KASUS MERPATI DALAM BERITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KASUS MERPATI DALAM BERITA"

Transkripsi

1 BAB V KASUS MERPATI DALAM BERITA Injustice never rules forever Seneca, filsuf Romawi yang hidup dalam penindasan Kaisar Nero (4 BC AD 65)

2 194

3 d Perkara sewa pesawat Merpati yang melibatkan Hotasi Nababan ternyata cukup ramai diberitakan mediamassa. Sejak perkara ini diadukan segelintir orang yang menamakan diri Solidaritas Pegawai Merpati (SPM) ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Juni 2007, hingga penegasan kejaksaan agung yang akan melimpahkan perkara ini ke pengadilan, April Yang menarik dari pemberitaan media selalu bersumber dari Kajakgung. Potongan berita yang disampaikan tidak memasukkan fakta bahwa Merpati sudah menggugat dan memenangkan di Pengadilan Columbia AS. Demikian juga fakta-fakta hukum lainnya. Berikut beberapa berita di media online dan cetak yang dihimpun oleh tim penyusun buku ini. Selain itu, ditampilkan juga diskusi di grup milis Simpati Hotasi Nababan tentang perkara hukum ini. Grup milis ini digagas oleh Ikatan Alumni ITB. 195

4 HOTASI NABABAN SOLIDARITAS PEGAWAI TUNTUT KPK SEGERA USUT KORUPSI MERPATI Arry Anggadha - detiknews Senin, 04/06/ :49 WIB Jakarta- Pengusutan kasus yang menimpa PT Merpati Airlines masih belum menunjukkan kejelasan. Solidaritas Pegawai (SP) Merpati mendesak KPK segera mengusut kasus yang diduga merugikan negara US$ 1 juta itu. kami sudah lama melaporkan kasus ini ke KPK, tapi hingga kini belum jelas statusnya. Kami minta KPK segera menindaklanjuti kasus kami, kata Koordinator SP Merpati, I Wayan Suwarna, di Gedung KPK, Jl. Veteran III, Jakarta, Senin (4/6/2007). Wayan menjelaskan, pihaknya pun menyerahkan buktibukti baru tentang dugaan korupsi dalam kasus ini. selama ini kan KPK hanya menyatakan bahwa kasus Merpati itu hanyalah kasus penipuan. Jadi kami serahkan bukti-bukti kalau kasus ini adalah kasus korupsi, jelas dia. Menurut dia, tindak pidana korupsi itu terjadi ketika Merpati menyerahkan transfer dana Hume Associates. Tidak langsung ke TALG, sebagai penyewa 2 unit pesawat ke Merpati. Pembayaran yang dilakukan pihak manajemen tidak sesuai dengan prosedur dengan membayar US$ 1 juta ke Hume. Kenapa mereka tidak langsung membayarnya ke TALG, jelasnya. Saat bertemu dengan SP, lanjut dia, KPK berjanji akan segera menyelidiki kasus ini. Mereka berjanji akan segera menaikkan status kasus ini menjadi penyelidikan, pungkasnya. Kasus ini terjadi sekitar 21 Desember, ketika Merpati menyewa 2 Boeing dan 196

5 JANGAN PIDANAKAN PERDATA Merpati pun sudah mentransfer dana sebesar US$ 1 juta untuk segera mendapatkan pesawat itu. (ary/asy) DIREKSI MERPATI BOHONGI DPR SOAL SEWA PESAWAT Jumat, 8 Juni :19:00 Kapanlagi.com - Sejumlah anggota Komisi V DPR menduga, Direksi PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati) telah melakukan kebohongan publik karena uang BUMN Penerbangan US$1 juta disetorkan ke pihak lain, Hume Associates, sebelum diterima TALG. Indikasi itu (kebohongan publik) ada karena saat Rapat Dengan Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi V DPR pada 14 Mei lalu, Hotasi melaporkan uang deposit tersebut langsung diterima TALG, kata anggota Komisi V DPR, Abdul Hakim saat dihubungi di Jakarta, Kamis. Thirstone Aircraft Leasing Group (TALG) adalah perusa haan pembiayaan yang wanprestasi karena tidak dapat menyerahkan dua pesawat (B dan 500) pesanan Merpati pada 5 Januari 2007 dan 20 Maret Padahal, Merpati, kata Hotasi saat hearing itu, telah menyetorkan refundable security deposit (uang tanda jadi/ uang jaminan yang bersifat dapat dikembalikan) senilai satu juta dolar AS kepada TALG pada 18 Desember Sebelumnya, Koordinator Solidaritas Pegawai Merpati (SPM), Wayan Suarna telah melaporkan hal itu ke Komisi 197

6 HOTASI NABABAN Acara temu karyawan Merpati--Maju Untuk Merdeka, Pemberantasan Korupsi (KPK) karena diin dikasikan ada tindak pidana korupsi. Transaksi itu jelas tidak wajar, kata Wayan. Hume Associates, menurut Wayan, adalah semacam Law Firm dari TALG di Amerika Serikat. Menurut Hakim, pihaknya kaget karena dalam rapat pemaparan itu, Hotasi jelas-jelas sama sekali tak menyinggung soal transaksi tak wajar itu. Oleh karena itu, saya mendesak agar BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan) segera mengaudit Merpati terkait dengan transaksi itu, katanya. Jika hal itu benar adanya, lanjut Hakim dari FPKS ini, berarti, Hotasi telah melakukan kebohongan publik di depan parlemen dan jika ini benar, dia telah melanggar etika 198

7 JANGAN PIDANAKAN PERDATA dan integritasnya diragukan sebagai CEO sebuah BUMN strategis. Kita akan minta klarifikasi masalah ini secepatnya, katanya. Senada dengan Abdul Hakim, anggota Komisi V DPR lainnya, Abdullah Azwar Anas juga kaget mendengar laporan dari SPM itu. Saya kaget. Saya juga masih ingat hal itu tak disampaikan Hotasi saat hearing beberapa waktu lalu. Ini bisa diindikasikan, Hotasi telah melakukan kebohongan publik, kata Anas. Berdasarkan kejadian itu, Anas mempertanyakan penye lidikan kasus ini dihentikan untuk sementara oleh Kejaksaan Agung dan Mabes POLRI. Ini indikasi transaksi tak wajar. Penyelidikan itu layak diteruskan. Ada aroma tak sedap, katanya. Bahkan, anggota Komisi V DPR lainnya saat hearing tersebut, Abubakar Alhabsy, mengatakan, dalam kasus itu, Merpati telah melakukan kecerobohan mendasar karena Merpati tak gunakan pakem sewa-menyewa pesawat secara profesional. Lazimnya, maskapai cari pesawat itu harus gunakan broker profesional, sementara TALG bukan broker tetapi perusahaan pembiayaan, kata Abubakar. Dikonfirmasi terpisah, Sekretaris Perusahaan Merpati Irvan Harijanto membantah penilaian bahwa transaksi dengan TALG melalui Hume Associates tersebut adalah tak wajar. Hal itu sudah selazimnya terjadi pada transaksi internasional. Justru harus lewat `law firm` tak bisa langsung ke TALG. Ini berbeda dengan transaksi bisnis di Indonesia, kata Irvan. Jika di Indonesia, katanya, pembayaran langsung ke penjual atau pemilik sebe lumnya dan penasehat hukum hanya mendampingi atau mengetahui saja. Soal tudingan bahwa Hotasi saat hearing pada 14 Mei 199

8 HOTASI NABABAN dengan Komisi V DPR tak jelaskan soal itu, Irvan juga membantah. Kan di sana tergantung pertanyaannya. Kalau soal sewa pesawat, penjelasannya seputar TALG, kata Irvan. Padahal, kata Anas, hearing dimaksudkan agar Merpati menjelaskan secara rinci dan detail sepu tar transaksi US$1 juta dengan TALG yang diduga ber masalah dan berpotensi merugikan negara sekitar Rp9 miliar. (*/rsd) KASUS PENGADAAN PESAWAT MERPATI Kejagung: Kasus sewa pesawat Merpati rugikan negara US$ 1 juta Oleh Dea Chadiza Syafina Kamis, 07 Juli :40 WIB JAKARTA. Kejaksaan Agung mensinyalir adanya kerugian dalam proses penyewaan pesawat komersial MA- 60 yang dilakukan untuk PT Merpati Nusantara Airlines. Kerugian tersebut, diindikasikan akibat tindak korupsi, yang mengakibatkan kerugian keuangan negara hingga US$ 1 juta atau setara dengan Rp 9 miliar. Keterangan ini diungkapkan oleh Direktur Penyi dikan pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus, M. Jasman Pandjaitan, kepada sejumlah media pada Kamis (7/7) di Gedung Bundar, Kejaksaan Agung. Jasman menyebut bahwa tim penyelidik pada Jampidsus mengindikasikan kerugian yang mencapai US$ 1 juta itu, ditemukan dalam rentang waktu tahun 2007 hingga tahun Kalau kerugian negara sudah jelas ada US$ 1 juta. Tapi untuk adanya tindak 200

9 JANGAN PIDANAKAN PERDATA pidana atau belum, kami belum tahu. Karena harus mencari perbuatan melawan hukumnya, tutur Jasman kepada sejumlah media di kantornya. Lebih lanjut Jasman menyebut bahwa sebelumnya PT Merpati Nusantara Airlines sepakat untuk melakukan penyewaan terhadap dua unit pesawat, yang merupakan langkah fit and proper test sebelum melakukan pembelian atas pesawat MA-60 tersebut. Pesawat tersebut berasal dari Amerika, dengan harga sewa sebesar US$ per unitnya, sehingga total harga sewa kedua pesawat itu adalah US$ 1 juta. Perusahaan penerbangan pelat merah tersebut kemudian membayar sewa kedua pesawat itu, dengan catatan, pihak Merpati harus sudah menerima pesawat tersebut pada Tapi ternyata, MA-60 itu belum juga diterima oleh Merpati bahkan hingga tahun Dari laporan yang kami terima, sampai sekarang pesawat itu belum pernah dikirim. Uangnya sudah dibayarkan, tapi pesawat itu belum diperoleh, imbuhnya. Proses penyelidikan penyewaan dan pengadaan pesawat ini, hingga kini masih berlanjut. Penyelidik pun masih melakukan penyidikan, terkait dengan pertanggungj awaban dan izin mengucurnya uang sejumlah US$ 1 juta. Tim penyelidik juga tengah berupaya agar uang sebesar US$ 1 juta itu, dapat dikembalikan kepada negara, mengingat itu merupakan uang negara. Ini masih dalam tahap penyelidikan, mengenai ada atau tidaknya perbuatan melawan hukum. Kerugian negara sudah ada, sekarang bagaimana uang US$ 1 juta itu kembali, tandasnya. Senada dengan Jasman, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Andhi Nirwanto menjelaskan 201

10 HOTASI NABABAN bahwa hingga kini pihaknya masih terus melakukan upaya penyelidikan. Pihak Korps Adhyaksa masih menghimpun seluruh informasi yang menyangkut proses penyewaan maupun pengadaan pesawat yang mengalami kecelakaan di Kaimana, Papua tersebut. Iya, semua informasi yang kita peroleh, kita tampung semua, supaya bahan penyelidikan lebih lengkap, ujarnya. Selanjutnya Andhi menyebut bahwa pihaknya telah meminta keterangan dari Direksi Merpati, terkait dengan kasus ini. Namun Andhi enggan untuk merinci, siapa saja Direksi Merpati lainnya yang telah diperiksa. Andhi pun mengaku masih belum mendapatkan laporan, perihal perhitungan kerugian keuangan negara dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Belum ada laporan (dari BPKP), masih berlanjut, pungkasnya. KEJAKSAAN GELAR PERKARA KASUS PT MERPATI Rabu, 3 Agustus 2011, 13:33 WIB VIVAnews Kejaksaan Agung akan melakukan gelar perkara kasus dugaan korupsi penyewaan pesawat B-737 oleh PT Merpati Nusantara Airlines. Gelar perkara dilakukan sebelum penetapan tersangka kasus dugaan korupsi senilai Rp9 miliar ini. Hasil penyelidikan yang dilakukan oleh JAM Pidsus nanti sebelum menentukan tersangkanya siapa, diharapkan dapat diekspos terlebih dahulu, kata Wakil Jaksa Agung Darmono di Jakarta, Rabu, 202

11 JANGAN PIDANAKAN PERDATA 3 Agustus Darmono mengatakan perkara PT Merpati Nusantara Airlines ini masih dalam tahap penyelidikan. Nanti seterusnya akan kami informasikan, sebagai bentuk tranparasi kami terhadap masyarakat, kata Darmono. Darmono tidak mengungkapkan kapan gelar perkara akan dilakukan. Dia juga tak mau mengatakan siapa tersangka yang sudah dibidik oleh kejaksaan terkait kasus ini. Nanti akan kami informasikan berdasarkan hasil penyelidikan secara menyeluruh. Siapa yang paling bertanggung jawab secara pidana, akan djadikan tersangka, kata dia. Dia juga menolak menyebutkan siapa saja yang akan diperiksa terkait kasus ini. Alasannya, pemanggilan itu terlalu teknis untuk diungkapkan ke publik. Kalau pemanggilan orang dan sebagainya tidak etis untuk diinformasikan. Siapa yang akan diperiksa, siapa yang jadi tersangka, tidak boleh, katanya. Kasus ini berawal pada tahun 2006, saat Direksi PT Merpati Nusantara Airlines menyewa dua pesawat Boeing 737 dari perusahaan TALG di Amerika Serikat. Biaya sewa untuk masing-masing pesawat seharga US$ 500 ribu. Uang sebesar US$1 juta sudah dibayarkan ke rekening Hume & Associates melalui transfer Bank Mandiri. Namun, hingga kini pesawat tersebut belum pernah diterima PT Merpati Nusantara Airlines. Tim Jaksa Penyidik kemudian mengendus adanya indikasi tindak pidana korupsi sebesar satu juta dolar AS dalam kasus tersebut, sehingga meningkatkan status kasus tersebut dari penyelidikan ke penyidikan. Kejaksaan sendiri telah memeriksa mantan Dirut Merpati Cucuk Suryosuprojo dan Hotasi Nababan sebagai saksi. Selain itu, kejaksaan juga 203

12 HOTASI NABABAN telah memeriksa Presiden Direktur Merpati, Sardjono Jhoni, sebagai saksi. Kasus ini mencuat setelah Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu melaporkan adanya dugaan praktek penggelembungan harga pesawat Merpati tersebut ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Selain kasus penyewaan pesawat, Kejaksaan juga menangani dugaan penggelembungan harga pembelian pesawat MA60 di PT Merpati. Namun, belum diketahui sejauh mana perkembangan kasus ini. (kd) DUA BEKAS BOS MERPATI JADI TERSANGKA KORUPSI Penetapan tersangka dilakukan pada Selasa 16 Agustus Kamis, 18 Agustus 2011, 09:03 WIB VIVAnews -Dua bekas petinggi PT Merpati Nusantara Airlines ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung terkait dugaan korupsi sewa pesawat Boeing dan dari perusahaan TALG di Amerika Serikat. Mereka adalah Hotasi Nababan dan Guntur Aradea. Ditetapkan per 16 Agustus 2011 kemarin, kata Juru Bicara Kejaksaan Agung, Noor Rachmad saat dihubungi VIVAnews.com, 18 Agustus Hotasi Nababan adalah bekas direktur utama Merpati. Sedangkan Guntur Aradea adalah bekas direktur keuangan Merpati. Kasus ini berawal pada tahun 2006, saat Direksi PT 204

13 JANGAN PIDANAKAN PERDATA Hotasi Nababan menyapa penumpang Merpati di Bandara Soekarno Hatta. Merpati Nusantara Airlines menyewa dua pesawat Boeing 737 dari perusahaan TALG di Amerika Serikat. Biaya sewa untuk masing-masing pesawat seharga US$500 ribu. Uang sebesar US$1 juta sudah dibayarkan ke rekening Hume & Associates melalui transfer Bank Mandiri. Namun, hingga kini pesawat tersebut belum pernah diterima PT Merpati Nusantara Airlines. Tim Jaksa Penyidik kemudian mengendus adanya indikasi tindak pidana korupsi sebesar satu juta dolar AS dalam kasus tersebut, sehingga meningkatkan status kasus tersebut dari penyelidikan ke penyidikan. Kejaksaan sendiri telah memeriksa mantan Dirut Merpati Cucuk Suryosuprojo dan Hotasi Nababan sebagai saksi. Selain itu, kejaksaan juga 205

14 HOTASI NABABAN telah memeriksa Presiden Direktur Merpati, Sardjono Jhoni, sebagai saksi. Kasus ini mencuat setelah Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu melaporkan adanya dugaan praktek penggelembungan harga pesawat Merpati tersebut ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Selain kasus penyewaan pesawat, Kejaksaan juga menangani dugaan penggelembungan harga pembelian pesawat MA60 di PT Merpati. Namun, belum diketahui sejauh mana perkembangan kasus ini. (Eko Huda S, Nila Chrisna Yulika) KUBU MANTAN BOS MERPATI: Ini Kasus Perdata Jum at, 19 Agustus 2011, 12:19 WIB VIVAnews Kejaksaan Agung telah menetapkan mantan bos PT Merpati Nusantara Airlines, Hotasi Nababan sebagai tersangka. Dia diduga telah melakukan tindak pidana korupsi yang merugikan negara sebesar 1 juta dolar atas penyewaan pesawat tipe Boeing dan oleh perusahaan TALG USA. Hotasi tak sendiri, Guntur Aradea, mantan direktur keuangan Merpati, juga dinyatakan terlibat. Kejaksaan Agung mengaku telah memiliki cukup bukti untuk memidanakan keduanya. Namun, Kuasa Hukum eks Dirut Merpati, Lawrance mengatakan bahwa Kejaksaan Agung telah memaksakan diri untuk memidanakan 206

15 JANGAN PIDANAKAN PERDATA kasus perdata. Sebab itu murni perdata, kata Lawrance TP Siburian saat dihubungi VIVAnews.com, Jumat 19 Agustus Selain itu, kata Lawrance kasus ini bukanlah perbuatan tindak pidana korupsi. Hal ini karena kasus ini tak memenuhi tiga unsur yang diperlukan untuk menjerat seseorang dalam tindak pidana korupsi. Ketiga syarat itu adalah adanya perbuatan melawan hukum, adanya kerugian negara dan ada yang menguntungkan diri sendiri, orang lain atau koorporasi. Ketiga hal tersebut harus terpenuhi, tidak bisa hanya satu saja. Kalau dia bilang ada kerugian negara, dimana kerugian negaranya, kata dia. Lawrance menceritakan, dalam perjanjian penyewaan pesawat boeing dan antara Merpati dan TALG disebutkan bahwa dari masing-masingnya pesawat harus menaruh security deposite sebesar USD Uang Itu disimpan di Hume & Associates. Kantor pengacara yang ditunjuk oleh TALG untuk menyimpan uang itu. Oleh karena itu, Merpati mentransfer uang sebesar 1 Juta USD ke rekening Hume & Associates melalui Bank Mandiri. Uang itu disimpan hingga Merpati mendapatkan pesawat tersebut. Itu berarti, kata Lawrance uang itu harus dikembalikan setelah masa akhir penyewaan. Berbeda dengan uang cicilan atau uang muka. Jadi perjanjian itu, kalau pesawat nggak ada, uang ini harus dikembalikan, ungkap Lawrance. Ternyata, TALG tak mengirim pesa watnya padahal dalam perjanjian pesawat itu sampai ke Indonesia pada Januari untuk Boeing dan Maret untuk Boeing TALG dinilai wan prestasi. Tak ada pesawat yang datang, 207

16 HOTASI NABABAN tapi uangnya tidak dikembalikan. Karena itu, Lawrance mengatakan Merpati menggugat di pengadilan distrik Washington DC. Kemudian pengadilan distrik Washington DC memutus perkara ini dan menyatakan bahwa TALG telah melakukan wanprestasi dan karena itu dia diwajibkan mengembalikan uang security deposite Merpati sebesar US$1 juta beserta bunganya. Namun Hume & Associates tak mau mengembalikan uang itu kepada Merpati dengan alasan belum menda patkan ijin dari TALG. Nah ketika putusan ini kami eksekusi, yang bersangkutan mengajukan kepailitan di Chicago dan kami intervensi di dalam permohonan ke pailitan itu, kata dia. Namun pengadilan kepailitan Chicago memutuskan untuk menolak permohonan TALG untuk mengesampingkan putusan Washington DC. Artinya, kata Lawrance, TALG tetap harus mengem balikan uang Merpati sebesar US$1 juta sebagaimana putusan distrik Washington DC. Setelah ada putusan itu, kami kejar eksekusinya. Mereka sudah bayar 1 kali sebesar USD Dengan itu, artinya ini murni perdata utang piutang, kata dia. Namun, kata Lawrance pembayaran itu tak dilan jutkan karena kuasa untuk menagih pembayaran itu dicabut oleh direksi yang baru. Kalau dicabut, berati kita tidak bisa kejar eksekusi lagi dong, tuturnya. Alasan dicabut itu, karena biaya pengacaranya terlalu tinggi. Semua rangkaian ini, kata Lawrance adalah rangkaian peristiwa perdata apalagi sudah ada pembayaran. Berarti murni perdata, kenapa dibawa ke pidana, ada apa sih di Kejaksaan Agung, kata dia. Lawrance juga mengatakan, pihaknya telah berusaha 208

17 JANGAN PIDANAKAN PERDATA memberikan data-data hasil pengadilan di Wasington DC, Namun penyidik Kejaksaan Agung menolak. Padahal putusan pengadilan itu akta otentik dan akta otentik itu adalah alat bukti menurut KUHP. Penyidik tidak boleh mengesampingkan fakta otentik berupa putusan pengadilan ini, tambahnya. Kemudian kata Lawrance, Mabes Kepolisian RI dan Komisi Pemberantasan Korupsi mengatakan bahwa kasus ini tidak ditingkatkan ke penyidikan karena ranah perdata. Tapi kenapa Kejaksaan tetap menyatakan ini perbuatan korupsi. Kalau menurut saya ini sebuah rekayasa yang luar biasa, kata dia. Selain itu, kata Lawrance hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan pada 2007 menyatakan adanya potensi keru gian negara. Ini baru potensi, bukan kerugian negara, kata dia. Lagi-lagi, bukti dari audit BPK ini tak digubris oleh Kejaksaan Agung. Jika kasus ini tetap dibawa ke ranah pidana korupsi, kata Lawrance maka, pihaknya akan mengajukan gugatan kepada Kejaksaan Agung dan penyidiknya dengan menggunakan Undang-Undang Kejaksaan dan Undang- Undang Kepegawaian. Bagaimana sih sebenarnya kerja mereka? kata dia. (umi) KASUS SEWA MERPATI Hotasi Nababan: Ini Risiko Bisnis Jumat, 19 Agustus :02 WIB M Fajar Marta Marcus Suprihadi 209

18 HOTASI NABABAN JAKARTA, KOMPAS.com Tersangka kasus penyewaan pesawat Merpati Nusantara Airlines Hotasi Nababan meminta Kejaksaan Agung tidak mengkesampingkan fakta hukum yang terkait dengan perkara ini, terutama putusan pengadilan Distrik Washington DC, Amerika Serikat. Pengadilan Distrik Washington menerima gugatan Merpati dan mewajibkan TALG sebagai penye wa pesawat mengembalikan uang milik Merpati. Upaya kami menggugat TALG menunjukkan tidak ada kongkalikong antara Merpati dan TALG. Ini murni persoalan wanprestasi. Dan bagi Merpati ini merupakan risiko bisnis, kata Hotasi, Kamis (18/8/2011) di Jakarta. Kasus ini bermula saat Merpati berencana menyewa dua pesawat Boeing 737 dari Thirstone Aircraft Leasing Group (TALG) senilai satu juta dollar AS pada Sesuai perjanjian, dua pesawat seharusnya diserahkan ke Merpati pada awal Namun ternyata pesawat tidak diserahkan, sementara uang sewa sebesar satu juta dollar AS sudah dibayar Merpati. Karena merasa dirugikan, Merpati menggugat TALG di Pengadilan Distrik Washington DC yang kemudian memenangkan Merpati dan mewajibkan TALG mengembalikan uang Merpati sebesar satu juta dollar AS. Menurut Hotasi, fakta hukum berupa putusan pengadilan Distrik Washington sangat penting karena itu menunjukkan tidak ada upaya melawan hukum maupun kerugian negara dalam kasus Merpati. Jadi perkara ini tidak seharusnya dipidanakan. Polisi dan KPK sebelumnya juga menyatakan kasus ini murni perdata, kata Hotasi. Sementara itu, Lawrence TP Siburian, penasihat hukum 210

19 JANGAN PIDANAKAN PERDATA Hotasi mendesak Kejaksaan Agung melakukan gelar perkara terhadap kasus penyewaan pesawat oleh PT Merpati Nusantara Airlines. Hal itu diperlukan untuk menguji apakah kasus tersebut masuk ranah perdata atau pidana. Lawrence juga menyangkal ada upaya melawan hukum yang dilakukan Hotasi dan jajaran manajemen lainnya. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, sewa operasional pesawat tidak perlu meminta persetujuan pemegang saham. Izin pemegang saham baru diperlukan kalau kita ingin membeli pesawat. Nah ini kan menyewa, jadi tidak diperlukan izin, kata Lawrence. Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung Noor Rachmad sebelumnya mengatakan, tim penyidik Keja gung telah menetapkan mantan Direktur Utama Merpati Hotasi Nababan dan mantan Direktur Keuangan Merpati GA sebagai tersangka. Tim penyidik Kejagung menilai terdapat indikasi pidana korupsi dalam perkara penyewaan pesawat Merpati. Pasalnya, ditemukan bukti adanya upaya melawan hukum, memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, serta merugikan keuangan negara. KORUPSI PENYEWAAN PESAWAT Jadi Tersangka, Eks Dirut Merpati Sebut Ada Dimensi Lain dalam Kasusnya Rizki Maulana, Senin, 22/08/ :22 WIB Dua orang eks anggota Direksi PT Merpati Nusantara 211

20 HOTASI NABABAN Airlines (MNA) menjadi tersangka dalam kasus dugaan korupsi. Salah satu tersangka, Hotasi Nababan, pejabat Direktur Utama (Dirut) MNA tahun , menyatakan kekecewaan atas statusnya saat ini. Menurutnya, kebijakan yang telah diambilnya sudah dikriminalisasi, dan hal ini bisa saja terjadi pada Direksi BUMN lain. Saya melihat ada dimensi lain dari kasus ini. Ini terbukti bahwa kebijakan yang diambil oleh Dewan Direksi PT MNA bisa saja dikriminalisasikan, dan tidak menutup kemungkinan direksi BUMN lain, tidak hanya Merpati, bisa terkena masalah yang sama. Jadi hati-hati, kebijakan bisa dikriminalisasi, ujar Hotasi Nababan dalam jumpa pers yang digelar di FPOD no 9, FX, Jakarta Selatan, Senin (22/8/2011). Lebih jauh Hotasi menegaskan, keputusan yang ia ambil adalah kegiatan korporasi, bukan individu. Ini murni kegiatan korporasi untuk perusahaan bukan keputusan individu, Hotasi juga menunjukkan kekecewaannya terhadap institusi Kejaksaan Agung (Kejagung) yang dianggapnya tidak konsisten dalam melaksanakan keputusan. Menurutnya, sebelumnya pada 2007 Kejagung telah melakukan pemeriksaan dan tidak menemukan adanya perbuatan melawan hukum. Saya sangat kecewa sekali, kenapa lembaga yang sama tidak mau mengacu pada file-file lama. File-file lama itu seharusnya kan bisa menjadi acuan dalam mengambil keputusan. Jika lembaga hukumnya saja inkonsisten, gimana rakyat mau taat hukum, terangnya. Sementara itu, penasihat hukum Hotasi Nababan sebelumnya menyatakan keberatan atas penetapan tersangka 212

21 JANGAN PIDANAKAN PERDATA kliennya. Kejagung justru dinilai memaksakan diri dengan mempidanakan kasus perdata. Kejagung terlalu memaksakan diri untuk mempidanakan kasus perdata, sebab itu murni perdata, ujar penasihat hukum eks Dirut Merpati Hotasi Nababan, Lawrens TP Siburian, beberapa waktu lalu. Lawrens menegaskan, kasus penyewaan pesawat ini seharusnya masuk ranah perdata. Sebab, yang terjadi adalah wanprestasi dalam penyewaan dua pesawat tipe Boeing dan oleh perusahaan TALG USA, bukannya kerugian negara. Kalau dibilang ada kerugian negara, dimana kerugian negaranya. Itu kan belum kerugian negara, karena itu kan leasing, sewa pesawat Boeing dan Itu dari masing-masingnya Merpati harus menaruh security deposit sebesar US$ 500 ribu dan perjanjiannya itu security deposit, bukan uang muka, artinya itu harus dikembalikan setelah masa akhir penyewaan, berbeda dengan uang cicilan atau uang muka. Jadi perjanjian itu, kalau pesawat tidak ada, uang ini harus dikembalikan. Nah ternyata, dia itu, TALG wanprestasi. Pesawatnya tidak ada, tapi uangnya tidak dikembalikan sama dia, jelasnya. Kasus ini terjadi pada 2006 ketika Direksi PT MNA memutuskan menyewa dua pesawat Boeing 737 dari perusahaan TALG di AS, senilai US$ 500 ribu untuk setiap pesawat. Uang sewa sebesar US$ 1 juta telah ditransfer ke rekening Hume Associates, lawyer yang ditunjuk TALG, melalui transfer Bank Mandiri, hingga kini pesawat tersebut, tak kunjung diterima PT MNA. Diduga ada penyimpangan dalam proses penyewaannya. Kejagung mela kukan 213

22 HOTASI NABABAN penyelidikan dan memeriksa sejumlah man tan anggota Direksi PT MNA. Mereka adalah Hotasi Naba ban (Dirut MNA ), Cucuk Suryo Suprojo (pelaksana tugas Dirut MNA 2008) dan Sardjono Jhoni Tjitrokusumo (Presdir MNA 2010). Selain Hotasi, ada eks Direktur Keuangan PT MNA berinisial GA yang juga ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini. Keduanya ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak Jampidsus Kejagung pada 16 Agustus lalu. (nvc/nvc) KEJAGUNG CEKAL MANTAN DIRUT MERPATI Selasa, 13 September :38 WIB M Fajar Marta Robert Adhi Ksp JAKARTA, KOMPAS.com Tersangka kasus ko rupsi penyewaan pesawat PT Merpati Nusantara Air lines, Hotasi Nababan, meminta agar Kejaksaan Agung berlaku adil dan mempertimbangkan seluruh fakta hukum yang ada. Saya yakin mayoritas jaksa profesional yang memiliki hati nurani menilai bahwa kasus ini perdata murni. Karena itu, kami memohon kesempatan untuk memberi penjelasan kepada semua tim penyidik karena pemeriksaan sebelumnya hanya satu kali dan tidak dalam, kata Hotasi, Selasa (13/9/2011), di Jakarta, menanggapi langkah cegah tangkal yang dikeluarkan kejaksaan terhadap dirinya. Kejaksaan Agung mencegah Hotasi Nababan, ter sangka 214

23 JANGAN PIDANAKAN PERDATA kasus korupsi penyewaan pesawat PT Merpati Nusantara Airlines, pergi ke luar negeri hingga enam bulan ke depan. Pencegahan dilakukan untuk memudahkan proses penyidikan. Jamintel sudah menandatangani surat cekal atas nama tersangka HN, kata Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung Noor Rachmad. Sesuai surat cekal bernomor 233/D/DSP.3/09/2011 tanggal 12 September 2011 tersebut, Hotasi dicegah selama enam bulan. Menurut Noor, pencekalan dilakukan untuk memudahkan proses penyidikan. Agar proses penyi dikan tidak terhambat, kata Noor. Kejagung sejauh ini telah menetapkan dua tersangka dalam kasus Merpati, yakni mantan Dirut Merpati Hotasi Nababan dan mantan Direktur Keuangan Merpati Guntur Aradea. Kejagung baru mencekal Hotasi, sementara Guntur belum. Kasus ini bermula saat Merpati tahun 2006 berencana menyewa dua pesawat Boeing 737 dari Thirstone Aircraft Leasing Group (TALG), perusahaan Amerika Serikat, senilai 1 juta dollar AS. Saat itu Dirut Merpati dijabat oleh Hotasi Nababan dan Direktur Keuangan oleh Guntur Aradea. Sesuai kontrak, TALG akan menyerahkan dua pesawat tersebut kepada Merpati pada awal Namun, ternyata pesawat tidak juga dikirim, sementara uang sewa sudah dibayar oleh Merpati. Tim penyidik Kejagung menilai terdapat indikasi pidana korupsi dalam perkara ini. Pasalnya, ditemukan bukti adanya upaya melawan hukum, memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, serta merugikan keuangan negara. Penyidik menemukan fakta penyewaan pesawat dilakukan 215

24 HOTASI NABABAN tanpa meminta persetujuan pemegang saham. Selain itu, manajemen Merpati yang lama dinilai kurang prudent karena tim penyidik menemukan bukti bahwa pesawat yang akan disewa Merpati ternyata telah disewakan terlebih dahulu ke pihak lain. Hotasi mengatakan, perkara ini seharusnya digolongkan sebagai perkara perdata, yakni wanprestasi oleh TALG yang tidak mampu memenuhi kontrak penyerahan pesawat kepada Merpati. Pihak Merpati pun, kata Hotasi, sudah mengajukan gugatan hukum kepada pihak TALG melalui Pengadilan Distrik Washington DC Amerika Serikat. Hasilnya, Merpati dimenangkan dan TALG wajib mengembalikan uang milik Merpati. Sejauh ini TALG baru membayar ganti rugi sebesar dollar AS. MANTAN DIRUT MERPATI MINTA PENCEKALAN DICABUT Hotasi Nababan dilarang bepergian ke luar negeri selama 6 bulan. Kamis, 15 September 2011, 19:13 WIB VIVAnews - Kejaksaan Agung saat ini sudah mencegah mantan Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines, Hotasi Nababan, ke luar negeri terkait penyidikan kasus korupsi. Namun, Hotasi meminta agar kejaksaan mencabut cegah tersebut. Kami akan mengajukan permohonan, karena yang bersangkutan dengan jabatan yang sekarang 216

25 JANGAN PIDANAKAN PERDATA ini mengharuskan dia sering bepergian ke luar negeri, kata pengacara Hotasi, Kamaru, saat dihubungi VIVAnews.com, Kamis 15 September Menurut Kamaru, saat ini Hotasi bekerja pada sebuah perusahaan penerbangan asing, sehingga kliennya harus bolak-balik luar negeri untuk mengurus pekerjaannya. Pihak pengacara dan keluarga, lanjut Kamaru, siap menjamin Hotasi tetap kooperatif dengan kejaksaan dan tidak melarikan diri. Kami siap memberikan jaminan, jika sewaktu-waktu diperlukan, maka dia akan datang ke kejaksaan, ujarnya. Seperti diketahui, kejaksaan sudah mencegah Hotasi untuk jangka waktu enam bulan. Pencegahan dilakukan terkait status Hotasi yang sudah ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana korupsi sewa pesawat Boeing 737 TALG USA. Sudah ada permintaan dari Pidsus (Pidana Khusus), sedang kita proses, kata Jaksa Agung Muda Intelijen, Edwin P Situmorang, di Jakarta, Jumat 9 September Sedang kan tersangka lainnya Guntur Aradea selaku Direktur Keuangan PT Merpati Nusantara Airlines, Kejaksaan Agung belum mencekal. Guntur belum, kata Edwin. Jadi Tersangka Sebelumnya, dua bekas petinggi PT Merpati Nusantara Airlines ini ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung terkait dugaan korupsi sewa pesawat Boeing dan dari perusahaan TALG di Amerika Serikat. Kasus ini berawal pada tahun 2006, saat Direksi PT Merpati Nusantara Airlines menyewa dua pesawat Boeing 737 dari 217

26 HOTASI NABABAN perusahaan TALG di Amerika Serikat. Biaya sewa untuk masing-masing pesawat seharga US$500 ribu. Uang sebesar US$1 juta sudah dibayarkan ke rekening Hume & Associates melalui transfer Bank Mandiri. Namun, hingga kini pesawat tersebut belum pernah diterima PT Merpati Nusantara Airlines. Tim Jaksa Penyidik kemudian mengendus adanya indikasi tindak pidana korupsi sebesar satu juta dolar AS dalam kasus tersebut, sehingga meningkatkan status kasus tersebut dari penyelidikan ke penyidikan. Kejaksaan sendiri telah memeriksa mantan Dirut Merpati Cucuk Suryosuprojo dan Hotasi Nababan sebagai saksi. Selain itu, kejaksaan juga telah memeriksa Presiden Direktur Merpati, Sardjono Jhoni, sebagai saksi. Kasus ini mencuat setelah Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu melaporkan adanya dugaan praktek penggelembungan harga pesawat Merpati tersebut ke Komisi Pemberantasan Korupsi. KASUS MERPATI Hotasi Nababan Akan Diperiksa Kembali Rabu, 21 September :44 WIB M Fajar Marta Agus Mulyadi JAKARTA, KOMPAS.com - Kejaksaan Agung akan kembali memeriksa mantan Dirut PT Merpati Nusantara Airlines, Hotasi Nababan, yang menjadi tersangka dalam kasus penyewaan pesawat Merpati. Pemeriksaan renca- 218

27 JANGAN PIDANAKAN PERDATA nanya dilakukan Jumat (23/9/2011). Demikian diungkapkan Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung Noor Rachmad Rabu (21/9/2011) di Jakarta. Selain Hotasi, tim penyidik Kejagung juga akan memeriksa tersangka lainnya dalam kasus ini yakni mantan Direktur Keuangan Merpati Guntur Aradea. Sejauh ini, Hotasi baru menjalani pemeriksaan satu kali dengan status sebagai saksi. Dengan demikian, pemeriksaan pada Jumat mendatang merupakan pemeriksaan perdana dirinya sebagai tersangka. Kejagung sebelumnya juga telah mencekal Hotasi. Pencekalan dilakukan untuk memudahkan proses penyidikan. Kasus ini bermula saat Merpati pada 2006 beren cana menyewa dua pesawat Boeing 737 dari Thirstone Aircraft Leasing Group (TALG), perusahaan Amerika Serikat, senilai satu juta dollar AS. Saat itu, Dirut Merpati dijabat Hotasi Nababan dan direktur keuangan oleh Guntur Aradea. Sesuai dengan kontrak, TALG akan menyerahkan dua pesawat tersebut kepada Merpati pada awal Namun ternyata pesawat tidak juga dikirim, sementara uang sewa sudah dibayar oleh Merpati. Tim penyidik Kejagung menilai, terdapat indikasi pidana korupsi dalam perkara ini. Ditemukan bukti adanya upaya melawan hukum, memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, serta merugikan keuangan negara. Penyidik menemukan fakta penyewaan pesawat dilakukan tanpa meminta persetujuan pemegang saham. Selain itu, manajemen Merpati yang lama dinilai kurang prudent karena tim penyidik menemukan bukti bahwa 219

28 HOTASI NABABAN pesawat yang akan disewa Merpati ternyata telah disewakan terlebih dahulu ke pihak lain. Hotasi mengatakan, perkara ini seharusnya digolongkan sebagai perkara perdata yakni wanprestasi oleh TALG yang tidak mampu memenuhi kontrak penyerahan pesawat kepada Merpati.Pihak Merpati pun, kata Hotasi, sudah mengajukan gugatan hukum kepada pihak TALG melalui Pengadilan Distrik Washington DC Amerika Serikat. Hasilnya, Merpati dimenangkan dan TALG wajib mengembalikan uang milik Merpati. Sejauh ini, TALG baru membayar ganti rugi sebesar US $ PENDUKUNG HOTASI DATANGI KEJAKSAAN AGUNG Jumat, 23 September :39 WIB TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga, teman kuliah, dan anak buah bekas Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines, Hotasi Nababan, mendatangi Kejaksaan Agung. Mereka ingin menyaksikan pemeriksaan Hotasi sebagai tersangka. Mereka mau melihat pemeriksaan, tapi saya bilang menunggu saja, kata Sukarto, bagian Keamanan Dalam (Kamdal) yang berjaga di gedung Bundar Kejagung, Jumat, 23 September. Mereka yang berjumlah sekitar 15 orang hanya duduk di ruang tunggu gedung Bundar. Mereka datang dengan mengendarai sejumlah mobil pribadi. Salah seorang di antaranya mengaku berasal dari Kampus Institut Teknologi 220

29 JANGAN PIDANAKAN PERDATA Bandung. Saya memang teman kuliah beliau, kata pria tersebut tanpa mau menyebutkan identitasnya. Hotasi terseret dalam kasus penyewaan Merpati bersama bekas Direktur Keuangan, Guntur Aradea. Keduanya diduga terlibat kebijakan PT Merpati menyewa dua pesawat dari Thirdstone Aircaft Leassing Group Inc (TALG) pada 19 Desember Kebijakan itu belakangan dinilai merugikan negara. Kerugian itu berawal saat Merpati menempatkan duit US$ 1 juta setara dengan Rp 9 miliar ke perusahaan penyewaan asal Amerika itu sebagai biaya sewa pesawat. Namun hingga tenggat waktu yang disepakati, yakni Januari 2007, pesawat yang dipesan tak kunjung datang. Duit Merpati juga lenyap. Pengacara Hotasi, Lawrenca Siburian, membantah dirinya sengaja menghadirkan mereka di Kejagung. Ia berdalih tidak tahu-menahu tentang kehadiran mere ka. Saya tidak tahu, katanya singkat. Hal senada juga diungkapkan Imam Turidi, juru bicara Merpati. Menurutnya, kedatangan para pegawai itu tanpa sepe ngetahuan manajemen maskapai pelat merah tersebut. Kami juga baru tahu infonya dari Anda, ujar dia. KASUS SEWA MERPATI Hotasi: Sewa Merpati Sudah Sesuai Prosedur Jumat, 23 September 2011 Jakarta, PelitaOnline Kejaksaan Agung (Keja gung), 221

30 HOTASI NABABAN Jumat (23/9), memeriksa mantan Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines, Hotasi Nababan sebagai tersangka dalam kasus penyewaan dua pesawat yang diduga merugikan negara US$ 1 juta. Hotasi dalam pemeriksaan perdananya ini tiba di Gedung Bundar Kejagung sekitar pukul WIB menggunakan Kijang Inova Hitam. Ia menuturkan bahwa kedatangannya hari ini untuk menjelaskan kasus yang tengah menjeratnya secara menyeluruh. Dipaparkan kembali semua, ujarnya. Dia bersikeras bahwa perjanjian sewa pesawat tersebut sudah sesuai prosedur, kalaupun ada masalah ia menilai hal itu merupakan resiko bisnis. Semua sudah memenuhi prosedur, katanya. Sebelumnya, penyidik pidsus Kejagung menetapkan dua orang mantan pejabat PT Merpati Nusantara Airlines menjadi tersangka. Mereka adalah mantan Dirut Merpati Hotasi Nababan dan mantan Direktur Keuangan Guntur Aradea. Mereka terkait dugaan kasus korupsi penyewaan dua pesawat Boeing dan milik Thirdstone Aircaft Leassing Group Inc (TALG) oleh PT Merpati Nusantara Airlines. HOTASI DIPATUK MERPATI Majalah Tempo, Edisi September 2011 Kejaksaan Agung kini mencekal Hotasi Nababan setelah bekas Direktur Utama PT Merpati itu jadi tersangka. Buntut dari sewa pesawat lima tahun silam. Telepon seluler milik bekas Direktur Utama Merpati 222

31 JANGAN PIDANAKAN PERDATA Nusantara Air Lines Hotasi Nababan berdering berkalikali. Beberapa pesan pendek masuk serempak ke telepon itu. Pengirimnya jurnalis dari berbagai media. Mereka menanyakan hal yang sama : Sikap Hotasi menghadapi pencekalan yang ditetapkan Kejaksaan Agung. Dahi Hotasi pun berkerut, ia sama sekali tak tahu pencekalan itu. Kendati demikian, ia tetap melayani pertanyaan wartawan. Yang saya tahu, saya sudah tersangka. Itu saja, ujarnya kepada Tempo, Kamis pekan lalu. Ia kemudian tahu perihal pencekalan itu setelah mengethaui running text di televisi Senin pekan lalu, Kejaksaan Agung mencekal Hotasi. Sebelumnya, pada 16 Agustus silam. Kejaksaan sudah mengumumkan Hotasi sebagai tersangka kasus dugaan korupsi penyewaan dua pesawat jet Boeing seri B dan B pada Selain Hotasi, Guntur Aradea, Direktur Keuangan Merpati di masa Hotasi, ikut jadi tersangka. Hotasi pertama kali diperiksa Kejaksaan pada 4 Juli silam. Saat itu ia diperiksa penyidik tanpa didampingi pengacara. saya di periksa sekali, langsung jadi tersangka, katanya. Kejaksaan menuduh kedua tersangka itu telah membuat rugi Negara lantaran memesan pesawat yang tak kunjung datang. Penyidik kejaksaan menilai ada indikasi tindak pidana korupsi dalam kasus tersebut lantaran tidak kembalinya uang secutity deposit US$ 1 juta (sekitar Rp 9 milyar pada kurs 2006) yang disetorkan Merpati. Kejaksaan sudah memeriksa bekas direktur Merpati lainya, Cucuk Suryosuprojo, sebagai saksi. Presiden Direktur Merpati yang sekarang, Sardjono Jhoni, juga sudah didengar kesaksianya. Kasus ini mencuat setelah Federasi Serikat Pekerja BUMN 223

32 HOTASI NABABAN bersatu melaporkan soal itu ke berbagai instansi penegak Hukum, termasuk kejaksaan. Hotasi menegaskan, ia tak akan berkelit dari kasus ini. Ia sendiri meminta kejaksaan mencabut pencekalan atas dirinya. Saya masih ada tanggung jawab pekerjaan yang mengharuskan saya pergi keluar negeri, katanya. Pencekalan itu memang membuat Hotasi tak bisa meninggalkan Indonesia, sedikitnya sampai enam bulan kedepan. Perkara yang membelit Hotasi bermula ketika jajaran direksi Merpati pada 2006 memutuskan melakukan penga daan pesawat itu mereka mengumumkan di situs perusahaan. Pada Desember 2006, perusahaan Amerika, Thirdstone Aircraft Leasing Group (TALG), melakukan penawaran. Perusahaan penyewaan pesawat komersial ini baru berdiri pada Sebelum menerima pinangan TALG, Merpati menelisik perusahaan yang baru dua tahun itu. Pemiliknya Alan Messnerk, sosok yang dinilai kredibel di dunia aviasi. Merpati pun menerima tawaran TALG. Pada 18 desember 2006, kesepakatan sewa pesawat ini diteken. Disana ditetapkan, harga sewa pesawat US$ 150 ribu perbulan yang harus dibayar di muka setiap bulannya. Merpati akan menyewa dua pesawat itu selama 60 bulan. Klausul lain yang disepakati, opsi yang mewajibkan penyewa menyimpan security deposit US$ 1 juta. TALG sendiri ogah dibayar dalam bentuk bank garansi atau escrow account. Ini yang membuat Merpati membayar dengan uang cash. Untuk menjaga terjadinya risiko, Merpati meminta duit 224

