KAJIAN PEMBANGUNAN PASAR TRADISIONAL KOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN Oleh M. MUHAMAD RUSMIN NURYADIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PEMBANGUNAN PASAR TRADISIONAL KOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN Oleh M. MUHAMAD RUSMIN NURYADIN"

Transkripsi

1 KAJIAN PEMBANGUNAN PASAR TRADISIONAL KOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN Oleh M. MUHAMAD RUSMIN NURYADIN Abstark Tujuan dari kajian pembangunan pasar tradisional Kota Banjarbaru adalah untuk 1) Mengidentifikasi berbagai spot yang merupakan tempat terjadinya jual beli dalam skala yang relatif kecil yang terletak di Wilayah Kota Banjarbaru. 2) Menentukan lokasi optimal tempat pendirian pasar tradisional sesuai kebutuhan di wilayah Kota Banjarbaru. metode digunakan adalah a).metode deskriptif analitis, yaitu metode yang mencoba menggambarkan keberadaan spot yang menjadi cikal bakal pasar tradisional di Kota Banjarbaru dan menggambarkan kondisi faktor-faktor penentu untuk menilai apakah spot cikal bakal pasar merupakan lokasi yang tepat untuk membangun pasar tradisional. c).analitical Hirarki Proses (AHP). Hasil penelitian menunjuukan bahwa 1) Pasar-pasar skala kecil yang merupakan cial bakal berkembangnya aktifitas jual beli masyarakat sebanyak 22 buah tersebar di 5 (lima) Kecamatan. Kecamatan Landasan Ulin 8 buah, Kecamatan Liang Anggang 7 buah, Kecamatan Cempaka 2 buah, kecamatan Banjarbaru Utara 3 buah dan kecamatan Banjarbaru Selatan 2 buah. 2) Lokasi Optimal Pasar Tradisional berdasar identifikasi awal terpilih 3 titik lokasi yakni di Kecamatan Banjarbaru Utara Kelurahan Loktabat Utara, Kecamatan Landasan Ulin Kelurahan Guntung Manggis, dan Kecamatan Cempaka Kelurahan Cempaka. Dengan memperhatikan berbagai dukungan sumberdaya dan pertimbangan kepentingan maka ditentukan sebanyak 2 (dua) titik pembangunan yaitu Kecamatan Banjarbaru Utara Kelurahan Loktabat Utara tepatnya di Jalan Karang Anyar II. dan Kecamatan Cempaka kelurahan Cempaka tepatnya di lokasi Pasar belakang polsek. Kata Kunci : Pasar Tradisional Secara naluriah manusia akan terus berupaya memenuhi kebutuhannya melalui transaksi. Proses untuk pemenuhan itu melibatkan berbagai aspek, tidak hanya kemampuan ekonomi, serta ketersediaan barang dan jasa, tetapi adanya tempat bertransaksi juga sangat penting untuk diperhatikan. Dalam hal dimana tingkat kebutuhan masyarakat semakin kompleks, penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup terbentuk melalui mekanisme yang alami. Akibatnya muncul berbagai titik (spot) tempat jual beli yang terkonsentrasi dari berbagai macam produk dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Spot ini dapat muncul berbagai lokasi sebagai hasil dari pengamatan sederhana pelaku ekonomi. Berbagai manfaat keberadaan spot ini antara lain seperti aksesibilitas yang mudah, kepraktisan, dan harga yang cukup terjangkau. Dengan demikian, kondisi ini membuat berbagai spot yang ada cukup ramai disinggahi utamanya bagi masyarakat sekitar yang secara sengaja menuju ke tempat tersebut atau karena tempatnya berada pada jalur laluan ke tempat aktivitas

2 utama mereka. Manfaat ekonomi bagi masyarakat yaitu adanya peningkatan taraf hidup masyarakat dari adanya aktivitas perdagangan yang terjadi. Selain memudahkan masyarakat melalui kemudahan membeli berbagai kebutuhan hidup tetapi juga memberikan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan penjual. Selain manfaat yang ditawarkan, ada berbagai kendala terkait keberadaan spot. Pengelolaan yang dilakukan secara mandiri oleh pedagang dan pemilik tanah dimana pedagang yang terlibat di spot tersebut bukan merupakan penduduk setempat dan berpindah-pindah mendatangi hari pasar yang telah mereka tetapkan sebelumnya. Dengan pola pengelolaan seperti ini, masyarakat setempat tidak dapat mendapatkan manfaat yang optimal karena nilai tambah terbesar dikuasai oleh pedagang yang sebenarnya kemungkinan besar bukan warga setempat. Terkonsentrasinya masyarakat dalam satu waktu juga dapat menimbulkan masalah. Kemacetan akibat penyempitan jalan yang disebabkan kurang baiknya penatatan layout lapak dan sempitnya lahan parkir yang membuat orang parkir di badan jalan, sering dikeluhkan pengguna jalan di sekitar lokasi. Selain itu, permasalahan kebersihan kebanyakan menjadi tantang utama tepat seperti ini. Dengan bentuk kepemilikan yang umumnya milik pribadi (bukan milik pemerintah), sedangkan pengelolaan kebersihan lingkungan yang dibebankan pada pemerintah setempat, sehingga ini rentan dengan permasalahan. Perhatian umum pedagang dan pengunjung di tempat seperti ini lebih mengutamakan harga yang relatif murah dan lokasi yang mudah dijangkau sehingga terkadang mengabaikan faktor kebersihan lingkungan. Bila tidak diantisipasi dengan baik, berbagai permasalahan yang ada dapat menjadi semakin kompleks di masa yang akan datang. Proses perpindahan perkantoran pemerintahan Provinsi Kalimanan Selatan dari Banjarmasin ke Banjarbaru membuat pertambahan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di Kota Banjarbaru menjadi semakin tinggi, dimana selama peroide penduduk telah tumbuh 31,47% ( Jiwa) Untuk mengakomodir lonjakan kepadatan penduduk di wilayah Kota Banjarbaru, sesuai amanat Otonomi daerah, menjadi pendorong terjadinya berbagai perubahan di pemerintah pusat maupun daerah (provinsi dan kabupaten/kota). Perubahan tersebut menyangkut tidak hanya kewenangan sumber daya manusia aparatur, sumber keuangan daerah, tetapi juga penyediaan sarana publik yang semakin baik. Menurut Jayadinata (1999), pembangunan tidak dapat berjalan dengan lancar jika prasarana tidak baik. Jadi prasarana dapat dianggap sebagai faktor potensial dalam menentukan masa depan dari perkembangan suatu wilayah perkotaan dan

3 perdesaan. Dalam upaya menentukan masa depan perkembangan wilayah, Pemerintah Kota Banjarbaru merencanakan untuk mempersiapkan sejumlah infrastruktur dasar yaitu berdirinya beberapa pasar tradisional, yang hal ini juga telah tertuang dalam RPJMD Kota Banjarbaru Namun dalam upaya mewujudkan hal itu, perlu dilakukan kajian secara teknis mengenai rencana pendirian pasar yang diawali dengan pengidentifikasian berbagai spot yang sudah ada di wilayah Kota Banjarbaru, yang dianggap sebagai rintisan dan cikal bakal berdirinya pasar tradisional. Pengidentifikasian spot yang telah ada di wilayah Kota Banjarbaru kemudian perlu dikaji secara mendalam mengenai kemungkinan dikembangkannya spot tersebut menjadi pasar tradisional dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti kepadatan penduduk, lokasi, topografi tanah, luas lahan, status kepemilikan, aksesibilitas, dan infrastruktur pendukung, dan lain sebagainya. Sehingga dengan mempertimbangkan berbagai aspek tersebut dapat menghasilkan rekomendasi mengenai jumlah pasar tradisinal baru yang dibutuhkan dan lokasi yang paling tepat untuk mendirikannya. Berbagai metode dapat diimplementasikan dalam pengelolaan pasar tradisional di Kota Banjarbaru. Identitias kota yang dituangkan dalam visi dan misi kota, yang termaktub dalam RPJPD Kota Banjarbaru , yang dijabarkan secara detail dalam RPJMD Kota Banjarbaru harus dapat diakomodasi dalam pemilihan alternatif pengelolaan pasar yang terbaik. METODE PENELITIAN Tujuan dari kajian pembangunan pasar tradisional Kota Banjarbaru adalah untuk 1) Mengidentifikasi berbagai spot yang merupakan tempat terjadinya jual beli dalam skala yang relatif kecil yang terletak di Wilayah Kota Banjarbaru. 2) Menentukan lokasi optimal tempat pendirian pasar tradisional sesuai kebutuhan di wilayah Kota Banjarbaru. Yang disajikan dalam bentuk keragka penelitian berikut:

4 Fenomena Ekonomi, Kependudukan, Sosial, Infrastruktur, dan Lingkungan Kota Banjarbaru Keberadaan Spot Visi, Misi, RPJPD, RPJMD, RTRW Kota Banjarbaru Proyeksi Berbagai Aspek Identifikasi Spot Kebutuhan Jumlah Pasar Tradisional Ideal Kriteria Faktor Penentu Lokasi Pasar Analisis Matriks Alternatif Lokasi Pasar Tradisional Lokasi Optimal Pembangunan Pasar Kesimpulan & Rekomendasi Gambaran Alternatif Pengelolaan Pasar Tradisioanl Data digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer difokuskan untuk menggali permasalahan kualitatif yang dilakukan dengan indepth interview, dan observasi di lapangan. Data sekunder yang digunakan dalam kajian ini adalah diperoleh dari berbagai dokumen yang bersumber dari BPS Kota Banjarbaru, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pengelolaan Pasar Kota Banjarmasin, serta berbagai sumber dan publikasi yang relevan. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud, metode digunakan adalah a).metode deskriptif

5 analitis, yaitu metode yang mencoba menggambarkan keberadaan spot yang menjadi cikal bakal pasar tradisional di Kota Banjarbaru, serta memuat gambaran kondisi faktor-faktor penentu untuk menilai apakah spot cikal bakal pasar merupakan lokasi yang tepat untuk membangun pasar tradisional. b).analitical Hirarki Proses (AHP), Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor lokasi penentu pasar di Kota Banjarbaru berdasarkan persepsi dan preferensi berbagai sumber yang diperoleh melalui kuisioner sehingga diperoleh lokasi yang tepat.. Variabel-variabel yang diujikan dalam kuisioner tersebut merupakan hasil dari kajian literatur. Variabelvariabel tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut: Tabel 1. Faktor Penentu Lokasi Pasar NO. VARIABEL/FAKTOR PENENTU LOKASI PASAR K 1 K 2 K 3 K 4 K 5 K 6 K 7 K 8 K 9 Ketersediaan lahan termasuk Iuasannya Kondisi lahan yang relatif datar/ tingkat kemiringan lahan yang relatif rendah Lahan yang bebas banjir Adanya jaringan jalan ke lokasi Tersedianya alat angkutan ke lokasi Lokasi lahan yang dekat dengan pemukiman penduduk Lokasi yang mempunyai kepadatan penduduk relatif tinggi ( > 50 jiwa/ha) Ketersediaan sarana pembuangan limbah Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Kota Banjarbaru Interval nilai skala penilaian masing-masing variabel adalah 1 sampai dengan 5. Nilai 1 berarti sangat tidak berpengaruh, nilai 2 berarti tidak berpengaruh, nilai 3 berarti biasa, nilai 4 berarti berpengaruh dan nilai 5 berarti sangat berpengaruh. Nilai 3 merupakan nilai tengah dalam skala interval penilaian fin yang menentukan tingkat pengaruh suatu faktor. Suatu faktor apabila nilainya berada di atas nilai tengah maka hal itu berarti bahwa faktor tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi dan sebaliknya, apabila nilai tersebut berada di bawah nilai tengah maka itu berarti bahwa faktor tersebut tidak mempengaruhi penentuan lokasi pasar di Kota Banjarbaru. Faktor-faktor yang telah tersaring dalam pengolahan metode ini nantinya akan dipakai untuk menganalisis lokasi optimal pembangunan pasar di Kota Banjarbaru dan mengisi hirarki pada level kriteria dalam Proses Hirarki Analitik (PHA).

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Identifikasi Pasar Kota Banjarbaru Pasar yang berkembang di Kota Banjarbaru jika dilihat dari kelas mutu pelayanan yang diberikan dapat berupa Pasar Modern dan Pasar Tradisional. Dimana hingga tahun 2012 terdiri dari Pasar Modern 2 buah, pasar tradisional 3 buah. Selain Pasar-pasar tersebut berkembang pula pasar keget yang berada pada lingkungan sekitar atau berupa cikal bakal pasar yang jumlahnya mencapai 22 buah. Khusus untuk cikal bakal pasar sebagai berikut: 1). Pasar Kaget Kecamatan Landasan Ulin Menurut Kelurahan No Kelurahan Lokasi Pasar Jml Pedagang Pengelola 1. Landasan Ulin Timur 1.Belakang Kamaratih Masyarakat 2.Samping Kelurahan Guntung Payung 2. Guntung Payung Pemilik Tanah 3.Jl. Bina Putra 136 Pemilik Tanah 4.Jl. Bina Putra Syamsudin Noor 5.Jl. Kasturi Masyarakat 4. Guntung Manggis 6. Jl. Karang Rejo 7. Samping Brimob 8. Sampig Kel. Guntung Manggis 232 Masyarakat Masyarakat Masyarakat 2) Pasar Kaget Kecamatan Liang Anggang Menurut Kelurahan No Kelurahan Lokasi Pasar 1. Landasan Ulin Tengah 1. Jl. Peramuan 2.Samping Polsek Liang Anggang 3. Samping POM Jml Pedagang Pengelola CV. Idaman Pemilik Tanah Pemilik Tanah 2. Landasan Ulin Barat 4.Jl.A Yani Sebrang POM Masyarakat 3. Landasan Ulin Utara 5.Jln Golf Masyarakat 4. Landasan Ulin Selatan 6. Belakang Kel Landasan Ulin Selatan 7. Jl.Pelaihari(pembataan) Banlo Kelurahan Banlo Kelurahan 3) Pasar Kaget Kecamatan Cempaka Menurut Kelurahan No Kelurahan Lokasi Pasar Jml Pedagang Pengelola 1. Bangkal Pasar Bangkal 233 Banlo Kelurahan 2. Sungai Tiung Tidak ada 3. Cempaka Belakang Polsek 247 Banlo Kelurahan 4. Palm Tradisional Palm Koperasi

7 4) Pasar Kaget Kecamatan Banjarbaru Utara Menurut Kelurahan No Kelurahan Lokasi Pasar 1. Loktabat Utara 1. Jl.Karang Anyar 2. Jl.Megaria Lapangan Puma Jml Pedagang Pengelola 190 Pemilik Tanah Masyarakat 2. Mentaos Tidak ada 3. Komet Tidak ada 4. Sungai Ulin Komplek Permata Biru Masyarakat 5) Pasar Kaget Kecamatan Banjarbaru Selatan Menurut Kelurahan No Kelurahan Lokasi Pasar Jml Pedagang Pengelola 1. Loktabat Selatan Jl.RO Ulin Masyarakat 2. Kemuning Tidak ada 3. Lok Paikat Tidak ada 4. Sungai Besar Depan Toko Seto Masyarakat 2. Penetuan Lokasi Pasar Tradisional Melalui kajian ini dibatasi pada hal-hal utama diantaranya; 1) Jumlah penduduk sebagai dasar permintaan, 2) Ketersediaan Lokasi, 3) aksesbilitas lingkungan seperti jalan maupun kedekatan dengan pemukiman, 4) dukungan politik, dan 5) jarak dengan pasar terdekat. Selain hal tersebut penentuan pilihan pembangunan lokasi pasar tradisional akan dilakukan melalui pertimbangan akan; pemerataan penyebaran lokasi Kecamatan yakni pertama, pada Kecamatan- Kecamatan yang belum ada pasar tradisionalnya. Kedua, ditinjau dari wilayah pelayanannya yakni ada 2 (dua) pola yang dapat dikembangkan yaitu: 1) Mengembangkan lokasi pasar kaget/lingkungan yang sudah ada. 2) Menentukan lokasi pasar tradisional yang baru. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah pertimbangan akan potensi yang berkembang dan kendala yang ada di lokasi tersebut. Berdasar uraian diatas maka penentuan lokasi akan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: tahap pertama, mengidentifikasi terhadap cikal bakal pasar lingkungan, hal ini dilakukan untuk melihat daya dukung lingkungan dan masyarakat akan keberadaaan pasar, baik itu Jumlah pasar, luas, tipe dan lokasi pasar yang lama, maupun kunjungan jumlah pedagang, jumlahnya lokasi pembangunan disesuaikan dengan keperluan. Tahap Kedua, menidentifikasi akan faktor-faktor penentu akan lokasi pembangunan terhadap hasil kajian tahap pertama baik

8 itu dengan memberi rangking terhadap faktor penentu maupun melalui stakeholder maupun ahli. pendapat dari Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dari identifikasi keberadaan dan perkembangan pasar kaget/tradisional yang ada di Kota Banjarbaru, baik dilihat dari jumlah lokasi pasar, waktu operasional, jumlah pedagang, luas pasar maupun pengelolaannya sebagaimana disajikan pada bagian 1 maka titik lokasi pasar tradisional yang akan dibangun berada di : 1) Kecamatan Banjarbaru Utara : Pasar Tradisional Idaman (Jalan Karang Anyar) di Kelurahan Loktabat Utara. 2) Kecamatan Landasan Ulin : Pasar jalan Karang Rejo di Kelurahan Guntung Manggis. 3) Kecamatan Cempaka : Pasar Cempaka di Kelurahan Cempaka. Daya dukung lokasi-lokasi tersebut dapat di jelaskan sebagaimana tabel 2 berikut: Tabel 2. Daya Dukung Lokasi Pasar Tradisional Terpilih Kota Banjarbaru No Daya Dukung Data Keterangan 1 Lokasi Kecamatan Banjarbaru Utara Kelurahan Loktabat Utara a. Penduduk Jiwa b. Penduduk Sekitar -Kel. Guntung Payung jiwa -Desa Cindai Alus Kec. Martapura Banjar c. Aksebilitas Jalan Poros lingkungan sudah ada, berada disekitar komplek pemukiman d. Pasar Terdekat Pasar kaget idaman jl. Karang Anyar, pasar kaget jl.megaria lapangan Puma e. Alternatif Lokasi pasar Jl. Karang Anyar II 2 Lokasi Kecamatan Landasan Ulin Kelurahan Guntung Manggis a. Penduduk Jiwa b. Penduduk Sekitar -Kel. Guntung Payung jiwa -Kel.Loktabat Selatan jiwa c. Aksebilitas Jalan Poros lingkungan sudah ada, dan berada di sekitar komplek perumahan d. Pasar Terdekat Pasar kaget jl. Karang Rejo, pasar kaget jl.ro Ulin dan Samping Kelurahan Loktabat Selatan e. Alternatif Lokasi pasar Belum Ada atau negosiasi dengan R.P Soeprapto lokasi pasar Kaget Jl. Karang Rejo 3 Lokasi Kecamatan Cempaka Kelurahan Cempaka a. Penduduk Jiwa b. Penduduk Sekitar -Kel. Sungai Tiung jiwa -Kel.Sungai Besar jiwa c. Aksebilitas Jalan Poros lingkungan sudah ada, dan berada di pemukiman Penduduk d. Pasar Terdekat Pasar kaget muka seto Sungai Besar e. Alternatif Lokasi pasar Relokasi Pasar belakang Polsek milik Pemko Melalui Metode analisis AHP terhadap 3 (tiga) Lokasi pasar tersebut diperoleh rangking

9 keseluruhan berdasarkan skor sebagai berikut. Lokasi Skor Skor (%) Rangking Lokasi ,0 34,23 2 Lokasi ,7 28,32 3 Lokasi ,3 37,44 1 Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa prioritas tertinggi diperoleh oleh Lokasi 3 (Lokasi Kecamatan Cempaka Kelurahan Cempaka), kemudian disusul dengan Lokasi 1 (Lokasi Kecamatan Banjarbaru Utara Kelurahan Loktabat Utara) dan terakhir dengan rangking terendah terdapat pada Lokasi 2 (Lokasi Kecamatan Landasan Ulin Kelurahan Guntung Manggis). Pasar Tradisional Idaman (Karang Anyar) dan Pasar Kaget Karang Rejo sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pasar tradisional, karena ditunjang lokasi pasar yang strategis, waktu operasi yang tepat, jumlah pedagang memadai, luas pasar yang cukup dan adanya pengelola. Namun kepemilikan lahan lokasi pasar tradisional Idaman oleh perorangan yang luasnya 35m x 100m dan sebahagian lahan ini sudah dijual oleh pemiliknya. Sedangkan lahan untuk lokasi pasar kaget Karang Rejo hanya dipijami sementara oleh pengusaha R.P. Soeparto, yang sewaktu-waktu lahan ini dapat diambil oleh pemiliknya untuk dimanfaatkan untuk kegiatan yang lebih produktif; oleh karena itu ke 2 (dua) pasar tersebut ke depan tidak dapat lagi dikembangkan di lahan tersebut dan pemangku kepentingan berkewajiban untuk menentukan titik lokasi pasar tradisional yang baru. Hasil indept interview yang dilakukan peneliti, Camat Banjarbaru Utara telah memberikan respon yang positf terhadap permasalahan tersebut, sehingga dengan mempertimbangkan daya dukung rancangan perencanaan tata ruang Kecamatan, banyaknya komplek perumahan yang baru tumbuh, daya beli masyarakat yang cukup tinggi dan tersedianya lahan (rencana zoning pasar) oleh Kecamatan kurang lebih 1 ha, maka dengan pertimbangan tersebut tim peneliti dapat menentukan titik lokasi pasar tradisional yang baru adalah di Kecamatan Banjarbaru Utara di Jalan Karang Anyar II (sesuai rencana zoning pasar). Kemudian untuk menentukan titik lokasi pasar tradisional yang ke 2 (dua), berdasarkan observasi tim peneliti dari keberadaan dan perkembangan pasar kaget atau tradisional yang ada di Kota Banjarbaru, dengan pola mengembangkan lokasi pasar lingkungan/kaget yang sudah ada, melalui pertimbangan Jumlah penduduk, lokasi pasar, jumlah pedagang, luas pasar dan pengelola; maka titik lokasi pasar tradisional yang dipilih adalah Pasar Cempaka di Kelurahan Cempaka Kecamatan Cempaka.

10 Selain pertimbangan tersebut Pasar Lingkungan Cempaka ditinjau dari sudut pandang luas wilayah pelayanan lebih efektif, dibandingkan dengan Pasar Tradisional Palm yang berada dikecamatan cempaka itu sendiri, karena didukung luas wilayah Kelurahan Cempaka (80,65 ha), penduduk terbanyak ( jiwa), dekat dengan pemukiman penduduk, banyak komplek perumahan dan perkantoran, aksesibilitas transportasi, luas dan tipe lokasi pasar dan berdekatan dengan Kelurahan Sungai Besar Kecamatan Banjarbaru Selatan. SIMPULAN 1) Pasar-pasar skala kecil yang merupakan cial bakal berkembangnya aktifitas jual beli masyarakat sebanyak 22 buah tersebar di 5 (lima) Kecamatan. Kecamatan Landasan Ulin 8 buah, Kecamatan Liang Anggang 7 buah, Kecamatan Cempaka 2 buah, kecamatan Banjarbaru Utara 3 buah dan kecamatan Banjarbaru Selatan 2 buah. 2) Lokasi Optimal Pasar Tradisional berdasar identifikasi awal terpilih 3 titik lokasi yakni di Kecamatan Banjarbaru Utara Kelurahan Loktabat Utara, Kecamatan Landasan Ulin Kelurahan Guntung Manggis, dan Kecamatan Cempaka Kelurahan Cempaka. Dengan memperhatikan berbagai dukungan sumberdaya dan pertimbangan kepentingan maka ditentukan sebanyak 2 (dua) titik pembangunan yaitu Kecamatan Banjarbaru Utara Kelurahan Loktabat Utara tepatnya di Jalan Karang Anyar II. dan Kecamatan Cempaka kelurahan Cempaka tepatnya di lokasi Pasar belakang polsek. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Banjarbaru 2012, Kota Banjarbaru Dalam Angka. Banjarbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Banjarbaru 2012, Kecamatan Dalam Angka. Banjarbaru Chiara, Joseph dan E Lee Koppelman Standar Perencanaan Tapak. Jakarta: Penerbit PT. Erlangga. Dewar, David and Vanessa Watson Urban Market Developing Informal Rontledge. London Retailing. Djojodipuro, Marsudi Teori Lokasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Ristyanto, Yanuar Evaluasi Alternatif Lokasi Pasar Induk Sayur Di Kota Surabaya, Tugas Akhir Tidak Diterbitkan, Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro, Semarang.

memerintahkan untuk merancang Banjarbaru sebagai alternatif ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

memerintahkan untuk merancang Banjarbaru sebagai alternatif ibukota Provinsi Kalimantan Selatan. Bab 2 Kantor Balai Kota Banjarbaru Cikal bakal lahirnya Kota Banjarbaru bermula pada tahun 1951 saat gubernur Dr. Murdjani memimpin apel di halaman kantor gubernur di Banjarmasin, saat itu hujan turun

Lebih terperinci

Bab 5: 5.1 AREA BERESIKO SANITASI

Bab 5: 5.1 AREA BERESIKO SANITASI Bab 5: Survey EHRA oleh Enumurator DInas 5.1 AREA BERESIKO SANITASI Penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru didapatkan dari kompilasi hasil skoring terhadap data sekunder sanitasi, hasil studi

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN Yusrinawati Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email: yusri47@yahoo.com Retno Indryani Eko Budi Santoso

Lebih terperinci

ARTIKEL OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ARTIKEL OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ARTIKEL OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN OLEH FAIZAH ABDIAH, S.Pd OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA BANJARBARU PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan suatu tempat dimana penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan transaksi jual beli barang. Penjual menawarkan barang dagangannya dengan harapan

Lebih terperinci

ALTERNATIF POLA HUBUNGAN KOTA TEGAL DALAM KONTEKS KAWASAN BREGAS TUGAS AKHIR

ALTERNATIF POLA HUBUNGAN KOTA TEGAL DALAM KONTEKS KAWASAN BREGAS TUGAS AKHIR ALTERNATIF POLA HUBUNGAN KOTA TEGAL DALAM KONTEKS KAWASAN BREGAS TUGAS AKHIR Oleh: DONY WARDONO L2D 098 426 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2003 iv

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Berdasarkan fungsinya, jalan dibagi lagi menjadi jalan arteri primer yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan Ivana Putri Yustyarini dan Rulli Pratiwi Swtiawan Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI

BAB IV GAMBARAN LOKASI BAB IV GAMBARAN LOKASI 4.1 Tinjauan Umum Kota Banjar Baru A. Lokasi Kota Banjarbaru sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 memiliki wilayah seluas ±371,38 Km2 atau hanya 0,88% dari luas wilayah Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan, peluang yang ada di Kota Jambi, dan mempertimbangkan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH Strategi pembangun daerah adalah kebijakan dalam mengimplementasikan program kepala daerah, sebagai payung pada perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam mewujdkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan di daerah, dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah masih merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Artinya dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di sadari oleh banyak negara bahwa pendidikan merupakan salah satu eskalator sosial penting dan alat transformasi sumberdaya manusia yang strategis baik pada tataran

Lebih terperinci

KAPASITAS KELEMBAGAAN PERENCANAAN TATA RUANG DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR. Oleh: IMANDA JUNIFAR L2D005369

KAPASITAS KELEMBAGAAN PERENCANAAN TATA RUANG DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR. Oleh: IMANDA JUNIFAR L2D005369 KAPASITAS KELEMBAGAAN PERENCANAAN TATA RUANG DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR Oleh: IMANDA JUNIFAR L2D005369 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 ABSTRAK

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB PENGEMBANG MEMILIH LOKASI PERUMAHAN DI KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR INTISARI

FAKTOR PENYEBAB PENGEMBANG MEMILIH LOKASI PERUMAHAN DI KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR INTISARI JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 4 No 1 Januari 2017 Halaman 19-26 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg FAKTOR PENYEBAB PENGEMBANG MEMILIH LOKASI PERUMAHAN DI KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan akhir dari studi yang dilakukan dan beberapa saran dan rekomendasi terhadap studi lanjutan pengembangan pariwisata daerah studi. Kesimpulan berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

EVALUASI ALTERNATIF LOKASI PASAR INDUK SAYUR DI KOTA SURABAYA TUGAS AKHIR. Oleh: YANUAR RISTANTYO L2D

EVALUASI ALTERNATIF LOKASI PASAR INDUK SAYUR DI KOTA SURABAYA TUGAS AKHIR. Oleh: YANUAR RISTANTYO L2D EVALUASI ALTERNATIF LOKASI PASAR INDUK SAYUR DI KOTA SURABAYA TUGAS AKHIR Oleh: YANUAR RISTANTYO L2D 097 486 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FRANSISCA RENI W / L2B

BAB I PENDAHULUAN FRANSISCA RENI W / L2B BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan hasil cipta, rasa, karsa dan karya manusia yang paling rumit sepanjang sejarah peradaban. Begitu banyak masalah bermunculan silih berganti, akibat pertarungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Kajian Rencana Zonasi Kawasan Industri ini dapat diselesaikan. Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT

PENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT PENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT Dosen Pembimbing : Ardy Maulidy Navastara, ST, MT. Radinia Rizkitania 3608100035 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Balai Lelang PT. TRIAGUNG LUMINTU

Balai Lelang PT. TRIAGUNG LUMINTU ASSET AGUNAN/JAMINAN DEBITUR PT. BANK NEGARA INDONESIA PT. TRIAGUNG LUMINTU Jakarta: Jl. Senopati Raya No. 59 Keb. Baru, Jakarta Selatan. 12110 Telp. (021) 5269826, 5260836 Fax. (021) 5736205, 5260835

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi Kabupaten (SSK) Bone adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten.

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan sebagai pusat permukiman dan sekaligus pusat pelayanan (jasa) terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah pengaruhnya (hinterland)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perkembangan dan pertumbuhan suatu kota tidak terlepas dari pertambahan jumlah penduduk dengan berbagai aktivitas yang beragam dan tingkat mobilitas yang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan 1. Perkembangan fisik Kota Taliwang tahun 2003-2010 Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan lahan dari rawa, rumput/tanah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 A. Isu Strategis Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Samarinda Tahun 2011 merupakan suatu dokumen perencanaan daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 Pengertian pasar tradisional menurut peraturan Menteri perdagangan RI, (2008): Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN VIII - 1 RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 Pada bab ini diuraikan urusan pemerintah daerah beserta program

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palembang, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan saat ini menjadi salah satu kota tujuan di tanah air. Hal ini dikarenakan kondisi kota Palembang yang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akses terhadap air bersih dan sanitasi telah diakui PBB sebagai hak asasi manusia melalui deklarasi dalam Sidang Umum PBB yang berlangsung pada akhir bulan Juli 2010.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Universitas Diponegoro (UNDIP) merupakan salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia, yang berlokasi di kota Semarang, Jawa Tengah. UNDIP berusaha mengembangkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom baru yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang Provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008

Lebih terperinci

Cikal bakal lahirnya Kota Banjarbaru bermula pada tahun 1951 saat

Cikal bakal lahirnya Kota Banjarbaru bermula pada tahun 1951 saat Gambarab Umum Wilayah Bab 2 Kantor Balai Kota Banjarbaru Cikal bakal lahirnya Kota Banjarbaru bermula pada tahun 1951 saat Gubernur Dr. Murdjani memimpin apel di halaman Kantor Gubernur di Banjarmasin,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses berkembangnya suatu kota baik dalam aspek keruangan, manusia dan aktifitasnya, tidak terlepas dari fenomena urbanisasi dan industrialisasi. Fenomena seperti

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota sebagai salah satu kenampakan di permukaan bumi, menurut sejarahnya kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga timbullah

Lebih terperinci

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 129 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian mengenai Konsep Penataan Kawasan Permukiman Kumuh di kelurahan Kampung Makasar dan Soa-sio, kota Ternate,

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN

STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN Tiar Pandapotan Purba 1), Topan Himawan 2), Ernamaiyanti 3), Nur Irfan Asyari 4) 1 2) Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang seiring dengan makin menguatnya keprihatinan global terhadap isu pemanasan global dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perkembangan Pasar Pasar tradisional mempunyai peran signifikan dalam perkotaan. Pasar tumbuh dan berkembang sebagai simpul dari pertukaran barang dan jasa,

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR Oleh : IKHSAN FITRIAN NOOR L2D 098 440 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

SAMBUTAN WALIKOTA BANJARBARU... PENGANTAR KETUA POKJA SANITASI KOTA BANJARBARU... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

SAMBUTAN WALIKOTA BANJARBARU... PENGANTAR KETUA POKJA SANITASI KOTA BANJARBARU... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman SAMBUTAN WALIKOTA BANJARBARU... PENGANTAR KETUA POKJA SANITASI KOTA BANJARBARU... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... I.1 1. Landasan Gerak...

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Dalam menjabarkan dan mengimplementasikan Visi dan Misi Pembangunan Kota Banjar Tahun 2014-2018 ke dalam pilihan program prioritas di masing-masing

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah susun ini dirancang di Kelurahan Lebak Siliwangi atau Jalan Tamansari (lihat Gambar 1 dan 2) karena menurut tahapan pengembangan prasarana perumahan dan permukiman

Lebih terperinci

berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat perkotaan, dimana terpusatnya

berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat perkotaan, dimana terpusatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan bagian dari pelayanan sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat kota, karena sarana merupakan pendukung kegiatan/aktivitas masyarakat kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu proses pembangunan, selain dipertimbangkan aspek pertumbuhan dan pemerataan, juga dipertimbangkan dampak aktivitas ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KOTA BANJARBARU TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KOTA BANJARBARU TAHUN GAWI SABARATAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KOTA BANJARBARU TAHUN 2011 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

(Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta) TUGAS AKHIR

(Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta) TUGAS AKHIR KAJIAN TINGKAT PERTUMBUHAN DAN TINGKAT PERKEMBANGAN KECAMATAN UMBULHARJO (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta) TUGAS AKHIR Oleh: TESTY TRIANI KARTIKASARI L2D 002 437 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

ALTERNATIF BENTUK PENATAAN WILAYAH DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

ALTERNATIF BENTUK PENATAAN WILAYAH DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR ALTERNATIF BENTUK PENATAAN WILAYAH DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh: JIHAN MARIA ULFA L2D 306 014 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAK

Lebih terperinci

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR Oleh : ANJAR UTOMO BRAHMANTIYO L2D 002 386 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT DASAR PENYUSUNAN RIK 1. UU No. 18

Lebih terperinci

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR BAB I PENDAHULUAN Kota Bogor merupakan Kota yang pesat pembangunan serta terdekat dengan Ibu Kota Negara. Disisi lain merupakan kota dengan tujuan wisata dari berbagai sudut daerah dimana semua daerah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN SERIBU LAMPU KOTA CEPU TUGAS AKHIR. Oleh: IKA PRASETYANINGRUM L2D

IDENTIFIKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN SERIBU LAMPU KOTA CEPU TUGAS AKHIR. Oleh: IKA PRASETYANINGRUM L2D IDENTIFIKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN SERIBU LAMPU KOTA CEPU TUGAS AKHIR Oleh: IKA PRASETYANINGRUM L2D 306 010 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

Terkait Perekonomian daerah pada tahun 2013 Kota Banjarbaru telah mampu menghasilkan nilai tambah Bruto sebesar 2,66 milyar rupiah, berdasarkan harga

Terkait Perekonomian daerah pada tahun 2013 Kota Banjarbaru telah mampu menghasilkan nilai tambah Bruto sebesar 2,66 milyar rupiah, berdasarkan harga BAB I PENDAHULUAN Dari sisi geografis, letak Kota Banjarbaru sangat strategis karena memiliki akses jalan trans Kalimantan yaitu di sekitar simpang tiga Liang Anggang yang menghubungkan Banjarmasin-Kotabaru

Lebih terperinci

Bab Gambaran Wilayah

Bab Gambaran Wilayah Bab 2 2.1 Gambaran Wilayah Secara geografis Kota Banjarbaru terletak antara 3º 25 4 3º 28 37 Lintang Selatan dan 114º 41 22 114º 54 25 Bujur Timur. Posisi geografis Kota Banjarbaru adalah 35 km pada arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern. B. PENGERTIAN JUDUL v Terminal : Perhentian (bus, kereta api, dan sebagainya) penghabisan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI PASAR LOKAL DI KECAMATAN CIKAMPEK

BAB IV ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI PASAR LOKAL DI KECAMATAN CIKAMPEK 83 BAB IV ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI PASAR LOKAL DI KECAMATAN CIKAMPEK 4.1 Metode Pemilihan Alternatif Lokasi Pasar Lokal 4.1.1 Penentuan Titik Titik Permintaan (Demand Point) Titik permintaan

Lebih terperinci

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah disertai pertambahan penduduk dengan pergerakan yang tinggi mempengaruhi peningkatan mobilitas antar Propinsi, Kabupaten, Kecamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota dapat dilihat salah satunya dari sektor perekonomiannya. Secara umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1 1.1. Latar Belakang Penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah dan bertempat tinggal di kawasan padat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG bidang TEKNIK ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG MOHAMAD DONIE AULIA, ST., MT Program Studi Teknik Sipil FTIK Universitas Komputer Indonesia Pembangunan pada suatu

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Koordinasi Dinas Olahraga dan Pemuda Provinsi Jawa Barat Dinas Olahraga dan Pemuda

Lebih terperinci

PROPOSAL PENGAJUAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) KHUSUS BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017

PROPOSAL PENGAJUAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) KHUSUS BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017 PROPOSAL PENGAJUAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) KHUSUS BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017 Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan Jl. Pahlawan No. 28 A 67155, Pasuruan Telp.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang sibuk dan berkembang cepat, dalam satu hari menghasilkan timbulan sampah sebesar

Lebih terperinci

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Penyusunan Master Plan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur meliputi beberapa tahapan kegiatan utama, yaitu : 1) Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2016 sebagai berikut : V I S

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DIAN HERYANI L2D 002 393 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan Melisa Margareth 1, Papia J.C. Franklin 2, Fela Warouw 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi Manado 2 & 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan sekarang ini terasa begitu cepat yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini terutama terjadi di kotakota besar, dimana

Lebih terperinci