Pengaruh Limbah Lumpur Minyak Mentah Terhadap Pertumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes (Mart.) Solms.)
|
|
- Yandi Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Terhadap Pertumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes (Mart.) Solms.) Retno Nur Aeni 1, Prabang Setyono 2, Listiatie Budi Utami 2 1 Fakultas MIPA Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, 2 Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) terhadap variasi konsentrasi limbah lumpur minyak mentah dan untuk mengetahui konsentrasi limbah lumpur minyak mentah yang paling berpengaruh pada pertumbuhan eceng gondok. Penelitian ini menggunakan eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) yang ditanam dalam aquadest dengan campuran limbah lumpur minyak mentah dengan variasi konsentrasi 0 ppm (kontrol), 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm dan 100 ppm. Tata letak Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktorial yaitu konsentrasi limbahlumpur minyak mentah dengan 3 kali ulangan. Pengukuran kondisi lingkungan abiotik yaitu suhu, kelembaban dan ph dilakukan pada minggu ke-3 dan ke-4. Parameter yang diamati adalah panjang akar, tinggi tanaman, berat basah, berat kering dan kandungan kloroil pada daun. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan diambil rerata dan dibuat graik serta dianalisis dengan Analisis Varian (ANAVA) dilanjutkan dengan uji DMRT 5 %. Disimpulkan bahwa limbah lumpur minyak mentah pada konsentrasi 100 ppm paling berpengaruh atau menghambat pertumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.). Kata kunci : eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.), limbah lumpur minyak mentah, pertumbuhan. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung, memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Kecepatan pertumbuhan eceng gondok sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti unsur hara, cahaya,kedalaman air, salinitas dan ph. Proses regenerasi vegetatif yang cepat dan toleransinya terhadap lingkungan yang cukup besar, menyebabkan tumbuhan eceng gondok dapat mendatangkan masalah antara lain dapat meningkatkan evapotranspirasi, menghambat transportasi 88 di perairan dan merupakan sarang vektor penyakit. Namun disamping mempunyai kerugian, semua bagian dari eceng gondok juga punya banyak manfaat. Pertama, hasil laboratoriumnya menunjukkan eceng gondok mampu mengikat unsur logam dalam air. Makanya tanaman ini hanya cocok hidup di air yang kotor dibandingkan air bersih. Daunnya dapat digunakan untuk makanan ternak, seratnya bisa dipakai bahan kerajinan tangan dan sudah banyak diekspor ke luar negeri, batangnya bisa dipakai penyangga rangkaian bunga dan manfaat lainnya. Limbah lumpur minyak mentah merupakan suatu produk sampingan yang dihasilkan dari kegiatan eksploitasi minyak bumi. Limbah lumpur
2 minyak mentah ini mengandung berbagai logam berat yang berbahaya, diantaranya adalah cadmium (Cd), krom (Cr), timbal (Pb), merkuri (Hg) dan seng (Zn). Logam berat dapat mengakibatkan keracunan isiologis karena terikatnya unsur-unsur tersebut pada enzim-enzim sel, sehingga menyebabkan antara lain terhambatnya kerja enzim-enzim pengatur respirasi, fotosintesis dan pertumbuhan (Laws, 1981). Beberapa penelitian mengenai pengaruh struktur morfologi, anatomi dan kandungan kloroil suatu tanaman yang telah diberi limbah diantaranya adalah oleh Utami (2009), menyatakan bahwa penambahan konsentrasi lumpur Lapindo dalam media tanam memberikan pengaruh pada struktur morfologi dan anatomi akar kacang hijau (Vigna radiata). Nirwana (2009), menyatakan bahwa penambahan konsentrasi kadmium terhadap tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolor, L) memberikan pengaruh signiikan terhadap kandungan kloroil dalam daun, sedangkan pada struktur anatomi akar tidak menunjukkan pengaruh yang signiikan baik pada tebal epidermis, korteks, maupun endodermis. Tapilouw (2006), menyimpulkan bahwa pengaruh penambahan konsentrasi timbal (Pb) terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bayam (Amaranthus tricolor, L) cenderung berpengaruh pada parameter pertumbuhan seperti tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar dan kandungan kloroil, akan tetapi tidak berpengaruh pada diameter akar, diameter trakea dan jumlah trakea. Dari penelitian yang telah dilakukan pada beberapa tanaman yang diberi limbah menunjukkan adanya pengaruh pada pertumbuhannya. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian terhadap pengaruh limbah lumpur minyak mentah terhadap pertumbuhan eceng gondok. B. Batasan Masalah Agar ruang lingkup tidak meluas, maka penelitian ini dibatasi pada pengamatan pertumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) yang ditumbuhkan pada media limbah lumpur minyak mentah yang telah diencerkan. Pada media tersebut dilakukan pengenceran menjadi 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm dan 100 ppm dan dilakukan selama 30 hari. C. Rumusan Masalah 1. Apakah variasi konsentrasi limbah lumpur minyak mentah berpengaruh dalam pertumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms)? 