BAB I PENDAHULUAN I.1.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I.1."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ketersediaan sumber energi listrik yang kurang merata di Provinsi Bengkulu menyebabkan adanya ketimpangan kapasitas energi listrik yang tersedia di beberapa daerah. Contohnya adalah adanya kelebihan kapasitas energi listrik yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tes, namun disisi lain terdapat daerah yang masih kekurangan kapasitas listrik yaitu di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara. Pembangunan jalur transmisi dibutuhkan untuk menunjang pemerataan pasokan energi listrik di daerah yang memiliki kekurangan kapasitas listrik. Upaya peningkatan kapasitas penyaluran sekaligus keandalan pasokan energi listrik di Provinsi Bengkulu dilakukan oleh PT. PLN (Persero) dengan membangun jaringan jalur transmisi 70 kv yang menghubungkan GI Tes dan GI Ketahun. Untuk mempersiapkan pembangunan jaringan jalur transmisi 70 kv GI Tes dan Kecamatan Ketahun, maka perlu dilakukan pembuatan desain jalur transmisi 70 kv antara Kecamatan Giri Mulya sampai Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara. Desain jalur transmisi yang dimaksud adalah desain jalur kabel konduktor yang menghubungkan antar tower transmisi. Desain jalur transmisi yang dibuat harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan pada TOR. Desain jalur transmisi yang dibuat juga harus diperhatikan efektifitas dan efisiensinya. Efektifitas desain jalur transmisi berarti desain tersebut dapat diimplementasikan di lapangan dan dapat digunakan sebagai input untuk pekerjaan selanjutnya, sedangkan efisiensi jalur terkait dengan nilai keekonomisan dari pekerjaan. Desain transmisi dihasilkan melalui serangkaian kegiatan yang memiliki tujuan tertentu. Desain awal yang dibuat pada perangkat lunak terkait harus dicek kehandalannya melalui kegiatan reconnaissance, sehingga melalui proses reconaissance ini dihasilkan revisi atau perbaikan desain yang lebih efisien. 1

2 2 Desain jalur hasil proses reconnaissance tersebut nantinya diimplementasikan melalui kegiatan survei topografi untuk mendapatkan data topografi dan situasi lokasi pekerjaan. Hasil dari proses implementasi menunjukkan perubahan-perubahan terkait dengan lokasi tiap-tiap tower. Perubahan lokasi tapak tower didasarkan pada nilai rasio dari desain lendutan kabel konduktor (desain sagging), ruang bebas jalur atau ground clearance dan kondisi lokasi rencana tapak tower. Pemenuhan persyaratan pada TOR dan atau pertimbangan teknis terkait penting untuk diperhatikan, mengingat desain akhir jalur transmisi 70 kv ini digunakan dalam jangka waktu yang lama dan menjadi masukan yang dapat digunakan pada pekerjaan selanjutnya. I.2. Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan yang dilakukan dalam kegiatan aplikatif ini dibatasi dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : 1. Lokasi kegiatan di Kecamatan Giri Mulya dan Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. 2. Bahan yang digunakan dalam pembuatan desain jalur transmisi adalah koordinat acuan yang diberikan oleh PT. PLN (Persero) Pusenlis, dan Citra Satelit Bing Aerial with Label Layer. 3. Sistem proyeksi yang digunakan pada proses pembuatan desain dan implementasi desain adalah Universal Tranverse Mercator (UTM) dalam zona 48S dengan elipsoid referensi WGS Desain awal jalur transmisi dibuat dengan menggunakan perangkat lunak QuantumGIS 2.1 dan AutoCAD Civil 3D Reconnaissance dilakukan sepanjang desain jalur transmisi di lokasi kegiatan dengan menggunakan perangkat GPS Navigasi Garmin etrex HCx serta mobil dan sepeda motor sebagai alat transportasinya. 6. Pelaksanaan survei topografi untuk mengimplementasikan desain jalur transmisi meliputi pengukuran kerangka kontrol pemetaan, pengukuran profil memanjang dan situasi ROW jalur transmisi. 7. Pembuatan Peta Jalur Transmisi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak QuantumGIS 2.1 dan AutoCAD Civil 3D 2011.

3 3 8. Evaluasi jalur transmisi 70 kv Giri Mulya dan Ketahun dilakukan dengan membandingkan panjang jalur, tipe, jumlah section tower dan jumlah tower keseluruhan yang digunakan dari desain awal jalur transmisi hingga jalur transmisi definitif. I.3. Tujuan Tujuan kegiatan aplikatif ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan jalur transmisi 70 kv Giri Mulya dan Ketahun yang sesuai dengan TOR serta mengimplementasikannya di lapangan. 2. Melakukan evaluasi terhadap jalur transmisi 70 kv Giri Mulya dan Ketahun yang telah diimplementasikan di lapangan berdasarkan desain sagging yang dibuat. I.4. Manfaat Manfaat yang didapat dari hasil kegiatan aplikatif ini adalah sebagai data masukan untuk kegiatan pembangunan jalur transmisi. Selain itu, secara umum skripsi ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk kegiatan yang sama atau sejenis yang akan dilakukan di kemudian hari. I.5. Landasan Teori I.5.1. Jalur Transmisi Listrik Saluran transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan atau menyalurkan tenaga listrik dari Generator Station/Pembangkit Listrik sampai distribution station hingga sampai pada konsumen pengguna listrik melalui suatu bahan konduktor (PLN, 2011). Berdasarkan sistem transmisi dan kapasitas tegangan yang disalurkan terdiri dari Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200 kv-500 kv dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30 kv-150 kv. Sistem transmisi SUTT memiliki tegangan operasi antara 30 kv sampai 150 kv. Saluran transmisi sangat berkaitan dengan GI, dimana GI merupakan pusat sistem tenaga yang berisi saluran transmisi dan distribusi, perlengkapan hubung, transfomator, dan peralatan pengaman serta peralatan kontrol. Fungsi utama dari GI adalah untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke saluran transmisi lainnya yang kemudian didistribusikan ke konsumen, sebagai tempat kontrol, sebagai pengaman

4 4 sistem operasi dan sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi. Jenis konduktor yang biasa dipakai dalam pembangunan jalur transmisi 70 kv adalah konduktor jenis Alumumium Conductor Steel Reinforced (ACSR) atau hantaran alumunium berpenguat baja. Konduktor ini terbuat dari kawat-kawat alumunium keras yang dipilin bulat berpenguat inti baja dan tidak berisolasi (PLN, 1981). Kawat-kawat alumunium yang dipilin sehingga membentuk konduktor harus memiliki diam yang sama besarnya. Begitupun dengan kawat-kawat baja juga harus memiliki diam yang sama satu sama lain. Kawat-kawat baja yang dipilin membentuk penguat baja memiliki lapisan seng. Dalam pengoperasiannya, jalur transmisi 70 kv memiliki beberapa batasan yang mencakup suhu udara sekitar, suhu konduktor dan tekanan angin. Suhu udara di sekitar jalur transmisi rata-rata sebesar 30 C, dengan suhu minimal 10 C dan suhu maksimal 40 C. Suhu kondukor ACSR berkisar antara 10 C sampai 90 C. Tekanan angin maksimal per meter persegi pada kecepatan angin 25 m/detik berbeda-beda untuk setiap permukaan bagian jalur trasmisi. Tekanan angin maksimal untuk konduktor, tower transmisi dan isolator masing-masing adalah 40 kg/m 2, 70 kg/m 2 dan 60 kg/m 2. I.5.2. Desain Sagging Sagging atau kelendutan merupakan jarak proyeksi yang diukur dari tinggi tower saluran transmisi terhadap titik berat konduktor atau titik konduktor yang terendah (Brooks dkk, 2014). Sagging disebabkan oleh adanya berat pada konduktor yang menghubungkan antara dua tiang transmisi. Nilai sag harus diperhitungkan dengan cermat guna melakukan ground clearance yang merupakan area bebas obyek di sekitar transmisi untuk alasan keselamatan masyarakat sekitar dan keamanan tower itu sendiri. Nilai sagging ditentukan oleh berat konduktor, jarak rentang (span), dan kuat tarik konduktor. Pada posisi tower dengan elevasi yang berbeda, sagging dihitung dengan menggunakan rumus I.1 berikut : D = WS2 8T Keterangan rumus :... (I.1)

5 5 D : sagging (m) W : berat penghantar per satuan panjang (kg/m) S : jarak rentang (m) T : kuat tarik penghantar (kg) Nilai sagging untuk tower dengan elevasi yang sama memiliki hubungan terhadap nilai sagging untuk tower dengan elevasi berbeda. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan rumus I.2 dan gambar ilustrasi disajikan pada Gambar I.1 : D o = D (1 H 4D )2... (I.2) Keterangan rumus : D o : sagging (oblique) D o : sagging (tower sama tinggi) H : selisih elevasi (m) Sagging S H D Sagging T D D 0 T Tower B Tower A (a) Tower sama tinggi Tower B Tower A S (b) Tower beda tinggi Gambar I.1. Komponen sagging Parameter lain yang diperhitungkan adalah suhu dan tekanan angin. Pada kondisi dengan suhu dan tekanan angin yang berbeda, nilai sag dihitung dengan rumus tersendiri yang lebih teliti (PLN, 1996). Parameter suhu menjadi faktor penting untuk mempertimbangkan pemuaian pada konduktor. Pada suhu tinggi, pemuaian terjadi sehingga panjang konduktor akan bertambah dan tidak sesuai dengan nilai panjang awal sebenarnya, sebaliknya pada suhu rendah/minimum, konduktor mengalami penyusutan panjang.

6 6 Penentuan posisi tapak tower dilakukan dengan mempertimbangkan nilai rasio sagging yang merupakan nilai perbandingan antara weight span dengan wind span. Nilai weight span diukur dari titik berat konduktor ke konduktor selanjutnya. Rasio sagging memiliki rentang nilai antara 0,5 sampai 1,5. Ilustrasi dari desain sagging ditampilkan pada Gambar I.2 dan perhitungan rasio sagging menggunakan Rumus I.3 : Rasio = WT (dab+dbc)/2... (I.3) Keterangan rumus : WT dab dbc : weight span : jarak horisontal antara titik A dan B : jarak horisontal antara titik B dan C 2 x Wind Span Weight Span 0⁰ C 50⁰ C Sagging dalam kondisi hot Sagging dalam kondisi cool Tower transmisi C A B Gambar I.2. Desain sagging Pembangunan transmisi harus dijauhkan dari pemukiman warga, namun juga meminimalkan adanya titik belok. Besarnya sudut titik belok mempengaruhi memilihan tipe tower itu sendiri. Tower-tower yang ditempatkan pada titik belok memiliki ukuran yang berbeda dari tower-tower yang terdapat pada jalur yang lurus, sehingga menambah besarnya biaya dari pembangunan kontruksi tower itu sendiri. Tower sudut atau tension tower dan section tower memiliki luas daerah pembebasan 400 m 2 sedangkan tower lurus atau suspension tower memiliki luas lahan pembebasan 225 m 2. Apabila terdapat suspension tower yang sudah berada dalam

7 7 kondisi dan posisi yang terbaik, namun masih memiliki nilai rasio di luar nilai rentang yang disyaratkan maka tower tersebut harus dijadikan sebagai tension tower agar tetap dapat berdiri dengan kokoh dan tahan lama. Berdasarkan sudut beloknya, tipe tower dapat dibagi menjadi lima tipe tower transmisi seperti yang terlihat pada Tabel I.1. Tabel I.1. Tipe tower berdasarkan besarnya sudut belok Tipe tower Sudut belok Fungsi tower AA 0⁰ s.d. 3⁰ Suspension tower BB 3⁰ s.d. 20⁰ Tension tower/section tower CC 20⁰ s.d. 40⁰ Tension tower DD 40⁰ s.d. 60⁰ Tension tower EE 60⁰ s.d. 90⁰ Tension tower Pekerjaan berikutnya setelah desain sagging yaitu melakukan review lapangan untuk memastikan kondisi dan kelayakan dari rencana titik tower tersebut dengan mempertimbangkan kondisi topografi di area rencana tapak tower. Berdasarkan hal tersebut perubahan posisi rencana titik tower pada penggambaran desain sagging mungkin untuk dilakukan bila titik tower di lapangan tidak memungkinkan/tidak layak. I.5.3. Survei Topografi Jalur Transmisi Survei atau pengukuran dibutuhkan untuk keperluan pemetaan yaitu merealisasikan rencana yang telah dibuat sebelumnya secara saksama pada lapangan atau pada lokasi pekerjaan sesungguhnya melalui data ukuran yang dihasilkan. Data pengukuran tanah dapat berupa jarak horisontal dan jarak miring, jarak vertikal, serta sudut horisontal dan sudut vertikal (Kavanagh, 1997). Pada pekerjaan ini, pekerjaan survei yang diperlukan ialah survei topografi. Survei topografi diperlukan untuk mengimplementasikan desain jalur transmisi yang dibuat dalam bentuk peta secara langsung di lapangan. Data koordinat yang dihasilkan dari pemetaan topografi merupakan data koordinat tiga dimensi (sistem koordinat kartesian 3D) yang dapat

8 8 menggambarkan bentuk atau model terrain dari permukaan tanah di sepanjang rencana jalur transmisi. Tahapan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini secara umum ialah pengukuran kerangka kontrol utama, pengukuran perapatan kerangka kontrol horisontal dan vertikal, pengukuran profil memanjang serta situasi ROW. I Pengukuran kerangka kontrol GPS. Metode pengamatan yang dilakukan untuk pengadaan kerangka titik kontrol geodetik lokal ialah metode survei GPS. Metode penentuan posisi yang digunakan dalam survei GPS ialah differential positioning. Metode ini membutuhkan minimal dua buah unit receiver GPS yang beroperasi secara simultan. Satu receiver berfungsi sebagai base station dan satu receiver lainnya berfungsi sebagai rover station. Base station berfungsi sebagai stasiun referensi dimana telah diketahui koordinatnya memberikan sinyal koreksi terhadap rover station. Parameter yang harus diperhatikan terkait dengan survei GPS antara lain lokasi titik, jumlah titik, konfigurasi jaringan dari pilar/titik GPS yang diamat dan karakteristik baseline (Abidin, 1994). Pemilihan lokasi titik dan jumlah dari titik yang diamat disesuaikan dengan keperluan dan tujuan dari survei. Lokasi titik harus mudah dijangkau untuk menjamin efisiensi dari proses pengukuran. Konfigurasi jaringan merupakan bentuk jaringan yang terdiri dari baseline- baseline yang menghubungkan titik-titik pengamatan. Dalam konfigurasi jaringan dikenal istilah baseline trivial dan baseline bebas. Contoh konfigurasi jaringan baseline disajikan dalam Gambar I.3. Metode Radial Metode Jaringan Keterangan Gambar I.3 : : titik referensi dengan orde lebih tinggi : titik pengamatan : baseline trivial : baseline bebas Gambar I.3. Konfigurasi jaringan baseline Baseline trivial adalah baseline yang dihitung dengan menurunkan persamaan pengamatan baseline lainya dari satu sesi pengamatan. Baseline yang

9 9 tidak trivial disebut dengan baseline bebas (non trivial). Pada Gambar I.3 dapat dilihat bahwa jika pada satu sesi pengamatan terdapat n receiver yang beroperasi secara simultan, maka akan terdapat (n-1) baseline bebas. Dalam pengolahan data GPS, baseline trivial sebaiknya tidak digunakan karena mempengaruhi tingkat ketelitian yang dihasilkan. Oleh karena itu, semakin banyak jumlah baseline bebas dalam suatu jaringan menjadi semakin baik hasil yang diperoleh. Pada Gambar I.3 menampilkan dua metode jaringan baseline yaitu metode radial dan metode jaringan. Pada pekerjaan ini metode yang digunakan adalah metode radial. Metode radial dipilih karena memiliki keunggulan dari sisi efisiensi alat yang digunakan, waktu, biaya dan tenaga yang dibutuhkan. Namun metode radial juga memiliki kekurangan dari sisi ketelitian yang dihasilkan. Geometri penentuan posisi pada metode radial relatif lebih lemah jika dibandingkan dengan geometri pada metode jaringan, sehingga menghasilkan ketelitian posisi yang lebih rendah. I Pengukuran perapatan kerangka kontrol. Pengukuran poligon dibutuhkan untuk perapatan koordinat titik kontrol kerangka pemetaan. Poligon adalah rangkaian titik-titik secara berurutan, sebagai kerangka dasar pemetaan (Basuki, 2006). Suatu titik dapat diketahui koordinatnya dengan mengukur asimut dan jarak yang dibentuk oleh dua titik. Ilustrasi perhitungan koordinat pada pengukuran perapatan kerangka control disajikan pada Gambar I.4. y(+) y B B (x B, y B ) α P1 Δy d AB A(0,0) Δx Gambar I.4. Ilustrasi perhitungan koordinat titik perapatan titik kontrol x B x(+)

10 10 Pada Gambar I.4 titik B ingin diketahui koordinatnya dengan diikatkan pada titik A yang telah diketahui koordinatnya. Rumus perhitungan koordinat titik B adalah : X B = X A + d AB sin α AB...(1.4) Y B = Y A + d AB cos α AB......(1.5) Keterangan rumus : X,Y : koordinat titik d : jarak α : asimut Berdasarkan posisi titik awal dan titik akhirnya, poligon dibagi menjadi dua jenis yaitu poligon terbuka dan poligon tertutup. Poligon terbuka adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya terletak pada tempat yang terpisah, sedangkan pada poligon tertutup, titik awal dan titik akhir dari poligon terletak pada tempat yang sama. Poligon terbuka dibagi menjadi dua jenis, yaitu poligon terbuka terikat sempurna dan poligon terbuka terikat sepihak. Pada pekerjaan pemetaan topografi jalur transmisi, jenis poligon yang digunakan ialah poligon terbuka terikat sempurna. Pada poligon terbuka terikat sempurna titik awal dan titik akhir poligon diikatkan terhadap titik-titik yang telah diketahui koordinat definitifnya dan berfungsi sebagai kontrol, baik berupa kontrol koordinat maupun kontrol asimut. Titik kontrol tersebut diukur menggunakan perangkat GPS teliti. Ilustrasi dari geometri poligon terbuka terikat sempurna dapat dilihat pada Gambar I.4. Gambar I.5. Poligon terbuka terikat sempurna (Basuki, 2006)

11 11 Keterangan Gambar I.4 : A, B, P, Q : titik yang diketahui koordinatnya (x,y,z) 1, 2, 3, 4 : titik poligon αap, αbq : asimut awal dan akhir A1, 12, 23, 34, 4B : asimut (sudut arah) titik titik poligon β A, β 1, β 2, β 3, β 4, β B : sudut ukuran d1, d2, d3, d4, d5 : jarak ukuran Pada poligon terbuka terikat sempurna, koordinat dari setiap titik poligon dapat dihitung dengan menggunakan data asimut dan jarak hasil ukuran. Asimut setiap sisi poligon dihitung dari data pengukuran sudut setiap titik. Beda tinggi relatif antara titik tinggi dapat ditentukan dengan pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal (KKV) sebagai kontrol pada pengukuran profil memanjang. Pengukuran kerangka kontrol vertikal diikatkan pada titik/bm yang sudah memiliki nilai tinggi definitif yang benar. Pengukuran perapatan kerangka vertikal dapat dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran beda tinggi trigonometris dan dilakukan bersamaan dengan pengukuran situasi ROW sepanjang rencana jalur. Terdapat dua kondisi pada pengukuran kerangka vertikal dengan metode trigonometris, yaitu kondisi target lebih tinggi dan target lebih rendah dari titik berdirinya alat. Ilustrasi dari pengukuran kerangka vertikal dengan metode trigonometrik (target lebih tinggi) dapat dilihat pada Gambar I.5. dan metode trigonometrik (target lebih rendah) pada Gambar I.6. h SD tt B V ta Gambar I.6. Pengukuran trigonometrik target lebih tinggi D

12 12 Keterangan Gambar I.6 : SD : slope distance (jarak miring) Z : sudut zenit V : vertical distance ( jarak vertikal) tt : tinggi target ta : tinggi alat Pada Gambar I.6 titik B adalah titik target. Perhitungan beda tinggi ( H) menggunakan rumus I.6 : H = ta +V-tt... (1.6) V = SD cos Z... (1.7) H B = H A + H... (1.8) z ta A h SD V H tt B Gambar I.7. Pengukuran trigonometrik target lebih rendah Keterangan gambar : SD : slope distance (jarak miring) Z : sudut zenit V : vertical distance ( jarak vertikal) ta : tinggi alat tt : tinggi target Pada gambar tersebut titik B adalah titik target. Perhitungan beda tinggi ( H) dihitung dengan rumus I.9 : H = tt +V-ta... (1.9) V = - SD cos Z... (1.10) H B = H A + H... (1.11)

13 13 I Pengukuran center line. Pengukuran center line merupakan kegiatan survei pengukuran untuk membuat suatu garis lurus di lapangan. Garis lurus tersebut yang nantinya dijadikan sebagai jalur transmisi SUTT 70 kv. Surveyor harus memiliki data koordinat dan elevasi patok setiap BM hasil pengukuran kerangka kontrol horisontal dan vertikal. Pengukuran jalur dilakukan dari gantry, terminal tower ke tower sudut berikutnya sampai pada terminal tower dan gantry pada GI berikutnya, atau titik akhir yang ditentukan. Jika pengukuran terhalang oleh suatu obyek tertentu (misalnya: pohon, bangunan, dll) maka surveyor dapat menggunakan berbagai metode pengukuran untuk tetap bisa membuat garis lurus maya walaupun terhalang. Metode yang dapat digunakan antara lain : a. Metode penyikuan Pada metode penyikuan, prinsip yang digunakan adalah pengukuran dengan arah obyek tegak lurus terhadap sebuah garis. Ilustrasi metode ini dapat dilihat pada Gambar I A 1 4 B Gambar I.8. Metode penyikuan pada pengukuran center line Pada Gambar I.8. disajikan pengukuran center line pada titik A dan B terlahang oleh suatu bangunan, sehingga dibuatlah penyikuan pada titik 1, 2, 3, dan 4. Metode ini memiliki kelemahan dengan banyaknya perpindahan alat yang terjadi. Hal ini menyebabkan waktu pengukuran relatif lebih lama dan berpotensi menimbulkan kesalahan sistematik lebih banyak. b. Metode segitia sama kaki Pada segitiga sama kaki, titik yang terbentuk dari dua garis yang memiliki jarak yang sama dan mengapit besaran sudut terletak pada suatu garis yang lurus. Prinsip itulah yang digunakan pada kegiatan ini. Ilustrasi metode segitiga sama kaki dapat dilihat pada Gambar I.9.

14 14 C A B D E Gambar I.9. Metode segitiga sama kaki pada pengukuran center line Tujuan dari metode ini adalah membuat titik D, dimana titik tersebut terletak pada garis A-B, dengan membuat jarak antara titik C-D sama seperti jarak titik B-C. Pada saat melakukan pengukuran center line yang terhalang, surveyor harus melakukan pengukuran dengan teliti dan meminimalkan perpindahan alat supaya menghindari adanya kesalahan yang berakibat pada tidak lurusnya jalur yang dibuat. Salah satu cara untuk meminimalisir adanya kesalahan tersebut adalah membuat target sedekat mungkin pada saat pengukuran jarak dan membuat target sejauh mungkin pada saat pengukuran sudut. I Pengukuran profil. Terdapat dua macan profil dalam survei pemetaan, yaitu profil memanjang dan profil melintang. Profil memanjang merupakan profil topografi sepanjang garis as jalur transmisi. Pengukuran profil memanjang dilakukan untuk setiap section atau dari tower belok ke tower belok selanjutnya. Jarak setiap profil disesuaikan dengan kondisi topografi sebenarnya, sehingga hasil pengukuran dapat mewakili kondisi lapangan sebenarnya. Semakin curam kelerangan maka semakin pendek jarak profil yang diukur. Ilustrasi profil memanjang disajikan pada Gambar I.10. Gambar I.10. Ilustrasi hasil pengukuran center line

15 15 Pada lapangan dengan kondisi permukaan topografi relatif datar jarak profil yang diukur relatif jauh, namun sebaiknya tidak lebih dari 100 m, untuk menghindari adanya kesalahan pengukuran yang lebih besar. Sedangkan profil melintang merupakan profil topografi arah melintang dari garis as jalur transmisi. Pengukuran profil melintang dibutuhkan jika kelerengan permukaan tanah pada lapangan mencapai kemiringan yang ekstrem (sudut kemiringan 45 o ). I Pengukuran situasi ROW jalur transmisi. Pengukuran situasi merupakan pengukuran terhadap semua obyek (detil) dan bentukan permukaan tanah termasuk titik tinggi didalamnya pada koridor sepanjang garis as jalur transmisi. Detil adalah obyek yang ada di lapangan, baik yang bersifat alamiah maupun hasil buatan manusia yang dijadikan isi dari peta yang dibuat (Basuki, 2006). Metode yang digunakan adalah metode polar atau koordinat kutub yang mengukur posisi tiga dimensi (x,y,z). Posisi detil ditentukan dengan asimut (sudut arah), jarak, dan beda tinggi dari titik ikat. Pengukuran dilakukan dengan menembak langsung ke titik detil. Data koordinat titik (x,y,z) dan raw data (jarak dan sudut) akan tersimpan dalam perangkat ukur. Hasil dari pemetaan situasi ini adalah berupa peta yang memuat informasi berupa kontur dan letak obyek tertentu di sekitar koridor jalur. Peta situasi ini diperlukan untuk melakukan evaluasi situasi lapangan dan untuk menentukan elevasi tanah di sepanjang sepanjang rencana jalur pada daerah ROW. I.5.4. Ground Clearance Jalur Trasmisi Ground Clearance atau ruang bebas merupakan ruang yang harus dikosongkan dari benda apapun didalamnya, yang dibatasi oleh bidang vertikal dan horisontal di sepanjang konduktor transmisi demi keselamatan manusia, makhluk hidup, benda lainnya dan keamanan operasi transmisi itu sendiri. Terdapat dua komponen dalam penetapan ruang bebas yaitu jarak bebas minimum vertikal dari konduktor dan jarak bebas minimum horisontal dari sumbu vertikal menara. Jarak bebas minimum vertikal merupakan jarak terpendek antara konduktor transmisi dengan permukaan tanah atau benda apapun di atasnya. Jarak bebas minimum horisontal adalah jarak terpendek secara horisontal dari sumbu vertikal menara ke bidang vertikal yang membatasi ruang bebas.

16 16 Ruang bebas transmisi ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu : jarak konduktor dari sumbu vertikal menara; jarak horisontal akibat ayunan konduktor pada kecepatan angin 15 m/detik dengan sudut ayunan sebesar 20 ; jarak bebas impuls petir; jarak bebas minimum vertikal dari kabel konduktor; lendutan konduktor pada suhu maksimum (80 untuk tipe konduktor ACSR). Pada transmisi dengan tegangan 66 kv, ketetapan ruang bebas ditampilkan dalam Gambar I.11. Gambar I.11 Ruang bebas SUTT 66 kv (Sumber : SNI ) Keterangan Gambar I.11 : : penampang melintang ruang bebas pada ruang antar menara L : jarak dari sumbu vertikal tiang ke konduktor (3 m) H : jarak horisontal akibat ayunan konduktor (2,74 m) I : jarak bebas impuls petir (0,63 m) C : jarak bebas minimum vertikal D : jarak lendutan terendah di tengah gawang

17 17 Nilai jarak bebas minumum vertikal (C) untuk transmisi dengan tegangan 66 kv berbeda-beda bergantung dengan lokasi dari menara transmisi dan obyek yang berada di bawahnya seperti yang ditampilkan pada Tabel I.2. Tabel I.2. Nilai jarak bebas minimum vertikal (C) SUTT 66 kv No. Lokasi SUTT 66 kv (m) 1. Lapangan terbuka atau daerah terbuka a 7,5 2. Daerah dengan keadaan tertentu b 4,5 3. Bangunan, jembatan, tanaman/tumbuhan, hutan b 4,5 4. Perkebunan b 8,0 5. Jalan/jalan raya /rel kereta api a 12,5 6. Lapangan umum, saluran udara lain a 3,0 Saluran udara komunikasi, antena dan kereta gantung, titik 7. tertinggi kapal pada kedudukan air pasang tertinggi pada lalu lintas air b 3,0 a : jarak bebas minimum vertikal dihitung dari permukaan bumi atau permukaan jalan/rel b : jarak bebas minimum vertikal dihitung sampai titik tertinggi/terdekatnya Nilai ground clearance atau ruang bebas di atas menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan desain jalur transmisi 70 kv demi kepentingan dan keselamatan makhluk hidup, benda-benda, serta keamanan operasi rangkaian transmisi itu sendiri. I.5.5. Prinsip Dasar Evaluasi Jalur Transmisi Evaluasi jalur transmisi 70 kv Giri Mulya dan Ketahun dilakukan dengan membandingkan panjang jalur, tipe, jumlah section tower dan jumlah tower keseluruhan yang digunakan dari desain awal jalur transmisi hingga jalur transmisi definitif. Terdapat dua elemen parameterater evaluasi yang sangat mendasar yang dijadikan landasan dalam melakukan evaluasi yaitu elemen jarak dan elemen sudut. Elemen jarak digunakan untuk menentukan panjang jalur dan elemen sudut digunakan untuk menentukan tipe tower sudut. Jalur transmisi terdiri dari beberapa segmen lurus yang saling berhubungan. Panjang total jalur merupakan jumlah dari seluruh panjang segmen tersebut. Tiap

18 18 segmen memiliki titik awal dan titik akhir yang dihubungkan oleh tower-tower transmisi. Prinsip dasar perhitungan jarak dapat menggunakan nilai koordinat titik awal dan titik akhir tersebut. Ilustrasi perhitungan jarak ditampilkan pada Gambar I.12. y(+) y2 P2 (x2, y2) Δy d y1 P1 (x1, y1) Δx O(0,0) x1 x2 x(+) Gambar I.12. Ilustrasi prinsip dasar perhitungan jarak Pada Gambar I.12 jarak antara P1 dan P2 adalah d satuan panjang. Rumus perhitungan d berdasarkan prinsip pitagoras ditunjukkan pada rumus I.12. d = x 2 + y 2... (I.12) Dalam hal ini : x = x2 x1 y = y2 y1 Tipe tower sudut ditentukan berdasarkan besarnya sudut belok. Sudut belok diukur dari pelurusan suatu segmen terhadap segmen sesudahnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar I.13.

19 19 Tower Transmisi U l1 P1 (x1,y,1) Arah jalur P3 (x3,y3) l2 β α l2 P2 (x2,y,2) α l3 l3 Keterangan Gambar I.13 : β : sudut belok α : asimut garis Gambar I.13. Dasar pengukuran sudut belok Pada Gambar I.13 dapat dicermati bahwa sumbu as tower sudut sejajar dengan sumbu tengah sudut belok. Sudut belok tersebut merupakan nilai selisih asimut yang dibentuk oleh garis l2 dan garis l3. Dasar perhitungan asimut dan sudut belok ditunjukkan pada rumus I.13 s.d. I.15. α l2 = tan 1 (x 3 x 2 )... (I.13) (y 3 y 2 ) α l3 = tan 1 (x 2 x 1 )... (I.14) (y 2 y 1 ) β = α l2 α l3... (I.15) Evaluasi jalur transmisi yang didalamnya mencakup perhitungan jarak dan sudut digunakan bertujuan untuk mengetahui efisiensi dari jalur trasnmisi definitif terhadap desain awal jalur transmisi yang telah dibuat sebelumnya.

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 18 TAHUN 2015 RUANG BEBAS DAN JARAK BEBAS MINIMUM PADA SALURAN

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK

INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK A.1 Pembangkit Listrik Bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi dan membangkitkan tenaga listrikdari berbagai sumber tenaga, seperti PLTU, PLTD, PLTA, dll.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. viii. xiii. vii HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN...,.,... HALAMAN PERSEMBAIIAN KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. viii. xiii. vii HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN...,.,... HALAMAN PERSEMBAIIAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN...,.,... HALAMAN PERSEMBAIIAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR. DAFTARTABEL DAFTAR LAMPIR4N... DAFTAR ISTILAH INTISARI ABSTRACK

Lebih terperinci

PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. SUTT/SUTET Dan ROW. Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai Nilai Perusahaan

PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. SUTT/SUTET Dan ROW. Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai Nilai Perusahaan SUTT/SUTET Dan ROW Saluran Transmisi Tenaga Listrik A. Saluran Udara B. Saluran Kabel C. Saluran dengan Isolasi Gas Macam Saluran Udara Tegangan Tinggi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kv Saluran

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER Widen Lukmantono NRP 2209105033 Dosen Pembimbing Ir.Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng Ir.Teguh Yuwono JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permintaan energi termasuk energi listrik di Indonesia cenderung meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten Jurnal Integrasi Vol. 8, No. 1, April 2016, 50-55 p-issn: 2085-3858 Article History Received February, 2016 Accepted March, 2016 Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Tinjauan Umum Deformasi

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Tinjauan Umum Deformasi BAB II TEORI DASAR 2.1 Tinjauan Umum Deformasi Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu benda (Kuang,1996). Berdasarkan definisi tersebut deformasi dapat diartikan sebagai perubahan

Lebih terperinci

ILMU UKUR TANAH 2 PENENTUAN POSISI

ILMU UKUR TANAH 2 PENENTUAN POSISI ILMU UKUR TANAH 2 PENENTUAN POSISI Oleh: Andri Oktriansyah JURUSAN SURVEI DAN PEMETAAN UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2017 1. Penentuan Posisi Penentuan posisi titik dikelompokkan dalam dua

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR :. TAHUN TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR :. TAHUN TENTANG RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR :. TAHUN TENTANG KOMPENSASI ATAS TANAH, BANGUNAN DAN TANAMAN YANG DILINTASI TRANSMISI TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gambar situasi adalah gambaran wilayah atau lokasi suatu kegiatan dalam bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan atribut (Basuki,

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI

PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI Tedy Ferdian 1, Yosafat Aji Pranata 2, Ronald Simatupang 3 1 Alumnus Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha 2, 3 Dosen

Lebih terperinci

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Ketelitian data Global Positioning Systems (GPS) dapat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI. Nomor : 01.P/47/MPE/1992. Tanggal.: 07 Februari 1992

PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI. Nomor : 01.P/47/MPE/1992. Tanggal.: 07 Februari 1992 PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI Nomor : 01.P/47/MPE/1992 Tanggal.: 07 Februari 1992 PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI REGION..... PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN

Lebih terperinci

STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN

STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN I.N.Y. Prayoga 1, A.A.N. Amrita 2, C.G.I.Partha 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET

BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET SUTET atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi merupakan media pendistribusian listrik oleh PLN berupa kabel dengan tegangan listriknya dinaikkan hingga mencapai 500kV

Lebih terperinci

KAJIAN KUAT MEDAN LISTRIK PADA KONFIGURASI HORISONTAL SALURAN TRANSMISI 150 KV

KAJIAN KUAT MEDAN LISTRIK PADA KONFIGURASI HORISONTAL SALURAN TRANSMISI 150 KV KAJIAN KUAT MEDAN LISTRIK PADA KONFIGURASI HORISONTAL SALURAN TRANSMISI 15 KV I.P.H. Wahyudi 1, A.A.N.Amrita 2, W.G. Ariastina 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Email

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.

Lebih terperinci

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomo

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomo BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.951, 2015 KEMEN ESDM. Saluran Udara. Tegangan Tinggi. Tegangan Ekstra Tinggi Arus Searah. Jarak Bebas Minimum. Ruang Bebas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN

Lebih terperinci

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring BAB XII Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. Kebanyakan pengukuran tachymetri

Lebih terperinci

RUANG BEBAS SUTT ATAU SUTET DAN TATA CARA GANTI RUGI ATAU KOMPENSASI. Dosen : Ir.SYARIFFUDDIN MAHMUDSYAH,M.Eng.

RUANG BEBAS SUTT ATAU SUTET DAN TATA CARA GANTI RUGI ATAU KOMPENSASI. Dosen : Ir.SYARIFFUDDIN MAHMUDSYAH,M.Eng. RUANG BEBAS SUTT ATAU SUTET DAN TATA CARA GANTI RUGI ATAU KOMPENSASI Dosen : Ir.SYARIFFUDDIN MAHMUDSYAH,M.Eng. PENGUKURAN MEDAN MAGNET DAN MEDAN LISTRIK Sampai sekarang masyarakat masih khawatir tinggal

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier Pada UPTD. Purbolinggo

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier Pada UPTD. Purbolinggo BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN Pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan pada kerja praktek ini merupakan bagian dari Pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier Pada UPTD. Purbolinggo Lampung Timur

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL

TUJUAN INSTRUKSIONAL Pengukuran dan perhitungan hasil PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN TUJUAN INSTRUKSIONAL SETELAH MENGIKUTI PELATIHAN PESERTA DIHARAPKAN MEMAHAMI MATERI PENGUKURAN PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI JALAN SERTA MAMPU MELAKSANAKAN

Lebih terperinci

Muhammad Ihsan #1, Ira Devi Sara *2, Rakhmad Syafutra Lubis #3

Muhammad Ihsan #1, Ira Devi Sara *2, Rakhmad Syafutra Lubis #3 Pengaruh Suhu dan Angin Terhadap Andongan dan Kekuatan Tarik Konduktor Jenis ACCC Lisbon Muhammad Ihsan #1, Ira Devi Sara *2, Rakhmad Syafutra Lubis #3 # Jurusan Teknik Elektro dan Komputer, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA CARA PERAWATAN DAN PENGAMANAN SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) DAN SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET) DI PT PLN (PERSERO) APP CAWANG Disusun Oleh : Mochamad Matiji (14411528) JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR Survei dan Pengukuran APA YG DIHASILKAN DARI SIPAT DATAR 2 1 3 4 2 5 3 KONTUR DALAM ILMU UKUR TANAH Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG Winardi Puslit Oseanografi - LIPI Sekilas GPS dan Kegunaannya GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan sistem untuk menentukan

Lebih terperinci

Ruang bebas dan jarak bebas minimum pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)

Ruang bebas dan jarak bebas minimum pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Standar Nasional Indonesia Ruang bebas dan jarak bebas minimum pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) ICS 29.240.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN POHON PADA RUANG BEBAS SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM), SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DIAGRAM ALIR ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DIAGRAM ALIR ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 DIAGRAM ALIR ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI LISTRIK 150 kv (SUTT) START ANALISIS. ANALISIS DAN DESAIN AWAL STRUKTUR ATAS TOWER TRANSMISI 150 kv : MODELING INPUT DATA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Alat Ukur GPS GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio navigasi menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat, untuk menentukan posisi, kecepatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SALURAN UDARA TRANSMISI TEGANGAN TINGGI APLIKASI TANJUNG JABUNG - SABAK JAMBI

PERENCANAAN SALURAN UDARA TRANSMISI TEGANGAN TINGGI APLIKASI TANJUNG JABUNG - SABAK JAMBI PERENCANAAN SALURAN UDARA TRANSMISI TEGANGAN TINGGI APLIKASI TANJUNG JABUNG - SABAK JAMBI Fery Fivaldi 1, Ir. Yani Ridal, MT, Ir, Cahayahati, M.T 3 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus F. Uraian Materi 1. Konsep Pengukuran Topografi Pengukuran Topografi atau Pemetaan bertujuan untuk membuat peta topografi yang berisi informasi terbaru dari keadaan permukaan lahan atau daerah yang dipetakan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian ini mengacu pada beberapa sumber dan tinjauan yang sudah ada, dimana masing-masing penulis menggunakan metode dan simulasi yang berbeda sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan data batimetri semakin meningkat seiring dengan kegunaan data tersebut untuk berbagai aplikasi, seperti perencanaan konstruksi lepas pantai, aplikasi

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP ANDONGAN DAN TEGANGAN TARIK PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV

ANALISA PENGARUH EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP ANDONGAN DAN TEGANGAN TARIK PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV ANALISA PENGARUH EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP ANDONGAN DAN TEGANGAN TARIK PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV Hari Anna Lastya Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry halastya@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pengukuran merupakan penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran atau dapat dikatakan juga bahwa pengukuran adalah

Lebih terperinci

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip TACHIMETRI Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip tachimetri (tacheo artinya menentukan posisi dengan jarak) untuk membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Candi Borobudur adalah monumen Buddha termegah dan kompleks stupa terbesar di dunia yang diakui oleh UNESCO. Bangunan Candi Borubudur tersebut secara keseluruhan menjadi

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Sistem Dalam tahapan ini, seluruh faktor yang menjadi penentu dalam perencanaan jalur line transmisi dan dimensi pondasi di indentifikasi, faktor-faktor tersebut

Lebih terperinci

SURVEI HIDROGRAFI. Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri. Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang

SURVEI HIDROGRAFI. Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri. Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang SURVEI HIDROGRAFI Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang Tahapan Perencanaan Survey Bathymetri Pengukuran bathimetri dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus 31/03/2015 8:34 Susunan Lapisan Bumi Inside eartth Datum geodetik atau referensi permukaan atau georeferensi adalah parameter sebagai acuan untuk mendefinisikan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Transmisi Daya Listrik Bertegangan 150 KV dan Berkapasitas 35 MVA di Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur

Perancangan Sistem Transmisi Daya Listrik Bertegangan 150 KV dan Berkapasitas 35 MVA di Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Oktober 2014 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.2 No.4 Perancangan Sistem Transmisi Daya Listrik Bertegangan 150 KV dan Berkapasitas 35 MVA

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI II.1 Sistem referensi koordinat

BAB II DASAR TEORI II.1 Sistem referensi koordinat BAB II DASAR TEORI Pada bab II ini akan dibahas dasar teori mengenai sistem referensi koordinat, sistem koordinat dan proyeksi peta, yang terkait dengan masalah penentuan posisi geodetik. Selain itu akan

Lebih terperinci

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR Peta topografi adalah peta penyajian unsur-unsur alam asli dan unsur-unsur buatan manusia diatas permukaan bumi. Unsur-unsur alam tersebut diusahakan diperlihatkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan terdapat jatuh tegangan (voltage drop) yang besarnya sebanding dengan panjang saluran. Penggunaan

Lebih terperinci

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI Pengukuran Situasi Adalah Pengukuran Untuk Membuat Peta Yang Bisa Menggambarkan Kondisi Lapangan Baik Posisi Horisontal (Koordinat X;Y) Maupun Posisi Ketinggiannya/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik demi menjaga kelangsungan hidup mereka. Pada proses sistem tenaga. transmisikan dan didistribusikan kepada para konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. listrik demi menjaga kelangsungan hidup mereka. Pada proses sistem tenaga. transmisikan dan didistribusikan kepada para konsumen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern seperti sekarang ini, listrik adalah salah satu komponen terpenting dalam kehidupan manusia. Hampir seluruh manusia membutuhkan listrik demi menjaga

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Teknik Survei dan Pemetaan Kode Soal : 1014 Alokasi

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING NO. KODE : BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Teknik Survei dan Pemetaan Kode Soal : 1014 Alokasi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU

BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU 36 BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU 4.1 DIAGRAM GARIS TUNGGAL GITET 5 KV MUARA TAWAR Unit Pembangkitan Muara Tawar adalah sebuah Pembangkit

Lebih terperinci

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika Tugas 1 Survei Konstruksi Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB Krisna Andhika - 15109050 TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada BAB III ini akan dibahas mengenai pengukuran kombinasi metode GPS dan Total Station beserta data yang dihasilkan dari pengukuran GPS dan pengukuran Total Station pada

Lebih terperinci

Pengantar Surveying kelas Teknik Sipil

Pengantar Surveying kelas Teknik Sipil Pengantar Surveying kelas Teknik Sipil Silabus Pada kuliah ini diberikan pengertian mengenai berbagai sistem koordinat pemetaan, pemetaan topografi, pematokan jalur dan bangunan. Peta dan fungsi peta;

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Energi listrik pada umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari tempat para pelanggan listrik. Untuk menyalurkan tanaga listik

Lebih terperinci

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan PERPETAAN - 2 Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yang sebagian datanya diperoleh dari photo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Galian dan Timbunan Galian dan timbunan atau yang lebih dikenal oleh orang-orang lapangan dengan Cut and Fill adalah bagian yang sangat penting baik pada pekerjaan pembuatan

Lebih terperinci

MITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG

MITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG 1 MITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG Handy Wihartady, Eko Prasetyo, Muhammad Bayu Rahmady, Rahmat Hidayat, Aryo Tiger Wibowo PT. PLN (Persero)

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 Sistem Koordinat Parameter SistemKoordinat Koordinat Kartesian Koordinat Polar Sistem Koordinat

Lebih terperinci

PENGUKURAN POLIGOON. by Salmani, ST.,MS.,MT.

PENGUKURAN POLIGOON. by Salmani, ST.,MS.,MT. PENGUKURAN POLIGOON by Salmani, ST.,MS.,MT. salman_as_saleh@yahoo.co.id POLYGON Definisi Polygon : Polygon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran lapangan.

Lebih terperinci

PELATIHAN PONDOK SURVEYOR

PELATIHAN PONDOK SURVEYOR PELATIHAN PONDOK SURVEYOR Training and Practical Session Pondok Surveyor Cidaun, Cianjur, Jawa Barat Possitioning : Hands-On Guide Version: 01 Date: 7 November 2016 Prepared by: Priyandoko, A., Syaifil,

Lebih terperinci

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut:

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut: Pengukuran Debit Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran debit secara langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan peralatan berupa alat pengukur

Lebih terperinci

Pertemuan 1. Membuat Sudut Siku-Siku. Pengukuran Guna Pembuatan Peta dengan Alat-alatalat Sederhana Can be accessed on: http://haryono_putro.staff.gunadarma.ac.id/ Email: haryono_putro@gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Fenomena Petir Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas bumi. Pembentukan awan bermuatan disebabkan karena adanya kelembaban

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

MIKHO HENRI DARMAWAN Ir.CHATARINA N,MT DANAR GURUH.ST,MT

MIKHO HENRI DARMAWAN Ir.CHATARINA N,MT DANAR GURUH.ST,MT STUDI KEANDALAN ALAT ETS TKS 202 DALAM PENGUKURAN SITUASI PENYUSUN : MIKHO HENRI DARMAWAN 3504 100 020 DOSEN PEMBIMBING : DOSEN PEMBIMBING : Ir.CHATARINA N,MT DANAR GURUH.ST,MT Latar Belakang.Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Line Ungaran Purwodadi. T.46a. GI Mranggen

BAB I PENDAHULUAN. Line Ungaran Purwodadi. T.46a. GI Mranggen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Hal tersebut mengharuskan untuk meningkatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUKURAN

BAB III METODE PENGUKURAN BAB III METODE PENGUKURAN 3.1 Deskripsi Tempat PLA Penulis melaksanakan PLA (Program Latihan Akademik) di PT. Zenit Perdana Karya, yang beralamat di Jl. Tubagus Ismail Dalam No.9 Bandung. Perusahaan ini

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI 2016 SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI PT PLN (PERSERO) PUSAT PEMELIHARAAN KETENAGALISTRIKAN 2016 Halaman : 2 dari 16 Kegiatan : Pelaksanaan Pekerjaan Survey Potensi PLTM Kananggar & Nggongi

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA STA PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA STA PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA 104+000- STA 147+200 PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU Vicho Pebiandi 3106 100 052 Dosen Pembimbing Ir. Wahyu Herijanto,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT DETEKSI PERGESERAN TOWER (DPT)

PERANCANGAN ALAT DETEKSI PERGESERAN TOWER (DPT) PERANCANGAN ALAT DETEKSI PERGESERAN TOWER (DPT) TUGAS AKHIR Disusun dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan Program Strata-1 Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

USAHA, ENERGI & DAYA

USAHA, ENERGI & DAYA USAHA, ENERGI & DAYA (Rumus) Gaya dan Usaha F = gaya s = perpindahan W = usaha Θ = sudut Total Gaya yang Berlawanan Arah Total Gaya yang Searah Energi Kinetik Energi Potensial Energi Mekanik Daya Effisiensi

Lebih terperinci

Tujuan Khusus. Tujuan Umum

Tujuan Khusus. Tujuan Umum Tujuan Umum Tujuan Khusus Mahasiswa memahami arti Kerangka Kontrol Horizontal (KKH) Mahasiswa memahami cara pengukuran, cara menghitung, cara koreksi dari suatu pengukuran polygon baik polygon sistem terbuka

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Persiapan Persiapan menjadi salah satu kegiatan yang penting di dalam kegiatan penelitian tugas akhir ini. Tahap persiapan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu : 3.1.1

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

Bab 4 SALURAN TRANSMISI

Bab 4 SALURAN TRANSMISI Bab 4 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA PERPETAAN - 2 KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan Extra

Lebih terperinci

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur Modul 7-1 Modul 7 Pemetaan Situasi Detail 7.1. PENDAHULUAN Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur yang mencakup penyajian dalam dimensi horisontal dan vertikal secara

Lebih terperinci

sensing, GIS (Geographic Information System) dan olahraga rekreasi

sensing, GIS (Geographic Information System) dan olahraga rekreasi GPS (Global Positioning System) Global positioning system merupakan metode penentuan posisi ekstra-teristris yang menggunakan satelit GPS sebagai target pengukuran. Metode ini dinamakan penentuan posisi

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 8 ketentuan umum jalan rel OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan persyaratan umum dalam desain jalan rel Mahasiswa dapat menjelaskan beberapa pengertian kecepatan kereta api terkait

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengklasifikasi tata guna lahan dari hasil

Lebih terperinci

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017 Dielektrika, [P-ISSN 2086-9487] [E-ISSN 2579-650X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017 ANALISA SISTEM PROTEKSI PETIR (LIGHTNING PERFORMANCE) PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV SENGKOL-PAOKMOTONG

Lebih terperinci

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station Bahan ajar On The Job Training Penggunaan Alat Total Station Direktorat Pengukuran Dasar Deputi Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 2011 Pengukuran Poligon

Lebih terperinci

Kuliah Pengantar Surveying

Kuliah Pengantar Surveying Kuliah Pengantar Surveying Peta situasi adalah peta yang bertujuan menggambarkan kondisi pada area pekerjaan. Kondisi yang ditampilkan adalah detail sesuai dengan skala peta yang dibuat. Secara umum, peta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab I pendahuluan terdiri dari beberapa sub bab antara lain latar belakang, maksud dan tujuan, materi pekerjaan, lokasi dan waktu pelaksanaan, rencana pelaksanaan dan anggota kelompok.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan bentuk energi yang cocok untuk dan nyaman bagi manusia. Tanpa listrik, infrastruktur masyarakat sekarang tidak akan menyenangkan. Pemanfaatan secara

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK TEGANGAN TINGGI. HASBULLAH, MT Teknik Elektro FPTK UPI 2009

DASAR TEKNIK TEGANGAN TINGGI. HASBULLAH, MT Teknik Elektro FPTK UPI 2009 DASAR TEKNIK TEGANGAN TINGGI HASBULLAH, MT Teknik Elektro FPTK UPI 2009 Tegangan listrik Tegangan atau beda potensial antara dua titik, adalah usaha yang dibutuhkan untuk membawa muatan satu coulomb dari

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TUGAS AKHIR ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI Oleh Senando Rangga Pitoy NIM : 12 023 030 Dosen Pembimbing Deitje Pongoh, ST. M.pd NIP. 19641216 199103 2 001 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Penjumlahan Vektor. Edisi Kedua. Untuk SMA kelas X. (Telah disesuaikan dengan KTSP)

Penjumlahan Vektor. Edisi Kedua. Untuk SMA kelas X. (Telah disesuaikan dengan KTSP) Penjumlahan Vektor Edisi Kedua Untuk SMA kelas X (Telah disesuaikan dengan KTSP) Lisensi Dokumen : Copyright 008 009 GuruMuda.Com Seluruh dokumen di GuruMuda.Com dapat digunakan dan disebarkan secara bebas

Lebih terperinci

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA 1. SISTIM GPS 2. PENGANTAR TANTANG PETA 3. PENGGUNAAN GPS SISTIM GPS GPS Apakah itu? Dikembangkan oleh DEPHAN A.S. yang boleh dimanfaatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP

ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Metode Real Time Point Precise Positioning (RT-PPP) merupakan teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV

BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV 3.1. Persiapan Sebelum kegiatan survei berlangsung, dilakukan persiapan terlebih dahulu untuk mempersiapkan segala peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan survei

Lebih terperinci

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA SISTIM GPS SISTEM KOORDINAT PENGGUNAAN GPS SISTIM GPS GPS Apakah itu? Singkatan : Global Positioning System Dikembangkan oleh DEPHAN A.S. yang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ARUS INDUKSI ELEKTROSTATIS DI BAWAH SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 KV DI JALUR PEDAN-UNGARAN TUGAS AKHIR

PERHITUNGAN ARUS INDUKSI ELEKTROSTATIS DI BAWAH SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 KV DI JALUR PEDAN-UNGARAN TUGAS AKHIR PERHITUNGAN ARUS INDUKSI ELEKTROSTATIS DI BAWAH SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 KV DI JALUR PEDAN-UNGARAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai

Lebih terperinci