BAB II WIRELESS AIR MOUSE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II WIRELESS AIR MOUSE"

Transkripsi

1 BAB II WIRELESS AIR MOUSE Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan pada Bab I, tujuan skripsi ini adalah merancang dan merealisasikan wireless air mouse sebagai alat bantu presentasi. Wireless air mouse yang dirancang dapat dioperasikan pada permukaan alas maupun tanpa alas. Untuk memenuhi tujuan tersebut maka perlu dimengerti terlebih dahulu dasar-dasar teori yang berkaitan dengan sistem yang akan dirancang. Pada skripsi ini dirancang mouse komputer menggunakan bluetooth sebagai media penghubung antara PC dan mouse, sehingga tidak lagi membutuhkan media kabel. Untuk mendeteksi percepatan pergerakan yang dialami oleh mouse ketika digerakkan pada permukaan alas, dan mendeteksi kecepatan sudut putar yang dialami oleh mouse ketika berada di udara digunakan sensor inersia. Pada bab ini akan dijelaskan konsep-konsep dan teori mengenai sensor inersia, komunikasi bluetooth, dan beberapa teori lain yang berkaitan dengan perancangan pada skripsi ini Gerak translasi dan rotasi pada mouse Setiap gerak translasi mouse pada bidang datar akan diterjemahkan ke dalam perubahan koordinat kursor pada PC. Besarnya perubahan koordinat kursor proporsional terhadap perpindahan posisi yang dialami oleh mouse. seperti yang terlihat pada Gambar 2.5. Gambar 2.1 Perubahan posisi mouse dan koordinat kursor pointer mouse 5

2 6 Besarnya perubahan koordinat kursor yang diakibatkan oleh perpindahan posisi mouse dapat dirumuskan ke dalam Persamaan 2.1. x K x S x (2.1) y K y S y (2.2) Dengan, x = Koordinat kursor pointer arah x y = Koordinat kursor pointer arah y S x = Perpindahan posisi mouse pada sumbu x S y = Perpindahan posisi mouse pada sumbu y K x dan K y adalah konstanta pengali perubahan posisi mouse sehingga dapat diterjemahkan menjadi perubahan koordinat kursor pointer mouse. Pada kenyataannya besarnya nilai K x dan pengguna dalam menggunakan mouse. K y dapat bervariasi tergantung dari kebiasaan dan kenyamanan Ketika mouse berada di udara maka setiap perubahan sudut yang terjadi akan diterjemahkan ke dalam perubahan koordinat pointer mouse. Gambar 2.2 Perubahan sudut ketika menggerakkan mouse di udara

3 7 Persamaan 2.3 dan 2.4 menunjukkan bahwa perubahan sudut pada poros pitch, akan diterjemahkan sebagai translasi kursor ke arah vertikal, dan perubahan sudut pada poros yaw akan diterjemahkan sebagai translasi ke arah horisontal, dengan: Dengan, x K x (2.3) y K y (2.4) x = Perubahan translasi pada sumbu koordinat X = Perubahan sudut putar pada poros yaw K x = Sensitivitas kursor mouse pada sumbu koordinat X y = Perubahan translasi pada sumbu koordinat Y = Perubahan sudut putar pada poros pitch K y = Sensitivitas kursor mouse pada sumbu koordinat X 2.2. Sensor Inersia Perkembangan teknologi MEMS (Micro Electro Mechanical System) telah melahirkan sebuah sensor inersia yang mampu mendeteksi dan mengukur percepatan, kemiringan sudut, goncangan, getaran serta putaran pada beberapa derajat kebebasan [2]. Pada skripsi ini digunakan dua jenis sensor inersia yaitu sensor akselerometer sebagai pengukur percepatan serta giroskop sebagai pengukur kecepatan sudut putaran. Pada sub bab selanjutnya akan dijelaskan mengenai sensor akselerometer dan giroskop serta beberapa teori lain yang berkaitan Akselerometer Akselerometer merupakan sebuah sensor inersia yang mampu mengukur besar dan arah dari percepatan sebuah benda yang melekat padanya. Percepatan yang terukur berupa percepatan statis akibat gaya gravitasi bumi dan percepatan dinamis akibat pergerakan maupun getaran yang dialami akselerometer [3]. Pada skripsi ini hanya akan dibatasi pada pembahasan gerak translasi dimensi dua, permodelan akselerometer serta pembahasan tentang sensor akselerometer yang digunakan dalam perancangan.

4 Permodelan sensor akselerometer Sensor akselerometer pada dasarnya menggunakan prinsip kerja sistem massa pegas. Sesuai dengan hukum Hooke yang mengatakan bahwa gaya yang bekerja pada sebuah pegas sebanding dengan konstanta pegas dan perubahan jarak pegas dari posisi normalnya [4]. Jika sebuah gaya bekerja pada sebuah pegas hingga pegas meregang, maka pegas akan memberikan gaya reaksi sebesar: F k x (2.5) Dengan F adalah gaya pegas, k adalah konstanta regangan pegas dan perubahan panjang pegas akibat regangan. Berdasarkan hukum Newton ke dua yang mengatakan bahwa percepatan yang timbul oleh gaya yang bekerja pada suatu benda besarnya berbanding lurus dengan gaya tersebut dan berbanding terbalik dengan massa benda[4]. Dalam persamaan matematis dapat ditulis sebagai: x F m a (2.6) Dengan F adalah gaya yang bekerja pada benda, m adalah massa benda dan a adalah percepatan yang dialami benda tersebut. Gambar 2.1 menunjukkan sebuah massa yang dihubungkan dengan sebuah pegas yang dipasang pada sebuah sistem yang dapat bergerak. Jika sistem diberi gaya sebesar F sehingga mengalami percepatan ke arah a, gaya tesebut akan menyebabkan pegas meregang atau merapat, sehingga berlaku persamaan: F ma k x (2.7) Gambar 2.3 Sistem massa pegas untuk mengukur percepatan

5 9 Dari Persamaan 2.3 diketahui bahwa percepatan a akan menyebabkan benda bermassa m akan mengalami perpindahan posisi sebesar x ma. Jika perpindahan k posisi benda tersebut diketahui, maka dapat diketahui bahwa percepatan yang dialami oleh benda sebesar: Pengaruh gravitasi terhadap sensor akselerometer k x a (2.8) m Ketika akselerometer dalam kondisi diam (statis), maka sensor akan mendeteksi adanya percepatan gravitasi yang bekerja padanya. Hal ini disebabkan setiap benda yang memiliki massa berada pada jangkauan gravitasi (dalam hal ini adalah bumi) akan terpengaruh oleh gaya gravitasi bumi yang besarnya dapat dituliskan dalam Persamaan 2.9[5]: Dengan, F g m = Gaya berat benda (N) = Massa benda (kg) g = Percepatan gravitasi bumi (m/s 2 ) F g = m g (2.9) Gambar 2.4 Sistem massa pegas pada bidang datar. Dari Gambar 2.4 dapat dilihat suatu massa pegas dalam keadaan diam pada bidang datar yang sejajar dengan permukaan bumi. Besarnya gaya gravitasi tidak menyebabkan perubahan posisi massa pada arah sumbu ukur. Jika massa pegas diletakkan pada bidang miring yang membentuk sudut sebesar terhadap arah gravitasi

