Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013
|
|
- Doddy Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KOMPOSISI IKAN HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DI BAGIAN HULU SUNGAI KUMBE, KABUPATEN MERAUKE, PAPUA MD-11 Agus Arifin Sentosa* dan Hendra Satria Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan * Abstrak Sungai Kumbe merupakan salah satu sungai di wilayah Kabupaten Merauke, Papua yang termasuk ke dalam wilayah sungai Einlanden-Digul-Bikuma. Karakteristik Sungai Kumbe di bagian hulu didominasi oleh rawa-rawa dengan tumbuhan air yang padat. Aktivitas penangkapan ikan dengan target tangkapan arwana irian (Scleropages jardinii) banyak dilakukan masyarakat di bagian hulu sungai tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi ikan hasil tangkapan jaring insang di bagian hulu Sungai Kumbe. Percobaan penangkapan dengan jaring insang percobaan bermata jaring 3,0; 3,5; dan 4,0 inci dilakukan pada bulan Januari dan Oktober 2012 di daerah Kaiza yang berada di bagian hulu Sungai Kumbe. Data ikan hasil tangkapan dicatat ukuran panjang dan beratnya serta dianalisis menggunakan indeks relatif penting (IRI), keragaman (H ) dan dominansi (D). Hasil menunjukkan sebanyak 14 jenis ikan berhasil tertangkap. Ikan yang dominan tertangkap adalah ikan tulang (Nematalosa flyensis) dengan IRI 31,11%, diikuti oleh ikan sembilang (Neosilurus sp.) dengan IRI 28,40% dan ikan kakap rawa (Lates calcarifer) dengan IRI 11,60%. Nilai H ikan hasil tangkapan di Sungai Kumbe bagian hulu berkisar antara 0,843 2,224 dengan nilai D berkisar antara 0,115 0,633. Kata kunci: komposisi, ikan tangkapan, Sungai Kumbe bagian hulu Pengantar Provinsi Papua merupakan provinsi paling timur Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara Papua New Guinea (PNG) dan berada di bagian barat pulau besar Nugini. Wilayah tersebut berada di kawasan Melanesia yang dicirikan oleh tingkat keendemikan organisme yang tinggi (Kartikasari et al., 2012). Menurut Allen (1991), Papua atau Nugini merupakan salah satu kawasan yang memiliki keanekaragaman yang tinggi untuk ikan laut, namun jenis ikan air tawar hanya sekitar 400 jenis. Walaupun demikian, ikan air tawar di Papua sangat luar biasa dan perlu mendapat perhatian khusus mengingat masih kurangnya penelitian mengenai hal tersebut (Rahardjo et al., 2011). Beberapa publikasi yang mendeskripsikan ikan air tawar di Papua yang utama adalah Allen (1991;1996), Allen et al. (2000) dan Allen & Renyaan (2000). Jenis ikan air tawar yang ada di Papua bagian selatan sangat berbeda dengan bagian utara terkait dengan biogeografinya yang kompleks dan terisolasinya tempat sehingga menyebabkan tingginya spesiasi (Binur, 2010). Wilayah Papua bagian selatan umumnya termasuk dalam kategori dataran rendah pesisir dalam hal wilayah keendemikan biota perairan tawar di Nugini (Kartikasari et al., 2012). Salah satu wilayah di Papua bagian selatan adalah Kabupaten Merauke yang sebagian besar wilayahnya memiliki topografi datar dan berawa karena berada pada kawasan dataran rendah Trans- Fly (Trans-Fly Coastal Lowlands) dengan daerah lahan basah yang luas berupa rawa banjiran dari sungai-sungai besar yang mengalir di dalamnya (Polhemus & Allen, 2007). Beberapa sungai besar yang mengalir di Kabupaten Merauke seperti Sungai Bian, Sungai Digul, Sungai Kumbe, Sungai Maro dan Sungai Buraka merupakan wilayah yang potensial sebagai daerah penangkapan ikan air tawar. Sungai Kumbe dengan panjang aliran 300,42 km merupakan salah satu sungai di wilayah Kabupaten Merauke, Papua yang termasuk ke dalam wilayah sungai Einlanden-Digul-Bikuma (Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum, 2008). Karakteristik Sungai Kumbe di bagian hulu didominasi oleh daerah rawa banjiran dengan arus sungai yang lambat sehingga banyak tumbuhan air yang juga merupakan habitat bagi ikan-ikan sungai, terutama ikan arwana irian atau Saratoga (Scleropages jardinii) yang merupakan ikan asli di Sungai Kumbe. Kondisi DAS Kumbe secara keseluruhan masih alami dengan bentang alam berupa perpaduan antara hutan rawa dan hutan monsoon tropika (Djohan, 2008). Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan D (MD-11) 1
2 Aktivitas penangkapan ikan di Sungai Kumbe banyak dilakukan oleh masyarakat di bagian hulu sungai tersebut dengan target tangkapan arwana irian (Scleropages jardinii) dan beberapa jenis ikan lainnya. Umumnya penangkapan ikan di sungai dilakukan untuk tujuan konsumsi dan beberapa untuk diperdagangkan (Kartikasari et al., 2012), namun informasi mengenai pemanenan jenis-jenis ikan di Sungai Kumbe secara khusus, dan di Merauke secara umum masih relatif terbatas. Warsa & Satria (2007) dan Warsa et al. (2007) pernah menginformasikan komposisi jenis ikan di Sungai Maro dan Binur (2010) di daerah lahan basah Kaliki, Merauke. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi ikan hasil tangkapan jaring insang di bagian hulu Sungai Kumbe, Merauke, Papua. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi informasi mengenai jenis-jenis ikan di Merauke, Papua yang maish belum banyak dipublikasikan dan sebagai masukan dalam pengelolaan sumber daya ikan di Kabupaten Merauke, terutama untuk pengembangan konservasi komunitas ikan yang ada di kawasan tersebut. Bahan dan Metode Penelitian dilakukan di daerah hulu Sungai Kumbe pada bulan Januari dan Oktober Lokasi bagian hulu tersebut berada di daerah Rawa Kaiza, Rawa Mahayulumb, Rawa Ifu dan Abahim yang terletak di Kampung Kaiza, Distrik Animha, Kabupaten Merauke (Gambar 1). Gambar 1. Peta lokasi penelitian di bagian hulu Sungai Kumbe, Merauke Contoh ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari hasil tangkapan jaring insang percobaan yang target utamanya adalah ikan arwana irian (Scleropages jardinii) dengan ukuran mata jaring 3,0; 3,5 dan 4,0 inchi yang dipasang pada daerah yang telah ditentukan. Identifikasi jenis ikan dilakukan berdasarkan Allen (1991) dan Allen et al. (2000) yang kemudian dicek silang dengan data menurut Fishbase (Froese & Pauly, 2011). Pengukuran panjang dan penimbangan bobot tubuh dilakukan pada masing-masing ikan yang tertangkap. Jenis-jenis ikan yang belum teridentifikasi kemudian diawetkan menggunakan formalin 10% sebagai spesimen untuk keperluan identikasi lebih lanjut di laboratorium. Analisis data yang dilakukan meliputi penggunaan indeks relatif penting (IRI), indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H ) dan indeks dominansi (D) dan dengan rumus sebagai berikut (Jutagate et al., 2005; Odum, 1993; Fachrul, 2008): Indeks relatif penting (IRI): 2 Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan D (MD-11)
3 Keterangan: IRI = indeks relatif penting spesies ikan ke i %W = persentase berat dari spesies ke i dalam total tangkapan %N = persentase jumlah dari spesies ke i dalam total tangkapan %F = frekwensi kehadiran spesies ke i dalam total tangkapan s ni ni Indeks keanekaragaman: H ' ( )(ln( )) N N Indeks dominansi: Keterangan: H D n i D ( ) N 2 n 1 = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener = indeks dominansi Simpson n i N s = proporsi jumlah individu jenis ke-i dan jumlah seluruh individu = Jumlah spesies Hasil dan Pembahasan Ikan hasil tangkapan jaring insang percobaan di bagian hulu Sungai Kumbe adalah sebanyak 127 ekor yang terdiri dari 14 jenis ikan sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Komposisi jenis ikan yang tertangkap di lokasi tersebut didominasi oleh ikan-ikan berukuran panjang dan berat yang relatif lebih besar. Hal tersebut terkait dengan selektifitas alat tangkap yang digunakan yang memiliki ukuran mata jaring yang relatif lebih besar sehingga ikan-ikan yang berukuran lebih kecil. Jaring insang percobaan tersebut target utamanya adalah ikan arwana irian (Scleropages jardinii) sehingga ikanikan yang tertangkap selain arwana irian dapat dianggap sebagai hasil tangkapan sampingan. Tabel 1. Komposisi ikan hasil tangkapan jaring insang percobaan di bagian hulu Sungai Kumbe, Merauke, Papua Kisaran Ukuran No. Nama Ikan Nama Ilmiah Panjang Total (cm) Berat Tubuh (g) N W F %IRI 1 Tulang Nematalosa flyensis 25-31, ,11 2 Sembilang Neosilurus sp , ,40 3 Kakap Rawa Lates calcarifer 34-63, ,60 4 Nila* Oreochromis niloticus 17-29, ,59 5 Gabus toraja* Channa striata 37,5-50, ,01 6 Sumpit Toxotes chatareus 20, ,92 7 Duri Arius sp ,79 8 Mata bulan Megalops cyprinoides 28, ,74 9 Arwana Irian Scleropages jardinii ,97 10 Kaca Parambassis gulliveri 20,5-26, ,55 11 Bulanak Mugil sp. 39, ,89 12 Duri putih Cinetodus sp. 48, ,86 13 Tulang Tali Nematalosa sp ,30 14 Betok* Anabas sp ,26 Jumlah Keterangan: tanda * menunjukkan ikan introduksi Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan D (MD-11) 3
4 Gambar 2. Komposisi ikan hasil tangkapan berdasarkan jumlah (A) dan biomassa (B) Berdasarkan jumlah individu ikan yang tertangkap, Nematalosa flyensis merupakan ikan yang paling banyak tertangkap (43,31%) diikuti oleh Neosilurus sp. (19,69%) dan Oreochromis niloticus (9,45%) (Gambar 2), namun berdasarkan beratnya justru Neosilurus sp. yang memiliki biomassa tangkap terbesar (33,99%), diikuti oleh Lates calcarifer (17,98%) dan Nematalosa flyensis (15,48%). Perbedaan tersebut bisa terjadi dikarenakan karakteristik morfologi ikan yang tertangkap. Ikan kakap rawa walaupun jumlah tangkapannya sedikit, namun dengan ukuran tubuhnya relatif cukup besar dapat meningkatkan biomassa tangkapan. Ikan hasil tangkapan menggunakan jaring insang percobaan di bagian hulu Sungai Kumbe berdasarkan indeks relatif penting (IRI) memperlihatkan bahwa ikan tulang (31,11%), sembilang (28,40%) dan kakap rawa (11,60%) mempunyai nilai IRI yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan jenis ikan lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketiga ikan tersebut merupakan ikan yang dominan tertangkap baik dari segi berat, jumlah individu dan frekuensi tertangkapnya. Tabel 2. Indeks keanekaragaman dan dominansi ikan di lokasi survei Lokasi S N H' D Rawa Mahayulum ,050 0,517 Rawa Kaiza ,224 0,115 Ifu ,493 0,347 Abahim ,843 0,633 Keterangan: S = jumlah jenis; N = jumlah total ikan; H = indeks keanekaragaman; D = indeks dominansi Indeks keanekaragaman dan dominansi ikan di empat lokasi survei di bagian hulu Sungai Kumbe disajikan pada Tabel 2. Nilai H ikan-ikan hasil tangkapan di Sungai Kumbe bagian hulu berkisar antara 0,843 2,224 dengan nilai D berkisar antara 0,115 0,633.Berdasarkan kriteria indeks ekologi menurut McDonald (2003) dan Fachrul (2008), lokasi Rawa Kaiza memiliki tingkat keanekaragaman sedang (1,5<H <3,5) dengan dominansi rendah sehingga struktur komunitas relatif stabil, sedangkan daerah Rawa Mahayulumb, Ifu dan Abahim memiliki keanekaragaman yang rendah (H <1,5)dengan dominansi spesies sedang.nilai H relatif hampir sama dengan penelitian Binur (2010) di Rawa Kaliki, Merauke dengan nilai H berkisar antara 1,411 1,950. Keempat lokasi yang diamati saling terhubung satu sama lain sehingga ikan-ikan dari satu lokasi dapat berpindah ke lokasi lainnya untuk mencari makan, bereproduksi atau berlindung dari pemangsa karena masih dalam satu kawasan bagian hulu Sungai Kumbe. Nilai indeks ekologi tersebut dapat berubah tergantung musim dan karakteristik habitat yang berbeda. Namun, mengingat kondisi habitat dan lingkungan di bagian hulu Sungai Kumbe relatif homogen dan masih alami, maka komunitas ikan di kawasan tersebut masih memiliki kelentingan ekologi yang relatif tinggi. Nilai indeks keanekaragaman yang dihitung tersebut hanya menggambarkan komunitas ikan-ikan yang berukuran relatif besar karena alat tangkap yang digunakan bersifat selektif dengan target ikan arwana irian. Diduga ikan-ikan yang berukuran relatif lebih kecil tidak tertangkap sehingga diperlukan 4 Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan D (MD-11)
5 penelitian lanjutan untuk mengkaji keanekaragaman ikan di bagian hulu Sungai Kumbe secara menyeluruh. Salah satu ikan-ikan kecil yang kemungkinan tidak tertangkap selama survei adalah ikan-ikan dari famili Melanotaeniidae (ikan pelangi) yang endemik di Papua yang persebarannya diketahui terbatas pada danau yang terisolasi atau bagian kecil suatu sistem sungai (Kartikasari et al., 2012). Penelitian Binur (2010) memperoleh beberapa ikan-ikan Melanotaeniidae namun tidak memperoleh beberapa ikan-ikan berukuran besar yang diperoleh pada penelitian ini karena perbedaan metode dan alat tangkap yang digunakan. Selain itu, bisa jadi juga dipengaruhi olehterbatasnya daerah survei, tutupan vegetasi rawa yang lebat, pengaruh musim, perubahan habitat, pengaruh ikan introduksi yang berkembang pesat. Secara umum, ikan-ikan yang tertangkap di bagian hulu Sungai Kumbe dengan jaring insang percobaan 78,57% merupakan ikan asli Papua yang merupakan bagian dari distribusi ikan-ikan paparan Sahul (Rahardjo et al., 2011). Beberapa ikan-ikan dari famili Clupeidae (ikan tulang dan tulang tali), Ariidae (ikan duri), Latidae (ikan kakap rawa), Megalopidae (ikan mata bulan), dan Mugilidae (ikan bulanak) diperkirakan merupakan ikan-ikan dari divisi kedua yang sejarahnya dahulu berasal dari laut. Bahkan ikan arwana irian (Scleropages jardinii) yang endemik di Nugini juga diduga termasuk dalam ikan-ikan divisi kedua yang berasal dari dataran Australia. S. jardinii sendiri merupakan anggota dari suku primitif Osteoglossidae. Memang Kartikasari et al. (2012) menginformasikan bahwa persebaran ikan-ikan air tawar di Papua terkait erat dengan sejarah geologi pulau Nugini sendiri yang dahulu bergabung dengan daratan Australia. Polhemus & Allen (2007) menyebutkan bahwa wilayah selatan Nugini termasuk Merauke memiliki suku-suku ikan yang endemik dan 34 jenis ikan di Merauke juga terdapat di Australia bagian utara. Beberapa jenis ikan yang tertangkap di bagian hulu Sungai Kumbe, terutama dari famili Cichlidae seperti nila, Anabantidae (betok) serta Chanidae (gabus toraja) merupakan jenis ikan-ikan introduksi di kawasan Nugini, khususnya Merauke sejalan dengan laporan Allen (1991).Diduga ikan-ikan introduksi tersebut masuk dibawa oleh para transmigran di Papua dan beberapa jenis telah bersifat invasif yang merugikan (Kartikasari et al., 2012). Wargasasmita (2005) menyatakan bahwa kehadiran ikan introduksi di perairan umum umumnya bersifat merugikan karena dikhawatirkan akan mengancam keberadaan ikan asli. Allen et al. (2000) menyebutkan bahwa ikan-ikan introduksi cenderung berkompetisi dalam hal habitat dan makanan, dan bahkan menjadi predator bagi anakan atau juvenil ikan asli. Binur (2010) menyatakan bahwa ikan-ikan asli di Merauke relatif berukuran kecil ( mm panjang baku) dan kemungkinan besar akan kalah bersaing dan menjadi mangsa bagi jenis ikan introduksi yang relatif berukuran lebih besar( mm panjang baku). Berdasarkan IRI masing-masing ikan yang tertangkap, diketahui bahwa IRI ikan introduksi seperti Oreochromis niloticus (7,59%), Channa striata (5,01%) dan Anabas sp. (0,26%) memang masih relatif belum mendominasi, namun suatu saat bisa jadi apabila populasinya tidak dikendalikan, maka populasi ikan-ikan introduksi tersebut akan dapat menggeser ikan-ikan asli di bagian hulu Sungai Kumbe. Beruntung masyarakat setempat telah memanfaatkan ikan-ikan introduksi tersebut sebagai target tangkapan, terutama untuk konsumsi sehingga aktivitas tersebut secara tidak langsung juga turut mengontrol perkembangan populasinya di alam agar tidak menjadi bersifat invasif. Kesimpulan Komposisi hasil tangkapan ikan di bagian hulu Sungai Kumbe, Merauke masih didominasi oleh ikanikan asli (78,57%)dan sisanya merupakan ikan introduksi. Kelimpahan relatif tertinggi berdasarkan IRI dimiliki olehnematalosa flyensis(31,11%), Neosilurus sp. (28,40%) dan Lates calcarifer (11,60%). Keanekaragaman jenis ikan dan dominansi spesies berkisar dari rendah hingga sedang (H : 0,843 2,224 dan D: 0,115 0,633). Ucapan Terima Kasih Tulisan ini merupakan bagian dari kegiatan penelitian Pengkajian Stok dan Karakteristik Habitat untuk Pelestarian Ikan Arwana Irian (Scleropages jardinii) di Sungai Kumbe, Kabupaten Merauke, Papua, Tahun Anggaran 2012 di Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan. Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan D (MD-11) 5
6 Daftar Pustaka Allen, G.R Field Guide to the Freshwater Fishes of New Guinea. Christensen Research Institute, Madang - Papua New Guinea. 268 p. Allen, G.R Freshwater Fishes of Irian Jaya. In: Kitchner, D.J. & A. Suyanto (eds). Proceeding of the First International Conference on Eastern Indonesia-Australian Vertebrate Fauna. Manado, Indonesia November p Allen, G.R. & S.J. Renyaan Fishes of the Wapoga River System, northwestern Irian Jaya, Indonesia. In: Mack, A.L. & L.E. Alonso (eds). A Biological Assessment of the Wapoga River Area of Northwestern Irian Jaya, Indonesia. RAP Bulletin of Biological Assessment 9, Conservation International, Washington D.C. p Allen, G.R., K.G. Hortle & S.J. Renyaan Freshwater Fishes of the Timika Region New Guinea. PT Freeport Indonesian Company, Timika. 175 p. Binur, R Komposisi Jenis Ikan Air Tawar di Daerah Lahan Basah Kaliki, Merauke Papua. Jurnal Iktiologi Indonesia 10 (2): Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum Profil Balai Wilayah Sungai Papua. profilebalaipapua_baru.pdf. Diakses tanggal 23 Februari Djohan, T.S Ekologi Daerah Aliran Sungai Bian-Kumbe: Perspektif Tata Ruang Kabupaten Merauke. Makalah Seminar Sehari: Tinjauan Kritis dan Efektif Pemanfaatan Ruang dalam Pendekatan Pola dan Fungsi Ruang di Kabupaten Merauke tanggal 15 November 2008 yang diselenggarakan oleh Forum DAS BIKUMA dan WWF Indonesia berkoordinasi dengan BAPPEDA Kabupaten Merauke. 10 p. Fachrul, M.F Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara, Jakarta. 198p. Froese, R. & D. Pauly (eds) FishBase. World Wide Web electronic publication. version (12/2011). Jutagate, T., C. Krudpan, P. Ngamsnae, T. Lamkom & K. Payooha Changes in the fish Catches During a Trial Opening of Sluice Gates on a Run-of-the River Reservoir in Thailand. Fisheries Management and Ecology 12: Kartikasari, S.N., A.J. Marshall & B.M. Beehler (eds) Ekologi Papua. Seri Ekologi Indonesia, Jilid VI. Yayasan Obor Indonesia dan Conservation International, Jakarta. 982 p. McDonald, G Biogeography: Space, Time and Life. John Wiley & Sons Inc., New York. 409 p. Odum, E.P Dasar-Dasar Ekologi. Alih Bahasa: Samingan, T. Edisi Ketiga. Gadjah Mada Univesity Press. Yogyakarta. 697p. Polhemus, D.A. & G.R. Allen Freshwater Biogeography of Papua. In Marshall, A.J. & B.M. Beehler (eds.). The Ecology of Papua Part I. Periplus Edition, Singapore. p Rahardjo, M.F., D.S. Sjafei, R. Affandi, Sulistiono & J. Hutabarat Iktiology. Lubuk Agung, Bandung. 396 p. Wargasasmita, S Ancaman Invasi Ikan Asing Terhadap Keanekaragaman Ikan Asli. Jurnal Iktiologi Indonesia Vol. 5 No. 1: Warsa, A. & H. Satria Potensi Beberapa Jenis Ikan Eksotik Sungai Maro, Merauke Sebagai Ikan Hias. In: Azwar, Z.I., D. Satyani & I. Insan (eds). Ikan Hias Nusantara. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. p Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan D (MD-11)
7 Warsa, A., L.P. Astuti & H. Satria Sungai Maro: Salah Satu Sumber Plasma Nutfah Jenis Ikan Asli Papua. BAWAL, 1(5): Tanya Jawab Penanya : Diniyah Pertanyaan : Dari manakah ikan hasil tangkapan yang berupa ikan-ikan introduksi tersebut berasal? Bagaimana perkiraan keadaan anakan ikan arwana kedepannya? Jawaba : Keberadaan ikan introduksi tersebut persebarannya diperkirakan terkait dengan sejarah geografi Indonesia, diketahui bahwa Papua Nugini berada pada paparan Sahul. Keberadaan ikan introduksi dikhawatirkan akan mengalami perkembangbiakan dan membahayakan ikan endemik (arwana). Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perikanan D (MD-11) 7
KEBIASAAN MAKAN BEBERAPA JENIS IKAN YANG TERTANGKAP DI RAWA KAIZA SUNGAI KUMBE KABUPATEN MERAUKE, PAPUA. Agus Arifin Sentosa dan Hendra Satria
Sentosa & LIMNOTEK Satria / LIMNOTEK (2015) 22 2015 (1) : 32 22 (1) 41 : 32 41 KEBIASAAN MAKAN BEBERAPA JENIS IKAN YANG TERTANGKAP DI RAWA KAIZA SUNGAI KUMBE KABUPATEN MERAUKE, PAPUA Agus Arifin Sentosa
Lebih terperinciKELIMPAHAN STOK IKAN ARWANA PAPUA (Scleropages jardinii Saville-Kent, 1892) DI SUNGAI KUMBE, KABUPATEN MERAUKE, PAPUA
Kelimpahan Stok Ikan Arwana Papua di Sungai Kumbe, Kabupaten Merauke, Papua (A.R. Sentosa., et al) KELIMPAHAN STOK IKAN ARWANA PAPUA (Scleropages jardinii Saville-Kent, 1892) DI SUNGAI KUMBE, KABUPATEN
Lebih terperinciSUNGAI MARO: SALAH SATU SUMBER PLASMA NUTFAH JENIS IKAN ASLI PAPUA
