GAMBARAN DISTRIBUSI PENDERITA GANGGUAN JIWA DI WILAYAH BANJARMASIN DAN BANJARBARU TAHUN 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN DISTRIBUSI PENDERITA GANGGUAN JIWA DI WILAYAH BANJARMASIN DAN BANJARBARU TAHUN 2011"

Transkripsi

1 GAMBARAN DISTRIBUSI PENDERITA GANGGUAN JIWA DI WILAYAH BANJARMASIN DAN BANJARBARU TAHUN 211 Al Furqonnata Mubarta 1, Achyar Nawi Husin 2, Syamsul Arifin 3 1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 2 Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa RSUD Ulin Banjarmasin/Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 3 Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ABSTRACT: One of the causes mental disorders are sociodemographic factors that include: age, gender and population density. Banjarmasin and Banjarbaru city has a high population density, this affecting the distribution of mental disorders. this Research is to find the distribution of mental disorders in Banjarmasin and Banjarbaru. This research use a descriptive method using secondary data of mental disorders in 211 that was in Banjarmasin and Banjarbaru Health Department. The result, found that the number of people with mental disorders in Banjarmasin: psychosis 33%; non psychosis 67%; highest age 31-4 years 31.7%, women 6.2%, men 39.8% and highest in Kecamatan Banjarmasin Selatan 23.25%. The number of people with mental disorders in Banjarbaru: psychosis, 72%, non psychosis 28%; highest age > 5 years 27.8%, women 6.76%, men 39.24% and highest in Banjarbaru Selatan 51.12%. From the above results, there are some differences in the distribution of mental disorders in Banjarmasin and Banjarbaru in 211. Keywords: mental disorder, age, gender, population density. ABSTRAK: Salah satu penyebab gangguan jiwa adalah faktor sosiodemografi yang meliputi; usia, jenis kelamin dan kepadatan penduduk. Kota Banjarmasin dan Banjarbaru merupakan wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga mempengaruhi distribusi gangguan jiwa. Tujuan penelitian untuk mengetahui distribusi penderita gangguan jiwa di wilayah Banjarmasin dan Banjarbaru. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan data sekunder gangguan jiwa tahun 211 yang berada di Dinas Kesehatan Banjarmasin dan Banjarbaru. Hasil dari penelitian didapat bahwa jumlah penderita gangguan jiwa di Banjarmasin: psikosis 33%; non psikosis 67%; usia terbanyak 31-4 tahun 31,7%; perempuan 6,2%; laki-laki 39,8% dan terbanyak pada Kecamatan Banjarmasin Selatan 23,25%. Jumlah penderita gangguan jiwa di Banjarbaru: psikosis 72%; non psikosis 28%; usia terbanyak >5 tahun 27,8%; perempuan 6,76%; laki-laki 39,24% dan terbanyak pada Kecamatan Banjarbaru Selatan 51,12%. Dari hasil di atas, terdapat beberapa perbedaan distribusi penderita gangguan jiwa di Banjarmasin dan Banjarbaru tahun 211. Kata-kata kunci: gangguan jiwa, usia, jenis kelamin, kepadatan penduduk. 199

