BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Oleh karenanya Islam yang hadir sejak abad ke- 7 M semakin

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Oleh karenanya Islam yang hadir sejak abad ke- 7 M semakin"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran Islam sebagai agama wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, diyakini memiliki kebudayaan, nilai politik, moralitas dan hukum tersendiri. Oleh karenanya Islam yang hadir sejak abad ke- 7 M semakin berkembang hingga kini. Islam telah menjadi sumber legitimasi, identitas, kekuasaan dan stabilitas tersendiri bagi masyarakat Islam. Sumber sejarah dari kehidupan Nabi Muhammad SAW bisa menjadi bukti bahwa Islam sebagai agama wahyu telah menjadi acuan dalam semua aspek kehidupan saat itu. Meskipun masih dalam masyarakat sederhana, sang nabi mendirikan pondasi kemasyarakatan yang didasarkan pada sendi-sendi ajaran Islam. Nabi menjadi pemimpin bagi umat baik dalam urusan hubungan vertikal maupun horisontal. Syariat Islam telah menjadi acuan yang mengilhami bagi pelaksanaan ibadah kepada Tuhan, Allah SWT sekaligus sebagai dasar di dalam memutuskan perkara yang berkaitan dengan urusan duniawi umat Islam dalam segala hal, baik itu urusan sosial, ekonomi, hukum dan politik. Dalam memimpin Nabi Muhammad menerapkan musyawarah untuk memecahkan permasalahan umat. (Affan Gaffar, 2002: 122) Setelah nabi wafat, umat Islam dipimpin oleh seorang khilafah. Dimana adanya khilafah ini merupakan ijtihad (kesepakatan yang dihasilkan ulama, pemuka agama melalui jalan musyawarah) dari para shahabat. Hal ini dilakukan karena sebelum wafat, nabi belum menunjuk pemimpin pengganti dirinya. 1

2 Khilafah dipilih oleh para shahabat untuk menjadi pemimpin bagi urusan kaum muslim saat itu. Maka dipilihlah Abu Bakar Ash Shidiq sebagai seorang khilafah pertama kali berdasarkan konsensus dari para sahabat 1. Dalam perkembangannya, Islam menyebar ke seluruh dunia sehingga memunculkan sistem tatanan negara Islam yang mengatur wilayah kekuasaannya. Pesatnya perkembangan kekuasaan ini, dipegang oleh kekuasaan khilafah yang berasal dari keturunan raja atau lebih bersifat monarki absolut. Pergantian khilafah dipergilirkan secara turun temurun, tidak memberikan peluang konsensus pemilihan sebagaimana pertama kali khilafah dipilih oleh pemuka umat Islam melalui jalan musyawarah. Dalam perkembangan selanjutnya, Islam sebagai agama wahyu yang menjadi dasar bagi kehidupan termasuk dalam kehidupan hukum dan politik yang berdasarkan al Qur an dan hadits nabi berhadapan dengan sekulerisme yang dilancarkan barat. Sekulerisme yang berakar pada sejarah barat menginginkan pemisahan kekuasan negara dengan agama (Kristen). Dari sinilah fundamentalisme berakar, karena adanya pandangan dari kalangan kristen konservatif yang menegaskan kitab injil sebagai kata Tuhan yang absolut. 1 Dalam proses pengangkatan Abu Bakar Ash Shidiq sebagai khalifah kemudian digantikan oleh Umar bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dipilih dengan cara-cara yang berbeda. Abu Bakar menjadi khalifah setelah nabi Muhammad Wafat setelah melalui musyawarah antara kamu muhajirin dan anshar yang telah menentukan calon masing-masing hingga akhirnya musyawarah menentukan Abu Bakar sebagai khalifah. Sedangkan Umar bin Khatab menjadi khalifah setelah menjelang wafat Abu Bakar menuliskan wasiat agar Umar menjadi khalifah penggantinya. Hal yang tidak dilakukan Umar ketika menjelang wafat, mengajukan calon penggantinya yaitu yaitu Usman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Sa ad bin Abi Waqas, Abdurrahaman bin Auf, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidilah, Abdullah bin Umar. Sehingga menjelang pengangkatan pengganti Umar muncul enam nama calon khalifah yang dipilih oleh Umar. Kemudian dari keenam nama itu terjadi polarisasi kelompok, antara kelompok Usman bin Affan dengan kelompok Ali bi Abi Thalib. Dari musyawarah keenam tokoh itu disepakati Usman bin Affan sebagai khalifah. Berbeda dengan ketiga khalifah sebelumnya, setelah Usman bin Affan wafat karena dibunuh oleh pemberontak, Ali bin Abi Thalib dipilih sebagai khalifah melalui proses pemilihan yang dilakuikan oleh veteran perang BAdar yang dianggap memiliki hak suara. (Lihat Affan Gaffar dalam Bernard Lewis et al, 2002: ) 2

3 Sehingga, kalangan sekuler memandang ketika Gereja mempunyai hak memerintah seringkali bersikap otoriter absolut. Pandangan yang sama diberlakukan terhadap Islam, yang dinilai apabila syariat Islam menjadi dasar hukum negara akan menghasilkan pemerintahan yang otoriter absolut 2. Memasuki abad ke 19 kekuasaan khilafah Islam mulai melemah dan akhirnya tergerus oleh sistem peradaban barat modern. Pemerintahan khilafah islam yang terakhir, Turki Utsmani akhirnya tumbang dan digantikan oleh pemerintahan sekuler dengan melihat fakta kekuasaan khilafah dengan sistem monarki Turki Utsmani memiliki banyak kebobrokan, penyimpangan yang dilakukan oleh aparat negara yang sebagian besarnya adalah kerabat kerajaan. Tumbangnya sistem kekhalifahan monarki digantikan dengan sistem demokrasi di beberapa negara muslim yang mulai terpecah belah ke beberapa negara merupakan bentuk negara baru yang berkembang hingga saat ini diwarnai dengan sekulerisme. Meskipun demikian, di beberapa negara Arab masih mengadopsi sistem negara monarki dan beberapa masih menerapkan syariat Islam dalam hukum tata negaranya. Kemunduran umat Islam inilah yang menyebabkan gerakan purifikasi (pemurnian) ajaran Islam dilakukan. Disinilah gerakan fundamentalisme lebih bersifat skripturalistik. Gerakan ini ditunjukan 2 Penolakan ulama terhadap kekuasaan turun temurun dalam bentuk monarki dan absolute dapat dibaca dalam tulisan Mumtaz Ahmad (dalam Bernard Lewis, 2002: ). Menurutnya penolakan ulama sunni maupun syiah terhadap pemerintahan monarki semakin menguat sejak perang teluk 1991 ketika raja dan amir terlihat pro barat dengan memusnahkan muslim lain. Pemikiran Islam sunni yang diwakili oleh Maududi tidak menyetujui teokrasi atau pemerintahan oleh orang agama yang menjalankan roda politik atas nama Tuhan. Maududi mendeskripsikan pemerintahan Islam seharusnya berbentuk teo-demokrasi dan nomokrasi atau rule of the law, bukan pemerintahan oleh orang yang mengangkat dirinya sendiri sebagai juru bicara Tuhan. Sedangkan dalam Syi ah meskipun menolak monarki lebih dekat kepada Teokrasi Menurut Khomeini, kepeminpinan Islam terkristal ke dalam imam-imam yang maksum yang dipilih Tuhan. kepemimpinan religio politik masyarakat muslim dijalankan oleh ulama fuqoha yang mempunyai kewenangan menolak kebijakan pemerintah atau hukum yang diundangkan parlemen yang mereka anggap tidak Islami. 3