33 JANGAN PIDANAKAN PERDATA itu tidak langsung diserahkan ke TALG, tapi ke lembaga independen sebagai penjaga deposit (custodian). TALG menyetujui dan mengajukan Hume And Associates untuk menjadi custodian. Setelah Merpati melakukan verifikasi dan disimpulkan custodian ini tak fiktif, pada 20 Desember 2006 duit security deposit ini pun digelontorkan Pada 5 Januari 207, pesawat Boeing pertama yang dijanjikan ternyata tidak datang. Tak hanya ingkar janji, TALG menyatakan ada perubahan harga. Melihat gelagat itu, Merpati meminta pengembalian deposit. Permintaan ini tidak pernah digubris. Kejadian berulang pada 20 Maret, yang merupakan tenggat penyerahan pesawat Boeing yang kedua. Alih-alih datang. TALG malah sulit dihubungi dan belakangan raib. Sejak itu, Merpati memperkarakan perusahaan Alan Messner sekaligus custodian yang menyebabkan melayangnya duit mereka ke Federal Court Washington, DC. Upaya hukum Merpati ini juga didukung Kejaksaan Agung yang saat itu diwakili jaksa Yoseph Suardi Sabda. Putusan pengadilan Washington memenangkan Merpati dan menghukum TALG mengembalikan uang Deposit, kata Yoseph. Pengembalian deposit akhirnya terealisasi. Hanya, jumlahnya minim. Baru US$ duit itu dikirim ke rekening Merpati di Bank Mandiri. Namun, apa pun hasilnya, kejaksaan tetap menilai Direksi Merpati ceroboh. Menurut juru bicara Kejaksaan Agung Noor Rahmad, tim penyidik Kejaksaan Agung yakin, akibat perbuatan direksi Merpati itulah Negara kini menderita kerugian. Karena perbuatan mereka mengarah 225

34 HOTASI NABABAN Kunjungan ke Dapur Redaksi Detik.Com, 2007 ke korupsi, kata Noor, para direktur itu dijerat dengan pasal korupsi. itu temua dari hasil pemeriksaan yang panjang. Kata Noor. Sampai kini sedikitnya sudah 20 orang yang dimintai keterangan oleh Kejaksaan mengenai perkara ini. Kamis pekan ini Kejaksaan akan kembali memeriksa Hotasi. Menurut Noor, kejaksaan tidak sembarangan dalam menelisik perkara ini. Setidaknya tim pemeriksa sudah melakukan dua kali gelar perkara untuk kasus ini di depan para petinggi Kejaksaan Agung. Hotasi tetap berkukuh dirinya tidak melakukan kesa - lahan seperti dituduhkan Kejaksaan. Ia menyatakan yang dilakukannya dalam proses sewa pesawat itu sudah melalui semua prosedur. Tentang tidak adanya izin dari pemegang 226

35 JANGAN PIDANAKAN PERDATA saham, Hotasi menyatakan tidak bersalah. Pasalnya, dalam anggaran dasar perusahaan, untuk menyewa pesawat, izin pemegang saham tidak dibutuhkan. Adapun tentang tuduhan telah berbuat ceroboh, ia menyatakan tak melakukannya kare na yang dilakukan semua sesuai dengan prosedur, yang menekankan kehati-hatian. Termasuk dengan cara menyimpan duit Merpati di lembaga independen. Pengacara Merpati, Lawrence T.P. Siburian, menga takan kasus sewa pesawat itu sebenarnya sudah lama selesai dan tidak lagi dipermasalahkan. Buktinya, ujar Lawrence, ada surat dari tiga lembaga penegak hokum yang menghentikan penyelidikan ini. Ketiga surat itu adalah dari Direktorat III tindak Pidana Korupsi Bareskrim Mabes Polri tertanggal 27 September 2007, dari Komisi Pemberantasan Korupsi, dan Surat kepu tusan penghentian sementara dari Kejaksan Agung Muda Intelijen pada 22 Mei ini sebenarnya kasus perdata. Karena itu, kami mengharap penyidikan kasus ini dihentikan, ujarnya. Perkara Hotasi ini juga menyedot perhatian sejumlah petinggi maskapai penerbangan. Inilah untuk pertama kalinya seorang petinggi maskapai penerbangan nasional dijadikan tersangka korupsi karena tindakannya mengupayakan pesawat untuk perusahaannya. Kepada Tempo, Sekretaris jenderal Indonsia National Air Carriers Association (INACA) Tengku Burhanudin menyatakan yang dilakukan oleh Merpati pada 2006 itu sebenarnya lumrah. Menyimpan dana terlebih dulu sebagai security deposit atau jaminan, ujar Tengku Burhanudin, memang biasa disyaratkan perusahaan penyewaan pesawat. 227

36 HOTASI NABABAN Menurut dia, banyak maskapai nasional melakukan hal itu. yang terpenting sebenarnya ada upaya proteksi ter hadap kerugian apabila terjadi masalah dalam proses transaksi, katanya. Soal masalah yang dihadapi Merpati, INACA menilai yang dialami perusahaan penerbangan plat merah itu merupakan resiko bisnis. Menurut Burhanudin, dari runtutan kejadiannya, juga dengan keluarnya putusan peng adilan di Amerika Serikat, kasus Merpati ini sebenarnya masuk ranah perdata, karena masalah utang-piutang. Namun kejaksaan tetap keukeuh bahwa kasus sewa peswat merupakan ranah kasus ranah korupsi. Tak hanya dengan tanda-tanda menmgeluarkan surat pencekalan, Wakil Jaksa Agung Darmono juga mengisyaratkan perkara ini akan maju terus. Kami optimis, kasus Merpati akan selesai, katanya. KEJAKSAAN AGUNG PERIKSA SOFYAN DJALIL Senin, 12 Maret :40 WIB Maria Natalia I Made Asdhiana JAKARTA, Kompas.com Tim penyidik Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung, Senin (12/3/2012) ini, memeriksa mantan Menteri Negara (Menneg) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sofyan Djalil. Ia diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi Merpati Nusantara dalam 228

37 JANGAN PIDANAKAN PERDATA penyewaan dua pesawat Boeing dan Saya jadi saksi ahli saja untuk kasus Merpati, kata Sofyan di Kejaksaan Agung, Jakarta, Senin. Sementara itu, menurut Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Adi Toegarisman, Sofyan dimin tai keterangan sebagai saksi yang meringankan atas permintaan salah satu tersangka kasus tersebut, mantan Direktur Utama PT MNA, Hotasi Nababan. Kehadiran Pak Sofyan Djalil di gedung Bundar pada hari ini dalam rangka dimintai keterangan atau diperiksa sebagai saksi. Karena itu, permintaan dari tersangka sebagai saksi yang meringankan tentunya kita melakukan pemeriksaan, tutur Adi. Seperti yang diketahui, kasus ini berawal dari perjanjian antara PT Merpati dan perusahaan penyewaan pesawat Thirdstone Aircaft Leassing Group Inc (TALG) ditandatangani pada 19 Desember Dalam perjanjian itu, Merpati berencana menyewa dua pesawat dari Thirdstone, yaitu Boeing 737 seri 400 dan 500. Saat itu, posisi Menneg BUMN dipegang oleh Soegiharto. Berdasarkan perjanjian itu, Merpati membayar Thirdstone 1 juta dollar AS atau sekitar Rp 9 miliar sebagai jaminan. Pesawat yang disewa tersebut tak kunjung dikirimkan kepada Merpati sampai tenggat waktu yang disepakati, yaitu Januari Sementara uang jaminan yang telah dibayarkan tidak bisa ditarik kembali. Kejaksaan menduga, dalam tindakan Merpati tersebut terdapat unsur tindak pidana korupsi. Setelah kasus itu bergulir, Sofyan Djalil menjabat sebagai Menneg BUMN dari 9 Mei 2007 hingga 22 Oktober 2009 menggantikan Soegiharto sehingga ia pun diminta sebagai 229

38 HOTASI NABABAN saksi ahli dalam kasus itu. Dalam kasus tersebut, selain Hotasi, Kejaksaan juga telah menetapkan dua tersangka lainnya, yaitu General Manager Air Craft Procurement PT Merpati Nusantara Airlines Tony Sudjiarto dan mantan Direktur Keuangan PT MNA, Guntur Aradea. KASUS HOTASI NABABAN DITINGKATKAN KE PENUNTUTAN Penulis : Fario Untung Rabu, 18 April :46 WIB JAKARTA--MICOM Kejaksaan Agung (Kejagung) telah meningkatkan dugaan kasus korupsi penyewaan pesawat Boeing dan PT Merpati Nusantara Airlines (PT MNA) milik perusahaan Thirdstone Aircraft Leasing Group Inc (TALG) USA dengan tersangka Hotasi Nababan ke tingkat penuntutan. Informasi itu disampaikan oleh Direktur Penyidikan pada Pidana Khusus, Arnold Angkouw ketika ditemui di Jakarta, Rabu (18/4). Namun, Arnold belum mengetahui sejak kapan kasus tersebut sudah ditingkatkan ke penuntutan. Merpati kan sudah, sudah ditingkatkan ke penuntutan atas nama tersangka Hotasi Nababan, ujar Arnold ketika dikonfirmasi. Sementara itu, Arnold juga menjelaskan jika dua tersangka lainnya yakni Direktur keuangan PT MNA Guntur Aradea dan Mantan General Manager (GM) Pengadaan pada PT MNA tahun 2006, Tony 230

39 JANGAN PIDANAKAN PERDATA Sudjiarto. Belum, baru Hotasi, jelasnya. Seperti yang diketahui, dalam penyewaan dua unit pesawat Boeing ini, diduga negara dirugikan hingga US$1 juta. Menurut perjanjian, dua pesawat akan diserahkan kepada Merpati pada Namun, hingga saat ini kedua pesawat tidak kunjung diserahkan. Penyewaan pesawat juga diduga diputuskan sejumlah direksi dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan tanpa sepengetahuan Menteri Negara BUMN saat itu. (FA/X-12) TERSANGKA MERASA TIDAK KONGKALIKONG Harian Rakyat Merdeka, 28 April 2012 Kuasa hukum tersangka Hotasi Nababan, Lawrence TB Siburian, mengatakan bahwa penetapan klienya sebagai tersangka tidak tepat. Soalnya, menurut dia, kasus sewa pesawat ini murni perkara perdata, bukan kasus pidana. Lawrence menilai, perbuatan korupsi harus memiliki tiga unsur. Yakni, melawan hukum, ada kerugian negara yang menguntungkan diri sendiri, orang lain atau korporasi. Ketiga hal tesebut yang harus terpenuhi, tidak bisa jika jika hanya satu, katanya. Sedangkan Hotasi meminta Kejaksaan Agung tidak mengesampingkan fakta hukum perkara ini, terutama putusan pengadilan Distrik Washington DC, Amerika Serikat. Menurutnya, pengadilan Distrik Washington menerima gugatan PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) dan mewajibkan Thirdstone Aircraft Leasing Group Inc.( 231

40 HOTASI NABABAN TALG) mengembalikan uang milik Merpati. Upaya kami menggugat TALG menunujukkan tidak ada kongkalikong antara Merpati dan TALG. Ini murni persoalan wanprestasi. Bagi Merpati, ini merupakan risiko bisnis, kata Hotasi. Di tempat berbeda, Direktur Utama PT MNA, Sardjono Jhoni, menyatakan bahwa Merpati proaktif menyelesaikan persoalan tersebut. Sikap proaktif itu, menurutnya,, ditunjukan dengan kedatangan dirinya dan sejumlah pejabat Merpati ke Kejaksaan Agung. Saya pernah datang ke Kejagung untuk mendampingi Direktur Keuangan dan Direktur Opersaional yang dimintai keterangan jaksa. Kedatangan saya bukan dalam kapasitas dipanggil, tapi diundang kejaksaan, katanya, seraya membantah, kedatangannya ke kejaksaan dalam kapasitas sebagai saksi. Menurutnya, yang patut dipahami dalam kasus ini adalah proses pengajuan penyewaan pesawat didasari kebutuhan Merpati yang saat itu tidak punya uang. Kami butuh pesawat, tapi tidak punya uang, makanya diputuskan untuk menyewa. Merpati selalu merujuk pada kebijakan korporasi, bukan kebijakan perorangan. Karena itu, kami mengikuti saja proses hukum yang berjalan, ucapnya. Kasus sewa pesawat ini terjadi pada tahun Saat itu, Direksi PT MNA menyewa dua pesawat Boeing 737 dari TALG di Amerika Serikat, seharga 500 ribu dolar Amerika Serikat untuk setiap pesawat. Tapi, setelah dilakukan pembayaran sebesar satu juta dolar AS, ke rekening lawyer yang dirujuk TALG, yakni Hume & Associates, melalui transfer Bank Mandiri, hingga kini pesawat tersebut belum pernah diterima Merpati. 232

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 19 September Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 19 September Indeks P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 19 September 2011 Indeks 1. KPK Periksa Duo Nazar-Nazir Untuk Kasus PLTS 2. Direktur Keuangan Merpati Dicekal Mantan dirut merpati, Hotasi Nababan

Lebih terperinci

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 18 Oktober Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 18 Oktober Indeks P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 18 Oktober 2011 Indeks 1. Kasus Korupsi Djufri Diijinkan Hakim 2. Korupsi Wisma Atlet I Wayan Koster bantah terima uang 3. Diduga Korupsi, Eks Staf

Lebih terperinci

Clipping Service. Anti Money Laundering 9 Juni Indeks

Clipping Service. Anti Money Laundering 9 Juni Indeks Clipping Service Anti Money Laundering 9 Juni 2011 Indeks 1. Dugaan Korupsi KPK Akan Panggil Nazaruddin dan Istrinya 2. Diperiksa Kasus Kemendiknas Lalu, Bagaimana Kaitan Nazar-Kasus Sesmenpora? 3. Nazaruddin

Lebih terperinci

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 15 September Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 15 September Indeks P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 15 September 2011 Indeks 1. suap Wisma Atlet KPK usut uang ke kogkres Demokrat 2. Korupsi Kemenkes Polri periksa 30 kepala rumah sakit 3. Kasus

Lebih terperinci

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 13 September Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 13 September Indeks P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 13 September 2011 Indeks 1. Dugaan Korupsi Mantan direktur utama Merpati dicekal 2. Suap Wisma Atlet Yulianis akui ada uang Rp 30 miliar ke kongres

Lebih terperinci

PEJABAT IAIN PONTIANAK TERSANGKA

PEJABAT IAIN PONTIANAK TERSANGKA PEJABAT IAIN PONTIANAK TERSANGKA http://rkonline.id/ Polresta Pontianak mencium aroma dugaan korupsi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Empat tersangka sudah ditetapkan, sayangnya nama-nama

Lebih terperinci

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 24 Oktober Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 24 Oktober Indeks P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 24 Oktober 2011 Indeks 1. Lengser Sebulan, Bekas Bupati Ditahan 2. Penangkapan Pejabat Kemenakertrans Dadong siap buka-bukaan dipersidangan 3. Penangkapan

Lebih terperinci

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN. MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN www.kompasiana.com Mantan Kepala Divisi Konstruksi VII PT Adhi Karya Wilayah Bali, NTB, NTT, dan Maluku, Imam Wijaya Santosa, kembali mendapat pengurangan

Lebih terperinci

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 24 November Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 24 November Indeks P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 24 November 2011 Indeks 1. Penangkapan Anggota DPRD Semarang Duapuluh satu amplop berisi total Rp 40 juta 2. KPK Periksa Syarifuddin Temenggung

Lebih terperinci

1. Dugaan Korupsi KPU Ada aliran dana ke lima media 2. Berstatus Saksi, KPK Kesulitan Pulangkan nazaruddin 3. Hakim Syarifuddin Bantah Terima Suap

1. Dugaan Korupsi KPU Ada aliran dana ke lima media 2. Berstatus Saksi, KPK Kesulitan Pulangkan nazaruddin 3. Hakim Syarifuddin Bantah Terima Suap Clipping Service Anti Money Laundering 17 Juni 2011 Indeks 1. Dugaan Korupsi KPU Ada aliran dana ke lima media 2. Berstatus Saksi, KPK Kesulitan Pulangkan nazaruddin 3. Hakim Syarifuddin Bantah Terima

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4.1 Kewenangan KPK Segala kewenangan yang

Lebih terperinci

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 1 Juli Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 1 Juli Indeks P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 1 Juli 2011 Indeks 1. Kasus Dugaan Suap Sesmenpora Nazaruddin: Uang mengalir ke Andi dan Anas 2. Dugaan Suap KY minta MA berhentikan sementara Hakim

Lebih terperinci

Adnan Buyung Pesimistis Kasus Dhana Bakal Sampai ke Hulu

Adnan Buyung Pesimistis Kasus Dhana Bakal Sampai ke Hulu http://www.suarapembaruan.com/home/adnan-buyung-pesimistis-kasus-dhana-bakal-sampai-ke-hulu/17691 Adnan Buyung Pesimistis Kasus Dhana Bakal Sampai ke Hulu Kamis, 1 Maret 2012 0:27 Adnan Buyung Nasution

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI Penyusun Desain Sampul & Tata Letak Isi MPRCons Indonesia

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN 1 RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) ------------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I Pasal 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan

Lebih terperinci

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

KADIS PENDIDIKAN MTB DAN PPTK RUGIKAN NEGARA Rp200 JUTA LEBIH.

KADIS PENDIDIKAN MTB DAN PPTK RUGIKAN NEGARA Rp200 JUTA LEBIH. KADIS PENDIDIKAN MTB DAN PPTK RUGIKAN NEGARA Rp200 JUTA LEBIH www.siwalima.com Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Maluku Tenggara Barat (MTB), Holmes Matruty dan Pejabat Pelaksana

Lebih terperinci

KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI PENINGKATAN JALAN NANTI AGUNG - DUSUN BARU KECAMATAN ILIR TALO KABUPATEN SELUMA

KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI PENINGKATAN JALAN NANTI AGUNG - DUSUN BARU KECAMATAN ILIR TALO KABUPATEN SELUMA KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI PENINGKATAN JALAN NANTI AGUNG - DUSUN BARU KECAMATAN ILIR TALO KABUPATEN SELUMA http://www.beritasatu.com 1 Bengkulu - Kepala Polda Bengkulu, Brigjen Pol. M. Ghufron menegaskan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

MANTAN KEPALA DINAS SOSIAL KABUPATEN KARIMUN MASUK BUI

MANTAN KEPALA DINAS SOSIAL KABUPATEN KARIMUN MASUK BUI MANTAN KEPALA DINAS SOSIAL KABUPATEN KARIMUN MASUK BUI vemale.com Setelah melalui beberapa kali pemeriksaan, penyidik 1 Tindak Pidana Korupsi 2 (Tipikor) Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Karimun

Lebih terperinci

Kasus PDAM Makassar, Eks Wali Kota Didakwa Rugikan Negara Rp 45,8 Miliar

Kasus PDAM Makassar, Eks Wali Kota Didakwa Rugikan Negara Rp 45,8 Miliar Kasus PDAM Makassar, Eks Wali Kota Didakwa Rugikan Negara Rp 45,8 Miliar www.kompas.com Mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin didakwa menyalahgunakan wewenangnya dalam proses kerja sama rehabilitasi,

Lebih terperinci

Pajak Kaji Opsi Serahkan Seluruh Berkas Asian Agri

Pajak Kaji Opsi Serahkan Seluruh Berkas Asian Agri Pajak Kaji Opsi Serahkan Seluruh Berkas Asian Agri Contributed by Administrator Tuesday, 04 August 2009 Pusat Peraturan Pajak Online Koran Tempo, 4 Agustus 2009 Â JAKARTA - Direktorat Jenderal Pajak tengah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

BPK: ADA INDIKASI VANATH KORUPSI

BPK: ADA INDIKASI VANATH KORUPSI BPK: ADA INDIKASI VANATH KORUPSI www.siwalimanews.com Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Maluku belum melakukan audit kerugian negara. Namun dari data yang dipasok penyidik Ditreskrimsus

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720] UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720] Bagian Kedua Ketentuan Pidana Pasal 71 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan Perdagangan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA KASUS. Lihat Putusan Pengadilan Negeri Jakarta tertanggal 27 Mei 2008, No. 06/Pid/Prap/2008/PN Jkt-Sel

BAB 4 ANALISA KASUS. Lihat Putusan Pengadilan Negeri Jakarta tertanggal 27 Mei 2008, No. 06/Pid/Prap/2008/PN Jkt-Sel 59 BAB 4 ANALISA KASUS 4.1 Posisi Kasus Penangkapan Dalam Hal Tertangkap Tangan Atas Al Amin Nasution Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi Tindak Pidana Korupsi di Indonesia sudah begitu parah dan meluas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI Penyusun Desain Sampul & Tata Letak Isi MPRCons Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 2007/85, TLN 4740] 46. Ketentuan Pasal 36A diubah sehingga

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang

Lebih terperinci

Babak Baru Mafia Pajak?

Babak Baru Mafia Pajak? Babak Baru Mafia Pajak? Contributed by Administrator Monday, 20 December 2010 Harian Kompas, 20 Desember 2010 Â Dugaan kasus mafia pajak yang â diledakkanâ mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 40-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA Copyright (C) 2000 BPHN PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA *36161 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 9 TAHUN 1999 (9/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

Cari Kuburan Massal untuk Pelurusan Sejarah

Cari Kuburan Massal untuk Pelurusan Sejarah Cari Kuburan Massal untuk Pelurusan Sejarah Selasa, 26 April 2016 01:43 http://www.beritametro.co.id/feature/cari-kuburan-massal-untuk-pelurusan-sejarah Aktivis HAM menemukan kuburan massal yang diduga

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Tidak mau kalah, seorang warga lain pun menimpali, "Setahu saya, Pak Dahlan Iskan itu justru lebih sering pakai fasilitas pribadi".

Tidak mau kalah, seorang warga lain pun menimpali, Setahu saya, Pak Dahlan Iskan itu justru lebih sering pakai fasilitas pribadi. http://antarajatim.com/lihat/berita/158500/kasus-korupsi-dahlan-iskan-di-mata-rakyat Kasus Korupsi Dahlan Iskan di Mata Rakyat Senin, 8 Juni 2015 16:30 WIB Oleh Edy M Yakub Kasus Korupsi Dahlan Iskan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Audit internal akan melakukan penilaian dengan tujuan untuk menguji dan

BAB I PENDAHULUAN. Audit internal akan melakukan penilaian dengan tujuan untuk menguji dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Audit internal adalah suatu fungsi penilaian independen yang dibuat perusahaan dengan tujuan untuk menguji dan mengevaluasi berbagai kegiatan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa balinewsnetwork.com Mantan Bupati Jembrana, I Gede Winasa membantah tudingan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang menyebut dirinya

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T No. 339, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pencucian Uang. Asal Narkotika. Prekursor Narkotika. Penyelidikan. Penyidikan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELIDIKAN

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT FIT AND PROPER TEST KOMISI III DPR RI TERHADAP CALON PIMPINAN KPK ------------------------------------- (BIDANG HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

2016, No Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indon

2016, No Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indon No.1580, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPK. DPP-KPK. Pencabutan. PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN PEGAWAI KOMISI PEMBERANTASAN

Lebih terperinci

Dua Pejabat Pajak Ditetapkan Sebagai Tersangka Kasus Korupsi

Dua Pejabat Pajak Ditetapkan Sebagai Tersangka Kasus Korupsi 1 P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 3 November 2011 Indeks 1. Dua pejabat Pajak Ditetapkan Sebagai Tersangka Kasus Korupsi 2. Kejaksaan Bidik Kasus Korupsi Rp 43 Miliar di Dirjen Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap pemeriksaan penyidikan dan atau penuntutan. 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap pemeriksaan penyidikan dan atau penuntutan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjamin perlindungan hak azasi manusia dan agar para aparat penegak hukum menjalankan tugasnya secara konsekuen, maka KUHAP membentuk suatu lembaga baru yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS

KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS PERNYATAAN DAN PRINSIP KEBIJAKAN Sesuai dengan Undang-undang Intelijen Keuangan dan Anti Pencucian Uang 2002 (FIAMLA 2002), Undang-undang Pencegahan Korupsi 2002

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 28-2004 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan

Lebih terperinci

Tulis Surat Pembaca Didenda Rp 1 Miliar

Tulis Surat Pembaca Didenda Rp 1 Miliar Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan Commission for The Disappeared and Victims of Violence Saya membuat surat pembaca yang dimuat di harian Kompas pada tanggal 26 September 2006 dengan

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR NO. POL. NOMOR : KEP-109/A/JA/09/2007 : B / 2718 /IX/2007

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kekuasaan manapun (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002). Sebagai lembaga

I. PENDAHULUAN. kekuasaan manapun (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002). Sebagai lembaga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan suatu lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun

Lebih terperinci

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Lebih terperinci

Saat kasus korupsi terjadi, Hari Sabarno disebut tidak lagi menjabat sebagai Mendagri.

Saat kasus korupsi terjadi, Hari Sabarno disebut tidak lagi menjabat sebagai Mendagri. P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 12 September 2011 Indeks 1. Kasus Korupsi Mobil Kebakaran Mantan mendagri tuding jaksa tak cermat 2. Penanganan Kasus Korupsi Dana BSM Dinilai Lamban

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Sumber: LN 1995/13; TLN NO. 3587 Tentang: PERSEROAN TERBATAS Indeks: PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 255/Pid.B/2015/PN. Bnj. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 255/Pid.B/2015/PN. Bnj. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 255/Pid.B/2015/PN. Bnj. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa

Lebih terperinci

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 10 Oktober Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 10 Oktober Indeks P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 10 Oktober 2011 Indeks 1. Badan Anggaran KPK Telaah Transaksi Mencurigkan di DPR 2. Kasus Narkotika Terdakwa ffaruk ditangkap saat jalani proses

Lebih terperinci

Clipping Service. Anti Money Laundering 8 Juni 2011. Indeks

Clipping Service. Anti Money Laundering 8 Juni 2011. Indeks Clipping Service Anti Money Laundering 8 Juni 2011 Indeks 1. Dua Terduga jaringan Teroris Ditangkap Densus 88 2. KPK Masih Tak Temukan Tindak Pidana Century KPK tidak yakin bila penyimpangan yang terjadi

Lebih terperinci

TERDAKWA KASUS KORUPSI DANA BANSOS DITUNTUT 4 TAHUN 6 BULAN PENJARA

TERDAKWA KASUS KORUPSI DANA BANSOS DITUNTUT 4 TAHUN 6 BULAN PENJARA TERDAKWA KASUS KORUPSI DANA BANSOS DITUNTUT 4 TAHUN 6 BULAN PENJARA tribunnews.com Bima Ilham Bastaman, satu dari tiga terdakwa dugaan kasus korupsi dana hibah bantuan sosial (Bansos) di Kota Batam, dituntut

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 UU Tentang Yayasan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan

Lebih terperinci

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 16 November Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 16 November Indeks P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 16 November 2011 Indeks 1. Tiga Tersangka Suap Kemenakertrans Hadapi Dakwaan 2. Sidang Kasus Suap Kemenakertrans Nyoman didakwa korupsi bersama

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

IZIN DICABUT, CHURCHILL MINING GUGAT PEMERINTAH USD 2 MILIAR

IZIN DICABUT, CHURCHILL MINING GUGAT PEMERINTAH USD 2 MILIAR IZIN DICABUT, CHURCHILL MINING GUGAT PEMERINTAH USD 2 MILIAR bisnis.com Churchill Mining Plc melayangkan gugatan arbitrase i terhadap Pemerintah Indonesia ke International Centre for Settlement of Invesment

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 20 Juli Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 20 Juli Indeks P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 20 Juli 2011 Indeks 1. 150 Perusahaan di Wisma Atlet 2. Rosa Juga Sebut Ada Aliran Dana ke Anas Itu kan hanya keterangan satu saksi, dan satu saksi

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT (UJI KELAYAKAN) FIT AND PROPER TEST KOMISI III DPR RI TERHADAP CALON HAKIM AD HOC TIPIKOR DI MAHKAMAH AGUNG -------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan transparansi dan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN JALAN BINTARO UTAMA SEKTOR V, BINTARO JAYA - TANGERANG SELATAN 15222 TELEPON (021) 7361654-58

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA. Wawancara dilakukan pada hari kamis tanggal 25 Juli 2013 jam WIB

HASIL WAWANCARA. Wawancara dilakukan pada hari kamis tanggal 25 Juli 2013 jam WIB 1 HASIL WAWANCARA Wawancara dilakukan pada hari kamis tanggal 25 Juli 2013 jam 12.15 WIB di Gedung Komisi Yudisial RI. Narasumber yang diwawancara adalah Dr.Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H., Beliau merupakan

Lebih terperinci

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 04 Oktober Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 04 Oktober Indeks P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 04 Oktober 2011 Indeks 1. KPK Periksa Istri Anggota DPRD Seluma 2. Korupsi Kemenakertrans Diperiksa KPK, Muhaimin Bantah Terima Suap 3. KPK Telusuri

Lebih terperinci