplorasi Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER Tahapan pengolahan data gaya berat pada daerah Luwuk, Sulawesi Tengah dapat ditunjukkan dalam diagram alir (Gambar 4.1). Tahapan pertama yang dilakukan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gaya Gravitasi merupakan gaya yang terjadi antara dua massa yang saling berinteraksi berupa gaya tarik-menarik sehingga kedua benda mengalami percepatan yang arahnya

Lebih terperinci

Gambar 4.7. Diagram alir dari proses inversi.

Gambar 4.7. Diagram alir dari proses inversi. 4.3 Pemodelan Data yang digunakan dalam pemodelan adalah data anomali gayaberat 4D akibat perubahan fluida. Data dari titik pengukuran sangat sedikit untuk mencakup inversi daerah semarang yang luas, maka

Lebih terperinci

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik Modul 1 Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik Di antara sifat fisis batuan yang mampu membedakan antara satu macam batuan dengan batuan lainnya adalah massa jenis dan suseptibiltas batuan.

Lebih terperinci

Pengembangan laser..., Ahmad Kholil, FT UI, 2008

Pengembangan laser..., Ahmad Kholil, FT UI, 2008 i. Membuat lintasan untuk setiap layer. Lintasan dibuat dengan terlebih dahulu menentukan titik x sesuai dengan hatch space yang telah ditentukan sebelumnya. j. Mengurutkan titik potong berdasarkan arah

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data seismik dengan menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D sehingga diperoleh penampang seismik yang merepresentasikan penampang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non Preserve. Data sumur acuan yang digunakan untuk inversi adalah sumur

Lebih terperinci

PERMODELAN MATEMATIS LINTASAN BOLA YANG BERGERAK DENGAN TOP SPIN PADA OLAH RAGA SEPAK BOLA

PERMODELAN MATEMATIS LINTASAN BOLA YANG BERGERAK DENGAN TOP SPIN PADA OLAH RAGA SEPAK BOLA 1 PERMODELAN MATEMATIS LINTASAN BOLA YANG BERGERAK DENGAN TOP SPIN PADA OLAH RAGA SEPAK BOLA Ridho Muhammad Akbar Jurusan Fisika, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia (15 Juli 2013) Tujuan dari

Lebih terperinci

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BENDUNGAN SUTAMI DAN SEKITARNYA BERDASARKAN ANOMALI GAYABERAT Elwin Purwanto 1), Sunaryo 1), Wasis 1) 1) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap pengukuran lapangan, tahap pemrosesan data, dan tahap interpretasi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. oleh: NIM

TUGAS AKHIR. oleh: NIM INTERPRETASI DATA ANOMALI GAYABERAT MIKRO ANTAR WAKTU UNTUK MENENTUKAN POLA PERGERAKAN AIR TANAH DI SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan sebagai syarat meraih gelar Sarjana Teknik Strata Satu di Program Studi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH i ii iii iv vi vii viii xi xv xvi BAB I.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH KOMPTENSI APLIKASI METODE GAYABERAT MIKRO ANTAR WAKTU UNTUK PEMANTAUAN INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN SEMARANG UTARA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH KOMPTENSI APLIKASI METODE GAYABERAT MIKRO ANTAR WAKTU UNTUK PEMANTAUAN INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN SEMARANG UTARA LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH KOMPTENSI APLIKASI METODE GAYABERAT MIKRO ANTAR WAKTU UNTUK PEMANTAUAN INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN SEMARANG UTARA tahun ketiga dari rencana tiga tahun Ketua/ Anggota Tim

Lebih terperinci

EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp: ; Fax:

EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp: ; Fax: EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN. dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada

V. PEMBAHASAN. dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada V. PEMBAHASAN 5.1 Tuning Thickness Analysis Analisis tuning thickness dilakukan untuk mengetahui ketebalan reservoar yang dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Leuwidamar, kabupaten Lebak, Banten Selatan yang terletak pada koordinat 6 o 30 00-7 o 00 00 LS dan 106 o 00 00-106 o

Lebih terperinci

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH 1. Tutik Annisa (H1E007005) 2. Desi Ari (H1E00700 ) 3. Fatwa Aji Kurniawan (H1E007015) 4. Eri Widianto (H1E007024) 5. Puzi Anigrahawati

Lebih terperinci

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan Dalam suatu eksplorasi sumber daya alam khususnya gas alam dan minyak bumi, para eksplorasionis umumnya mencari suatu cekungan yang berisi

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI. 5.1 Analisis Data Anomali 4D Akibat Pengaruh Fluida

BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI. 5.1 Analisis Data Anomali 4D Akibat Pengaruh Fluida BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI 5.1 Analisis Data Anomali 4D Akibat Pengaruh Fluida Secara umum, pada Gambar 5.1 dapat diamati 2 macam anomali gayaberat 4D, yaitu anomali rendah (mencapai -2 mgal) dan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i LEMBAR HAK CIPTA... i ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam BAB III TEORI DASAR 3.1 Seismik Refleksi Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam eksplorasi hidrokarbon. Telah diketahui bahwa dalam eksplorasi geofisika, metode seismik

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA RESPON SEISMIK SINTETIK PP DAN PS BERDASARKAN PEMODELAN SUBSTITUSI FLUIDA PADA SUMUR

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA RESPON SEISMIK SINTETIK PP DAN PS BERDASARKAN PEMODELAN SUBSTITUSI FLUIDA PADA SUMUR Analisis Perbandingan antara... ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA RESPON SEISMIK SINTETIK PP DAN PS BERDASARKAN PEMODELAN SUBSTITUSI FLUIDA PADA SUMUR Nova Linzai, Firman Syaifuddin, Amin Widodo Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN DAN HASIL PEMODELAN

BAB III PEMODELAN DAN HASIL PEMODELAN BAB III PEMODELAN DAN HASIL PEMODELAN Data-data yang telah didapatkan melalui studi literatur dan pencarian data di lokasi penambangan emas pongkor adalah : 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukaan

Lebih terperinci

MEMBANGUN FILTER BERDASARKAN MODEL AMBLESAN DAN DINAMIKA MUKA AIR TANAH UNTUK MEMISAHKAN SUMBER ANOMALI GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU

MEMBANGUN FILTER BERDASARKAN MODEL AMBLESAN DAN DINAMIKA MUKA AIR TANAH UNTUK MEMISAHKAN SUMBER ANOMALI GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 13., No.2, Edisi khusus April 2010, hal D1-D10 MEMBANGUN FILTER BERDASARKAN MODEL AMBLESAN DAN DINAMIKA MUKA AIR TANAH UNTUK MEMISAHKAN SUMBER ANOMALI GAYA BERAT MIKRO

Lebih terperinci

Jurnal OFFSHORE, Volume 1 No. 1 Juni 2017 : ; e -ISSN :

Jurnal OFFSHORE, Volume 1 No. 1 Juni 2017 : ; e -ISSN : Metode Inversi Avo Simultan Untuk Mengetahui Sebaran Hidrokarbon Formasi Baturaja, Lapangan Wine, Cekungan Sumatra Selatan Simultaneous Avo Inversion Method For Estimating Hydrocarbon Distribution Of Baturaja

Lebih terperinci

Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Tabak, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah

Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Tabak, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Tabak, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah Wawang Sri Purnomo dan Muhammad Rizki Ramdhani Kelompok Penyelidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Hasil perkembangan dari metode seismik ini, khususnya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Hasil perkembangan dari metode seismik ini, khususnya dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seismik telah menjadi metode geofisika utama dalam industri minyak bumi dalam beberapa dekade terakhir sehingga menyebabkan metode ini berkembang dengan sangat pesat.

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.... i HALAMAN PENGESAHAN.... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.... iii KATA PENGANTAR.... iv ABSTRAK.... v ABSTRACT.... vi DAFTAR ISI.... vii DAFTAR GAMBAR.... ix DAFTAR TABEL....

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan TERRA adalah salah satu lapangan yang dikelola oleh PT.