6 10 bumi (Gambar 2.5) maka gaya gravitasi akan menyebabkan pegas mengalami perapatan atau peregangan sesuai besar percepatan yang dialami oleh massa pegas sebesar gcos. Gambar 2.5 Sistem massa pegas diposisikan pada keadaan miring Ketika terjadi pergerakan translasi, maka percepatan yang terukur oleh sensor akselerometer merupakan hasil penjumlahan antara percepatan ketika akselerometer bergerak translasi dan percepatan statis akibat gravitasi bumi, sesuai dengan Persamaan Dengan, a terukur a g cos( ) (2.10) translasi a terukur = Percepatan total (m/s 2 ) a translasi = Percepatan akibat gerak translasi (m/s 2 ) g = Percepatan gravitasi bumi (m/s 2 ) Sensor akselerometer LIS3LV02DL Sensor akselerometer yang digunakan tipe LIS3LV02DL keluaran ST Microelectronics yang mampu mengukur percepatan linier dalam tiga sumbu (x,y dan z). Jangkauan pengukuran dapat dipilih antara +/- 2g atau +/- 6g pada skala maksimal, di mana 1g merupakan 1 satuan percepatan rata-rata gravitasi bumi sebesar 9,8 m/s 2 (id.wikipedia.org). Gambar 2.6 adalah blok diagram dari akselerometer LIS3LV02DL yang digunakan.

7 11 Gambar 2.6 Blok diagram akselerometr LIS3LV02DL[6]. Antarmuka keluaran LIS3LV02DL yang disediakan dapat dipilih menggunakan komunikasi I 2 C atau SPI. Konsumsi arus yang digunakan sangat rendah, berkisar antara 0,6 ma hingga 0,8 ma. Selain itu pengguna juga dapat memilih keluaran data dengan ketelitian 12 bit atau 16 bit [6]. Konfigurasi pin dari sensor akselerometer dapat dilihat pada Gambar 2.4. Penjelasan dari masing-masing fungsi pin yang terdapat pada sensor dapat dilihat pada Table 2.1 [6]. Gambar 2.7. Konfigurasi pin accelerometer

8 12 Tabel 2.1 Deskripsi pin LIS3LV02DL Pin Nama Pin Fungsi 1 RDY/INT Data ready/inertial wake-up interrupt 2 SDO SPI Serial Data Output 3 SDA/ SDI/ SDO I 2 C Serial Data (SDA) SPI Serial Data Input (SDI) 3-wire Interface Serial Data Output (SDO) 4 Vdd_IO Power supply for I/O pads 5 SCL/SPC I 2 C Serial Clock (SCL) SPI Serial Port Clock (SPC) 6 CS SPI enable I 2 C/SPI mode selection (1: I 2 C mode; 0: SPI enabled) 7 NC Tidak terkoneksi 8 CK Eksternal clock, atau dihubungkan ke GND 9 GND 0V supply 10 Reserved Tidak terkoneksi atau dihubungkan menuju Vdd_IO 11 Vdd Power supply 12 Reserved Dihubungkan menuju Vdd 13 Vdd Power supply 14 GND 0V supply 15 Reserved Tidak terkoneksi atau dihubungkan ke GND 16 GND 0V supply Karakteristik dari sensor akselerometer LIS3LV02DL dapat dilihat pada Tabel 2.2 [6]. Karakteristik tersebut diperoleh melalui pengukuran yang dilakukan pada tegangan VDD 3.3V dan suhu 25 o C. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sensor akselerometer tipe ini mampu mengukur percepatan gravitasi dengan jangkauan pengukuran yang dapat dipilih antara 2g atau 6g. Sensor akselerometer ini memiliki resolusi pengukuran sebesar 1 mg (miligravitasi) pada lebar pita 40Hz.

9 13 Tabel 2.2 Karakteristik akselerometer LIS3LV02DL Parameter Kondisi pengujian Min. Type Max. Satuan Jangkauan Full Scale = 2g g pengukuran Full Scale = 6g g Resolusi alat Full scale = 2g Bandwidth=40Hz 1.0 Mg Full scale = 2g Representasi LSB/g Sensitivitas bit Full scale = 6g Representasi 12 bit LSB/g Perubahan sensitivitas %/ o C terhadap suhu Lebar pita sistem ODRx/4 Hz Jangkauan suhu pengoperasian o C Sensitivitas dari akselerometer sebesar 1024 LSB/g, dapat diartikan percepatan 1 gravitasi sebanding dengan keluaran data sebesar Sedangkan jika dikonfigurasikan pada skala penuh 6g, sensitivitasnya berkurang menjadi 340 LSB/g. Sensor akselerometer terpengaruh pada perubahan suhu lingkungan. Dalam datasheet disebutkan bahwa sensor ini akan berubah sebesar 0,025% tiap 1 o C. Sebagai antarmuka komunikasi data, sensor akselerometer LIS3LV02DL dapat diakses melalui protokol I 2 C maupun menggunakan protokol SPI (Serial Parallel Interface). Untuk memilih jenis komunikasi mana yang digunakan untuk melakukan akses sensor digunakan pin CS. Jika pin CS bernilai 1, maka protokol pengaksesan data menggunakan komunikasi I 2 C. Jika pin CS bernilai 0, protokol yang digunakan adalah SPI. Tabel 2.3 merupakan tabel pin yang digunakan untuk melakukan akses menuju sensor beserta fungsinya.

10 14 Tabel 2.3 Deskripsi pin antarmuka serial LIS3LV02DL Sensor Giroskop Giroskop merupakan sebuah sensor yang digunakan dalam sistem navigasi untuk menentukan orientasi gerak rotasi suatu objek. Sensor giroskop memiliki keluaran yang sensitif terhadap gerakan benda berputar yang sebanding dengan kecepatan sudut putar benda tersebut. Pada skripsi ini akan dijelaskan mengenai prinsip kerja giroskop serta pembahasan mengenai sensor yang digunakan Permodelan sensor giroskop Di dalam ilmu fisika, jika sebuah benda bergerak lurus dalam kerangka yang berputar akan terlihat berbelok oleh pengamat yang diam pada kerangka tersebut. Fenomena tersebut dikenal dengan istilah efek coriolis [7]. Efek coriolis dapat dijelaskan melalui Gambar 2.8. Gambar 2.8 Efek coriolis benda yang bergerak lurus pada cakram berputar

11 15 Jika memperhatikan Gambar 2.8 dapat dilihat bahwa ketika sebuah partikel bergerak lurus dengan kecepatan v pada cakram yang diputar searah jarum jam, maka lintasan partikel akan mengalami pembelokan. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh rotasi piring terhadap gerak dari peluru. Semakin cepat cakram berputar, semakin besar pula pembelokan partikel yang terjadi. Gambar 2.9 Percepatan coriolis[7] Efek coriolis ini akan menghasilkan gaya rotasi yang arahnya tegak lurus dengan kecepatan v (Gambar 2.8) yang besarnya sesuai dengan persamaan: F ma 2 m v (2.11) Dengan, F c = Gaya coriolis (N) m = Massa (kg) a c = Percepatan coriolis (m/s 2 ) = Kecepatan sudut (rad/s) c c Dari Persamaan 2.11 didapat bahwa besarnya pecepatan coriolis lurus secara proporsional dengan nilai a c berbanding. Selanjutnya percepatan coriolis dikonversikan ke dalam besaran elektrik sehingga kecepatan putar dapat dengan mudah diukur dan diolah.

12 Sensor Giroskop ITG3205 Sensor giroskop ITG3205 merupakan sensor pengukur kecepatan sudut yang mampu mengukur pada tiga sumbu pengukuran. Sensor ini merupakan produk keluaran dari IvenSense yang telah menggunakan teknologi MEMS dalam proses produksinya. Ada beberapa parameter yang menentukan karakteristik dari sensor ini dari sensor ITG3205 antara lain [8]: 1. Sensitivitas Sensitivitas dari giroskop merupakan kecepatan putar minimum yang dapat dideteksi oleh sensor. Pada giroskop dengan keluaran data digital, sensitivitas dinyatakan dalam satuan bit terkecil per kecepatan putar atau LSB/( /s). Giroskop dengan resolusi tinggi dapat mendeteksi perubahan orientasi yang kecil. Pada sensor ITG3205 memiliki resolusi sebesar 14,375 LSB/( /s). Dengan kata lain, tiap 1 bit perubahan pada LSB berbanding lurus dengan kecepatan sudut sebesar 1/14,375 /( /s). 2. Full-scale Range Full-scale Range merupakan jangkauan maksimum besarnya kecepatan putar yang dapat dideteksi oleh sensor. Sebagai contoh, sensor giroskop ITG3205[9] memiliki full-scale range sebesar ±2.000 /s. Artinya, sensor ini dapat mendeteksi kecepatan putar maksimum dalam satu detik atau 34,8894 rad/s. 3. ZRO (Zero Rate Output) Zero Rate Output pada sensor giroskop merupakan besarnya keluaran sensor saat diam (tidak berotasi). Dalam implementasinya untuk mengukur arah hadap, yaitu dengan mengintegralkan kecepatan sudut (keluaran giroskop), keluaran giroskop harus di-offset dengan ZRO-nya terlebih dahulu agar nilai ZRO ini tidak ikut diintegralkan dari waktu ke waktu. 4. Short- or Long-term Drift Pada saat diam, meskipun sudah di-offset dengan ZRO, data keluaran sensor giroskop tidak akan tetap 0 /s, tapi berubah-ubah. Perubahan ini kecil dan dengan

13 17 frekuensi yang lambat, akan tetapi sangat terasa nantinya jika diintegralkan dalam jangka waktu yang lama. Short or Long-term Drift merupakan nilai peak-to-peak dari keluaran giroskop saat tidak ada rotasi. 5. Jumlah sumbu pengukuran Ada banyak giroskop yang diproduksi yang memiliki lebih dari satu sumbu pengukuran. ITG3205 produksi Invensense memiliki 3 sumbu pengukuran [8]. Gambar 2.10 Sumbu pengukuran giroskop ITG3205 Jumlah sumbu pengukuran menentukan kapabilitas dari giroskop dalam mendeteksi rotasi. Misalnya, giroskop dengan hanya dua sumbu pengukuran tidak cukup untuk menentukan arah hadap dalam ruang. Untuk mengukur rotasi atau arah hadap dalam ruang dibutuhkan 3 sumbu pengukuran Metode integral numerik aturan trapezoidal Pada dasarnya perhitungan integral adalah suatu cara untuk menghitung luasan daerah di bawah suatu fungsi pada selang pengukuran tertentu. Di dalam analisis numerik, integral numerik merupakan suatu cara untuk melakukan pendekatan perhitungan integral tertentu (lihat Persamaan 2.18) dari sejumlah data numerik [9]. b a f ( x) dx (2.12) Aturan trapezoidal merupakan perhitungan integral numerik dengan melakukan pendekatan luasan di bawah grafik f(x) sebagai luasan trapesium (Gambar 2.10).

14 18 Gambar 2.11 Fungsi f(x) (hitam) didekati dengan fungsi linier (merah) Sesuai dengan Gambar 2.11 di atas, maka untuk melakukan pendekatan dalam perhitungan integral numerik digunakan persamaan: (2.13) 2.4. Bluetooth Bluetooth adalah sebuah teknologi komunikasi wireless (tanpa kabel) yang beroperasi pada pita frekuensi 2,4 GHz. Bluetooth menggunakan teknik pengiriman dengan pola lompatan frekuensi (frequency hopping transceiver) yang mampu menyediakan layanan komunikasi data dan suara secara real-time (waktu nyata) antar perangkat bluetooth dengan jarak jangkauan layanan yang terbatas (sekitar 10 meter). Pada dasarnya bluetooth diciptakan bukan hanya untuk menggantikan atau menghilangkan penggunaan kabel di dalam melakukan pertukaran informasi, tetapi juga mampu menawarkan fitur yang baik untuk teknologi mobile wireless dengan biaya yang relatif rendah, konsumsi daya yang rendah, mudah dalam pengoperasian dan mampu menyediakan bermacam-macam layanan Aplikasi Dan Fitur Produk bluetooth dapat berupa PC card atau USB adapter yang dimasukkan ke dalam perangkat. Perangkat-perangkat yang dapat diintegerasikan dengan teknologi bluetooth antara lain : mobile PC, mobile phone, PDA (Personal Digital Assistant), headset, kamera, printer, router dan sebagainya. Aplikasi-aplikasi yang dapat disediakan oleh layanan bluetooth ini antara lain : PC to PC file transfer, PC to PC file synch ( notebook to desktop), PC to mobile phone, PC to PDA, wireless headset, LAN

15 19 connection via ethernet access point dan sebagainya. Gambar 2.12 adalah contoh modul dan beberapa aplikasi bluetooth. Gambar 2.12 Beberapa contoh modul aplikasi Bluetooth Topologi Jaringan Bluetooth Teknologi bluetooth memiliki dua macam koneksi, yaitu koneksi point to point yang hanya terdiri dari dua unit bluetooth dan koneksi point to multipoint di mana kanal komunikasi digunakan oleh beberapa unit bluetooth bersama-sama. Dua atau lebih unit bluetooth yang menggunakan kanal bersama-sama membentuk piconet (dapat dianalogikan dengan sel pada teknologi telepon seluler dan Wireless LAN). Salah satu unit bluetooth yang memulai koneksi berlaku sebagai master dari piconet dan unit lainnya sebagai slave, hingga tujuh unit slave dapat aktif bersamaan dalam sebuah piconet. Beberapa piconet dapat saling berhubungan dengan jaringan piconet lain dan hubungan antar jaringan piconet ini disebut dengan scatternet. Meskipun setiap piconet hanya boleh memiliki sebuah master, namun slave dapat terdaftar dan aktif pada beberapa piconet. Sebuah master pada sebuah piconet dapat menjadi slave pada piconet yang lainnya seperti tampak pada Gambar Masing-masing piconet yang berada dalam jaringan scatternet tidak boleh tersinkronisasi frekuensinya, jadi setiap piconet harus memiliki pola loncatan frekuensi (FHSS-nya) sendiri-sendiri.

