BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini merupakan kajian terhadap sumber-sumber literatur berupa buku,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini merupakan kajian terhadap sumber-sumber literatur berupa buku,"

Transkripsi

1 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan kajian terhadap sumber-sumber literatur berupa buku, jurnal dan artikel yang dipergunakan sebagai pegangan oleh penulis dalam penyusunan karya ilmiah dengan judul Koto Piliang dan Bodi Caniago: Dua Kekuasaan Dalam Pemerintahan Pada Abad ke 12 di Minangkabau. Kajian pustaka ini bertujuan untuk mempermudah penulis dalam mengkaji permasalahan yang didalamnya berisi tentang pendapat-pendapat dan analisis-analisis dari berbagai kepustakaan melalui sebuah proses penelaahan yang berkaitan dengan masalah utama penelitian yaitu mengenai Dua Kekuasaan Pemerintahan di Minangkabau. Apapun literatur yang penulis gunakan sebagai rujukan yang relevan yang penulisan karya ilmiah ini dikategorikan menjadi dua, yaitu sumber utama yang berupa buku-buku, dan sumber penujang yang berupa artikel atau jurnal dari internet serta surat kabar. Pembagian tersebut dimaksudkan untuk mempermudah proses pengkajian serta analisis terhadap sumber pustaka. Untuk mempermudah pembentukan kerangka berpikir penulis dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis akan mengklasifikasikan literatur-literatur yang digunakan sesuai dengan kajian yang dijadikan acuan oleh penulis. Adapun kajian pada tinjauan pustaka ini akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pertama kajian mengenai Sejarah Minangkabau, kedua, kajian mengenai Adat Minangkabau, dan ketiga kajian mengenai Sistem kekuasaan.

2 Sejarah Minangkabau Sebelum membahas mengenai kebudayaan dan adat istiadat Minangkabau, maka akan dibahas terlebih dahulu mengenai sejarah Minangkabau secara umum. Sejarah Minangkabau merupakan bagian penting dalam penulisan skripsi ini karena hal ini merupakan salah satu inti dari penyebab munculnya dua kekuasaan dalam pemerintahan di Minangkabau. Buku pertama yang menjadi referensi penulis dalam penulis skripsi ini adalah Menelusuri Sejarah Minangkabau yang disusun oleh Kamardi Idris (2000). Buku ini merupakan kumpulan dari catatan-catatan sejarah yang disusun oleh para ninik mamak dan penghulu di Minangkabau. Buku tersebut terdapat penjelasa mengenai sejarah Minangkabau dan Kerajaan Pagaruyung. Sejarah Minangkabau dalam buku tersebut memaparkan asal usul Minangkabau. Seorang ninik mamak yang bernama Asmaniar Idris dalam buku tersebut memaparkan mengenai asal usul kata Minangkabau. Menurut legenda, Minangkabau berarti tanduk kerbau yang diberi minang, yaitu sejenis timah yang runcing yang diletakkan di ujung tanduk kerbau. Menurut Buya Hamka dalam buku tersebut, kata Minangkabau berasal dari kata mainang kabau, yakni mengembala kerbau. Orang minangkabau memang suka memelihara kerbau, bahkan kekayaan seseorang sering dilihat dari kerbau peliharaan mereka. Sedangkan menurut Prof. Purbacaraka, Minangkabau berasal dari minangawamwan. Wamwan sama dengan tamwan dalam bahasa Jawa Kuno atau tamwan dalam bahasa Jawa Kuno Muda.

3 13 Maksudnya adalah pertemuan dua buah sungai yang berukuran sama yaitu sungai Kampar Kiri dan Kampar Kanan (Idris,Kamardi, 2000: 53). Selain membahas mengenai asal mula nama Minangkabau, buku Menelusuri Sejarah Minangkabau juga membahas mengenai sejarah asal mula wilayah dan nenek moyang orang Minangkabau. Buku tersebut terdapat penjelasan mengenai Kerajaan Pagaruyung. Kerajaan Pagaruyung ini ditulis oleh Asmaniar Idris. Asmaniar Idris mencoba mengenalkan asal-usul Minangkabau. Berhubungan dengan Minangkabau, ada beberapa pendapat, baik dari legenda maupun teori-teori yang dapat ditarik kesimpulannya. Menurut legenda misalnya, Minangkabau berarti tanduk kerbau yang diberi minang yaitu sejenis timah yang runcing yang diletakkan di ujung tanduk kerbau. Asmaniar Idris dalam tulisannya banyak mengutip dari tambo. Perumus adat Koto Piliang dan Bodi Caniago di Minangkabau adalah menurut Tambo. Sedangkan sumeber-sumber tertulis zaman mula sejarah Minangkabau sedikit sekali. Mengenai perumus adat Bodi Caniago dan Koto Piliang pun banyak perbedaan pendapat. Menurut Tambo, Datuk Perpatih Nan Sabatang dan Datuk Ketumanggungan adalah dua saudara dan seibu dari dua orang ayah. Beliau adalah cucu dari Datuak Sri Maharajo Dirajo. Sesuatu yang menarik yang penulis temukan adalah adanya tulisan yang ditulis sendiri oleh Datuk Perpatih Nan Sabatang yang telah dialih bahasa menjadi paparan yang mudah dimengerti, karena sebelumnya merupakan sebuah catatan yang memakai bahasa Melayu. Datuak Perpatih Nan Sabatang memberikan sebuah catatan penting

4 14 mengenai daerah pemerintahan Minangkabau. Minangkabau yang terbagi menjadi dua keselarasan yakni Koto Piliang dan Bodi Caniago memiliki wilayah-wilayah tersendiri di Minangkabau. Keselarasan Koto Piliang di bawah pemerintahan Datuak Ketumanggungan berkedudukan di Bungo Satangkai, Sungai Tarab. Koto Piliang mempunyai Langgam Nan Tujuah yang terdiri dari : 1. Sungai Tarab Salapan Batu 2. Simawang dan Bukik Kandunag 3. Sungan jambu dengan Lubuak Ata 4. Batipuah Nagari Gadang 5. Singkarak dan Saniang Baka 6. Tanjuang Balik dan Sulik Aie 7. Silungkang dan Padang Si Busuak Keselarasan Bodi Caniago di bawah pemerintahan Datuak Perpatiah Nan Sabatang berkedudukan di Dusun Tuo. Bodi Caniago memiliki Luhak Nan Tigo dan Tanjuang Nan Tigo. Luhak Nan Tigo terdiri atas: Lubuak Sikarah di Solok, Lubuak Simawi di Sawahlunto Sijunjung, dan Lubuak Sipunai di Sawahlunto Sijunjung. Tanjuang Nan Tigo terdiri atas : Tanjuang Alam, Tanjuang Sungayang, dan tanjuang Barulak yang ketiganya terdapat di Batu Sangkar, Tanah Datar. Buku tersebut memiliki kekurangan yakni tidak ada bab atau tulisan yang memaparkan mengenai sebab-sebab terbentuknya dua kekuasaan di Minangkabau sehingga penulis membutuhkan sumber yang lebih relevan dengan tema yang penulis

