ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (PERIODE )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (PERIODE )"

Transkripsi

1 ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (PERIODE ) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Arief Setiawan NIM: JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M i

2 ii

3 iii

4 iv

5 v

6 DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama : Arief Setiawan 2. Tempat tanggal lahir : Tangerang, 15 September Alamat : BSD, Blok C No. 21 Sektor 1.2 RT03 RW04 Serpong, Tangerang 4. Telepon : setiawan.arief15@gmail.com II. PENDIDIKAN 1. SDN Karya Bakti 1 Tahun MTs Al-Zaytun Tahun MA Al-Zaytun Tahun S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun III. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah : Tasbi 2. Ibu : Ruswati 3. Alamat : BSD, Blok C No. 21 Sektor 1.2 RT03 RW04 Serpong, Tangerang vi

7 COMPARISON EFFICIENCY ANALYSIS OF CONVENTIONAL AND ISLAMIC BANKS USING DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) METHOD (PERIOD ) Arief Setiawan Abstract The aim of this reserch is to measure efficiency and analyze the efficiency comparison between conventional banks with Islamic banks during the period The data which is used in this reserch is a secondary data, collected from financial statements issued by Bank Indonesia. The sampling technique that isused in this reserch is purposive sampling with taking 10 samples of conventional banks and 10 Islamic banks. Efficiency measurements in this research using Data Envelopment Analysis (DEA) with the intermediation approach. Input variables used in the study are deposits, assets, and labor costs, while the output variable is the financing and income. To determine differences in efficiency between conventional banks and Islamic banks, this study used a different test parametric independent sample t-test. The result of this reserch showed that is no significant difference between the efficiency of conventional and Islamic banks during the period with possible intervention t value (-1,548) < t table (1,99) and p value = 0,125. Keyword: Efficiency, Data Envelopment Analysis, Deposits, Assets, Labor Costs, Financing, Income, Conventional Banks, Islamic Banks vii

8 ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (PERIODE ) Arief Setiawan ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur efisiensi dan menganalisa perbandingan efisiensi antara bank konvensional dengan bank syariah selama periode Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan mengambil sampel 10 bank konvensional dan 10 bank syariah. Pengukuran efisiensi dalam penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan intermediasi. Variabel input yang digunakan dalam penelitian adalah simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja, sedangkan variabel outputnya adalah pembiayaan dan pendapatan. Untuk mengetahui perbedaan efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah, penelitian ini menggunakan uji beda parametrik Independent Sample T-Test. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara efisiensi bank konvensional dan bank syariah selama periode dengan melihat nilai t hitung (-1,548) < t tabel (1,99) dan nilai p = 0,125. Kata kunci: Efisiensi, Data Envelopment Analysis, Pendekatan Intermediasi,, Aset, Biaya Tenaga Kerja, Pembiayaan, Pendapatan, Bank Konvensional, Bank Syariah. viii

9 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Kedua orang tua, ayahanda Tasbi dan ibunda Ruswati yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. 2. Segenap keluarga dan saudara-saudara yang telah menyemangati dan membantu penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Suhendra, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini. 7. Bapak Arief Mufraini, Lc. M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia memberikan banyak ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Bimbingan dan arahan untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. ix

10 8. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan. 9. Seluruh teman-teman Manajemen D Angkatan 2009 yang selalu menemani dari semester 1 sampai penulisan skripsi ini. 10. Seluruh teman-teman Manajemen Angkatan 2009 dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 11. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang akuntansi manajemen. Jakarta, 5 Juli 2013 Penulis, (Arief Setiawan) x

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF... iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi ABSTRACT.... vii ABSTRAK... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Kinerja Perbankan Konsep Efisiensi Konsep Pengukuran Efisiensi a. Pengukuran Berorientasi Input b. Pengukuran Berorientasi Output Efisiensi Perbankan Pengukuran Efisiensi Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi B. Penelitian Terdahulu xi

12 C. Kerangka Berpikir D. Hipotesis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian B. Metode Penentuan Sampel C. Metode Pengumpulan Data D. Metode Analisis Data Metode Data Envelopment Analysis Model Pengukuran Efisiensi Teknik Bank Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test) Uji Beda Independent Sample T-Test E. Operasional Variabel Penelitian BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitan Perkembangan Perbankan di Indonesia Uraian Data B. Analisa dan Pembahasan Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Konvensional di Indonesia Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Syariah di Indonesia Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Selama Periode Perbandingan Efisiensi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia Tahun a. Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test) b. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test Analisis dan Interpretasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran xii

13 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR TABEL No. Keterangan Halaman 1.1 Jumlah Bank di Indonesia Jumlah Aset Bank di Indonesia Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu Daftar Nama Sampel Bank Penelitian Variabel Input-Output Jumlah Bank di Indonesia Perkembangan Jumlah Variabel Input Perkembangan Jumlah Variabel Input Aset Perkembangan Jumlah Variabel Input Tenaga Kerja Perkembangan Jumlah Variabel Output Pembiayaan Perkembangan Jumlah Variabel Output Pendapatan Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Konvensional di Indonesia Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output xiv

15 Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Syariah di Indonesia Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun xv

16 4.33 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test xvi

17 DAFTAR GAMBAR No. Keterangan Halaman 1.1 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah Efisiensi Teknis dan Efisiensi Alokatif Pengukuran Efisiensi Berorientasi Input Output serta Return to Scale Efisiensi Teknis dan Alokatif dari Pendekatan Berorientasi Output Kerangka Berpikir xvii

18 DAFTAR LAMPIRAN No. Keterangan Halaman 1 Input-Output Bank Konvensional Input-Output Bank Syariah Output MaxDEA Output SPSS xviii

19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang paling penting dalam sistem perekonomian suatu Negara. Bank memiliki peran sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana (surplus) dengan pihak yang membutuhkan dana (defisit). Bank juga merupakan suatu lembaga yang berfungsi untuk memperlancar lalu lintas keuangan yang berpeangaruh pada mobilitas pertumbuhan perekonomian suatu Negara. Berdasarkan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998, jenis bank di Indonesia terdiri dari dua kelompok yaitu bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank umum dapat memilih satu dari tiga pilihan yaitu seluruhnya beroperasi secara konvensional, seluruhnya beroperasi secara syariah, atau melakukan kegiatan usaha secara konvensional sekaligus juga melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah (dual banking system). 1

20 Perbedaan yang mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional adalah pada produk dan jasa perbankan yang ditawarkan serta cara pembagian keuntungannya. Jika bank konvensional menerapkan sistem bunga dan menghalalkan kegiatan yang diharamkan dalam Islam, berbeda dengan bank syariah yang memiliki karakteristik antara lain tidak menerapkan sistem bunga, menggunakan metode bagi hasil dan jual beli, hanya memberikan pembiayaan pada kegiatan usaha yang halal, dan bank syariah harus memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS). Sebagian besar bank yang berkembang di Indonesia adalah bank yang menggunakan prinsip konvensional. Hal ini tidak lepas dari sejarah bank Indonesia dimana asal mula bank yang ada di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda yang kemudian beberapa bank belanda yang dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia, seperti De Algeme Volk Kredit Bank yang kemudian menjadi Bank BRI tanggal 22 Februari 1946, Bank Timur NV menjadi Bank Gemari yang akhirnya merger dengan Bank Central Asia tahun Dan hingga saat ini, perkembangan bank konvensional terus meningkat. Berdasarkan statistik Bank Indonesia tahun 2012, bank konvensional yang ada di Indonesia berjumlah 109 bank dengan kantor cabang dan total aset yang mencapai miliar rupiah. Sedangkan sejarah perbankan syariah di Indonesia dimulai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah 2

21 Indonesia. Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi setelah berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1992 tentang perbankan syariah yang membuka kesempatan bagi bank yang melaksanakan profit bagi hasil ini. Selama periode tahun 1992 sampai 1998, hanya ada satu bank syariah (BMI) dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang dikembangkan. Pada tahun 1998, Indonesia mengalami reformasi politik dan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun Undangundang ini mengatur tentang sistem dual banking, dimana bank Islam beroperasi secara berdampingan dengan bank konvensional. Selanjutnya, Undang-Undang No 23 Tahun 1999 menegaskan bahwa Bank Indonesia, selaku otoritas moneter di Indonesia harus menyediakan peraturan dan fasilitas untuk operasional perbankan syariah. Pada tahun 1999, bank syariah kedua di Indonesia dibuka, yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM), diikuti oleh beberapa bank umum yang membuka unit syariah seperti Bank Central Asia (BCA) Syariah. Pada tahun 2002, Bank Indonesia menerbitkan Blueprint Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia. Hal ini dianggap sebagai perencanaan jangka panjang dari perbankan Islam di Indonesia. Isi Blueprint tersebut antara lain mengidentifikasi tantangan utama bank syariah di masa depan selain menyatakan visi, misi, dan tujuan strategis dari bank syariah. Secara singkat, Blueprint tersebut telah memberikan pedoman yang jelas bagi para stakeholders untuk menyamakan visi dan aspirasi. 3

22 Perkembangan bank syariah juga tidak lepas dari kemampuannya yang dapat bertahan disaat krisis moneter di tahun Menurut Muharam dan Pusvitasari (2007:82), perbankan syariah tidak mengalami negative spread seperti yang dialami oleh perbankan konvensional pada umumnya. Hal ini dikarenakan kewajiban membayar bunga oleh bank kepada para nasabahnya akan selalu melekat pada bank apapun kondisinya. Padahal di sisi lain, pembayaran bunga oleh bank kepada nasabah merupakan beban bagi bank. Hal ini berbeda dengan perbankan syariah pada waktu itu yang tidak memiliki kewajiban membayar bunga kepada nasabahnya karena prinsip bagi hasil yang diterapkannya tidak mengandung kewajiban seperti demikian, melainkan keuntungan dan kerugian selalu dibagi dengan nasabahnya sesuai dengan ketentuan nisbah yang telah disepakati bersama oleh kedua belah pihak. Sejak saat itulah perbankan syariah muncul sebagai kekuatan baru dalam dunia perbankan nasional karena kemampuannya, dan dapat memenuhi keinginan masyarakat akan perbankan yang menerapkan prinsip-prinsip syariah. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah bank syariah selama periode terus mengalami peningkatan, meskipun jumlah Unit Usaha Syariah sempat mengalami penurunan ( ). Sedangkan jumlah bank konvensional justru mengalami penurunan selama periode pengamatan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perbankan syariah mampu berkembang dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. 4

23 Tabel 1.1 Jumlah Bank di Indonesia No Bentuk Bank Bank Konvensional Bank Umum Syariah Unit Usaha Syariah Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2012 Perkembangan yang cukup baik dan signifikan dari bank syariah berdampak pada jumlah aset bank tersebut. Tabel 1.2 menunjukkan bahwa peningkatan total aset bank syariah selama tahun mencapai 293 persen, sedangkan kenaikan jumlah aset bank konvensional sebesar 84,49 persen. Hal tersebut menandakan bahwa perbankan syariah mampu berkembang dengan cepat dan memiliki potensi untuk berkembang lebih besar lagi. Tabel 1.2 Jumlah Aset Bank di Indonesia (Milyar) No Bentuk Bank Bank Konvensional Bank Umum Syariah Unit Usaha Syariah Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2012 Perkembangan aset tersebut juga diikuti dengan banyaknya jumlah jaringan kantor bank syariah. Gambar 1.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 terdapat 576 kantor Bank Umum Syariah (BUS), 214 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 202 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Hingga tahun 2012, terjadi peningkatan jumlah kantor perbankan syariah 5

24 dengan persentase sebesar 201 persen untuk BUS, 130 persen untuk UUS, dan 98,51 persen untuk BPRS. Jumlah kantor perbankan syariah diyakini akan terus bertambah mengingat potensi yang ada di dalam bank tersebut dan keinginan masyarakat untuk menerapkan prinsip syariah dalam kegiatan perbankannya. Gambar 1.1 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah BUS UUS BPRS Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (2012), data diolah Sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim, sangat besar peluang untuk Indonesia dalam mengembangkan industri perbankan syariah. Hal ini didukung dengan peraturan yang membolehkan bank syariah bersaing dengan bank konvensional sesuai dengan bisnis dan area mereka (UU No 10 Tahun 1998). Selain itu, peraturan tersebut juga membolehkan bank syariah dan bank konvensional untuk menawarkan pelayanan secara syariah atau yang biasa disebut Islamic Windows. 6

25 Semakin berkembangnya bank syariah di Indonesia tentu akan menjadi tantangan tersendiri bagi bank konvensional yang telah lebih dulu ada. Dengan semakin berkembangnya bank syariah dan masih kuatnya bank konvensional, tentu yang menjadi sorotan adalah bagaimana kinerja bank-bank tersebut. Kinerja dan kondisi kesehatan bank merupakan hal yang penting bagi pihak terkait, seperti pemilik atau pengelola bank, masyarakat, maupun Bank Indonesia selaku pengawas perbankan yang ada di Indonesia. Dengan demikian maka pihak yang terkait dapat mengevaluasi kinerja perbankan dengan tetap menerapkan prinsip kehatihatian, patuh terhadap ketentuan dan menerapkan manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam pengukuran kinerja perbankan adalah efisiensi yang antara lain dapat ditingkatkan melalui penurunan biaya (reducing cost) dalam proses produksi (Sutawijaya dan Lestari, 2009:51). Iswardono dan Darmawan dalam buku Wilson Arafat (2006:138) menyatakan bahwa masalah efisiensi perbankan dirasakan sangat penting saat ini maupun di masa mendatang, karena antara lain: (1) Kompetisi yang bertambah ketat; (2) Permasalahan yang timbul sebagai akibat berkurangnya sumber daya; (3) meningkatkan standar kepuasan nasabah. Oleh karena itu, analisis efisiensi perbankan di Indonesia mendesak dilakukan untuk mengetahui dan menentukan penyebab perubahan efisiensi serta selanjutnya mengambil tindakan korektif supaya dapat dilaksanakan peningkatan efisiensi sebagaimana seharusnya. 7

26 Efisiensi dapat didefinisikan sebagai rasio antara output dengan input. Ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu apabila dengan input yang sama menghasilkan output yang lebih besar, dengan input yang lebih kecil menghasilkan output yang sama, dan dengan input yang besar menghasilkan output yang besar (Kost dan Rosenwig, 1979:41 dalam Sutawijaya dan Lestari, 2009:52). Sedangkan yang menyebabkan inefisiensi adalah terdapat rantai birokrasi yang berkepanjangan, miss alocation dalam penggunaan sumber daya yang ada, dan tidak terdapatnya economics of scale (Iswardono S Permono dan Darmawan, 2000 dalam Muharam dan Pusvitasari, 2005) Mengukur efisiensi perbankan dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti melihat perbandingan indikator kinerja perbankan dan rasio keuangan, selain itu ada juga beberapa metode lain, yaitu pendekatan parametrik dan non parametrik (Hadad et al., 2003:2). Pendekatan parametrik meliputi Stochastic Frontier Approach (SFA), Distribution Free Approach (DFA), dan Thick Frontier Approach (TFA), sedangkan yang non parametrik adalah dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Metode parametrik dan non parametrik memiliki beberapa perbedaan. Salah satu perbedaannya adalah metode parametrik memasukkan random error, sedangkan non parametrik tidak memasukkan itu. Meskipun demikian, hasil yang ditunjukkan oleh kedua metode ini tidak jauh berbeda. Hal ini akan terjadi jika sampel yang dianalisis 8

27 merupakan unit yang sama dan menggunakan proses produksi yang sama (Hadad et al., 2003:2). Pengukuran efisiensi Bank Konvensional dan Bank Syariah dalam penelitian ini akan menggunakan metode non-parametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Metode ini memiliki kelebihan yaitu mampu berhadapan dengan kasus input yang beragam, seperti faktor yang berada diluar kendali manajemen dan memudahkan perbandingan efisiensi dengan menggunakan kriteria yang seragam, melalui penggunaan bentuk rasio yang sederhana untuk mengetahui efisiensi setiap organisasi, termasuk lembaga perbankan (Putri dan Lukviarman, 2008:40). Epstein dan Henderson (1989) dalam Hadad et al. (2003:2) juga menambahkan pendapatnya tentang keuntungan relatif penggunaan pendekatan ini lebih besar dibandingkan parametrik, yaitu pendekatan ini dapat mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai referensi sehingga dapat membantu mencari penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisienan yang merupakan keuntungan utama dalam aplikasi manajerial. Model DEA telah banyak diaplikasikan untuk mengukur efisiensi suatu bank. Golany dan Storbeck (1999) menggunakannya untuk mengevaluasi efisiensi relatif operasional cabang sebuah bank di Amerika dengan 14 kantor cabangnya. Zenios et al. (1999) juga menggunakan DEA untuk menilai efisiensi relatif cabang-cabang Bank of Cyprus dan menggunakan DEA sebagai dasar benchmarking antar-cabang. Sedangkan Barr et al. (2002) mengaplikasikan DEA guna mengevaluasi produktivitas, 9

28 efisiensi dan kinerja Bank Komersil di Amerika Serikat (Wilson Arafat, 2006:141). (Berger et al.,1993 Sutawijaya dan Lestari, 2009) mengatakan jika terjadi perubahan struktur keuangan yang cepat maka penting mengidentifikasikan efisiensi biaya dan pendapatan. Mengingat pentingnya efisiensi dalam persaingan dunia perbankan yang semakin ketat dan untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi bank konvensional dan bank syariah, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dan Bank Konvensional dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode ) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat efisiensi bank konvensional selama periode Bagaimana tingkat efisiensi bank syariah selama periode Apakah terdapat perbedaan efisiensi bank konvensional dan bank syariah selama periode

29 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi bank konvensional selama periode Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi bank syariah selama periode Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan efisiensi bank konvensional dan bank syariah. D. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis Penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai kinerja perbankan, khususnya tentang efisiensi keuangan bank antara bank syariah dengan bank konvensional. Dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama dibangku perkuliahan. 2. Bagi Bank a. Manajer Dapat digunakan untuk mengetahui kinerja bank tertutama pada efisiensi keuangan bank sehingga dapat dijadikan sebagai salah 11

30 satu pedoman bagi manajer untuk mengambil keputusan di masa mendatang. b. Nasabah Dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan kinerja bank konvensional dan bank syariah dalam menjalankan usahanya. Serta dapat dijadikan pilihan dalam hal penitipan dana, pengelolaan dana, dan pembiayaan yang tepat. 3. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan kepustakaan dan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan pengembangan penelitiapenelitian selanjutnya dengan permasalahan yang sejenis. 12

31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kinerja Perbankan Untuk dapat menjamin suatu organisasi berjalan dengan baik, maka suatu organisasi atau perusahaan perlu mengadakan evaluasi. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan cara mengukur kinerjanya, sehingga aktivitas organisasi dapat dipantau secara periodik. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjamin keberhasilan strategi organisasi. Syofyan (2003) dalam Sukarno dan Syaichu (2006:48) menyatakan bahwa kinerja dapat diartikan sebagai penilaian bagaimana hasil ekonomi dari kegiatan industri memberikan kontribusi terbaik guna mencapai tujuan. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa kinerja adalah seberapa baik hasil yang dicapai oleh perusahaan dalam mencapai tujuan perekonomian, dimana tujuan perekonomian adalah untuk memaksimumkan kesejahteraan ekonomi. Kinerja bank pada umumnya diukur dengan menggunakan indikator tingkat kesehatan bank sebagai ukuran kinerja (Putri dan Lukviarman, 2008:39). Dalam hal ini kinerja suatu bank diukur dengan menggunakan lima indikator penilaian mencakup Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Risk Market yang lebih dikenal sebagai analisis CAMELS. Empat dari enam aspek tersebut yaitu Capital, Assets, Earnings, Liquidity menggunakan rasio-rasio 13

32 keuangan tradisional untuk mengukur kinerja dan kesehatan bank. Penggunaan analisis CAMELS tersebut tidak lepas dari Bank Indonesia selaku regulator yang telah mengeluarkan ketentuan tentang penilaian tingkat kesehatan bank melalui Surat Edaran BI Nomor 26/BPPP/1993 tanggal 23 Mei Pendekatan lain untuk mengukur kinerja bank adalah dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan bila bank yang bersangkutan telah menjual sahamnya di pasar modal dapat dilengkapi dengan Market Value Added (MVA). EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa (residual income) yang mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi. Sedangkan MVA adalah selisih antara Market Value of Capital. Sehingga dapat dikatakan sebagai total economic surplus perusahaan (Mardiah Dkk, 2006). Penelitian ini tidak menggunakan analisis CAMELS dan EVA maupun MVA sebagai alat pengukuran kinerja, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini dikarenakan CAMELS menilai kinerja perbankan dengan pendekatan kesehatan bank dan EVA maupun MVA dengan pendekatan nilai tambah ekonomi, sementara penelitian ini menggunakan pendekatan efisiensi dengan teknik DEA sebagai ukuran kinerja perbankan di Indonesia. 14

33 2. Konsep Efisiensi Menurut Abidin dan Endri (2009:22) efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi dengan mengacu pada filosofi kemampuan menghasilkan output yang optimal dengan input-nya yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Ketika membicarakan mengenai pemanfaatan secara lebih baik dari setiap sumber daya yang telah diberikan, maka hal tersebut merupakan konsep yang sangat dasar mengenai efisiensi (Shahid, Dkk, 2010:25). Ditinjau dari teori ekonomi, ada dua pengertian efisiensi, yaitu efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang makro yang jangkauannya lebih luas dibanding efisiensi teknik. Pengukuran efisiensi teknik cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional dalam proses konversi input menjadi output. Akibatnya, usaha untuk meningkatkan efisiensi hanya memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian dan alokasi sumberdaya yang optimal (Ghofur;Atmawardhana, 2006:41 dalam Priyonggo Suseno, 2008:34). Kumbhaker dan Lovel (2000) dalam Abidin dan Endri (2009:22) mengatakan bahwa efisiensi teknis merupakan salah satu dari komponen efisiensi ekonomi secara keseluruhan. Tetapi, dalam rangka mencapai efisiensi ekonominya suatu perusahaan harus efisien secara teknis. Untuk mencapai tingkat keuntungan maksimal, sebuah perusahaan harus dapat 15

34 berproduksi pada tingkat output yang optimal dengan jumlah input tertentu (efisiensi teknis) dan menghasilkan output dengan kombinasi yang tepat pada tingkat harga tertentu (efisiensi alokatif). 3. Konsep Pengukuran Efisiensi Penghitungan efisiensi teknis sebelumnya telah dilakukan oleh Farell (1957) berdasarkan paper dari Tim Coelli (1996) yang menggambarkan sebuah ukuran sederhana mengenai efisiensi perusahaan dengan cara menghitung berbagai macam input yang digunakan untuk produksinya. Farell mengusulkan efisiensi dari dua komponen yaitu: technical efficiency yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan output maksimum dari serangkaian input yang telah ditentukan, dan allocative efficiency yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan berbagai macam input dalam proporsi yang optimal, di mana masing-masing inputnya sudah ditentukan tingkat harga dan teknologi produksinya. Kedua komponen efisiensi tersebut dikombinasikan lalu menghasilkan total economic efficiency. Pemikiran awal mengenai pengukuran efisiensi dari Farell di mana analisisnya berkenaan dengan ruang input, yang berfokus pada upaya pengurangan input (an input-reducing focus). Metode ini disebut dengan pengukuran berorientasi input (input-oriented measures). 16

35 a. Pengukuran Berorientasi Input (Input Oriented Measures) Farell mengilustrasikan idenya menggunakan sebuah contoh sederhana dengan kasus suatu perusahaan tertentu yang menggunakan dua buah input (x 1 dan x 2 ) untuk memproduksi sebuah output tunggal (y) dengan sebuah asumsi CRS (Constant Return to Scale). Isoquant SS menggambarkan kombinasi input untuk menghasilkan tingkat output yang sama (efisien secara teknis). Garis 0P menunjukkan kombinasi input yang digunakan oleh suatu perusahaan. Titik Q menunjukkan efisiensi secara teknikal dan alokatif. Titik P menunjukkan inefisiensi karena tidak berada pada kurva isocost dan isoquant. Titik R menunjukkan efisiensi secara alokatif sedangkan Q efisien secara teknis. Tingkat efisiensi teknis (technical efficiency/te) dari perusahaan pada umumnya dapat diukur dengan menggunakan nilai rasio: TE = 0Q/0P...(2.1) Persamaan tersebut akan sama dengan persamaan 1-QP/0P, dimana nilainya berkisar antara nol dan satu, dan karena itu akan menghasilkan indikator dari derajat technical efficiency dari perusahaan tersebut. Nilai satu mengimplikasikan bahwa perusaahn telah mencapai kondisi efisien secara penuh. Sebagai contoh, titik Q telah mencapai technical efficiency karena berada pada kurva isoquant yang efisien. 17

36 Gambar 2.2 Efisiensi Teknis dan Efisiensi Alokatif Sumber: Tim Coelli (1996:4) Dimana: x 1 = input pertama, x 2 = input kedua, y = output Jika rasio harga input (dalam gambar 2.2 diwakili oleh garis AA ) juga telah diketahui, maka titik produksi yang efisien secara alokatif juga dapat dihitung. Tingkat efisiensi alokatif (allocative efficiency/ae) dari suatu perusahaan yang berorientasi pada titik P dapat didefinisikan dengan rasio: AE = 0R/0Q...(2.2) Dimana jarak RQ menggambarkan pengurangan dalam biaya produksi yang dapat diperoleh apabila tingkat produksi berada pada titik Q yang efisien secara alokatif dan secara teknis, berbeda dengan titik Q yang efisien secara teknis (technically efficient), akan tetapi inefisien secara alokatif (allocatively inefficient). Total efisiensi ekonomis (total economic efficiency) didefinisikan dengan rasio: EE = 0R/0P...(2.3) Dimana jarak dari titik R ke titik P dapat juga diinterpretasikan dengan istilah pengurangan biaya (cost reduction). Perhatikan bahwa 18

37 produk yang efisien secara teknis dan secara alokatif memberikan makna telah tercapainya efisiensi ekonomis secara keseluruhan. TE x AE = (0Q/0P) x (0R/0Q) = (0R/0P) = EE...(2.4) Dimana semua ukuran ketiganya terletak pada daerah yang bernilai antara nol dan satu. b. Pengukuran Berorientasi Output (Output-Oriented Measures) Pengukuran efisiensi secara teknis yang berorientasi input, pada dasarnya bisa ditujukan untuk menjawab pertanyaan: Sampai seberapa banyak kuantitas input dapat dikurangi secara proporsional tanpa mengubah kuantitas output yang diproduksi? atau dengan kata lain, Sampai seberapa banyak kuantitas dari output dapat ditambah tanpa mengubah kuantitas input yang digunakan?. Ini disebut pengukuran berorientasi output (output-oriented measure), yang merupakan kebalikan dari pengukuran berorientasi input. Perbedaan antara pengukuran yang berorientasi pada input dan output dapat diilustrasikan dengan menggunakan sebuah contoh sederhana yang terdiri dari satu input dan satu output, pada Gambar 2.3 (a) digambarkan mengenai sebuah fungsi produksi dengan teknologi yang bersifat decreasing return to scale yang diwakili oleh f(x), dan sebuah perusahaan yang inefisien yang beroperasi pada titik P. Farell menjelaskan pengukuran yang berorientasi input dari efisiensi teknis (TE) sama dengan 19

38 rasio AB/AP, sedangkan pengukuran berorientasikan output dari efisiensi teknis diwakili oleh rasio CP/CD. Gambar 2.3 Pengukuran Efisiensi Berorientasi Input Output Serta Return to Scale Sumber: Tim Coelli (1996:7) Pengukuran yang berorientasi input dan output akan menghasilkan nilai pengukuran yang sama dari efisiensi teknis jika berada pada dalam kondisi Constant Return Scale (CRS), namun jika berada dalam kondisi Decreasing Return to Scale (DRS), nilai pengukuran TE tidak akan sama hasilnya. Dalam kasus Constant Return to Scale (CRS) bahwa AB/AP = CP/CD, untuk titik P yang tidak efisien (Farell dan Lovell, 1978) dalam Tim Coelli (1996:7). Pengukuran tingkat efisiensi berorientasi output ini dapat dianalisis lebih dalam dengan sebuah contoh kasus dimana fungsi produksi melibatkan dua macam output (y 1 dan y 2 ) dan sebuah input tunggal (x). Jika kita mengasumsikan dalam kondisi constant return to scale, maka dapat dipresentasikan tingkat teknologi dengan sebuah kurva unit kemungkinan produksi (unit production possibility curve) dalam bentuk dua dimensi. 20

39 Contoh ini digambarkan dalam Gambar 2.4 diman garis ZZ merupakan kurva unit kemungkinan produksi (unit production possibility curve) dan titik A dapat diumpamakan dengan sebuah perusahaan yang inefisien. Perhatikan bahwa A sebagai titik inefisien dalam kasus ini terletak di bawah kurva karena ZZ mewakili batasan atau titik tertinggi dari garis kemungkinan produksi. Gambar 2.4 Efisiensi Teknis dan Alokatif dari Pendekatan Berorientasi Output Sumber: Tim Coelli (1996:7) Farell menjelaskan pengukuran efisiensi berorientasikan output dapat didefinisikan sebagaimana yang telah diilustrasikan dalam Gambar 2.4, dimana titik A ke B mewakili ketidakefisiensi secara teknis, yang berarti bahwa jumlah output bisa ditingkatkan tanpa adanya penambahan input. Pengukuran efisiensi teknis berorientasikan output dapat dinyatakan dengan rasio: TE = 0A/0B...(2.5) dengan revenue efficiency (RE): TE = 0A/0C...(2.6) 21

40 Jika diperoleh informasi tentang harga, maka dapat digambarkan sebuah kurva isorevenue yaitu garis DD dan mendefinisikan efisiensi alokatif dengan: AE = 0B/0C...(2.7) Dimana mempunyai interpretasi adanya peningkatan pendapatan (increasing revenue interpretation), dimana pada contoh kasus pengukuran efisiensi berorientasi input, serupa dengan interpretasi adanya pengurangan biaya (cost reducing) dalam kondisi ketidakefisienan yang bersifat alokatif. Lebih lanjut dapat didefinisikan efisiensi ekonomi secara keseluruhan (overall economic efficiency) sebagai hasil dari dua pengukuran efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. EE = (0A/0C) = (0A/0B) x (0B/0C) = TE x AE...(2.8) 4. Efisiensi Perbankan Efisiensi dalam perbankan, seperti halnya perusahaan juga merupakan tolak ukur dalam mengukur kinerja bank. Dimana efisiensi merupakan jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuranukuran kinerja seperti tingkat alokasi, teknis, maupun total efisiensi (Hadad et al., 2003:2). Sedangkan menurut Haseeb Shahid et al. (2010:25), efisiensi perbankan didefinisikan sebagai perbedaan antara jumlah variabel input dan output yang diamati dengan variabel input dan output yang optimal. Bank yang efisien dapat mencapai nilai maksimum satu dan bank inefisien nilainya dapat berkurang sampai nol. 22

41 Efisiensi industri perbankan dapat ditinjau dari sudut pandang mikro maupun makro (Berger dan Mester, 1997 dalam Zaenal Abidin dan Endri, 2009:21). Dari perspektif mikro, dalam suasana persaingan yang semakin ketat sebuah bank agar bisa bertahan dan berkembang harus efisien dalam kegiatan operasionalnya. Bank-bank yang tidak efisien, besar kemungkinan akan exit dari pasar karena tidak mampu bersaing dengan kompetitornya, baik dari segi harga (pricing) maupun dalam hal kualitas produk dan pelayanan. Bank yang tidak efisien juga akan kesulitan dalam mempertahankan kesetiaan nasabahnya dan juga tidak diminati oleh calon nasabah dalam rangka untuk memperbesar customer-basenya. Sementara dalam perspektif makro, industri perbankan yang efisien dapat mempengaruhi biaya intermediasi keuangan dan secara keseluruhan stabbilitas sistem keuangan. Hal ini disebabkan peran yang sangat strategis dari industri perbankan yakni sebagai intermediator dan produser jasa-jasa keuangan. Dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi, kinerja perbankan akan semakin lebih baik dalam mengalokasikan sumber daya keuangan, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi (Weill, 2003 dalam Zaenal Abidin dan Endri, 2009:22). Muharam dan Pusvitasari (2007:86) menjelaskan bahwa secara keseluruhan efisiensi perbankan dapat didekomposisikan dalam efisiensi skala (scale efficiency), efisiensi cakupan (scope efficiency), efisiensi teknik (technical efficiency), dan efisiensi alokasi (allocative efficiency). Bank dikatakan mencapai efisiensi dalam skala ketika bank bersangkutan 23

42 mampu beroperasi dalam skala hasil yang konstan (constant return to scale), sedangkan efisiensi cakupan tercapai ketika bank mampu beroperasi pada diversifikasi lokasi. Efisiensi alokasi tercapai ketika bank mampu menentukan berbagai output yang memaksimumkan keuntungan, sedangkan efisiensi teknik pada dasarnya menyatakan hubungan antara input dengan output dalam suatu proses produksi. Suatu proses produksi dikatakan efisien apabila pada penggunaan input sejumlah tertentu dapat dihasilkan output yang maksimum atau untuk menghasilkan output sejumlah tertentu digunakan input yang paling minimal. 5. Pengukuran Efisiensi Menurut Muharam dan Pusvitasari (2007:86), ada tiga jenis pendekatan pengukuran efisiensi khususnya perbankan, yaitu: 1. Pendekatan Rasio Pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan dengan cara menghitung perbandingan output dan input yang digunakan. Pendekatan ini akan dapat dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila dapat menghasilkan output yang semaksimal mungkin dengan input yang seminimal mungkin. Efficiency = Output Input...(2.9) Pendekatan rasio ini memiliki kelemahan apabila terdapat banyak input dan banyak output yang akan dihitung, karena jika diperhitungkan serempak maka akan menghasilkan banyak hasil 24

43 perhitungan sehingga menghasilkan asumsi yang tidak tegas (Silkman, 1986; Ario, 2005 dalam Muharam dan Pusvitasari, 2007:87). 2. Pendekatan Regresi Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan sebuah model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu. Fungsi regresi adalah sebagai berikut: Y=f (X1, X2, X3, X4,...Xn)...(2.10) Dimana: Y = Output X = Input Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat input tertentu. UKE dapat dikatakan efisien apabila menghasilkan output lebih banyak dari pada output hasil estimasi. Kelemahan dalam pendekatan ini adalah ketidakmampuannya dalam menampung banyak output, karena dalam sebuah persamaan regresi hanya dapat menampung satu indikator output. Apabila dilakukan penggabungan banyak output dalam satu indikator maka informasi yang dihasilkan menjadi tidak rinci lagi (Silkman, 1986 dalam Muharam dan Pusvitasari, 2007:87). 3. Pendekatan Frontier Menurut Silkman (1986) dalam Muharam dan Pusvitasari (2007:87), pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi dibedakan menjadi dua 25

44 jenis yaitu pendekatan frontier parametrik dan non parametrik. Tes parametrik adalah tes yang modelnya menetapkan adanya syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber penelitiannya, sedangkan tes statistik non parametrik adalah tes yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya. Pendekatan frontier parametrik dapat diukur dengan tes statistik parametrik seperti menggunakan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA). Sedangkan pendekatan frontier non parametrik dapat diukur dengan tes statistik non parametrik dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). 6. Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi Menurut Hadad, dkk (2003:3) terdapat 3 pendekatan yang lazim digunakan baik dalam metode parametrik Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA) maupun non parametrik Data Envelopment Analysis (DEA) untuk mendefinisikan hubungan input dan output dalam kegiatan finansial suatu lembaga keuangan yaitu : 1. Pendekatan Aset ( The asset Approach) Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Dalam pendekatan ini, output didefinisikan ke dalam bentuk aset. 26

45 2. Pendekatan Produksi (The Production Approach) Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari akun deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit accounts) lalu mendefinisikan output sebagai jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan material lainya. 3. Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach) Pendekatan ini mengasumsikan bahwa lembaga keuangan bertindak sebagai perantara antara penabung dan peminjam dan menjadikan total kredit dan sekuritas sebagai output. Sedangkan deposito dengan tenaga kerja dan modal fisik didefinisikan sebagai input (Sufian, 2006:38). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan intermediasi. Menurut Berger dan Humphrey (1997) dalam Muharam dan Pusvitasari (2007:89) menyatakan bahwa pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan secara umum karena karakteristik lembaga keuangan sebagai financial intermediation yang menghimpun dana dari surplus unit dan menyalurkan kepada deficit unit. Dengan menggunakan pendekatan intermediasi ini juga diharapkan dapat menggambarkan fungsi perbankan yang sesungguhnya. Ditambahkan menurut Iqbal dan Molyneux (2005) dalam Bader et.al (2008:33) pendekatan intermediasi lebih unggul untuk mengevaluasi frontier efficiency dalam profitabilitas lembaga keuangan. Karena meminimisasi total biaya dan bukan hanya biaya produksi, hal ini diperlukan untuk memaksimumkan keuntungan. 27

46 B. Penelitian Terdahulu Berikut ini adalah penelitian mengenai efisiensi bank yang telah banyak dilakukan pada bank-bank syariah maupun bank-bank konvensional baik domestik maupun luar negeri: 1. Donsyah Yudistira (2003) Penelitian ini menganalisis tingkat efisiensi pada bank Islam dengan melakukan analisis empirik terhadap 18 bank berbeda yang tersebar di seluruh dunia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Data Envelopment Analysis (DEA) dengan variabel input berupa staff costs, fixed assets, total deposits dan variabel output berupa total loans, other income, liquid assets. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat inefisiensi pada bank syariah tergolong rendah yaitu sekitar 10% jika dibandingkan bank-bank konvensional. Pada periode kinerja bank Islam terkena imbas krisis global tetapi kemudian berjalan sangat baik setelah masa sulit. 2. Muliaman D. Hadad, Wimboh Santoso, Dhaniel Ilyas, dan Eugenia Mardanugraha (2003) Penelitian ini berjudul Pendekatan Parametrik Untuk Efisiensi Perbankan Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Data Frontier Analysis (DFA). Penentuan variabel input-output pada penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan cost frontier. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu biaya tenaga kerja, price of funds sebagai sebagai variabel input dan kredit yang diberikan 28

47 pihak terkait dengan bank, kredit yang diberikan pada pihak lainnya, surat berharga yang dimiliki sebagai variabel output. Hasil dari penelitian ini mengemukakan bahwasannya merger tidak semuanya meningkatkan efisiensi, bank asing campuran menjadi bank yang paling efisien dan pada periode 2002 menggunakan DFA bank swasta nasional devisa merupakan bank yang paling efisien. 3. Fadzlan Sufian (2006) Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi relatif antara bank Islam asing dan bank Islam domestik di Malaysia dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu total deposts, labour, fixed assets sebagai varabel input dan total loans, income sebagai variabel output. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa perbankan Islam Malaysia mengalami penurunan tingkat efisiensi pada periode 2002 dan kembali menjadi sedilkit lebih baik pada periode 2003 dan Dan bank Islam domestik memiliki tingkat efisiensi yang sedik lebih tinggi dibandingkan bank Islam asing. 4. Harjum Muharam dan Pusvitasari (2007) Penelitian ini berjudul Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di Indonesia dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah simpanan dan biaya operasional lain, sedangkan variabel output yang digunakan adalah pembiayaan, aktiva lancar, dan pendapatan 29

48 operasional lain. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank-bank syariah di Indonesia periode periode Hasil dari penelitian menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nilai efisiensi antara BUS dan UUS, tidak ada perbedaan efisiensi antara bank syariah BUMN dan bank syariah Non BUMN, tidak ada perbedaan nilai efisiensi bank syariah swasta non devisa dan bank syariah devisa. Hanya Bank BTN syariah, Bank Niaga Syariah, dan Bank Permata Syariah selalu mencapai nilai efisien 100 persen selama periode amatan. 5. Ascarya dan Diana Yumanita (2008) Penelitian ini mengukur dan membandingkan tingkat efisiensi bank Islam di Malaysia dan Indonesia selama periode dengan menggunakan metode DEA. Variabel dalam penelitian ini yaitu total deposits, labor, assets sebagai variabel input dan loans, income sebagai variabel output. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa bank Islam di Indonesia mengalami peningkatan efisiensi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan bank Islam di Malaysia selama periode Shamsher Muhamad, Taufiq Hassan, dan Muhamed Khaleq I Badar (2008) Mereka meneliti tentang perbandingan efisiensi biaya dan profit bank syariah dan konvensional di 21 negara Organisation of Islamic Converence (IOC) dengan menggunakan metode Data Envelopment 30

49 Analysis (DEA). Penelitian ini menggunakan labour, fixed asset, total funds sebagai input dan total loans, other earning assets, off-balance sheet items sebagai output. Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan signifikan antara nilai efisiensi bank syariah dengan konvensional. 7. Jill Johnes, Marwan Izzeldin, dan Vasileios Pappas (2009) Mereka meneliti perbedaan efisiensi bank syariah dan bank konvensional di negara anggota GCG selama periode dengan menggunakan pendekatan rasio keuangan dan Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel input yang digunakan adalah deposits and short term funding, fixed assets, general and adsministrative expense, dan equity. Sedangkan variabel output yang digunakan adalah total loans dan other earnig assets. Dengan menggunakan rasio keuangan diketahui bahwa efisiensi biaya pada bank syariah lebih rendah daripada bank konvensional, namun efisiensi pendapatan dan efisiensi laba bank syariah lebih baik ketimbang bank konvensional. Sedangkan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) diketahui bahwa rata-rata efisiensi bank syariah lebih rendah secara signifikan ketimbang bank konvensional. 8. Haseeb Shahid, Ramiz ur Rehman, Ghulam Shabbir Khan Niazi, dan Awais Raoof (2010) Penelitian ini menganalisis perbedaan efisiensi antara bank konvensional dengan bank syariah di Pakistan selama periode

50 2009 menggunakan metode Data Envelopment Analysis. Variabel input yang digunakan adalah deposits dan capital, sedangkan variable outputnya adalah investment dan loan & advances. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan efisiensi yang signifikan antara bank syariah dengan bank konvensional di Pakistan, kecuali pada tahun Rakhmat Purwanto (2011) Penelitian ini menganalisis efisiensi pada 21 bank bank di Indonesia yang terdiri dari 10 Bank Umum Konvensional (BUK) dan 11 Bank Umum Syariah (BUS) selama periode pengamatan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel input yang digunakan adalah jumlah simpanan, jumlah aset, dan biaya tenaga kerja. Sedangakan variabel output yang digunakan adalah pembiayaan dan laba operasional. Hasil analisis menggunakan metode DEA menunjukan bahwa selama periode BUK dan BUS cenderung mengalami peningkatan efisiensi walaupun berfluktuatif dengan rata-rata efisiensi 83,29 persen untuk BUK dan 89,3 persen untuk BUS. Hal ini menunjukan bahwa BUS sedikit lebih baik dari pada BUK di Indonesia dalam hal efisiensinya. Pada pengujian hipotesis uji beda menggunakan independent sample t-test menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai efisiensi antara BUK dan BUS selama periode tahun

51 Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti 1 Donsyah Yudhistira (2003) 2 Muliaman D. Hadad, Wimboh Santoso, Dhaniel Ilyas, dan Eugenia Mardanugraha (2003) 3 Fadzlan Sufian (2006) Judul Penelitian Efficiency in Islamic Banking: an Empirical Analysis of 18 Banks Pendekatan Parametrik Untuk Efisiensi Perbankan Indonesia The Efficiency of Islamic Banking Industry in Malaysia: Foreign vs Domestic Banks Metode Penelitian Data Envelopment Analysis (DEA), Pendekatan Intermediasi. Input: 1. Staff costs 2. Fixed assets 3. Total deposits Output: 1. Total Loans 2. Other income 3. Liquid assets Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Data Frontier Analysis (DFA), Pendekatan Aset. Input: 1. Biaya tenaga kerja 2. Price of funds Output: 1. Kredit yang diberikan pihak terkait dengan bank 2. Kredit yang diberikan pada pihak lainnya 3. Surat berharga yang dimiliki Data Envelopment Analysis (DEA), Pendekatan Intermediasi. Input: Hasil Penelitian Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat inefisiensi pada bank syariah tergolong rendah yaitu sekitar 10% jika dibandingkan bankbank konvensional. Pada periode kinerja bank Islam terkena imbas krisis global tetapi kemudian berjalan sangat baik setelah masa sulit. Merger tidak semuanya meningkatkan efisiensi, bank asing campuran menjadi bank yang paling efisien dan pada periode 2002 menggunakan DFA bank swasta nasional devisa merupakan bank yang paling efisien. Perbankan Islam Malaysia mengalami penurunan efisiensi periode 2002 dan kembali sedikit membaik pada periode 33

52 No. Nama Peneliti 4 Harjum Muharam dan Rizki Pusvitasari (2007) 5 Ascarya dan Diana Yumanita (2008) 6 Shamsher Mohamad, Taufiq Hassan, Mohamed Khaled I. Badar (2008) Judul Penelitian Analisis Perbandingan Efisiensi Perbankan Syariah Comparing The Efficiency of Islamic Banks in Malaysia and Indonesia Efficiency of Convensional versus Islamic Banks: International Evidence using Metode Penelitian 1. Total deposits 2. Labour 3. Fixed Assets Output: 1. Total loan 2. Income Data Envelopment Analysis (DEA), Pendekatan Intermediasi. Input: Biaya operasional lain Output: 1. Pembiayaan 2. Aktiva lancar 3. Pendapatan operasional lain Data Envelopment Analysis (DEA), Pendekatan Intermediasi. Input: 1. Deposits 2. Labor 3. Fixed Assets Output: 1. Financing 2. Income Data Envelopment Anlysis (DEA), Pendekatan Intermediasi. Input: Hasil Penelitian 2003 dan Bank Islam domestik memiliki tingkat efisiensi yang sedikit lebih tinggi dari bank Islam asing. Tidak ada perbedaan nilai efisiensi antara Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), tidak ada perbedaan efisiensi antara bank syariah BUMN dan bank syariah Non BUMN, tidak ada perbedaan nilai efisien si bank syariah swasta non devisa dan bank syariah devisa. Hanya Bank BTN Syariah, Niaga Syariah, dan Permata Syariah selalu mencapai nilai efisien 100 % selama periode amatan. Bank Islam di Indonesia mengalami peningkatan efisiensi yang jauh lebih besar dibandingkan de-ngan bank Islam di Malaysia selama periode Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara efisiensi bank konvensional dengan bank syariah. 34

53 No. Nama Peneliti 7 Jill Johnes, Marwan Izzeldin, dan Vasileios Pappas (2009) 8 Haseeb Shahid, Ramiz ur Rehman, Ghulam Shabbir Khan Niazi, dan Awais Raoof (2010) 9 Rakhmat Purwanto Judul Penelitian Data Envelopment Analysis (DEA) Eficiency in Islamic and conventional banks: A comparison based on financial ratios and data envelopment analysis Efficiencies Comparison of Islamic and Conventional Banks of Pakistan Analisis Perbandingan Metode Penelitian 1. Labour 2. Fixed Asset 3. Total Funds Output: 1. Total loans 2. Other earning assset 3. Off-balance sheet items - Financial Ratio Approach - Data Envelopment Analysis (DEA), Pendekatan Intermediasi. Input: 1. Deposits and short term funding 2. Fixed assets 3. General and administration expense 4. Equity Output: 1. Total Loans 2. Other earnig assets Data Envelopment Analysis (DEA), Pendekatan Intermediasi. Input: 1. Deposits 2. Capital Output: 1. Invenstment 2. Loan & Advance Data Envelopment Hasil Penelitian Dengan menggunakan rasio keuangan diketahui bahwa efisiensi biaya pada bank syariah lebih rendah daripada bank konvensional, namun efisiensi pendapatan dan efisiensi laba bank syariah lebih baik ketimbang bank konvensional. Sedangkan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) diketahui bahwa rata-rata efisiensi bank syariah lebih rendah secara signifikan ketimbang bank konvensional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan efisiensi yang signifikan antara bank syariah dengan bank konvensional di Pakistan, kecuali pada tahun Hasil analisis menggunakan metode 35

54 No. Nama Peneliti Judul Penelitian (2011) Efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode ) Metode Penelitian Analysis (DEA), Pendekatan Intermediasi. Input: 1. Jumlah simpanan 2. Jumlah aset 3. Biaya tenaga kerja Output: 1. Pembiayaan 2. Laba operasional Sumber: Jurnal-jurnal Penelitian dan Telaah Peneliti Hasil Penelitian DEA menunjukan bahwa selama periode BUK dan BUS cenderung mengalami peningkatan efisiensi walaupun berfluktuatif dengan rata-rata efisiensi 83,29 persen untuk BUK dan 89,3 persen untuk BUS. Hal ini menunjukan bahwa BUS sedikit lebih baik dari pada BUK di Indonesia dalam hal efisiensinya. Pada pengujian hipotesis uji beda menggunakan independent sample t- test menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai efisiensi antara BUK dan BUS selama periode tahun Penelitian ini bertujuan tidak jauh berbeda dengan penelitianpenelitian yang telah ada sebelumnya, yaitu menganalisis tingkat atau nilai efisiensi suatu bank, khususnya bank konvensional dan bank syariah dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Namun, terdapat beberapa perbedaan seperti pada objek penelitian, variabel yang dipakai, dan tahun pengamatan yang digunakan. Objek atau sampel dalam penelitian ini yaitu 10 bank konvesional dan 10 bank syariah yang dipilih 36

55 secara purposive sampling. Periode tahun pengamatan pada penelitian ini pun lebih up to date dibandingkan penelitian sebelumnya, yaitu dalam kurun waktu lima tahun terakhir selama periode Sedangkan variabel-variabel yang digunakan dalam menganalisis perbandingan tingkat efisiensi pada 20 bank ini mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Fadzlan Sufian (2006) dengan sedikit modifikasi dimana input fixed assets diganti dengan input total aset. Sehingga variabel input yang digunakan adalah simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja, sedangkan outputnya terdiri dari pembiayaan dan pendapatan. C. Kerangka Berpikir Semakin berkembangnya perbankan di Indonesia dewasa ini, terutama bank syariah menjadikan efisiensi merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh perbankan nasional. Ditengah persaingan perbankan yang semakin ketat, bank harus terus mengoptimalkan input yang ada untuk menghasilkan output yang maksimal dan meningkatkan teknologi serta inovasi produk jika tidak ingin ditinggal oleh nasabahnya. Penelitian ini akan mengukur efisiensi menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan intermediasi, mengingat peran vital perbankan sebagai lembaga intermediasi. Analisis ini kemudian akan menghasilkan perumusan frontier interaksi antar input dalam mempengaruhi jumlah output yang dihasilkan. Hubungan input dan output tersebutlah yang kemudian akan menentukan nilai efisiensi, sehingga akan 37

56 dapat dilihat perbedaan antara efisiensi bank konvensional dan bank syariah. Selanjutnya adalah tahapan-tahapan dalam penelitian ini yaitu penentuan populasi, populasi pada penelitian ini adalah bank konvensional dan bank syariah yang beroperasi dan terdaftar di Bank Indonesia. setelah sampel terpilih, selanjutnya mengumpulkan data-data yang lengkap mengenai jumlah simpanan, jumlah aset, jumlah biaya tenaga kerja, jumlah pembiayaan, dan jumlah pendapatan berdasarkan sampel dimulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun Data jumlah simpanan, aset, biaya tenaga kerja, pembiayaan, dan pendapatan bank konvensional maupun bank syariah diperoleh dari direktori perbankan yang terdapat diperpustakaan Bank Indonesia dan dari situs resmi Bank Indonesia ( Setelah data terkumpul dan dimasukkan dengan menggunakan Microsoft Excel maka selanjutnya dilakukan pengukuran efisiensi teknik dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Setelah diketahui nilai efisiensi bank konvensional dan bank syariah, kemudian melakukan uji normalitas kolmogorov-smirnov sebagai syarat sebelum melakukan uji beda independent sample t-test. Uji beda tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah selama periode pengamatan

57 Gambar 2.5 Kerangka Berpikir Sumber: Telaah peneliti 39

58 D. Hipotesis Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya mengenai pentingnya efisiensi perbankan di Indonesia dan terdapat hasil penelitian yang berbeda-beda mengenai efisiensi perbankan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. H 0 : Bank-bank konvensional mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen. H 1 : Bank-bank konvensional belum mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen. 2. H 0 : Bank-bank syariah mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen. H 1 : Bank-bank syariah belum mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen. 3. H 0 : Tidak terdapat perbedaan nilai efisiensi antara bank konvensional dengan bank syariah periode H 1 : Terdapat perbedaan nilai efisiensi antara bank konvensional dengan bank syariah periode

59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi menganalisis efisiensi teknik dan data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu penelitian yang menganalisa data yang berbentuk angka (numerik). Ini dilakukan dalam jangka waktu lima tahun, dari tahun 2008 sampai dengan tahun Penelitian ini dilakukan dengan melihat laporan keuangan dari Bank Indonesia dan mengambil sampel Bank Konvensional dan Bank Syariah. B. Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah bank konvensional dan bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia selama periode Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang berarti pemilihan sampel secara tidak acak dimana informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bank konvensional dan bank syariah yang beroperasi di Indonesia yang berskala nasional selama periode pengamatan , tidak termasuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), dan Bank Pembangunan Daerah (BPD). 41

60 2. Sampel bank konvensional adalah bank yang konsisten berada pada 10 besar bank konvensional dengan jumlah aset terbesar selama periode pengamatan Sedangkan sampel bank syariah adalah 10 bank umum syariah dengan jumlah aset terbesar yang telah terdaftar di Bank Indonesia selama periode pengamatan Menyajikan laporan keuangan selama periode pengamatan dan telah dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka terdapat 20 sampel penelitian yang dapat mewakili perbankan nasional yaitu 10 bank konvensional dan 10 bank syariah. Sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1 Daftar Nama Sampel Bank Penelitian Bank Konvensional Bank Syariah Bank Mandiri (Persero) Bank Syariah Mandiri (BSM) Bank BRI (Persero) Bank Muamalat Indonesia (BMI) Bank Central Asia (BCA) Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah Bank BNI (Persero) Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah Bank CIMB Niaga Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) Bank Danamon Indonesia Bank Jabar Banten Syariah Panin Bank Bank Bukopin Syariah Bank Permata Bank Panin Syariah Bank BII Bank Central Asia (BCA) Syariah Bank BTN (Persero) Bank Victoria Syariah Sumber: Statistik Bank Indonesia 2012 C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu metode yang 42

61 menghimpun informasi dan data melalui metode studi pustaka, eksplorasi literatur-literatur dan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia atau bank konvensional dan bank syariah yang bersangkutan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan bank konvensional dan bank syariah yang dipublikasikan melalui Bank Indonesia selama periode pengamatan Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Total simpanan diperoleh dari laporan keuangan tahunan bank konvensional dan bank syariah yang bersangkutan selama periode pengamatan. b. Total Aset diperoleh dari neraca dalam laporan keuangan tahunan bank konvensional dan bank syariah yang bersangkutan selama periode pengamatan. c. Biaya tenaga kerja diperoleh dari laporan keuangan tahunan bank konvensional dan bank syariah bersangkutan selama periode pengamatan. d. Total kredit dari neraca dalam laporan keuangan bank konvensional dan total pembiayaan dari neraca dalam laporan keuangan bank syariah yang bersangkutan selama periode pengamatan. e. Total Pendapatan diperoleh dari laporan laba/rugi dalam laporan keuangan tahunan bank konvensional dan bank syariah bersangkutan selama periode pengamatan. 43

62 D. Metode Analisis Data Mengukur efisiensi perbankan dapat menggunakan pendekatan parametrik maupun non parametrik DEA. Perbedaan kedua pendekatan tersebut adalah prosedur parametrik untuk melihat hubungan antara biaya diperlukan informasi yang akurat untuk harga input dan variabel exogen lainnya, sedang pendekatan DEA tidak menggunakan informasi, sehingga sedikit data yang dibutuhkan, lebih sedikit asumsi yang diperlukan dan sampel yang lebih sedikit dapat digunakan. Perbedaan untama lainnya adalah pendekatan parametrik memasukkan random error pada frontier, sementara pendekatan DEA tidak memasukkan random error (Muliaman D. Hadad et al., 2003:2). Penggunaan metode parametrik pada umumnya menggunakan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA), Distribution-Free Analysis (DFA), dan Thick Frontier Analysis (TFA). Sedangkan penggunaan metode non-parametrik pada umumnya menggunakan metode Free Disposal Hull Analysis (FDH) dan Data Envelopment Analysis (DEA). 1. Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Penelitian ini bertujuan mengukur dan menganalisis efisiensi perbankan (khususnya pada 10 bank konvensional dan 10 bank syariah) di Indonesia selama tahun dengan metode non-parametrik khususnya DEA. DEA merupakan pendekatan non-parametrik yang dipilih dalam penelitian ini karena beberapa alasan, meliputi: 44

63 a. Menurut Coeli et al. (1997), Lan et al. (2003) dalam Lie dan Lih (2005: ) menjelaskan bahwa pendekatan parametrik adalah pendekatan yang modelnya menetapkan adanya syarat-syarat tertentu, yaitu: tentang parameter populasi yang merupakan sumber penelitiannya (sehingga akan lebih banyak kriteria yang harus dipenuhi), dan membutuhkan pembentukan fungsi lebih khusus (sehingga kemungkinan kesalahan fungsi lebih besar). b. Di sisi lain Coeli et al. (1997) dalam Mokhtar, Abdullah and Al- Habshi (2006:42) menyebutkan bahwa pendekatan non-paramterik merupakan pendekatan yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat tertentu, yaitu: parameter populasi yang menjadi induk sampel penelitiannya, penggunaannya lebih sederhana, dan mudah digunakan karena tidak membutuhkan banyak spesifikasi bentuk fungsi (sehingga kemungkinan kesalahan pembentukan fungsi lebih kecil). Metode DEA merupakan sebuah metode frontier non parametric yang menggunakan model program linier untuk menghitung perbandingan rasio output dan input untuk semua unit yang dibandingkan dalam sebuah populasi (Abidin dan Endri, 2009:25). Perhitungan DEA ini akan dibantu dengan paket-paket software efisiensi secara teknik, seperti Banxia Frontier Analysis (BFA), Warwick for Data Envelopment Analysis (WDEA), dan MaxDEA. Penelitian ini akan menggunakan bantuan software MaxDEA. Pada intinya software-software tersebut akan menunjukkan pada hasil yang sama. 45

64 Analisis DEA pada awalnya digunakan untuk mengatasi kekurangan analisis rasio dan regresi berganda, dimana DEA dapat mengukur efisiensi relatif suatu UKE (Unit Kegiatan Ekonomi) dengan menggunakan input dan output lebih dari satu. Efisiensi relatif suatu UKE adalah efisiensi suatu UKE dibanding dengan UKE lain dalam sampel yang menggunakan jenis input dan output yang sama. DEA memformulasikan UKE sebagai program linear fraksional untuk mencari solusi, apabila model tersebut ditransformasikan ke dalam program linear dengan nilai bobot dari input dan output (Sutawijaya dan Lestari, 2009:56). Efisiensi relatif UKE dalam DEA juga didefinisikan sebagai rasio dari total ouput tertimbang dibagi total input tertimbang (total weighted output/total weighted input). Inti dari DEA adalah menentukan bobot (weighted) atau timbangan untuk setiap input dan output UKE (Muharam dan Pusvitasari, 2007:90). Setiap UKE diasumsikan bebas menentukan bobot untuk setiap variabel-variabel input maupun output yang ada, asalkan mampu memenuhi dua kondisi yang disyaratkan. Adapun kedua kondisi yang disyaratkan yaitu, (Silkman, 1986; Nugroho, 1995 dalam Huri dan Susilowati, 2004:102): a. Bobot tidak boleh negatif; b. Bobot harus bersifat universal. Hal ini berarti setiap UKE dalam sampel harus dapat menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya (total weighted output/total weighted input) dan 46

65 rasio tersebut tidak lebih dari 1 (total weighted output/total weighted input 1) (Muharam dan Pusvitasari, 2007:90). DEA berasumsi bahwa setiap UKE akan memiliki bobot yang memaksimumkan rasio efisiensinya (maximize total weighted output/total weighted input) (Muharam dan Pusvitasari, 2007:90). Asumsi maksimisasi rasio efisiensi ini menjadikan penelitian DEA ini menggunakan orientasi output dalam menghitung efisiensi teknik. Orientasi lainnya adalah minimisasi input, namun kedua asumsi tersebut akan diperoleh hasil yang sama (Sutawijaya dan Lestari, 2009:58). Setiap UKE menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi output yang berbeda, sehingga setiap UKE akan memilih seperangkat bobot yang mencerminkan keragaman tersebut (Muharam dan Pusvitasari, 2007:90). Suatu UKE dikatakan efisien secara relatif apabila nilai dualnya sama dengan 1 (nilai efisiensi 100 persen). Sebaliknya apabila nilai dualnya kurang dari 1, maka UKE bersangkutan dianggap tidak efisien secara relatif atau mengalami inefisiensi (Silkman, 1986; Nugroho, 1995 dalam Huri dan Susilowati, 2004:102). Disamping mengukur tingkat efisiensi relatif suatu UKE terhadap UKE dalam kelompoknya. DEA juga dapat melihat sumber ketidakefisienan dengan ukuran peningkatan potensial (potential improvement) dari masing-masing input dan output (Endri, 2011:19). 47

66 2. Model Pengukuran Efisiensi Teknik Bank Efisiensi teknik perbankan diukur dengan menghitung rasio antara output dan inputnya. DEA akan menghitung bank yang menggunakan input n untuk menghasilkan output m yang berbeda (Miller dan Noulas, 1996 dalam Sutawijaya dan Lestari, 2009:57). (3.1) Dimana: hs = efisiensi bank s m = output bank s yang diamati n = input bank s yang diamati y is x js u i v j = jumlah output i yang diproduksi oleh bank s = jumlah input j yang digunakan oleh bank s = bobot output i yang dihasilkan oleh bank s = bobot input j yang diberikan oleh bank s dan i dihitung dari 1 ke m serta j hitung dari 1 ke n Penggunaan satu variabel input dan satu output ditunjukkan dalam persamaan 3.1. Rasio efisiensi (h s ), kemudian dimaksimumkan dengan kendala sebagai berikut (Sutawijaya dan Lestari, 2009:57): (3.2) Dimana u i dan v j 0... (3.3) 48

67 Persamaan 3.2 menyebutkan bahwa N mewakili jumlah bank dalam sampel dan r merupakan jenis bank yang dijadikan sampel dalam penelitian. Pertidaksamaan pertama menjelaskan bahwa adanya rasio untuk UKE lain tidak lebih dari 1, sementara pertidaksamaan kedua berbobot non-negatif (positif). Angka rasio akan bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien, apabila memiliki angka rasio mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya apabila mendekati 0 menunjukkan efisiensi bank yang semakin rendah. Pada DEA, setiap bank dapat menentukan bobotnya masing-masing dan menjamin bahwa pembobotnya yang dipilih akan menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik (Sutawijaya dan Lestari, 2009:57). Metode analisis pada persamaan 3.1 dan 3.2 juga dapat dijelaskan bahwa efisiensi sejumlah bank sebagai UKE (n). Setiap bank menggunakan n jenis input untuk menghasilkan m jenis output, apabila x js merupakan jumlah input j yang digunakan oleh bank sedangkan y is > 0 merupakan jumlah output i yang dihasilkan oleh bank. Variabel keputusan (decision variable) dari penjelasan tersebut adalah bobot yang harus diberikan pada setiap input dan output bank. Vj merupakan bobot yang diberikan pada input j oleh bank dan ui merupakan bobot yang diberikan pada output i oleh bank, sehingga vj dan ui merupakan variabel keputusan. Nilai variabel ini ditentukan melalui iterasi program linear, kemudian diformulasikan pada sejumlah s program linear fraksional (fractional linear programs). Satu formulasi program linear untuk setiap bank dalam 49

68 sampel. Fungsi tujuan dari setiap program liniear fraksional tersebut adalah rasio dari output tertimbang di bagi rasio input tertimbang (total weighted output/total weighted input) dari bank (Muharam dan Pusvitasari, 2007:90-91). Model pengukuran teknik bank berdasarkan asumsi pendekatan frontier dibagi menjadi dua jenis, yaitu (Sutawijaya dan Lestari, 2009:58): a. Model DEA CCR (Charnes-Cooper-Rhodes, 1978) Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah Constant Return to Scale (CRS). Beberapa program linier ditransformasikan ke dalam program ordinary liniear secara primal atau dual, sebagai berikut: Maksimisasi (3.4) Fungsi batasan dan kendala:, N (3.5) (3.6) Efisiensi pada masing-masing bank dihitung menggunakan programasi linier dengan memaksimumkan jumlah output yang dibobot dari bank s. Kendala jumlah input yang dibobot harus sama dengan satu untuk bank s, sedangkan kendala untuk semua bank yaitu output yang dibobot dikurangi jumlah input yang dibobot harus kurang atau sama dengan 0. Hal ini berarti bahwa semua bank akan berada atau di bawah 50

69 referensi kinerja frontier yang merupakan garis lurus yang memotong sumbu origin (Insukirdo dalam Sutawijaya dan Lestari, 2009:58). b. Model DEA BCC (Bankers, Charnes dan Cooper, 1984) Model BCC ini beranggapan bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala yang optimal (optimum scale). Persaingan dan kendala-kendala keuangan dapat menyebabkan perusahaan untuk tidak beroperasi pada skala optimalnya (Endri, 2011:15). Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah Variable Return to Scale (VRS), peningkatan input dan output tidak berproporsi sama. Peningkatan proporsi dapat bersifat increasing return to scale (IRS) maupun bersifat decreasing return to scale (DRS) (Hadinata dan Manurung, 2006). IRS adalah keadaan dimana kenaikan input akan menyebabkan kenaikan output, tetapi skala kenaikan output lebih tinggi daripada skala kenaikan input. Sedangkan DRS adalah kondisi dimana kenaikan input akan menyebabkan kenaikan output, tetapi skala kenaikan input lebih tinggi daripada skala kenaikan output. Penelitian ini akan menggunakan model CCR. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Priyonggo Suseno (2008:44) tentang belum adanya hubungan tingkat efisiensi bank-bank syariah (studi pada 10 bank syariah) dengan skala produksinya selama tahun VRS merupakan model yang membuka kemungkinan skala produksi mempengaruhi tingkat efisiensi melalui teknologi yang digunakan (Muharam dan Pusvitasari, 2007:93). Teknologi yang digunakan seluruh 51

70 perbankan seperti internet banking, phone banking, sms banking, dan ATM Bersama mengasumsikan bahwa seluruh bank sudah berada pada skala ekonominya. Asumsi lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah maksimisasi output. Menurut Sutawijaya dan Lestari (2009:58), terdapat dua jenis asumsi yaitu maksimisasi output dan minimisasi input, dan maksimisasi output akan memberikan hasil yang relatif sama dengan minimisasi input. 3. Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test) Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang ada berdistribusi normal atau tidak. Uji ini juga digunakan sebagai syarat sebelum menggunakan uji beda independent sample t-test. Uji normalitas ini dapat dilakukan dengan analisis statistik non-parametrik Kolmogorov- Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: H 0 : Data residual berdistribusi normal Jika hasil Uji K-S menunjukkan nilai probabilitas tidak signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol diterima yang berarti data residual terdistribusi normal. H a : Data residual tidak berdistribusi normal. Jika hasil Uji K-S menunjukkan nilai probabilitas signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti data residual tidak terdistribusi normal. 52

71 4. Uji Beda Independent Sample T-Test Teknik statistik independent sample t-test bertujuan untuk membandingkan rata-rata dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, apakah kedua grup tersebut mempunyai rata-rata yang sama ataukah tidak secara signifikan (Singgih Santoso, 2005:42). Tujuan dari uji hipotesis berupa uji beda dua rata-rata pada penelitian ini adalah untuk memverifikasi kebenaran atau kesalahan hipotesis, atau dengan kata lain menentukan menerima atau menolak hipotesis yang telah dibuat. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5 persen, dimana: Jika t hitung > t tabel maka hipotesis H 1 diterima (H 0 ditolak) Jika t hitung < t tabel maka hipotesis H 1 ditolak (H 0 diterima) E. Operasional Variabel Penelitian Penentuan input dan output dalam penelitian ini mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Fadzlan Sufian (2006) dengan sedikit modifikasi dimana input aset tetap diganti dengan input total aset, adapun variabel-variabel input-outputnya ditunjukkan pada Tabel 3.2 Tabel 3.2 Variabel Input-Output Pendekatan Input Output Pembiayaan Intermediasi Aset Pendapatan Biaya Tenaga Kerja Sumber: Hasil Olah Data Input-Output 53

72 1. Variabel Input Variabel input adalah variabel yang mempengaruhi variabel output. Variabel output yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga variabel. a. Total (I 1 ) adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada Bank dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifkat deposito tabungan atau yang dapat dipersamakan dengan itu (Kasmir, 2003:65). b. Aset Aset (I 2 ) adalah seluruh kekayaan yang dimiliki oleh bank meliputi kas, giro pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki, pembiayaan atau kredit, dan aktiva tetap yang dimiliki. c. Biaya Tenaga Kerja Menurut Mulyadi (2000:343), tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja (I 3 ) adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan biaya tenaga kerja manusia. 2. Variabel Output Variabel output adalah variabel yang menjadi pusat perhatian, dalam penelitian ini variabel output yang digunakan adalah total kredit atau pembiayaan (O 1 ) dan pendapatan operasional (O 2 ). 54

73 a. Total Kredit atau Pembiayaan Total kredit atau pembiayaan (O 1 ) merupakan produk utama bank sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana (surplus) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit). Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) 2001 dalam Irham Fahmi (2010:3) mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. b. Pendapatan Pendapatan (O 2 ) merupakan pendapatan hasil dari kegiatan operasional maupun non operasional bank yang tergolong bank konvensional maupun bank syariah. 55

74 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Perkembangan Perbankan di Indonesia Sebagian besar bank yang berkembang di Indonesia sampai saat ini adalah bank yang menggunakan prinsip konvensional. Hal ini tidak lepas dari sejarah Perbankan Indonesia dimana asal mula bank yang ada di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda yang kemudian beberapa bank belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia, seperti De Algeme Volk Kredit Bank yang kemudian menjadi Bank BRI tanggal 22 Februari 1946, Bank Timur NV menjadi Bank Gemari yang akhirnya merger dengan Bank Central Asia tahun Dan hingga saat ini, perkembangan bank konvensional terus meningkat. Berdasarkan statistik Bank Indonesia tahun 2012, bank konvensional yang ada di Indonesia berjumlah 109 bank dengan kantor cabang dan total aset yang mencapai miliar rupiah. Sedangkan perkembangan perbankan syariah di Indonesia dimulai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah Indonesia. Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi setelah berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1992 tentang perbankan syariah yang membuka kesempatan bagi bank yang melaksanakan profit bagi hasil ini. 56

75 Selama periode tahun 1992 sampai 1998, hanya ada satu bank syariah (BMI) dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang dikembangkan. Pada tahun 1998, Indonesia mengalami reformasi politik dan telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun Undangundang ini mengatur tentang sistem dual banking, dimana bank Islam dapat beroperasi secara berdampingan dengan bank konvensional. Selanjutnya, Undang-Undang No 23 Tahun 1999 yang menegaskan bahwa Bank Indonesia, selaku otoritas moneter di Indonesia harus menyediakan peraturan dan fasilitas untuk operasional perbankan syariah. Pada tahun 1999, bank syariah kedua di Indonesia dibuka, yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM), diikuti oleh beberapa bank umum yang membuka unit syariah seperti Bank Central Asia Syariah (BCA Syariah). Pada tahun 2002, Bank Indonesia menerbitkan Blueprint Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia. Hal ini dianggap sebagai perencanaan jangka panjang dari perbankan Islam di Indonesia. Isi Blueprint ini antara lain mengidentifikasi tantangan utama bank syariah di masa depan selain menyatakan visi, misi, dan tujuan strategis dari bank syariah. Secara singkat, Blueprint tersebut telah memberikan pedoman yang jelas bagi para stakeholders untuk menyelaraskan visi dan aspirasi (Bank Indonesia, 2002:6). Adapun perkembangan jumlah bank konvensional bank syariah pada tahun dapat dilihat pada tabel 4.1. Data pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa tidak seperti bank konvensional yang mengalami 57

76 penurunan jumlah bank, bank syariah justru mengalami kenaikan dari tahun , di mana hal ini akan memperbesar peluang perbankan syariah untuk berkembang di Indonesia. Jumlah bank syariah yang semakin berkembang, merupakan hasil dari berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah dan otoritas moneter di Indonesia sebagai pendukung perkembangannya. Tabel 4.1 Jumlah Bank di Indonesia No Bentuk Bank Bank Konvensional Bank Umum Syariah Unit Usaha Syariah Sumber: Statistik Perbankan Indonesia , data diolah 2. Uraian Data Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, tetapi sampel tersebut bersifat secara spesifik yang berarti bahwa sampel tersebut mencerminkan Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) yang diteliti dan tidak mencerminkan atau mewakili populasi secara umum. Beberapa bank konvensional dan bank syariah merupakan objek dalam penelitian ini, di mana sampel yang diambil telah menyediakan laporan keuangan tahunan selama tahun Objek penelitian ini dengan melakukan studi pada 10 bank konvensional dan 10 bank syariah. 58

77 Berdasarkan penjelasan diatas, objek penelitian yang akan digunakan adalah 10 bank konvensional dan 10 bank syariah dengan perincian sebagai berikut: a. Bank Konvensional, terdiri dari: Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank CIMB Niaga, Bank Danamon, Bank Permata, Panin Bank, Bank Internasional Indonesia (BII), dan Bank Tabungan Negara (BTN). b. Bank Syariah, terdiri dari: Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Indonesia (BSM), Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI), Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, Bank Bukopin Syariah, Panin Bank Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank Central Asia (BCA) Syariah, Bank Jabar Banten (BJB) Syariah, dan Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah. Perhitungan efisiensi teknis bank konvensional dan bank syariah (10 bank konvensional dan 10 bank syariah) dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) ini menggunakan tiga variabel input, yaitu: atau Dana Pihak Ketiga (DPK), Aset, dan Biaya Tenaga Kerja. Sedangkan variabel outputnya adalah Kredit atau Pembiayaan dan Total Pendapatan. Variabel pertama adalah kredit atau pembiayaan, dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada Bank dalam bentuk giro, deposito 59

78 berjangka, sertifkat deposito tabungan atau yang dapat dipersamakan dengan itu (Kasmir, 2003:65). Nama Bank Tabel 4.2 Perkembangan Jumlah Variabel Input (Studi 10 bank konvensional dan 10 bank syariah) Tahun (Jutaan Rupiah) Tahun Bank Mandiri BRI BCA BNI Bank CIMB Niaga Bank Danamon Panin Bank Bank Permata BII BTN BMI BSM BSMI BRI Syariah Bank Bukopin Syariah* Bank Panin Syariah** Bank Victoria Syariah** BCA Syariah** BJB Syariah** BNI Syariah** Jumlah Pertumbuhan - 17,77% 18,51% 17,32% 15,75% Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2009 **) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2010 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah simpanan 10 bank konvensional dan 10 bank syariah dalam penelitian ini terus mengalami kenaikan dari tahun , meskipun persentase pertumbuhannya 60

79 mengalami fluktuasi. Kenaikan jumlah simpanan tersebut menggambarkan adanya upaya-upaya yang telah dilakukan bank-bank konvensional maupun bank syariah dalam peningkatan penghimpunan dana dari masyarakat. Upaya-upaya tersebut seperti perbaikan strategi marketing bank-bank konvensional dan syariah. Perbaikan ini dilakukan dengan target nasabah yang tidak hanya dari kalangan nasabah loyal, tetapi juga nasabah mengambang. Variabel input kedua adalah total aset, yaitu jumlah aset yang dimiliki baik oleh bank konvensional maupun bank syariah. Berdasarkan Tabel 4.3, persentase pertumbuhan aset pada 10 bank konvensional dan 10 bank syariah mengalami kenaikan setiap tahunnya dari meskipun persentase kenaikannya berfluktuasi. Meningkatnya jumlah aset tersebut menunjukkan bahwa 20 bank yang diteliti memiliki kinerja yang baik, sehingga berdampak pada bertambahnya jumlah aset yang terjadi pada Nama Bank Tabel 4.3 Perkembangan Jumlah Variabel Input Aset (Studi 10 bank konvensional dan 10 bank syariah) Tahun (Jutaan Rupiah) Tahun Bank Mandiri BRI BCA BNI Bank CIMB Niaga Bank Danamon Panin Bank Bank Permata

80 Nama Bank Tahun BII BTN BMI BSM BSMI BRI Syariah Bank Bukopin Syariah* Bank Panin Syariah** Bank Victoria Syariah** BCA Syariah** BJB Syariah** BNI Syariah** Jumlah Aset Pertumbuhan - 16,67% 19,35% 19,73% 17,04% Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2009 **) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2010 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja pada 20 sampel bank yang diteliti terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan kebutuhan akan tenaga kerja yang terus meningkat dan penyesuaian gaji yang telah diatur oleh pemerintah seperti UMR (Upah Minimum Regional). Tabel 4.4 Perkembangan Jumlah Variabel Input Tenaga Kerja (Studi 10 bank konvensional dan 10 bank syariah) Tahun (Jutaan Rupiah) Nama Bank Tahun Bank Mandiri BRI BCA BNI Bank CIMB Niaga

81 Nama Bank Tahun Bank Danamon Panin Bank Bank Permata BII BTN BMI BSM BSMI BRI Syariah Bank Bukopin Syariah* Bank Panin Syariah** Bank Victoria Syariah** BCA Syariah** BJB Syariah** BNI Syariah** Jumlah Biaya Tenaga Kerja Pertumbuhan - 13,80% 8,48% 16,00% 19,93% Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2009 **) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2010 Selanjutnya adalah variabel output, variabel output pertama adalah kredit atau pembiayaan. Kredit adalah penyaluran dana kepada masyarakat baik individu atau kelompok sesuai dengan tata cara konvensional, sedangkan pembiayaan adalah penyaluran dana kepada masyarakat baik individu maupun kelompok dengan akad-akad syariah. Pada intinya kredit dan pembiayaan adalah sama, namun yang membedakan adalah akad dan aturan yang digunakan. Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah pembiayaan yang dilakukan oleh 20 bank yang diteliti mengalami perbaikan setiap tahunnya, bahkan persentasenya terus mengalami peningkatan. 63

82 Peningkatan pembiayaan ini memang sudah seharusnya dilakukan mengingat fungsi utama bank adalah sebagai lembaga intermediasi. Perkembangan jumlah bank sudah seharusnya berbanding lurus dengan peran-peran bank tersebut terhadap perekonomian. Hal ini dapat diwujudkan dengan melaksanakan fungsi intermediasi dengan baik. Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Variabel Output Kredit atau Pembiayaan (Studi 10 bank konvensional dan 10 bank syariah) Tahun (Jutaan Rupiah) Nama Bank Tahun Bank Mandiri BRI BCA BNI Bank CIMB Niaga Bank Danamon Panin Bank Bank Permata BII BTN BMI BSM BSMI BRI Syariah Bank Bukopin Syariah* Bank Panin Syariah** Bank Victoria Syariah** BCA Syariah** BJB Syariah** BNI Syariah** Jumlah Pembiayaan Pertumbuhan - 17,27% 22,52% 23,56% 22,89% Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2009 **) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun

83 Variabel output selanjutnya adalah total pendapatan, yaitu seluruh pendapatan bank yang diterima baik pendapatan bunga atau bagi hasil, pendapatan operasional, dan pendapatan non-operasional sebelum dikurangi pajak. Pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa jumlah pendapatan 20 bank yang diteliti periode terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, meskipun persentasenya mengalami fluktuasi. Tabel 4.6 Perkembangan Jumlah Variabel Output Pendapatan (Studi 10 bank konvensional dan 10 bank syariah) Tahun (Jutaan Rupiah) Nama Bank Tahun Bank Mandiri BRI BCA BNI Bank CIMB Niaga Bank Danamon Panin Bank Bank Permata BII BTN BMI BSM BSMI BRI Syariah Bank Bukopin Syariah* Bank Panin Syariah** Bank Victoria Syariah** BCA Syariah** BJB Syariah** BNI Syariah** Jumlah Pendapatan Pertumbuhan - 22,98% 27,39% 5,44% 13,00% Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun

84 **) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2010 Peningkatan jumlah pendapatan ini dikaitkan dengan semakin banyak dan bervariasinya jasa dan produk yang ditawarkan oleh bank konvensional maupun bank syariah kepada masyarakat sehingga berpengaruh terhadapa jumlah pendapatan bank itu sendiri. Jasa dan produk bank tersebut meliputi phone banking, internet banking, sms banking, dan produk serta layanan lainnya. B. Analisis dan Pembahasan Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis adalah salah satu ukuran kinerja yang mendasari seluruh kinerja organisasi. Efisiensi dalam dunia perbankan lazim digunakan untuk memberikan jawaban atas berbagai kesulitan dalam menghitung berbagai ukuran kinerja (Putri dan Lukviarman, 2008:40). Perhitungan efisiensi teknik 10 bank konvensional dan 10 bank syariah menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) ini menggunakan tiga variabel input, yaitu: simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja. Sedangkan outputnya meliputi pembiayaan dan total pendapatan. DEA merupakan ukuran efisiensi relatif, yang mengukur inefisiensi unitunit yang ada dibandingkan dengan unit lain yang dianggap paling efisien dalam set data yang ada. Sehingga dalam analisis DEA dimungkinkan beberapa unit mempunyai tingkat efisiensi 100 persen yang artinya adalah bahwa unit tersebut merupakan unit yang terefisien dalam set data tertentu 66

85 dan waktu tertentu (Hadad, 2003:14). Adapun penjelasan dan penjabaran dengan analisis DEA ini dibagi atas dua bank, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Setelah diketahui tingkat efisiensi masing-masing kelompok bank maka akan dilakukan uji normalitas data dan melakukan uji beda independent sample t-test. 1. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Konvensional di Indonesia Berdasarkan hasil perhitungan metode DEA berasumsikan CRS (Constant Return to Scale) dengan menggunakan Software MaxDEA, dapat dilihat tingkat efisiensi 10 bank konvensional di Indonesia pada tabel 4.7. hasil yang didapat menggambarkan pencapaian nilai efisiensi pada masing-masing bank. Tabel 4.7 Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Konvensional di Indonesia Tahun (Persen) Nama Bank Tahun Bank Mandiri BRI BCA BNI Bank CIMB Niaga Bank Danamon Indonesia Panin Bank Bank Permata BII BTN Pencapaian rata-rata 85,8 90,3 87,8 89, Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) 67

86 Statistik pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 hanya terdapat dua bank konvensional yang mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen (efisien), yaitu Bank Danamon Indonesia dan Panin Bank. Sedangkan delapan bank lainnya belum mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen (inefisien) yang meliputi Bank Mandiri (67 persen), Bank Rakyat Indonesia (BRI) (90 persen), Bank Central Asia (BCA) (71 persen), Bank Negara Indonesia (BNI) (71 persen), Bank CIMB Niaga (71 persen), Bank Permata (81 persen), dan Bank Internasional Indonesia (BII) (87 persen), dan Bank Tabungan Negara (BTN) (97 persen). Pada tahun 2009 Bank CIMB Niaga dan BTN mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen (efisien) setelah pada tahun sebelumnya termasuk bank yang inefisien. Bank CIMB Niaga dan BTN mengikuti dua bank lain yang tetap mempertahankan tingkat efisiensi teknik 100 persen seperti pada tahun sebelumnya, yaitu Bank Danamon Indonesia dan Panin Bank. Bank yang belum mencapai tingkat efisiensi 100 persen (inefisien) pada tahun 2009 adalah Bank Mandiri (79 persen), BRI (89 persen), BCA (72 persen), BNI (78 persen), Bank Permata (95 persen), dan BII (90 persen). Selama tahun 2010 sampai 2012, hanya terdapat dua bank konvensional yang mampu mempertahankan tingkat efisiensi teknik 100 persen (efisien), yaitu Bank Permata dan Panin Bank. Bank Mandiri belum mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen meskipun mengalami peningkatan nilai efisiensi setiap tahunnya dengan tingkat efisiensi 74 persen (tahun 2010), 81 persen (2011), dan 85 persen (tahun 2012). BRI 68

87 mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen pada tahun 2012 setelah pada tahun 2010 dan 2011 berturut-turut berada pada tingkat efisiensi 81 persen dan 83 persen. BCA mengalami peningkatan efisiensi setiap tahunnya, yaitu sebesar 65 persen (tahun 2010), 73 persen (2011), dan 80 persen (tahun 2012). Tahun 2010 dan 2011 BNI hanya mampu berada pada tingkat efisiensi 74 persen, sedangkan tahun 2012 naik menjadi 78 persen. Bank CIMB Niaga sempat mengalami peningkatan efisiensi menjadi 100 persen di tahun 2011 setelah pada tahun sebelumnya (2010) berada pada tingkat efisiensi 99 persen, namun kembali turun di tahun 2012 dengan tingkat efisiensi 95 persen. Bank Permata terus mengalami penurunan tingkat efisiensi selama tahun dengan tingkat efisiensi 92 persen (tahun 2010), 88 persen (tahun 2011), dan 85 persen (tahun 2012). BII berada pada tingkat efisiensi 93 persen pada tahun 2010 dan 2011, namun harus turun di tahun 2012 dengan tingkat efisiensi 85 persen. Tahun 2010 dan 2011 BTN mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan dengan tingkat efisiensi 98 persen. Tabel 4.7 juga menjelaskan bahwa pencapaian rata-rata efisiensi teknik 10 bank konvensional mengalami fluktuasi setiap tahunnya dari tahun Sempat mengalami kenaikan rata-rata efisiensi dari 85,8 persen pada tahun 2008 menjadi 90,3 persen pada tahun 2009, namun mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 87,8 persen. Pencapaian rata-rata efisiensi teknik 10 bank konvensional kembali mengalami 69

88 peningkatan menjadi 89,2 persen pada tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi 90,6 persen di tahun Bank yang belum memaksimalkan input dan output yang dimilikinya dapat dikatakan sebagai bank yang inefisien. Hal tersebut berarti nilai input dan output yang dicapai oleh bank yang inefisien belum dapat meraih target yang sebenarnya (Harjum Muharam dan Pusvitasari, 2007:100). Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat efisiensi bank konvensional pada tahun 2008, terdapat delapan bank yang mengalami inefisiensi, yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank CIMB Niaga, Bank Permata, BII, dan BTN. Tabel 4.8 memperlihatkan input-output yang menyebabkan inefisiensi pada masing-masing bank konvensional. Tabel tersebut menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement. Nilai actual adalah nilai input-output yang digunakan, target adalah pencapaian yang diharapkan untuk mencapai tingkat efisiensi relatif, dan potential improvement adalah persentase dari kenaikan yang diharapkan. Bank Mandiri mengalami inefisiensi pada output pembiayaan dan pendapatan. Jumlah output pada Bank Mandiri hanya berjumlah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target output yang dapat dicapai adalah juta (pembiayaan) dan pendapatan juta (pendapatan). Supaya efisiensinya tercapai, maka dibutuhkan peningkatan sebesar 75,45 persen (pembiayaan) dan 49,4 persen (pendapatan). Bank selanjutnya adalah BRI, yang 70

89 mengalami inefisiensi pada input biaya tenaga kerja serta dua output pembiayaan dan pendapatan. Terjadi pemborosan pada input biaya tenaga kerja karena target yang diharapkan hanya juta dari juta yang telah dikeluarkan, sehingga peningkatan efisiensi yang dibutuhkan sebesar 37 persen. Sedangkan jumlah output BRI berjumlah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target output yang bisa dicapai berjumlah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Sehingga dibutuhkan kenaikan 11,73 persen (pembiayaan) dan persen (pendapatan) supaya efisiensi outputnya tercapai. Tabel 4.8 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2008 Nama Bank Bank Mandiri Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,45 Pendapatan ,4 BRI Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,73 Pendapatan ,25 BCA ,14 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,54 71

90 Tingkat Actual Target Potential Nama Bank Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Pendapatan ,8 BNI Aset Biaya Tenaga Kerja ,1 Pembiayaan Pendapatan Bank CIMB Niaga Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,71 Pendapatan ,06 Bank Permata Aset Biaya Tenaga Kerja ,91 Pembiayaan ,9 Pendapatan ,9 BII Aset Biaya Tenaga Kerja ,82 Pembiayaan ,55 Pendapatan ,55 BTN Aset Biaya Tenaga Kerja ,14 Pembiayaan ,33 Pendapatan ,77 Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) BCA mengalami inefisiensi pada input simpanan serta output pembiayaan dan pendapatan. Ketidakefisienan input simpanan terjadi karena penggunannya yang kurang maksimal. Target efisiensi input 72

91 simpanan dapat diupayakan dengan peningkatan efisiensi sebesar 4,14 persen, karena target efisiensi yang dapat dicapai hanya juta dari juta yang dialokasikan. Jumlah output Bank BCA yang mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan) juga tidak efisien, karena target output yang seharusnya dicapai adalah (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka peningkatan efisiensi yang harus dilakukan adalah sebesar 77,54 persen (pembiayaan) dan 41,8 persen (pendapatan). Bank konvensional lainnya yang mengalami inefisiensi adalah BNI. Input biaya tenaga kerja yang dialokasikan adalah , padahal target yang dapat dicapai hanya Maka peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan adalah sbesar 6,1 persen. sedangkan jumlah output BNI adalah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Untuk mencapai tingkat efisiensi 100 persen maka output pembiayaan dan pendapatan diperlukan peningkatan sebesar masing-masing 40 persen. Bank CIMB Niaga mengalami inefisiensi pada input biaya tenaga kerja dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input biaya tenaga kerja yang digunakan adalah juta, sedangkan target yang dapat dicapai hanya juta. Maka peningkatan yang dibutuhkan sebesar 13 persen. Disisi lain jumlah outputnya adalah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target yang bisa dicapai adalah juta 73

92 (pembiayaan) dan (pendapatan). Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 6,71 persen (pembiayaan) dan 21,06 persen (pendapatan). Bank yang mengalami inefisiensi selanjutnya adalah Bank Permata. Ketidakefisienan input biaya tenaga kerja terjadi karena pemborosan alokasi biaya tenaga kerja, karena target yang dibutuhkan hanya juta dari juta yang dialokasikan. Sehingga dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 30,91 persen. Output pembiayaan dan pendapatan juga mengalami inefisiensi. Jumlah outputnya adalah juta (pembiayaan) dan (pendapatan), sedangkan target yang seharusnya dicapai sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Upaya peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan adalah sebesar 23,9 persen untuk masingmasing output. Bank inefisien selanjutnya adalah BII dimana ketidakefisienan terjadi pada input biaya tenaga kerja dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input biaya tenaga kerja dialokasikan sebesar juta, sedangkan target yang dapat diperlukan hanya juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,82 persen. Pada sisi output BII, jumlahnya sebesar juta (pembiayaan) dan (pendapatan), sedangkan target yang dapat dicapai adalah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 14,55 persen untuk masingmasing output. 74

93 Bank konvensional terakhir yang mengalami inefisiensi pada tahun 2008 adalah BTN. Ketidakefisienan BTN terletak pada input biaya tenaga kerja dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input biaya tenaga kerja yang digunakan sebesar juta, sedangkan target efisiensinya adalah juta. Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 8,14 persen. Jumlah output BTN adalah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), sedangkan target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Sehingga diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 0,33 persen (pembiayaan) dan 11,77 persen (pendapatan). Bank konvensional yang telah mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen pada tahun 2008 adalah Bank Danamon dan Panin Bank. Bank yang efisien menunjukkan bahwa bank tersebut dapat memaksimalkan input dan outputnya secara optimal. Tabel 4.9 menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement kedua bank tersebut. Tabel 4.9 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2008 Nama Bank Bank Danamon Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Panin Bank

94 Tingkat Actual Target Potential Nama Bank Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) Pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah bank konvensional yang inefisien menjadi enam bank, setelah pada tahun 2008 terdapat delapan bank yang mengalami inefisiensi. Bank yang mengalami inefisiensi yaitu, Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank Permata, dan BII. Tabel 4.10 menunjukkan bank-bank konvensional yang mengalami inefisiensi di tahun 2009, dimulai dari Bank Mandiri yang mengalami inefisiensi pada input simpanan dan output pembiayaan serta pendapatan. Input simpanan yang digunakan adalah sebesar juta, sedangkan target yang diperlukan hanya sebesar juta. Maka peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan adalah sebesar 8,34 persen. Sedangkan jumlah output Bank Mandiri berjumlah juta (pembiayaan) dan (pendapatan), padahal target yang harus dicapai berjumlah (pembiayaan) dan (pendapatan). Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan peningkatan efisiensi 29,96 persen untuk masing-masing output. 76

95 Tabel 4.10 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2009 Nama Bank Bank Mandiri Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) ,34 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BRI Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,3 Pendapatan ,3 BCA ,06 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,65 Pendapatan ,65 BNI ,83 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,12 Pendapatan ,12 Bank Permata ,48 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,76 Pendapatan ,76 BII ,37 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,67 77

96 Pendapatan ,67 Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) Ketidakefisienan BRI terletak pada kedua outputnya dengan jumlah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target yang dibutuhkan sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 12,23 persen untuk masing-masing output. Input simpanan pada BCA membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 20,06 persen dikarenakan simpanan yang digunakan berjumlah juta, sedangkan targetnya adalah sebesar juta. Disisi lain output BCA harus meningkatkan efisiensinya sebesar 38,65 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Hal tersebut terjadi karena jumlah outputnya adalah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Ketidakefisienan BNI terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya, yaitu pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan BNI yang dialokasikan adalah juta, sedangkan targetnya hanya sebesar juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 10,83 persen. Kedua output BNI dapat meningkatkan efisiensinya sebesar 28,12 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Hal tersebut dikarenakan jumlah outputnya sebesar juta (pembiayaan) dan 78

97 juta (pendapatan), padahal target yang dapat dicapai adalah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Bank selanjutnya adalah Bank Permata yang harus meningkatkan efisiensi input simpanannya sebesar 0,48 persen. Hal ini dikarenakan simpanan yang digunakan mencapai juta, sedangkan targetnya hanya sebesar juta. Di sisi lain jumlah output Bank Permata adalah sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), sedangkan target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka untuk mencapai efisiensi 100 persen harus melakukan peningkatan sebesar 4,76 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Bank konvensional inefisien terakhir pada tahun 2009 adalah Bank BII. Input simpanan yang digunakan adalah sebesar juta, sedangkan targetnya hanya sebesar juta. Maka peningkatan efisiensi yang harus dilakukan adalah sebesar 4,37 persen. Disisi lain output Bank BII berjumlah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target yang dapat dicapai adalah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan efisiensi sebesar 11,67 persen baik untuk pembiayaan maupun untuk pendapatan. Pada tahun 2009, terdapat empat bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen. Tabel 4.11 menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement bank-bank tersebut. 79

98 Tabel 4.11 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2009 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Bank CIMB Niaga Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Bank Danamon Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Panin Bank Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BTN Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Tabel 4.12 menjabarkan bahwa pada tahun 2010, terdapat tujuh bank konvensional yang mengalami inefisiensi, yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank CIMB Niaga, Bank Permata, dan BII. Di tahun ini, inefisiensi Bank Mandiri terletak pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). yang dialokasikan 80

99 berjumlah juta, sedangkan target simpanannya sebesar juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 11,91 persen agar sesuai dengan target inputnya. Disisi lain jumlah output Bank Mandiri sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target output yang dapat dicapai sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 35,14 untuk masing-masing output. Tabel 4.12 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2010 Nama Bank Bank Mandiri Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) ,91 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,14 Pendapatan ,14 BRI ,43 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,75 Pendapatan ,75 BCA ,55 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,97 Pendapatan ,97 BNI

100 Tingkat Actual Target Potential Nama Bank Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,06 Pendapatan ,06 Bank CIMB Niaga ,65 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,35 Pendapatan ,35 Bank Permata Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,7 Pendapatan ,14 BII ,39 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,1 Pendapatan ,1 Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) BRI mengalami inefisiensi yang terletak pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input simpanan yang digunakan adalah sebesar juta, padahal targetnya hanya sebesar juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 10,43 persen. Sedangkan jumlah output BRI adalah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target yang dapat dicapai sebesar juta (pembiayaan) dan juta 82

101 (pendapatan). Maka peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan sebesar 22,75 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Ketidakefisienan pada BCA terletak pada input simpanan dan kedua outputnya, yaitu pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan yang digunakan mencapai juta, sedangkan target inputnya hanya sebesar juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 19,55 persen. Pada sisi lain jumlah output pembiayaannya adalah sebesar juta, sedangkan jumlah output pendapatannya adalah sebesar Jumlah output tersebut jauh dari target yang seharusnya dapat dicapai, yaitu juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). untuk mencapai efisiensi 100 persen, maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 52,97 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. BNI mengalami pemborosan pada input simpanan, dikarenakan ada perbedaan antara nilai actual dan nilai target. Jumlah simpanan yang digunakan adalah sebesar juta, padahal target inputnya hanya berjumlah juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 4 persen. Kedua output BNI juga tidak efisien, karena jumlah outputnya hanya juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Hal yang harus diupayakan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 35,06 persen masing-masing untuk pembiayaan dan pendapatan. 83

102 Bank CIMB Niaga menjadi bank inefisien selanjutnya dengan membutuhkan peningkatan efisiensi 16,65 persen untuk input simpanan dikarenakan penggunaan simpanan sebesar juta, padahal targetnya hanya juta. Kedua outputnya juga mengalami inefisiensi dengan jumlah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target yang dapat dicapai sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 1,35 persen masing-masing untuk pembiayaan dan pendapatan. Bank inefisien selanjutnya adalah Bank Permata dengan jumlah output juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), sedangkan target yang dapat dicapai sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 8,7 persen untuk pembiayaan, dan 20,14 persen untuk pendapatan. Bank konvensional terakhir yang mengalami inefisiensi di tahun 2010 adalah BII. Input simpanan yang digunakan BNI adalah juta, sedangkan target inputnya sebesar juta. Maka yang harus diupayakan adalah dengan peningkatan efisiensi input simpanan sebesar 5,39 persen. Pada output BII, jumlah outputnya adalah juta (pembiayaan) dan (pendapatan). Jumlah tersebut tidak seusai dengan target outputnya yang mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka yang harus diupayakan adalah 84

103 peningkatan efisiensi sebesar 8,1 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Tahun 2010 jumlah bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen berkurang dibanding tahun sebelumnya menjadi hanya tiga bank. Tabel 4.13 menunjukkan tiga bank konvensional yang mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen dengan nilai actual, target, dan potential improvement. Tabel 4.13 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2010 Nama Bank Bank Danamon Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Panin Bank Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BTN Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) 85

104 Pada tahun 2011, tidak terjadi perubahan jumlah dan nama bank yang inefisien, yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank Permata, dan BII. Untuk penjabaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Bank Mandiri tidak menggunakan input simpanannya secara maksimal, hal tersebut terlihat dengan jumlah simpanan yang tidak sesuai target inputnya. Jumlah input simpanan yang dialokasikan sebesar juta, padahal target inputnya adalah juta. Hal yang mesti diupayakan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 1,91 persen. Disisi lain, output Bank Mandiri berjumlah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target yang seharusnya dicapai adalah (pembiayaan) dan (pendapatan). Maka yang harus dilakukan adalah peningkatan efisiensi sebesar 23,85 persen (pembiayaan) dan 40,05 persen (pendapatan). Tabel 4.14 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2011 Nama Bank Bank Mandiri Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) ,91 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,85 Pendapatan ,05 BRI ,93 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,88 86

105 Tingkat Actual Target Potential Nama Bank Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Pendapatan ,88 BCA ,44 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,47 Pendapatan ,84 BNI Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,79 Pendapatan ,7 Bank Permata Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,86 Pendapatan ,07 BII Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,68 Pendapatan ,8 Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) BRI mengalami inefisiensi pada input simpanan dengan jumlah yang dialokasikan sebesar juta, padahal target efisiensi inputnya sebesar juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 1,93 persen. Kedua output BRI juga mengalami inefisiensi dengan jumlah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), 87

106 padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). BCA merupakan bank konvensional yang tingkat efisiensinya paling rendah di tahun Ketidakefisienan BCA terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input simpanan BCA berjumlah juta, sedangkan target inputnya berjumlah juta. Maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 9,44 persen. Pada sisi outputnya, jumlahnya sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Jumlah tersebut tidak sesuai dengan target outputnya yang mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 37,47 persen (pembiayaan) dan 62,84 persen (pendapatan). Bank selanjutnya adalah BNI yang mengalami inefisiensi pada kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah output pada BNI adalah sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan (pendapatan). Maka tindakan yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 35,79 persen untuk pembiayaan dan 43,7 persen untuk pendapatan. Bank Permata mengalami inefisiensi pada kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah output adalah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), sedangkan target yang 88

107 perlu dicapai sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan) Bank konvensional terakhir yang mengalami inefisiensi di tahun 2011 adalah BII. Ketidakefisienan BII terjadi pada kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Output BII berjumlah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). jumlah tersebut tidak sesuai dengan target outputnya yang mencapai juta (pembiayaan) dan (pendapatan). Maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 7,36 persen (pembiayaan) dan persen (pendapatan). Pada sisi bank konvensional yang efisien, terdapat empat bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen di tahun Tabel 4.15 menunjukkan bank-bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen beserta nilai actual, target, dan potential improvement. Tabel 4.15 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2011 Nama Bank Bank CIMB Niaga Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Bank Danamon

108 Tingkat Actual Target Potential Nama Bank Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Panin Bank Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BTN Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) Pada tahun 2012, bank konvensional yang mengalami inefisiensi adalah Bank Mandiri, BCA, BNI, Bank CIMB Niaga, Bank Permata, BII dan BTN sesuai dengan Tabel Input simpanan Bank Mandiri mengalami inefisiensi karena input simpanannya berjumlah juta, padahal target inputnya hanya juta. Maka perbaikan efisiensi yang harus dilakukan adalah sebesar 0,42 persen. Sedangkan output Bank Mandiri berjumlah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target seharusnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 90

109 17,87 persen untuk output pembiayaan dan 17,61 persen untuk output pendapatan. Ketidakefisienan BCA terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya, yakni pembiayaan dan pendapatan. Jumlah simpanan yang dialokasikan berjumlah juta, padahal target inputnya hanya Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 6,35 persen. sedangkan jumlah outputnya adalah sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), sedangkan target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka upaya perbaikan yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi masing-masing sebesar 26,4 persen untuk output pembiayaan dan 24,57 persen untuk output pandapatan. Tabel 4.16 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2012 Nama Bank Bank Mandiri Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) ,42 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,87 Pendapatan ,61 BCA ,35 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,4 Pendapatan ,57 91

110 Nama Bank BNI Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,42 Pendapatan ,42 Bank CIMB Niaga Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,8 Pendapatan ,8 Bank Permata ,85 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,02 Pendapatan ,8 BII ,47 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,17 Pendapatan ,82 BTN Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,64 Pendapatan ,64 Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) Tabel 4.16 menunjukkan bahwa BNI belum mampu menghasilkan output secara maksimal. Jumlah outputnya sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target yang harus 92

111 dicapai sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka perbaikan efisiensinya adalah sebesar 28,42 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Bank konvensional yang inefisien di tahun 2012 selanjutnya adalah Bank CIMB Niaga dengan jumlah output sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target yang dapat dicapai sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 5,8 persen untuk output pembiayaan dan pendapatan. Bank Permata mengalami inefisiensi pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input simpanan yang digunakan adalah sebesar juta, padahal target inputnya hanya juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,85 persen. Pada sisi output, jumlahnya adalah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 17,02 persen untuk output pembiayaan dan 23,8 persen untuk output pendapatan. Bank konvensional inefisien selanjutnya adalah BII dengan inefisiensi yang terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input simpanan yang digunakan adalah sebesar juta, padahal target yang dibutuhkan hanya juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,47 persen. 93

112 sedangkan output BII berjumlah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 17,17 persen (pembiayaan) dan 23,82 persen (pendapatan). Bank inefisien terakhir di tahun 2012 adalah BTN yang membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 1,64 persen untuk kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Hal tersebut dikarenakan jumlah outputnya sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), berbeda dengan target outputnya sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Sedangkan bank konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen di tahun 2012 adalah BRI, Bank Danamon, dan Panin Bank. Tabel 4.17 menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement. Tabel 4.17 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2012 Nama Bank BRI Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan

113 Nama Bank Bank Danamon Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Panin Bank Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) 2. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Syariah di Indonesia Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode DEA, tingkat efisiensi teknik 10 bank syariah tahun dapat dilihat pada Tabel Data statistik tersebut menunjukkan bahwa di tahun 2008 hanya terdapat empat bank syariah yang dianalisis, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI), dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah. Sedangkan bank syariah yang belum menyediakan laporan keuangannya pada tahun 2008 adalah Bank Bukopin Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank Central Asia (BCA) Syariah, Bank Jabar Banten (BJB) Syariah, dan Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah. Pada tahun 2008 terdapat satu bank syariah yang belum mencapai tingkat efisiensi teknik 95

114 100 persen (inefisien), yaitu BSMI (93 persen). Sedangkan bank yang mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen (efisien) adalah BMI, BSM, dan BRI Syariah. Tabel 4.18 Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Syariah di Indonesia Tahun (Persen) Nama Bank Tahun BMI BSM BSMI BRI Syariah Bank Bukopin Syariah* Bank Panin Syariah** Bank Victoria Syariah** BCA Syariah** BJB Syariah** BNI Syariah** Pencapaian rata-rata 98,25 99,20 84,30 93,90 93,90 Sumber: Data diolah (MaxDEA 5.2) Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2009 **) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2010 Di tahun 2009, bank syariah yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen adalah BSMI, BRI Syariah, dan Bank Bukopin Syariah. Sedangkan bank syariah yang belum mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen adalah BMI (97 persen) dan BSM (99 persen). Pada tahun 2010, lima bank syariah masuk setelah memberikan laporan keuangannya. Bank syariah tersebut ialah Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, BJB Syariah, dan BNI Syariah. Bank syariah yang mengalami inefisiensi pada tahun tersebut adalah BSM 96

115 (96 persen), BSMI (93 persen), Bank Bukopin Syariah (98 persen), Bank Panin Syariah (65 persen), Bank Victoria Syariah (42 peren), BCA Syariah (74 persen), dan BNI Syariah (75 persen). Adapun bank syariah yang telah efisien adalah BMI, BRI Syariah, dan BJB Syariah. Jumlah bank syariah yang mengalami inefisiensi di tahun 2011 berkurang satu setelah terdapat empat bank syariah yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen, yaitu BSMI, BRI Syariah, Bank Panin Syariah, dan Bank Victoria Syariah. Sedangkan bank syariah yang inefisien adalah BMI, BSM, Bank Bukopin Syariah, BCA Syariah, BJB Syariah, dan BNI Syariah. Pada tahun 2012 BSMI, BRI Syariah, dan Bank Panin Syariah mampu mempertahankan efisiensi teknik 100 persen. Sedangkan BSM mampu mencapai tingkat efisiensi teknnik 100 persen setelah pada tahun sebelumnya berada pada tingkat efisiensi 97 persen. BMI (94 persen), Bank Bukopin Syariah (98 persen), Bank Victoria Syariah (78 persen), BCA Syariah (82 persen), BJB Syariah (88 persen), dan BNI Syariah (99 persen) adalah bank-bank syariah yang inefisen di tahun Berdasarkan Tabel 4.18, bahwa pencapaian rata-rata bank syariah pada periode mengalami fluktuasi. Sempat mengalami kenaikan efisiensi dari 98,25 persen (2008) menjadi 99,20 persen (2009), lalu mengalami penurunan menjadi 84,30 persen (2010). Dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan efisiensi menjadi 93,90 persen dan tidak ada 97

116 perubahan pencapaian rata-rata efisiensi setelah pada tahun 2012 kembali berada pada 93,90 persen. Tabel 4.19 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2008 Nama Bank BSMI Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,61 Pendapatan ,8 Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) Berdasarkan Tabel 4.19, ketidakefisienan BSMI di tahun 2008 terjadi pada kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah output BSMI adalah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka peningkatan efisiensi yang harus dilakukan adalah sebesar 12,61 persen (pembiayaan) dan 7,8 persen (pendapatan). Bank-bank syariah yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen di tahun 2008 adalah BMI, BSM, dan BRI Syariah. Tabel 4.20 menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement bagi bank syariah yang telah efisien. 98

117 Tabel 4.20 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2008 Nama Bank BMI Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BSM Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BRI Syariah Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) Terdapat dua bank syariah yang belum mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen, yaitu BMI dan BSM. Tabel 4.21 menunjukkan bahwa letak ketidakefisienan BMI terletak pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input simpanan yang digunakan adalah sebesar juta, sedangkan target inputnya adalah juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 9,69 persen. Pada sisi outputnya, jumlahnya adalah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target yang harus 99

118 dicapai sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 3,15 persen untuk masing-masing output. Tabel 4.21 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2009 Nama Bank BMI Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) ,69 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,15 Pendapatan ,15 BSM ,24 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,77 Pendapatan ,77 Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) Bank inefisien selanjutnya adalah BSM dengan input simpanan yang mencapai juta, padahal targetnya hanya sebesar juta. Maka peningkatan efisiensi yang harus dilakukan adalah sebesar 11,24 persen. Di sisi outputnya, jumlahnya sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Jumlah tersebut tidak sesuai dengan target outputnya yang mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pembiayaan). Maka upaya perbaikan 100

119 efisiensi yang dapat dilakukan adalah sebesar 0,77 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Bank syariah yang mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen di tahun 2009 adalah BSMI, BRI Syariah, dan Bank Bukopin Syariah. Nilai actual, target, dan potential improvement dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.22 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2009 Nama Bank BSMI Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BRI Syariah Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Bukopin Syariah Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) Berdasarkan Tabel 4.23, BSM mengalami inefisiensi pada input simpanan dan kedua outputnya di tahun Input simpanan yang digunakan adalah sebesar juta, padahal target inputnya hanya 101

120 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 12,5 persen. Sedangkan pada sisi output, target output yang seharusnya dicapai adalah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), sedangkan jumlah outputnya sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Upaya perbaikan efisiensi yang dapat dilakukan adalah sebesar 3,84 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Tabel 4.23 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2010 BSM Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) ,5 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,84 Pendapatan ,84 BSMI ,74 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,88 Pendapatan ,88 Bukopin Syariah Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,05 Pendapatan ,26 Panin Syariah Aset Biaya Tenaga Kerja ,6 102

121 Tingkat Actual Target Potential Nama Bank Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Pembiayaan ,68 Pendapatan ,16 Victoria Syariah Aset ,55 Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BCA Syariah Aset ,69 Biaya Tenaga Kerja ,9 Pembiayaan ,92 Pendapatan ,92 BNI Syariah Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,48 Pendapatan ,31 Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) Bank syariah inefisien selanjutnya adalah BSMI dengan ketidakefisienan terjadi pada dua input (simpanan dan biaya tenaga kerja) dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah input simpanan BSMI adalah juta (simpanan) dan juta (biaya tenaga kerja), padahal target inputnya hanya juta (simpanan) dan juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 12,74 persen (simpanan) dan 144 persen (biaya tenaga kerja). Sedangkan jumlah output BSMI adalah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai

122 juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 7,88 persen baik untuk output pembiayaan maupun pendapatan. Bank Bukopin Syariah mengalami inefisiensi pada kedua outputnya yaitu pembiayaan dan pendapatan. Jumlah output Bank Bukopin Syariah adalah sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 2,05 persen (pembiayaan) dan 9,26 persen (pendapatan). Bank syariah inefisien selanjutnya adalah Bank Panin Syariah, ketidakefisienan terjadi pada input biaya tenaga kerja, serta kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input biaya tenaga kerjanya berjumlah juta, padahal target yang dibutuhkan adalah juta. Maka diperlukan upaya peningkatan efisiensi sebesar 24,6 persen. Kedua outputnya juga mengalami inefisiensi dengan jumlah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan (pendapatan). Hal tersebut mengharuskan adanya perbaikan efisiensi sebesar 53,68 persen untuk output pembiayaan dan 71,16 persen untuk output pendapatan. Bank Victoria Syariah belum mampu menggunakan total asetnya secara optimal, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah aset sebesar juta, sedangkan target inputnya sebesar juta. Maka diperlukan 104

123 peningkatan efisiensi sebesar 41,55 persen. Output yang dihasilkan juga tidak optimal dengan jumlah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 427 persen (pembiayaan) dan 136 persen (pendapatan). BCA Syariah mengalami inefisiensi pada input (aset dan biaya tenaga kerja) dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). jumlah aset BCA Syariah adalah juta, padahal targetnya sebesar 4,69 persen. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 4,69 persen. Input biaya tenaga kerja juga terjadi pemborosan dengan penggunaan sebesar juta, padahal target yang dibutuhkan hanya juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 91,9 persen. Pada sisi output, jumlahnya adalah sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 35,92 persen masing-masing untuk pembiayaan dan pendapatan. Bank syariah terakhir di tahun 2010 yang mengalami inefisiensi adalah BNI Syariah. Jumlah outputnya sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). 105

124 Maka yang harus dilakukan adalah peningkatan efisiensi sebesar 32,48 persen (pembiayaan) dan 34,31 persen (pembiayaan). Bank syariah yang berhasil mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen adalah BMI, BRI Syariah, dan BJB Syariah. Tabel 4.24 menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement bank-bank syariah tersebut. Tabel 4.24 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2010 Nama Bank BMI Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BRI Syariah Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BJB Syariah Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) Berdasarkan Tabel 4.25, terdapat enam bank syariah yang inefisien di tahun 2011, yaitu BMI, BSM, Bank Bukopin Syariah, BCA Syariah, 106

125 BJB Syariah, dan BNI Syariah. BMI mengalami inefisiensi pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah simpanan BMI adalah juta, padahal target inputnya hanya juta. Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 12,52 persen. Sedangkan jumlah output BMI sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka peningkatan efisiensi yang dibutuhkan adalah sebesar 8,47 persen (pembiayaan) dan 43,47 persen (pendapatan). Tabel 4.25 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2011 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) BMI ,52 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,47 Pendapatan ,47 BSM ,14 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,21 Pendapatan ,07 Bukopin Syariah ,4 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,2 Pendapatan ,38 107

126 Nama Bank Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) BCA Syariah Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,81 Pendapatan ,81 BJB Syariah Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,84 Pendapatan ,84 BNI Syariah ,64 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,27 Pendapatan ,27 Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) BSM juga mengalami inefisiensi pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah simpanan yang dialokasikan sebesar juta, sedangkan targetnya sebesar juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 4,14 persen. Pada sisi output, jumlahnya adalah sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 3,21 persen (pembiayaan) dan 4,07 persen (pendapatan). Bank Bukopin Syariah membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 4,4 persen dikarenakan jumlah actual simpanan ( juta) lebih 108

127 besar dari targetnya ( juta). Sedangkan jumlah outputnya adalah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). maka membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 7,2 persen (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Bank selanjutnya adalah BCA Syariah yang mengalami inefisiensi pada kedua outputnya dengan jumlah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka perbaikan efisiensi yang harus dilakukan adalah masing-masing sebesar 19,81 persen untuk pembiayaan dan pendapatan. BJB Syariah juga mengalami inefisiensi pada kedua outputnya sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 23,84 persen untuk masing-masing output. Dan bank syariah terakhir yang mengalami inefisiensi pada tahun 2011 adalah BNI Syariah, dimana ketidakefisienan terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah simpanan BNI Syariah adalah juta, sedangkan targetnya sebesar juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,64 persen. Pada sisi outputnya, jumlahnya sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai juta 109

128 (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi masing-masing sebesar 7,27 persen. Terdapat empat bank syariah yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen di tahun 2011, yaitu BSMI, BRI Syariah, Bank Panin Syariah, dan Bank Victoria Syariah. Nilai actual, target, dan potential improvement Bank syariah tersebut ditunjukkan pada Tabel Tabel 4.26 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2010 Nama Bank BSMI Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BRI Syariah Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Panin Syariah Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Victoria Syariah Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan

129 Tabel 4.27 menunjukkan bahwa pada tahun 2012, terdapat enam bank yang mengalami inefisiensi, yaitu BMI, Bank Bukopin Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, BJB Syariah, dan BNI Syariah. Tabel 4.27 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2012 Nama Bank BMI Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) ,99 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,72 Pendapatan ,49 Bukopin Syariah Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,89 Pendapatan ,89 Victoria Syariah Aset ,07 Biaya Tenaga Kerja ,42 Pembiayaan ,93 Pendapatan ,66 BCA Syariah Aset Biaya Tenaga Kerja ,48 Pembiayaan ,5 Pendapatan ,5 BJB Syariah Aset Biaya Tenaga Kerja ,51 Pembiayaan ,02 111

130 Tingkat Actual Target Potential Nama Bank Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Pendapatan ,06 BNI Syariah ,22 Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan ,24 Pendapatan ,24 Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) BMI mengalami inefisiensi pada input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah simpanan BMI adalah juta, padahal target simpanannya adalah 33, juta. Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 15,99 persen. Sedangkan jumlah output BMI sebesar juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 6,72 persen (pembiayaan) dan 23,49 persen (pendapatan). Bank selanjutnya adalah Bank Bukopin Syariah yang mengalami inefisiensi pada kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah outputnya adalah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target yang harus dicapai sebesar juta (pembiayaan) dan (pendapatan). Hal tersebut mengharuskan adanya peningkatan efisiensi sebesar 1,89 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. 112

131 Bank Victoria Syariah belum mampu menggunakan asetnya secara optimal dikarenakan masih membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 1,07 persen. Input biaya tenaga kerja juga mengalami pemborosan dengan membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 1,42 persen. Sedangkan pada sisi outputnya berjumlah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal targetnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan upaya peningkatan efisiensi sebesar 36,93 persen (pembiayaan) dan 28,66 persen (pendapatan). Bank syariah inefisien selanjutnya adalah BJB Syariah dengan input biaya tenaga kerja dan output (pembiayaan dan pendapatan) yang mengalami inefisiensi. Target input biaya tenaga kerja adalah sebesar juta, namun yang digunakan adalah juta. Maka perbaikan efisiensi yang mesti dilakukan adalah sebesar 16,51 persen. Di sisi lain, outputnya berjumlah juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka peningkatan efisiensi output yang harus dilakukan adalah sebesar 14,02 persen untuk pembiayaan dan 31,06 persen untuk pendapatan. Bank syariah inefisien terkahir di tahun 2012 adalah BNI Syariah dengan input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan) yang mengalami inefisiensi. Jumlah simpanannya adalah sebesar juta, padahal targetnya hanya juta. Maka 113

132 dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 11,22 persen. Sedangkan jumlah outputnya adalah (pembiayaan) dan 1.573,811 juta (pendapatan), padahal targetnya mencapai juta (pembiayaan) dan juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi masing-masing sebesar 1,24 persen. Di tahun 2012 terdapat empat bank syariah yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen, yaitu BSM, BSMI, BRI Syariah, dan Bank Panin Syariah. Nilai actual, target, dan potential improvement bagi bankbank efisien tersebut ditunjukkan pada Tabel Tabel 4.28 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2012 Nama Bank BSM Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BSMI Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan BRIS Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan

133 Nama Bank BPS Tingkat Actual Target Potential Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement (Persen) (Persen) Aset Biaya Tenaga Kerja Pembiayaan Pendapatan Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) 3. Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Selama Periode Perhitungan dengan metode DEA tidak hanya mengukur efisiensi dari masing-masing sampel bank yang diteliti, tetapi juga memberikan referensi atau acuan bagi bank yang berada dalam kondisi inefisien menjadi efisien (Muharam dan Pusvitasari, 2007). Bank bank yang inefisien diharapkan mengacu kepada bank yang telah efisien dengan menggunakan bobot input-output yang telah ditetapkan. Hasil output dari perhitungan DEA dengan bantuan software MaxDEA telah memberikan referensi atau acuan bagi bank-bank inefisien setiap tahunnya selama periode Tabel 4.29 menunjukkan bank-bank yang belum efisien pada tahun 2008 diharapkan mengacu kepada bank-bank yang telah efisien berdasarkan benchmark dan lambda yang telah ditentukan. Benchmark adalah bank yang dijadikan acuan bagi bank yang inefisien, sedangkan 115

134 lambda adalah bobot input-output yang hendaknya digunakan untuk mencapai tingkat efisiensi 100 persen. Tabel 4.29 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2008 Kode Bank Benchmark (Lambda) BM BDI (0, ); BMI (22, ); BSM (3, ) BRI BDI (0, ); BSM (9, ) BCA BMI (12, ); BSM (4, ) BNI BDI (0, ); BMI (7, ); BSM (4, ) BCN BMI (5, ); BRIS (11, ) BDI - PB - BP BDI (0, ); BMI (3, ); BSM (0, ) BII BDI (0, ); BMI (0, ); BSM (1, ) BTN BMI (3, ); BRIS (13, ) BMI - BSM - BSMI BDI (0, ); BSM (0, ) BRIS - Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) Untuk mencapai tingkat efisiensi 100 persen disarankan bank-bank yan inefisien mengacu kepada benchmark dan lambda yang telah ditetapkan. Bank Mandiri (BM) hendaknya menggunakan 0, input-output Bank Danamon Indonesia (BDI), 22, input-output Bank Muamalat Indonesia (BMI), dan 3, input-output Bank Syariah Mandiri (BSM). Sedangkan Bank Rakyat Indonesia (BRI) hendaknya menggunakan 0, input-output BDI dan 9, input-output BSM. Bank Central Asia (BCA) mengacu kepada BMI dan BSM dengan menggunakan 12, input-output BMI dan 4,

135 input-output BSM. Bank Negara Indonesia (BNI) hendaknya mengacu pada BDI, BMI, dan BSM dan menggunakan input-output yang telah ditetapkan. Bank CIMB Niaga (BCN) mengacu kepada BMI dan Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS). Bank Permata (BP) dan Bank Internasional Indonesia (BII) hendaknya mengacu pada BDI, BMI, dan BSM dan dengan menggunakan input-output yang telah ditetapkan. Bank Tabungan Negara (BTN) mengacu kepada BMI dan BRIS, sedangkan BSMI mengacu kepada BDI dan BSM. Tabel 4.30 menunjukkan bahwa di tahun 2009 terdapat tujuh bank yang menjadi acuan bagi bank-bank yang inefisien, yaitu BCN, BDI, PB, BTN, BSMI, BRIS, dan Bank Bukopin Syariah (BBS). Tabel 4.30 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2009 Kode Bank Benchmark (Lambda) BM BCN (0, ); BDI (0, ); PB (3, ) BRI BCN (1, ); BDI (0, ); BSMI (5, ) BCA BCN (0, ); BDN (1, ); PB (1, ) BNI BCN (1, ); BDI (0, ); PB (0, ) BCN - BDI - PB - BP BCN (0, ); BSMI (1, ); BRI S (0, ) BII BCN (0, ); BDI (0, ); PB (0, ) BTN - BMI BCN (0, ); PB (0, ); BTN (0, ) BSM BCN (0, ); BDI (0, ); PB (0, ) BSMI - BRIS - BBS - Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) 117

136 Bank-bank inefisien di tahun 2009 hendaknya mengacu kepada benchmark dan lambda yang telah ditentukan untuk mencapai tingkat efisiensi 100 persen. Di tahun 2010 terdapat enam bank yang menjadi acuan bagi bank inefisien yaitu BDI, PB, BTN, BMI, BRIS, dan Bank Jabar Banten Syariah (BJBS). Tabel 4.31 menunjukkan bahwa bank-bank yang inefisien agar mengacu kepada benchmark dan lambda yang telah ditentukan Tabel 4.31 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2010 Kode Bank Benchmark (Lambda) BM BTN (3, ); BMI (7, ); BRIS (0, ) BRI BTN (2, ); BMI (3, ); BRIS (20, ) BCA BTN (3, ); BMI (3, ); BRIS (5, ) BNI BTN (1, ); BMI (3, ); BRIS (9, ) BCN BTN (1, ); BMI (0, ); BRIS (2, ) BDI - PB - BP BTN (0, ); BMI (1, ); BRIS (2, ) BII BTN (0, ); BMI (1, ); BRIS (2, ) BTN - BMI - BSM BTN (0, ); BMI (0, ); BRIS (2, ) BSMI BDI (0, ); BRIS (0, ) BRIS - BBS BTN (0, ); BRIS (0, ); BJBS (0, ) BPS BTN (0, ); BJBS (0, ) BVS BDI (0, ); PB (0, ) BCAS BDI (0, ); BTN (0, ) BJBS - BNIS BTN (0, ); BMI (0, ); BRIS (0, ) Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) 118

137 Pada tahun 2011 jumlah bank yang menjadi acuan bertambah menjadi delapan bank yang terdiri dari BCN, BDI, PB, BTN, BSMI, BRIS, Bank Panin Syariah (BPS), dan Bank Victoria Syariah (BVS). Benchmark beserta lambda-nya bagi bank-bank inefisien ditunjukkan pada Tabel Tabel 4.32 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2010 Kode Bank Benchmark (Lambda) BM BCN (2, ); PB (1, ) BRI BCN (2, ); BSMI (3, ); BRIS (7, ) BCA BCN (2, ); BRIS (1, ) BNI BCN (1, ); BRIS (4, ); BPS (13, ) BCN - BDI - PB - BP BCN (0, ); BRIS (0, ); BPS (1, ) BII BCN (0, ); BRIS (1, ); BPS (5, ) BTN - BMI BCN (0, ); BRIS (0, ) BSM BCN (0, ); BRIS (2, ) BSMI - BRIS - BBS BCN (0, ); BRIS (0, ) BPS - BVS - BCAS BDI (0, ); BSMI (0, ); BPS (0, ); BVS (0, ) BJBS BCN (0, ); BSMI (0, ); BRIS (0, ); BPS (0, ) BNIS BCS (0, ); BSMI (0, ); BVS (1, ) Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) Di tahun 2012 jumlah bank yang menjadi acuan tidak mengalami perubahan yaitu enam bank, namun dengan komposisi yang berbeda, 119

138 terdiri dari BRI, BDI, PB, BSM, BSMI, dan BPS. Tabel 4.33 menunjukkan benchmark (lambda) bagi bank-bank inefisien dan bank-bank inefisien diharapkan mengacu pada bank-bank yang telah ditetapkan sebagai referensinya. Tabel 4.33 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2012 Kode Bank Benchmark (Lambda) BM PB (2, ); BSM (4, ) BRI - BCA PB (1, ); BSM (4, ) BNI BDI (0, ); PB (0, ); BSM (3, ); BPS (29, ) BCN BDI (0, ); PB (0, ); BSM (1, ); BPS (16, ) BDI - PB - BP BSM (1, ); BPS (27, ) BII BSM (1, ); BPS (17, ) BTN BDI (0, ); PB (0, ); BSM (0, ); BPS (18, ) BMI BSM (0, ); BPS (7, ) BSM - BSMI - BRIS BSM (0, ); BPS (0, ) BBS BDI (0, ); PB (0, ); BSM (0, ); BPS (0, ) BPS - BVS BDI (0, ) BCAS BDI (0, ); BSM (0, ); BSMI (0, ) BJBS BSM (0, ); BPS (0, ) BNIS BDI (0, ); BSM (0, ); BSMI (0, ) Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2) 120

139 4. Perbandingan Efisiensi Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia Tahun a) Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test) Sebelum menguji perbedaan tingkat efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah, maka dilakukan uji normalitas dahulu sebagai syarat uji beda independent sample t-test. Uji normalitas dalam penelitian ini akan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Tabel 4.34 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Tahun2008 Tahun2009 Tahun2010 Tahun2011 Tahun2012 N Normal Parameters a,b Std. Deviation Mean Absolute Most Extreme Positive Differences Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data diolah (Output SPSS. 20) Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 20 (lihat Tabel 4.34) menunjukkan bahwa nilai K-S untuk variabel I (efisiensi tahun 2008) sebesar 0,711 dengan probabilitas signifikasi 0,694 dan nilainya jauh diatas α = 0,05, hal ini berarti bahwa H 0 diterima atau data berdistribusi normal. Variabel II (efisiensi tahun 2009) 121

140 mempunyai nilai K-S = 1,001 dengan probabilitas signifikasi 0,268 dan nilainya diatas α = 0,05, hal ini berarti bahwa H 0 diterima atau data berdistribusi normal. Variabel III (efisiensi tahun 2010) memiliki nilai K-S = 1,080 dengan probabilitas signifikasi 0,194 dan nilainya diatas α = 0,05, hal ini berarti bahwa H 0 diterima atau data berdistribusi normal. Selanjutnya adalah variabel IV (efisiensi tahun 2011) memiliki nilai K-S = 0,977 dengan probabilitas signifikasi 0,296 dan nilainya jauh diatas α = 0,05, hal ini berarti bahwa H 0 diterima atau data berdistribusi normal. Dan yang terakhir adalah variabel V (efisiensi tahun 2012) yang memiliki nilai K-S = 1,118 dengan probabilitas signifikasi 0,164 dan nilainya berada diatas α = 0,05, hal ini berarti bahwa H 0 diterima atau data berdistribusi normal. Berdasarkan Tabel 4.34, data nilai efisiensi yang dihasilkan dari metode DEA pada masing-masing bank di tahun seluruhnya berdistribusi normal. b) Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test Dari hasil pengujian Levene s test untuk kesamaan ragam, diperoleh nilai sig F sebesar 0,453 (sig > α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa kedua populasi berasal dari ragam yang sama. Karena kedua ragam sama, maka menggunakan uji t pada baris pertama (equal variance assumed) (Nurjannah, 2008: 14). Besar t hitung yang diperoleh adalah -1,548 sedangkan nilai t tabel dengan α = 0,05 dan Df = 87 didapat angka 1,99 maka dapat disimpulkan 122

141 bahwa t hitung < t tabel sehingga H 0 diterima. Berdasarkan nilai probabilitasnya diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,125. Karena probabilitas α > = 0,05 maka H 0 diterima. Dengan melihat perbandingan nilai t dan probabilitas yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan efisiensi antara bank konvensional dengan bank syariah selama periode Tabel 4.35 Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2- tailed) Efisiensi Equal variances assumed Equal variances not assumed Sumber: Data diolah (SPSS 20) 5. Analisis dan Interpretasi Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa jumlah input dan output baik untuk bank konvensional maupun bank syariah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan pencapaian rata-rata efisiensi teknik bank konvensional dan bank syariah mengalami fluktuasi selama periode pengamatan. Di sisi lain, ada beberapa bank konvensional maupun bank syariah yang mengalami inefisiensi. Ketidakefisienan tersebut disebabkan kurang maksimalnya penggunaan input dan outputnya baik oleh bank konvensional maupun bank syariah. Inefisiensi terjadi pada 123

142 variabel input (simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja) dan variabel outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Sutawijaya dan Lestari (2009:53) menyatakan bahwa pengukuran efisiensi teknik cenderung terbatas hanya pada hubungan teknik dan operasional dalam proses konversi input menjadi output. Hal tersebut berarti bahwa untuk meningkatkan efisiensi teknik hanya perlu menggunakan kebijakan mikro yang bersifat intenal, yaitu dengan cara pengendalian dan mengalokasikan sumber daya secara optimal. Pertama, ketidakefisienan penggunaan input simpanan oleh bank konvensional dan bank syariah terlihat dengan jumlah input simpanan yang masih lebih besar dibandingkan targetnya. Hal ini menandakan bahwa perannya sebagai input tidak maksimal untuk menghasilkan output. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengalokasikan input simpanan yang berlebih ke bagian total aset khususnya aset yang bersifat produktif. Cara ini dapat dilakukan dengan peningkatan jumlah pemberian kredit atau pembiayaan seperti kredit produktif dan kredit perdagangan untuk bank konvensional, serta pembiayaan mudharabah, istishna, dan ijarah untuk bank syariah. Salah satu cara lainnya adalah dengan menaikkan biaya administrasi pada dana simpanan seperti tabungan, sehingga pendapatan bank dapat lebih baik lagi. Kenaikan biaya administrasi juga harus diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan bank agar bank tersebut tetap dapat mampu bersaing. 124

143 Kedua, ketidakefisienan input aset terjadi karena penggunaan jumlah aset melebihi target yang dibutuhkan. Aset adalah seluruh kekayaan yang dimiliki oleh bank meliputi kas, giro pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki, pembiayaan atau kredit, dan aktiva tetap yang dimiliki. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menambah porsi pembiayaan yang merupakan bagian dari aset total itu sendiri. Meningkatnya jumlah pembiayaan akan memperlancar proses intermediasi baik bank konvensional maupun bank syariah dan menambah pendapatan operasional terutama yang berasal dari penyaluran dana. Sedangkan aset tetap yang telah dimiliki oleh bank tidak perlu dikurangi, hanya saja harus digunakan secara maksimal agar tidak terjadi inefisiensi. Pembelian aset tetap seyogyanya harus sejalan dengan penggunaannya secara maksimal sehingga berpengaruh positif terhadap pendapatan bank. Ketiga, inefisiensi input biaya tenaga kerja terjadi karena jumlah biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan lebih besar dari yang dibutuhkan. Besarnya biaya tenaga kerja bisa diakibatkan karena banyaknya jumlah tenaga kerja yang digunakan. Bank konvensional dan bank syariah memiliki masalah yang sama, yaitu peningkatan jumlah tenaga kerja tidak diimbangi dengan skill yang memadai sehingga menyebabkan bank mengalami penurunan produktivitas (Sutawijaya dan Lestari, 2009:61). Kondisi tersebut sesuai dengan teori law of diminishing marginal return, dimana penambahan tenaga kerja justru akan 125

144 menyebabkan penurunan marjinal tenaga kerja. Rekomendasi kebijakan yang disarankan adalah dengan adanya aturan internal bank untuk menggunakan sistem kontrak untuk pegawainya (Sutawijaya dan Lestari, 2009:66). Dengan demikian bank dapat mengefisienkan penggunaan tenaga kerjanya karena jika bank merasa karyawan tidak memiliki skill yang cukup maka bank dapat menghentikan atau mem PHK (Putus Hubungan Kerja) karyawan. Cara lainnya yang dapat ditempuh adalah dengan bekerjasama dengan lembaga pendidikan atau Universitasuniversitas dalam hal penyediaan SDM yang berkualitas dan kompeten. Khusus untuk bank syariah, kerjasama dengan Universitas-universitas ini hendaknya dapat dilakukan secara optimal mengingat kebutuhan akan tenaga kerja syariah yang meningkat, namun tidak diimbangi dengan jumlah SDM yang mengerti dengan baik perbankan syariah. Ketidakefisienan output terjadi pada pembiayaan dan pendapatan. pertama, jumlah pembiayaan lebih kecil dari target yang telah ditentukan. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya prinsip kehati-hatian oleh bank sebelum memberikan kredit. Namun hendaknya kehati-hatian yang dilakukan oleh bank tidak menghambat target yang telah ditentukan. Solusi yang dapat ditempuh adalah dengan tetap melaksanakan prinsip kehati-hatian dan tidak menghambat target yang telah ditentukan serta melakukan pengawasan secara ketat setelah memberikan kredit. Cara lainnya adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga kredit untuk kredit produktif. Hal ini dilakukan agar banyak masyarakat baik perorangan atau 126

145 perseroan mengajukan pembiayaan, imbasnya adalah target pembiayaan dapat tecapai serta turut andil dalam pembangunan ekonomi. Kedua, jumlah pendapatan masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Perbaikan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, peningkatan pembiayaan dengan cara inovasi produk dan biaya-biaya pelayanan jasa terkait dengan input simpanan (safe deposit box, biaya administrasi dan lainnya). Langkah tersebut akan meningkatkan pendapatan bunga/bagi hasil dan pendapatan operasional. Kedua, penggunaan atau pengalokasian total aset hendaknya digunakan secara optimal sehingga diharapkan pendapatan operasional bank juga akan meningkat. Ketiga, perbaikan kualitas SDM harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan operasional dan pendapatan operasional lainnya, karena hal ini berhubungan dengan produktivitas kerja dan kreativitas karyawan (inovasi produk) untuk menghasilkan output yang maksimal. Bank konvensional masih terlalu dominan dibandingkan dengan bank syariah, terbukti dengan jumlah simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah. Kinerja bank syariah yang semakin baik akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat, dan nantinya akan diikuti dengan meningkatnya jumlah simpanan dan aset yang dimiliki. Sehingga kedepannya bank syariah diharapkan mampu bersaing dengan bank konvensional yang telah ada terlebih dahulu. 127

146 Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai efisiensi antara bank konvensional dengan bank syariah, maka dilakukan uji beda independent sample t-test. Berdasarkan hasil uji beda tersebut diketahui besar t hitung yang diperoleh adalah -1,548 sedangkan nilai t tabel dengan α = 0,05 dan Df = 87 didapat angka 1,99 maka dapat disimpulkan bahwa t hitung < t tabel sehingga H 0 diterima. Berdasarkan nilai probabilitasnya diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,125. Karena probabilitas α > = 0,05 maka H 0 diterima. Dengan melihat perbandingan nilai t dan probabilitas yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan efisiensi antara bank konvensional dengan bank syariah selama periode Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bader et al. (2008), Shahid et al. (2010), dan Purwanto (2011) bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata efisiensi yang signifikan antara bank konvensional dan bank syariah dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). 128

147 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah: 1. Dari 20 bank yang menjadi sampel penelitian (10 bank konvensional dan 10 bank syariah), hanya terdapat tiga bank yang selalu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen selama periode , terdiri dari dua bank konvensional dan satu bank syariah, yaitu Bank Danamon Indonesia dan Panin Bank untuk bank konvensional, dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah untuk bank syariah. Sedangkan 11 bank lainnya mengalami kondisi efisiensi yang fluktuatif, yaitu Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Central Asia (BCA), Bank Negara Indonesia, Bank Permata, Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Syariah Mega Indonesia. Bank pendatang baru di tahun 2009 yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen adalah Bank Bukopin Syariah. Selanjutnya bank pendatang baru di tahun 2010 adalah Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, BJB Syariah, dan BNI Syariah. Seluruh bank tersebut mengalami tingkat efisiensi yang fluktuatif setiap tahunnya. Rata-rata pencapaian efisiensi baik bank konvensional maupun bank syariah mengalami fluktuasi selama periode dengan rata-rata efisiensi bank 129

148 konvensional sebesar 88,74 persen dan bank syariah sebesar 92,56 persen. 2. Ketidakefisienan 15 bank tersebut terjadi pada semua variabel input (simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja) dan variabel outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Ketidakefisienan input simpanan hampir dialami oleh setiap bank. Sedangkan input aset dan biaya tenaga kerja hanya dialami oleh beberapa bank. Hal ini menandakan penggunaan input yang berlebihan dan tidak sesuai target. Pada sisi output, ketidakefisienan pembiayaan dan pendapatan terjadi pada semua bank yang mengalami inefisiensi setiap tahunnya. Hal tersebut menandakan bahwa output yang dihasilkan masih belum maksimal dan belum mencapai target yang ditentukan. 3. Berdasarkan hasil uji beda dengan menggunakan metode parametrik independent sample t-test dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah selama periode dengan melihat nilai signifikasi 2-sisi (H 1 ditolak). Dengan tidak ditemukannya perbedaan efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah, maka hal ini mengindikasikan bahwa 20 bank yang diteliti telah menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik meskipun kedua kelompok bank belum berada pada tingkat efisiensi 100 persen. 130

149 B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuaraikan diatas, terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan: 1. Bank konvensional dan bank syariah yang belum mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen, dapat melakukan upaya kebijakan internal dengan cara: a. Ketidakefisienan penggunaan input simpanan oleh bank konvensional dan bank syariah terlihat dengan jumlah input simpanan yang masih lebih besar dibandingkan targetnya. Hal ini menandakan bahwa perannya sebagai input tidak maksimal untuk menghasilkan output. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengalokasikan input simpanan yang berlebih ke bagian total aset khususnya aset yang bersifat produktif. Cara ini dapat dilakukan dengan peningkatan jumlah pemberian kredit/pembiayaan seperti kredit produktif dan kredit perdagangan untuk bank konvensional, serta pembiayaan mudharabah, istishna, dan ijarah untuk bank syariah. Salah satu cara lainnya adalah dengan menaikkan biaya administrasi pada dana simpanan seperti tabungan, sehingga pendapatan bank dapat lebih baik lagi. Kenaikan biaya administrasi juga harus diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan bank agar bank tersebut tetap dapat mampu bersaing. b. Ketidakefisienan input aset terjadi karena penggunaan jumlah aset melebihi target yang dibutuhkan. Aset adalah seluruh kekayaan yang 131

150 dimiliki oleh bank meliputi kas, giro pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki, pembiayaan atau kredit, dan aktiva tetap yang dimiliki. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menambah porsi pembiayaan yang merupakan bagian dari aset total itu sendiri. Meningkatnya jumlah pembiayaan akan memperlancar proses intermediasi baik bank konvensional maupun bank syariah dan menambah pendapatan operasional terutama yang berasal dari penyaluran dana. Sedangkan aset tetap yang telah dimiliki oleh bank tidak perlu dikurangi, hanya saja harus digunakan secara maksimal agar tidak terjadi inefisiensi. Pembelian aset tetap seyogyanya harus sejalan dengan penggunaannya secara maksimal sehingga berpengaruh positif terhadap pendapatan bank. c. Kebijakan mengenai inefisiensi input biaya tenaga kerja dapat dilakukan adalah dengan adanya aturan internal bank untuk menggunakan sistem kontrak untuk pegawainya dan yang bekerjasama dengan lembaga pendidikan atau Universitasuniversitas dalam hal penyediaan SDM yang berkualitas. Dengan melakukan cara diatas, diharapkan dapat memperkecil biaya tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas bank karena memiliki SDM yang berkualitas. d. Kebijakan yang berkaitan dengan output pembiayaan adalah dengan cara tetap melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam pembiayaannya 132

151 dengan tidak menghambat target yang telah ditentukan dan melakukan pengawasan secara ketat setelah memberikan kredit. Cara lainnya adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga kredit untuk kredit produktif. Hal ini dilakukan agar banyak masyarakat baik perorangan atau perseroan mengajukan pembiayaan, imbasnya adalah target pembiayaan dapat tecapai serta ikut turut andil dalam pembangunan ekonomi. e. Perbaikan inefisiensi output pendapatan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, peningkatan pembiayaan dengan cara inovasi produk dan biaya-biaya pelayanan jasa terkait dengan input simpanan (safe deposit box, biaya administrasi dan lainnya). Langkah tersebut akan meningkatkan pendapatan bunga/bagi hasil dan pendapatan operasional. Kedua, total aset hendaknya digunakan dan dialokasikan secara optimal sehingga diharapkan berpengaruh positif terhadap pendapatan bank. Ketiga, perbaikan kualitas SDM harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan operasional dan pendapatan operasional lainnya, karena hal ini berhubungan dengan produktivitas kerja dan kreativitas karyawan (inovasi produk) untuk menghasilkan output yang maksimal. f. Bank yang belum mencapai tingkat efisiensi 100 persen hendaknya mengacu kepada bank-bank yang telah efisien dengan menggunakan bobot input-output yang telah ditentukan. 133

152 2. Efisiensi perbankan merupakan indikator penting untuk melihat bagaimana kinerja bank. Semakin efisien suatu bank, maka akan semakin baik bank tersebut dalam mengelola input secara optimal dan menghasilkan output dengan maksimal. Diharapkan pihak-pihak yang terkait dengan bank konvensional dan bank syariah terus meningkatkan efisiensinya agar mampu bersaing dalam dunia perbankan nasional yang berkembang semakin pesat. 3. Dengan tidak ditemukannya perbedaan nilai efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah berdasarkan hasil uji hipotesis diatas, maka baik nasabah maupun calon nasabah dapat menjadikan seluruh bank yang diteliti sebagai referensi sebagai tempat untuk menitipkan dananya. Namun jika ingin terhindar dari riba, maka bank syariah merupakan pilihan yang tepat. 4. Bagi peneliti yang hendak mengadakan penelitian sejenis, hendaknya mencoba menggunakan analisis efisiensi DEA dengan dengan asumsi VRS (Variable Return to Scale) sehingga seluruh unit yang diukur akan menghasilkan perubahan pada berbagai tingkat output, bahwa suatu teknologi dan skala produksi akan mempengaruhi tingkat efisiensi. Selain itu, menggunakan variabel input biaya-biaya lainnya selain biaya tenaga kerja, sehingga dapat diketahui biaya lain selain biaya tenaga kerja yang mempengaruhi efisiensi suatu bank. Disarankan juga menggunakan sampel lebih banyak dan tahun pengamatan lebih panjang, sehingga diharapkan mendapat hasil yang lebih komprehensif. 134

153 DAFTAR PUSTAKA Abidin, Zaenal dan Endri Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah: Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 11 No. 1 Hal Afiatun, Pipit dan Sudarso Kaderi Wiryono Efficiency and Productivity of Indonesian Islamic Banking. Jurnal Manajemen Teknologi. Vol 9 No.3. Hal Afif Amrillah, Muhammad. Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Tahun Tesis S2 Fakultas Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro Arafat, Wilson Manajemen Perbankan di Indonesia (Teori dan Implementasi). Jakarta: Pustaka LP3ES. Ascarya, Diana Yumanita Comparing The Efficiency of Islamic Banks in Malaysia and Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Tim IAEI. Hal Bank Indonesia Statistik Perbankan Indonesia. Diakses tanggal 4 Mei Bank Indonesia Statistik Perbankan Syariah. Diakses tanggal 4 Mei Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia Coelli T.J, A Guide to DEAP Version 2.1: A Data Envelopment Analysis (Computer) Program, No 8/96. Centre For Efficiency and Productivity Analysis Department of Econometric University of New England Armidale, NSW, Australia Endri Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi two-stage data envelopment analysis. STEI Tazkia. Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti Pengantar Manajemen Perkreditan. Bandung: Alfabeta. Hadad, Muliaman D., dkk Pendekatan Parametrik Efisiensi Perbankan Indonesia. Diakses tanggal 7 Mei

154 Hadinata, Ivan dan A. H Manurung Penerapan Data Envelopment Analysis Untuk Mengukur Efisiensi Kinerja Reksa Dana Saham. Huri, M. D. dan Indah Susilowati Pengukuran Efisiensi Relatif Emiten Perbankan Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus: Bank-bank yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002). Jurnal Dinamika Pembangunan, Vol. 1 No 2 Hal Johnes, Jill., dkk Eficiency in Islamic and conventional banks: A comparison based on financial ratios and data envelopment analysis. Journal Department of Economics Lancaster University. Hal Kasmir Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Lie, C. L. and Lih A. T Application of DEA and SFA on the Measurement of Operating Efficiencies for 27 International Container Ports. Paper dalam Proceedings of the Eastern Asia Society for Transporation Studies, Vol. 5, Hal Taiwan. Maflachatun Analisis Efisiensi Teknik Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA). Semarang. Majid, A.M, dkk Efficiency in Islamic and Conventional Banking: an International Comparison. J Prod Anal 34: Mardiah, Siti, Dkk Analisis Kinerja Bank Pemerintah dan Swasta Dengan Metode EVA dan MVA Terhadap Return Saham. Akuntabilitas, Hal Jakarta Mokhtar, Hamim. S A, et al Efficiency of Islamic Banking in Malaysia: A Stochastic Frontier Approach. Journal of Economic Cooperation, Vol. 27, No.2, Hal Malaysia. Mokhtar, Hamim. S A, et al Efficiency and Competition Of Islamic Banking in Malaysia. Humanomics, Vol 24 No 1 hal : Emerald Group Publishing Limited. Muhamad, Shamsher, dkk Efficiency of Conventional versus Islamic Banks: International Evidence using the Stochastic Frontier Approach (SFA). Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, Hal Muhamad, Shamsher, dkk Efficiency of Conventional versus Islamic Banks: International Evidence using the Data Envelopment Analysis 136

155 (DEA). Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, Hal Muharam, H dan Rizki Pusvitasari Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (Periode tahun 2005). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.2 No.3. Mulyadi Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta: Aditya Media. Nisfiannoor, Muhammad Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial. Salemba Humanika: Jakarta Nurjannah Model Pelatihan SPSS. Melbourne Purwanto, Rakhmat dan Endang Tri Widyarti Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode ). Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Hal Putri, Vicky Rahma dan Niki Lukviarman Pengukuran Kinerja Bank Komersial Dengan Pendekatan Efisiensi: Studi Terhadap Perbankan Go- Public di Indonesia. JAAI. Vol 12 No.1. Hal Qureshi, Muhammad Azeem Efficiency of Islamic and Conventional Banks in Pakistan: A Non-parametric Approach. International Journal of Bussiness and Mangement. Vol 7 No.7. Hal Riyadi, Selamet Banking Assets and Liability Management, Edisi 3. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Santoso, Singgih Seri Solusi Bisnis Berbasis TI: Menggunakan SPSS untuk Statistik Parametrik. Elex Media Komputindo: Jakarta. Shafitranata Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA). Shahid, Haseeb, dkk Efficiencies Comparison of Islamic and Conventional Banks of Pakistan. International Research Journal of Finance and Economics. Vol. Issue 49: EuroJournals Publishing, Inc. Sufian, Fadzlan The Efficiency Of Islamic Banking Industry In Malaysia: Foreign vs Domestic Bank. Humanomics, Vol. 23 No. 3 hal : Emerald Group Publishing Limited. 137

156 Sukarno, Kartika Wahyu dan Muhammad Syaichu Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia. Jurnal Studi Manajemen & Organisasi, Vol. 3 No. 2 Hal Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNDIP. Suseno, Priyonggo Analisis Efisiensi dan Skala Ekonomi pada Indsutri Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 2. No. 1. Yogyakarta: Pusat pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Fakultas Ekonomi UII. Susilo, Y. S., Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat. Sutawijaya, A. dan Lestari, E. P Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pasca Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10 No.1. Suyatno, Thomas Kelembagaan Perbankan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yudhistira, D Efficiency In Islamic Banking: An Empirical Analysis of 18 Banks. United Kingdom: Departement of Economic, Loughborough University, Leicestershire. 138

157 139

158 LAMPIRAN 1 INPUT-OUTPUT BANK KONVENSIONAL 1. Tahun 2008 I1 I2 I3 O1 O2 Mandiri BRI BCA BNI CIMB Danamon Panin Permata BII BTN Tahun 2009 I1 I2 I3 O1 O2 Mandiri BRI BCA BNI CIMB Danamon Panin Permata BII BTN Tahun 2010 I1 I2 I3 O1 O2 Mandiri BRI BCA BNI

159 CIMB Danamon Panin Permata BII BTN Tahun 2011 I1 I2 I3 O1 O2 Mandiri BRI BCA BNI CIMB Danamon Panin Permata BII BTN Tahun 2012 I1 I2 I3 O1 O2 Mandiri BRI BCA BNI CIMB Danamon Bank Permata BII BTN

160 LAMPIRAN 2 INPUT-OUTPUT BANK SYARIAH 1. Tahun 2008 I1 I2 I3 O1 O2 BMI BSM BSMI BRIS Tahun 2009 I1 I2 I3 O1 O2 BMI BSM BSMI BRIS BBS Tahun 2010 I1 I2 I3 O1 O2 BMI BSM BSMI BRIS BBS BPS BVS BCAS BJBS BNIS

161 4. Tahun 2011 I1 I2 I3 O1 O2 BMI BSM BSMI BRIS BBS BPS BVS BCAS JBS BNIS Tahun 2012 I1 I2 I3 O1 O2 BMI BSM BSMI BRIS BBS BPS BVS BCAS BJBS BNIS

162 LAMPIRAN 3 OUTPUT MAXDEA 1. Tahun

163 2. Tahun

164 3. Tahun

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Konvensional dan Syariah menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode 2010-2014) Comparison Efficiency Analysis of

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI TINGKAT EFISIENSI ANTARA BANK ASING DAN BANK SWASTA NASIONAL DI INDONESIA. Riska Laila Maulidah Noor Paidi Hidayat ABSTRACT

STUDI KOMPARASI TINGKAT EFISIENSI ANTARA BANK ASING DAN BANK SWASTA NASIONAL DI INDONESIA. Riska Laila Maulidah Noor Paidi Hidayat ABSTRACT STUDI KOMPARASI TINGKAT EFISIENSI ANTARA BANK ASING DAN BANK SWASTA NASIONAL DI INDONESIA Riska Laila Maulidah Noor Paidi Hidayat ABSTRACT The aim of this research is to measure efficiency between foreign

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI ANTARA BPR SYARIAH DENGAN BPR KONVENSIONAL DI INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI ANTARA BPR SYARIAH DENGAN BPR KONVENSIONAL DI INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI ANTARA BPR SYARIAH DENGAN BPR KONVENSIONAL DI INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) OLEH : ARIEF MUNANDAR 110501002 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat pesat setelah adanya liberalisasi keuangan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat pesat setelah adanya liberalisasi keuangan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan khususnya perbankan di Indonesia telah menjadi tulang punggung perekonomian negara sebagai salah satu pelaku utama. Perbankan di Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank dan Jenis Bank Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian bank

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arsitektur Perbankan Indonesia (API). untuk menghadirkan alternatif jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arsitektur Perbankan Indonesia (API). untuk menghadirkan alternatif jasa 9 2.1 Perbankan Syariah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Ruang lingkup pada penelitian ini ialah menganalisis pengaruh efisiensi kinerja

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NONPARAMETRIK DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NONPARAMETRIK DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) NASKAH PUBLIKASI ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NONPARAMETRIK DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: SEPRIYANI TRI PAMUNGKAS NIM. B 11137 FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serangkaian deregulasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) telah membawa

I. PENDAHULUAN. serangkaian deregulasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) telah membawa I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perbankan nasional sebagai salah satu media lalu lintas keuangan global, memegang peranan penting bagi stabilitas sistem keuangan nasional. Melalui serangkaian deregulasi

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS TINGKAT EFISIENSI ANTARA BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM CONVENSIONAL MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) OLEH

SKRIPSI ANALISIS TINGKAT EFISIENSI ANTARA BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM CONVENSIONAL MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) OLEH SKRIPSI ANALISIS TINGKAT EFISIENSI ANTARA BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM CONVENSIONAL MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) OLEH BERKAT SARTIKA SINURAT 110501084 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada waktu itu bank- bank sentral

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada waktu itu bank- bank sentral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agustus 2007 dapat dikatakan sebagai awal resmi dimulainya krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada waktu itu bank- bank sentral harus turun tangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (pakjun 1983) dan paket kebijakan oktober 1988 (pakto 1988). Deregulasi

BAB I PENDAHULUAN (pakjun 1983) dan paket kebijakan oktober 1988 (pakto 1988). Deregulasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perbankan di Indonesia sangat pesat setelah terjadi deregulasi di bidang keuangan, moneter dan perbankan pada paket kebijakan Juni 1983 (pakjun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Jika fungsi

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Jika fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan bank maupun non bank di Indonesia telah menjadi ujung tombak perekonomian negara di mana keduanya mempunyai peranan penting sebagai lembaga intermediasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution) sangat penting dalam suatu sistem perekonomian modern. Lembaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pengujian teori melalui variable-variabel penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pengujian teori melalui variable-variabel penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu metode yang menekankan pada pengujian teori melalui variable-variabel penelitian dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak lepas dari peranan sektor perbankan sebagai lembaga pembiayaan bagi sektor riil. Pembiayaan yang diberikan sektor perbankan kepada sektor riil

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM KONVENSIONAL DAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) ( Periode Tahun )

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM KONVENSIONAL DAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) ( Periode Tahun ) ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM KONVENSIONAL DAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) ( Periode Tahun 2008-2012 ) ARTIKEL PUBLIKASI OLEH : ASMA NURUL AINI B 300 100

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU,

BAB III METODOLOGI. Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU, BAB III METODOLOGI III. 1 Metode Pengukuran Efisiensi Perbankan Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU, hal ini terbukti dari jumlah penelitian yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Efisiensi merupakan indikator penting dalam mengukur kinerja keseluruhan dari aktiva suatu perusahaan. Efisiensi sering diartikan bagaimana suatu perusahaan dapat berproduksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti efisiensi pada bank syariah dan bank konvensional yang ada di Indonesia. Pendekatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank Umum Syariah telah muncul sejak tahun 1992 yang dipelopori oleh Bank

I. PENDAHULUAN. Bank Umum Syariah telah muncul sejak tahun 1992 yang dipelopori oleh Bank I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank Umum Syariah telah muncul sejak tahun 1992 yang dipelopori oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI). Keberadaan BMI muncul pasca pemberlakuan UU No. 7 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) Tahun 2012

Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) Tahun 2012 Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) Tahun 2012 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) yang menyimpan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) yang menyimpan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank sebagai salah satu lembaga keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu Negara, yaitu sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di Indonesia, bank mempunyai pangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di Indonesia, bank mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian suatu bangsa karena bank selaku stabilisator moneter mempunyai kewajiban ikut serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu Negara, yaitu sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank umum syariah dan juga unit-unit usaha syariah. Tumbuhnya perbankan syariah tersebut memberikan

Lebih terperinci

EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Dea Anisa Miranti 1 Kartika Sari 2

EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Dea Anisa Miranti 1 Kartika Sari 2 EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Dea Anisa Miranti 1 Kartika Sari 2 1,2 Universitas Gunadarma, 1 deaanisa.sef@gmail.com 2 kartika@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibutuhkan dalam meneliti dan mengukur kinerja dan manajerial dari sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibutuhkan dalam meneliti dan mengukur kinerja dan manajerial dari sebuah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Pengukuran efisiensi perbankan yang dilandasi konsep yang tepat sangat dibutuhkan dalam meneliti dan mengukur kinerja dan manajerial dari sebuah bank. Penemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank juga sebagai lembaga keuangan memegang peranan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank juga sebagai lembaga keuangan memegang peranan yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan khususnya perbankan telah menjadi peran utama dalam perekonomian negara di Indonesia. Di Indonesia, perbankan mempunyai pangsa pasar sebesar 80 persen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut bab 1 pasal 1 UU No. 10 tahun 1998, tentang perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, bank didefinisikan sebagai berikut: Bank adalah badan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung perekonomian negara dimana sebagai salah satu pelaku. keseluruhan sistem keuangan (Abidin, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung perekonomian negara dimana sebagai salah satu pelaku. keseluruhan sistem keuangan (Abidin, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang terencana dan berkesinambungan dimana tersusun dalam Repelita. Bertolak dari hal tersebut industri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Objek Penelitian Perkembangan Bank Syariah di Indonesia sangat pesat. Ini di buktikan dengan bertambahnya kantor, tenaga kerja

Lebih terperinci

Di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DAN PERBANKAN KONVENSIONAL DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi empirik pada BUK dan BUS yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2015-2016) Di susun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini laju pertumbuhan ekonomi dunia dipengaruhi oleh dua elemen penting yaitu globalisasi dan kemajuan teknologi yang menyebabkan persaingan diantara perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di dua obyek yaitu pada BPRK SAB yang

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di dua obyek yaitu pada BPRK SAB yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di dua obyek yaitu pada BPRK SAB yang berlokasi di Singosari Malang dan BPRS Bhakti Haji yang berlokasi di Bulu Lawang Malang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bank-bank besar di Jepang masih beroperasi di atas skala efisiensi minimum, hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bank-bank besar di Jepang masih beroperasi di atas skala efisiensi minimum, hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan Drake dan Hall (2003) di Jepang dengan menggunakan pendekatan nonparametrik (DEA) menujukkan hasil bahwa merger bank-bank besar di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DAN BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN METODE DATA EVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PERIODE

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DAN BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN METODE DATA EVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PERIODE ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DAN BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN METODE DATA EVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PERIODE 2010-2014 Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2013

Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2013 Pendahuluan Bank sebagai salah satu lembaga keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu Negara, yaitu sebagai lembaga intermediasi antara (surplus unit) dan (deficit unit). Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang signifikan dual system antara sistem konvensional dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang signifikan dual system antara sistem konvensional dan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompetisi dunia bisnis perbankan di Indonesia semakin marak terutama pertumbuhan yang signifikan dual system antara sistem konvensional dan sistem syariah. Prestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran tingkat kesehatan bank dikenal dengan metode CAMEL (Capital

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran tingkat kesehatan bank dikenal dengan metode CAMEL (Capital BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dalam mengukur tingkat kesehatan bank di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Dari mulai Surat Edaran Bank Indonesia No.26/BPPP/1993

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting bagi aktivitas perekonomian. Industri perbankan sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran dan yang tidak kalah pentingnya adalah

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BANK BUMD REGIONAL SUMATERA BERDASARKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) STUDI KASUS: BANK ACEH, BANK NAGARI DAN BANK SUMUT

ANALISIS EFISIENSI BANK BUMD REGIONAL SUMATERA BERDASARKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) STUDI KASUS: BANK ACEH, BANK NAGARI DAN BANK SUMUT ANALISIS EFISIENSI BANK BUMD REGIONAL SUMATERA BERDASARKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) STUDI KASUS: BANK ACEH, BANK NAGARI DAN BANK SUMUT Tri Agustina Paidi Hidayat, SE, M.Si ABSTRACT Purpose of this

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Indonesia(BRI)Syariah, Bank Panin Syariah dan Bank Bukopin Syariah) periode

BAB V PENUTUP. Indonesia(BRI)Syariah, Bank Panin Syariah dan Bank Bukopin Syariah) periode BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai tingkat efisiensi biaya pada Bank Umum Syariah (Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank

Lebih terperinci

Kinerja Beberapa Bank Syariah Berdasar Tingkat Efisiensi Melalui Pengukuran DEA

Kinerja Beberapa Bank Syariah Berdasar Tingkat Efisiensi Melalui Pengukuran DEA Kinerja Beberapa Bank Syariah Berdasar Tingkat Efisiensi Melalui Pengukuran DEA Pinaestri Cahyaningsih Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta cahyaningsih121@gmail.com Didit Purnomo

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN MENGGUNAKAN METODE DEA (STUDI KASUS BANK SUMUT DAN BANK MESTIKA) OLEH: MELKY P.R. SINULINGGA

SKRIPSI ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN MENGGUNAKAN METODE DEA (STUDI KASUS BANK SUMUT DAN BANK MESTIKA) OLEH: MELKY P.R. SINULINGGA SKRIPSI ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN MENGGUNAKAN METODE DEA (STUDI KASUS BANK SUMUT DAN BANK MESTIKA) OLEH: MELKY P.R. SINULINGGA 080501126 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian 2.1.1 Konsep Efisiensi Menurut (Hadad et.al 2003) dalam Ruddy Trisantoso (2010) Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PARAMETRIK METODE DEA DALAM MENGUKUR TINGKAT EFISIENSI BIAYA PADA PERBANKAN SYARIAH DI KOTA SEMARANG

PENGEMBANGAN MODEL PARAMETRIK METODE DEA DALAM MENGUKUR TINGKAT EFISIENSI BIAYA PADA PERBANKAN SYARIAH DI KOTA SEMARANG PENGEMBANGAN MODEL PARAMETRIK METODE DEA DALAM MENGUKUR TINGKAT EFISIENSI BIAYA PADA PERBANKAN SYARIAH DI KOTA SEMARANG Willyanto Kartiko Kusumo, Abdul Karim Economics Faculty, Semarang University Abstract

Lebih terperinci

PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1. Oleh : AHMAD ZAINUDDIN

PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1. Oleh : AHMAD ZAINUDDIN PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1 Oleh : AHMAD ZAINUDDIN DAFTAR ISI 2 APA ITU FRONTIER DAN DEA? KONSEP EFISIENSI KONSEP PENGUKURAN EFISIENSI PENDEKATAN PENGUKURAN EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR YANG

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini, globalisasi ekonomi merupakan hal yang harus dihadapi oleh suatu negara apabila negara tersebut ingin memiliki keunggulan bersaing. Globalisasi ekonomi sudah dimulai

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi pada 6 Bank Umum Syariah terdaftar di BI tahun 2010)

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi pada 6 Bank Umum Syariah terdaftar di BI tahun 2010) ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi pada 6 Bank Umum Syariah terdaftar di BI tahun 2010) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan. Perkembangan perbankan syariah di indonesia

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat, bukan sekedar sebagai sumber dana bagi pihak yang kekurangan dana (defisit unit) dan sebagai tempat penyimpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank yang merupakan lokomotif pembangunan ekonomi mempunyai peran sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Tidak mengherankan jika pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triandaru dan Totok Budi Santoso, 2009). Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia (LPPSI) Bank Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Triandaru dan Totok Budi Santoso, 2009). Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia (LPPSI) Bank Indonesia tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dari pihak yang surplus dan menyalurkan dana kepada pihak yang defisit. Bank yang menjalankan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting bagi aktivitas perekonomian. Bank adalah lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup teori produksi, konsep efisiensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan pihak lain (nasabah) berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NONPARAMETRIK DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NONPARAMETRIK DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NONPARAMETRIK DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lahirnya UU No 7 Tahun1992 tentang perbankan nasional Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan lahirnya UU No 7 Tahun1992 tentang perbankan nasional Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagasan tenang perbankan syariah di Indonesia secara formal sebenarnya telah di wacanakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang membahas tentang perbankan pada tahun

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI ASURANSI SYARIAH DENGAN ASURANSI KONVENSIONAL DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS OLEH

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI ASURANSI SYARIAH DENGAN ASURANSI KONVENSIONAL DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS OLEH SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI ASURANSI SYARIAH DENGAN ASURANSI KONVENSIONAL DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS OLEH ENDANG SAFRINA 140521144 PROGRAM STUDI MANAJEMEN EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Meskipun demikian, konsep mengenai efisiensi dapat didefinisikan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Meskipun demikian, konsep mengenai efisiensi dapat didefinisikan dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Efisiensi 2.1.1 Konsep Umum Konsep efisiensi merupakan konsep yang mendasar dan lahir dari konsep ekonomi. Meskipun demikian, konsep mengenai efisiensi dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor perbankan telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Dahulu sektor perbankan hanya sebagai fasilitator kegiatan pemerintah dan beberapa perusahaan besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan suatu lembaga yang aktivitasnya menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat teknologi yang umum digunakan (Ascarya, dkk 2009: 11). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tingkat teknologi yang umum digunakan (Ascarya, dkk 2009: 11). Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Efisiensi merupakan jumlah perbandingan antara suatu yang digunakan atau input untuk menghasilkan suatu output tretentu. Perusahaan atau organisasi dikatakan efisien

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data tahunan dari tahun 2006 sampai 2011. Sumber data berasal dari Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Oleh karena itu bank dapat. berupa Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, maupun Badan

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Oleh karena itu bank dapat. berupa Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, maupun Badan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan mempunyai fungsi penting bagi perekonomian suatu negara. Bank mempunyai peranan besar dalam mengendalikan kemajuan ekonomi suatu negara. Kemajuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Tabel 2. 1 penelitian terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Tabel 2. 1 penelitian terdahulu 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Tabel 2. 1 penelitian terdahulu Nama Peneliti/Tahun Penelitian Nurlaili Adilho dan Eni Setyowati, 2014 Suliyanto dan Dian Purnomo Jati,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan merupakan sektor yang cukup dinamis dan meluas cakupanya,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan merupakan sektor yang cukup dinamis dan meluas cakupanya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan sektor yang cukup dinamis dan meluas cakupanya, hal ini dapat terlihat dengan semakin berkembangnya industri perbankan terutama pada jasa ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan dan perkembangan ekonomi global sangat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Salah satunya perubahan perubahan pada nilai suatu mata uang Rupiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama. lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama. lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan perusahaan jasa yang menyediakan jasa bagi seluruh lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama sebagai lembaga intermediasi, yaitu menghimpun

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. intermediasi. Aset, deposito dan beban personalia sebagai faktor input serta Kredit

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. intermediasi. Aset, deposito dan beban personalia sebagai faktor input serta Kredit BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 1.1 Objek Penelitian Penelitian ini menganalisis efisiensi teknik bank persero dengan pendekatan intermediasi. Aset, deposito dan beban personalia sebagai faktor input

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan Indonesia Bank adalah lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang menyediakan berbagai jasa keuangan. Kegiatan utama dari bank adalah menghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan pada semester kedua tahun 2008 yang bermula dari

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan pada semester kedua tahun 2008 yang bermula dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis keuangan pada semester kedua tahun 2008 yang bermula dari Amerika Serikat kemudian merambat ke negara-negara lainnya termasuk Indonesia dan kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Industri perbankan telah berperan penting dalam membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebagaimana tercantum dalam undang undang nomor 7 tahun 1992

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFISIENSI BANK SKALA BESAR DAN KECIL

PERBANDINGAN EFISIENSI BANK SKALA BESAR DAN KECIL PERBANDINGAN EFISIENSI BANK SKALA BESAR DAN KECIL Muhammad Faisal Abdullah, Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto 1 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang Alamat Korespondensi : Jl. Raya

Lebih terperinci

Abstract. Rakhmat Purwanto Dra. Hj. Endang Tri Widyarti, MM

Abstract. Rakhmat Purwanto Dra. Hj. Endang Tri Widyarti, MM Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode 2006-2010) Rakhmat Purwanto Dra. Hj. Endang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kondisi Perbankan Indonesia 2.1.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sepanjang semester II 2007 dana pihak ketiga (DPK) sebagai sumber dana utama perbankan terus meningkat. Pada

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh : SEPTI WINDIASIH ADITYA SAPUTRI 0602030016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Oleh : Rani Rahman 1), Irman Firmansyah 1) E-mail: Irmanfirmansyah@unsil.ac.id 1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRACT The

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN RUMUSAN HIPOTESIS 25 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian dan Fungsi Bank Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS BANK MUAMALAT INDONESIA DAN BANK CENTRAL ASIA (BCA) TAHUN

ANALISIS PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS BANK MUAMALAT INDONESIA DAN BANK CENTRAL ASIA (BCA) TAHUN ANALISIS PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS BANK MUAMALAT INDONESIA DAN BANK CENTRAL ASIA (BCA) TAHUN 2007-2011 Ravika Fauziah Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) (2009:31.2) bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

Peningkatan Efisiensi dan Daya Saing Perbankan Syari ah

Peningkatan Efisiensi dan Daya Saing Perbankan Syari ah Peningkatan Efisiensi dan Daya Saing Perbankan Syari ah Inni Basyarah Dosen Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Universitas Iskandar Muda Banda Aceh innibasyarah@yahoo.co.id Abstract The concept of efficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak mengalami perubahan, khususnya setelah terjadi krisis

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak mengalami perubahan, khususnya setelah terjadi krisis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia perbankan saat ini banyak mengalami perubahan, khususnya setelah terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997. Menurut beberapa pengamat dan analis, krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tahun 2009 merupakan tahun terjadinya krisis global mulai berdampak pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara maju pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stabilitas sistem keuangan memegang peran penting dalam perekonomian. Sebagai bagian dari sistem perekonomian, sistem keuangan berfungsi mengalokasikan dana dari pihak

Lebih terperinci

O l e h : RAHMA UKHTY

O l e h : RAHMA UKHTY S K R I P S I ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA ANTARA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMELS (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BANK INDONESIA) O l e h

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 80 % dari keseluruhan system keuangan (Abidin, 2007).Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 80 % dari keseluruhan system keuangan (Abidin, 2007).Perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Syakir (2004), lembaga keuangan khususnya perbankan di Indonesia telah menjadi tulang punggung perekonomian negara dimana sebagai salah satu pelaku utama.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta

I. PENDAHULUAN. Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta infrastruktur sistem keuangan. Bank merupakan suatu bagian dari sistem keuangan tersebut. Jika dibandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perkembangan bisnis menuntut perbankan untuk senantiasa selalu memperbaiki kinerjanya. Hal ini dikarenakan perbankan mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sejarah Perbankan Indonesia Periode Agustus 2012.

I. PENDAHULUAN. 1  Sejarah Perbankan Indonesia Periode Agustus 2012. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan bank swasta nasional yang sangat cepat dimulai pada tahun 1980an. Jumlah bank pada tahun 1988 adalah sebanyak 106 bank, kemudian meningkat menjadi 239 bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah Satu faktor penting dalam pembangunan suatu negara adalah adanya dukungan sistem keuangan yang sehat dan stabil, demikian pula dengan negara Indonesia ini. Sistem

Lebih terperinci