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan TERRA adalah salah satu lapangan yang dikelola oleh PT. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapangan TERRA adalah salah satu lapangan yang dikelola oleh PT. Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) dalam eksplorasi dan produksi minyak bumi. Lapangan ini terletak

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pengukuran geofisika adalah usaha untuk mendapatkan kuantitas parameterparameter

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pengukuran geofisika adalah usaha untuk mendapatkan kuantitas parameterparameter BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Dekonvolusi Gayaberat Secara Umum Pengukuran geofisika adalah usaha untuk mendapatkan kuantitas parameterparameter fisis bumi dengan metode yang tidak langsung. Konsep

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT Diah Ayu Chumairoh 1, Adi Susilo 1, Dadan Dhani Wardhana 2 1) Jurusan Fisika FMIPA Univ.

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Macam-macam Komponen dengan Bentuk Kompleks

Gambar 4.1 Macam-macam Komponen dengan Bentuk Kompleks BAB 4 HASIL DA A ALISA Banyak komponen mesin yang memiliki bentuk yang cukup kompleks. Setiap komponen tersebut bisa jadi memiliki CBV, permukaan yang berkontur dan fitur-fitur lainnya. Untuk bagian implementasi

Lebih terperinci

Analisis dan Pembahasan

Analisis dan Pembahasan Bab V Analisis dan Pembahasan V.1 Analisis Peta Struktur Waktu Dari Gambar V.3 memperlihatkan 2 closure struktur tinggian dan rendahan yang diantara keduanya dibatasi oleh kontur-kontur yang rapat. Disini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian deskriptif analitis. Penelitian gaya berat yang dilakukan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran struktur bidang

Lebih terperinci

BAB IV RESERVOIR KUJUNG I

BAB IV RESERVOIR KUJUNG I BAB IV RESERVOIR KUJUNG I Studi geologi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui geometri dan potensi reservoir, meliputi interpretasi lingkungan pengendapan dan perhitungan serta pemodelan tiga dimensi

Lebih terperinci

Pemodelan Inversi Gravitasi 4d Injeksi Gas Pada Reservoir Minyak

Pemodelan Inversi Gravitasi 4d Injeksi Gas Pada Reservoir Minyak Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN.407-690) Volume I No, April 015 Pemodelan Inversi Gravitasi 4d Injeksi Gas Pada Reservoir Minyak Muhammad Zuhdi 1, Ari Setiawan 1. Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Dasar Metode Gravitasi Metode gravitasi merupakan salah satu metode survei geofisika yang memanfaatkan sebaran densitas di permukaan bumi sebagai bahan studi untuk

Lebih terperinci

Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan

Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan Sebelum membahas pemodelan produk berbasis yang disusun berdasarkan algoritma pengurang terlebih dahulu akan dijelaskan hal-hal yang mendasari pembuatan algoritma tersebut,

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 47 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kajian Pendahuluan Berdasarkan pada peta geohidrologi diketahui siklus air pada daerah penelitian berada pada discharge area ditunjukkan oleh warna kuning pada peta,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran struktur geologi Dasar Laut

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH Dian Erviantari, Muh. Sarkowi Program Studi Teknik Geofisika

Lebih terperinci

Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Ampah, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah

Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Ampah, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Ampah, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah Priyono, Tony Rahadinata, dan Muhammad Rizki Ramdhani Kelompok Penyelidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Kiprah dan perjalanan PT. Chevron Pacific Indonesia yang telah cukup lama ini secara perlahan diikuti oleh penurunan produksi minyak dan semakin kecilnya

Lebih terperinci

menentukan sudut optimum dibawah sudut kritis yang masih relevan digunakan

menentukan sudut optimum dibawah sudut kritis yang masih relevan digunakan Gambar 4.15 Data seismic CDP gather yang telah dilakukan supergather pada crossline 504-508. 4.2.4.3 Angle Gather Angle Gather dilakukan untuk melihat variasi amplitudo terhadap sudut dan menentukan sudut

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH Dian Erviantari dan Muh. Sarkowi Program Studi Teknik Geofisika

Lebih terperinci

ANALISIS STATIK DAN DINAMIK KARAKTERISASI RESERVOIR BATUPASIR SERPIHAN FORMASI BEKASAP UNTUK PENGEMBANGAN LAPANGAN MINYAK PUNGUT

