BAB II. PARASIT DAN JENIS-JENIS PARASIT. A. Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II. PARASIT DAN JENIS-JENIS PARASIT. A. Pendahuluan"

Transkripsi

1 BAB II. PARASIT DAN JENIS-JENIS PARASIT A. Pendahuluan Parasit ( ~ tinggal berdekatan) adalah organisme yang eksistensinya tergantung adanya organisme lain yang dikenal sebagai induk semang atau hospes. Organisme yang hidup sebagai parasit seperti cacing telah dikenal beratus-ratus tahun yang lalu oleh nenek moyang kita. Hewan-hewan parasit telah dikenal dan dibicarakan semenjak zamannya Aristoteles ( SM) dan Hipocrates ( SM ) di Yunani tetapi ilmu parasitnya sendiri baru berkembang setelah manusia menyadari pentingnya ilmu parasit dalam bidang biologi. Redi, ( ) seorang Itali menemukan larva di dalam daging yang kemudian berkembang menjadi lalat. Dan penemuan ini maka Redi diduga orang yang pertama mengembangkan ilmu parasit. Kemudian setelah ditemukan alat pembesar oleh Leeuwenhoek ( ) dan Belanda, hewan-hewan parasit bersel satu banyak ditemukan. Oleh karena eksistensi parasit tergantung dengan eksistensi hospesnya, kadangkadang adanya hospes disuatu daerah dapat digunakan untuk memprediksi eksistensi parasit di daerah tersebut. Pada pokok bahasan ini dibahas disertai dengan contoh-contohnya parasit dan jenisjenis dari parasit. Setelah mempelajari pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan dengan contoh-contohnya berbagai jenis parasit berdasarkan: sifat parasitannya, waktu berparasit, jumlah hospes, lokasi / predileksi, pengaruhnya terhadap hospes, dan berdasarkan klasifikasi hewan. Pokok bahasan ini terdiri dari 6 ( enam ) subpokok bahasan yang berikan selama 5 (lima) jam tatap muka. Lima subpokok bahasan tersebut adalah jenis jenis parasit : berdasarkan sifat keparasitan, berdasarkan waktu / derajat keparasitan, berdasarkan jumlah hospesnya, berdasarkan lokasi / predileksi parasit dalam tubuh hospesnya, berdasarkan pengaruh terhadap hospesnya, dan berdasarkan klasifikasi hewan. B. Penyajian Berdasarkan sifat parasit. 1. Parasit fakultatif. Parasit fakultatif adalah organisme yang sebenarnya organisme hidup bebas, tetapi karena kondisi tertentu mengharuskan organisme tersebut hidup sebagai parasit sehingga sifat hidup keparasitannya itu tidak mutlak. Sebagai contoh lalat-lalat Universitas Gadjah Mada 1

2 seperti Sarcophaga, Chrysomyia, Caelophora dan lain-lainnya yang termasuk keluarga Calliphorinae. Stadium larvanya normalnya hidup di dalam kotoran ternak, tetapi karena tidak ada kotoran ternak, terpaksa lalat betina bertelur di tubuh yang luka sehingga waktu menetas larva dan menimbulkan miasis yang biasanya dijumpai di sela-sela tracak atau bagian belakang kuku bahkan dibagian lubang telinga luar. 2. Parasit obligat. Parasit obligat adalah semua organisme yang untuk kelangsungan hidup dan eksistensinya mutlak memerlukan hospes. Semua organisme yang patogen merupakan parasit obligat. 3. Parasit insidentil atau parasit sporadis. Parasit insidentil adalah suatu parasit yang karena sesuatu sebab berada pada hospes yang tidak sewajarnya. Contoh parasit insidentil: Dipylidium caninum. Parasit ini adalah cacing pita pada anjing yang dikenal dengan cacing pita biji ketimun, tetapi karena kebetulan atau karena suatu kecelakaan terdapat pada manusia. Kecelakaan itu dapat terjadi sebagai berikut: bila ada segmen yang gravid lepas dan merayap keluar melalui anus anjing, dan diluar termakan oleh pinjal anjing Ctenocephalus canis atau pinjal manusia Pulex irritans maka telur yang telah berembrio tumbuh menjadi sistiserkoid atau kriptosista. Oleh karena kedekatan antara anjing dan manusia bila pinjal tersebut termakan olehnya maka didalam saluran pencernaan manusia tersebut dapat ditemukan cacing biji ketimun.. Gongylonema scutum, Parasit ini adalah termasuk cacing nematoda yang secara normal parasit pada mulut sapi, tetapi karena kebetulan mungkin dapat ditemukan pada mulut orang. 4. Parasit eratika. Parasit eratika adalah parasit yang terdapat pada hospes yang wajar tetapi lokasinya pada daerah yang tidak sewajarnya. Contoh parasit eratika : Ascaris lurnbricoides. Parasit ini termasuk cacing nematoda yang normalnya berlokasi di dalam duodenum manusia dan babi. Namun demikian karena pengaruh sesuatu hal seperti misalnya kelaparan atau karena pengaruh gerakan antiperistaltik dinding usus, cacing tersebut terdorong masuk ke lambung atau memasuki kandung empedu lewat saluran empedu. Terjadinga parasit eratika ini mungkin juga karena migrasi cacing dalam siklus hidupnya tidak normal. Misalnya, larva Ascaris sesampainya di dalam paru tidak terbatukkan agar tertelan lewat trakea, tetapi dari paru malah masuk peredaraan darah besar sehingga cacing datang disembarang jaringan tubuh hospesnya sehingga pernah cacing ini ditemukan di dalam medula oblongata seekor kera. Fasciola hepatica, Parasit ini termasuk cacing trematoda yang secara normal berlokasi di dalam hati sapi, tetapi karena kecelakaan mungkin ditemukan di dalam jaringan bawah kulit kelinci atau mungkin di temukan di dalam paru kuda. Kejadian ini tidak hanya bersifat parasit eratika tetapi juga termasuk parasit indisentil. 5. Parasit spuriosa. Istilah ini sebenarnya tidak tepat untuk menyatakan parasit salah duga. Hal ini terjadi pada saat diagnosa pasca mati, misalny karena sebelum mati Universitas Gadjah Mada 2