16 20 Gambar 2.13 Topologi jaringan Bluetooth [10] Protokol Bluetooth Protokol diperlukan untuk komunikasi antara peralatan yang berbeda tipe. Setiap peralatan biasanya mengunakan beragam protokol. Demikian juga dengan peralatan bluetooth, untuk dapat saling berinteraksi diperlukan berbagai macam protokol di dalamnya. Susunan protokol yang terdapat pada bluetooth dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 2.14 Layer-layer di dalam stack protokol Bluetooth [10]

17 21 Protokol-protokol tersebut dibagi menjadi 4 lapisan yaitu : 1. Bluetooth Core Protocol Protokol inti dari bluetooth terdiri dari: a. Baseband dan Link Control bersama-sama mengatur radio frekuensi (RF link) untuk menghubungkan bluetooth membentuk suatu koneksi. Lapisan ini bertanggung jawab untuk menyamakan frekuensi transmisi dengan peralatan bluetooth lainnya. b. Audio berhubungan langsung dengan baseband. Dua buah peralatan bluetooth yang mendukung audio dapat saling mengirim dan menerima data suara, hanya dengan mengaktifkan link audio. c. Link Manager Protocol (LMP) bertanggung jawab untuk membangun hubungan (autentifikasi dan enkripsi, kontrol dan negosiasi untuk paketpaket yang berasal dari baseband) antara peralatan bluetooth. d. Logical Link Control and Adaptation Protocol (L2CAP) berfungsi untuk mendukung multiplexing protokol pada level yang lebih tinggi dan menyampaikan informasi. e. Service Discovery Protocol (SDP) berfungsi untuk meminta informasi alat, service, dan karakteristik dari peralatan lain. Alat-alat tersebut harus mendukung service yang sama agar dapat menetapkan koneksi satu sama lain. 2. Cable Replacement Protocol a. Radio Frequency Communications (RFCOMM) adalah protokol yang dibuat untuk mengantikan kabel serial (contohnya untuk koneksi laptop dan ponsel). Protokol inilah yang dipakai penulis pada pembuatan program aplikasi pada handphone untuk komunikasi serial dengan modul bluetooth. 3. Telephony Protocol Pada lapisan ini terdapat dua protokol yaitu: a. Telephony Control Protocol Binary (TCS-BIN) berfungsi untuk mentransfer data dari hp melalui core bluetooth. b. AT-Command berfungsi sebagai pengontrol telepon dan modem.

18 22 4. Adopted Protocol Pada lapisan paling atas ini terdapat banyak protokol yang dapat diterapkan, yaitu: a. OBEX (Object Exchange) diadopsi dari IrDa (Infrared Data Association), merupakan protokol yang menyediakan layanan transfer data secara simple. Aplikasi yang menggunakan protokol ini dapat berupa sinkronisasi, transfer file, dan push object. b. TCP/UDP/IP juga diterapkan di dalam bluetooth agar dapat berkoneksi dengan unit lain yang dihubungkan seperti internet. c. PPP pada bluetooth didisain untuk berjalan di bawah RFCOMM untuk melakukan koneksi point to point. d. Wireless Aplication Protocol (WAP) berada pada lapisan paling atas dari RFCOMM/L2CAP. WAP adalah protokol untuk berkomunikasi melalui internet antara web server dan sebuah telepon seluler. Tujuannya adalah untuk membawa isi internet ke dalam telepon seluler digital dan terminal nirkabel lainnya Keamanan bluetooth Bluetooth dirancang dengan berbagai fitur keamanan sehingga aman untuk digunakan. Fitur fitur keamanan yang disediakan oleh bluetooth yaitu: [10] 1. Autentifikasi yang akan memastikan identitas peralatan bluetooth lain yang hendak dihubungkan. Autentifikasi dapat dilakukan dengan pairing (memasukan kata kunci). 2. Pairing adalah suatu prosedur autentifikasi yang membuktikan keaslian dua alat berdasarkan sebuah kata kunci, dengan demikian akan menciptakan hubungan yang dapat dipercaya antara alat tersebut. Kata kunci yang sama harus dimasukkan pada kedua alat tersebut. Pairing hanya dilakukan satu kali pada saat pertama kali kedua alat terhubung. 3. Otorisasi adalah suatu proses untuk menentukan apakah alat diizinkan untuk menggunakan suatu layanan dari alat lain. Interaksi pemakai mungkin diperlukan kecuali jika alat yang terkoneksi tersebut telah diatur untuk selalu dipercaya. Biasanya pemakai dapat mengatur otorisasi diaktifkan atau

19 23 dimatikan untuk setiap alat lainya. Otorisasi selalu membutuhkan autentifikasi. 4. Enkripsi untuk melindungi komunikasi dari penyadapan. Sebagai contoh, untuk memastikan bahwa tidak ada orang lain yang dapat mengetahui data apa yang di kirimkan dari laptop ke ponsel. Panjang kunci enkripsi antara bit FHSS Dalam frequency hopping systems, carrier atau pembawa mengubah-ubah frekuensi, atau melompat, menurut urutan yang bersifat pseudorandom [11]. Urutan pseudorandom merupakan suatu daftar beberapa frekuensi ke arah mana pembawa akan melompat pada suatu interval waktu yang ditetapkan sebelum terjadi pengulangan pola tersebut. Pemancar menggunakan urutan lompatan ini untuk memilih frekuensi pancarnya. Pembawa masih akan berada pada suatu frekuensi tertentu selama jangka waktu yang ditetapkan (yang dikenal dengan dwell time), dan kemudian menggunakan sedikit waktu untuk melompat ke frekuensi berikutnya (hop time). Bilamana daftar frekuensi tersebut telah terpakai semua, maka pemancar akan mengulangi urutan tersebut. Gambar 2.15 Single frequency hopping system

20 24 Gambar 2.15 memperlihatkan suatu frequency hopping system yang menggunakan urutan lompatan (hop sequence) 5 frekuensi pada suatu band yang berukuran 5 MHz. Dalam contoh ini, urutannya adalah sebagai berikut : 1. 2,449 GHz 2. 2,452 GHz 3. 2,448 GHz 4. 2,450 Ghz 5. 2,451 Ghz Setelah radio memancarkan informasi pada pembawa 2,451 GHz, radio tersebut akan mengulang hop sequence (urutan lompatan), kemudian dimulai lagi dari frekuensi 2,449 GHz. Proses pengulangan urutan lompatan akan terus berlanjut hingga informasi diterima secara lengkap. Radio Penerima disinkronisasi terhadap hop sequence radio pemancar agar dapat menerima frekuensi yang sesuai pada waktu yang tepat.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan wireless

Lebih terperinci

PERCOBAAN VI Komunikasi Data SISTEM KOMUNIKASI BLUETOOTH

PERCOBAAN VI Komunikasi Data SISTEM KOMUNIKASI BLUETOOTH PERCOBAAN VI Komunikasi Data SISTEM KOMUNIKASI BLUETOOTH 1. TUJUAN Setelah melaksanakan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu : Mengetahui Konfigurasi WPAN dengan Bluetooth Mengetahui Indikator Kerja