ANALISIS STATIK DAN DINAMIK KARAKTERISASI RESERVOIR BATUPASIR SERPIHAN FORMASI BEKASAP UNTUK PENGEMBANGAN LAPANGAN MINYAK PUNGUT ANALISIS STATIK DAN DINAMIK KARAKTERISASI RESERVOIR BATUPASIR SERPIHAN FORMASI BEKASAP UNTUK PENGEMBANGAN LAPANGAN MINYAK PUNGUT TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan V. HASIL DAN PEMBAHASAN V.1. Hasil Penelitian V.1.1. Interpretasi Horizon Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan lanjutan setelah dilakukannya pengolahan data awal, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu kegiatan pengumpulan data bawah permukaan pada kegiatan pengeboran sumur minyak dan atau gas bumi baik untuk sumur eksplorasi maupun untuk sumur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Data geomagnet yang dihasilkan dari proses akusisi data di lapangan merupakan data magnetik bumi yang dipengaruhi oleh banyak hal. Setidaknya

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PENERAPAN INJEKSI SURFAKTAN DAN POLIMER DI LAPANGAN X MENGGUNAKAN SIMULATOR NUMERIK TESIS EMA FITRIANI NIM :

STUDI KELAYAKAN PENERAPAN INJEKSI SURFAKTAN DAN POLIMER DI LAPANGAN X MENGGUNAKAN SIMULATOR NUMERIK TESIS EMA FITRIANI NIM : STUDI KELAYAKAN PENERAPAN INJEKSI SURFAKTAN DAN POLIMER DI LAPANGAN X MENGGUNAKAN SIMULATOR NUMERIK TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB III MIGRASI KIRCHHOFF

BAB III MIGRASI KIRCHHOFF BAB III MIGRASI KIRCHHOFF Migrasi didefinisikan sebagai suatu teknik memindahkan reflektor miring kembali ke posisi subsurface sebenarnya dan menghilangkan pengaruh difraksi, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut. BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang penurunan model persamaan gelombang satu dimensi. Setelah itu akan ditentukan persamaan gelombang satu dimensi dengan menggunakan penyelesaian analitik

Lebih terperinci

Bab III Pengolahan dan Analisis Data

Bab III Pengolahan dan Analisis Data Bab III Pengolahan dan Analisis Data Dalam bab pengolahan dan analisis data akan diuraikan berbagai hal yang dilakukan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian yang ditetapkan. Data yang diolah dan dianalisis

Lebih terperinci

APLIKASI METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK ANALISA LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN PADA DAERAH BABARSARI, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

APLIKASI METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK ANALISA LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN PADA DAERAH BABARSARI, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA APLIKASI METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK ANALISA LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN PADA DAERAH BABARSARI, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA Kevin Gardo Bangkit Ekaristi 115.130.094 Program Studi Teknik Geofisika, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 32 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dengan judul Aplikasi Metode Common Reflection Surface Stack Untuk Perbaikan Kualitas Penampang Seismik Darat 2D Dan 3D Pada Lapangan

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 5. Pengambilan Conventinal Core utuh dalam suatu pemboran... Gambar 6. Pengambilan Side Wall Core dengan menggunakan Gun...

DAFTAR GAMBAR. Gambar 5. Pengambilan Conventinal Core utuh dalam suatu pemboran... Gambar 6. Pengambilan Side Wall Core dengan menggunakan Gun... DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kontribusi berbagai cabang disiplin ilmu dalam kegiatan eksplorasi (Peadar Mc Kevitt, 2004)... Gambar 2. Peta Lokasi Struktur DNF... Gambar 3. Batas batas Struktur DNF dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. V.1 Penentuan Zona Reservoar dan Zona Produksi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. V.1 Penentuan Zona Reservoar dan Zona Produksi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN V.1 Penentuan Zona Reservoar dan Zona Produksi Penentuan zona reservoir dilakukan dengan menggunakan cutoff volume serpih (VSH) dan porositas efektif (PHIE) pada zona target.