2 Berkala Kedokteran Vol.9 No. 2 Sep 213: PENDAHULUAN Gangguan jiwa adalah gangguan secara psikologis atau perilaku yang terjadi pada seseorang, umumnya terkait dengan gangguan afektif, perilaku, kognitif dan perseptual. Lebih dari sepertiga orang di kebanyakan negara pernah mengalami gangguan kesehatan jiwa dalam perjalanan hidup mereka. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial (1). Secara garis besar penyebab gangguan jiwa dibagi menjadi tiga, yaitu faktor organobiologi, psikoedukatif dan sosiodemografi. Faktor sosiodemografi meliputi umur, jenis kelamin, kepadatan penduduk, pendididkan, status perkawinan, pekerjaan, ekonomi keluarga dan persepsi peringkat sosial (2). Dari hasil penelitian Rusdi Maslim (212), prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia sebesar 6,55%. Angka tersebut tergolong sedang dibanding dengan negara lainnya. Data dari 33 rumah sakit jiwa (RSJ) di seluruh Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang (3). Kepadatan penduduk yang tinggi merupakan suatu stresor lingkungan yang memberikan dampak bagi manusia baik secara fisik, sosial, maupun psikis. Dampak psikis meliputi perasaan negatif, cemas, stres, menarik diri dan perilaku agresif (4). Gangguan jiwa ringan banyak diderita kaum perempuan, yaitu dua kali lebih banyak dibanding laki-laki. Sedangkan gangguan jiwa berat pada perempuan lebih ringan dibanding laki-laki (5). Gangguan jiwa banyak dialami oleh penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun karena pada usia tersebut memiliki pola psikis yang labil kemudian dilanjutkan dengan beban psikis yang lebih banyak (6). Jenis-jenis gangguan jiwa yang termasuk dalam ruang lingkup kesehatan jiwa masyarakat tercantum dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi Ketiga (PPDGJ-III) tahun 1995 atau chapter F-F99 dari International Classification of Diseases (ICD-X) antara lain: Gangguan mental dan perilaku, skizofrenia, gangguan neurosis lainnya (gangguan psikosomatik dan ansietas), gangguan mental organik (demensia/alzheimer, delirium, epilepsi, paska stroke dan lain-lain), gangguan jiwa anak dan remaja serta retardasi mental (7). Provinsi Kalimantan Selatan memiliki 11 kabupaten dan 2 kota madya. Penelitian ini di lakukan di Banjarmasin dan Banjarbaru karena kedua kota ini merupakan kota madya dan memiliki kepadatan penduduk tertinggi dari 13 kota besar yang berada di Kalimantan Selatan. Selain itu kedua wilayah ini memiliki tingkat sosioekenomi, pendidikan dan lingkungan yang berbeda (8). METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif murni dengan menggunakan data sekunder. Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Kesehatan Banjarmasin dan Banjarbaru pada bulan Juni- Nopember 212. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdapat di Dinas Kesehatan Banjarmasin dan Banjarbaru pada tahun 211. Prosedur penelitian ini dimulai dengan pengurusan administrasi 2

3 terdiri dari pengajuan proposal dan permohonan izin penelitian kepada pihak UPKTI. Kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data-data referensi. Melakukan studi pendahuluan dan menentukan kelengkapan data gangguan jiwa dengan meminta data gangguan jiwa tahun 211 di Dinas Kesehatan Banjarmasin dan Banjarbaru. Setelah data lengkap kemudian mengumpulkan data gangguan jiwa di Dinas Kesehatan Banjarmasin dan Banjarbaru tahun 211. Setelah semua data terkumpul, penelitian dilanjutkan dengan melakukan analisis data, hingga diperoleh hasil dan dapat ditarik kesimpulan. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data sekunder penderita gangguan jiwa yang berada di Dinas Kesehatan Banjarbaru dan Banjarmasin tahun 211. Data tersebut dicatat, ditabulasi dan hasilnya disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis data dilakukan dengan menggambarkan data yang diperoleh secara deskriptif yang diambil dari Dinas Kesehatan Banjarmasin dan Banjarbaru pada tahun 211. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan di Dinas Kesehatan Banjarmasin dan Banjarbaru dengan menggunakan data sekunder. Hasil yang didapat dari Dinas Kesehatan Banjarmasin dan Banjarbaru pada penelitian gambaran distribusi penderita gangguan jiwa di wilayah Banjarmasin dan Banjarbaru pada tahun 211 didapatkan bahwa distribusi penderita gangguan jiwa menurut jenis gangguannya adalah gangguan jiwa psikosis 33% dan gangguan jiwa non psikosi 67%. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan jiwa di Banjarmasin lebih banyak yang mengalami gangguan jiwa non psikosis (67%) dibandingkan gangguan jiwa psikosis (33%). Kemungkinan ini dikarenakan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan merata di wilayah Banjarmasin, sehingga akan menimbulkan dampak psikis dan sosial. Dampak psikis meliputi perasaan cemas, stres, gangguan mood, tidak mau berinteraksi dengan sosial, penurunan perilaku prososial dan perilaku agresif dan dampak sosial meliputi meningkatnya kriminalitas dan kenakalan remaja. Dengan meningkatnya kriminalitas dan kenakalan remaja akan membuat kecemasan dan keresahan pada warga disekitarnya (4). Kepadatan yang tinggi juga menyebabkan persaingan sosial meningkat, sulitnya mencari lahan pekerjaan, kemiskinan, lingkungan kumuh, kemacetan lalu lintas dan menyempitnya lahan hijau (4). Persaingan sosial yang meningkat disebabkan karena di lingkungan yang padat memiliki perbedaan individu, situasi dan kondisi sosial, sehingga individu harus melakukan adaptasi dengan cara memilih situasi dan kondisi yang sama. Jika individu tersebut tidak dapat beradaptasi dalam persaingan ini maka mereka akan menarik diri, mengurangi kontak dengan orang lain atau stres (9). Pada tahun 21, jumlah pekerja tidak tetap di Banjarmasin 24,73%, dan pada tahun 211, tingkat pengangguran terbuka 7,14% dan persentase penduduk miskin 4,77% (1). Tidak bekerja atau pekerjaan serabutan dan sosioekonomi yang rendah merupakan faktor risiko 21

