DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG KETENAGALISTRIKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG KETENAGALISTRIKAN"

Transkripsi

1 DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG KETENAGALISTRIKAN NO. NOMOR NOMOR JUDUL STANDAR DAN DESKRIPSI PANITIA SNI ACUAN TEKNIK (1) (2) (3) (4) (5) IEC 60 MDE Istilah Teknik Ketenagalistrikan Berisi pedomann istilah-istilah Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris diserta definisi mencakup hampir semua istilah di bidang teknik listrik dan aspek yang terkait. PTIT IEC (1993) IEC (1995) IEC () Tranformator Daya Bagian 1 : Umum Standar ini dimaksudkan untuk dipakai sebagai pedomann bagi para produsen, konsumen, penyalur dan penguji. Standar ini digunakan bagi transformator-transformator daya (termasuk auto transformator) kecuali transpormatortranformator kecil dan khusus. Blok Terminal Penghantar Tembaga Standar ini berlaku untuk blok terminal sebagai penghubung penghantar tembaga baik secara listrik maupun mekanis yang akan dipasang pada suatu penyangga. Standar ini berlaku hanya untuk blok terminal dengan tegangan nominal sampai dengan 1000 volt arus bolak balik atau 1200 Volt arus searah, dan dimasukkan untuk menghubungkan hantaran-hantaran dengan luas penampang 0,2 mm 2 sampai dengann 300 mm 2. Standar ini tidak berlaku bagi blok terminal yang khusus direncanakan sebagai bagian dari suatu komponen. Tingkat Pegamanan Selungkup Peralatan Listrik Tegangan Rendah untuk Perlengkapan Hubung- Bagi dan Kontrol. Standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh para produsen pembuat selungkup peralatan listrik tegangan rendah kedap air, kedap debu seperti panel untuk kotak kontak di kamar mandi. Juga merupakan pedoman bagi para penguji dimana selungkup harus tahan terhadap masuknya barang padat dari luar menurut berbagai tingkat yang dikenal dengan tanda IP (Index Protection=Tingkat Perlindungan). PTTR PTLK PTHB Peralatan Elektronik dan Listrik yang Digunakan Rumah tangga. Standar ini merupakan rekomondasi yang diperuntukan bagi peralatan yang akan dihubungkan denga sumber tegangan secara. langsung maupun tidak langsung, untuk pemakaian di rumah (alat-alat rumahtangga ataupunn pemakaian lain) yang tidak diizinkan adannya loncatan bunga api seperti: -pesawat penerima suara atau gambar; -alat penguat, dan lain-lain. PTPM IEC (1963) IEC (1979) Instalasi Listrik Kapal, Kabel. Standar ini merupakan pedoman pemasangan instalasi listrik dalam kapal khususnya pada konstruksi, pengujian kabel dan bahan isolasi. Instalasi Listrik Kapal, Instalasi Kabel. Standar ini merupakan pedoman pemasangan instalasi listrik dalam kapal khususnya pada pemilihan jenis kabel dan cara pemasangannya 1

2 IEC (1980) Instalasi Listrik kapal, Alat hubung, Papan Hubung, Papan Hubung Bagi, Papan Bagi Standar ini merupakan pedoman pemasangan instalasi listrik dalam kapal khususnya pada pemilihan alat hubung, papan hubung, papan hubung bagi, papan bagi yang dapat digunakan IEC (1980) Instalasi Listrik dalam Kapal, Pengaman Listrik Standar ini merupakan pedoman pemasangan instalasi listrik dalam kapal khususnya pada pemilihan Jenis pengaman untuk melindungi perlengkapan dari segala gangguan-gangguan listrik yang mungkin timbul SPLN Pengawetan Tiang Kayu dengan Proses Sel Penuh Standar ini merupakan pedoman dalam melaksanakan pengawetan tiang kayu sel penuh yang meliputi pelaksanaan pengawetan, hasil pengawetan dan pengamanan terhadap bahaya keracunan SPLN Syarat-Syarat Teknis Tiang Listrik dari Kayu Standar ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam pemilihan tiang listrik dari jenis kayu Indonesia baik diawetkan maupun tidak. PTLP PTLP IEC (1975) supersede IEC (1992) IEC Supersede (-12) IEC (1987) Alat Penyambung Kawat (Las DOP) Standar ini merupakan persyaratan untuk alat penyambung kawat berfungsi menghubung kawat yang berfungsi menghubung inti kabel yang berisolasi karet atau PVC yang dipakai pada instalasi dengan inti tembaga berukuran sekurang-kurangnya 1,5 cm 2 dan sebesar-besarnya 6 mm 2 dan diperuntukkan bagi tegangan kerja 0,6 1 kv pada suhu kerja sampai dengan kapasitas ratusan k VA. Perlengkapan Hubung Bagi dan Kontrol Rakitan Pabrik untuk Tegangan Rendah Standar ini dimasukkan untuk perlengkapan hubung bagi dan kontrol rakitan pabrik tegangan rendah. Digunakan dalam pembuatan berbagai perlengkapan hubung bagi dan kontrol baik yang berkapasitas kecil sampai dengan kapasitas ratusan k VA. Tusuk-Kontak dan Kotak-Kontak untuk. Keperluan Rumah Tangga dan Sejenisnya Bagian 1: Persyaratan Umum Standar ini berlaku untuk tusuk-kontak dan kotak-kontak pasangan tetap atau Portabel dengan tegangan pengenal diatas 50 V tetapi tidak melampaui 440 V arus bolak balik dengan atau tanpa kontak pembumian PTLK PTHB PTLK SPLN Metode Pengujian Kabel Listrik Bagian 1: (Umum, Mekanis, Termis, Elektris) Standar ini dimaksud sebagai pedoman bagi produsen, konsumen, penyalur dan penguji dalam pengujian jenisjenis kabel yang meliputi pengukuran dimensi kabel, pengujian mekanis, pengujian sifat termis dan elektris IEC Peraturan Uji Siap-Guna Termal Turbin UAP Standar ini merupakan peraturan terutama berlaku untuk uji siap-guna termal turbin kondensasi pemutar generator listrik. Juga mengatur pengujian turbin baik yang bekerja dengan uap panas lanjut maupun uap jenuh serta mencakup pengukuran dan tata cara menentukan entalpi spesifik dalam daerah uap basah dan menguraikan tindakan pencegahan yang diperlukan untuk memungkinkan pengujian dalam batas persyaratan keselamatan radiologis pada instalasi nuklir. PTTB 2

3 Petunjuk Pemeliharaan Perawatan / Instalasi Listrik Standar ini merupakan petunjuk untuk menghindari dan mencegah sebanyak mungkin kecelakaan manusia, hewan dan harta benda yang timbul sebagai akibat gagalnya atau salah bekerjanya suatu sistem kelistrikan dan peralatan listrik khususnya pemeliharaan preventif listrik dan rencana pemeliharaan instalasi dan perlengkapan listrik Pendingin Mesin Sinkron Standar ini merupakan rekomendasi untuk pabrikan dan pemakai yang memberikan petunjuk penyederhanaan penandaan dan jenis aliran yang dipakai pada mesin sinkron. Standar ini menentukan dan mengklasifikasikan metode aliran pendingin memberikan simbol-simbol dan definisi singkat untuk tiap metode yang digunakan PTMS SPLN Spesifikasi Transformator Distribusi Standar ini dimaksudkan untuk menetapkan spesifikasi transformator distribusi (termasuk auto-transformator) yang bertegangan primer 24 kv atau kurang SPLN Spesifikasi Transformator Tegangan Tinggi Standar ini untuk menetapkan spesifikasi transformator tegangan tinggi (termasuk auto-transformator) yaitu transformator yang bertegangan primer pengenal 66 kv dan 132 kv. PTTR PTTR Konduktor Aluminium Berpenguatan Baja (ACSR) Standar ini digunakan untuk konduktor aluminium berpenguatan baja untuk keperluan transmisi tenaga listrik saluran udara. Standar ini mencakup konstruksi yang llazim mempunyai ukuran kawat aluminium yang sama setiap lapisan dan menentuka sifat kawat aluminium dan kawat baja berlapis seng dalam pembuatannya masing-masing untuk diameter anttara 1,25 mm 2 dan sampai 5,0 mm 2 dan 1,25 mm 2 sampai 4,75 mm IEC (1979) IEC (1976) IEC (1988) Uji Pembebanan pada Menara Saluran Udara Standar ini dipakai untuk menguji menara dan struktur saluran udara tegangan di atas 45 kv menentukan metodemetode dalam pengujian menara dan struktur saluran udara untuk tegangan di atas 45 kv. Pengujian ini diutamakan pengujian prototip sebelum diproduksi di pabrik dalam kondisi tertentu pengujian ini boleh juga dipakai sebagai penguji penerima sekelompok menara. Pedoman Uji Siap-Guna dan Pemeliharaan Turbin Air Standar ini bertujuan untuk membuat prosedur yang memadai untuk uji siap-guna turbin air dan peralatan yang ada hubungannya dan menunjukkan bagaimana salah satu turbin dan perlengkapannya akan dioperasikan dan dipelihara. Standar ini dapat digunakan untuk semua jenis turbin impuls dan turbin reaksi terutama untuk turbin besar yang dihubung lagsung dengan generator listrik juga pada turbin pompa jika dioperasikan sebagai turbin. Kilo Watt Hour Meter Arus Bolak Balik Kelas 0,5: 1,2 Standar ini mengatur syarat teknik dan konstruksi meter KWH jenis industri kelas 0,5 dan 2 balik tarif tunggal maupun tarif ganda untuk sambungan langsung maupun sambungan melalui transformator ukur untuk keperluan pengusaha maupun pelanggan dan juga dipergunakan sebagai pedoman dalam uji contoh. PTSU PTTB 3

4 IEC (1997) Syarat Umum Instrumen Ukur Listrik Penunjuk Langsung Analog dan Lengkapan Standar ini dipergunakan sebagai pedoman untuk pengujian jenis dan pengujian rutin yang diinginkan instrum ukur listrik analog penunjuk langsung dan lengkapan, seperti meter Amper, meter Volt, meter Watt, meter VARH, meter Frekuensi dan lain-lain. Standar ini berlaku pula bagi lengkapan tertentu seperti hambatan shunt, hambatan seri dan elemen impedans atau peralatan lain yang digabungkan dengan lengkapan tersebut. Juga berlaku bagi instrumen ukur listrik penunjuk langsung instrumen ukur listrik penunjuk langsung instrumen dan lengkapannya yang menggunakan alat-alat elektronik di dalam sirkuit ukur atau sirkuit bantu IEC (1984) IEC (1984) IEC (1984) Syarat Khusus Meter Watt dan Varh Penunjuk Langsung dan Lengkapannya Standar ini mencakup meter Watt dan meter Varh analog penunjuk langsung, juga lengkapan tidak silih tukar untuk meter Watt dan Varh juga mencakup uraian, klasifikasi, kesesuaian, kondisi dan kesalahan hakiki, julat nominal panggunan dan variasi syarat listrik dan mekanik. Syarat Khusus Meter Ampere dan Meter Volt Standar ini mengatur persyaratan teknik bagi meter penunjuk langsung untuk meter Ampere dan meter Volt analog. Juga dapat digunakan pada lengkapan yang tidak silih tukar pada meter Ampere dan meter Volt yang didesain untuk kondisi iklim tertentu. Syarat Khusus Bagi Meter Fasa, Meter Faktor Daya dan Sinkronoskop Penunjuk Langsung Analog dan Lengkapannya Standar ini mengatur syarat khusus untuk meter fasa, meter faktor daya dan sinkronoskop analog penunjuk langsung. Standar ini juga berlaku bagi lengkapan tidak silih tukar sebagai yang didefinisikan dalam L Yang digunakan bersama meter fasa, meter faktor daya dan sinkronoskop. Standar ini juga berlaku untuk meter fasa atau meter faktor daya dimana skala tidak langsung berhubungan dengan besaran masukan listriknya asalkan hubungan antara keduanya diketahui Konduktor Tembaga Telanjang Jenis Keras (BCCH) Standar ini meliputi konduktor tembaga telanjang jenis keras. Konduktornya terdiri dari kawat pada atau kawatkawat tembaga polos yang dipijarkan, digunakan untuk saluran udara tegangan rendah maupun tegangan tinggi direntangkan pada isolator-isolator diantara tiang-tiang khusus Konduktor Tembaga Telanjang Jenis Setengah Keras (BCC ½ H) Standar ini menentukan persyaratan konduktor tembaga telanjang jenis setengah keras tidak berisolasi dengan diameter 2,8 mm 2 untuk kawat tunggal, antara 1,35 mm 2 sampai dengan 2,8 mm 2 untuk kawat banyak yang digunakan pada saluran udara tegangan rendah dan tegangan menengah yang direntangkan pada isolatorisolator diantara tiang-tiang khusus IEC (691) Konduktor Aluminium Murni (AAC) Standar ini meliputi konduktor aluminium murni (AAC) yang terbuat dari kawat-kawat aluminium keras yang tidak berisolasi dan tidak berinti baja dengan diameter kawat 1,25 mm 2 sampai dengan 2 mm 2 dipergunakan untuk saluran tegangan rendah maupun menengah yang direntangkan pada isolator-isolator di antara tiang. 4

5 Konduktor Aluminium Campuran (AAAC) Standar ini meliputi konduktor aluminium campuran (AAC) yang dibuat dari kawat-kawat aluminium campuran dari jenis aluminium magnesium yang dipilih, tidak berisolasi dan tidak berinti baja, diameter kawat 1,5 mm 2 sampai dengan 4,5 mm 2 dipergunakan untuk saluran tegangan rendah maupun menengah direntangkan pada isolator-isolator di antara tiang Karakteristik Isolator Keramik Tegangan Rendah Jenis Pin, Penegang dan Penarik Standar ini meliputi isolator jenis pin penegang dan penarik yang dibuat dari keramik dengan proses dan digunakan dalam penyaluran dan pendistribusian energi listrik dengan tegangan nominal lebih besar dari 100 V dan frekuensi tidak lebih dari 100 Hz. PTIS IEC (1978) IEC (1993) IEC (1994) IEC (1980) IEC (1982) IEC (1981) Karakteristik Unit Isolator Renteng Jenis Kap dan Pin Standar ini berlaku untuk unit isolator jenis kaca kap dan pin dengan bagian penyekat dari bahan keramik atau gelas dimaksudkan untuk saluran udara arus bolak balik dengan tegangan nominal lebih besar dari 1000 Volt dan frekuensi tidak lebih dari 100 Hz. Standar ini juga berlaku untuk isolator desain sejenis yang digunakan di gardu induk. Tegangan Standar Standar ini berlaku pada jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik arus bolak balik, perlengkapan dan peralatan tenaga listrik dengan frekuensi 50 Hz, dan tegangan nominal di atas 100 Volt. Pipa Untuk Instalasi Listrik, Persyaratan Umum Standar ini menetapkan pelindung persyaratan pipa berpenampang bulat untuk pelindung penghantar dan atau kabel pada instalasi listrik dan juga meliputi definisi, spesifikasi umum, ketentuan umum dalam pengujian, klasifikasi, konstruksi, dimensi syarat lulus uji, syarat penandaan dan cara pengemasaannya. Pipa untuk Instalasi Listrik Spesifikasi Khusus untuk Pipa Isolasi Kaku Rata Standar ini menetapkan persyaratan untuk pipa isolasi kaku rata yang tidak dapat merambatkan nyala api. Pipa berpenampang bulat sebagai pelindung penghantar dan kabel pada instalasi listrik juga mencakup definisi spesifikasi, ketentuan umum dalam pengujian, klasifikasi, konstruksi, dimensi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat uji, syarat penandaan dan cara pengemasannya. Pipa untuk Instalasi Listrik, Spesifikasi Khusus untuk Pipa Logam Standar ini menetapkan persyaratan untuk pipa logam kaku rata berulir berpenampang bulat sebagai pelndung penghantar dan atau kabel pada instalasi listrik. Juga mencakup spesifikasi, pengujian, klasifikasi, konstruksi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, syarat penandaan dan cara pengemasannya. Klasifikasi Tingkat Perlindungan Selungkup Mesin Listrik Berputar (Kode IP) Standar ini mengatur perlindungan terhadap tegangan sentuh atau bagian yang bertegangan serta terhadap bagian berputar didalam selungkup dan perlidungan mesin sendiri. Terhadap masuknya benda padat dari luar. Standar ini tidak menentukan tingkat perlindungan terhadap kerusakan mekanis mesin atau kondisi seperti kelembaban uap, korosi, jamur atau binatang perusak. Juga tidak menentukan jenis perlindungan mesin untuk pemakaian diruangan dengan udara mudah meledak. PTIS PTTN PTLK PTLK PTLK PTMS 5

6 IEC ( ) Persyaratan Keamanan Lampu Berfilamen Tungsten untuk penerangan Rumah tangga Dan Penerangan Umum Yang Sejenis Standar ini menetapkan persyaratan keamanan dan kemampuan tukar lampu berfilamen tungsten untuk penerangan rumahtangga dan penggunaan umum sejenis. Menetapkan metode yang harus dipakai oleh pabrik dalam rangka memperlihatkan kesesuaian dengan persyaratan standar dengan catatan uji terhadap produk uji. Metode ini juga dapat digunakan untuk tujuan sertifikasi (pengawasan mutu). Juga dicantumkan rincian prosedur uji partai (batch) dan dapat digunakan untuk dmelakukan batasan dari partai. PTPM Keandalan Sistem Distribusi Standar ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan menetapkan tingkat keandalan sistem distribusi tenaga listrik serta memberikan pegangan yang terarah dalam menilai penampilan dan menentukan tingkat keandalan dan suatu sistem distribusi dan juga sebagai tolak ukur terhadap kemajuan atau menentukan proyeksi yang akan dicapai. PTKS IEC (1987) Evaluasi Lubang Kavitasi Pada Turbin Air, Pompa nyimpanan Dan Turbin Pompa Kavitasi yang terjadi pada turbin dan pompa lambat laun akan merusak bagian-bagian penting peralatan tersebut, derajat kavitasi yang terjadi harus dibatasi. Kavitasi yang terjadi dipengaruhi oleh jenis bahan yang dipakai, penempatan mesin terhadap permukaan air bawah dan kondisi operasi. Standar ini membahas, saat evaluasi kavitasi yang harus dilakukan prosedur evaluasi, batasan batasan yang diizinkan dan lain-lain. PTTB SPLN Standar Listrik Pedesaan Standar ini mengatur ketentuan instansi listrik di daerah pedesaan yang meliputi instansi untuk pembangkitan, jaringan distribusi, instansi rumah/bangunan baik perencanaan, pembangunan maupun pemeliharaannya Kabel Pemanas Berisolasi Karet Standar ini meliputi kabel berisolasi karet untuk tegangan kerja sampai dengan 400 V. Kabel ini dimaksudkan untuk setrika listrik, komponen listrik dan alat lain yang memerlukan panas Kabel Lampu Gantung Berisolasi Karet Standar ini meliputi kabel berisolasi karet untuk tegangan kerja sampai dengan 400 V, digunakan dalam ruangan kering untuk lampu gantung, terdiri dari 3 atau 4 urat dimana satu uratnya tali penggantung Kawat Tembaga Penampang Bulat Untuk Kumparan (MA) Standar ini meliputi definisi, simbol, syarat mutu, cara uji, fabrikasi, syarat lulus uji, pengemasan dan berat kemasan, penandaan dan sebutan dari kawat tembaga lunak penampang bulat untuk kumparan, dipakai untuk kumparan mesin listrik dan peralatan dengan kumparan magnetik yang lain Kawat Tembaga Penampang Bulat Oleoresinous (EW) Kawat tembaga oleoresinous adalah kawat tembaga dengan panampang bulat dengan diameter tertentu diberi lapisan pembungkus tipis (lapisan film) sebagai isolasi dan varnish oleoresinous dengan kelas termal cc, biasanya digunakan untuk gulungan pada mesin-mesin listrik, pesawat komunikasi, pesawat elektronik dan instrumen kelistrikan. PTLP 6

