STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR"

Transkripsi

1 STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi Daya Dukung Biofisik Kawasan Rekreasi Kebun Raya Bogor (Dibawah bimbingan BAMBANG SULISTYANTARA). Pengetahuan mengenai daya dukung dalam pemanfaatan tempat rekreasi berdasarkan azas kelestarian sumberdaya merupakan hal yang sangat penting. Khususnya dalam pengusahaan obyek rekreasi, pengaturan pengunjung, dan pengelolaan obyek rekreasi agar tempat atau kawasan rekreasi tersebut dapat tepelihara dan ekosistem alaminya dapat terjaga dengan baik. Pada dasarnya nilai daya dukung suatu obyek rekreasi besarnya ditentukan oleh tiga faktor yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu keadaan pengunjung, keadaan sumberdaya alam dan keadaan pengelola yang ikut serta dalam melestarikan ekosistem Kebun Raya Bogor. Daya dukung biofisisk adalah kemampuan fisik biologis lingkungan untuk membatasi penggunaan rekreasi. Berbagai penelitien telah dibuat untuk melihat dampak penggunaan rekresi terhadap vegetasi dan tanah, terhadap air, dan terhadap satwa liar. Penelitian ini juga sebagai lanjutan dari penelitian sebelumnya pada tahun 1993, dengan pertimbangan kemungkinan adanya dampak dari area terbangun terhadap daya dukung kawasan. Kerusakan sumberdaya alam, ekosistem dan kawasan rekreasi karena dilampauinya daya dukung diantaranya disebabkan oleh tekanan dari pengunjung terhadap sumber daya yang ada di kawasan Kebun Raya. Peningkatan jumlah pengunjung atau lonjakan pengunjung itu akan berakibat terhadap kerusakan vegetasi, pemadatan tanah, terganggunya satwa, dan juga berbagai bentuk pencemaran bagi kawasan tersebut. Kebun Raya Bogor sebagai salah satu kawasan tempat rekreasi yang banyak diminati oleh masyarakat dan pada saat ini tidak terlepas dari gangguan oleh pengunjung dan seiring dengan didirikannya area terbangun dan area yang berganti fungsi dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu studi mengenai daya dukung. Studi ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung kawasan rekreasi Kebun Raya Bogor berdasarkan pertimbangan faktor biofisik diantaranya adalah kepekaan vegetasi, kelangkaan satwa dan kemiringan lereng.

3 Penelitian ini dilakukan di Kebun Raya Bogor yang terletak di dalam Wilayah Kotamadya Bogor. Penelitian ini dibatasi hanya pada blok-blok rekreasi berupa areal koleksi tanaman, areal terbangun dan jalur sirkulasi. Penelitian ini bersifat deskriptif dan pengumpulan data dilakukan dengan metode survei. yang dianalisis adalah daya dukung biofisik di kawasan Kebun Raya Bogor. Ada dua jenis data yang diambil yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi: 1) Kepekaan vegetasi, 2) Kemiringan lereng, 3) Fasilitas rekreasi utama dan penunjang yang tersedia, 4) Kepadatan pengunjung (orang/luas areal/hari), dan 5) Akibat-akibat aktivitas pengunjung. Data skunder mencakup: 1) Kelangkaan satwa, 2) Jumlah pengunjung, 3) Jenis tanah, 4) Peta Kebun Raya Bogor, 5) Peta topografi Kebun Raya Bogor, dan 6) Panjang dan luas jalan setapak dan jalan kendaraan. Daya dukung untuk setiap areal dinyatakan dalam peringkat daya dukung, dan secara kualitatif ditentukan dengan cara overlay peta dari ketiga faktor yang diamati, dimana daya dukung ditentukan berdasarkan peringkat daya dukung terkendali dari ketiga faktor yang diteliti. Ditinjau dari kepekaan vegetasi, 65% luasan areal tanaman koleksi Kebun Raya Bogor berdaya dukung tinggi dan 35% berdaya dukung sedang. Berdasarkan kelangkaan satwa, 93% luasan areal tanaman koleksi berdaya dukung tinggi dan 7% berdaya dukung sedang. Ditinjau dari kemiringan lereng, terdapat 86% luasan areal tanaman koleksi berdaya dukung tinggi, 12% berdaya dukung sedang dan 2,1% berdaya dukung rendah. Daya dukung Kebun Raya secara grafis (Overlay dari ketiga faktor yang diamati) menunjukan bahwa sebagian besar areal tanaman koleksi di Kebun Raya Bogor memiliki daya dukung tinggi 56,2%, kurang lebih 39,4% luasan areal tanaman koleksi berdaya dukung sedang dan kurang lebih 4,4% berdaya dukung rendah. Dengan demikian, tindakan pencegahan terhadap vandalisme terutama pada areal yang berdaya dukung sedang dan rendah ini yang harus diutamakan, karena kemampuan Kebun Raya Bogor untuk menampung pengunjung harus dibatasi. Kehadiran satwa langka di Kebun Raya Bogor menyebabkan menurunnya daya dukung yang sekaligus merupakan daya tarik bagi para pengunjung untuk menyaksikan atraksi dan kehidupan bebas satwa langka tersebut di alam terbuka.

4 STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh Yayat Ruhiyat A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

5 LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama NRP : Studi Daya dukung Biofisik Kawasan Rekreasi Kebun Raya Bogor : Yayat Ruhiyat : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr.Ir.Bambang Sulistyantara, MAgr. NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP Tanggal disetujui :

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 08 november 1981 di Tasikmalaya, sebagai anak ke enam, putra dari pasangan Bapak Oong Rosidin dan Ibu Entin Surtini. Pada tahun 1989, penulis memasuki Sekolah Dasar setara dengan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan lulus pada tahun 1995 di Madrasah Ibtidaiyah Sindang Raja Jamanis Tasikmalaya. Selanjutnya penulis memasuki sekolah menengah pertama di SMP Negri 1 Jamanis pada Tahun 1995 sampai tahun pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas di SMU Pasundan 2 Tasikmalaya dan lulus pada tahun Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2001 melalui program USMI. Pada tahun yang sama penulis masuk dalam Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

7 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Karunia dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi dengan Judul Studi Daya dukung BioFisik Kawasan Kebun Raya Bogor (studi kasus Kebun Raya Bogor, Bogor Jawa Barat). Ini sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penelitian dan penulisan skripsi ini, yang antara lain adalah : 1. Keluarga tercinta mamah, Bapak, Aa Dede Rustandi, Teh Riska yang penulis cintai atas kasih sayang, motivasi dan do anya. 2. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr. selaku Dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan perhatiannya dalam penulisan skripsi ini. 3. Bapak Sudjati Budi Susetyo, S.P. sebagai Kepala Bidang Konservasi Ex situ dan sebagai pembimbing di Kebun Raya Bogor. 4. Ir. Rismita Sari, M.Sc. sebagai Kepala Subbidang Registrasi Koleksi dan sebagai pembimbing di Kebun Raya Bogor. 5. Dra. Yuzammi, M.Sc. sebagai Kepala Subbidang Koleksi Pembibitan, dan sebagai pembimbing dari pihak Kebun Raya Bogor. 6. Bapak Iteng pembimbing di Kebun Raya Bogor. 7. Semua teman-teman Arsitektur Lanskap khususnya angkatan 38 (Asril, Gin-gin, Yuliananto, Sandi) dan angkatan 39 (Yudi, Zenal).

8 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL...vi DAFTAR GAMBAR... vii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Kegunaan... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Konsep daya dukung... 4 Daya dukung biofisik... 5 Areal rekreasi... 6 Kebun Raya Bogor... 7 METODOLOGI... 8 Tempat dan Waktu... 8 Desain Penelitian... 8 Jenis dan Cara pengumpulan data Analisis data Batasan Istilah KONDISIS UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah kebun Raya Bogor Keadan Umum Kebun Raya Bogor...16 Letak Geografis Aksesibilitas dan Sirkulasi Koleksi Kebun Raya Bogor Tata Batas Koleksi Tanaman Pemeliharaan Koleksi Tumbuhan...30 Satwa Topografi Iklim...31 Geologi...32 Tugas dan Fungsi Kebun Raya Peran Kebun Raya Bogor dalam pembangunan HASIL DAN PEMBAHASAN Kunjungan Wisatawan Data Jumlah dan Ragam Pengunjung Penyebaran Pengunjung Pengelolaan Pengunjung... 41

9 Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sarana dan Prasarana Peningkatan Sarana dan Prasarana Kepekaan Vegetasi Daya dukung Berdasarkan Kepekaan Vegetasi Kelangkaan Satwa Daya dukung Berdasarkan Kelangkaan Satwa Topografi Daya dukung Berdasarkan Kemiringan Lereng Daya dukung Kebuhn Raya Bogor Daya dukung dengan cara Overlay KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 68

10 PENDAHULUAN Latar Belakang Kota merupakan pusat aktivitas pembangunan dan perekonomian yang secara langsung menjadi pusat sarana dan prasarana serta tempat mencari pengalaman baru (Soegiarto 1989). Aktivitas pembangunan yang tidak diiringi dengan kesesuaian lahan serta daya dukung lingkungan dapat menyebabkan kerusakan ekosistem, baik secara sementara maupun kerusakan yang bersipat permanen. Peningkatan kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat pada saat ini mengakibatkan makin meningkatnya permintaan rekreasi. Tempat-tempat rekreasi baik berupa taman maupun tempat hiburan selalu dipenuhi oleh pengunjung terutama pada hari libur guna memenuhi kebutuhan sekunder mereka. Peningkatan jumlah pengunjung ini perlu mendapat perhatian khusus karena hal ini berarti semakin meningkatkan tekanan terhadap sumber daya tempat rekreasi, terutama tempat-tempat rekreasi alami. Sebagai contoh dapat dikemukakan tempat rekreasi kawah Papandayan dan kawah Ciwidey di Jawa Barat (Soemarwoto,1983). Suhu yang rendah, tanah yang kurang subur dan adanya gas yang beracun antara lain uap belerang, menjadikan ekosistem tersebut rapuh. Jika terjadi kerusakan pohon dan tumbuhan maka kerusakan tersebut akan pulih secara perlahan-lahan karena keadaan tersebut. Jenis tumbuhan yang dapat hidup di daerah seperti itu sangat terbatas. yaitu jenis tumbuhan yang khas Vaccinium dan jenis paku-pakuan Heliopteris insica dan Seguea feei. Jumlah wisatawan ke daerah itu harus dibatasi dan diadakan pengawasan yang ketat. Karena keberadaan sampah anorganik lambat membusuk, pembuangan sampah juga harus diawasi (Soemarwoto,1983). Pengetahuan mengenai daya dukung penting agar pengelolaan obyek rekreasi dapat berkelanjutan. Pada dasarnya nilai daya dukung suatu obyek rekreasi besarnya ditentukan oleh tiga faktor yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain., yaitu keadaan pengunjung, keadaan sumber daya dan keadaan pengelola (Knudson,1983). Sumber daya baik flora, fauna, dan tipe ekosistem yang khas dan fasilitas rekreasi merupakan daya tarik utama suatu tempat rekreasi. Salah satu sumber

11 masalah kerusakan sumber daya alam adalah kerena dilampauinya daya dukung yaitu tekanan dari pengunjung terhadap sumber daya tersebut. Bentuk kerusakan sumber daya biofisik yang terlihat akibat tekanan pengunjung misalnya kerusakan vegetasi, pemadatan tanah, terganggunya satwa, dan berbagai bentuk pencemaran. Pencegahan kerusakan sumber daya alam oleh para pengunjung, dapat dilakuka pembatasan pengunjung yang datang ke tempat rekreasi tersebut. Apabila jumlah pengunjung dibatasi maka akan tercapailah kelestarian, keserasian, dan keseimbangan antara pegunjung dengan sumber daya yang ada di kawasan tersebut. Kebun Raya di tengah-tengah kota Bogor selain merupakan paru-paru kota juga merupakan tempat rekreasi yang potensial dan sudah ternama di Indonesia bahkan sampai keluar negeri. Kebun raya ini tidak pernah berhenti dikunjungi baik pada hari kerja maupun pada hari-hari libur. Kebun raya ini membentang pada area yang bervariasi ditinjau dari faktor biofisiknya. Pada setiap kawasan dari Kebun Raya itu sendiri memiliki tingkat kepekaan yang berbeda. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kebun Raya juga tidak terlapas dari adanya tekanan dan gangguan dari para pengunjung yang dapat menyebabkan kerusakan biofisknya. Lonjakan jumlah pengunjung Kebun Raya selalu terjadi pada hari-hari libur 1). pengunjung dengan jumlah yang lebih itu merupakan tekanan terhadap sumber daya alam yang akan mengakibatkan kerusakan fisik dan mengurangi keindahan visual Kebun Raya tersebut. Kerusakan yang terjadi sekalipun itu relatif kecil, tetapi bagi pengelola Kebun Raya sangat merugikan. Hal ini mengingat fungsi Kebun Raya sebagai tempat dan obyek penelitian dan pendidikan tanaman tropis serta konservasi yang sering dikunjungi oleh ahli botani dari dalam dan luar negeri. Tujuan Studi ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung biofisik terhadap pengunjung pada Kawasan Kebun Raya Bogor dengan identifikasi kepekaan vegetasi, keberadaan satwa, dan kemiringan lereng. 1) Konsultasi penulis dengan pengelola Kebun Raya Bogor (2 September 2006)

12 Kegunaan Dengan diketahuinya daya dukung biofisik kawasan rekreasi Kebun Raya Bogor ini maka diharapkan hasilnya dapat bermanfaat dan sebagai acuan bagi : 1. Perencanaan Kebun Raya yang berguna sebagai bahan pertimbangan pengembangan rancangan di kawasan Kebun Raya Bogor. 2. Pengelola Kebun Raya Bogor sebagai pedoman dalam menentukan tingkat dan cara pengelolaan untuk mencapai pemanfaatan dan hasil yang optimal. 3. Kawasan-kawasan yang sejenis yang berguna sebagai panduan pengelolaan untuk menjaga kelestarian kawasan. 4. Arsitek Lanskap berguna sebagai pedoman dalam merencanakan suatu tapak untuk kegiatan rekreasi alam.

13 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Daya dukung Konsep daya dukung merupakan konsep dalam mengelola sumber daya yang merupakan pembatasan penggunaaan dari suatu area yang menyimpan beberapa faktor alam dan lingkungan yang ada (Odum,1971). Hendee, Stankey dan Lucas (1978) menyatakan bahwa daya dukung adalah konsep dasar dalam pengelolaaan sumber daya alam yang merupakan batas penggunaan suatu area yang dipengaruhi oleh berbagai faktor alami untuk daya tahan terhadap lingkungan, misalnya makanan, tempat berlindung, atau air. Knudson (1980) menyatakan bahwa daya dukung merupakan penggunaan secara lestari dan produktif sumber daya yang dapat diperbaharui. Batasan daya dukung untuk populasi manusia menurut Soerianegara (1977) adalah jumlah individu yang dapat didukung oleh satuan luas sumber daya dan lingkungan dalam keadaan sejahtera. Jadi daya dukung mempunyai dua komponen yaitu besarnya populasi manusia dan luasnya sumber daya dan lingkungan yang dapat memberikan kesejahteraan kepada populasi manusia. Lime dan Stankey (1971) menyebutkan bahwa daya dukung rekreasi adalah sifat pemakaian yang dapat ditopang oleh tingkat perkembangan area tertentu tanpa menyebabkan kerusakan yang berlebihan baik pada lingkungan fisik maupun pada pengalaman pengunjung. Sedangkan Basuni dan Soedargo (1988) mengemukakan bahwa daya dukung rekreasi merupakan sumber daya rekreasi untuk mempertahankan fungsi dan kualitasnya guna memberikan pengalaman rekreasi yang diinginkan. Menurut Chubb dan Ashton dalam Hendee et al (1978) dalam pengelolaaan rekreasi istilah daya dukung menjadi sederhana. Secara umum, daya dukung digunakan dalam dua cara yang berbeda. Pertama, daya dukung digunakan untuk menggambarkan kemampuan fisik bioligis lingkungan untuk menahan penggunaan rekreasi. Berbagai penelitian telah dibuat dampak penggunaan rekreasi terhadap vegetasi dan tanah, terhadap air dan satwa liar. Kedua, daya dukung telah digunakan untuk memperlihatkan jumlah penggunaan yang konsisten dengan beberapa ukuran secara kualitatif dalam pengalaman