4 Berkala Kedokteran Vol.9 No. 2 Sep 213: gangguan jiwa. Lingkungan yang kumuh, kemacetan lalu lintas dan lahan hijau kurang merupakan salah satu pemicu stres (3). Jumlah penderita gangguan jiwa di wilayah Banjarmasin menurut rentang usia dapat dilihat pada gambar ,7% 19,96% 3 15,97% ,75%,58%,76% 9,4% 9,38% 1,66% 8,2% - 2 1,35% ,79% ,7% ,62% > 5 28,17% Gambar 1 Gangguan jiwa psikosis gangguan jiwa non psikosis Jumlah penderita gangguan jiwa berdasarkan usia di wilayah Banjarmasin tahun 211 Dari gambar tersebut dapat dilihat jumlah penderita gangguan jiwa di Banjarmasin menurut usia. Secara umum gangguan jiwa di Banjarmasin terbanyak pada usia 31-4 tahun (31,7%) dan paling sedikit pada usia -2 tahun (1,35%). Pada gangguan jiwa psikosis banyak terdapat pada usia 41-5 tahun (1,66%) dan paling sedikit pada usia -2 tahun (,58%). Sedangkan pada gangguan jiwa non psikosis banyak terdapat pada usia 31-4 tahun (21,7%) dan paling sedikit pada usia -2 tahun (,76%). Gangguan jiwa psikosis merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup, sehingga gangguan ini akan berjalan terus menerus seusai bertambahnya usia. Penyakit ini biasanya bermula pada usia 25 tahun, dan paling banyak ditemukan pada usia di atas 4 tahun. Hampir 9% pasien yang menjalani pengobatan berusia antara tahun. Onset psikosis di bawah usia 1 tahun atau di atas usia 6 tahun sangat jarang. Bila onset terjadi setelah 45 tahun, gangguan ini dicirikan sebagai psikosis onset lambat (11). Sedangkan gangguan jiwa non psikosis banyak terdapat pada usia produktif (21-4 tahun) karena pada usia produktif banyak mengalami permasalahan psikososial seperti peristiwa hidup (child abuse, pola asuh orang tua, pelecehan seksual), stress terhadap lingkungan (sosioekonomi, interaksi sosial, kemacetan lalu lintas), pekerjaan, rumah tangga, faktor biologis (hormonal) dan faktor kepribadian (12,13). Jumlah penderita gangguan jiwa di Banjarmasin menurut jenis kelamin dapat dilihat pada gambar 2. Dari gambar di bawah dapat dilihat secara keseluruhan jumlah penderita gangguan jiwa banyak terdapat pada perempuan 6,2% dibanding laki- 22

5 laki 39,8%. Namun, jumlah gangguan jiwa psikosis banyak terdapat pada laki-laki 17,77 % daripada perempuan 14,79%. Sedangkan jumlah penderita gangguan jiwa non psikosis banyak terdapat pada perempuan 45,41% daripada laki-laki 22,3%. Gangguan jiwa non psikosis banyak diderita kaum perempuan, yaitu dua kali lebih banyak dibanding laki-laki, sedangkan gangguan jiwa psikosis pada perempuan lebih ringan dibanding laki-laki (5). Hal ini terjadi karena antara laki-laki dan perempuan memiliki struktur dan fungsi anatomi dan fisiologi yang berbeda, termasuk neurotransmiter, neuroendokrin, dan ritme sirkadian serta faktor genetik dan fungsi reproduksi (11) ,77 22,3 % % 14,79 % laki-laki 39,8% Perempuan 6,2% Gangguan jiwa psikosis 45,41 % Gangguan jiwa non psikosis Gambar 2. Jumlah penderita gangguan jiwa berdasarkan jenis kelamin di wilayah Banjarmasin tahun 211 Aktivitas dopaminergik pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, sehingga ketika mendapatkan stresor cenderung menampilkannya dengan cara stres berlebih dan tidak terkendalinya amarah. Selain itu neurotransmiter norepinefrin dan serotonin yang tinggi juga mempengaruhi ledakan emosi. Mekanisme depensif yang sering terjadi yaitu agresif pasif atau acting out, sehingga pada laki-laki cenderung mengalami gangguan jiwa berat karena tidak bisa menahan ledakan emosi dan dapat mengganggu orang disekitarnya. Sedangkan pada perempuan memiliki kadar norepinefrin dan serotonin yang rendah, sehingga menurunkan minat dan kesenangan pada penderita. Serotonin telah menjadi neurotransmiter amin biogenik yang paling sering dikaitkan dengan depresi, kekurangan serotonin dapat mencetuskan depresi (11). Gambaran distribusi penderita gangguan jiwa di wilayah Banjarmasin menurut kepadatan penduduk dalam kecamatan dapat dilihat pada gambar 3. Dari gambar di bawah dapat dilihat jumlah penderita gangguan jiwa terbanyak berada di Kecamatan Banjarmasin Selatan 23,25% dengan kepadatan penduduk 7.45 jiwa/km 2, jumlah penderita gangguan jiwa psikosis 7,49% dan gangguan jiwa non psikosis 15,76%. Jumlah gangguan jiwa paling sedikit berada di Kecamatan Banjarmasin Barat 17,31% dengan tingkat kepadatan penduduk jiwa/km 2, jumlah penderita gangguan jiwa psikosis 7,88% dan gangguan jiwa non psikosis 9,43%. 23

6 Berkala Kedokteran Vol.9 No. 2 Sep 213: ,76% ,21% 11,82% 1,34% 7,43% 9,69% 5,95% 7,88% 9,43% 7,49% ,25% 2,16% 2,3% 17,31% 23,25% tidak padat kurang padat cukup padat sangat padat Gambar 3. Distribusi gangguan jiwa berdasarkan kepadatan penduduk di wilayah Banjarmasin tahun 211 Di wilayah Banjarmasin Selatan lebih banyak mengalami gangguan jiwa dibandingkan dengan wilayah yang lain yang berada di Banjarmasin mungkin dikarenakan di wilayah Banjarmasin Selatan memiliki tingkat kriminalitas yang tinggi, sehingga menyebabkan kecemasan pada penduduk disekitarnya. Kejahatan yang sering ditemukan adalah kasus penipuan dan pencurian. Hampir sekitar 25% penduduk Kota Banjarmasin berdiam di kecamatan Banjarmasin Selatan, sedangkan menurut data Dinas Koperasi UKM dan Tenaga Kerja Kota Banjarmasin tahun 28 tercatat sebanyak 1.48 orang yang mencari kerja yang tersebar secara merata berdasarkan jenis kelamin. Namun, dari jumlah tersebut hanya sebanyak 64 lowongan kerja yang tersedia. Hal ini menyebabkan banyakanya penduduk yang bekerja tidak tetap maupun pengangguran yang merupakan salah satu faktor resiko gangguan jiwa (14). Dari data yang didapat dari Dinas Kesehatan Banjarbaru, gambaran distribusi penderita gangguan jiwa menurut jenis gangguannya adalah gangguan jiwa psikosis 72%, dan gangguan jiwa non psikosis sebesar 28%. Dari data tersebut dapat dilihat penderita gangguan jiwa di Banjarbaru lebih banyak yang mengalami gangguan jiwa psikosis (72%) dibandingkan gangguan jiwa non psikosis (28%). Berbeda dengan penderita gangguan jiwa di Banjarmasin yang lebih banyak mengalami gangguan jiwa non psikosis dibandingkan gangguan jiwa psikosis. Perbedaan ini terjadi karena adanya faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor dari penduduknya dan faktor dari 24

7 pelayanan kesehatan. Menurut penelitian Rudi Maslim (212), kendala mendapatkan layanan kesehatan untuk masalah kesehatan jiwa seperti akses menuju sarana pelayanan kesehatan, stigma pada masyarakat gangguan jiwa bukan masalah kesehatan, kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit gangguan jiwa dan status sosioekonomi rendah. Selain itu, kurangnya pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam mendiagnosis penyakit jiwa dan keterbatasan sarana pelayanan kesehatan umum (Puskesmas dan RSU, Praktek Dokter Umum) dalam melayani kasus kesehatan jiwa (3). Jumlah penderita gangguan jiwa di wilayah Banjarbaru menurut rentang usia dapat dilihat pada gambar Gambar 4. % - 2 4,7% 4,7% 6,5% 1,32% ,37% Gangguan jiwa psikosis 16,37% ,67% 8,3% 21,97% ,46% 4,49% 27,13% > 5 27,8% Gangguan jiwa non psikosis,67% Jumlah penderita gangguan jiwa berdasarkan usia di wilayah Banjarbaru tahun 211 Dari gambar tersebut dapat dilihat jumlah penderita gangguan jiwa di Banjarbaru menurut usia. Secara umum gangguan jiwa di Banjarbaru terbanyak pada usia >5 tahun (27,8%) dan paling sedikit pada usia -2 tahun (4,7%). Pada gangguan jiwa psikosis banyak terdapat pada usia >5 tahun (27,13%) dan paling sedikit pada usia -2 tahun (%). Sedangkan pada gangguan jiwa non psikosis banyak terdapat pada usia 21-3 tahun (1,32%) dan paling sedikit pada usia >5 tahun (,67%). Penderita gangguan jiwa psikosis banyak terdapat pada usia >5 tahun karena gangguan jiwa psikosis merupakan penyakit kronis yang terjadi terus menerus dan berlangsung seumur hidup. Onset penyakit ini terjadi pada usia 25 tahun. Selain itu, kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penyakit ini sehingga mereka memeriksakan keluarganya setelah perjalanan penyakit berlangsung lama (4). Kurangnya dukungan sosial dari anak-anaknya dan lingkungan seperti, dukungan emosional (misalnya, berbagi masalah atau emosi), dukungan informasi (misalnya, saran dan bimbingan), dan dukungan instrumental (misalnya, 25

8 Berkala Kedokteran Vol.9 No. 2 Sep 213: menyediakan alat bantu dalam kehidupan sehari-hari) (15). Jumlah penderita gangguan jiwa di Banjarbaru menurut jenis kelamin dapat dilihat pada gambar 5. 41,93% ,6% 9,64% 18,83% Gambar 5. laki-laki 39,24% Perempuan 6,76% Gangguan jiwa psikosis Gangguan jiwa non psikosis Jumlah penderita gangguan jiwa berdasarkan jenis kelamin di wilayah Banjarbaru tahun 211 Dari gambar di atas dapat dilihat secara keseluruhan jumlah penderita gangguan jiwa banyak terdapat pada perempuan 6,76% dibanding laki-laki 39,24%. Jumlah gangguan jiwa psikosis banyak terdapat pada perempuan 41,93% daripada laki-laki 29,6% dan jumlah penderita gangguan jiwa non psikosis banyak terdapat pada perempuan 18,83% daripada laki-laki 9,64%. Secara umum gangguan jiwa ringan banyak diderita kaum perempuan dibandingkan laki-laki, Sedangkan gangguan jiwa berat pada perempuan lebih ringan dibanding laki-laki. Gangguan jiwa ringan sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi (2). Namun, dari data di atas terdapat sedikit perbedaan yaitu jumlah penderita gangguan jiwa psikosis dan gangguan jiwa non psikosis banyak terdapat pada perempuan di banding laki-laki. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti budaya, sosial, ekonomi dan politik dan faktor dari internal seperti kepribadian dan tingkat kerentanan terhadap stres. Selain itu, karena jumlah penderita gangguan jiwa yang ada di Banjarbaru lebih banyak psikosis daripada gangguan jiwa non psikosis maka dari semua variabel data akan terlihat gangguan jiwa psikosis akan lebih banyak dibanding gangguan jiwa non psikosis (11). Gambaran distribusi penderita gangguan jiwa di wilayah Banjarbaru menurut kepadatan penduduk dalam kecamatan dapat dilihat pada gambar 6. 26

9 ,83% 4,93% 8,74% 3,59% 5,61% 11,66% 3,81% 4,71% 39,74% 11,88% 1,76% 12,33% 9,42% 16,37% 51,12% tidak padat kurang padat cukup padat sangat padat Gambar 6. Distribusi gangguan jiwa berdasarkan kepadatan penduduk di wilayah Banjarbaru tahun 211 Dari gambar di atas dapat dilihat jumlah penderita gangguan jiwa terbanyak berada di Kecamatan Banjarbaru Selatan 51,12% dengan tingkat kepadatan penduduk jiwa/km 2, jumlah penderita gangguan jiwa psikosis 39,74% dan gangguan jiwa non psikosis 11,88%%. Jumlah gangguan jiwa paling sedikit berada di Kecamatan Liang Anggang 9,42% dengan tingkat kepadatan penduduk 42 jiwa/km 2, jumlah penderita gangguan jiwa psikosis 5,61% dan gangguan jiwa non psikosis 3,81%. Gangguan jiwa banyak terdapat di wilayah Banjarbaru Selatan karena kepadatan penduduk di Banjarbaru tidak tersebar merata hanya berpusat pada Banjarbaru Selatan dan Banjarbaru Utara. Kecamatan Banjarbaru Selatan memiliki 2 buah puskesmas, yaitu Puskesmas Banjarbaru dan Puskesmas Sei Besar, sehingga masyarakat lebih mudah memeriksakan masalah kesehatan khususnya kesehatan jiwa (16). PENUTUP Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Dinas Kesehatan Banjarmasin dan Banjarbaru November 212 dapat disimpulkan bahwa; jumlah penderita gangguan jiwa berdasarkan jenis gangguan di wilayah Banjarmasin tahun 211 yaitu, gangguan jiwa psikosis 33% dan gangguan jiwa non psikosis 67%; jumlah penderita gangguan jiwa berdasarkan jenis gangguan di wilayah Banjarbaru tahun 211 yaitu, gangguan jiwa psikosis 72% dan gangguan jiwa non psikosis 28%; penderita gangguan jiwa di wilayah Banjarmasin tahun 211 lebih banyak pada usia 31-4 tahun 31,7%, penderita gangguan jiwa perempuan 6,2% dan gangguan jiwa terbanyak berada di Kecamatan Banjarmasin Selatan 23,25% dengan kepadatan penduduk 7.45 jiwa/km 2 (sangat padat); penderita gangguan jiwa di wilayah Banjarbaru tahun 211 lebih banyak pada usia >5 27

10 Berkala Kedokteran Vol.9 No. 2 Sep 213: tahun 27,8%, penderita gangguan jiwa perempuan 6,76% dan gangguan jiwa terbanyak berada di Kecamatan Banjarbaru Selatan 51,12% dengan kepadatan penduduk jiwa/km 2 (sangat padat). Saran bagi kepala Dinas Kesehatan Banjarmasin dan Banjarbaru untuk menangani dan mencegah timbulnya gangguan jiwa baru pada masyarakat, sebaiknya dinas kesehatan meningkatkan program pelayanan kesehatan jiwa dan penanggulangan masalah kesehatan jiwa di masyarakat yang rutin dilaksanakan serta meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dengan ikut pelatihanpelatihan yang berhubungan dengan kesehatan jiwa masyarakat. Selain itu, dari program kesehatan jiwa masyarakat yang diselenggarakan di pelayanan kesehatan yang masih bersifat pasif, yaitu hanya menunggu masyarakat memeriksakan kesehatan jiwanya dirubah menjadi lebih aktif lagi. DAFTAR PUSTAKA 1. Insel TR dan PS Wang. Rethinking mental illness. JAMA 21; 33(19): Maramis WE. Ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Airlangga Press, Maslim Rudi. Prevalensi dan distribusi masalah kesehatan jiwa di Indonesia. Yogyakarta: UGM, Prabowo Hendro. Pengantar psikologi lingkungan. Depok: Universitas Gunadarma, Hyman S, C Dan dan K Ronald. Disease control priorities related to mental, neurological, depelovmental and substance abuse disorder. Jenewa: WHO, Idaiani S, Suhardi dan Y.K Antonius. Analisis gejala gangguan mental emosional penduduk Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia 29; 59(1): Anonymous. Pedoman umum tim pembina, tim pengarah, tim pelaksana kesehatan jiwa masyarakat (TP-KJM). Jakarta: Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI, Anonymous. Jumlah penduduk Kalimantan Selatan menurut kabupaten/kota, jenis kelamin dan kepadatan penduduk 21 (hasil SP21 angka final). Banjarmasin: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan, Carles Muntaner, William W. Eaton, Richard Miech, et al. Socioeconomic position and major mental disorders. Epidemiol Rev 24; 26: Anonymous. Jumlah data tenaga kerja dan data kemiskinan menurut wilayah Banjarmasin dan Banjarbaru tahun Banjarmasin: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan, Sadock BJ dan AS Virginia. Buku ajar psikiatri klinis. Jakarta: EGC,

11 12. Max Birchwood. Pathways to emotional dysfunction in firstepisode psychosis. Br J Psychiatry 23; 182: Billie Giles-Corti, Kate Ryan dan Sarah Foster. Increasing density in Australia: maximising the health benefits and minimising harm. Australia: National Heart Foundation of Australia Anonymous. Banjarmasin dalam angka penduduk dan ketenagakerjaan. Banjarmasin: Badan Pusat Statistik Kota Banjarmasin, Centers for Disease Control and Prevention and National Association of Chronic Disease Directors. The state of mental health and aging in America issue brief 1: what do the data tell us? Atlanta: National Association of Chronic Disease Directors, Anonymous. Data kesehatan jiwa. Banjarbaru: Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru,

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah gangguan secara psikologis atau perilaku yang terjadi pada seseorang, umumnya terkait dengan gangguan afektif, perilaku, kognitif dan perseptual.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa,dan memiliki sikap positif untuk

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN VARIASI DIAGNOSIS KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK JIWA RSUP SANGLAH

KARAKTERISTIK DAN VARIASI DIAGNOSIS KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK JIWA RSUP SANGLAH KARAKTERISTIK DAN VARIASI DIAGNOSIS KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK JIWA RSUP SANGLAH Oleh: Wangi Niko Yuandika Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Abstrak Di negara berkembang seperti di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi perilaku, yaitu bagaimana prestasi kerja yang ditampilkan oleh individu baik proses maupun hasilnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah penyakit dengan manifestasi psikologik atau perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, psikologik, genetika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

Karakteristik Demografi Pasien Depresi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali Periode

Karakteristik Demografi Pasien Depresi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali Periode Karakteristik Demografi Pasien Depresi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali Periode 2011-2013 Nyoman Ari Yoga Wirawan Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Populasi warga lanjut usia (lansia) di Indonesia semakin bertambah setiap tahun, hal tersebut karena keberhasilan pembangunan di berbagai bidang terutama bidang

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A DIAGNOSIS? Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For prognosis Terapi (Farmakoterapi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For Prognosis Terapi (Farmakoterapi / psikoterapi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik depresif, yaitu gangguan kronik dari regulasi mood yang dihasilkan pada episode depresi dan mania. Gejala psikotik mungkin

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN CEMAS PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 DENPASAR

ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN CEMAS PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 DENPASAR ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN CEMAS PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 DENPASAR Cemas adalah perasaan tidak pasti atau tidak menentu terhadap ancaman atau ketakutan yang akan terjadi yang muncul tanpa alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern, industri dan termasuk Indonesia. Meskipun gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Jakarta seperti menjadi magnet yang menarik orang untuk datang dan tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala kemudahan dan serba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki I. PENDAHULUAN Epilepsi adalah terganggunya aktivitas listrik di otak yang disebabkan oleh beberapa etiologi diantaranya cedera otak, keracunan, stroke, infeksi, dan tumor otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis adalah suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner yang dicirikan dengan ekspresi wajah yang kosong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1996, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013 ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 03 I Dewa Ayu Aninda Vikhanti, I Gusti Ayu Indah Ardani Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia dan penyebab paling sering kecacatan pada orang dewasa (Abubakar & Isezuo, 2012). Stroke juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di seluruh dunia. Pada tahun 2005, penyakit ini menyebabkan 17,5 juta kematian, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat manusia akan dapat melakukan segala sesuatu secara optimal. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat manusia akan dapat melakukan segala sesuatu secara optimal. Tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik sehat secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap krusial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Banyak tugas yang harus dicapai seorang remaja pada fase ini yang seringkali menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, angka kesakitan dan angka kematian serta peningkatan angka harapan hidup penduduk

Lebih terperinci

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas 1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Seseorang dikatakan dalam keadaan sehat apabila orang tersebut mampu menjalani perannya dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian penting dalam rangka tercapainya peningkatan kualitas hidup manusia secara menyeluruh. Transformasi kehidupan masyarakat dari pola agraris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan kesehatan serius yang perlu mendapatkan perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi perpecahan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi juga merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI Program Studi : Kedokteran Kode Blok : Blok 20 Blok : PSIKIATRI Semester : 5 Standar Kompetensi : Mampu memahami dan menjelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian. 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tren terkini dalam penyakit jiwa memiliki hubungan kausatif yang signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang ditimbulkannya dengan pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapat Gelar Ahli Madya Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup hampir di seluruh negara di dunia menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dan terjadi transisi demografi ke arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah psikologis yang sering terjadi pada masa remaja dan onsetnya meningkat seiring dengan meningkatnya usia (Al- Qaisy, 2011). Depresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan dimana kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang lengkap, tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan (WHO, 2005). Kesehatan terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari yang merupakan salah satu rumah sakit umum milik pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN KEJADIAN KECEMASAN PADA IBU PENDERITA RETARDASI MENTAL SINDROMIK DI SLB-C BANJARMASIN

GAMBARAN KEJADIAN KECEMASAN PADA IBU PENDERITA RETARDASI MENTAL SINDROMIK DI SLB-C BANJARMASIN Norhidayak, dkk. Gambaran Kecemasan pada Ibu GAMBARAN KEJADIAN KECEMASAN PADA IBU PENDERITA RETARDASI MENTAL SINDROMIK DI SLB-C BANJARMASIN Tinjauan Terhadap Usia Anak, Paritas dan Tingkat Pendidikan Ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini menggambarkan tentang latar belakang masalah, perumusan penelitian, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian serta manfaat yang diperoleh dari penelitian ini. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan setiap orang tua. Namun kebahagiaan dan harapan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kejiwaan yang mencapai 20 juta orang/tahun. 1. somatik. Somatic Symptom and related disorder merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kejiwaan yang mencapai 20 juta orang/tahun. 1. somatik. Somatic Symptom and related disorder merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masalah kesehatan mental membutuhkan perhatian, baik di tingkat lokal, nasional maupun global. Secara global dari sekitar 450 juta orang yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang populer di kalangan masyarakat

Lebih terperinci

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2007-2011 Eggi Erlangga, 2013. Pembimbing I : July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. Pembimbing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005; I. PENDAHULUAN Diabetes melitus tipe II merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia dimana penyakit ini dapat menimbulkan gangguan ke organ-organ tubuh lainnya karena terjadi defisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 menyatakan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari seseorang dengan kualitas hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan di Indonesia karena jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita diabetes melitus

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Meike N. R. Toding*, Budi T. Ratag*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting dan harus mendapat perhatian sungguh-sungguh dari seluruh jajaran lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Depkes RI (2003), gangguan jiwa adalah gangguan pikiran, perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan tergangguanya fungsi sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American Nurses

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American Nurses BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang termasuk ke dalam kelompok mood disorder. Pada sebagian besar survey, major depressive disorder memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan individu manusia, karena dengan sehat jiwa seseorang mampu berkembang secara fisik, mental dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita gangguan jiwa (skizofrenia). Sampai saat ini penanganan penderita gangguan jiwa masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

PENELITIAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT YANG MENGALAMI PROSES PENUAAN. Di Dusun Besar Desa Prayungan Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo

PENELITIAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT YANG MENGALAMI PROSES PENUAAN. Di Dusun Besar Desa Prayungan Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo PENELITIAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT YANG MENGALAMI PROSES PENUAAN Di Dusun Besar Desa Prayungan Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo Oleh: NURUL KALIFAH 11611992 PROGRAM STUDI D IIII KEPERAWATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN JUMLAH LIMFOSIT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Skripsi

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN JUMLAH LIMFOSIT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Skripsi ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN JUMLAH LIMFOSIT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres atau konflik. Hal ini biasa terjadi dimana seseorang mengalami perubahan situasi dalam hidupnya dan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa bertambah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu

Lebih terperinci

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Target Kompetensi Minimal Masalah Psikiatrik Untuk Dokter Umum: 1. Mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan kasus psikiatrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal bagi tubuh, sehingga tubuh tidak mampu untuk mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan yang terjadi setiap daerah, banyak menyebabkan perubahan dalam segi kehidupan manusia baik fisik, mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah. sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah. sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju maupun berkembang, alkohol sudah menjadi bagian

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial

Lebih terperinci

menempati posisi paling tinggi dalam kehidupan seorang narapidana (Tanti, 2007). Lapas lebih dikenal sebagai penjara. Istilah tersebut sudah sangat

menempati posisi paling tinggi dalam kehidupan seorang narapidana (Tanti, 2007). Lapas lebih dikenal sebagai penjara. Istilah tersebut sudah sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kriminalitas di Indonesia semakin meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2005, diperkirakan kejahatan yang terjadi sekitar 209.673 kasus, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Erika Dewi Noorratri 1, Wahyuni 2 1,2 Stikes Aisyiyah Surakarta Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kondisi sehat baik secara fisik, mental, sosial maupun spiritual yang mengharuskan setiap orang hidup secara produktif baik secara sosial maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga di dunia setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah WHO 2001 menyatakan bahwa paling tidak ada satu dari empat orang didunia mengalami masalah mental, sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga sejak di

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga sejak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga sejak di dalam kandungan. Pertumbuhan serta perkembangan anak yang normal menjadi impian setiap

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT DEPRESI POSTPARTUM PADA IBU MENYUSUI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR I

ABSTRAK TINGKAT DEPRESI POSTPARTUM PADA IBU MENYUSUI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR I DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN... i SAMPUL DALAM... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii RINGKASAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan suatu keadaan atau proses alamiah yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Memasuki usia tua terjadi banyak perubahan baik itu perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan disability (ketidakmampuan)

Lebih terperinci