3 anjing makan tinja sapi yang mengandung telur cacing Moniezia expansa, maka pada pemeriksaan pasca mati bisa saja anjing didiagnosa terinfestasi cacing Moniezia expansa. Berdasarkan waktu atau derajat keparasitannya 1. Parasit temporer atau parasit non periodik. Parasit temporer adalah organisme yang sebagian waktu hidupnya harus hidup sebagai parasit sedang sisa hidupnya sebagai organisme hidup bebas. Contoh-contoh dari parasit temporer : Nyamuk Anopheles. Anopheles betina sebagian kecil waktu hidupnya hidup sebagai parasit penghisap darah hanya pada malam hari yang panas, sedang setelah itu Anopheles betina tersebut hidup bebas. Cimex lecticularis, Parasit ini dikenal sebagai kutu busuk. Cimex Lecticularis hidup sebagai parasit hanya 15 menit pada saat menghisap darah hospesnya, tetapi dengan hidup sebagai parasit 15 menit, kutu tersebut dapat hidup bebas selama satu tahun. Omithodorus moubata, organisme ini adalah Caplak parasit pada babi, domba, kambing, anjing, kelinci bahkan pada manusia. Caplak ini hidup sebagai parasit saat larvanya menghisap darah selama 5-7 hari, tetapi dengan hidup sebagai parasit hanya beberapa caplak tersebut dapat hidup bebas selama 14 tahun di dalam debu atau di dalam celah-celah gubuk. 2. Parasit stasioner. Parasit stasioner adalah parasit yang selama satu stadium perkembangannya atau selama hidupnya selalu kontak dengan hospesnya. Parasit stasioner dibedakan antara: 1. Parasit stasioner periodik. Yang termasuk golongan ini adalah parasit-parasit protelien (larvanya parasit, dewasa hidup bebas) dan juga sebaliknya untuk parasit - parasit yang larvanya hidup bebas sedang dewasanya hidup sebagai parasit. Sebagai contoh parasit protelien adalah lalat Gastrophilus sp. Lalat ini stadium larvanya hidup sebagai parasit di dalam Universitas Gadjah Mada 3

4 lambung kuda, menempel dan menghisap darah dinding lambung dan setelah bulan keluar daii hospesnya bersama feses. Di luar tubuh hospes lalu melanjutkan perkembangannya dan akhirnya menjadi lalat dewasa yang hidup bebas. Contoh yang hidup sebagai parasit stadium dewasa sedang larvanya hidup bebas adalah cacing golongan strongil. Cacing - cacing tersebut larvanya paling tidak sampai stadium infektif hidup bebas sedang yang dewasan hidup sebagai parasit di dalam saluran pencernaan herbivore. 2. Parasit stasioner permanen. Parasit stasioner permanen adalah organisme yang selama hidupnya selalu kontak dan hidup sebagai parasit pada atau di dalam hospesnya. Yang termasuk parasit golongan ini adalah baik yang stadium larva dan dewasanya hidup sebagai parasit di dalam satu hospes yang sama maupun yang stadium larva dan stadium dewasanya hidup sebagai parasit pada atau di dalam hospes yang berbeda. Contoh parasit yang stadium larva dan dewasanya permanen pada atau di dalam satu hospes adalah kutu. Semua stadium hidupnya mulai telur, larva, nimfa dan dewasa biasanya berada dalam satu hospes. Contoh parasit yang stadium larva dan stadium dewasanya selalu berada di dalam hospes yang berbeda adalah protozoa darah seperti Plasmodium. Plasmodium stadium dewasanya (dimanifestasikan dengan reproduksi seksual) berparasit dalam tubuh nyamuk Anopheles sedang stadium mudanya di dalam tubuh manusia. Jadi untuk Plasmodium tidak ada stadium hidup bebas. Universitas Gadjah Mada 4

5 Berdsarkan jumlah hospesnya 1. Parasit holoksenosa atau parasit monoksenosa. Parasit holoksenosa adalah parasit yang dalam siklus hidupnya hanya membutuhkan satu organisme lain sebagai hospes. Contoh-contoh parasit holoksenosa Eimeria tenella. Parasit termasuk protozoa yang dalam siklus hidupnya hanya membutuhkan satu hospes yaitu ayam. Cacing golongan Strongil ( Haemonchus sp., Trichostrongylus sp., Oesophagostomwn sp. dll ). Cacing - cacing tersebut dalain siklus hidupnya hanya membutuhkan satu hospes yaitu herbivora. Kutu : sernua kutu umumnya hanya hidup dalam satu hospes. 2. Parasit heteroksenosa. Parasit heteroksenosa adalah parasit yang dalam siklus hidupnya membutuhkan lebih dan satu organisme lain sebagai hospesnya. Contohcontoh parasit heteroksenosa : Babesia motasi. Babesia motasi adalah protozoa yang berparasit dalam sel darah domba. Dalam siklus hidupnya, protozoa tersebut membutuhkan caplak dan domba sebagai hospesnya. Paragonimus westermani Parasit ini termasuk cacing trematoda yang berparasit pada paru manusia. Dalam siklus hidupnya trematoda tersebut membutuhkan organisme lain selain manusia sebagai hospesnya yaitu keong (Semisulcospira libertina) dan udang atau kepiting sebagai hospesnya. Dicrocoelium dendriticum. Parasit ini juga termasuk cacing trematoda yang berparasit di dalam saluran atau kantung empedu domba. Di dalam siklus hidupnya trematoda tersebut selain domba juga membutuhkan keong ( Helicella sp. ) dan semut (Formica fusca) sebagai hospesnya. Parasit poliksenosa, parasit poliksenosa adalah parasit yang dalam siklus hidupnya membutuhkan lebih dari satu hospes tetapi hospes tersebut spesiesnya sama. Sebagai contohnya adalah caplak keras ketualga Ixodidae yang berhospes dua atau tiga (pada vertebrata) merupakan parasit poliksenosa, kecuali Ixodes ricinus yang termasuk parasit heteroksenosa karena stadium larva dan nimfanya membutuhkan burung sebagai hospesnya dan stadium dewasa hidup berparasit pada anjing atau mamalia lainnya Berdasarkan lokasi atau predileksinya 1. Ektoparasit atau ektozoa. Ektoparasit adalah parasit-parasit yang hidup berparasitnya pada permukaan tubuh hospes atau di dalarn liang-liang pada kulit yang masih mempunyai hubungan bebas dengan dunia luar. Termasuk golongan ini adalah parasit temporer atau non periodik atau dikenal parasit datang pergi. Disebut parasit datang pergi karena parasit mengunjungi hospesnya hanya pada waktu tertentu saja. Contohcontoh ektoparasit Nyamuk dan lalat. Nyamuk dan lalat seperti nyamuk Anopheles (manusia) dan lalat Stomoxys (kuda, sapi) termasuk parasit temporer karena keduanya Universitas Gadjah Mada 5