4 oleh gerakan Wahabi (Arab Saudi), mereka mempunyai tujuan untuk menghidupkan kembali ajaran Islam yang benar secara tekstual karena Islam telah dicemari oleh berbagai hal yang tidak berasal dari Al Qur an dan sunnah. Dalam konteks Indonesia, isu antara Islam dengan negara bukanlah isu yang sama sekali baru. Sejak pertama kali Indonesia akan dideklarasikan sebagai negara merdeka, para pemimpin negara saat itu sudah terlibat dalam diskursus mengenai dasar konstitusi negara, dan warna Islam dapat dilihat dari usulan tujuh kata kewajiban menerapkan syariat Islam bagi para pemeluknya sebagai usulan kalangan islamis saat itu. Namun, pada akhirnya konsensus memutuskan bahwa tujuh kata itu tidak masuk dalam dasar konstitusi negara. (Adian Husaini, 2009: 49) Diskursus mengenai fundamentalisme Islam terus mengemuka dengan ditandai perjuangan Kartosuwiryo yang ingin mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) sampai akhirnya dia tidak berhasil dan meninggal dunia bersamaan dengan diberangusnya gerakan ini. Memasuki era orde baru, isu tentang syariat Islam tetap hidup meskipun tiarap, tersembunyi sebagai gerakan bawah tanah. Lantaran kekuasaan yang represif saat itu akan menindak dengan tegas semua hal yang berkaitan dengan upaya menegakkan syariat Islam dengan label sebagai gerakan subversif, melawan negara. Setelah masa reformasi bergulir, kebebasan berekspresi semua paham dan ideologi mulai tersemai dan terbuka. Pada momentum inilah, fundamentalisme Islam dengan upaya kembali ke dasar agama dan menggunakan dasar-dasar tersebut sebagai penuntun kehidupan masyarakat dan bernegara mulai menggejala dalam masyarakat. Perjuangan secara terbuka untuk menegakan 4

5 syariat Islam mulai disuarakan oleh gerakan-gerakan yang semula bergerak di bawah tanah. Gejala fundamentalisme agama ini lazim terjadi dengan ditandai perlawanan terhadap aliran mainstream (Arus utama). Dalam Islam Indonesia mainstream diwakili oleh lembaga keagamaan yang telah lebih dulu melembaga secara mapan di masyarakat. Munculnya gerakan baru dikaitkan dengan "ortodoksi" atau "mainstream" (aliran induk); karena gerakan yang berbeda dengan mainstream akan dikatakan sebagai gerakan yang menyimpang atau memisahkan diri dari ortodoksi yang berlaku. Dalam kasus umat Islam Indonesia masa kini, ortodoksi barangkali boleh dianggap diwakili oleh badan-badan ulama yang berwibawa seperti terutama MUI, kemudian Majelis Tarjih Muhammadiyah, Syuriah NU, dan sebagainya. (Bruinessen, 1992: 18) Aliran mainstream mempunyai pandangan yang cukup adaptif dengan beberapa cara pandang dan pola perilaku bernegara dan berbangsa. Aliran ini mengakomodasi demokrasi sebagai sistem politik dan mempunyai pandangan untuk memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam wacana politiknya, tidak akan mendirikan negara agama yang menjadikan Islam sebagai satu-satunya sumber hukum. Sedangkan aliran Islam fundamental memiliki citacita menjadikan Indonesia sebagai negara Islam. Mengembalikan keaslian Islam dengan menolak berbagai sistem di luar Islam seperti demokrasi dan pemerintahan yang terbentuk melalui pemilihan umum. Fundamentalisme muncul sebagai reaksi terhadap akibat yang ditimbulkan oleh modernisme dan sekulerisme dalam kehidupan politik dan keagamaan. Peradaban modern sekuler menjadi sasaran kritik dari Islam fundamental. 5

6 Fundamentalisme menjadi reaksi terhadap kegagalan modernisme Islam karena tidak mampu membawa kehidupan umat Islam menjadi lebih baik dalam pandangan mereka. Kemudian fundamentalisme mengajukan tawaran solusi untuk kembali kepada ajaran Islam terdahulu yang lebih otentik, asli dan menolak segala sesuatu yang berasal dari modernisme barat. Olivier Roy (1996: 75) berpendapat bahwa fundamentalisme Islam kontemporer dicirikan oleh orientasi yang kuat terhadap politik dengan menjadikan Islam sebagai ideologi. Islam tidak dipahami sekedar doktrin ritual tetapi juga sebagai ideologi yang dihadapkan dengan ideologi lain sebagai bentuk perlawanan terhadap kapitalisme, marxisme, liberalisme dan nasionalisme. Sehingga fundamentalisme Islam menjadi gerakan politik yang memperjuangkan suatu sistem kenegaraan yang didasarkan pada syariat Islam. Dengan kata lain kembali ke dasar (back to basic) dengan menerapkan syariat Islam yang berlandaskan hukum Al Qur an dan hadits dalam sistem ketatanegaraan. Saat ini, lawan dari fundamentalisme sendiri bukan lagi sekulerisme barat, akan tetapi juga kalangan Islam moderat lainnya yang dianggap telah menjadi bagian pendukung sekulerisme lantaran ikut serta dalam demokrasi yang dianggap tidak sesuai dengan syariat. Padahal, tidak ada perintah yang secara lugas dan jelas dari teks Al Qur an dan hadits yang menyatakan tentang kewajiban mendirikan negara Islam. Hanya saja kembali ke masalah perbedaan penafsiran teks antara umat Islam menjadikan dinamisasi wacana berjalan hingga saat ini. Salah satu komunitas fundamentalisme Islam yang saat ini hidup adalah Hizbut Tahrir Indonesia atau yang lebih dikenal dengan HTI. Sebagai gerakan 6

7 yang mempunyai jaringan internasional dan mendunia, HTI mempunyai keseragaman langkah dan pandangan dalam urusan politik salah satu yang utama adalah penerapan syariat Islam secara formal di tataran negara bahkan dunia secara umum. Dengan istilah yang dinamakan kekhalifahan yaitu pemerintahan yang dipegang seorang khalifah dan memerintah seluruh negaranegara Islam sedunia. Wacana yang digencarkan HTI melalui revolusi pemikiran yaitu upaya untuk melawan pemikiran barat dengan Islam sebagai basis ideologi yang didialogkan secara damai diharapkan mampu melawan dan menggantikan sistem sekuler barat yang saat ini menguasai dunia. Berbeda dengan HTI, Jama ah Anshorut Tauhid (JAT) yang awalnya merupakan komunitas pecahan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) juga seringkali menampilkan wacana formalisasi penerapan syariat Islam sebagai hukum tertinggi dalam kekuasaan pemerintahan. Apabila wacana HTI yang disuarakan melalui media mengarahkan kepada terbentuknya khilafah sebagai satu solusi, JAT mempunyai pandangan penerapan syariat Islam melalui perjuangan jihad (dalam pengertian melakukan perang) wajib dilakukan. Pada titik ini, perjuangan JAT seringkali dikaitkan dengan gerakan Negara Islam Indonesia (NII) pimpinan Kartosuwiryo lantaran metode, sikap dan strategi yang dipakai hampir sama (Al Chaidar : 54). Isu-isu perjuangan Islam melalui jihad lebih menonjol dan mengemuka, JAT memandang permasalahan penerapan syariat merupakan perjuangan jihad (melalui peperangan bersenjata) yang belum usai dari para pendiri negara ini 7

8 yang sebagian besar adalah umat Islam maka tegaknya negara Islam di Indonesia merupakan agenda besar untuk diwujudkan. Kedua komunitas fundamentalisme Islam yang diteliti termasuk varian Islam politik. Sebagai kekuatan Islam politik, perjuangan untuk kembali kepada syariat Islam, tentu saja didasari atas kepentingan untuk berkuasa. Oleh karenanya, keduanya menjadikan wacana penerapan syariat Islam sebagai komoditas di dalam menyampaikan pesan untuk menarik pengikut (audience) yang diharapkan mendukung kekuasaan pemikiran yang dilanggengkan. Sebagai kekuatan sarat kepentingan politis tentu saja komunitas fundamentalisme Islam mempunyai kekuatan kritik atas sistem politik yang dianggap berasal dari luar Islam (baca: sistem demokrasi produk barat). Akan tetapi, karena kepentingan politisnya inilah, simbol agama yang dipakai dalam wacana penerapan syariat Islam akan mengaburkan aspek teologis yang seharusnya ditempatkan pada posisi sakral bukan sekedar alat berkuasa melalui wacana. Meskipun menemukan ruang ekspresi dan kebebasan untuk menyampaikan gagasannya, saat ini Islam fundamental di Indonesia mendapatkan tantangan yang cukup berat dengan wacana anti fundamentalisme yang disuarakan oleh kelompok mainstream dan pemerintahan yang saat ini berkuasa. Peristiwa bom Bali, 12 Oktober 2002 menandai perang terhadap fundamentalisme Islam lantaran tersangka teroris adalah aktivis mantan murid fundamentalis Islam, Abu Bakar Ba asyir. 8

9 Peristiwa bom Bali telah menjadikan fundamentalisme dianggap telah mengarah kepada radikalisme agama yang menggunakan cara-cara kekerasan untuk melawan simbol-simbol barat dan merealisasikan terwujudnya cita-cita menegakkan syariat Islam. Kalangan fundamentalis Islam seringkali dicurigai mendukung operasi teror yang kemudian terjadi di beberapa tempat di negara Indonesia. Indikator kecurigaan ini tentu saja karena fundamentalisme memiliki kecenderungan untuk melawan dominasi dan hegemoni barat melalui berbagai cara. Pemerintah akhirnya menyatakan perang terhadap terorisme yang diyakini dilakukan dan didukung oleh komunitas fundamentalisme Islam, sehingga ruang ekspresi untuk menyuarakan gagasan syariat Islam tidak lagi populis dan berganti menjadi phobia yang mendalam di kalangan umat. Wacana fundamentalisme Islam semakin terpojok namun tetap bergerak untuk menyuarakan aspirasinya, meskipun tidak seterbuka semasa awal reformasi (Zaki Mubarok, 2007:111) wacana fundamentalisme Islam untuk menerapkan syariat Islam masih gencar dilakukan di dunia maya melalui media website. Wacana yang disuarakan fundamentalisme Islam terus menerus melalui media jaringan internet bertemu dengan trend kecenderungan masyarakat informasi pengguna internet. Sehingga mereka tetap bisa melakukan propaganda pentingnya syariat sekaligus sebagai sarana menarik simpati dam rekrutmen pengikut dari umat Islam pengkonsumsi media website. Dan ternyata upaya ini berhasil menambah pengikut-pengikut yang merasa tertarik dan masuk menjadi aktivis bagian dari fundamentalisme Islam. Perlawanan terhadap dominasi dan hegemoni wacana anti fundamentalisme terhadap aliran mainstream telah 9

10 melahirkan hegemoni baru dari kalangan fundamentalis terhadap pengikutpengikut baru yang notabene masih berusia muda dan sedang semangatsemangatnya belajar Islam. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini akan menjawab pertanyaan utama: Bagaimana upaya menyebarluaskan wacana negara Islam yang dilakukan oleh komunitas fundamentalisme Islam yang direpresentasikan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Jama ah Anshorut Tauhid (JAT)? Turunan dari pertanyaan utama ini adalah dua pertanyaan sebagai berikut? 1. Bagaimana wacana simbol-simbol agama yang terdapat dalam teks yang dipakai oleh HTI dan JAT dikonstruksikan melalui media website? 2. Bagaimana ideologi fundamentalisme Islam bekerja untuk menghegemoni dalam memperjuangkan kepentingan kedua komunitas Islam melalui wacana syariat Islam? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana upaya menyebarluaskan wacana negara Islam yang dilakukan oleh komunitas Islam fundamental yang direpresentasikan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Jama ah Anshorut Tauhid (JAT). Selanjutnya penelitian mengenai makna keduanya akan difokuskan kepada dua hal yakni: 10

11 1. Mengetahui wacana simbol-simbol agama yang terdapat dalam teks yang dipakai oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Jama ah Anshorut Tauhid (JAT) yang dikonstruksikan melalui media website. 2. Melacak bekerjanya ideologi fundamentalisme Islam yang digunakan menghegemoni pengikutnya di dalam upaya memperjuangkan kepentingan kedua komunitas Islam melalui wacana syariat Islam. Setelah diketahui hasil dari penelitian ini diharapkan mampu: 1. Menjawab permasalahan fundamentalisme agama yang terjadi di Indonesia melalui metode analisa wacana kritis. 2. Menambah khazanah baru dalam studi sosiologi agama khususnya studi mengenai fundamentalisme Islam di Indonesia D. Metode Penelitian 1. Kerangka Teoritik a. Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis): Norman Fairclough Penelitian inimenggunakan teori Fairclough mengenai Critical Discourse Analysis (CDA).Dalam teori yang dibangun Fairclough menyatakan bahwa wacana teks tidak hanya dipahami sebagai bahasa tradisional saja. Akan tetapi, teks dibangun dalam tiga aspek analisis; tekstual, kultural dan praktik diskursif. (Jorgensen&Philips, 2007: 124) dengan ketiga analisis ini, nantinya akan bisa dilihat bagaimana bahasa menjadi alat bukan sekedar teks tetapi dalam konteks melanggengkan praktik ideologi. 11

12 Selanjutnya Fairclough menyatakan bahwa suatu diskursus terdiri dari teks, praktik sosial dan praktik diskursus secara bersama-sama. Ketiga relasi tersebut pada akhirnya dapat membongkar bagaimana relasi kekuasaan berkembang dalam setiap pengetahuan. Terutama sekali pengetahuan tersebut sebagai bagian dalam konstruksi realitas sosial dalam masyarakat. Fairclough mengemukakan bahwa ada tiga level (sekaligus dimensi) analisis yang dapat dilakukan untuk melakukan analisis wacana. Yang pertama adalah level teks, praktik diskursif dan praktik sosio-kultural. (Ibnu Hamad, 2004:47) Dalam penelitian ini, analisis Fairclough akan melihat secara komprehensif mengenai bagaimana teks dikonstruksikan oleh Hizbut Tahrir Indonesia dan Jama ah Anshorut Tauhid di dalam upaya mewacanakan penerapan syariat Islam melalui media.analisis tiga dimensi dari Norman Fairclough ini amat urgen dalam tulisan ini. Teori analisis Fairclough dalam penelitian ini berfungsi untuk melihat hubungan kekuasaan serta motif-motif ideologis didalam teks serta praktik sosial yang menjadi basis lahirnya teks. Selain menjadi sandaran teoritis, analisis wacana kritis dari Fairclough ini juga akan dipakai sebagai metode analisis. Analisis Fairclough dilakukan dengan cara menganalisis teks secara linguistik, yakni melihat gambar, simbol dan pernyataan tokoh, aktivis, pengamat Islam fundamental yang muncul di media.pada analisis kedua mengenai analisis praktik diskursif bagaimana teks diproduksi dalam kerangka produksi dan konsumsi. Kemudian ketiga mengenai analisis kultural berhubungan dengan konteks diluar teks. Dalam hal ini, konteks meliputi banyak hal seperti konteks situasi 12

13 kondisi dan juga bagaimana konteks dari praktik institusi media dalam hubungannya dengan masyarakat, politik tertentu,kultur yang melatarbelakanginya. Hal ini berkaitan dengan konteks ruang dan waktu yang bagaimanakah suatu teks dikonstruksikan. b. Wacana dan Relasi Kekuasaan: Michel Foucault Wacana menurut Foucault berkaitan erat dengan konsep kekuasaan. Konsep kekuasaan Foucault berbeda dengan konsep kekuasaan yang telah ada sebelumnya. Kekuasaan bukanlah struktur politis seperti pemerintah atau kelompok-kelompok sosial yang dominan. Kekuasaan bukanlah raja yang absolut atau tuan tanah yang tiranik. Foucault mendefinisikan kembali kekuasaan dengan menunjukkan ciricirinya, bahwa kekuasaan itu tersebar, tidak dapat dilokalisasi, merupakan tatanan disiplin dan dihubungkan dengan jaringan, memberi struktur kegiatankegiatan, tidak represif tetapi produktif, serta melekat pada kehendak untuk mengetahui. (Haryatmoko, 2002). Foucault tertarik untuk melihat bagaimana kekuasaan dipraktikkan, diterima, dan dilihat sebagai kebenaran dan juga kekuasaan yang berfungsi dalam bidang-bidang tertentu. Menurut Foucault pada dasarnya, kekuasaan menciptakan kondisi yang memungkinkan tercapainya kehidupan sosial. Didalam kekuasaan itulah dunia sosial dihasilkan oleh obyek-obyek yang dipisahkan satu sama lain sehingga dengan demikian bisa mencapai karakteristik-karakteristik individu dan hubungannya satu sama lain. Kekuasaan bertanggung jawab atas penciptaan dunia sosial dan cara-cara tertentu dalam membicarakan dan membentuk dunia. 13

14 Oleh sebab itu kekuasaan bisa merupakan daya yang produktif sekaligus membelenggu.( Jorgensen & Philips, 2007: 26) Foucault mengemukakan teorinya mengenai wacana sebagai pengetahuan yang terstruktur: aturan, praktik yang menghasilkan pernyataan bermakna pada satu rentang historis tertentu. Oleh karena itu, wacana erat hubungannya dengan kekuasaan.ia berpendapat bahwa konsep kekuasaan telah berubah dibandingkan dengan abad ke-19. Pada awalnya kekuasaan sangat terkait dengat kepemilikan modal dan tanah. Ciri kekuasaan pada saat itu: pertama, cenderung brutal. Kedua, dioperasikan secara terus-menerus. Ketiga, menekankan ketaatan pada tata cara dan penuh dengan simbolisme. Keempat, berada di ruang publik. Sedangkan saat ini, kekuasaan, menurut Foucault, bukan milik siapa pun; kekuasaan ada di mana-mana; kekuasaan merupakan strategi. Kekuasaan adalah praktik yang terjadi dalam suatu ruang lingkup tertentu -ada banyak posisi yang secara strategis berkaitan satu dengan yang lain dan senantiasa mengalami pergeseran-. Kekuasaan menentukan susunan, aturan, dan hubungan dari dalam.kekuasaan bertautan dengan pengetahuan yang berasal dari relasi-relasi kekuasaan yang menandai subjek. Karena Foucault menautkan kekuasaan dengan pengetahuan sehingga kekuasaan memproduksi pengetahuan dan pengetahuan menyediakan kekuasaan, ia mengatakan bahwa kekuasaan tidak selalu bekerja melalui penindasan dan represi, melainkan juga normalisasi dan regulasi (Sutrisno, 2005:154). 14

15 Pandangan Foucault tentang pengetahuan (wacana) dan kekuasaan ini menjadi salah satu teori yang dipakai dalam penelitian ini.hal ini untuk melihat bagaimana kekuasaan tampil dalam setiap praktik sosial seperti wacana penerapan syariat Islam oleh komunitas Islam fundamental. Kekuasaan dua komunitas Islam fundamental akan dilihat di dalam usahanya untuk memberikan pengetahuan dan kemudian mengkonstruksi realitas dan memperjuangkan kepentingan sebagaimana harapannya. c. Teori Representasi: Stuart Hall Untuk mengeksplorasi bagaimana proses kekuasaan dan wacana dominatif terhadap pengikut komunitas berlangsung, penulis menggunakan dasar teori representasi (Theories of Representation) dengan pendekatan konstruksionis (constructionist approach) dari Stuart Hall (1997). Menurut Hall, Representasi adalah bagian terpenting dari proses dimana arti (meaning) diproduksi dan dipertukarkan antara anggota kelompok dalam sebuah kebudayaan (culture). Representasi menghubungkan antara konsep (concept) dalam benak kita dengan menggunakan bahasa yang memungkinkan kita untuk mengartikan benda, orang atau kejadian yang nyata (real), dan dunia imajinasi dari obyek, orang, benda dan kejadian yang tidak nyata (fictional). Dalam penelitian ini, media seperti website telah melakukan proses representasi atas obyek yang ditampilkan di dalam teks dan symbol dengan menggunakan alat yang disebut bahasa (language). Bahasa sendiri terdiri dari simbol dan sign ini yang bisa diamati dari narasi, visual, peristiwa, obyek, orang, pakaian, aksesoris, warna, gambar dan berbagai hal yang tampak dalam symbol yang terekonstruksi. 15

16 Posisi suatu obyek akan bisa diketahui dari analisis terhadap teks dan simbol tersebut, yang artinya kekuasaan wacana berlangsung sangat halus dan dibawah kesadaran objek penderita akan dapat dikenali dengan metode ini. Teori Representasi Hall sebagaimana terangkum diatas berkait dengan konsep kekerasan simbolik dalam konteks pemikiran Bourdieu, dimana keduanya sama-sama fokus pada penggunaan bahasa (language). Bourdieu mengakui bahwa kuasa simbolik berada pada bahasa (Bourdieu: 2000; 138). Pemikiran Bourdieu dan Stuart Hall juga sama sama terhubung dengan pemikiran Michel Foucault dimana pendekatan konstruksionis Stuart Hall menggunakan model discursive (analisis wacana) dari Michel Foucault selain menggunakan metode semiotic dari Ferdinand De Saussure, dimana kedua metode itu yang dipakai untuk pembongkaran representasi atas obyek di dalam suatu bahasa. 2. Jenis Penelitian Riset ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan memakai kerangka metodologi yang dikembangkan Norman Fairclough yaitu analisis diskursif kritis. Analisis diskursif kritis dari Fourclough dalam penelitian ini menganalisis teks dalam tiga dimensi yakni dimensi tekstual, dimensi praktik diskursif dan analisis sosio kultural. Secara kritis untuk mengetahui permasalahan yang diteliti, peneliti melakukan tiga langkah analisis melalui: 1) memahami pengalaman langsung dari orang yang terlibat secara langsung dalam masalah yang diteliti; (2) berusaha untuk menyelidiki kondisi-kondisi sosial untuk mengungkap wacana 16

17 yang dikembangkan oleh obyek penelitian melalui media website. (3) senantiasa melakukan upaya untuk memadukan teori dan tindakan. Metode penyajiannya dilakukan secara deskriptif-analitis. Penelitian deskriptif mampu menyajikan gambaran secara detail dari sebuah situasi dan atau setting social. Pada pendekatan kualitatif, data yang dikumpulkan pada umumnya berbentuk kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, kalaupun ada angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang. 3. Alasan Pemilihan Obyek Penelitian Penelitian ini mengambil dua media massa yang terdiri dari website yang diambil dari website komunitas fundamentalisme Islam yaitu Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Alasan dipilihnya website kedua komunitas adalah karena kedua website yang diproduksi oleh kedua komunitas dinilai paling aktif dan up to date di dalam memproduksi wacana syariat Islam dan perlawanan terhadap demokrasi dibanding komunitas anti demokrasi lain seperti Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) atau Jamaah Salafiyah yang dalam pembentukan wacana media komunitas masih kurang aktif melakukan kritik terhadap demokrasi. Karakter khas dari HTI merepresentasikan gerakan Islam trans-nasional yang merupakan cabang dari Hizbut Tahrir internasional yang pertama kali lahir dan tumbuh di Yordania. Sedangkan, JAT adalah komunitas Islam baru yang lahir di Yogyakarta. Sebelum awalnya para pengurusnya adalah aktivis MMI. Atau banyak yang mengatakan JAT adalah sempalan dari MMI. Dimana keduanya 17

18 sangat terinspirasi gerakan Ikhwanul Muslimin dan Al Qaidah dalam arah gerak perjuangannya. Selain itu, HTI dan JAT memiliki pendekatan wacana yang berbeda. Terutama dalam hal bagaimana penerapan syariat Islam melalui jalan revolusi pemikiran atau revolusi bersenjata. Dalam berbagai kesempatan Hizbut Tahrir Indonesia mewacanakan revolusi pemikiran melalui pengelolaan isu di media. Sedangkan Jama ah Anshorut Tauhid lebih banyak menyebarkan ideologi jihad melalui peperangan dan pembelaannya terhadap beberapa tersangka terorisme. 4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil beberapa teks yang diproduksi oleh kedua komunitas Islam fundamental tersebut. Data primer diambil dari media website dan yang memuat pernyataan dan wacana terkait penerapan syariat Islam anti demokrasi. Artikel utama yang diambil oleh peneliti dari kedua website tersebut adalah dari website penulis melakukan analisis dan interpretasi teks terhadap dua artikel terpilih yaitu: Kegagalan Demokrasi dan Indonesia Butuh Khilafah. Sedangkan dari website yang berkaitan dengan tema syariat Islam, anti demokrasi adalah artikel yang ditulis redaksi website dengan judul Butir - Butir Perlawanan. Disamping artikel, diambil masing-masing satu gambar dari kedua website tersebut. Sumber data yang lain seperti dokumen lain seperti buku pegangan terbitan kedua komunitas yang dapat diunduh di kedua website yang diteliti. 18

19 Dokumen selain artikel dan gambar digunakan untuk melengkapi dan mendukung data-data yang diperlukan dalam analisis data. Selain itu, dalam menganalisis wacana yang termediakan pernyataan lisan dari narasumber atau informan dari kedua komunitas juga dilakukan peneliti selama berada di lapangan. Khusus untuk membuat daftar pertanyaan dalam wawancara mendalam terhadap informan, peneliti melakukan mini survey terhadap 30 aktivis dari kedua komunitas fundamentalisme Islam yang diteliti. Teknik ini dilakukan bukan untuk mencari generalisasi jawaban atas rumusan masalah penelitian, akan tetapi sebagai panduan dalam menentukan daftar pertanyaan yang relevan terhadap tema penelitian. Setelah mini survey dilakukan, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung maupun melalui jaringan seluler dan internet.kemudian juga dilakukan Focus Grup Discussion (FGD) bersama beberapa informan.narasumber atau informan utama yang dipilih adalah pejabat hubungan masyarakat (humas) kedua komunitas, sebagai salah satu pejabat yang strategis berhubungan dengan media untuk menyampaikan pesan komunitas.pejabat humas HTI, Muhammad Sholahudin (MS) dan pejabat humas JAT, Endro Sudarsono (Edr) dipilih sebagai informan utama. Selain itu, beberapa aktivis HTI dan JAT lain juga dilibatkan dalam proses FGD untuk pendalaman data. FGD tatap muka dengan aktivis HTI dilakukan bersama enam orang aktivisgema Pembebasan, sayap mahasiswa HTI; Rizal (Rz), Utsman (Uts), Safrudin (Saf), Yusuf (Yus), Sumadi (Sum),Ahmad Fuad (AF). 19

20 Sementara FGD dengan aktivis JAT berlangsung melalui diskusi dunia maya melalui akun jejaring sosial Facebook dengan lima akun aktivis JAT; Badrun Al Ghifari (BAG), Fikar Yahya (FY), Sansand Al Busyro (SAB), Sony Wijanarko (SW), Mulyandi (Mul), Muhamad Nashr (MN). Bersama beberapa aktivis ini, selain FGD juga dilakukan wawancara atau diskusi tambahan untuk mendapatkan data tambahan yang diperlukan. 5. Teknik Analisis Data Penelitian menggunakan teknik analisis tiga dimensi dari Norman Fairclough. Dimensi-dimensi yang dianalisis meliputi dimensi kewacanaannya dengan menganalisis teks, praktik diskursif dan praktik sosiokultural. Untuk lebih jelas, penulis mengebalorasi level analisis yang diperkenalkan oleh Fairclough dalam menganalisis wacana sebagai berikut: Metode Analisis Diskursus Kritis Fairclough Proses Produksi Teks Proses Interpretasi Praktik Wacana Deskripsi (Analisis Teks) Interpretasi (Proses Analisis) Penjelasan (Analisis Sosial) Praktik sosiokultural (situasional, institusional, kemasyarakatan) Sumber: Stefan Titcher et al (2009: 249) 20

21 Pertama kali dimensi yang dianalisis oleh peneliti adalah teks media website resmi dari kedua komunitas fundamentalisme Islam.Teks yang dianalisis meliputi tiga artikel dan dua gambar yang diambil dari dua website HTI dan JAT.Analisis ini berguna untuk melihat bagaimana kedua komunitas tersebut dalam mengkonstruksi simbol-simbol agama.dari sini juga terlihat bagaimana tendensi masing-masing dalam wacana penerapan syariat Islam dalam negara. Peneliti mengambil teks berupa artikel dari website dengan judul Kegagalan Demokrasi dan Indonesia Butuh Khilafah. Sedangkan dari website diambil artikel berjudul Butir - Butir Perlawanan. Disamping artikel, peneliti meng-capture masing-masing satu gambar dari kedua website tersebut. Setelah teks berupa artikel dan gambar dikumpulkan, data yang terdapat pada teks tersebut dipilah-pilah berdasarkan beberapa terma dan pointer yang menunjukan inti dari pesan yang tersampaikan dari artikel.dari satu artikel atau gambar dipilah ke dalam beberapa terma dan pointer.hal ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk memberi tekanan lebih terhadap teks berupa artikel dan gambar terpilih yang dianalisis untuk menunjukkan representasi dari makna yang sebenarnya. Dari pembagian terma dan pointer tersebut kemudian dilakukan deskripsi (text analysis) untuk mendeskripsikan teks dan sekaligus dilakukan interpretasi (processing analysis) berdasarkan pada pendapat kritik subjektif peneliti untuk melihat representasi makna yang ingin disampaikan dalam suatu teks tersebut. 21

22 Analisis yang kedua pada dimensi praktik kewacanaan. Melalui pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan FGD, praktik kewacanaan teks baik berupa tulisan seperti artikel, gambar maupun lisan dari pernyataan informan diarahkan untuk menjawab pertanyaan apakah karakter berupa konvensi sosial dari produksi, konsumsi dan distribusi teks dari praktik diskursus mengenai syariat Islam, anti Demokrasi berinteraksi dengan diskursus yang berkembang di masyarakat yang ada. Peneliti melakukan penafsiran atas praktik kewacananaan dengan membandingkan dengan diskursus yang kontra terhadap wacana anti demokrasi. Pada tingkat produksi teks, analisis diarahkan pada genre dan tipe diskursus yang ditampilkan teks dan bagaimana penampilan tersebut berhubungan dengan relasi kuasa yang ingin disebarkan oleh HTI dan JAT.Kemudian dalam konsumsi teks, peneliti mencari jawaban bagaimana interpretasi dari pengikut komunitas saat mengkonsumsi teks yang diproduksi komunitas melalui media website.penafsiran dari konsumen dianalisis menggunakan teori representasi makna dari Stuart Hall untuk melihat membangun afirmasi terhadap teks dan melihat implikasinya bagi efektivitas politis sekaligus ideologis dari teks yang diproduksi oleh HTI dan JAT melalui media website. Kemudian dalam praktik sosio kultural, peneliti melakukan analisis dengan membandingkan konteks sosio kultural praktik kewacanaan mengenai demokrasi dan Islam berlangsung. Sikap, pandangan, pendapat informan yang didapat selama pengumpulan data diklasifikasi ke dalam tiga segmen yang berkaitan dengan situasi, institusi dan konteks masyarakat. 22

23 Peneliti menganalisis mengenai konteks yang lebih makro mengapa wacana penerapan syariat Islam dalam kehidupan negara tersebut lahir. Dalam situasi praktek demokrasi seperti pemilihan umum, sikap dan ide syariat Islam anti demokrasi juga dianalisis dengan menggunakan teori genealogi dan arkeologi dari Michel Foucault untuk melihat diskontinuitas dan inkonsistensi wacana yang dibangun dalam konteks dan situasi masyarakat yang ada. 23

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah fundamentalisme Islam di Indonesia mengalami perkembangan yang dinamis dari era orde lama sampai orde reformasi saat ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH

IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH SKRIPSI Disusun Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Jurusan Syari ah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan

I. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika gerakan sosial keagamaan di Indonesia sangat menarik untuk dikaji. Dikatakan menarik, karena salah satu agendanya adalah menyebarkan gagasannya dan ingin

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. konsep upah perspektif Hizbut Tahrir adalah sebagai berikut:

BAB VI PENUTUP. 1. konsep upah perspektif Hizbut Tahrir adalah sebagai berikut: 284 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. konsep upah perspektif Hizbut Tahrir adalah sebagai berikut: a. Standar penentuan upah menurut Hizbut Tahrir ditakar berdasarkan jasa atau manfaat tenaganya (manfa at

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam menyelesaikan persoalan penelitian dibutuhkan metode sebagai proses yang harus ditempuh oleh peneliti. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Islam dan Sekularisme

Islam dan Sekularisme Islam dan Sekularisme Mukaddimah Mengikut Kamus Dewan:- sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan. Dan sekularisme pula bermakna faham, doktrin atau pendirian

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan

Lebih terperinci

PENUTUP. berbagai belahan dunia, di Malaysia ada Islam Hadhori di bawah pimpinan. Abdullah bin Ahmad Badawi dan di Yordania ada Islam Wasatiyyah yakni

PENUTUP. berbagai belahan dunia, di Malaysia ada Islam Hadhori di bawah pimpinan. Abdullah bin Ahmad Badawi dan di Yordania ada Islam Wasatiyyah yakni 113 PENUTUP A. KESIMPULAN Dari hasil kajian ini, pada akirnya peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan terkait dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, yakni sebagai berikut: 1. wacana gagasan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui pembahasan dan analisis dari bab I sampai bab IV, maka ada beberapa hal yang sekiranya perlu penulis tekankan untuk menjadi kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu

Lebih terperinci

IDEOLOGI GERAKAN ISLAM KONTEMPORER. Fundamentalisme, Islamisme, Salafisme, dan Jihadisme

IDEOLOGI GERAKAN ISLAM KONTEMPORER. Fundamentalisme, Islamisme, Salafisme, dan Jihadisme IDEOLOGI GERAKAN ISLAM KONTEMPORER Fundamentalisme, Islamisme, Salafisme, dan Jihadisme Pengantar Istilah-istilah yang muncul terkait dengan faham dan gerakan Islam kontemporer kebanyakan dari hasil kajian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN

BAB V PENUTUP KESIMPULAN BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Penelitian ini mengambil latar belakang akan adanya keinginan sebagian masyarakat untuk hidup dalam tatanan sistem pemerintahan yang baik dan dapat mengatasi sejumlah persoalan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SatuanPendidikan : Madrasah Aliyah (Prog Keagamaan) Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan

BAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan 1 BAB VI KESIMPULAN Sebagaimana proses sosial lainnya, proselitisasi agama bukanlah sebuah proses yang berlangsung di ruang hampa. Ia tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial-politik yang melingkupinya.

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penulisan skripsi ini digunakan beberapa macam metode untuk mengumpulkan informasi maupun data berkaitan erat dengan masalah peringatan maulid Nabi Muhammad Saw, kemudian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah PENDAHULUAN Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah perkembangan Islam di Dunia. Turki juga merupakan wilayah yang terdiri dari dua simbol peradaban di antaranya peradaban

Lebih terperinci

Struktur Organisasi Majelis Mujahidin Indonesia. Usulan Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Disesuaikan Dengan

Struktur Organisasi Majelis Mujahidin Indonesia. Usulan Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Disesuaikan Dengan Lampiran 4 Pedoman Wawacara Lampiran 5 Struktur Organisasi Majelis Mujahidin Indonesia Lampiran 6 Usulan Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Disesuaikan Dengan Syari at Islam Lampiran 7 Foto wawancara dengan

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Rusuh Ambon 11 September lalu merupakan salah satu bukti gagalnya sistem sekuler kapitalisme melindungi umat Islam dan melakukan integrasi sosial. Lantas bila khilafah

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute LATAR BELAKANG Kongres Ummat Islam Indonesia (KUII) IV telah menegaskan bahwa syariat Islam adalah satu-satunya solusi bagi berbagai problematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep BAB IV PERBANDINGAN KONSEP NEGARA MENURUT PEMIKIRAN IMAM MAWARDI DENGAN ALI ABDUL RAZIQ A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep Negara Dalam tulisan ini hampir semua pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah dinamisasi terutama setelah semakin banyaknya pergolakan pemikiran yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat penting. Posisi penting bahasa tersebut, semakin diakui terutama setelah munculnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari

BAB V PENUTUP. Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari BAB V PENUTUP Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari berbagai permasalahan yang telah diuraikan secara panjang lebar, guna untuk mempermudah dalam memahami isi yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Modul ke: RADIKALISME ISLAM DI INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Drs. SUMARDI, M. Pd Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Pengertian Radikal Menurut KBBI radikal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika menulis sebuah teks, penulis harus berupaya menarik minat pembaca

BAB I PENDAHULUAN. Ketika menulis sebuah teks, penulis harus berupaya menarik minat pembaca BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika menulis sebuah teks, penulis harus berupaya menarik minat pembaca untuk membaca apa yang ditulisnya. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan gaya bahasa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Eriyanto (2001) menyatakan bahwa analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan

Lebih terperinci

MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel

MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel Dasar Filosofis Rukun: Orang Indonesia (khususnya Orang Jawa) selalu mengedepankan

Lebih terperinci

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang

Lebih terperinci

Peristiwa apa yang paling menonjol di tahun 2009, dan dianggap paling merugikan umat Islam?

Peristiwa apa yang paling menonjol di tahun 2009, dan dianggap paling merugikan umat Islam? {mosimage} Hafidz Abdurrahman Ketua DPP HTI Berbagai peristiwa bergulir sepanjang tahun 2009. Putaran roda zaman pun menggilas siapa saja, termasuk umat Islam. Sayangnya umat Islam belum mempunyai peran

Lebih terperinci

RADIKALISME AGAMA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI

RADIKALISME AGAMA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI Radikalisme Agama Dalam Kkajian Sosiologi RADIKALISME AGAMA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI Ibnu Hibban Judul Buku : Radikalisme Agama di Indonesia Penulis : Dr. Zuly Qodir Penerbit : Pustaka Pelajar Tahun Terbit

Lebih terperinci

11Ilmu ANALISIS WACANA KRITIS. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

11Ilmu ANALISIS WACANA KRITIS. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Modul ke: ANALISIS WACANA KRITIS Mengungkap realitas yang dibingkai media, pendekatan analisis kritis, dan model analisis kritis Fakultas 11Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi

Lebih terperinci

DEMOKRASI DAN RADIKALISME

DEMOKRASI DAN RADIKALISME l i m e m o k r a t i s EMOKRASI AN RAIKALISME i g i t a AGAMA m o k r a t i s. c o m l Rumadi Edisi 009, Agustus 2011 1 emokrasi dan Radikalisme Agama Prof. John O Voll, guru besar sejarah di Georgetown

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Analisis Percakapan Online atas Diskusi Politik Online tentang pembentukan

BAB VI PENUTUP. Analisis Percakapan Online atas Diskusi Politik Online tentang pembentukan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berikut ini adalah kesimpulan dari hasil dan pembahasan kajian kritis tentang media sosial, pola komunikasi politik dan relasi kuasa dalam masyarakat kesukuan Flores dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot. Untuk mempermudah penelitian, maka objek kajian tersebut akan ditelisik dan dianalisis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan

BAB V KESIMPULAN. telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan BAB V KESIMPULAN Persepolis karya Marjane Satrapi merupakan karya francophone yang telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan dimasukkan ke dalam ranah studi literatur.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT

KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Survei syariah terbaru yang diselenggarakan SEM Institute menunjukkan mayoritas rakyat Indonesia (72 persen) menginginkan tegaknya syariah hingga level negara. Ini mengkonfirmasi

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. yang terus berkembang hingga saat ini. Sejak kemunculan pertamanya di India

BAB 4 PENUTUP. yang terus berkembang hingga saat ini. Sejak kemunculan pertamanya di India 116 BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Jama ah Tabligh adalah sebuah gerakan Islam tradisional berbasis kultural yang terus berkembang hingga saat ini. Sejak kemunculan pertamanya di India gerakan ini tetap

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita

Lebih terperinci

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis http://www.sinarharapan.co/news/read/31850/dawam-rahardjo-saya-muslim-dan-saya-pluralis- Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis 03 February 2014 Ruhut Ambarita Politik dibaca: 279 Dawam Rahardjo.

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah Umat Islam di seluruh penjuru dunia bersuka cita menyambut maulid Nabi Muhammad Saw pada bulan Rabiul Awal. Muslim Sunni merayakan hari kelahiran Rasulullah pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan-pertimbangan subjektif masing-masing masyarakat berupa filosofi, nilai-nilai,

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan-pertimbangan subjektif masing-masing masyarakat berupa filosofi, nilai-nilai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Praktik penyelenggaraan pendidikan dalam masyarakat dilatarbelakangi oleh adanya pertimbangan-pertimbangan subjektif masing-masing masyarakat berupa filosofi,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Mubarak. Berdasarkan dengan pandangan bahwa dalam setiap wilayah ditingkat

BAB V PENUTUP. Mubarak. Berdasarkan dengan pandangan bahwa dalam setiap wilayah ditingkat BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Skripsi ini telah menjelaskan mengenai perjuangan Ikhwanul Muslimin (IM) dalam proses Counter Hegemony terhadap sekularisme di masa pemerintahan Hosni Mubarak. Berdasarkan

Lebih terperinci

SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI

SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI l Edisi 003, Agustus 2011 SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI P r o j e c t i t a i g k a a n D Saiful Mujani Edisi 003, Agustus 2011 1 Edisi 003, Agustus 2011 Syariat Islam dan Keterbatasan Demokrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

Intisari Buku. Tarbiyah Siyasiyah. Bersama Dakwah

Intisari Buku. Tarbiyah Siyasiyah. Bersama Dakwah Judul Buku : Penulis : Ahmad Dzakirin Penerbit : Era Adicitra Intermedia, Solo Cetakan Ke : 1 Tahun Terbit : Jumadatas Tsaniyah 1431 H/Juni 2010 Tebal Buku : xxiv + 152 halaman Ketika dakwah memasuki wilayah

Lebih terperinci

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan BAB VI KESIMPULAN Penelitian ini tidak hanya menyasar pada perihal bagaimana pengaruh Kyai dalam memproduksi kuasa melalui perempuan pesantren sebagai salah satu instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas beberapa hal sebagai berikut: 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah sistem demokrasi, rakyat adalah sumber hukum dan hukum pada gilirannya berfungsi menjamin perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara. Islam telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara. Islam telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang universal. Dalam Islam, tidak ada pemisahan antara agama dan politik. Karena keduanya saling berkaitan. Termasuk dalam kehidupan bernegara. Islam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Maman (2002; 3) penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari 113 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari bermacam-macam suku, agama, ras dan antar golongan. Berdasar atas pluralitas keislaman di

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA Subur Ismail Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Analisis Wacana Kritis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun ini merupakan tahun demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan bahwa tahun 2014 adalah tahun

Lebih terperinci

Polemik di balik istiiah 'Islam Nusantara'

Polemik di balik istiiah 'Islam Nusantara' Polemik di balik istiiah 'Islam Nusantara' Heyder AffanWartawan BBC Indonesia 15 Juni 2015 Pemunculan istilah Islam Nusantara yang diklaim sebagai ciri khas Islam di Indonesia yang mengedepankan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS Mekanisme PAW Anggota DPR/DPRD Menurut UU RI No 27 Tahun 2009 dalam Persepektif Fiqh Siyasah

BAB IV ANALISIS Mekanisme PAW Anggota DPR/DPRD Menurut UU RI No 27 Tahun 2009 dalam Persepektif Fiqh Siyasah BAB IV ANALISIS Mekanisme PAW Anggota DPR/DPRD Menurut UU RI No 27 Tahun 2009 dalam Persepektif Fiqh Siyasah A. Analisis Fiqh Siyasah Terhadap Syarat PAW DPR/DPRD 1. Sejarah dalam Islam, pemecatan bisa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER l Edisi 001, Oktober 2011 Edisi 001, Oktober 2011 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER Ihsan Ali Fauzi 1 Edisi 001, Oktober 2011 Informasi Buku: Abdullahi Ahmed An- Na`im,

Lebih terperinci

Perjuangan menegakkan khilafah di Indonesia beresonansi ke seluruh dunia.

