Tafsir Berkeadilan Jender (Memahami Gagasan Amina Wadud) Oleh: M. Mu tashim Billah* Kata kunci: tafsir, jender, Amina Wadud

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tafsir Berkeadilan Jender (Memahami Gagasan Amina Wadud) Oleh: M. Mu tashim Billah* Kata kunci: tafsir, jender, Amina Wadud"

Transkripsi

1 Tafsir Berkeadilan Jender (Memahami Gagasan Amina Wadud) Oleh: M. Mu tashim Billah* Abstrak Al-Qur'an adalah teks terbuka, siapa saja dapat menafsirkan al-qur'an dan sangat mungkin si penafsir memasukkan kepentingannya dalam menafsirkan al- Qur'an. Dalam sejarah tafsir al-qur'an, mayoritas mufassir adalah berjenis kelamin laki-laki. Secara ideologis-sosiologis ada pertarungan kepentingan dalam wilayah penafsiran. Dengan kata lain, ada upaya memenangkan dan menundukkan jenis kelamin tertentu dan di sini laki-lakilah sebagai pemenangnya. Sebetulnya hal ini tidak menjadi persoalan kecuali pada tahap bahwa mayoritas Muslim menganggap bahwa tafsir tidak lain adalah al-qur'an itu sendiri. Tafsir dianggap memiliki otoritas sejajar al-qur'an yang juga harus diyakini kebenarannya dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Pada titik ini, kehadiran Amina Wadud sebagai salah satu orang yang memelopori 'proyek' tafsir berkeadilan jender menjadi sangat penting untuk memberikan pencerahan kepada kaum Muslim yang sudah terlalu lama dikungkung dalam alam pikiran patrialkal. Kata kunci: tafsir, jender, Amina Wadud A. Pendahuluan Ungkapan bahwa agama yang terakhir telah turun, tapi pemahamannya yang terakhir belumlah turun menemukan kebenarannya ketika membaca banyak karya tafsir yang selalu muncul pada zaman dan tempat yang berbeda. Selaras dengan ungkapan tersebut adalah pernyataan yang diungkapkan Amina Wadud bahwa interpretasi tak pernah berujung. Makna tak pernah terpastikan. 1 Sebagai wahyu Tuhan, al-qur an bukanlah sekadar kata-kata yang terdokumentasikan dalam mushaf tanpa pesan yang menyertainya. Bagi sebagian Muslim, al-qur'an menjadi menarik ketika * Dosen tafsir dan hadits pada Prodi Tafsir Hadits di STAIN Kediri, Sedang menyelesaikan S3 di IAIN Sunan Ampel Surabaya mengambil konsentrasi tafsir 1 Martina Sabra, Al-Qur an Tak Bisa Dijajah, wawancara dengan Amina Wadud dalam acara Konferensi Kekuatan Perempuan dalam Islam di Jerman. Martina Sabra sendiri adalah seorang penulis freelance yang tinggal di Jerman. Artikel yang telah diringkas dan hasil wawancara ini disebarluaskan oleh Kantor Berita Common Ground (CGNews). Teks lengkapnya dapat dibaca di Sumber: Qantara.de, 29 Agustus 2008, Telah memperoleh hak cipta. Amina Wadud

2 612 M. Mu tashim Billah: Tafsir Berkeadilan Jender (Memahami ditelusuri keunikan narasinya untuk didendangkan atau ditulis pada masa tertentu untuk selanjutnya dijadikan aksesoris. Perlakuan seperti ini tentunya lahir dari pengakuan penganutnya atas sakralitas al-qur'an. Sakralitas seperti inilah yang akhirnya menutup keras bagi keluarnya pesan-pesan al-qur'an yang disebut sebagai hudan li al-nas. Al-Qur an dalam bentuknya sebagai mushhaf adalah kumpulankumpulan huruf yang tidak dapat memberikan makna apa-apa sebelum diajak bicara atau sebelum diajak berkomunikasi. Pada prinsipnya, al- Qur an akan dapat diungkap pesannya setelah terjadi interaksi langsung antara dirinya dan pembacanya. Prinsip ini akan meniscayakan lahirnya beragam pemahaman terhadap kitab tersebut. Perbedaan tempat dan waktu akan menjadikan munculnya perbedaan pemahaman terhadap kitab yang satu ini. 2 Demikian pula terkait dengan perbedaan jenis kelamin para pembacanya. Ada laki-laki dan perempuan. Hal tersebut juga meniscayakan hal lainnya. Pemahaman laki-laki terhadap al-qur'an akan berbeda hasilnya dengan pemahaman perempuan. Fakta membuktikan bahwa kewenangan dalam menafsirkan teks-teks suci pada tataran praksis secara eksklusif dikuasai oleh laki-laki. Secara logis dan naluriah, kenyataan ini ikut menginfiltrasi sejumlah teks yang sedianya diperuntukkan bagi feminitas perempuan dengan susupan-susupan subyektif dari pandangan maskulin si mufassir. Pengalaman laki-laki kemudian dipaksakan untuk memahami keperempuanan atau kewanitaan. Adalah wajar jika kemudian perempuanpun merasa bahwa ini tidak adil. Karenanya mereka kemudian ingin memahami sendiri kitab suci al-qur'an dan sudah tentu wajar pula jika hasilnya berbeda. Mereka ingin menghadirkan Tafsir yang Berkeadilan Jender. Hal tersebut sah-sah saja dan justru semakin memperkuat pernyataan bahwa al-qur'an yahtamil wajuh al-ma na. B. Mengenal Amina Wadud Amina Wadud Muhsin adalah perempuan keturunan Afrika yang lahir di Amerika pada tahun Sampai umur 20 tahun, dia adalah seorang Nasrani. Ayahnya adalah seorang pendeta Methodist yang taat. 3 Meski begitu, ayahnya tak banyak mempengaruhi pandangan hidupnya. 4 Dia masuk Islam di tahun 1970-an, yaitu pada masa gelombang kedua 2 Abd Moqsith Ghazali, "Menuju Tafsir al-qur'an yang Membebaskan", dalam Menafsir Kalam Tuhan (Tashwirul Afkar No. 18 Tahun 2004), p Amina Wadud Muhsin, Inside the Gender Jihad, Women Reform s in Islam, (England: Oneword Publication, 2006), p Ibid., p. 9.

3 M. Mu tashim Billah: Tafsir Berkeadilan Jender (Memahami 613 gerakan feminisme Amerika. 5 Perempuan Afro-Amerika ini mempelajari agama di Universitas Al Azhar. Dia mengatakan selalu tertarik dengan gagasan-gagasan teologis dan sungguh jatuh hati dengan ide-ide tentang Tuhan, moralitas, sifat manusia dan spiritualitas. Sebelum masuk Islam, dia pernah masuk Budha dan tinggal di sebuah Ashram dan bermeditasi, yang menurut pengakuannya masih dilakukan hingga kini. Ketika umur 20, dia memasuki sebuah masjid, tak jauh dari tempat tinggalnya. Dia ingin tahu tentang Islam karena tertarik dengan hubungan antara yang profan dan yang suci. Baginya, Islam memberinya sebuah bahasa tauhid. Menurutnya, bahasa Arab merupakan bagian penting di dalamnya sebagai bahasa tauhid, yaitu bahasa intim yang digunakan Tuhan dalam berhubungan dengan ciptaan-nya, sekaligus kekuatan yang mengharmoniskan hal-hal yang berbeda. Itu adalah epitome dari penyerahan. Islam membantunya memahami pengalaman beragamanya dengan Kristianitas dan Buddhisme. Inilah yang menurutnya mungkin tak terjadi pada setiap orang karena sebagian orang memiliki pemahaman yang lebih sederhana mengenai Islam. 6 Ketika diberi kesempatan untuk belajar lebih dalam mengenai Islam, dia merasa kagum, terutama dengan al-qur an. Al-Qur an membuka hubungan antara logika, alasan, pemahamannya akan dunia, cinta dan hasrat akan alam, serta pemahaman akan dunia lain, dunia yang tak terlihat, sehingga dia pun menyusun karya dalam bidang al-qur an dan jender, bidang yang menurutnya khusus diberikan bagi dirinya, karena dia merasa dapat menikmati dan mencintainya. 7 Amina Wadud menghadapi banyak kontradiksi. Perjuangan menjadi Muslim sangat mudah pada mulanya, ketika dia bertransformasi dari kondisi post-nasrani dan Buddhis ke Muslim. Kemudian, pengetahuan menjadi pendorong utama. Kini terasa lebih sulit, semakin banyak yang dipahami, semakin besar tanggung jawabnya. Perspektifnya adalah bagian dari sebuah reformasi dan terkadang ia merasa sulit, karena ia bukan arus utama. Tak semua Muslimah tertarik dengan feminisme Islam. Sebagian dari mereka bahkan tak tertarik dengan keislaman mereka. 8 Kini, dia adalah salah seorang tokoh feminis muslimah yang menjadi guru besar (professor) pada Commonwealth University, di Richmond 5 Gunawan Mohammad, Catatan Pinggir: Amina dalam Diakses pada tanggal 6 Okt :08:07 GMT 6 Martina Sabra, Al-Qur an Tak Bisa Dijajah, 7 Ibid. 8 Ibid.

4 614 M. Mu tashim Billah: Tafsir Berkeadilan Jender (Memahami Virginia. 9 Menurut Charles Kurzman, penelitian Amina Wadud mengenai perempuan dalam al-qur an muncul dalam suatu konteks historis yang erat kaitannya dengan pengalaman dan pergumulan orang-orang perempuan Afrika-Amerika dalam upaya memperjuangkan keadilan jender. Karena selama ini sistem relasi laki-laki dan perempuan di masyarakat memang seringkali mencerminkan adanya bias-bias patriarkhi, dan sebagai implikasinya maka perempuan kurang mendapat keadilan secara lebih proporsional. 10 C. Selikas tentang Jender Jender berasal dari bahasa Inggris gender yang bermakna hampir sama dengan sex yaitu jenis kelamin. 11 Namun, jender secara umum digunakan untuk membedakan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya, sementara sex digunakan untuk digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologis yang meliputi komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi dan karakteristik biologis lainnya. Istilah jender ini kemudian dapat dipahami sebagai pembagian atau pembedaan laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun kultural. Sex adalah klasifikasi kelamin yang ditentukan secara biologis atau sebagai ketentuan Tuhan. 12 Dari pembedaan inilah lantas muncul pemahaman bahwa terjadi ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan yang merugikan pihak kedua, yaitu perempuan. Persoalan inilah yang melahirkan gerakan feminisme. Gerakan yang mengupayakan hilangnya praktik-praktik ketidakadilan yang menjadikan perempuan sebagai obyeknya. Persoalan kemudian muncul ketika malpraktik ini mendapatkan legitimasi dari tradisi sosial yang berlaku lama dan seringkali diperkuat oleh ajaran agama Charles Kurzman, Liberal Islam, (Jakarta: Paramadina, 2001), p Ibid. 11 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, cet. XII, 1983), p Mansour Fakih, "Kekerasan Gender dalam Pembangunan", Makalah Halaqah Budaya Kekerasan dalam Pandangan Islam, (Jakarta: P3M, 1996), p M. Aunul Abied Syah, et al. Islam Garda Depan: Mosaik Pemikiran Islam Timur Tengah, (Bandung: Mizan, 2001), p. 151.

5 M. Mu tashim Billah: Tafsir Berkeadilan Jender (Memahami 615 D. Problematika (Kegelisahan Akademik) Seluruh karya dan tindakan 14 Amina Wadud sesungguhnya merupakan kegelisahan intelektual yang dialaminya terkait ketidakadilan jender dalam masyarakatnya. Salah satu sebabnya adalah pengaruh idiologi-doktrin penafsiran al-qur an yang dianggap bias patriarkhi. Inilah yang disebut sebagai proyek penindasan perempuan yang tanpa canggung menjustifikasi dirinya dengan doktrin-doktrin Islam (al-qur an dan hadits). Akibatnya, wajah perempuan Islam seketika menjadi teridentifikasi sebagai panjang rambutnya, pendek akalnya yang tersekat di bilik-bilik domestik, tanpa sekali-kali memiliki hak akses untuk mengekspresikan kreatifitas dan potensi intelektualnya di wilayah publik 15 padahal sebagai agama wahyu, Islam tidak saja membawa wahyu ketuhanan tetapi pada saat yang sama sebagai agama yang menjunjung tinggi kemanusiaan. 16 Hal ini terjadi sejak tergantikannya peran sentral al-qur an oleh tafsir-tafsir yang nyaris semuanya ditulis oleh laki-laki, perempuan terus terkekang dalam pandangan dan kehendak masyarakat yang berpusat pada laki-laki. Akibatnya, tingkat partisipasi dalam masyarakat dan tingkat pengakuan akan pentingnya sumberdaya perempuan tak kunjung meningkat. Amina Wadud mencoba untuk melakukan dekontruksi dan rekonstruksi terhadap model penafsiran klasik yang sarat dengan bias patriarkhi ini. Berbagai kegelisan tersebut setidaknya dapat diringkas sebagai berikut: 1. Termarjinalisasinya perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Penafsiran atau interpretasi tentang perempuan dalam al-qur an yang dilakukan oleh pria (mufasir) beserta pengalaman dan latar belakang sosial mereka yang dinilai telah menyudutkan perempuan dalam perannya ditengah publik dan dirasa tidak ada keadilan paradigma. 14 Pernah melaksanakan shalat Jum at diikuti oleh seratus jama ah dengan Khatib dan Imam oleh dirinya sendiri di mana antara jama ah laki-laki dan perempuan bercampur dan tanpa pembatas bahkan ada diantaranya jama ah perempuan tanpa penutup kepala. Beberapa koran di Mesir dan Arab Saudi menempatkan berita itu di halaman utama, dan menganggap Amina sebagai wanita sakit jiwa yang berkolaborasi dengan Barat kafir untuk menghancurkan Islam. Keterangan ini diambil dari Luthfi Assyaukanie, Islam Salah Versus Islam Benar, (Jakarta: Kata Kita, 2006), p. 35. Dimuat dalam Jawa Pos tanggal 25 Maret Qasim Amin, The New Woman: A Document in the Early Debate of Egyptian Feminism, Syariful Alam (terj.), Sejarah Penindasan Perempuan: Menggugat Islam Laki-laki Menggurat Perempuan Baru, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2003), p Bandingkan dengan Pengantar Penulis dalam Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?: Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender,(Bandung: Mizan, 1999), pp Nurcholis Madjid dkk, Fiqh Lintas Agama, (Jakarta: Yayasan wakaf Paramadina dan The Asia Foundation, 2004), p. 177.

6 616 M. Mu tashim Billah: Tafsir Berkeadilan Jender (Memahami 3. Model penafsiran dari para mufasir, selanjutnya kepada produk fiqh, term-term dan perlakuan yang tidak adil terhadap perempuan. Banyak ayat-ayat yang ditafsirkan tidak mengandung prinsip ke universalitas Islam dan konsep keadilan/ kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Oleh karena itu, perhatian Amina Wadud sangat tinggi dalam hal terminologi atau pendefinisian suatu objek. 4. Amina Wadud juga mempunyai kegelisahan tentang tantangan dalam belajar dan mengajar dalam kajian wanita muslim, kegelisahan tersebut tercermin dalam pengalamannya meneliti dan mengajar di akademi U.S (Amerika). Daerah Amerika utara tempat terbesar dalam kajian jender termasuk wanita dan agama. E. Penawaran Metodologis Salah satu asumsi dasar yang dijadikan kerangka pikir Amina Wadud adalah bahwa al-qur an merupakan sumber nilai tertinggi yang secara adil mendudukkan laki-laki dan perempuan setara (equal). Oleh karena itu, perintah atau petunjuk Islam yang termuat dalam al-qur an harus diinterpretasikan dalam konteks historis yang spesifik. Dengan kata lain, situasi sosio-historis-kultural ketika ayat al-qur an itu turun, harus perhatian mufassir ketika hendak menafsirkan al-qur an. Tidak hanya itu, bahkan cultural background yang melingkupi seorang mufassir juga perlu diperhatikan karena sangat mempengaruhi hasil penafsiran terhadap al- Qur an. 17 Setidaknya ada dua hal penting untuk memahami Amina Wadud dalam menganalisa metodologinya, yaitu (1) Pemaknaan terhadap konsep kesetaraan manusia dalam tauhid, khalifah, etika dan keadilan, takwa, keadilan dan derajat manusia, syari ah dan fiqh, serta kekuasaan dan kekuatan.(2) Penafsirkan ayat-ayat jender dalam al-qur'an. Pertama, pemaknaan terhadap konsep kesetaraan manusia yang terdiri dari tujuh istilah pokok. 1. Tauhid, pada tataran teologis, tauhid berhubungan dengan ketuhanan yang transenden dan imanen, yakni keesaan Tuhan. Pada tataran etis, tauhid berhubungan dengan berbagai relasi dengan menekankan pada kesatuan seluruh umat manusia di bawah Pencipta yang Tunggal. Di dalam tauhid, satu-satunya yang membedakan di antara mereka adalah takwa. Takwa adalah kesadaran moral yang tidak dapat dijangkau oleh penilaian orang lain meskipun implikasi eksternalnya dapat di lihat dengan jelas Charles Kurzman, Liberal Islam, (Jakarta: Paramadina, 2001), p Amina Wadud, Inside The Gender Jihad, pp

7 M. Mu tashim Billah: Tafsir Berkeadilan Jender (Memahami Khalifah, pada dasarnya manusia diciptakan oleh Tuhan di bumi ini untuk menjadi khalifah. Fungsi kekhalifahan ini dijalankan oleh semua manusia lintas ras, suku dan jender. Laki-laki dan perempuan punya tugas pokok dan fungsi yang sama tanpa pembedaan Etika, etika adalah pernyataan-pernyataan etis yang bersumber dari apa yang ada di alam serta pengakuan terhadap tindakan benar yang dilakukan oleh seseorang karena tindakan tersebut memang pantas untuk dihargai. 20 Etika bersifat relatif, karenanya menjadi berbeda oleh adanya banyak faktor. 4. Takwa, istilah ini menjadi istilah terpenting dalam al-qur'an. Takwa dimaknai serupa dengan shaleh yaitu kesadaran moral manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi (tanpa pengecualian terhadap laki-laki dan perempuan). 5. Keadilan dan derajat manusia, keadilan merupakan sesuatu yang prinsipil dalam kehidupan. Sekalipun begitu, keadilan masih bersifat relatif. Perbedaan bisa muncul karena ruang dan waktu yang tidak sama. Karenanya masih perlu didiskusikan terus-menerus. 21 Setiap individu atau kelompok telah dijamin oleh Allah untuk mendapatkan derajat atau kedudukannya antara yang satu melebihi yang lainnya. Hal tersebut bisa terjadi karena amal shalehnya Syari ah dan fiqh, syari ah merupakan rumusan-rumusan hukum yang syah atau diakui kebenarannya bersumber dari al-qur'an dan Hadits. Fiqh adalah bentuk pemahaman yang syah (terhadap syari ah) dari orang Islam yang bisa berbeda-beda karena teori dan metodologi yang tidak sama Kekuatan dan Kekuasaan, istilah ini dijelaskan dari kata power yang kemudian menjadi power over dan power to. Power over adalah istilah yang muncul saat terjadi keruntuhan moral dan ketamakan seseorang baik laki-laki maupun perempuan serta gaya konsumtifnya. Sementara power to adalah istilah yang muncul tatkala seorang perempuan menginginkan beraktifitas dengan nyaman, pelayanan publik yang baik, jiwa kepemimpinan yang baik sebagai khalifah. Sudah tentu power to saja tidaklah cukup, harus ada hubungan timbal balik antara kekuatan pengetahuan permpuan dengan peningkatan peluang mereka pada 19 Ibid, pp Ibid, Charles, 21 Amina wadud, Inside The Gender Jihad, p Ibid. 23 Ibid, p. 49.

8 618 M. Mu tashim Billah: Tafsir Berkeadilan Jender (Memahami peran sosialnya. Hal ini harus diatur agar memperoleh keuntungan yang sama. 24 Kedua, penafsiran ayat-ayat jender dalam al-qur'an sejatinya, laki-laki dan perempuan hanyalah kategori spesies manusia. Keduanya dikaruniai potensi yang sama atau sederajat, dari ihwal penciptaan, keberpasangan, hingga balasan yang kelak mereka terima di akhirat. Satu hal yang bisa jadi ukuran pembeda di antara keduanya adalah takwa, yang paling tepat dipahami dalam kerangka sikap dan perbuatan. Itulah yang ditegaskan al- Qur an, rujukan dari segala rujukan keislaman. Menurutnya, ada perbedaan yang sangat signifikan antara Islam sebagai agama dan apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang Islam. 25 Al-Qur an sebagai pedoman universal, tidak pernah terikat ruang dan waktu, latar belakang daerah ataupun jenis kelamin yang selanjutnya bernilai abadi dan tidak membedakan jenis kelamin, untuk itu Wadud berusaha menghadirkan pandangan ayat-ayat yang netral tentang jender. Amina Wadud ingin membangkitkan peran perempuan yang setara dalam relasi jender, dengan berprinsip pada keadilan sosial dan kesetaraan jender. Realitas dalam Islam menunjukan kenapa peran perempuan terbelakang daripada laki-laki (patriarki). Menurut Amina Wadud banyak hal yang menyebabkan penafsiran miring tentang perempuan; kultur masyarakat, kesalahan paradigma, latar belakang para penafsir yang kebanyakan dari laki-laki, oleh karena itu ayat tentang perempuan hendaklah ditafsirkan oleh perempuan sendiri berdasarkan persepsi, pengalaman dan pemikiran mereka. 26 Amina Wadud mencoba melakukan rekonstruksi metodologis bagaimana menafsirkan al-qur an agar dapat menghasilkan sebuah penafsiran yang sensitif gender dan berkeadilan. Adapun metodologi tafsirnya yang ia kemukakan adalah model hermeneutik yang prinsipprinsip dasarnya adalah bahwa seorang mufassir harus selalu menghubungkan tiga aspek, yaitu: 1) Dalam konteks apa teks itu ditulis. Jika kaitannya dengan al-qur an, maka dalam konteks apakah ayat itu diturunkan, 2) Bagaimana komposisi tata bahasa teks (ayat) tersebut, bagaimana pengungkapannya, apa yang dikatakannya. 3) Bagaimana keseluruhan teks (ayat), Weltanchauungnya atau pandangan hidupnya. Menurutnya, persoalan yang sering terjadi pada masalah perbedaan penafsiran hampir dapat dipastikan bisa dilacak dari variasi dalam penekanan ketiga aspek ini Ibid, p Ibid, p Ibid., p Ibid.

9 M. Mu tashim Billah: Tafsir Berkeadilan Jender (Memahami 619 Begitulah seharusnya jika perempuan dalam Islam menurut perempuan sendiri. Perempuan yang shalihah ritual, sosial dan intelektualnya. F. Penutup Amina Wadud Muhsin nampaknya termasuk tokoh feminis perempuan Islam yang memberikan tawaran metodologis dengan semangat qur ani yang cukup mengemuka. Demikian pula, metodologi hermeneutik yang ditawarkan Amina Wadud nampaknya relatif baik untuk diterapkan dalam rangka mengembangkan dan memekarkan wacana tafsir yang sensistif jender. Poin penting yang dapat diambil dari pemikiran Amina Wadud ini adalah bahwa dia ingin membongkar pemikiran lama atau bahkan mitosmitos yang disebabkan oleh penafsiran bias patriarkhi melalui rekonstruksi metodologi tafsirnya. Hal itu dinilainya tidak sejalan dengan prinsip dasar dan spirit al-qur an. Al-Qur an menurutnya sangat adil dalam mendudukkan laki-laki dan perempuan. Hanya saja hal ini menjadi terdistorsi oleh adanya penafsiran yang bias patriarkhi, lebih-lebih diperkuat oleh sistem politik dan masyarakat yang sangat patriarkhi. Ada banyak tanggapan atas ide kreatif Amina Wadud. Reaksi berlebihan terhadap gerakan jender khususnya Amina Wadud dari kaum Muslim menunjukkan bahwa mereka tak pernah berkaca pada sejarah. Bagi yang mengikuti perkembangan pemikiran Islam pasti tahu bagaimana para ulama awal abad ke-20 hampir serempak mengharamkan bunga bank, mengecam wanita karir, menghujat keluarga berencana, dan melarang beberapa produk teknologi. Mereka melakukan semua itu atas nama agama. Tapi, perkembangan sejarah membuktikan bahwa pandangan kolot itu tak cukup kuat melawan arus perubahan dalam tubuh umat Islam Luthfi Assyaukanie, Islam Salah Versus Islam Benar, (Jakarta: Kata Kita, 2006), p. 35. Dimuat dalam Jawa Pos tanggal 25 Maret 2005.

10 620 M. Mu tashim Billah: Tafsir Berkeadilan Jender (Memahami Daftar Pustaka Amin, Qasim, The New Woman: A Document in the Early Debate of Egyptian Feminism, Syariful Alam (terj.), Sejarah Penindasan Perempuan: Menggugat Islam Laki-laki Menggurat Perempuan Baru, Yogyakarta: IRCiSoD, Assyaukanie, Luthfi, Islam Salah Versus Islam Benar, Jakarta: Kata Kita, Echols, John M. dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, cet. XII, 1983 Fakih, Mansour, Kekerasan Gender dalam Pembangunan, Makalah Halaqah Budaya Kekerasan dalam Pandangan Islam, Jakarta: P3M, Ghazali, Abd Moqsith, Menuju Tafsir al-qur'an yang Membebaskan, dalam Menafsir Kalam Tuhan Tashwirul Afkar No. 18 Tahun 2004 Kurzman, Charles, Liberal Islam, Jakarta: Paramadina, Madjid, Nurcholis dkk, Fiqh Lintas Agama, Jakarta: Yayasan wakaf Paramadina dan The Asia Foundation, Megawangi, Ratna, Membiarkan Berbeda?: Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, Bandung: Mizan, Mohammad, Gunawan, Catatan Pinggir: Amina dalam Diakses pada tanggal 6 Sep :08:07 GMT Muhsin, Amina Wadud, Inside the Gender Jihad, Women Reform s in Islam, England: Oneword Publication, Sabra, Martina, Al-Qur an Tak Bisa Dijajah, wawancara dengan Amina Wadud dalam acara Konferensi Kekuatan Perempuan dalam Islam di Jerman. Amina Wadud Syah, M. Aunul Abied, et al. Islam Garda Depan: Mosaik Pemikiran Islam Timur Tengah, Bandung: Mizan, 2001.

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran

Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran Amina Wadud Konsep terstruktur untuk menafsirkan Al Qur

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri 198 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada bab terdahulu dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri Pondok

Lebih terperinci

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama Ulil Abshar Abdalla, koordinator JIL mempunyai pandangan bahwa larangan kawin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN A. Persamaan antara Pemikiran Riffat Hassan dan Mansour Fakih tentang Kesetaraan Jender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN l Edisi 001, Agustus 2011 EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN P r o j e c t i t a i g k a a n D Luthfi Assyaukanie Edisi 001, Agustus 2011 1 Edisi 001, Agustus 2011 Empat Agenda Islam yang Membebaskan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME 51 BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME A. Analisis Terhadap Perlindungan Hak Nafkah Perempuan dalam Kompilasi Hukum Islam Hak perkawinan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam BAB V KESIMPULAN Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor politik dan faktor sosial. Ditinjau dari aspek politik, perselisihan antara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah fundamentalisme Islam di Indonesia mengalami perkembangan yang dinamis dari era orde lama sampai orde reformasi saat ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tantang Analisis Perbedaan Persepsi Mahasiswa dan Mahasiswi Akuntansi S1 Terhadap Pentinngnya Laporan Keuangan (Studi Pada Program Studi Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB III PEMIKIRAN AMINA WADUD MUHSIN TENTANG NUSHU>Z SERTA PENYELESAIANNYA SEBAGAI PENCEGAHAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB III PEMIKIRAN AMINA WADUD MUHSIN TENTANG NUSHU>Z SERTA PENYELESAIANNYA SEBAGAI PENCEGAHAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BAB III PEMIKIRAN AMINA WADUD MUHSIN TENTANG NUSHU>Z SERTA PENYELESAIANNYA SEBAGAI PENCEGAHAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA A. Sketsa Kehidupan Amina Wadud Muhsin 1. Biografi Intelektual Amina Wadud Muhsin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Timbulnya anggapan bahwa perempuan merupakan kaum lemah masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan perempuan yang telah di konstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi aksioma bahwa keluarga adalah sel hidup utama yang membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara keseluruhan akan ikut baik

Lebih terperinci

METODE HERMENEUTIKA UNTUK AL-QUR AN

METODE HERMENEUTIKA UNTUK AL-QUR AN l Edisi 029, Oktober 2011 P r o j e c t METODE HERMENEUTIKA UNTUK AL-QUR AN i t a i g k a a n D Ahmad Fuad Fanani Edisi 029, Oktober 2011 1 Edisi 029, Oktober 2011 Metode Hermeneutika untuk Al-Qur an Al-Qur

Lebih terperinci

MODEL PEMBACAAN KRITIS TEKS-TEKS KEISLAMAN KAUM FEMINIS

MODEL PEMBACAAN KRITIS TEKS-TEKS KEISLAMAN KAUM FEMINIS MODEL PEMBACAAN KRITIS TEKS-TEKS KEISLAMAN KAUM FEMINIS Muhandis Azzuhri Dosen STAIN Pekalongan hands.azzuhri@gmail.com Abstract : Study feminism can not be separated from theological studies. Almost all

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD A. Persamaan dan Perbedaan Pandangan Masdar Farid Mas udi dan Kiai Husen Muhammad Tentang Kepemimpinan Perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTAR AGAMA DI INDONESIA Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Dwi yuliani NIM : 11.12.5832 Kelompok : Nusa Jurusan : S1- SI 07 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU. DINA MARTIANY, S.H., M.Si.

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU. DINA MARTIANY, S.H., M.Si. LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU DINA MARTIANY, S.H., M.Si. PERSEPSI KALANGAN PESANTREN TERHADAP RELASI PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI (STUDI DI JAWA TIMUR DAN JAWA TENGAH) PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DPR-RI TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sulit diterima bahkan mustahil diamalkan (resistensi) 4. Dan yang lebih parah,

BAB I PENDAHULUAN. sulit diterima bahkan mustahil diamalkan (resistensi) 4. Dan yang lebih parah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran diwahyukan Allah untuk menjadi petunjuk (huda) dan pembeda (al-furqan) antara kebenaran dan kebatilan, sekaligus menjadi pedoman dan kebanggaan umat

Lebih terperinci

Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia

Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia Berbicara PTAIN dikaitkan dengan pengembangan pendidikan, maka yang lebih relevan adalah mengungkap tentang Fakultas atau Jurusan Tarbiyah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN MUSLIMAH DALAM MENGEMBANGKAN KEBUDAYAAN, PENDIDIKAN DAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT ISLAM 1

PERAN PENDIDIKAN MUSLIMAH DALAM MENGEMBANGKAN KEBUDAYAAN, PENDIDIKAN DAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT ISLAM 1 PERAN PENDIDIKAN MUSLIMAH DALAM MENGEMBANGKAN KEBUDAYAAN, PENDIDIKAN DAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT ISLAM 1 Oleh: Prof. Dr. Hj. Masyitoh, M.Ag Perempuan; Antara yang Kodrati dan Konstruk Sosial Kajian tentang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. digolongkan dalam beberapa bagian: Pertama, perempuan mempunyai. Ketiga, teks keagamaan sangat menghargai perempuan, sehingga

BAB V PENUTUP. digolongkan dalam beberapa bagian: Pertama, perempuan mempunyai. Ketiga, teks keagamaan sangat menghargai perempuan, sehingga BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsep keadilan gender perspekitf Mansour Fakih sebenarnya memiliki cakupan luas, akan tetapi pemikiran Mansour Fakih tersebut dapat di ringkas, yaitu bahwa keadilan gender,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang anggota dari

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM)

GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM) GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM) Oleh: Dr. Marzuki Pusat Studi Wanita Universitas Negeri Yogyakarta 1 Pendahuluan1 Isu-isu tentang perempuan masih aktual dan menarik hingga sekarang ini. Sekarang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada 130 BAB V ANALISA ATAS PANDANGAN SHAIKH MUHAMMAD AL-GHAZAli> memang tidak akan mungkin dilupakan dalam dunia pemikiran Islam. Karena

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan

Lebih terperinci

Membahas Kitab Tafsir

Membahas Kitab Tafsir Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan, seperti yang bisa dipahami dari Quran S. Al-Furqan: 33. ucapan yang telah ditafsirkan berarti ucapan yang tegas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

Islam dan Sekularisme

Islam dan Sekularisme Islam dan Sekularisme Mukaddimah Mengikut Kamus Dewan:- sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan. Dan sekularisme pula bermakna faham, doktrin atau pendirian

Lebih terperinci

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK (Studi Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan pada bab-bab terdahulu, penulis dengan segenap kesadarannya dan berupaya untuk mengambil beberapa kesimpulan dari uraian-uraian di atas, sebagai jawaban

Lebih terperinci

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN 1 TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN (Studi Komparatif Pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi i dalam Kajian Hermeneutika dan Lintas Perspektif) Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menemukan beberapa jawaban atas persoalan yang ditulis dalam rumusan masalah. Jawaban tersebut dapat disimpulkan dalam kalimat-kalimat sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian,

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian, menciptakan suasana sejuk dan harmonis bukan hanya di antara sesama umat manusia tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Paramadina, Jakarta, 2001, hlm 3.

BAB I PENDAHULUAN. Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Paramadina, Jakarta, 2001, hlm 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesetaraan dapat diartikan sebagai keadilan. Keadilan secara umum didefinisikan sebagai menempatkan sesuatu secara proporsional dan memberikan hak kepada pemiliknya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pustaka baik berupa konsep, teori-teori dan lain-lainnya yang berhubungan

BAB III METODE PENELITIAN. pustaka baik berupa konsep, teori-teori dan lain-lainnya yang berhubungan BAB III METODE PENELITIAN Pada dasarnya penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kepustakaan (library research) yaitu penulis melakukan penggalian data dengan cara mempelajari dan menelaah sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok bahasan dalam perdebatan mengenai perubahan sosial dan juga menjadi topik utama dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan BAB V PENUTUP Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari pendahuluan hingga analisa kritis yang ada dalam bab 4. 5.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran Islam mengandung unsur syariah yang berisikan hal-hal yang mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan antar sesama (hablu min nas)

Lebih terperinci

Dies Communitatis FF UNPAR 48 Akar Akar Intoleransi

Dies Communitatis FF UNPAR 48 Akar Akar Intoleransi 1 Dies Communitatis FF UNPAR 48 Akar Akar Intoleransi Dr. Haidar Bagir (MIZAN) 1. Melihat Intoleransi dari Perspektif Mistisisme Intoleransi erat kaitannya dengan problem kemiskinan. Maka wajar jika orang

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian BAB 6 PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan. Penjelasan secara diskripsi tentang hasil pnelitian ini menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak pantas atau tabu dibicarakan. 1. lainnya secara filosofis, sebenarnya manusia sudah kehilangan hak atas

BAB I PENDAHULUAN. tidak pantas atau tabu dibicarakan. 1. lainnya secara filosofis, sebenarnya manusia sudah kehilangan hak atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seksualitas adalah sebuah proses sosial-budaya yang mengarahkan hasrat atau berahi manusia. Seksualitas berhubungan erat dengan tatanan nilai, norma, pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Perilaku 1. Definisi Perilaku Menurut Skinner dalam Notoatmojo (2003), perilaku merupakan respon berdasarkan stimulus yang diterima dari luar maupun dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,

Lebih terperinci

MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel

MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel Dasar Filosofis Rukun: Orang Indonesia (khususnya Orang Jawa) selalu mengedepankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut dan mempertanyakan kembali segala bentuk tradisi dan aturan agama

BAB I PENDAHULUAN. menuntut dan mempertanyakan kembali segala bentuk tradisi dan aturan agama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Fenomena mutakhir dari perkembangan sosial masyarakat saat ini adalah menuntut dan mempertanyakan kembali segala bentuk tradisi dan aturan agama yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, adat istiadat serta tradisi. Jika dilihat, setiap daerah memiliki kebudayaan dan tradisinya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Ruang Lingkup Penelitian Dalam setiap penelitian sangat perlu sekali untuk membatasi ruang lingkup penelitian berupa batasan terhadap obyek masalah penelitian agar sebuah

Lebih terperinci

HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP

HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP WACANA GENDER Wacana gender dalam masyarakat pesantren sangat kontradiktif disamping memang tidak diketemukan dalam kitab-kitab

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid c 1 Ramadan d 5 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir, (Q 12:87). Ibadat puasa sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER Oleh: Dr. Marzuki PKnH FIS -UNY Pendahuluan 1 Isu-isu tentang perempuan masih aktual dan menarik Jumlah perempuan sekarang lebih besar dibanding laki-laki Perempuan belum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an sebagai Kitab Suci umat Islam merupakan kumpulan firman Allah (kalam Allah) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. yang mengandung petunjuk-petunjuk

Lebih terperinci

Artikel HUMANIORA: KEKERASAN GENDER DALAM WACANA TAFSIR KEAGAMAAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM 1. Oleh: Marzuki 2

Artikel HUMANIORA: KEKERASAN GENDER DALAM WACANA TAFSIR KEAGAMAAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM 1. Oleh: Marzuki 2 Artikel HUMANIORA: KEKERASAN GENDER DALAM WACANA TAFSIR KEAGAMAAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM 1 Oleh: Marzuki 2 Abstrak Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran wacana

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk marginalisasi yang terdapat dalam novel Adam Hawa karya. Muhidin M. Dahlan terdapat 5 bentuk. Bentuk marginalisasi tersebut

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk marginalisasi yang terdapat dalam novel Adam Hawa karya. Muhidin M. Dahlan terdapat 5 bentuk. Bentuk marginalisasi tersebut BAB V PENUTUP A. Simpulan Setelah dilakukan penelitian sesuai dengan fokus permasalahan, tujuan penelitian dan uraian dalam pembahasan, diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Bentuk marginalisasi yang

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. 1. Konstruksi pemahaman aktivis organisasi keagamaan Muhammadiyah,

BAB VII PENUTUP. 1. Konstruksi pemahaman aktivis organisasi keagamaan Muhammadiyah, 277 BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konstruksi pemahaman aktivis organisasi keagamaan Muhammadiyah, NU dan HTI tentang hadis-hadis misoginis dapat diklasifikasikan menjadi empat model pemahaman, yaitu

Lebih terperinci

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH l Edisi 048, Februari 2012 P r o j e c t SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH i t a i g k a a n D Sulfikar Amir Edisi 048, Februari 2012 1 Edisi 048, Februari 2012 Sains, Islam, dan Revolusi Ilmiah Tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C.

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C. Islam dan Demokrasi Disusun oleh : AL-RHAZALI 07230054 MITRA ANUGRAH F 07230068 FEBRIAN DELI 201010050311070 NOVELIAWATI C. 201010050311085 MUSLIM DEMOKRAT Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik

Lebih terperinci

DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU

DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU l Edisi 019, September 2011 P r o j e c t DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU i t a i g k a a n D Pradana Boy ZTF Edisi 019, September 2011 1 Edisi 019, September 2011 Dimensi Filsafat dalam Wahyu Posisi wahyu

Lebih terperinci

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya. ILMU TAUHID / ILMU KALAM Ilmu Tauhid sering disebut juga dengan istilah Ilmu Kalam, Ilmu 'Aqaid, Ilmu Ushuluddin, dan Teologi Islam. Menurut bahasa (etimologis) kata "tauhid" merupakan bentuk masdar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan,

Lebih terperinci

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER l Edisi 001, Oktober 2011 Edisi 001, Oktober 2011 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER Ihsan Ali Fauzi 1 Edisi 001, Oktober 2011 Informasi Buku: Abdullahi Ahmed An- Na`im,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat

Lebih terperinci

SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI

SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI l Edisi 003, Agustus 2011 SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI P r o j e c t i t a i g k a a n D Saiful Mujani Edisi 003, Agustus 2011 1 Edisi 003, Agustus 2011 Syariat Islam dan Keterbatasan Demokrasi

Lebih terperinci

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya

Lebih terperinci

otaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada

otaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada KESIMPULAN UMUM 303 Setelah pembahasan dengan menggunakan metode tiga telaah, deskriptif-konseptual-normatif, pada bagian akhir ini, akan disampaikan kesimpulan akhir. Tujuannya adalah untuk menyajikan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,

Lebih terperinci

KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM. Jihan Abdullah *

KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM. Jihan Abdullah * KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM Jihan Abdullah * Abstract This paper deals with Gender equality from the perspective of Islam. To establish an equal Gender relation, it is necessary to eliminate unfair relation

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam BAB V KESIMPULAN 5.1. Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum 2013 Konstruksi Identitas Nasional Indonesia tidaklah berlangsung secara alamiah. Ia berlangsung dengan konstruksi besar, dalam hal ini

Lebih terperinci