Lebih terperinci

BLUETOOTH. Pertemuan XI. Pengenalan Teknologi Bluetooth nirkabel

BLUETOOTH. Pertemuan XI. Pengenalan Teknologi Bluetooth nirkabel BLUETOOTH Pertemuan XI Pengenalan Teknologi Bluetooth nirkabel Teknologi Bluetooth nirkabel bertujuan memungkinkan komunikasi jarak pendek antara beberapa perangkat. Awalnya Dikembangkan oleh Ericsson,

Lebih terperinci

BAB II WATERPAS DIGITAL

BAB II WATERPAS DIGITAL BAB II WATERPAS DIGITAL Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan waterpass digital yang dirancang. 2.1 Accelerometer Accelerometer adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada skripsi ini dilakukan beberapa pengujian dan percobaan untuk mendapatkan hasil rancang bangun Quadcopter yang stabil dan mampu bergerak mandiri (autonomous). Pengujian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Arduino Nano

BAB II DASAR TEORI Arduino Nano BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori penunjang yang diperlukan dalam merancang dan merealisasikan skripsi ini. Bab ini dimulai dari pengenalan singkat dari komponen elektronik utama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Bab ini membahas pengenalan tentang teknologi Bluetooth dan arsitektur dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. Bab ini membahas pengenalan tentang teknologi Bluetooth dan arsitektur dari 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Bluetooth Bab ini membahas pengenalan tentang teknologi Bluetooth dan arsitektur dari Bluetooth akan dijelaskan. Setelah membaca bab ini, para pengembang yang ingin mengembangkan

Lebih terperinci

Percobaan 7 Sistem Komunikasi Bluetooth Untuk Tranmisi Data

Percobaan 7 Sistem Komunikasi Bluetooth Untuk Tranmisi Data Modul 16 Percobaan 7 Sistem Komunikasi Bluetooth Untuk Tranmisi Data 16.1. Tujuan - Mengetahui Konfigurasi WPAN dengan Bluetooth - Mengetahui Indikator Kerja WPAN dengan Bluetooth - Mengetahui aplikasi

Lebih terperinci

Bluetooth. Pertemuan III

Bluetooth. Pertemuan III Bluetooth Pertemuan III Latar Belakang Pada bulan Mei 1998, 5 perusahaan promotor yaitu Ericsson, IBM, Intel, Nokia dan Toshiba membentuk sebuah Special Interest Group (SIG) dan memulai untuk membuat spesifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bluetooth merupakan sebuah teknologi komunikasi nirkabel (tanpa kabel) yang beroperasi pada frekuensi 2,4 GHz unlicensed ISM (Industrial, Scientific and Medical) dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI (2.1) = l t. s rata-rata

BAB II DASAR TEORI (2.1) = l t. s rata-rata BAB II DASAR TEORI Pada bab ini dibahas teori-teori penunjang yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang dan merealisasikan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan untuk merealisasikan skripsi ini

Lebih terperinci

Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel. Adri Priadana - ilkomadri.com

Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel. Adri Priadana - ilkomadri.com Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel - ilkomadri.com PENDAHULUAN Jaringan wireless/nirkabel adalah teknologi jaringan yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik melalui udara sebagai media untuk

Lebih terperinci

TEKNOLOGI. Prima Kristalina, Lab. Komunikasi Digital Politeknik Elektronika Negeri Surabaya EEPIS Wireless Sensor Networks Research Group

TEKNOLOGI. Prima Kristalina, Lab. Komunikasi Digital Politeknik Elektronika Negeri Surabaya EEPIS Wireless Sensor Networks Research Group EEPIS Wireless Sensor Networks Research Group TEKNOLOGI Prima Kristalina, Lab. Komunikasi Digital Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 2013 3/12/2014 1 Apakah Bluetooth? Merupakan spesifikasi untuk jaringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Komunikasi data merupakan teknologi yang menggabungkan aspek jaringan telekomunikasi dengan sistem komputer sehingga menambah kemampuan sistem komputer untuk mengolah data komunikasi

Lebih terperinci

PENAMPIL NOMOR LAGU KIDUNG PUJIAN VIA BLUETOOTH

PENAMPIL NOMOR LAGU KIDUNG PUJIAN VIA BLUETOOTH Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENAMPIL NOMOR LAGU KIDUNG PUJIAN VIA BLUETOOTH Leon Febri, Johansah Liman*, Budi Harsono** Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan aplikasi dengan menggunakan metodologi perancangan prototyping, prinsip kerja rangkaian berdasarkan

Lebih terperinci

Bluetooth. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Di rapihkan oleh :. Spesifiksi dari peralatan

Bluetooth. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Di rapihkan oleh :. Spesifiksi dari peralatan Bluetooth Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Di rapihkan oleh :. Logo Bluetooth Bluetooth adalah spesifikasi industri untuk jaringan kawasan pribadi (personal area networks atau PAN) tanpa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bluetooth Bluetooth adalah sebuah teknologi komunikasi wireless (tanpa kabel) yang beroperasi dalam pita frekuensi 2,4 GHz unlicensed ISM (Industrial, Scientific and Medical)

Lebih terperinci

WIRELESS AIR MOUSE SEBAGAI ALAT BANTU PRESENTASI MENGGUNAKAN INERTIAL SENSOR PENDETEKSI PERGERAKAN. Oleh. Widji Santoso NIM :

WIRELESS AIR MOUSE SEBAGAI ALAT BANTU PRESENTASI MENGGUNAKAN INERTIAL SENSOR PENDETEKSI PERGERAKAN. Oleh. Widji Santoso NIM : WIRELESS AIR MOUSE SEBAGAI ALAT BANTU PRESENTASI MENGGUNAKAN INERTIAL SENSOR PENDETEKSI PERGERAKAN Oleh Widji Santoso NIM : 612005001 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini dijelaskan landasan teori dari beberapa konsep yang digunakan pada penelitian ini seperti Teknologi Jaringan, Network Simulator 2, Bluetooth dan Zigbee. 2.1 Teknologi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sensor Akselerometer ADXL345

BAB II DASAR TEORI Sensor Akselerometer ADXL345 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori penunjang sebagai pedoman dalam merancang dan merealisasikan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan antara lain sensor akselerometer ADXL345, sensor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam perancangan dan pembuatan tas dengan sensor warna dan NFC ini, menggunakan dua arduino, arduino untuk sensor warna dan arduino untuk NFC. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teknologi Bluetooth Seperti kita ketahui, Bluetooth merupakan teknologi yang berkembang sebagai jawaban atas kebutuhan komunikasi antar perlengkapan elektronik agar dapat saling

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI KEHADIRAN DOSEN MELALUI HANDPHONE DENGAN KONEKSI BLUETOOTH

SISTEM INFORMASI KEHADIRAN DOSEN MELALUI HANDPHONE DENGAN KONEKSI BLUETOOTH SISTEM INFORMASI KEHADIRAN DOSEN MELALUI HANDPHONE DENGAN KONEKSI BLUETOOTH Taufiq Hidayat 1, Riza Noplaily 2 Laboratorium Pemrograman & Informatika Teori 1, Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas 2

Lebih terperinci

Standar Teknologi Komunikasi Bluetooth

Standar Teknologi Komunikasi Bluetooth Semarang, 16 Juni 2001 Koran Suara Merdeka Standar Teknologi Komunikasi Bluetooth Andi Susilo, E-mail: andi.susilo@mail.com Bluetooth adalah sebuah standar teknologi baru menggunakan hubungan radio gelombang

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menerapkan Pengontrolan Dan Monitoring Ruang Kelas Dengan Menggunakan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menerapkan Pengontrolan Dan Monitoring Ruang Kelas Dengan Menggunakan BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai implementasi dan evaluasi pada saat menerapkan Pengontrolan Dan Monitoring Ruang Kelas Dengan Menggunakan Controller Board ARM2368.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia maupun dunia. Jaman dahulu, teknologi komunikasi data masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia maupun dunia. Jaman dahulu, teknologi komunikasi data masih 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mobile technology bukanlah sesuatu hal yang baru saat ini di dunia. Teknologi ini sudah sangat populer dan banyak digunakan di kalangan masyarakat Indonesia maupun

Lebih terperinci

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber: Kinematika Gerak B a b B a b 1 KINEMATIKA GERAK Sumber: www.jatim.go.id Jika kalian belajar fisika maka kalian akan sering mempelajari tentang gerak. Fenomena tentang gerak memang sangat menarik. Coba

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas mengenai perancangan sistem dan realisasi perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung keseluruhan sistem yang dibuat. Gambar 3.1

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

ULANGAN HARIAN JARINGAN NIRKABEL

ULANGAN HARIAN JARINGAN NIRKABEL ULANGAN HARIAN JARINGAN NIRKABEL a. Pilihan Ganda 1. Protokol TCP/IP berhubungan dengan pengguna aplikasi yang berguna untuk terminal maya jarak jauh a. HTTP b. FTP c. SMTP d. TELNET e. UDP 2. Proses pencampuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi pengerjaan Tugas Akhir dan sitematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Dewasa

Lebih terperinci

SEKILAS WIRELESS LAN

SEKILAS WIRELESS LAN WIRELESS NETWORK SEKILAS WIRELESS LAN Sejarah kemunculan WLAN dimulai pada tahun 1997, sebuah lembaga independen bernama IEEE membuat spesifikasi/standar WLAN yang pertama diberi kode 802.11. Peralatan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi

BAB II DASAR TEORI. Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Protokol Komunikasi Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi komunikasi, perpindahan data, serta penulisan hubungan antara dua atau lebih perangkat komunikasi.

Lebih terperinci

WIRELESS NETWORK. Pertemuan VI. Pengertian Wireless Network. Klasifikasi Wireless Network

WIRELESS NETWORK. Pertemuan VI. Pengertian Wireless Network. Klasifikasi Wireless Network WIRELESS NETWORK Pertemuan VI Ada tiga range frekuensi umum dalam transmisi wireless, yaitu : a. Frekuensi microwave dengan range 2 40 Ghz, cocok untuk transmisi point-to-point. Microwave juga digunakan

Lebih terperinci

Dukungan yang diberikan

Dukungan yang diberikan PERKEMBANGAN KOMUNIKASI DATA NIRKABEL Pertengahan abad 20, teknologi nirkabel berkembang pesat, diimplementasikan dalam bentuk teknologi radio, televisi, telepon mobil, dll. Komunikasi lewat sistem satelit

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. menggunakan media gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless.

BAB II DASAR TEORI. menggunakan media gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless. BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Jaringan Komputer Kecepatan perkembangan teknologi menjadikan proses transformasi informasi sebagai kebutuhan utama manusia yang akan semakin mudah didapatkan dengan cakupan

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem yang dibuat, maka pada bab ini dilakukan pengujian sistem. Kemudian akan dilakukan analisis berdasarkan hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Bab ini akan menjelaskan mengenai perancangan serta realisasi perangkat keras maupun perangkat lunak pada perancangan skripsi ini. Perancangan secara keseluruhan terbagi menjadi

Lebih terperinci

BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN)

BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN) BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN) 2.1 Umum Dewasa ini kebutuhan untuk mengakses layanan telekomunikasi melalui media nirkabel (wireless) menunjukkan peningkatan yang signifikan, sehingga teknologi

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kendali MP3 Player di Komputer Menggunakan Mobile Phone melalui Transmisi Bluetooth

Perancangan Sistem Kendali MP3 Player di Komputer Menggunakan Mobile Phone melalui Transmisi Bluetooth Perancangan Sistem Kendali MP3 Player di Komputer Menggunakan Mobile Phone melalui Transmisi Bluetooth Widodo Colombia 1, Tri Daryanto 2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

Dasar Jaringan Komputer

Dasar Jaringan Komputer Pertemuan 1 Dasar Jaringan Komputer A. Sistem Komunikasi Sistem komunikasi membutuhkan medium sebagai pembawa sinyal (carrier). Sistem transmisi sinyal bisa berupa kabel, gelombang elektromagnetik (RF)

Lebih terperinci

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH Sensor adalah merupakan salah satu komponen penting sebagai pengindera dari sistem. Bagian ini akan mengubah hal-hal yang dideteksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Keterangan : Nodal Sensor Router Nodal Koordinator/Gateway Gambar 3.1. Konsep jaringan ZigBee Gambar 3.1. memperlihatkan konsep jaringan ZigBee yang terdiri

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

VOLT. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/volt Vol 1, No. 2, Oktober 2016,

VOLT. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/volt Vol 1, No. 2, Oktober 2016, P-ISSN: 2528-5688 E-ISSN: 2528-5696 VOLT Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/volt Vol 1, No. 2, Oktober 2016, 103-107 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK PADA

Lebih terperinci

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar A. Torsi 1. Pengertian Torsi Torsi atau momen gaya, hasil perkalian antara gaya dengan lengan gaya. r F Keterangan: = torsi (Nm) r = lengan gaya (m) F = gaya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kecepatan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kecepatan BAB II DASAR TEORI Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan pada Bab I, tujuan skripsi ini adalah merancang sistem forensik digital pada kendaraan bermotor khususnya disini sepeda motor.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 3.1 Perencanaan Dalam Robot Pengirim terdapat sistem elektronis dan sistem mekanis di dalamnnya, dalam hal ini sistem mekanis di kendalikan oleh sistem elektronis seperti

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER

BAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER BAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER 2.1 Gambaran Umum Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan pada Bab I, tujuan skripsi ini adalah merancang suatu penentu axis Z Zero Setter menggunakan

Lebih terperinci

Pengantar Teknologi Informasi Jaringan (Layer Fisik)

Pengantar Teknologi Informasi Jaringan (Layer Fisik) Pengantar Teknologi Informasi Jaringan (Layer Fisik) Sebelumnya Standard Protocol Layer OSI LAYER Application (7) Presentation (6) TCP/IP 5. Application Session (5) Transport (4) Network (3) Data link

Lebih terperinci

DQI-03 DELTA ADC. Dilengkapi LCD untuk menampilkan hasil konversi ADC. Dilengkapi Zero offset kalibrasi dan gain kalibrasi

DQI-03 DELTA ADC. Dilengkapi LCD untuk menampilkan hasil konversi ADC. Dilengkapi Zero offset kalibrasi dan gain kalibrasi DQI-03 DELTA ADC Spesifikasi : Resolusi 10 bit 12 Ch ADC USB/RS232 Interface Dilengkapi LCD untuk menampilkan hasil konversi ADC Dilengkapi Zero offset kalibrasi dan gain kalibrasi Delta subsystem protokol

Lebih terperinci

Faktor terpenting dalam jaringan komputer adalah transfer data antar dua komputer di tempat yang berbeda.

Faktor terpenting dalam jaringan komputer adalah transfer data antar dua komputer di tempat yang berbeda. Faktor terpenting dalam jaringan komputer adalah transfer data antar dua komputer di tempat yang berbeda. Transaksi sering terjadi pada suatu tempat yang berbeda dengan tempat pengolahan datanya Efisiensi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan diuraikan mengenai perancangan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada skripsi. Dalam skripsi ini akan dirancangang sebuah mouse yang terhubung

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERLATAN KANTOR MENGGUNAKAN PONSEL BLUETOOTH

PENGENDALIAN PERLATAN KANTOR MENGGUNAKAN PONSEL BLUETOOTH PENGENDALIAN PERLATAN KANTOR MENGGUNAKAN PONSEL BLUETOOTH TUGAS AKHIR OLEH : MOCHAMAD. ARIEF 01.50.0041 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Pada bab ini menjelaskan perangkat keras yang digunakan dalam membuat tugas akhir ini. Perangkat keras yang digunakan terdiri dari modul Arduino

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Pada bab ini akan membahas proses yang akan dilakukan terhadap alat yang akan dibuat, mulai dari perancangan pada rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan.

Lebih terperinci

JARINGAN KOMPUTER JARINGAN KOMPUTER

JARINGAN KOMPUTER JARINGAN KOMPUTER JARINGAN KOMPUTER JARINGAN KOMPUTER Topologi jaringan adalah : hal yang menjelaskan hubungan geometris antara unsur-unsur dasar penyusun jaringan, yaitu node, link, dan station. Jenis Topologi jaringan

Lebih terperinci

HEADSET BLUETOOTH SIFA FITRIA. Abstrak. Pendahuluan. /

HEADSET BLUETOOTH SIFA FITRIA. Abstrak. Pendahuluan. / SIFA FITRIA HEADSET BLUETOOTH Sifa@raharja.info / Smenaraonna@yahoo.com Abstrak Ketika anda menggunakan komputer, sistem hiburan atau telepon maka sebagian sistem dari peralatan itu berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

KONSEP CELLULAR DENNY CHARTER, ST. Websites :

KONSEP CELLULAR DENNY CHARTER, ST. Websites : KONSEP CELLULAR DENNY CHARTER, ST Websites : www.dennycharter.wordpress.com E-mail : dennycharter@gmail.com Future Wireless Personal Communication Sistem layanan komunikasi dari siapa, kapan saja, dimana

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan konsep dasar sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler menggunakan modul Xbee Pro. Konsep dasar sistem ini terdiri dari gambaran

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

fm_iqbal

fm_iqbal Cara Kerja Bluetooth fm_iqbal faiqmuhammadiqbal@gmail.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit),

Lebih terperinci

Studi Level Daya Pada Perangkat Zigbee Untuk Kelayakan Aplikasi Realtime Monitoring

Studi Level Daya Pada Perangkat Zigbee Untuk Kelayakan Aplikasi Realtime Monitoring Studi Level Daya Pada Perangkat Zigbee Untuk Kelayakan Aplikasi Realtime Monitoring Sugondo Hadiyoso 1), Achmad Rizal 2), Suci Aulia 3), M. Sofie 4) 1,3 Fakultas Ilmu Terapan, Universitas Telkom email:

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Blok sistem secara keseluruhan. Sensor tegangan dan sensor arus RTC. Antena Antena. Sensor suhu.

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Blok sistem secara keseluruhan. Sensor tegangan dan sensor arus RTC. Antena Antena. Sensor suhu. BAB III PERANCANGAN Pada bab tiga akan diuraikan mengenai perancangan sistem dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada Data Logger Parameter Panel Surya. Dimulai dari uraian cara kerja

Lebih terperinci

Komunikasi dan Jaringan

Komunikasi dan Jaringan Komunikasi dan Jaringan Kartika Firdausy - UAD Komunikasi Proses transfer data / instruksi / informasi antara dua atau lebih komputer atau perangkat lain Komunikasi komputer (computer communications) 1

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Atmel (www.atmel.com).

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Atmel (www.atmel.com). BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Proses pengendalian mobile robot dan pengenalan image dilakukan oleh microcontroller keluarga AVR, yakni ATMEGA128

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat BAB III PERANCANGAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai perancangan dan realisasi sistem indikator peringatan berbelok dan perlambatan pada helm sepeda dengan menggunakan android smartphone sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Proses pengendalian mobile robot dan pengenalan image dilakukan oleh microcontroller keluarga AVR, yakni ATMEGA

Lebih terperinci

PRAKTIKUM JARINGAN NIRKABEL MODUL 1 GPRS

PRAKTIKUM JARINGAN NIRKABEL MODUL 1 GPRS PRAKTIKUM JARINGAN NIRKABEL MODUL 1 GPRS LABORATORIUM JARINGAN KOMPUTER TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2008-2009 Modul 1 Transmisi Data pada Jaringan Seluler dengan

Lebih terperinci

PONSEL SEBAGAI MOBILE PRESENTATION BERBASIS BLUETOOTH

PONSEL SEBAGAI MOBILE PRESENTATION BERBASIS BLUETOOTH PONSEL SEBAGAI MOBILE PRESENTATION BERBASIS BLUETOOTH TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh BODI SANTOSO NIM : 23205307 Program

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

INTERFERENSI BLUETOOTH TERHADAP THROUGHPUT WLAN IEEE B

INTERFERENSI BLUETOOTH TERHADAP THROUGHPUT WLAN IEEE B INTERFERENSI BLUETOOTH TERHADAP THROUGHPUT WLAN IEEE 802.11B Alicia Sinsuw Dosen PSTI Teknik Elektro Unsrat I. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi jaringan data saat ini semakin pesat. Adanya teknologi

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGUKUR MAGNITUDO DAN ARAH GEMPA MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER ADXL330 MELALUI TELEMETRI

PERANCANGAN PENGUKUR MAGNITUDO DAN ARAH GEMPA MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER ADXL330 MELALUI TELEMETRI Jurnal Sistem Komputer Unikom Komputika Volume 1, No.2-2012 PERANCANGAN PENGUKUR MAGNITUDO DAN ARAH GEMPA MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER ADXL330 MELALUI TELEMETRI Hidayat 1, Usep Mohamad Ishaq 2, Andi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer).

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer). BAB II DASAR TEORI Bab ini menjelaskan konsep dan teori dasar yang mendukung perancangan dan realisasi sistem. Penjelasan ini meliputi mikrokontroler AVR, perangkat sensor, radio frequency, RTC (Real Time

Lebih terperinci

Merupakan gabungan dua teknik yang berbeda yaitu Perpaduan Teknik Komunikasi dan Pengolahan Data

Merupakan gabungan dua teknik yang berbeda yaitu Perpaduan Teknik Komunikasi dan Pengolahan Data KOMUNIKASI DATA Merupakan gabungan dua teknik yang berbeda yaitu Perpaduan Teknik Komunikasi dan Pengolahan Data Pengertian Komunikasi Data: Penggabungan antara dunia komunikasi dan komputer, - Komunikasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perangkat keras dan perangkat lunak sitem yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir. Berikut adalah diagram block alat yang digunakan dalam

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO Ryandika Afdila (1), Arman Sani (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

ELKAHFI 200 TELEMETRY SYSTEM

ELKAHFI 200 TELEMETRY SYSTEM ELKAHFI 200 TELEMETRY SYSTEM User Manual Edisi September 2006 ELKAHFI Design & Embedded System Solution Daftar Isi Pengenalan Elkahfi Telemetry System Pendahuluan 1 Kelengkapan Telemetry System 2 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Pustaka 1. Perancangan Telemetri Suhu dengan Modulasi Digital FSK-FM (Sukiswo,2005) Penelitian ini menjelaskan perancangan telemetri suhu dengan modulasi FSK-FM. Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau 7 BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau komponen yang digunakan, antara lain teori tentang: 1. Sistem Monitoring Ruangan 2. Modulasi Digital

Lebih terperinci

Mengukur Kebenaran Konsep Momen Inersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring

Mengukur Kebenaran Konsep Momen Inersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring POSDNG SKF 16 Mengukur Kebenaran Konsep Momen nersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring aja Muda 1,a), Triati Dewi Kencana Wungu,b) Lilik Hendrajaya 3,c) 1 Magister Pengajaran Fisika Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisis pada alat Pengendali Ketinggian Meja Otomatis Dengan Kontrol Smartphone Android Menggunakan Media Koneksi Bluetooth.

Lebih terperinci

Lapisan OSI Dan Mcam-Macam Layer

Lapisan OSI Dan Mcam-Macam Layer Lapisan OSI Dan Mcam-Macam Layer Model referensi jaringan terbuka OSI atau OSI Reference Model for open networking adalah sebuah model arsitektural jaringan yang dikembangkan oleh badan International Organization

Lebih terperinci

Pertemuan 2, Komunikasi Data, DGS REVIEW DATA INFORMASI KOMUNIKASI KOMUNIKASI DATA

Pertemuan 2, Komunikasi Data, DGS REVIEW DATA INFORMASI KOMUNIKASI KOMUNIKASI DATA REVIEW DATA INFORMASI KOMUNIKASI KOMUNIKASI DATA MODEL KOMUNIKASI Sumber (Pemancar/Pengirim) Yaitu pengirim atau pemancar informasi data.. Komunikasi data dapat juga berlangsung dua arah sehingga pemancar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Monitoring dan Deteksi Lokasi Kebocoran Monitoring merupakan sebuah proses pengumpulan informasi dari penerapan suatu program termasuk mengecek apakah suatu program telah berjalan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem ditujukan untuk melakukan pengukuran jumlah langkah dengan, jarak langkah dan konsumsi energi pada aktivitas berjalan dengan menggunakan akselerometer MMA7260Q

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN 4.1. Pengujian Alat Sebelum menjalankan atau melakukan pengoprasian robot yang telah dibuat, maka penulis akan melakukan pengujian pada robot yang telah dibuat untuk mengetahui

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor MLX 90614[5]

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor MLX 90614[5] BAB II DASAR TEORI Dalam bab ini dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan skripsi yang dibuat. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah sensor

Lebih terperinci

Hasil Uji Kalibrasi Sensor Accelerometer ADXL335

Hasil Uji Kalibrasi Sensor Accelerometer ADXL335 Hasil Uji Kalibrasi Sensor Accelerometer ADXL335 Iwan SETIAWAN #1, Budi SETIYONO #2, Tri Bagus SUSILO #3 # Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang,

Lebih terperinci

STANDARISASI FREKUENSI

STANDARISASI FREKUENSI STANDARISASI FREKUENSI WLAN-WIFI Muhammad Riza Hilmi, ST. saya@rizahilmi.com http://learn.rizahilmi.com Alasan Mengapa Perlu Standarisasi Teknologi yang dibuat secara masal. Pembuat hardware yang berbeda

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sistem Pendeteksi Benturan. Sistem pendeteksi benturan saat ini khususnya dibutuhkan didalam

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sistem Pendeteksi Benturan. Sistem pendeteksi benturan saat ini khususnya dibutuhkan didalam BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendeteksi Benturan Sistem pendeteksi benturan saat ini khususnya dibutuhkan didalam pengiriman barang-barang yang membutuhkan pengawasan khusus agar pengaturan awal dari

Lebih terperinci

SISTEM MONITORING SUHUINKUBATOR DAN BERAT BADAN PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI DALAM INKUBATOR BERBASIS PERSONAL COMPUTER(PC)

SISTEM MONITORING SUHUINKUBATOR DAN BERAT BADAN PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI DALAM INKUBATOR BERBASIS PERSONAL COMPUTER(PC) SISTEM MONITORING SUHUINKUBATOR DAN BERAT BADAN PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI DALAM INKUBATOR BERBASIS PERSONAL COMPUTER(PC) Dida Permadani Septiningrum,Samsul Hidayatdan Heriyanto Jurusan Fisika

Lebih terperinci

Pengiriman Data Serial Tanpa Kabel Menggunakan Transceiver 2.4Ghz

Pengiriman Data Serial Tanpa Kabel Menggunakan Transceiver 2.4Ghz Pengiriman Data Serial Tanpa Kabel Menggunakan Transceiver 2.4Ghz Metode pengiriman data digital secara umum dibagi menjadi dua cara, yaitu secara pengiriman data secara pararel dan pengiriman data secara

Lebih terperinci

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 I Nyoman Benny Rismawan 1, Cok Gede Indra Partha 2, Yoga Divayana 3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY

BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY 3.1 Perancangan Alat Dalam merealisasikan sebuah sistem elektronik diperlukan tahapan perencanaan yang baik dan matang. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

APLIKASI ANTARMUKA KOMPUTER (2) By ATIT PERTIWI. BLUETOOTH Definisi

APLIKASI ANTARMUKA KOMPUTER (2) By ATIT PERTIWI. BLUETOOTH Definisi PERTEMUAN 13 APLIKASI ANTARMUKA KOMPUTER (2) By ATIT PERTIWI BLUETOOTH Definisi Spesifikasi menguraikan bagaimana teknologi bekerja (yaitu Bluetooth protokol arsitektur), Profil menguraikan bagaimana teknologi

Lebih terperinci