5 15 bahas. Kelebihan dari buku tersebut penulis dapat mengetahui bahwa Datuk Perpatih Nan Sabatang juga memberikan sebuah pengetahuan mengenai batas-batah awal dari wilayah Minangkabau. Penulis juga dapat mengetahui sejarah singkat mengenai asalusul dari nama Minangkabau. Buku kedua yang membahas mengenai sejarah Minangkabau secara umum juga terdapat di dalam buku yang berjudul Sejarah dan Budaya Daerah Sumatera Barat yang disusun oleh tim dari Museum Adityawarman Sumatera Barat (1998). Dalam buku tersebut menyebutkan bahwa sejarah Minangkabau pada masa-masa awal masih kurang jelas, karena masih kurangnya bukti yang otentik. Peninggalan tertua ditemukan adalah berupa tembikar di Gua Kamang dan Surian. Peninggalan zaman mesolitikum berupa kapak batu yang telah diasah di Pagaruyung. Masyarakat Minangkabau termasuk bangsa Melatu yang bermigrasi dari Indo Cina ke Nusantara. Bangsa Minangkabau tergolong kedalam keturunan Deutro Melayu. Pada awalnya masyarakat Minangkabau melakukan kebiasaan mereka sebagai suku bangsa yang hidup bercocok tanam dan kemudian berkembang menjadi adat istiadat Minangkabau. Menurut adat, wanita adalah kekayaan yang disebut umpang puruak. Mulanya kepercayaan yang diberikan kepada wanita yang tinggal di rumah dan memelihara kekayaan itu. Kemudian hal itu dilanjutkan dengan prinsip matrilineal. Kemasyarakatan di Minangkabau berdasarkan dua aturan yang disebut keselarasan yakni Koto Piliang yang di bentuk oleh Datuk Ketumanggungan dan Bodi Caniago yang dibentuk oleh Datuk Parpatih Nan Sabatang.

6 16 Buku yang terdiri dari dua bab itu memaparkan secara umum aspek-aspek yang berkaitan dengan Sumatera Barat terutama sejarah dan budayanya. Pada Bab I buku tersebut menjelaskan mengenai sejarah dan budaya Sumatera Barat. Sumatera Barat terbagi atas tiga daerah yakni, daerah darek merupakan dataran tinggi dan pegunungan sekitar Merapi dan Singgalang, kemudian daerah pesisir sepanjang ± 358 km di pantai barat, dan gugusan Kepulauan Mentawai. Bab I ini juga menjelaskan gambaran umum dari penduduk awal di Minangkabau beserta sistem kemasyarakatannya yang matrilineal. Bab II dari buku tersebut memaparkan mengenai lembaga-lembaga pemerintahan di Minangkabau. Penulis menemukan sesuatu yang menarik dan berbeda dari sumber-sumber yang lain yang penulis temukan mengenai susunan pemerintahan di Minangkabau pada masa lalu. Buku tersebut menjelaskan bahwa: Kepala pemerintahan (Perdana Mentri) adalah Dewa Tuan Prapatih (Mapatih menurut prasasti Padang Candi) yang disamakan dengan Datuk Perpatih Nan Sabatang yaitu tokoh dari Bodi Caniago. Pembesar keamanan dalam negeri atau Kepala Polisi dan Yustisi dipegang oleh Tumenggung (Prasasti Saruaso) dapat pula disamakan dengan tokoh Datuk Ketumanggungan, penegak adat Koto Piliang (1998: 15). Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat sebuah sistem yang menyerupai sistem pemerintahan di Majapahit. Pernyataan di atas berbeda dengan sumber-sumber lain yang penulis temukan bahwa Adityawarman memang seorang raja di Kerajaan Pagaruyung namun bukan pemimpin di Minangkabau. Kemudian Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sabatang tidak menjabat sebagai kepala pemerintahan ataupun Kepala Polisi dan Yustisi. Keduanya merupakan pemimpin di Minangkabau.

7 17 Kelebihan dari buku Sejarah dan Budaya Sumatera Barat tersebut secara umum dapat memberikan gambaran secara umum mengenai Minangkabau dan Sumatera Barat. Penulis berpendapat bahwa buku yang disusun oleh tim dari Museum Adityawarman tersebut cukup informatif, karena terdapat pengetahuan mengenai perjalanan dan perkembangan Sumatera Barat dari awal terbentuknya, masuknya Hindu-Budha, masuknya Islam serta penjajahan pada masa kolonial Belanda dan penjajahan Jepang. Kelemahan yang terdapat dalam buku ini yang berkaitan dengan skripsi yang penulis bahas yaitu pembahasan mengenai silsilah para pemimpin di Minangkabau, latar belakang terbentuknya dua kekuasaan di Minangkabau tidak dibahas secara terperinci. Namun terdapat keterhubungan antara buku tersebut dengan kajian penulis dalam membahas terbentuknya dua kekuasaan di Minangkabau. Buku selanjutnya yang penulis jadikan referensi dalam penulisan skripsi ini yang membahas mengenai sejarah Minangkabau adalah buku Sejarah Kebudayaan Minangkabau yang ditulis oleh Yunizar Cobra (1989). Masyarakat Minangkabau mempercayai bahwa mereka berasal dari keturunan Iskandar Zulkarnain (Iskandar The Great) yang kapalnya terdampar disebuah pulau di daerah Sumatera sekarang. Dalam buku tersebut menyebutkan bahwa Iskandar Zulkarnain raja Macedonia mempunyai tiga orang anak. Anak tertua bernama Maharaja Alif yang tinggal di Banua Ruhum atau Romawi. Anak kedua bernama Maharaja Dipang yang berangkat menuju Banua Cino (daratan Cina) dan anak ketiga bernama Maharaja Dirajo berangkat ke Pulau Ameh atau dikenal dengan Sumatera (Yunizar Cobra, 1989: 41).

8 18 Yunizar Cobra (1989: 44) mengungkapkan saat Marahajo Dirajo melakukan perjalanan laut dia melihat Gunung Merapi dan kemudian berlabuh karena kebetulan kapal miliknya mengalami kerusakan. Maharo Dirajo memutuskan untuk tinggal di lereng Gunung Merapi yang dilihatnya saat di lautan. Daerah pertama yang didirikannya adalah bernama Pariangan dan setelah itu Padangpanjang. Buku ini memberikan banyak informasi mengenai sejarah Minangkabau yang membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. Wilayah awal Minangkabau yang bernama Pariangan tersebut merupakan awal dari terbentuknya adat istidat yang masih diterapkan hingga saat ini. Wilayah ini berkembang lebih luas termasuk adat istiadatnya. Silsilah suku di Minangkabau juga menjadi pembahasan dari buku tersebut. Selain itu juga terdapat penjelasan mengenai perbedaan antara Bodi Caniago dan Koto Piliang dilihat dalam memutuskan sebuah perkara, mengambil keputusan, penggantian gelar pusaka penghulu, kedudukan penghulu, dan bentuk balai adat. Kelebihan dari buku tersebut terdapat peta wilayah Minangkabau yang penulis butuhkan dalam membahas skripsi. Serta terdapat beberapa bagan silsilah sehingga membantu penulis dalam memahami pembagian suku-suku yang terdapat di Minangkabau. Kekurangan dari buku itu, Yunizar Cobra tidak membahas mengenai asal-usul dari kata Minangkabau, kemudian juga tidak terdapat pembahasan mengenai sejarah Minangkabau saat masuknya Hindu-Budha dan masuknya Islam yang sebenarnya juga mempengaruhi dalam perkembangan sejarah Minangkabau.

