(The Difference Result of Learning Using Cooperative Learning Model Type of GI and CIRC on Biodiversity Concept)

Transkripsi

1 PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) PADA KONSEP KEANEKARAGAMAN HAYATI (The Difference Result of Learning Using Cooperative Learning Model Type of GI and CIRC on Biodiversity Concept) Nur Fitiyani, Purwati Kuswarini dan Ai Sri Kosnayani Program Study Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, University of Siliwangi Jl. Siliwangi no: 20 Tasikmalaya -Jawa Barat, Abstract The aim of the research were to know the differences result of learning using cooperative learning model type of GI and CIRC on Biodiversity concept at the tenth grade on MAN Tasikmalaya regency. This research has been conducted in October 2013 March 2014 in MAN Tasikmalaya regency. The method used in this research is pre-experiment. The population were all tenth grade of MAN Tasikmalaya regency as many four classes with many students were 118 students. The technique of the sample were purposive sampling, the sample were students of X-4 by using cooperative learning model type of GI and the students of X-1 by using cooperative learning model type of CIRC. The instrument used in the research were the test result of students learning. The test were in the form of five compound options, the technique of analysing the data used t-test. Based on research and data analysis, it show that there were the differences result of learning using cooperative learning model type GI and CIRC on Biodiversity concept at the tenth grade of MAN Tasikmalaya regency. The more suitable learning model used on Biodiversity concept were cooperative learning type of GI. Keyword: Cooperative Learning, Group Investigation, and CIRC Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan CIRC pada konsep Keanekaragaman Hayati di kelas X MAN Kota Tasikmalaya.Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Oktober 2013 sampai dengan bulan April 2014 di MAN Kota Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah pre eksperiment. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN Kota Tasikmalaya yang berjumlah 4 kelas dengan jumlah siswa 118 orang siswa. Sampel diambil dengan cara purposive sampling yaitu kelas X-4 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan kelas X-1 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Untuk mengukur hasil belajar digunakan instrumen berupa tes hasil 1

2 belajar. Tes ini berupa pilihan majemuk dengan lima option. Teknik analisis data menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis menunjukan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan CIRC pada konsep Keanekaragaman Hayati di kelas X MAN Kota Tasikmalaya. Model pembelajaran yang lebih cocok diterapkan pada konsep Keanekaragaman Hayati adalah model pembelajaran kooperatif tipe GI. Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, Group Investigation dan CIRC Pendahuluan Guru merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh faktor guru. Guru bertugas membantu siswa belajar dengan cara mengubah lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai strategi pembelajaran yang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal. Untuk mencapai tujuan pembelajaran guru dituntut untuk bisa memilih, dan memadukan model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam suatu konsep tertentu. Meskipun perkembangan model pembelajaran telah mengalami perubahan, dalam kenyataannya guru masih mengalami kesulitan dalam menentukan, model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam suatu tingkat pendidikan. Karena itu banyak guru yang belum bisa mencapai tujuannya yakni hasil belajar siswa yang optimal. Hal ini juga terjadi di MAN Kota Tasikmalaya, berdasarkan observasi di lapangan yang penulis lakukan dan wawancara dengan guru biologi pada tanggal 28 Oktober 2013 ditemukan masalah bahwa guru sulit untuk menentukan model pembelajaran yang efektif, dan siswa merasa bosan dengan pembelajaran karena guru mendominasi dalam proses belajar mengajar. Pada hasil akhirnya guru tidak bisa mencapai tujuannya yakni hasil belajar belum tercapai seperti yang diharapkan yang dapat dilihat dari hasil tes belajar siswa, yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal yang diharapkan yaitu 71. Sedangkan rata-rata nilai ulangan harian yang diperoleh siswa hanya 65. Guru harus lebih kreatif dan pintar dalam memilih model pembelajaran yang cocok untuk suatu materi tertentu dan juga memberikan kesempatan kepada 2

3 siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran agar dapat mencapai tujuannya. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, diharapkan guru dapat memilih model pembelajaran yang cocok dengan materi yang akan diajarkan dan juga membuat suasana belajar tidak monoton sehingga siswa tertarik untuk belajar. Pembelajaran kooperatif memiliki keistimewaan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan siswa yang pendidikannya terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka. Sebuah model investigasi-kelompok dari pembelajaran di kelas diperoleh dari premis bahwa baik domain sosial maupun intelektual proses pembelajaran sekolah melibatkan nilai-nilai yang didukungnya. Group investigation tidak akan dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpesonal atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran di dalam kelas. Komunikasi dan interaksi kooperatif diantara sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil, dimana pertukaran diantara teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif bisa terus bertahan. Aspek rasa sosial dari kelompok, pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subjek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk belajar Model pembelajaran CIRC ini dikembangkan oleh Stavens, dkk (1978). Satu fokus utama dari kegiatan CIRC adalah membuat penggunaan waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif. Para siswa yang bekerja di dalam tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan ini, yang dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca, agar dapat memenuhi tujuan-tujuan dalam bidang-bidang lain seperti pemahaman membaca, kosakata, pembacaan pesan, dan ejaan. Para siswa termotivasi untuk saling bekerja satu sama lain dalam kegiatan-kegiatan ini atau rekognisi lainnya yang didasarkan pada pembelajaran seluruh anggota tim. Model pembelajaran kooperatif tipe GI dan CIRC merupakan salah satu alternatif yang dipilih peneliti untuk memecahkan permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas X MAN Kota Tasikmalaya. 3

4 Metode Penelitian Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda pre-experiment. Materi yang di bahas dalam penelitian ini adalah keanekaragman hayati, sedangkan model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe GI dan CIRC. Sampel diambil dengan cara purposive sampling. Subyek penelitian terdiri dari dua kelas yaitu kelas X-4 dan kelas X-1 MAN Kota Tasikmalaya berjumlah 60 siswa yang diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu sebagai berikut: 1. Kelas X-4 proses pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe GI, Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe GI sebagai berikut: a. pembentukan kelompok: dibentuk menjadi 4 kelompok yang anggotanya 6 orang berdasarkan ketertarikan siswa terhadap materi dan bersifat heterogen berdasarkan jenis kelamin; b. seleksi topik: siswa memilih subtopik tertentu dari permasalahan yang lebih umum atau yang ditawarkan oleh guru; c. perencanaan kooperatif: siswa dan guru merancang prosedur spesifik, pembagian tugas, dan menentukan tujuan yang konsisten dengan subtopik dari masalah yang telah ditetapkan pada langkah pertama; d. implementasi: siswa melakukan investigasi baik di sekolah maupun di luar sekolah atau melaksanakan rencana yang telah diformulasikan pada langkah ke 2; e. analisis dan sintesis: siswa menganalisis dan mensintesis informasiinformasi yang didapatkan pada langkah ke 3; f. presentasi hasil akhir; dan g. evaluasi: siswa dan guru mengevaluasi kontribusi kelompok terhadap pekerjaan kelas secara keseluruhan. 2. Kelas X-1 proses pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe CIRC. Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC yaitu: a. membentuk kelompok menjadi 4 kelompok yang anggotanya 6 orang secara heterogen berdasarkan nilai akademik dan jenis kelamin; 4

5 b. guru memberikan wacana kepada tiap kelompok dengan topik pembelajaran yang berbeda; c. siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas; d. mempresentasikan/membacakan hasil kelompok; e. guru dan siswa membuat kesimpulan bersama; dan f. penutup. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 1. Hasil Analisis Data Tes hasil belajar siswa di kelas X-4 MAN Kota Tasikmalaya yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI, diperoleh nilai minimum 22, nilai maksimum 33, rentang 11, rata-rata 28,43, varians 5,93, dan standar deviasi 2,44. Sementara Tes hasil belajar siswa di kelas X-1 MAN Kota Tasikmalaya yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, diperoleh nilai minimum 20, nilai maksimum 31, rentang 10, rata-rata 25,43, varians 6, dan standar deviasi 2,45. Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam rangka pengujian hipotesis, data tersebut diolah terlebih dahulu kemudian dianalisis dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode statistik uji t, yang digunakan untuk membandingkan nilai kelas X-4 yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan kelas X-1 yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Namun sebelum dilakukan uji t, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians. Uji normalitas data kelas X-4 yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan menggunakan uji chi kuadrat diperoleh = 5,32 yang lebih kecil dari = 7,81. Demikian pula data kelas X-1 yang proses pembelajarannya menggunakan 5

6 model pembelajaran kooperatif tipe CIRC diperoleh = 1,68 yang lebih kecil dari = 7,81. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, kedua data telah diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Fmaksimum diperoleh nilai Fhitung = 1,01 sedangkan Ftabel = 1,61. Jadi menurut perhitungan tersebut, maka didapat Fhitung < Ftabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data tersebut memiliki varians yang homogen. Hasil perhitungan uji t diperoleh thitung = 4,62 dan ttabel = 2,00. Ini menunjukkan ada perbedaan hasil belajar siswa yang proses pebelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan CIRC pada konsep Keanekaragaman Hayati di kelas X MAN Kota Tasikmalaya. 2. Hasil Belajar Siswa di Kelas X-4 yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Dari hasil penelitian yang dilakukan di kelas X-4 diperoleh rata-rata hasil post test yaitu 81. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa di kelas X-4 telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum yaitu 71. Jika dilihat dari skor tengahnya yaitu 27,5 maka diperoleh kelompok skor tinggi sebanyak 21 orang, dan kelompok skor rendah sebanyak 9 orang (dapat dilihat dari gambar 1). Hal ini menunjukan bahwa di kelas X-4 lebih banyak kelompok nilai tinggi dibandingkan dengan kelompok nilai rendah. Tercapainya hasil belajar siswa di kelas X-4 dikarenakan adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe GI yang memacu siswa untuk belajar lebih aktif. Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan guru menugaskan kepada siswa untuk membaca materi Keanekaragaman Hayati, dan mengusulkan sub konsep yang akan di investigasi. Pada perternuan pertama siswa mengusulkan sub konsep yang akan di investigasi. Kemudian guru mengkategorikan saran-saran dari siswa dan mengelompokan siswa berdasarkan ketertarikan materi yang siswa pilih, dan pengelompokan bersifat heterogen berdasarkan jenis kelamin. Siswa bergabung dengan kelompoknya, dan berbagi tugas. Investigasi di sekolah dilakukan di perpustakaan MAN Kota Tasikmalaya, perwakilan kelompok mencari berbagai sumber untuk di 6

7 investigasi. Siswa yang berada di kelas membaca buku sumber yang ada, dan sebagian mencari sumber di internet. Setelah perwakilan kelompok mendapatkan beberapa buku sumber dari perpustakaan, siswa berbagi tugas dan masing-masing siswa mempelajari materinya dari sumber yang berbeda. Sumber yang dipakai siswa adalah Erlangga, Ari Sulistyiorini, Intimedia, Esis, Platinum dan juga internet. Para siswa saling bertukar informasi, berdiskusi, dan mensintesis semua gagasan untuk dijadikan suatu makalah yang akan dipresentasikan. Siswa kelas X-4 lebih aktif dibandingkan dengan siswa kelas X-1, banyak siswa yang menanyakan materi yang tidak dimengerti kepada guru, dan guru memfasilitasi. Pada akhir pembelajaran guru menugaskan kepada siswa untuk membuat makalah. Pada petemuan kedua siswa bersaing untuk menampilkan hasil investigasi kelompoknya. Keberhasilan model pembelajaran GI tergantung dari kemampuan masing-masing siswa dalam melaksanakan kerja sama dalam kelompok. Kelompok yang menyampaikan materi harus melibatkan pendengarnya secara aktif. Apabila penyaji materi mengabaikan pendengarnya, maka materi tidak akan tersampaikan dengan baik. Di kelas X- 4, pada tiap kelompok terdapat siswa yang baik dalam menyampaikan materi, walaupun tidak semua siswa bisa menyampaikan materi dengan baik setidaknya sebagian materi tersampaikan dengan baik. Pada tahap diskusi atau tanya-jawab, perwakilan tiap kelompok mengajukan pertanyaan kepada penyaji materi dan kelompok yang menyajikan materi dapat menjawab dengan baik, walaupun ada sebagian jawaban yang kurang tepat. Disinilah tugas guru untuk meluruskan dan memperjelas jawaban dari pertanyaan siswa. Setelah semua presentasi berakhir, guru dan siswa menyimpulkan dan mengevaluasi pembelajaran. Kesimpulan yang dibuat harus mencakup indikator pembelajaran. Kegiatan terakhir yaitu siswa melakukan post test. Selain faktor model pembelajaran yang digunakan, hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor guru. Guru berperan dalam menyiapkan segala sesuatu yang bersangkutan dengan kelancaran dalam proses mengajar seperti rencana pembelajaran, penguasaan materi, ketepatan waktu serta gaya guru saat 7

8 mengajar harus dapat menarik minat belajar siswa, sehingga siswa dapat menyerap materi secara optimal. Tingkah laku siswa juga berpengaruh terhadap hasil belajar, kekompakan dan kenyamanan kelompok akan mempengaruhi terhadap hasil dari pembuatan makalah dan juga presentasi. Selain itu, faktor lingkungan juga dapat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa, karena apabila kondisi lingkungan yang kurang nyaman proses penyerapan materi pembelajaran menjadi berkurang. Gambar 1 Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Belajar Siswa di Kelas X-4 yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI 3. Hasil Belajar Siswa di Kelas X-1 yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Dari hasil penelitian yang dilakukan di kelas X-1 diperoleh rata-rata post test yaitu 73. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa di kelas X-1 telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum yaitu 71. Jika dilihat dari skor tengahnya yaitu 25,5 maka diperoleh kelompok skor tinggi sebanyak 14 orang, dan kelompok skor rendah sebanyak 16 orang (dapat dilihat dari gambar 2). Hal ini menunjukan bahwa di kelas X-1 lebih banyak kelompok nilai rendah dibandingkan dengan kelompok nilai tinggi. Dari hasil perhitungan statistik, rata-rata nilai kelas X-1 lebih rendah dibandingkan dengan kelas X-4 yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI, hal ini dikarenakan pada kelas X-1 buku sumbernya terbatas. Siswa hanya terpaku pada satu sumber materi yang 8

9 diberikan guru. Pada pertemuan pertama siswa dibentuk kelompok oleh guru secara heterogen berdasarkan nilai akademik dan jenis kelamin. Kemudian siswa bergabung dengan kelompoknya dan guru memberikan wacana yang berbeda pada tiap kelompok. Siswa membaca wacana yang diberikan guru, siswa berdiskusi dan saling membacakan ide-ide pokok pikirannya kemudian menulis rangkumannya. Karena sumbernya terbatas sehingga wawasannya pun terbatas jika dibandingkan dengan kelas X-4. Faktor lain yang menyebabkan kelas X-1 lebih kecil nilainya dibandingkan dengan kelas X-4 diantaranya yaitu di kelas X-1 ada beberapa siswa yang tidak membaca dan merangkum wacana yang diberikan oleh guru, sehingga hasil belajarnya pun tidak maksimal. Pada pertemuan kedua siswa di kelas X-1 juga bersaing dalam memprensentasikan hasil rangkuman terbaik kelompoknya. Tiap kelompok mepresentasikan rangkumannya dengan baik, dan hampir tiap kelompok menjawab pertanyaan dari para pendengar dengan baik dan benar. Guru bertugas untuk meluruskan dan memperjelas jawaban dari pertanyaan siswa. Setelah presentasi selesai guru dan siswa membuat kesimpulan tentang materi tersebut, dan kegiatan terakhir yaitu siswa melakukan post test. Gambar 2 Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Belajar Siswa di kelas X-1 yang Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC 9

10 4. Perbedaan Hasil Belajar Siswa di Kelas X-4 yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dengan Siswa di Kelas X-1 yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Dari hasil perhitungan statistik uji t pada kelas X-4 yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan siswa di kelas X-1 yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC diperoleh data thitung 4,62 dan ttabel 2,00 yang menunjukkan bahwa thitung terletak di daerah penolakan Ho artinya ada perbedaan hasil belajar siswa yang proses pebelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan CIRC pada konsep Keanekaragaman Hayati di kelas X MAN Kota Tasikmalaya. Perbedaan hasil belajar siswa yang proses pebelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan CIRC pada konsep Keanekaragaman Hayati di kelas X MAN Kota Tasikmalaya dapat dilihat dari diagram berikut ini: Gambar 3 Diagram Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses Pebelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dan CIRC Berdasarkan diagram di atas terdapat rata-rata pos test siswa di kelas X-4 yang proses pebelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI yaitu 81. Jika dilihat dari skor tengahnya yaitu 27,5 maka diperoleh kelompok skor tinggi sebanyak 21 orang, dan kelompok skor rendah sebanyak 9 orang (dapat dilihat dari gambar 1). Rata-rata post test kelas X-1 yang proses pebelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC yaitu 73. Jika dilihat dari skor tengahnya yaitu 25,5 maka diperoleh kelompok skor 10

11 tinggi sebanyak 14 orang, dan kelompok skor rendah sebanyak 16 orang (dapat dilihat dari gambar 2). Berdasarkan data statistik tersebut menunjukkan bahwa pada kelas X-4 yang proses pebelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI kelompok dengan skor tinggi lebih banyak dibandingkan dengan kelompok skor rendah, sedangkan pada kelas X-1 yang proses pebelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC kelompok skor rendah lebih banyak daripada kelompok skor tinggi dan kedua kelas tersebut sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal. Ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Perbedaan hasil belajar tersebut disebabkan karena adanya pengaruh model pembelajaran yang berbeda. Kelas X-4 yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI hasil belajarnya lebih baik dari pada kelas X-1 yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, ini dikarenakan kelas X-4 siswanya mempelajari materi dari berbagai sumber diantaranya Erlangga, Ari Sulistyiorini, Intimedia, Esis, Platinum dan juga internet. Sedangkan kelas X-1 sumbernya terbatas, siswa hanya terpaku pada wacana yang diberikan guru sehingga wawasannya pun terbatas. Dengan demikian model yang cocok untuk konsep Keanekaragaman Hayati adalah model pembelajaran kooperatif tipe GI. Kesimpulan 1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran GI dan CIRC. 2. Nilai rata-rata kelas yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran GI pada konsep Keanekaragaman Hayati berada di atas nilai KKM. 3. Nilai rata-rata kelas yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran CIRC pada konsep Keanekaragaman Hayati berada di atas nilai KKM. 11

12 4. Model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih cocok diterapkan pada konsep Keanekaragaman Hayati karena menggunakan sumber belajar/acuan yang lebih banyak, sehingga wawasannya lebih luas dan rata-rata nilainya lebih tinggi dari kelas yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Daftar Pustaka Hernawan, Edi. (2012). Pengantar Statistika Parametrik untuk Penelitian Pendidikan. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya: Tidak diterbitkan. Slavin, Robert E (2005). Cooperative Learning. Terjemahan Yusron, Narulita. Bandung: Nusa Media. Suprihatiningrum, Jamil (2013). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-ruz Media 12