BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian dikelompokkan menjadi lima data utama berdasarkan pertanyaan penelitian. Bagian pertama menjelaskan pengembangan perangkat penilaian asesmen kesulitan belajar siswa. Bagian kedua, menjelaskan penerapan asesmen kesulitan belajar siswa. Bagian ketiga dikemukakan kelebihan dan kendala yang muncul dari penerapan asesmen kesulitan belajar siswa. Bagian keempat dikemukakan kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan asesmen kesulitan belajar siswa. Pada bagian terakhir, menjelaskan tanggapan guru tentang penerapan asesmen kesulitan belajar siswa. 1. Pengembangan Perangkat Penilaian Asesmen Kesulitan Belajar Siswa Pengembangan perangkat penilaian asesmen kesulitan belajar terdiri dari dua bagian. Bagian pertama tentang pengembangan perangkat penilaian tes dan bagian kedua tentang pengembangan perangkat penilaian nontes. a. Pengembangan Perangkat Penilaian Tes 1) Pengembangan Soal Essay Studi kurikulum yang dilakukan dengan menganalisis berbagai SK dan KD yang terdapat pada kurikulum KTSP 2006 untuk SMP Kelas VII semester genap dan dianggap sulit oleh siswa, maka ditentukanlah sebuah SK yaitu 42

2 43 memahami keanekaragaman makhluk hidup, dengan KD yaitu mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki. Berdasarkan hasil studi kurikulum, kemudian dipilih subkonsep yang merupakan bagian dari konsep keanekaragaman makhluk hidup, yaitu tentang keanekaragaman tumbuhan. Berdasarkan subkonsep keanekaragaman tumbuhan kemudian diuraikan submateri dan analisis materinya yang kemungkinan besar dianggap sulit oleh siswa. Submateri-submateri tersebut meliputi dasar klasifikasi makhluk hidup, Kingdom Plantae, tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan berbiji. Adapun rincian submateri dan analisis materi tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A.1. Submateri-submateri yang telah dianalisis kemudian diuraikan ke dalam indikator-indikator yang memang banyak dianggap sulit oleh siswa. Indikator yang diuraikan sebanyak 20 macam indikator. Rincian lengkapnya seperti dalam Lampiran A.2, dengan proporsi sebagai berikut: empat indikator pada dasar klasifikasi makhluk hidup, dua indikator pada Kingdom Plantae, empat indikator pada tumbuhan lumut, lima indikator pada tumbuhan paku, dan lima indikator pada tumbuhan berbiji. Berdasarkan indikator-indikator yang telah dirumuskan, kemudian dibuat kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal ini sangat penting agar proporsi soal yang dibuat mencakup semua materi dan sesuai dengan tingkat kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom revisi. Tingkat kognitif soal yang digunakan terdiri dari C1 (mengingat) dan C2 (mengerti), karena sesuai dengan tuntutan KD minimal bagi

3 44 siswa dalam pencapaian KKM di sekolah. Kisi-kisi soal tersebut dimuat dalam Tabel 4.1: Tabel 4.1 Kisi-kisi Soal Essay Subkonsep Klasifikasi Tumbuhan No Submateri C1 C2 Jumlah 1 Dasar Klasifikasi Makhluk Hidup Kingdom Plantae Tumbuhan Lumut Tumbuhan Paku Tumbuhan Berbiji Jumlah Berdasarkan Tabel 4.1, jumlah soal yang dibuat yaitu berjumlah 20 butir, dengan proporsi jumlah soal untuk setiap submateri yaitu dasar klasifikasi makhluk hidup empat butir (20%), Kingdom Plantae dua butir (10%), tumbuhan lumut empat butir (20%), tumbuhan paku lima butir (25%), dan tumbuhan berbiji lima butir (25%). Tingkat kognitif soal terdiri dari C1 (mengingat) sebanyak dua butir (10%) dan C2 (mengerti) sebanyak 18 butir (90%). Berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat, kemudian disusun satu buah soal essay untuk setiap indikator. Penyusunan soal agar memudahkan maka dibuatlah tabel spesifikasi soal, seperti pada Lampiran A.3. Soal yang dibuat berjumlah 20 butir soal essay. Rincian soal essay beserta indikator dan jenjang kognitifnya selengkapnya terdapat dalam Lampiran A.4. Soal essay yang telah dibuat kemudian divalidasi atau di-judgement oleh dosen ahli sebelum diujicobakan ke siswa. Ketika kegiatan validasi soal, terdapat beberapa kesalahan atau kekurangan yang terdapat pada soal yang telah dibuat dan harus diperbaiki, seperti yang dirangkum pada Tabel 4.2:

4 45 Tabel 4.2 Kesalahan yang terdapat pada Soal Essay Ketika Divalidasi No Kesalahan atau Kekurangan Rekomendasi Perbaikan 1 Ketidaksesuaian antara indikator yang terdapat pada soal dengan jenjang kognitifnya, seperti soal yang sebenarnya berupa hafalan (C1) tetapi jenjang kognitifnya mengerti (C2). Indikator soal yang berupa hafalan jenjang kognitif yang seharusnya adalah C1 (mengingat) 2 Tidak ada soal yang menanyakan karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan lumut dan paku, namun yang ada adalah menggambarkan bagan pergiliran keturunan tumbuhan lumut dan paku. 3 Kurangnya soal yang memuat gambar tumbuhan, seperti soal yang menanyakan perbedaan antara tumbuhan paku dengan tumbuhan berbiji. 4 Soal yang ditanyakan tidak setara, ada yang ditingkat kingdom, ada pula yang ditingkat ordo dan familia. Menggantinya dengan soal yang menanyakan tentang karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan lumut dan paku Menampilkan gambar tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji agar siswa dapat membedakannya dengan melihat langsung gambar. Soal yang ditanyakan harus setara, sebaiknya hanya pada tingkat kingdom, divisi, dan kelas saja. Kesalahan atau kekurangan yang terdapat pada soal kemudian diperbaiki, setelah selesai diperbaiki lalu divalidasi kembali oleh dosen ahli. Soal yang telah divalidasi dan dinyatakan baik, yang keseluruhannya berjumlah 20 butir soal, sebelum diujicobakan terlebih dahulu dikelompokkan menjadi dua, masingmasing berjumlah 10 butir soal dan indikator untuk setiap soal berbeda, seperti dalam Lampiran A.5. Pembagian soal ini dimaksudkan agar siswa tidak merasa jenuh dalam mengerjakan soal yang terlalu banyak. Kedua kelompok soal tersebut kemudian diujicobakan kepada siswa kelas VII H. 2) Pelaksanaan Uji Coba Soal Essay Pelaksanaan uji coba soal essay dilakukan di Kelas VII H yang jumlah seluruh siswanya pada kelas tersebut sebanyak 40 orang, pada pengujicobaan soal ini satu kelas dibagi menjadi dua, 20 orang mengerjakan soal bagian A dan

5 46 sisanya mengerjakan soal bagian B. Waktu mengerjakan soal ini selama satu jam yang dilaksanakan setelah jam pelajaran di sekolah berakhir. Ketika pelaksanaannya terdapat beberapa catatan penting yang dirangkum dalam Tabel 4.3: Tabel 4.3 Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba Soal Essay No Aspek Identifikasi Masalah 1 Waktu Waktu pelaksanaan setelah jam pelajaran di sekolah berakhir, hal ini membuat siswa kurang dapat berkonsentrasi dengan baik dalam mengerjakan soal, karena mereka sudah ingin cepat pulang sehingga terkesan terburu-buru dalam menjawab soal. 2 Setting Kelas Siswa duduk berdua dalam satu meja, sehingga mendorong peluang untuk saling menyontek. Hal ini terlihat dari banyaknya jawaban soal yang sama antara siswa yang satu dengan yang lainnya. 3 Pengawasan Peneliti kurang tegas dalam mengawasi siswa sehingga membuka peluang yang lebih besar kepada siswa untuk dapat menyontek kepada temannya. 4 Soal Soal essay yang diujicobakan menurut siswa sulit, sehingga mereka menjawabnya kurang tepat karena menebak jawaban, dan terdapat beberapa soal yang tidak dijawab (kosong). 5 Siswa Tidak semua siswa mengerjakan soal yang diberikan, pada soal bagian A hanya dikerjakan oleh empat orang siswa dan soal bagian B dikerjakan oleh 13 orang siswa. Berdasarkan Tabel 4.3, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan uji coba soal essay terdapat beberapa kendala, seperti masalah waktu yang kurang efektif, setting kelas yang kurang baik, pengawasan yang kurang tegas, siswa menjawab soal dengan menebak karena soalnya sulit, dan tidak semua siswa mengerjakan soal yang diberikan. 3) Hasil Analisis Butir Soal Essay Hasil jawaban siswa kemudian dihitung skornya dan dianalisis reliabilitas, validitas, dan tingkat kesukarannya menggunakan program komputer Anatest.

6 47 Hasil perolehan skor siswa dan analisis kuantitatifnya untuk soal essay bagian A selengkapnya disajikan pada Lampiran B.1 dan B.2. Skor tertinggi yang diperoleh siswa setelah mengerjakan soal essay bagian A adalah 50 dan skor terendah 34. Adapun skor rata-ratanya yaitu 42,25. Hasil ini menandakan bahwa seluruh siswa yang mengerjakan soal essay bagian A tidak ada yang memperoleh nilai diatas KKM yang batas minimalnya adalah 70. Oleh karena itu, hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar dalam memahami konsep klasifikasi tumbuhan. Kesulitan siswa terlihat dari rendahnya perolehan skor pada soal nomor 5, 6, 8, dan 9. Soal nomor 5 berhubungan dengan indikator menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut, nomor 6 dengan indikator membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku, nomor 8 indikatornya ialah menjelaskan dasar pengelompokan divisi tumbuhan lumut, dan soal nomor 9 yang indikatornya adalah mengelompokan tumbuhan berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki. Jadi, keempat indikator tersebut adalah indikator yang termasuk sulit dipahami oleh siswa. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas untuk soal essay bagian A yaitu 0,21 (tergolong rendah) dan validitas soal adalah 0,12 (tergolong sangat rendah). Proporsi tingkat kesukaran soal adalah soal mudah berjumlah dua butir (20%), soal sedang dua butir (20%), dan soal sukar enam butir (60%). Pada soal essay bagian B, hasil perolehan skor siswa dan analisis kuantitatifnya untuk soal essay bagian B selengkapnya disajikan pada Lampiran

7 48 B.3 dan B.4. Hasil perolehan skor siswa setelah mengerjakan soal essay bagian B yaitu nilai terbesar dan nilai rata-ratanya lebih besar bila dibandingkan dengan perolehan skor pada soal essay bagian A. Nilai tertinggi pada soal bagian ini adalah 77 dan nilai terendahnya 32, sedangkan nilai rata-ratanya adalah 46,31. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa yang mengerjakan soal bagian B sebagian besar mengalami kesulitan belajar dalam memahami konsep klasifikasi tumbuhan. Kesulitan siswa dapat terlihat dari adanya soal yang kosong (tidak dikerjakan), yaitu soal nomor 1, 4, 7, 8, 9, dan 10. Indikator-indikator yang sulit dipahami oleh siswa pada soal tersebut secara berurutan yaitu menjelaskan dasar pengelompokan makhluk hidup, membedakan alat perkembangbiakan pada tumbuhan lumut, menjelaskan karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan paku, menjelaskan pengertian tumbuhan biji, mengidentifikasi perbedaan tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup, dan menjelaskan ciri tumbuhan monokotil. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas dan validitas untuk soal essay bagian B jauh lebih besar bila dibandingkan dengan tingkat reliabilitas dan validitas pada soal essay bagian A. Tingkat reliabilitas untuk soal bagian ini yaitu sebesar 0,98 (tergolong sangat tinggi), sedangkan nilai validitas untuk soal bagian ini yaitu sebesar 0,95 (tergolong sangat tinggi). Proporsi tingkat kesukaran soal bagian B lebih merata bila dibandingkan dengan soal bagian A. Soal dengan kategori mudah berjumlah tiga butir (30%), soal sedang empat butir (40%), dan soal dengan kategori sukar berjumlah tiga butir (30%).

8 49 4) Pengembangan Soal Pilihan Ganda Kisi-kisi soal dan indikator yang digunakan dalam penyusunan soal pilihan ganda mengacu pada kisi-kisi soal dan indikator yang digunakan dalam penyusunan soal essay. Distraktor/pengecoh jawaban yang digunakan sebagian disusun dari hasil jawaban siswa hasil pengerjaan soal essay, dengan dimaknai terlebih dahulu, karena banyak jawaban siswa yang tidak sesuai dengan yang diharapkan atau diluar konteks, dan sebagian lagi diambil dari buku mata pelajaran yang biasa digunakan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Penyusunan soal pilihan ganda agar memudahkan menggunakan tabel spesifikasi soal, seperti pada Lampiran B.5. Soal pilihan ganda yang telah selesai disusun, sebelum diujicobakan kepada siswa soal tersebut di-judgement terlebih dahulu kepada dosen ahli. Hasil judgement menunjukkan bahwa soal-soal tersebut masih terdapat kesalahan atau kekurangan, seperti yang dirangkum dalam Tabel 4.4: Tabel 4.4 Kesalahan yang terdapat pada Soal Pilihan Ganda Ketika Divalidasi No Kesalahan atau kekurangan 1 Ketidaksesuaian antara indikator yang terdapat pada soal dengan jenjang kognitifnya, seperti soal yang sebenarnya berupa hafalan (C1) tetapi jenjang kognitifnya mengerti (C2). 2 Pilihan jawaban yang tidak homogen, seperti ada yang memuat nama spesies, genus, dan divisi. Disamping itu ada pilihan jawaban yang panjangnya tidak sama. 3 Gambar tumbuhan yang ditampilkan tidak memperlihatkan habitusnya secara utuh. Rekomendasi Perbaikan Indikator soal yang berupa hafalan jenjang kognitif yang seharusnya adalah C1 (mengingat) Pilihan jawaban harus homogen, bila nama divisi semuanya harus nama divisi, dan panjangnya harus sama. Gambar tumbuhan yang ditampilkan habitusnya harus utuh, terlihat bagian akar, batang, daun, dan bunganya.

9 50 No Kesalahan atau kekurangan 4 Ada soal yang memuat tentang struktur tumbuhan, bukan tentang klasifikasi tumbuhan. 5 Jumlah titik diakhir soal yang tidak konsisten, ada yang empat atau lima. Rekomendasi Perbaikan Fokus pada soal yang berkaitan dengan klasifikasi tumbuhan. Jumlah titik diakhir soal harus konsisten, jika empat maka semuanya harus empat pula. Semua kekurangan tersebut diperbaiki dan setelah divalidasi kembali serta dinyatakan baik, soal pilihan ganda yang berjumlah 19 butir selengkapnya terdapat pada lampiran A.6, diujicobakan kepada siswa kelas VII I. 5) Pelaksanaan Uji Coba Soal Pilihan Ganda Pelaksanaan uji coba soal pilihan ganda ini dilakukan pada waktu jam pelajaran IPA. Ketika pelaksanaannya terdapat beberapa catatan penting yang dirangkum dalam Tabel 4.5: Tabel 4.5 Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba Soal Pilihan Ganda No Aspek Identifikasi Masalah 1 Waktu Waktu pelaksanaan ketika jam pelajaran IPA dan siswa tidak terburu-buru dalam menjawab soal. 2 Setting Kelas Siswa duduk berdua dalam satu meja dan mendorong peluang untuk saling menyontek. Hal ini terlihat dari banyaknya jawaban soal yang sama antara siswa yang satu dengan yang lainnya. 3 Pengawasan Kurang tegasnya peneliti dalam mengawasi siswa sehingga membuka peluang yang lebih besar kepada siswa untuk dapat menyontek kepada temannya. 4 Soal Soal pilihan ganda yang diujicobakan menurut siswa sulit, sehingga mereka menjawabnya kurang tepat karena menebak jawaban, dan terdapat beberapa soal yang tidak dijawab (kosong). 5 Siswa Beberapa siswa ada yang mengobrol dan membuat kegaduhan sehingga membuat siswa lain terganggu konsentrasinya. Berdasarkan Tabel 4.5, ada beberapa kejadian penting yang muncul dalam pelaksanaan uji coba soal pilihan ganda ini. Kejadian-kejadian penting tersebut

10 51 diantaranya adalah waktu pelaksanaan uji coba yang lebih efektif dan efisien bila dibandingkan dengan pelaksanaan uji coba soal essay. Namun, masih terjadi kegiatan saling kerja sama karena posisi duduk siswa yang berdua dalam satu meja, hal ini diperparah dengan masih kurang tegasnya pengawasan. Soal yang sulit menurut mereka masih menjadi kendala dan mendorong siswa menjawab soal dengan menebak dan bahkan ada soal yang tidak dijawab. Hambatan lain juga muncul dengan kondisi kelas yang gaduh karena ada siswa yang mengobrol dan mengganggu siswa lain yang serius mengerjakan soal. 6) Hasil Analisis Butir Soal Uji Coba Pilihan Ganda Hasil jawaban siswa kemudian dihitung skornya dan dianalisis reliabilitas, validitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya menggunakan program komputer Anatest. Hasil perolehan skor siswa dan analisis kuantitatifnya untuk hasil uji coba soal pilihan ganda selengkapnya disajikan pada Lampiran B.6 dan B.7. Pada perolehan skor hasil uji coba soal pilihan ganda, jumlah jawaban benar terbesar yang diperoleh siswa adalah 12 (skor 63,16) dan jumlah jawaban benar terendahnya adalah 4 (skor 21,05) dari 19 butir soal. Skor rata-ratanya adalah 7,64 (skor 40,21). Hasil tersebut menunjukkan bahwa uji coba soal ini dapat mendeteksi kesulitan belajar siswa, dengan rendahnya perolehan skor siswa, karena semua siswa yang mengikuti kegiatan uji coba tidak ada yang memperoleh nilai diatas KKM. Kesulitan yang dialami siswa terlihat dengan adanya soal yang memiliki perolehan skor benar terendah, seperti soal nomor 9, 12, dan 17. Hal ini

11 52 menandakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami indikator yang terkandung dalam soal tersebut. Indikator-indikator tersebut secara berurutan yaitu menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut, membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku, dan mengidentifikasi perbedaan ciri tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas soal pilihan ganda hasil uji coba yaitu 0,74 (tergolong tinggi), sedangkan untuk validitas soal adalah 0,59 (tergolong cukup). Daya pembeda soal adalah yang tergolong jelek 36,84%, cukup 10,53%, baik 42,11%, dan baik sekali 10,53%. Proporsi tingkat kesukaran pada soal tersebut adalah soal mudah 5,26%, sedang 63,18%, dan sukar 31,58%. b. Pengembangan Perangkat Penilaian Nontes 1) Pengembangan Angket Terbuka Selain menyusun perangkat penilaian tes, disusun pula perangkat penilaian nontes, yaitu berupa angket. Pada penyusunan angket, terlebih dahulu dibuat angket terbuka, kisi-kisi angket terbuka terdiri dari enam aspek yang mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar siswa, selengkapnya disajikan pada Lampiran A.7. Setiap aspek-aspek tersebut kemudian dirumuskan dua hingga empat indikator, dan berdasarkan indikator tersebut dibuat satu buah pertanyaan yang semuanya berjumlah 21 butir. Format pertanyaan angket terbuka selengkapnya terdapat pada Lampiran A.8. Angket terbuka yang telah dibuat kemudian divalidasi oleh dosen ahli. Hasil validasi menunjukkan terdapat kesalahan atau kekurangan yang terdapat

12 53 pada pertanyaan angket terbuka. Kesalahan atau kekurangan tersebut dirangkum pada Tabel 4.6: Tabel 4.6 Kesalahan atau Kekurangan yang terdapat pada Pertanyaan Angket Terbuka Hasil Validasi Dosen No Kesalahan atau kekurangan Rekomendasi Perbaikan 1 Tidak menanyakan media apa yang digunakan guru. Menanyakan media apa yang digunakan guru. 2 Tidak menanyakan apakah guru menggunakan media spesimen tumbuhan asli Menanyakan apakah guru menggunakan media spesimen tumbuhan asli 3 Tidak menanyakan apakah ada tugas Menanyakan apakah ada tugas yang yang diberikan guru 4 Tidak menanyakan apakah pembelajaran klasifikasi tumbuhan menggunakan kunci determinasi diberikan guru Menanyakan apakah pembelajaran klasifikasi tumbuhan menggunakan kunci determinasi Kesalahan atau kekurangan yang muncul ketika kegiatan validasi kemudian diperbaiki. Setelah diperbaiki, dilakukan validasi kembali dan setelah dinyatakan baik, angket terbuka lalu diujicobakan kepada siswa kelas VII H. 2) Pelaksanaan Uji Coba Angket Terbuka Kegiatan uji coba angket terbuka dilakukan setelah pelaksanaan uji coba soal essay. Ketika pelaksanaan uji coba angket terdapat beberapa kejadian penting seperti yang dirangkum dalam Tabel 4.7: Tabel 4.7 Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba Angket Terbuka No Aspek Identifikasi Masalah 1 Waktu Waktu pelaksanaan setelah uji coba soal essay membuat siswa terburu-buru dalam mengisi angket terbuka karena ingin cepat pulang. 2 Pertanyaan angket Ada beberapa pertanyaan angket terbuka yang tidak dimengerti oleh siswa sehingga ada jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan, bahkan ada beberapa yang dibiarkan kosong. 3 Siswa Dari 40 orang siswa hanya 18 orang saja yang mengisi angket terbuka, karena mereka sudah banyak yang pulang setelah mengerjakan uji coba soal essay.

13 54 Berdasarkan Tabel 4.7, ada beberapa kejadian penting yang terjadi selama kegiatan uji coba angket terbuka. Kejadian penting tersebut diantaranya yaitu waktu pelaksanaan yang dilakukan setelah pengerjaan uji coba soal essay, hal ini dirasa kurang efektif dan efisien karena siswa sudah ingin pulang sehingga mereka mengerjakannya dengan terburu-buru. Pertanyaan yang terdapat pada angket terbuka ada yang kurang dimengerti maksudnya sehingga ada jawaban yang tidak sesuai dengan yang diminta, bahkan ada beberapa soal yang kosong. Siswa yang mengerjakan uji coba angket terbuka hanya 18 orang dari total 40 orang siswa, hal ini karena sebagian besar dari mereka sudah tidak sabar ingin cepat pulang setelah mengerjakan uji coba soal essay. 3) Analisis Hasil Uji Coba Angket Terbuka Hasil jawaban angket terbuka cukup mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.8. Hasil angket diantaranya dapat mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan juga kendala-kendala yang dihadapi. Pada umumnya siswa menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran klasifikasi tumbuhan dilakukan melalui kegiatan praktikum. Beberapa kendala yang dialami siswa selama kegiatan praktikum dan menyebabkan mereka kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan disajikan dalam grafik pada Gambar 4.1:

14 % 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% 11.11% 11.11% Sulit membawa tumbuhan yang ditugaskan Guru menerangkan materi terlalu cepat 5.56% Banyak siswa yang mengobrol Gambar 4.1 Grafik Kendala yang Dialami Siswa selama Kegiatan Praktikum Klasifikasi Tumbuhan. Berdasarkan grafik pada Gambar 4.1, kendala yang dialami siswa selama kegiatan praktikum klasifikasi tumbuhan yaitu sebagian kecil karena sulit membawa tumbuhan yang ditugaskan guru (11,11%), guru menerangkan materi terlalu cepat (11,11%), dan banyak siswa yang mengobrol (5,56%). Hal ini tentu saja membuat siswa kurang dapat mengikuti kegiatan pembelajaran praktikum klasifikasi tumbuhan dengan baik, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. 4) Pengembangan Angket Tertutup Setelah menganalisis hasil jawaban angket terbuka, kemudian disusun angket tertutup berdasarkan kisi-kisi angket terbuka dan ditambah dua aspek (minat siswa terhadap konsep klasifikasi tumbuhan dan klasifikasi tumbuhan termasuk konsep sulit), sehingga kisi-kisi angket tertutup semuanya terdiri dari delapan aspek yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A.9. Pertanyaan pada angket tertutup menggunakan pilihan jawaban yang berasal dari jawaban

15 56 hasil uji coba angket terbuka yang telah dimaknai terlebih dahulu. Agar memudahkan maka dalam penyusunannya dibuat tabel spesifikasi penyusunan angket tertutup seperti yang disajikan pada Lampiran B.9. Format pertanyaan angket tertutup selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A.10. Pertanyaan pada angket tertutup setelah disusun dan sebelum diujicobakan divalidasi terlebih dahulu kepada dosen ahli. Setelah divalidasi terdapat beberapa kesalahan atau kekurangan seperti yang dirangkum pada Tabel 4.8: Tabel 4.8 Kesalahan atau Kekurangan yang terdapat pada Pertanyaan Angket Tertutup Hasil Validasi Dosen No Kesalahan atau kekurangan Rekomendasi Perbaikan 1 Tidak menanyakan media apa yang digunakan guru. Menanyakan media apa yang digunakan guru. 2 Pilihan jawaban yang digunakan Pilihan jawaban yang digunakan harus setara. tidak setara. 3 Menggunakan kata-kata yang Menggunakan kata-kata yang baku. kurang baku. 4 Tidak menanyakan siapa yang membuat dasar pengelompokan pada kunci determinasi. Menanyakan siapa yang membuat dasar pengelompokan pada kunci determinasi, apakah siswa atau guru. Kesalahan atau kekurangan yang muncul ketika kegiatan validasi kemudian diperbaiki. Setelah diperbaiki, dilakukan validasi kembali dan setelah dinyatakan baik, angket tertutup lalu diujicobakan kepada siswa kelas VII I. 5) Pelaksanaan Uji Coba Angket Tertutup Kegiatan uji coba angket tertutup dilakukan setelah pelaksanaan uji coba soal pilihan ganda. Ketika pelaksanaan uji coba angket tertutup terdapat beberapa kejadian penting seperti yang dirangkum dalam Tabel 4.9:

16 57 Tabel 4.9 Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba Angket Tertutup No Aspek Identifikasi Masalah 1 Waktu Waktu pelaksanaan setelah uji coba soal pilihan ganda dan waktu jam pelajaran IPA masih tersedia sehingga siswa tidak terburu-buru dalam mengerjakannya. 2 Pertanyaan angket Pertanyaan angket tertutup cukup dimengerti oleh siswa karena disertai dengan pilihan jawaban sehingga jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan. 3 Siswa Dari 40 orang siswa semuanya mengisi angket tertutup, dan terlihat cukup antusias dalam menjawab pertanyaan yang terdapat dalam angket tersebut. Berdasarkan Tabel 4.9, pelaksanaan uji coba angket tertutup di Kelas VII I secara umum berlangsung dengan tertib dan lancar. Hal ini terlihat dari antusiasnya siswa dalam mengerjakan angket tersebut, karena semua siswa yang berjumlah 40 orang turut serta dalam menjawab setiap pertanyaan. Waktu pelaksanaan pun cukup efisien dan efektif, karena kegiatan uji coba yang dilaksanakan setelah uji coba soal pilihan ganda dan jam pelajaran IPA masih berlangsung. Pertanyaan pada angket pun direspon dengan cukup baik karena siswa sudah mengerti maksud dari setiap pertanyaan yang dilengkapi dengan pilihan jawaban. 6) Analisis Hasil Uji Coba Angket Tertutup Hasil jawaban uji coba angket tertutup dapat mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan secara lebih lengkap bila dibandingkan dengan hasil angket terbuka. Hal ini karena dalam angket tertutup terdapat indikator tambahan yang menanyakan apakah siswa menyukai konsep klasifikasi tumbuhan atau menganggap sulit konsep klasifikasi tumbuhan, serta indikator-indikator dalam konsep tersebut yang dianggap sulit oleh siswa. Hasil selengkapnya dapat dilihat

17 58 pada Lampiran B.10. Beberapa hasil jawaban angket siswa dituangkan dalam grafik pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3: Gambar 4.2 Grafik Tanggapan Siswa yang Menyukai Konsep Klasifikasi Tumbuhan dan Menganggap Sulit Konsep Klasifikasi Tumbuhan. Berdasarkan Grafik pada Gambar 4.2, tanggapan siswa mengenai apakah mereka menyukai konsep klasifikasi tumbuhan atau tidak, yaitu sebagian besar siswa (51,22%) kurang menyukai, hampir setengahnya (39,02%) menyukai, dan sebagian kecil (9,76%) saja yang tidak menyukai konsep tersebut. Tanggapan siswa mengenai sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan, yaitu sebagian besar (65,85%) mengangga ap cukup sulit, sebagian kecil (17,07%) menganggap sulit, dan sebagian kecil (14,63%) yang lain menganggap bahwa konsep klasifikasi tumbuhan sangat sulit.

18 % 45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% 26.83% Menjelaskan ciri pergiliran keturunan paku 29.27% 29.27% Menjelaskan dasar pengelompokan Kingdom Plantae 41.46% 43.90% Menjelaskan ciri Mendeskripsikan ciri Menjelaskan dasar pergiliran keturunan Kingdom Plantae pengelompokan lumut divisi tumbuhan lumut Gambar 4.3 Grafik Tanggapan Siswa Tentang Indikator pada Konsep Klasifikasi Tumbuhan yang dianggap sulit. Berdasarkan grafik pada Gambar 4.3, ada lima indikator yang dianggap paling sulit untuk dapat dipahami siswa. Kelima indikator tersebut yaitu 26,83% atau hampir setengahnya indikator dalam menjelaskan karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan paku, 29,27% atau hampir setengahnya indikator dalam menjelaskan dasar-dasar pengelompokan Kingdom Plantae, 29,27% atau hampir setengahnya indikator dalam menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut, 41,46% atau hampir setengahnya indikator dalam mendeskripsikan ciri-ciri Kingdom Plantae, dan 43,90% atau hampir setengahnya indikator dalam menjelaskan dasar pengelompokan divisi tumbuhan lumut.

19 60 7) Pengembangan Pedoman Wawancara Guru Pedoman wawancara yang disusun untuk mengetahui tanggapan guru mengenai pelaksanaan asesmen kesulitan belajar siswa, terdiri dari lima indikator, indikator tersebut yaitu pendapat guru mengenai sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan, pengetahuan guru tentang asesmen kesulitan belajar, pengetahuan guru tentang langkah-langkah penerapan asesmen kesulitan belajar, kelebihan penerapan asesmen kesulitan belajar, dan kekurangan penerapan asesmen kesulitan belajar Pertanyaan wawancara yang disusun sebanyak dua buah untuk setiap indikator yang telah dibuat. Format pedoman wawancara guru selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A.13. Pedoman wawancara guru yang telah disusun kemudian divalidasi atau di-judgement kepada dosen ahli. Kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pertanyaan wawancara setelah kegiatan validasi kemudian diperbaiki sebelum digunakan. 2. Penerapan Asesmen Kesulitan Belajar Siswa Perangkat penilaian yang telah dikembangkan kemudian diterapkan untuk menilai kesulitan belajar siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan. Penerapan perangkat penilaian asesmen kesulitan belajar terdiri dari dua bagian. Bagian pertama tentang penerapan perangkat penilaian tes dan bagian kedua tentang penerapan perangkat penilaian nontes.

20 61 a. Penerapan Perangkat Penilaian Tes 1) Instrumen Penilaian Tes Perangkat penilaian tes berupa soal pilihan ganda yang telah dikembangkan dan diujicobakan, selanjutnya diterapkan di Kelas VII C untuk menilai kesulitan belajar siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan. Soal pilihan ganda hasil uji coba sebelum diterapkan terlebih dahulu diperbaiki kekurangannya yang muncul setelah dianalisis secara kuantitaif, seperti memperbaiki pengecoh yang kurang berfungsi dengan baik. Soal pilihan ganda yang digunakan pada pelaksanaan penerapan asesmen kesulitan belajar dapat dilihat pada Lampiran A.11. Setelah selesai diperbaiki kemudian soal tersebut di-judgement kembali dan setelah dinyatakan baik, soal tersebut kemudian dipakai untuk menerapkan asesmen kesulitan belajar siswa. Penerapan soal ini dilakukan untuk menilai kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan. 2) Pelaksanaan Penerapan Perangkat Penilaian Tes Pelaksanaan penerapan perangkat penilaian tes berupa soal pilihan ganda dilakukan di Kelas VII C. Ketika pelaksanaannya terdapat beberapa kejadian penting yang tercatat oleh peneliti. Kejadian-kejadian penting tersebut dirangkum dalam Tabel 4.10:

21 62 Tabel 4.10 Catatan Penting Pelaksanaan Penerapan Soal Pilihan Ganda No Aspek Identifikasi Masalah 1 Waktu Pelaksanaan yang dilakukan setelah Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) membuat siswa kurang bersemangat dalam mengerjakan soal, karena mereka merasa sudah bebas. 2 Setting Kelas Posisi duduk siswa yang duduk berdua dalam satu meja membuat mereka saling bekerja sama dalam mengerjakan soal pilihan ganda. 3 Pengawasan Kurang tegasnya peneliti dalam mengawasi siswa yang mengerjakan soal membuat siswa semakin merasa bebas dalam melakukan perbuatan saling menyontek jawaban dalam mengisi soal yang diberikan. 4 Soal Soal yang diberikan menurut siswa sulit, sehingga mereka cenderung menebak jawaban dan bahkan ada soal yang dibiarkan kosong (tidak dijawab). 5 Siswa Konsentrasi siswa sedikit terganggu karena di lapangan sekolah waktu itu sedang ada perlombaan olahraga antar kelas dan situasinya sangat ribut, hal ini membuat siswa kurang dapat berkonsentrasi dengan baik dalam mengerjakan soal. Berdasarkan Tabel 4.10, terjadi beberapa kejadian penting selama pelaksanaan penerapan perangkat penilaian tes. Kejadian penting tersebut diantaranya adalah waktu pelaksanaan yang kurang efektif, karena dilaksanakan setelah UKK dan membuat siswa kurang bersemangat dalam mengerjakan soal. Konsentrasi mereka juga terganggu karena situasi di luar kelas yang ribut. Setting kelas yang kurang baik juga membuat siswa saling menyontek jawaban. Hal ini didukung dengan lemahnya pengawasan yang dilakukan peneliti. Soal yang menurut siswa dianggap sulit membuat mereka menebak jawaban dan bahkan ada beberapa soal yang tidak dikerjakan. 3) Analisis Butir Soal Hasil Pelaksanaan Penerapan Perangkat Penilaian Tes Hasil jawaban siswa kemudian dihitung perolehan skornya. Hasil perolehan skor selengkapnya disajikan pada Lampiran B.11. Dari 19 butir soal, jumlah jawaban yang benar terbesar adalah 12 (skor 63,16) dan yang terkecil

22 63 adalah 5 (skor 26,32), sedangkan untuk rata-ratanya adalah 8,85 (skor 46,58). Hasil ini menunjukkan bahwa soal tersebut mampu mengukur kesulitan belajar yang dialami siswa dalam memahami konsep klasifikasi tumbuhan. Hal ini terlihat dari rendahnya perolehan skor siswa, dimana tidak ada seorang pun siswa yang mencapai nilai KKM yang disyaratkan kurikulum (nilai KKM 70). Ini berarti seluruh siswa pada kelas tersebut mengalami kesulitan belajar. Kesulitan tersebut terdeteksi dengan adanya indikator-indikator yang dianggap sulit oleh siswa, hal ini dapat dilihat dari adanya soal yang tidak dapat dijawab dengan benar oleh satu siswa pun, seperti soal nomor 12, 13, 15, dan 17. Indikator yang terkandung dalam soal tersebut secara berurutan yaitu membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku, menjelaskan karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan paku, menjelaskan pengertian tumbuhan biji, dan mengidentifikasi perbedaan ciri tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup. Sementara itu masih ada soal yang tidak dijawab atau dibiarkan kosong, yaitu soal nomor 9 dan 10. Indikator dari kedua soal tersebut yaitu menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut dan menjelaskan dasar pengelompokan divisi tumbuhan lumut. Indikator-indikator tersebut merupakan indikator yang sulit dipahami oleh siswa. Hasil analisis kuantitatif terhadap soal pilihan ganda yang telah diterapkan menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas soal yaitu 0,65 (tergolong tinggi), sedangkan untuk validitas soal adalah 0,49 (tergolong cukup). Proporsi daya pembeda pada soal tersebut yaitu kategori jelek 47,37%, cukup 26,32%, baik 5,26%, dan baik sekali 21,05%. Proporsi tingkat kesukaran soal yaitu kategori

23 64 mudah 26,32%, sedang 36,84%, dan sukar 36,84%. Hasil analisis kuantitatif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.12. 4) Uji Kecocokkan Kesulitan Belajar Siswa Uji Kecocokkan atau validasi kesulitan belajar bertujuan untuk melihat apakah kesulitan belajar siswa yang terungkap dengan perangkat asesmen sama dengan kondisi sebenarnya. Validasi kesulitan belajar siswa dilakukan dengan membandingkan jawaban siswa hasil penerapan soal pilihan ganda dengan jawaban soal essay yang ditanyakan secara lisan. Uji cuplik ini dilakukan kepada seorang siswa yang memperoleh skor terendah pada penerapan soal pilihan ganda. Hasil validasi tersebut disajikan pada Tabel 4.11: Tabel 4.11 Uji Kecocokkan Kesulitan Belajar Siswa No Indikator Menjelaskan dasar pengelompokan makhluk hidup Menyebutkan manfaat penggunaan kunci determinasi Menyebutkan fungsi klasifikasi makhluk hidup Menjelaskan aturan penamaan ilmiah Sistem Binomial Nomenklatur Mendeskripsikan ciri-ciri Kingdom Plantae Menjelaskan dasar-dasar pengelompokan Kingdom Plantae Mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan lumut Membedakan alat perkembangbiakan pada tumbuhan lumut Menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut Kesulitan Siswa Hasil Tes Pilihan Ganda Wawancara Soal Essay Keterangan (Cocok/Tidak Cocok) BENAR Tidak tahu Tidak Cocok SALAH Tidak tahu Cocok BENAR Tidak tahu Tidak Cocok SALAH Tidak tahu Cocok BENAR BENAR Cocok SALAH Tidak tahu Cocok SALAH SALAH Cocok BENAR Tidak tahu Tidak Cocok BENAR Tidak tahu Tidak Cocok

24 65 No Indikator Menjelaskan dasar pengelompokan divisi tumbuhan lumut Mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan paku Membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku Menjelaskan karakteristik pergiliran keturunan tumbuhan paku Membedakan ciri pergiliran keturunan antara tumbuhan lumut dan tumbuhan paku Menjelaskan pengertian tumbuhan biji Mengelompokan tumbuhan paku berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki Mengidentifikasi perbedaan ciri tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup Mengelompokan tumbuhan berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki Membedakan ciri tumbuhan dikotil dan monokotil Kesulitan Siswa Hasil Tes Pilihan Ganda Wawancara Soal Essay Cocok/Tidak Cocok SALAH Tidak tahu Cocok SALAH SALAH Cocok SALAH Tidak tahu Cocok SALAH Tidak tahu Cocok SALAH Tidak tahu Cocok SALAH Tidak tahu Cocok SALAH Tidak tahu Cocok SALAH SALAH Cocok SALAH SALAH Cocok SALAH SALAH Cocok Berdasarkan Tabel 4.11, hasil uji kecocokkan menunjukkan bahwa kesulitan belajar yang dialami siswa yang terungkap dengan perangkat asesmen pada umumnya sama dengan kondisi sebenarnya. Hal ini dapat dilihat dari total 14 atau 73,68% indikator yang memperlihatkan kecocokkan kesulitan belajar yang dialami siswa tersebut. Hanya sebagian kecil yaitu satu indikator saja (mendeskripsikan ciri-ciri Kingdom Plantae) yang membuktikan siswa tidak mengalami kesulitan, hasil ini terbukti dari hasil tes dan juga wawancara.

25 66 b. Penerapan Perangkat Penilaian Nontes 1) Instrumen Angket Tertutup Perangkat penilaian nontes yang digunakan untuk mengungkap faktorfaktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar siswa dalam pelaksanaan penerapan asesmen kesulitan belajar, berasal dari hasil perbaikan angket tertutup hasil uji coba, dengan menambah satu pertanyaan tentang penyebab sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan, sehingga jumlah semua pertanyaan menjadi 27 butir. Angket tertutup yang digunakan dalam penerapan asesmen ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran A.12. 2) Pelaksanaan Penerapan Angket Tertutup Kegiatan penerapan angket tertutup dilakukan di Kelas VII C setelah pelaksanaan penerapan soal pilihan ganda. Selama pelaksanaan terdapat beberapa kejadian penting seperti yang dirangkum dalam Tabel 4.12: Tabel 4.12 Catatan Penting Pelaksanaan Penerapan Angket Tertutup No Aspek Deskripsi 1 Waktu Waktu pelaksanaan setelah penerapan soal pilihan ganda dan ada siswa yang akan ikut perlombaan olahraga sehingga mereka mengerjakannya terburu-buru. 2 Pertanyaan angket Pertanyaan angket tertutup cukup dimengerti oleh siswa karena disertai dengan pilihan jawaban sehingga jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan. 3 Siswa Dari 40 orang siswa semuanya mengisi angket tertutup, dan terlihat cukup antusias dalam menjawab pertanyaan yang terdapat dalam angket tersebut. Berdasarkan Tabel 4.12, dapat dilihat bahwa waktu pelaksanaan penerapan angket yang dilakukan setelah siswa mengerjakan soal pilihan ganda, membuat mereka mengerjakannya dengan terburu-buru. Hal ini terjadi karena ada sejumlah siswa yang akan mengikuti perlombaan olahraga. Pertanyaan pada angket tersebut

26 67 dikerjakan oleh seluruh siswa, dan cukup dimengerti oleh siswa dengan tidak adanya siswa yang menanyakan tentang maksud dari suatu pertanyaan, dan sesuainya jawaban siswa dengan pertanyaan yang ditanyakan. 3) Hasil Analisis Jawaban Penerapan Angket Tertutup Hasil penerapan pan angket tertutup dapat mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan siswa merasa kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan, serta dapat at mengungkap indikator apa saja yang dianggap sulit oleh siswa. Hasil penerapan an angket tertutup selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.13. Berikut ditampilkan beberapa hasil penerapan angket yang mengungkap penyebab sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan (pada grafik Gambar 4.4) dan indikator yang dianggap sulit yang terdapat dalam konsep klasifikasi tumbuhan (pada grafik Gambar 4.5): Gambar 4.4 Grafik Tanggapan Siswa Tentang Penyebab Sulitnya Konsep Klasifikasi Tumbuhan Berdasarkan grafik pada Gambar 4.4, penyebab sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan menurut siswa pada umumnya (77,78%) yaitu karena banyak terdapat

27 68 istilah Latin. Sementara itu hampir setengahnya disebabkan oleh cakupan materi yang cukup banyak (27,78%) serta sulit dalam memahami dan menghafal istilah Latin (41,67%). Mendeskripsikan ciri tumbuhan paku 36.11% 44.44% 30.56% 36.11% 33.33% Mendeskripsikan ciri Kingdom Plantae Membedakan ciri tumbuhan dikotil dan monokotil Mendeskripsikan ciri tumbuhan lumut Membedakan ciri pergiliran keturunan tumbuhan lumut dan paku Hasil angket Gambar 4.5 Grafik Tanggapan Siswa Tentang Indikator Sulit yang Terdapat Dalam Materi Klasifikasi Tumbuhan Berdasarkan grafik pada Gambar 4.5, ada lima indikator yang dianggap sulit oleh hampir setengah jumlah siswa. Indikator tersulit adalah membedakan ciri pergiliran keturunan antara tumbuhan lumut dan tumbuhan paku dengan persentase 44,44%. Kemudian diikuti dengan membedakan ciri tumbuhan dikotil dan monokotil (36,11%), mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan lumut (36,11%), mendeskripsikan ciri-ciri Kingdom Plantae (33,33%), dan mendeskripsikan ciri- ciri tumbuhan paku (30,56%). pada siswa yang memperoleh skor terendah pada hasil tes yaitu ia menyukai materi klasifikasi tumbuhan, namun menurutnya materi tersebut tidak menarik untuk dipelajari. Hal ini karena ia menganggap materinya sangat

28 69 sulit yang disebabkan oleh banyaknya istilah Latin dalam konsep tersebut. Indikator yang ia anggap sulit diantaranya yaitu mendeksripsikan ciri-ciri tumbuhan lumut, membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku, menjelaskan pengertian tumbuhan biji, serta membedakan ciri tumbuhan dikotil dan monokotil. 3. Kelebihan dan Kelemahan yang dimiliki oleh Perangkat Penilaian Perangkat penilaian yang telah dikembangkan untuk menilai kesulitan belajar siswa memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan tersebut diantaranya yaitu: 1) berdasarkan hasil pengembangan dan penerapan soal essay maupun pilihan ganda, perangkat penilaian tersebut dapat mengukur subkonsep yang dianggap sulit oleh siswa; 2) hasil angket terbuka maupun tertutup yang telah dikembangkan dan diterapkan, menunjukkan bahwa penerapan angket tersebut bisa mengungkap penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Kelebihan asesmen ini yang didapat dari hasil wawancara guru mengatakan bahwa asesmen kesulitan belajar memiliki beberapa kelebihan, seperti dapat melihat keberhasilan guru dalam mengajar, mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum, dan sebagai feedback terhadap kemampuan siswa.... Adapun kelemahan dari perangkat penilaian tersebut diantaranya yaitu: 1) soal tes menurut siswa terlalu sulit, karena ada beberapa soal yang dibiarkan kosong; 2) soal tes sulit dimengerti karena ada istilah Latin yang tidak diketahui siswa; 3) soal tes pilihan ganda yang diterapkan membuka peluang bagi siswa

29 70 untuk menebak jawaban; dan 4) angket kurang dapat mengungkap semua penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa. 4. Kendala yang dihadapi dalam Menerapkan Perangkat Penilaian Perangkat penilaian yang digunakan untuk mengukur kesulitan belajar siswa yang telah dikembangkan dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, namun berdasarkan catatan peneliti terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan asesmen kesulitan belajar siswa ini diantaranya yaitu: 1) kurang efektifnya waktu dalam pelaksanaan penerapan asesmen kesulitan belajar siswa; 2) setting kelas yang masih kurang maksimal; dan 3) adanya soal yang kosong (tidak terisi oleh siswa) ketika pelaksanaan asesmen kesulitan belajar. Berdasarkan hasil wawancara, guru mengungkapkan bahwa kendala dalam pelaksanaan asesmen kesulitan belajar yaitu guru merasa lelah dalam memeriksa dan menganalisis soalnya karena harus meluangkan waktu yang lebih dan siswa merasa jenuh karena terlalu sering mengerjakan soal Tanggapan Guru terhadap Penerapan Perangkat Penilaian Pengembangan dan penerapan asesmen kesulitan belajar siswa yang masih tergolong baru ini menimbulkan rasa ingin tahu peneliti untuk mengungkap tanggapan dari guru terhadap pelaksanaan asesmen kesulitan belajar siswa untuk menilai kesulitan siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan. Tanggapan ini dijaring dengan melakukan wawancara terhadap guru. Hasil wawancara guru selengkapnya disajikan dalam Lampiran B.14. Berikut beberapa

30 71 tanggapan guru mengenai pelaksanaan asesmen kesulitan belajar siswa disajikan dalam Tabel 4.13: Tabel 4.13 Tanggapan Guru Terhadap Penerapan Asesmen Kesulitan Belajar Siswa untuk Menilai Kesulitan Siswa dalam Mempelajari Konsep Klasifikasi Tumbuhan No Indikator Tanggapan Guru 1 Pendapat guru mengenai sulitnya konsep klasifikasi tumbuhan tumbuhan. 2 Pengetahuan guru tentang asesmen kesulitan belajar 3 Pengetahuan guru tentang langkah-langkah penerapan asesmen kesulitan belajar 4 Kelebihan pelaksanaan asesmen kesulitan belajar 5 Kelemahan pelaksanaan asesmen kesulitan belajar Guru mengatakan bahwa konsep keanekaragaman tumbuhan adalah salah satu konsep yang terbilang sulit, hal ini disebabkan karena terlalu banyak materinya, banyak istilah Latin, dan siswa kurang terampil dalam mengklasifikasikan Guru berpendapat bahwa asesmen kesulitan belajar adalah asesmen yang diberikan kepada siswa yang belum mencapai KKM. Guru mengungkapkan bahwa langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan asesmen kesulitan belajar yaitu melihat nilai siswa yang rendah atau tidak mencapai KKM, menganalisis KD dan indikator yang lemah atau dianggap sulit, memberikan soal yang sama dengan soal tes formatif, dan menurunkan tingkat kesukaran soal bila siswa belum mampu mencapai KKM. Guru berpendapat bahwa asesmen kesulitan belajar memiliki beberapa kelebihan, seperti dapat melihat keberhasilan guru dalam mengajar, mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum, dan sebagai feedback terhadap kemampuan siswa. Guru berpendapat bahwa asesmen kesulitan belajar memiliki beberapa kelemahan, seperti membuat siswa merasa jenuh karena terus-menerus mengerjakan soal dan guru merasa lelah dalam memeriksa dan menganalisis soalnya karena harus meluangkan waktu yang lebih. B. Pembahasan 1. Pengembangan Perangkat Penilaian Asesmen Kesulitan Belajar Siswa Perangkat penilaian yang telah dikembangkan dalam menilai asesmen kesulitan belajar siswa, baik perangkat penilaian tes (soal essay dan pilihan ganda) maupun nontes (angket dan wawancara), secara umum dapat menilai kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan.

31 72 Selain itu pula dapat ditelusuri indikator dari subkonsep yang dianggap sulit oleh siswa serta dapat mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar siswa. Pada pengembangan perangkat penilaian tes, yang terdiri dari soal essay dan pilihan ganda, menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan. Hal ini dapat terlihat dari rendahnya skor rata-rata yang diperoleh siswa, skor rata-rata untuk hasil uji coba essay adalah 42,25 (essay bagian A) dan 46,31 (essay bagian B). Sementara itu skor rata-rata untuk hasil uji coba pilihan ganda adalah 40,21. Berdasarkan standar KKM yang ditetapkan oleh sekolah tempat dilakukannya penelitian, yaitu 70, maka skor rata-rata siswa hasil uji coba ini tidak memenuhi KKM. Oleh karena itu, pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan karena rendahnya nilai rata-rata yang diperoleh. Hal ini senada dengan yang dinyatakan oleh Ashlock (Wulan et al., 2010) bahwa siswa yang selalu memperoleh hasil belajar yang rendah disebut sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar. Ketika pengujicobaan soal essay, seperti pada soal essay bagian A ada beberapa soal yang tidak dijawab oleh siswa, seperti soal nomor 6 dengan indikator membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku. Hal ini menandakan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar dalam memahami indikator tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Wulan dan Nurlaelah (2011) bahwa siswa yang tidak mengisi/tidak merespon soal-soal uraian adalah siswa

32 73 yang berkesulitan belajar. Penyebabnya kemungkinan besar karena siswa tidak memahami konsep tersebut. Selain soal yang kosong, ada pula soal yang perolehan skornya rendah karena tidak ada siswa yang mampu menjawabnya dengan benar. Seperti soal essay bagian A nomor 5 dengan indikator menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut, kebanyakan jawaban siswa menjawabnya dengan menggambarkan bagan pergiliran keturunan tumbuhan lumut, bukan menjelaskan bagaimana karakteristik pergiliran keturunan lumut. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar pada indikator tersebut yang disebabkan karena mempertukarkan konsep yang ditanyakan dengan konsep lainnya yang mirip. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Wulan dan Nurlaelah (2011) bahwa salah satu kemungkinan kesulitan belajar yang dialami siswa berdasarkan pola jawaban tes uraian adalah siswa mempertukarkan konsep yang ditanyakan dengan konsep lainnya yang mirip. Hasil analisis soal essay secara kuantitatif, yang meliputi reliabilitas, validitas, dan tingkat kesukaran, menunjukkan bahwa kedua soal essay bagian A dan B memiliki kualitas yang berbeda. Hal ini terlihat dari nilai reliabilitas dan validitas yang berbeda, dimana soal A memiliki nilai reliabilitas yang rendah (0,21) dan nilai validitas sangat rendah (0,12), serta proporsi tingkat kesukaran soal yaitu soal mudah dan sedang 20% sedangkan sukar 60%. Reliabilitas soal essay A yang rendah ini disebabkan oleh terlalu sulitnya soal, hal ini terlihat dari dominannya soal kategori sukar yaitu sebanyak 60%. Fakta ini sesuai dengan pernyataan Sudjana (1989) yang menyatakan bahwa tes

33 74 yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa, cenderung menghasilkan skor reliabilitas rendah. Nilai validitas yang sangat rendah dikarenakan banyaknya soal kategori sulit, waktu pengerjaan yang kurang efektif karena setelah jam pelajaran berakhir, situasi kelas yang ribut, dan ada siswa yang melakukan kecurangan dengan saling bertukar jawaban. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Sukardi (2010) bahwa nilai validitas dipengaruhi oleh tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima siswa, waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan jawaban dalam situasi yang tergesa-gesa, adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak bisa membedakan antara siswa yang belajar dengan yang melakukan kecurangan, serta ruangan terlalu ramai atau gaduh sehingga para siswa tidak dapat konsentrasi dengan baik. Hasil analisis kuantitatif ini menunjukkan bahwa soal tersebut kualitasnya kurang baik, karena soal yang baik harus memiliki nilai reliabilitas dan validitas yang tinggi serta proporsi tingkat kesukaran soalnya yaitu 30% mudah, 40% sedang, dan 30% sukar (Sudjana, 1989). Namun, walaupun begitu soal tersebut masih bisa mengukur kesulitan belajar yang dialami siswa, hal ini terlihat dari rendahnya perolehan skor siswa. Soal essay bagian B memiliki kualitas yang jauh lebih baik daripada soal A, karena memiliki nilai reliabilitas (0,98) dan validitas (0,95) yang sangat tinggi serta proporsi tingkat kesukaran soalnya lebih merata yaitu 30% mudah, 40% sedang, dan 30% sukar. Hal tersebut sesuai dengan syarat kualitas soal yang baik menurut Sudjana (1989), bahwa soal yang baik harus memiliki nilai reliabilitas

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN... xi

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN... xi v DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam merespon soal tes diagnosis serta latar belakang siswa yang mempengaruhi kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 19 Bandung dan sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 19

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 19 Bandung tahun ajaran 2010/2011. Sampel dalam penelitian ini sebanyak tiga kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Kesulitan belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini diuraikan beberapa definisi operasional dari istilah yang terkait dalam permasalahan penelitian ini, di antaranya: 1. Pengembangan tes tertulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Penjelasan definisi operasional dalam penelitian diuraikan sebagai berikut: 1. Asesmen alternatif elektronik yang dimaksud adalah software yang dapat menilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bentuk persentase. Penelitian deskriptif menggambarkan kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bentuk persentase. Penelitian deskriptif menggambarkan kegiatan 24 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif dengan teknik kualitatif yang hasilnya dalam bentuk persentase. Penelitian deskriptif menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat belajar IPA adalah sebagai produk dan sebagai proses, maka

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat belajar IPA adalah sebagai produk dan sebagai proses, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat belajar IPA adalah sebagai produk dan sebagai proses, maka dalam penilaian belajar biologi pun terdapat penilaian produk atau hasil belajar dan proses belajar.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP kelas VIII Laboratorium Percontohan UPI Bandung sebanyak 3 kelas semester 1. Sampel

Lebih terperinci

Adapun beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

Adapun beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjenis deskriptif. Peneliti hanya menggambarkan kondisi di lapangan sesuai fakta yang terjadi tanpa ada perlakuan terhadap variabel. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/ 2014. Subjek yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. siswa, kesulitan belajar, dan Keterampilan Proses Sains (KPS). Secara

BAB III METODE PENELITIAN. siswa, kesulitan belajar, dan Keterampilan Proses Sains (KPS). Secara 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Penelitian ini menitikberatkan pada tiga aspek, yaitu jurnal kegiatan siswa, kesulitan belajar, dan Keterampilan Proses Sains (KPS). Secara terperinci,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan bukti-bukti atau karya-karya hasil belajar siswa meliputi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan bukti-bukti atau karya-karya hasil belajar siswa meliputi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka dibuat definisi operasional sebagai berikut: 1. Asesmen portofolio Asesmen portofolio adalah penilaian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah. C. Batasan Masalah... D. Tujuan Penelitian... E. Manfaat Penelitian.

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah. C. Batasan Masalah... D. Tujuan Penelitian... E. Manfaat Penelitian. DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN. ABSTRAK... KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv v vi ix xi xii BAB I PENDAHULUAN... A. Latar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini, maka penjelasan dari masing-masing definisi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini, maka penjelasan dari masing-masing definisi 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini, maka penjelasan dari masing-masing definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai variabel penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Asesmen portofolio Asesmen portofolio merupakan bentuk penilaian terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan penjelasan tentang istilah-istilah, berikut di bawah ini:

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan penjelasan tentang istilah-istilah, berikut di bawah ini: 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menjelaskan maksud dari judul yang dikemukakan, maka diperlukan penjelasan tentang istilah-istilah, berikut di bawah ini: 1. Pada kelas eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Secara

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Secara BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Secara harfiah metode ini adalah metode penelitian untuk membuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri 7 Bandung dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandung Tahun

Lebih terperinci

O X O Pretest Perlakuan Posttest

O X O Pretest Perlakuan Posttest 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini dipaparkan tentang metode dan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, prosedur penelitian dan instrumen penelitian serta teknik pengolahan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan mengenai implementasi peer assessment dalam penilaian

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan mengenai implementasi peer assessment dalam penilaian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini akan mendeskripsikan mengenai implementasi peer assessment dalam penilaian komunikasi siswa melalui pembelajaran inkuiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut: 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DEFINISI OPERASIONAL Agar tidak meluasnya beberapa pengertian dalam penelitian ini, maka dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut: 1. Asesmen Portofolio

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGII 1 Bandung, Jawa Barat. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA PGII

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di SMAN 4 Bandung, yang berlokasi di Jl. Gardujati No. 20 Bandung. Waktu penelitian dilakukan selama berlangsungnya pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas suatu perlakuan tertentu sebagai variabel bebas, terhadap hal yang lain sebagai variabel terikat. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah weak-experiment karena tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah weak-experiment karena tidak BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah weak-experiment karena tidak menggunakan kelompok kontrol (Fraenkel, 1993: 245). Subyek penelitian berjumlah satu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan beberapa defenisi operasional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dilaksanakan dalam dua siklus dengan tiga langkah, yaitu perencanaan, pelaksanan dan observasi

Lebih terperinci

O 1 X O 2 Pre-test Treatment Post-test

O 1 X O 2 Pre-test Treatment Post-test 24 A. Metode dan Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara, alat, atau teknik tertentu yang digunakan dalam mengumpulkan data untuk suatu kepentingan penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mempermudah pembahasan, terlebih dahulu akan diuraikan definisi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mempermudah pembahasan, terlebih dahulu akan diuraikan definisi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk mempermudah pembahasan, terlebih dahulu akan diuraikan definisi operasional dalam penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Metode SQ3R dan writing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran variabel yang digunakan dalam penelitian ini, berikut ini adalah penjelasan operasionalnya: 1. Model Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif (deskriptif research). Peneliti hanya menggambarkan kondisi dilapangan sesuai fakta yang terjadi saat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahfahaman dari judul yang dikemukakan, maka. diperlukan penjelasan tentang istilah berikut ini:

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahfahaman dari judul yang dikemukakan, maka. diperlukan penjelasan tentang istilah berikut ini: BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahfahaman dari judul yang dikemukakan, maka diperlukan penjelasan tentang istilah berikut ini: 1. Project Based Lerning (PjBL) yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... B. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Penelitian didahului dengan meneliti penguasaan matematika dan konten pedagogik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi pada penelitian ini yaitu sekolah SMA Negeri 1 Bandung yang berlokasi di Jl. Ir Juanda no 93. Subjek dari penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung 31 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung Tengah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN.

BAB III METODE PENELITIAN. 2 BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian dilakukan di kelas V SD N 2 Kembaran Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo. Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menyamakan persepsi terhadap variabel yang digunakan pada penelitian ini, maka perlu adanya definisi operasional untuk menghindari kekeliruan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. operasional yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan

BAB III METODE PENELITIAN. operasional yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang berbeda mengenai definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre experimental (Sugiyono, 2009).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre experimental (Sugiyono, 2009). 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pre experimental (Sugiyono, 2009). Desain yang digunakan adalah The One-Group Pretest-Posttest Design

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di salah satu SMA swasta di Bandung. Pemilihan lokasi ini dilakukan berdasarkan kesesuaian antara kurikulum

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 23

METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 23 30 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 23 Bandar Lampung yang terletak di Jl. Jenderal Sudirman No. 76 Rawa Laut Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif. Dengan menggunakan model Kurt Lewin. Jenis penelitian ini melibatkan guru yang bersangkutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Gambar konsep Gambar konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu alat bantu penyampaian pemahaman yang direpresentasikan dalam bentuk teks

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode peer lessons terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi pokok

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Proses Pembelajaran Penelitian ini dilaksanakan di MTs NU 05 Sunan Katong Kaliwungu pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. O X O Pretes Perlakuan Postes

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. O X O Pretes Perlakuan Postes A. Metode dan Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen dengan tipe weak experiment. Penerapan penggunaan asesmen portofolio

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang berbeda maka diperlukan penjelasan mengenai beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian melalui definisi operasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga komponen utama, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. karakter peduli kesehatan siswa SMP melalui pembelajaran pada materi sistem

BAB III METODE PENELITIAN. karakter peduli kesehatan siswa SMP melalui pembelajaran pada materi sistem 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif karena penelitian ini bermaksud untuk mengetahui gambaran penerapan asesmen untuk menilai karakter

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah desain penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah desain penelitian 36 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah desain penelitian pengembangan (research development). Penelitian pengembangan pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian komparatif. Menurut Harry Firman (2008: 10) penelitian komparatif meninjau hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional. Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional. Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah 1. Pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok memiliki langkahlangkah pembelajaran yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1994:132), dengan desain static group pretes-postes design (Fraenkel & Wallen,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1994:132), dengan desain static group pretes-postes design (Fraenkel & Wallen, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment (Wiersma 1994:132), dengan desain static group pretes-postes design

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain pretespostes

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain pretespostes BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain pretespostes kelompok kontrol secara random (The randomized pre-test and post-test

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kemampuan afektif yang dianalisis dalam penelitian ini adalah perilaku siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kemampuan afektif yang dianalisis dalam penelitian ini adalah perilaku siswa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Kemampuan afektif yang dianalisis dalam penelitian ini adalah perilaku siswa selama kegiatan praktikum uji makanan berlangsung yang dijaring melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D). Penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2013: 297) merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum PTK dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 2 SD

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental Design) dengan disain matching pretest-posttest control group design yaitu menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 8 Bandarlampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan komunikasi tertulis siswa dalam sistem ekskresi dilakukan pada : Lokasi Penelitian : SMAN A

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGEMBANGAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and

BAB III METODE PENGEMBANGAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and BAB III METODE PENGEMBANGAN 3.1 Model Pengembangan Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Langkah-langkah dalam membuat penelitian ini dilakukan dengan model pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Karawang tahun ajaran 2014-2015. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian campuran (mixed methods). Metode kombinasi adalah pendekatan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian penembangan yaitu suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian penembangan yaitu suatu penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian penembangan yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk dengan kualifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/R&D). Menurut Sugiyono (2012)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 262 siswa dan

III. METODE PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 262 siswa dan III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang berjumlah 6 siswa dan terdistribusi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Experimental (Sugiyono, 008: 114). B. Desain Penelitian Adapun desain penelitian dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGEMBANGAN

BAB III METODE PENGEMBANGAN BAB III METODE PENGEMBANGAN A. Metode Pengembangan Metode yang digunakan dalam pengembangan ini adalah metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Metode penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian yang memiliki aspek kualitatif dan kuantitatif adalah analisis konten.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini diuraikan beberapa definisi operasional dari istilah-istilah yang terkait dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Efektivitas Efektivitas yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang 23 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang beralamatkan di Jl. Untung Suropati Gg. Bumi Manti II No. 16, Kota Bandar Lampung. Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 1 Cisarua Bandung tahun ajaran 2012/2013. Sampel dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai lokasi dan subjek/objek penelitian, model penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, alur penelitian, teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160). Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif. Dalam penelitian deskriptif ini cenderung tidak memberikan perlakuan, manipulasi, atau pengubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di salah satu SMA negeri di kabupaten Bandung Barat. Subjek penelitian berupa soal-soal piktorial sebagai alat ukur dimensi

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN IPA DALAM PEMBUATAN SOAL ULANGAN DI SMP NEGERI 5 PURWODADI

KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN IPA DALAM PEMBUATAN SOAL ULANGAN DI SMP NEGERI 5 PURWODADI KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN IPA DALAM PEMBUATAN SOAL ULANGAN DI SMP NEGERI 5 PURWODADI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Biologi Disusun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 82 3.1 Pendekatan dan Desain Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang menggunakan Design One Group Pretest

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini hanya bertujuan untuk mendapatkan penilaian penerapan learning log class sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. DEFINISI OPERASIONAL Agar tidak adanya kesalahan dalam penafsiran dan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian, ada beberapa istilah yang akan dijelaskan berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB II. PENGUASAAN KONSEP FISIKA BAGI MAHASISWA

BAB II. PENGUASAAN KONSEP FISIKA BAGI MAHASISWA ppwwipldaftar ISI HALAMAN JUDUL. LEMBAR PENGESAHAN.. PERNYATAAN KATA PENGANTAR.. ABSTRAK. DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN.... BAB I. PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Menurut Panggabean (1996:27) penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Ada dua hal yang akan dideskripsikan dalam sub judul ini, yakni seting penelitian dan karakteristik subjek penelitian. Seting penelitian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES SUMATIF FISIKA MENGGUNAKAN METODE SELF DAN FEEDBACK REVISION

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES SUMATIF FISIKA MENGGUNAKAN METODE SELF DAN FEEDBACK REVISION 63 PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES SUMATIF FISIKA MENGGUNAKAN METODE SELF DAN FEEDBACK REVISION Kenny Anindia Ratopo, Sutadi Waskito, Dewanto Harjunowibowo Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengumpulan Data. Produk. Massal. Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode R & D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengumpulan Data. Produk. Massal. Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode R & D BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (research and development). Metode ini digunakan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan berarti proses mengembangkan dari yang sederhana menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan berarti proses mengembangkan dari yang sederhana menjadi 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Pengembangan praktikum Pengembangan berarti proses mengembangkan dari yang sederhana menjadi kompleks agar sesuai dengan tujuan, yaitu meliputi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PERNYATAAN.. KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH. ABSTRAK.

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PERNYATAAN.. KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH. ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERNYATAAN.. KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH. ABSTRAK. DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN. i ii iii v vii ix xi xii 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III METODO PENELITIAN

BAB III METODO PENELITIAN BAB III METODO PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Jenis penelitian ini secara keseluruhan merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan dari masing-masing variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian yang diambil yaitu ex post facto, dimana penelitian ini hanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian yang diambil yaitu ex post facto, dimana penelitian ini hanya 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, bertujuan membuat gambaran secara sistematis, faktual mengenai fakta dari suatu populasi. Desain penelitian yang

Lebih terperinci