BAB I PENDAHULUAN. menyebut 4 (empat) istilah yang sepadan dengan istilah pendidikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. menyebut 4 (empat) istilah yang sepadan dengan istilah pendidikan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belakangan ini, para ahli pendidikan sering menyerukan tentang konsep kesetaraan pendidikan, maksudnya adalah konsep pendidikan yang memberikan kesempatan yang setara bagi peserta didik untuk mendapatkan pendidikan. Adapun yang sering kita dengar adalah konsep pendidikan multiklutural. L.H. Ekstrand sebagaimana yang dikutip oleh Abdullah Aly menyebut 4 (empat) istilah yang sepadan dengan istilah pendidikan multikultural, Interethnic education, transcultural education, multiethnic education, dan cross cultural education. Dipihak lain, Barry van driel menambahkan 2 (dua) istilah yang tidak disebutkan oleh Ekstrand, yaitu: human right education danintercultural education. Belakangan UNESCO memperkenalkan istilah lain yaitu inclusive education. 1 Pendidikan inklusi oleh Sapon-Sevin sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Wasita didefinisikan sebagai berikut: Sistem layanan PLB yng mempersyaratkan agar semua anak luar biasa dilayani di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama-sama teman seusianya. Oleh karena itu, beliau menekankan adanya restrukturisasi di sekolah sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak, artinya kaya dari sumber dan dukungan dari semua guru dan siswa. 2 1 Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm Ahmad Wasita, Seluk-Beluk Tunarungu & Tunawicara Serta Strategi Pembelajarannya (Yogyakarta: Javalitera, 2012), hlm

2 2 Dalam sistem pendidikan inklusi muncul istilah sekolah inklusi. Dalam hal ini, Stainback & Stainback sebagaimana dikutip oleh Emirfan TM mendefinisikan: Sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi. 3 Jadi, pendidikan inklusi lebih menekankan pada konsep kesetaraan pendidikan bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus (ABK) agar bisa mendapatkan kesempatan yang sama dalam memasuki sekolah umum. Sebenarnya dalam pelaksanaan pendidikan inklusi ini masih banyak terjadi pro dan kontra. Beberapa pihak yang kontra dengan pelaksanaan pendidikan inklusi ini beralasan bahwa sekolah inklusi tidak mungkin dilaksanakan karena perbedaan kemampuan antarsiswa yang sangat bervariasi sehingga menyulitkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. 4 Kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud seperti kesulitan dalam pengelolaan kelas, kesulitan dalam menggunakan metode yang bisa diterapkan baik untuk anak normal maupun anak berkebutuhan khusus. Alasan lain mengenai ketidaksetujuan terhadap pelaksanaan pendidikan inklusi adalah bahwa beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus tetap membutuhkan penempatan berbeda dari anak 3 Emirfan TM., Panduan Lengkap Orang Tua & Guru untuk Anak dengan Diskalkulia (Yogyakarta: Javalitera, 2013), hlm Ahmad Wasita, Seluk-Beluk Tunarungu & Tunawicara..., hlm. 78.

3 3 normal. Dalam hal ini, sebagaimana dituliskan dalam situs web Abatasa yang berbunyi: Peraturan perundangan yang berlaku mensyaratkan bahwa bagi anak berkelainan disediakan layanan pendidikan yang bersifat kontinyu. Hasil penelitian tetap mendukung gagasan perlunya berbagai alternatif penempatan pendidikan bagi anak berkelainan. Tidak semua orang tua menghendaki anaknya yang berkelainan berada di kelas reguler bersama teman-teman seusianya yang normal. Pada umumnya sekolah reguler belum siap meyelenggarakan pendidikan inklusif karena keterbatasan sumber daya pendidiknya. 5 Jadi, pihak yang kontra ini tetap berpandangan bahwa anak yang berkebutuhan khusus itu harus sekolah di SLB, mereka tidak bisa masuk ke sekolah reguler sebab pelaksanaannya akan menimbulkan banyak masalah. Seperti argumen yang telah diungkapkan oleh pihak yang kontra bahwa masalah yang akan muncul dari konsep sekolah inklusi ini adalah murid-murid yang memiliki kebutuhan khusus ini dalam proses belajar mengajar dibaurkan dengan murid-murid yang normal. Sementara kebutuhan belajar antara murid dengan kebutuhan khusus dengan murid normal tentunya berbeda, misalnya dari metode pembelajaran yang digunakan guru. Terkadang murid dengan kebutuhan khusus ini membutuhkan penyampaian materi dengan metode yang berbeda dengan murid normal. Tidak bisa seorang guru menerapkan metode yang sama, baik untuk anak normal maupun anak berkebutuhan khusus. Sebab, tingkat pemahaman antara siswa yang normal dan siswa yang berkebutuhan khusus tentunya berbeda. Seharusnya metode yang digunakan berbeda. Akan tetapi karena pembauran antara siswa normal 5 Abatasa, Benarkah Pendidikan Inklusif Terbaik bagi ABK?, (22 November 2007). Diakses, tanggal 20 Mei 2015.

4 4 dan siswa berkebutuhan khusus dalam satu kelas yang sama, maka tidak mungkin untuk menerapkan metode yang berbeda bagi siswa berkebutuhan khusus jika dilakukan di dalam kelas. Sebab, tidak mungkin seorang guru menerapkan metode tersendiri yang hanya ia terapkan pada siswa berkebutuhan khusus itu dalam pembelajaran di kelas. Mengingat jumlah siswa berkebutuhan khusus yang lebih sedikit dibandingkan siswa normal. Masalah bertambah, sebab tidak semua guru mata pelajaran itu mampu untuk menangani murid-murid yang memiliki kebutuhan khusus ini dengan metode-metode pembelajaran yang bisa mereka terima. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Lombardi yang dikutip oleh David D. Smith, guru bisa jadi tidak yakin tentang cara membuat perubahan materi, metode, harapannya, sehingga mereka dapat memberikan pengajaran yang layak kepada siswa dengan kebutuhan yang berbeda. 6 Sebagian besar guru mata pelajaran di sekolah inklusi bukanlah guru yang mempunyai latar belakang pendidikan luar biasa sehingga mempunyai bekal untuk menangani siswa berkebutuhan khusus. Padahal bekal tersebut penting bagi guru untuk memahami metode pembelajaran yang dapat digunakan bagi siswa berkebutuhan khusus. Jika metode yang digunakan salah maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Ini akan merugikan peserta didik tersebut tentunya. Guru harus tahu metode pembelajaran yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus dengan tiap jenis kekurangan yang mereka miliki masing-masing. Guru tersebut harus tahu metode pembelajaran yang tepat yang bisa diterima oleh anak-anak 6 David D. Smith, Sekolah Inklusif Konsep dan Penerapan Pembelajaran, terjemahan Enrica Denis (Bandung: Nuansa Cendekia, 2013), hlm. 400.

5 5 berkebutuhan khusus di sekolah inklusi, akan tetapi juga tidak mengabaikan anak-anak normal yang ada dalam satu kelas yang jumlahnya lebih banyak di bandingkan siswa berkebutuhan khusus. Sebagaimana pendapat Lombardi yang dikutip oleh David D. Smith: Metode pengajaran yang diketahui oleh guru kelas umum yang paling efektif bagi siswa-siswa tanpa hambatan dapat juga efektif bagi siswa-siswa penyandang hambatan. Pengajaran yang baik, dalam banyak hal, adalah pengajaran yang tanpa memandang ciri-ciri tertentu pembelajar. Dia juga tahu, bahwa sebagian modifikasi pengajaran telah dibuktikan terutama efektif bagi siswa-siswa penyandang hambatan di kelas umum. 7 Guru tersebut tidak mungkin hanya memfokuskan diri untuk mendidik siswa berkebutuhan khusus sebab ada siswa normal yang juga perlu dididik. Jika guru hanya memfokuskan diri pada siswa berkebutuhan khusus maka waktu pembelajaran banyak digunakan untuk mendidik anak berkebutuhan khusus, sementara siswa normal akan terabaikan dan mereka akan dirugikan. Masalah tersebut semakin kompleks ketika dalam pembelajaran mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam). Mata pelajaran ini memiliki nilai urgensitas yang tinggi sebab mata pelajaran ini menyangkut tentang penanaman dasar keagamaan bagi anak-anak usia sekolah dasar. Guru harus pandai-pandai memilih metode pembelajaran yang tepat yang selain bisa diterima siswa normal juga bisa diterima siswa berkebutuhan khusus. Mungkin saja dengan adanya variasi metode pembelajaran, akan tetapi komposisi antara metode yang mungkin bisa diterima siswa normal dan metode yang bisa diterima siswa berkebutuhan khusus harus seimbang. Guru 7 David D. Smith, Sekolah Inklusif Konsep dan..., hlm. 401.

6 6 tidak boleh cenderung pada salah satunya. Sebab, keduanya mempunyai hak yang sama. Realitanya, banyak sekolah inklusi yang tak lepas dari masalah tersebut, sebab keterbatasan bekal guru dalam menangani anak berkebutuhan khusus. Selain itu pemerintah juga kurang memberikan dukungan terhadap pelaksanaan pendidikan inklusi seperti kurangnya bantuan dana untuk pelaksanaan pendidikan inklusi dan kurangnya pelatihan bagi guru-guru di sekolah inklusi. Beberapa tahun terakhir, di Indonesia mulai dibentuk sekolah-sekolah inklusi yang tersebar dibeberapa daerah. Meskipun masih terbatas pada sekolah tingkat SD dan SMP saja. Adapun di kota Pekalongan sendiri salah satu sekolah yang ditunjuk oleh pemerintah provinsi Jawa Tengah untuk menjadi sekolah inklusi adalah SDN Bendan 01 Pekalongan. SDN Bendan 01 Pekalongan resmi menyelenggarakan sistem pendidikan inklusi sejak tahun Berdasarkan yang tertulis dalam dokumen sekolah SDN Bendan 01 Pekalongan, tercatat bahwa pada tahun ajaran 2015/2016 terdapat 41 siswa berkebutuhan khusus yang tersebar dihampir semua kelas di sekolah tersebut. Jenis siswa berkebutuhan khusus tersebut adalah hyperaktive, slow learner, tunawicara, tunagrahita, ADHD dan ratardasi mental. Siswa-siswa tersebut tersebar ke beberapa kelas dengan rincian dua siswa hyperaktif di kelas IA, tiga siswa slow learner di kelas IB, lima siswa slow learner di kelas IIA, tiga Januari Iin Rofina, Kepala Sekolah SDN Bendan 01 Pekalongan, Wawancara Pribadi, tanggal 04

7 7 siswa slow learner di kelas IIB, dua siswa slow learner di kelas IIIA, lima siswa slow learner di kelas IIIB, satu siswa tunawicara di kelas IVA, satu siswa tunagrahita di kelas IVA, satu siswa slowlearner di kelas IVA, satu siswa tungrahita di kelas IVB, tiga siswa tunagrahita di kelas VA, lima siswa tunagrahita di kelas VB, dua siswa ADHD di kelas VB, satu siswa slow learner di kelas VIA, lima siswa tunagrahita di kelas VIB, dan satu siswa ratardasi mental di kelas VIB. 9 Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti meneliti tentang Metode Pembelajaran PAI di Sekolah Inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan. Studi kasus dilakukan di SDN Bendan 01 karena sekolah ini merupakan sekolah yang sudah cukup lama menjadi sekolah inklusi yaitu sejak tahun 2005, sehingga murid dengan kebutuhan khusus sudah banyak terdaftar didalamnya. Alasan lain adalah sekolah ini tetap menjadi daya tarik sendiri bagi orangtua siswa yang mempunyai anak berkebutuhan khusus. Sebab, meski tak jauh di sekitarnya terdapat SDLB, tetapi banyak orangtua siswa berkebutuhan khusus berminat untuk menyekolahkan anaknya di SDN Bendan 01 Pekalongan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana metode pembelajaran PAI di sekolah inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan? Januari Dokumen SDN Bendan 01 Pekalongan Tahun 2015/2016, diambil pada tanggal 14

8 8 2. Apa faktor penghambat dalam penerapan metode pembelajaran PAI di sekolah inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan? 3. Bagaimana efektivitas metode pembelajaran PAI di sekolah inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah: 1. Untuk memahami metode pembelajaran PAI di sekolah inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan. 2. Untuk memahami faktor penghambat dalam penerapan metode pembelajaran PAI di sekolah inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan. 3. Untuk memahami efektivitas metode pembelajaran PAI di sekolah inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan ini adalah: 1. Kegunaan Teoritis Dapat memberikan kontribusi dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan di dunia pendidikan, khususnya dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan inklusi. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi Guru

9 9 Dapat dijadikan bahan dalam mengembangkan dan menerapkan metode pembelajaran yang digunakan di sekolah inklusi khususnya pada mata pelajaran PAI. b. Bagi Sekolah Dapat dijadikan masukan bagi sekolah inklusi untuk memperbaiki implementasi pendidikan inklusi, khususnya pada penerapan metode pembelajaran PAI yang digunakan. E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teori Ahmad Tafsir sebagaimana yang dipaparkan kembali oleh Thoifuri, sebagaimana dikutip oleh Zaenal Mustakim mendefinisikan metode dalam interaksi pembelajaran adalah, cara yang tepat dan cepat melakukan sesuatu. Cara yang tepat dan cepat inilah, maka urutan kerja dalam suatu metode harus diperhitungkan benar-benar secara ilmiah. 10 Untuk memilih metode mengajar tidak bisa sembarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan patut dipertimbangkan, misalnya seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad, sebagaimana yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah, tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya, anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya, situasi dengan berbagai keadaannya, fasilitas dengan berbagai kualitas dan 2011), hlm Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Press,

10 10 kuantitasnya, pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbedabeda. 11 Beliau menambahkan: Tidak tepat bila guru menyamakan semua anak didik. Seorang anak didik yang hasil belajarnya jelek dikatakan bodoh. Lalu semua anak didik yang hasil belajarnya jelek dikatakan bodoh. Hal itu belum tentu. Mungkin disebabkan kesehatannya terganggu, tidak ada kesempatan untuk belajar, sarana belajar kurang, dan sebagainya. Guru harus ingat, bahwa setiap anak didik mempunyai bakat yang berlainan dan mempunyai kecepatan belajar yang bervariasi. Secara garis besar setiap anak didik mempunyai tipe tanggapan berbeda seperti tipe penglihatan (visual), tipe pendengaran (auditif), tipe perabaan (taktil), tipe gerakan (motorik), dan tipe campuran. 12 Dengan demikian, guru harus memperhatikan kondisi anak didik dalam memilih metode pembelajaran. Terlebih dalam sekolah inklusi di mana terdapat siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus. Karena itu, guru harus memperhatikan mana metode yang mungkin bisa diterima siswa normal dan mana metode yang bisa diterima siswa berkebutuhan khusus. Menurut David D. Smith dalam menentukan metode pembelajaran di sekolah inklusi, guru bisa jadi tidak yakin tentang cara membuat perubahan materi, metode, harapannya sehingga mereka dapat memberikan pengajaran yang layak kepada siswa dengan kebutuhan yang berbeda Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik..., hlm David D. Smith, Sekolah Inklusif Konsep..., hlm. 400.

11 11 Metode pembelajaran di sekolah inklusi memanglah belum ada yang menyebutkan bentuknya secara spesifik. Namun, Lombardi sebagaimana dikutip oleh David D. Smith menyatakan: Metode pengajaran yang diketahui oleh guru kelas umum yang paling efektif bagi siswa-siswa tanpa hambatan dapat juga efektif bagi siswasiswa penyandang hambatan. Pengajaran yang baik, dalam banyak hal, adalah pengajaran yang tanpa memandang ciri-ciri tertentu pembelajar. Dia juga tahu, bahwa sebagian modifikasi pengajaran telah dibuktikan terutama efektif bagi siswa-siswa penyandang hambatan di kelas umum. Metode pengajaran yang baik tidak mempunyai batas. Meskipun suatu kelas inklusi berfokus pada individu, ada beberapa modifikasi pengajaran yang umum terutama yang disesuaikan dengan siswa penyandang masalah-masalah belajar. Modifikasi tersebut meliputi, pemakaian pengembangan organisasi, kosakata sebelum pengajaran, pengulangan materi pelajaran organisasi mapan (Advance Organizers), beberapa kata kunci sebelum mengajar (Preteaching Key Vocabularies), sedia mengulang pembelajaran (Providing Repetition of Instruction), tinjau ulang konsep utama (Previewing Major Concept), penyesuaian penggunaan waktu (Making Time Adjustment), penggunaan manipulasi (Using Manipulate), menyediakan umpan balik koreksi (Providing Corrective Feedback), kelompok kerjasama (Cooperative Group), tutor teman sebaya (Peer Tutoring), instruksi bahasa yang menyeluruh (Whole Language Instruction), pengajaran unit (Unit Teaching), prosedur modifikasi perilaku (Behavioral Modification Procedures). 14 Berdasarkan Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Mandikdasmen Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa 2007 disebutkan tentang pelaksanaan pembelajaran di sekolah inklusi: a. Melaksanakan apersepsi b. Menyajikan materi/bahan pengajaran c. Mengimplementasikan metode, sumber/media belajar, dan bahan latihan yang sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa, serta sesuai dengan tujuan pembelajaran d. Mendorong siswa untuk terlibat secara aktif e. Mendemonstrasikan penguasaan materi pelajaran dan relevansinya dalam kehidupan 14 David D. Smith, Sekolah Inklusif Konsep dan..., hlm

12 12 f. Membina hubungan antar pribadi antara lain: (1) bersikap terbuka, toleran, dan simpati terhadap siswa; (2) menampilkan kegairahan dan kesungguhan; (3) mengelola interaksi antar pribadi. 15 Kemudian Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Mandikdasmen Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa 2007 menambahkan sebagaimana yang ditulis oleh Rafa Ramdhani, Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan karakteristik belajar peserta didik. Sistem pelaksanaannya mengacu pada buku pedoman pembelajaran. 16 Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa untuk menggunakan metode pembelajaran di sekolah inklusi maka seorang guru harus memilih metode yang bukan hanya efektif untuk anak normal tetapi juga efektif untuk anak berkebutuhan khusus. Agar metode yang digunakan bisa efektif juga untuk anak berkebutuhan khusus. 2. Analisis Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Nur Khikmatunnisa, NIM yang berjudul Implementasi Sistem Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita Di SDN Bendan 01 Pekalongan menyimpulkan bahwa: 15 Dasep Dadali, Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, (30 Juli 2012). Diakses, 08 Maret Rafa Ramdhani, Prosedur Operasi Standar Pendidikan Inklusi, ( 10 Juni 2013). Diakses, 24 Februari 2016.

13 13 Implementasi pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus tunagrahita di SDN Bendan 01 Pekalongan dengan menggunakan kurikulum tingkat satuan pembelajaran dengan modifikasi kurikulum di bawah standar pendidikan nasional. Proses input peserta didik di SDN Bendan 01 Pekalongan untuk ABK khususnya tunagrahita diidentifikasi oleh GPK dan guru kelas dengan pengamatan maupun wawancara pada ABK tersebut maupun wali murid dengan berpedoman pada alat identifikasi ABK tunagrahita dan berdasarkan pada rekomendasi psikolog maupun dokter spesialis. Kemudian terkait dengan metode yang digunakan untuk pembelajaran ABK tunagrahita di SDN Bendan 01 Pekalongan adalah metode ceramah, pembiasaan, tanya jawab, drill, demonstrasi, penugasan dan CTL, serta SKS (Sentuhan Kasih Sayang). Dan untuk evaluasi yang digunakan untuk ABK tunagrahita berupa tes tertulis, observasi, tes lisan, portofolio, jurnal, inventori dan penilaian antarteman. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi sistem pendidikan inklusif di SDN Bendan 01 Pekalongan terdiri dari faktor pendukung yaitu: kesiapan sekolah dalam melaksanakan pendidikan inklusif bagi ABK termasuk di dalamnya ABK tunagrahita seperti dengan adanya GPK, dukungan dari Dinas Pendidikan Provinsi/ Kementerian Dinas Pendidikan Pusat dalam bentuk pelatihan dan pendidikan bagi guru SDN Bendan 01 Pekalongan, dan beberapa wali murid yang mampu bekerjasama mendidik anaknya yang berkebutuhan khusus, serta siswa bebas dari segala pembiayaan sekolah. Sedangkan faktor penghambat adalah sarana prasarana yang belum cukup memadai untuk dapat menangani semua jenis ABK, kurangnya dukungan dari pemerintah kota setempat dalam pendanaan, ketenagakerjaan, dan sarana prasarana, kurangnya pemahaman walimurid yang memiliki ABK sehingga tidak membantu proses pembelajaran anak tersebut dan belum semua guru memperoleh pendidikan dan pelatihan mengenai penanganan siswa berkebutuhan khusus. 17 Antara penelitian yang dilakukan ini dan penelitian dari Nur Khikmatunnisa ini memiliki persamaan yaitu sama-sama mengangkat tema tentang pendidikan inklusi, selain itu tempat penelitiannya pun sama. Meskipun demikian, tentu terdapat perbedaan di antara keduanya yaitu bahwa penelitian yang dilakukan Nur Khikmatunnisa ini fokusnya cukup luas sebab dia mengkaji tentang implementasi yang meliputi kurikulum, 17 Nur Khikmatunnisa, Implementasi Sistem Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita Di SDN Bendan 01 Pekalongan, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2014), hlm. vii-viii.

14 14 metode, proses input, dan evaluasi di sekolah tersebut. Akan tetapi, dia hanya mengkhususkan diri pada anak dengan kebutuhan khusus tunagrahita saja. Sementara penelitian yang dilakukan fokusnya lebih khusus yaitu metode pembelajaran yang digunakan guru. Hal itupun hanya terfokus pada mata pelajaran PAI. Sementara siswa yang menjadi kajiannya adalah semua siswa yang ada di sekolah inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan, baik itu siswa berkebutuhan khusus maupun siswa normal. Sehingga penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Nur Khikmatunnisa. Selanjutnya, penelitian dari Ita Ulfiana, NIM , yang berjudul Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Autis di SLB PRI Buaran Pekalongan menyimpulkan bahwa: Terdapat problematika belajar pada anak autis di antaranya adanya gangguan konsentrasi yang disebabkan oleh gangguan lain diantaranya hiperaktif, adanya gangguan komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal yang berupa kesulitan atau keterlambatan berbicara dan adanya respon anak yang membutuhkan waktu yang lama saat proses pembelajaran, akibatnya siswa autis sulit untuk menerima materi. Faktor pendukung dan penghambat pembelajaran pendidikan agama Islam terbagi menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor pendukung intern dapat dilihat dari diri siswa yang mudah menerima materi pelajaran dengan bantuan guru yang memperhitungkan taraf kematangan siswa autis dan faktor pendukung ekstern dapat dilihat dari peran guru yang selalu menumbuhkembangkan semangat belajar siswa autis, faktor penghambat intern dapat dilihat dari karakteristik siswa yang berbeda-beda dan kurangnya minat dan motivasi dalam pembelajaran, sedangkan faktor penghambat ekstern diantaranya adalah kurangnya pendidik, kurangnya fasilitas, kurangnya alat atau media, tidak adanya buku pegangan PAI khusus untuk anak autis, alokasi waktu yang sempit, dan belum adanya kurikulum yang tertulis. Penerapan metode pembelajaran PAI pada anak autis di SDLB PRI Buaran Pekalongan sebenarnya hampir sama di sekolah-sekolah umum namun yang membedakan adalah diperlukannya pelayanan khusus bagi anak autis, yaitu dengan penyampaian materi yang berulang-ulang.

15 15 Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, pendidik menggunakan metode ceramah, tanya jawab, peragaan, drill dan resitasi. Metode yang digunakan didasarkan pada karakteristik, kondisi dan kemampuan pesera didik. 18 Antara penelitian yang dilakukan ini dengan penelitian dari Ita Ulfiana ini memiliki persamaan yaitu bahwa keduanya sama-sama mengkaji tentang metode pembelajaran PAI. Akan tetapi perbedaannya terletak pada tempat penelitiannya yaitu bahwa penelitian yang akan dilakukan itu di sekolah inklusi sementara penelitian dari Ita Ulfiana ini di SLB yang kondisinya tentunya berbeda. Selain itu, Ita Ulfiana hanya memfokuskan diri pada anak autis sedangkan penelitian yang dilakukan ini memfokuskan diri pada semua siswa di sekolah inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan baik siswa berkebutuhan khusus ataupun siswa normal. 3. Kerangka Berpikir Sekolah inklusi adalah sebuah alternatif baru bagi dunia pendidikan. Dimana dalam konsep sekolah ini berusaha untuk lebih bersikap wajar kepada anak berkebutuhan khusus yaitu dengan membiarkannya berinteraksi dengan teman sebayanya dan belajar bersama mereka. Dengan perlakuan seperti ini diharapkan dapat mengasah mental anak menjadi lebih baik. Pelaksanaan sekolah inklusi diatur oleh pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional, yang kemudian menunjuk sekolah-sekolah tertentu untuk melaksanakan konsep pendidikan inklusi ini. Akan tetapi 18 Ita Ulfiana, Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Autis di SDLB PRI Buaran Pekalongan, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm. vii.

16 16 pelaksanaan pendidikan inklusif ini bukanlah hal yang mudah untuk diterapkan sebab banyak kendala yang muncul. Permasalahan muncul ketika anak berkebutuhan khusus itu dibaurkan dengan anak normal dalam proses belajar mengajar. Padahal yang namanya anak berkebutuhan khusus tentunya mempunyai kebutuhan yang berbeda dibanding dengan anak normal. Karena itu dalam proses pembelajarannya juga membutuhkan metode yang berbeda dengan anak normal yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus yang dimilikinya. Sementara banyak guru di sekolah inklusi belum dapat bekal tentang menangani anak berkebutuhan khusus. Guru harus bisa menentukan metode yang selain bisa diterima siswa normal juga bisa diterima siswa berkebutuhan khusus. Dari keterangan tersebut dapat dibuat bagan sebagai berikut: Guru PAI Siswa-siswa di sekolah inklusi Metode Pembelajaran di sekolah inklusi

17 17 F. Metodologi Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah field research. Menurut Sutrisno Hadi sebagaimana dikutip Beti Sri Rahayu bahwa field research atau penelitian lapangan adalah suatu riset yang dilakukan di kancah medan terjadinya gejala-gejala. 19 Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Guba, sebagaimana dikutip oleh Uhar Suhasaputra, penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati Wujud Data Wujud data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa kata-kata (diperoleh dari hasil wawancara), tindakan (yang diperoleh dari hasil observasi), serta tulisan (yang diperoleh dari hasil dokumentasi). 3. Sumber Data a. Sumber Data Primer Menurut Burhan Bungin, sumber data primer adalah sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan. 21 Dalam penelitian ini, sumber data primer yang diperoleh berasal dari guru PAI tentang metode pembelajaran PAI dan faktor penghambat dalam penerapan 19 Beti Sri Rahayu, Pengaruh Pembelajaran Ta lim Muta alim Terhadap Akhlakul Karimah Siswa SMA Raden Rahmat Balong Bendo Sidoarjo, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2014), hlm Uhar Suhasaputra, Metode Penelitian (Bandung: Refika Aditama, 2012), hlm Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 132.

18 18 metode pembelajaran PAI di sekolah inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder (sumber kedua) yang diperoleh berasal dari siswa-siswa di sekolah inklusi, kepala sekolah dan dokumendokumen SDN Bendan 01 Pekalongan. 4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian yang dilakukan ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Teknik Interviu Menurut Moh. Nazir, interviu adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara si penanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (pedoman wawancara). 22 Wawancara dilakukan dengan bebas terpimpin. Metode ini ditujukan kepada kepala sekolah dan guru PAI di sekolah SDN Bendan 01 Pekalongan. b. Teknik Observasi Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini menggunakan observasi non partisipatif (nonparticipatory partisipation) yaitu pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan 22 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Graha Indo, 1983), hlm. 234.

19 19 mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan. 23 Metode ini dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran PAI yang sedang berlangsung. c. Teknik Studi Dokumenter Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. 24 Metode ini ditujukan untuk melihat dokumen-dokumen sekolah di SDN Bendan 01 Pekalongan. 5. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. 25 Miles dan Huberman sebagaimana dikutip oleh Andi Prastowo, mengemukakan bahwa analisis data kualitatif adalah suatu proses analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara 23 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian..., hlm ), hlm Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta,

20 20 bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Sementara jika digambarkan dalam bagan sebagai berikut: Masa Pengumpulan Data... Reduksi data Antisipasi Selama Pasca Display data Selama Kesimpulan/Verifikasi Pasca ANALISIS Selama Pasca 26 Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa, setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka peneliti melakukan antisipasi sebelum melakukan reduksi data. Antisipasi ini berguna untuk menentukan fokus penelitian sebab terkadang peneliti dalam melakukan pengumpulan data melebihi fokus penelitian, jika fokus penelitian jelas maka peneliti akan lebih mudah dalam mereduksi data. Setelah mereduksi data kemudian peneliti melakukan display data atau penyajian data yang selanjutnya ditarik kesimpulan. 27 Tahap analisis data ini dilakukan oleh peneliti sejak masa pengumpulan data sampai pasca pengumpulan data Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 27 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D..., hlm

21 21 G. Sistematika Penulisan Pada penelitian yang dilakukan ini, peneliti menuliskan skripsi dengan membagi sistematika penulisan menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian akhir. Bagian awal berisi: halaman judul, halaman surat pernyataan keaslian, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman persembahan, halaman moto, abstrak, kata pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran. Bagian inti terdiri atas: BAB I: Pendahuluan, bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II: Landasan Teori yang dalam penelitian ini berjudul Sekolah Inklusi dan Metode Pembelajaran, berisi dua sub bab. Sub bab pertama berisi tentang sekolah inklusi yang meliputi: pengertian sekolah inklusi, karakteristik sekolah inklusi, tujuan sekolah inklusi, manfaat sekolah inklusi, siswa di sekolah inklusi, kurikulum di sekolah inklusi. Sub bab kedua berisi tentang metode pembelajaran meliputi pengertian metode pembelajaran, prinsipprinsip dalam memilih metode pembelajaran, macam-macam metode pembelajaran dan metode pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus. BAB III: Metode Pembelajaran PAI di Sekolah Inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan, yang terdiri dari empat sub bab. Sub bab pertama berisi gambaran umum SDN Bendan 01 Pekalongan, meliputi: Profil SDN Bendan 01 Pekalongan, visi dan misi SDN Bendan 01 Pekalongan, keadaan pengajar dan

22 22 karyawan SDN Bendan 01 Pekalongan, keadaan siswa SDN Bendan 01 Pekalongan. Sub bab kedua berisi metode pembelajaran PAI di sekolah inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan. Sub bab ketiga berisi faktor penghambat dalam penerapan metode pembelajaran PAI di sekolah inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan. Sub bab keempat berisi efektivitas metode pembelajaran PAI di sekolah inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan. BAB IV: Analisis Metode Pembelajaran PAI di Sekolah Inklusi, berisi tiga sub bab. Sub bab pertama, analisis data tentang metode pembelajaran PAI di sekolah inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan. Sub bab kedua, analisis data tentang faktor penghambat dalam penerapan metode pembelajaran PAI di sekolah inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan. Sub bab ketiga, analisis efektivitas metode pembelajaran PAI di sekolah inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan. BAB V : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran. Bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

BAB IV ANALISIS METODE PEMBELAJARAN PAI DI SEKOLAH INKLUSI SDN BENDAN 01 PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS METODE PEMBELAJARAN PAI DI SEKOLAH INKLUSI SDN BENDAN 01 PEKALONGAN BAB IV ANALISIS METODE PEMBELAJARAN PAI DI SEKOLAH INKLUSI SDN BENDAN 01 PEKALONGAN A. Analisis Metode Pembelajaran PAI di Sekolah Inklusi SDN Bendan 01 Pekalongan Berdasarkan teori yang telah disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah ditegaskan dalam UU RI 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat merubah suatu pola pikir ataupun tingkah laku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan guna mempermudah memahami objek pada penulisan skripsi, diantaranya adalah: A. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penyusunan karya ilmiah (skripsi) tidak lepas dari penggunaan metode penelitian sebagai pedoman agar kegiatan penelitian terlaksana dengan baik. Sebuah penelitian dapat mencapai

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id Abstrak Artikel dengan judul Model penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah akan

Lebih terperinci

BAB II SEKOLAH INKLUSI DAN METODE PEMBELAJARAN. mengetahui tentang pendidikan inklusi terlebih dahulu. Sebelum sistem

BAB II SEKOLAH INKLUSI DAN METODE PEMBELAJARAN. mengetahui tentang pendidikan inklusi terlebih dahulu. Sebelum sistem BAB II SEKOLAH INKLUSI DAN METODE PEMBELAJARAN A. Sekolah Inklusi 1. Pengertian Sekolah Inklusi Sebelum mengetahui pengertian sekolah inklusi, ada baiknya kita mengetahui tentang pendidikan inklusi terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam lini kehidupan. Semua orang membutuhkan pendidikan untuk memberikan gambaran dan bimbingan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan nasional yang secara tegas dikemukakan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Tujuan tersebut berlaku bagi

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : INDAH DWI IRIANDANY A

Diajukan Oleh : INDAH DWI IRIANDANY A PERILAKU BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA TUNAGRAHITA MAMPU DIDIK BAGASKARA SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian kualitatif, dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari bahasa Inggris qualitative research. 1 Jenis penelitian ini, menghasilkan data deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor, mendefinisikan "Pendekatan Kualitatif" sebagai. organisasi ke dalam variabel atau hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor, mendefinisikan Pendekatan Kualitatif sebagai. organisasi ke dalam variabel atau hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, mendefinisikan "Pendekatan Kualitatif" sebagai prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah banyak mengangap bahwa anak yang dilahirkan karena suatu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah banyak mengangap bahwa anak yang dilahirkan karena suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap menusia yang terlahir di dunia ini mempunyai hak dan kewajiban yang sama, dan kita menyadari bahwasanya setiap anak yang terlahir pastilah ada yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. B. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. B. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian lapangan atau field research, yaitu sebuah studi penelitian yang mengambil data autentik secara obyektif atau studi lapangan.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SMP NEGERI 32 SURABAYA

IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SMP NEGERI 32 SURABAYA Helper, Vol 34 No 2 (2017) - 9 IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SMP NEGERI 32 SURABAYA Lutfi Isni Badiah Prodi Pendidikan Khusus UNIPA Surabaya Email:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan tergolong sebagai penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang langsung dilakukan atau pada responden. 1 Oleh karena

Lebih terperinci

PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG

PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG Dewi Anggraeni Iswandia Dr. H. Kusmintardjo, M.Pd Dr. H. A. Yusuf Sobri, S. Sos, M.Pd Administrasi Pendidikan Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini mengkaji dan mendeskripsikan tentang manajemen pengembangan program kecakapan hidup bagi siswa di MAN Kendal yang meliputi perencanaan pengembangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sesungguhnya bersifat terbuka, demokratis, tidak diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam konteks pendidikan untuk

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA 6 SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB) TUNA LARAS BHINA PUTERA BANJARSARI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA 6 SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB) TUNA LARAS BHINA PUTERA BANJARSARI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KELAS 6 SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB) TUNA LARAS BHINA PUTERA BANJARSARI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 Oleh: VINA RIAS TEGUH RAHAYU NIM: G000100098

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan akan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompetensi merupakan salahsatu kualifikasi pendidikan yang terpenting. Diantara kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik adalah menguasai bidang studi yang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN DI KELAS INKLUSIF

PEMBELAJARAN DI KELAS INKLUSIF PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DLINGO, 3 OKTOBER 2011 PEMBELAJARAN DI KELAS INKLUSIF Aini Mahabbati Jurusan PLB FIP UNY HP : 08174100926 EMAIL : aini@uny.ac.id IMPLIKASI PENDIDIKAN INKLUSIF (Diadaptasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. individu, maupun kelompok tertentu. 1. bahasannya dan dalam peristilahannya. 2. kata-kata, gambar, bukan angka-angka.

BAB III METODE PENELITIAN. individu, maupun kelompok tertentu. 1. bahasannya dan dalam peristilahannya. 2. kata-kata, gambar, bukan angka-angka. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sripsi ini ditulis dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang mencoba memaparkan secara

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pendamping khusus ketika anak berkebutuhan khusus dengan ketunaan low

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pendamping khusus ketika anak berkebutuhan khusus dengan ketunaan low BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Individualized Educational Program (IEP) diberikan oleh guru pendamping khusus ketika anak berkebutuhan khusus dengan ketunaan low vision kurang bisa memahami

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Nur Hidayati, Sukarno, Lies Lestari PGSD, FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Slamet Riyadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar bukan angka-angka. 1 Menurut Bagda dan Taylor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikemas secara formal maupun non-formal. Inti dari sebuah belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN. dikemas secara formal maupun non-formal. Inti dari sebuah belajar adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu keharusan bagi setiap insan manusia, baik itu dikemas secara formal maupun non-formal. Inti dari sebuah belajar adalah pengalaman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agar keberlangsungan hidup setiap manusia terjamin maka kebutuhan dasar akan pendidikan harus terpenuhi sehingga lebih bermartabat dan percaya diri. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif menghargai keberagaman apapun perbedaannya. Pendidikan inklusif berkeyakinan bahwa setiap individu dapat berkembang sesuai dengan potensi yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis menggunakan jenis penelitian field research (penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis menggunakan jenis penelitian field research (penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Khusus Penelitian Penulis menggunakan jenis penelitian field research (penelitian lapangan) yang menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembimbingan secara intensif. Undang-undang sistim nasional (UUSPN) nomor 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pembimbingan secara intensif. Undang-undang sistim nasional (UUSPN) nomor 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah upaya manusia untuk memanusiakan manusia, pada dasarnya adalah untuk mengembangkan kemampuan dan potensi manusia sehingga bisa hidup layak, baik sebagai

Lebih terperinci

LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dan PENDIDIKAN INKLUSIF

LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dan PENDIDIKAN INKLUSIF LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dan PENDIDIKAN INKLUSIF Aini Mahabbati, S.Pd., M.A Jurusan PLB FIP UNY HP: 08174100926 Email: aini@uny.ac.id Disampaikan dalam PPM Sosialisasi dan Identifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah field research (penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah field research (penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah field research (penelitian lapangan) yaitu riset yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejalagejala.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu cara digunakan untuk mencari menemukan data diperoleh dalam penelitian membuat analisis dengan maksud agar penelitian kesimpulan diperoleh dapat dipertanggung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian menghasilkan deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau prilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif merupakan paradigma baru pendidikan kita dan merupakan strategi untuk mempromosikan pendidikan universal yang efektif karena dapat menciptakan sekolah

Lebih terperinci

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak

Lebih terperinci

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN Hubungan kemampuan menyimak dan kemampuan membaca dengan kemampuan berkomunikasi lisan pada pengajaran bahasa Indonesia anak tunagrahita kelas D-5B di SLB-C Setya Darma Surakarta tahun ajaran 2006/2007

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus di Indonesia bila dilihat dari data statistik jumlah Penyandang Cacat sesuai hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2004 adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah dan kelas merupakan tempat menghimpun siswa dan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah dan kelas merupakan tempat menghimpun siswa dan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dan kelas merupakan tempat menghimpun siswa dan secara bersama-sama mengembangkan lingkungan dan belajar bagaimana menunjukkan keproduktifannya. 4

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI SD NEGERI 1 TANJUNG PURWOKERTO

EVALUASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI SD NEGERI 1 TANJUNG PURWOKERTO EVALUASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI SD NEGERI 1 TANJUNG PURWOKERTO SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH DESKRIPSI PROSES RECALL SISWA TUNAGRAHITA RINGAN PADA MATERI TABUNG DI KELAS IX (INKLUSI) SMP N 6 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH DESKRIPSI PROSES RECALL SISWA TUNAGRAHITA RINGAN PADA MATERI TABUNG DI KELAS IX (INKLUSI) SMP N 6 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH DESKRIPSI PROSES RECALL SISWA TUNAGRAHITA RINGAN PADA MATERI TABUNG DI KELAS IX (INKLUSI) SMP N 6 KOTA JAMBI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI AGUSTUS, 2017 Page1 DESKRIPSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

Lebih terperinci

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K Pengaruh Penggunaan Media Kartu Limbah Rumah Tangga Bungkus Plastik Bermerk Terhadap Kemampuan Membaca Kata Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas DII SLB C YSSD Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, tahapan-tahapan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, tahapan-tahapan BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan dibahas tentang jenis dan pendekatan penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, tahapan-tahapan penelitian, dan teknik analisa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. semakin menjadi penting bagi agenda reformasi pendidikan setelah Education

BAB V PENUTUP. semakin menjadi penting bagi agenda reformasi pendidikan setelah Education 110 BAB V PENUTUP A. Simpulan Pendidikan inklusif sebagai suatu kecenderungan baru dalam sistem pendidikan hadir sebagai konsekuensi logis dari adanya demokrasi pendidikan dan tegaknya hak asasi manusia

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA Pelaksanaan Pembelajaran Anak... (Titin Indrawati) 1.387 IMPLEMENTATION OF MENTAL RETARDATION CHILDREN LEARNING Oleh: Titin Indrawati, PGSD/PSD titinindraw@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berpijak, serta dapat pula dijadikan dasar penelitian baik oleh peneliti itu sendiri

BAB III METODE PENELITIAN. berpijak, serta dapat pula dijadikan dasar penelitian baik oleh peneliti itu sendiri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Rancangan pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan matang tentang hal-hal yang dapat dilakukan. Ia merupakan landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena terkait dengan salah satu tujuan pendidikan nasional yaitu

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena terkait dengan salah satu tujuan pendidikan nasional yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Skripsi ini berjudul Media Grafis dalam Pembelajaran Fikih di Madrasah Ibtida iyah Mirfa ul Ulum. Penulis memilih judul ini karena beberapa alasan sebagai berikut:

Lebih terperinci

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART GUNAWAN WIRATNO, S.Pd SLB N Taliwang Jl Banjar No 7 Taliwang Sumbawa Barat Email. gun.wiratno@gmail.com A. PENGANTAR Pemerataan kesempatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2017 KEMENRISTEK-DIKTI. Pendidikan Khusus. Pendidikan Layanan Khusus. PT. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra

BAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang SLB-B Putra Harapan Bojonegoro merupakan salah satu sekolah luar biasa khusus penyandang cacat tunarungu yang ada di Bojonegoro yang berada di bawah naungan yayasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. HalinisesuaidenganpendapatSugiyonoyangmendeskripsikan penelitian kualitatif sebagai berikut: 69

BAB III METODE PENELITIAN. HalinisesuaidenganpendapatSugiyonoyangmendeskripsikan penelitian kualitatif sebagai berikut: 69 60 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif karena menyajikan data dalam bentuk kata-kata. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam UUD 1945 dijelaskan

Lebih terperinci

ANALISIS KESIAPAN GURU DALAM MENANGANI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PEMBELAJARAN DI SDN KETAWANGGEDE MALANG SKRIPSI

ANALISIS KESIAPAN GURU DALAM MENANGANI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PEMBELAJARAN DI SDN KETAWANGGEDE MALANG SKRIPSI ANALISIS KESIAPAN GURU DALAM MENANGANI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PEMBELAJARAN DI SDN KETAWANGGEDE MALANG SKRIPSI OLEH: MURTI HANDAYANI NIM: 201110430311107 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan pengertian berikut pemahaman seperti ini terdapat empat unsur kunci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan masalah yang kompleks karena setiap individu yang belajar melibatkan aspek kepribadiannya, baik fisik maupun mental sehingga akan terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal mendasar yang dilakukan oleh semua orang untuk menyampaikan suatu informasi, salah satunya komunikasi antara guru dan murid di sekolah inklusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peranan sangat strategis dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peranan sangat strategis dalam pembangunan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan sangat strategis dalam pembangunan suatu bangsa. Banyak kajian mengatakan tentang besarnya suatu bangsa dikarenakan pendidikan. Terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian tesis ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penggunaan pendekatan kualitatif ini merupakan suatu cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini adalah penelitian pendidikan, maka metode penelitian pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah sistematis dan logis dalam mencari data yang berhubungan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF ANAK TUNAGRAHITA DI SD NEGERI BANGUNREJO 2 KOTA YOGYAKARTA

PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF ANAK TUNAGRAHITA DI SD NEGERI BANGUNREJO 2 KOTA YOGYAKARTA Jurnal Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran (Teguh Priyono) 1 PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF ANAK TUNAGRAHITA DI SD NEGERI BANGUNREJO 2 KOTA YOGYAKARTA Activity Implementation

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian field research, yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitaif, yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy, tingkatan intelektual manusia terbagi dalam tiga jenis 1. Pertama, individu dengan tingkat intelektual

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, maksudnya data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah field research

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah field research BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah field research (penelitian lapangan) yaitu riset yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala-gejala.

Lebih terperinci

BAB III. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.60. Setia, 2002), hlm.

BAB III. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.60. Setia, 2002), hlm. BAB III METODE PENELITIAN Penyusunan karya ilmiah (skripsi) tidak lepas dari penggunaan metode penelitian sebagai pedoman agar kegiatan penelitian terlaksana dengan baik. Sebuah penelitian dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dilihat dari segi tempat, jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu riset yang dilakukan di kancah atau medan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan berarti

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan berarti BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penilitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan berarti penelitian yang

Lebih terperinci

Bagaimana? Apa? Mengapa?

Bagaimana? Apa? Mengapa? ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( A B K ) Bagaimana? Apa? Mengapa? PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( A B K ) Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan penelitian seperti pendekatan kualitatif, pendekatan kuantitatif dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan penelitian seperti pendekatan kualitatif, pendekatan kuantitatif dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari atau alat untuk penelitian. Dalam melakukan riset, peneliti mengenal berbagai jenis pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan pendidikan tentu dirasakan oleh semua orang, termasuk anak berkebutuhan khusus. Keterbatasan yang dialami menjadikan anak berkebutuhan khusus

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan mengenai hasil penelitian merupakan jawaban dari fokus masalah dalam Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Merangkai Bunga Hias Dari Bahan Daur Ulang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memiliki asumsi, karakteristik dan prosedur penelitian yang berbeda.1 Adapun

BAB III METODE PENELITIAN. memiliki asumsi, karakteristik dan prosedur penelitian yang berbeda.1 Adapun BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian berdasarkan pendekatan secara garis besar dibedakan dua macam penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Keduanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Untuk mengetahui sejauh mana penerapan metode go a round dalam meningkatkan kecakapan sosial siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MA Darul Hikmah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian

Lebih terperinci

ii

ii ii iii iv v vi vii viii ix x xi xii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara siswa dan guru. Siswa adalah seseorang sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik yang terjadi pada peradaban umat manusia sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan manusia untuk dapat menerima perbedaan yang terjadi diantara umat manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) berupa penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian1 ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif2. Penelitian lapangan yaitu metode yang mempelajari fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah anugrah dan titipan dari tuhan yang harus di jaga dan di pelihara dengan baik. Seseorang yang masih dikategorikan sebagai seorang anak adalah sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atau jawaban atas

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atau jawaban atas 64 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada umumnya adalah suatu anugerah Tuhan yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memupuk nilai-nilai kebaikan dalam diri siswa nilai-nilai itu, seperti:

BAB I PENDAHULUAN. memupuk nilai-nilai kebaikan dalam diri siswa nilai-nilai itu, seperti: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi lingkungan sosial yang penuh kontradiksi, membuat guru (dan tentu saja pendidik yang lain) akan mengalami kesulitan dalam memupuk nilai-nilai kebaikan

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Suwawa Kabupaten Bone Bolango selama ± 6

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Suwawa Kabupaten Bone Bolango selama ± 6 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Suwawa Kabupaten Bone Bolango selama ± 6 bulan. Penelitian ini lebih mengedepankan wilayah kultural ketimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. merespon perubahan perubahan yang terkait secara cepat, tepat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. merespon perubahan perubahan yang terkait secara cepat, tepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Sebagai dampak berkembangnya suatu organisasi dan teknologi, menyebabkan pekerjaan manajemen pendidikan semakin kompleks.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S 1 ) dalam Ilmu Tarbiyah.

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S 1 ) dalam Ilmu Tarbiyah. PENGARUH BACAAN FIKSI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN 02 PEGADEN TENGAH WONOPRINGGO PEKALONGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahan kajian (materi) PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahan kajian (materi) PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I (Ketentuan Umum) Pasal I Butir I dijelaskan : Pendidikan adalah usaha sadar dan terrencana untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah cara tepat untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian adalah suatu

Lebih terperinci