SUNGAI MARO: SALAH SATU SUMBER PLASMA NUTFAH JENIS IKAN ASLI PAPUA Andri Warsa 1), Lismining Pujiyani Astuti 1), dan Hendra Satria 1) *) Peneliti pada Loka Riset Pemacuan Stok Ikan, Jatiluhur-Purwakarta
Lebih terperinciPERIKANAN ARWANA PAPUA (Scleropages jardinii Saville-Kent, 1892) DI DISTRIK KIMAAM, PULAU DOLAK, KABUPATEN MERAUKE, PAPUA
PERIKANAN ARWANA PAPUA (Scleropages jardinii Saville-Kent, 1892) DI DISTRIK KIMAAM, PULAU DOLAK, KABUPATEN MERAUKE, PAPUA PI - 02 Agus A. Sentosa* dan Hendra Satria Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi
Lebih terperinciIVENTARISASI SPESIES IKAN YANG BERPOTENSI DIJADIKAN IKAN HIAS DI RAWA BIRU TAMAN NASIONAL WASUR KABUPATEN MERAUKE
Agricola, Vol 6 (2), September 2016, 103-110 p-issn: 2088-1673., e-issn 2354-7731 IVENTARISASI SPESIES IKAN YANG BERPOTENSI DIJADIKAN IKAN HIAS DI RAWA BIRU TAMAN NASIONAL WASUR KABUPATEN MERAUKE Norce
Lebih terperinciKOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SUNGAI SERAYU BAGIAN HILIR, JAWA TENGAH
KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SUNGAI SERAYU BAGIAN HILIR, JAWA TENGAH Soleh Romdhon, Sumindar dan Henra Kuslani Teknisi Balai Penelitian Pemulihan Konservasi dan Sumber Daya Ikan-Jatiluhur Teregistrasi
Lebih terperinciPENANGKAPAN IKAN DI SUNGAI MARO, MERAUKE
Penangkapan Ikan di Sungai Maro, Merauke (Sugianti, Y. & Satria, H.) PENANGKAPAN IKAN DI SUNGAI MARO, MERAUKE Yayuk Sugianti 1) dan Hendra Satria 1) 1) Peneliti pada Loka Riset Pemacuan Stok Ikan, JatiluhurPurwakarta
Lebih terperinciKeanekaragaman sumber daya ikan di Kolong - Bendungan Simpur Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung
Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Keanekaragaman sumber daya ikan di Kolong - Bendungan Simpur Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung Andi Gustomi 1*, Sulistiono 2, Yon Vitner 2 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinciKeanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak
Vol. 2 (1): 1 6 Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Gustap Baloari 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas
Lebih terperinciDANAU YAMUR. Gambar 1. Peta lokasi Danau Yamur. Foto atas kanan: Citra satelit. Gambar bawah: Peta Danau Yamur dari Boeseman (1963)
DANAU YAMUR Danau Yamur terdapat di bagian penyempitan leher Jazirah Kepala Burung (vogelkop) di Pulau Papua, yang berada di antara Teluk Cenderawasih di utara, dan Laut Afafura di Selatan. Danau ini berada
Lebih terperinciIKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN
Ikan Dui Dui... di Danau Towuti Sulawesi Selatan (Makmur, S., et al.) IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN Safran Makmur 1), Husnah 1), dan Samuel 1) 1)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel yaitu dengan pengamatan secara langsung. Perameter yang diukur dalam penelitian adalah
Lebih terperinciSTRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA
STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA YUSTIN DUWIRI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Danau Limboto merupakan danau yang berada di Kabupaten Gorontalo,
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Danau Limboto merupakan danau yang berada di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo dengan luas wilayah perairannya mencapai 3000 ha, pada
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
15 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di muara Sungai Citepus, Kecamatan Palabuhanratu dan muara Sungai Sukawayana, Kecamatan Cikakak, Teluk Palabuhanratu, Kabupaten
Lebih terperinciPOTENSI JENIS-JENIS IKAN AIR TAWAR KONSUMSI MASYARAKAT ALIRAN SUNGAI DIGOEL, KABUPATEN BOVEN DIGOEL, PAPUA, DAN BEBERAPA LANGKAH PENGELOLAANNYA
POTENSI JENIS-JENIS IKAN AIR TAWAR KONSUMSI MASYARAKAT ALIRAN SUNGAI DIGOEL, KABUPATEN BOVEN DIGOEL, PAPUA, DAN BEBERAPA LANGKAH PENGELOLAANNYA Lexy K. Rarung *) dan Silvester B. Pratasik **) *) Staf Pengajar
Lebih terperinciStruktur komunitas ikan di perairan Rawa Aopa Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara
Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 3(1): 75-81 Struktur komunitas ikan di perairan Rawa Aopa Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara [The Structure Community Fish in Rawa
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Semak Daun merupakan salah satu pulau yang berada di Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Pulau ini memiliki daratan seluas 0,5 ha yang dikelilingi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati nomor dua di dunia yang memiliki keanekaragaman flora, fauna, dan berbagai kekayaan alam lainnnya yang tersebar
Lebih terperinciANALISIS HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN HIMMEN (Glossogobius sp) DI DANAU SENTANI KABUPATEN JAYAPURA ABSTRAK
ANALISIS HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN HIMMEN (Glossogobius sp) DI DANAU SENTANI KABUPATEN JAYAPURA Annita Sari 1 1 Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Uniyap ABSTRAK Ikan
Lebih terperinciJ U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN:
JURNAL METAMORFOSA III (2): 82-85 (2016) J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN: 2302-5697 http://ojs.unud.ac.id/index.php/metamorfosa STRUKTUR KOMUNITAS IKAN PADA LUBUK
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Gambar 3). 3.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tahapan-tahapan pelaksanaan
Lebih terperincimemiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelecypoda merupakan biota bentik yang digunakan sebagai indikator biologi perairan karena hidupnya relatif menetap (sedentery) dengan daur hidup yang relatif lama,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda tanah
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang dan asosiasi biota penghuninya secara biologi, sosial ekonomi, keilmuan dan keindahan, nilainya telah diakui secara luas (Smith 1978; Salm & Kenchington
Lebih terperinciKAJIAN BIOLOGI IKAN TEMBAKANG (Helostoma temminckii) DI RAWA BAWANG JUYEUW KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT ABSTRAK
e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 2 Februari 2015 ISSN: 2302-3600 Komunikasi Ringkas KAJIAN BIOLOGI IKAN TEMBAKANG (Helostoma temminckii) DI RAWA BAWANG JUYEUW KABUPATEN TULANG
Lebih terperinciSTUDI POPULASI IKAN KALOSO (Scleropages jardinii) DI RAWA POMO KECAMATAN CITAK MITAK, KABUPATEN MERAUKE, PAPUA
STUDI POPULASI IKAN KALOSO (Scleropages jardinii) DI RAWA POMO KECAMATAN CITAK MITAK, KABUPATEN MERAUKE, PAPUA [A study on bony tongue/kaloso fish (Scleropages jardinii) population in Rawa Pomo, district
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN Latar Belakang Ekosistem mangrove tergolong ekosistem yang unik. Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem dengan keanekaragaman hayati tertinggi di daerah tropis. Selain itu, mangrove
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran luas 100 km x 30 km di Sumatera Utara, Indonesia. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama
Lebih terperinciKomposisi jenis ikan air tawar di daerah lahan basah Kaliki, Merauke Papua
Jurnal Iktiologi Indonesia, 10(2):165-178 Komposisi jenis ikan air tawar di daerah lahan basah Kaliki, Merauke Papua [Freshwater fishes composition at wetland of Kaliki, Merauke Papua] Robi Binur Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan hutan di Sumatera Utara memiliki luas sekitar 3.742.120 ha atau sekitar 52,20% dari seluruh luas provinsi, luasan kawasan hutan ini sesuai dengan yang termaktub
Lebih terperinciKERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN
KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN Oleh: Dini Ayudia, M.Si. Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA & LH Lahan merupakan suatu sistem yang kompleks
Lebih terperinci6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan
6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK
KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK (Diversity Of Pitcher Plants ( Nepenthes Spp ) Forest
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan Saptosari dan desa Karangasem kecamatan Paliyan, kabupaten Gunungkidul. B. Waktu Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Ekosistem mangrove
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta pada bulan Maret 2013. Identifikasi makrozoobentos dan pengukuran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pengambilan data di lapangan dilakukan di sempadan muara Kali Lamong dan Pulau Galang, serta pengolahan
Lebih terperinciASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM
ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM Oleh : Rido Eka Putra 0910016111008 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
Lebih terperinciSTUDI KELIMPAHAN DAN JENIS MAKROBENTHOS DI SUNGAI CANGAR DESA SUMBER BRANTAS KOTA BATU. *
STUDI KELIMPAHAN DAN JENIS MAKROBENTHOS DI SUNGAI CANGAR DESA SUMBER BRANTAS KOTA BATU Hendra Febbyanto*, Bambang Irawan, Noer Moehammadi, Thin Soedarti Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perikanan pantai di Indonesia merupakan salah satu bagian dari sistem perikanan secara umum yang berkontribusi cukup besar dalam produksi perikanan selain dari perikanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai Sungai sebagai perairan umum yang berlokasi di darat dan merupakan suatu ekosistem terbuka yang berhubungan erat dengan sistem - sistem terestorial dan lentik. Jadi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu
46 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu
Lebih terperinciTEKNIK PENGUKURAN MORFOLOGI LABI LABI (Amyda cartilaginea) DI SUMATERA SELATAN
TEKNIK PENGUKURAN MORFOLOGI LABI LABI (Amyda cartilaginea) DI SUMATERA SELATAN Tri Muryanto dan Sukamto Teknisi Litkayasa pada Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan-Jatiluhur Teregistrasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai lahan basah paling luas dan mungkin paling beragam di Asia Tenggara, meliputi lahan basah alami seperti rawa,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.
17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November 2014 di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung. B. Alat dan Bahan 1. Alat dan Bahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan ini mengunakan metode petak. Metode petak merupakan metode yang paling umum
Lebih terperinciAsrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak
Pola Penyebaran dan Struktur Populasi Eboni (Diospyros celebica Bakh.) di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin, Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan Asrianny, Arghatama Djuan Laboratorium Konservasi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Waduk Cirata dengan tahap. Penelitian Tahap I merupakan penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciIndeks Keanekaragaman (H )
Indeks Keanekaragaman (H ) H = - [(ni/n) X ln (ni/n)] H : Indeks Diversitas Shannon Wiener ni : Jumlah individu dalam satu spesies N : Jumlah total individu spesies yang ditemukan Keanekaragaman mencakup
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
16 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada lima tipe habitat yaitu hutan pantai, kebun campuran tua, habitat danau, permukiman (perumahan), dan daerah perkotaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan di kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan untuk kegiatan pengamatan dan pengambilan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
21 III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksaakan di Karamba Jaring Apung (KJA) dengan mengambil lokasi di Waduk Cirata, Jawa Barat melalui 3 tahap sebagai berikut: 3.1. Penelitian Tahap I Tahap penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakter morfologi telah lama digunakan dalam biologi perikanan untuk mengukur jarak dan hubungan kekerabatan dalam pengkategorian variasi dalam taksonomi. Hal ini juga
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Perairan Teluk Jakarta merupakan sebuah teluk di perairan Laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Terletak
Lebih terperinciBiogeografi Daluga Untuk Prospek Ketahanan Pangan Nasional
Biogeografi Daluga Untuk Prospek Ketahanan Pangan Nasional Johny S. Tasirin dan Semuel P. Ratag Seminar Nasional Pertanian Pengembangan Sumber Daya Pertanian Untuk Menunjang Kemandirian Pangan Dies Natalis
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu
Lebih terperinciSTRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN
STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN Supriadi, Agus Romadhon, Akhmad Farid Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura e-mail: akhmadfarid@trunojoyo.ac.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan maritim yang sangat luas sehingga Indonesia memiliki kekayaan perikanan yang sangat kaya.pengetahuan lingkungan
Lebih terperinciBEJE SEBAGAI KOLAM PRODUKSI DILAHAN RAWA LEBAK ABSTRAK
BEJE SEBAGAI KOLAM PRODUKSI DILAHAN RAWA LEBAK Rupawan Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang ABSTRAK Beje adalah kolam yang dibuat di daerah rawa banjiran berfungsi untuk mengumpulkan dan penangkapan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman hayati yang terkandung
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2016 di Muara Sungai Nipah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/2007 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/2007 TENTANG KEADAAN KRITIS YANG MEMBAHAYAKAN ATAU DAPAT MEMBAHAYAKAN SEDIAAN IKAN, SPESIES IKAN ATAU LAHAN PEMBUDIDAYAAN MENTERI
Lebih terperinciADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada, dua per tiga wilayah Indonesia adalah kawasan perairan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah,
Lebih terperinciPEREMAJAAN IKAN YANG TERLEPAS DARI BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG DI WADUK IR. H. DJUANDA
PEREMAJAAN IKAN YANG TERLEPAS DARI BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG DI WADUK IR. H. DJUANDA Oleh : Didik Wahju Hendro Tjahjo, Mujiyanto dan Sri Endah Purnamaningtyas Loka Riset Pemacuan Stok Ikan
Lebih terperinciPENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA
825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN M
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Profil RAPD Keragaman profil penanda DNA meliputi jumlah dan ukuran fragmen DNA. Hasil amplifikasi dengan menggunakan primer OPA-02, OPC-02, OPC-05 selengkapnya
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir dan laut Indonesia merupakan wilayah dengan potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Sumberdaya pesisir berperan penting dalam mendukung pembangunan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Struktur Vegetasi Struktur vegetasi merupakan komponen penyusun vegetasi itu sendiri. Struktur vegetasi disusun oleh tumbuh-tumbuhan baik berupa pohon, pancang,
Lebih terperinciTEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH
Teknik Penangkapan Ikan Sidat..di Daerah Aliran Sungai Poso Sulawesi Tengah (Muryanto, T & D. Sumarno) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar
RESPON IKAN DEMERSAL DENGAN JENIS UMPAN BERBEDA TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA PERIKANAN RAWAI DASAR Wayan Kantun 1), Harianti 1) dan Sahrul Harijo 2) 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
12 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2011 dalam selang waktu 1 bulan sekali. Pengambilan contoh dilakukan sebanyak 5 kali (19 Maret
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran merupakan dampak negatif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang
Lebih terperinciGambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian
II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian, Deskripsi Lokasi 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semut, alkohol 70% dan gliserin. b. Alat Alat-alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang 95.181 km terdiri dari sumber daya alam laut dan pantai yang beragam. Dengan kondisi iklim dan substrat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.
25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014. Tempat penelitian berlokasi di Sungai Way Sekampung, Metro Kibang,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan ekosistem pesisir yang terdapat di sepanjang pantai tropis dan sub tropis atau muara sungai. Ekosistem ini didominasi oleh berbagai jenis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung, merupakan suatu kawasan ekosistem
Lebih terperinci3 SEBARAN SPASIAL-TEMPORAL IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO
35 3 SEBARAN SPASIAL-TEMPORAL IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO Pendahuluan Sebaran ikan T. sarasinorum di Danau Matano pertama kali dilaporkan oleh Kottelat (1991). Hingga saat ini diketahui terdapat
Lebih terperinciFLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET) DI PERAIRAN DUMAI, PROVINSI RIAU
FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET) DI PERAIRAN DUMAI, PROVINSI RIAU Helisha Damayanti 1), Arthur Brown 2), T. Ersti Yulika Sari 3) Email : helishadamayanti@gmail.com
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dunia. Frekuensi erupsi Gunungaapi Merapi yang terjadi dalam rentang waktu 2-
1 I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gunungapi Merapi merupakan salah satu gunung aktif paling aktif di dunia. Frekuensi erupsi Gunungaapi Merapi yang terjadi dalam rentang waktu 2-7 tahun sekali merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mendiskripsikan tentang keanekaragaman dan pola distribusi jenis tumbuhan paku terestrial.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat
I. PENDAHULUAN Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat dengan cara membendung aliran sungai sehingga aliran air sungai menjadi terhalang (Thohir, 1985). Wibowo (2004) menyatakan
Lebih terperinciSTRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN INTERTIDAL BUKIT PIATU KIJANG, KABUPATEN BINTAN
STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI PERAIRAN INTERTIDAL BUKIT PIATU KIJANG, KABUPATEN BINTAN Lani Puspita Dosen Tetap Prodi Pendidikan Biologi UNRIKA Batam Abstrak Makroozoobenthos adalah salah satu
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 15/MEN/2009 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 15/MEN/2009 TENTANG JENIS IKAN DAN WILAYAH PENEBARAN KEMBALI SERTA PENANGKAPAN IKAN BERBASIS BUDIDAYA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2013
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelititan Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2013 bertempat di Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Situ IPB yang terletak di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor. Situ IPB secara geografis terletak pada koordinat 106 0 34-106 0 44 BT dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia sehingga kualitas airnya harus tetap terjaga. Menurut Widianto
Lebih terperinciLIRENTA MASARI BR HALOHO C SKRIPSI
KEBIASAAN MAKANAN IKAN BETOK (Anabas testudineus) DI DAERAH RAWA BANJIRAN SUNGAI MAHAKAM, KEC. KOTA BANGUN, KAB. KUTAI KERTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LIRENTA MASARI BR HALOHO C24104034 SKRIPSI DEPARTEMEN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 65/KEP-BKIPM/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS INDIKATOR KINERJA KEGIATAN PEMETAAN SEBARAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENILITIAN. Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara,
17 BAB III METODE PENILITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, dari bulan Oktober sampai bulan Desember 2012. Lokasi penelitian bertempat di Perairan Pantai Desa Ponelo, Kecamatan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Organ reproduksi Jenis kelamin ikan ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap gonad ikan dan selanjutnya ditentukan tingkat kematangan gonad pada tiap-tiap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tengah dan selatan wilayah Tulang Bawang Provinsi Lampung (BPS Kabupaten
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Way Tulang Bawang merupakan salah satu sungai yang mengalir dari bagian tengah dan selatan wilayah Tulang Bawang Provinsi Lampung (BPS Kabupaten Tulang Bawang, 2010). Sungai
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA
KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA The Diversity Of Kantong Semar (Nepenthes spp) Protected Forest
Lebih terperinci