6 mengunjungi hospesnya untuk hidup berparasit pada waktu tertentu untuk menghisap darah. Kutu, pinjal dan caplak. Kutu seperti Pediculus ( manusia ), Haematopinus (sapi) dan Linognathus (sapi, domba, kambing, anjing), pinjal seperti Pulex (tikus), dan Ctenocephalus (anjing, kucing), caplak seperti Ixodes, Boophilus, Riphicephalus (herbivora, karnivora) semuanya termasuk ektoparasit karena hidup pada permukaan tubuh hospesnya. Tungau, tungau-tungau seperti Sarcoptes, Psoroptes, Chorioptes ( herbivora ), Demodex ( anjing, sapi, manusia ), Cnemidocoptes (unggas ), Otodectes (kelinci) adalah tungau yang hidup di dalam liang-liang kulit dan karena liang-liang tersebut masih berhubungan dengan dunia luar maka tungau juga termasuk ektoparasit. 2. Endoparasit atau entoparasit atau entozoon. Endoparasit adalah parasit-parasit yang berlokasi didalam jaringan tubuh hospesnya kecuali yang hidup dipermukaan tubuh dan di dalam liang-liang kulit. Contoh-contoh endoparasit: Di dalam saluran pencernaan. Saluran pencernaan tampaknya lokasi yang banyak disenangi sebagai tempat tinggal atau predileksi parasit. Parasit dan berbagai spesies cacing nernatoda, trematoda dan cestoda banyak tinggai di dalam lumen atau di dalam mukosa dinding saluran pencernaan. Cacing nematoda yang berlokasi di dalam lumen contohnya adalah Spirocerca (esophagus anjing), Ascaridia (Ayam), Ascaris (babi, manusia), Neoascaris (sapi), Parascaris (kuda), Toxocara (anjing, kucing), Bunostomum, Haemonchus (sapi, domba, kambing) Strongylus (kuda), Strongyloides (herbivore), Ancylostoma (anjing, manusia) dll. Cacing trematoda yang berparasit di dalam lumen usus contohnya: Paramphistomum (ruminansia), Echinostoma (unggas), Metagonimus, Platynosomum (anjing)dll, sedang cacing cestoda yang berlokasi di dalam lumen usus contohnya adalah Taenia (manusia), Moniezia (ruminansia), Raillietina, Davaina, Hymenolepis, Choanotaenia (unggas). Selain itu ada juga parasit yang berlokasi di dalam hati seperti Fasciola hepatica (sapi), Opistorchis (anjing, babi, manusia), Eimeria stidae (kelinci), Histomonas (unggas) dan di dalam pancreas seperti Eurythrema pancreaticum (sapi). Di dalam saluran pernafasan, saluran pernafasan juga banyak ditempati beberapa spesies parasit seperti Metrastrongylus, Dictyocaulus (domba), Paragonimus (manusia), Syngamus (ayam) dll. Selain itu banyak stadium larva terutama cacing nematode yang dalam siklus hidupnya melewati saluran pernafdasan sebelum mencapai predileksinya di dalam saluran pencernaan. Di dalam saluran urmasi dan reproduksi. Parasit-parasit yang berlokasi di dalam organ ini antara lain Stephaneurus dentatus (babi), Capilaria plica (anjing), Setaria (kantung testis kuda), Prosthogonimus ( saluran telur dan bursa fabrisius unggas), Tritrichomonas foetus (sapi), izypanosoma equierdum (kuda) Di dalam sirkulasi. Banyak parasit juga ditemukan dalam sirkulasi baik di dalam jantung, dalam plasma darah (ekstra seluler) maupun pada atau di dalam sel-sel darah (intraseluier). Parasit yang terdapat di dalam jantung biasanya di bilik kanan antara lain Universitas Gadjah Mada 6

7 adalah Dirofflaria (anjing), Dipetalonema ( manusia ). Yang berlokasi di dalam plasma darah antara lain adalah cacing Schistosoma (manusia, sapi), Strongylus vuigaris (kuda), Trypanosoma (anjing, kuda, ruminansia) dan beberapa larva nematoda seperti Microfilaria bancrofti M malayi (manusia) dan larva dari Stephanofflaria (sapi). Parasitparasit intraseluler sel darah antara lain yang berada pada permukaan sel darah merah adalah Eperytrozoon (domba), yang berparasit di dalam sel darah merah antara lain Plasmodium (kera, manusia, ayam) Haemoproteus, Leucocytozoon (ayam), Babesia (sapi, domba, anjing ), dan Theileria ( sapi, domba ), sedang yang berparasit di dalam sel darah putih adalah Hepatozoon ( anjing ). Parasit di mata. Ada beberapa parasit yang berlokasi di mata antara lain, Loa-loa (manusia), Thelazia (sapi) dan Oxyspirura mansoni (ayam). Parasit di jaringan kulit. Parasit yang terdapat dijaringan kulit antara lain, Besnoitia, Sarcocystis (sapi), Leishmania (anjing, manusia) sedang yang di bawah kulit adalah Onchocerca gibsoni ( manusia) dan Stephanofflaria ( sapi). Parasit di dalam otot serang lintang. Beberapa larva cacing pita seperti sistiserkus selulosa (pada babi) (larva cacing Taenia solium ), sistiserkus bovis (pada sapi) (larva Taenia saginata) dan larva Trichinella spfralis berlokasi di dalam otot seran lintang. Parasit di dalam organ lain seperti di otak adalah sista Toxoplasma (berbagai hewan) dan Neospora (anjing), di dalam air susu anjing mungkin ditemukan larva Ancylostoma. Untuk tujuan mempelajari parasit lebih lanjut berdasarkan lokasinya penulis membagi 3 golongan parasit yaitu: Gambar 3. Skema jenis-jenis parasit berdasarkan lokasi dalam tubuh hospes Universitas Gadjah Mada 7