Perjuangan menegakkan khilafah di Indonesia beresonansi ke seluruh dunia. Perjuangan menegakkan khilafah di Indonesia beresonansi ke seluruh dunia. Dakwah syariah dan khilafah telah mengglobal. Seruan perjuangannya menyelusup ke seluruh pelosok dunia dengan berbagai dinamikanya.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

INTISARI. Judul Skripsi : Politik Keterbukaan Arab Saudi Dibawah Kepemimpinan. RajaAbdullah Bin Abdul Aziz Sejak Tahun 2005

INTISARI. Judul Skripsi : Politik Keterbukaan Arab Saudi Dibawah Kepemimpinan. RajaAbdullah Bin Abdul Aziz Sejak Tahun 2005 INTISARI Nama : Lintar Setyanto NIM : 151090234 Judul Skripsi : Politik Keterbukaan Arab Saudi Dibawah Kepemimpinan RajaAbdullah Bin Abdul Aziz Sejak Tahun 2005 Arab Saudi merupakan salah satu negara di

Lebih terperinci

BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA

BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA 18 BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA A. Konsep Syura dalam Islam Kata syura berasal dari kata kerja syawara>> yusyawiru yang berarti menjelaskan, menyatakan

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN SIFATNYA DALAM PEMIKIRAN MICHEL FOUCAULT

STRUKTUR DAN SIFATNYA DALAM PEMIKIRAN MICHEL FOUCAULT STRUKTUR DAN SIFATNYA DALAM PEMIKIRAN MICHEL FOUCAULT oleh Suma Riella Rusdiarti 1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Pendahuluan Michel Foucault adalah salah satu filsuf penting abad ke-20 yang pemikirannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun kedatangan Islam di Indonesia telah dimulai pada abad 7 Masehi, namun

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun kedatangan Islam di Indonesia telah dimulai pada abad 7 Masehi, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam merupakan salah satu agama yang paling pesat perkembangannya pada abad ini. Berawal dari sebuah wilayah yang kecil di Jazirah Arab, Islam muncul dan berkembang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Teks critical Linguistik, Pesan Liberalisme situs karya Ulil

BAB V PENUTUP. 1. Teks critical Linguistik, Pesan Liberalisme situs  karya Ulil BAB V PENUTUP A. Simpulan 1. Teks critical Linguistik, Pesan Liberalisme situs www.islamlib.com karya Ulil Abshar Abdala Sebuah kesempatan yang berharga bagi peneliti dalam mempelajari pesan- pesan liberalisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bernegara. Kepercayaan agama tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Penduduk muslimnya berjumlah 209.120.000 orang atau 13% dari jumlah penduduk Muslim

Lebih terperinci

Oleh: Hafidz Abdurrahman, Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI

Oleh: Hafidz Abdurrahman, Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI Oleh: Hafidz Abdurrahman, Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI Split of power(pemisahan kekuasaan) yang digagas oleh Montesque berangkat dari fakta, bahwa ketika kekuasaan itu terpusat pada satu orang, maka cenderung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 102 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan studi analisis pemikiran Imam Syafi i tentang kehujjahan hadis dalam kitab Ar-Risālah dapat ditarik kesimpulan menjadi beberapa point. Pertama, Hadis wajib

Lebih terperinci

Karenanya parpol Islam bukanlah parpol terbuka dan menganut paham pluralisme.

Karenanya parpol Islam bukanlah parpol terbuka dan menganut paham pluralisme. Karenanya parpol Islam bukanlah parpol terbuka dan menganut paham pluralisme. Mantan Wakil Presiden RI beberapa waktu lalu mengatakan bahwa saat ini tidak ada bedanya antara partai politik nasionalis sekuler

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1998), pendekatan merupakan suatu usaha/ proses yang dilakukan dalam rangka

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Bab I Pendahuluan. 10. Bab II Pengertian Manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama ah Salaf.. 19

DAFTAR ISI. Bab I Pendahuluan. 10. Bab II Pengertian Manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama ah Salaf.. 19 DAFTAR ISI Daftar Isi.. 5 Kata Pengantar... 7 Bab I Pendahuluan. 10 Bab II Pengertian Manhaj Salaf... 15 2.1. Ahlussunnah wal Jama ah.... 15 2.2. Salaf.. 19 Bab III Salafi dan Wahabisme.. 22 3.1. Sejarah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini berusaha melihat bagaimana konstruksi dalam film Samin VS Semen dan film Sikep Samin Semen bekerja. Konstruksi ini dilihat melalui konsep yang ada di dalam film

Lebih terperinci

Orang Kristen yang membunuh kaum Muslim jauh lebih sadis tidak pernah sedikit pun dibilang sebagai teroris.

Orang Kristen yang membunuh kaum Muslim jauh lebih sadis tidak pernah sedikit pun dibilang sebagai teroris. Orang Kristen yang membunuh kaum Muslim jauh lebih sadis tidak pernah sedikit pun dibilang sebagai teroris. Tidak pernah ada cerita orang Kristen disebut teroris, meski tindakannya sama persis dengan teroris.

Lebih terperinci

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH l Edisi 048, Februari 2012 P r o j e c t SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH i t a i g k a a n D Sulfikar Amir Edisi 048, Februari 2012 1 Edisi 048, Februari 2012 Sains, Islam, dan Revolusi Ilmiah Tulisan

Lebih terperinci

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan:

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan: Atika Puspita Marzaman Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa HEPTAcentrum Press Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa Oleh: Atika Puspita Marzaman Copyright 2011 by Atika Puspita

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FIKIH SIYASAH TERHADAP PELAKSANAAN PERGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW) ANGGOTA DPRD FKB PEMKOT MOJOKERTO PERIODE

BAB IV ANALISIS FIKIH SIYASAH TERHADAP PELAKSANAAN PERGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW) ANGGOTA DPRD FKB PEMKOT MOJOKERTO PERIODE BAB IV ANALISIS FIKIH SIYASAH TERHADAP PELAKSANAAN PERGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW) ANGGOTA DPRD FKB PEMKOT MOJOKERTO PERIODE 2004-2009 A. Tinjauan Fikih Siyasah terhadap Mekanisme, Prosedur dan Alasan-alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat membimbing para sahabat dalam membukukan hadis. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia Yang berhak membuat hukum hanyalah Allah SWT. Namun masih saja ada kaum Muslim yang turut dalam Pemilu legislatif (DPR/DPRD) dengan berdalih dalam

Lebih terperinci

RECOGNIZING PLURALISM: ISLAM AND LIBERAL DEMOCRACY

RECOGNIZING PLURALISM: ISLAM AND LIBERAL DEMOCRACY Edisi 036, esember 2011 RECOGNIZING PLURALISM: ISLAM AN LIBERAL EMOCRACY Laith Kubba Islam dan emokrasi Liberal Review Paper oleh Ali Munhanif 1 Edisi 036, esember 2011 Sumber Paper: Laith Kubba, Recognizing

Lebih terperinci

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C.

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C. Islam dan Demokrasi Disusun oleh : AL-RHAZALI 07230054 MITRA ANUGRAH F 07230068 FEBRIAN DELI 201010050311070 NOVELIAWATI C. 201010050311085 MUSLIM DEMOKRAT Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci