Peran Riset di Bidang Sistem dan Kebijakan Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Peran Riset di Bidang Sistem dan Kebijakan Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan"

Transkripsi

1 Editorial Peran Riset di Bidang Sistem dan Kebijakan Kesehatan dalam Pembangunan Kesehatan Siswanto Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI Pendahuluan Selama lima dekade terakhir, ilmu pengetahuan, termasuk ilmu dan kedokteran, telah berkembang dengan sangat pesat di berbagai belahan dunia. Penemuan berbagai alat, cara diagnosis, dan obat-obatan telah berkembang begitu luar biasa. Namun demikian, masalah masyarakat di Indonesia dan negara berkembang lainnya, misalnya malaria, tuberkulosis, AIDS, Dengue fever, malnutrisi, dan lain-lain, tetap merajalela. Masalah ketidakmerataan, ketidakadilan, rendahnya mutu pelayanan, dan tidak efisiennya sistem pelayanan juga masih belum terpecahkan. Semua masalah tersebut mengindikasikan adanya malfungsi sistem di suatu negara. The World Health Report 2000 memaparkan pencapaian kinerja sistem (health system performance) negara-negara di dunia dengan menilai pencapaian tujuan (goals), masukan, dan mengukur tingkat efisiensi sistem di negara yang bersangkutan. Sistem memiliki tiga tujuan, yaitu meningkatkan derajat yang ditunjukkan oleh parameter umur harapan hidup berkualitas (healthy adjusted life expectancy), keadilan kontribusi pembiayaan (fairness of financial contribution), dan tingkat ketanggapan (responsiveness). 1 Jepang menduduki peringkat pertama dari 191 negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam pencapaian tujuan sistem ; peringkat terendah diduduki oleh Sierra Leone; Indonesia berada di peringkat ke-106. Dilihat dari tingkat efisiensinya, yakni dengan membandingkan outcome (tujuan sistem ) dengan input (belanja per kapita), maka Jepang bergeser ke nomor 9, sementara Indonesia menjadi nomor 92. Yang menarik, Jepang jauh mengungguli Amerika Serikat dalam tingkat pencapaian tujuan maupun tingkat efisiensi sistem. 1 Dengan sedikit memodifikasi metode penilaian, Badan Litbang Kesehatan Depkes RI telah memetakan tingkat pencapaian outcome, input, dan efisiensi sistem kabupaten/kota di Indonesia. Dibuktikan bahwa telah terjadi maldistribusi (inekuitas) tingkat pencapaian tujuan sistem, yakni umur harapan hidup, keadilan dalam pembiayaan, dan ketanggapan pelayanan, baik antar propinsi maupun antar kabupaten/kota. Sebagai ilustrasi, umur harapan hidup tertinggi berada di Propinsi Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta, yakni 70,4 tahun untuk laki-laki dan 74,2 tahun untuk wanita; sementara umur harapan hidup terendah berada di Propinsi Nusa Tenggara Barat, yakni 57,4 tahun untuk laki-laki dan 61 tahun untuk wanita. Selain itu, beberapa kabupaten terbukti mampu mencapai kinerja 69

2 optimal (mendekati production frontier), yakni Soppeng di Sulawesi Selatan, Wonogiri di Jawa Tengah, Kulonprogo di DI Yogyakarta, dan Madiun di Jawa Timur. 2 Adanya maldistribusi tingkat pencapaian tujuan sistem baik pada level dunia berdasarkan pemetaan oleh WHO, maupun pada level nasional berdasarkan pemetaan oleh Badan Litbang Kesehatan, mengindikasikan bahwa masing-masing negara atau daerah mempunyai keunikan dalam mengelola sistem nya. Dengan kata lain, perlu dicari jawaban mengapa sistem di suatu negara atau daerah tertentu sangat efisien sedangkan di negara atau daerah lain tidak efisien. Untuk menjawab pertanyaan ini, riset di bidang sistem dan kebijakan berperan penting dalam rangka menemukan komposisi struktur sistem yang kokoh, untuk mencapai pelayanan yang bermutu, efisien, dan merata. Riset Sistem dan Kebijakan Kesehatan Penelitian atau riset adalah proses investigasi ilmiah terhadap sebuah masalah yang dilakukan secara terorganisir, sistematis, kritis dan obyektif berdasarkan data yang terpercaya, dan bertujuan untuk menemukan jawaban atau pemecahan atas satu atau beberapa masalah yang diteliti. 3 WHO dalam buku Designing and Conducting Health Systems Research Projects mendefinisikan riset sebagai pengumpulan, analisis dan interpretasi data yang dikerjakan secara sistematis untuk menjawab pertanyaan tertentu atau menyelesaikan suatu masalah. 4 Secara sederhana, riset dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni riset dasar dan riset terapan. Riset dasar dibutuhkan untuk menghasilkan pengetahuan dan teknologi baru untuk memberikan solusi berbagai masalah. 4 Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah riset klinik, penemuan vaksin, pemetaan genomik, penemuan obat, dan sebagainya. Sementara riset terapan dibutuhkan untuk menetapkan prioritas masalah, merancang serta mengevaluasi kebijakan dan program untuk memaksimalkan manfaat sumber daya yang tersedia. 4 Contoh riset terapan adalah riset di bidang manajemen pelayanan, pembiayaan, pemberdayaan masyarakat, evaluasi program, dan sebagainya. Definisi sistem menurut WHO adalah keseluruhan komponen yang meliputi semua aktor, organisasi, lembaga, dan sumber daya yang dicurahkan untuk tujuan peningkatan. 1 Di banyak negara, sebuah sistem mencakup komponen pelayanan pemerintah, swasta, tradisional, dan informal. Hal ini juga berlaku di Indonesia; kita mengenal pelayanan formal (poliklinik, dokter praktik, puskesmas, rumah sakit) dan pelayanan informal (jamu, pijat, tusuk jarum, dan lain-lain). Di pendahuluan telah disebutkan bahwa terdapat tiga tujuan sistem, yaitu derajat, keadilan dalam pembiayaan, dan ketanggapan pelayanan. Untuk mencapai ketiga tujuan tersebut, sebuah sistem mempunyai setidaknya empat fungsi yang harus diemban, yaitu upaya (providing services), penciptaan sumberdaya (investasi dan diklat), pembiayaan (collecting, pooling and purchasing), dan pengarahan atau kebijakan (stewardship). 1 Sebagian orang mengidentifikasi tujuan normatif sistem sebagai efektivitas, efisiensi, mutu, ekuiti, dan kesinambungan dalam pelayanan. 5 Sesungguhnya tidak terdapat pertentangan antar kedua model tersebut, karena pada dasarnya keduanya mempunyai tujuan akhir yang sama, yakni peningkatan derajat masyarakat. Model pertama, model WHO, mencoba mengurai fungsi yang harus diemban oleh sebuah sistem. Sementara model kedua mengidentifikasi berbagai parameter tujuan normatif sebuah sistem. Selaras dengan uraian di atas, dokumen sistem nasional (SKN) mendefinisikan SKN sebagai suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD Ada enam subsistem (komponen) dalam SKN, yaitu (1) subsistem upaya, (2) subsistem pembiayaan, (3) subsistem sumber daya manusia, (4) subsistem obat dan perbekalan, (5) subsistem pemberdayaan masyarakat, dan (6) subsistem manajemen. Selanjutnya, tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil-guna dan berdaya-guna, sehingga tercapai derajat masyarakat yang setinggitingginya. 6 Sebenarnya tidak ada perbedaan tujuan maupun komponen sistem yang mendasar antara pendekatan WHO maupun SKN; di dalam SKN fungsi pengarahan (stewardship) dianalogkan dengan fungsi manajemen. Selama tiga dekade terakhir, telah terjadi evolusi pendekatan riset masyarakat menuju aspek-aspek manajerial pembangunan. Pendekatan riset seperti ini telah dilabel dengan beberapa istilah khusus, misalnya riset operasional, riset pelayanan, riset manajemen, riset terapan, riset sistem, riset kebijakan, dan terakhir riset sistem dan kebijakan. 4,7 Dengan demikian, secara evolusioner telah terjadi perkembangan istilah dimulai dari riset pelayanan menjadi riset sistem, lalu menjadi riset kebijakan, dan sekarang ini dilabel sebagai riset sistem dan kebijakan. Oleh karena itu, kata sistem dan kebijakan dalam riset sistem dan kebijakan tidak dapat dipisahkan. 7 Makna riset sistem dan kebijakan adalah riset terapan di bidang sistem yang diarahkan untuk perbaikan kebijakan pengelolaan pembangunan, guna mencapai peningkatan mutu, efisiensi dan ekuiti pelayanan. Pengertian di atas selaras dengan definisi WHO tentang 70

3 riset sistem, yaitu riset yang diarahkan untuk peningkatan masyarakat, dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem sebagai bagian integral dari pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa, dengan melibatkan semua stakeholder. 4 Sementara, Alliance for Health Policy and Systems Research (A-HPSR) mendefinisikan riset sistem dan kebijakan sebagai produksi dan pemanfaatan pengetahuan untuk meningkatkan metode bagaimana masyarakat mengorganisir dirinya dalam meningkatkan derajat, termasuk perencanaan, pembiayaan dan pengelolaan upaya, juga analisis peran, perspektif dan kepentingan aktor lain dalam upaya. 7 Memperkuat Sistem Kesehatan Melalui Riset Sebagaimana telah dikemukakan di awal tulisan, sistem adalah keseluruhan komponen baik menyangkut upaya maupun sumber daya yang diarahkan untuk peningkatan masyarakat. Kesehatan masyarakat adalah suatu cabang ilmu yang sangat kompleks dan melibatkan multidisiplin ilmu. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Sir Donald Acheson, Public health is the art and science of preventing disease, promoting health, and extending life through the organized efforts of society. 8 Tak pelak, riset di bidang sistem dan kebijakan bersifat multidisplin yang melibatkan banyak ilmu dalam kelompok soft science, seperti antropologi, epidemiologi, ilmu politik, sosiologi, manajemen, dan ekonomi. Hal demikian berbeda dengan penelitian dasar yang banyak berangkat dari kelompok hard science, seperti parasitologi, biologi, fisiologi, biokimia, biomolekuler, atau ilmu kedokteran. 7 Karena riset sistem dan kebijakan bersifat multidisiplin, maka lembaga sebagai host penelitian di bidang ini bisa berada di mana saja, misalnya Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Fakultas Ekonomi, Fakutas Sosial Politik, atau lembaga penelitian masyarakat lainnya. 7 Sistem di negara berkembang, termasuk di Indonesia, menghadapi banyak masalah terkait dengan kekurangan dan maldistribusi sumber daya (pembiayaan, sumber daya manusia, obat dan perbekalan, dan pengetahuan) serta masih rendahnya cakupan dan mutu pelayanan. Di samping hal tersebut, masalah lain yang dihadapi oleh sistem di Indonesia adalah isu-isu yang berhubungan dengan manajemen dan kebijakan serta pemberdayaan masyarakat. 6 Permasalahan sistem di banyak negara, termasuk Indonesia, sebenarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu (1) permasalahan yang secara langsung dapat ditanggulangi dengan intervensi manajemen, dan (2) permasalahan yang masih bersifat ambigu dan membutuhkan riset dan pengembangan. Di Tabel 1 ditampilkan tema-tema riset di bidang sistem dan kebijakan dalam rangka memperkuat sistem di Indonesia. Tabel 1. Identifikasi Tema Penelitian dalam rangka Memperkuat Sistem Kesehatan di Indonesia 7,9 No Subsistem Tema Riset 1 SDM Produksi dan pemanfaatan SDM Kompetensi SDM Sistem imbalan (remunerasi) SDM Penyebaran SDM Pendidikan dan pelatihan Legislasi dan regulasi Sistem informasi SDM Kinerja SDM Pengaruh situasi makro ekonomi dan politik terhadap kebijakan SDM 2 Pembiayaan Asuransi masyarakat miskin (Askeskin) Riset pengembangan sistem jaminan sosial nasional (SJSN) (penghitungan ATP, WTP pelayanan, dan premi asuransi ) Casemix dan diagnostic related groups (DRGs) Askes pegawai negeri sipil (PNS) National health account, provincial health account, district health account Community health insurance (Dana Sehat) Analisis anggaran pemerintah Perilaku konsumen dan provider dalam sistem asuransi Pembiayaan kewenangan wajib-standar pelayanan minimal (KW-SPM) Public-private mix dalam pelayanan 3 Obat dan perbe- Kebijakan dan manajemen obat kalan Kebijakan dan manajemen perbekalan Struktur harga obat Kebijakan harga obat Pengobatan rasional Obat tradisional Penapisan alat 4 Upaya Mutu pelayanan di Puskesmas dan jaringannya Mutu pelayanan di rumah sakit Penerapan standar pelayanan Akreditasi rumah sakit Penerapan standar medik Penerapan Balanced Score Cards (BSC) di rumah sakit Pelayanan prima di institusi pelayanan Pengobatan alternatif dan komplementer 5 Pemberdayaan Assessment Desa Siaga masyarakat Evaluasi kinerja upaya bersumberdaya masyarakat / UKBM (Posyandu, Pos Obat Desa, Pos Kesehatan Kerja, dan lain-lain) Peran joint health council dan district health council dalam pembangunan Model pemberantasan penyakit menular (DBD, Avian Influenza, diare, dan lain-lain) dengan pemberdayaan masyarakat Perilaku pencarian Sosiobudaya 71

4 No Subsistem Tema Riset 6 Manajemen dan Review peraturan perundangan kekebijakan sehatan di Indonesia Evaluasi kebijakan atau program Model perencanaan terpadu (PKT) Evaluasi penyusunan Sistem Kesehatan Daerah Kinerja sistem Burden of diseases (DALY, DALE, HALE) Economic analysis (cost effectiveness analysis, cost utility analysis, cost benefit analysis) dari intervensi Analisis biaya satuan dan penetapan tarif pelayanan Analisis kebijakan Ekuiti dalam pembiayaan dan pelayanan Advokasi Quality management di institusi pelayanan (Puskesmas dan rumah sakit) Desentralisasi Dari Tabel 1 terlihat bahwa ruang lingkup riset di bidang sistem dan kebijakan cenderung bersifat tematik, yang notabene sangat berbeda dengan riset di bidang biomedis yang cenderung berangkat dari penyakit. Namun demikian, perbedaan ini tidak terlalu jelas (clear-cut), karena setiap intervensi pencegahan, pemberantasan, pengobatan, dan rehabilitasi suatu penyakit akan selalu terkait dengan pengelolaan program intervensi di masyarakat. Pengelolaan program intervensi di masyarakat inilah yang menjadi obyek penelitian di bidang sistem dan kebijakan. Pada dasarnya, riset di bidang sistem dan kebijakan berusaha menemukan jawaban bagaimana mengelola sumber daya yang terbatas untuk mencapai sistem yang efisien, bermutu, adil, dan berkesinambungan dari berbagai menu intervensi yang tersedia. Gambar 1 memperlihatkan perbedaan kedudukan antara riset di bidang sistem dan kebijakan versus riset di bidang biomedis. Riset di bidang biomedis berusaha menemukan intervensi medis suatu masalah (misalnya pengembangan vaksin Avian Influenza atau HIV/ AIDS) atau mencoba memperbaiki suatu intervensi yang sudah ada tapi mahal dan atau kurang efektif (misalnya antiretroviral untuk HIV/AIDS atau artemisinin untuk malaria) menjadi intervensi yang lebih aman, efektif, dan murah. Apabila intervensi efektif terhadap suatu penyakit sudah ditemukan, maka tidak ada jaminan bahwa setiap orang yang membutuhkan akan memperoleh akses intervensi secara mudah. Fakta menunjukkan bahwa meskipun telah ditemukan intervensi yang efektif untuk penyakit tertentu, ternyata masih banyak penduduk yang sakit dan meninggal karena tidak punya akses pelayanan. Riset di bidang sistem dan kebijakan akan mampu meningkatkan efisiensi dan keadilan untuk menjamin akses universal terhadap penduduk suatu negara. Dengan kata lain, untuk mengimplementasikan suatu intervensi di masyarakat, agar bermutu, efisien, adil, dan berkesinam-bungan, diperlukan riset di bidang sistem dan kebijakan. Masalah yang tidak dapat ditanggulangi dengan intervensi yang ada Masalah yang dapat ditanggulangi secara efektif dengan suatu kombinasi intervensi tertentu Gambar 1. Masalah yang dapat ditanggulangi dengan intervensi yang masih perlu ditingkatkan efisiensinya RISET DAN PENGEMBANGAN DI BIDANG SISTEM DAN KEBIJAKAN KESEHATAN Masalah yang dapat ditanggulangi dengan intervensi tertentu tapi tidak costeffective Riset sebagai Alat untuk Menanggulangi Masalah Kesehatan Masyarakat (Diadaptasi dari Alliance for Health Policy and Sys tems Research) Menjembatani Riset Dengan Kebijakan RISET BIOMEDIS DAN PENGEMBANGAN GUNA MENEMUKAN INTERVENSI YANG EFEKTIF RISET BIOMEDIS ATAU PENGEMBANGAN PERBAIKAN EFISIENSI INTERVENSI Dalam perspektif riset terapan, maka riset yang paling dekat hubungannya dengan pengambil kebijakan, manajer, dan pemberi pelayanan adalah riset di bidang sistem dan kebijakan. Setidaknya ada tiga tujuan dalam melakukan riset di bidang sistem dan kebijakan, yaitu (1) mengidentifikasi besarnya masalah (misalnya studi burden of diseases, studi epidemiologi, survei), (2) mengidentifikasi atau menemukan alternatif intervensi yang cost-effective (misalnya studi operasional, pengembangan model pelayanan, analisis ekonomi), dan (3) studi evaluasi kebijakan dan program di masyarakat (misalnya penilaian program desa siaga, evaluasi program askeskin). 10,11 Hanney et.al. telah menyusun model pemanfaatan riset untuk kebijakan dan program, seperti yang ditampilkan di gambar 2 (hasil adaptasi). 11 Dalam gambar tersebut tampak bahwa publikasi hasil penelitian pada jurnal ilmiah tidak mempunyai dampak langsung kepada kebijakan, namun hanya memberi tambahan koleksi pada stok ilmu pengetahuan. Agar probabilitas pemanfaatan hasil penelitian menjadi meningkat, maka peneliti dan klien, yakni penentu kebijakan dan praktisi, harus duduk bersama pada tahap interface (a), yaitu identifikasi topik penelitian dan pertanyaan penelitian yang dibutuhkan, dan tahap interface (b), yaitu penyampaian hasil penelitian dalam format forum kebijakan, dan bukannya seminar ilmiah antar peneliti. 72

5 STOK PENGETAHUAN Systematic review Stadium 0 Asesmen Penilaian kebutuhan penelitian Interface (a): Spesifikasi, seleksi dan pemesanan proyek riset Stadium 1 Masukan untuk riset (proposal dan sumber daya) Dunia penelitian Stadium 2 Proses riset (pengumpulan data, analisis) Stadium 3 Luaran primer dari riset (publikasi) Interface (b): Diseminasi dan pemanfaatan hasil riset Stadium 4 Luaran sekunder (input kebijakan) Dunia kebijakan dan praktek Stadium 5 Aplikasi oleh penentu kebijakan & praktisi Stadium 5 Dampak akhir (peningkatan mutu, efisiensi & ekuiti sistem ) LINGKUNGAN SOSIOPOLITIK Policy Forum (forum diskusi antara peneliti dan penentu kebijakan) Keterlibatan stakeholder lain Keterangan: Interface (a): identifikasi kebutuhan penelitian, harus didiskusikan dengan pengguna (penentu kebijakan dan praktisi) Interface (b): diseminasi hasil penelitian di depan penentu kebijakan dan praktisi (melalui policy forum) Garis tebal menunjukkan komunikasi langsung, garis putus-putus menunjukkan komunikasi tidak langsung Gambar 2. Hubungan antara Riset dan Kebijakan dalam Perspektif Pemanfaatan Hasil Riset (Diadaptasi dari Hanney S.R. et al 11 ) Telah lama disadari bahwa pemanfaatan publikasi ilmiah untuk masukan kebijakan oleh penentu kebijakan banyak mengalami kendala, karena perbedaan paradigma dunia penentu kebijakan dan dunia peneliti. Perbedaan kedua paradigma tersebut terlihat jelas di Tabel 2. Penentu kebijakan cenderung melihat suatu masalah secara makro dan sistemis; sementara peneliti cenderung melihat suatu masalah secara parsial (hanya menggunakan kaca mata disiplin ilmu tertentu) agar data dan informasi dapat dikumpulkan dan dianalisis secara jelas dan sistematis. Metode yang diperlukan untuk mendorong pemanfaatan hasil riset oleh klien, khususnya riset di bidang sistem dan kebijakan, adalah dengan mendorong produsen riset (peneliti dan manjer lembaga riset) masuk ke dalam lingkaran pengambilan keputusan dan sekaligus menarik klien (penentu kebijakan dan praktisi) ke dalam kancah dunia riset (penemuan fakta). 13 Oleh karena itu, dalam konteks memperkuat sistem menjadi lebih efisien, bermutu, Tabel 2. Perbedaan Paradigma Penentu Kebijakan dan Peneliti 8,12 Penentu kebijakan Peneliti Dihadapkan pada masalah kebijakan yang kompleks Fokus pada solusi masalah Mengurangi ketidakpastian Memerlukan kecepatan Bergelut dengan aspek kontrol dan tunda Pendekatan manipulasi Berusaha mendapatkan solusi yang visible dan pragmatis Lebih menyukai masukan bahasa oral dibandingkan bahasa tulisan, karena tuntutan kecepatan Simplifikasi masalah agar dapat diteliti Tertarik pada hubungan antar isu (variabel) Menemukan kebenaran Menggunakan waktunya untuk berfikir Bergelut dengan aspek publikasi atau buang (publish or perish) Pendekatan eksplanasi Berusaha eksplorasi dengan pemi kiran yang mendalam Lebih menyukai bahasa tulisan, karena tuntutan performance sebagai peneliti 73

6 adil, dan berkesinambungan, para peneliti harus bekerja sama dengan para penentu kebijakan dan praktisi mulai dari penetapan agenda riset sampai dengan penyusunan protokol penelitian. 12 Kesimpulan Kemajuan intervensi di bidang pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi penyakit (ilmu kedokteran) tidak akan mampu meningkatkan status masyarakat secara adil (equal) bila tidak dibarengi dengan pengelolaan sistem yang tepat, yaitu dengan memaksimalkan manfaat untuk kepentingan masyarakat banyak. Peran riset sistem dan kebijakan adalah untuk memperkuat sistem suatu negara guna mencapai tujuan normatif sistem, yakni peningkatan efisiensi, mutu, ekuitas, dan kesinambungan pelayanan. Agar riset di bidang ini dapat diaplikasikan oleh penentu kebijakan dan praktisi, maka peneliti dan klien harus bekerja sama dalam keseluruhan proses riset. Daftar Pustaka 1. World Health Organization. The World Health Report Health systems: Improving performance. Geneva: WHO; National Institute of Health Research and Development, MOH RI. Sub-National Health System Performance Assessment. Jakarta: NIHRD; Ferdinand, A. Metodologi Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; Varkevisser CM, Pathmanatahn I, Brownlee A. Designing and Conducting Health Systems Research Projects. Health Systems Research Training Series, Vol. 2 Part 1, Ottawa: IDRC; Partnership for Health Reform. Measuring Health Performance: A Handbook of Indicators. Maryland: Abt Associates Inc; Departemen Kesehatan RI. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes RI; Alliance for Health Policy and Systems Research. Strengthening Health System: The Role and Promise of Policy and Systems Research, Global Forum for Health Research. Geneva: WHO; World Health Organization. The World Report on Knowledge for Better Health: Strengthening Health System. Geneva: WHO; Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan. Rencana Strategis Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan Tahun Surabaya: Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan; Haas PJ, Springer JF. Applied Policy Research: Concepts and Cases. New York; London: Garland Publishing Inc.; Hanney SR, Gonzalez-Block MA, Buxton MJ, Kogan M. The utilisation of health research in policy-making: concepts, examples and methods of assessment. Health Research Policy and Systems 2003; 1(2). 12. Siswanto. The effort to link research with policy: An experience from the Center for Health Policy and Systems Research and Development, NIHRD, MOH RI. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 2006; 9(2). 13. Lavis JN. Enhancing the Uptake of Research Knowledge in Health Policy. Program in Policy Decision Making Seminars, McMaster University, 23 December EV 74

BENTUK POKOK SISTEM KESEHATAN NASIONAL

BENTUK POKOK SISTEM KESEHATAN NASIONAL BENTUK POKOK SISTEM KESEHATAN NASIONAL A. TUJUAN SKN Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil

Lebih terperinci

CIRI-CIRI SISTEM. Menurut Elias & Shode dan Voich (1979) 1. Selalu berinterkasi dengan lingkungan (Homeostatic)

CIRI-CIRI SISTEM. Menurut Elias & Shode dan Voich (1979) 1. Selalu berinterkasi dengan lingkungan (Homeostatic) PENGERTIAN SISTEM Sistem adalah gabungan dari elemen yang saling dihubungkan oleh proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. Deskripsi

Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. Deskripsi Mata Kuliah Kebijakan dan Manajemen Kesehatan KUI 661 Sesi 1: Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD 1 Deskripsi Matakuliah ini membahas mengenai ilmu kebijakan k dan manajemen yang diterapkan di sektor

Lebih terperinci

Diharapkan Laporan Tahunan ini bermanfaat bagi pengembangan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan.

Diharapkan Laporan Tahunan ini bermanfaat bagi pengembangan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan. KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT dan atas berkat dan karunianya Buku Laporan Tahunan Pelaksanaan Program Obat dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Lebih terperinci

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL POLICY BRIEF 03 PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL Layanan HIV dan AIDS yang Komprehensif dan Berkesinambungan (LKB)

Lebih terperinci

META SINTESIS SEBAGAI METODE PENELITIAN UNTUK MENSINTESIS HASIL-HASIL PENELITIAN

META SINTESIS SEBAGAI METODE PENELITIAN UNTUK MENSINTESIS HASIL-HASIL PENELITIAN MAKALAH META SINTESIS SEBAGAI METODE PENELITIAN UNTUK MENSINTESIS HASIL-HASIL PENELITIAN DISUSUN OLEH: NAMA: RIA MELATI SARI SIREGAR NIM: 090100223 Diajukan guna untuk memenuhi tugas COAS MEDAN 2014 KATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan suatu negara tidak dapat terlepas dari suatu sistem yang disebut dengan sistem kesehatan. Pada intinya, sistem kesehatan merupakan semua aktivitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SEBAGAI SISTEM PENDANAAN KESEHATAN MASYARAKAT DI MASA DEPAN

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SEBAGAI SISTEM PENDANAAN KESEHATAN MASYARAKAT DI MASA DEPAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SEBAGAI SISTEM PENDANAAN KESEHATAN MASYARAKAT DI MASA DEPAN Oleh: HENNI DJUHAENI SEMINAR JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN BANDUNG Januari 2007 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Anggaran Belanja Sektor Kesehatan Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Anggaran Belanja Sektor Kesehatan Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum belanja kesehatan pemerintah daerah kabupaten/kota di Provinsi DIY selama tahun 2012 sampai dengan 2014 mengalami kecenderungan yang selalu meningkat setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

PENGERTIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PENGERTIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT KEBIJAKAN KESEHATAN PENGERTIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Menurut Winslow 1920 Public Health is the science and art of Preventing disease Prolonging life, and Promoting physical and mental health and efficiency

Lebih terperinci

Integrasi Kebijakan Medik & Kebijakan Kesehatan

Integrasi Kebijakan Medik & Kebijakan Kesehatan Integrasi Kebijakan Medik & Kebijakan Kesehatan -Forum Nasional Kebijakan -Pelatihan Kebijakan Kesehatan Workshop Kebijakan Riset Multisenter : Independensi Kontribusi Akademisi -Peneliti Advokasi : Policy

Lebih terperinci

RechtsVinding Online

RechtsVinding Online SISTEM KESEHATAN DAERAH : ISU DAN TANTANGAN BIDANG KESEHATAN DI INDONESIA Oleh : Dona Budi Kharisma * Naskah diterima: 15 Februari 2018; disetujui: 23 Februari 2018 Saat ini, sektor kesehatan di Indonesia

Lebih terperinci

KURIKULUM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT STIKES HELVETIA MEDAN KURIKULUM MANAJEMEN PEMBANGUNAN KESEHATAN

KURIKULUM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT STIKES HELVETIA MEDAN KURIKULUM MANAJEMEN PEMBANGUNAN KESEHATAN KURIKULUM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT STIKES HELVETIA MEDAN KURIKULUM MANAJEMEN PEMBANGUNAN KESEHATAN Sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Jangka Panjang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan antara lain oleh ketersediaan biaya kesehatan. Biaya kesehatan ditinjau dari sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN MEDIS RUMAH SAKIT UMUM DI KABUPATEN BUOL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

STANDAR PELAYANAN MEDIS RUMAH SAKIT UMUM DI KABUPATEN BUOL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MEDIS RUMAH SAKIT UMUM DI KABUPATEN BUOL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN Susilo Sudarman / D 101 10 411 Pembimbing I : Dr. H. Abd. Rasyid

Lebih terperinci

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI Riset Pembinaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran (Risbin Iptekdok) 2014 LATAR BELAKANG Riset Pembinaan Ilmu Pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Karena itu, kesehatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi kesehatan sedunia, dan secara nasional dalam amandemen UUD 1945 pada Pasal 28-

Lebih terperinci

PEMERINTAH. 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional.

PEMERINTAH. 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional. B. PEMBAGIAN URUSAN AN KESEHATAN - 15-1. Upaya 1. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional. 1. Penyelenggaraan survailans epidemiologi,

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang

Lebih terperinci

B. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN

B. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN - 12 - B. PEMBAGIAN URUSAN AN KESEHATAN 1. Upaya 1. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional. 2. Pengelolaan pencegahan dan penanggulangan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Minahasa Selatan merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu Kota Amurang. Kabupaten Minahasa Selatan mempunyai topografi wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama dunia. Tahun 2012, diperkirakan 8,6 juta penderita mengalami TB dan 1,3 juta meninggal dibesabakan oleh TB

Lebih terperinci

METODE REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA) UNTUK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

METODE REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA) UNTUK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN METODE REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA) UNTUK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN Nuri Andarwulan SEAFAST Center, IPB Southeast Asian Food & Agr. Sci & Tech Center Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB 23 Oktober

Lebih terperinci

NILAI SENTRAL KEDOKTERAN KELUARGA. Disiapkan oleh: Dr. FX. Suharto, M. Kes

NILAI SENTRAL KEDOKTERAN KELUARGA. Disiapkan oleh: Dr. FX. Suharto, M. Kes NILAI SENTRAL KEDOKTERAN KELUARGA Disiapkan oleh: Dr. FX. Suharto, M. Kes Learning Objective Pengembangan Pelayanan Primer Peran Institusi Pendidikan dalam Kedokteran Keluarga Karakteristik Dokter Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mencapai tujuan Nasional di bidang kesehatan diperlukan suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang atau individu mampu untuk hidup produktif dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang atau individu mampu untuk hidup produktif dalam segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu keadaan dari seseorang yang menunjukkan keadaan sehat dari fisik, mental, spiritual maupun sehat secara sosial yang membuat setiap orang atau

Lebih terperinci

SYSTEMATIC REVIEW SEBAGAI METODE PENELITIAN UNTUK MENSINTESIS HASIL-HASIL PENELITIAN (SEBUAH PENGANTAR)

SYSTEMATIC REVIEW SEBAGAI METODE PENELITIAN UNTUK MENSINTESIS HASIL-HASIL PENELITIAN (SEBUAH PENGANTAR) SYSTEMATIC REVIEW SEBAGAI METODE PENELITIAN UNTUK MENSINTESIS HASIL-HASIL PENELITIAN (SEBUAH PENGANTAR) Siswanto 1 ABSTRACT Individual research is not enough to provide inputs for policy improvement. In

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

Rencana Aksi Program PHKKPM a. Penelitian dan Pengembangan TAHUN INDIKATOR

Rencana Aksi Program PHKKPM a. Penelitian dan Pengembangan TAHUN INDIKATOR Rencana Aksi Program PHKKPM 20-205 a. Penelitian dan PROGRAM Hukum dan Etika Kesehatan Kajian Hukum Pelayanan Kesehatan Kajian Hukum Pelayanan Kesehatan DTPK Kajian UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Kajian

Lebih terperinci

Kebijakan Pembiayaan Penanggulangan dan Pencegahan HIV AIDS Dalam Sistem Kesehatan Indonesia

Kebijakan Pembiayaan Penanggulangan dan Pencegahan HIV AIDS Dalam Sistem Kesehatan Indonesia Kebijakan Pembiayaan Penanggulangan dan Pencegahan HIV AIDS Dalam Sistem Indonesia Pusat Kebijakan dan Manajemen Fakultas Kedokteran UGM 11 Maret 2016 Isi Pendahuluan Pembiayaan dan Pembiayaan Penanggulangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.6. Latar Belakang World Health Organization (WHO) Regional Meeting on Revitalizing Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan tentang perlunya melakukan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN

RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN 2005 2009 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI [Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP(K)] NOMOR 331/MENKES/SK/V/2006 RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN 2005

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijabarkan dalam Sistem Kesehatan nasional yaitu bahwa tujuan Sistem Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dijabarkan dalam Sistem Kesehatan nasional yaitu bahwa tujuan Sistem Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Nasional dengan arah dan strategi pelaksanaannya dijabarkan dalam Sistem Kesehatan nasional yaitu bahwa tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk membantu manusia dalam memproses data untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

MERUMUSKAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN. Ari Probandari

MERUMUSKAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN. Ari Probandari MERUMUSKAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN Ari Probandari Proses Penelitian What How Conducting the study 1 2 3 4 5 6 7 8 1. Formulating a research problem 2. Conceptualising a research design 3. Constructing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Badan Layanan Umum merupakan konsep baru dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang

Lebih terperinci

PERAN PENELITI DALAM PROSES KEBIJAKAN*

PERAN PENELITI DALAM PROSES KEBIJAKAN* PERAN PENELITI DALAM PROSES KEBIJAKAN* Soewarta Kosen Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan R.I. Disampaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H ayat 1 menyatakan: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan. Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan. Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito (2007), SDM kesehatan adalah tatanan yang menghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) merupakan isu penting yang telah ditetapkan WHO (World Health Organization) bagi negara maju dan negara berkembang sehingga penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan sistem kesehatan nasional (SKN), bahwa pembangunan kesehatan harus merata di seluruh wilayah di Indonesia, namun kenyataannya pembangunan pada aspek kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan Menurut Kemenkes RI (2006), Obat adalah bahan atau paduan bahanbahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyedilidki

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM), status kesehatan merupakan salah satu komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Pelayanan Kesehatan Berkualitas untuk Semua Pesan Pokok 1. Pelayanan kesehatan di Indonesia telah membaik walaupun beberapa hal

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PERENCANAAN SOSIAL DAN BUDAYA Kegiatan Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Banyuwangi

PENYUSUNAN PERENCANAAN SOSIAL DAN BUDAYA Kegiatan Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Banyuwangi 7.1. Prinsip Dasar Pembangunan Kesehatan Pembangunan Bidang Kesehatan Banyuwangi merupakan bagian dari kebijakan dan program pembangunan kesehatan naional serta sistem kesehatan nasional (SKN). Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Kebutuhan penelitian kebijakan kesehatan dan kemampuan perguruan tinggi. Fasilitator: Laksono Trisnantoro

Kebutuhan penelitian kebijakan kesehatan dan kemampuan perguruan tinggi. Fasilitator: Laksono Trisnantoro Kebutuhan penelitian kebijakan kesehatan dan kemampuan perguruan tinggi Fasilitator: Laksono Trisnantoro Deskripsi Sesi Dalam pengantar pertemuan ditekankan bahwa sistem kesehatan yang terdesentralisasi

Lebih terperinci

3. Mengoptimalkan kegiatan pembinaan untuk meningkatkan BAB V SARAN

3. Mengoptimalkan kegiatan pembinaan untuk meningkatkan BAB V SARAN BAB V SARAN Berdasarkan hasil dari praktek kerja profesi apoteker di bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, disarankan: 1. Meningkatkan dan memperbaiki sarana dan

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan. Workshop Penyusunan Protokol Penelitian. Pemetaan Kebijakan AIDS dan Sistem Kesehatan di Tingkat Nasional dan Daerah

Laporan Kegiatan. Workshop Penyusunan Protokol Penelitian. Pemetaan Kebijakan AIDS dan Sistem Kesehatan di Tingkat Nasional dan Daerah Laporan Kegiatan Workshop Penyusunan Protokol Penelitian Pemetaan Kebijakan AIDS dan Sistem Kesehatan di Tingkat Nasional dan Daerah Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Jenis penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang secara khusus

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Jenis penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang secara khusus BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang secara khusus

Lebih terperinci

DALAM SISTEM. Yulita Hendrartini

DALAM SISTEM. Yulita Hendrartini PERAN STAKEHOLDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN Yulita Hendrartini PRINSIP PENYELENGGARAAN ASKESKIN PROGRAM DISELENGGARAKAN DENGAN PRINSIP NIRLABA DAN DANA AMANAH DISELENGGARAKAN SECARA SERENTAK DI SELURUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil pembangunan kesehatan saat ini adalah derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat secara bermakna, namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil pembangunan kesehatan saat ini adalah derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat secara bermakna, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil pembangunan kesehatan saat ini adalah derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat secara bermakna, namun belum dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat

Lebih terperinci

Gambaran Umum Sistem Informasi Manajemen. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma

Gambaran Umum Sistem Informasi Manajemen. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma Gambaran Umum Sistem Informasi Manajemen Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma Tujuan Pembelajaran Memahami Konsep dasar SIM Mempunyai Gambaran Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan

Lebih terperinci

PESAN POKOK AGENDA PRIORITAS PENELITIAN UNTUK MENDUKUNG PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI INDONESIA POLICY BRIEF

PESAN POKOK AGENDA PRIORITAS PENELITIAN UNTUK MENDUKUNG PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI INDONESIA POLICY BRIEF POLICY BRIEF 06 AGENDA PRIORITAS PENELITIAN UNTUK MENDUKUNG PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI INDONESIA PESAN POKOK Kontribusi peneli an terhadap penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia dilakukan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MAGELANG RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MAGELANG

PEMERINTAH KOTA MAGELANG RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MAGELANG PEMERINTAH KOTA MAGELANG RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MAGELANG - 2021 i KATA PENGANTAR Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1438/Menkes/per/IX/ 2010 tentang standar pelayanan kedokteran Bab V pasal 10 ayat 4 berbunyi:

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1438/Menkes/per/IX/ 2010 tentang standar pelayanan kedokteran Bab V pasal 10 ayat 4 berbunyi: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskuler saat ini menempati urutan pertama penyebab kematian di dunia yaitu (12,8%), negara maju 15.6% dan di negara berkembang 13,7%, (WHO,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA--0/AG/2014 DS 7003-9134-1092-0094 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN TERHADAP PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MEDIKA MULYA WONOGIRI

PENGARUH SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN TERHADAP PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MEDIKA MULYA WONOGIRI PENGARUH SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN TERHADAP PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MEDIKA MULYA WONOGIRI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana kedokteran

Lebih terperinci

Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN

Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN dr. Sigit Priohutomo, MPH KETUA DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL (DJSN) Jakarta, 8 April 2017 1 Mengenal DJSN UU 40 Tahun 2004 tentang SJSN Untuk penyelenggaraan SJSN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

Muslich Mahmud Eky S. Soeria Soemantri AFDOKGI

Muslich Mahmud Eky S. Soeria Soemantri AFDOKGI Muslich Mahmud Eky S. Soeria Soemantri AFDOKGI Merupakan serangkaian strategi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan responsivitas dari kinerja pemerintahan, dengan memusatkan perhatian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bid. Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 2. Staf Ahli Bid. Pembiayaan & Pemberdayaan Masyarakat; 3. Staf Ahli Bid. Perlindungan Faktor Resiko Kesehatan; 4. Staf Ahli Bid Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

PERAN FORUM DOKTOR (FDPKSI) DALAM MENDUKUNG TRI DHARMA PERGURUAN

PERAN FORUM DOKTOR (FDPKSI) DALAM MENDUKUNG TRI DHARMA PERGURUAN PERAN FORUM DOKTOR (FDPKSI) DALAM MENDUKUNG TRI DHARMA PERGURUAN Di sampaikan dalam Pertemuan Konsultasi Nasional TINGGI Jakarta, 23 Maret 2017 DASAR PEMIKIRAN 1 2 3 Poltekkes Kemenkes aset bangsa Memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan Millenium Development Goals (MDGs) merupakan paradigma pembangunan global, dideklarasikan di Konferensi Tingkat

Lebih terperinci

OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA*

OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA* OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA* Soewarta Kosen, Tati Suryati dan Muh. Karyana PusLitBang Sistem dan Kebijakan Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

Gambaran Umum Sistem Informasi Manajemen. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma 2014

Gambaran Umum Sistem Informasi Manajemen. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma 2014 Gambaran Umum Sistem Informasi Manajemen Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma 2014 Pengertian Sistem dan Informasi Sistem Suatu jaringan kerja dari

Lebih terperinci

BLOCK 4 CORPORATE-CLINICAL GOVERNANCE AND BUSINESS ENVIRONMENT. Koordinator: Laksono Trisnantoro

BLOCK 4 CORPORATE-CLINICAL GOVERNANCE AND BUSINESS ENVIRONMENT. Koordinator: Laksono Trisnantoro BLOCK 4 CORPORATE-CLINICAL GOVERNANCE AND BUSINESS ENVIRONMENT Koordinator: Laksono Trisnantoro Review Block 1: Analisis perubahan lingkungan usaha rumah sakit dan sense making di organisasi PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mempertimbangkan perlunya reformasi penting dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional. Asuransi kesehatan

Lebih terperinci

1. Lobi politik (political lobiying)

1. Lobi politik (political lobiying) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi kesehatan adalah salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan tentang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa pengelolaan kesehatan diselenggarakan secara bersama dan berjenjang antara pemerintah pusat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi produktifitas. Oleh karena itu, seluruh penduduk atau masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi produktifitas. Oleh karena itu, seluruh penduduk atau masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting dan sangat mempengaruhi produktifitas. Oleh karena itu, seluruh penduduk atau masyarakat mendambakan supaya selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

Penguatan Sektor Komunitas

Penguatan Sektor Komunitas Penguatan Sektor Komunitas Kursus Kebijakan Penanggulangan AIDS III, PKMK UGM 2016 Sistematika Pengertian Sektor Komunitas (CS) Siapa Sektor Komunitas? Beda SK, Civil Society, LSM Mengapa CS dibutuhkan/penting?

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Daerah Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan 2016-2021 tidak ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Gubernur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini

PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN Yulita Hendrartini 1 Latar Belakang Salah satu masalah dalam pembiayaan kesehatan di Indonesia:

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan; 2. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 3. Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan; dan 4. Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan STAF AHLI STRUKTUR

Lebih terperinci

VARIABEL KLIEN DAN MUTU RUMAHSAKIT. Mubasysyir Hasanbasri

VARIABEL KLIEN DAN MUTU RUMAHSAKIT. Mubasysyir Hasanbasri VARIABEL KLIEN DAN MUTU RUMAHSAKIT Mubasysyir Hasanbasri 1 Kerangka Kelangsungan Hidup Rumahsakit Efisiensi Efektivitas Bahan Mentah Pengolahan Layanan Klien Survival Mana yang lebih diprioritaskan antara

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional, pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus diselengarakan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit tidak menular (non communicable diseases) diprediksi akan terus mengalami peningkatan di beberapa negara berkembang. Peningkatan penderita penyakit

Lebih terperinci

PERAN BADAN LITBANGKES DALAM PENCAPAIAN UHC. Siswanto Ka Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI

PERAN BADAN LITBANGKES DALAM PENCAPAIAN UHC. Siswanto Ka Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI PERAN BADAN LITBANGKES DALAM PENCAPAIAN UHC Siswanto Ka Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI 1 OUTLINE Peran Litbangkes dalam Evidence Based Policy Peran Badan Litbangkes dalam Riset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh

Lebih terperinci

EKONOMI KESEHATAN BANDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. 02/05/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1

EKONOMI KESEHATAN BANDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. 02/05/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 EKONOMI KESEHATAN BANDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 02/05/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 KONSEP-KONSEPEKONOMI UNTUK EKONOMI KESEHATAN Kuliah 2 02/05/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 2 Tujuan Pembelajaran Kuiah

Lebih terperinci

INDEKS TATAKELOLA PEMERINTAHAN PROVINSI RIAU

INDEKS TATAKELOLA PEMERINTAHAN PROVINSI RIAU INDEKS TATAKELOLA PEMERINTAHAN PROVINSI RIAU Nurhamlin, Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau ABSTRAKS Indonesia Governance Index (IGI) merupakan pengukuran kinerja tatakelola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai salah satu jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak

Lebih terperinci