MAGDALENA SIMATUPANG NIP.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAGDALENA SIMATUPANG NIP."

Transkripsi

1 ROTAVIRUS OLEH Dr. MARIA MAGDALENA SIMATUPANG NIP DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN USU 2009

2 DAFTAR ISI ABSTRAK.1 PENDAHULUAN..2 KLASIFIKASI & SIFAT-SIFAT ANTIGEN 3 SIKLUS REPLIKASI PERKEMBANGBIAKAN DALAM BIAKAN SEL.6 MASA PENULARAN...6 PATOGENESIS.6 GAMBARAN KLINIS...8 DIAGNOSIS LABORATORIUM...9 EPIDEMIOLOGI & IMUNITAS..10 PENATALAKSANAAN.12 PENCEGAHAN 13 DAFTAR PUSTAKA..16

3 ABSTRAK Rotavirus adalah penyebab utama diare pada bayi. Rotavirus termasuk dalam famili reoviridae. Rotavirus dibagi menjadi 7 grup, A-G dan hanya grup A, B dan C yang menginfeksi manusia. Rotavirus memiliki sedikitnya 14 serotipe G dan 20 serotipe P. Rotavirus memiliki RNA untai ganda dan kapsid ganda tanpa amplod. Rotavirus ditransmisikan melalui jalur fecal oral dan menginfeksi 2/3 proksimal ileum. Gejalanya khas meliputi diare, demam, nyeri perut, dan muntah-muntah diikuti dehidrasi. Diagnosis laboratorium bergantung dari terlihatnya virus pada feses yang dikumpulkan secara dini dan pada kenaikan titer antibodi. Penatalaksanaan diare karena rotavirus bersifat suportif, untuk mengkoreksi kehilangan cairan dan elektrolit karena infeksi rotavirus bersifat self limited. Pada tahun 1998, vaksin rotavirus yang mengandung 4 macam serotipe yaitu G1-G4 yang dinamakan vaksin Rotashield telah digunakan pada bayi di Amerika Serikat. Adanya laporan tentang kejadian intususepsi sesudah vaksinasi, mengakibatkan penundaan pemberian vaksin ini pada tahun Dua buah vaksin yang terbaru saat ini sedang dalam pengembangan tahap akhir dan dari penelitian terlihat aman dan efektif. Kata kunci : Rotavirus, diare, self limited, vaksin.

4 PENDAHULUAN Gastroenteritis virus akut disebabkan oleh 4 kategori besar virus yaitu Rotavirus, Norwalk dan Norwalk-like virus, Calivirus lain dan Astrovirus. Virus yang menyebabkan gastroenteritis ini ditransmisikan melalui jalur fecal oral. Infeksi paling sering terjadi pada waktu dimana cuaca lebih dingin, berbeda dengan diare yang disebabkan infeksi bakteri yang biasanya terjadi pada waktu dimana cuaca lebih hangat. Gastroenteritis (diare) merupakan penyebab utama kematian anak (5-10 juta per tahun) pada negara berkembang dimana kasus malnutrisi masih umum terjadi. Perkiraan terkini gastroenteritis virus memegang persentase sebanyak % infeksi diare di Amerika Serikat dari kasus kasus diare yang terdokumentasi (diare yang disebabkan oleh bakteri dan parasit). Di Amerika Serikat, diare yang disebabkan rotavirus sebanyak 3,5 juta kasus. Persentase angka rawat inap yang disebabkan oleh rotavirus sebanyak 35% dan angka kematian per tahun. Gastroenteritis virus paling sering terjadi pada bayi usia 1-11 bulan, dimana virus menyerang sel epitel usus halus bagian atas, yang menyebabkan gangguan absorbsi, transport sodium dan diare. Manifestasi klinis bervariasi dari asimptomatik, diare yang ringan dengan sakit kepala dan demam, sampai dengan diare yang berat yang menyebabkan dehidrasi yang fatal. Gejala muntah hampir selalu ada. Gastroenteritis virus biasanya akan sembuh sendiri. Penatalaksanaan dilakukan dengan terapi penggantian cairan dengan cairan yang bersifat isotonis, analgesik dan obat antiperistaltik. 1 Rotavirus adalah penyebab utama penyakit diare pada bayi manusia dan binatang muda termasuk anak sapi dan anak babi. Infeksi pada orang dewasa dan binatang juga sering. Beberapa rotavirus merupakan agen penyebab diare infantil pada manusia, diare anak sapi di Nebraska, diare yang menyerang bayi tikus dan virus SA 11 pada kera. Rotavirus menyerupai reovirus dalam batasan morfologi dan strategi replikasinya. 2 Rotavirus kadang-kadang menyerang para wisatawan dewasa (traveler s diarrhea) dan menyerang orang-orang dengan daya tahan tubuh yang lemah (seperti pada penderita AIDS), orang tua dengan anak-anak yang menderita diare karena rotavirus dan manula. 3

5 KLASIFIKASI & SIFAT-SIFAT ANTIGEN Rotavirus termasuk dalam famili reoviridae dan merupakan patogen yang paling penting pada manusia dalam kelompok reoviridae. Golongan virus reoviridae meliputi tiga genus yang dapat menginfeksi manusia yaitu (1) reovirus yang terdiri dari 3 serotipe (2) rotavirus dengan 2 serotipe (3) orbivirus yang terdiri dari beberapa serotipe. Tabel. Ciri penting rotavirus 2 Virion Ikosahedral, diameter nm, kulit kapsid dobel Komposisi RNA (15%), protein (85%) Genom RNA untai ganda, linear, bersegmen (10-12 segmen), total ukuran genom kbp Protein Sembilan protein struktural, core berisi beberapa enzim Amplop Tidak ada (amplop semu transient, transient pseudoenvelope terdapat selama terjadi morfogenesis partikel rotavirus) Replikasi Sitoplasma, virion tidak beramplop secara komplit Ciri khas lain Penyusunan genetik terjadi secara mudah Rotavirus merupakan penyebab utama diare pada bayi Gambar rotavirus pada feses bayi yang sedang diare. Terlihat kapsid sebanyak dua buah. Kapsid terluar memiliki diameter 70nm, kapsid dalam memiliki diameter 40nm. Memiliki genom RNA dengan 11 subunit. 4 Rotavirus memiliki RNA untai ganda. Virion rotavirus yang tidak berselubung terdiri dari 3 kapsids konsentrik yang mengelilingi genom RNA. Genom ini terbagi menjadi 11 segmen yang mengkode 6 protein struktural dan 6 protein non struktural. 5 Rotavirus dibagi menjadi 7 grup, A-G, berdasar pada epitop antigen pada protein

6 struktural internal VP6. Antigen ini dapat dideteksi dengan teknik imunofluoresen, ELISA dan IEM (immune electron microscopy). Hanya grup A, B dan C yang menginfeksi manusia. Grup A penyebab yang paling utama infeksi manusia dan merupakan fokus dari usaha vaksinasi. 2,4 Virion rotavirus mengandung RNA dependent RNA polymerase yang dibutuhkan karena sel manusia tidak memiliki RNA polymerase yang dapat mensintesis mrna dari cetakan RNA untai ganda. 6 Rotavirus belum dapat dikembangbiakkan dengan pembentukan efek sitopatik dalam sistem biakan sel apapun yang sesuai, tetapi adanya replikasi virus tersebut dalam sel epitel intestinal telah dapat dibuktikan dengan teknik imunofluoresensi. Virion rotavirus mempunyai diameter keseluruhan sebesar nm dan mempunyai lapisan kapsomer rangkap yang mengelilingi pusatnya dan memberikan gambaran sebuah roda. 7 Protein kapsid luar VP4 dan VP7 membawa epitope penting dalam aktivasi netralisasi, walaupun glikoprotein VP7 tampaknya merupakan antigen dominan. Dua buah protein kapsid luar tersebut digunakan untuk klasifikasi serotipe, yakni P dan G, dinamakan P karena VP4 dipotong oleh protease dan dinamakan G karena VP7 mengalami glikosilasi. Sedikitnya ada 14 serotipe G dan 20 serotipe P dan karena gen yang mengkode VP4 dan VP7 terpisah secara tersendiri, beberapa lusin kombinasi PG yang berbeda dapat muncul secara teori. Namun secara klinis hanya sedikit serotipe PG yang dominan. Tabel di bawah meringkas klasifikasi serotipe rotavirus yang utama. 2,5 Tabel. Serotipe Rotavirus. 5 Gen VP7 VP4 Serotipe G P Jumlah serotype Tipe yang paling umum G1, G2, G3, G4 P4, P8 Yang muncul kemudian G9 P6 Serotipe G1, G2, G3 dan G4 dominan di Amerika Serikat, hampir 90%, diperkirakan 80% P8 dan 11% P4. Diseluruh dunia 88,5% diare yang diakibatkan rotavirus disebabkan oleh 4 serotipe yaitu P8G1, P4G2, P8G3 dan P8G4. Distribusi serotipe dapat bervariasi secara dramatis diantara beberapa wilayah. Contohnya serotipe yang tadi disebut di atas tersebar diseluruh dunia, menyebabkan

7 90% infeksi d Amerika Utara, Eropa dan Australia, berdasarkan pemeriksaan yang luas dari strain rotavirus yang dilakukan sejak tahun dan review dari 124 studi yang diterbitkan antara tahun 1989 dan Sedangkan di Amerika Selatan dan Asia, 4 serotipe di atas hanya mewakili 68% infeksi, di Afrika hanya 50%. Pada daerah tertentu serotipe P6, G8 dan G9 semakin meningkat, dengan implikasi yang penting untuk pengembangan vaksin. Contohnya data dari Afrika, strain G8 mewakili genotipe keempat yang paling sering dengan persentase 12,8%. 5 Antigen spesifik tipe ini membedakan antara rotavirus-rotavirus dan dapat ditunjukkan dengan tes Nt. Sedikitnya 9 serotipe telah teridentifikasi diantara rotavirus manusia, dan sedikitnya 5 serotipe lagi berada diantara isolate binatang. Beberapa rotavirus binatang dan rotavirus manusia berbagi spesifisitas serotipe. Misalnya virus SA 11 kera secara antigen sangat mirip dengan serotipe 3 manusia. Virus yang sering menimbulkan gastroenteritis pada manusia ini digolongkan sebagai rotavirus grup A, tetapi rotavirus yang berbeda secara antigenik juga menyebabkan wabah diare, terutama pada orang dewasa. Studi epidemiologi molekuler telah menganalisis isolat berdasarkan perbedaan dalam migrasi segmen genom 11 mengikuti elektroforesis RNA dalam gel polyacrilamide. Keberagaman genom yang luas telah ditunjukkan dalam banyak penelitian. Perbedaan dalam elektroforesis ini tidak dapat dipakai untuk meramalkan serotipe tetapi elektroforesis dapat menjadi alat epidemiologi untuk memantau penularan virus. 2 SIKLUS REPLIKASI Reovirus melekat pada permukaan sel pada reseptor B adrenergik. Sesudah virion masuk ke dalam sel, RNA polymerase mensintesis mrna dari tiap 10 atau 11 segmen di dalam sitoplasma. Sepuluh atau sebelas mrna di translasikan menjadi protein struktural dan non structural. Salahsatu dari ini RNA polymerase, mensintesis untai negatif yang akan menjadi bagian dari genom virus. Protein kapsid membentuk kapsid yang tidak lengkap disekeliling untai negatif dan kemudian untai positif dari segmen genom disintesis. Virus dilepas dari sitoplasma dengan lisis sel. 6

8 PERKEMBANGBIAKAN DALAM BIAKAN SEL Rotavirus adalah agen yang bersifat pemilih dalam hal kultur. Kebanyakan rotavirus grup A manusia dapat dibiakkan jika sebelumnya diberikan enzim proteolitik tripsin dan jika terdapat tripsin dalam level yang rendah dalam medium kultur jaringan. Ini bisa memecahkan protein kapsid luar dan memudahkan pelepasan selubung. Sangat sedikit strain rotavirus nongrup A yang telah dibiakkan. 2 MASA PENULARAN Penularan dapat terjadi selama fase akut dan selanjutnya penularan terus dapat berlangsung selama didalam tubuh orang itu masih ditemukan ada virus. Rotavirus biasanya tidak ditemukan sesudah hari ke-8 sejak infeksi, walaupun virus masih ditemukan selama 30 hari atau lebih pada penderita dengan gangguan sistem kekebalan (immunocompromised). Gejala klinis akan hilang rata-rata setelah 4 6 hari. 3 PATOGENESIS Rotavirus menginfeksi 2/3 proksimal ileum dengan terikat pada enterosit matur pada ujung-ujung villi. Sel-sel nonproliperatif dari ileum ini terdiferensiasi untuk melaksanakan fungsi pencernaan dan penyerapan, mereka mengekspresikan beberapa disakaridase, peptidase dan beberapa enzim lain yang berperan pada pencernaan pada permukaan apikal. Dan sebagai tambahan sel-sel ini membolehkan absorpsi melintasi barier enterosit, melalui difusi pasif dan transport aktif. Sel-sel kripta yang berlokasi di lembah-lembah antara villi berperan dalam fungsi sekresi, secara aktif mensekresikan ion klorida ke dalam lumen usus halus. Jadi enterosit melaksanakan fungsi absorpsi sedangkan sel kripta melaksanakan fungsi sekresi. Selsel yang rusak terkelupas masuk ke dalam lumen usus dan melepaskan virus dalam jumlah yang besar yang dapat tampak di feses (lebih dari partikel per gram feses). Ekskresi virus biasanya berlangsung 2-12 hari pada individu yang sehat tetapi dapat memanjang pada individu dengan nutrisi yang buruk.

9 Studi pada hewan menunjukkan rotavirus menginfeksi enterosit matur epitel villi di usus halus. Namun ada kisaran yang luas dari jenis-jenis sel permukaan yang rentan terhadap infeksi rotavirus pada kultur jaringan, termasuk sel tulang, sel payudara, sel lambung dan sel paru. Nyatanya dengan menginduksi infeksi melalui lipofeksi, semua sel permukaan yang dicoba dapat mendukung replikasi rotavirus. Reseptor sel yang memungkinkan rotavirus terikat masih belum didefenisikan. Integrin sel mungkin mempunyai peran sebagai koreseptor, berdasarkan penemuan protein kapsid luar VP4 dan VP7 mengandung sekuens ligan terhadap alpha2beta1, alpha4beta1, dan alphaxbeta2 integrin. Namun beberapa studi menyarankan masuknya rotavirus secara efektif mungkin memerlukan beberapa reseptor permukaan sel yang mungkin berbeda untuk rotavirus yang bervariasi. Mekanisme untuk masuknya rotavirus masih tetap dalam diskusi dan mungkin saja dengan cara penetrasi langsung melalui membran sel atau endositosis melalui reseptor. Meskipun infeksi rotavirus dapat muncul disetiap umur, gejala yang berat muncul hampir secara eksklusif pada anak berusia 3-24 bulan, dengan infeksi yang mengarah kepada diare akut yang akan sembuh sendiri (self limited). Diare terjadi karena absorpsi natrium dan glukosa rusak karena sel pada villi digantikan sel kripta imatur yang tidak melaksanakan fungsi absorbsi. Butuh waktu 3-8 minggu agar fungsi normal dapat kembali. Kematian akibat rotavirus karena dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Perubahan patologi yang paling utama terbatas pada usus halus dan diare terjadi dari beberapa mekanisme yang mengganggu fungsi epitel usus halus. Virus menginduksi kematian sel yang mengakibatkan semakin landainya epitel villi dan proliferasi sel kripta sebagai respon nya. Kapasitas absorbsi usus menurun, sementara cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus. Sementara enterosit juga terinfeksi, enzim-enzim pencernaan seperti sukrase dan isomaltase juga menurun. Ketika gula terakumulasi, gradien osmotik lebih semakin meningkatkan sekresi cairan ke dalam lumen. Diare juga terjadi dari aktivitas enterotoksin virus, nonstruktural protein 4 (NSP4). Pada tikus NSP4 menginduksi diare yang tergantung dosis dan usia dengan cara memicu sinyal sel dan mobilisasi calcium yang akhirnya mengakibatkan diare sekretori. Pada model binatang, NSP4 menginisiasi diare sekretori selama tahap awal infeksi, jadi mendahului terjadinya inflamasi atau kerusakan selular. Akhirnya sistem saraf enterik berkontribusi dalam mempertahankan keadaan diare, menstimulasi sekresi cairan dan zat-zat. 2,5

10 GAMBARAN KLINIS Rotavirus merupakan penyebab sebagian besar penyakit diare pada bayi dan anak-anak tetapi tidak pada orang dewasa. Masa inkubasinya 1-3 hari. Gejala yang khas meliputi diare, demam, nyeri perut, dan muntah-muntah diikuti dehidrasi. Pada bayi dan anak-anak, kehilangan banyak elektrolit dan cairan bisa fatal jika tidak diobati. Penderita dengan kasus yang lebih ringan mempunyai gejala selama 3-8 hari dan kemudian sembuh sempurna. Dapat terjadi infeksi asimtomatik dengan serokonversi. Pada anak-anak dengan imunodefisiensi, rotavirus dapat mengakibatkan penyakit yang lebih berat dan lebih panjang. Orang dewasa yang berkontak dapat terinfeksi, seperti yang ditunjukkan oleh serokonversi, tetapi mereka jarang menunjukkan simtom, dan virus jarang terdeteksi dalam feses mereka. Sumber infeksi yang sering ditemukan adalah kontak dengan kasus pediatrik. Tetapi epidemi penyakit yang berat telah terjadi pada orang dewasa, terutama dalam populasi yang tertutup, misalnya dalam bangsal geriatrik. Rotavirus golongan B terlibat dalam penjangkitan yang luas penyakit gastroenteritis berat pada orang dewasa di Cina. 2 Dalam studi kohort pada bayi yang diikuti dari sejak lahir hingga 2 tahun pertama, sebanyak 50% infeksi rotavirus bersifat asimtomatik. Infeksi primer lebih berat daripada infeksi berulang. Durasi sakit dari 3-9 hari. Pada infeksi dengan gejala, penyakit rotavirus dikategorikan ringan pada 62% anak-anak, 35% sedang dan 3% kasus berat; 7% anak-anak membutuhkan rawat inap. Pada sebuah studi pada anak-anak dengan diare rotavirus, 64% mengalami muntah, 64% mengalami demam, 14% mengalami dehidrasi, dan 18% di rawat inap. Pada anak-anak yang mengalami gejala, onset sering tiba-tiba, dengan demam dan muntah yang diikuti dengan diare yang bersifat berair dan eksplosif dengan frekuensi 10x per hari. Feses tidak berdarah dan biasanya sangat sedikit mengandung leukosit, tetapi pada 20% dapat ditemui mukus. Karena kesulitan menilai dehidrasi pada anak-anak, data yang ada terbatas untuk menilai kejadian dehidrasi pada diare rotavirus. Dibandingkan dengan diare pada anak karena patogen lain, diare pada rotavirus lebih cenderung mengandung banyak air, mual, muntah, kehilangan selera makan, nyeri perut dan dehidrasi. Pada anak-anak yang dirawat inap dengan infeksi rotavirus, kebanyakan anak-anak mengalami kombinasi demam, muntah dan diare. Namun dapat juga muncul 2 gejala

11 atau hanya satu gejala. Sebuah studi lain juga menyatakan anak-anak dengan diare rotavirus lebih cenderung mengalami muntah daripada anak-anak dengan non rotavirus diare. 5 DIAGNOSIS LABORATORIUM Rotavirus tidak dapat di diagnosis secara akurat berdasarkan presentasi klinis karena gejala dan tanda infeksi rotavirus secara klinis tidak dapat dibedakan dari etiologi yang lain. Namun sering juga akhirnya diagnosis rotavirus dibuat berdasarkan klinis dan epidemiologi. Pemeriksaan laboratorium jarang dikerjakan dalam praktek. Membuat diagnosis spesifik dari gastroenteritis rotavirus tidak akan mengubah manajemen nya karena tidak ada terapi spesifik yang tersedia untuk rotavirus. Maka tes tambahan untuk anak-anak dengan diare akut biasanya tidak diperlukan. 5 Namun sejumlah metode laboratorium dapat digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis rotavirus. Diagnosis laboratorium bergantung dari demonstrasi virus pada feses yang dikumpulkan secara dini dan pada kenaikan titer antibodi. Virus yang terdapat pada feses dapat terlihat dengan teknik IEM, tes aglutinasi lateks atau ELISA. Deteksi asam nukleat rotavirus dari spesimen feses dengan reaksi PCR merupakan metode deteksi yang paling sensitif. Tes serologi dapat digunakan untuk mendeteksi kenaikan titer antibodi. 2 Tes cepat menggunakan immunoassay enzim dan aglutinasi lateks tersedia secara luas, relatif tidak mahal dan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik. Metode-metode ini ditujukan untuk mengidentifikasi satu grup antigen yang umum untuk semua grup A rotavirus, VP6. Secara umum, immunoassay enzim memperlihatkan sensitivitas dan spesifisitas yang lebih besar yaitu 95% dan 99% sementara tes aglutinasi lateks memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih rendah. Mikroskop elektron dapat digunakan untuk mengidentifikasi rotavirus pada spesimen feses dan bahkan memungkinkan inisial identifikasi rotavirus. Mikroskop elektron tidak tersedia secara siap dan meskipun sangat spesifik kurang sensitif dari metode lain. 5 Meskipun rotavirus dapat dikultur, kultur rutin tidak akan mendeteksi rotavirus, jadi membatasi kultur virus untuk laboratorium riset tertentu. Sementara tes cepat PCR sensitif untuk mendeteksi rotavirus namun mahal sehingga tidak

12 dikerjakan juga secara rutin. Serotipe rotavirus dapat ditentukan dengan menggunakan tes cepat PCR atau antibodi monoklonal. Dapat juga diidentifikasi dengan teknik elektroforesis dari ekstrak RNA menjadi 11 band. Teknik ini telah digunakan pada studi epidemiologik pada kejadian wabah. Tes serologi juga telah digunakan pada studi epidemiologi dan trial vaksin untuk mendeteksi infeksi rotavirus, tetapi tidak berguna pada terapan klinis. 5 EPIDEMIOLOGI & IMUNITAS Rotavirus adalah satu-satunya penyebab gastroenteritis yang terpenting di seluruh dunia pada anak-anak. Angka perkiraan berkisar antara 3 sampai 5 milyar per tahun episode diare pada anak-anak di bawah usia 5 tahun di Afrika, Asia dan Amerika Latin dan menyebabkan sebanyak 1 juta kematian. Negara-negara maju mempunyai angka kesakitan yang tinggi tetapi angka kematiannya rendah. 2 Di Amerika Serikat ada 3 juta kasus per tahun dengan angka kematian kurang dari Khususnya 50% kasus gastroenteritis akut pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit di seluruh dunia disebabkan oleh rotavirus. 2 Lebih dari 90% anak-anak di USA telah terinfeksi pada umur 3 tahun. Imunitas yang diperoleh menyebabkan infeksi rotavirus kurang sering pada orang dewasa, kecuali beberapa strain tertentu rotavirus. Perkiraan berkisar antara 500 juta sampai 1 milyar selama episode tahunan diare, pada anak-anak di bawah 5 tahun di Afrika, Asia dan Amerika Latin, mengakibatkan 5 juta kematian. Biasanya 50-60% dari kasus gastroenteritis akut pada anak-anak yang dirawat di seluruh dunia disebabkan oleh rotavirus. Infeksi rotavirus biasanya banyak terdapat selama musim dingin. Infeksi simtomatik adalah yang paling sering terjadi pada anak-anak antara umur 6 bulan sampai 2 tahun, dan penularan tampaknya melalui jalur tinja-mulut. Infeksi nosokomial sering terjadi. Rotavirus ada dimana-mana. Menjelang umur 3 tahun, 90% anak-anak mempunyai antibodi serum terhadap satu tipe rotavirus atau lebih. Manusia dan hewan dapat terinfeksi sekalipun terdapat antibodi. Reinfeksi rotavirus umum terjadi, dapat terjadi anak kecil mengalami 5x reinfeksi sampai umur 2 tahun.. Faktor-faktor imun lokal, misalnya Ig A sekretorik atau interferon, penting dalam perlindungan

13 terhadap infeksi rotavirus. Selain itu reinfeksi bila ada antibodi yang beredar dapat menggambarkan adanya serotipe ganda virus. Infeksi asimtomatik sering terjadi pada bayi sebelum berumur 6 bulan, di saat antibodi protektif ibu didapat secara pasif oleh bayi yang baru lahir. Infeksi neonatal semacam itu tidak mencegah reinfeksi, tetapi dapat melindungi terhadap munculnya penyakit yang berat selama reinfeksi. Antibodi rotavirus telah dideteksi dalam susu ibu sampai 9 bulan setelah melahirkan. Imunitas yang didapat sewaktu anak-anak ini menyebabkan infeksi rotavirus relatif jarang pada orang dewasa. 2 Tabel. Virus yang menyebabkan gastroenteritis akut pada manusia. 2 Virus Ukuran(nm) Epidemiologi Penyebab opname Rotavirus Grup A Rotavirus Grup B Rotavirus Grup C Adenovirus enterik Virus Norwalk Penyebab terpenting penyakit diare Ya endemis berat pada bayi dan anak kecil di seluruh dunia (pada bulanbualn dingin di iklim sedang) Wabah penyakit diare pada anak dan Tidak dewasa di Cina Kasus sporadis dan kadang-kadang Tidak wabah pada penyakit diare pada anak-anak Agen virus terpenting kedua Ya penyakit diare endemis pada bayi dan anak kecil di seluruh dunia Penyebab penting wabah muntah Tidak dan penyakit diare pada anak yang dan virus lebih besar dan dewasa di keluarga, mirip komunitas dan perkantoran, Norwalk seringkali disebabkan oleh pengolahan makanan. Calicivirus Kasus sporadis dan kadang-kadang Tidak

14 wabah penyakit diare pada bayi, anak kecil dan lanjut usia. Astrovirus Kasus sporadis dan kadang-kadang wabah penyakit diare pada bayi, anak kecil dan lanjut usia. Tidak PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan diare karena rotavirus bersifat suportif, untuk mengkoreksi kehilangan cairan dan elektrolit yang dapat menuju pada keadaan dehidrasi, asidosis, syok dan kematian. Ini dapat dicapai dengan penggantian cairan dan perbaikan keseimbangan elektrolit baik secara oral atau melalui cairan intravena. Angka kematian pada anak karena diare yang jarang pada negara maju karena penggunaan yang rutin terapi pengganti cairan secara efektif. 2 Ketika mendiskusikan situasi seorang anak dengan orangtuanya atau penjaganya, sejumlah faktor penting untuk dipertimbangkan apakah seorang anak perlu dibawa untuk dievaluasi oleh profesional kesehatan. Pertimbangan nya meliputi : Usia muda (< 6 bulan atau berat < 8 kg) Riwayat lahir premature, kondisi medis kronis Demam > 38ºc untuk bayi < 3 bulan atau > 39º c untuk usia 3-36 bulan. Terlihat darah dalam feses Jumlah frekuensi dan volume yang tinggi dari diare Muntah terus menerus Tanda dehidrasi : mata yang redup, airmata yang berkurang, keringnya mukosa atau output urin yang menurun Perubahan status mental (iritabel, apatis atau letargi) Respon yang tidak optimal dengan terapi rehidrasi oral 5 PENCEGAHAN Rotavirus sapi hidup dan rotavirus resus dilaporkan dapat berfungsi sebagai vaksin yang dilemahkan pada manusia. Masih belum diketahui bagaimana imunitas heterotipik efektif dapat ditimbulkan pada manusia oleh rotavirus hewan. Pendekatan

15 lain untuk pengembangan vaksin mencakup penggunaan mutan rotavirus manusia yang dilemahkan dan teradaptasi dingin dan penggunaan rotavirus reasortan antarspesies. Secara pasti vaksin rotavirus yang efektif akan menimbulkan antibodi protektif pada semua bayi yang sangat muda terhadap semua serotipe rotavirus yang penting. 2 Pada bulan Agustus 1998, vaksin rotavirus hidup, oral, dinamakan vaksin Rotashield, mengandung 4 macam serotipe yaitu G1-G4. Tetravalent Rhesus based rotavirus vaccine (RRV-TV) telah diijinkan digunakan untuk bayi di Amerika Serikat. Vaksin ini sebaiknya diberikan kepada bayi pada usia 6 minggu 1 tahun. Jadwal yang disarankan adalah 3 dosis yang diberikan secara berurutan pada usia 2, 4 dan 6 bulan. Dosis pertama bisa diberikan pada usia 6 minggu 6 bulan dosis berikutnya diberikan dengan interval waktu 3 minggu. Dosis pertama sebaiknya tidak diberikan kepada anak usia 7 tahun keatas karena akan meningkatkan kemungkinan terjadi reaksi demam. Dosis kedua dan ketiga sebaiknya diberikan sebelum ulang tahun yang pertama. Pemberian imunisasi rutin dengan vaksin tersebut akan menurunkan jumlah pasien gastroenteritis yang dirawat akibat rotavirus secara bermakna, yaitu dapat mencegah paling sedikit 2/3 dari anak-anak yang dirawat di rumah sakit dan yang meninggal karena rotavirus. Pada suatu studi klinis, ditemukan vaksin 75%-100% efektif terhadap penyakit rotavirus berat dan 48%-66% efektif terhadap rotavirus dari derajat apapun. Intususepsi (gangguan pada usus yang menyebabkan salah satu bagian usus masuk kebagian lain) ditemukan pada satu trial sebelum vaksin RRV-TV diizinkan beredar sebagai satu masalah yang potensial yang dapat terjadi pada pemberian RRV-TV. Oleh karena laporan tentang terjadinya intussescepsi ini terus menerus datang, maka CDC pada bulan Juli 1999, menunda beberapa penelitian yang akan dilakukan dan merekomendasikan agar menunda pemberian RRV-TV pada anak-anak yang telah dijadwalkan untuk mendapatkan imunisasi sebelum bulan Nopember Rekomendasi ini termasuk ditujukan kepada mereka yang sudah mulai mendapat dosis awal RRV-TV. Semua kasus intususepsi yang terjadi setelah pemberian RRV- TV sebaiknya dilaporkan kepada Sistem Pelaporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Dua buah vaksin rotavirus yang baru yaitu Rota Teq dan Rotarix sedang dalam pengembangan tahap akhir. Vaksin ini telah dicoba pada clinical trials yang besar di seluruh dunia dan terlihat aman dan efektif. Vaksin yang aman dan efektif tetap

16 menjadi harapan terbesar untuk mengurangi beban penyakit rotavirus di seluruh dunia. 2,3,5 Efektifitas upaya-upaya pencegahan lain tidak diketahui dengan jelas. Dalam hal jalur penularan tinja mulut, upaya pengendaliannya yang penting adalah penanganan air limbah dan kebersihan. Meskipun begitu perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah penularan penyakit melalui jalan fekal-oral mungkin tidak efektif dalam mencegah penularan virus ini, oleh karena virus dapat hidup untuk jangka waktu lama pada permukaan yang keras, pada air yang terkontaminasi dan di tangan. Rotavirus relatif kebal terhadap disinfektan yang umum digunakan tetapi dapat diinaktifvasi dengan klorin. Di tempat-tempat penitipan anak, mengenakan baju yang dapat menutup seluruh bagian tubuh bayi termasuk menutupi popok bayi, diketahui dapat menurunkan angka penularan infeksi. Mencegah terjadinya pemajanan dari bayi dan anak kecil dengan orang yang menderita gastroenteritis akut di dalam lingkungan keluarga dan institusi (seperti di tempat-tempat penitipan anak/orang tua dan rumah sakit). Pencegahan dilakukan dengan standar sanitasi yang baik, sedangkan melarang anak-anak untuk dititipkan tempat penitipan anak tidak diperlukan. Pemberian imunisasi pasif dengan imunoglobulin per oral terbukti memberikan perlindungan kepada bayi berat lahir rendah dan anak dengan daya tahan tubuh rendah. Menyusui tidak menurunkan angka penularan, namun dapat mengurangi keparahan gastroenteritis. 3

17 DAFTAR PUSTAKA 1. Lansing M. Prescott, Harley John P., Klein Donald A. Microbiology. Sixth Edition.. McGraw Hill Higher Education, 2005 : Brooks G.F., Carrol K.C., Butel J.S., & Morse S.A. Medical Microbiology. 24 th ed, Mc Graw Hill, 2007 : Ditjen Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan - Departemen Kesehatan R.I. Manual Pemberantasan Penyakit Menular Kayser, F.H., Bienz, K.A., Eckert J., & Zinkernagel, R.M. Fungi as Human Pathogens : Medical Microbiology. New York, Thieme Stuttgart, 2005 : Staat Mary A. Rotavirus : Identification, Treatment, and Prevention. Available from URL : 15 April 2005 : Levinson W., Jawetz E. Medical Microbiology & Immunology. Seventh Edition, McGraw Hill, 2003 : Karsinah. Reoviridae. Dalam : Staf Pengajar FK UI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi, Binarupa Aksara, 1994 : hal 343.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah PENDAHULUAN Latar Belakang Canine Parvovirus merupakan penyakit viral infeksius yang bersifat akut dan fatal yang dapat menyerang anjing, baik anjing domestik, maupun anjing liar. Selama tiga dekade ke

Lebih terperinci

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B RHINOVIRUS: Bila Anda sedang pilek, boleh jadi Rhinovirus penyebabnya. Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hepatitis B 2.1.1 Etiologi Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). HBV merupakan famili Hepanadviridae yang dapat menginfeksi manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus. Telah ditemukan lima kategori virus yang menjadi agen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rotavirus merupakan penyebab diare berat pada anak berumur kurang

BAB I PENDAHULUAN. Rotavirus merupakan penyebab diare berat pada anak berumur kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rotavirus merupakan penyebab diare berat pada anak berumur kurang dari 5 tahun (balita) di negara maju dan negara berkembang. Virus ini menginfeksi anak pada awal kehidupannya.

Lebih terperinci

1. ASPEK BIOLOGI MORFOLOGI VIRUS EBOLA:

1. ASPEK BIOLOGI MORFOLOGI VIRUS EBOLA: Virus Ebola menyebabkan demam hemorrhagic. Semenjak dikenal tahun 1976, Virus Ebola menyebabkan penyakit yang fatal pada manusia maupun binatang primata (monyet, gorila dan simpanse). Dinamakan Virus Ebola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi debit tinja dibandingkan dengan pola usus normal individu, merupakan gejala dari suatu penyakit sistemik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopticus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengue. Virus dengue ditransmisikan oleh nyamuk Aedes aegypti. Infeksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengue. Virus dengue ditransmisikan oleh nyamuk Aedes aegypti. Infeksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue ditransmisikan oleh nyamuk Aedes aegypti. Infeksi dengan satu atau lebih virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di indonesia terutama pada anak-anak. Diare harus

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di indonesia terutama pada anak-anak. Diare harus BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Depkes RI & DITJEN PPM & PLP (1999) dalam buku Sodikin (2010), sampai saat ini penyakit diare (gastroenteritis) masih menjadi masalah kesehatan di indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). 10,11 Virus ini akan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella sp. 2.1.1 Klasifikasi Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C termasuk famili Enterobacteriaceae, ordo Eubacteriales, kelas Schizomycetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS BAB 2 TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS 2.1 Pengenalan Singkat HIV dan AIDS Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, HIV adalah virus penyebab AIDS. Kasus pertama AIDS ditemukan pada tahun 1981. HIV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. 2004). Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan susu hasil sekresi dari payudara setelah ibu melahirkan. ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan tanpa

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare Akut dan Tata Laksananya Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi 3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan

Lebih terperinci

Etiology dan Faktor Resiko

Etiology dan Faktor Resiko Etiology dan Faktor Resiko Fakta Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul, berantai tunggal, dengan sense positif Karena

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 5 Diare Catatan untuk instruktur Fabian adalah anak usia 2 tahun yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari desa terpencil dengan diare dan tanda dehidrasi berat. Selama

Lebih terperinci

OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS

OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS VIRUS FIRMAN JAYA OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS PENDAHULUAN Metaorganisme (antara benda hidup atau benda mati) Ukuran kecil :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu formula yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, kerap kali memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi seperti alergi. Susu formula secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan. BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada subyek berumur 1-5 tahun. Pemilihan subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk pencegahan utama keracunan botulismus pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hog cholera 2.1.1 Epizootiologi Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan di Bali. Hampir setiap keluarga di daerah pedesaan memelihara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis B disebabkan oleh virus Hepatitis B (HBV). HBV ditemukan pada tahun 1966 oleh Dr. Baruch Blumberg berdasarkan identifikasi Australia antigen yang sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare masih merupakan penyebab kematian paling utama pada anak-anak, dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun 1978, saat World

Lebih terperinci

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca

BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca BAB VI PEMBAHASAN Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca suplementasi seng. Kejadian diare berulang dapat merupakan suatu infeksi menetap dimana proses penyembuhan tidak berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita

BAB I PENDAHULUAN. Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita di negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya masih tinggi. Sekitar 80% kematian

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Blastocystis hominis 2.1.1 Epidemiologi Blastocystis hominis merupakan protozoa yang sering ditemukan di sampel feses manusia, baik pada pasien yang simtomatik maupun pasien

Lebih terperinci

KuTiL = KankeR LeHEr RaHIM????

KuTiL = KankeR LeHEr RaHIM???? KuTiL = KankeR LeHEr RaHIM???? Abstrak Jangan salah tafsir!!! Bukan berarti orang yang kutilan itu punya kanker rahim, terutama pada wanita. Karena memang bukan itu yang dimaksud. Disini dimaksudkan bahwa

Lebih terperinci

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING 1 I Gst Ayu Agung Suartini(38) FKH - Universitas Udayana E-mail: gaa.suartini@gmail.com Tlf : 081282797188 Deskripsi IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

Virologi - 2. Virologi - 3. Virologi - 4

Virologi - 2. Virologi - 3. Virologi - 4 Virologi dasar Klasifikasi dan morfologi Reproduksi (replikasi) virus Hubungan virus dengan sel Virus yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan menyusui Virologi - 2 Virologi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Partikel virus (virion), terdiri dari : Virologi adalah ilmu yang mempelajari tentang virus dan agent menyerupai virus:

Partikel virus (virion), terdiri dari : Virologi adalah ilmu yang mempelajari tentang virus dan agent menyerupai virus: Virologi dasar Klasifikasi dan morfologi Reproduksi (replikasi) virus Hubungan virus dengan sel Virus yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan menyusui Virologi - 2 Partikel virus (virion), terdiri dari

Lebih terperinci

: Clostridium perfringens

: Clostridium perfringens Clostridium perfringens Oleh : Fransiska Kumala W 078114081 / B Clostridium perfringens adalah salah satu penyebab utama infeksi luka berakibat gangrene gas. Seperti banyak clostridia, organisme ini banyak

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare Akut dan Tatalaksananya Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi 3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di

BAB 1 PENDAHULUAN. Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang. Diare masih merupakan penyebab kematian kedua terbanyak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan.

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan. BAB I PENDAHULUAN Hati adalah salah satu organ yang paling penting. Organ ini berperan sebagai gudang untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi. Memerangi racun dalam tubuh seperti alkohol, menyaring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Infeksi dengue disebabkan oleh virus DEN 1,

Lebih terperinci

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karakter Biologi Klebsiella pneumoniae K. pneumoniae tergolong dalam kelas gammaproteobacteria, ordo enterobacteriale, dan famili Enterobacteriaceae. Bakteri K. pneumoniae adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah E. histolytica Penyebab amebiasis adalah parasit Entamoeba histolytica yang merupakan anggota kelas rhizopoda (rhiz=akar, podium=kaki). 10 Amebiasis pertama kali diidentifikasi

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

Variola vera MORFOLOGI. Group I (dsdna)

Variola vera MORFOLOGI. Group I (dsdna) Variola vera Group: Family: Genus: Species: Group I (dsdna) Poxviridae Orthopoxvirus Variola vera Penyakit cacar (smallpox) merupakan salah satu penyakit mematikan yang pernah ada di dunia. Diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock, 2003). Gastroentritis adalah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock, 2003). Gastroentritis adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gastroentritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang terjadi akibat salah makan, biasanya di sebabkan oleh penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penderitanya dan menghasilkan kerentanan terhadap berbagai infeksi. sel T CD4 yang rendah (Cabada, 2015; WHO, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. penderitanya dan menghasilkan kerentanan terhadap berbagai infeksi. sel T CD4 yang rendah (Cabada, 2015; WHO, 2016). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penderita HIV/AIDS meningkat setiap tahun dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sel limfosit T CD4 merupakan sel target infeksi HIV, penurunan jumlah dan fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri-ciri Salmonella sp. Gambar 1. Mikroskopis kuman Salmonella www.mikrobiologi Lab.com) sp. (http//. Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak berspora,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi) (Kidgell

Lebih terperinci

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR PENDAHULUAN Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yg disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) HIV : HIV-1 : penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang ditransmisikan oleh nyamuk Ae. Aegypti. 1 Menyebabkan banyak kematian pada anakanak sekitar 90 % dan biasanya

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

Pokok Bahasan: GASTROENTEROLOGI dan HEPATOLOGI Sakit perut berulang M. Juffrie

Pokok Bahasan: GASTROENTEROLOGI dan HEPATOLOGI Sakit perut berulang M. Juffrie Pokok Bahasan: GASTROENTEROLOGI dan HEPATOLOGI Sakit perut berulang M. Juffrie Definisi Sakit perut yang terjadi paling sedikit 3 kali, cukup berat sampai tidak bisa melakukan kegiatan sehari hari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) yang dapat menyebabkan penyakit akut maupun kronis (WHO, 2015). Penularan hepatitis virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan rumah tangga sangat penting dalam memantau. rumah tangga yang mengalami masalah kekurangan pangan secara terus

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan rumah tangga sangat penting dalam memantau. rumah tangga yang mengalami masalah kekurangan pangan secara terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketahanan pangan rumah tangga sangat penting dalam memantau rumah tangga yang mengalami masalah kekurangan pangan secara terus menerus. Suryana (2004) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit akibat infeksi bakteri Salmonella enterica serotipe typhi. Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang timbul secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hepatitis karena infeksi virus merupakan penyakit. sistemik yang menyerang hepar. Penyebab paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hepatitis karena infeksi virus merupakan penyakit. sistemik yang menyerang hepar. Penyebab paling banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hepatitis karena infeksi virus merupakan penyakit sistemik yang menyerang hepar. Penyebab paling banyak dari hepatitis akut yang berhubungan dengan virus pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Hal ini dikaitkan dengan

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Hepatitis D

Asuhan Keperawatan Hepatitis D Asuhan Keperawatan Hepatitis D Hepatitis D (sering disebut Hepatitis Delta) adalah suatu peradangan pada sel-sel hati yang disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Virus Hepatitis D (HDV) adalah virus

Lebih terperinci

STRUKTUR, MORFOLOGI, DAN KLASIFIKASI VIRUS. Morfologi dan komponen virus

STRUKTUR, MORFOLOGI, DAN KLASIFIKASI VIRUS. Morfologi dan komponen virus STRUKTUR, MORFOLOGI, DAN KLASIFIKASI VIRUS Morfologi dan komponen virus Virus merupakan mikroorganisme terkecil yang pernah dikenal. Umumnya tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa, kecuali poxvirus.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Epidemiologi Penyakit Campak di Indonesia Tahun 2004-2008 5.1.1 Gambaran Penyakit Campak Berdasarkan Variabel Umur Gambaran penyakit campak berdasarkan variabel umur

Lebih terperinci

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007 TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007 SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyebab utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam tifoid adalah salah satu infeksi yang terjadi di usus halus dan banyak terjadi di negara yang beriklim tropis. persamaan demam tifoid masyarakat umum biasa menyebutnya

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Definisi Diare Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan atau tanpa muntah yang masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan atau tanpa muntah yang masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gastroenteritis akut adalah keadaan yang ditandai dengan timbulnya diare dengan atau tanpa muntah yang masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Besarnya angka pasti pada kasus demam tifoid di

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan

Lebih terperinci

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2. PROTOZOA Entamoeba coli E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm 2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang

Lebih terperinci

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN 1 VIRUS HEPATITIS B Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage Oleh AROBIYANA G0C015009 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNUVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Giardiasis adalah penyakit diare yang disebabkan oleh protozoa patogen Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi protozoa

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA BAYI DAN ANAK

PEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA BAYI DAN ANAK PEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA BAYI DAN ANAK Endang Retnowati Departemen/Instalasi Patologi Klinik Tim Medik HIV FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 15 16 Juli 2011

Lebih terperinci

DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER

DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER Sunaryati Sudigdoadi Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhanahuwa ta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE 2.1 Sejarah Demam Berdarah Dengue Penyakit demam berdarah dengue pertama kali di temukan di Filiphina pada tahun 1953 dan menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi permasalahan utama di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang jika tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius. Pneumonia ditandai dengan konsolidasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah penyakit menular ganas pada babi yang disebabkan oleh virus dengan gejala utama gangguan reproduksi

Lebih terperinci

Termasuk ke dalam retrovirus : famili flaviviridae dan genus hepacivirus. Virus RNA, terdiri dari 6 genotip dan banyak subtipenya

Termasuk ke dalam retrovirus : famili flaviviridae dan genus hepacivirus. Virus RNA, terdiri dari 6 genotip dan banyak subtipenya Felix Johanes 10407004 Rahma Tejawati Maryama 10407017 Astri Elia 10407025 Noor Azizah Ba diedha 10407039 Amalina Ghaisani K.10507094 Febrina Meutia 10507039 Anggayudha A. Rasa 10507094 Termasuk ke dalam

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Salah satu dari tujuan Millenium Development Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita sebesar dua-pertiga, antara tahun 1990 dan 2015. Pada kasus kematian

Lebih terperinci

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS 23 Apr 2003 Kasus sindrom pernapasan akut parah, atau lebih dikenal dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) masih menempatkan berita utama di sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah yang bersifat akut, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Dengue telah menjadi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya di Indonesia namun juga di dunia internasional. Infeksi Dengue terutama Dengue Haemorrhagic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut pada saluran pencernaan yang masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian demam tifoid di

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare. PENYAKIT CAMPAK Apakah setiap bintik-bintik merah yang muncul di seluruh tubuh pada anak balita merupakan campak? Banyak para orangtua salah mengira gejala campak. Salah perkiraan ini tak jarang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah 5 tahun tapi ada beberapa daerah dengan episode 6-8 kali/tahun/anak. 1 Hasil

BAB I PENDAHULUAN. bawah 5 tahun tapi ada beberapa daerah dengan episode 6-8 kali/tahun/anak. 1 Hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Diare akut merupakan masalah utama kesehatan anak di seluruh dunia. Di negara berkembang rata-rata 3 episode per anak per tahun pada anak berusia di bawah 5 tahun tapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat inflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan dengan pleositosis cairan serebrospinalis

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi

Lebih terperinci