2. Pada konsentrasi berapakah limbah lumpur minyak mentah yang paling berpengaruh dalam pertumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms)? METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Agustus - September Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di Jalan Sidomakmur 622 B-9 Celeban, Yogyakarta dan Laboratorium Biologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. B. Alat dan Bahan 1. Alat-alat yang digunakan adalah kertas label, botol aqua, jerigen berukuran 2 liter untuk pengambilan sampel limbah lumpur minyak mentah, ember, gelas ukur, oven, timbangan analitik, mortar porselin, spektrofotometer, kertas saring, kuvet, erlenmeyer, termometer, hygrometer, ph universal, mikroskop, plastik, tissue dan alat tulis. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah lumpur minyak mentah, eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms), aquadest dan aseton. C. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variasi konsentrasi limbah minyak mentah yang digunakan adalah 0 ppm 89
3 (kontrol), 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm dan 100 ppm. 2. Variabel Terikat Pengamatan terhadap panjang akar, tinggi tanaman, berat basah, berat kering dan kandungan kloroil pada daun. D. Cara Kerja 1. Aklimatisasi Tujuan aklimatisasi adalah untuk penyesuaian eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms), kemudian ditanam dalam bak berisi air bersih. Langkah kerja aklimatisasi ini adalah sebagai berikut : a. Ember diisi dengan air bersih, kemudian eceng gondok dimasukkan di dalamnya dan didiamkan selama 5 hari. b. Setelah didiamkan selama 5 hari, maka eceng gondok dapat digunakan untuk pengujian. 2. Penyediaan tanaman eceng gondok Tanaman eceng gondok yang digunakan adalah dengan berat 120 gr, mempunyai jumlah daun 4 helai dan tinggi tanaman yang relatif sama. 3. Pembuatan larutan limbah minyak mentah a) 2000 ml aquadest (kontrol) = 0 ppm b) 50 ml limbah lumpur minyak mentah ditambahkan 1950 ml aquadest = 25 ppm c) 100 ml limbah lumpur minyak mentah ditambahkan 1900 ml aquadest = 50 ppm d) 150 ml limbah lumpur minyak mentah ditambahkan 1850 ml aquadest = 75 ppm e) 2000 ml limbah lumpur minyak mentah = 100 ppm 4. Perlakuan Eceng gondok ditumbuhkan dalam limbah minyak mentah dengan variasi konsentrasi yaitu 0 ppm (kontrol), 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm dan 100 ppm selama 30 hari. 5. Pengamatan a. Panjang akar (cm) Panjang akar dilakukan dengan cara mengukur pada bagian akar yang paling panjang. b. Tinggi tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun yang paling tinggi. c. Berat basah (gram) Pengamatan berat basah tanaman adalah dengan menimbang seluruh bagian tanaman pada akhir penelitian, pada saat tanaman masih segar dan sudah tidak ada air pada akarnya. d. Berat kering (gram) Pengamatan berat kering tanaman dengan mengeringkan di dalam oven pada suhu 80 ºC selama 48 jam, hingga didapatkan berat yang konstan, kemudian tanaman yang kering ditimbang. Dilakukan pada akhir penelitian. e. Kandungan kloroil pada daun a. Daun eceng gondok ditimbang sebanyak 1 gram b. Daun eceng gondok yang telah ditimbang digerus dengan menggunakan mortar porselin dan dilarutkan dalam aseton hingga 10 ml. c. Ekstrak larutan disaring menggunakan kertas saring Whatman no. 1 dan larutannya ditampung dalam Erlenmeyer. d. Dimasukkan 5 ml larutan dalam kuvet dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 660 nm dan 643 nm. e. Kadar kloroil dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Kloroil a = 9,93 A 660,0-0,777 A 643 Kloroil b = 17,6 A 660,0-2,81 A 643 Total kloroil = 7,12 A 660,0 + 16,8 A 643 f. Kondisi abiotik terukur Dilakukan pengukuran terhadap derajat keasaman (ph), suhu lingkungan dan kelembapan lingkungan tempat penanaman. Dilakukan pada minggu ke-3 dan ke-4. E. Rancangan Percobaan Pada penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor 90
4 yaitu konsentrasi limbah lumpur minyak mentah yang diberi notasi (P) terdiri dari 5 taraf yaitu P0: kontrol (tanpa limbah lumpur minyak mentah), P1: 25 ppm, P2: 50 ppm, P3: 75 ppm dan P4: 100 ppm. Pada setiap taraf perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. F. Analisis Data Data yang diperoleh dari masingmasing parameter dianalisis menggunakan uji secara statistik dengan menggunakan uji Analisis Varians (ANAVA) untuk mengatahui perbedaan antara perlakuan dan jika terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5 %. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pengaruh limbah lumpur minyak mentah terhadap pertumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) yang telah diamati dengan pengukuran kondisi lingkungan abiotik meliputi suhu lingkungan, kelembapan lingkungan dan ph air. Parameter pertumbuhan yang diukur meliputi panjang akar, tinggi tanaman, berat basah, berat kering dan kandungan kloroil pada daun. A. Hasil Pengukuran Kondisi Abiotik 1. Suhu Lingkungan Tempat Penanaman Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) Suhu lingkungan tempat penanaman eceng gondok diukur pada minggu ketiga dan keempat. Pengukuran dilakukan pada siang hari sekitar pukul Adapun besarnya rerata suhu lingkungan tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 1. Rerata suhu lingkungan tempat penanaman Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) Rerata suhu lingkungan (0C) 32 Menurut Southwich (1976) dalam Kusumastuti (1995), suhu optimum yang sesuai untuk pertumbuhan eceng gondok adalah berkisar antara C. Sedangkan berdasarkan pengukuran di lapangan, rerata suhu lingkungan yang terukur adalah 32 0C. Tumbuhan eceng gondok hanya memerlukan sedikit air, dimana sebagian besar air yang diserap tersebut akan meninggalkan tanaman melalui daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan transpirasi. Sebagian menguap melalui batang tetapi kehilangan air umumnya berlangsung oleh karena adanya angin. Laju hilangnya air dari tumbuhan dipengaruhi kuantitas sinar matahari dan musim. Laju transpirasi ditentukan oleh struktur eceng gondok dan faktor lingkungan. 2. Kelembapan Lingkungan Tempat Penanaman Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) Pengukuran kelembapan lingkungan tempat penanaman eceng gondok dilakukan pada minggu ketiga dan minggu keempat. Pengukuran kelembapan ini dilakukan pada siang hari yaitu pukul Adapun besarnya rerata kelembapan lingkungan adalah sebagai berikut : Tabel 2. Rerata kelembapan lingkungan tempat penanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) Rerata kelembaban lingkungan (%) 64,75 Kelembapan udara mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap berbagai tumbuhan. Kondisi lembap menyebabkan banyak air yang diserap tumbuhan dan lebih sedikit yang diuapkan. Kondisi tersebut mendukung aktivitas pemanjangan sel-sel sehingga sel lebih cepat mencapai ukuran maksimal dan tumbuhan bertambah besar. 3. Derajat Keasaman (ph) Media Tanam Media tanam yang digunakan pada 91
5 penelitian ini terdiri dari campuran aquadest dengan limbah lumpur minyak mentah. Adapun rerata ph media tanam disajikan dalam tabel 3 berikut : Rossiana (2003), perkembangan akar tanaman kurang baik pada tanah-tanah asam. B. Parameter Pertumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Sol- Tabel 3. Rerata ph media tanam eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) P0: Kontrol (tanpa limbah lumpur minyak mentah) P1: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 25 ppm P2: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 50 ppm P3: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 75 ppm P4: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 100 ppm Keadaan ph media tanam yang stabil akan memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan eceng gondok. Menurut Southwich, (1975) dalam Kusumastuti (1995), derajat keasaman (ph) optimum untuk pertumbuhan eceng gondok adalah berkisar 7,0 7,5 dan jika ph lebih atau kurang maka pertumbuhan eceng gondok akan terlambat. Hasil rerata pengukuran menunjukkan ph media tanam eceng gondok sebesar 8,12. Derajat keasaman (ph) media tanam merupakan faktor kimia yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tanaman, hal ini karena mempengaruhi pertumbuhan akar. Tanaman tidak dapat tumbuh pada ph yang sangat rendah (di bawah 4,0) dan sangat tinggi (di atas 9,0) karena ph tersebut merupakan kondisi yang sangat beracun bagi pertumbuhan akar tanaman (Salisbury dan Ross, 1995). Keadaan tanah dengan ph asam menyebabkan logam-logam berat yang terkandung dalam medium tersebut menjadi larut dan aktif diserap oleh tanaman. Menurut Gani dan Endriani (1996) dalam ms.) Pertumbuhan eceng gondok dilakukan selama 4 minggu dengan parameter pertumbuhan yang diukur meliputi panjang akar, tinggi tanaman, berat basah, berat kering dan kandungan kloroil pada daun. 1. Panjang Akar Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) Pengukuran panjang akar eceng gondok dilakukan pada bagian akar yang paling panjang. Hasil pengukuran terhadap panjang akar eceng gondok dari beberapa perlakuan menunjukkan adanya perbedaan. Rerata panjang akar eceng gondok yang diukur pada akhir penelitian yaitu pada minggu ke-4 dapat dilihat pada Tabel 4 berikut : Tabel 4. Rerata panjang akar eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) 92
6 Dari hasil pengukuran rerata panjang akar eceng gondok pada Tabel 4 dapat dibuat graik rerata panjang akar eceng gondok seperti ditunjukkan pada Gambar 2 berikut : Gambar 2. Graik rerata panjang akar eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) P0: Kontrol (tanpa limbah lumpur minyak mentah) P1: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 25 ppm P2: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 50 ppm P3: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 75 ppm P4: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 100 ppm Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 2 dapat dilihat bahwa adanya penurunan rata-rata panjang akar eceng gondok seiring meningkatnya konsentrasi limbah lumpur minyak mentah. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan variasi konsentrasi limbah lumpur minyak mentah berpengaruh pada panjang akar eceng gondok. Untuk mengetahui adanya beda nyata antar perlakuan maka dilakukan uji analisis varians (ANAVA). Setelah diuji anava antara perlakuan rata-rata panjang akar eceng gondok diketahui bahwa Fhitung adalah sebesar 3,671 > Ftabel yaitu 3,48 maka H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa rata-rata panjang akar eceng gondok berdasarkan faktor konsentrasi limbah lumpur minyak mentah ada beda secara signiikan. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi limbah lumpur minyak mentah mempengaruhi rata-rata panjang akar eceng gondok. Setelah diuji anava antara perlakuan rata-rata panjang akar eceng gondok diketahui ada beda nyata secara signiikan, maka dilanjutkan dengan uji DMRT 5 %. Adapun ringkasan anava dan DMRT 5 % untuk berat basah eceng gondok dapat dilihat pada Tabel 9 dan selengkapnya pada Lampiran IV. Dari hasil uji DMRT pada taraf 5 % pengaruh limbah lumpur minyak mentah terhadap panjang akar eceng gondok pada P0 (0 ppm) tidak berbeda nyata dengan 25 ppm dan 50 ppm, sedangkan P0 (0 ppm) berbeda nyata dengan 75 ppm dan 100 ppm. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa pada limbah lumpur minyak mentah pada konsentrasi 100 ppm yang lebih berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan panjang akar eceng gondok. Akar-akar eceng gondok merupakan media untuk proses penyerapan dan penyaringan, sehingga eceng gondok yang ditanami dalam air limbah panjangnya tidak akan melebihi 20 cm (Orth, 1986). Limbah lumpur minyak bumi ini mengandung n-alkana, parain, hidrokarbon polinuklear aromatik, aromatik dan beberapa jenis logam berat seperti arsen (As), cadmium (Cd), krom (Cr), raksa (Hg), nikel (Ni), timbal (Pb), tembaga (Cu) dan seng (Zn) (Rossiana, 2002). Adanya logam berat tersebut, menurut Barber dalam Connell dan Miller (1995), dapat menyebabkan terbatasnya jumlah fosfor, kalium dan besi yang ada di dalam jaringan akar, yang akibatnya akan memperlambat pertumbuhan akar dan perkembangan jaringan meristem. Penyerapan logam berat secara terus menerus mengakibatkan terakumulasinya logam ini pada tanaman. Akumulasi logam berat sebagian besar terjadi dalam akar dan 93
7 disimpan dalam vakuola dan sebagian kecil disimpan dalam batang dan daun. Logam berat yang masuk ke akar ditranspor melalui membran plasma kemudian berikatan dengan asam organik dan diakumulasi dalam vakuola. Apabila vakuola telah jenuh terhadap logam berat maka akumulasi akan disimpan di dalam tangkai daun (Dwidjoseputo, 1992). Unsur-unsur hara yang diserap eceng gondok berada dalam bentuk kation dan anion. Penyerapan air serta mineral melalui ujung akar dan lapisan meristem berlangsung dalam jumlah yang kecil. Penyerapan terbesar terjadi pada bulu-bulu akar yang jumlahnya sangat banyak, pada setiap tumbuhan biasanya terdapat bulu akar permm2 dengan panjang rata-rata 0,1 10 mm. Permukaan akar yang luas dan langsung mengalami kontak dengan air, memudahkan proses penyerapan dalam jumlah banyak. Proses penyerapan disebabkan perbedaan konsentrasi antara lingkungan perairan yang memiliki konsentrasi tinggi dengan tanaman yang memiliki konsentrasi lebih rendah. Pertukaran ion terjadi karena penyerapan air oleh bulu-bulu akar, sehingga ion-ion yang terlarut terbawa masuk ke dalam sel-sel akar. Akar yang masih muda memiliki potensi menyerap ion-ion dalam jumlah besar (Dwidjoseputo, 1992). 2. Tinggi Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms. Pengukuran tinggi tanaman eceng gondok merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang diukur dalam penelitian. Adapun rerata tinggi tanaman eceng gondok yang telah diukur seperti tabel 5. Hasil pengukuran rerata tinggi tanaman eceng gondok pada Tabel 5 dapat dibuat graik rerata tinggi tanaman eceng gondok seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 3 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman eceng gondok pada P0 (kontrol) adalah yang tert- Tabel 5. Rerata tinggi tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) P0 : Kontrol (tanpa limbah lumpur minyak mentah) P1: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 25 ppm P2: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 50 ppm P3: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 75 ppm P4: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 100 ppm Gambar 3. Graik rerata tinggi tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) G P0: Kontrol (tanpa limbah lumpur minyak mentah) P1: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 25 ppm P2: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 50 ppm P3: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 75 ppm P4: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 100 ppm 94
8 inggi, sedangkan P4 (100 ppm) yang terendah. Penurunan tinggi tanaman eceng gondok ini sejalan dengan peningkatan konsentrasi limbah lumpur minyak mentah. Ini menunjukkan bahwa perlakuan variasi konsentrasi limbah lumpur minyak mentah berpengaruh terhadap tinggi tanaman eceng gondok. Untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan, maka dilakukan uji analisis varians (ANAVA). Setelah diuji anava antara perlakuan rata-rata tinggi tanaman eceng gondok diketahui bahwa Fhitung adalah sebesar 2,247 < Ftabel yaitu 3,48 maka H0 diterima, dapat disimpulkan bahwa ratarata tinggi tanaman eceng gondok tidak ada beda nyata secara signiikan terhadap variasi konsentrasi limbah lumpur minyak mentah. Adapun hasil uji anava dapat dilihat pada Lampiran IV. Oleh karena tidak adanya beda nyata secara signiikan, maka tidak dilanjutkan dengan uji DMRT 5 %. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, bahwa pada konsentrasi 100 ppm limbah lumpur minyak mentah lebih dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman eceng gondok dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Hal ini disebabkan karena minyak mentah yang terlalu pekat akan lebih sulit masuk ke dalam jaringan akar sehingga jaringan akar dapat mengalami plasmolisis. Kerusakan jaringan akar tersebut akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan eceng gondok. Sedangkan konsentrasi paling baik adalah pada kontrol (0 ppm) karena aquadest masuk dengan lancar ke dalam jaringan akar dan dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan eceng gondok. Ditunjang oleh pernyataan Fitter dan Hay (1991), yang menyatakan bahwa ion-ion logam seperti Cu2+, Zn2+ dan Ni2+ dapat mengganggu kerja enzim, sehingga mengganggu proses metabolisme pada tanaman, dan berpengaruh terhadap pembentukan sel-sel dan jaringan tanaman, khususnya pada jaringan meristem. Akibat adanya gangguan kerja pada jaringan meristem, maka akan menghambat pembentukan dan perpanjangan organ tanaman, khususnya batang. Logam berat umumnya memiliki daya racun yang mematikan terhadap organisme pada kondisi yang berbeda. Keadaan ini akan terjadi bila konsentrasi kelarutan dari logam berat telah melebihi ambang batas. Keberadaan zat toksik dalam tanaman dapat mempengaruhi kerja dari enzimenzim isiologis. Sifat toksik dari logam berat disebabkan kemampuan logam berat untuk berikatan dengan enzim, sehingga dapat menggantikan gugus logam yang berfungsi sebagai kofaktor enzim. Terbentuknya ikatan antara enzim dengan logam berat menyebabkan enzim tidak berfungsi, akibatnya suatu reaksi gagal terjadi (Palar, 1994). 3. Berat Basah Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) Hasil pengukuran rerata berat basah eceng gondok dengan perbedaan konsentrasi limbah lumpur minyak mentah dapat dilihat pada Tabel 6 berikut : Tabel 6. Rerata berat basah eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) P0: Kontrol (tanpa limbah lumpur minyak mentah) P1: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 25 ppm P2: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 50 ppm P3: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 75 ppm 95
9 P4: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 100 ppm Hasil pengukuran rerata berat basah eceng gondok pada Tabel 6 dapat dibuat graik rerata berat basah eceng gondok seperti ditunjukkan pada Gambar 4 berikut : Gambar 4. Graik rerata berat basah eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) P0: Kontrol (tanpa limbah lumpur minyak mentah) P1: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 25 ppm P2: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 50 ppm P3: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 75 ppm P4: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 100 ppm Dari Tabel 6 dan Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa perlakuan P0 (kontrol) yang mempunyai rata-rata berat basah yang paling besar yaitu 45,17 gram dibandingkan dengan konsentrasi yang lainnya. Hal ini dikarenakan pada media tanam tidak ada kandungan limbah lumpur minyak mentah. Sedangkan pada perlakuan P4 (100 ppm) mempunyai rata-rata berat basah yang paling rendah yaitu 13,2 gram, hal ini karena konsentrasi limbah lumpur minyak mentah yang terkandung dalam media tanam sangat banyak, sehingga dapat menghambat penyerapan air oleh tanaman. Untuk mengetahui adanya beda nyata antar perlakuan maka dilakukan uji analisis varians (ANAVA). Setelah diuji anava antara perlakuan rata-rata berat basah eceng gondok diketahui bahwa Fhitung adalah sebesar 12,017 > Ftabel yaitu 3,48 maka H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa rata-rata berat basah eceng gondok berdasarkan faktor konsentrasi limbah lumpur minyak mentah ada beda secara signiikan. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi limbah lumpur minyak mentah mempengaruhi rata-rata berat basah eceng gondok. Setelah diuji anava antara perlakuan rata-rata berat basah eceng gondok diketahui ada beda nyata secara signiikan, maka dilanjutkan dengan uji DMRT 5 %. Adapun ringkasan anava dan DMRT 5 % untuk berat basah eceng gondok dapat dilihat pada Tabel 9 dan selengkapnya pada Lampiran IV. Dari hasil uji DMRT pada taraf 5 % pengaruh limbah lumpur minyak mentah terhadap berat basah eceng gondok pada konsentrasi P0 (0 ppm) tidak berbeda nyata dengan P1 (25 ppm) dan P2 (50 ppm), sedangkan P0 (0 ppm) berbeda nyata dengan P3 (75 ppm) dan P4 (100 ppm). Berat basah merupakan gambaran untuk mengetahui biomassa dari tanaman atau tingkat pertumbuhan tanaman. Tujuan pengukuran berat basah tanaman adalah untuk memperoleh gambaran keseluruhan biomassa pertumbuhan tanaman. Menurut Lakitan (1996), berat basah adalah berat suatu tanaman pada saat tanaman masih hidup, didapatkan dengan cara menimbang langsung sesaat setelah dipanen, sebelum tanaman menjadi layu akibat kehilangan air. Menurut Salisbury dan Ross (1995), berat basah tanaman berkaitan dengan banyaknya air yang diserap atau dikandung tanaman. Air merupakan senyawa yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar dan dijumpai pada semua organ. Salah satu adanya perbedaan berat basah antara tanaman dikarenakan adanya kandungan air. Hal ini karena air yang 96
10 diserap oleh akar tanaman beserta unsur hara yang ada di dalam tanah diedarkan ke seluruh bagian tanaman, sehingga akan memacu pertumbuhan dengan baik pada akar, batang maupun daun. Daun sendiri berfungsi sebagai tempat fotosintesis sehingga banyak dihasilkan karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumber makanan bagi tanaman. Di dasarkan atas fungsinya sebagai penerima cahaya, daun dapat menentukan laju fotosintesis. Daun sebagai pemasok makanan bagi tanaman selain sebagai penimbun bahan makanan hasil fotosintesis juga untuk menyimpan air (Jumin, 1991). 4. Berat Kering Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms. Hasil perhitungan rerata berat kering eceng gondok dengan variasi konsentrasi limbah lumpur minyak mentah dapat dilihat pada Tabel 7 berikut : Tabel 7. Rerata berat kering eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) Hasil pengukuran rerata berat kering eceng gondok pada Tabel 7 dapat dibuat graik rerata berat kering eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) seperti ditunjukkan pada Gambar 5 berikut : Gambar 5. Graik rerata berat kering tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) P0: Kontrol (tanpa limbah lumpur minyak mentah) P1: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 25 ppm P2: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 50 ppm P3: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 75 ppm P4: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 100 ppm Dari Tabel 7 dan Gambar 5 menunjukkan perlakuan P0 (kontrol) mempunyai rata-rata berat kering eceng gondok terbesar yaitu 3,2 gram dibandingkan dengan konsentrasi yang lainnya. Sedangkan pada perlakuan P4 (100 ppm) merupakan ratarata berat kering eceng gondok terendah yaitu seberat 1,65 gram. Hal in disebabkan karena pada konsentrasi inilah limbah lumpur minyak mentah paling banyak terkandung pada media tanam dan ini dapat menyebabkan terhambatnya proses fotosintesis, sehingga kandungan senyawa-senyawa organik yang disintesis dari senyawa anorganik melalui proses fotosintesis pun akan berkurang. Untuk mengetahui adanya beda nyata antar perlakuan maka dilakukan uji analisis varians (ANAVA). Setelah diuji anava antara perlakuan rata-rata berat kering eceng gondok diketahui bahwa Fhitung adalah sebesar 8,151 > Ftabel yaitu 3,48 maka H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa rata-rata berat kering eceng gondok berdasarkan faktor konsentrasi limbah lumpur minyak mentah ada beda secara signiikan. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi limbah lumpur minyak mentah mempengaruhi rata-rata berat kering eceng gondok. Setelah diuji anava antara perlakuan rata-rata berat kering eceng gondok diketahui ada beda nyata secara signiikan, maka dilanjutkan dengan uji DMRT 5 %. Adapun ringkasan anava dan DMRT 5 % untuk berat kering eceng gondok dapat di- 97
11 lihat pada Tabel 9 dan selengkapnya pada Lampiran IV. Dari hasil uji DMRT pada taraf 5 % pengaruh limbah lumpur minyak mentah terhadap berat kering eceng gondok pada konsentrasi P0 (0 ppm) tidak berbeda nyata dengan P1 (25 ppm) dan P2 (50 ppm), sedangkan P0 (0 ppm) berbeda nyata dengan P3 (75 ppm) dan P4 (100 ppm). Berat kering tanaman dipengaruhi oleh kandungan senyawa-senyawa organik yang disintesis dari senyawa anorganik melalui proses fotosintesis. Komponen utama berat kering adalah polisakarida dan lignin pada dinding sel di samping komponen sitoplasma seperti protein, asam amino, lipid dan asam organik (Salisbury dan Ross, 1995). Berat kering tanaman tidak selalu berkorelasi positif dengan berat basah. Karena berat kering tanaman lebih banyak ditentukan oleh hasil fotosintesis (Lakitan, 1996). Pengangkutan hasil fotosintesis ke akar menentukan kemampuan akar untuk menyerap dan memperoleh hara (Fitter dan Hay, 1991). Suplai unsur hara yang lebih akan meningkatkan aktivitas protoplasma sel sehingga menunjang pertumbuhan sel. Dengan adanya pertumbuhan sel dan jaringan yang baik pada akar, maka akan meningkatkan panjang akar dan berat kering akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dwidjoseputro (1994), yang menyatakan bahwa pertumbuhan organ-organ tanaman seperti akar, batang dan daun akan menentukan bobot kering tanaman. Dengan banyaknya konsentrasi minyak mentah di sekitar perakaran maka akan menghambat masuknya nutrisi ke dalam tanaman. Karena terhambatnya nutrisi masuk ke dalam tanaman, maka proses metabolisme juga terhambat sehingga berakibat pula terhadap rendahnya berat kering eceng gondok. 5. Kandungan Kloroil Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) Hasil perhitungan rerata kloroil a, b dan total kloroil daun eceng gondok dengan variasi konsentrasi limbah lumpur minyak mentah dapat dilihat pada Tabel 8 berikut : Dari hasil Tabel 8 menunjukkan pada P0 (kontrol) merupakan mempunyai rata-rata kloroil a daun eceng gondok tertinggi yaitu 37,14 mg/gram, kloroil b 20,55 mg/gram dan total kloroil 47,87 mg/gram. Sedangkan pada perlakuan P4 (100 ppm) merupakan rata-rata kloroil a daun eceng gondok terendah yaitu sebesar 12,74 mg/ gram, kloroil b 9,14 mg/gram dan total kloroil 21,79 mg/gram. Untuk mengetahui adanya beda nya- Tabel 8. Rerata kandungan kloroil daun eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) P0 : Kontrol (tanpa limbah lumpur minyak mentah) P1: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 25 ppm P2: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 50 ppm P3: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 75 ppm P4: Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah 100 ppm 98
12 ta antar perlakuan maka dilakukan uji analisis varians (ANAVA). Setelah diuji anava antara perlakuan rata-rata kloroil a, kloroil b dan total kloroil daun eceng gondok diketahui ada beda nyata secara signiikan, maka dilanjutkan dengan uji DMRT 5 %. Adapun ringkasan anava dan DMRT 5 % untuk berat kering eceng gondok dapat dilihat pada Tabel 9 dan perhitungan selengkapnya pada Lampiran IV. a. Kloroil a Untuk mengetahui adanya beda nyata antar perlakuan maka dilakukan uji analisis varians (ANAVA). Setelah diuji anava antara perlakuan rata-rata kloroil a daun eceng gondok diketahui bahwa Fhitung adalah sebesar 8,610 > Ftabel yaitu 3,48 maka H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kloroil a daun eceng gondok berdasarkan faktor konsentrasi limbah lumpur minyak mentah ada beda secara signiikan. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi limbah lumpur minyak mentah mempengaruhi rata-rata kloroil a daun eceng gondok. Setelah diuji anava antara perlakuan rata-rata kloroil a daun eceng gondok diketahui ada beda nyata secara signiikan, maka dilanjutkan dengan uji DMRT 5 %. Adapun ringkasan anava dan DMRT 5 % untuk kloroil a daun eceng gondok dapat dilihat pada Tabel 9 dan selengkapnya pada Lampiran IV. b. Kloroil b Untuk mengetahui adanya beda nyata antar perlakuan maka dilakukan uji analisis varians (ANAVA). Setelah diuji anava antara perlakuan rata-rata kloroil b daun eceng gondok diketahui bahwa Fhitung adalah sebesar 5,292 > Ftabel yaitu 3,48 maka H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kloroil b daun eceng gondok berdasarkan faktor konsentrasi limbah lumpur minyak mentah ada beda secara signiikan. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi limbah lumpur minyak mentah mempengaruhi rata-rata kloroil b daun eceng gondok. Setelah diuji anava antara perlakuan rata-rata kloroil b daun eceng gondok diketahui ada beda nyata secara signiikan, maka dilanjutkan dengan uji DMRT 5 %. Adapun ringkasan anava dan DMRT 5 % untuk kloroil b daun eceng gondok dapat dilihat pada Tabel 9 dan selengkapnya pada Lampiran IV. Dari hasil uji DMRT pada taraf 5 % pengaruh limbah lumpur minyak mentah terhadap kloroil a dan kloroil b pada daun eceng gondok pada konsentrasi P0 (0 ppm) tidak berbeda nyata dengan P1 (25 ppm), P2 (50 ppm) dan P3 (75 ppm), tetapi berbeda nyata dengan P4 (100 ppm). c. Total kloroil Untuk mengetahui adanya beda nyata antar perlakuan maka dilakukan uji analisis varians (ANAVA). Setelah diuji anava antara perlakuan rata-rata total kloroil daun eceng gondok diketahui bahwa Fhitung adalah sebesar 9,861 > Ftabel yaitu 3,48 maka H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa rata-rata total kloroil daun eceng gondok berdasarkan faktor konsentrasi limbah lumpur minyak mentah ada beda secara signiikan. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi limbah lumpur minyak mentah mempengaruhi rata-rata total kloroil daun eceng gondok. Setelah diuji anava antara perlakuan rata-rata total kloroil daun eceng gondok diketahui ada beda nyata secara signiikan, maka dilanjutkan dengan uji DMRT 5 %. Adapun ringkasan anava dan DMRT 5 % untuk total kloroil daun eceng gondok dapat dilihat pada Tabel 9 dan selengkapnya pada Lampiran IV. Dari hasil uji DMRT pada taraf 5 % pengaruh limbah lumpur minyak mentah terhadap total kloroil daun eceng gondok pada konsentrasi P0 (0 ppm) tidak berbeda nyata dengan P1 (25 ppm) dan P2 (50 ppm), sedangkan P0 (0 ppm) berbeda nyata dengan P3 (75 ppm) dan P4 (100 ppm). Penurunan total kandungan kloroil 99
13 daun eceng gondok seiring dengan meningkatnya konsentrasi limbah lumpur minyak mentah. Hal ini disebabkan semakin tingginya kandungan limbah lumpur minyak mentah pada media tanam, maka kandungan kloroilnya akan semakin rendah. Menurut Golterman, H. L dan R. S. Clymo (1971), total kloroil merupakan perkiraan dari semua pigmen kloroil dan produk degradasi yang menyerap pada panjang gelombang yang digunakan. Pada tumbuhan tingkat tinggi terdapat dua jenis kloroil yaitu kloroil a (C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau kebiru-biruan dan kloroil b (C55H70O6N4Mg) yang berwarna hijau kekuning-kuningan (Sutrian, 1992). Dimana kloroil a berperan secara langsung dalam reaksi terang yang mengubah energi matahari menjadi energi kimiawi. Kloroil b merupakan pigmen pelengkap yang berfungsi untuk menyerap cahaya dan menyalurkan energinya ke kloroil a yang kemudian digunakan dalam reaksi terang pada fotosintesis (Campbell dkk, 2002). Dari hasil pengukuran kandungan kloroil a dan kloroil b pada daun eceng gondok, didapat hasil bahwa kandungan kloroil a lebih besar daripada kandungan kloroil b. Seperti menurut Robinson (1995), perbandingan kloroil a dengan kloroil b pada tumbuhan yaitu antara 3:1. Deisiensi fosfor juga dapat menghambat proses respirasi dan fotosintesis pada tanaman. Hal ini menurut Sarwono (1994), akan mengurangi pembentukan kloroil daun sehingga menyebabkan pembentukan luas daun terhambat. Pernyataan ini didukung oleh Sitompul dan Guritno (1995), yang menyatakan bahwa kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis ditentukan oleh luas daun. Hal ini didukung oleh Prayitno dan Priyanto (2002), yang menyatakan bahwa penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan terjadi melalui tiga proses, yaitu penyerapan logam oleh akar melalui membran akarnya, translokasi logam dari akar ke bagian tumbuhan lain melalui xylem dan loem dan lokalisasi logam pada bagian jaringan tertentu. Menurut Rao (1994), keadaan ph tanah 5,6 sudah menunjukkan sifat asam. Dikatakan pula bahwa pada umumnya tanah yang asam miskin akan ion kalsium dan kaya akan ion aluminium. Demikian pula menurut Sarwono (1994), bahwa pada reaksi tanah yang asam, unsur-unsur mikro akan menjadi mudah larut, sehingga dapat ditemukan unsur mikro yang terlalu banyak. Unsur mikro merupakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang sangat kecil, sehingga dapat menjadi racun kalau terdapat dalam jumlah yang terlalu besar. Contoh unsur mikro adalah Mn, Fe, Zn dan Cu. Logam berat yang terserap, menurut Connell dan Miller (1995), dapat menyebabkan toksik pada tumbuhan. Kandungan logam berat yang berlebih dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan, penurunan produktivitas tanaman, serta dapat menyebabkan kematian. Salah satu faktor yang mempengaruhi akumulasi suatu unsur di bagian tanaman adalah proses metabolisme. Pada metabolisme tanaman, setelah diserap oleh akar unsur akan disalurkan ke bagian lain dari tanaman. Pada saat mencapai daun unsur mengikuti proses metabolisme yang berlangsung di daun kemudian berpindah lagi ke bagian lain mengikuti proses metabolisme yang berlangsung selanjutnya atau tetap tinggal di daun terikat pada senyawa yang membentuk daun. Pada umumnya bahan pencemar masuk ke dalam jaringan penyusun daun yang peka yaitu tempat-tempat yang mengandung butir-butir kloroil misalnya jaringan palisade dan jaringan bunga karang, sehingga apabila bagian tersebut mengalami kerusakan, proses pembentukan kloroil akan terhambat. Hal ini akan berakibat pula pada proses fotosintesis pada 100
14 kloroil selanjutnya akan berpengaruh pada pertumbuhan (Mudd and Kozlowski, 1975 dalam Wijayanti, 2008). Adapun ringkasan hasil uji ANAVA dan DMRT 5 % dari keseluruhan parameter pertumbuhan yang diukur dapat dilihat pada Tabel 9. Untuk pengamatan foto jaringan yang dilihat pada bagian tangkai daun eceng gondok yang menggelembung didapat hasil sebagai berikut : Untuk hasil pengamatan foto jaringan, antara P0, P1, P2, P3 dan P4 menunjukkan adanya penggambaran jaringan parenkim batang eceng gondok yang hampir sama. Kerusakan jaringan akibat pemberian limbah lumpur minyak mentah pada berbagai tingkat konsentrasi ini belum nampak seperti pada Gambar 7 dan 8, sehingga dengan pengamatan jaringan yang dibuat dari preparat sederhana belum dapat menganalisis dimana letak kerusakannya. Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Utami (2008) terhadap struk- Tabel 9. Ringkasan hasil uji anava dan DMRT 5 % eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) Huruf yang sama dalam satu baris tidak menunjukkan beda nyata dan huruf yang tidak sama dalam satu baris menunjukkan beda nyata. Gambar 6. Sel eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) P0 dan P1 Gambar 7. Sel eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) P2 dan P3 101
15 crassipes (Mart.) Solms.) adalah pada konsentrasi 100 ppm. a : parenkim udara (aerenkim) b : berkas pengangkut c : sklereid Gambar 8. Sel eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) P4 tur anatomi dan morfologi akar kacang hijau ( Vigna radiata) pada media tanam campuran tanah dan lumpur lapindo, meliputi morfologi (tinggi tanaman, panjang akar menggunakan penggaris dan jumlah bulu akar diamati menggunakan mikroskop stereo (Olympus, SZ 51, Japan). Pengamatan anatomi (tebal sel epidermis, korteks, endodermis dan diameter stele) menggunakan itomikroskop (Olympus, BX 41, Japan) dengan dibuat irisan preparat dan pewarnaan safranin. Hal ini dimungkinkan karena pembuatan preparat dan alat yang digunakan belum maksimal. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian pada eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) terhadap variasi konsentrasi limbah lumpur minyak mentah, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Semakin tinggi konsentrasi limbah lumpur minyak mentah, maka semakin menurun pertumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.). 2. Konsentrasi limbah lumpur minyak mentah yang lebih berpengaruh pada pertumbuhan eceng gondok (Eichhornia DAFTAR PUSTAKA Anonim Prosedur Analisis Sampel Radioaktivitas Lingkungan. Badan Tenaga Atom Nasional: Yogyakarta. Anonim Panduan Umum Lindungan Lingkungan Health, Safety dan Environment (HSE) BP Migas. PERTAMINA EP: Jakarta. Anonim a Diakses dari id.wikipedia.org/wiki/eceng_gondok tanggal 15 November Anonim b Diakses dari ecenggondok- pembersih-polutanlogam-berat/ tanggal 15 November Anonim c Diakses dari /06/daerah/ htm tanggal 15 November Anonim d Diakses dari ditjenpum.go.id/hukum/2009/uu/ UU_32_Tahun_2009.pdf tanggal 1 Maret Campbell, Reece dan Mitchell Biologi. Penerbit Erlangga: Jakarta. Connell, D. W dan G. J Miller Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Diterjemahkan oleh Yanti Koestoer. Universitas Indonesia Press: Jakarta. Cronquist Sistem klasiikasi tanaman eceng gondok menurut Cronquist. Diakses dari spcdtail.php?recid147&plct=b tanggal 13 November Darmono Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI-Press: Jakarta. Dwidjoseputro Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia: Jakarta. Esti, D Pemanfaatan Eceng Gondok 102
16 Dalam Perbaikan Kualitas Air Limbah Tepung Tapioka. Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan: Yogyakarta. Fitter, A. H dan Hay, R. K. M Fisiologi Lingkungan Tanaman. Dierjemahkan oleh Sri Andini dan E. D. