BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang melakukan program subsidi
|
|
- Harjanti Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang melakukan program subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk meringankan pengeluaran masyarakat, khususnya masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Namun, program subsidi ini tidak diberlakukan untuk semua jenis BBM, melainkan hanya BBM jenis Premium dan Solar saja. Hal ini diterapkan karena dua alasan. Pertama, jenis BBM yang bersubsidi (Premium) memiliki angka oktan yang lebih rendah, yaitu 88. Rendahnya nilai oktan tersebut berpengaruh kepada harga jual BBM jenis Premium. Kedua, untuk jenis BBM dengan nilai oktan di atas 92 tidak diberikan program subsidi karena BBM jenis tersebut sengaja ditujukan untuk masyarakat menegah ke atas dengan daya beli yang lebih tinggi. Dengan penjelasan tersebut, seharusnya BBM bersubsidi dikonsumsi oleh masyarakat menegah ke bawah, sementara BBM non-subsidi dikonsumsi oleh masyarakat menengah ke atas. Pada Peraturan Menteri ESDM No. 1 Tahun 2013 dijelaskan bahwa pemerintah akan secara bertahap membatasi penggunaan BBM bersubsidi, dimulai dari kendaraan dinas, mobil barang, hingga kendaraan pribadi. Sayangnya, spesifikasi kendaraan pribadi yang dilarang menggunakan BBM bersubsidi masih belum disebutkan dalam peraturan tersebut. Di sana hanya 1
2 disebutkan bahwa pentahapan pembatasan penggunaan BBM bersubsidi akan diatur lebih lanjut (Pasal 10). Kesimpulannya, peraturan tersebut tidak terangterangan melarang penggunaan BBM subsidi bagi masyarakat umum khususnya masyarakat menengah ke atas sehingga mereka pun tidak merasa bersalah ketika menggunakan BBM bersubsidi. Imbasnya, banyak masyarakat yang secara ekonomi tergolong dalam kelas menengah ke atas yang tetap memilih untuk mengkonsumsi BBM bersubsidi. Hal ini menyebabkan anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk subsidi BBM semakin melonjak. Menurut BPH Migas (2012, hlm. 7), konsumsi BBM bersubsidi di hampir semua provinsi di Indonesia telah melampaui kuota yang ditetapkan. Khusus Provinsi DKI Jakarta sendiri, konsumsi BBM bersubsidi pada tahun 2012 telah melampaui kuota sebesar 38%. Untuk membuktikan hal tersebut, penulis sudah melakukan survei melalui kuesioner yang dilaksanakan sejak tanggal 19 November Terhitung pada tanggal 26 November 2013, jumlah responden sudah mencapai 23 orang. 15 orang di antaranya adalah masyarakat dengan kemampuan ekonomi menengah ke atas (SES A dengan pengeluaran keluarga per bulan di atas Rp ,- menurut AC Nielsen Indonesia). Dari 15 orang tersebut, 10 orang di antaranya masih menggunakan jenis BBM bersubsidi (Premium atau Solar). Ketika ditanyakan tentang alasan mereka menggunakan BBM bersubsidi, mayoritas responden memberikan alasan sederhana berupa harga yang lebih murah. Sebagian besar dari responden juga tidak menyadari perbedaan antara komposisi dan kualitas BBM bersubsidi dan BBM non-subsidi. 2
3 Apabila penggunaan BBM bersubsidi ini terus dibiarkan, maka anggaran yang dikeluarkan pemerintah tiap tahunnya untuk subsidi BBM pun akan terus meningkat, seiring dengan meningkatnya harga minyak dunia dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Purwanto (2013) menyebutkan bahwa anggaran pemerintah untuk subsidi BBM nasional pada tahun 2013 adalah sebesar Rp209,9 triliun. Sebagai perbandingan, angka tersebut bahkan lebih besar dari jumlah dana yang dialokasikan untuk mengganti kerugian yang ditimbulkan akibat berbagai bencana alam yang terjadi di Indonesia pada tahun , yaitu sebesar Rp106,7 triliun (Berita Satu, 2012). Jadi, dapat kita lihat bahwa anggaran yang seharusnya ditujukan untuk hal-hal penting seperti penanggulangan bencana alam, malah digunakan untuk subsidi BBM yang banyak dinikmati oleh masyarakat menengah ke atas. Dengan berkurangnya subsidi BBM, pemerintah dapat mengalokasikan dana tersebut untuk kegiatan-kegiatan lain yang bersifat kemanusiaan, atau untuk perkembangan ekonomi negara. Pertamina sendiri pernah melakukan sosialisasi penggunaan BBM nonsubsidi melalui iklan TV. Pada iklan TV yang dibintangi Tukul Arwana tersebut, diceritakan bahwa Tukul menegur pengemudi mobil Toyota Alphard yang menggunakan BBM jenis premium, melalui tagline mengharukan. Namun, dengan melihat hasil survei di atas, iklan tersebut masih belum berhasil dalam menarik target audiens. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti penggunaan celebrity endorsement yang kurang cocok untuk masyarakat menengah ke atas, kata-kata yang kurang sesuai dan persuasif, background music yang kurang sesuai, dan sebagainya. Selain iklan TV, kampanye melalui spanduk-spanduk 3
4 yang ditempatkan di SPBU juga dinilai belum cukup berhasil, terbukti dari statistik pemakaian BBM bersubsidi yang masih saja melonjak. Bahkan lembaga BPH Migas mengakui bahwa kampanye-kampanye yang sudah dilakukan selama ini cenderung belum berfokus pada masyarakat umum (BPH Migas, 2012, hlm ), melainkan hanya bagi pegawai pemerintah, pengguna kendaraan pengangkut hasil bumi dan pertambangan, serta oknum-oknum yang secara gamblang dilarang menggunakan BBM bersubsidi menurut peraturan yang berlaku. Dengan menimbang masalah-masalah tersebut, maka diperlukan sebuah cara untuk mengajak masyarakat menengah ke atas untuk beralih dari BBM bersubsidi menuju BBM non-subsidi. Di sini, kampanye melalui media visual dapat berperan penting sebagai jembatan komunikasi pesan tersebut Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut, yaitu bagaimana perancangan kampanye sosial untuk mensosialisasikan penggunaan BBM non-subsidi untuk masyarakat menengah ke atas? 1.3. Batasan Masalah Untuk mencegah pembahasan yang terlalu meluas, maka penulis membatasi ruang lingkup masalah yang akan dibahas, yaitu hanya BBM non-subsidi yang diproduksi oleh PT. PERTAMINA (Persero) saja, sebagai distributor BBM dengan jaringan distribusi terluas di Indonesia. Selain itu, target audiens dari 4
5 kampanye sosial ini dibatasi pada kalangan menengah ke atas saja, karena mereka memiliki daya beli yang cukup untuk membeli BBM non-subsidi, yang harganya di atas BBM bersubsidi. Sementara dari sisi geografis, target dari kampanye ini adalah masyarakat Jabodetabek saja Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini yaitu untuk merancang kampanye sosial untuk mensosialisasikan penggunaan BBM non-subsidi untuk masyarakat menengah ke atas, yang efektif dalam menyampaikan pesan, sekaligus estetis secara visual Manfaat Penelitian Penelitian dan perancangan kampanye sosial ini memiliki manfaat yang besar baik bagi penulis, masyarakat, pemerintah, maupun bagi pihak kampus Universitas Multimedia Nusantara. Manfaat yang dimaksud antara lain: 1. Manfaat bagi penulis: a. Menambah pengetahuan penulis di bidang desain, kampanye sosial, subsdidi bahan bakar minyak (BBM), dan perilaku konsumen. b. Menambah pengalaman penulis dalam bidang perancangan kampanye sosial. 2. Manfaat bagi masyarakat: 5
6 a. Mengetahui tentang dampak subsidi BBM bagi perkembangan negara, perbedaan antara jenis-jenis BBM di Indonesia serta keunggulan dan kelemahannya. b. Membantu masyarakat untuk memilih jenis BBM yang tepat sesuai dengan spesifikasi kendaraan dan status sosial. 3. Manfaat bagi pemerintah dan dinas terkait: a. Memberikan alternatif solusi untuk mengendalikan penggunaan BBM bersubsidi pada masyarakat umum agar tepat sasaran. b. Dalam jangka panjang dapat mengurangi anggaran yang dikeluarkan untuk subsidi BBM. 4. Bagi universitas: a. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan untuk pengembangan penelitian selanjutnya, tentang perancangan kampanye sosial pada umumnya, dan perancangan kampanye sosial BBM non-subsidi pada khususnya. b. Sebagai bahan evaluasi relevansi materi yang selama ini diajarkan pada perkuliahan dengan prakteknya pada proyek, khususnya proyek perancangan kampanye sosial Metode Pengumpulan Data Untuk menghasilkan sebuah kampanye sosial yang efektif, tentunya penulis perlu untuk melakukan riset terlebih dahulu. Riset ini bertujuan untuk mendalami masalah yang ada pada masyarakat tentang penggunaan BBM bersubsidi yang masih kurang tepat sasaran, kemudian mencari solusi-solusi atas permasalahan 6
7 tersebut yang dapat diwujudkan melalui kampanye sosial. Riset ini akan menggunakan beberapa metode penelitian, yaitu: a. Studi Pustaka Kualitas media visual yang dibuat dalam kampanye sosial ini tentunya sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan kampanye. Maka itu, penulis perlu melakukan studi pustaka untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana merancang kampanye sosial yang baik. Adapun teori-teori yang akan dipelajari oleh penulis dapat dibagi menjadi tiga kategori. Pertama, penulis akan mendalami masalah yang terjadi melalui pembelajaran lebih lanjut tentang penggunaan BBM, seperti jenis-jenis BBM dan kaitannya dengan jenis kendaraan, efisiensi bahan bakar, dan sebagainya. Selain itu, penulis juga akan mempelajari teori tentang perilaku konsumen, terutama kecenderungan konsumen dalam memilih produk, serta cara-cara untuk mengubah pola pikir mereka tentang pemilihan produk. Kedua, penulis akan mempelajari teknik pelaksanaan riset dalam sebuah kampanye sosial, seperti metode pelaksanaan survei dan wawancara, serta cara mengolah data-data tersebut menjadi sebuah kesimpulan yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan selanjutnya. Ketiga, penulis akan mempelajari teknik merancang media visual yang baik dan benar, melalui teoriteori dasar desain. Teori tersebut mencakup teori tentang elemen dan prinsip desain, layout, tipografi, warna, serta jenis-jenis media visual. b. Survei Survei dilakukan terhadap target audiens dari kampanye ini, yaitu masyarakat yang menggunakan kendaraan bermotor. Responden yang akan dipilih adalah 7
8 mereka yang tinggal di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi), serta masyarakat dengan kemampuan ekonomi menengah dan menengah ke atas. Survei berupa kuesioner ini akan menanyakan hal-hal mengenai penggunaan BBM pada kendaraan mereka, seperti jenis dan harga kendaraan, jenis BBM yang digunakan, serta alasan mereka menggunakan jenis BBM tersebut. Data-data tersebut kemudian akan dipelajari untuk mengetahui seberapa banyak penggunaan BBM bersubsidi yang masih belum tepat sasaran, dalam arti masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke atas yang masih menggunakan BBM bersubsidi. Dari data-data tersebut juga dapat dipelajari alasan mereka menggunakan BBM bersubsidi maupun non-subsidi, sehingga dapat ditemukan kendala yang menyebabkan masyarakat masih menggunakan BBM bersubsidi. Survei ini akan dilakukan melalui dua media, yaitu online dan cetak. Jumlah responden yang diharapkan adalah 100 responden. c. Wawancara Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang ahli di bidangnya, seperti staf Pertamina, staf dinas terkait, dan sebagainya. Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan-pertanyaan mengenai pendapat mereka terhadap fenomena ini serta solusi yang ditawarkan dari sudut pandang profesi atau bidang ilmu mereka, khususnya tentang siapa saja yang berhak menggunakan BBM bersubsidi.. Dalam melakukan wawancara ini, objektifitas harus diutamakan agar jawaban yang didapatkan tidak terkesan subjektif atau mengandung kepentingan-kepentingan pribadi. 8
9 1.7. Metode Perancangan Agar perancangan kampanye ini berjalan dengan sistematis dan terarah, maka diperlukan penentuan tahapan-tahapan yang akan dilakukan selama perancangan kampanye ini. Proses tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Riset awal Penulis akan mencari informasi tentang fenomena penggunaan BBM bersubsidi dan non-subsidi, serta peraturan pemerintah yang mengatur penggunaan BBM, pada buku-buku terkait, surat kabar, media cetak situs berita, dan sebagainya. Informasi tersebut dapat berupa statistik, deskripsi permasalahan yang timbul, atau solusi yang ditawarkan oleh para ahli. 2. Pengumpulan data Penulis akan melakukan survei dengan membagikan kuesioner kepada target audiens, yaitu masyarakat yang menggunakan kendaraan bermotor. Selain itu, penulis juga akan melakukan wawancara dengan para ahli di bidang BBM, seperti staf Pertamina atau staf dinas terkait. Di luar pengumpulan data dari narasumber, penulis juga akan mengumpulkan data berupa teori dari studi literatur. Teori tersebut menjadi dasar bagi penulis untuk merancang kampanye sosial yang baik dan benar secara teoritis. 3. Riset lembaga penggagas Penulis akan mencari tahu lembaga atau organisasi apa saja yang dapat diajak bekerjasama sebagai penggagas kampanye sosial ini, khususnya lembaga atau 9
10 organisasi yang berkaitan dengan penggunaan BBM. Lembaga atau organisasi tersebut dapat berupa Pertamina sebagai distributor BBM terbesar di Indonesia, lembaga pemerintahan terkait, atau organisasi/yayasan lain yang bergerak di bidang tersebut. 4. Pengembangan konsep awal Penulis akan merancang konsep desain media-media kampanye sosial yang telah ditentukan melalui studi literatur dan referensi desain, serta dengan menimbang data-data yang diperoleh dari riset awal, survei, dan wawancara. Dengan itu, konsep yang dibuat akan relevan dengan permasalahan dan kebutuhan yang ada. Konsep ini dapat berupa sketsa (desain awal, perancangan layout, dan sebagainya) serta deskripsi (pemilihan warna, filosofi desain, aplikasi prinsip-prinsip desain, dan sebagainya). Konsep yang dibuat tidak hanya mencakup konsep desain yang akan dibuat, namun juga konsep pelaksanaan kampanye sosial ini. 5. Perancangan media kampanye Penulis akan membuat desain media-media kampanye yang telah ditentukan berdasarkan sketsa dan deskripsi yang sudah dibuat. Proses desain dilakukan dengan menggunakan software desain yang sesuai dengan jenis media dan gaya desain. 6. Finalisasi Penulis akan merampungkan desain-desain yang telah dibuat, kemudian mencetak desain-desain tersebut serta mulai melaksanakan kegiatan kampanye sosial berdasarkan konsep telah dirancang sebelumnya. 10
11 1.8. Sistematika Perancangan 11
BAB I PENDAHULUAN. jaman, masyarakat dituntut untuk mengetahui berbagai informasi yang beragam. Dari berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu kebutuhan mendasar dari manusia adalah informasi. Seiring dengan berkembangnya jaman, masyarakat dituntut untuk mengetahui berbagai informasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang tingkat penduduknya sangat padat, kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang beredar
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.
No.555, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah (crude oil) maupun produk-produk minyak (oil product) termasuk bahan bakar minyak. Produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk melakukan kegiatan ekonomi di dalamnya. Kota Bandung juga memiliki jumlah penduduk yang banyak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan bakar minyak yang biasa digunakan pada kendaraan bermotor adalah bensin dan solar. Bahan bakar minyak itu diambil dari dalam tanah dan berasal dari fosil
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 46 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 46 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN PEMBELIAN DAN PENGENDALIAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama satu dekade terakhir, kebijakan harga BBM jenis Premium sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, pemerintah menaikkan BBM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan
Lebih terperinciPengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi
Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi A. Pendahuluan Volume konsumsi BBM bersubsidi dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2008 realisasi konsumsi BBM bersubsidi 1 menjadi
Lebih terperinciSUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN
SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Abstrak Dalam kurun waktu tahun 2009-2014, rata-rata alokasi belanja non mandatory spending terhadap total belanja negara sebesar 43,7% dan dari alokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat menggiurkan untuk sektor konsumsi dan Food and Beverages.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pesat di awal abad ke-21 ini berimbas dengan meningkatnya jumlah kelas menengah di kota-kota besar di Indonesia. Jakarta yang merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak revolusi industri, seni dan desain merupakan dua hal yang memiliki kaitan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak revolusi industri, seni dan desain merupakan dua hal yang memiliki kaitan. Hal ini berhubungan dengan perkembangan teknologi yang menuntut seni untuk tujuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil merupakan suatu hal penting yang dianggap mampu membantu mempermudah hidup manusia. Untuk dapat dipergunakan sebagai mana fungsinya mobil menggunakan tenaga mesin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan ekonomi masayarakat, kebutuhan BBM pun semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan BBM tertinggi terjadi pada sektor transportasi darat yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai kota metropolitan, menjadikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan kaum urban untuk bermukim. Richard L Forstall (dalam Ismawan 2008) menempatkan Jakarta di urutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebanyak 15 juta unit kendaraan bermotor di Jakarta (www.republika.co.id,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan pusat perekonomian yang wilayahnya sering dijumpai kemacetan. Tiap tahunnya kemacetan di wilayah Jakarta terus bertambah. Situs Republika memberitakan
Lebih terperinciTINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012
TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012 Pada periode 1993-2011 telah terjadi 13 (tiga belas) kali perubahan harga bersubsidi bahan bakar minyak (bensin
Lebih terperinciSUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung bertambah. Hingga akhir tahun 2006, diperkirakan terdapat 50 juta kendaraan bermotor di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia yang dikelilingi beberapa wilayah di sekitarnya sebagai kota penyangga yang terdiri dari Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam 72 Persen Keluarga Indonesia Pengguna Sepeda
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarana transportasi massal di Indonesia yang minim menjadi penyebab mengapa masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi sebagai pilihan utama, baik itu sepeda motor
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENDISTRIBUSIAN DAN PENJUALAN BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI DI KABUPATEN KOTAWARINGINN BARAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. populasi kucing bahkan mencapai ekor (www.kompas.com, 5 Mei 2014).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kucing merupakan hewan yang sering ditemui dalam keseharian. Di Jakarta Utara populasi kucing bahkan mencapai 47.000 ekor (www.kompas.com, 5 Mei 2014). Dengan populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. layak untuk dikonsumsi. Indonesia sebagai negara penghasil minyak kelapa sawit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia memiliki peranan yang paling dominan dalam lingkungan karena manusia melakukan berbagai aktivitas untuk pemenuhan kebutuhannya. Usaha pemenuhan kebutuhan tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini, pasar pangan di Indonesia semakin diminati oleh pemain global. Pangan impor terus menerus berkembang disebabkan karena peminat di Indonesia semakin
Lebih terperinciSimulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014
Simulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014 Ringkasan Dengan menggunakan besaran harga MOPS yang bersumber dari perhitungan
Lebih terperinci3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembara Negara
SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK JENIS PREMIUM DAN SOLAR BERSUBSIDI DI TINGKAT KIOS BBM BERSUBSIDI DI KABUPATEN BULUNGAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 36 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 36 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBELIAN DAN PENGENDALIAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013
KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konvensional ke media digital online. Teknologi memiliki internet sebagai media
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arus globalisasi membawa perkembangan yang sangat pesat di bidang iptek, dimana berdampak terjadinya peralihan komunikasi informasi dari media cetak konvensional ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang masih berada dalam kandungan. Pada UU RI no.23 Tahun 2002 Bab III
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa bagi sebuah keluarga. Anak juga merupakan generasi masa depan bagi suatu bangsa, karena kelak anak akan menjadi dewasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang lama apabila perusahaan tidak mampu memasarkan produk baik barang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan faktor yang penting dalam suatu perusahaan, sehingga tidak ada satupun perusahaan yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama apabila perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju dan berkembang. Hingga tidak disadari kemudahan yang diberikan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan di kota-kota besar terutama di daerah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) tidak terlepas dari adanya peran serta teknologi yang maju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Berdasarkan Laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Juli 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Persaingan di dalam dunia bisnis untuk saat ini sudah tidak bisa dihindarkan lagi. Namun, disamping adanya persaingan bisnis tersebut, juga terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah 735.400 m² dengan jumlah penduduk 249,9 juta jiwa, dan kendaraan bermotor menjadi alat transportasi favorite
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah energi listrik di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah energi listrik di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik pribadi. Pengusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui penampilan fisik, bila keduanya bersatu maka seorang wanita dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjadi cantik adalah impian semua wanita. Cantik secara internal maupun cantik melalui penampilan fisik, bila keduanya bersatu maka seorang wanita dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak pada usia dini tumbuh dengan cepat, sehingga mereka sering melewatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak pada usia dini tumbuh dengan cepat, sehingga mereka sering melewatkan kebiasaan baik, seperti menjaga tatakrama dan kesopanan. Hal ini berkaitan dengan kurangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri retail Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sedang dan telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia menjadi lebih fluktuatif dan biaya-biaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10Desember 1957 dengan nama PT.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang diberikan kepadanya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan yang baik selalu ditanamkan sejak dini oleh setiap orang tua karena pada usia dini, anak lebih mudah menerima dan menyerap segala informasi dan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Tandelilin, 2010:26). Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu tempat bertemunya pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas (Tandelilin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah hal yang sangat penting untuk menunjang pergerakan manusia dan barang, meningkatnya ekonomi suatu bangsa dipengaruhi oleh sistem transportasi yang
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013
BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013 I. PENDAHULUAN Dalam Undang-undang No.19 Tahun 2012 tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar Rp193,8 triliun meningkat Rp56,4 triliun bila dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri menyebabkan perubahan perekonomian Indonesia secara drastis. Apabila pemerintah tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup tidak dapat terlepas dari aktivitas berbagai makhluk hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup tidak dapat terlepas dari aktivitas berbagai makhluk hidup temasuk manusia. Padatnya suatu aktivitas yang ada pada suatu lingkungan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan aktivitas dan pendapatan penduduk, semakin mendorong permintaan makanan dan minuman yang praktis, mudah, dan cepat cara penyajiannya namun tetap bergizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. CV Teroka Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang distribusi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang CV Teroka Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang distribusi bahan makanan, seperti sayur mayur, daging, ikan, buah, rempah-rempah, dan lain-lain. Perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi telah berkembang pesat hingga menjadi kebutuhan utama bagi Perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya sehari-hari.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet pada tahun 1998 sebesar 512.000 pengguna meningkat tajam menjadi 16.000.000
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bertambah pula fasilitas umum Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di wilayah Jakarta Barat menyebabkan meningkat pula kebutuhan akan bahan bakar kendaraan bermotor. Berbagai tingkatan profesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa sejak tahun 1978, pemerintah terus berusaha untuk memajukan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk lebih meningkatkan pendapatan negara ini, tidak hanya dalam bidang perdagangan, bidang lain yang juga kerap di jadikan
Lebih terperinciSolusi Cerdas Membantu Program Pembatasan BBM Dengan Pengunaan BBG
Solusi Cerdas Membantu Program Pembatasan BBM Dengan Pengunaan BBG Program pemerintah untuk membebaskan Indonesia dari subsidi BBM pada tahun 2015 terlihat semakin pesimistis. Hal ini diakibatkan ketidakseriusan
Lebih terperinciBERITA NEGARA. BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. BBM. Penyaluran. Sistem Teknologi Informasi.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.842, 2013 BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. BBM. Penyaluran. Sistem Teknologi Informasi. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 73 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan Negara yang semakin berat dalam penyediaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan transportasi, baik untuk perjalanan pribadi, angkutan massal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan transportasi, baik untuk perjalanan pribadi, angkutan massal maupun operasional distribusi, tidak terlepas dari penggunaan bahan bakar minyak yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa sehingga orang tua perlu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa sehingga orang tua perlu untuk memperhatikan tumbuh kembang anak baik dalam perkembangan moral, fisik, kognitif, bahasa,
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang selalu dihadapi kota-kota besar seperti Jakarta maupun Bandung adalah masalah lalu lintas. Hal tersebut terbukti dengan angka kemacetan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya seni. Hal inilah yang mendasari adanya sebuah pameran seni. Dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak hanya dapat dinikmati melalui indra penglihatan saja. Namun indra lainnya juga dapat berperan dalam melakukan apresiasi terhadap karya seni.
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh: DIVO DHARMA SILALAHI NIM: J2E
1 PEMODELAN INTERVENSI FUNGSI PULSE PADA PERMINTAAN PERTAMAX DI SPBU RETAIL PT. PERTAMINA (PERSERO) UPMS IV SEMARANG (Studi Kasus Dampak Penurunan Harga BBM Non Subsidi) SKRIPSI Oleh: DIVO DHARMA SILALAHI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Minyak bumi (crude oil) adalah cairan kental berwarna coklat gelap yang diperoleh dari beberapa area dalam kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran
Lebih terperinciPENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL. Agus Nurhudoyo
PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL Agus Nurhudoyo Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi agusn@p3tkebt.esdm.go.id
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas bukan merupakan penyakit namun keberadaannya bisa menimbulkan banyak penyakit. Orang yang mengalami obesitas mempunyai timbunan lemak lebih banyak dari berat
Lebih terperinciSubsidi BBM pada APBN. Komposisi Subsidi pada APBN 55% 50% 44% 44% 43% 35% 33% 33% APBN APBN LKPP LKPP LKPP APBN. Perkembangan Subsidi BBM ( )
Subsidi BBM pada Komposisi Subsidi pada Subsidi BBM selalu menjadi issue yang menarik perhatian jika dikaitkan dengan total beban subsidi pada. Hal tersebut dikarenakan subsidi BBM memberikan kontribusi
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2017 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2017 TENTANG PENGGUNAAN, PEMBELIAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BAHAN BAKAR MINYAK KENDARAAN RODA 2 (DUA), RODA 3 (TIGA), DAN RODA 4 (EMPAT) ATAU LEBIH
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada era digital saat ini, perangkat elektronik memudahkan kebutuhan sehari-hari manusia baik dalam kehidupan individual maupun bermasyarakat. Perangkat elektronik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan hidup yang berbasis pada langkah-langkah sehat. Jika tubuh kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya hidup sehat merupakan sebuah konsep kehidupan dengan mengutamakan berbagai kegiatan hidup yang berbasis pada langkah-langkah sehat. Jika tubuh kita sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, dan kenyamanan. Taman kota juga dapat difungsikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman kota sebagai ruang terbuka hijau sangatlah berperan penting untuk masyarakat khususnya masyarakat perkotaan. Frick & Mulyani (2006) mengatakan taman dapat berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia menyebabkan kebutuhan masyarakat juga semakin tinggi. Salah satunya adalah dalam bidang sarana transportasi.sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak
Lebih terperinciSikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK
Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) Arlinda Nurul Nugraharini (D2C009105) Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ke tahun pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin meningkat. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan jumlah penduduknya, dari tahun ke tahun pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin meningkat. Hal ini berbanding lurus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan penduduk di Indonesia bertambah sejalan dengan deret ukur. Hal ini berkaitan dengan semakin bertambahnya sejumlah anggota dalam setiap
Lebih terperinciTugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum terjadinya peningkatan kebutuhan energi mempunyai keterkaitan erat dengan makin berkembang kegiatan ekonomi dan makin bertambah jumlah penduduk. Di Indonesia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pentingnya keamanan mengendarai mobil saat ini sudah tidak di ragukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya keamanan mengendarai mobil saat ini sudah tidak di ragukan lagi,mengingat jumlah kendaraan semakin meningkat. Hal ini membuat jalur lalu lintas semakin padat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber energi masa depan kita sulit diprediksi termasuk kebutuhan akan sumber energi listrik. Energi listrik tidak dapat diciptakan begitu saja, diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk cukup beragam suku bangsanya. Suku Minahasa yang paling banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Manado merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Utara, yang memiliki penduduk cukup beragam suku bangsanya. Suku Minahasa yang paling banyak memenuhi kota Manado.
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG PENGGUNAAN, PEMBELIAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BAHAN BAKAR MINYAK KENDARAAN RODA DUA, RODA TIGA, DAN RODA EMPAT ATAU LEBIH BAGI PEJABAT
Lebih terperinciBAB II METODOLOGI. A. Tujuan dan manfaat perancangan. 1. Tujuan perancangan
BAB II METODOLOGI A. Tujuan dan manfaat perancangan 1. Tujuan perancangan Membuat satu identitas perusahaan yang konsisten penggunaanya, serta diharapkan logo bisa menjadi identitas yang kuat untuk perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah sebuah anugerah yang diberikan Allah Yang Maha Esa yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah sebuah anugerah yang diberikan Allah Yang Maha Esa yang tidak ternilai harganya, oleh karena itu seharusnya kesehatan yang diberikan harus kita syukuri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kita perhatikan (Kotler, Keller, 2007:3). Di dalam pemasaran itu sendiri
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran ada dimana-mana. Formal atau informal, orang dan organisasi terlibat dalam sejumlah kegiatan yang dapat disebut pemasaran. Pemasaran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi atau bisa juga disebut material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan penulis terhadap lima puluh partisipan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil survey yang dilakukan penulis terhadap lima puluh partisipan perempuan, 96% partisipan sadar bahwa olahraga teratur penting dan baik untuk kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang, yang tentunya membutuhkan dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanggal 1 Juni 2008 pukul WIB PT Pertamina (Persero) menaikkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggal 1 Juni 2008 pukul 00.00 WIB PT Pertamina (Persero) menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) industri antara 7,3-14,6 % tergantung jenisnya menyusul harga minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang bertempat tinggal dan bekerja di dalam kota maupun yang berasal dari daerah pinggiran seperti,
Lebih terperinciPENERAPAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2009 TERKAIT BBM BERSUBSIDI
PENERAPAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2009 TERKAIT BBM BERSUBSIDI 1. Permasalahan Penerapan aturan PBBKB yang baru merupakan kebijakan yang diperkirakan berdampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diecast adalah salah satu bentuk teknik cor pada mainan berkategorikan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Diecast adalah salah satu bentuk teknik cor pada mainan berkategorikan kendaraan yang dibuat sesuai dengan aslinya, tetapi arti diecast bergeser menjadi sebuah mainan berkategorikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Kerja Praktek sebagai Desainer Grafis saat ini sedang berkembang sangat pesat dan popular di kalangan masyarakat luas, dan pekerjaan sebagai desainer
Lebih terperinci