DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,
|
|
- Handoko Sasmita
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI, Menibang : a. bahwa untuk elaksanakan ketentuan Pasal 43 ayat (4) Peraturan Peerintah Noor 36 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Noor 9 Tahun 2006 tentang Siste Resi Gudang sebagaiana telah diubah dengan Peraturan Peerintah Noor 70 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Peerintah Noor 36 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Noor 9 Tahun 2006 tentang Siste Resi Gudang, perlu enetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Kooditi tentang Persyaratan Uu dan Persyaratan Teknis Gudang Tertutup dala Siste Resi Gudang; Mengingat : 1. Undang-Undang Noor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Kooditi (Lebaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Noor 93, Tabahan Lebaran Negara Republik Indonesia Noor 3720) sebagaiana telah diubah dengan Undang-Undang Noor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan atas
2 - 2 - Undang-Undang Noor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Kooditi (Lebaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Noor 79, Tabahan Lebaran Negara Republik Indonesia Noor 5232); 2. Undang-Undang Noor 9 Tahun 2006 tentang Siste Resi Gudang (Lebaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Noor 59, Tabahan Lebaran Negara Republik Indonesia Noor 4630) sebagaiana telah diubah dengan Undang-Undang Noor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Noor 9 Tahun 2006 tentang Siste Resi Gudang (Lebaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Noor 78, Tabahan Lebaran Negara Republik Indonesia Noor 5231); 3. Peraturan Peerintah Noor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (Lebaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Noor 199, Tabahan Lebaran Negara Republik Indonesia Noor 4020); 4. Peraturan Peerintah Noor 36 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Noor 9 Tahun 2006 tentang Siste Resi Gudang (Lebaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Noor 79, Tabahan Lebaran Negara Republik Indonesia Noor 4735) sebagaiana telah diubah dengan Peraturan Peerintah Noor 70 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Peerintah Noor 36 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Noor 9 Tahun 2006 tentang Siste Resi Gudang (Lebaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Noor 172, Tabahan Lebaran Negara Republik Indonesia Noor 5459); 5. Peraturan Presiden Noor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Keenterian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Keenterian Negara sebagaiana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Noor 135 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketujuh atas
3 - 3 - Peraturan Presiden Noor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Keenterian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Keenterian Negara (Lebaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Noor 273); 6. Peraturan Presiden Noor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Keenterian Negara (Lebaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Noor 8); 7. Peraturan Presiden Noor 48 Tahun 2015 tentang Keenterian Perdagangan (Lebaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Noor 90); 8. Peraturan Menteri Perdagangan Noor 08/M- DAG/PER/2/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Keenterian Perdagangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Noor 202); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS ffffffperdagangan BERJANGKA KOMODITI TENTANG ffffffpersyaratan UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS ffffffgudang TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG. Pasal 1 Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Kooditi enetapkan persyaratan uu dan persyaratan teknis Gudang Tertutup dala Siste Resi Gudang. Pasal 2 (1) Gudang Tertutup sebagaiana diaksud dala Pasal 1 dibagi enjadi 4 (epat) kategori, yaitu: a. Gudang Tertutup Kooditas Pertanian sesuai Standar Nasional Indonesia yang berlaku; b. Gudang Tertutup Silo Kooditas Pertanian sesuai Standar Nasional Indonesia yang berlaku; c. Gudang Tertutup Kooditas Perikanan dan Pergaraan dengan persyaratan uu dan persyaratan teknis sebagaiana tercantu dala
4 - 4 - Lapiran yang erupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala ini; dan d. Gudang Tertutup Kooditas tertentu yang enurut kajian Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Kooditi dapat enggunakan standar gudang sebagaiana diaksud dala huruf a, huruf b atau huruf c. (2) Gudang Tertutup sebagaiana diaksud pada ayat (1), diklasifikasikan enjadi 3 (tiga), yaitu: a. Gudang kelas A, adalah gudang yang eenuhi persyaratan gudang kelas A; b. Gudang kelas B, adalah gudang yang eenuhi persyaratan gudang kelas B; dan c. Gudang kelas C, adalah gudang yang eenuhi persyaratan gudang kelas C. (3) Pengklasifikasian gudang sebagaiana diaksud pada ayat (2) tercantu dala Lapiran yang erupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala ini. Pasal 3 Persyaratan uu dan persyaratan teknis gudang untuk jenis gudang selain Gudang Tertutup sebagaiana diaksud dala Pasal 1 diatur dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Kooditi. Pasal 4 Pada saat Peraturan Kepala ini ulai berlaku, Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Kooditi Noor 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 tentang Persyaratan Uu dan Persyaratan Teknis Gudang Siste Resi Gudang, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
5
6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS TERTUTUP KOMODITAS PERIKANAN DAN PERGARAMAN DALAM SISTEM RESI GUDANG 1 Ruang lingkup Ketentuan teknis ini enetapkan persyaratan uu dan persyaratan teknis yang harus diiliki oleh Gudang Tertutup Kooditas Perikanan dankooditas Pergaraan dala Siste Resi Gudang. Kooditas perikanan dan kooditas pergaraan yang diaksud adalah hasil dari kegiatan yang dilaksanakan dengan siste bisnis perikanan atau pergaraan yang eliputi praproduksi, produksi, pascaproduksi, pengolahan atau peasaran yang epunyai daya sipan inial 3 (tiga) bulan, antara lain ruput laut dan gara. Ketentuan teknis ini eliputi istilah dan definisi, persyaratan dan klasifikasi gudang tertutup kooditas perikanan dan pergaraan dengan etode penyipanannya eliputi karung atau curah. 2 Istilah dan definisi 2.1 Gudang Tertutup Kooditas Perikanan danpergaraan Seua ruangan yang tidak bergerak dan tidak dapat dipindah pindahkan dengan tujuan tidak dikunjungi oleh uu, tetapi untuk dipakai khusus sebagai tepat penyipanan kooditas perikanan atau pergaraan yang dapat diperdagangkan.
7 Klasifikasi Gudang Tertutup Pengelopokan kelas gudang tertutup berdasarkan peenuhan terhadap persyaratan uu dan teknis gudang tertutup yang terdiri dari akses transportasi, konstruksi, fasilitas dan peralatan gudang sebagai Gudang kelas A, kelas B, atau kelas C. 2.3 Persyaratan uu Persyaratan yang berkaitan dengan lokasi gudang. 2.4 Persyaratan teknis Persyaratan yang berkaitan dengan konstruksi bangunan, peralatan, dan fasilitas gudang. 2.5 Alat peada kebakaran Alat yang digunakan untuk keperluan eadakan api bila terjadi kebakaran, dapat berupa Alat Peada Api Ringan (APAR) dan/atau instalasi hidran yang aktif. 2.6 Fasilitas bongkar uat Fasilitas untuk eperudah elakukan bongkar kooditas perikanan dan pergaraan dari kendaraan pengangkut ke dala gudang, atau untuk elakukan uat kooditas perikanan dan pergaraan dari gudang ke kendaraan pengangkut. 2.7 Bahan kiia berbahaya bahan kiia yang engandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat (korosif, oksidator, reaktif, radioaktif, udah eledak atau udah terbakar) dan/atau konsentrasinya dan/atau julahnya, baik secara langsung aupun tidak langsung dapat encearkan lingkungan dan atau ebahayakan kesehatan, kelangsungan hidup anusia dan/atau akhluk hidup lainnya. 2.8 Bekas pabrik bahan kiia Lokasi yang pernah digunakan sebagai pabrik bahan kiia berbahaya.
8 bekas tepat pebuangan sapah Lokasi yang pernah digunakan sebagai Tepat Pebuangan Akhir (TPA) Jalan kelas I Jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan Berotor dengan ukuran lebar tidak elebihi (dua ribu lia ratus) ilieter, ukuran panjang tidak elebihi (delapan belas ribu) ilieter, ukuran paling tinggi (epat ribu dua ratus) ilieter, dan uatan subu terberat 10 (sepuluh) ton Jalan kelas II Jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Berotor dengan ukuran lebar tidak elebihi (dua ribu lia ratus) ilieter, ukuran panjang tidak elebihi (dua belas ribu) ilieter, ukuran paling tinggi (epat ribu dua ratus) ilieter, dan uatan subu terberat 8 (delapan) ton Jalan kelas III Jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Berotor dengan ukuran lebar tidak elebihi (dua ribu seratus) ilieter, ukuran panjang tidak elebihi (sebilan ribu) ilieter, ukuran paling tinggi (tiga ribu lia ratus) ilieter, dan uatan subu terberat 8 (delapan) ton Jalan kelas khusus Jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Berotor dengan ukuran lebar elebihi (dua ribu lia ratus) ilieter, ukuran panjang elebihi (delapan belas ribu) ilieter, ukuran paling tinggi (epat ribu dua ratus) ilieter, dan uatan subu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.
9 Tanda tera sah Tanda tera yang berlaku dan diberikan secara berkala oleh instansi yang berwenang berdasarkan keakuratan terhadap alat ukur, takar, tibang dan perlengkapannya Drainase/saluran air Siste pengaturan aliran air ke pebuangan Ventilasi Lubang atau alat yang digunakan sebagai sirkulasi untuk asuk dan keluar udara secara bebas Alat tibang Alat ukur yang digunakan untuk enentukan assa kooditas perikanan dan pergaraan dengan eanfaatkan gravitasi yang bekerja pada kooditas perikanan dan pergaraan tersebut Kanopi Atap pada teras yang terletak di atas pintu gudang Palet Alas tupukan barang yang terbuat dari kayu, plastik, atau loga yang disusun searah dan di sela balok elintang, sehingga terdapat ruang untuk sirkulasi udara Tangga Stapel Tangga yang digunakan untuk enjangkau stapel/tupukan bagian paling atas Teritis Area di sisi luar bangunan yang ternaungi atap Alar/tanda bahaya Sinyal, bunyi, sinar, dan sebagainya yang dirancang untuk eperingatkan akan adanya bahaya kebakaran, gepa bui, atau bahaya lainnya.
10 Bersih Bebas dari kotoran yang dapat enganggu kesehatan, epengaruhi utu kooditas yang disipan, dan/atau enceari lingkungan. 3 Persyaratan gudang tertutup kooditas perikanan atau pergaraan 3.1 Persyaratan uu Lokasi gudang harus eenuhi persyaratan sebagai berikut: a. di dekat atau di pinggir jalan kelas khusus, I, II, III, atau akses lain elalui perairan untuk eudahkan keluar dan asuk area gudang sehingga enjain kelancaran kegiatan bongkar uat dan distribusi; b. di daerah yang aan dari banjir dan longsor; c. jauh dari pabrik atau gudang bahan kiia berbahaya, stasiun pengisian bahan bakar uu dan/atau tepat pebuangan sapah/libah kiia; d. terpisah dengan bangunan lain di sekitarnya sehingga tidak engganggu keselaatan penduduk di sekitarnya dan keaanan kooditas perikanan dan pergaraan yang disipan lebih terjain;dan e. tidak terletak pada bekas tepat pebuangan sapah dan/atau bekas pabrik bahan kiia. 3.2 Persyaratan teknis Konstruksi dan bahan bangunan gudang Konstruksi bangunan gudang harus eenuhi persyaratan sebagai berikut: a) Struktur bangunan gudang harus kokoh terhadap beban sendiri, beban kooditas, beban eksternal (angin, hujan, gepa, anusia, dan lain-lain) sehingga enjain keselaatan anusia dan utu kooditas; b) Atap gudang terbuat dari bahan non-korosif yang cukup kuat dan tidak bocor; c) Dinding bangunan gudang harus kokoh; d) Lantai gudang terbuat dari beton atau bahan lain yang kuat untuk enahan berat barang yang disipan sesuai dengan
11 kapasitas aksial gudang, bebas dari resapan air tanah, dan epunyai perukaan yang datar; e) Pintu harus terbuat dari bahan yang kuat, tahan laa dan dilengkapi dengan kunci yang kuat, serta berkanopi guna enjain kelancaran peasukan dan pengeluaran kooditas perikanan dan pergaraan; f) Ventilasi harus ditutup dengan penghalang untuk enghindari gangguan dari luar; dan g) Bangunan gudang epunyai teritis di sekeliling bangunan dengan lebar yang eadai untuk einialkan air hujan yang engenai dinding gudang Fasilitas gudang Gudang epunyai fasilitas sebagai berikut: a) Identitas pengaturan lorong yang eadai guna enunjang kelancaran penyipanan aupun akses keluar asuk kooditas perikanan dan pergaraan; b) Instalasi air dan listrik dengan pasokan terjain sehingga enunjang operasional gudang; c) Alat penangkal petir; d) Kantor atau ruang adinistrasi yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang enunjang kerja pengelola gudang; e) Akses jaringan kounikasi berupa telepon dan internet (fixedline atau wireless) yang dapat enunjang kerja operasional; f) Saluran air yang terpelihara sehingga air dapat engalir dengan baik untuk enghindari genangan air; g) Siste keaanan, ruang jaga dan pagar kokoh di sekelilingnya; h) Halaan atau area parkir dengan luas yang eadai; i) Kaar andi dan toilet; j) Fasilitas bongkar uat dengan luas yang eadai bagi kendaraan pengangkut untuk beranuver; k) Kanopi yang eadai pada fasilitas bongkar uat; l) Generator yang eadai sebagai suber listrik cadangan ketika suber utaa terputus. Terdapat switch untuk engatur penggunaan listrik dan generator secara anual;
12 ) Jalur evakuasi; n) Rabu atau tanda larangan, antara lain rabu kesehatan dan keselaatan kerja; o) Lapu penerangan yang eadai; dan p) Closed-circuit television (CCTV) yang berfungsi dengan julah yang eadai untuk eantau aktivitas di area gudang, dan hanya dapat diakses oleh pihak yang berwenang Peralatan gudang Gudang epunyai peralatan sebagai berikut: a) alat tibang yang ditera sah dan asih berlaku untuk engukur berat kooditas perikanan dan pergaraan; b) palet yang kuat untuk enopang tupukan kooditas perikanan dan pergaraan; c) higroeter dan teroeter yang asih berfungsi untuk engukur kelebaban dan suhu udara dala gudang; d) tangga stapel untuk eudahkan penupukan kooditas perikanan dan pergaraan di gudang, kecuali apabila penyipanan kooditas dilakukan secara curah; e) alat peada kebakaran yang aktif, tidak kadaluarsa dengan julah yang eadai sebagai alat penanggulangan pertaa apabila terjadi kebakaran yang dapat berupa alat peada api ringan (apar) dan/atau hidran; f) kotak pertolongan pertaa pada kecelakaan (p3k) yang dilengkapi dengan obat dan peralatan secukupnya; g) alat kebersihan yang enjain kebersihan gudang, sarana dan prasarana, serta lingkungannya; dan h) alar/tanda bahaya Klasifikasi gudang tertutup kooditas perikanan atau pergaraan Klasifikasi gudang tertutup kooditas perikanan atau pergaraan berdasarkan peenuhan persyaratan uu dan teknis dikelopokkan enjadi 3 (tiga), yaitu Gudang Kelas A, Gudang Kelas B, dan Gudang Kelas C. Klasifikasi gudang selengkapnya terdapat pada tabel 1.
13 Tabel Persyaratan Uu dan Persyaratan Teknis Gudang Tertutup Kooditas Perikanan dan Pergaraan dala Siste Resi Gudang No. Persyaratan I. Persyaratan uu 1. Akses transportasi Klasifikasi Gudang Kelas A Kelas B Kelas C jalan kelas jalan kelas jalan kelas khusus / I / II khusus / I / II khusus / I / / III / / perairan II / perairan perairan di daerah yang aan dari banjir dan longsor; inial terletak 200 dari pabrik atau gudang bahan kiia berbahaya, stasiun pengisian bahan bakar uu dan/atau tepat pebuangan sapah/libah kiia; terpisah dengan bangunan lain di sekitarnya 2. Aspek lokasi sehingga tidak engganggu keselaatan penduduk di sekitarnya dan keaanan kooditas perikanan dan pergaraan yang disipan lebih terjain; tidak terletak pada bekas tepat pebuangan sapah dan/atau bekas pabrik bahan kiia. II. Persyaratan teknis Konstruksi dan bahan bangunan gudang Material Material Material 3. terbuat dari terbuat dari terbuat dari Struktur bangunan besi baja besi baja kayu keras gudang dan/atau dan/atau beton beton 4. Atap gudang Menggunakan aterial nonkorosif seperti baja lebaran lapis aluini /Polyvinyl chloride (PVC) Menggunakan aterial nonkorosif seperti baja lebaran lapis aluini/ Menggunakan aterial nonkorosif seperti baja lebaran lapis aluini / PVC
14 Dinding bangunan gudang a. Bahan dinding b. Tinggi dinding 6. Lantai gudang a. Bahan lantai b. Daya beban lantai c. Tinggi lantai dari tanah 7. Pintu gudang a. Bahan pintu b. Lebar pintu c. Tinggi pintu d. Julah pintu e. Panjang kanopi 8. Ventilasi a. dari atap, dan/atau b. dari lantai tebok terplester atau tebok terplester dan terlapis aterial nonkorosif inial 6,00 beton bertulang PVC tebok terplester atau tebok terplester dan terlapis aterial nonkorosif inial 6,00 beton bertulang tebok terplester inial 4,00 beton > 3,00 ton/ 2 2,50 3,00 2,50 3,00 ton/ 2 ton/ 2 inial 0,50 plat besi/ kayu inial 4,00 inial 3,50 inial 2 pintu inial 5,00 dari pintu gudang inial 0,30 plat besi/ kayu inial 4,00 inial 2,25 inial 2 pintu inial 5,00 dari pintu gudang (0,00-0,50) (0,00-0,50) Minial 0,50 Minial 0,50 inial 0,30 plat besi/ kayu inial 3,00 inial 2,25 inial 1 pintu inial 3,00 dari pintu gudang (0,00-0,50) Minial 0,50 9. Lebar teritis (1,20 1,50) (1,20 1,50) (0,90 1,20)
15 Fasilitas gudang 10. Instalasi air ada ada ada 11. Instalasi listrik ada ada ada 12. Alat penangkal petir ada ada ada 13. Instalasi hidran ada tidak ada tidak ada 14. Saluran air ada ada ada 15. Letak kantor atau di luar di luar/dala di luar gudang ruang adinistrasi gudang gudang 16. Akses jaringan kounikasi ada ada ada 17. Tanda arah evakuasi ada ada ada 18. Rabu atau tanda larangan ada ada ada 19. Siste keaanan a. Pos jaga di luar di luar di luar gudang gudang gudang b. Alar/ tanda bahaya ada ada ada c. Pagar ada ada ada 20. Luas area parkir inial 500 inial 350 inial Toilet di luar gudang di luar di luar gudang gudang 22. Fasilitas bongkar uat ada ada tidak ada 23. Generator ada ada tidak ada 24. Lapu penerangan yang eadai ada ada ada 25. CCTV ada tidak ada tidak ada Peralatan gudang 26. Alat tibang yang telah ditera sah dan asih ada ada ada berlaku 27. Palet kayu/plastik/loga *) ada ada ada
16
2016, No Noor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang- Undang Noor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Kooditi (Lebaran Negara Rep
No.1513, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPEPPTI. Gudang Tertutup. Persyaratan Uu dan Teknis. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciPERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup
Lebih terperinciKetentuan gudang komoditi pertanian
Standar Nasional Indonesia Ketentuan gudang komoditi pertanian ICS 03.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1 3 Persyaratan
Lebih terperinciNomor :..., Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan sebagai Gudang dalam Sistem Resi Gudang...
MODEL FORMULIR NOMOR: SRG-GD01 Nomor :...,...20... Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan sebagai Gudang dalam Sistem Resi Gudang... Kepada Yth. Kepala Badan Pengawas di - Jakarta Bersama ini kami
Lebih terperinciMENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTER! ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1329 K/30/MEM/2014 TENTANG
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTER! ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1329 K/30/MEM/2014 TENTANG PENETAPAN WILAYAH PERTAMBANGAN KEPULAUAN NUSA TENGGARA DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menibang
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA DENPASAR NOMOR : 16 / PDAM / KPTS / 2018 TENTANG
KEPUTUSAN DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA DENPASAR NOMOR : 16 / PDAM / KPTS / 2018 TENTANG KETENTUAN BIAYA PENGATURAN PELAYANAN PELANGGAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA DENPASAR DIREKSI
Lebih terperinciMENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
MENTER ENERG DAN SUMBER DAYA MNERAL REPUBLK NDONESA KEPUTUSAN MENTER! ENERG.DAN SUMBER DAYA MNERAL NOMOR: 24 K/3/MEM/24 TENTANG PENETAPAN WLAYAH PERTAMBANGAN PULAU JAWA DAN BAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciWALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG
WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.333, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Limbah. Bahan Berbahaya. Beracun. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617) PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciSTANDAR USAHA TAMAN REKREASI. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Tempat dan Ruang
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 NOMOR 2014 TENTANG STANDAR USAHA TAMAN REKREASI STANDAR USAHA TAMAN REKREASI I. PRODUK A. Tempat dan Ruang B. Fasilitas
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2011 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG FUNGSI DAN KELAS JALAN DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No. 678, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Kereta. Pembongkaran Barang. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 52 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOM OR : 4003 K/30/MEM/2013 TENTANG PENETAPAN WILAYAH PERTAMBANGAN PULAU KALIMANTAN
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOM OR : 4003 K/30/MEM/2013 TENTANG PENETAPAN WILAYAH PERTAMBANGAN PULAU KALIMANTAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA KELAB MALAM
SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA KELAB MALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
Lebih terperinciBUPATI PENAJAM PASER UTARA
9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI WILAYAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciTerminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPage 1 of 14 Penjelasan >> PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciPERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL
PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL Diajukan untuk eenuhi persyaratan eperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciB. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan
Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum
Lebih terperinciKETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI
Lebih terperinciUndang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/15/KEP./ /2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN PEMBANGUNAN KLINIK SYIFAUL UMMAH
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-ail blh@laongankab.go.id website www.laongankab.go.id KEPUTUSAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA BAR/RUMAH MINUM
SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA BAR/RUMAH MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
Lebih terperinciBERITA NEGARA. Lembaga Sandi Negara. Tempat Kegiatan Sandi. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.186, 2010 Lembaga Sandi Negara. Tempat Kegiatan Sandi. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR TEMPAT KEGIATAN SANDI
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tamb
No.460, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Gudang. Pentaan dan Pembinaan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/M-DAG/PER/3/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciTABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA
TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA SEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS A PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 1. Jarak Antar Bangunan minimal
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA KARAOKE
SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA KARAOKE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK
Lebih terperinciPEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT
PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah
BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.
Lebih terperinciLANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II
LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinci2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng
No. 380, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kereta Api. Jalur. Persyaratan Teknis. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 60 TAHUN 2012 TENTANG PERSYARATAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.18, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Biaya. Perkeretaapian. Perhitungan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 67 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA PUB
SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA PUB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK
Lebih terperinci2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U
No.328, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Penetapan Kelas Jalan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMO 05/PRT/M/2018 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN BERDASARKAN FUNGSI
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
7 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pelaksanaan konstruksi merupakan rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan dalam pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan lapangan sampai dengan penyerahan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
SALINAN PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
Lebih terperinciSTANDAR USAHA KELAB MALAM. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Ruang Bersantai dan Melantai
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA KELAB MALAM STANDAR USAHA KELAB MALAM I. PRODUK A. Ruang Bersantai dan Melantai 1.
Lebih terperinci2015, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembar
No. 1939, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAR. Usaha. Hotel. Standar. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA MOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKeputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Menimbang : MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GEDUNG PERTUNJUKAN SENI
SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GEDUNG PERTUNJUKAN SENI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciSTUDI DESKRIPSI SISTEM PERPARKIRAN DI GALERIA MALL YOGYAKARTA
STUDI DESKRIPSI SISTEM PERPARKIRAN DI GALERIA MALL YOGYAKARTA ABSTRACT Tryas Purnaa 1, Retna Hidayah 2 1,2 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, FT-UNY retna.hidayah@uny.ac.id This study is
Lebih terperinciBAB III METODE ANALISIS
BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur
Lebih terperinciMENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN STASIUN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA KAFE
SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA KAFE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dalam
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan
Lebih terperinciTATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Lampiran : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-01/Bapedal/09/1995 Tanggal : 5 September 1995 TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
Lebih terperinciPeraturan Daerah Kota Metro Nomor 05 Tahun 2012 tentang Retribusi Perizinan Tertentu.
I. DASAR HUKUM Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 05 Tahun 2012 tentang Retribusi Perizinan Tertentu. II. NAMA, OBYEK dan SUBYEK RETRIBUSI 1. Dengan nama Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dipungut Retribusi
Lebih terperinciPENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3
PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3 Oleh: Aep Purnama Kabid Prasarana Jasa dan Non Institusi Asdep Pengelolaan LB3 dan Kontaminasi LB3 DEFINISI UU No. 32/2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Lebih terperinciStandard Operating Procedure Pelaksanaan Postest
Standard Operating Procedure Pelaksanaan Postest Elektronika Universitas Brawijaya Malang 2017 Hal. i DAFTAR ISI LEMBAR IDENTIFIKASI -----------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciRANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)
RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co
Lebih terperinci: MEMBANGUN BARU, MENAMBAH, RENOVASI, BALIK NAMA
Perihal : Permohonan Surat Izin Mendirikan Bangunan Pangkajene Sidenreng,.................... Kepada Yth. Bupati Sidenreng Rappang Cq, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Yang bertandatangan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TERTIB PEMANFAATAN JALAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN
PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TERTIB PEMANFAATAN JALAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH Menimbang:a. bahwa jalan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.968, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAREKRAF. Restoran. Standar Usaha. Sertifikasi. Persyaratan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G
MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I. Menimbang
Lebih terperinciPEDOMAN PENERBITAN IJIN GUDANG BAHAN PELEDAK
PEDOMAN PENERBITAN IJIN GUDANG BAHAN PELEDAK DIAGRAM ALIR PROSES I V II VI III VII IV I. Surat Permohonan Dari perusahaan (KTT/Direksi) ditujukan kepada KAPIT Ijin Baru Perihal : Permohonan Penunjukan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA
MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I. Menimbang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 276, 2015 KEMENHUB. Penumpang. Angkatan Laut. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 37 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN OBJEK
18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinci2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA SANGGAR SENI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA SANGGAR SENI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 85 TAHUN 2006 TENTANG PELAYANAN PENERBITAN PERIZINAN BANGUNAN
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 85 TAHUN 2006 TENTANG PELAYANAN PENERBITAN PERIZINAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,
Lebih terperinciPersyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009
Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Sumber pencemar di perkotaan Hazardous waste storage Acuan Permen LH no. 30/2009 tentang Tentang Tata Laksana
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam upaya
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1572, 2014 KEMENHUB. Barang. Kereta Api. Pembongkaran. Pengangkutan. Penyusunan. Pemuatan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 48
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GEBERNUR
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-01/BAPEDAL/09/1995
Salinan BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN ( BAPEDAL ) KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-01/BAPEDAL/09/1995 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN
Lebih terperinciPencapaian pejalan kaki dalam hal ini khususnya para penumpang kendaraan ang
BABIV KONSEP DASAR PERANCANGAN 4.1. KONSEP PERENCANAAN TAPAK 4.1.1. Pencapaian Ke Site/Tapak Pencapaian ke site/tapak Pasar Kota Purbalingga dengan : 1. Pencapaian kendaraan pribadi. Pencapaian ke site
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI & TEKNIK PENYIMPANAN LIMBAH B3
IDENTIFIKASI & TEKNIK PENYIMPANAN LIMBAH B3 Disampaikan oleh: EUIS EKAWATI Kasubdit Prasarana dan Jasa Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 Direktorat Jenderal Pengelolaan
Lebih terperinci2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2013 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBATASAN ANGKUTAN BARANG PADA RUAS JALAN PROVINSI RUAS JALAN SAKETI-MALINGPING-SIMPANG
PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBATASAN ANGKUTAN BARANG PADA RUAS JALAN PROVINSI RUAS JALAN SAKETI-MALINGPING-SIMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang
Lebih terperinci2017, No Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.784, 2017 KEMENDAG. Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/M-DAG/PER/5/2017 TENTANG
Lebih terperinciBAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi
Lebih terperinci2013, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.152, 2013 LINGKUNGAN HIDUP. Limbah. Radioaktif- Tenaga Nuklir. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5445) PERATURAN
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR
BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Konsep Dasar Perancangan 5.1.1. Konsep Kinerja Bangunan 1. Sistem Distribusi Listrik Distribusi listrik berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama atau trafo.
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Audit Keselamatan Kebakaran Gedung PT. X Jakarta Tahun 2009 DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Data Umum Gedung a. Nama bangunan : b. Alamat
Lebih terperinciBAB V PERENCANAAN TEKNIS RINCI
BAB V PERENCANAAN TEKNIS RINCI 5. PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN 5.. Perhitungan Diensi Saluran Tersier Saluran tersier tidak direncanakan sebagai jalur navigasi sehingga perhitungan diensi untuk salutan
Lebih terperinci2 Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
No.1722, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAREKRAF. Arena Permainan. Standar Usaha.Sertifikasi. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN
Lebih terperinci2 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik I
No.1957, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Gudang. Penataan. Pembinaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90/M-DAG/PER/12/2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,
BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional
Lebih terperinciMENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS GERBONG a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 108 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK
Lebih terperinciDisampaikan Pada Kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B September 2016
PENYAMPAIAN RANCANGAN PERATURAN MENLHK TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH B3; DAN PENGEMASAN LIMBAH B3 DALAM RANGKA REVISI KEPUTUSAN KEPALA BAPEDAL NOMOR 01/BAPEDAL/09/1995 DAN PERATURAN
Lebih terperinci1. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI ) 3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983)
7 1. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989) 2. Perencaaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung SNI-03-1726-2002 3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983)
Lebih terperinci