SKRIPSI. Oleh : WIDYA OKTALISA NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Oleh : WIDYA OKTALISA NIM"

Transkripsi

1 GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN PENDORONG PADA MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN KLINIK SANITASI DI KELURAHAN BARU LADANG BAMBU KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : WIDYA OKTALISA NIM FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

2 GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN PENDORONG PADA MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN KLINIK SANITASI DI KELURAHAN BARU LADANG BAMBU KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh : WIDYA OKTALISA NIM FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

3

4 ABSTRAK Klinik sanitasi merupakan wahana masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan lingkungan dan masalah penyakit berbasis lingkungan dengan bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Klinik sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, akan tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan puskesmas, bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektoral yang ada di wilayah kerja puskesmas Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor predisposisi, pendukung dan pendorong pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan desain crosssectional. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu yang berjumlah 858 KK. Dari pengambilan sampel secara systematic random sampling, diperoleh sampel sebanyak 90 KK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor predisposisi pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi yaitu memiliki pengetahuan baik sebesar 52,2%, sikap baik sebesar 44,4%, kepercayaan pada klinik sanitasi baik sebesar 86,7%. Faktor pendukung yaitu menyatakan jika keberadaan sarana dan prasarana klinik sanitasi baik sebesar 13,3%, dan sosialisasi klinik sanitasi seluruhnya tidak baik. Faktor pendorong yaitu keberadaan petugas klinik sanitasi menyatakan jika petugas klinik sanitasi baik sebesar 25,6%. Disarankan dalam pelaksanaan klinik sanitasi ini, agar petugas klinik sanitasi meningkatkan sosialisasi dan bersikap aktif ke masyarakat, dan dapat melakukan pemantauan oleh instansi terkait program ini untuk merevitalisasikannya, serta pemerintah untuk dapat memberikan dana yang lebih demi kelancaran sarana dan prasarana. Kata Kunci : Faktor Predisposisi, Pendukung, dan Pendorong, Klinik Sanitasi. ii

5 ABSTRACT Sanitation Clinic is the public place for overcome the environmental health problem and disease based on environment with guidance, counseling, and technical help from public health centre workers. Sanitation clinic is not as an independent service unit, but as an integral part of the health centre activities, cooperated by interprogram and intersectoral that is in the working area of public health centre. This research aim to know the description of predisposing, enabling and reinforcing factor on society in utilization of sanitation clinic at Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. The kind of this research is descriptive using of the cross sectional design. The population in this research is the society of Kelurahan Baru Ladang Bambu which amounts to 858 patriarch. Starting at of taking sample according to systematic random sampling, obtained sample as much as 90 patriarch. Result of this research has been shown that predisposing factor on society in utilization of sanitation clinic had good knowledge of 52.2 percent, good attitude of 44.4 percent, good credibility of 86.7 percent. Enabling factor has been shown that if the presence of facilities and infrastructure of sanitation clinic were good of 13,3 percent, and the whole socialization of sanitation clinic was not good. Reinforcing factor has been shown that if the presence of sanitation clinic workers were good of 25.6 percent. Suggested in implementation of this sanitation clinic, in order that increased the socialization by sanitation clinic workers and they should be active to society, and the instance beside of this program could do the monitoring for doing the revitalitation, and for the goverment could giving more budget for the sake of the continuity of facilities and infrastructure. Keywords : Predisposing, Enabling and Reinforing Factor, Sanitation Clinic. iii

6 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Jenis Kelamin : Widya Oktalisa : Perempuan Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru, 23 Oktober 1992 Agama Status Perkawinan Anak ke : Islam : Belum menikah : 4 dari 4 bersaudara Alamat : Jalan Sungai Duku / Kompleks PT.UK No. 45 Pekanbaru, Riau RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun Tahun Tahun : SD Negeri 018 Pekanbaru : SMP Negeri 4 Pekanbaru : SMA Negeri 1 Pekanbaru Tahun Sekarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara RIWAYAT ORGANISASI 1. Pers Mahasiswa Suara Universitas Sumatera Utara (Persma Suara USU). 2. Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (PEMA FKM USU). 3. Himpunan Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (HMI Komisariat FKM USU). iv

7 KATA PENGANTAR Allhamdulillahhirobbil`alamin, segala puji beserta syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Gambaran Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Pada Masyarakat Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan moril maupun spiritual dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini ucapan terimakasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada : 1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu dalam memberikan pengarahan bagi penulis sejak semester awal. 3. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing II serta Penguji I yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. v

8 4. Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D selaku Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 5. Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH yang telah bersedia menjadi penguji II pada seminar proposal dan memberikan masukan serta saran dalam perbaikan skripsi ini. 6. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS yang telah bersedia menjadi penguji III pada seminar proposal dan telah memberikan masukan dan saran dalam perbaikan skripsi ini. 7. Ir. Indra Chahaya S, M.Si yang telah bersedia menjadi penguji II pada sidang skripsi dan telah memberikan masukan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. 8. Dr. Taufik Ashar, MKM yang telah bersedia menjadi penguji III pada sidang skripsi dan telah memberikan masukan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. 9. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Kesehatan Lingkungan, terima kasih atas bantuan dan bimbingan serta dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 10. Lurah Baru Ladang Bambu dan Kepala Puskesmas Medan Tuntungan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. vi

9 11. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, terima kasih atas doa, kasih sayang serta dorongannya baik moril maupun materiil selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 12. Kakakku tersayang (kak Pipin dan kak Lili), abangku tersayang (bang Adi), terima kasih karena telah banyak membantu baik dalam bentuk doa, dorongan moril maupun materiil, serta seluruh keluarga besar yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 13. Sahabat-sahabatku tersayang yang jauh di sana (Dina, Anggi, Mia, Dini, Berlian, Titin, Ima, Nopus, dll), terima kasih atas jalinan persahabatan selama ini serta doa dan dukungan yang tetep diberikan walaupun jarak memisahkan. 14. Sahabat-sahabatku seperjuangan stambuk 2010 (Ashel, Eela, Ebi, Tasya, Riri, Tika, Ira, dll) yang telah bersama-sama berjuang, terima kasih atas kebersamaan selama ini baik canda, tawa, suka, dan duka serta bantuan dan dukungannya hingga terselesaikannya skripsi ini. 15. Temen-temen seperjuangan di Departemen Kesehatan Lingkungan (Dhila, Devi, Merlyn, Fiqoh, Berly, Ira, Lia, Isna, Petra, Mia, Erna, Meithyra, Palma, Fandi, Reza, Yeyen, Raja) dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan motivasi dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rahmat- Nya kepada kita semua. 16. Temen-temen PBL (kak Chichi, Sylvana, Yaya, Izzah, Adel, bang Roy, Arif, dll) terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini. vii

10 17. Senior dan alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FKM USU, terima kasih karena selama ini telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dukungan, dan bantuan. Terima kasih kakanda dan abangda. 18. Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini. Medan, Juni 2014 Penulis viii

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I. BAB II. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian... 6 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi Lingkungan Penyakit Berbasis Lingkungan Penyakit Berbasis Lingkungan di Kota Medan Program Kesehatan Masyarakat Klinik Sanitasi Tujuan Klinik Sanitasi Sasaran Klinik Sanitasi Ruang Lingkup Klinik Sanitasi Strategi Operasional Klinik Sanitasi Kegiatan Klinik Sanitasi Alur Kegiatan Program Klinik Sanitasi Sumber Daya Program Klinik Sanitasi Peran Klinik Sanitasi di Puskesmas Pelanggan Pelayanan Kesehatan Mutu Pelayanan Kesehatan Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan Dimensi Mutu Jasa Pelayanan Kesehatan Perilaku Teori Lawrence Green Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Kerangka Konsep ix

12 BAB III. BAB IV. BAB V. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Sampel Cara Pengambilan Sampel Metode Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder Definisi Operasional Aspek Pengukuran Teknik Analisa Data HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keadaan Demografis Kelurahan Baru Ladang Bambu Sarana Kesehatan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Struktur Organisasi Puskesmas Tuntungan Karakteristik Responden Gambaran Faktor Predisposisi Pengetahuan Responden Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi Sikap Responden Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi Kepercayaan Responden Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi Gambaran Faktor Pendukung Sarana dan Prasarana Klinik Sanitasi Sosialisasi Klinik Sanitasi Gambaran Faktor Pendorong Petugas Klinik Sanitasi PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Jarak Rumah dengan Puskesmas Gambaran Faktor Predisposisi Pengetahuan Responden Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi x

13 5.2.2 Sikap Responden Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi Kepercayaan Responden Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi Gambaran Faktor Pendukung Sarana dan Prasarana Klinik Sanitasi Sosialisasi Klinik Sanitasi Gambaran Faktor Pendorong Petugas Klinik Sanitasi BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

14 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011 dan Tahun Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Umur di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Jumlah Penghasilan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tabel 4.7. Distribusi Responden Menurut Jarak Rumah ke Puskesmas di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Menurut Pengetahuan Tabel 5.0. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Menurut Sikap Terhadap Klinik Sanitasi Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Kepercayaan Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Menurut Kepercayaan Terhadap Klinik Sanitasi xii

15 Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Keberadaan Sarana dan Prasarana Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Berdasarkan Keberadaan Sarana dan Prasarana Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Keberadaan Petugas Klinik Sanitasi Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Berdasarkan Keberadaan Petugas Klinik Sanitasi Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi xiii

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Kuesioner Penelitian Master Data Output SPSS Tentang Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Output SPSS Tentang Distribusi Frekuensi Responden Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM-USU Surat Izin Penelitian ke Puskesmas dari Dinas Kesehatan Kota Medan Surat Rekomendasi Penelitian ke Kelurahan Baru Ladang Bambu dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan Surat Selesai Penelitian dari Puskesmas Tuntungan Surat Balasan Selesai Penelitian dari Kelurahan Baru Ladang Bambu Lampiran 10. Contoh Form Rujukan Klinik Sanitasi xiv

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan Pemerintah Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan adalah membebaskan penduduk dari penularan atau transmisi penyakit dengan cara menghilangkan sumber penyakit, melakukan penyehatan lingkungan, dan meningkatkan perilaku hidup sehat penduduk serta memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit (Achmadi, 2004). Masalah kesehatan berbasis lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memadai baik kualitas maupun kuantitasnya serta perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah sehingga mengakibatkan penyakit-penyakit berbasis lingkungan muncul, seperti: diare, ISPA, malaria, DBD, TBC, yang masih mendominasi 10 penyakit terbesar puskesmas dan merupakan pola penyakit utama di Indonesia (Depkes RI, 2001). Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, puskesmas merupakan ujung tombak yang paling depan di wilayah kerjanya. Salah satu fungsi puskesmas yang penting adalah mengembangkan dan membina kemandirian masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan yang timbul, mengembangkan kemampuan dan kemauan masyarakat baik berupa pemikiran maupun kemampuan yang berupa sumber daya. Oleh sebab itu diperkenalkan dan dikembangkan suatu alternatif pemecahan masalah kesehatan lingkungan yaitu klinik sanitasi (Depkes RI, 2001). Klinik sanitasi sebagai salah satu pelayanan di puskesmas yang mengintegrasikan antara upaya kuratif, promotif, dan preventif, yang mempunyai 1

18 2 peran antara lain sebagai pusat informasi, pusat rujukan fasilitator di bidang kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan (Depkes RI, 2005). Klinik sanitasi hanya dilaksanakan di puskesmas yang diperkenalkan dari konsep Puskesmas Wanasaba Kabupaten Lombok Timur Provinsi NTB pada tahun 1995 dan selanjutnya kegiatan ini diikuti oleh beberapa puskesmas di provinsi NTB, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, sehingga pada awal tahun 2000 sudah sampai ke seluruh Puskesmas di Indonesia termasuk Kota Medan (Depkes RI, 2000). Kegiatan klinik sanitasi ini dibagi menjadi 2 yaitu dalam dan luar gedung, di antara keduanya kegiatan dalam gedung adalah kegiatan yang utama yang harus dilakukan sebelum kegiatan luar gedung. Namun sampai sekarang kegiatan ini belum berjalan optimal, baik dalam maupun luar gedung, hal ini dibuktikan dengan masih sangat kurangnya kunjungan klien atau pasien. Gambaran perilaku masyarakat yang kurang mendukung dapat menurunkan kualitas dan kuantitas lingkungan sehingga mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat maupun individu. Banyak faktor yang membuat masyarakat tidak mengunjungi klinik sanitasi. Pada survei pendahuluan di Puskesmas Tuntungan, diperoleh informasi bahwa klinik sanitasi tidak dimanfaatkan tampak dari jumlah pengunjung yang nihil. Petugas berpendapat bahwa masyarakat tidak memanfaatkan klinik sanitasi karena kesadaran masyarakat yang kurang terhadap pentingnya upaya pencegahan untuk mencegah penyakit berbasis lingkungan. Masyarakat datang ke puskesmas hanya sekedar melakukan pengobatan saja.

19 3 Menurut Notoatmodjo (2003), banyak alasan seseorang untuk berperilaku. Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena alasan pokok, yaitu: pengetahuan, kepercayaan, sikap, orang penting sebagai referensi, sumber-sumber daya (resources). Keseluruhan alasan tersebut menjadi faktor pada masyarakat untuk berperilaku dalam memanfaatkan klinik sanitasi ini. Beberapa alasan tersebut dipisahkan menjadi 3 faktor utama, yaitu faktor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, pendidikan, ekonomi, dan demografi; faktor pendukung meliputi sarana/prasarana dan sosialisasi; serta faktor pendorong meliputi petugas klinik sanitasi itu sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryanti (2003) menunjukkan adanya hambatan mengenai pelaksanaan program klinik sanitasi di puskesmas kota Medan. Dari 39 puskesmas yang ada di Kota Medan, terdapat 31 puskesmas yang mempunyai hambatan program klinik sanitasi. Adapun hambatan-hambatan dalam pelaksanaan klinik sanitasi yaitu: 1) pada program klinik sanitasi; 2) pada perencanaan klinik sanitasi; 3) pada tenaga/sarana klinik sanitasi; 4) pada dana klinik sanitasi; 5) pada pelaksanaan klinik sanitasi. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa program klinik sanitasi yang kurang baik (program tidak berjalan) yaitu Puskesmas Medan Tuntungan (Maryanti, 2003). Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara berkembang. Di seluruh dunia, 780 juta orang tidak memiliki akses terhadap air minum dan 2,5 miliar kekurangan sanitasi yang baik. Menurut WHO, diare adalah penyebab utama kedua kematian pada anak di bawah lima tahun dan morbiditas di dunia. Secara global, ada hampir 1,7 miliar kasus penyakit diare setiap tahun dan

20 4 membunuh sekitar anak balita setiap tahunnya. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional (WHO, 2013). Pada konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) yang diselenggarakan oleh World Bank Water Sanitation Program (WSP) pada tahun 2013 terungkap, bahwa Indonesia berada di urutan kedua di dunia sebagai negara dengan sanitasi buruk. Menurut data yang dipublikasikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 63 juta penduduk Indonesia tidak memiliki toilet dan masih buang air besar (BAB) sembarangan di sungai, laut, atau di permukaan tanah (Kompas, 2013). TB Paru juga merupakan penyakit berbasis lingkungan, salah satunya dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi yang erat kaitannya dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja yang buruk (Hiswani, 2009). Jumlah kasus baru TB Paru di Indonesia diestimasikan sekitar orang setahunnya (Depkes RI, 2013). Di provinsi Sumatera Utara, khususnya di Kota Medan, tercatat pada tahun 2012, kasus penyakit berbasis lingkungan seperti pneumonia pada balita berjumlah kasus, DBD ada kasus dengan jumlah yang meninggal ada 22 kasus. Prevalensi TB Paru berjumlah kasus. Diare dengan estimasi sekitar kasus (Dinkes Medan, 2012). Di Puskesmas Medan Tuntungan khususnya, tercatat kasus TB Paru dengan prevalensi berjumlah 12 kasus, pneumonia dengan estimasi 260 kasus, diare kasus, dan DBD berjumlah 35 kasus (Dinkes Medan, 2012). Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Gambaran Faktor Predisposisi, Pendukung dan

21 5 Pendorong Pada Masyarakat Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun Perumusan Masalah Dinas Kesehatan melalui Puskesmas telah membuat suatu upaya, yaitu mengadakan suatu klinik sanitasi untuk membantu menangani dalam menekan angka penyakit berbasis lingkungan yang terjadi. Namun, masyarakat tampak tidak memanfaatkan klinik sanitasi, terlihat dari keengganan masyarakat untuk berkunjung ke klinik sanitasi. Hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat yang kurang dalam upaya pencegahan dan pola pikir masyarakat yang hanya sebatas untuk pengobatan saja. Selain itu terdapat beberapa faktor lainnya yang ingin diketahui, yaitu faktor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, pendidikan, ekonomi, dan demografi; faktor pendukung meliputi sarana/prasarana dan sosialisasi; serta faktor pendorong meliputi petugas klinik sanitasi. Sehingga peneliti ingin meneliti tentang bagaimana gambaran faktor predisposisi, pendukung dan pendorong pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran faktor predisposisi, pendukung dan pendorong pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

22 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui faktor predisposisi pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, pendidikan, ekonomi, dan demografi. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, meliputi sarana/prasarana dan sosialisasi. 3. Untuk mengetahui faktor pendorong pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, meliputi petugas klinik sanitasi Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan dan kajian bagi puskesmas dan Dinas Kesehatan kota Medan untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam pelaksanaan program klinik sanitasi dalam hal penanganan masalah penyakit berbasis lingkungan. 2. Menambah pengetahuan peneliti dalam hal sanitasi khususnya program klinik sanitasi lingkungan secara lebih mendalam. 3. Memberikan masukan aplikatif bagi masyarakat untuk bisa mengoptimalkan secara maksimal fasilitas yang telah disediakan untuk meningkatkan kesehatannya melalui klinik sanitasi. 4. Menjadikan tambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca tentang ilmu kesehatan masyarakat khususnya kesehatan lingkungan tepatnya mengenai program klinik sanitasi yang ada di puskesmas.

23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sanitasi Lingkungan Sanitasi umumnya mengacu pada penyediaan fasilitas dan jasa untuk pembuangan yang aman dari urin manusia dan tinja. Sanitasi yang tidak memadai merupakan penyebab utama penyakit di seluruh dunia dan meningkatkan sanitasi dikenal memiliki dampak yang menguntungkan yang signifikan terhadap kesehatan baik di rumah tangga dan di masyarakat. Kata 'sanitasi' juga mengacu pada pemeliharaan kondisi higienis, melalui layanan seperti pengumpulan sampah dan pembuangan air limbah (WHO, 2013). Menurut Chandra (2007), sanitasi adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia. Sedangkan menurut Entjang (2000), sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, di mana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Menurut Hiswani (2003) yang mengutip pendapat Sutomo, sanitasi lingkungan adalah bagian dari kesehatan masyarakat secara umum yang meliputi prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan atau menguasai faktor-faktor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit melalui kegiatan- kegiatan yang ditujukan untuk : 7

24 8 1. Sanitasi air (Water Sanitasi) 2. Sanitasi Makanan (Food Sanitasi) 3. Pembuangan Sampah (Sewage and Excreta disposal). 4. Sanitasi Udara (Air Sanitation) 5. Pengendalian vektor dan binatang pengerat (Vektor and Rodent Controle). Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan antara lain bahwa: (1) kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, (2) kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan lainnya, (3) kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, tanah, dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor penyakit dan penyehatan atau pengamanan lainnya, (4) setiap tempat umum atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan persyaratan (Depkes RI, 1992). Mengingat hal-hal yang terjadi di negara-negara berkembang meliputi masalah sanitasi lingkungan seperti: pengotoran persediaan air rumah tangga, infeksi karena kontak langsung ataupun tidak langsung dengan feses manusia, infeksi yang disebabkan oleh arthropoda, rodensia, mollusca, dan vektor-vektor penyakit lainnya, perumahan yang sempit, serta penyakit-penyakit hewan yang berhubungan dengan manusia, maka dilakukan usaha dalam sanitasi lingkungan di Indonesia yang meliputi: 1. Menyediakan air rumah tangga yang baik, cukup kualitas maupun kuantitasnya.

25 9 2. Mengatur pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah. 3. Mendirikan rumah-rumah sehat, menambah jumlah rumah agar rumahrumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat. 4. Pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit seperti: lalat, nyamuk, kutu-kutu, serta binatang reservoir penyakitnya. 5. Pengawasan terhadap bahaya polusi dan radiasi dari sisa-sisa zat radioaktif sesuai dengan perkembangan negara. (Entjang, 2000) Penyakit Berbasis Lingkungan Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula, ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain: perumahan, pembuangan kotoran manusia, penyediaan air bersih, pembangunan sampah, pembuangan air kotor dan pencemaran ruang lingkup tersebut harus dijaga untuk mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar menjadi media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya (Notoatmodjo, 2007). Masalah kesehatan lingkungan menjadi sangat kompleks seperti urbanisaasi penduduk dari desa ke kota, pembuangan sampah yang dilakukan secara dumping tanpa adanya pengolahan, penyediaan air bersih hanya 60% penduduk Indonesia mendapatkan air dari PDAM, tingkat pencemaran udara sudah melebihi nilai ambang batas khususnya di kota-kota besar, pembuangan limbah industri dan limbah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik, bencana alam serta perencanaan tata kota dan

26 10 kebijakan pemerintah yang sering kali menimbulkan masalah baru bagi kesehatan lingkungan (Chandra, 2007). Penyakit berbasis lingkungan merujuk pada penyakit yang memiliki akar atau hubungan yang erat dengan satu atau lebih komponen lingkungan pada sebuah ruang dalam mana masyarakat tersebut bertempat tinggal atau beraktivitas dalam jangka waktu tertentu. Penyakit tersebut bisa dicegah atau dikendalikan, kalau kondisi lingkungan yang berhubungan atau diduga berhubungan dengan penyakit tersebut dihilangkan (Achmadi, 2012). Masalah kesehatan berbasis lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memadai baik kualitas maupun kuantitasnya serta perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah sehingga mengakibatkan penyakit-penyakit berbasis lingkungan muncul antara lain, seperti: diare, ISPA, malaria, DBD, TBC, yang masih mendominasi 10 penyakit terbesar puskesmas dan merupakan penyakit utama di Indonesia (Depkes RI, 2001) Penyakit Berbasis Lingkungan di Kota Medan Masalah penyakit berbasis lingkungan masih ditemukan di wilayah Kota Medan hingga kini, seperti (Dinkes Medan, 2012): 1. TB. Paru TB Paru atau yang sering disebut penyakit Tuberculosis (TBC) adalah batuk yang berlangsung secara terus menerus selama 3 minggu atau lebih, berkeringat malam tanpa aktifitas serta dapat juga ditandai dengan batuk darah karena pembuluh darah pecah akibat luka dalam alveoli yang sudah lanjut. Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis basil atau kuman

27 11 yangberbentuk batang dan mempunyai sifat tahan terhadap penghilangan warna yang bersifat asam dan alkohol (kuman tetap berwarna kemerahan), maka disebut Basil Tahan Asam (BTA). Menemukan kuman BTA ini menjadi dasar dalam penegakan diagnosis (Achmadi, 2008). Kasus TB paru di kota Medan hingga tahun 2012 masih ditemukan, dengan prevalensi berjumlah kasus, di mana ditemukan kasus baru (insidance penyakit TB paru) berjumlah kasus (Dinkes Medan, 2012). 2. Pneumonia Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (Depkes RI, 2002). Meskipun pneumonia tidak masuk dalam 10 penyakit terbesar, namun kasus pneumonia ini selalu ditemukan di kota Medan. Perkiraan kasus pneumonia pada balita di kota Medan berjumlah dari jumlah balita , di mana kasus pneumonia yang ditemukan dan ditangani berjumlah kasus yaitu sekitar 22 % (Dinkes Medan, 2012). 3. Diare Diare adalah buang air besar lembek sampai encer yang lebih dari 3 kali dalam satu hari. Penyebab dari diare yaitu oleh bakteri/virus, seperti: Rotavirus, Escherrichia Coli Enterotoksigenik (ETEC), Shigella, Compylobacter Jejuni, Cryptospondium (Depkes RI, 2001).

28 12 Kasus diare di kota Medan tahun 2012 diperkirakan mencapai kasus dari jumlah penduduk kota Medan yang berjumlah orang. Namun, kasus diare yang ditemukan dan ditangani hanya berjumlah dari perkiraan kasus diare, yaitu hanya sekitar 3,23 % saja (Dinkes Medan, 2012). Angka ini menunjukkan bahwa kasus diare masih banyak terjadi dan masih belum banyak yang ditemukan dan ditangani. 4. Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, dengan cara seseorang yang dalam darahnya mengandung virus Dengue bila digigit nyamuk akan terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk dan berkembang biak, kemudian masuk ke dalam kelenjar air liur nyamuk setelah satu minggu di dalam tubuh nyamuk, bila nyamuk menggigitorang sehat akan menularkan virus Dengue, virus ini tetap berada di dalam tubuh nyamuk sehingga dapat menularkan kepada orang sehat lainnya (Depkes RI, 2001). Hingga tahun 2012 tercatat kasus DBD di kota Medan berjumlah kasus dengan jumlah yang meninggal dari kasus tersebut berjumlah 22 kasus. Angka ini menunjukkan bahwa kejadian DBD di kota Medan masih perlu penanggulangan lagi untuk mencapai kota Medan yang bebas DBD (Dinkes Medan, 2012) Program Kesehatan Masyarakat Puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia perlu lebih ditingkatkan mutu pelayanannya sehingga partisipasi kelompok-kelompok

29 13 masyarakat yang ada di wilayah kerjanya dapat lebih ditingkatkan. Untuk itu, dokter dan tenaga para medis yang ada di puskesmas perlu memahami dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen dalam pengelolaan program kesehatan masyarakat (Muninjaya, 1999). Program kesehatan yang dikembangkan melalui puskesmas lebih banyak bersifat pencegahan (Public Health Service) dan dalam pelaksanaannya lebih mengutamakan kerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat (Muninjaya, 1999). Untuk mencegah berkembangnya gangguan kesehatan (kejadian sakit di masyarakat), perlu dikembangkan program kesehatan masyarakat yang meliputi aspek promosi kesehatan dan perlindungan spesifik (primer prevention), surveilan dan pengobatan tepat (secondary prevention), rehabilitasi, legislasi, dan paliasi (tertier prevention). Semua jenis kegiatan program masyarakat tersebut memerlukan partisipasi aktif masyarakat, dan semuanya dapat digolongkan ke dalam pelayanan kesehatan (health services), partisipasi/mobilisasi peran serta kelompok-kelompok masyarakat (community participation and mobilization), dan upaya asuransi (health insurance) (Muninjaya, 1999). Menurut P. Walton Purdon yang dikutip oleh Ryadi (1986), ditekankan bahwa kesehatan lingkungan merupakan salah satu aspek dari kesehatan masyarakat. Penerapan konsep ini kemudian diartikan bahwa pengembangan kesehatan lingkungan harus mengikuti prinsip-prinsip ilmu kesehatan masyarakat. Berpijak pada prinsip-prinsip ilmu kesehatan masyarakat, maka faktor pencegahan (preventif) dan promotif lebih memegang peranan penting di dalam

30 14 setiap bentuk upaya kesehatan lingkungan. Dengan ini dapat diartikan bahwa pengembangan kesehatan lingkungan tidak mengandalkan pada treatment suatu kasus bila sesuatu sudah terjadi. Tetapi justru menekankan bagaimana pencegahan dan peningkatan (promotif) (Ryadi, 1986). Klinik sanitasi merupakan salah satu program kesehatan masyarakat dibidang kesehatan lingkungan yang sangat relavan untuk menerapkan paradigma sehat yang pada saat ini digalakkan kembali. Karena dalam klinik sanitasi dilakukan integrasi penanganan preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit berbasis lingkungan. Dalam paradigma baru ini maka pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotif-preventif di banding upaya kuratif-rehabilitatif (Depkes RI, 2000) Klinik Sanitasi Merupakan suatu upaya/kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang beresiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan pemukiman yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilakukan secara pasif dan aktif di dalam dan di luar puskesmas (Depkes RI, 2005). Klinik sanitasi juga merupakan wahana masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan lingkungan dan masalah penyakit berbasis lingkungan dengan bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Klinik sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, akan tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan puskesmas dalam melaksanakan program ini bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral yang ada di wilayah kerja puskesmas (Depkes RI, 2000).

31 15 Klinik sanitasi juga merupakan kegiatan wawancara mendalam dan penyuluhan yang bertujuan untuk mengenal masalah lebih rinci, kemudian diupayakan yang dilakukan oleh petugas klinik sanitasi sehubungan dengan komunikasi penderita/pasien yang datang ke puskemas (Depkes RI, 2000). Klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat tugas dan fungsi puskesmas dalam melaksanakan pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit berbasis lingkungan dan semua persoalan yang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan, khususnya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2000). Pelaksanaan program klinik sanitasi menjaring pasien/klien di puskesmas dengan keluhan penyakit berbasis lingkungan dan lingkungan yang tidak sehat sebagai media penularan dan penyebab penyakit yang dialami oleh masyarakat selanjutnya dilaksanakan konseling dan kunjungan lapangan atau kunjungan rumah untuk mencari jalan keluar akibat masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan yang muncul di masyarakat (Depkes RI, 2000). Terdapat beberapa pengertian yang harus dipahami dalam pelaksanaan program klinik sanitasi selain dari pengertian klinik sanitasi (Depkes RI, 2001), yaitu: 1. Pasien Klinik Sanitasi Yaitu penderita penyakit berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas yang kemudian dirujuk oleh dokter ke ruang klinik sanitasi atau yang ditemukan di lapangan baik oleh petugas medis/paramedis maupun petugas survei.

32 16 2. Klien Klinik Sanitasi Yaitu masyarakat yang datang ke puskesmas atau yang menemui petugas klinik sanitasi namun bukan sebagai penderita penyakit, tetapi untuk berkonsultasi tentang masalah yang berkaitan dengan penyakit berbasis lingkungan/kesehatan lingkungan. 3. Konseling Yaitu kegiatan wawancara mendalam dan penyuluhan yang bertujuan untuk mengenal masalah lebih rinci kemudian diupayakan pemecahannya yang dilakukan oleh petugas klinik sanitasi sehubungan dengan konsultasi penderita/pasien yang datang ke puskesmas (Depkes RI, 2000) Tujuan Klinik Sanitasi Klinik sanitasi mempunyai tujuan yaitu sebagai berikut: a. Tujuan Umum Yaitu meningkatkan derajat masyarakat melalui upaya preventif, kuratif, dan promotif yang dilakukan secara terpadu, terarah, dan terus-menerus (Depkes RI, 2000). b. Tujuan Khusus 1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien dan klien serta masyarakat di sekitarnya) akan pentingnya lingkungan sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat. 2. Masyarakat mampu memecahkan masalah kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan.

33 17 3. Terciptanya keterpaduan lintas program-program kesehatan dan lintas sektor terkait, dengan pendekatan penanganan secara holistik terhadap penyakit-penyakit berbasis lingkungan. 4. Untuk menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan dan meningkatkan penyehatan lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat. 5. Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit-penyakit berbasis lingkungan melalui Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) secara terpadu (Depkes RI, 2000) Sasaran Klinik Sanitasi Pelaksanaan program klinik sanitasi mengarah pada suatu sasaran yang ditentukan, yaitu (Depkes RI, 2000): 1. Penderita penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan yang datang ke puskesmas. 2. Masyarakat umum (klien) yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan yang datang ke puskesmas. 3. Lingkungan penyebab masalah bagi pasien/klien dan masyarakat sekitarnya Ruang Lingkup Klinik Sanitasi Adapun ruang lingkup kegiatan sanitasi meliputi berbagai macam upaya, yaitu (Depkes RI, 2000): 1. Penyediaan dan penyehatan air bersih/jamban dalam rangka pencegahan penyakit diare, kecacingan, dan penyakit kulit. 2. Penyehatan perumahan/pemukiman dalam rangka pencegahan penyakit ISPA, TB-Paru, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Malaria.

34 18 3. Penyehatan lingkungan tempat kerja dalam rangka pencegahan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau penyakit akibat kerja. 4. Penyehatan makanan dan minuman dalam rangka pencegahan penyakit saluran pencemaran atau keracunan makanan. 5. Penanganan pestisida dalam rangka pencegahan dan penanggulangan keracunan pestisida. 6. Pengamanan penyakit atau gangguan lainnya yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan Strategi Operasional Klinik Sanitasi Beberapa strategi operasional agar program klinik sanitasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain(depkes RI, 2000): 1. Pemajanan masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat dan mengatasi dengan upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan. 2. Masalah dalam tiap puskesmas tidaklah sama, baik antar lingkungan ataupun antar kelurahan oleh sebab itu harus dipahami secara benar mengenai peta masalah kesehatan yang berkenaan dengan kesehatan lingkungan, agar penanganannya menjadi lebih spesifik dan berorientasi pada hasil. 3. Membuat skala prioritas penanganan masalah kesehatan lingkungan dengan mempertimbangkan segala sumber daya yang ada, karena sulit untuk menangani semua masalah yang ada dalam waktu bersamaan, baik luas wilayahnya maupun jenis penyakitnya.

35 19 4. Dilaksanakan secara terpadu dan bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektor di wilayah kerja puskesmas. 5. Menumbuh kembangkan peran serta masyarakat memalui kelembagaan yang sudah ada seperti: PKK, LSM, LKMD. 6. Mengutamakan segi penyuluhan, bimbingan teknis dan pemberdayaan untuk menciptakan kemandirian masyarakat, penyuluhan juga dilakukan dengan pemberian contoh dan keteladanan. 7. Mengupayakan dukungan dan dengan meningkatkan swadaya masyarakat termasuk swasta selain sumber dana dari pemerintah Kegiatan Klinik Sanitasi Kegiatan klinik sanitasi dilaksananakan di dalam gedung dan di luar gedung Puskesmas (Depkes RI, 2005): 1. Dalam Gedung a. Pasien (penderita penyakit berbasis lingkungan) dan Klien (pengunjung bukan penyakit berbasis lingkungan) Semua pasien/klien datang berobat ke puskesmas melalui prosedur pelayanan seperti: mendaftar di loket, selanjutnya akan mendapat kartu status, diperiksa oleh petugas medis/paramedis di puskesmas (dokter, bidang, perawat). Apabila diketahui pasien/klien menderita penyakit berbasis lingkungan maka yang bersangkutan dirujuk ke ruang klinik sanitasi. Pada ruang klinik sanitasi pasien/klien diberikan penyuluhan dan bimbingan teknis, petugas mewawancarai pasien tentang penyakit yang diderita dikaitkan dengan masalah kesehatan lingkungan. Selanjutnya hasil wawancara dicacat dalam

36 20 Kartu Status Kesehatan Lingkungan. Kemudian petugas klinik sanitasi melakukan konseling tentang penyakit yang diderita pasien dalam hubungannya dengan lingkungan. Petugas juga membuat janji dengan pasien dan keluarganya apabila diperlukan untuk melakukan kunjungan rumah untuk melihat langsung faktor resiko penyakit yang dialami pasien tersebut. Setelah konseling di ruang klinik sanitasi, pasien dapat mengambil obat di apotik puskesmas (loket obat) kemudian pasien diperbolehkan pulang. Kegiatan lain di dalam gedung yaitu secara rutin petugas klinik sanitasi menyampaikan segala permasalahan, cara penyelesaian masalah, hasil monitoring/evaluasi dan perencanaan klinik sanitasi dalam Mini Lokakarya Puskesmas yang melibatkan seluruh penanggungjawab kegiatan dan dilaksanakan satu bulan sekali. Dengan demikian diharapkan seluruh petugas puskesmas mengetahui pelaksanaan kegiatan Klinik Sanitasi dapat dilakukan secara integritas dalam lintas program. 2. Luar Gedung a. Kunjungan rumah (sebagai tindak lanjut kunjungan pasien/klien ke Puskesmas) Kunjungan rumah/lokasi dilakukan oleh petugas dengan membawa hasil analisa keadaan lingkungan pasien/klien klinik sanitasi yang merupakan lanjut dari kesepakatan antara petugas klinik sanitasi dengan pasien/klien yang datang ke Puskesmas. Kunjungan rumah ini untuk mempertajam sasarannya karena pada saat kunjungan petugas telah memiliki data pasti adanya sarana lingkungan bermasalah

37 21 yang perlu diperiksa dan fakor-faktor perilaku yang berperan besar dalam proses terjadinya masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan. Pada kunjungan tersebut dapat mengambil partisipasi perawat dari puskesmas pembantu atau bidan desa, dan kader kesehatan lingkungan untuk melakukan pengecekan fisik/klinis atas penyakit yang telah diobati tersebut (semacam kegiatan Perawatan Kesehatan Keluarga). Petugas klinik sanitasi membawa kartu status kesehatan lingkungan/register yang telah diisi saat kunjungan pasien ke ruang klinik sanitasi di puskesmas sebelumnya. Untuk keperluan monitoring/surveilans, dalam kunjungan ini petugas klinik sanitasi mengisi kartu indeks lingkungan perilaku sehat, selanjutnya kartu ini secara berkala (1-3 bulan) diisi oleh kader atau bidan di desa. Pada kunjungan ke lapangan petugas klinik sanitasi mengajak kader kesehatan/kesehatan lingkungan, kelompok pemakai air, PKK, dan berkonsultasi/melibatkan LSM, perangkat desa, tokoh masyarakat, dan pihak terkait lainnya. Dengan maksud agar masyarakat turut berperan aktif memecahkan masalah kesehatan yang timbul di lapangan mereka sendiri. Diharapkan jika suatu saat timbul masalah penyakit berbasis lingkungan yang sejenis, mereka dapat menyelesaikan sendiri masalah tersebut. Petugas klinik sanitasi maupun petugas kesehatan lain yang mendampinginya dapat memberikan penyuluhan kepada pasien/klien dan keluarganya serta tetangga-tetanggga pasien tersebut. Pada kunjungan rumah tangga petugas klinik sanitasi bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektor, apabila dibutuhkan perbaikan atau pembangunan sarana sanitasi dasar dengan biaya besar, (seperti pembangunan sistem perpiaaan) yang tidak

38 22 terjangkau oleh masyarakat setempat, petugas klinik sanitasi melalui puskesmas dapat mengusulkan kegiatan tersebut kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk ditindaklanjuti. Jika masalah di lapangan belum dapat terpecahkan, maka dapat diangkat ke tingkat yang lebih tinggi. Bila diperlukan koordinasi di Kabupaten/Kota, maka puskesmas dapat meminta bantuan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Alur Kegiatan Program Klinik Sanitasi P u s k e s m a s Penderita Klien/Masyarakat Umum Keterangan: L O K E T Poliklinik Lok min/pertemuan Bulanan Apotik Klinik Sanitasi P U L A N G D a l a m G e d u n g -Penderita : -Klien : -Petugas : -Umpan Balik : Sumber : Depkes RI, 2000 Koordinasi Masyarakat - Toga - Toma - LKMD - Guru Koordinasi Lintas Program - Pustu - Polindes/ Bindes Kunjungan rumah dan lingkungan: ling.kerja, TTU, TPM Implementasi dan rekomendasi perbaikan lingkungan Koordinasi Lintas Sektor - Dep. Agama - Dep. PU - PMD - Pariwisata - Pertanian - Sektor terkait lain Pemantauan penilaian - PWS L u a r G e d u n g

39 23 Keterangan : 1. Pasien datang ke puskesmas, kemudian mendaftar ke loket, selanjutnya diperiksa oleh medis/paramedis jika indikasinya menderita penyakit berbasis lingkungan maka dirujuk ke klinik sanitasi, di klinik sanitasi pasien diberikan konseling, penyuluhan serta membuat janji kunjungan rumah untuk memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang dialaminya, dan selanjutnya pasien mengambil obat di apotik dan pasien dapat pulang. 2. Petugas berkoordinasi dengan lintas program melalui loka karya mini atau pertemuan bulanan. 3. Petugas melakukan kunjungan rumah dengan memberikan implementasi dan rekomendasi perbaikan lingkungan. 4. Klien datang ke puskesmas untuk berkonsultasi mengenai masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi untuk mencari cara pemecahan masalah. 5. Pemantauan wilayah setempat untuk dijadikan tolak ukur pelaksanaan program klinik sanitasi (Depkes RI, 2000) Sumber Daya Program Klinik Sanitasi Sumber daya merupakan suatu hal yang diperlukan dalam pelaksanaan untuk pencapaian program klinik sanitasi. Sumber daya yang harus dimiliki oleh klinik sanitasi puskesmas sebagai berikut (Depkes RI, 2005): 1. Tenaga Pelaksana Adapaun tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan klinik sanitasi, antara lain:

40 24 a. Tenaga kesehatan lingkungan, terdiri dari: Diploma I dan Diploma III kesehatan lingkungan atau Strata I Kesehatan Masyarakat. b. Tenaga kesehatan lain, seperti: Bidan, Perawat Kesehatan Masyarakat, Petugas Gizi dan petugas lain yang ditunjuk oleh pimpinan puskesmas. c. Tenaga Pelaksana kegiatan kesehatan lingkungan yang ditunjuk oleh pimpinan puskesmas untuk melaksanakan kegiatan klinik sanitasi (pekarya, sosial, ekonomi, dll). 2. Sarana dan Prasarana a. Ruangan, diperlukan untuk: (i) Ruang klinik sanitasi, sebagai tempat dalam gedung puskesmas yang dipergunakan untuk penyuluhan dan konsultasi (konseling) oleh petugas klinik sanitasi terhadap pasien/klien. (ii) Bengkel klinik sanitasi, sebagai tempat dalam gedung yang dipergunakan untuk membuat, merawat, memperbaiki sarana air bersih dan sanitasi, menyimpan peralatan yang berkaitan dengan kegiatan kesehatan lingkungan, serta melatih keterampilan bagi masyarakat dalam pemberantasan penyakit berbasis lingkungan. b. Peralatan Peralatan yang digunakan dan harus ada, seperti: alat-alat perbaikan/pembangunan sarana air bersih dan santasi, cetakan sarana air bersih dan jamban keluarga, peralatan pengukuran kualitas lingkungan (air, tanah, udara), alat-alat pengambilan sampel lingkungan dan sound system.

Widya Oktalisa 1, Nurmaini 2, Evi Naria 2. Departemen Kesehatan Lingkungan. Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia

Widya Oktalisa 1, Nurmaini 2, Evi Naria 2. Departemen Kesehatan Lingkungan. Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN PENDORONG PADA MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN KLINIK SANITASI DI KELURAHAN BARU LADANG BAMBU KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2014 Widya Oktalisa 1,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Klinik sanitasi adalah upaya atau kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang

Lebih terperinci

: RIO BATARADA HASIBUAN NIM.

: RIO BATARADA HASIBUAN NIM. PERILAKU MASYARAKAT TENTANG BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN PADA DESA YANG DIBERI DAN TIDAK DIBERI INTERVENSI GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN GUMAI TALANG KABUPATEN LAHAT PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menurut Hendrik L. Blum (1974), derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu: faktor

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menurut Hendrik L. Blum (1974), derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu: faktor I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menurut Hendrik L. Blum (1974), derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu: faktor lingkungan, perilaku manusia, pelayanan kesehatan, dan keturunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yangharus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai agen penyakit. Penyakit yang penyebab utamanya berakar pada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai agen penyakit. Penyakit yang penyebab utamanya berakar pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi yang buruk dapat menjadi media transmisi dan perkembangan berbagai agen penyakit. Penyakit yang penyebab utamanya berakar pada masalah kesehatan lingkungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DAN PELAKSANAAN 3M PLUS DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DBD DI LINGKUNGAN XVIII KELURAHAN BINJAI KOTA MEDAN TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: SULINA PARIDA S NIM. 091000173 FAKULTAS

Lebih terperinci

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

IQBAL OCTARI PURBA /IKM PENGARUH KEBERADAAN JENTIK, PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN SIANTAR TIMUR KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2014 TESIS OLEH IQBAL OCTARI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GUNUNGTUA KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh :

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GUNUNGTUA KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GUNUNGTUA KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : ANNISA MEI RINA RAMBE NIM. 121021022 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH : SERI ASTUTI HASIBUAN NIM. 101000322

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT UPT. PUSKESMAS SOTEK Upt. Puskesmas Waru KERANGKA ACUAN No. Kode : PKM- STK-/V.2015 Terbitan : Mei 2015 No. Revisi : 00 Tgl. Mulai Berlaku : 01/06/2015 Halaman : 1/15 Ditetapkan Oleh Kepala Upt. Puskesmas Sotek H.Sudarman,

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN BAB I UMUM 1.1. PENDAHULUAN

LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN BAB I UMUM 1.1. PENDAHULUAN LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN BAB I UMUM 1.1. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemapuan hidup sehat bagi setiap orang agar

BAB 1 : PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemapuan hidup sehat bagi setiap orang agar BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemapuan hidup sehat bagi setiap orang agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat diwujudkan jika masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat

Lebih terperinci

OLEH : EKA WIDYA RITA PANJAITAN

OLEH : EKA WIDYA RITA PANJAITAN SKRIPSI KUALITAS AIR DAN KELUHAN KESEHATAN PEMAKAI AIR DANAU TOBA DI SEKITAR KERAMBA JARING APUNG DI DESA TANJUNG BUNGA KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010 OLEH : EKA WIDYA RITA PANJAITAN

Lebih terperinci

Oleh: Aulia Ihsani

Oleh: Aulia Ihsani Makalah Pribadi Oleh: Aulia Ihsani 07120133 Pembimbing: dr. Yuniar Lestari, M.Kes dr. Rima Semiarty, MARS Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN CAIR DI RSUD Dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR TAHUN 2011 SKRIPSI. Oleh :

ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN CAIR DI RSUD Dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR TAHUN 2011 SKRIPSI. Oleh : ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN CAIR DI RSUD Dr. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh : HERANY LORA THERESA SIMARMATA NIM : 091000220 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HIGIENE SANITASI RUMAH MAKAN PERSINGGAHAN BUS LINTAS SUMATERA DI RANTAU SELATAN KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN Skripsi. Oleh

HIGIENE SANITASI RUMAH MAKAN PERSINGGAHAN BUS LINTAS SUMATERA DI RANTAU SELATAN KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN Skripsi. Oleh HIGIENE SANITASI RUMAH MAKAN PERSINGGAHAN BUS LINTAS SUMATERA DI RANTAU SELATAN KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2007 Skripsi Oleh FAHRUDDIN NIM : 031000204 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KESEHATAN LINGKUNGAN

ANALISIS POTENSI KESEHATAN LINGKUNGAN MODUL: ANALISIS POTENSI KESEHATAN LINGKUNGAN I. DESKRIPSI SINGKAT U ntuk mewujudkan lingkungan perumahan yang sehat harus memperhatikan lokasi, kualitas tanah dan air tanah, kualitas udara ambien, kebisingan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2010 merupakan gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksius dapat disebabkan oleh invasi organisme mikroskopik yang disebut patogen. Patogen adalah organisme atau substansi seperti bakteri, virus, atau parasit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan Masyarakat. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat baik fisik, mental, spiritual maupun sosial yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

ERWINA RAFNI HARAHAP NIM

ERWINA RAFNI HARAHAP NIM 1 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA DIABETES MELITUS (DM) DENGAN PEMANFAATAN KLINIK DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS SERING KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2010 S K R I P S I Oleh : ERWINA RAFNI HARAHAP

Lebih terperinci

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU PENDERITA TB PARU DAN KONDISI RUMAH TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN POTENSI PENULARAN TB PARU PADA KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Laporan World Health Organitation (WHO) tahun 2010 menyatakan

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM KLINIK SANITASI PUSKESMAS KOTA BUKITTINGGI

GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM KLINIK SANITASI PUSKESMAS KOTA BUKITTINGGI GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM KLINIK SANITASI PUSKESMAS KOTA BUKITTINGGI SKRIPSI Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN (KESLING) PUSKESMAS MANIMPAHOI

KERANGKA ACUAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN (KESLING) PUSKESMAS MANIMPAHOI KERANGKA ACUAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN (KESLING) A. PENDAHULUAN Upaya kesehatan lingkungan adalah pengendalian factor-faktor risiko lingkungan fisik, biologis,social yang dapat menimbulkan hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu sektor pembangunan nasional adalah pembangunan di bidang kesehatan. Adapun tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat setiap orang sehingga mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis

Lebih terperinci

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

PRATIWI ARI HENDRAWATI J HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) KELUARGA DENGAN SIKAP PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan meraih derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terciptanya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini umumnya menyerang pada paru, tetapi juga dapat menyerang bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui 1 BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) atau lazimnya disebut dengan DBD / DHF merupakan suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu keadaan yang optimal baik dari segi badan, jiwa maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

SISKA DEVI BANGUN NIM.

SISKA DEVI BANGUN NIM. PENGARUH FAKTOR PENGETAHUAN IBU DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN GIZI BURUK PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMPLAS KOTA MEDAN TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh : SISKA DEVI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Diantara kota di

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis (Kumar dan Clark, 2012). Tuberkulosis (TB) merupakan salah

Lebih terperinci

DINATIA BINTARIA S NIM.

DINATIA BINTARIA S NIM. PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN POSTER TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MAKANAN JAJANAN MURID DI SD KELURAHAN PINCURAN KERAMBIL KECAMATAN SIBOLGA SAMBAS KOTA SIBOLGA TAHUN 2011 Oleh: DINATIA BINTARIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Visi pembangunan kesehatan yaitu hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat diantaranya memiliki kemampuan hidup sehat, memiliki kemampuan untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN HYGIENE SANITASI, KEPADATAN LALAT DAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI TAHUN 2014 SKRIPSI.

HUBUNGAN HYGIENE SANITASI, KEPADATAN LALAT DAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI TAHUN 2014 SKRIPSI. HUBUNGAN HYGIENE SANITASI, KEPADATAN LALAT DAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : SITI RAHMAH BR TARIGAN NIM. 091000172 FAKULTAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kini mengalami beban ganda akibat penyakit tidak menular terus bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit infeksi menular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu bangsa selain pendidikan dan ekonomi sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari tujuan dan upaya pemerintah dalam memberikan arah pembangunan ke depan bagi bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis bersifat tahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini paling sering menyerang organ paru dengan sumber

Lebih terperinci

PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA YANG MENGENDARAI SEPEDA MOTOR DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DI MEDAN TAHUN 2011 SKRIPSI.

PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA YANG MENGENDARAI SEPEDA MOTOR DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DI MEDAN TAHUN 2011 SKRIPSI. PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA YANG MENGENDARAI SEPEDA MOTOR DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DI MEDAN TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh : ASHRI PRAMUDYA EKA PUTRA NIM. 081000260 FAKULTAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis paru selanjutnya disebut TB paru merupakan penyakit menular yang mempunyai angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Perilaku masyarakat adalah perilaku proakftif

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal bagi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosis pada tahun 2007 dan ada 9,2 juta penderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit TBC Paru merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Kuman ini memiliki sifat khusus tahan asam, cepat mati dengan sinar

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs) poin ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S, 2004). Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan Nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan yang tercantum dalam Sistem

Lebih terperinci

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat,

Lebih terperinci

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Kode Hubungan Peran Orang Tua dalam Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dengan Kekambuhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK SAMPAH DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK SAMPAH DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK SAMPAH DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh : SARAH PATUMONA MANALU NIM. 091000047

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA AIR SUMUR DENGAN TEKANAN DARAH MASYARAKAT DI DESA NAMO BINTANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2016 TESIS.

HUBUNGAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA AIR SUMUR DENGAN TEKANAN DARAH MASYARAKAT DI DESA NAMO BINTANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2016 TESIS. HUBUNGAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA AIR SUMUR DENGAN TEKANAN DARAH MASYARAKAT DI DESA NAMO BINTANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2016 TESIS Oleh PUTRI RAMADHANI IRSAN 147032135 / IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU

Lebih terperinci

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TB PARU

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TB PARU KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TB PARU Di RW 01 Dusun Poh Sawit Desa Karangan Wilayah Kerja Puskesmas Badegan Kabupaten Ponorogo Oleh : ARISTINA DIAN PERMATASARI NIM : 11611942

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN TEORITIS

II. TINJAUAN TEORITIS II. TINJAUAN TEORITIS 2.1 Promosi Kesehatan (Health Promotion) Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan masyarakat (Blum, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. ISPA masih menjadi masalah kesehatan yang penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) yang melaksanakan sebagian tugas dari Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

OLEH: S. HINDU MATHI NIM

OLEH: S. HINDU MATHI NIM FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU DALAM PENIMBANGAN BALITA KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUSSALAM KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH: S. HINDU MATHI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

Lebih terperinci

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang sehingga dapat memiliki produktivitas, bukan hanya terbebas dari bibit penyakit. Kondisi sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis dan Africanum. Organisme ini disebut

Lebih terperinci

POLA DAN PERILAKU PENYEMPROTAN PESTISIDA TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PETANI JERUK DI DESA BERASTEPU KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO TAHUN 2011

POLA DAN PERILAKU PENYEMPROTAN PESTISIDA TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PETANI JERUK DI DESA BERASTEPU KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO TAHUN 2011 POLA DAN PERILAKU PENYEMPROTAN PESTISIDA TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PETANI JERUK DI DESA BERASTEPU KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh: BEDA KRISTIAN SITEPU NIM. 091000212 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat. TB disebabkan oleh mycobacterium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun Development Goals (MDGs) yang disepakati seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, menetapkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga Negara Indonesia, termasuk anak-anak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETUGAS KUSTA DENGAN TINDAKAN PENENTUAN KECACATAN PENDERITA KUSTA PADA SEMUA PUSKESMAS DI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2007 SKRIPSI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETUGAS KUSTA DENGAN TINDAKAN PENENTUAN KECACATAN PENDERITA KUSTA PADA SEMUA PUSKESMAS DI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2007 SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETUGAS KUSTA DENGAN TINDAKAN PENENTUAN KECACATAN PENDERITA KUSTA PADA SEMUA PUSKESMAS DI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh : BERMAN SITUMORANG NIM.051000534 FAKULTAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK Siprianus Singga, Albertus Ata Maran, PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA 348 PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue atau disingkat DBD merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus DBD di dunia pada tahun 2010

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular mematikan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan bersifat kronis serta bisa menyerang siapa saja (laki-laki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan masalah utama bidang kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru TB, dan lebih dari 2 juta orang meninggal

Lebih terperinci