7 Kawat Tembaga Lunak Penampang Bulat Polyster (PEW) Kawat tembaga polyster adalah kawat tembaga dengan penampang bulat dengan diameter tertenrtu yang diberi lapisan pembungkus tipis sebagai isolasi dari vernish polyster dengan kelas termal C, biasanya digunakan untuk gulungan pada mesin-mesin listrik, pesawat komunikasi, pesawat elektronik dan instrumen kelistrikan Kawat Tembaga Lunak Penampang Bulat Polyvinyl Formal (PVF) Kawat tembaga polyvinyl formal adalah kawat tembaga dengan penampang bulat dengan diameter tertentu yang diberi lapisan pembungkus tipis sebagai isolasi dari vernish polyvinyl formal dengan kelas termal C, biasanya digunakan untuk gulungan pada mesinmesin listrik, pesawat komunikasi, pesawat elektronik dan instrumen kelistrikan Kawat Tembaga Lunak Penampang Bulat Polyurethane (UEW) Kawat tembaga polyurethane adalah kawat tembaga dengan penampang bulat diameter tertentu yang diberikan lapisan pembungkus tipis (lapisan isolasi) sebagai isolasi dari vernish polyurethane dengan kelas termal C Kawat Tembaga Lunak Penampang Bulat Polyster Imide (EIW) Kawat tembaga polyster adalah kawat tembaga dengan penampang bulat dengan diameter tertentu yang diberi lapisan pembungkus tipis sebagai isolasi dari vernish polyster imide dengan kelas termal C Persyaratan Komponen Karet untuk Isolasi dan Selubung Kabel Listrik Standar ini meliputi syarat mutu dan cara uji komponen karet untuk isolasi dan selubung yang terbuat dari kompon karet untuk kabel listrik instalasi tetap maupun kabel fleksibel Persyaratan Kompon XLPE untuk Kabel Listrik Tegangan Nominal dari 1 kv sampai dengan 30 kv Standar ini merupakan peersyaratan kompon XLPE untuk kabel listrik tegangan nominal dari 1 kv sampai dengan 30 kv digunakan pada kabel-kabel tenaga atau kontrol yang dalam tanah. Standar ini juga meliputi standar mutu untuk bahan dan cara uji kompon cross link polyethylene (XLPE) kabel listrik tegangan nominal 1 kv sampai dengan 30 kv Persyaratan Komponen PVC Untuk Isolasi dan Selubung Kabel Listrik Standar ini meliputi syarat mutu dan cara uji komponen polyvinyl chloride (PVC)t untuk isolasi dan selubung klabel listrik digunakan untuk mengatur bahan isolasi dan bahan selubung yang terbuat dari kompon PVC untuk kabel listrik instalasi tetap maupun kabel fleksibel Persyaratan Penghantar Tembaga dan Aluminium untuk Kabel Listrik Berisolasi Standar ini digunakan untuk mengatur penghantar kabel tenaga listrik dan kabel flaksibel, tetapi tidak termasuk : - Penghantar untuk kumparan mesin atau alat-alat listrik; - Penghantar tanpa isolasi untuk pemakaian saluran udara; - Penghantar untuk keperluan telekomunikasi; Penghantar konstruksi Khusus, misalnya penghantar berrongga. 7

8 Metode Uji Kawat Kumparan Bagian 1: Kawat berpenampang bulat Standar ini memberikan metode uji kawat kumparan berupa berpenampang bulat dengan bermacam-macam jenis Kawat Berisolasi PVC, Tegangan Pengenal 450 / 750 Volt (NYA) Standar ini meliputi kawat berisolasi PVC untuk tegangan pengenal 450 / 750 V, dimaksudkan untuk digunakan dalam ruangan kering instalasi tetap dalam pipa dan sebagai kabel hubung dalam lemari distribusi menurut peraturan instalasi yang berlaku, penghantarnya terdiri dari kawat padat atau kawat dari tembaga polos yang dipijarkan Kawat Berisolasi dan Berselubung PVC. Tegangan Pengenal 300 / 500 Volt (NYM) Standar ini meliputi kabel berisolasi dan berselubung PVC yang tidak berperisai dan berselubung PVC yang tidak berperisai tegangan kerja 300 / 500 V untuk instalasi biasa di dalam gedung penggunaannya dapat di atas, didalam plasteran atau diatas kayu pada ruangan kering, ruangan lembab, basah atau yang sejenis dalam tempat kerja dan gedung dengan bahaya kebakaran atau bahaya ledakan Kabel Berisolasi dan Berselubung PVC, Tanpa Perisai dengan Tegangan Penganal 0,6 / 1 kv ( NYY / NAYY) Standar ini berlaku untuk kabel tenaga dan kabel kontrol berinti banyak berisolasi dan berselubung PVC, tanpai perisai untuk tegangan kerja sampai 0,6 / 1 kv. Penghantarnya terdiri dari kawat padat atau kawat-kawat yang dipilih dari tembaga polos yang dipijarkan atau aluminium, dipergunakan didalam dan diluar gedung atau dalam tanah jika diberi perlindungan yang cukup Kabel Berisolasi dan Berselubung PVC Berperisai Kawat Baja atau Aluminium, Tegangan Pengenal 0,6 / 1 kv (NYVBY/NAYBY/NYRGBBYGBBY/NAYRGBY) Standar ini berlaku untuk kabel tenaga dan kabel kontrol berinti banyak, berisolasi dan berselungkup PVC, serta berperisai kawat baja untuk tegangan kerja sampai dengan o,6 / 1 kv. Penghantarnya terdiri dari kawat padat atau kawat yang dipilih dari tembaga polos yang dipijarkan atau aluminium dapat digunakan di dalam dan di luar gedung atau di dalam tanah. Bila tidak ada persyaratan khusus yang harus dipenuhi selama pemasangan juga dapat digunakan dalam air dan sebagai kabel kontrol peralatan Kabel Pilin Udara Tegangan Pengenal 0,6 / 1 kv (NFA 2x-T/NFA 2X/ NFY) Spesifikasi ini berlaku untuk kabel pilin udara dengan tegangan kerja sampai dengan 0,6 / 1 kv untuk jaringan tegangan rendah baik untuk saluran tegangan rendah maupun saluran pelayanan Kabel Berisolasi XLPE dan Berselubung PVC, Tegangan Pengenal di Atas 1 kv s.d. 30 kv Standar ini merupakan persyaratan umum kabel berisolasi XLPE dan berselubung PVC tegangan pengenal di atas 1 kv s.d. 30 kv, meliputi konstruksi, uji rutin dan uji jenis. Kabel Berisolasi XLPE dan Berselubung PVC, Tegangan Pengenal 6/10 (12) Kv Kabel Berisolasi XLPE dan Berselubung PVC, Tegangan Pengenal 8,75/15 (17,5) kv 8

9 Kabel Berisolasi XLPE dan Berselubung PVC, Tegangan Pengenal 12/20 (24) kv Kabel Berisolasi XLPE dan Berselubung PVC, Tegangan Pengenal 18/30 (36) kv Bahan Kapurasi Isolasi Kawat Perisai Kabel Listrik Bagian 1 : Umum Bagian 2 : Kawat baja pipih lapis seng Bagian 3 : Kawat Baja Bulat Lapis seng Bagian 4 : Pita Baja Lapis Seng Bagian 5 : Pipa Bergelombang / Berulir - Aluminium - Tembaga - Baja - Baja Tahan Karat Standar ini merupakan spesifikasi untuk perisai kabel listrik yang terdiri dari : - Umum - Kawat baja pipih lapis seng - Pita baja lapis seng Pita berulir (aluminium, tembaga, baja dan baja tahan karat) Kabel Mobil Bagian 1 : Kabel Fleksibel Berisolasi PVC untuk Instalasi Bagian 2 : Kabel Fleksibel Berisolasi PVC untuk Rangkaian Netral Standar ini merupakan spesifikasi bagi kabel mobil terdiri dari : Bagian 1 : Meliputi persyaratan konstruksi dan pengujian kabel fleksibel berisolasi PVC suhu pengenal 70 0 C digunakan untuk instalasi rangkaian pengisian, lampu, stater mobil dan sejenisnya dan tegangan pengenal 300 V. Bagian 2 : Meliputi persyaratan konstruksi dan pengujian kabel fleksibel berisolasi PVC tegangan pengenal 200 V suhu pengenal 70 0 C untuk rangkaian pentanahan Kabel Pilin Udara Tegangan Pengenal 0,6 / 1 kv (NFA 2x-T/NFA 2X/ NFY) Spesifikasi ini berlaku untuk kabel pilin udara dengan tegangan kerja sampai dengan 0,6 / 1 kv untuk jaringan tegangan rendah baik untuk saluran tegangan rendah maupun saluran pelayanan Kabel Berisolasi XLPE dan Berselubung PVC, Tegangan Pengenal di Atas 1 kv s.d. 30 kv Standar ini merupakan persyaratan umum kabel berisolasi XLPE dan berselubung PVC tegangan pengenal di atas 1 kv s.d. 30 kv, meliputi konstruksi, uji rutin dan uji jenis. Kabel Berisolasi XLPE dan Berselubung PVC, Tegangan Pengenal 6/10 (12) Kv Kabel Berisolasi XLPE dan Berselubung PVC, Tegangan Pengenal 8,75/15 (17,5) kv Kabel Berisolasi XLPE dan Berselubung PVC, Tegangan Pengenal 12/20 (24) kv Kabel Berisolasi XLPE dan Berselubung PVC, Tegangan Pengenal 18/30 (36) kv Bahan Kapurasi Isolasi Kawat 9

10 Perisai Kabel Listrik Bagian 1 : Umum Bagian 2 : Kawat baja pipih lapis seng Bagian 3 : Kawat Baja Bulat Lapis seng Bagian 4 : Pita Baja Lapis Seng Bagian 5 : Pipa Bergelombang / Berulir - Aluminium - Tembaga - Baja - Baja Tahan Karat Standar ini merupakan spesifikasi untuk perisai kabel listrik yang terdiri dari : - Umum - Kawat baja pipih lapis seng - Pita baja lapis seng Pita berulir (aluminium, tembaga, baja dan baja tahan karat) Kabel Mobil Bagian 1 : Kabel Fleksibel Berisolasi PVC untuk Instalasi Bagian 2 : Kabel Fleksibel Berisolasi PVC untuk Rangkaian Netral Standar ini merupakan spesifikasi bagi kabel mobil terdiri dari : Bagian 1 : Meliputi persyaratan konstruksi dan pengujian kabel fleksibel berisolasi PVC suhu pengenal 70 0 C digunakan untuk instalasi rangkaian pengisian, lampu, stater mobil dan sejenisnya dan tegangan pengenal 300 V. Bagian 2 : Meliputi persyaratan konstruksi dan pengujian kabel fleksibel berisolasi PVC tegangan pengenal 200 V suhu pengenal 70 0 C untuk rangkaian pentanahan Kabel Elektronik Bagian 1 : Kabel fleksibel berisolasi PVC tegangan pengenal 600 Volt suhu pengenal C (NYAFR 6/105) Bagian 2 : Kabel berisolasi PVC tegangan pengenal 1000 Volt suhu pengenal 90 0 C (NYAFR 10/90) Bagian 3 : Kabel berisolasi PVC tegangan pengenal 300 Volt suhu pengenal 80 0 C (NYAFR 3/80) Bagian 4 : Kabel fleksibel berisolasi PVC untuk instalasi peralatan elektronik dan mobil Standar ini merupakan spesifikasi bagi kabel elektronik yang terdiri dari : 1. Kabel berisolasi PVC tegangan pengenal 300 Volt suhu pengenal 80 0 C (NYAFR 3/80) 2. Kabel berisolasi PVC tegangan pengenal 600 Volt suhu pengenal C (NYAFR 6/105) 3. Kabel berisolasi PVC tegangan pengenal 1000 Volt suhu pengenal 90 0 C (NYAFR 10/90) 4. Kabel fleksibel berisolasi PVC untuk instalasi peralatan elektronik dan mobil meliputi persyaratan konstruksi dan pengujian kabel dengan tegangan pengenal 300 V, suhu pengenal 70 0 C yang digunakan untuk instalasi rangkaian penghubung panel, sinyal mobil dan sejenisnya Metode Uji Kawat Kumparan Standar ini merupakan spesifikasi yang berisi metode uji kawat kumparan dengan penampang segi empat berisolasi enamel atau fiber Cara Pengujian untuk Kawat Penampang Segi Empat Standar ini merupakan cara pengujian untuk kawat berpenampang segi empat, dilakukan pada suhu 15 0 C sampai 35 0 C dan kelembaban 45% sampai 75%. 10

11 Bobbin Untuk Kawat Kumparan Standar ini meliputi persyaratan konstruksi, bahan baku, syarat mutu, penandaan dan cara uji bobbin yang digunakan untuk kawat kumparan dengan diameter sampai dengan maksimum 8 mm Lengkapan Kabel dengan Tegangan Pengenal U sampai dengan 30 kv.. Bagian 1 : Umum Standar ini meliputi definisi, kondisi pelayanan, persyaratan dan metode pengujian untuk lengkapan kabel berisolasi kertas yang diimpregrasi (tidak termasuk kabel bertekanan gas dan diisi minyak) dengan tegangan pengenal Uo/U sampai dengan 18/30 kv Lengkapan Kabel dengan Tegangan Pengenal U sampai dengan 30 kv Bagian 2 : Sambungan kabel tegangan pengenal Uo/U diatas 0,6/1 kv Standar ini meliputi tentang masalah kondisi pelayanan, konstruksi dan jumlah contoh pengujian serta mengenai penilaiannya dan disertai dengan beberapa kabel keterangan Lengkapan Kabel dengan Tegangan Pengenal U sampai dengan 30 kv Bagian 3 : Sambungan kabel dengan tegangan pengenal Uo/U = 0,6/1 kv Standar ini meliputi sambungan kabel Dengan tegangan pengenal Uo/U = 0,6/1 kv juga membahas kondisi pelayanan, konstruksi dan jumlah contoh, pengujian serta penilaiannya Lengkapan Kabel dengan Tegangan Pengenal U sampai dengan 30 kv Bagian 4 : Terminasi kabel untuk pasangan dalam dengan tegangan pengenal Uo/U diatas 0,6/1 kv Standar ini meliputi Terminasi kabel untuk pasangan dalam dengan tegangan pengenal Uo/U diatas 0,6/1 kv, juga meliputi kondisi pelayanan, konstruksi dan jumlah contoh uji Lengkapan Kabel dengan Tegangan Pengenal U sampai dengan 30 kv Bagian 5 : Terminasi kabel untuk pasangan luar dengan tegangan pengenal Uo/U diatas 0,6/1 kv Standar ini berlaku untuk Terminasi kabel pasang luar dengan tegangan pengenal Uo/U di atas 0,6/1 kv, serta kondisi pelayanan. PTLK PTLK PTLK PTLK PTLK IEC (1987) IEC (1987) Transformator Tegangan Standar ini spesifikasi transformator tegangan digunakan pada instrumen pengukuran listrik dan alat proteksi pada frekuensi atas kecuali transformator tegangan kapasitor, persyaratannya mengikuti persyaratan khusus peralatan tersebut. Transformator Arus Standar ini spesifikasi transformator arus digunakan pada instrumen pengukuran listrik dan alat proteksi listrik pada frekuensi 15 Hz sampai dengan 100 Hz. Pada dasarnya persyaratanyang berhubungan dengan transformator yang terbelitan terpisah juga dapat dipakai bila bersesuai dengan auto transformator. PTTR PTTR 11

12 IEC Keamanan Pemanfaat Listrik Rumah-Tangga dan Sejenisnya Bagian 1-24 : Persyaratan khusus untuk lemari pendingin, pembeku makanan dan pembuat es Standar ini menetapkan persyaratan keamanan khusus untuk lemari pendingin dan pembeku makanan yaitu : 1. Lemari pendingin dengan ruang penyimpan makanan beku; 2. Lemari pendingin tanpa ruang penyimpan makanan beku; 3. Tempat penyimpanan makanan beku; 4. Pembeku makanan; 5. gabungan 3 dan 4. Standar ini hanya menyangkut peraturan keamanan tetapi tidak menyangkut aspek konstruksi dan pengoprasian yang diatur dalam rekomendasi ISO R824 dan 825. PTPM IEC (1984) Keamanan Pemanfaat Listrik Rumah-Tangga dan Sejenisnya Bagian 2-41 : Persyaratan khusus pompa listrik untuk cairan dengan suhu tidak lebih dari 35 0 C Standar ini tidak berlaku untuk pompa dengan suhu lebih dari 35 0 C. Contoh pompa yang masuk dalam lingkup standar ini adalah : 1. Pompa Portabel; 2. Pompa Stasioner; 3. Pompa Rendam; 4. Pompa Tegak Jenis Sumur Basah; 5. Pompa Air Limbah. PTPM Telah direvisi tahun 2002 dengan Nomor : SNI IEC (1965) Frekuensi Standar Frekuensi standar adalah frekuensi semua sistem transmisi, distribusi dan pemanfaatan tenaga listrik a.b.b dengan frekuensi standar 20 Hz dan a.s. serta perlengkapan yang digunakan dalam sistem tersebut, tidak termasuk arus yang kurang dari 1A. PTTN IEC (1938) IEC (1947) Arus Pengenal Standar Standar ini berlaku bagi semua sistem tranmisi, distribusi dan pemanfaatan tenaga listrik a.b.b dengan frekuensi standar 20 Hz dan a.s. serta perlengkapan yang digunakan dalam sistem tersebut, tidak termasuk arus yang kurang dari 1A. Frekuensi Standar untuk Instalasi Jaringan Kendali Terpusat Frekuensi yang distandarkan adalah frekuensi nominal (nilai rata-rata frekuensi yang berada dalam julat frekuensi) yang diangkat untuk instalasi jaringan terpusat yang bekerja dalam sistem distr. PTTN PTTN Instalasi Rumah/Bangunan Listrik Pedesaan Standar ini subsistem dari standar listrik pedesaan yang bertujuan untuk dapat mewujudkan dilaksanakan uji instalasi rumah dan sambungan rumah di daerah pedesaan dengan daerah konstruksi sederhana serta biaya yang ringan, tetapi masih dalam batas melindungi keamanan dan keselamatan yang memenuhi persyaratan secara memadai sesuai dengan keperluan Jaringan Distribusi Listrik Pedesaan Standar ini disusun dengan maksud untuk dapat memberikan pedoman dan ketentuan teknis jaringan distr khusus untuk listrik pedesaan agar dapat dibangun dengan konstruksi, aspek teknis dan desain yang lebih ringan, sehingga biaya pembangunan elektrifikasi pedesaan akan lebih murah. PTLP PTLP 12

