BAB II TI NJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, landasan hukum dan prinsip dasar perbankan syariah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TI NJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, landasan hukum dan prinsip dasar perbankan syariah"

Transkripsi

1 BAB II TI NJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian, landasan hukum dan prinsip dasar perbankan syariah Pengertian Bank Syariah Ketentuan tentang kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip syariah dalam Undang-undang N0.7 tahun 1992 sangat terbatas, yakni menyangkut kegiatan pembiayaan dan tidak diatur tentang penghimpunan dana, maka diatur kembali dalam Undang-undang yang baru secara lebih jelas dan lengkap baik yang menyangkut penghimpunan dana maupun penyediaan pembiayaan. Dalam Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No.7 tahun 1992 terdapat beberapa perubahan yang memberikan peluang yang lebih besar bagi pengembangan perbankan syariah. Adapun perubahan yang dimaksud adalah dapat melakukan kegiatan usaha secara konvensional diantaranya kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip syariah, pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah serta pembukaan kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

2 Edy Wibowo (2005 : 33) menyatakan bahwa Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank ini tata caranya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur an dan Hadist. Muhammad Syafi i Antonio (2001 : 26) menyatakan bahwa sistem perbankan syariah dikembangkan dengan tujuan : 1. Memenuhi kebutuhan jasa perbnakan yang tidak dapat menerima konsep bunga. Dengan diterapkan konsep perbankan syariah yang berdampingan dengan sistem perbankan konvensional, maka mobilisasi dana masyarakat dapat dilakukan secara lebih luas. Terutama dari segmen masyarakat yang selama ini tidak mau menggunakan sistem perbankan konvensional. 2. Membuka peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip kemitraan. Dalam prinsip ini konsep yang diterapkan adalah hubungan antara investor yang harmonis, adapun dalam sistem konvensional konsep yang diterapkan adalah hubungan antara kreditur dan debitur yang antagonis. 3. Memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa bank unggulan. Sistem perbankan syariah memiliki beberapa keunggulan komparatif berupa penghapusan pembebanan bunga yang berkesinambungan, membatasi kegiatan spekulasi yang tidak produktif, dan pembiayaan yang ditujukan pada usaha-usaha yang memperhatikan unsur moral. Dari beberapa defenisi mengenai Bank Syariah di atas dapat disimpulkan bahwa Bank Syariah adalah suatu lembaga keuangan perbankan yang dalam menjalankan usaha yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara islam. Dalam cara bermuamalat itu dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba

3 untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Landasan Hukum Bank Syariah Bank Umum Syariah didirikan pertama di Indonesia tahun 1992 berdasarkan UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan dan PP No.72 tahun 1991, tentang bank beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil sedangkan sebagai landasan hukum BPRS adalah UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan dan PP no.73 tentang BPR beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil. Sesuai dengan perkembangan perbankan, maka Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan disempurnakan dengan Undangundang No.10 tahun Dalam Undang-undang No.10 tahun 1998 tersebut telah tercakup hal-hal yang berkaitan dengan perbankan syariah. Dengan dikeluarkannya Undang-undang No.10 tahun 1998, maka Peraturan Pemerintah NO.72 tahun 1992 dan dicabut dengan Peraturan Pemerintah No.30 tahun 1998 sebagai tindak lanjut dari Undang-undang No.10 tahun 1998 tersebut, Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan mengeluarkan beberapa ketentuan berkaitan dengan perbankan syariah tersebut,yaitu: 1. Bank Umum Syariah Peraturan Bank Indonesia nomor 6/24/PBI/2004 tertanggal 14 Oktober 2004 tentang Bank umum yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan

4 prinsip syariah. Kegiatan ini merupakan penyempurnaan ketentuan lama yang telah dicabut yaitu : a. Surat Edaran Bank Indonesia nomor 32/2/UPPB tertanggal 12 Mei 1999 tetang Bank Umum berdasarkan prinsip syariah. b. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia nomor 32/34/KEP/DIR tertanggal 12 Mei 1999 tentag Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. 2. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPR-Syariah) Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/17/PBI/2004 tanggal 1 juli 2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Ketentuan ini merupakan penyempurnaan ketentuan yang dicabut yaitu: a. Surat Edaran Bank Indonesia nomor 32/4/UPPB tertanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip syariah b. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia nomor 32/36/KEP/DIR tertanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. 3. Bank Konvensional yang membuka Usaha Syariah (Cabang Syariah) a. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia nomor 32/36/KEP/DIR tertanggal 12 Mei tentang Bank Umum. b. Peraturan Bank Indonesia nomor 4/1/PBI/2002 tanggal 17 Maret tentang perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional

5 menjadi Bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional, yang merupakan penyempurnaan dari Peraturan Bank Indonesia nomor 2/27/PBI/2010 tanggal 15 Desember 2000 tentang Bank Umum Konvensional yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Prinsip-prinsip Dasar Perbankan Syariah Muhammad (2002:100) menyatakan bahwa Prinsip-prinsip yang dianut oleh lembaga keuangan syariah adalah sebagai berikut : a. Larangan merupakan bunga pada semua bentuk dan jenis jual beli transaksi b. Menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangan berdasarkan pada kewajiban dan keuntungan halal. c. Mengeluarkan zakat dari hasil kegiatannya. d. Larangan menjalankan monopoli e. Bekerja sama dalam membangun masyarakat, melalui aktivitas bisnis dan perdagangan yang tidak dilarang oleh islam. Menurut UU No.12 pasal 1 ayat 13 tahun 1998 : Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah),

6 Pembiayaan berdasarkan prinsip penyerahan modal (Musyarakah), Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (Murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (Ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak atau pihak lain (Ijarah Wa iqtina) Sofyan safri harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf (2004 : 3) Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (Musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (Murabahah) atau pembiayaan barang berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (Ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (Ijarah wa Istighna) Muhammad Syafi I Antonio (2001 : 85) adalah sebagai berikut : Dalam perbankan syariah prinsip prinsip dasar yang dipergunakan adalah prinsip titipan atau simpanan (Al Wadiah), bagi hasil (profit sharing), jual beli (sale and purchase), sewa (operational lease and financial lease), jasa (fee bassed service). Dari beberapa definisi yang dinyatakan di atas maka dapat disimpulkan prinsip-prinsip dari usaha perbankan syariah adalah berdasarkan prinsip wadiah, mudharabah dan prinsip-prinsip lain yang berdasarkan syariah Islam.

7 2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 105 Akuntansi Mudharabah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.105 tentang Akuntansi Mudharabah ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi mudharabah. Yang menjadi ruang lingkup dalam PSAK No.105 Akuntansi Mudharabah meliputi : - Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi mudharabah baik sebagai pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola dana (mudharib) - Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad mudharabah. Berikut pengertin beberapa istilah yang digunakan dalam PSAK No.105 : - Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara merek sesuai kesepakatan sedangkan kerugian financial hanya ditanggung oleh pemilik dana. - Mudharabah muthalaqah adalah mudharabah di mana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. - Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan /atau objek investasi. - Muharabah musyarakah adalah bentuk mudharabah di mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.

8 3. Pengertian dan Prinsip Bagi Hasil A. Pengertian bagi hasil Menurut UU No.2 tahun 1960 dalam pasal 1 ditentukan bahwa : Perjanjian bagi hasil adalah Perjanjian dengan nama apapun juga yang diadakan antara pemilik pada suatu pihak dan seseorang atau badan hukum pada pihak lain yang dalam UU ini disebut penggarap berlandaskan perjanjian dimana penggarap diperkenankan oleh pemilik tersebut untuk menyelenggarakan usaha pertanian di atas pemilik, dengan pembagian hasilnya antara kedua belah pihak. Kemudian Abdullah dalam terjemahan Muhammad (2002 : 104) menyatakan : Bank islam dalam melaksanakan kontrak mudharabah membuat kesepakatan dengan nasabah (Mudharib) mengenai tingkat perbandingan keuntungan (profit ratio) yang ditentukan dalam kontrak. Perbandingan keuntungan tersebut di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : kesepakatan dari nasabah (Mudharib), prediksi keuntungan yang akan diperoleh, respon dasar, kemampuan memasarkan barang dan juga masa berlakunya kontrak. Muhammad Syafi I Antonio (2001 : 137) memberikan penjelasan tentang bagi hasil dalam pembiayaan Mudharabah Prinsip bagi hasil (Profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank islam secara keseluruhan. Secara syariah, prinsip berdasarkan kaidah Al Mudharabah. Berdasarkan prinsip ini bank islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung bank akan bertindak sebagai mudharib, sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal. Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing masing pihak. Disisi lain dengan pengusaha / peminjam dana, bank islam akan bertindak

9 sebagai shahibul maal, sementara itu pengusaha berfungsi sebagai mudharib, karena melakukan usaha dengan cara memutar dan mengelola dana bank. Dari defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa bagi hasil adalah kesepakatan yang dibuat antara dua belah pihak. Dalam hal ini nasabah sebagai pengelola dan bank sebagai pemilik dana mengenal tata cara pembagian hasil usaha. B. Prinsip Bagi Hasil Muhammad (2002:63) menyatakan bahwa produk pembiayaan Bank Syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil terdiri dari Al- Musyarakah dan Al-Mudharabah. 1. Al-Musyarakah Musyarakah adalah kerja sama antara kedua belah pihak tau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. 2. Al-Mudharabah Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak pertama (Shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.

10 Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Menurut PSAK No.105 (2009) prinsip pembagian hasil usaha pada pembiayaan mudhrabah adalah : Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba (profit sharing). Jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha (omzet). Sedangkan jika berdasarkan prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto (net profit) yaitu laba bruto dikurangi beban yng berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah. Tabel I Perhitungan Pendapatan Bagi Hasil Uraian Jumalah Metode bagi Hasil Penjualan 100 Harga Pokok penjualan 65 Laba Bruto 35 Laba bruto (gross profit sharing) Beban 25 Laba (rugi) neto 10 Bagi Laba (profit sharing) 4. Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil 1. Faktor Langsung Diantara faktor-faktor langsung yang mempengaruhi bagi hasil Investment Rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil (Profit Sharing Ratio).

11 a. Invesment rate merupakan persentase actual dana yang diinvestasikan dari total dana Jika bank menentukan inevesment rate 80%, hal ini berarti 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas. b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dihitung dengan pengguna salah satu metode ini, rata-rata saldo minimum bulanan, atau rata-rata saldo harian. Invesment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana actual yang digunakan. c. Nisbah ( Profit Sharing Ratio) 1. Salah satu cirri Al-Mudharabah adalah Nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. 2. Nisbah antara satu bank dan bank yang lainnya dapat berbeda. 3. Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam atu bank. Misalnya : Deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. 4. Nisbah juga dapat berbeda antara 1 account dan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.

12 2. Faktor tidak langsung a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah. 1. Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (Profit and sharing) pendapatan yang dibagihasilkan merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya ratarata. 2. Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut pengakuan pendapatan dan biaya. b. Kebijakan Akunting ( Prinsip dan metode Akunting ) Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktifitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. Dari pendapatan yang digunakan di atas, diketahui bahwa ada faktorfaktor yang mempengaruhi dalam bagi hasil, yaitu faktor langsung yang terdiri dari Invesment rate, jumlah tersedia untuk diinvestasikan, nisbah yang disepakati. Sedangkan faktor tidak langsung yang tiak mempengaruhi dalam bagi hasil adalah pendapatan dan biaya mudhrabah dan kebijakan akunting yang menyangkut pengakuan dan pengukuran mudharabah. 5. Penerapan Akuntansi Pendapatan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah Metode Penerimaan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah

13 Penerimaan pendapatan bagi hasil yang berasal dari pihak nasabah, Bank Syariah tidak melakukan perhitungan yang rumit. Perhitungan tentang jumlah yang disetorkan kepada bank dilakukan sepenuhnya oleh nasabah. Bank Syariah hanya menerima pendapatan sejumlah yang disetorkan oleh nasabah ke bank. Menurut Muhammad (2001:92) metode penerimaan pendapatan bagi hasil adalah : Bagi hasil dibayarkan terpisah dengan angsuran pokok pinjaman. Pada cara ini pendapatan bagi hasil yang diterima oleh Bank Syariah merupakan pembayaran terpisah dari pembayaran angsuran pokok pembiayaan. Muhammad Syafi i Antonio (2001:173) memberikan contoh perhitungan bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah : Seorang pedagang yang memerlukan modal untuk berdagang dapat mengajukan permohonan untuk pembiayaan bagi hasil seperti mudharabah, dimana bank bertindak sebagai shahibul maal dan nasbah sebagai mudharib. Caranya adalah dengan menghitung dulu perkiraan pendapatan yang akan diperoleh nasabah dari proyek yang bersangkutan. Misalnya dari modal Rp diperoleh pendapatan Rp per bulan. Dari pendapatan ini harus disisihkan dahulu untuk tabungan pengembalian modal, misalnya Rp selebihnya dibagi antara bank dengan nasabah dengan kesepakatan dimuka, misalnya untuk nasabah 60% an untuk bank 40%.

14 Wiroso, Sofyan Syafri, M. Yusuf (2005:289) memberikan contoh perhitungan dalam pembiayaan mudharabah. Pada tanggal 10 januari 2001 Bank Syariah memberikan modal pembiayaan mudharabah kepada tuan A sebesar Rp dengan nisbah yang disepakati 60 utnuk bank dan 40 untuk mudharib. Pada tanggal 15 januari 2001 dilakukan pembayaran tunai modal mudharabah tahap pertama sebesar Rp dan pada tanggal 20 januari 2001 dilakukan pembayaran modal mudharabah tahap kedua sebesar Rp Pada saat pembiayaan mudharabah disetujui, dicatat sebagai komitmen bank syariah sebesar pembiayaan yang disetujui dengan jurnal : D : Kontra komitmen pembiayaan mudharabah Rp K : Kewajiban komitmen pembiayaan mudharabah Rp Dengan adanya persetujuan pembiayaan mudharabah tersebut buku besar komitmen (rekening administrasi) bank syariah menunjukkan sebagai berikut : BUKU BESAR Komitmen Pembiayaan Mudharabah DEBET KREDIT Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah 10/01 Tuan A Rp ,-

15 Pada tanggal 15 Januari 2001 dilakukan jurnal pembayaran tahap pertama adalah: D : Pembiayaan Mudharabah K : Rekening Mudharib D : Kewajiban komitmen pembiayaan mudharabah K : Kontrak komitmen pembiayaan mudharabah Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar dan neraca sebagai berikut : BUKU BESAR Komitmen Pembiayaan Mudharabah DEBET KREDIT Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah 15/01 Penyerahan Rp ,- 10/01 Tuan A Rp ,- BUKU BESAR Pembiayaan Mudharabah DEBET KREDIT Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah 15/01 Tuan A Rp ,- NERACA Per 15 Januari 2001 Aktiva Pasiva Uraian Jumlah Uraian Jumlah Pembiayaan Mudharabah Rp ,-

16 Pada taggal 20 Januari 2001 dilakukan jurnal pembayaran tahap kedua sebesar Rp ,- maka oleh bank syariah dilakukan jurnal sebagai berikut : D : Pembiayaan mudharabah K : Rekening mudharabah D : Kewajiban komitmen pembiayaan mudharabah K : Kontrak komitmen pembiayaan mudharabah Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar dan neraca sebagai berikut : BUKU BESAR Komitmen Pembiayaan Mudharabah DEBET KREDIT Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah 15/ Penyerahan modal Rp ,- 10/01 Tuan A Rp , / 01 Penyerahan modal Rp ,- BUKU BESAR Pembiayaan Mudharabah DEBET KREDIT Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah 15/01 Tuan A Rp ,- 20/01 Tuan A Rp ,- NERACA Per 15 Januari 2001 Aktiva Pasiva Uraian Jumlah Uraian Jumlah Pembiayaan Mudharabah Rp ,-

17 Dari uraian di atas jelas bahwa bagi hasil dalam pembiayaan (mudharabah) sebenarnya tidak hanya menggunakan 1(satu) metode saja yaitu profit and loss sharing, tetapi juga menggunakan metode revenue sharing yang kesemuanya mutlak dan dapat diterapkan pada bank bank yang menjalankan aktivitas pelayanan jasanya sesuai dengan prinsip syariah. Contoh perhitungan : 1. Al-Murabahah Misalkan seorang nasabah ingin memiliki sebuah motor. Ia dapat datang kebank syariah dan memohon agar bank membelikannya. Setelah diteliti dan dinyatakan dapat diberikan, bank membelikan motor tersebut dan diberikan kepada nasabah. Jika harga motor tersebut Rp ,- dan bank ingin mendapat untung Rp ,- selama dua tahun, harga yang ditetapkan kepada nasabah seharga Rp ,00. Nasabah dapat mencicil pembayaran tersebut Rp ,00 per bulan. 2. Al- Mudharabah Seorang pedagang memerlukan modal untuk berdagang dapat mengajukan permohonan untuk pembiayaan bagi hasil seperti mudharabah, dimana bank bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana) dan nasabah selaku mudharib (pengelola dana). Caranya dengan menghitung dulu perkiraan pendapatan yang akan diperoleh nasabah dari proyek yang bersangkutan.

18 Misalnya dari modal Rp ,00 diperoleh pendapatan Rp ,00 per bulan. Dari pendapatan ini harus disisihkan dahulu untuk tabungan pengembalian modal, misalnya Rp ,00 selebihnya dibagi antara bank dengan nasabah dengan kesepakatan dimuka, misalnya 60% untuk nasabah dan 40% untuk bank. Sumber : Muhammad Syafi I Antonio (2001 : 171) Kedua contoh di atas disajikan untuk memberikan contoh yang lebih jelas perbedaan antara sistem Mudharabah dengan sistem Murabahah. 6. Akuntansi Pembiayaan Mudharabah 6.1. Perlakuan Akuntansi untuk Pembiayaan Mudhrabah Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka. Jika usaha mengalami kerugian, maka seluruh kerugian ditanggung oleh pengelola dana, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana. Dalam pelaksanaannya mudharabah dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu : - Mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) adalah mudharabah dimana pemilik dana (shahibul maal/pihak bank) memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.

19 - Mudharabah muqayyadah (investasi terikat) adalah mudharabah dimana pemilik dana (shahibul maal/pihak bank) memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai tempat,cara dan objek investasi. Dalam operasional mudharabah, bank dapat bertindak sebagai pemilik dana maupun pengelola dana. Apabila bank bertindak sebagai pemilik dana, maka dana yang disalurkan disebut pembiayaan mudharabah. Apabila bank sebagai pengelola dana, maka dana yang diterima : a. Dalam mudharabah muqayyadah disajikan dalam laporan perubahan investasi terikat dari nasabah; atau b. Dalam mudharabah muthlaqah disajikan dalam neraca sebagai investasi terikat. Mengenai pengembalian pembiayaan mudharabah dapat dilakukan bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya mudharabah. Pada prinsip nya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

20 6.2. Pengakuan Pembiayan Mudharabah Menurut PSAK No.105 (2009) tentang Akuntansi Mudharabah yang mengatur pengakuan pembiayaan mudharabah pada saat akad adalah sebagai berikut : A. Akuntansi untuk pemilik dana 1. Dana Mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan asset non kas kepada pengelola dana. 2. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana 3. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang B. Akuntansi untuk penghasilan usaha 1. Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati. 2. Pengakuan pengahasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi pengahsilan usaha dari pengelola dana.

21 Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyek hasil usaha. 3. Bagi hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang. C. Akuntansi untuk pengelola dana 1. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset non kas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya 2. Jika pengelola dana menyalurkan dana syirkah temporer yang diterima maka pengelola ana mengakui sebagai asset sesuai ketentuan pada akuntansi pemilik dana. 3. Pengelola dana mengakui pendapatan atas pengaluran dana syirkah temporer secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik dana. 4. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana.

22 D. Mudharabah musyarakah Jika pengelola dana juga menyertakan dana dalam mudhrabah musyarakah, maka penyaluran dana milik pengelola dana tersebut diakui sebagai investasi mudhrabah Pengukuran Pembiayaan Mudharabah Menurut PSAK No.105 (2009) tentang Akuntansi mudharabah yang mengatur pengukuran pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut : 1. Akuntansi untuk Pemilik Dana a. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan. b. Investasi mudhrabah dalam bentuk asset non-kas diukur sebesar nilai wajar asset non-kas pada saat penyerahan: i. Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatat diakui, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah. ii. Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

23 2. Akuntansi untuk Pengelola Dana a. Bagi Hasil Mudharabah dapat dilakukan dengn menggunakan dua prinsip yaitu bagi laba atau bagi hasil seperti pada prinsip pembagian hasil usaha. 3. Mudharabah Musyarakah a. Dalam musharabah musyarakah, pengelola dana (berdasarkan akad mudhrabah) menyertakan juga dananya dalam investasi bersama (berdasarkan akad musyarakah). Pemilik dana musyarakah (musyarik) memperolah bagian hasil usaha sesuai porsi yang disetorkan. Pembagian hasil usaha antara pengelola dana dan pemilik dana dalam mudhrabah adalah sebesar hasil usaha musyarakah setelah dikurangi porsi pemilik dana sebagai pemilik dana musyarakah. b. Pembagian hasil investasi mudrahabah musyarakah dapat dilakukan sebagai berikut : a) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati, selanjutnya bagian hasil inevstasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai mudharib) tersebut dibagi antara pengelola dana (sebagai musyarik) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing; atau

24 b) Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musyarik) dan pemilik dana sesuai dengan prosi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai musyarik) tersebut diabagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati Pengakuan Kerugian Mudharabah Menurut PSAK No.105 (2009) tentang Akuntansi Mudharabah yang mengatur pengakuan keuntungan atau kerugian mudharabah adalah sebagai berikut : 1. Akuntansi untuk Pemilik Dana a. Jika investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo inevstasi mudharabah. b. Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil.

25 c. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana. d. Dalam inevstasi mudharabah yang diberikan dalam asset non-kas dan asset non-kas tersebut mengalami peurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudhrabah, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumah investasi, namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil. e. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh : a) Persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi; b) Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad; atau c) Hasil keputusan dari institusi yang berwenang 2. Penghasilan Usaha a. Kerugian yang terjadi dalam satu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi. Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara:

26 - Investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan - Pengembalian investasi mudharabah; Diakui sebagai keuntungan atau kerugian. b. Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah. 3. Akutansi untuk Pengelola Dana Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelakaian pengelola dana diakui sebagai beban pengelola dana. 4. Mudharabah Musyarakah Jika terjadi kerugisn atas investasi, maka krugian dibagi sesuai dengan porsi modal para musytarik Penyajian dan Pengungkapan Mudharabah Penyajian Mudharabah a. Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam pelaporan keuangan sebesar nilai tercatat. b. Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan: a) Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah; b) Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkn tetapi belum diserahkan kepada pemilik

27 dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan di kewajiban. Pengungkapan Mudharabah a. Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas, pada: - Isi kesepakatan utama usaha mudhrabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudhrabah, dan lain-lain; - Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya; - Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan; dan - Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang penyajian Laporan Keuangan Syariah b. Pengelola dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharbah tetapi tidak terbatas, pada: - Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain; - Rincian dana syrikah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya; 1. Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah; dan

28 2. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah Mudharabah dalam aplikasi perbankan islam Muhammad Syafi I Antonio (2001:97) memberikan uraian tentang mudharabah dalam aplikasi perbankan islam sebagai berikut : Al- Mudharabah biasanya diterapkan pada produkproduk pembiayaan dan pendanaan. Pada penghimpunan dana, Al-Mudharabah diterapkan pada : a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus,seperti tabungan haji, dan sebagainya b. Deposito biasa ; c. Deposito special, dimana dana dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya mudharabah saja atau modal kerja perdagangan dan jasa. Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk : a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.

29 b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyada. Dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal. Adi Warman (2002 : 211) menyatakan bahwa : Bank menerima dana dari shahibul maal dalam bentuk dana pihak ketiga sebagai sumber dananya. Dana dana ini dapat berbentuk tabungan atau simpanan deposito mudharabah dengan jangka waktu yang bervariasi. Selanjutnya dana dana yang sudah terkumpul ini disalurkan kembali oleh bank dalam bentuk pembiayaan pembiayaan yang menghasilkan (earning assets). Nah, keuntungan dari penyaluran pembiayaan inilah yang akan dibagi hasilkan antara bank dengan pemilik dana ketiga. Edy Wibowo (2005 : 41) menerangkan bahwa : Dalam kegiatan penghimpunan dana pada bank syariah, prinsip mudharabah muthlaqah dapat diterapkan untuk pembukaan tabungan dan deposito. Berdasarkan prinsip ini, tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Bank wajib membaritahu kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberian keuntungan dan atau perhitungan pembiayaan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad. Sedangkan dalam prinsip mudharabah muqayadah merupakan simpanan khusus dimana nasabah penyimpan dana menetapkan syarat syarat penyaluran dana yang harus diikuti oleh bank. Abdullah Saeed (2004 : 99) menerangkan bahwa : Kontrak mudharabah umumnya telah dioperasionalkan dalam sistem perbankan Islam di Timur Tengah dewasa ini. Kontrak ini dalam bank islam kebanyakan dipergunakan untuk tujuan perdagangan jangka pendek (short-term

30 commercial) dan jenis usaha tertentu (specific venture). Kontrak tersebut memberikan wewenang terhadap segala macam yang menyangkut pembelian (buying) dan penjualan (selling) barang. Yang indikasinya untuk merealisasikan tujuan utama dari perdagangan yang didasarkan pada kontrak. Dalam hal ini, posisi mudharib bertindak sebagai nasabah bank islam untuk meminta pembiayaan usaha berdasarkan kontrak mudharabah. Dari beberapa hal yang disampaikan di atas mengenai mudharabah dalam aplikasi perbankan syariah dapat disimpulkan bahwa mudharabah dapat dipandang dari dua sisi yaitu pendanaan dan pembiayaan. Disisi pendanaan pihak bank menjadi mudharib yang akan menjadi shahibul maal dari usaha/proyek dengan sistem bagi hasil. Manfaat dan resiko Al- Mudharabah Menurut Muhammad Syafi I Antonio (2001, hal 97) memberikan penjelasan tentang manfaat dari al-mudharabah, yaitu : a. Manfaat Mudharabah 1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tepat, tetapi disesuaikan

31 dengan pendapatan / hasil usaha bank sihingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread. 3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow / arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. 4. Bank akan lebih selektif dan hati hati (prudent) mencari usaha yang benar benar halal, aman dan menguntungkan, karena keuntungan yang kongkret dan benar benar terjadi itulah yang akan dibagikan. 5. Prinsip bagi hasil dalm Al- Mudharabah /Al- Musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menarik penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. b. Resiko Al- Mudharabah Resiko yang terdapat pada Al- Mudharabah, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan, relative tinggi, diantaranya :

32 1. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak. 2. Lalai dan kesalahan yang disengaja. 3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah yang tidak jujur. Selain manfaat diatas, mudharabah juga bermanfaat bagi pihak mudharib yaitu : 1. Untuk membantu penambahan modal dana untuk membantu menambah keuntungan mudharib. 2. Untuk membantu mudharib mengembangkan sayap usahanya misalnya dengan membuka kantor cabang. 3. Memudahkan mudharib untuk melunasi pinjaman karena tidak memakai prinsip bungan seperti bank konvensional. 4. Membantu mudharib untuk menambah asset usahanya apabila mudharabah diberikan dalam bentuk barang.

33 6.7. Perbedaan sistem Mudharabah dengan Riba Muhammad Syakir Sula (2002:340) memberikan penjelasan tentang perbedaan sistem mudharabh dengan riba dalam tabel berikut : Tabel II Tabel perbedaan bunga dan bagi hasil BUNGA 1. Penentuan bunga dibuat padawaktu akad dengan asumsi harus selalu untung. 2. Besarnya presentase berdasarkan jumlah uang (modal) yang dipinjamkan. 3. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi. 4. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang booming. 5. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam BAGI HASIL 1. Penentuan besarnya rasio atau nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan pedoman pada kemungkinan untung rugi. 2. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. 3. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek usaha yang dijalankan, bila usaha merugi kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. 4. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. 5. Tidak ada yang meragukan keabsahan hasil. Beberapa perbedaan lainnya antara bank syariah dengan bank konvensional dapat dilihat sebagai berikut : a) Prinsip bermitra (bagi hasil) tidak ada di bank konvensional.

34 b) Bank konvensional, menyalurkan beberapa kredit (kredit mobil, kredit rumah, kredit modal kerja, kredit usaha kecil) yang seluruhnya berbasis bunga. c) Bank konvensional menetapkan return tetap, misalnya 18% pertahun dari plafon kredit, sedangkan return nasabah bisa diatas atau dibawah 18. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Monika Andrasari (2010) dalam penelitiannya berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Simpanan Mudharabah Di Bank BNI Syariah Cabang Medan, dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga, tingkat bagi hasil dan tingkat pendapatan terhadap simpanan mudharabah di BNI syariah cabang Medan. Hasil penelitian menunjukka n bahwa Berdasarkan penelitian diketahui bahwa dari hasil regresi bahwa secara keseluruhan variabel independen (tingkat suku bunga BI, tingkat bagi hasil dan pendapatan perkapita) dapat menjelaskan variabel dependen (Volume simpanan mudharabah BNI syariah cabang Medan). Melalui uji F diketahui bahwa seluruh variabel independen (tingkat suku bunga BI, tingkat bagii hasil dan pendapatan perkapita) secara serentak mempengaruhi variabel dependen(volume simpanan mudharabah

35 BNI syariah cabang Medan). Melalui uji parsial (t-statistik) diketahui bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan, tingkat bagi hasil tidak berpengaruh dan pendapatan perkapita berpengaruh positif terhadap volume simpanan Mudharabah di BNI syariah Cabang Medan. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa variabel yang paling mempengaruhi dan signifikan terhadap volume simpanan mudharabah di BNI syariah cabang Medan adalah tingkat pendapatan perkapita. Artinya jika semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat maka semakin banyak pula bagian dari pendapatan tersebut yang di tabung ke BNI syariah cabang Medan. Lalu menurut penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Erik Rio Indrawan (2006) yang meneliti mengenai pengaruh tingkat bagi hasil dan suku bunga terhadap simpanan mudharabah (studi kasus di BPR syariah Bangun Drajat Warga Yogyakarta). Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa tingkat bagi hasil berpengaruh tidak signifikan terhadap volume simpanan mudharabah di BPRS syariah Yogyakarta, sedangkan tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume simpanan mudharabah di BPRS syariah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Ada berbagai jurnal yang telah meneliti tentang PSAK 105 dan kesesuaiannya dengan system yang ada di lembaga keuangan syariah diantaranya : Turrosifa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORITIS A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 59 (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut : Bank Syariah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Perbankan Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Kehadiran bank syariah ditengah tengah perbankan adalah untuk menawarkan sistem perbankan alternatif bagi umat Islam yang membutuhkan

Lebih terperinci

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUDHARABAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUDHARABAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. Juni 00 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUDHARABAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA Akuntansi Mudharabah PSAK No. PSAK No. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu yang memiliki topik yang sama. Penelitian tersebut antara lain : 2.1.1 Susi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Revenue Sharing 1. Pengertian Revenue Sharing Menurut Slamet Wiyono (2005 : 57) Revenue sharing berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata yaitu, revenue yang berarti:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti di susun berdasarkan pada penelitian-penelitian yang terdahulu beserta persamaan dan perbedaannya yang mendukung

Lebih terperinci

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 9: Akuntansi Akad Mudharabah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA 2 DEFINISI Secara harfiah mudharabah berasal dari kata dharb di muka bumi yang artinya melakukan perjalanan

Lebih terperinci

IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER

IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER A. Definisi 01. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lain dimana Bank mempunyai hak untuk mengelola

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum sistem ekonomi yang melakukan kegiatan perekonomian akan berakhir dengan transaksi. BNI Syariah sebagai bank yang menjalankan kegiatan perbankannya berdasarkan

Lebih terperinci

Akuntansi Mudharabah ED PSAK 105 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED

Akuntansi Mudharabah ED PSAK 105 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED Akuntansi Mudharabah ED PSAK 5 (Revisi 06) Hak Cipta 06 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 5.1 ED 56789 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 5 AKUNTANSI MUDHARABAH Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gunarto Suhardi (2003:17) disebutkan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gunarto Suhardi (2003:17) disebutkan bahwa BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gambaran Umum Bank di Indonesia II.1.1 Pengertian Bank Menurut Gunarto Suhardi (2003:17) disebutkan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL IV.1. PEMBIAYAAN MUDHARABAH A. Definisi 01. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi dan Bank Syariah 1. Pengertian Akuntansi Syariah Akuntansi syariah adalah teori yang menjalankan bagaimana mangalokasikan sumber-sumber yang ada secara adil bukan pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ahmed, Salman. (2011). Analysis Of Mudharabah and A New Approach to Equity

DAFTAR PUSTAKA. Ahmed, Salman. (2011). Analysis Of Mudharabah and A New Approach to Equity DAFTAR PUSTAKA Agustianto (2008). Pembatalan Mudharabah. PSTTI-UI : Jakarta Ahmed, Salman. (2011). Analysis Of Mudharabah and A New Approach to Equity Financing in Islamic Finance. Vol : 6, No. 5, 2011.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Pengertian Lembaga Keuangan Dalam sistem keuangan suatu Negara, lembaga keuangan berperan dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa di bidang keuangan. Menurut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 72 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan PSAK No. 105 Tentang Sistem Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. 1. Penerapan sesuai dengan PSAK No. 105 Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. mudharabah pada Unit Usaha Syariah (UUS) PT. Bank DKI. Dilaksanakannya

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. mudharabah pada Unit Usaha Syariah (UUS) PT. Bank DKI. Dilaksanakannya 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis melakukan evaluasi terhadap bagi hasil pembiayaan mudharabah pada Unit Usaha Syariah (UUS) PT. Bank DKI. Dilaksanakannya evaluasi ini untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Bank 1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan (revisi 2000:31.1) Bank adalah suatu lembaga yang berperan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA Jati Satria Pratama Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Email : Order.circlehope@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi. sebagai tempat untuk memindahkan uang, menerima segala bentuk

BAB II LANDASAN TEORI. juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi. sebagai tempat untuk memindahkan uang, menerima segala bentuk 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Bank 1. Pengertian Bank Konvensial Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

Lebih terperinci

BAB 1V PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan melakukan evaluasi terhadap pembiayaan

BAB 1V PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan melakukan evaluasi terhadap pembiayaan BAB 1V PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan melakukan evaluasi terhadap pembiayaan mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Evaluasi ini dilaksanakan untuk menganalisis apakah seluruh rangkaian

Lebih terperinci

AKUNTANSI MUDHARABAH (psak 105)

AKUNTANSI MUDHARABAH (psak 105) Disampaikan oleh Wiroso AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI MUDHARABAH (psak 105) This training material is solely for the use of training participants. No part of it may be circulated, quoted, or reproduced

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun 1971 yaitu Social Bank, di Jeddah yaitu Saudi Arabian Islamic Bank pada tahun 1975, dan

Lebih terperinci

Konsep dan Perhitungan Bagi Hasil Bank Syariah Tri Irawati 4)

Konsep dan Perhitungan Bagi Hasil Bank Syariah Tri Irawati 4) Konsep dan Perhitungan Bagi Hasil Bank Syariah Tri Irawati 4) ISSN : 1693 1173 Abstrak Bagi hasil dalam perhitungan pendapatan di Bank Syariah berbeda konsep dengan bank konvensional. Dalam bank syariah

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank bersangkutan (Frianto, 2012:71).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank bersangkutan (Frianto, 2012:71). 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Return On Asset (ROA) Return On Asset (ROA) adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan

Lebih terperinci

Pengertian. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Iman Pirman Hidayat. Pembiayaan Mudharabah

Pengertian. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Iman Pirman Hidayat. Pembiayaan Mudharabah Pengertian Iman Pirman Hidayat Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

PERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi. PERBANKAN SYARIAH Modul ke: MUDHARABAH Fakultas FEB AFRIZON Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Investasi mudharabah adalah pembiayaan yang di salurkan oleh bank syariah kepada pihak lain untuk

Lebih terperinci

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk.

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk. PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk. NAMA : RINA ARIANI NPM : 21208507 JURUSAN : AKUNTANSI DOSEN PEMBIMBING : DR. MASODAH, SE., MMSI PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap deposito mudharabah. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap deposito mudharabah. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebagai landasan dalam penelitian ini mengacu pada lima penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh tingkat suku bunga dan bagi hasil terhadap deposito

Lebih terperinci

BAB II. Tentang Perbankan Syariah, bank syariah didefinisikan sebagai : Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

BAB II. Tentang Perbankan Syariah, bank syariah didefinisikan sebagai : Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah 2.1.1.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, bank syariah didefinisikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Metode Bagi Hasil Mudharabah dalam PT. Bank Muamalat Indonesia Berdasarkan IAI No. 59 Tentang Akuntansi Perbankan Syariah bahwa metode bagi hasil mudharabah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian bank menurut UU No 7 tahun 1992 adalah badan usaha yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian bank menurut UU No 7 tahun 1992 adalah badan usaha yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tinjauan Tentang Bank Syariah 2.1.1.1 Pengertian Bank Syariah Pengertian bank menurut UU No 7 tahun 1992 adalah badan usaha yang menghimpun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO. 105 TENTANG AKUNTANSI MUDHARABAH DI KJKS BMT HUDATAMA SEMARANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO. 105 TENTANG AKUNTANSI MUDHARABAH DI KJKS BMT HUDATAMA SEMARANG BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO. 105 TENTANG AKUNTANSI MUDHARABAH DI KJKS BMT HUDATAMA SEMARANG A. Analisis Kesesuaian Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat PT Bank Mega Syariah Indonesia Sejarah kelahiran Bank Mega Syariah Indonesia berawal dari akuisisi PT Bank Umum Tugu oleh

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah Di Bank Harta Insan Karimah 4.1.1 Prinsip Bagi Hasil dan Risiko Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Mudharabah di Bank

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan usaha Bank

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tujuan pustaka yang di jelaskan pada bab II, maka dalam bab ini saya akan membahas perlakuan akuntansi pendapatan atas pembiayaan mudharabah pada bank

Lebih terperinci

IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH IV.2. PEMBIAYAAN MUSYARAKAH A. Definisi 01. Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Analisis Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut

Lebih terperinci

Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah

Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah 1. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari revenue sharing,gross profit sharing dan profit sharing dalam mudharabah! Buatlah contoh perhitungannya!

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1. Bagi Hasil 2.1.1.1. Pengertian Bagi Hasil Bagi hasil atau profit sharing ini dapat diartikan sebagai sebuah bentuk kerjasama antara

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL Nama : Suci Lestari NPM : 26210706 Kelas : 3EB14 Jurusan : Akuntansi Latar Belakang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH Heny Kurniati dan Hendri Maulana Universitas Ibn Khaldun Bogor ABSTRAK Industri perbankan syariah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi 1. Pengertian Akuntansi Akuntansi menurut Weygandt dkk. (2007:4) adalah sebagai berikut : Suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengomunikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetian Bank berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 Bank adalah badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetian Bank berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 Bank adalah badan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank Pengetian Bank berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

Lebih terperinci

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Syarat Transaksi sesuai Syariah a.l : Tidak Mengandung unsur kedzaliman Bukan Riba Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA A. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Mudharabah atau yang disebut juga dengan qirad adalah suatu bentuk akad kerja sama antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya pendirian dan perkembangan bank syariah di dunia telah memberikan alternatif baru bagi konsumen pengguna jasa perbankan untuk menikmati produk-produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi syariah secara konsisten telah menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di wilayah mesir pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan bank sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan memegang peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan akan dana. Sehubungan dengan hal tersebut sudah

Lebih terperinci

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008 KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008 1 FUNGSI BANK SYARIAH Manajer Investasi Mudharabah Agen investasi Investor Penyedia jasa keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian dan Landasan Syariah Deposito ib Mudhrabah. penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian dan Landasan Syariah Deposito ib Mudhrabah. penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Landasan Syariah Deposito ib Mudhrabah 1. Pengertian Deposito Pengertian deposito menurut Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang dimaksud deposito

Lebih terperinci

dalam hal penghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat

dalam hal penghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat 2. Fungsi Bank Fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk berbagi tujuan atau sebagai financial intermediary. Menurut Y. Sri Susilo, dkk (2000:6)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 997 telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia merupakan pangsa pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri keuangan Syariah. Investasi Syariah di pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan di awali berdirinya Bank Syariah pada tahun 1992 oleh bank yang di beri nama dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI), sebagai pelopor berdirinya perbankan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 30 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang dijelaskan pada bab II, maka dalam bab ini saya akan membahas perlakuan akuntansi pendapatan atas pembiayaan mudarabah pada bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam kegiatan usaha dan lembaga keuangan (bank, asuransi, pasar modal, reksa

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008 PERBANKAN SYARIAH Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi Bengkulu, 13 Februari 2008 1 Bank Syariah BANK yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, serta tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Koperasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Koperasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Koperasi Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Ben Barokah Rowosari berdiri pada tahun 2003, saat itu berkantor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bank Syariah 1. Prinsip Akutansi Bank Islam Laporan akuntansi Bank Islam menurut Pardede dan Gayo (2005) terdiri dari : Laporan posisi keuangan / neraca Laporan laba-rugi Laporan

Lebih terperinci

Pertemuan Minggu IX : Pembiayaan Syariah

Pertemuan Minggu IX : Pembiayaan Syariah Pertemuan Minggu IX : Pembiayaan Syariah Terdapat tiga jenis pembiayaan di bank syariah yaitu: a. pembiayaan berbasis bagi hasil. b. pembiayaan berbasis jual beli. c. pembiayaan berbasis sewa beli. Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU Perbankan no.10 tahun 1998 Pasal 1: Menurut Ketut Rindjin pada penelitian Elionasari (2008) bank memiliki

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU Perbankan no.10 tahun 1998 Pasal 1: Menurut Ketut Rindjin pada penelitian Elionasari (2008) bank memiliki BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut UU Perbankan no.10 tahun 1998 Pasal 1: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/ perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan syariah di Indonesia tengah menjamur dimana-mana. Bank-bank konvensional di Indonesia banyak membuka Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Umum Syariah (BUS).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari Bank Konvensional dan Syariah Arum H. Primandari UU No. 10 tahun 1998: Pasal 1 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Bank 1. Pengertian Bank Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yang mengerahkan dana dari masyarakan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, dalam

Lebih terperinci

Tinjauan Penerapan Psak N0.105 Tentang Akuntansi Mudharabah Pada BMT Itqan Bandung

Tinjauan Penerapan Psak N0.105 Tentang Akuntansi Mudharabah Pada BMT Itqan Bandung Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-07 Tinjauan Penerapan Psak N0.105 Tentang Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sunnah Nabi. Konsekuensinya, apapun nilai yang dibutuhkan dalam analisis dan

BAB II LANDASAN TEORI. Sunnah Nabi. Konsekuensinya, apapun nilai yang dibutuhkan dalam analisis dan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Bank Syariah 1. Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil Bagi seorang muslim, sumber nilai dan sumber hukum adalah Al-Quran dan Sunnah Nabi. Konsekuensinya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Slamet Wiyono (2005 : 57) Revenue Sharing berasal dari

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Slamet Wiyono (2005 : 57) Revenue Sharing berasal dari 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Revenue Sharing 1. Pengertian Revenue Sharing Menurut Slamet Wiyono (2005 : 57) Revenue Sharing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu revenue yang berarti

Lebih terperinci

Afifudin, SE., M.SA., Ak. atau (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam

Afifudin, SE., M.SA., Ak.   atau (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193 Malang Telp. 0341-571996 Fax.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha 50 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha BMT berdiri dalam rangka menumbuh dan mengembangkan sumberdaya ekonomi mikro yang bersumber pada syariat Islam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini, terjadi pertumbuhan bank-bank yang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini, terjadi pertumbuhan bank-bank yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa tahun belakangan ini, terjadi pertumbuhan bank-bank yang berbasis syariah. Dimana bank syariah adalah bank yang menerapkan prinsip syariah agama

Lebih terperinci

ANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

ANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk) ANALISIS PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk) NAMA : SILPIA NAVITA SARI NPM : 21208165 JURUSAN : AKUNTANSI DOSEN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Implementasi Sistem Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip. Mudharabah Di Bank Jabar Banten Syariah

BAB IV PEMBAHASAN. Implementasi Sistem Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip. Mudharabah Di Bank Jabar Banten Syariah BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Implementasi Sistem Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah Di Bank Jabar Banten Syariah IV.1.1 Prinsip Bagi Hasil dan Risiko Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Mudharabah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan bank sangat penting dalam proses perekonomian di Indonesia. Selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga mempunyai peranan dalam hal stabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana. Pada dasarnya bank syariah sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah kemitraan/kerja sama dengan prinsip bagi hasil, hal ini merupakan sesuatu yang menarik untuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Prinsip Mudharabah Muthlaqah pada BNI ib Deposito

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Prinsip Mudharabah Muthlaqah pada BNI ib Deposito BAB IV PEMBAHASAN A. Implementasi Prinsip Mudharabah Muthlaqah pada BNI ib Deposito Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permodalan merupakan salah satu faktor utama terhambatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kurangnya modal membuat suatu usaha menjadi sulit untuk berkembang karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan ekonomi syariah. Perkembangan bank syariah di Indonesia secara umum cukup menggembirakan.

Lebih terperinci

PENGARUH NON PERFORMING FINANCE

PENGARUH NON PERFORMING FINANCE PENGARUH NON PERFORMING FINANCE (NPF) PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN NON PERFORMING FINANCE (NPF) PEMBIAYAAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH ( Studi Kasus pada PT.Bank Syariah Mandiri tahun

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH KODIFIKASI PRODUK DAN AKTIVITAS STANDAR BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial intermediary artinya menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diantara berbagai kebijaksanaan ekonomi yang dilaksanakan pemerintah, bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian pemerintah karena bank merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi menempati posisi yang sangat vital pada era perekonomian modern saat ini. Lalu lintas perdagangan dalam skala domestik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank menurut istilah adalah

Lebih terperinci

Bank Konvensional dan Syariah. Arum H. Primandari

Bank Konvensional dan Syariah. Arum H. Primandari Bank Konvensional dan Syariah Arum H. Primandari UU No. 10 tahun 1998: Pasal 1 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kasmir (2007: 23), menjelaskan pengertian perbankan adalah lembaga

BAB II LANDASAN TEORI. Kasmir (2007: 23), menjelaskan pengertian perbankan adalah lembaga BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Perbankan Kasmir (2007: 23), menjelaskan pengertian perbankan adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah (syariah financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset-aset keuangan (financial

Lebih terperinci

AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUDHARABAH

AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUDHARABAH AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUDHARABAH Ali Mauludi AC (Dosen Jurusan Ekonomi Islam IAIN Tulungagung, email: mauludiali954@yahoo.co.id) Abstraksi: Akuntansi pembiayaan mudharabah adalah penghitungan kas maupun

Lebih terperinci