9 Adat Minangkabau Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki adat istiadat tersendiri dan memiliki keunikan dari masing-masingnya. Adat istiadat tersebut telah tumbuh seiring perkembangan suku bangsa itu sendiri. Minangkabau memiliki adat istidat yang berkembang dari zaman nenek moyang hingga masa sekarang. Buku pertama yang menjadi panduan penulis dalam membahas dan mendalami adat Minangkabau adalah buku Adat Nan Ampek, Pelajaran Dasar Adat Minangkabau yang ditulis oleh A. Moeis Pandito Kayo (1993). Pertumbuhan peraturan atau adat itu di Minangkabau pada prinsipnya tidak berbeda dengan perkembangan adat atau norma-norma yang ada pada suku bangsa lain di Indonesia. Masyarakat Minangkabau sudah sejak mala mengenal dan mempraktekkan norma-norma kesopanan, kesusilaan, ketuhanan, dan norma hukum (Moeis, A, 1993: 2). Dalam pemerintahan di Minangkabau, nagari-nagari merupakan daerah otonom yang berhak mengatur daerah sendiri. Karena itu adat berkembang lebih luas lagi. Kalau semula hanya merupakan norma-norma yang mengatur kelompok dengan anggotanya dan mengatur sesama anggota kelompok, maka sekarang adat meningkat lagi peranannya untuk mengatur hubungan antara pusat kerajaan dengan nagarinagarinya. Kemudian menurut A. Moeis Pandito Kayo,sejak masuknya Islam kedalam adat Minangkabau, maka adat Minangkabau di bagi menjadi empat tingkatan. Pertama, adat yang berasal dari hukum Islam yang berdasarkan Alquran dan hadist Nabi Muhammad SAW disebut adat nan sabana adat.

10 20 Kedua, adat yang berasal dari ajaran Datuk Katumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sabatang yang disebut adat nan diadatkan. Ketiga, adat yang berasal dari hasil mufakat kerapatan Nagari, dan hasil pendapat dari cendikiawan yang menjadi adat tiap nagari disebut adat nan taradat. Dan yang keempat adalah pelaksanaan dari adat nan diadatkan, adat nan sabana adat dan adat dan taradat disebut adat istiadat. Buku tersebut secara lengkap memaparkan mengenai pembagian adat yang berlaku di Minangkabau. Dalam buku tersebut, adat nan sabana adat merupakan adat paling tinggi kedudukannya. Pada awalnya mengambil dari sifat alam karena bersifat mutlak. Ketentuan-ketentuan itu berlaku sepanjang masa tanpa terikat oleh waktu. Kemudian setelah agama Islam masuk ke Minangkabau, Islam menjadi sendi atau dasar adat Minangkabau. Materi hukum Islam masuk ke dalam adat Minangkabau secara realisasi. Dalam buku Adat Nan Ampek, Pelajaran Dasar Adat Minangkabau (Moeis, A. Pandito Kayo, 1993: 4) adat Minangkabau di bagi menjadi empat tingkatan. Pertama, adat yang berasal dari hukum Islam yang berdasarkan Alquran dan hadist Nabi Muhammad SAW disebut adat nan sabana adat. Kedua, adat yang berasal dari ajaran Datuk Katumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sabatang yang disebut adat nan diadatkan. Ketiga, adat yang berasal dari hasil mufakat kerapatan Nagari, dan hasil pendapat dari cendikiawan yang menjadi adat tiap nagari disebut adat nan taradat. Dan yang keempat adalah

11 21 pelaksanaan dari adat nan diadatkan, adat nan sabana adat dan adat dan taradat disebut adat istiadat. Buku tersebut secara lengkap memaparkan mengenai pembagian adat yang berlaku di Minangkabau. Dalam buku tersebut, adat nan sabana adat merupakan adat paling tinggi kedudukannya. Pada awalnya mengambil dari sifat alam karena bersifat mutlak. Ketentuan-ketentuan itu berlaku sepanjang masa tanpa terikat oleh waktu. Kemudian setelah agama Islam masuk ke Minangkabau, Islam menjadi sendi atau dasar adat Minangkabau. Materi hukum Islam masuk ke dalam adat Minangkabau secara realisasi. Kelebihan dari buku Adat Nan Ampek tersebut adalah, penulis menemukan peraturan-peraturan yang telah diatur sedemikan rupa dari awal sejarah Minangkabau hingga mengalami perkembangan yang mengikuti perubahan jaman. Buku itu dilengkapi dengann undang-undang adat yang mengatur kehidupan masyarakat Minangkabau. Buku tersebut memberikan informasi yang menarik dan membantu penulis dalam memahami adat di Minangkabau. Buku selanjutnya yang membantu penulis dalam membahas adat Minangkabau adalah buku yang berjudul Pokok-Pokok Pengetahuan Adat Alam Minangkabau yang ditulis oleh Idrus Hakimy (2004). Buku tersebut menjelaskan adat Minangkabau adalah aturan hidup bermasyarakat di Minangkabau yang diciptakan oleh leluhurnya yaitu Datuak Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sabatang. Idrus H mengklasifikasikan adat nan ampek menjadi suatu kesatuan yang terdiri atas adat nan babuhua mati(adat yang disimpul mati), dan adat nan babuhua senta (adat yang

12 22 disimpul longgar). Adat nan babuhua mati adalah aturan-aturan adat yang tidak dapat diubah-ubah walau dengan mufakat sekalipun. Sedangkan adat nan babuhua senta adalah aturan-atuara yang dibuat dengan kata mufakat oleh pemuka-pemuka adat di Minangkabau di setiap nagari. Sifatnya boleh diubah asal dengan melalui kesepakatan. Adat mengatur tentang pentingnya mewujudkan pesatuan yang merupakan kekuatan moral dalam hidup membangun. Aturan tentang persatuan ini dimulai sejak dari lingkungan yang kecil sampai lingkungan terkecil sampai pada lingkungan yang lebih tinggi dan luas, seperti hubungan keluarga dan keluarga (serumah), hubungan kampung dengan kampung (sekutu), hubungan nagari dengan nagari, daerah dan daerah. Dalam buku tersebut Idris Hakimy juga menjelaskan mengenai adat Minangkabau sebelum masuknya Islam di Minangkabau. Sebelum agama Islam ke Minangkabau, aturan adat Minangkabau telah mengatur tentang pentingnya kemanusiaan yang berbudi luhur, hormat mengormati dan telah mengatur tetang prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan yang merupakan modal utama prinsip demokrasi yang disebut musyawarah dan mufakat. Selanjutnya Idris Hakimy menyatakan bahwa : Setelah agama Islam dianut oleh masyarakat Minangkabau, antara satu dengan yang lain, yakni antara ajaran adat dan agama Islam tidak pernah bertentangan, tetapi ada perbedaan. Agama Islam sebagai agama yang bersumber dari ajaran Al-Quran dan sunnah Rasulullah Muhammad SAW, sedangkan adat Minangkabau bersumber dari ajaran-ajaran mengambil iktibar kepada ketentuan-ketentuan alam yakni alam takambang jadi guru (2004: 16).

13 23 Kelebihan dari buku tersebut, buku itu memuat pokok-pokok pengetauan adat Minangkabau. Penulis dapat informasi tambahan mengenai tatanan adat yang berlaku dalam masyarakat Minangkabau. Namun kekurangan buku tersebut tidak menyertakan detail hukum-hukum adat dalam menghadapi suatu kasus. Buku tersebut kurang membahas mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada adat itu sendiri. Namun buku tersebut masih memiliki keterkaitan dalam pembahasan skripsi penulis. Literatur lain yang membantu penulis dalam memahami adat di Minangkabau adalah sebuah website resmi Sumatera Barat yang membahas mengenai susunan adat Minangkabau. Dalam website resmi daerah Sumatera Barat tersebut menyatakan bahwa: Bagi orang Minangkabau, adat itu merupakan kebudayaan secara keseluruhannya. Karena didalam fakta adat Minangkabau terdapat ketiga bagian kebudayaan, yaitu adat dalam pengertian dalam bentuk kato, cupak, adat nan ampek dan lain-lain. Adat dalam pengertian tata kelakuan berupa cara pelaksanaannya sedangkan adat dalam pengertian fisik merupakan hasil pelaksanaannya. Malahan bila dibandingkan dengan pengertian culture yang berasal dari kata colere maka dapat dikatakan bahwa orang Minangkabau bukan bertitik tolak dari mengolah tanah melainkan lebih luas lagi yang diolah yaitu alam, seperti yang dikatakan : alam takambang jadi guru (alam terkembang jadikan guru). ( ) Bertitik tolak dari nilai-nilai dasar masyarakat Minangkabau yang dinyatakan dalam kutipan diatas bahwa alam takambang jadi guru maka dalam adat Minangkabau dapat disebut dengan Adat nan Ampek seperti yang tepah dipaparkan sebelumnya. Kemudian dengan masuknya agama Islam, adat Minangkabau seolah dilengkapi dan menjadi kokoh. Inilah yang menyebabkan munculnya sebuah ungkapan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, syarak mangato, adat

14 24 mamaki (Terjemahan Indonesia: adat bersendi syarak. Syarak bersendi Kitabullah, syarak berkata, adat memakai). Artikel yang penulis jadikan literature dalam penulisan skripsi ini memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dari artikel tersebut yakni bahwa dalam atikel tersebut memaparkan masing-masing peraturan adat dalam bentuk link dan memudahkan penulis mengklasifikasikan artikel yang dibutuhkan. Selain itu, dalam artikel tersebut dilengkapi dengan undang-undang adat yang berlaku dalam masyarakat Minangkabau. Kekurangan dari artikel tersebut adalah artikel tersebut tidak mencantumkan sumber-sumber literature yang menjadi dasar artikel tersebut. Hanya mencantumkan Tambo Minangkabau saja. Kemudian artikel tersebut juga memakai bahasa Minang. 2.3 Sistem Kekuasaan Sebelum membahas mengenai sistem kekuasaan dalam Minangkabau, maka terlebih dahulu membahas mengenai konsep kekuasaan. Buku pertama yang menjadi literature penulis dalam memahami konsep kekuasaan adalah Dasar-Dasar Ilmu Politik yang di tulis oleh Prof. Miriam Budiarjo (2003). Dalam buku tersebut kekuasaan menurut Prof. Miriam Budiarjo merupakan kemampuan seseorang atau sekolompok manusia untuk mempengaruhi tingkah-laku seseorang atau sekelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu (2003: 35).

15 25 Kekuasaan sosial terdapat dalam semua hubungan social dan dalam semua organisasi sosial. Kekuasaan sosial menurut Ossip K. Flechtheinm adalah keseluruhan dari kemampuan, hubungan-hubungan dan proses-proses yang menghasilkan ketaatan dari pihak lain untuk tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh pemegang kekuasaan. (Budiarjo, Miriam, 2003: 35). Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan dalam arti bahwa ada satu pihak yang memerintah dan ada pihak yang diperintah. Robert M. MacIver mengemukakan bahwa kekuasaan dalam suatu masyarakat selalu berbentuk piramida (Budiarjo,Miriam, 2003: 36). Ini terjadi karena kenyataan bahwa kekuasaan yang satu membuktikan dirinya lebih unggul daripada yang lainnya. Jadi struktur piramida kekuasaan itu terbentur oleh kenyataan dalam sejarah masyarakat bahwa golongan yang berkuasa itu relatif selalu lebih kecil jumlahnya daripada golongan yang dikuasai. Buku Dasar-Dasar Ilmu Politik tersebut membantu penulis dalam memahami konsep dasar kekuasaan agar bisa memudahkan penulis dalam memaparkan sistem kekuasaan dalam pemerintahan di Minangkabau. Kelebihan buku Dasar-Dasar Ilmu Politik tersebut adalah dalam buku tersebut hanya membahas mengenai kekuasaan. Kekuasaan yang di bahas dalam buku tersebut merupakan konsep kekuasaan. Buku tersebut membantu penulis memahami konsep kekuasaan. Kekurangan dari buku tersebut, tidak membahas mengenai konsep kekuasaan di Minangkabau. Penulis tidak menemukan konsep kekuasaan dan pemerintahan di Minangkabau dalam buku tersebut. Buku selanjutnya yang membantu penulis dalam memahami konsep kekuasaan dalam pemerintahan di Minangkabau adalah buku Pemerintahan Nagari

16 26 Minangkabau dan Perkembangannya (Tinjauan Tentang Kerapatan Adat) yang ditulis oleh Iskandar Kemal (2008). Buku tersebut membahas mengenai susunan dan struktur pemerintahan di Minangkabau. Minangkabau, merupakan wilayah kebudayaan yang unik. Tidak saja terkait adat dan struktur organisasi pemerintahan nagari yang otonom dengan menekankan musyawarah dan mufakat, tetapi juga tentang nilai dan norma adat istiadatnya. Organisasi paruik sebagai unit terkecil dalam struktur masyarakat Minangkabau merupakan satu bentuk organisasi yang berpusat pada ibu (matrilineal) yang khas karena Indonesia sebagai unit kebudayaan nasional memiliki lebih banyak subkebudayaan etnis yang lebih berpusat sistem patrilineal. Buku yang merupakan disertasi ilmiah dari Iskandar Kemal tersebut menjelaskan bentuk sistem pemerintahan terkecil seperti paruik, kemudian pemerintahan klan atau suku, dan pemerintahan adat nagari. Dengan demikian, suatu paruik atau orang yang terikat dengan sistem matrilineal yang sama (saparuik) merupakan inti dari struktur masyarakat yang jika berkelompok dan berorganisasi akan membentuk struktur pemerintahan nagari. Pemerintahan paruik merupakan organisasi paruik yang mempunyai cara susuna pemerintahan sendiri menurut peraturan-peraturan yang ditentukan adat. Organisasi ini merupakan unsur organisasi masyarakat hukum adat terendah yang memiliki daerah atau teritori tertentu. Anggota paruik terdiri dari anggota-anggota atau anak-anak yang mendukung pemerintahan paruik.

17 27 Pemerintahan klan dilaksanakan oleh urang nan ampek jinih suku, dengan posisi sebagai lineage, sebagai suku anak suku-induk, suku komposit dan suku sederhana. Suku dengan beroragisasi klan inilah yang dimaksud dengan istilah suku yang sebenarnya. Pemerintahan adat nagari dilaksanakan oleh kelompok pemerintahan klan. Buku tersebut khusus membahas mengenai susunan pemerintahan Minangkabau mempunyai keterkaitan dengan skripsi penulis yang membahas sistem pemerintahan di Minangkabau. Iskandar Kemal memaparkan sistem terkecil dari pemerintahan di Minangkabau hingga sistem pemerintahan nagari dengan terstruktur. Buku selanjutnya yang menjadi tinjauan penulis dalam penulisan skripsi adalah Budaya Alam Minangkabau yang ditulis oleh Bustanul Arifin (1994). Dalam buku tersebut Bustanul Arifin memaparkan mengenai terbentuknya sebuah nagari di Minangkabau dan menjelaskan silsilah pemimpin di Minangkabau. Sultan Sri Maharajo Dirajo wafat dan diangkatlah putra mahkota Sultan Paduko Basa (Datuk Ketumanggungan) yang saat itu masih kecil. Pemimpin sementara dipegang oleh Ibu Suri, Puti Indo Jalito. Selain putra mahkota, ada pengangkatan lain bagi anak dari istriistri Sultan Sri Maharajo Dirajo. Salah satunya adalah Jatang Sutan Balun yang kemudian diberi gelan Datuk Perpatih Nan Sabatang. Bustanul Arifin juga menjelaskan mengenai struktur pemerintahan di Minangkabau. Struktur pemerintahan setiap nagari di Minangkabau merupakan sistem bertingkat yang dipimpin oleh seorang penghulu. Kemudian penghulu dibantu oleh tiga orang yang disebut Urang Nan Ampek Jinih (orang empat jenis). Sebuah nagari di

18 28 Minangkabau sekurang-kurangnya telah ada empat suku dan setiap suku dipimpin oleh Urang Nan Ampek Jinih. Di luar orang nan ampek jinih tersebut, himpunan penghulu ke empat suku ditambah dengan urang cadiak pandai, dan alim ulama yang ada dalam nagari tersebut dinamakan Tungku Tigo Sajarangan atau Tali Tigo Sapilin. Buku ini memaparkan sebab terbentuknya dua kekuasaan di Minangkabau. Menarik dari buku ini juga menjelaskan adanya sistem demokrasi yang dijalankan masing-masing keselarasan dalam menjalankan pemerintahan. Setiap nagari mempunyai aturan sendiri. Aturan itu dibuat dengan mufakat nagari yang berlaku dalam nagari. Adat salingka nagari, Pusako salingka suku. Artinya adat yang telah disepakati berlaku di selingkar atau di dalam nagari dan pusako merupakan milik suku dalam nagari. Namun aturan-aturan dasar untuk semua nagari telah digariskan oleh Datuak Ketumanggungan sebagai peletak dasar Keselarasan Koto Piliang dan datuak Perpatih Nan Sabatang sebagai peletak dasar Keselarasan Bodi Caniago. Struktur pemerintahan yang lebih tinggi dari nagari adalah Keselarasan. Keselarasan tersebut yaitu Koto Piliang dan Bodi Caniago. Dari kelebihannya, penulis menjadikan buku ini sebagai acuan dalam penulisan skripsi penulis. Buku ini juga memaparkan sebab terjadinya dua kekuasaan di Minangkabau yang menjadi pembahasan utama dalam skripsi penulis. Buku sumber yang telah digunakan oleh penulis diatas memiliki kekurangan dan kelebihannya serta sesuai dengan bahasan yang akan penulis bahas dalam Bab selanjutnya yang bisa dijadikan patokan bagi penulis untuk menulis skripsi. Berbagai

19 29 informasi yang bisa dipaparkan melalui kajian pustaka. Berdasarkan sumber-sumber tersebut, penulis ingin menganalisis secara lengkap pembahasan mengenai Koto Piliang dan Bodi Caniago: Dua Kekuasaan Pemerintahan Pada Abad ke 12 di Minangkabau.

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Minangkabau merupakan satu-satunya budaya yang menganut sistem kekerabatan matrilineal di Indonesia. Masyarakat Minangkabau merupakan komunitas masyarakat matrilineal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kerajaan Pagaruyung yang terletak di Batu Sangkar, Luhak Tanah Datar, merupakan sebuah kerajaan yang pernah menguasai seluruh Alam Minangkabau. Bahkan pada masa keemasannya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENGANTAR... 1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Barat adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang memakai sistem pemerintahan lokal selain pemerintahan desa yang banyak dipakai oleh berbagai daerah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya

BAB II LANDASAN TEORI. Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya kepemimpinan situasional. Teori yang akan dijelaskan sejalan dengan fokus penelitian yaitu gaya kepemimpinan penghulu Minangkabau.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang: PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT a. bahwa berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan

Lebih terperinci

Rajo Tigo Selo. Rabu, 11/06/ :16 WIB

Rajo Tigo Selo. Rabu, 11/06/ :16 WIB Rajo Tigo Selo Rabu, 11/06/2008 10:16 WIB Rajo Tigo Selo merupakan sebuah institusi tertinggi dalam kerajaan Pagaruyung yang dalam tambo adat disebut Limbago Rajo. Tiga orang raja masing-masing terdiri

Lebih terperinci

etnis- Galundi Nan Baselo. Taratak Dusun Koto Nagari. Mangumpua nan taserak manjapuik nan tatingga. benang merah

etnis- Galundi Nan Baselo. Taratak Dusun Koto Nagari. Mangumpua nan taserak manjapuik nan tatingga. benang merah SEKAPUR SIRIH Alhamdulillah, berkat rahmat dan karunia Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan narasi Buku Situs Cagar Budaya Minangkabau yang berada di Jorong Batur Sungai Jambu. Shalawat dan salam kita

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Pagaruyung. Kesimpulan yang dapat diambil dari latar belakang kerajaan Pagaruyung adalah, bahwa terdapat tiga faktor yang

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa nagari sebagai kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, oleh karenanya manusia tidak bisa terlepas dari tanah. Tanah sangat dibutuhkan oleh setiap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang berada di Indonesia.Provinsi Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN HAK WARIS PADA MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN HAK WARIS PADA MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN HAK WARIS PADA MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU A. Kondisi Geografis Secara geografi kota Padang terletak di pesisir pantai barat pulau Sumatera, dengan garis pantai sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002 Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI Menimbang : a. bahwa modal dasar pembangunan Nagari yang tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI ARIPAN. oleh para pendiri Nagari dengan akiran an, yang menunjukkan sifat. Jadi Arifan

BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI ARIPAN. oleh para pendiri Nagari dengan akiran an, yang menunjukkan sifat. Jadi Arifan 21 BAB II GAMBARAN UMUM NAGARI ARIPAN A. Sejarah Nagari Nagari Aripan berasal dari kata Arif yang berarti pemurah, melapangkan, penolong, terbuka untuk menerima dan lain sebagainya. Lalu kata Arif itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Motivasi terbesar yang mendasari perjuangan rakyat Indonesia merebut

I. PENDAHULUAN. Motivasi terbesar yang mendasari perjuangan rakyat Indonesia merebut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi terbesar yang mendasari perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan dari kaum penjajah adalah cita-cita untuk dapat mewujudkan kehidupan rakyat Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Suku bangsa Minangkabau mendiami daratan tengah Pulau Sumatera bagian barat yang sekarang menjadi Propinsi Sumatera Barat. Daerah asli orang Minangkabau ada tiga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Perkawinan Menurut Hukum Adat Minangkabau di Kenagarian Koto Baru, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan gabungan dari berbagai suku yang ada di Indonesia. Dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan gabungan dari berbagai suku yang ada di Indonesia. Dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang besar terdiri dari berbagai berbagai pulau baik dari Sabang sampai Merauke. Tidak hanya negara yang besar tetapi Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2000 TENTANG KETENTUAN POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang : a. bahwa perubahan paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ibukota Batusangkar. Batusangkar dikenal sebagai Kota Budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan ibukota Batusangkar. Batusangkar dikenal sebagai Kota Budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah Datar merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Barat dengan ibukota Batusangkar. Batusangkar dikenal sebagai Kota Budaya yang telah dicanangkan oleh

Lebih terperinci

SISTEM PEMERINTAHAN NAGARI DI MINANGKABAU SKRIPSI DISUSUN OLEH HENI MELIA SAFITRI

SISTEM PEMERINTAHAN NAGARI DI MINANGKABAU SKRIPSI DISUSUN OLEH HENI MELIA SAFITRI SISTEM PEMERINTAHAN NAGARI DI MINANGKABAU (Studi Pada Nagari Guguak VIII Koto Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA. 4. Hari/Tanggal : Selasa/ 11 September Politik sedang mengadakan riset mengenai tugas dan fungsi Wali Nagari

HASIL WAWANCARA. 4. Hari/Tanggal : Selasa/ 11 September Politik sedang mengadakan riset mengenai tugas dan fungsi Wali Nagari 1. Identitas informan 1. Nama : Fajri Kirana 2. enis Kelamin : Laki-Laki 3. abatan : Wali Nagari 4. Hari/anggal : Selasa/ 11 September 2012 : Pak, saya mahasiswa universitas Lampung dari fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PELESTARIAN ADAT BUDAYA DALAM HIDUP BERNAGARI DI KOTA PADANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec Pires ( ), seorang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec Pires ( ), seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariaman di zaman lampau merupakan daerah yang cukup dikenal oleh pedagang bangsa asing semenjak tahun 1.500-an. Catatan tertua tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kenegerian Rumbio Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pemimpin adat kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk Ulak

Lebih terperinci

Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas

Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas Disampaikan tanggal 18 Mei 2016 di Padang pada acara Revitalisasi Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional antara Minangkabau dan Mentawai oleh

Lebih terperinci

BAB IV MINANGKABAU PADA MASA DUA KEKUASAAN : KOTO PILIANG DAN BODI CANIAGO. Bab ini merupakan kajian terhadap hasil penelitian penulis dalam

BAB IV MINANGKABAU PADA MASA DUA KEKUASAAN : KOTO PILIANG DAN BODI CANIAGO. Bab ini merupakan kajian terhadap hasil penelitian penulis dalam 46 BAB IV MINANGKABAU PADA MASA DUA KEKUASAAN : KOTO PILIANG DAN BODI CANIAGO Bab ini merupakan kajian terhadap hasil penelitian penulis dalam menjawab permasalahan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sosial politik di Indonesia mulai mengalami perubahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sosial politik di Indonesia mulai mengalami perubahan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sosial politik di Indonesia mulai mengalami perubahan dari Orde Lama, Orde Baru sampai kepada reformasi seperti yang kita jalani pada saat sekarang ini.

Lebih terperinci

AR-40Z0 TUGAS AKHIR PERANCANGAN MASJID AGUNG PADANG BAB I PENDAHULUAN

AR-40Z0 TUGAS AKHIR PERANCANGAN MASJID AGUNG PADANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masyarakat Minangkabau yang sebagian besar adalah penduduk wilayah provinsi Sumatera Barat dalam menjalankan kehidupan sosial budayanya tetap berpegang teguh pada adagium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jam gadang landamarknya Bukittinggi, baik bagi masyarakat lokal maupun

BAB I PENDAHULUAN. jam gadang landamarknya Bukittinggi, baik bagi masyarakat lokal maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah lama luput dari perhatian pers, pada tahun 2013 Koto Gadang hadir kembali sebagai pusat perhatian baru bagi publik. Alasannya karena pembangunan great wall.

Lebih terperinci

BAB II ISI. A. Pengertian Adat

BAB II ISI. A. Pengertian Adat BAB I PENDAHULUAN BAB II ISI A. Pengertian Adat Dalam membicarakan pengertian adat ada beberapa hal yang perlu dikemukakan, diantaranya adalah asal kata adat, pengertian adat secara umum dan pengertian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung 1. Keadaan Geografis Desa Tanjung termasuk desa yang tertua di Kecamatan XIII Koto Kampar dan Desa Tanjung sudah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. meliputi wilayah bekas kerajaan Bunga Setangkai dan wilayah bekas kerajaan Dharmasyara.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. meliputi wilayah bekas kerajaan Bunga Setangkai dan wilayah bekas kerajaan Dharmasyara. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kerajaan Pagaruyung didirikan oleh Raja Adityawarwan pada tahun 1343, yang awalnya meliputi wilayah bekas kerajaan Bunga Setangkai dan wilayah bekas kerajaan Dharmasyara.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192 PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192 PERATURAN NAGARI SIMARASOK NOMOR 01 TAHUN 2002 TENTANG TERITORIAL DAN ULAYAT NAGARI SIMARASOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki masyarakat majemuk. Kemajemukan masyarakat di negara Indonesia terdiri dari berbagai etnis, suku, adat dan budaya.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN NAGARI BUKIT BUAL DI KECAMATAN KOTO VII DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN NAGARI BUKIT BUAL DI KECAMATAN KOTO VII DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN NAGARI BUKIT BUAL DI KECAMATAN KOTO VII DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang Mengingat : : a. bahwa

Lebih terperinci

Alam Minangkabau. Alam Minangkabau terbagi atas dua bagian, yaitu daerah. Luhak Nan Tigo dan daerah Rantau. Luhak Nan Tigo merupakan tiga daerah

Alam Minangkabau. Alam Minangkabau terbagi atas dua bagian, yaitu daerah. Luhak Nan Tigo dan daerah Rantau. Luhak Nan Tigo merupakan tiga daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional, daerah-daerah dalam pengaruh Minangkabau disebut Alam Minangkabau. Alam Minangkabau terbagi atas dua bagian, yaitu daerah Luhak Nan Tigo dan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Selatan, Sumatera Barat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Selatan, Sumatera Barat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan yang dilakukan mengenai Pola Bangun Atap Rumah Gadang Koto Baru Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahkluk hidup pasti akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat hukum yang berkaitan dengan pengurusan

Lebih terperinci

JUDUL SKRIPSI : PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN DALAM MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU

JUDUL SKRIPSI : PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN DALAM MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU Judul Skripsi JUDUL SKRIPSI : PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN DALAM MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU Latar Belakang Masalah Kebudayaan selalu dibedakan dengan budaya seperti yang dibunyikan dalam

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : PESISIR SELATAN 13.01 PESISIR SELATAN 28.40 281.113 568.520 1 13.01.01 PANCUNG SOAL 14.85 14.345 29.202 2 13.01.02 RANAH PESISIR 19.424 19.339 38.63 3 13.01.03 LENGAYANG 34.645 33.969

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 95/Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN HAK-HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN DI INDONESIA. Undang-Undang Dasar 1945 mengakui keberadaan Masyarakat Hukum

BAB IV PENERAPAN HAK-HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN DI INDONESIA. Undang-Undang Dasar 1945 mengakui keberadaan Masyarakat Hukum BAB IV PENERAPAN HAK-HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN DI INDONESIA A. Penerapan Hak Masyarakat Hukum Adat Undang-Undang Dasar 1945 mengakui keberadaan Masyarakat Hukum Adat dan menjamin

Lebih terperinci

BAB IV TANAH DATAR SEBAGAI PUSAT AKTIFITAS POLITIK DAN EKONOMI MASYARAKAT MINANGKABAU

BAB IV TANAH DATAR SEBAGAI PUSAT AKTIFITAS POLITIK DAN EKONOMI MASYARAKAT MINANGKABAU BAB IV TANAH DATAR SEBAGAI PUSAT AKTIFITAS POLITIK DAN EKONOMI MASYARAKAT MINANGKABAU 4.1. Terbentuknya Luhak Tanah Datar Menjadi Pusat Kegiatan Politik dan Ekonomi Masyarakat Minangkabau; Saling Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waris adalah perpindahan harta milik atau perpindahan pusaka.sehingga secara istilah ilmu waris adalah ilmu yang mempelajari tentang perpindahan harta pusaka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008 No. Urut : 06 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

MINANGKABAU DAN SISTIM KEKERABATAN Hubungan Kekeluargaan Minangkabau, bersuku ke ibu, bersako ke mamak, dan bernasab ke ayah

MINANGKABAU DAN SISTIM KEKERABATAN Hubungan Kekeluargaan Minangkabau, bersuku ke ibu, bersako ke mamak, dan bernasab ke ayah Draft : Subangan Pikiran untuk Kompilasi ABSSBK, oleh BuyaHMA;-.[ ] MINANGKABAU DAN SISTIM KEKERABATAN Hubungan Kekeluargaan Minangkabau, bersuku ke ibu, bersako ke mamak, dan bernasab ke ayah Oleh : H

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU. A. Gambaran Umum Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan

BAB III PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU. A. Gambaran Umum Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan BAB III PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU A. Gambaran Umum Nagari Pariangan Kecamatan Pariangan 1. Tata Letak Nagari Pariangan Kanagari Pariangan berada

Lebih terperinci

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa 17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Minangkabau kita kenal sebagai sebuah suku yang mayoritas masyarakatnya berasal dari wilayah Provinsi Sumatera Barat. Orang Minangkabau juga sangat menonjol

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA LAMPIRAN HASIL WAWANCARA 83 LAMPIRAN Wawancara Dengan Bapak Eriyanto, Ketua Adat di Karapatan Adat Nagari Pariaman. 1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Tradisi Bajapuik? - Pada umumnya proses pelaksanaan perkawinan

Lebih terperinci

BAB III MONOGRAFI NAGARI AIR DINGIN KABUPATEN SOLOK Letak Geografis dan kependudukan Nagari Air Dingin

BAB III MONOGRAFI NAGARI AIR DINGIN KABUPATEN SOLOK Letak Geografis dan kependudukan Nagari Air Dingin BAB III MONOGRAFI NAGARI AIR DINGIN KABUPATEN SOLOK 1.1. Letak Geografis dan kependudukan Nagari Air Dingin Wilayah Nagari Air Dingin adalah salah satu Nagari yang ada di Propinsi Sumatra Barat. memiliki

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KAMPAR HAK TANAH ULAYAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KAMPAR HAK TANAH ULAYAT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KAMPAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAMPAR NOMOR : 12 TAHUN1999 TENTANG HAK TANAH ULAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI II KAMPAR Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian masyarakat pedesaan. Namun masih banyak wilayah pedesaan yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian masyarakat pedesaan. Namun masih banyak wilayah pedesaan yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Upaya pembangunan pedesaan telah dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat melalui berbagai kebijakan dan programprogram. Upaya-upaya itu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. organisasi yang memerlukan manajemen yang baik. Maka mau tidak mau

TINJAUAN PUSTAKA. organisasi yang memerlukan manajemen yang baik. Maka mau tidak mau 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengawasan Pengawasan merupakan unsur esensial demi kelangsungan dan pertumbuhan serta keselamatan organisasi bersangkutan. Negara, pemerintah daerah adalah organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum adat di Indonesia bersifat pluralistik sesuai dengan banyaknya jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat C. Van Vollenhoven

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan dalam kehidupannya, yaitu dengan mengolah dan mengusahakan

BAB I PENDAHULUAN. pangan dalam kehidupannya, yaitu dengan mengolah dan mengusahakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah merupakan benda tidak bergerak yang mutlak perlu bagi kehidupan manusia. Hal ini dapat

Lebih terperinci

PERAN BAMUS DALAM MENJALANKAN FUNGSI PENGAWASAN TERHADAP WALINAGARI KAPAU KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM PERIODE SKRIPSI.

PERAN BAMUS DALAM MENJALANKAN FUNGSI PENGAWASAN TERHADAP WALINAGARI KAPAU KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM PERIODE SKRIPSI. PERAN BAMUS DALAM MENJALANKAN FUNGSI PENGAWASAN TERHADAP WALINAGARI KAPAU KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM PERIODE 2006-2012 SKRIPSI Diajukan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas

Lebih terperinci

Kata kunci: Nagari, Political Conflict, Ninik Mamak, Alim Ulama, Cerdik Pandai

Kata kunci: Nagari, Political Conflict, Ninik Mamak, Alim Ulama, Cerdik Pandai Konflik dalam Pemerintahan Nagari: Penelitian di Nagari Padang Sibusuk Kabupaten Sawahlunto Sijunjung Sumatera Barat ========================================================== Oleh: Susi Fitria Dewi ABSTRACT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh penghulu-penghulu suku yang memiliki kewenangan yang sama derajatnya

I. PENDAHULUAN. oleh penghulu-penghulu suku yang memiliki kewenangan yang sama derajatnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan Nagari merupakan sebuah pemerintahan tradisional yang diperintah oleh penghulu-penghulu suku yang memiliki kewenangan yang sama derajatnya yang tergabung dalam

Lebih terperinci

PENYULUHAN DAN PELATIHAN PERLENGKAPAN PROSESI ADAT PERKAWINAN KANAGARIAN NAN XX KOTA PADANG

PENYULUHAN DAN PELATIHAN PERLENGKAPAN PROSESI ADAT PERKAWINAN KANAGARIAN NAN XX KOTA PADANG Program PPM KOMPETITIF Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 4.500.000 Tim Pelaksana Reniwati, Noviatri, Rona Almos, dan Khanizar Fakultas Sastra Lokasi Kota Padang, Sumatera Barat PENYULUHAN

Lebih terperinci

MENGEMBALIKAN KEISTIMEWAAN NAGARI DI MINANGKABAU PASCA PEMBERLAKUAN OTONOMI DAERAH. Oleh : Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc.

MENGEMBALIKAN KEISTIMEWAAN NAGARI DI MINANGKABAU PASCA PEMBERLAKUAN OTONOMI DAERAH. Oleh : Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. MENGEMBALIKAN KEISTIMEWAAN NAGARI DI MINANGKABAU PASCA PEMBERLAKUAN OTONOMI DAERAH Oleh : Riki Rahmad, S.Pd., M.Sc. Minangkabau merupakan salah satu diantara suku bangsa yang menempati wilayah bagian tengah

Lebih terperinci

BAB IV LARANGAN NIKAH BAYO DALAM MASYARAKAT SIMPANG KALAM KABUPATEN PASAMAN

BAB IV LARANGAN NIKAH BAYO DALAM MASYARAKAT SIMPANG KALAM KABUPATEN PASAMAN BAB IV LARANGAN NIKAH BAYO DALAM MASYARAKAT SIMPANG KALAM KABUPATEN PASAMAN 1. Penyebab dilarangnya Nikah Bayo Sumatera Barat mempunyai adat yang diistilahkan dengan adat basandi syara, syara basandi kitabullah.

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MENURUT BUDAYA ALAM MINANGKABAU OLEH : Dra. Silvia Rosa, M. Hum Tujuan Pembelajaran : Mengerti bahwa pekerjaan dokter bersifat universal Mengerti dan dapat mengargai nilai budaya yang berlaku

Lebih terperinci

BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG. dipimpin oleh seorang kepala suku. Suku Domo oleh Datuk Paduko, Suku

BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG. dipimpin oleh seorang kepala suku. Suku Domo oleh Datuk Paduko, Suku BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG A. Sejarah Desa Terantang Sekalipun Desa Terantang merupakan suatu desa kecil, namun ia tetap mempunyai sejarah karena beberapa abad yang silam daerah ini sudah di huni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

ASAL USUL DAN MAKNA NAMA GELAR DATUAK DI NAGARI NAN TUJUAH KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM ( Analisis Semiotik ) SKRIPSI

ASAL USUL DAN MAKNA NAMA GELAR DATUAK DI NAGARI NAN TUJUAH KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM ( Analisis Semiotik ) SKRIPSI ASAL USUL DAN MAKNA NAMA GELAR DATUAK DI NAGARI NAN TUJUAH KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM ( Analisis Semiotik ) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Pada Jurusan

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI

PEMERINTAHAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI PEMERINTAHAN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA KANTOR WALI NAGARI SITUJUAH GADANG KECAMATAN SITUJUAH LIMO NAGARI KESATUAN NAGARI SITUJUAH GADANG NOMOR : 01/NSG/2002 Tentang PERUBAHAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

Kajian Pakaian penghulu Minangkabau

Kajian Pakaian penghulu Minangkabau Kajian Pakaian penghulu Minangkabau Oleh : Diskadya Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom. Abstrak Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku dan bangsa, dimana didalamnya terdapat berbagai

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN BAB IV SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan penutup dalam kajian penelitian ini. Dalam bab ini akan dipaparkan kesimpulan hasil penelitian tentang Modal Sosial dan Otonomi Desa dalam Pemerintahan Nagari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan panjang masa lampau oleh para generasi sebelumnya atau para leluhur yang diabadikan berupa kisah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU DAN SANGGAR TIGO SAPILIN DI KOTA MEDAN

BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU DAN SANGGAR TIGO SAPILIN DI KOTA MEDAN BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MINANGKABAU DAN SANGGAR TIGO SAPILIN DI KOTA MEDAN 2.1 Asal-Usul Masyarakat Minangkabau Secara etimologi, Minangkabau berasal dari dua kata, yaitu minang dan kabau. Kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia mempunyai nilai yang tinggi karena merupakan suatu system yang dikembangkan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lamanya, di dalam kebudayaan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT HUKUM ADAT KAMPUNG KUTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat dewasa ini, masalah yang berhubungan dengan kehidupan sosial sudah makin kompleks dan terdiri dari berbagai aspek yang mana hal ini

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192 PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192 PERATURAN NAGARI SIMARASOK NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN MEKANISME KERJA

Lebih terperinci

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI MINANGKABAU (STUDI KASUS DI NAGARI SULIT AIR-KABUPATEN SOLOK)

PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI MINANGKABAU (STUDI KASUS DI NAGARI SULIT AIR-KABUPATEN SOLOK) 1 PERANAN KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT DI MINANGKABAU (STUDI KASUS DI NAGARI SULIT AIR-KABUPATEN SOLOK) Mifta Nur Rizki Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum ABSTRAK

Lebih terperinci

Program Kekhususan HUKUM TATA NEGARA

Program Kekhususan HUKUM TATA NEGARA SKRIPSI PELAKSANAAN KEWENANGAN BADAN MUSYAWARATAN NAGARI (BAMUS) DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NAGARI PADA NAGARI KOTO MALINTANG KECAMATAN TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM Program Kekhususan HUKUM TATA

Lebih terperinci

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS ALOKASI BLM (Rp. x Juta) SUMATERA BARAT

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS ALOKASI BLM (Rp. x Juta) SUMATERA BARAT PNPM PNPM PERAN LOKASI DAN (Rp. x 1 Agam 1 Banuhampu 900 900 720 180 2 Ampek Nagari 2.000 2.000 1.600 400 3 Baso 900 900 720 180 4 Candung 2.000 2.000 1.600 400 5 IV Angkat Candung 900 900 720 180 6 IV

Lebih terperinci

KAJIAN TOPOLOGI, MORFOLOGI DAN TIPOLOGI PADA RUMAH GADANG MINANGKABAU

KAJIAN TOPOLOGI, MORFOLOGI DAN TIPOLOGI PADA RUMAH GADANG MINANGKABAU KAJIAN TOPOLOGI, MORFOLOGI DAN TIPOLOGI PADA RUMAH GADANG MINANGKABAU Elfida Agus Dosen Tetap Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta Telp. (0751) 26166 / HP. 0816353865

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA TERANTANG. A. Sejarah, Letak dan Wilayah Desa Terantang. oleh Datuk Sipanduko dan suku melayu oleh Datuk Majalelo.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA TERANTANG. A. Sejarah, Letak dan Wilayah Desa Terantang. oleh Datuk Sipanduko dan suku melayu oleh Datuk Majalelo. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA TERANTANG A. Sejarah, Letak dan Wilayah Desa Terantang Sejarah Desa Terantang berawal dari beberapa abad silam, daerah Terantang ini dihuni oleh oleh dua kelompok suku

Lebih terperinci

PANDANGAN KAUM KUNO TERHADAP KAUM MUDA DALAM HARIAN OETOESAN MELAJOE ( )

PANDANGAN KAUM KUNO TERHADAP KAUM MUDA DALAM HARIAN OETOESAN MELAJOE ( ) PANDANGAN KAUM KUNO TERHADAP KAUM MUDA DALAM HARIAN OETOESAN MELAJOE (1915-1921) ABDUL CHOLIK FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008 PANDANGAN KAUM KUNO TERHADAP KAUM MUDA DALAM HARIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan Indonesia tidak hanya memiliki pengaruh dalam keluarga, tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR KABUPATEN GUGUK MALINTANG

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR KABUPATEN GUGUK MALINTANG BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR KABUPATEN GUGUK MALINTANG A. Geografis dan Demografis 1. Letak dan Batas Wilayah 1 Kota Padang Panjang merupakan salah satu kota terkecil

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kecamatan Canduang 1. Kondisi Geografis Kecamatan Canduang merupakan salah satu dari beberapa kecamatan di Kabupaten Agam. Dimana wilayah ini ditetapkan menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT Menimbang:a. bahwa dalam Undang - undang Nomor

Lebih terperinci

KEPASTIAN HUKUM BAGI TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT Oleh: Ridho Afrianedy,SHI, Lc (Hakim PA Sungai Penuh)

KEPASTIAN HUKUM BAGI TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT Oleh: Ridho Afrianedy,SHI, Lc (Hakim PA Sungai Penuh) KEPASTIAN HUKUM BAGI TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT Oleh: Ridho Afrianedy,SHI, Lc (Hakim PA Sungai Penuh) Latar Belakang Tak sekali terjadi konflik horizontal di tengah masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah provinsi Sumatera Barat. Dalam Tambo sebagai suatu sejarah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. wilayah provinsi Sumatera Barat. Dalam Tambo sebagai suatu sejarah tradisional BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Minangkabau merupakan salah satu diantara suku bangsa yang menempati wilayah bagian tengah pulau Sumatera. Sebaian besar orang Minagkabau menempati wilayah

Lebih terperinci

BAB l PE N OAH ULUAN

BAB l PE N OAH ULUAN BAB l PE N OAH ULUAN A. Latar Belakaog Masalah Masyarakat lodonesia adalah masyarakat majemuk (plwal society). Kemajemukan ini terlihat dari berbagai suku bangsa. Suku bangs.'\ adalah satu goloogan masyarakat

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu kehidupan manusia tidak lepas dari keinginan untuk memiliki seorang keturunan. Keinginan untuk memiliki keturunan atau mempunyai anak merupakan suatu

Lebih terperinci