13 Desain Mekanikal dan Sertifikasi Teknis Jaringan Distr Listrik Pedesaan PTLP IEC (1987) IEC (1995) IEC (1979) IEC (1992) Pemutus Tenaga A.B.B. Tegangan Tinggi Bagian 1: Nilai Pengenal Standar ini digunakan untuk pemutus tenaga a.b.b.didesain instalasi pasangan luar dalam beroperasi frekuensi sampai dengan 60 Hz. Pada tegangan di atas 1000 V. pemutus tenaga tiga fasa hanya digunakan untuk sistem satu fasa, pemutus tenaga dua fasa untuk pemakai dan sistem satu fasa. Uji Isolator Keramik atau Isolator Gelas untuk Saluran Udara Bertegangan Nominal Lebih Dari 1000 Volt Standar ini berlaku untuk isolator keramik atau gelas yang dipakai pada saluran udara a.b.b. dan saluran udara untuk traksi dengan tegangan nominal lebih dari 1000 V dan frekuensi lebih rendah dari 100 Hz. Standar ini juga berlaku untuk unit isolator renteng, rentengan isolator, perangkat isolator dan isolator pejal saluran udara juga isolator dengan desain yang sama bila dipakai dalam gardu induk. Dimensi Isolator Tonggak dan unit Isolator Tonggak Pasangan Dalam dan luar untuk Sistem dengan Tegangan Nominal Lebih Dari 1000 Volt Standar ini berlaku untuk isolator tonggak dan unit isolator tonggak dari bahan keramik atau gelas untuk pasangan dalam dan luar, dan untuk isolator tonggak dari bahan organik, bekerja pada tegangan nominal 1000V.a.b.b. dengan frekuensi lebih dari 100 Hz Pedoman Bagi Peralatan Elektromekanik untuk Pusat Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) Bagian 1: Uraian Rencana dan Kondisi Operasi Instalasi dari Pusat Pembangkit Pedoman bagi peralatan elektromagnetik PLTA yang besar sudah banyak dijumpai pada kontrak-kontrak pembangunan. Sedangkan untuk PLTM pedoman tersebut tidak aktual dapat diterapkan begitu saja, tetapi perlu adanya penyerdehanaan sebagai pedoman bagi peralatan elektromagnetik ini. Bagian 1: menerapkan uraian rencana dan kondisi opersi dari pusat pembangkit. Instalasi dan kriteria rancang bangun kondisi kelistrikan, macam pengaturan dan cara operasi serta penyangkut otomatisasi, telemetri dan pengendalian jarak jauh. PTHB PTIS PTIS PTTB Rencana dan Prosedur Pengembalian Contoh untuk Inspeksi Barang Berdasarkan Atribut Standar ini merupakan pedoman dalam penetapan rencana prosedur pengambilan contoh untuk INSPEKSI berdasarkan atribut. Rencana pengambilan contoh ini digunakan tidak terbatas untuk INSPEKSI sampai dengan barang uji akhir, tetapi juga untuk komponen kumpulan material, operasi, material yang dalam proses, suplai ke gudang, operasi pemeliharaan, data catatan (rekaman pengujian) atau prosedur administrasi. PTKS IEC (1972) IEC (1994) Penandaan Terminal dan Putaran Mesin Berputar Standar ini berhubungan dengan penandaan terminal, arah putaran dan hubungan antara penandaan terminal dengan arah putaran untuk mesin bolak balik tanpa komutator dan mesin searah dengan komutator. Pengenal dan Unjuk Kerja Standar ini mencangkup pengenal dan unjuk kerja semua mesin listrik berputar kecuali yang dicakup oleh standar lain seperti standar untuk mesin kereta api dan kendaraan bermotor. PTMS PTMS 13

14 Sistem Energi Surya Fotovoltaik Sistem energi surya fotovotanik adalah sistem yang mengubah energi surya secara langsung menjadi energi listrik melalui efek fotovoltaik yang mencakup pembangkitan, pengaturan penyimpangan, perubahan dan penyaluran energi. Standar ini mencakup definisi, istilah, simbol/lambang, parameter penentuan kapasitas, kondisi operasi, persyaratan umum dan persyaratan kelistrikan dari sistem surya fotovoltaik (SESF) Pedoman Bagi Peralatan Elektromagnetik untuk Pusat Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) Bagian 1: Uraian Rencana dan Kondisi Operasi Instalasiansi dari Pusat Pembangkit PTFA PTLP IEC (1992) IEC (1922) IEC (1982) IEC (1978) Pedoman Bagi Peralatan Elektromagnetik untuk Pusat Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) Bagian 3: Pemeriksaan, Penyerahan dan Pemeliharan Standar ini dimaksudkan sebagai petunjuk bagi pemeliharaan, penyerahan dan pemeliharaan atas bangunan peralatannya. Juga sebagai rekomondasi bagi pembeli yang berdasarkan pengalaman. Pedoman Bagi Peralatan Elektromagnetik Untuk Pusat Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) Bagian 4: Definisi, Istilah dan Lambang Standar ini berisi definisi, istilah dan lambang yang digunakan dalam pedoman bagi peralatan elektromagnetik untuk Pusat Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM). Getaran Mekanis dari Mesin-Mesin Tertentu dengan Tinggi Poros 56 mm ke atas Pengukuran Penilaian dan Batasan Kekuatan Getaran Standar ini berlaku untuk mesin searah dan mesin a.b.b. fasa tiga dengan tinggi poros 56 mm ke atas, mempunyai daya pengenal sampai 50 MW pada kecepatan nominal 600 rpm sampai dengan 3600 rpm. Untuk mesin dengan poros tegak, maka standar ini berlaku untuk mesin yang diukur dalam keadaan suspensi bebas dan tidak termasuk mesin dengan tinggi poros 400 mm. Pengamanan Termis Tertanam Ketentuan Bagi Pengaman Mesin Listrik Berputar Standar ini menentukan aturan bagi mesin listrik berputar dengan tegangan pengenal lebih kecil atau sama dengan 660 V sesuai L , untuk memenuhi persyaratan mengenai penggunaan sistem pengaman termis yang tertanam di dalam mesin listrik berputar. Standar ini memberikan definisi jenis pengaman termis, pemasangan peralatan penyambungan uji jenis dan uji rutin. PTLP PTLP PTMS PTMS Papan Meter Konsumen Menetapkan persyaratan untuk papan konsumen (PMK) baik untuk blok terminal (plastik atau keramik) maupun untuk selungkupnya (logam atau bukan logam). Juga menyertakan persyaratan dimensi dan kontruksi sehingga memudahkan untuk merancang dan memesan pabrikasi atau pemakai papan meter konsumen Konektor Tembus untuk Kabel Pilin Udara Tegangan Rendah Standar ini menetapkan persyaratan konektor tembus untuk kabel pilin dan aluminium-aluminium (Al-Al) atau aluminium tembaga (Al-Cu) berukuran nominal sampai dengan 95 mm 2, tegangan pengenal sampai dengan 1000 V, suhu kerja maksimum 90 0 C dimaksudkan untuk mencabangkan kabel pilin tanpa penyinggung isolasinya dan kondisi bertegangan sehingga instalasi tegangan listrik cepat bekerja sd tujuan. PTLK 14

15 Konektor Tembus Berbadan Logam untuk Kabel Pilin Udara Tegangan Rendah Standar ini menetapkan konektor tembus berbadan logam dan berpenutup isolasi untuk kabel udara berpenghantar aluminium-aluminium (Al-Al) atau aluminium tembaga (Al- Cu) berukuran sampai dengan 45 mm 2, tegangan pengenal 1000 V, suhu kerja maksimum 90 0 C Konektor ini harus dilengkapi dengan ganda atau bertopi, yang akan putus pada torsi yang disyaratkan Instalasi Pembangkit Listrik Pedesaan Bagian 1 : Pusat Listrik Tenaga Diesel Standar ini bertujuan untuk dapat mewujudkan suatu instalasi pembangkit listrik yang berupa pusat pembangkit listrik tenaga diesel dengan konstruksi sederhana namun masih dalam batas memenuhi persyaratan teknis dan keamanan agar dapat dibangun dengan biaya relatif ringan untuk lokasi di pedesaan Instalasi Pembangkit Listrik Pedesaan Bagian 2 : Pusat Listrik Mikrohidro berkapasitas Sampai 50 kw (PLTM-P 50) PTLK PTLP PTLP Instalasi Pembangkit Listrik Pedesaan Bagian 2 : Pusat Listrik Mikrohidro Berkapasitas 50 kw (PLTM-P50) Buku 2 : Pembuatan, Pemasangan dan Pengujian Standar ini merupakan sub sistem dari pedoman umum standar listik pedesaan L yang bertujuan untuk mewujudkan suatu instansi pembangkit tenaga listrik pedesaan yang berupa Pusat Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) dengan konstruksi sederhana, memenuhi persyaratan teknis dan ekonomis. Usaha pengembangan PLTM dipedesaan dengan berbagai cara termaksud swadaya, sudah banyak dilakukan namun belum ada standar yang mengaturnya. Diharapkan standar ini berlaku bagi instalasi PLTM pedesaan dengan unit pembangkit berkapasitas sampai 50 kw, yang selanjutnya disebut standar PLTN Modul Fotovoltaik Bagiab 1 : Umum Standar ini merupakan spesifikasi modul fotovoltaik unit rakitan yang lengkap, terdiri dari sejumlah sel fotovoltaik, yang dirangkai secara seri dan paralel. Standar ini juga meliputi definisi, lambang, singkatan, istilah klasifikasi, syarat kontruksi/mekanik, syarat listrik, lampu petunjuk, cara penandaan dan cara pemasangan fotovoltaik Modul Fotovoltaik Bagian 2 : Pengukuran Karakteristik Arus Tegangan Sel/ Modul Fotovoltaik Standar ini meliputi dimensi, lambang, singkatan, istilah, cara pengujian, pengukuran arus tegangan sel/ Modul Fotovoltaik. Juga berisi metode pengukuran untuk mendapatkan karakteristik / uji tegangan modul fotovoltaik dengan menggunakan simulator surya atau sinar surya IEC Modul Fotovoltaik Terestrial Kristal Silikon Standar ini berisi penjelasan modul fotovoltaik jenis teristrial kristal silikon Sistem Konversi Energi Angin Bagian 1 : UMUM Standar ini meliputi istilah mengenai data dan sistem konversi energi angin untuk pembangkit tenaga listrik, symbol, notasi satuan, singkatan serta jenis ukuran/ kapasitas dan sp[esifikasi. Standar ini berlaku bagi komponen/unit/sub sistem turbin angin baserta cara dan peralatan-peralatan yang digunakan dalam bidang energi angin dengan kondisi operasi yang memenuhi pada kondisi di Indonesia. PTLP PTFA PTFA PTFA PTFA 15

16 Model Fotovoltaik Bagian 2 :Pedoman Pendekatan Pengukuran Kecepatan dan Arah Angin, Perhitungan Dasar Untuk Daya Energi Angin dan Turbin Angin.. Standar ini meliputi istilah pedoman pendekatan definisi, symbol/lambang, singkatan, istilah serta pengukuran kecepatan dan arah angin dan perhitungan dasar untuk daya dan energi turbin di suatu lokasi Pemutus Tanaga A.B.B.Tegangan Tinggi Bagian 1 : Lingkup, Kondisi dan Definisi Standar ini berlaku untuk pemutus tenaga a.b.b. yang didesain untuk instalasi pasangan luar atau pasangan dalam dan untuk frekuensi sampai 60 Hz, pada tegangan diatas 1000 V. PTFA PTHB IEC 60 Pembebanan Penyangga Saluran Udara Bagian 1 : Umum Standar ini berlaku untuk penyangga saluran udara dengan tegangan nominal 45 kv, mendefinisikan metode untuk menghitung beban-beban pada penyangga saluran udara, dengan menganggap komponen lain tidak diperhitungkan dalam keamanan menyeluruh dari saluran udara, hanya digunakan sebagai penyalur tegangan mekanis Pembebanan Penyangga Saluran Udara Bagian 2 : Pengaruh Angin dan Suhu Standar ini berlaku untuk penyangga saluran udara dengan tegangan nominal di atas 45 kv panjang rentangan antara 200 s.d. 800 m, tinggi penyangga kurang dari 1300 m di atas muka laut Pembebanan Penyangga Saluran Udara Bagian 3 : Pembebanan Khusus Standar ini berlaku untuk penyangga saluran udara dengan tegangan nominal di atas 45 kv. Standar menetapkan beban yang berlaku pada penyangga saluran udara selama konstruksi atau pemeliharaan atau sebagai akibat gagalnya beberapa elemen saluran udara Metode Pengukuran Untuk Kerja Setrika Listrik Untuk Penggunaan Rumah-Tangga atau Sejenisnya Standar ini meliputu definisi, karakteristik untuk kerja utama setrika listrik untuk keperluan rumah tangga atau sejenisnya yang dipergunakan oleh pemakai dan menjelaskan metode standar untuk pengukuran karakteristik tersebut. PTSU PTSU PTSU PTPM IEC (1972) IEC (1975) Aturan Pengambilan Contoh dan Kriteria Penerimaan Jika Metode Kendali Statistik Diterapkan Untuk Uji Mekanis Pada Isolator Keramik Atau Gelas Untuk Saluran Udara Bertegangan Nominal Lebih Dari 1000 V Standar ini diterapkan pada isolator yang tercakup dalam L uji isolator keramik atau gelas. Untuk saluran udara bertegangan nominal lebih dari 1000 V. Uji Tegangan Impuls Pada Isolator Tegangan Tinggi Standar ini berisi spesifikasi pengujian pada isolator khususnya untuk uji impuls hubung pada isolator tegangan tinggi. PTIS PTIS Kamar Uji Meter Energi Listrik Standar ini meliputi tujuan, definisi, sistem satuan, bagian/klasifikasi kamar uji meter energi listrik, perlengkapan utama, jangka waktu berlaku kalibrasi alat ukur standar dan kondisi kamar uji meter energi listrik 16

17 Perlengkapan Uji Untuk Meter Energi Listrik Standar ini berlaku untuk perlengkapan fasa tiga dan/atau fasa tunggal yang digunakan untuk pengujian jenis dan pengujian contoh meter energi listrik kelas 0,5; 1 dan 2 di tambah lagi dengan satuan definisinya Persyaratan Khusus Untuk Ohm Meter (Meter Impedans) dan Meter Konduktans Analog Penunjuk dan Lengkpannya Standar ini mengikuti L ditambah dengan definisi, uraian, klasifikasi dan kesesuaian, kondisi acua dan kesalahan hakiki, julat nominal penggunaan dan variasi, persyaratan listrik dan mekanik lanjutan, persyaratan konstruksi, informasi, penandaan dan lambang untuk terminal dan pengujian pembuktian kesesuaian dengan standar ini Persyaratan Khusus Untuk Meter Frekuensi Analog Penunjuk Langsung dan Lengkapannya Standar ini berlaku untuk meter frekuensi analog penunjuk langsung ditambah dengan pengertian definisi, uraian, klasifikasi, kesesuaian, kondisi acuan kesalahan hakiki, julat nominal penggunaan dan variasi, persyaratan listrik dan mekanik lanjutan, persyaratan konstruksi, informasi, penandaan dan lambang umum, penandaan dan lambang untuk terminal dan pengujian kesesuaian standar ini Persyaratan Khusus Untuk Lengkapan Istrumen Ukur Listrik Analog Penunjuk Langsung Standar ini mengikuti L ditambah dengan pengerrtian, definisi, uraian, klasifikasi, kesesuaian, kondisi acua dan kesalahan hakiki, julat nominal dan variasi, persyaratan listrik dan mekanik lanjutan, syarat konstruksi, informasi, penandaan lambang dan terminal pengujiannya Persyaratan Khusus Untuk Istrumen Ukur Listrik Analog Penunjuk Langsung Fungsi Ganda dan Lengkapannya Standar ini berlaku untuk peralatan fungsi ganda dan juga berlaku pada perlengkapannya yang tidak silih tukar sebagaimana mengikuti L ditambah dengan pengerrtian, definisi, uraian, klasifikasi, kesesuaian, kondisi acua dan kesalahan hakiki, penggunaan variasi dan julat nominal, persyaratan listrik dan mekanik lanjutan, syarat konstruksi, informasi, penandaan dan lambang umum lambang dan penandaan untuk terminal serta pengujian untuk membuktikan Gangguan Pada Sistem Suplai Yang Diakibatkan Oleh Peranti Listrik dan Perlengkapannya Standar ini membahas tentang : - Definisi; - Harmonik; - Fluktuasi tegangan; Berlaku untuk peralatan listrik dan elektronik untuk peranti listrik dasn perlengkapan serupa yang dimaklsudkan untuk dihubungkan ke sistem distribusi tegangan rendah bolak-balik : - Tegangan nominal 230 V fasa tunggal, dua atau tiga kawat; - Tegangan nominal 400 V fasa tiga atau empat kawat; - Hz. PTKS 17

18 Spesifikasi Desain Untuk Jaringan Tegangan Menengah dan Jaringan Tegangan Rendah Standar ini meliputi perangkat keras sistem distribusi sebagai berikut : - Transformator gardu induk; - Sistem kendali transformator gardu induk distribusi; - Saluran tegangan menengah; - Alat swits tegangan menengah di gardu; - Hubung dan gardu transformator; - Transformator distr; - Saluran tegangan rendah; - Alat pengukur dan alat pembatas, baik untuk tegangan menengah maupun tegangan rendah; - Alat switsing di titik pemanfaatan. PTKS Daftar Istilah dan Definisi Keandalan Serta Petunjuk Matematis Untuk Istilah dan Definisi Keandalan Standar ini mencakup berbagai istilah dasar dan definisi dalam bidang keandalan, berdasarkan pendekatan enjinering yang melengkapi pendekatan matematis yang diberikan konsep dalam bagian 1 dan bagian 2, diberikan konsep nilai sebenarnya dari karakteristik keandalan dan rumus matematis untuk berbagai karakteristik keandalan tersebut. Hal yang berhubungan dengan misalnya seperti metode statistik, prosedur perumusan matematis untuk berbagai karakteristik, prosedur pengujian rinci dan prosedur pengukuran untuk barang khusus harus cukup diatur oleh dokumentasi/standar yang lain. PTKS IEC (1976) Transformator Tenaga Bagian 2 : Kenaikan Suhu Meliputi identifikasi sesuai dengan metode pendinginan, batas-batas kenaikan suhu dan uji jenis dari kenaikan suhu. PTTR IEC (1976) IEC (1976) Transformator Tenaga Bagian 3 : Tingkat Isolasi dan Uji Dielektrik Berisi persyaratan isolasi untuk transformator tenaga pengujian isolasi yang sesuai dengan rujukan terhadap spesifikasi dan terminalnya termasuk lampiran : Pedoman pemakaian untuk pelepasan perisai uji ketahanan tegangan induksi pada transformator. Pemindahan tegangan lebih dari belitan tegangan tinggi ke belitan tegangan rendah, informasi mengenai isolasi transformator dan uji dielektrik yang disuplai dengan permintaan keterangan pada pemesanan. Transformator Tenaga Bagian 3.1 : Tingkat Isolasi dan Uji Dielektrik Jarak Bebas Luar Di Udara Menspesifikasikan jarak bebas di udara antara bagianbagian bertagangan dari busing pada transformator tenaga terendam minyak dan terhadap obyek pada potensial bumi. PTTR PTTR ]EC 76-4 (1976) Transformator Tenaga Bagian 4 : Sadapan Hubungan Menspesifikasikan transformator yang hanya mempunyai satu belitan bersadap, persyaratan berlakunya kategori dari variasi tegangan berisi definisi-definisi dan persyaratan tambahan untuk variabel konstan dan variasi fluktuasi terkombinasi sebagai contoh spesifikasi transformator daya, sadapan, hubungan dan simpul menunjukkan hubungan antara fasa dan fasa tiga. PTTR 18

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 BIDANG DISTRIBUSI No. SPLN No. JUDUL 1 SPLN 1 : 1995 TEGANGAN-TEGANGAN STANDAR 2 SPLN 3 :1978 PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 PEDOMAN PENERAPAN SISTEM DISTRIBUSI

Lebih terperinci

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK KOMPONEN INSTALASI LISTRIK HASBULLAH, S.PD, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2009 KOMPONEN INSTALASI LISTRIK Komponen instalasi listrik merupakan perlengkapan yang paling pokok dalam suatu rangkaian instalasi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. [1] Badan Standarisasi Nasional. Desember Peraturan Umum Instalasi

DAFTAR PUSTAKA. [1] Badan Standarisasi Nasional. Desember Peraturan Umum Instalasi DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Standarisasi Nasional. Desember 2000. Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000(PUIL 2000). Jakarta. [2] Mohammad Hasan Basri. 2008. Rancang Bangun Diagram Satu Garis Rencana Sistem

Lebih terperinci

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis saklar, pemakaian saklar cara kerja saklar. 2. Praktikan dapat memahami ketentuanketentuan instalasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

Peranti listrik rumah tangga dan sejenisnya Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa

Peranti listrik rumah tangga dan sejenisnya Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa Standar Nasional Indonesia Peranti listrik rumah tangga dan sejenisnya Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa ICS 13.120; 23.080; 97.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat Bahan Listrik Bahan penghantar padat Definisi Penghantar Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya SNI 0405000 Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya 6. Ruang lingkup 6.. Bab ini mengatur persyaratan PHB yang meliputi, pemasangan, sirkit, ruang pelayanan, penandaan untuk

Lebih terperinci

Bagian 2 Persyaratan dasar

Bagian 2 Persyaratan dasar Bagian 2 Persyaratan dasar 2.1 Proteksi untuk keselamatan 2.1.1 Umum 2.1.1.1 Persyaratan dalam pasal ini dimaksudkan untuk menjamin keselamatan manusia, dan ternak dan keamanan harta benda dari bahaya

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI 1 BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen (beban), merupakan hal penting untuk

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI NOMOR 20012/44/600.4/2003 TENTANG

Lebih terperinci

INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000

INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000 INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000 34 Instalasi pemanfaatan tenaga listrik adalah instalasi listrik milik pelanggan atau yang ada di sisi pelanggan. Definisi umum : 1. Yang dimaksud

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK SUB-BIDANG PENGENDALIAN DAN JAMINAN MUTU

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK SUB-BIDANG PENGENDALIAN DAN JAMINAN MUTU STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK SUB-BIDANG PENGENDALIAN DAN JAMINAN MUTU DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK

Lebih terperinci

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa Standar Nasional Indonesia Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa (IEC 60335-2-41 (2005-06), IDT) ICS 13.120; 97.180; 23.080 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin SNI IEC 60335-2-80:2009 Standar Nasional Indonesia Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin (IEC 60335-2-80 (2005-11), IDT) ICS 13.120 Badan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan kebutuhan utama dan komponen penting dalam

1 BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan kebutuhan utama dan komponen penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan utama dan komponen penting dalam kehidupan. Energi listrik dibangkitkan melalui pembangkit dan disalurkan ke konsumen-konsumen

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki BAB II DASAR TEORI 2.1 Isolator Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan ini harus dipisahkan

Lebih terperinci

ASPEK KESELAMATAN DALAM LINGKUNGAN KERJA LISTRIK

ASPEK KESELAMATAN DALAM LINGKUNGAN KERJA LISTRIK TM - 1 ASPEK KESELAMATAN DALAM LINGKUNGAN KERJA LISTRIK Mengapa keselamatan kerja di lingkungan kerja listrik menjadi prioritas utama? Kecelakaan kerja di lingkungan kerja listrik disebabkan adanya sengatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hari ke hari semakin memicu terjadinya banyak perubahan yang merangsang

BAB 1 PENDAHULUAN. hari ke hari semakin memicu terjadinya banyak perubahan yang merangsang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dan dinamis dari hari ke hari semakin memicu terjadinya banyak perubahan yang merangsang terjadinya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK

MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK 117 Berdasarkan kondisinya : 1. Mentah, merupakan bahan dasar yang masih perlu diolah untuk dijadikan bahan setengah jadi atau bahan jadi (siap pakai).

Lebih terperinci

ISOLATOR 2.1 ISOLATOR PIRING. Jenis isolator dilihat dari konstruksi dan bahannya dibagi seperti diagram pada Gambar 2.1. Universitas Sumatera Utara

ISOLATOR 2.1 ISOLATOR PIRING. Jenis isolator dilihat dari konstruksi dan bahannya dibagi seperti diagram pada Gambar 2.1. Universitas Sumatera Utara ISOLATOR Pada sistem penyaluran daya listrik dari pembangkit listrik ke konsumen, perlu digunakan tegangan tinggi untuk mengurangi rugi-rugi daya di sepanjang saluran. Pada saluran transmisi dan distribusi,

Lebih terperinci

MODUL 7 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Listrik) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 7 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Listrik) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K MODUL 7 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (Listrik) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO 7. Listrik Energi listrik Energi listrik

Lebih terperinci

APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR 2012 APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR

APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR 2012 APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR APLIKASI LISTRIK MAGNET PADA TRANSFORMATOR OLEH : KOMANG SUARDIKA (0913021034) JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN AJARAN 2012 BAB

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN BAB II DASARDASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN II.. Syaratsyarat Umum Dalam melakukan perencanaan suatu instalasi baik itu instalasi rumah tinggal, kantorkantor, pabrikpabrik ataupun alatalat transport,

Lebih terperinci

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh : MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru Oleh : I Gede Budi Mahendra Agung Prabowo Arif Budi Prasetyo Rudy Rachida NIM.12501241010 NIM.12501241013 NIM.12501241014 NIM.12501241035 PROGRAM

Lebih terperinci

Dasar Rangkaian Listrik

Dasar Rangkaian Listrik Dasar Rangkaian Listrik Faktor Pertimbangan Distribusi Sistem Tenaga Listrik Keamanan Energi listrik yang digunakan oleh para pemakai dengan tingkat resiko / bahaya yang minimal Penyediaan Tenaga Listrik

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK Pedoman Umum 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar MCB MCB (Miniature Circuit Breaker) atau pemutus tenaga berfungsi untuk memutuskan suatu rangkaian apabila ada arus yamg mengalir dalam rangkaian atau beban listrik

Lebih terperinci

KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI. Nama kelompok 1 : Ridho ilham Romi eprisal Yuri ramado Rawindra

KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI. Nama kelompok 1 : Ridho ilham Romi eprisal Yuri ramado Rawindra KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI Nama kelompok 1 : Ridho ilham 2016330024 Romi eprisal 2015330008 Yuri ramado 2015330005 Rawindra 2015330007 A. KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI Sistem penyaluran tenaga

Lebih terperinci

Jenis Bahan Konduktor

Jenis Bahan Konduktor Jenis Bahan Konduktor Bahan bahan yang dipakai untuk konduktor harus memenuhi persyaratan persyaratan sebagai berikut: 1. Konduktifitasnya cukup baik. 2. Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi.

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah sangat identik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Energi listrik pada umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari tempat para pelanggan listrik. Untuk menyalurkan tanaga listik

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning suatu

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Penyusun, Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Penyusun, Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta KODE MODUL TU.007 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK TRANSMISI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK JARINGAN AKSES PELANGGAN Teknik Jaringan Listrik BAGIAN PROYEK

Lebih terperinci

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA KEGIATAN BELAJAR 1 MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA Lembar Informasi Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor 023/PRT/1978, pasal 1 butir 5 tentang instalasi listrik, menyatakan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 901 K/30/MEM/2003 TANGGAL 30 JUNI 2003 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA 04-6292.2.80-2003 MENGENAI PERANTI LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Arus Searah Sebuah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanik dikenal sebagai motor arus searah. Cara kerjanya berdasarkan prinsip, sebuah konduktor

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 UMUM Faraday menemukan hukum induksi elektromagnetik pada tahun 1831 dan Maxwell memformulasikannya ke hukum listrik (persamaan Maxwell) sekitar tahun 1860. Pengetahuan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN PENTANAHAN PADA PENTANAHAN ABSTRAK

PEMELIHARAAN PENTANAHAN PADA PENTANAHAN ABSTRAK PEMELIHARAAN PENTANAHAN PADA PENTANAHAN Soehardi, Sabari D3 Teknik Elektro Politeknik Harapan Bersama Jl Dewi Sartika No 71 Tegal Telp/Fax (0283) 352000 ABSTRAK Dilapangan dijumpai juga kasus Pentanahan

Lebih terperinci

BAB III KWH METER SEBAGAI ALAT UKUR ENERGI LISTRIK. dan ampermeter. Jika V volt yang ditunjukkan oleh voltmeter dan I amper yang

BAB III KWH METER SEBAGAI ALAT UKUR ENERGI LISTRIK. dan ampermeter. Jika V volt yang ditunjukkan oleh voltmeter dan I amper yang BAB III KWH METER SEBAGAI ALAT UKUR ENERGI LISTRIK 3.1. Pengukuran Daya Dan Energi Listrik Daya dalam rangkaian arus searah dapat diukur dengan bantuan voltmeter dan ampermeter. Jika V volt yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

BAB I LAS BUSUR LISTRIK BAB I LAS BUSUR LISTRIK A. Prinsip Kerja Las Busur Listrik Mengelas secara umum adalah suatu cara menyambung logam dengan menggunakan panas, tenaga panas pada proses pengelasan diperlukan untuk memanaskan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Listrik saat ini merupakan sebuah kebutuhan pokok yang tak tergantikan. Dari pusat kota sampai pelosok negeri, rumah tangga sampai industri, semuanya membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Fenomena Petir Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas bumi. Pembentukan awan bermuatan disebabkan karena adanya kelembaban

Lebih terperinci

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN GLOSSARY GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN Bangunan Sipil Adalah bangunan yang dibangun dengan rekayasa sipil, seperti : bangunan

Lebih terperinci

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim KONDUKTOR Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim digunakan adalah aluminium dan tembaga. Aluminium

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motor DC Motor DC adalah suatu mesin yang mengubah energi listrik arus searah (energi lisrik DC) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran rotor. [1] Pada dasarnya, motor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Flowchart Pengambilan Data Winding Cu-Cu Winding Cu-Cu Bagian Elektrik Bagian Elektrik Kumparan Kumparan Inti Besi Inti Besi Bagian Mekanik Bagian Mekanik Selesai

Lebih terperinci

LISTRIK DALAM RUMAH TANGGA

LISTRIK DALAM RUMAH TANGGA LISTRIK DALAM RUMAH TANGGA PENDAHULUAN Kamu telah mengetahui dan memahami bahwa manusia pada saat ini dan saat yang akan datang selalu membutuhkan listrik, baik di rumah, di kantor, di pabrik, di sekolah,

Lebih terperinci

BAB II ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA

BAB II ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA BAB II ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA II.1 Jenis Isolator Isolator merupakan salah satu bahan dielektrik yang digunakan untuk memisahkan konduktor bertegangan dengan kerangka penyangga yang dibumikan.

Lebih terperinci

Bagian 3 Proteksi untuk keselamatan

Bagian 3 Proteksi untuk keselamatan Bagian 3 Proteksi untuk keselamatan 3.1 Pendahuluan 3.1.1 Proteksi untuk keselamatan menentukan persyaratan terpenting untuk melindungi manusia, ternak dan harta benda. Proteksi untuk keselamatan selengkapnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis. MESIN LISTRIK 1. PENDAHULUAN Motor listrik merupakan sebuah mesin yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik atau tenaga gerak, di mana tenaga gerak itu berupa putaran dari pada

Lebih terperinci

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA Isolator memegang peranan penting dalam penyaluran daya listrik dari gardu induk ke gardu distribusi. Isolator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

TUGAS PERTANYAAN SOAL

TUGAS PERTANYAAN SOAL Nama: Soni Kurniawan Kelas : LT-2B No : 19 TUGAS PERTANYAAN SOAL 1. Jangkar sebuah motor DC tegangan 230 volt dengan tahanan 0.312 ohm dan mengambil arus 48 A ketika dioperasikan pada beban normal. a.

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Sudaryatno Sudirham nalisis Rangkaian Listrik Jilid Sudaryatno Sudirham, nalisis Rangkaian Listrik () Rangkaian Pemroses Energi (rus Searah) Dalam bab ini kita akan melihat beberapa contoh aplikasi analisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Distribusi Dan Instalasi Secara sederhana Sistem Distribusi Tenaga Listrik dapat diartikan sebagai sistem sarana penyampaian tenaga listrik dari sumber ke pusat

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui tentang pengertian dan fungsi dari elektrode bumi. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 2. Keselamatan & Kenyamanan Metoda Uji 1. Metode Pengujian Jalar

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) 3.1 Alat Ukur Listrik Besaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan lain sebagainya tidak dapat secara langsung kita tanggapi dengan panca indra kita. Untuk

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK

INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK A.1 Pembangkit Listrik Bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi dan membangkitkan tenaga listrikdari berbagai sumber tenaga, seperti PLTU, PLTD, PLTA, dll.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Umum Seperti telah di ketahui bahwa mesin arus searah terdiri dari dua bagian, yaitu : Generator arus searah Motor arus searah Ditinjau dari konstruksinya, kedua mesin ini adalah

Lebih terperinci

Pelatihan Sistem PLTS Maret PELATIHAN SISTEM PLTS PROTEKSI DAN KESELAMATAN KERJA Serpong, Maret Oleh: Fariz M.

Pelatihan Sistem PLTS Maret PELATIHAN SISTEM PLTS PROTEKSI DAN KESELAMATAN KERJA Serpong, Maret Oleh: Fariz M. PELATIHAN SISTEM PLTS PROTEKSI DAN KESELAMATAN KERJA Serpong, 24-26 Maret 2015 Oleh: Fariz M. Rizanulhaq Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) TUJUAN DAN SASARAN Peserta memahami berbagai macam alat proteksi

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. mungkin memiliki keseimbangan antara sistem pembangkitan dan beban, sehingga

1 BAB I PENDAHULUAN. mungkin memiliki keseimbangan antara sistem pembangkitan dan beban, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik tenaga listrik sudah mengalami kemajuan yang cukup signifikan dalam sistem penyaluran tenaga listrik. Namun, masih ada daerah yang masih sulit dijangkau

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Kerja praktik dilaksanakan di PT. Furin Jaya Co. LTD. Perusahaan ini bergerak dalam bidang manufaktur yang memproduksi semua tipe kabel baik

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

Tegangan standar SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional ICS

Tegangan standar SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional ICS Standar Nasional Indonesia Tegangan standar ICS 29.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi SNI 04-0227-2003 Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang Iingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Tabel tegangan

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK Sistem Tenaga Listrik : Sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH / KODE : INSTALASI ELEKTRIK / IT SEMESTER / SKS : IV / 2

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH / KODE : INSTALASI ELEKTRIK / IT SEMESTER / SKS : IV / 2 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH / KODE : INSTALASI ELEKTRIK / IT04124 SEMESTER / SKS : IV / 2 Pertemuan ke Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar Cara Pengajaran 1 Standarisasi dan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN STANDARDISASI KETENAGALISTRIKAN DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

KEBIJAKAN STANDARDISASI KETENAGALISTRIKAN DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KEBIJAKAN STANDARDISASI KETENAGALISTRIKAN Disampaikan pada Sosialisasi Regulasi Teknik Ketenagalistrikan Medan, 29 Maret 2007 DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DASAR HUKUM (1) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP Posted on December 6, 2012 PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP I. TUJUAN 1. Mampu merancang instalasi penerangan satu fasa satu grup. 2. Mengetahui penerapan instalasi penerangan

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT

ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT Desy Kristyawati [1], Rudi Saputra [2] Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Jl. Margonda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa terampil membuat perencanaan instalasi penerangan rumah bertingkat. 2. Mahasiswa terampil melakukan pemasangan instalasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

LISTRIK DAN MAGNET (Daya Listrik) Dra. Shrie Laksmi Saraswati,M.Pd

LISTRIK DAN MAGNET (Daya Listrik) Dra. Shrie Laksmi Saraswati,M.Pd LISTRIK DAN MAGNET (Daya Listrik) Dra. Shrie Laksmi Saraswati,M.Pd laksmi.sedec@gmail.com A. Kompetensi Dasar Mengidentifikasi kegunaan energi listrik, konversi energi listrik, transmisi energi listrik,

Lebih terperinci

PROGRAM PERUMUSAN STANDAR TAHUN 2004

PROGRAM PERUMUSAN STANDAR TAHUN 2004 Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral PROGRAM PERUMUSAN STANDAR TAHUN 2004 NO JUDUL/TOPIK RUANG LINGKUP PANTEK 1 Lambang huruf yang akan digunakan

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat melakukan pemasangan KWH meter 2. Mahasiswa dapat melakukan penyambungan kabel twist dari tiang listrik

Lebih terperinci

TRAFO TEGANGAN MAGNETIK

TRAFO TEGANGAN MAGNETIK TRAFO TEGANGAN Pada Gambar 6.1 diperlihatkan contoh suatu trafo tegangan. Trafo tegangan adalah trafo satu fasa step-down yang mentransformasi tegangan sistem ke suatu tegangan rendah yang besarannya sesuai

Lebih terperinci

Pemasangan Komponen PHB Terdapat beberapa macam pemasangan dalam pemasangan komponen PHB yaitu :

Pemasangan Komponen PHB Terdapat beberapa macam pemasangan dalam pemasangan komponen PHB yaitu : Nama : Setyawan Rizal Nim : 09501244010 Kelas : D PHB (PANEL HUBUNG BAGI) PHB adalah merupakan perlengkapan yang digunakan untuk membagi dan mengendalikan tenaga listrik. Komponen utama yang terdapat pada

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR GANGGUAN PADA GENERATOR Pada Sirkit Listrik Generator yang menyebabkan tripnya PMT, pada umumnya disebabkan oleh : 1. Gangguan diluar seksi generator tetapi PMT generator

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Komponen dan diagram rangkaian PLTS. Gambar 2.2. Instalasi PLTS berdaya kecil [2]

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Komponen dan diagram rangkaian PLTS. Gambar 2.2. Instalasi PLTS berdaya kecil [2] 3 BAB 2 TEORI DASAR 2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS adalah pembangkit listrik yang menggunakan cahaya matahari, dengan mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Energi listrik yang

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1 Umum Motor arus searah ialah suatu mesin listrik yang berfungsi mengubah energi listrik arus searah (listrik DC) menjadi energi gerak atau energi mekanik, dimana energi gerak

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

Pilih satu jawaban yang paling benar dari dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf di depan pilihan jawaban tersebut.

Pilih satu jawaban yang paling benar dari dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf di depan pilihan jawaban tersebut. Pilih satu jawaban yang paling benar dari dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf di depan pilihan jawaban tersebut. 1. Muatan-muatan listrik yang sejenis tolak menolak dan mauatan-muatan listrik

Lebih terperinci

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga

Lebih terperinci