8 ektoparasit yaitu ektoparasit seperti yang diuraikan sebelumnya, mesoparasit adalah parasit-parasit yang lokasinya di dalam saluran pencernaan, saluran pernafasan dan saluran reproduksi dan urinasi, sedang yang terakhir adalah endoparasit adalah parasit-parasit yang berlokasi dalam jaringan tubuh hospes yang tidak memiiki akses ke dunia luar. Dari penggolongan parasit berdasarkan lokasi muncul istilah infeksi dan infestasi. Istilah infeksi biasanya diperuntukkan bagi parasit internal (endoparasit) atau parasit yang berkembang biak di dalam tubuh hospes sedang istilah infestasi diperuntukkan bagi ektoparasit atau parasit yang berkembang biak di luar tubuh hospes. Namun demikian parasitolog British menyebut infestasi untuk menyebut adanya helminth pada atau di dalam tubuh hospes. Berdasarkan pengaruhnya terhadap hospes. Adanya parasit di dalam suata hospes akan berpengaruh terhadap hospesnya. Pengaruh tersebut bervanasi mulai yang pengaruhnya tidak tampak sampai yang menimbulkan sakit pada hospesnya. Sehingga dalam parasitologi dikenal istilah parasitiasis dan parasitosis. Parasitiasis adalah kondisi hospes yang mengandung parasit tapi tidak menimbulkan sakit, sebaliknya parasitosis adalah kondisi hospes yang mengadung parasit dan menimbulkan gejala sakit Karena parasit tersebut. Berdasarkan pengaruh pada hospes dikenal tiga golongan parasit yaitu: 1. Parasit patogen : Parasit-parasit seperti Plasmodium falciparum, Theileria parva, Trypanosoma evans, Babesia bigemina dan Leishmania donovani dapat digolongkan parasit yang berefek patogen terhadap hospesnya. 2. Parasit kurang patogen. Parasit Fasciola hepatica kurang patogen pada domba sedang Fasciola giganlica kurang patogen bagi sapi. Haemonchus contortus dan cacing kait Bunostomum termasuk dapat digolongkan parasit kurang patogen. 3. Parasit yang tidak patogen. Termasuk parasit tidak patogen adalah Ascaris Jumbricoides pada babi dan manusia. Penggolongan parasit berdasarkan pengaruh parasit terhadap hospesnya tidak jelas batasnya karena pengaruh parasit terhadap hospesnya dipengaruhi banyak faktor seperti kepekaan hospes, kondisi hospes, jumlah parasit dan sebagainya, sehingga parasit yang digolongkan kurang patogen bisa Lenladi parasit yang patogen bila jumlahnya banyak dan terdapat pada hospes yang peka. Demikian pula sebalikaya parasit seperti Trypansoma Universitas Gadjah Mada 8

9 evansi adalah parasit yang patogen tetapi bagi hospes tertentu (sapi n Dama) yang memiliki sifat tripanotoleran Trypanosoma tersebut menjadi tidak patogen. Berdasarkan klasifikasi hewan Hewan terdiri dari hewan bersel satu ( uniseluler atau protozoa ) dan bersel banyak (multiseluler atau metazoa). 1. Uniseluler parasit. Kebanyakan hewan-hewan bersel satu sebagian besar hidupnya sebagai parasit seperti misalnya, hewan-hewan yang termasuk filum Sarcomastigophora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora dan Ciliophora. Contoh parasit yang termasul dalam filum Sarcomastigophora adalah Trypanosoma, Trichomonas, Tritrichomonas, Histomonas, Giardia. Contoh parasit yang termasuk filum Apicomplexa adalah Hepatozoon, Eimeria, Isospora, Cryptospondia, Toxoplasma, Sarcocystis Besnoitia, Hammondia, Plasmodiuin. Haemoproteus, Leucocytozoon, Baesia dan Theileria. Contoh parasit yang termasuk Microspora adalah Encephalotozoon (parasit pada otak dan ginjal kelinci, tikus, marmut, anjing, hamster). Myxozoa parasit biasanya ditemukan pada ikan, sedang contoh parasit yang termasuk kedalam filum Ciliophora adalah Balantidium. 2. Multiseluler parasit. Hewan-hewan multiseluler yang hidupnya sebagai parasit kebanyakan pada hewan-hewan invertebrata seperti yang termasuk filum Nemathelininthes, Plathyhelminthes, Crustacea Arthropoda. Contoh parasit yang termasuk filum Nemathelininthes adalah Ascaris, Ancylostoma, Haemonchus, Spirocerca. Contoh parasit yang termasuk filum Platyhelminthes adalah Taema, Raillietina, Fasciola, Eurythrema, Paramphistomum. Contoh parasit yang termasuk Crustace adalah kebanyakan anggota ordo Isopoda, dan sebagian dari ordo Amphipoda dan Decapoda yang kesemuanya parasit pada hewan akuatik. Pada filum-filum lainnya dan hewan ertebrata seperti Spongifera, Porifera, Echinodermata, Coelanterata, dan Mollusca walaupun ada tapi jarang sekali yang hidup sebagai parasit bahkan filum Echinodermata mungkin satu-satunya yang tidak miliki anggota yang hidupnya sebagai parasit. Sedangkan, hewan-hewan vertebrata yang umumnya ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari hewan-hewan yang disebut sebelumnya hampir tidak ada yang hidup sebagai parasit bahkan kebanyakan dari mereka berperan sebagai hospes dalam kehidupn simbiosis parasitik. Walaupun demikian ada informasi bahwa di Amerika selatan ada hewan vertebrata yang hidup sebagai parasit yaitu sejenis ikan golongan uritormis (Branchioica dan Vandeffia) hidup di dalam rongga insang ikan lain dimana ikan tersebut menghisap darah ikan lain yang berperan sebagai hospesnya, sedangkan klasifikasi parasit dapat dilihat pada lampiran. Universitas Gadjah Mada 9

10 C. Penutup Latihan : 1. Jelaskan dengan disertai conohnya parasit fakultatif dan parasit obligat 2. Jelaskan disertai dengan contohnya parasit holoksenosadan parasit heteroksenosa 3. Jelaskan perbedaan antara parasit heteroksenosa dan parasit poliksenosa 4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan parasit protelien dan berikan contohnya 5. Sebutkan parasit-parasit yang dianggap pathogen. Universitas Gadjah Mada 10

BAB IV. STADIUM-STADIUM DAN SIKLUS HIDUP PARASIT. A. Pendahuluan

BAB IV. STADIUM-STADIUM DAN SIKLUS HIDUP PARASIT. A. Pendahuluan BAB IV. STADIUM-STADIUM DAN SIKLUS HIDUP PARASIT A. Pendahuluan Siklus hidup parasit adalah rangkaian tahapan pertumbuhan suatu parasit yang langsung atau tidak langsung dari satu stadium parasit ke stadium

Lebih terperinci

PARASTOLOGI. Tugas 1. Disusun untuk memenuhi tugas praktik komputer 1. Editor : Vivi Pratika NIM : G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

PARASTOLOGI. Tugas 1. Disusun untuk memenuhi tugas praktik komputer 1. Editor : Vivi Pratika NIM : G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN 1 PARASTOLOGI Tugas 1 Disusun untuk memenuhi tugas praktik komputer 1 Editor : Vivi Pratika NIM : G0C015098 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam dan telur bukanlah jenis makanan yang asing bagi penduduk indonesia. Kedua jenis makanan tersebut sangat mudah dijumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bahkan

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain:

Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain: Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain: Tubuh simetri bilateral Belum memiliki sistem peredaran darah Belum memiliki anus Belum memiliki rongga badan (termasuk kelompok Triploblastik

Lebih terperinci

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI HASIL PEMERIKSAAN KECACINGAN di SD MUH. KEDUNGGONG, SD DUKUH NGESTIHARJO,SDN I BENDUNGAN dan SD CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

Lebih terperinci

PLATYHELMINTHES. Dugesia tigrina. A. Karakteristik

PLATYHELMINTHES. Dugesia tigrina. A. Karakteristik A. Karakteristik PLATYHELMINTHES 1.Tubuh terdiri atas 3 lapisan sel: ektodermis, mesodermis, dan endodermis (triploblastik) 2. Hidup bebas atau parasit 3. Alat ekskresi berupa sel api 4. Alat pencernaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Ongole (Bos indicus) Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di Indonesia, sapi ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Sumba ongole dan

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI 2016 PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI LABORATORIUM JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI AS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR I. IDENTIFIKASI EKTOPARASIT A. Pengantar Keberhasilan

Lebih terperinci

CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA

CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA Dalam perkembangbiakannya,invertebrata memiliki cara reproduksi sebagai berikut 1. Reproduksi Generatif Reproduksi generative melalui fertilisasi antara sel kelamin jantan

Lebih terperinci

BAB I. SIMBIOSIS DAN PARASITISME. A. Pendahuluan

BAB I. SIMBIOSIS DAN PARASITISME. A. Pendahuluan BAB I. SIMBIOSIS DAN PARASITISME A. Pendahuluan Parasitologi adalah suatu ilmu cabang biologi yang membatasi diri untuk pelajari organisme yang hidupnya tergolong bersifat parasitisme yaitu parasit. Kehidupan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Sapi Penggolongan sapi ke dalam suatu Genera berdasarkan pada persamaan karakteristik yang dimilikinya. Karakteristik yang dimiliki tersebut akan diturunkan ke generasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kuda (Equus caballus) Kuda sudah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber daging, alat transportasi dan kemudian berkembang menjadi hewan yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anjing merupakan salah satu jenis hewan yang dikenal bisa berinteraksi dengan manusia. Interaksi demikian telah dilaporkan terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Salah

Lebih terperinci

MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1

MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1 MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA MADRASAH ALIYAH NEGERI SURADE 2016 KATA PENGANTAR Assallamu alaikum

Lebih terperinci

ARTIKEL PARASITOLOGI. Editor: Fircha Silvia Nugraheni G1C PROGRAM DIPLOMA IV ANALIS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016

ARTIKEL PARASITOLOGI. Editor: Fircha Silvia Nugraheni G1C PROGRAM DIPLOMA IV ANALIS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016 1 ARTIKEL PARASITOLOGI Editor: Fircha Silvia Nugraheni G1C015020 PROGRAM DIPLOMA IV ANALIS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016 1 2 PARASITOLOGI Defisini parasitologi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

TREMATODA PENDAHULUAN

TREMATODA PENDAHULUAN TREMATODA PENDAHULUAN Trematoda termasuk dalam filum Platyhelminthes Morfologi umum : Pipih seperti daun, tidak bersegmen Tidak mempunyai rongga badan Mempunyai 2 batil isap : mulut dan perut. Mempunyai

Lebih terperinci

Taenia saginata dan Taenia solium

Taenia saginata dan Taenia solium Taenia saginata dan Taenia solium Mata kuliah Parasitologi Disusun Oleh : Fakhri Muhammad Fathul Fitriyah Ina Isna Saumi Larasati Wijayanti Sri Wahyuni Kelompok 6 DIV KESEHATAN LINGKUNGAN TAKSONOMI Taenia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi parasit internal masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan ternak dan mempunyai dampak kerugian ekonomi yang besar terutama pada peternakan rakyat

Lebih terperinci

Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah.

Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah. 1. Penyakit Parasit Cacing pada Ruminansia Walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian, akan tetapi kerugian dari segi ekonomi dikatakan sangat besar, sehingga penyakit parasit cacing

Lebih terperinci

PARASITOLOGI. Editor: SALIS SETYAWATI G1C PROGRAM STUDI DIPLOMAT IV ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

PARASITOLOGI. Editor: SALIS SETYAWATI G1C PROGRAM STUDI DIPLOMAT IV ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN 1 PARASITOLOGI Editor: SALIS SETYAWATI G1C015009 PROGRAM STUDI DIPLOMAT IV ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016 2 A. Pengertian Parasitologi Gambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Trasmitted Helminth Soil Transmitted Helminth ( STH ) merupakan infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing yang penyebarannya melalui tanah. Cacing yang termasuk STH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia sulit terlepas dari kehidupan hewan, baik sebagai teman bermain atau untuk keperluan lain. Meskipun disadari bahwa kedekatan dengan hewan dapat menularkan

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Pada Hewan

Sistem Pencernaan Pada Hewan Sistem Pencernaan Pada Hewan Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan

Lebih terperinci

MENGENAL BERBAGAI PENYAKIT PARASITIK PADA TERNAK

MENGENAL BERBAGAI PENYAKIT PARASITIK PADA TERNAK MENGENAL BERBAGAI PENYAKIT PARASITIK PADA TERNAK SUWANDI Balai Penelitian Ternak, PO BOX221 Bogor 16002 RINGKASAN Parasit merupakan organisme yang hidupnya merugikan induk semang yang ditumpanginya. Ada

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM dan KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER. (Mata Kuliah: Biologi Mikroba -Parasitologi) TAHUN AJARAN LABORATORIUM PARASITOLOGI

RENCANA PROGRAM dan KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER. (Mata Kuliah: Biologi Mikroba -Parasitologi) TAHUN AJARAN LABORATORIUM PARASITOLOGI RENCANA PROGRAM dan KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (Mata Kuliah: Biologi Mikroba -Parasitologi) TAHUN AJARAN 013-014 LABORATORIUM PARASITOLOGI RENCANA PROGRAM dan KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER Identitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan bahan pangan bergizi tinggi yaitu susu. Jenis sapi perah yang paling

Lebih terperinci

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1. Infeksi Cacing Pita 2.1.1. Definisi Infeksi cacing pita atau taeniasis ialah penyakit zoonosis parasiter yang disebabkan cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia (Taenia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni (pure breed),

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Parasit

TINJAUAN PUSTAKA. Parasit 4 Parasit TINJAUAN PUSTAKA Parasit dapat dibedakan menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar dari tempatnya bergantung atau pada permukaan

Lebih terperinci

PROTOZOA. Marlia Singgih Wibowo

PROTOZOA. Marlia Singgih Wibowo PROTOZOA Marlia Singgih Wibowo Pendahuluan Protozoa berarti first animal, suatu bentuk sederhana kehidupan hewan Dapat hidup bebas di laut, air tawar, atau tanah, atau bersimbiosis, atau hidup di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Saanen adalah salah satu ternak dwiguna yang cukup potensial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Saanen adalah salah satu ternak dwiguna yang cukup potensial 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Saanen Kambing Saanen adalah salah satu ternak dwiguna yang cukup potensial dan perlu dikembangkan sebagai penyedia protein hewani yang dapat menghasilkan susu dan

Lebih terperinci

PARASITOLOGI. OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS

PARASITOLOGI. OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS PARASITOLOGI OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS DEFINISI PARASITOLOGI ialah ilmu yang mempelajari tentang jasad hidup untuk sementara atau menetap pada/ di dalam jasad hidup lain dengan maksud mengambil sebagian

Lebih terperinci

Pengantar Parasitologi

Pengantar Parasitologi Modul 1 Pengantar Parasitologi Dr. Bambang Heru Budianto, MS. M PENDAHULUAN odul ini memberikan gambaran sekilas tentang parasit dan interaksinya baik dengan inang maupun lingkungan. Setelah mempelajari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),

Lebih terperinci

Kadang2 ada kait2 Tanpa kait-kait Tanpa mulut Mempunyai mulut Rongga Badan Rongga Badan Tidak ada Tidak ada Saluran Pencernaan Saluran Pencernaan Tida

Kadang2 ada kait2 Tanpa kait-kait Tanpa mulut Mempunyai mulut Rongga Badan Rongga Badan Tidak ada Tidak ada Saluran Pencernaan Saluran Pencernaan Tida HELMINTHES (CACING) * NEMATODA Bentuk : Selinder Tidak bersegmen Bagian Anterior Tanpa alat isap Tanpa kait-kait Mempunyai mulut Rongga Badan Ada Saluran Pencernaan Ada, mempunyai anus Kelamin Terpisah

Lebih terperinci

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN BAHAN MAKANAN (MOLEKUL ORGANIK) Lingkungan eksternal Hewan KONSUMSI MAKANAN PROSES PENCERNAAN PROSES PENYERAPAN PANAS energi yg hilang dalam feses MOLEKUL NUTRIEN (dalam

Lebih terperinci

DEFINISI PARASITOLOGI

DEFINISI PARASITOLOGI DEFINISI PARASITOLOGI Dwi Susilowati G1C015018 D4 Analis Kesehatn Universitas Muhammadiyah Semarang PARASITOLOGI Pengertian atau defisini parasitologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai jasad-jasad

Lebih terperinci

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. baik, diantaranya dalam hal pemeliharaan. Masalah kesehatan kurang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. baik, diantaranya dalam hal pemeliharaan. Masalah kesehatan kurang PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar sapi potong dipelihara oleh peternak hanya sebagai sambilan. Tatalaksana pemeliharaan sapi pada umumnya belum baik, diantaranya dalam hal pemeliharaan. Masalah

Lebih terperinci

DEFINISI PARASITOLOGI

DEFINISI PARASITOLOGI i DEFINISI PARASITOLOGI EDITOR : DWI SUSILOWATI NIM G1C015018 PROGRAM DIPLOMA VI ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016 i 1 PARASITOLOGI Pengertian

Lebih terperinci

Ciri-ciri umum cestoda usus

Ciri-ciri umum cestoda usus Ciri-ciri umum cestoda usus Bentuk tubuh pipih, terdiri dari kepala (scolex) dilengkapi dengan sucker dan tubuh (proglotid) Panjang antara 2-3m Bersifat hermaprodit Hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan penyakit pada ternak merupakan salah satu hambatan yang di hadapi dalam pengembangan peternakan. Peningkatan produksi dan reproduksi akan optimal, bila secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang beriklim tropis terluas di dunia dan merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna.

Lebih terperinci

YANG DlTIMBULKANNYA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. Oleh SUTIKNQ B

YANG DlTIMBULKANNYA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. Oleh SUTIKNQ B EKTOPARASIT PADA KUDA YANG DlTIMBULKANNYA DAN MASALAH Oleh SUTIKNQ B. 160149 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1986 RINGKASAN SUTIKNO. Ektoparasit pada kuda dan masalah yang ditimbulkannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai parasit sperti cacing telah dikenal beratus-ratus tahun yang lalu oleh nenek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai parasit sperti cacing telah dikenal beratus-ratus tahun yang lalu oleh nenek 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parasit Parasit adalah organisme yang eksistensinya tergangung adanya organisme lain yang dikenal sebagai induk semang atau hospes. Organisme yang hidup sebagai parasit sperti

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Penyakit Parasitik FASCIOLA GIGANTICA. Oleh FIKRI AFRIZAL NIM

Laporan Praktikum Penyakit Parasitik FASCIOLA GIGANTICA. Oleh FIKRI AFRIZAL NIM Laporan Praktikum Penyakit Parasitik FASCIOLA GIGANTICA Oleh FIKRI AFRIZAL NIM 1102101010049 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2013 FASCIOLA GIGANTICA a. Morfologi

Lebih terperinci

KONSEP PARASITOLOGI. Ns. WIDYA LITA FITRIANUR, S.Kep

KONSEP PARASITOLOGI. Ns. WIDYA LITA FITRIANUR, S.Kep KONSEP PARASITOLOGI Ns. WIDYA LITA FITRIANUR, S.Kep KONSEP DASAR PARASITOLOGI Pada dasarnya ilmu parasitologi adalah mempelajari mengenai simbiosis, terutama bentuk suatu organisme yang bersifat parasit.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Orangutan Orangutan adalah salah satu satwa liar yang paling dikenal dan membuat kagum hampir semua orang di dunia, termasuk di Indonesia. Morfologi dan perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan ke manusia. Gejala klinis dari penyakit

Lebih terperinci

BAB 2. TARGET LUARAN BAB 3. METODE PELAKSANAAN

BAB 2. TARGET LUARAN BAB 3. METODE PELAKSANAAN BAB 1. PENDAHULUAN Kebutuhan protein hewani asal ternak yang semakin terasa untuk negara berkembang, khususnya Indonesia, harus terus ditangani karena kebutuhan itu semakin bertambah disebabkan oleh pertambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup cacing parasitik yang ditunjang oleh pola hidup kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup cacing parasitik yang ditunjang oleh pola hidup kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik fisik wilayah tropis seperti Indonesia merupakan surga bagi kelangsungan hidup cacing parasitik yang ditunjang oleh pola hidup kesehatan masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris Lumbricoides Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering dijumpai. Diperkirakan prevalensi di dunia berjumlah sekitar 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit pada Unggas Akibat Protozoa Pencernaan 2.1.1 Koksidiosis Penyakit terkenal pada unggas yang disebabkan oleh protozoa adalah koksidiosis atau berak darah. Koksidiosis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berabad-abad lalu. Beberapa sinonim sapi bali yaitu Bos javanicus, Bos banteng

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berabad-abad lalu. Beberapa sinonim sapi bali yaitu Bos javanicus, Bos banteng 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali berasal dari banteng (Bibos banteng) yang telah didomestikasi berabad-abad lalu. Beberapa sinonim sapi bali yaitu Bos javanicus, Bos banteng dan Bos sondaicus.

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN Oleh : Kelompok 7 Program Profesi PSIK Reguler A Prilly Priskylia 115070200111004 Youshian Elmy 115070200111032 Defi Destyaweny 115070200111042 Fenti Diah

Lebih terperinci

SIKLUS PARASIT PADA VEKTOR

SIKLUS PARASIT PADA VEKTOR SIKLUS PARASIT PADA VEKTOR Adrial Department of Parasitolgy Medical Faculty Andalas of University Jl.Perintis Kemerdekaan Padang 25127 West Sumatera-Indonesia e-mail : adrial_63@yahoo.com PARASIT Parasit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Sapi Potong Ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai

Lebih terperinci

biologi SET 22 ANIMALIA 2 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM PLATYHELMINTHES a. Struktur Tubuh b.

biologi SET 22 ANIMALIA 2 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM PLATYHELMINTHES a. Struktur Tubuh b. 22 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 22 ANIMALIA 2 A. FILUM PLATYHELMINTHES a. Struktur Tubuh Plathyhelmintes memiliki bentuk tubuh bilateral simetris. Bagian ujung anterior

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Taenia saginata 2.1.1. Definisi Taenia saginata merupakan cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, dan filum Platyhelminthes. Hospes definitif Taenia

Lebih terperinci

PROTOZOA. Otot-rangka. Pencernaan. Saraf. Sirkulasi. Respirasi. Reproduksi. Ekskresi

PROTOZOA. Otot-rangka. Pencernaan. Saraf. Sirkulasi. Respirasi. Reproduksi. Ekskresi PROTOZOA Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lalat adalah serangga jenis Arthropoda yang masuk dalam ordo Diptera.

BAB 1 PENDAHULUAN. Lalat adalah serangga jenis Arthropoda yang masuk dalam ordo Diptera. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat adalah serangga jenis Arthropoda yang masuk dalam ordo Diptera. Beberapa spesies lalat mempunyai peranan penting dalam masalah kesehatan masyarakat. Serangga ini

Lebih terperinci

Terdiri dari 1. Nemathelminthes ( Cacing gilik / nema = benang) 2. Platyhelmintes (Cacing pipih) A. Trematoda (Cacing daun) B. Cestoda (Cacing pita)

Terdiri dari 1. Nemathelminthes ( Cacing gilik / nema = benang) 2. Platyhelmintes (Cacing pipih) A. Trematoda (Cacing daun) B. Cestoda (Cacing pita) Ani Radiati MKes Terdiri dari 1. Nemathelminthes ( Cacing gilik / nema = benang) 2. Platyhelmintes (Cacing pipih) A. Trematoda (Cacing daun) B. Cestoda (Cacing pita) NEMATODA USUS - Ascaris lumbricoides

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk yang pesat, membaiknya keadaan ekonomi dan meningkatnya kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP Kegiatan yang dilakukan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan tidak sama. Tetapi gejala yang ditunjukkan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan sama. Gejala atau ciri yang ditunjukkan oleh

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11 1. Bagian sel yang berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan sel adalah http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio-7-11a.png

Lebih terperinci

Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata

Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata Ima Yudha Perwira, SPi, MP, MSc (Aquatic) Para saintis menempatkan hewan pada dua katergori utama, yaitu: invertebrata (in = tanpa, vertebrae

Lebih terperinci

Penyisihan Osteologi Sitologi Fisiologi Agen Penyakit (Protozoa) Biologi Molekuler (Genetika Umum) Kesehatan Masyarakat Veteriner

Penyisihan Osteologi Sitologi Fisiologi Agen Penyakit (Protozoa) Biologi Molekuler (Genetika Umum) Kesehatan Masyarakat Veteriner Penyisihan Osteologi 1. Mengetahui tentang osteologi pada bagian kepala beberapa hewan 2. Mengetahui tentang osteologi pada bagian ekstremitas cranial pada beberapa hewan 3. Mengetahui tentang osteologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminth Soil Transmitted Helminth adalah Nematoda Intestinal yang berhabitat di saluran pencernaan, dan siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif dan

Lebih terperinci

Panduan Praktikum Manajemen Kesehatan Ternak

Panduan Praktikum Manajemen Kesehatan Ternak Panduan Praktikum Manajemen Kesehatan Ternak Achmad Slamet Aku, S.Pt., M.Si. Drh. Yamin Yaddi Drh. Restu Libriani, M.Sc. Drh. Putu Nara Kusuma Prasanjaya Drh. Purnaning Dhian Isnaeni Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

KINGDOM ANIMALIA. Sebelum belajar kita berdoa dulu yuuuk kawan Berdoa di mulai..

KINGDOM ANIMALIA. Sebelum belajar kita berdoa dulu yuuuk kawan Berdoa di mulai.. KINGDOM ANIMALIA Sebelum belajar kita berdoa dulu yuuuk kawan Berdoa di mulai.. CIRI-CIRI UMUM : Eukariotik, multiseluler tidak memiliki dinding sel Tidak berklorofil dan bersifat heterotrof Dapat bergerak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi Berdasarkan hasil identifikasi preparat ulas darah anjing ras Doberman dan Labrador Retriever yang berasal dari kepolisian Kelapa Dua Depok, ditemukan

Lebih terperinci

DAUR HIDUP PARASIT MALARIA VCB 99

DAUR HIDUP PARASIT MALARIA VCB 99 Ukuran 700 1000 mm, berat kertas ± 200 g/m² dilapisi dengan "UV cure coating untuk melindungi dari kelembaban. Ujung atas dan bawah diberi rangka logam, dilengkapi dengan lubang penggantung. Hasil cetakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Babi merupakan salah satu hewan komersil yang dapat diternakkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dikalangan masyarakat. Babi dipelihara oleh masyarakat dengan

Lebih terperinci

PARASIT. Yuga

PARASIT. Yuga PARASIT Yuga 03008028 Keterangan AL : Ascaris Lumbricoides BC : Balantidium Coli Telur AL Dibuahi Ukuran 60-45 mikron, Bentuk agak lonjong, dinding luar ada 3 lapis salah satunya lapisan albuminoid bergerigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing gelang Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang umum menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang dalam kehidupannya mengalami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Landak Jawa ( Hystrix javanica

TINJAUAN PUSTAKA Landak Jawa ( Hystrix javanica 14 TINJAUAN PUSTAKA Landak Jawa (Hystrix javanica) Klasifikasi Landak Jawa menurut Duff dan Lawson (2004) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Rodentia Famili

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama mata kuliah : Penyakit Parasiter Kode/SKS : 3/1 Prasyarat : Parasitologi Umum Status mata kuliah : Wajib/ tim teaching Deskripsi singkat : Mata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. CESTODA Cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, filum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. CESTODA Cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, filum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. CESTODA Cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, filum Platyhelminthes. Cacing dewasa menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup dijaringan vertebrata

Lebih terperinci

FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI

FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI Kata Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu Arthros berarti sendi (ruas) dan Podos berarti kaki. Jadi arthropoda adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas Unta Punuk Satu (Camelus dromedarius)

TINJAUAN PUSTAKA Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas Unta Punuk Satu (Camelus dromedarius) TINJAUAN PUSTAKA Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas Taman Rekreasi Margasatwa (TRMS) Serulingmas terletak di hutan kota Banjarnegara yang dihijaukan sejak tahun 1994. Taman ini berada kurang lebih satu

Lebih terperinci

MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO

MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO NO JENIS MEDIA PEMBAWA PEMERIKSAAN DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA HEWAN PEMERIKSAAN TEKNIS MASA KARANTINA KETERANGAN 1. HPR 14 hari Bagi HPR

Lebih terperinci

BIOSFIR. Lingkungan Biosfir. Niche Ekologis. Suksesi Ekologis. Terdiri dari: Fauna. Flora Organisme Populasi Komunitas Ekosistem

BIOSFIR. Lingkungan Biosfir. Niche Ekologis. Suksesi Ekologis. Terdiri dari: Fauna. Flora Organisme Populasi Komunitas Ekosistem BIOSFIR Terdiri dari: Lingkungan Biosfir Fauna Flora Organisme Populasi Komunitas Ekosistem Suksesi Ekologis Niche Ekologis Pergantian satu komunitas oleh komunitas lain Hukum Thermodinamika Rantai makanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006,

I. PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006, yaitu sebesar 32,6 %. Kejadian kecacingan STH yang tertinggi terlihat pada anak-anak, khususnya

Lebih terperinci

Menambah Pengetahuan Tentang Parasitologi. Editor : Atika Rahmalia

Menambah Pengetahuan Tentang Parasitologi. Editor : Atika Rahmalia Menambah Pengetahuan Tentang Parasitologi Editor : Atika Rahmalia Pengertian Parasitologi Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya

Lebih terperinci

Kode Mata Kuliah : BI402 Program Studi : Pendidikan Biologi Jenjang : S 1

Kode Mata Kuliah : BI402 Program Studi : Pendidikan Biologi Jenjang : S 1 S A T U A N A C A R A P E R K U L I A H A N Mata Kuliah : Zoologi Invertebrata Kode Mata Kuliah : BI402 Program Studi : Pendidikan Biologi Jenjang : S 1 Semester : Ganjil/Genap Jumlah SKS : 3 Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada saat makanan tersebut siap untuk dikonsumsi oleh konsumen. adalah pengangkutan dan cara pengolahan makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada saat makanan tersebut siap untuk dikonsumsi oleh konsumen. adalah pengangkutan dan cara pengolahan makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dari segala bahaya yang dapat

Lebih terperinci

PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI KESEHATAN

PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI KESEHATAN PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI KESEHATAN Ketua Program studi/koordinator Mayor: drh., MS., Ph.D. Pengajar: DR.drh. Ahmad Arif Amin DR.drh., MSi DR.drh. Elok Budi Retnani, MSi drh. Fadjar Satrija, MSc., Ph.D.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit parasiter saat ini menjadi ancaman yang cukup serius bagi manusia. Ada 6 jenis penyakit parasiter yang sangat serius melanda dunia, yaitu malaria, schistosomiasis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmited Helminths Nematoda adalah cacing yang tidak bersegmen, bilateral simetris, mempunyi saluran cerna yang berfungsi penuh. Biasanya berbentuk silindris serta panjangnya

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KERBAU

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KERBAU 2 kejadian kecacingan pada kerbau. Namun, yang tidak kalah penting adalah informasi yang didapat dan pencegahan yang dilakukan, akan meningkatkan produktivitas ternak serta kesejahteraan peternak khususnya

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Kambing yang terdapat di Desa Amplas

Gambar 2.1. Kambing yang terdapat di Desa Amplas 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang. Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) adalah sub spesies kambing liar yang secara alami tersebar di

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran kecil misalnya burung berencet kalimantan (Ptilochia

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran kecil misalnya burung berencet kalimantan (Ptilochia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki 1598 jenis burung dengan ukuran beragam ada burung yang berukuran kecil misalnya burung berencet kalimantan (Ptilochia leucogrammica), gemuk (Turnix

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) FARMAKOTERAPI 4 [ 3(0) ] A. PERENCANAAN PEMBELAJARAN 1. Deskripsi singkat matakuliah Farmakoterapi 4 Matakuliah Farmakoterapi 4 berisi pokok-pokok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi pada umumnya memiliki tubuh yang besar dan memiliki rambut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi pada umumnya memiliki tubuh yang besar dan memiliki rambut. 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Sapi Ongole (Bos indicus) Sapi pada umumnya memiliki tubuh yang besar dan memiliki rambut. Rambut pada sapi berbeda-beda, pada sapi yang hidup di daerah panas memiliki rambut

Lebih terperinci

Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri dari : - Kepala/scolec, - Leher, -Strobila,

Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri dari : - Kepala/scolec, - Leher, -Strobila, CESTODA JARINGAN Cacing dalam kelas Cestoidea disebut juga cacing pita karena bentuk tubuhnya yang panjang dan pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun pembuluh darah.

Lebih terperinci