Lebih terperinci

INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR

INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR Skripsi Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 diajukan oleh: Saidatul Fitriany J2D 006 041 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi

BAB I PENDAHULUAN. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002). III. TEORI DASAR 3.1. Metode Gayaberat Metode gayaberat adalah salah satu metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di permukaan bumi, di kapal maupun

Lebih terperinci

BAB IV METODE DAN PENELITIAN

BAB IV METODE DAN PENELITIAN 40 BAB IV METODE DAN PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lapangan T, berada di Sub-Cekungan bagian Selatan, Cekungan Jawa Timur, yang merupakan daerah operasi Kangean

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam pencapaian tujuan. Berikut adalah gambar diagram alir dalam menyelesaikan penelitian ini: Data lapangan (Anomali

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

BAB IV MODEL GEOLOGI DAN DISTRIBUSI REKAHAN

BAB IV MODEL GEOLOGI DAN DISTRIBUSI REKAHAN BAB IV MODEL GEOLOGI DAN DISTRIBUSI REKAHAN IV.1 Model Geologi Model geologi daerah penelitian dibuat berdasarkan data sumur, peta geologi permukaan terdahulu, dan kegempaan mikro. Untuk data lithologi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. dapat memisahkan litologi dan atau kandungan fluida pada daerah target.

BAB V ANALISA. dapat memisahkan litologi dan atau kandungan fluida pada daerah target. BAB V ANALISA 5.1 Analisa Data Sumur Analisis sensitifitas sumur dilakukan dengan cara membuat krosplot antara dua buah log dalam sistem kartesian sumbu koordinat x dan y. Dari plot ini kita dapat memisahkan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kondisi perminyakan dunia saat ini sangat memperhatinkan khususnya di Indonesia. Dengan keterbatasan lahan eksplorasi baru dan kondisi sumur-sumur tua yang telah melewati

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima

BAB III TEORI DASAR. Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima BAB III TEORI DASAR 3.1. Konsep Refleksi Gelombang Seismik Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima getaran pada lokasi penelitian. Sumber getaran dapat ditimbulkan oleh

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TRANSIEN TEKANAN UJI SUMUR INJEKSI

BAB III ANALISA TRANSIEN TEKANAN UJI SUMUR INJEKSI BAB III ANALISA TRANSIEN TEKANAN UJI SUMUR INJEKSI Pada bab ini dibahas tentang beberapa metode metode analisis uji sumur injeksi, diantaranya adalah Hazebroek-Rainbow-Matthews 2 yang menggunakan prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Minyak dan gasbumi hingga saat ini masih memiliki peranan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan energi umat manusia, meskipun sumber energy alternatif lainnya sudah

Lebih terperinci

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya 2) Pertamina Asset 3

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya 2) Pertamina Asset 3 ANALISIS AVO MENGGUNAKAN GRAFIK RESPON AVO (AVO SIGNATURE) DAN CROSSPLOT INTERCEPT DAN GRADIENT DALAM PENENTUAN KELAS AVO STUDI KASUS : LAPISAN TAF-5 FORMASI TALANG AKAR LAPANGAN LMG CEKUNGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG ANALISIS KECEPATAN KRITIS ROTOR DINAMIK DENGAN STUDI KASUS EXTERNALLY PRESSURIZED BEARINGS TESIS MAGISTER Karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik Oleh FEBLIL HUDA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Pengumpulan Data viii

DAFTAR ISI. BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Pengumpulan Data viii DAFTAR ISI Halaman Judul HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERNYATAAN... v SARI... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN I.1.

Lebih terperinci

FENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK. Tugas Akhir

FENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK. Tugas Akhir FENOMENA ELEKTROKINETIK DALAM SEISMOELEKTRIK DAN PENGOLAHAN DATANYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGURANGAN BLOK Tugas Akhir Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 47 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Bab ini menampilkan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan masing-masing variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian. Hasil pengukuran

Lebih terperinci

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) 1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penerapan Cadzow Filtering Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan meningkatkan strength tras seismik yang dapat dilakukan setelah koreksi NMO

Lebih terperinci