14 rekreasional (Wagar dalam Hendee et al,1978). Penelitian daya dukung sosial diarahkan pada suatu dampak akibat peningkatan penggunaan terhadap pengalaman rekreasional dan dampak konflik antara kelompok pengguna rekreasi. Kemampuan lingkungan Sumber daya alam, selain itu tingkah laku pengunjung atau pengguna rekreasi juga menentukan besar kecilnya daya dukung dari suatu area rekreasi wisata alam. Menurut Christiansen (1977) area rekreasi harus dicegah dari berbagai bentuk pencemaran yang ditimbulkan terutama oleh para pengunjung itu sendiri. Hal itu akan berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung, serta memelihara sumber daya alam, seperti satwa liar dan vegetasi serta berbagai bentuk sampah sisa makanan, minuman, dan lain sebagainya. Tiga hal yang dapat mempengaruhi daya dukung kawasan rekreasi menurut Knudson (1980) dan Douglas (1975) adalah: (1) karakteristik sumber daya (geologis dan tanah, topografi, vegetasi, iklim, air dan hewan), (2) karakteristik pengelolaan (kebijaksanaan dan metode pengelolaaan), (3) karakteristik pemakai (psikologi, perlengkapan dan pemakaian). Knudson (1980) menyatakan bahwa perubahan rancangan fasilitas pada tapak, tipe penggunaan, atau teknik pengelolaan dapat meningkatkan daya dukung. Daya dukung Biofisik Soemarwoto (1983) mengemukakan bahwa daya dukung lingkungan dinyatakan dalam jumlah pengunjung persatuan luas per satuan waktu. Lebih lanjut dikemukakan bahwa baik luas maupun waktu tidak dapat dirata-ratakan, karena penyebaran pengunjung dalam ruang dan waktu tidak merata. Karena itu daya dukung lingkungan daerah rekreasi tidak dapat dihitung berdasarkan ratarata luas daerah dan rata-rata setiap bulan atau tahun, tetapi harus memperhatikan setiap lokasi dan waktu yang penting. Daya dukung lingkungan pariwisata dipengaruhi oleh dua faktor yaitu tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata. Faktor biofisik, baik yang alami maupun buatan manusia mempengaruhi kuat atau rapuhnya suatu ekosistem yang akan menentukan besar kecilnya daya dukung suatu kawasan atau tempat wisata lainnya. Ekosistem yang kuat

15 mempunyai daya dukung yang tinggi, yaitu dapat menerima wisatawan atau pengunjung yang datang dalam jumlah yang besar, karena tidak mudah rusak dengan cepat dan pulih dari kerusakan (Soemarwoto, 1983). La Page dalam Lime dan Stankey (1971) menunjukan akibat penggunan tempat rekreasi pada tanah, vegetasi dan komponen fisik yang lain dari sumber daya yang ada. Kerusakan pada penutup tanah terjadi bukan hanya diakibatkan penginjakan vegetasi, tetapi juga karena pemadatan tanah akibat injakan oleh pengunjung, pertumbuhan akan rusak dan stabillitas pohon terganggu. Vegetasi yang rentan harus diganti dengan spesies yang lebih tahan. Rekreasi yang didasarkan pada pengamatan hewan juga harus melihat daya dukung kawasannya. Wisatawan yang berlebihan akan mengganggu hewan, merusak habitat hewan dan dapat mengurangi persediaan air untuk hewan. Menurut Lyle dalam Hasan (1989) ada lima hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi binatang, yaitu : (1) kebutuhan kehidupan liar, (2) kebutuhan akan makanan, (3) kebutuhan tempat berlindung, (4) kebutuhan air dan (5) kebutuhan lingkungan teritorial. Area rekreasi Area rekreasi adalah suatu tempat dilakukannya aktivitas rekreasi. Basuni dan Soedargo (1988) menyatakan bahwa dilihat dari sudut tempat dimana kegiatan rekreasi dilakukan, maka ada rekreasi yang dilakukan di dalam ruangan dan di luar ruangan yang disebut juga rekreasi alam. Gold (1980) mendefinisikan area rekreasi alam sebagai suatu area yang potensial untuk aktivitas rekreasi yang berhubungan dengan sumber daya alam seperti pantai, gurun, badan-badan air, gunung atau area untuk berburu. Menurut Knudson (1980) dan Gold (1980) suatu tempat yang menyediakan kesempatan tempat rekreasi termasuk sumber daya atau suplai rekreasi. Tapak rekreasi adalah suatu luasan spesifik lahan atau air dalam suatu Area rekreasi yang terutama digunakan untuk tempat rekreasi.

16 Kebun Raya Bogor Berdasarkan SK Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia No. 1151/M/2001 Kebun Raya Bogor ditetapkan sebagai Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT), berstatus Eselon II, di bawah Kadeputian Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI. Sedangkan Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi dan Kebun Raya Bali masing masing berstatus sebagai UPT Balai Konservasi Tumbuhan (Eselon III) di bawah koordinasi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Ruang lingkup tugas dan fungsi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI diuraikan dengan jelas dalam Keputusan Presiden RI No 103 Tahun Kebun raya adalah tempat sumber daya gen yang sangat kaya. Karena itu kerusakan kawasan sangat penting dan perlu diperhatikan seperti erosi Sumber daya gen. Kerusakan lingkungan mengancam kepunahan banyak jenis tanaman langka yang dikonservasi di Kebun Raya. Menurut Soemarwoto (1983) kepunahan jenis merupakan erosi gen, kepunahan jenis mengurangi kekayaan sumber daya. Menurut Soemarwoto (1983) Kebun Raya merupakan koleksi hidup tumbuhan. Fungsi utama Kebun Raya adalah untuk menyimpan jenis dalam keadaan hidup. Koleksi hidup itu sewaktu-waktu dapat digunakan. Lebih lanjut Soemarwoto membagi kebun raya menjadi dua nilai yang masing-masing mempunyai tujuan yaitu satu tidak mempunyai nilai ekonomi yang bertujuan untuk kepentingan ilmiah dan dua mempunyai nilai ekonomi. Kebun Raya Bogor ditetapkan sebagai kawasan koleksi tanaman yang mempunyai nilai non ekonomi. Pusat Konservasi Tunbuhan Kebun Raya Bogor meningkatkan jumlah koleksi tanaman, pada tahun 2006 pihak setempat melakukan kegiatan eksplorasi flora ke kawasan hutan konservasi di Sumatra Barat dan Sumatra Selatan sesuai dengan kerangka kegiatan yang direncanakan tahun Hasil analisis menunjukan bahwa kegiatan tersebut berjalan dengan baik. Meskipun demikian masukan dari berbagai pihak yang menekankan perlunya perencanaan dan prioritas jenis tumbuhan yang akan dikoleksi melalui studi pustaka dan spesimen herbarium yang lebih mendalam harus diperhatikan dengan baik dan benar.

17 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Raya Bogor yang memiliki luas 87 ha yang terletak di dalam Wilayah Kotamadya Bogor (lihat Gambar 1). Penelitian ini dibatasi hanya pada blok-blok rekreasi. Pelaksanaan penelitian di lapang dilakukan pada bulan Januari 2006 dan berakhir pada bulan Juli Disain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dan pengumpulan data dilakukan dengan metode survei. Data yang akan dianalisis meliputi daya dukung biofisik di area rekreasi Kebun Raya Bogor. Unit penelitian meliputi area koleksi tanamam yang ada di Kebun Raya. Faktor-faktor biofisik yang diamati dan diduga mempengaruhi daya dukung suatu area rekreasi adalah (1) kepekaan vegetasi, (2) kemiringan lereng, dan (3) kelangkaan satwa (Knudson, 1980 dan Douglas, 1975). Keterangan dari keempat hal tersebut diatas adalah sebagai berikut : 1. Kepekaan vegetasi merupakan ukuran kualitatif ketahanan vegetasi terhadap gangguan pengunjung, dinyatakan dengan klasifikasi tidak peka, agak peka, cukup peka, peka, dan sangat peka. 2. Kemiringan lereng adalah ukuran kecuraman lereng pada suatu area, dinyatakan dengan klasifikasi kelas lereng A, B, C, D, E dan F. 3. Kelangkaan satwa adalah status kelangkaan satwa, dinyatakan dengan klasifikasi kategori 1, 2, 3, 4 dan 5. Faktor-faktor biofisik yang mempengaruhi daya dukung Kebun Raya ditelusuri sebagai berikut: 1. Kepekaan vegetasi. Kepekaan vegetasi merupakan ukuran kualitatif ketahanan vegetasi terhadap gangguan, dan diklasifikasikan seperti pada table 1.

18 Gambar 1. Peta Lokasi Kebun Raya Bogor Tanpa Skala Sumber : Bapeda Kota Bogor Keterangan : = Kebun Raya Bogor Tabel 1. Klasifikasi Kepekaan Vegetasi 2) Tidak Peka * Vegetasi tidak langka Perakaran dalam (Tunggang) Batang berduri, beracun dan kokoh Toleransi tanaman tinggi terhadap ganguan Pertumbuhan vegetatif cepat Penampilan tidak menarik Beraroma tidak disukai 3) Agak Peka ** Vegetasi tidak langka Perakaran tidak dalam (Serabut) Batang mudah bertunas Tidak beracun dan tidak berduri Toleransi tanaman tinggi terhadap gangguan Pertumbuhan vegetatif dan reproduktif cepat Penampilan tidak menarik Cukup Peka ** Peka *** Sangat Peka *** Vegetasi agak Vegetasi Langka Vegetasi sangat langka langka Perakaran Perakaran tidak Pertumbuhan tidak dalam kokoh vegetatif dan (Serabut) reproduktif sangat sulit Batang semu Batang sukulen Sangat menarik Toleransi tanaman terhadap gangguan kurang tinggi Pertumbuhan vegetatif lambat Ada faktor pembatas pertumbuhan reproduktif Toleransi tanaman rendah terhadap gangguan Pertumbuhan vegetatif lambat Masa reproduktif sangat sulit Beraroma Beraroma disukai 3) tidak disukai 3)

19 Dapat berupa semak, Perdu dan pohon Beraroma tidak disukai 3) Dapat berupa semak, Perdu dan Pohon Dapat berupa semak, Perdu dan Pohon Dapat berupa semak, Perdu dan pohon Sumber : * Daya Dukung Tinggi ** Daya Dukung Sedang *** Daya Dukung Rendah 2) Konsultasi penulis dengan Bapak Iteng, ahli tanaman/pengelola Kebun Raya Bogor. 3) Tanaman tertentu tidak ditentukan oleh aromanya, seperti keunikan bunga bangkai yang aromanya tidak disukai tetapi belum tentu tidak peka. 2. Kemiringan Lereng Nilai kemiringan lereng diperoleh dari perhitungan kelas lereng dari peta topografi. Kriteria kelas lereng yang digunakan adalah klasifikasi kelas lereng menurut USDA (Abdullah, 1998) yaitu: kelas A (datar, 0-3%), kelas B (sedikit miring, 3-8%), kelas C (miring, 8-16% ), kelas D (moderat curam, 16-30%), kelas E (curam 30-65% ), dan kelas F (sangat curam 65%). Berdasarkan direktorat Tata Guna Lahan (1983) kelas lereng dapat dihitung dengan rumus berikut: dimana CI x 100 d = L.S d = jarak antara garis contour (mm) CI = contour interval (in) L = lereng (%) S = ska1a 3. Klasifikasi Kelangkaan Satwa Klasifikasi kelangkaan satwa dibagi dalam lima katagori, yaitu katagori (1) satwa yang telah mendekati kepunahan (endangered), katagori (2) satwa yang populasinya jarang atau terbatas dan mempunyai resiko untuk punah (restricked/rare), katagori (3) satwa yang mengalami penurunan pesat di alam (depleted/vulnerable), katagori (4) satwa yang belum dapat ditetapkan tingkat

20 kelangkaannya karena karena kekurangan data (undeterminate) (Dephut, 1978) dan katagori 5) satwa tidak langka. Daya dukung biofisik secara kualitatif ditentukan dengan cara overlay peta kepekaan vegetasi, kemiringan lereng, dan kelangkaan satwa. Setelah daya dukung untuk setiap area diketahui maka daya dukung kebun raya dapat dinyatakan dalam bentuk peringkat daya dukung (Tabel 2). Tabel 2. Peringkat Daya dukung Biofisik pada Studi Daya dukung Biofisik di Area Rekreasi Kebun Raya Bogor Faktor Biofisik Vegetasi Kemiringan Lereng Kelangkaan Satwa Tidak Peka Kelas A+B Terbesar Katagori 5 Peringkat Daya dukung Biofisik Tinggi Cukup Peka Kelas C+D Terbesar Katagori 4 Sedang Agak Peka Peka Sangat Peka Kelas E+F Terbesar Katagori 1,2,3 Rendah Jenis dan Cara Pengumpulan Data Ada dua jenis data yang diambil yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi: (1) kepekaan vegetasi, yaitu: diperoleh dengan cara survei ke area koleksi tanaman yang disesuaikan dengan klasifikasi kepekaan vegetasi setelah itu dikonversikan kedalam peringkat daya dukung. (2) kemiringan lereng, diperoleh dengan survei lapang yang diteliti adalah nilai kemiringan pada tapak atau kawasan yang dikategorikan kedalam lereng kelas A- F selanjutnya dikonversikan kedalam peringkat daya dukung. (3) fasilitas rekreasi utama dan penunjang yang tersedia, diperoleh dengan survei lapang yang ditunjang dengan data sekunder dari Kebun Raya Bogor. (4) jumlah penyebaran pengunjung per-area, diperoleh dengan survei lapang dan penghitungan pengunjung dilakukan pada waktu yang telah ditentukan yaitu pada saat pengunjung ramai pada pukul (5) akibat-akibat aktivitas pengunjung, yaitu diperioleh dengan melihat kondisi tapak atau kondisi area koleksi tanaman yang dapat mengakibatkan kerusakan vegetasi dan terganggunya satwa sehingga dapat mempengaruhi daya dukung pada kawasan rekreasi.

21 Jenis data sekunder yang diperoleh mencakup: (1) kelangkaan satwa, yang diperoleh studi pustaka atau laporan tahunan yang diterbitkan setiap akhir tahun oleh pihak Kebun Raya Bogor dan juga diperoleh dari kantor Zoologi. (2) jumlah pengunjung, diperoleh dari hasil penjualan karcis masuk Kebun Raya Bogor dan ditunjang dengan laporan dari subbidang konservasi dari buku tahunan yang diterbitkan. (3) jenis tanah, di Kebun Raya Bogor diperoleh dari Pusat Penelitian Tanah di Bogor. (4) peta Kebun Raya Bogor, diperoleh dari kantor konservasi Kebun Raya Bogor. (5) peta topografi Kebun Raya Bogor, yaitu diperoleh dari kantor Konservasi Kebun Raya Bogor dan terdapat pada Master Plan Kebun Raya Bogor. dan (6) panjang dan luas jalan setapak dan jalan kendaraan, yaitu diperoleh dari Kantor Konservasi Kebun Raya Bogor yang terdapat juga dalam laporan tahunan yang diterbitkan pihak Kebun Raya Bogor.. Data kriteria kepekaan vegetasi diperoleh dengan cara wawancara kepada responden yaitu, satu orang dari jurusan Biologi (FMIPA), dan dua orang dari pusat konservasi Kebun Raya Bogor yang ahli dalam bidang koleksi tanaman. Data fasilitas rekreasi diperoleh melalui survei lapang dan penghitungan tempat sampah, W.C (fasilitas utama), bangku/meja, gazebo, kantin, musholla (fasilitas penunjang) per unit area koleksi tanaman. Kemiringan lereng diperoleh dengan suvei tapak pada kawasan dan perhitungan kelas lereng A-F dan dari peta topografi (skala 1:1500). Penyebaran pengunjung dan akibat-akibat kelebihan pengunjung diperoleh melalui pengamatan langsung yaitu dapat dilihat dari akibat yang ditimbulkan oleh prilaku pengunjung yang melakukan Vandalisme dan pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya dan juga ditunjang dari data sekunder dari kantor konservasi Kebun Raya Bogor. Data sekunder diperoleh dan studi pustaka dan sumber data tersebut yaitu Kantor Kebun Raya Bogor (fasilitas utama yaitu panjang dan luas jalan setapak dan jalan kendaraan, peta kawasan Kebun Raya dan peta topografi Kebun Raya Bogor), Kantor Zoologi (jenis satwa yang terdapat di Kebun Raya Bogor), dan Pusat Penelitian Tanah di Bogor (jenis tanah Kebun Raya Bogor) serta Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (status kelangkaan satwa Kebun Raya Bogor).

22 Analisis Data Analisis data yaitu pengolahan terhadap data yang berhasil dikumpulkan, yang digunakan untuk menentukan daya dukung biofisik pada kawasan Kebun Raya Bogor. Daya dukung biofisik Kebun Raya ditentukan dengan cara deskriptif melalui overlay peta kepekaan vegetasi, peta kemiringan lereng, dan peta kelangkaan satwa. Dalam analisis ketiga faktor tersebut, daya dukung ditentukan oleh peringkat daya dukung terkendali dari ketiga faktor tersebut Penentuan kepekaan vegetasi merupakan penilaian tiga orang responden yang memahami masalah tersebut. Responden dipilih secara purposive yaitu metode penentuan sampel secara tertuju berdasarkan keahlian. Satu orang responden berasal dari Jurusan Biologi (Khoerudin, Sp), FMIPA-IPB yang bertugas dalam menentukan kriteria kepekaan vegetasi dan dua orang responden merupakan staf ahli dari Kebun Raya Bogor yang telah terbiasa menangani masalah tanaman koleksi (Dr. Iteng Sudrajat) dan bertugas dalam membimbing dalam menentukan kriteria kepekaan vegetasi, kemiringan lereng, dan kelangkaan satwa. Data diolah dengan menggunakan median karena bersifat kualitatif atas kriteria-kriteria kepekaan yang telah ditentukan, sehingga tiap unit pengamatan merupakan suatu penilaian yang dianggap homogen. Analisis dampak kelebihan pengunjung diamati dengan melihat kerusakan yang terjadi pada area koleksi. Bentuk kerusakannya yaitu kerusakan pada vegetasi dan sarana fisik serta berserakannya sarnpah. Penyebaran pengunjung Kebun Raya diketahui dengan cara melakukan penghitungan jumlah pengunjung pada setiap area koleksi pada pukul WIB yang diketahui merupakan waktu puncak ledakan pengunjung. Dengan demikian maka kepadatan pengunjung per luasan area dapat diketahui, sedangkan jumlah pengunjung diperoleh dari kantor pengelola karcis masuk Kebun Raya Bogor dan juga ditunjang dari kantor konservasi Kebun Raya Bogor dan dpat dilihat dari laporan tahunan yang diterbitkan oleh pihak Kebun Raya Bogor.

23 Batasan Istilah 1. Daya dukung biofisik adalah kemampuan fisik biologis lingkungan untuk menahan penggunaan rekreasi. Faktor-biofisik di Kebun Raya yang menentukan daya dukung biofisiknya adalah kepekaan vegetasi, kemiringan lereng, dan kelangkaan satwa. 2. Area rekreasi di Kebun Raya adalah tempat-tempat kegiatan rekreasi dilakukan, yang meliputi area koleksi tanaman. Area seperti perkantoran, kebun bibit, perumahan pegawai, dan museum tidak dianggap sebagai area rekreasi. 3. Akibat-akibat kelebihan pengunjung adalah perusakan (vandalisme) yang dilakukan pengunjung yang berpengaruh secara fisik maupun visual. Jenis perusakan yaitu membuang sampah sembarangan, memetik bunga, mencorat-coret, mematahkan ranting, mengambil tanaman, memindahkan papan nama, tanda larangan dan menempelkan poster.

24 KONDISI UMUM Sejarah Kebun Raya Bogor Sejarah berdirinya Kebun Raya Bogor (KRB) bermula dari inisiatif Prof. Dr. C. G. Reinwardt pada tanggal 18 Mei Tahun 1817 dengan nama S Lands Plantetuin Buitenzorg dan Hortus Botanicus Bogoriensis, botanis Jerman yang berada di Indonesia pada awal abad ke-19. Kemudian menulis surat yang disampaikan kepada G. A. G. P Baron van der cappellen, Gubernur Jendral Hindia Belanda di Batavia, memohon sebidang tanah untuk penelitian guna memanfaatkan berbagai tumbuhan serta lokasi koleksi tanaman bernilai ekonomi, yang berasal dari kawasan Indonesia dan mancanegara. Pada perkembangannya, ketika masa pimpinan J. E. Teyjsman (1981) Kebun Raya Bogor mulai dikembangkan menjadi pusat penelitian botani yang penting di Asia Tenggara. Kedudukan Kebun Raya sekarang adalah unit pelaksana teknis (UPT) Balai Pengembangan Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI). Kebun Raya Bogor atau nama lengkapnya Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI berada di bawah Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI. Kebun Raya Bogor merupakan pusat Kebun Raya yang mempunyai tiga cabang yaitu Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, dan Kebun Raya Eka Karya Bedegul Bali. Kebun Raya Bogor juga berisi kelompok tumbuhan yang membentuk komunitas dan mempunyai daya tarik tersendiri dan merupakan sumber yang sangat berharga untuk kegitan konservasi, penelitian, pendidikan dan rekreasi. Selama pertumbuhan dan perkembangannya Kebun Raya Bogor mengalami pergantian pimpinan, dan kelembagaanya mengalami perpindahan dari departemen satu ke departemen lainnya. Hasil kerja yang dihasilkan selama perkembangannya antar lain, (1) pendeskripsian tumbuhan dan mendatangkan tumbuhan dari luar negri pada masa pimpinan C. G. C. Reinwardt; (2) pemberian label pada semua tanaman serta penerbitan katalog tanaman yang pertama pada masa pimpinan Dr. Blume; (3) pengelompokan tanaman berdasarkan klasifikasi tumbuhan yaitu menurut famili pada masa pimpinan J. E. teysmann; (4) mengorientasikan Kebun Raya Bogor tidak hanya pada

25 penelitian botani murni namun berangsur-angsur mengarah kepada penelitian botani terapan atau pertanian dibawah pimpinan Dr. R. H. C. C. Scheffer; (5) mengembangkan Kebun Raya Bogor yang semula berorientasi pada penelitian botani saja menjadi lembaga besar yang kegiatan penelitiannya mencakup bidang botani, pertanian, hortikultura dan zoology, bahkan juga biologi perikanan dan Ilmu Kelautan dibawah pimpinan Dr. Melchior Treub. Pada saat itu Kebun Raya Bogor menjadi pusat studi ilmu pengetahuan alam menjadi kenyataan. Maka berdirilah sejarah yang merupakan lambang pusat studi botani, studi biologi dan pertanian di Asia Tenggara. Setelah Indonesia merdeka maka Kebun Raya Bogor menjadi hak milik Negara Indonesia dan pada tahun Pimpinan Kebun Raya Bogor beralih ketangan putera bangsa pertama yaitu Prof. Ir. Setyodiwiryo dengan nama s Lands Plantetiun te Buitenzorg berganti nama menjadi LPPA (Lembaga Pusat Penyelidikan Alam). Karena tidak adanya staf-staf ahli yang tetap, maka beliau mendirikan Akademi Biologi pada tahun 1955 yang membawahi tiga anak lembaga yaitu Museum Zoologi Bogor (MZB), Herbarium Bogor (HB), dan Pusat Penelitian Botani (PPB). Fungsi penting sebuah Kebun Raya Bogor juga bergema hingga keberbagai penjuru Tanah Air, terbukti dengan semakin banyaknya minat dari beberapa daerah untuk mendirikan Kebun Raya. Pembangunan Kebun Raya di setiap propinsi bertujuan untuk melestarikan kekayaan jenis tumbuhan di kawasannya sekaligus menunjang pembangunan dibidang pendidikan dan pariwisata. Proses pembangunan Kebun Raya yang melibatkan berbagai pihak yang terkait ikut mewarnai aktivitas Kebun Raya Bogor. Keadaan Umum Kebun Raya Bogor Area Kebun Raya Bogor terdiri dari area koleksi tanaman, jalur sirkulasi, lapangan parkir, museum, kebun pembibitan, rumah kaca, perkantoran dan rumah pegawai (Gambar 2). Area-area tersebut dibuka untuk umum, kecuali perkantoran dan rumah pegawai. Areal koleksi tanaman yang dapat dikunjungi oleh pengunjung berjumlah 202 Area atau sekitar 53 hektar (60,92%), sedangkan

26 PETA INSERT Satuan Dalam Meter Lokasi Penelitian Luas = m LEGENDA 1. Pintu Utama 2. Gedung Konservasi 3. Puslitbang Biologi 4. Herbarium 5. Kantor Kebun Raya 6. Pusat Penelitian Tanah 7. Gedung Penerima tamu 8. Perpustakaan Pertanian 9. Persemaian 10. Istana 11. Rumah Pegawai 12. Rumah Anggrek 13. Peringatan Lady Raffles 14. Peringatan Teysman Blok Vegetasi Blok Sungai dan Kolam Blok Bangunan DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 JUDUL STUDI STUDI DAYA DUKUNG KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR PETA LOKASI PENELITIAN JUDUL GAMBAR DIRANCANG Yayat Ruhiyat A DIGAMBAR Yayat Ruhiyat A DISETUJUI Dr. Ir. Bambang Sulistiyantara, MAgr TANGGAL ORIENTASI NO. - Januari 2008 SKALA m 1 2

27 Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian pembibitan dan rumah kaca hanya digunakan untuk yang mempunyai kepentingan khusus seperti penelitian, membeli bibit dan sebagainya. Letak Geografis Secara Administrasi Kebun Raya Bogor termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Tengah. Batas-batas Kebun Raya Bogor meliputi : Sebelah Utara dibatasi oleh Jalan Jalak Harupat. Sebelah Selatan dibatasi oleh Jalan Otto Iskandardinata. Sebelah Timur dibatasi oleh Jalan Pajajaran. Sebelah Barat dibatasi oleh Jalan Ir. H Djuanda. Luas Kebun Raya Bogor adalah sebesar 87 hektar. Terletak antara Bujur Timur dan Lintang Selatan. Terdapat diketinggian meter di atas permukaan laut (mdpl). Serta mempunyai ketinggian rata-rata 190 m, maksimal 350 m dan jarak dari Jakarta kurang lebih 60 kilometer. Aksesibiitas dan Sirkulasi Jalan yang mengelilingi Kebun Raya Bogor terbagi dalam dua Jurusan yaitu ke arah Jakarta melalui tol Jagorawi dan Cibinong, ke arah Bandung melalui tol Ciawi dan Puncak. Kondisi jalan sangat baik sehingga dapat dilalui oleh semua jenis kendaraan. Untuk dapat mencapai Kebun Raya Bogor dengan kendaraan umum sangat mudah. Lokasinya 300 m dari terminal bis dan 1 km dari Stasiun. Akses untuk mencapai kawasan sangat mudah karena tersedia angkutan umum yang dapat mengantarkan pengunjung sampai ke pintu masuk utama sebelah timur. Pada mulanya Kebun Raya Bogor memiliki tiga pintu gerbang yang bisa dimasuki seiring dengan perkembangan kawasan, dibuat kembali satu pintu di sebalah utara dan semua pintu gerbang ini di pergunakan atau dibuka hanya untuk hari libur saja sadangkan untuk hari biasa atau hari kerja hanya satu pintu yang dibuka yaitu pintu gerbang utama di sebelah timur kawasan yang berhadapan dengan pasar Bogor.

28 Koleksi Kebun Raya Bogor Koleksi Kebun Raya Bogor memiliki koleksi 223 famili, marga, jenis, dan spesimen berdasarkan registrasi tanaman periode tahun Beberapa jenis koleksi merupakan koleksi unik, spesifik, dan langka seperti tanaman tua yang berumur lebih dari 100 tahun, tanaman eksotik, atraktif seperti pohon raja, teratai raksasa, bunga bangkai raksasa, koleksi anggrek, koleksi palem, dan koleksi polong-polongan. Tanaman koleksi selanjutnya diklasifikasi berdasarkan kelompok famili, marga, jenis, dan spesimen yang terdiri atas petak atau lebih dikenal dengan vak. Berdasarkan pengelolaaannya Kebun Raya Bogor dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah kebun 1 dan wilayah kebun 2. Setiap wilayah pada dasarnya dikelola oleh satu orang pengawas, 6 orang pengamat, dan 1 orang petugas khusus yang membantu pengawas dan teknisi lapangan. Wilayah kebun tersebut antara lain adalah: A. Wilayah Kebun 1 Wilayah kebun 1 terbagi menjadi 6 lingkungan yaitu: 1. lingkungan I Koleksi tanaman pada lingkungan wilayah kebun 1 pada dasarnya didominasi oleh tanaman palem (famili Arecaceae) (Gambar 3) dan terdapat tanaman bambu (famili Gramineae) yang merupakan kelompok dari pinangpinangan dan kelompok rumput-rumputan. Plot-plot dari famili arecaceae terdapat pada vak-vak (blok-blok) sebagai berikut: vak XIII A, vak XIII C, vak XII E, vak XII C, vak XII D, dan vak X D. Plot tanaman famili Gramineae terdapat pada vak-vak sebagai berikut: vak XIV B, vak XIV C, dan Vak XIII M.

29 Gambar 3. Areca Hutckinsoniana Area XIII A (16 Juli 2006) 2. Lingkungan II Lingkungan ini sering disebut dengan istilah bostin karena pada kebun wilayah ini terdapat beberapa jenis koleksi tanaman. Jenis di kebun wilayah ini merupakan kumpulan dari seluruh tanaman koleksi yang terdapat di Kebun Raya Bogor dan pada setiap famili ditanam satu jenis tanaman. Kebun ini didominasi oleh tanaman famili Zingiberaceae yang merupakan kelompok tanaman yang berasal dari jamu-jamuan. Beberapa tanaman dari kelompok jamu-jamuan yaitu: jahe, kapulaga, kunyit, temulawak, kecombrang, dan gandasuli. Plot tanaman ini terdapat pada vak XI B dan XII B. 3. Lingkungan III Pada lingkungan kebun ini terdapat beberapa jenis koleksi tanaman dari kelompok famili: Famili Elaocarpaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XII N. Famili Verbenaceae, merupakan kelompok tanaman jati-jatian beberapa jenis tanamannya adalah: rami, lantana, sunkai dan legundi. Koleksi tanaman ini terdapat pada vak XI G,dan XI H. Famili Gramineae, merupakan tanaman jenis rumput-rumputan berupa bambu, rumput dan alang-alang. Tanaman koleksi ini terdapat pada vak XIII K. Famili Myristticaceae, merupakan tanaman kelompok pala-palaan. Salah satu jenis tanamannya adalah pala. Tanaman ini terdapat pada vak XI A.

30 Famili Araliaceae, merupakan kelompok tanaman mangkokan. Salah satu jenis tanamannya adalah kedongdong laut. Tanaman ini terdapat pada vak XIII J. 4. Lingkungan IV Pada kebun koleksi IV terdapat beberapa koleksi tanaman dari kelompok suku: Famili Sapindaceae, merupakan tanaman kelompok rambutan. Beberapa jenis tanamannya adalah: leci, rambutan, klengkeng, matoa, kapulasan, dan lerak. Koleksi tanaman ini terdapat pada vak III I dan III J. Famili Agavaceae, merupakan kelompok tanaman hanjuang-hanjungan. Beberapa jenis tanamannya adalah: timbak raja, dan sisal. Koleksi tanaman ini terdapat pada vak II A (Gambar 4). Famili Fabaceae, merupakan kelompok tanaman polong-polongan. Beberapa jenis tanamannya adalah: kempas, kaliandra, angsana, dan sengon. Koleksi tanaman ini terdapat pada vak I A sampai dengan vak I K. Gambar 4. Family Agavaceae (Area II A) (16 juli 2006) Famili Meliaceae, merupakan kelompok tanaman duku-dukuan. Beberapa jenis tanamannya adalah: kenari, duku, pacar culan, dan langsat. Koleksi tanaman ini terdapat pada vak III A, III C, dan III E. Famili Pandanaceae, merupakan kelompok tanaman Pandan. Beberapa jenis tanamannya adalah: pandan duri, dan pandan laut. Koleksi tanaman ini terdapat pada vak II D. Famili Flacourtiaceae, Koleksi tanaman ini terdapat pada vak IV F.

31 Famili Magnoliaceae, merupakan kelompok tanaman cempakacempakaan. Beberapa jenisnya adalah: cempaka. Koleksi ini terdapat pada vak IV F. Famili Ebenaceae, Beberapa jenis tanamannya adalah: eboni, dan bisbul. Koleksi ini terdapat pada vak IV D. Famili Annonaceae, merupakan kelompok tanaman nangka. Jenisnya adalah: srikaya, sirsak, kenanga, dan kiburahol. Koleksi ini terdapat pada vak IV G dan vak H. Famili Dilleniaceae, merupakan kelompok tanaman sempur-sempuran. Berapa jenisnya adalah: sempur, dan kiasahan. Koleksi ini terdapat pada vak IV G. Famili Sapotaceae, merupakan kelompok tanaman sawo-sawoan. Jenisnya adalah sawo. Koleksi ini terdapat pada vak IV B, dan vak IV C. Famili Podocarpaceae, Koleksi tanaman ini terdapat pada vak V F. Famili Penaceae, merupakan tanaman yang memiliki daun seperti jarum. Jenisnya adalah pinus. koleksi ini terdapat pada vak V F. Famili Apocynaceae, merupakan kelompok tanaman kamboja. Jenisnya adalah: alamanda, pulai, bintaro, jelutung dan kayu rapet. Koleksi ini terdapat pada vak IV A. Famili Icacinaceae, Koleksi tanaman ini terdapat pada vak III G. Famili Rubiaceae, merupakan kelompok tanaman kopi- kopian. Jenisnya adalah: kaca piring, kopi, kina, mengkudu, soka dan gambir. Koleksi ini terdapat pada vak IV E, V D, V E, dan V L. Famili Rutaceae, merupakan tanaman jeruk-jerukan. Jenisnya kemuning, inggu, jeruk keprok, dan jeruk sukade. Koleksi ini terdapat pada vak III C. Famili Liliaceae, merupakan kelompok tanaman bawang-bawangan. Jenisnya adalah: lilia, hanjuang, dan sedap malem. Koleksi ini terdapat pada vak II C. 5. Lingkungan V Pada kebun koleksi lingkungan V terdapat taman Mexico yang ditanami dengan jenis Kaktus (famili Euphorbiaceae). Pada lingkungan ini terdapat lima

32 koleksi kolam air dan kolam tersebut terdapat beberapa jenis tanaman air salah satunya yaitu teratai. 6. Lingkungan VI Pada kebun koleksi lingkungan VI terdapat beberapa tanaman koleksi dari suku: Famili Gramineae, merupakan tanaman dari kelompok rumput-rumputan. Jenisnya adalah bambu. Koleksi ini terdapat pada vak V M. Famili Arecaceae, merupakan tanaman kelompok pinang-pinangan. Jenisnya adalah palem. Koleksi ini terdapat pada vak II F, vak V H, vak V K, vak V J, vak V M, dan vak V G. Famili cycadaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada Vak II E. Famili Bromimeliaaceae, merupakan kelompok tanaman nenas-nenasan. Koleksi ini terdapat pada vak V H. B. Lingkungan Kebun Wilayah II Wilayah II terdapat 6 lingkungan yaitu: 1. Lingkungan VII Pada Kebun koleksi lingkungan VII terdapat beberapa kelompok jenis tanaman dari kelompok: Famili Bombacaceae, merupakan kelompok tanaman duri-durian. Jenisnya adalah: durian, kayu balsa, randu, dan kapuk. Koleksi ini terdapat pada vak XVI H. Famili Asclepiadaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XVI A. Famili Loganiaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XVI B. Famili Malvaceae, merupakan kelompok kapas-kapasan. jenisnya bunga raya, kembang sepatu, waru kapas. Koleksi terdapat pada vak XVI G. Famili Bignoniaceae, merupakan kelompok tanaman tui-tuian. Jenisnya adalah: jaka randa, bunga terompet, dan buah lilin. Koleksi ini terdapat pada vak XV G Famili Convulvulaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XV H.

33 Famili Acanthaceae, merupakan kelompok tanaman jeruju-jerujuan. Jenisnya adalah: asistasia remek daging, landep, dan keji beling. Koleksi ini terdapat pada vak XV F. Famili Verbenaceae, merupakan kelompok tanaman jati-jatian. Jenisnya adalah: jati, sungkai dan legundi. Koleksi ini terdapat pada vak XV E, dan vak XV F. Famili Euphorbiaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XV B, dan vak XV C. Famili Pipereaceae, merupakan kelompok tanaman sirih-sirihan. Jenisnya adalah: lada, sirih, dan cabe jawa. Koleksi ini terdapat pada vak XV D. Famili Moraceae, merupakan kelompok tanaman beringin-beringinan. Jenisnya adalah: ara, rami, sukun, nangka, dan tabat barito. Koleksi ini terdapat pada vak XV B. Famili Dioscoraceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XV B. Famili Gentianaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XV A. Famili Flacourtiaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XV A. Famili Liliaceae, merupakan kelompok tanaman bawang-bawangan. Jenisnya adalah: lilia, dan hanjuang. Koleksi ini terdapat pada vak XV A. Famili Pandanaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi pandanpandanan. Jenisnya adalah: pandan duri, dan pandan laut. Koleksi ini terdapat pada vak XIX Z. Famili Gramineae, merupakan kelompok tanaman koleksi rumputrumputan. Jenisnya adalah: bambu, dan rumput. Koleksi ini terdapat pada vak XIX Z. 2. Lingkungan VIII. Pada lingkungan kebun wilayah VIII terdapat beberapa jenis koleksi tanaman dari famili: Famili Annonaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi nangkanagkaan. Jenisnya adalah: burahol. Koleksi ini terdapat pada vak XX D. Famili Myristicaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi pala-palaan. Jenisnya adalah: pala. Koleksi ini terdapat pada vak XX C.

34 Famili Lauraceae, merupakan kelompok tanaman koleksi medangmedangan. Jenisnya adalah: kayu manis, dan kayu ulin. Koleksi ini terdapat pada vak XX A, dan XX B. Famili Polypodiaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak XX i, dan vak XIX C. 3. Lingkungan IX. Pada lingkungan kebun ini terdapat beberapa jenis koleksi tanaman dari famili: Famili Myrtaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi jambu-jambuan. Jenisnya adalah: jambu air, cengkeh, pienta, eucalyptus. Koleksi ini terdapat pada vak V A, vak V B, dan vak V C. Famili Lechtidaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi putat-putatan. Jenisnya adalah: keben, putat, benon, dan besole. Koleksi ini terdapat pada vak IV H. Famili Annonaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi nangkanangkaan. Jenisnya adalah: Kiburahol. Koleksi ini terdapat pada vak IV H. Famili Myristaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi pala-palaan. Jenisnya adalah: pala. Koleksi ini terdapat pada vak IV H. Famili Bombacaceae, merupakan kelompok tanaman koleksi duri-durian. Jenisnya adalah: durian, kayu balsa, randu, dan kapuk. Koleksi ini terdapat pada vak IV I. Famili Guttiferae, merupakan kelompok tanaman koleksi manggismanggisan. Jenisnya adalah: manggis, geronggongan, dan nagasari. Koleksi ini terdapat pada vak V A, dan vak VI C. Famili Elaeocarpaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak VI C. Famili Anacardiaceae, koleksi tanaman ini terdapat pada vak VI C, vak VII A, dan vak VII E. Famili Burceraceae, merupakan kelompok tanaman koleksi kenarikenarian. Jenisnya adalah: kedondong, garuga, dan kenari. Koleksi ini terdapat pada vak VI B, dan vak VI E (Gambar 5).

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A34201018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR 5.1 Profil Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan tempat yang cocok untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan rekreasi sekaligus dalam satu tempat. Sebelum diberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN KIOS INFORMASI. Bermula dari Prof. Dr. C.G.C. Reinwardt, botanis asal Jerman, yang berada di

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN KIOS INFORMASI. Bermula dari Prof. Dr. C.G.C. Reinwardt, botanis asal Jerman, yang berada di BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN KIOS INFORMASI 3.1 Sejarah Organisasi 3.1.1 Sejarah Kebun Raya Bogor Bermula dari Prof. Dr. C.G.C. Reinwardt, botanis asal Jerman, yang berada di Indonesia pada awal abad

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 Kemampuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A34204040 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG Menimbang : MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI TUMBUHAN DAN SATWA LIAR MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR 5.1. Sejarah Singkat Kebun Raya Bogor Pada tanggal 15 April 1817, Reinwardt mencetuskan gagasannya untuk mendirikan Kebun Botani yang disampaikan kepada G.A.G.P. Baron

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Tentang : Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Tentang : Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Tentang : Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN, Menimbang : a. bahwa jenis tumbuhan dan satwa liar

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam merupakan

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Liana Liana merupakan tumbuhan yang berakar pada tanah, tetapi batangnya membutuhkan penopang dari tumbuhan lain agar dapat menjulang dan daunnya memperoleh cahaya

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Indonesia Membutuhkan Lebih Banyak Kawasan Penunjang Konservasi Indonesia merupakan negara yang menyimpan kekayaan keanekaragaman ekosistem yang terbentang dari

Lebih terperinci

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Sumberdaya Alam Hayati : Unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumberdaya alam hewani (satwa) yang bersama dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Taman Hutan Raya (Tahura) adalah hutan yang ditetapkan pemerintah dengan fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Konservasi Kawasan konservasi dalam arti yang luas, yaitu kawasan konservasi sumber daya alam hayati dilakukan. Di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia yang

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Keunikan Kawasan Gunung Merapi Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena adanya interaksi yang kuat antar berbagai komponen di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi objek wisata yang tersebar di seluruh pulau yang ada. Salah satu objek wisata yang berpotensi dikembangkan adalah kawasan konservasi hutan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Sejarah Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor didirikan oleh ahli biologi Jerman yaitu Prof. Caspar George Carl Reindwart pada tanggal 18 Mei 1817 dengan nama

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. SUdah berabad-abad lamanya kebun 'raya di dunia secara umum menjadi

BABI PENDAHULUAN. SUdah berabad-abad lamanya kebun 'raya di dunia secara umum menjadi BABI PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG SUdah berabad-abad lamanya kebun 'raya di dunia secara umum menjadi salah satu sarana pengembangan i1mu dan budaya yang penting. Sejak semula lembaga ini selalu bergerak

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA Oleh: PUTERA RAMADHON A34204046 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebun Raya Bogor (KRB) memiliki keterikatan sejarah yang kuat dalam pelestarian tumbuhan obat. Pendiri KRB yaitu Prof. Caspar George Carl Reinwardt merintis kebun ini

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR

BAB 4 GAMBARAN UMUM AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR BAB 4 GAMBARAN UMUM AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR 4.1 Sejarah dan Perkembangan Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor adalah sebuah kebun botani besar tertua di Asia dan memiliki keindahan tersendiri yang terletak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi

KONDISI UMUM Keadaan Fisik Fungsi 19 KONDISI UMUM Keadaan Fisik Kebun Raya Cibodas (KRC) merupakan salah satu kebun raya yang terdapat di Indonesia. KRC terletak di Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pintu gerbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa sebagai penjabaran dari Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 752, 2014 KEMENHUT. Penetapan Rayon. Taman Nasional. Taman Hutan Raya. Taman Wisata Alam. Taman Buru. PNBP. Pariwisata Alam. Penetapan Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN

Lebih terperinci

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR Oleh: Nadya Tanaya Ardianti A07400018 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Timor memiliki avifauna yang unik (Noske & Saleh 1996), dan tingkat endemisme burung tertinggi dibandingkan dengan beberapa pulau besar lain di Nusa Tenggara (Pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Indikator Perkuliahan Menjelaskan kawasan yang dilindungi Menjelaskan klasifikasi kawasan yang dilindungi Menjelaskan pendekatan spesies Menjelaskan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN RAYON DI TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, TAMAN WISATA ALAM DAN TAMAN BURU DALAM RANGKA PENGENAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kawasan yang mempunyai berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan yang saling berinteraksi di dalamnya. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A34201037 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SMP NEGERI 3 MENGGALA

SMP NEGERI 3 MENGGALA SMP NEGERI 3 MENGGALA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem. Untuk Kalangan Sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peraturan Pendakian

Lampiran 1. Peraturan Pendakian 93 Lampiran 1. Peraturan Pendakian 1. Semua pengunjung wajib membayar tiket masuk taman dan asuransi. Para wisatawan dapat membelinya di ke empat pintu masuk. Ijin khusus diberlakukan bagi pendaki gunung

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Butterfly : Bahasa Inggris: Kupu-kupu Kupu-kupu merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera atau serangga bersayap sisik (lepis: sisik dan ptero:

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bandung Selatan memiliki sebuah kawasan wisata potensial, yaitu kawasan wisata Ciwidey. Di kawasan tersebut terdapat empat tujuan wisata utama, diantaranya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A34203044 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 11/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN (Kasus Kampung Cimenteng, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten)

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan pariwisata merupakan salah satu sektor tumpuan yang diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan di sektor pariwista dapat meningkatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan perubahan kondisi sosial masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat dalam pemanfaatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA OLEH: MOCH SAEPULLOH A44052066 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pariwisata menduduki posisi sangat penting setelah minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan bangsa yang dapat meningkatkan perekonomian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman hutan raya merupakan kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan

Lebih terperinci

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah 1 Pengelolaan Taman Hutan Raya (TAHURA) Pengertian TAHURA Taman Hutan Raya adalah Kawasan Pelestarian Alam (KPA) Untuk tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa untuk terselenggaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan adat istiadat yang berbeda,yang mempunyai banyak pemandangan alam yang indah berupa pantai,danau,laut,gunung,sungai,air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan semakin banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia seiring dengan perkembangan zaman. Pemanfaatan hutan biasanya sangat bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan flora dan fauna serta kehidupan liar lain yang mengundang perhatian berbagai pihak baik di dalam maupun di luar negeri. Tercatat lebih dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A34204014 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang penuh dengan keberagaman budaya dan pariwisata. Negara yang memiliki banyak kekayaan alam dengan segala potensi didalamnya, baik

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh MENDUT NURNINGSIH E01400022 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci