BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI Text-to-speech engine pada sistem operasi Windows dengan Microsoft Visual Basic 6.0 dapat diintegrasikan dengan menggunakan sebuah perantara yaitu Microsoft Speech SDK 4.0. Sebelum sampai pada pembahasan mengenai objek ini terlebih dahulu akan dijelaskan secara singkat mengenai text-to-speech yang akan digunakan serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam perancangan aplikasi ini. 2.1 Teknologi Text-to-Speech Text-to-speech telah ada sejak beberapa dekade, yakni sejak tahun Sayangnya kualitas output khususnya kealamian suaranya masih seperti robot [12]. Salah satu catatan literatur awal yang berhubungan dengan sistesis ucapan adalah pernyataan seorang ahli matematika dan engineer terkenal yang bernama Leonhard Euler pada tahun Euler menyatakan It would be a considerable invention indeed, that of a machine able to mimic speech, with its sounds and articulations. I think it is not imposible [3]. Salah satu perusahaan yang telah menghasilkan text-to-speech berkualitas baik adalah perusahaan Lernout and Hauspie di Belgia yang telah bangkrut pada tahun Perusahaan tersebut sudah memproduksi sistem text-to-speech berkualitas tinggi untuk bahasa Inggris, Jerman, Perancis, Belanda, Spanyol, Portugis, Jepang, dan beberapa bahasa lain untuk digunakan dengan Microsoft Agent Active-X control pada Microsoft Visual Studio. Pembangkit suara (speech synthesizer/text-to-speech engine) adalah sistem berbasis komputer yang dapat membaca setiap text menjadi suara yang alami. Mesin L&H TTS3000 merupakan produk text-to-speech yang diproduksi perusahaan ini. L&H TTS3000 menyediakan sejumlah fitur yang ditingkatkan dan manfaat seperti berikut [10].

2 Natural Sounding Concatenative Synthesizer Prosody Models Menawarkan suara yang mudah dimengerti, keduanya suara pria dan wanita berdasarkan sampel dari pengucapan yang sebenarnya. Menyediakan intonasi yang alami untuk kalimat dan frase. Intelligent Intelligent, powerful normalizer Memungkinkan pengucapan yang benar dari singkatan, akronim, angka, dan nama dalam bidang riset dan konfigurasi pengguna standar. Unlimited vocabulary Menghasilkan suara pengucapan yang dihasilkan oleh aturan fonetik, bukan mencari dalam kamus. Advanced linguistic processing Menganalisis serta memberikan pengucapan yang sesuai untuk homograf, atau kata-kata yang dapat diucapkan berbeda tergantung pada penggunaannya dalam konteks. Support for preprocessors Dapat mendukung aplikasi cerdas yang spesifik. Flexible Exception dictionaries Dapat dengan mudah dibuat oleh pengguna untuk disesuaikan pada text-to-speech, menggunakan pembangun kamus. Control Tingkat volume, pitch, dan speech, digabungkan dengan dukungan pengontrol urutan yang memungkinkan untuk menentukan jeda, penekanan, atau input fonetik. Multiple readout modes Mendukung untuk membaca huruf demi

3 Run-time switching Multiple language support Multiple Output Formats huruf, kata demi kata, dan lain-lain. Bahasa, kecuali kamus, dan parameter lain. Termasuk mesin text-to-speech untuk bahasa American English, British English, Perancis, Jerman, Spanyol, Belanda, Italia, Korea, dan Jepang. Termasuk gelombang 8 khz dan 11 khz Gambar 2.1 memperlihatkan diagram fungsional sebuah text-to-speech synthesizer secara umum. Sistem text-to-speech secara garis besar terdiri dari dua subsistem utama, yaitu: NLP (Natural Language Processing) atau text to phoneme dan DSP (Digital Signal Processing) atau phone-to-speech [11]. Gambar 2.1 Diagram Text-to-Speech Sistem [5] Pada bagian pengolahan bahasa alami (NLP) merupakan modul konversi teks ke fonem yang menghasilkan transkripsi fonetik beserta informasi intonasi dan ritme (dikenal dengan prosodi) dan pada subsistem DSP merupakan modul konversi fonem ke ucapan, yang mengubah informasi fonetis yang diterima menjadi sinyal ucapan. Parsons (1987) juga membagi proses sistem text-to-speech menjadi dua tahapan atau subsistem, yakni: 1. grapheme-to-phoneme translation dan 2. phoneme-to-speech translation.

4 Tahapan-tahapan utama konversi dari teks menjadi ucapan dapat dilihat pada gambar 2.2. Bagian konverter teks ke fonem (text-to-phoneme conversion) secara menyeluruh berfungsi untuk mengolah kalimat masukan dalam suatu bahasa tertentu yang berbentuk teks menjadi urutan kode-kode bunyi yang direpresentasikan dengan kode fonem, durasi, serta pitch-nya. Kode-kode fonem adalah kode yang merepresentasikan unit bunyi yang ingin diucapkan. Pengucapan kata atau kalimat pada prinsipnya adalah urutan bunyi atau secara simbolik adalah urutan kode fonem. Tahapan yang paling awal konversi dari teks menjadi ucapan merupakan masukan berupa teks yang kemudian masuk pada bagian konverter teks ke fonem (text-to-phoneme conversion). Blok normalisasi teks atau text normalization pada awal bagian ini merupakan bagian yang berfungsi untuk memperluas setiap bentuk singkatan serta format non-teks yang ingin diucapkan menjadi bentuk rangkai huruf yang dapat dibaca atau memperlihatkan cara pengucapannya. Berdasarkan analisis secara semantik (arti kata) pragmatik (pengetahuan), dan sintaktik (struktural), penekanan-penekanan pada suatu kata ditambahkan dan fonem-fonem dikonversikan dari huruf-huruf. Dalam suatu bahasa dapat terjadi kondisi dimana tidak dapat ditemukan keteraturannya. Misalnya simbol huruf e yang diucapkan pada kata empati dan telur, pada kondisi seperti ini harus dikonversi menjadi fonem yang berbeda untuk kondisi yang berbeda. Pada gambar 2.2, kondisi yang masih dapat ditangani oleh aturan diimplementasikan dalam blok Letter-to-Phoneme Conversion sedangkan untuk kondisi yang tidak dapat ditangani oleh aturan diimplementasikan dengan blok Exception Dictionary Lookup. Hasil dari tahapan ini merupakan rangkaian fonem yang merepresentasikan bunyi kalimat yang ingin diucapkan. Setiap unit fonem dilengkapi dengan data berupa durasi dan pitch pada bagian Prosody Generation. Data-data tersebut diperoleh berdasarkan kombinasi antara tabel atau database serta model prosodi. Setiap fonem harus dilengkapi dengan informasi durasi dan pitch. Informasi durasi diperlukan untuk menentukan berapa lama suatu fonem diucapkan, sedangkan informasi pitch diperlukan untuk menentukan tinggi rendahnya nada pengucapan suatu fonem. Durasi dan pitch bersama-sama akan

5 membentuk intonasi. Tahap selanjutnya dari proses ini merupakan Phonetic Analysis yang dapat dikatakan merupakan tahapan penyempurnaan yang melakukan perbaikan di tingkat bunyi. Gambar 2.2 Urutan Proses Konversi Teks Menjadi Ucapan (text-to-speech) dalam Speech Engine Secara Umum (dimodifikasi dari Pelton, 1992 dalam Arman [2]) Pada bagian konverter fonem ke ucapan (phoneme-to-speech conversion) di gambar 2.2 akan menerima masukan kode-kode fonem serta pitch dan durasi yang telah dihasilkan oleh bagian sebelumnya. Berdasarkan kode-kode tersebut, bagian ini akan menghasilkan bunyi atau sinyal ucapan yang sesuai dengan kalimat yang ingin diucapkan. Ada beberapa alternatif teknik yang dapat digunakan untuk implementasi bagian konverter fonem ke ucapan. Dua teknik yang paling banyak digunakan adalah formant synthesizer serta diphone concatenation. Saat ini, teknik kedua lebih banyak digunakan karena dapat menghasilkan ucapan dengan kualitas yang lebih alami. Teknik formant synthesizer memodelkan aliran suara, baik sumber dan filter di kontrol

6 oleh suatu aturan fonetis. Sedangkan teknik diphone concatenation melakukan pembangkitan ucapan dengan cara menggabung-gabungkan segmen-segmen bunyi yang berupa diphone (dua fonem) [2]. 2.2 Proses Pembentukan Bunyi Bunyi apa saja, termasuk bunyi bahasa, pada dasarnya adalah getaran atas benda apa saja karena adanya energi yang bekerja. Getaran ini disadari sebagai bunyi apabila getaran itu cukup kuat dan dihantarkan ke alat dengar oleh udara sekitar. Proses pembentukan bunyi bahasa juga demikian. Sumber energi utamanya adalah arus udara yang mengalir dari/ke paru-paru. Getaran-getaran itu timbul pada pita suara sebagai akibat tekanan arus udara, yang dibarengi dengan gerakan alat-alat ucap sedemikian rupa sehingga menimbulkan perbedaan/perubahan rongga udara yang terdapat dalam mulut dan/atau hidung. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa sarana utama yang berperan dalam proses pembentukan bunyi bahasa adalah arus udara, pita suara, dan alat ucap [1]. 2.3 Sistem Pembentuk Ucapan Ucapan manusia dihasilkan oleh suatu sistem produksi ucapan yang dibentuk oleh alat-alat ucap manusia. Proses tersebut dimulai dengan formulasi pesan dalam otak pembicara. Pesan tersebut akan diubah menjadi perintah-perintah yang diberikan kepada alat-alat ucap manusia, sehingga akhirnya dihasilkan ucapan yang sesuai dengan pesan yang ingin diucapkan.

7 Gambar 2.3 Foto Sinar X Penampang Alat-Alat Ucap Manusia (Rabbiner, 93 dalam Arman [1]) Gambar 2.3 memperlihatkan foto sinar X penampang alat-alat ucap manusia. Vocal tract pada gambar tersebut ditandai oleh garis putus-putus, dimulai dari vocal cords atau glottis, dan berakhir pada mulut. Vocal tract terdiri dari pharynx (koneksi antara esophagus dengan mulut) dan mulut. Panjang vocal tract pria pada umumnya sekitar 17 cm. Daerah pertemuan vocal tract ditentukan oleh lidah, bibir, rahang, dan bagian belakang langit-langit; luasnya berkisar antara 20 cm 2 sampai dengan mendekati nol. Nasal tract mulai dari bagian belakang langit-langit dan berakhir pada nostrils. Pada keadaan tertenu, suara nasal akan dikeluarkan melalui rongga ini. Gambar 2.4 memperlihatkan model sistem produksi ucapan manusia yang disederhanakan. Pembentukan ucapan dimulai dengan adanya hembusan udara yang dihasilkan oleh paru-paru. Cara kerjanya mirip seperti piston atau pompa yang ditekan untuk menghasilkan tekanan udara. Pada saat vocal cord berada dalam keadaan tegang, aliran udara akan menyebabkan terjadinya vibrasi pada vocal cord dan menghasilkan bunyi ucapan yang disebut voiced speech sound. Pada saat vocal cord berada dalam

8 keadaan lemas, aliran udara akan melalui daerah yang sempit pada vocal tract dan menyebabkan terjadinya turbulensi, sehingga menghasilkan suara yang dikenal sebagai unvoiced sound [1]. Gambar 2.4 Model Sistem Produksi Ucapan Manusia (Rabbiner, 93 dalam Arman [1]) Ucapan dihasilkan sebagai rangkaian atau urutan komponen-komponen bunyibunyi pembentuknya. Setiap komponen bunyi yang berbeda dibentuk oleh perbedaan posisi, bentuk, serta ukuran dari alat-alat ucap manusia yang berubah-ubah selama terjadinya proses produksi ucapan Representasi Sinyal Ucapan Sinyal ucapan merupakan sinyal yang berubah terhadap waktu dengan kecepatan perubahan yang relatif lambat. Jika diamati pada selang waktu yang pendek (antara 5

9 sampai dengan 100 mili detik), karakteristiknya praktis bersifat tetap sedangkan jika diamati pada selang waktu yang lebih panjang karakteristiknya terlihat berubah-ubah sesuai dengan kalimat yang sedang diucapkan. Gambar 2.5 memperlihatkan contoh sinyal ucapan dari suatu kata dalam bahasa Jepang ago. Seluruh gambar tersebut memperlihatkan sinyal ucapan sepanjang 4.0 mili detik. Gambar 2.5 Contoh Klasifikasi Sinyal Ucapan Pada Kata ago [Rabbiner, 93 dalam Arman [1] Cara yang dipakai untuk mengklasifikasikan bagian-bagian atau komponen sinyal ucapan adalah dengan diklasifikasikan menjadi tiga keadaan yang berbeda, yaitu:

10 1. silence (S), merupakan keadaan pada saat tidak ada ucapan yang diucapkan, 2. unvoiced (U), merupakan keadaan pada saat vocal cord tidak melakukan vibrasi, sehingga suara yang dihasilkan bersifat tidak periodik atau random, 3. voiced (V), merupakan keadaan pada saat terjadinya vibrasi pada vocal cord, sehingga menghasilkan suara yang bersifat kuasi periodik. Dari gambar 2.5 tercantum label-label S, U, V, yang dapat dipergunakan untuk mengamati perbedaan-perbedaan dari setiap keadaan tersebut. Pada gambar dengan label S berarti bagian tersebut keadaan diam direpresentasikan yakni belum ada kata yang diucapkan oleh pembicara. Amplitudo kecil yang tampak pada perioda noise latar belakang yang ikut terekam. Suatu periode singkat unvoiced (U) tampak mengakhiri kata, sebelumnya dapat dilihat daerah voiced (V) sedangkan silence (S) bagian yang mengawali dan mengakhiri kata. Dari contoh pada gambar 2.5 tersebut jelas bahwa segmentasi ucapan menjadi S, U, dan V tidak bersifat eksak, yakni terdapat daerah-daerah yang tidak dapat dikategorikan dengan tegas kedalam salah satu dari tiga kategori tersebut. Perubahaan dari keadaan-keadaan alat ucap manusia yang tidak bersifat diskrit dari satu keadaan ke keadaan lainnya merupakan salah satu penyebabnya, sehingga bunyi transisi dari satu segmen ke segmen lainnya menghasilkan bentuk yang tidak mudah ditentukan. Selain itu juga terdapat segmen-segmen ucapan yang mirip atau bahkan terkandung silence di dalamnya [1]. 2.4 Karakteristik Bahasa Jepang Bahasa Jepang dikenal sebagai bahasa yang kaya dengan huruf, tetapi miskin dengan bunyi. Karena, bunyi dalam bahasa Jepang terdiri dari lima buah vokal, dan beberapa buah konsonan yang diikuti vokal tersebut dalam bentuk suku kata terbuka. Jumlah suku kata (termasuk bunyi vokal) dalam bahasa Jepang hanya 102 buah, dan tidak ada suku kata tertutup atau kata yang diakhiri dengan konsonan kecuali bunyi [N] saja. Bagi penutur bahasa Jepang akan sulit untuk mempelajari bahasa lain dengan keterbatasan bunyi seperti ini. Di samping itu, dalam bahasa Jepang ada konsonan

11 rangkap dan bunyi vokal yang dipanjangkan sampai dua ketukan, serta aksen yang semuanya berfungsi sebagai pembeda arti. Aksen yang menjadi pembeda arti tidak terjadi dalam bahasa Indonesia. Pada struktur kalimat, struktur yang dipakai dalam kalimat bahasa Jepang adalah S-O-P sedangkan struktur bahasa Indonesia adalah S-P- O. Untuk menyampaikan bunyi yang jumlahnya terbatas tadi, digunakan empat macam huruf, yaitu [17]: 1. huruf hiragana, 2. huruf katakana, 3. huruf kanji, dan 4. huruf roomaji Huruf Kana Huruf kana mencakup hiragana dan katakana, keduanya termasuk onsetsu moji. Onsetsu moji merupakan huruf-huruf yang menyatakan sebuah silabel yang tidak memiliki arti tertentu. Hal ini menjadi salah satu perbedaan antara huruf kana dengan huruf kanji yang memiliki arti tertentu. 1. Huruf hiragana, digunakan untuk menulis kosakata bahasa Jepang asli, apakah secara utuh atau digabungkan dengan huruf kanji. 2. Huruf katakana, digunakan untuk menulis kata serapan dari bahasa asing (selain bahasa Cina), dalam telegram, atau ketika ingin menegaskan suatu kata dalam kalimat. Jumlah huruf hiragana dan katakana yang sekarang digunakan masing-masing 46 huruf, bunyi yang sama dilambangkan oleh kedua jenis huruf ini. Dari huruf tersebut, ada yang dikembangkan dengan menambahkan tanda tertentu untuk membentuk bunyi lainnya yang jumlahnya masing-masing mencapai 56 bunyi. Hurufhuruf tersebut berbentuk suku kata, sehingga bunyi dalam bahasa Jepang secara total terdiri dari sekitar 102 suku kata. Jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia yang

12 menggunakan 26 huruf alfabet (Latin dari a sampai dengan z), jumlah suku kata dalam bahasa Jepang sangat terbatas. Bahasa Indonesia bisa melahirkan beberapa suku kata yang lebih banyak daripada bunyi dalam bahasa Jepang [17] Huruf Kanji Huruf kanji yaitu suatu huruf yang merupakan lambang, ada yang berdiri sendiri, ada juga yang harus digabungkan dengan huruf kanji yang lainnya atau diikuti dengan huruf hiragana ketika digunakan untuk menunjukkan suatu kata [17] Huruf Roomaji (Huruf Latin) Selain huruf-huruf kanji, hiragana, katakana, ada satu huruf lagi yang harus diperhatikan yaitu roomaji. Memang huruf yang utama untuk penulisan bahasa Jepang adalah kanji, hiragana, dan katakana, tetapi ada saja saatnya diperlukan pemakaian roomaji. Sebagai bukti dalam tulisan yang berbahasa Jepang baik dalam surat-surat kabar, majalah-majalah, buku-buku pelajaran, dan sebagainya yang ditulis dengan huruf Jepang, di sana-sini selalu tampak penggunaan huruf roomaji. Keperluan dalam penggunaan huruf roomaji untuk penulisan bahasa Jepang dirasakan juga oleh para praktisi bidang pengajaran bahasa Jepang bagi orang asing. Pada tahap-tahap permulaan pengajaran bahasa Jepang tingkat dasar ada juga yang diselenggarakan menggunakan roomaji untuk memudahkan pemahaman orang-orang yang mempelajari bahasa ini [15] Silabel dalam Bahasa Jepang Silabel merupakan salah satu satuan bunyi bahasa, dalam bahasa Jepang disebut onsetsu. Sebagian besar silabel dalam bahasa Jepang dilambangkan dengan sebuah huruf kana (hiragana atau katakana). Tetapi ada juga silabel yang dilambangkan

13 dengan dua buah huruf kana seperti silabel-silabel yoo on yang ditulis dengan cara menggabungkan huruf-huruf kana き (ki), し (shi), ち (chi), に (ni), ひ (hi), み (mi), り (ri), ぎ (gi), じ (ji), び (bi), dan ぴ (pi) dengan huruf-huruf kana や (ya), ゆ (yu), よ (yo) yang ditulis dalam ukuran kecil sehingga menjadi silabel-silabel きゃ (kya), きゅ (kyu), きょ (kyo), しゃ (sha), しゅ (shu), しょ (sho), dan sebagainya. Silabel dalam bahasa Jepang, terutama akan lebih jelas bila silabel itu ditulis dengan huruf Latin, dapat dibagi menjadi beberapa fonem. Silabel dalam bahasa Jepang dapat terbentuk dari susunan fonem [16]. 1) V (satu vokal), yakni vokal-vokal /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/. 2) KV (satu konsonan dan satu vokal), misalnya silabel-silabel /ka/, /ki/, /ku/, /ke/, /ko/, /sa/, /shi/, dan sebagainya. 3) KSV (satu konsonan, satu semi vokal, dan satu vokal), misalnya silabelsilabel /kya/, /kyu/, /kyo/, /sha/, /shu/, /sho/, dan sebagainya. 4) SV (satu semi vokal dan satu vokal), yaitu silabel-silabel /ya/, /yu/, /yo/, dan /wa/. 2.5 Fonem Fonem adalah satuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Pengertian fonem juga bisa diarahkan pada distribusinya, yaitu perilaku bentuk linguistik terkecil dalam bentuk linguistik yang lebih besar [13]. Fonologi dalam bahasa Jepang memiliki perbedaan dengan bahasa Indonesia. Fonem bahasa Jepang berjumlah 30 buah yang terdiri dari 10 buah fonem vokal (/a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /a:/, /i:/, /u:/, /e:/, /o:/), yakni 5 buah fonem vokal biasa dan 5 buah vokal panjang, 18 buah fonem konsonan (/p/, /b/, /m/, /t/, /t s /, /d/, /n/, /s/, /r/, /ç/, /j/, /k/, /g/, /h/, / /, / /, /z/, /n /) dan 2 (/w/, /y/) buah fonem semi konsonan. Sebaliknya dalam bahasa Indonesia terdapat 27 buah fonem yang terdiri dari 5 buah fonem vokal (/a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/), 20 buah fonem konsonan, yaitu 16 buah fonem asli (/p/,

14 /b/,/m/, /t/, /d/, /n/, /s/,/r/,/l/,/c/, /j/, /n /, /k/, /g/, / /, /h/), 4 buah fonem yang berasal dari bahasa asing (/f/, /z/, /x/, dan / /), dan 2 buah fonem semi konsonan (/w/, /y/). Vokal panjang dan vokal biasa memiliki perbedaan dalam bahasa Jepang, hal ini tidak terjadi dalam bahasa Indonesia. Pada umumnya fonem konsonan yang ada dalam bahasa Indonesia juga ditemukan dalam bahasa Jepang, kecuali /l/, /c/, /x/, dan / /. Terdapat dua buah konsonan bahasa Jepang yang tidak ditemukan dalam bahasa Indonesia, yakni /ç/ dan /t s / [19]. Tabel 2.1 Kontras Fonem Vokal Fonem Bahasa Jepang Bahasa Indonesia /a/ akai merah lama lama /i/ isu kursi sapi sapi /u/ mu i kumbang buta buta /e/ me mata belah belah /o/ awoi biru toko toko /a:/ oka:san ibu /I:/ oji:san kakek /u:/ senpu:ki kipas angin /e:/ one:sa kakak perempuan /o:/ hiko:ki pesawat Tabel 2.2 Kontras Fonem Konsonan Fonem Bahasa Jepang Bahasa Indonesia /p/ peji lembar simpati simpati /b/ tobu terbang bosan bosan /m/ mimi telingan sampah sampah /t/ anata kamu tugas tugas /t s / tsuku tiba toko toko /d/ do tembaga pindah pindah /n/ niku daging Santan santan /n / gyu: n u: susu n on a nyonya / / ilu ngilu /j/ mijikai pendek jajan jajan /c/ cari cari / ç/ mi çi jalan /s/ yasai sayur sayap sayap /r/ roku enam risau risau /l/ lari lari

15 /k/ kome beras kasar kasar /g/ go lima gurami gurami Lanjutan tabel 2.2. Fonem Bahasa Jepang Bahasa Indonesia /h/ hana bunga habis habis /f/ tofu tahu fakta fakta /x/ xusus khusus / / ni i barat arat syarat /z/ nezumi tikus zakat zakat Tabel 2.3 merupakan tabel lambang bunyi bahasa Jepang. Pada tabel tersebut dapat dilihat gabungan fonem-fonem menjadi silabel dalam bahasa Jepang secara lengkap. Tabel 2.3 Daftar Lambang Bunyi Bahasa Jepang [17]

16 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis

Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan

Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan (Pertemuan ke-3) Disampaikan oleh: Dr. R. Rizal Isnanto, S.T., M.M., M.T. Program Studi Sistem Komputer Universitas Diponegoro 1. Sistem Pembentukan Ucapan

Lebih terperinci

Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan

Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan Oleh : Arry Akhmad Arman Dosen dan Peneliti di Departemen Teknik Elektro ITB email : aa@lss.ee.itb.ac.id, aa_arman@rocketmail.com 2.5.1 Sistem Pembentukan

Lebih terperinci

Konversi dari Teks ke Ucapan

Konversi dari Teks ke Ucapan Konversi dari Teks ke Ucapan Oleh : Arry Akhmad Arman Peneliti dan Dosen di Departemen Teknik Elektro ITB Email : aa@lss.ee.itb.ac.id, aa_arman@rocketmail.com Sistem to Speech pada prinsipnya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi yang disampaikan manusia menggunakan suatu bahasa sebagai perantaranya. Bahasa merupakan simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalamnya

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KETOK PALU UNTUK MEMOTIVASI SISWA D ALAM MENGUASAI HURUF HIRAGANA D AN KATAKANA

2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KETOK PALU UNTUK MEMOTIVASI SISWA D ALAM MENGUASAI HURUF HIRAGANA D AN KATAKANA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan, yaitu sebagai alat yang dapat mempermudah komunikasi dengan individu lain. Sutedi (2008, hlm. 2) mengemukakan

Lebih terperinci

MODUL 2 SINYAL DAN SUARA

MODUL 2 SINYAL DAN SUARA MODUL 2 SINYAL DAN SUARA 2.1. Pembangkitan Sinyal Ucapan pada Manusia Speech (ucapan/wicara) dihasilkan dari sebuah kerjasama antara paru-paru (lungs), pangkal tenggorokan pada pita suara (glottis) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajar bahasa Jepang menghadapi banyak kendala untuk menguasai bahasa Jepang. Salah satu faktornya yaitu perbedaan huruf yang dimiliki oleh bahasa Jepang

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

MODUL II : SPEECH AND AUDIO PROCESSING

MODUL II : SPEECH AND AUDIO PROCESSING MODUL II : SPEECH AND AUDIO PROCESSING TUJUAN 1. Memahami karakteristik sinyal suara dan audio 2. Mampu melakukan pengolahan terhadap sinyal suara dan audio 3. Mampu menggunakan tool untuk pengolahan sinyal

Lebih terperinci

Text To Speech Bahasa Indonesia Menggunakan Metode Dhipone Concatenation

Text To Speech Bahasa Indonesia Menggunakan Metode Dhipone Concatenation Text To Speech Bahasa Indonesia Menggunakan Metode Dhipone Concatenation Ahmad Fahrudi Setiawan Jurusan Teknik Infomatika Fakultas Teknik Industri ITN Malang, Jl. Raya Candi VIB Kav. Pairs No 2 Tidar Malang,

Lebih terperinci

Pembuatan Text-To-Speech Synthesis System Untuk Penutur Berbahasa Indonesia

Pembuatan Text-To-Speech Synthesis System Untuk Penutur Berbahasa Indonesia The 13 th Industrial Electronics Seminar 2011 (IES 2011) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 26, 2011 Pembuatan Text-To-Speech Synthesis System Untuk Penutur

Lebih terperinci

PDF created with FinePrint pdffactory trial version YUK BELAJAR NIHONGO

PDF created with FinePrint pdffactory trial version  YUK BELAJAR NIHONGO 1 YUK BELAJAR NIHONGO PENGANTAR Saat ini sedang bekerja di sebuah perusahaan Jepang? Atau barangkali sedang kuliah jurusan Bahasa Jepang, atau suatu saat anda ingin pergi ke Jepang baik untuk belajar atau

Lebih terperinci

MODUL 1 PROSES PEREKAMAN DAN PENGEDITAN SINYAL WICARA

MODUL 1 PROSES PEREKAMAN DAN PENGEDITAN SINYAL WICARA MODUL 1 PROSES PEREKAMAN DAN PENGEDITAN SINYAL WICARA I. TUJUAN - Mahasiswa mampu melakukan proses perekaman dan pengeditan sinyal wicara dengan menggunakan perangkat lunak. II. DASAR TEORI 2.1. Pembangkitan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkonversikan tulisan / teks ke dalam bentuk ucapan dengan menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkonversikan tulisan / teks ke dalam bentuk ucapan dengan menggunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aplikasi Text-to-Speech ( TTS ) merupakan suatu aplikasi yang digunakan untuk mengkonversikan tulisan / teks ke dalam bentuk ucapan dengan menggunakan pemodelan

Lebih terperinci

TEXT TO SPEECH ENGINE GENERIK BAHASA BUGIS WAJO

TEXT TO SPEECH ENGINE GENERIK BAHASA BUGIS WAJO TEXT TO SPEECH ENGINE GENERIK BAHASA BUGIS WAJO Arif Bijaksana Putra Negara 1, Novi Safriadi 2, Anggi Perwitasari 3,Mizky Dwi Mentari Putri 4 (1) Universitas Tanjungpura,(arifbpn@gmail.com) (2) Universitas

Lebih terperinci

PEMBUATAN PERANGKAT BASIS DATA UNTUK SINTESIS UCAPAN (NATURAL SPEECH SYNTHESIS) BERBAHASA INDONESIA BERBASIS HIDDEN MARKOV MODEL (HMM)

PEMBUATAN PERANGKAT BASIS DATA UNTUK SINTESIS UCAPAN (NATURAL SPEECH SYNTHESIS) BERBAHASA INDONESIA BERBASIS HIDDEN MARKOV MODEL (HMM) PEMBUATAN PERANGKAT BASIS DATA UNTUK SINTESIS UCAPAN (NATURAL SPEECH SYNTHESIS) BERBAHASA INDONESIA BERBASIS HIDDEN MARKOV MODEL (HMM) Oleh: ELOK ANGGRAYNI NRP. 2409 100 092 Dosen Pembimbing: Prof. Dr.

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PROSODI UNTUK KALIMAT TANYA PADA BAHASA INDONESIA Desi Novianti ABSTRAK

ANALISIS MODEL PROSODI UNTUK KALIMAT TANYA PADA BAHASA INDONESIA Desi Novianti ABSTRAK ANALISIS MODEL PROSODI UNTUK KALIMAT TANYA PADA BAHASA INDONESIA Desi Novianti n_desi_a@yahoo.com ABSTRAK Pada masa sekarang ini, dimana telekomunikasi telah berbasis komputer. Telekomunikasi sudah bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi Informasi telah berkembang sedemikian pesatnya. Penemuan penemuan baru, yang pada dasarnya ditunjukkan untuk memudahkan pekerjaan manusia, semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengenalan lafal manusia agar dapat dilakukan oleh sebuah mesin telah menjadi fokus dari berbagai riset selama lebih dari empat dekade. Ide dasar yang sederhana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakanlah lambang-lambang atau simbol-simbol yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. digunakanlah lambang-lambang atau simbol-simbol yang selanjutnya disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk menyampaikan makna dari suatu bunyi secara tertulis digunakanlah lambang-lambang atau simbol-simbol yang selanjutnya disebut huruf oleh penggunanya. Dalam

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis dan Kebutuhan Sistem Untuk merancang suatu sistem yang baik diperlukan beberapa persiapan seperti menentukan kebutuhan dari aplikasi yang akan dibuat

Lebih terperinci

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia Tjong Wan Sen #1 # Fakultas Komputer, Universitas Presiden Jln. Ki Hajar Dewantara, Jababeka, Cikarang 1 wansen@president.ac.id Abstract Pengenalan ucapan

Lebih terperinci

Perkembangan Teknologi TTS Dari Masa ke Masa

Perkembangan Teknologi TTS Dari Masa ke Masa Perkembangan Teknologi TTS Dari Masa ke Masa Penelitian di bidang pensintesa ucapan mengalami perjalanan yang sangat panjang dan telah dimulai sejak lama. Salah satu catatan literatur awal yang berhubungan

Lebih terperinci

Aplikasi Pensintesa Ucapan Bahasa Indonesia Sebagai Pembaca . Makalah Seminar Tugas Akhir

Aplikasi Pensintesa Ucapan Bahasa Indonesia Sebagai Pembaca  . Makalah Seminar Tugas Akhir Aplikasi Pensintesa Ucapan Bahasa Indonesia Sebagai Pembaca Email Makalah Seminar Tugas Akhir Anggra Narullita, L2F001578 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

Lebih terperinci

ANIS SILVIA

ANIS SILVIA ANIS SILVIA 1402408133 4. TATANAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita nmendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang

Lebih terperinci

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : 1402408261 4. Tataran Linguistik (1) : fonologi Ketika kita mendengar orang berbicara, tentang berpidato atau bercakapcakap, maka kita akan runtunan bunyi bahasa yang berubah-ubah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sintesis suara percakapan adalah pembangkitan suara percakapan dari tulisan atau teks yang dilakukan dengan program komputer. Saat ini sedang diusahakan agar

Lebih terperinci

TEXT PRE-PROCESSING PADA TEXT TO SPEECH SYNTHESIS SYSTEM UNTUK PENUTUR BERBAHASA INDONESIA

TEXT PRE-PROCESSING PADA TEXT TO SPEECH SYNTHESIS SYSTEM UNTUK PENUTUR BERBAHASA INDONESIA TEXT PRE-PROCESSING PADA TEXT TO SPEECH SYNTHESIS SYSTEM UNTUK PENUTUR BERBAHASA INDONESIA Handi Dwi Rachma Bayu, Miftahul Huda Jurusan Telekomunikasi, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SUARA. : Fadlisyah Bustami M. Ikhwanus. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013

PENGOLAHAN SUARA. : Fadlisyah Bustami M. Ikhwanus. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 PENGOLAHAN SUARA Oleh : Fadlisyah Bustami M. Ikhwanus Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI TEXT-TO-SPEECH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA LABORATORIUM BAHASA INGGRIS

PEMANFAATAN TEKNOLOGI TEXT-TO-SPEECH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA LABORATORIUM BAHASA INGGRIS PEMANFAATAN TEKNOLOGI TEXT-TO-SPEECH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA LABORATORIUM BAHASA INGGRIS, S.Kom.,M.Kom Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Merdeka Malang kukuh.yudhistiro@unmer.ac.id Abstract:

Lebih terperinci

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI BAB 4 Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi terbentuk dari kata fon = bunyi dan logi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Suara Manusia Menurut Inung Wijayanto (2013), produksi suara manusia memerlukan tiga elemen, yaitu sumber daya, sumber suara dan pemodifikasi suara. Ini adalah dasar dari teori

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE A. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah/Kode : Pengantar Bahasa Kode : MR 102 Bobot : 2 SKS Semester : 2 Jenjang : S-1 Dosen/Asisten : Drs. Mulyana

Lebih terperinci

Portabel Text to Speech yang Terintegrasi dengan Telepon Seluler untuk Tunawicara

Portabel Text to Speech yang Terintegrasi dengan Telepon Seluler untuk Tunawicara Portabel Text to Speech yang Terintegrasi dengan Telepon Seluler untuk Tunawicara Akhmad Hendriawan, Ardik Wijayanto,Paulus S.W, Muhammad Taufiq, Email:hendri@eepis-its.edu,ardik@eepis-its.edu, wardana@eepis-its.edu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam sebuah kehidupan bermasyarakat, saling berkomunikasi dan berinteraksi adalah hal yang selalu terjadi setiap saat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi bahasa di Indonesia walaupun masih tertinggal jauh dengan kondisi di negara-negara maju, namun Indonesia tidak tertinggal dalam pengembangan

Lebih terperinci

Harimurti Kridalaksana. Sheddy N. Tjandra FONOLOGI FONEMIK FONOLOGI. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang 21/03/2014

Harimurti Kridalaksana. Sheddy N. Tjandra FONOLOGI FONEMIK FONOLOGI. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang 21/03/2014 Definisi dari Para Linguis FONOLOGI Harimurti Kridalaksana PENGANTAR LINGUISTIK JEPANG 10 MARET 2014 Kamus Linguistik Sheddy N. Tjandra Fonologi Jepang Harimurti Kridalaksana Kanji FONOLOGI Fonologi 音韻論おんいんろん

Lebih terperinci

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM A. PENGANTAR Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa. Fonologi secara Etimologi berasal dari kata fon, yang artinya bunyi dan logi yang berarti ilmu. Fonologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengambilan

Lebih terperinci

Penambahan Emosi Menggunakan Metode Manipulasi Prosodi Untuk Sistem Text To Speech Bahasa Indonesia

Penambahan Emosi Menggunakan Metode Manipulasi Prosodi Untuk Sistem Text To Speech Bahasa Indonesia 1 Penambahan Emosi Menggunakan Metode Manipulasi Prosodi Untuk Sistem Text To Speech Bahasa Indonesia Salita Ulitia. P 1, Ary S. Prihatmanto 2 School of Electrical Engineering and Informatics, Institut

Lebih terperinci

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar.

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Suara (Speaker) Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitudo tertentu melalui media perantara yang dihantarkannya seperti media air, udara maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jiwa manusia, yang dinyatakan dalam bentuk deretan nada yang diciptakan atau

BAB I PENDAHULUAN. jiwa manusia, yang dinyatakan dalam bentuk deretan nada yang diciptakan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dharma gita atau seni suara adalah suatu pernyataan atau gambaran dari jiwa manusia, yang dinyatakan dalam bentuk deretan nada yang diciptakan atau dicetak maupun yang

Lebih terperinci

CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA

CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA TUGAS KELOMPOK CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA MATA KULIAH : FONOLOGI DOSEN : Yuyun Safitri, S.Pd DISUSUN OLEH: ANSHORY ARIFIN ( 511000228 ) FRANSISKA B.B ( 511000092 ) HAPPY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan asal usulnya, kosakata bahasa Jepang terbagi atas wago,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan asal usulnya, kosakata bahasa Jepang terbagi atas wago, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berdasarkan asal usulnya, kosakata bahasa Jepang terbagi atas wago, kango dan gairaigo. Wago ( 和語 ) adalah kosakata dari bahasa Jepang asli. Kango ( 漢語 ) merupakan

Lebih terperinci

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober 2014 Aspek Fisiologis Bahasa WUJUD FISIK BAHASA Ciri2 fisik bahasa yg dilisankan Aspek Fisik Bahasa Bgmn bunyi bahasa itu dihasilkan

Lebih terperinci

Krisis Kepercayaan Diri Mahasiswa dalam Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Inggris

Krisis Kepercayaan Diri Mahasiswa dalam Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Inggris Krisis Kepercayaan Diri Mahasiswa dalam Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Inggris Oeh: Theresia Budi Sucihati, M.Pd. Dosen Tetap Yayasan STKIP PGRI NGAWI Mahasiswa dalam peraturan dipungkiri bahasa Inggris

Lebih terperinci

Konversi Romaji ke Hiragana dengan Algoritma Pencocokan String

Konversi Romaji ke Hiragana dengan Algoritma Pencocokan String Konversi Romaji ke Hiragana dengan Algoritma Pencocokan String Venny Larasati Ayudiani 13513025 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Teknik Informatika Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Teknik Informatika Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Informatika Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 ANALISIS DAN DESAIN APLIKASI TEXT-TO-SPEECH CONVERTER BERBAHASA

Lebih terperinci

PADA dasarnya, sistem konversi teks ke ucapan (text-tospeech)

PADA dasarnya, sistem konversi teks ke ucapan (text-tospeech) 1 PENENTUAN PARAMETER PEMBANGKIT UCAPAN MODEL ARTIKULATORI UNTUK FONEM-FONEM BAHASA INDONESIA Aditya Arie Nugraha (13204118) Ringkasan Dalam ringkasan ini, dibahas mengenai penelitian yang dilakukan untuk

Lebih terperinci

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : 1402408303 BAB 4 FONOLOGI Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari tentang runtutan bunyibunyi bahasa. Fonologi dibedakan menjadi dua berdasarkan objek studinya,

Lebih terperinci

BAB I I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemelajar bahasa Inggris yang berlatar belakang bahasa Jawa (Javanese

BAB I I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemelajar bahasa Inggris yang berlatar belakang bahasa Jawa (Javanese BAB I I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemelajar bahasa Inggris yang berlatar belakang bahasa Jawa (Javanese Learners of English or JLE) rata-rata mempunyai kebiasaan untuk mengucapkan bunyibunyi bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Jepang menggunakan berbagai jenis karakter untuk sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Jepang menggunakan berbagai jenis karakter untuk sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Jepang menggunakan berbagai jenis karakter untuk sistem penulisannya. Salah satu jenis huruf Jepang adalah kana, yaitu karakter fonetis yang melambangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. Komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cerita Rakyat Jawa Barat merupakan cerita yang bisa dijadikan suri

BAB I PENDAHULUAN. Cerita Rakyat Jawa Barat merupakan cerita yang bisa dijadikan suri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita Rakyat Jawa Barat merupakan cerita yang bisa dijadikan suri teladan terutama cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral khususnya yang

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 3.13. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada analisis, desain, implementasi dan pengujian yang telah dilakukan pada 30 responden, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu: 1. Aplikasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Ciri akustik penutur asli BK dan penutur asli BI, serta perbedaan ciri akustik pada penutur asli BK dan penutur asli BK adalah sebagai berikut. 1. Nada tertinggi penutur

Lebih terperinci

Rancang Bangun Text to Sound menggunakan Metode Hybrid sebagai Sarana membantu Komunikasi Tuna Netra dan Tuna Wicara

Rancang Bangun Text to Sound menggunakan Metode Hybrid sebagai Sarana membantu Komunikasi Tuna Netra dan Tuna Wicara JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 6, NOMOR 2 JUNI 2010 Rancang Bangun Text to Sound menggunakan Metode Hybrid sebagai Sarana membantu Komunikasi Tuna Netra dan Tuna Wicara LilikAnifah, HainurRasidAchmadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi non-verbal biasanya banyak dilakukan oleh mereka yang memiliki kekurangan dalam kemampuan berbicara (tuna wicara). Cara berkomunikasi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI NAMA : TAUFIQ SHOFYAN HADI NIM : 1402408291 BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan BAB II DASAR TEORI 2. 1 Suara Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitude tertentu melalui media perantara yang dihantarkannya seperti media air, udara maupun benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cara interaksi antara manusia dengan komputer sampai saat ini, yang secara umum digunakan sebagian besar masih dilakukan secara tanpa lisan. Cara tersebut dilakukan

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENILAIAN AUDIO TERINTEGRASI BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA ASING SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA)

INSTRUMEN PENILAIAN AUDIO TERINTEGRASI BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA ASING SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA) INSTRUMEN PENILAIAN AUDIO TERINTEGRASI BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA ASING SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA) KODE BUKU KOMPONEN A. FUNGSI MENUNJANG PEMBELAJAR AN 1. Menunjang pencapaian kompetensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa alami adalah bahasa yang biasa digunakan untuk berkomunikasi antarmanusia, misalnya bahasa Indonesia, Sunda, Jawa, Inggris, Jepang, dan sebagainya. Bahasa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA SISTEM TEXT-TO-SPEECH DENGAN METODE UNIT SELECTION SYNTHESIS UNTUK BAHASA INDONESIA SKRIPSI BAYU G. WUNDARI

UNIVERSITAS INDONESIA SISTEM TEXT-TO-SPEECH DENGAN METODE UNIT SELECTION SYNTHESIS UNTUK BAHASA INDONESIA SKRIPSI BAYU G. WUNDARI UNIVERSITAS INDONESIA SISTEM TEXT-TO-SPEECH DENGAN METODE UNIT SELECTION SYNTHESIS UNTUK BAHASA INDONESIA SKRIPSI BAYU G. WUNDARI 04 05 03 0184 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ELEKTRO DEPOK DESEMBER 2009

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEXT TO SPEECH PADA SCREEN READER BERBASIS MBROLA SKRIPSI

IMPLEMENTASI TEXT TO SPEECH PADA SCREEN READER BERBASIS MBROLA SKRIPSI IMPLEMENTASI TEXT TO SPEECH PADA SCREEN READER BERBASIS MBROLA SKRIPSI Oleh : Muchammad Faisol NIM. 06550077 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang memiliki lebih dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang memiliki lebih dari satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang memiliki lebih dari satu jenis huruf. Huruf bahasa Jepang dipengaruhi oleh aksara Cina. Walaupun memiliki huruf lebih

Lebih terperinci

Aplikasi Pengenalan Suara Dalam Pengaksesan Sistem Informasi Akademik

Aplikasi Pengenalan Suara Dalam Pengaksesan Sistem Informasi Akademik Aplikasi Pengenalan Suara Dalam Pengaksesan Sistem Informasi Akademik Jenny Putri Hapsari (L2F003511) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia jenny_putri_hapsari@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi pemelajar Bahasa Inggris yang berlatar belakang bahasa Jawa atau

BAB I PENDAHULUAN. Bagi pemelajar Bahasa Inggris yang berlatar belakang bahasa Jawa atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi pemelajar Bahasa Inggris yang berlatar belakang bahasa Jawa atau Javanese Learners of English (JLE), dikatakan menguasai bahasa Inggris (BI) tidak hanya ditunjukkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEXT TO SPEECH UNTUK PEMBACAAN .

IMPLEMENTASI TEXT TO SPEECH UNTUK PEMBACAAN  . IMPLEMENTASI TEXT TO SPEECH UNTUK PEMBACAAN E-MAIL Dias Indra Dewantara Jurusan Teknik Informatika, Universitas Dian Nuswantoro E-mail : Indra_dewantara23@yahoo.co.id ABSTRAK Seseorang dikatakan tunanetra

Lebih terperinci

SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SINGKARAK KECAMATAN X KOTO SINGKARAK KABUPATEN SOLOK

SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SINGKARAK KECAMATAN X KOTO SINGKARAK KABUPATEN SOLOK SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SINGKARAK KECAMATAN X KOTO SINGKARAK KABUPATEN SOLOK Deni Nofrina Zurmita 1, Ermanto 2, Zulfikarni 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri

Lebih terperinci

Tahap Pemrolehan Bahasa

Tahap Pemrolehan Bahasa Tahap Pemrolehan Bahasa Setelah Anda mempelajari KB 2 dengan materi teori pemerolehan bahasa, Anda dapat melanjutkan dan memahami materi KB 3 mengenai tahapan pemerolehan bahasa. Tahapan ini biasa disebut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. a. kesalahan mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK BERORIENTASI OBJEK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN RESEP-RESEP MAKANAN BENTUK AUDIO BOOK BERBASIS JAVA Anderias Eko Wijaya

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK BERORIENTASI OBJEK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN RESEP-RESEP MAKANAN BENTUK AUDIO BOOK BERBASIS JAVA Anderias Eko Wijaya STMIK Subang, April 204 PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK BERORIENTASI OBJEK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN RESEP-RESEP MAKANAN BENTUK AUDIO BOOK BERBASIS JAVA Anderias Eko Wijaya Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia (Pertemuan

Bahasa Indonesia (Pertemuan Bahasa Indonesia (Pertemuan 2) TKJ Trunojoyo Semester 3 Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi dan Jeda pada Bahasa Tutur Definisi Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti

Lebih terperinci

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal 1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi Alat ucap dan alat bicara yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu : a. Komponen subglotal

Lebih terperinci

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih KONSEP DAN KOMPONEN Oleh: Pujaningsih (puja@uny.ac.id) Target : Pada bahasan ini Mahasiswa akan dapat menjelaskan: 1. Konsep dasar bahasa 2. Komponen bahasa Definisi Wicara : ekspresi bahasa dengan suara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan interaksi sosial dan hubungan timbalbalik di sekolah khususnya

BAB I PENDAHULUAN. melakukan interaksi sosial dan hubungan timbalbalik di sekolah khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan untuk hidup secara bersama-sama yang senatiansa mengadakan suatu hubungan komunikasi antarsesama di lingkungan sosial bermasyarakat. Proses

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Kosakata yang dijadikan data analisis merupakan kosakata dengan cara baca

BAB IV KESIMPULAN. Kosakata yang dijadikan data analisis merupakan kosakata dengan cara baca BAB IV KESIMPULAN Kosakata yang dijadikan data analisis merupakan kosakata dengan cara baca mengalami perubahan. Bentuk dari kosakata tersebut ada yang terdiri dari nomina dan ada pula yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan asal-usulnya, kosakata bahasa Jepang (goi) terbagi atas wago,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan asal-usulnya, kosakata bahasa Jepang (goi) terbagi atas wago, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan asal-usulnya, kosakata bahasa Jepang (goi) terbagi atas wago, kango dan gairaigo. Wago ( 和語 ) adalah kosakata bahasa Jepang asli yang biasanya ditulis dengan

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF JEPANG

PENGENALAN HURUF JEPANG PENGENALAN HURUF JEPANG Huruf Jepang dibagi menjadi 4 yaitu: ひらがな 1. Huruf Hiragana ( 平仮名 ) Hiragana merupakan huruf Jepang yang sederhana yang merupakan penyederhanaan dari huruf kanji. Huruf Hiragana

Lebih terperinci

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dalam menunjang era baru ini. Selain Bahasa Inggris, Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dalam menunjang era baru ini. Selain Bahasa Inggris, Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan jaman, perkembangan ekonomi dan perdagangan yang makin mengglobal, bahasa asing merupakan alat komunikasi yang penting dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulis yang tujuannya untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat ataupun

BAB I PENDAHULUAN. tulis yang tujuannya untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dalam berkomunikasi menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tulis yang tujuannya untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat ataupun keinginan kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia itu sendiri. Dalam (9 Januari 2006), definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia itu sendiri. Dalam  (9 Januari 2006), definisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu hasil kebudayaan manusia yang sangat berarti dalam kehidupan manusia itu sendiri. Dalam www.wikipedia.com (9 Januari 2006), definisi bahasa

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin meningkat menimbulkan berbagai macam metode ataupun sistem yang memungkinkan komputer mengubah tulisan menjadi suara atau sebaliknya.

Lebih terperinci

MODUL 2 PENGHITUNGAN ENERGI PADA SINYAL WICARA

MODUL 2 PENGHITUNGAN ENERGI PADA SINYAL WICARA MODUL 2 PENGHITUNGAN ENERGI PADA SINYAL WICARA I. TUJUAN - Mahasiswa mampu melakukan proses penghitungan energi pada sinyal wicara dengan menggunakan perangkat lunak. II. DASAR TEORI 2.1. Energi Suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehandalannya. Komputer terus dikembangkan. Komputer dituntut memiliki kecepatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehandalannya. Komputer terus dikembangkan. Komputer dituntut memiliki kecepatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak komputer ditemukan manusia selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan kehandalannya. Komputer terus dikembangkan. Komputer dituntut memiliki kecepatan komputasi

Lebih terperinci

MODUL 2 PENGHITUNGAN ENERGI PADA SINYAL WICARA

MODUL 2 PENGHITUNGAN ENERGI PADA SINYAL WICARA MODUL PENGHIUNGAN ENERGI PADA SINYAL WICARA I. UJUAN - Mahasiswa mampu melakukan proses penghitungan energi pada sinyal wicara dengan menggunakan perangkat lunak. II. DASAR EORI.1. Energi Suatu Sinyal

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Nama : Nugraheni Widyapangesti NIM : 1402408207 TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Runtutan bunyi dalam bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Demikian pula halnya dengan kegiatan pendidikan yang meliputi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Aplikasi penterjemahan kata Indonesia-Inggris yang dibuat dalam tulisan

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Aplikasi penterjemahan kata Indonesia-Inggris yang dibuat dalam tulisan BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Sistem Aplikasi penterjemahan kata Indonesia-Inggris yang dibuat dalam tulisan ini adalah aplikasi pencarian kata, berupa kamus untuk bahasa Indonesia - Inggris

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118). Variabel penelitian merupakan suatu atribut

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DSP

LAPORAN PRAKTIKUM DSP LAPORAN PRAKTIKUM DSP MODUL 2 PENGHITUNGAN ENERGI PADA SINYAL WICARA Disusun Oleh : Yuli Yuliantini (121014 7021) Teknik Telekomunikasi - PJJ PENS Akatel Politeknik Negeri Elektro Surabaya Surabaya 2015

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini. Pada dasarnya penelitian ini terpisah antara pengembangan MBROLA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini. Pada dasarnya penelitian ini terpisah antara pengembangan MBROLA BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini. Pada dasarnya penelitian ini terpisah antara pengembangan MBROLA dan sistem

Lebih terperinci

Harimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang

Harimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang FONETIK Pengantar Linguistik Jepang Fonetik 10 Maret 2014 DEFINISI Definisi dari Para Linguis Harimurti Kridalaksana Kamus Linguistik Sheddy N. Tjandra Fonologi Jepang Harimurti Kridalaksana 1. Ilmu yang

Lebih terperinci

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( ) LAPORAN BACA OLEH: Asep Saepulloh (180210110037) Hikmat Hamzah Syahwali (180210110035) Suherlan (180210110036) Identitas Buku Judul : Linguistik Umum (Bagian 4 TATARAN LINGUISTIK [1]: FONOLOGI halaman

Lebih terperinci