Oleh: FIQIH FIMINIS PRESFEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. Siti Khusnul Khotimah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh: FIQIH FIMINIS PRESFEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. Siti Khusnul Khotimah"

Transkripsi

1 Fiqih Feminis Perspektif Asghar Ali Engineer FIQIH FIMINIS PRESFEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER Oleh: Siti Khusnul Khotimah ABSTRAK Islam sama sekali tidak menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, baik dari segi substansi penciptaannya, tugas dan fungsinya, hak dan kewajibannya, maupun dalam rangka meraih prestasi puncak yang diidam-idamkannya. Islam, melalui kedua sumbernya al-quran dan Sunnah, menetapkan posisi dan kedudukan perempuan setara dan seimbang dengan posisi dan kedudukan laki-laki. Tantangan terbesar yang dihadapi kaum perempuan adalah legitimasi teologis terhadap kondisi yang mereka rasakan tidak adil, sehingga apa yang mereka lakukan dianggap bertentangan dengan ajaran agama. Kata Kunci: Fiqh Fiminis Ali Engineer PENDAHULUAN Bila melihat perjalanan sejarah, masyarakat Islam menjadi masyarakat yang feodal sejak seperempat abad setelah wafatnya Nabi, dan feodalisasi ini telah memberikan dampak nyata bagi konsep hak-hak perempuan dalam Islam. Padahal, Islam adalah salah satu agama yang telah membicarakan hak-hak perempuan secara rinci dan tegas, baik dalam Al-Qur an maupun rumusan Syaria ah. Walaupun Al-Qur an menganugerahkan status setara bagi laki-laki dan perempuan dalam pengertian normatif, seperti kesataraan Laki-laki dan perempuan dalam tujuan penciptaan manusia untuk menyembah Allah. 1 Namun Al-Qur an juga mengakui adanya superioritas laki-laki dalam konteks sosial tertentu. Akan tetapi para teolog telah mengabaikan konteks tersebut dan menjadikan laki-laki sebagai makhluk superior dalam pengertian yang absolut. Akibat pengabaian misi emansimatoris dari Al-Quran tersebut maka sepanjang sejarah, telah terjadi dominasi laki-laki terhadap perempuan, dimana posisi perempuan selalu dianggap lebih rendah dari pada posisi laki-laki (kecuali dalam masyarakat-masyarakat matriarkal yang jumlahnya tidak seberapa). Dari 1 Ismail, Nurjannah, Perempuan Dalam Pasungan : Bias Laki-Laki Dalam Penafsiran, Yogyakarta : Lkis, 2003, Hlm. 285 An-Nisa', Vol. 8 No. 1 April

2 Siti Khusnul Khotimah sinilah muncul doktrin ketidaksetaraan (Diskriminatif) antara laki-laki dan perempuan. Perempuan tidak cocok memegang kekuasaan atau memiliki kemampuan yang dimiliki laki-laki dan, karena itu dianggap tidak setara dengan laki-laki. Laki-laki harus memiliki dan mendoninasi perempuan, menjadi pemimpinnya dan menentukan masa depannya, dengan bertindak baik sebagai ayah, saudara laki-laki, atau bahkan semua peran dari pada perempuan, Dengan alasan untuk kepentingannyalah dia harus tunduk kepada jenis kelamin yang lebih unggul (superior). 2 Kondisi ketidaksetaraan itu dirasakan oleh kaum perempuan sebagai ketidakadilan. Kaum perempuan yang sadar menganggap bahwa mereka belum benar-benar "diorangkan, mereka belum lagi diperlakukan sebagai manusia sepenuhnya. Kondisi seperti ini tentu saja dirasakan sebagai kungkungan yang membelenggu kaum perempuan. Oleh karena itu tidak heran apabila dari kalangan perempuan muncul cita-cita, dan bahkan gerakan yang dikenal sebagai "women emansipation (pemanusiaan perempuan) dan women liberation (pemerdekaan perempuan). 3 Tantangan terbesar yang dihadapi kaum perempuan adalah legitimasi teologis terhadap kondisi yang mereka rasakan tidak adil, sehingga apa yang mereka lakukan dianggap bertentangan dengan ajaran agama. Dari konteks inilah Asghar Ali Engineer dianggap penting,bagi kaum muslimin untuk menyuarakan pembebebasan perempuan dari hegemoni laki-laki. Di samping itu, pemikiran Asghar Ali tidak hanya berguna dan menjadi ruh bagi organisasi dan gerakan feminis, akan tetapi juga bagi pemikir-pemikir muslim yang mengemban misi keulamaan untuk menjawab tantangan sosio-kultural dunia modern yang jauh berbeda dengan tantangan yang dihadapi dimasa-masa sebelumnya. Corak pemikiran Asghar Ali engineer dalam menyingkapi masalah-masalah yang berkenaan dengan perempuan sangat berbeda dengan ciri-ciri yang menonjol pada kepustakaan Islam selama ini. Hal tersebut di karenakan Pertama, karena ia menempatkan masalah-masalah pandangan yang berkembang dalam dunia Islam tentang perempuan dari sudut metode pendekatan, yang tidak hanya terbatas pada masalah fiqih akan tetapi juga mencakup aspek filsafat, antropologis, sosiologis dan sejarah. Kedua, karena ia menyajikan tulisannya 2 Mufidah C.h. Paradigma Gender. (Malang: Bayumedia Publishing. 2004) 43 3 Nur Jannah, Perempuan Dalam Pasungan. Bias Laki-laki dalam Penafsiran. (Yogyakarta : LKis Yogyakarta. 2003) An-Nisa', Vol. 8 No. 1 April 2015

3 Fiqih Feminis Perspektif Asghar Ali Engineer dalam perspektif tantangan sosio-kultural yang dihadapi dunia Islam di zaman modern ini. Oleh karena itu, tulisan ini merupakan suatu bahan yang sangat berharga bagi kaum feminis muslim, karena dapat dijadikan sebagai sebuah senjata ampuh dalam perjuangan mereka untuk mendapatkan status yang setara dengan laki-laki. Jadi selaku pemikir teologi pembebasan yang terkemuka dalam dunia Islam, Asghar Ali engineer tidak hanya memberikan kerangka teoritik dalam menyegarkan pemikiran keagamaan umat Islam, akan tetapi juga memberikan landasan teologis bagi para aktivis yang berjuang untuk liberasi (pembebasan) dan humanisasi (pemanusiaan) khususnya bagi kesetaran perempuan. Dari gambaran inilah penulis ingin menyajikan penelitian tentang pemikiran tokoh Asghar Ali Engineer mengenai fiqih feminis dengan judul Figih Feminis Asghar Ali Engineer, untuk melihat kontribusi pemikiran fiqih perempuan yang beliau bangun berlandaskan bangunan penafsiran Al-Quran dan teologi pembebasan. Fiqih Fiminis Isu-isu tentang perempuan, sekarang ini, banyak mengisi wacana wacana ditengah masyarakat kita. Isu perempuan ini menjadi semakin menearik ketika ketidakadilan diantara kedua jenis kelamin yang sering disebut ketidakadilan gender, ini semakin tinggi tingkat diskursus yang di konsumsi oleh masyarakat tentang keberadaan gender. 4 Kedudukan perempuan lebih rendah dari laki-laki dan harus tunduk kepada kekuatan laki-laki demi kelancaran dan kelestarian keluarga. Datangnya agama Yahudi dan Nasrani yang ajarannya kemudian banyak disimpangkan dan didistorsi oleh para penganutnya belum bisa menjamin kedudukan perempuan sebagaimana mestinya. Kemudian datanglah Islam yang berusaha mengangkat kedudukan perempuan hingga menjadi sejajar dengan kedudukan aki-laki (egaliter). 5 Islam datang untuk melepaskan perempuan dari belenggu-belenggu kenistaan dan perbudakan terhadap sesama manusia. Islam memandang 4 Tim Dosen PAI UNY, Din Al-Islam, Buku teks PAI di perguruan tinggi, Yogyakarta : UNY, Hlm Bila melihat perjalanan sejarah, masyarakat Islam menjadi masyarakat yang feodal sejak seperempat abad setelah wafatnya Nabi, dan feodalisasi ini telah memberikan dampak nyata bagi konsep hak-hak perempuan dalam Islam. Padahal, Islam adalah salah satu agama yang telah membicarakan hak-hak perempuan secara rinci dan tegas, baik dalam Al-Qur an maupun rumusan Syaria ah An-Nisa', Vol. 8 No. 1 April

4 Siti Khusnul Khotimah perempuan sebagai makhluk yang mulia dan terhormat, makhluk yang memiliki berbagai hak di samping kewajiban. Islam mengharamkan perbudakan dan berbuat aniaya terhadap perempuan. Islam memandang sama antara laki-laki dan perempuan dalam aspek kemanusiaannya (Q.S. al-hujurat (49): 13). Islam juga menempatkan perempuan pada posisi yang sama dengan laki-laki dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban agama (Q.S. al-taubah (9): 71), memikul beban-beban keimanan (Q.S. al-buruj (85): 10), menerima balasan di akhirat (Q.S. al-nisa (4): 124), dan pada masalah-masalah lainnya yang banyak disebutkan dalam al-quran. Namun demikian, dalam hal ini masih diakui adanya sedikit perbedaan antara perempuan dan laki-laki, misalnya dalam hal status perempuan menjadi saksi, besarnya bagian perempuan dalam warisan, dan kesempatan perempuan menjadi kepala negara. Yang pasti, secara kodrati perempuan berbeda dengan laki-laki. Hanya perempuan yang bisa menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui. Dengan demikian, jelaslah bahwa Islam memberikan kedudukan yang tinggi kepada perempuan setara dengan kedudukan yang diberikan kepada laki-laki. Kesetaraan ini bukan berarti menjadikan perempuan sama persis dengan laki-laki dalam segala hal. Tentunya ada batasan-batasan tertentu yang membedakan wanita dengan pria. 6 Dalam sejarah peradaban Islam kesetaraan seperti di atas kurang terlihat secara faktual. Sebagaimana higemoni budaya patriarkhi sangat mempengaruhi teks-teks keagamaan, termasuk dalam Islam, sehingga hampir berabad-abad lamanya posisi perempuan dalam Islam belumlah seperti yang dikehendaki oleh ruh al-quran. Pada perkembangan selanjutnya, lahirnya politik demokrasi serta munculnya sistem ekonomi sosialis dan kapitalis di Barat memberikan kesadaran baru terhadap hak-hak perempuan. Kaum perempuan tidak mau lagi ditindas sebagaimana yang mereka alami di tengah-tengah masyarakat feodal. Mereka menolak dianggap rendah status sosialnya dibanding laki-laki. Mereka menuntut hakhaknya untuk belajar dan mendapat penghormatan yang sama. Gerakan mereka ini dikenal dengan gerakan feminisme, yaitu suatu gerakan dan kesadaran yang berangkat dari asumsi bahwa kaum wanita mengalami diskriminasi dan ada usaha untuk menghentikan diskriminasi tersebut. Munculnya kesadaran baru 6 Ali Yafie, Kemitrasejajaran Wanita-Pria: Perpektif Agama Islam dalam Bainar (Ed), Wacana Perempuan dalam Keindonesiaan dan Kemoderenan,(Yogyakarta: Cidesind. 1998) An-Nisa', Vol. 8 No. 1 April 2015

5 Fiqih Feminis Perspektif Asghar Ali Engineer seperti itu banyak menggugah para pakar untuk lebih menyuarakan hak-hak perempuan melalui tulisan-tulisan mereka. Sejak dekade 1980-an para pakar Muslim pun mulai banyak berbicara mengenai hak-hak perempuan dengan mempermasalahkan kembali pemahaman Islam (fikih) yang terkandung dalam kitab-kitab fikih, tafsir, dan syarah hadis yang menurut mereka masih mencerminkan bias dan dominasi patriarkhi yang cukup kental. Mereka ini kemudian dijuluki tokoh-tokoh feminis Muslim atau sering juga dikenal sebagai kaum feminis Muslim. Dari tulisan-tulisan para feminis Muslim itu dapat dilihat bahwa Islam sebenarnya sama sekali tidak menempatkan kedudukan perempuan berada di bawah kedudukan laki-laki. Jadi Islam benar-benar menunjukkan adanya kesetaraan dan keadilan gender. 7 Ada pendukung berat feminisme yang menggugat fiqih perempuan yang tertulis dalam berbagai kitab kuning. Gugatan ini wajar-wajar saja jika ditujukan pada aspek fiqih. Karena pemikiran fiqih hasil pruduk ijtihad manusia, dengan tidak mengotak-atik masalah syariat islamiyah yang memang tetap berubah sepanjang zaman. Gugatan pada fiqih perempuan sangat berlebihan, hal ini terbukti dengan adanya tuduhan bahwa fiqih kurang memberikan kebebasan kepeda perempuan. Sehingga sebagian dari mereka terjebak pada kekeliruan dalam memandang hukum Islam. Diantara kekeliruan tersebut di antaranya ; pertama, Masalah syari at yang sering di campuradukkan dengan masalah fiqih. Kedua Sering men generalisir kasus yang berlaku secara spesifik. Ketiga Pendapat seorang ulama yang belum tentu kuat sandaran hukumnya sering dianggap sebagai pendapat yang representatif Islam tentang perempuan. 8 Jika selama ini muncul ketidakadilan dalam Islam ketika memposisikan perempuan dan laki-laki dalam hukum, hal itu karena warisan pemahaman Islam (fikih) dari para tokoh Muslim tradisional yang diperkuat oleh justifikasi agama. Oleh karena itu, kaum feminis Muslim bersepakat untuk mengadakan rekonstruksi terhadap ajaran-ajaran tradisional agama untuk sejauh mungkin mengeliminasi perbedaan status yang demikian tajam antara laki-laki dan perempuan yang telah dikukuhkan selama berabad-abad. Rekonstruksi dilakukan dengan jalan menafsirkan kembali teks-teks al-quran yang berkaitan 7 Asghar.Pembebasan Perempuan terj. Agus Nuryanto.(Yogyakarta, LKiS.2007) 8 Mansur Faqih, Dkk. Membincang feminisme : diskursus Gender persepektif Islam. Surabaya : Risalah Gusti, 2000, hlm. 129 An-Nisa', Vol. 8 No. 1 April

6 Siti Khusnul Khotimah dengan wanita yang selama ini sering ditafsirkan dengan nada misoginis (yang menunjukkan kebencian kepada perempuan). Kesetaraan yang ditunjukkan al-quran di atas banyak dikacaukan oleh adanya hadis-hadis yang bernada misoginis (yang merendahkan perempuan). Hadis-hadis tentang penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam mengindikasikan hal tersebut dan jelas bertentangan dengan kesetaraan yang ditunjukkan al- Quran. Hadis-hadis seperti itu seharusnya ditolak, namun kenyataannya justru populer dan dipegangi oleh umat Islam. Persoalannya ternyata adalah karena hadis-hadis itu diriwayatkan oleh dua perawi yang terkenal kesahihannya, yaitu al-bukhari dan Muslim. Atas kenyataan ini Riffat Hasan mengajak para perempuan Muslim sadar bahwa sejarah penundukan dan penghinaan kaum perempuan di tangan kaum laki-laki bermula dari sejarah penciptaan Hawa seperti dalam hadis-hadis tersebut. Riffat juga mengajak kaum perempuan Muslim menentang otentisitas hadis yang membuat mereka secara ontologis inferior, subordinatif, dan bengkok. Kalau hadis-hadis itu dari segi kualitasnya shahih, maka harus dipegangi sebagai pesan Nabi. Yang perlu diupayakan adalah bagaimana hadis-hadis itu tidak bertentangan dengan al-quran yang menyatakan bahwa penciptaan laki-laki dan perempuan dari nafs yang satu (Q.S. al-nisa (4): 1). Oleh karena itu, hadis-hadis itu harus diartikan secara majazi/metaforis. Gambaran tulang yang bengkok merupakan sifat perempuan yang sensitif, lemah lembut, halus, dan peka, sehingga dalam bergaul dengannya diperlukan juga kelembutan dengan mempertimbangkan fitrah dan sifat dasar pembawaannya itu. Laki-laki atau suami harus bertindak bijaksana, bersikap makruf, dan penuh kesabaran terhadap perempuan. Sifat-sifat yang demikian ini tidak dapat dijadikan dasar untuk mendeskriditkan perempuan atau menunjukkan asal kejadilan perempuan yang berbeda dengan laki-laki, sehingga pada akhirnya lakilaki merasa lebih tinggi dari perempuan. 9 Dengan kata lain, terhadap hadis-hadis seperti di atas perlu dilakukan kontekstualisasi pemahaman. Kontekstualisasi hadis merupakan usaha penyesuaian dengan dan dari hadis untuk mendapatkan pandangan yang sejati, orisinal, dan memadai bagi perkembangan atau kenyataan yang dihadapi. Ini berarti bahwa kontekstualisasi tidak dilakukan untuk menyesuaikan perkembangan dengan teks hadis atau sebaliknya, tetapi dilakukan dengan dialog atau saling mengisi di antara keduanya. 9 Asghar.Pembebasan Perempuan An-Nisa', Vol. 8 No. 1 April 2015

7 Fiqih Feminis Perspektif Asghar Ali Engineer Uraian di atas menjelaskan kepada kita bahwa Islam sama sekali tidak menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, baik dari segi substansi penciptaannya, tugas dan fungsinya, hak dan kewajibannya, maupun dalam rangka meraih prestasi puncak yang diidamidamkannya. Islam, melalui kedua sumbernya al-quran dan Sunnah, menetapkan posisi dan kedudukan perempuan setara dan seimbang dengan posisi dan kedudukan laki-laki. Islam benar-benar menunjukkan adanya kesetaraan gender dan tidak menghendaki ketidakadilan atau ketimpangan gender. Fiqih Fiminis Asghar Ali Engineer Tema tentang perempuan dalam Islam selalu menarik untuk didiskusikan. Hal ini setidaknya disebabkan oleh dua hal. Pertama, Islam sebagai agama yang mempunyai misi rahmatan li al- alamin (rahmat bagi semesta alam) tidak mungkin mengandung ajaran yang bersifat diskriminatif. Kedua, dalam kenyataannya ajaran Islam oleh beberapa kalangan dituduh mendiskriditkan perempuan. Misalnya beberapa ajaran yang mempunyai landasan tekstual dari al-qur an berikut ini: poligami: Islam membolehkan laki-laki beristri sampai empat (an-nisa: 4/3). waris: perempuan mendapatkan separo dari bagian waris yang diperoleh laki-laki (an-nisa/4:11), kesaksian: nilai kesaksian perempuan adalah separo dari laki-laki (al-baqarah/2:282), kepemimpinan: perempuan dilarang menjadi pemimpin (an-nisa/4:34), memukul istri: ketika istri nusyuz (membangkang), suami diperbolehkan memukulnya (an-nisa: 4/34). Ayat-ayat di atas banyak dipakai para orientalis sebagai bukti ketidakadilan Islam terhadap perempuan. Pada saat yang sama ayat-ayat tersebut juga sering membawa perempuan muslim dalam sebuah dilema antara meyakini secara apologetik bahwasanya ayat-ayat tersebut adalah bagian dari keadilan al-qur an atau mengakui secara jujur bahwa ayat-ayat tersebut memang mengusik rasa keadilannya. Menurut Asghar Ali Engineer, dilema ini muncul akibat pembacaan yang tidak fair terhadap pesan-pesan al-qur an, yakni mengambil pesan al-qur an dengan mengabaikan spirit yang mendasari munculnya pesan tersebut. Untuk menghindarinya, pria kelahiran India ini menawarkan pedoman metodologis yang sangat penting. Ketika berhadapan dengan al-qur an, pembaca mesti membedakan antara ayat normatif dan ayat kontekstual. Ayat normatif adalah ayat-ayat yang An-Nisa', Vol. 8 No. 1 April

8 Siti Khusnul Khotimah mengungkapkan pernyataan normatif atau mengandung nilai universal, yakni apa yang seharusnya terjadi dan apa yang terbaik sepanjang masa, sedangkan ayat kontekstual adalah ayat-ayat yang mengungkapkan pernyataan kontekstual atau sangat terkait dengan konteks masyarakat pada saat turunnya, yakni ayatayat tersebut menjelaskan apa yang terjadi atau apa yang terbaik pada saat itu. Metode ini jelas membutuhkan analisis sejarah yang tajam dalam pembacaan ayat-ayat al-qur an. Metode dan pendekatan inilah yang dipakai Asghar dalam menganalisa beberapa persoalan krusial tentang perempuan dalam Islam. Seluruh ayat-ayat tertuduh di atas adalah contoh ayat-ayat kontekstual yang harus dipahami tanpa mengabaikan konteks masyarakat Arab pada saat turunnya dan status perempuan kala itu. Jika tidak, maka ayat-ayat tersebut dijamin menuntun pembaca pada kesimpulan yang justru bertentangan dengan pesan yang mendasarinya. Ayat tentang poligami dijelaskan cukup panjang lebar pemikiran Asghar. Pada bab Status Perempuan pada Masa Jahiliyah, Asghar mengatakan bahwa ayat tersebut terkait dengan budaya kala itu di mana masyarakat Arab tidak mempunyai batasan jumlah perempuan yang boleh diperistri. Mengutip ath- Thabari dalam tafsirnya, ia menyebutkan bahwa anggota suku Quraisy pada umumnya mempunyai 10 orang isteri. Oleh karena itu izin untuk mengawini perempuan lebih dari seorang sampai dengan empat merupakan pembatasan yang mengurangi secara drastis jumlah perempuan yang boleh diperistri. Ayat ke- 3 surat an-nisa adalah satu-satunya ayat yang mungkin dipakai untuk membenarkan poligami dalam Islam. Namun demikian harus diingat bahwa pembenaran ini bersifat kontekstual, bukan pembenaran normatif sehingga pemberlakukannya harus dilihat untuk waktu itu, bukan selamanya (hal 29-30). 10 Dalam bab Hukum Personal Islam, Asghar kembali membicarakan poligami. Kali ini ia mengatakan bahwa ayat poligami tidak bisa dilepaskan dari peperangan berkelanjutan pada masa Rasulullah SAW yang menyebabkan banyaknya janda dan anak yatim dalam komunitas muslim. Mengutip pendapat Maulana Muhammad Ali, Asghar mengatakan bahwa penekanan utama dalam ayat poligami adalah berbuat adil terhadap perempuan, terutama janda dan anak yatim. Pembolehan poligami harus dilihat secara ketat dalam konteks keadaankeadaan yang berlaku sehingga sekalipun kondisi membolehkan poligami, lelaki tetap dituntut untuk monogami jika tidak mampu berbuat adil. Lebih lanjut ia 10 Rasyid,2001. Panggilan Islam Terhadap Wanita, Terj.Hanafi, (Bandung, Pustaka, 2001) 108 An-Nisa', Vol. 8 No. 1 April 2015

9 Fiqih Feminis Perspektif Asghar Ali Engineer menyimpulkan bahwa al-qur an mengajarkan monogami sebagai ajaran normatif, sedangkan poligami adalah ajaran al-qur an yang bersifat kontekstual. Sayang sekali, masih menurut Asghar, pembolehan yang sifatnya sangat terbatas ini banyak dipahami sebagai pembolehan yang bersifat umum dan dapat dilakukan dalam situasi apapun 11. Analisa ini sejalan dengan pemikiran Mohammad Shahrour, intelektual muslim asal Syiria, yang mengatakan bahwa ayat yang membolehkan laki-laki beristri sampai dengan empat mempunyai spirit pembatasan, bukan pelonggaran sebagaimana umum dipahami, sehingga masuk dalam kategori hadd al-a la atau batas maksimal. Sebaliknya, ayat tentang bagian waris perempuan mempunyai gerakan sebaliknya sehingga separo dari bagian waris lelaki merupakan hadd aladna atau batas minimal. Pada masa jahiliyyah, kebanyakan perempuan diperlakukan seperi komoditas yang tidak mempunyai hak untuk mewarisi baik kekayaan ayah, suami maupun kerabatnya yang lain. Sebaliknya, dirinya sendiri adalah bagian dari harta yang diwariskan. Pada masa pra-islam, secara umum dipahami bahwa warisan tidak diberikan pada perempuan dan anak-anak kecil. Ayat yang menjelaskan bahwa perempuan bisa memperoleh warisan adalah sebuah gerakan revolusioner di mana al-qur an mengakui bahwa perempuan berhak memiliki sesuatu sehingga jika semula perempuan diwariskan, maka kini mereka berhak memperoleh warisan, bahkan ayat lain menjelaskan bahwa perempuan dapat pula mewariskan. 12 Bagaimana dengan kesaksian, kepemimpinan dan bolehnya memukul perempuan? Jika kita mempunyai keingintahuan yang besar tentang hal tersebut, maka membaca buku ini menjadi semakin menggairahkan karena Asghar mampu menganalisa secara berani dan argumentatif. Buku ini tidak hanya memberikan hasil pemikiran yang mencerahkan tetapi juga memberikan alat analisis penting yang bisa dipakai untuk membaca selain ayat-ayat tentang perempuan yang kerap menjadi alat legitimasi. Tantangan cukup serius terhadap metode maupun hasil pemikiran Asghar Ali Engineer adalah adanya paradigma mayoritas muslim yang memandang al- Qur an sebagai sesuatu yang normatif secara keseluruhan, sehingga tidak mengakui adanya perbedaan antara jenis kelamin (perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang merupakan kodrat dari Allah) dan gender (perbedaan peran 11 Asghar Ali engineer, hlm Ibid, 238 An-Nisa', Vol. 8 No. 1 April

10 Siti Khusnul Khotimah antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh masyarakat). Padahal perbedaan ini merupakan sebuah paradigma fundamental dalam wacana gender. Namun demikian, pandangan bahwa seluruh ayat al-qur an bersifat normatif sesungguhnya hanya sebatas kesadaran karena dalam prakteknya rumusan ajaran-ajaran Islam banyak berangkat dari konsep naskh, yakni memprioritaskan sebagian ayat-ayat Makiyyah atas ayat-ayat Madaniyyah. Artinya, alam kondisi tertentu ayat al-qur an secara keseluruhan tidak diberlakukan secara serempak. Asghar Ali Engineer juga melakukan hal yang sama. Bedanya, ia memprioritaskan ayat normatif daripada ayat kontekstual. 13 Melalui metode dan pemikirannya dalam buku ini, Asghar Ali Engineer telah mencontohkan pembacaan al-qur an tanpa mengorbankan spirit pemberdayaan perempuan demi terpenuhinya maksud literal ayat. Ia sendiri adalah contoh sosok lelaki yang mempunyai perspektif keadilan gender sangat baik; sesuatu yang masih jarang dimiliki oleh seorang muslim. PENUTUP Secara historis, telah terjadi dominasi laki-laki dalam semua masyarakat di sepanjang zaman, dimana posisi perempuan selalu dianggap lebih rendah daripada laki-laki (kecuali dalam masyarakat-masyarakat matriarkal yang jumlahnya tidak seberapa). Dari sinilah muncul doktrin ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan tidak cocok memegang kekuasaan atau memiliki kemampuan yang dimiliki laki-laki dan, karena itu dianggap tidak setara dengan laki-laki. Laki-laki harus memiliki dan mendoninasi perempuan, menjadi pemimpinnya dan menentukan masa depannya, dengan bertindak baik sebagai ayah, saudara laki-laki, ataupun semua. Alasannya, untuk kepentingannyalah dia harus tunduk kepada jenis kelamin yang lebih unggul. Kondisi ketidaksetaraan itu dirasakan oleh kaum perempuan sebagai ketidakadilan. Kaum perempuan yang sadar menganggap bahwa mereka belum benar-benar "diorangkan, mereka belum lagi diperlakukan sebagai manusia sepenuhnya. Kondisi seperti ini tentu saja dirasakan sebagai kungkungan yang membelenggu kaum perempuan. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila dari kalangan perempuan muncul cita-cita, dan bahkan gerakan yang dikenal sebagai "women emansipation (pemanusiaan perempuan) dan women liberation (pemerdekaan perempuan). 13 Ibid, hlm An-Nisa', Vol. 8 No. 1 April 2015

11 Fiqih Feminis Perspektif Asghar Ali Engineer Tantangan terbesar yang dihadapi kaum perempuan adalah legitimasi teologis terhadap kondisi yang mereka rasakan tidak adil, sehingga apa yang mereka lakukan dianggap bertentangan dengan ajaran agama. Dari konteks inilah pemikiran Asghar Ali ini penting, tentu saja bagi kaum muslimin. Bukan saja bagi organisasi dan gerakan feminis, akan tetapi juga bagi pemikir-pemikir muslim yang mengemban misi keulamaan untuk menjawab tantangan sosiokultural dunia modern yang jauh berbeda dengan tantangan yang dihadapi dimasa-masa lalu. Bila melihat perjalanan sejarah, masyarakat Islam mulai menjadi masyarakat yang feodal dalam seperempat abad setelah wafatnya Nabi dan feodalisasi ini telah memberikan dampak nyata bagi konsep hak-hak perempuan dalam Islam. Padahal, Islam adalah salah satu agama yang telah membicarakan hak-hak perempuan secara rinci, baik dalam Al-Qur an maupun rumusan Syaria ah. Walaupun Al-Qur an menganugerahkan status setara bagi laki-laki dan perempuan dalam pengertian normatif, namun Al-Qur an juga mengakui adanya superioritas laki-laki dalam konteks sosial tertentu. Namun, para teolog telah mengabaikan konteks tersebut dan menjadikan laki-laki sebagai makhluk superior dalam pengertian yang absolut. Buku ini berusaha menangkap kembali semangat sejati dari hukum-hukum Al-Qur an yang menyangkut hubungan lakilaki perempuan dan memilah antara ajaran yang bersifat kontekstual dan yang bersifat normatif. An-Nisa', Vol. 8 No. 1 April

12 Siti Khusnul Khotimah DAFTAR PUSTAKA Engineer, Asghar Ali Pembebasan Perempuan terj. Agus Nuryanto. Yogyakarta, LKiS. Fakih, Mansoer., Posisi Kaum Perempuan dalam Islam: Tinjauan dari Analisis Gender dalam ;Membincang Feminisme, Surabaya, Risalah Gusti Haidir, Abdullah Kisah Wanita-Wanita Teladan. Bandung, Topika Press Harsia, Bachtiar,1990. Peranan Wanita dalam Masyarakat, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan. Mufidah C.h Paradigma Gender. Malang: Bayumedia Publishing. Muhammad, Husein Tafsir Gender dalam Pemikiran Islam Kontemporer, dalam Pemikiran Islam Kontemporer di Indonesia, Adnan Mahmud (Ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nashirudin,2009. Poros-poros Ilahiyah Perempuan Dalam Lipatan Pemikiran Muslim, Surabaya, Jaring Pena. Nasution, Khoiruddin.1996, Riba dan Poligami sebuah studi atas Pemikiran Muhammad Abduh, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Nur Jannah, Ismail, Perempuan Dalam Pasungan. Bias Laki-laki dalam Penafsiran.Yogyakarta : LKis Yogyakarta Ridha, Muhammad Rasyid H. Tafsir Al-Manâr. Kairo: Dâr Al-Manar. Ridha, Muhammad Rasyid,2001. Panggilan Islam Terhadap Wanita, Terj.Hanafi, Bandung, Pustaka Umar, Nasaruddin Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al-qur an. Jakarta: Paramadina. Yafie, Ali, Kemitrasejajaran Wanita-Pria: Perpektif Agama Islam dalam Bainar (Ed), Wacana Perempuan dalam Keindonesiaan dan Kemoderenan, Yogyakarta: Cidesindo 112 An-Nisa', Vol. 8 No. 1 April 2015

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN A. Persamaan antara Pemikiran Riffat Hassan dan Mansour Fakih tentang Kesetaraan Jender

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME 51 BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME A. Analisis Terhadap Perlindungan Hak Nafkah Perempuan dalam Kompilasi Hukum Islam Hak perkawinan

Lebih terperinci

Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran

Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran Merupakan metodologi penafsiran Al Qur an Bertujuan untuk menghasilkan produk tafsir berkeadilan Gender Kerangka berpikir didasari oleh Pemikiran Amina Wadud Konsep terstruktur untuk menafsirkan Al Qur

Lebih terperinci

Artikel HUMANIORA: KEKERASAN GENDER DALAM WACANA TAFSIR KEAGAMAAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM 1. Oleh: Marzuki 2

Artikel HUMANIORA: KEKERASAN GENDER DALAM WACANA TAFSIR KEAGAMAAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM 1. Oleh: Marzuki 2 Artikel HUMANIORA: KEKERASAN GENDER DALAM WACANA TAFSIR KEAGAMAAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM 1 Oleh: Marzuki 2 Abstrak Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran wacana

Lebih terperinci

BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer

BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer Dalam sebuah rentetan sejarah, telah terjadi dominasi laki-laki dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD A. Persamaan dan Perbedaan Pandangan Masdar Farid Mas udi dan Kiai Husen Muhammad Tentang Kepemimpinan Perempuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri 198 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada bab terdahulu dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri Pondok

Lebih terperinci

GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM)

GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM) GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM) Oleh: Dr. Marzuki Pusat Studi Wanita Universitas Negeri Yogyakarta 1 Pendahuluan1 Isu-isu tentang perempuan masih aktual dan menarik hingga sekarang ini. Sekarang

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan Kedudukan perempuan dalam pandangan ajaran Islam tidak sebagaimana diduga atau dipraktekkan sementara masyarakat. Ajaran Islam pada hakikatnya memberikan perhatian yang sangat

Lebih terperinci

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN l Edisi 001, Agustus 2011 EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN P r o j e c t i t a i g k a a n D Luthfi Assyaukanie Edisi 001, Agustus 2011 1 Edisi 001, Agustus 2011 Empat Agenda Islam yang Membebaskan

Lebih terperinci

KEKERASAN GENDER DALAM TAFSIR KEAGAMAAN PERSPEKTIF ISLAM. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag.

KEKERASAN GENDER DALAM TAFSIR KEAGAMAAN PERSPEKTIF ISLAM. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. KEKERASAN GENDER DALAM TAFSIR KEAGAMAAN PERSPEKTIF ISLAM Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. Abstrak Salah satu faktor utama terjadinya kekerasan terhadap perempuan (kekerasan gender) adalah begitu mengakarnya budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi aksioma bahwa keluarga adalah sel hidup utama yang membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara keseluruhan akan ikut baik

Lebih terperinci

Warisan Wanita Digugat!

Warisan Wanita Digugat! Warisan Wanita Digugat! Allah mensyari atkan bagimu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, yaitu: bagian anak laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan ( An Nisa :11) WARISAN WANITA DIGUGAT.

Lebih terperinci

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM A. Hal-Hal Yang Melatarbelakangi Paradigma Sekufu di dalam Keluarga Mas Kata kufu atau kafa ah dalam perkawinan mengandung arti

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam

Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam Muhammad Ilyas Program Studi Pendidikan Islam, Fakultas Pascasarjana, Universitas Ibnu Khaldun ABSTRAK Tulisan ini mengkaji

Lebih terperinci

MEMAHAMI KETENTUAN POLIGAMI DALAM HUKUM ISLAM Oleh: Marzuki

MEMAHAMI KETENTUAN POLIGAMI DALAM HUKUM ISLAM Oleh: Marzuki MEMAHAMI KETENTUAN POLIGAMI DALAM HUKUM ISLAM Oleh: Marzuki Takada seorang perempuan yang dengan rela mau dimadu. Inilah pernyataan yang hampir menjadi aksioma di kalangan kaum perempuan terkait dengan

Lebih terperinci

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama Ulil Abshar Abdalla, koordinator JIL mempunyai pandangan bahwa larangan kawin

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU. DINA MARTIANY, S.H., M.Si.

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU. DINA MARTIANY, S.H., M.Si. LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU DINA MARTIANY, S.H., M.Si. PERSEPSI KALANGAN PESANTREN TERHADAP RELASI PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI (STUDI DI JAWA TIMUR DAN JAWA TENGAH) PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DPR-RI TAHUN

Lebih terperinci

RAPOR MERAH KAUM FEMINIS Kritik atas Relativitas Tafsir Feminisme terhadap Al-Quran. Nunuy Nurjanah

RAPOR MERAH KAUM FEMINIS Kritik atas Relativitas Tafsir Feminisme terhadap Al-Quran. Nunuy Nurjanah RAPOR MERAH KAUM FEMINIS Kritik atas Relativitas Tafsir Feminisme terhadap Al-Quran Nunuy Nurjanah Tulisan ini akan memaparkan 1. fakta adanya upaya-upaya penafsiran ulang terhadap Al-Quran yang dilakukan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER Oleh: Dr. Marzuki PKnH FIS -UNY Pendahuluan 1 Isu-isu tentang perempuan masih aktual dan menarik Jumlah perempuan sekarang lebih besar dibanding laki-laki Perempuan belum

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER Oleh E.S

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER Oleh E.S PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER Oleh E.S ISLAM dan ISU-ISU KONTEMPORER P A I Demokrasi dan Kepemimpinan Islam Musyawarah Islam Versus Demokrasi Teokrasi dan Demokrasi Titik Temu Demokrasi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang mensyari atkan pernikahan bagi umatnya. Menikah dalam Islam adalah salah satu sarana untuk menggapai separuh kesempurnaan dalam beragama.

Lebih terperinci

HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP

HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP WACANA GENDER Wacana gender dalam masyarakat pesantren sangat kontradiktif disamping memang tidak diketemukan dalam kitab-kitab

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Setelah melihat data tentang relasi jender pada tafsir al-sya`râwî, dan

BAB VI PENUTUP. Setelah melihat data tentang relasi jender pada tafsir al-sya`râwî, dan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Setelah melihat data tentang relasi jender pada tafsir al-sya`râwî, dan menganalisisnya, ada kekhususan

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Di antaranya pemahaman tersebut adalah: MENYOAL PEMAHAMAN ATAS KONSEP RAHMATAN LI AL- ÂLAMÎN Kata Rahmatan li al- Âlamîn memang ada dalam al-quran. Namun permasalahan akan muncul ketika orang-orang menafsirkan makna Rahmatan li al- Âlamîn secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks

BAB I PENDAHULUAN. Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks berpendapat bahwa poligami adalah bagian dari syariat Islam dan karenanya pria

Lebih terperinci

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada 130 BAB V ANALISA ATAS PANDANGAN SHAIKH MUHAMMAD AL-GHAZAli> memang tidak akan mungkin dilupakan dalam dunia pemikiran Islam. Karena

Lebih terperinci

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM Materi : HUKUM KEWARISAN Oleh : Drs. H.A. Mukti Arto, SH, M.Hum. PENDAHULUAN Hukum Kewarisan Hukum Kewarisan ialah Hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya BAB II Kajian Pustaka 2.1. Perempuan Karo Dalam Perspektif Gender Dalam kehidupan masyarakat Batak pada umumnya dan masyarakat Karo pada khususnya bahwa pembagian harta warisan telah diatur secara turun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Sebelum diturunkannya al-quran perempuan kedudukannya

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Sebelum diturunkannya al-quran perempuan kedudukannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Membicarakan kesetaraan gender didalam hukum Islam tidak bisa lepas dari tuntunan Al Qur`an dan al-hadist sebagai sumber pokok dari hukum islam. Karena al-qur an

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3) 12 A. Terminologi Pemimpin BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN Pemimpin dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti: 1) Orang yang memimpin. 2) Petunjuk, buku petunjuk (pedoman), sedangkan Memimpin artinya:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Poligami memiliki akar sejarah yang panjang dalam perjalanan peradaban manusia, poligami merupakan permasalahan dalam perkawinan yang paling banyak diperdebatkan

Lebih terperinci

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi) Muhammad SAW adalah seorang nabi terakhir yang diutus ke bumi oleh Allah SWT. Sebagai seorang nabi dan rasul, nabi Muhamad SAW membawakan sebuah risalah kebenaran yaitu sebuah agama tauhid yang mengesakan

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN MUSLIMAH DALAM MENGEMBANGKAN KEBUDAYAAN, PENDIDIKAN DAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT ISLAM 1

PERAN PENDIDIKAN MUSLIMAH DALAM MENGEMBANGKAN KEBUDAYAAN, PENDIDIKAN DAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT ISLAM 1 PERAN PENDIDIKAN MUSLIMAH DALAM MENGEMBANGKAN KEBUDAYAAN, PENDIDIKAN DAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT ISLAM 1 Oleh: Prof. Dr. Hj. Masyitoh, M.Ag Perempuan; Antara yang Kodrati dan Konstruk Sosial Kajian tentang

Lebih terperinci

MEMILIH PEMIMPIN YANG BENAR PERSPEKTIF ISLAM Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag.

MEMILIH PEMIMPIN YANG BENAR PERSPEKTIF ISLAM Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. MEMILIH PEMIMPIN YANG BENAR PERSPEKTIF ISLAM Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. Islam adalah sebuah totalitas yang padu yang menawarkan pemecahan terhadap semua masalah kehidupan. Sebagai agama rahmatan lil alamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya bermacam-macam, seperti politik, rasisme bahkan keyakinan keagamaan/apa saja.dalam bentuk ekstrim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut dan mempertanyakan kembali segala bentuk tradisi dan aturan agama

BAB I PENDAHULUAN. menuntut dan mempertanyakan kembali segala bentuk tradisi dan aturan agama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Fenomena mutakhir dari perkembangan sosial masyarakat saat ini adalah menuntut dan mempertanyakan kembali segala bentuk tradisi dan aturan agama yang semakin

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 102 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan studi analisis pemikiran Imam Syafi i tentang kehujjahan hadis dalam kitab Ar-Risālah dapat ditarik kesimpulan menjadi beberapa point. Pertama, Hadis wajib

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. 1. Konstruksi pemahaman aktivis organisasi keagamaan Muhammadiyah,

BAB VII PENUTUP. 1. Konstruksi pemahaman aktivis organisasi keagamaan Muhammadiyah, 277 BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konstruksi pemahaman aktivis organisasi keagamaan Muhammadiyah, NU dan HTI tentang hadis-hadis misoginis dapat diklasifikasikan menjadi empat model pemahaman, yaitu

Lebih terperinci

Assalamu alaikum wr. wb.

Assalamu alaikum wr. wb. Assalamu alaikum wr. wb. Islam dan Isu-Isu Kontemporer Pada pokok bahasan Islam dan Isu-isu kontemporer ini akan dibahas: 1. Islam dan Demokrasi 2. Islam dan Masalah Gender 3. Islam dan Hak Azasi Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial, susila, dan religius. Sifat kodrati manusia sebagai makhluk pribadi, sosial, susila,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan 170 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan sebagaimana yang telah dideskripsikan di dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMK TAHUN 2015/2016 Kurikulum Tahun 2013

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMK TAHUN 2015/2016 Kurikulum Tahun 2013 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMK TAHUN 2015/2016 Kurikulum Tahun 2013 No. Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator Soal 1. 2. 3. 4. 5. 6. Menganalisis QS. Al-Anfal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benua dan lautan yang sangat luas, maka penyebaran agama-agama yang dibawa. melaksanakan kemurnian dari peraturan-peraturannya.

BAB I PENDAHULUAN. benua dan lautan yang sangat luas, maka penyebaran agama-agama yang dibawa. melaksanakan kemurnian dari peraturan-peraturannya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di lihat dari letak geografis kepulauan Indonesia yang strategis antara dua benua dan lautan yang sangat luas, maka penyebaran agama-agama yang dibawa oleh pendatang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji

Lebih terperinci

KEKERASAN GENDER DALAM WACANA TAFSIR KEAGAMAAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM. Oleh: Marzuki Staf Pengajar FISE UNY. Abstract

KEKERASAN GENDER DALAM WACANA TAFSIR KEAGAMAAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM. Oleh: Marzuki Staf Pengajar FISE UNY. Abstract Kekerasan Gender dalam Wacana Tafsir Keagamaan di Indonesia dalam Perspektif Islam (Marzuki) KEKERASAN GENDER DALAM WACANA TAFSIR KEAGAMAAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM Abstract Oleh: Marzuki Staf

Lebih terperinci

Rizki Firdawati. : ISLAM DAN TEOLOGI PEMBEBASAN : ISLAM AND LIBERATION THEOLOGY Essay on Liberative Elements in Islam : Asghar Ali Engineer

Rizki Firdawati. : ISLAM DAN TEOLOGI PEMBEBASAN : ISLAM AND LIBERATION THEOLOGY Essay on Liberative Elements in Islam : Asghar Ali Engineer ISLAM DAN TEOLOGI PEMBEBASAN Rizki Firdawati LISENSI DOKUMEN Copyleft: Digital Journal Al-Manar. Lisensi Publik. Diperkenankan untuk melakukan modifikasi, penggandaan maupun penyebarluasan artikel ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu belaka, namun langgeng dan harmonisnya sebuah rumah tangga sangatlah di tentukan oleh sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul amanah dan tanggung

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Pada dasarnya hukum islam tidak memberatkan umatnya. Akan tetapi

BAB III ANALISIS. Pada dasarnya hukum islam tidak memberatkan umatnya. Akan tetapi BAB III ANALISIS Pada dasarnya hukum islam tidak memberatkan umatnya. Akan tetapi segala sesuatu yang ditentukan dan dikerjakan ada batasnya dan ada urutannya. Karena tidak ada satu hal pun yang diharamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, adat istiadat serta tradisi. Jika dilihat, setiap daerah memiliki kebudayaan dan tradisinya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

Dirasah Hadis edisi 11: Menggagas Ukhuwah Nisaiyah

Dirasah Hadis edisi 11: Menggagas Ukhuwah Nisaiyah Membangun persaudaraan demi tegaknya keadilan bagi kemanusiaan, sejatinya tidak membedakan jenis kelamin. Dalam teks al-quran, Allah SWT. (bahkan) menghendaki umat manusia itu dapat bersatu tanpa berselisih

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Berdasarkan pembahasan pada bab II dan III, maka dapat diperoleh beberapa

BAB IV ANALISA. Berdasarkan pembahasan pada bab II dan III, maka dapat diperoleh beberapa BAB IV ANALISA Berdasarkan pembahasan pada bab II dan III, maka dapat diperoleh beberapa persamaan dan perbedaan, kelebihan dan kekurangan serta latar belakang pemikiran penetapan kepemimpinan dalam agama

Lebih terperinci

UMMI> DALAM AL-QUR AN

UMMI> DALAM AL-QUR AN UMMI> DALAM AL-QUR AN (Kajian Tematik Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab) Muji Basuki I Di dalam Al-Qur an kata ummi> disebutkan sebanyak 6 kali, dua kali dalam bentuk mufrad dan 4 kali dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam,

BAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam, 161 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagaimana telah diuraikan dalam bab pendahuluan, bahwa penelitian ini akan diarahkan guna menjawab rumusan masalah yang telah penulis angkat dalam mengkaji pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015 TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015 1 Beberapa Istilah Terkait dengan HUKUM ISLAM 1. Hukum 2. Hukum Islam 3. Syariah 4. Fikih 5. Ushul

Lebih terperinci

Hak-hak Anak dalam Islam

Hak-hak Anak dalam Islam Hak-hak Anak dalam Islam Musdah Mulia Islam merinci lebih jauh tentang hak-hak anak dan mengingatkan secara tegas kewajiban orang tua dan masyarakat untuk memerhatikan dan memenuhi hak-hak anak tersebut.

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2015/2016

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2015/2016 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2015/2016 Kurikulum 2013 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Soal 1. Menganalisis QS. Al-Anfal (8) : 72); QS. Al-Hujurat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. candu bagi masyarakat digunakan untuk membius sebagaian besar

BAB I PENDAHULUAN. candu bagi masyarakat digunakan untuk membius sebagaian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari zaman dahulu perbincangan tentang perempuan tidak ada habisnya. Perempuan selalu menyita perhatian untuk menjadi obyek perbincangan. Dari setiap perbincangan terkadang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Pengetahuan tentang peran wanita. Oleh karena perbedaan fisik dan psikis, maka

BAB IV ANALISIS DATA. Pengetahuan tentang peran wanita. Oleh karena perbedaan fisik dan psikis, maka BAB IV ANALISIS DATA Dari data yang disajikan oleh peneliti dapat dianalisis lebih lanjut dengan mengemukakan persamaan dan perbedaan peran yang ada dalam agama Islam dan Hindu. Wanita dalam pandangan

Lebih terperinci

KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM. Jihan Abdullah *

KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM. Jihan Abdullah * KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM Jihan Abdullah * Abstract This paper deals with Gender equality from the perspective of Islam. To establish an equal Gender relation, it is necessary to eliminate unfair relation

Lebih terperinci

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN c Menghormati Kemanusiaan d MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN Oleh Nurcholish Madjid Sidang Jumat yang berbahagia. Dalam kesempatan khutbah kali ini, saya ingin mengajak semuanya untuk merenungkan ajaran

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2015/2016 Kurikulum Tahun 2013

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2015/2016 Kurikulum Tahun 2013 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2015/2016 Kurikulum Tahun 2013 No. Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator Soal 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Menganalisis QS. Al-Anfal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA

BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA A. Relefansi Masa Turunnya Ayat dengan Masa Kini Ayat 15 dari surat Al-Ahqaf tersebut merupakan ayat makiyah. Sebelum al-qur an diturunkan, di daerah Makkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk didiskusikan, selain karena terus mengalami perkembangan, juga banyak permasalahan perempuan

Lebih terperinci

PENGANTAR KULIAH GENDER KH. HUSEIN MUHAMMAD

PENGANTAR KULIAH GENDER KH. HUSEIN MUHAMMAD PENGANTAR KULIAH GENDER KH. HUSEIN MUHAMMAD MEMBAHAS GENDER KEADILAN SOSIAL, PROBLEM MASYARAKAT 216.000 KASUS KEKERASAN PEREMPUAN, YANG BANYAK KDRT (PELAKU SUAMI) KEKERASAN RANAH SOSIAL (PELECEHAN SEKSUAL,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wacana-wacana pembebasan dan revolusi dalam pemikiran Islam

BAB I PENDAHULUAN. Wacana-wacana pembebasan dan revolusi dalam pemikiran Islam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana-wacana pembebasan dan revolusi dalam pemikiran Islam kontemporer telah muncul ke permukaan sebagai sebuah keniscayaan historis. Wacana ini mencuat setidaknya

Lebih terperinci

Hadits Tentang Wanita Lemah Akal dan Lemah Iman

Hadits Tentang Wanita Lemah Akal dan Lemah Iman Hadits Tentang Wanita Lemah Akal dan Lemah Iman )) : 1 P a g e (( )) : : )) : : ((, (( Dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah, sesungguhnya beliau bersabda, Wahai para wanita, bersedekahlah kalian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan Undang-Undang dapat diwujudkan dengan baik dan sempurna jika perkawinan tersebut sejak proses pendahuluannya

Lebih terperinci

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI BAB IV ANALISIS TERHADAP PANDANGAN IMAM SYAFI I DAN SYI> AH IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI PEWARIS NON MUSLIM A. Persamaan Pandangan Imam Syafi i dan Syi> ah Ima>miyah tentang Hukum

Lebih terperinci

CINTA KEPADA ALLAH SWT (Aqidah Islam) Bag. II MANFAAT MENCINTAI ALLAH & BAHAYA MENGINGKARINYA Dalam topik terdahulu telah dijelaskan bahwa Hukum Mencintai Allah SWT adalah WAJIB. Sehingga konsekuensinya

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA/K TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA/K TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA/K TAHUN PELAJARAN 2015/2016 No. 1. Menganalisis QS. Al-Anfal (8) : 72); Ditampilkan kutipan salah satu ayat Alquran tentang kontrol

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan.

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan. BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan. Beberapa ahli yang bekecimpung di dalam gerakan teologi feminis mendefenisikan teologi feminis yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. digolongkan dalam beberapa bagian: Pertama, perempuan mempunyai. Ketiga, teks keagamaan sangat menghargai perempuan, sehingga

BAB V PENUTUP. digolongkan dalam beberapa bagian: Pertama, perempuan mempunyai. Ketiga, teks keagamaan sangat menghargai perempuan, sehingga BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsep keadilan gender perspekitf Mansour Fakih sebenarnya memiliki cakupan luas, akan tetapi pemikiran Mansour Fakih tersebut dapat di ringkas, yaitu bahwa keadilan gender,

Lebih terperinci

BAB II PANDANGAN TENTANG KEBERADAAN KAUM PEREMPUAN

BAB II PANDANGAN TENTANG KEBERADAAN KAUM PEREMPUAN 16 BAB II PANDANGAN TENTANG KEBERADAAN KAUM PEREMPUAN A. Pengertian Perempuan Memahami pengertian perempuan tentunya tidak bisa lepas dari persoalan fisik dan psikis. Dari sudut pandang fisik di dasarkan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Modul ke: RADIKALISME ISLAM DI INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Drs. SUMARDI, M. Pd Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Pengertian Radikal Menurut KBBI radikal adalah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS 64 BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS A. Implikasi Yuridis Pasal 209 KHI Kedudukan anak angkat dan orang tua angkat dalam hokum kewarisan menurut KHI secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia. 1 Dalam surat Adz-Dzariyat ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

"PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR"

PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR "PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR" Saya menyeru agar kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-nya dan meninggalkan segala larangan-nya. Kepimpinan di

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Analisis Terhadap Hibah Sebagai Pengganti Kewarisan Bagi Anak Laki-laki dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim baik laki-laki maupun perempuan yang telah memenuhi syarat. Tidak jarang pernikahan yang

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan

Lebih terperinci

POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo.

POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo. POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo. Pasal 58 KHI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci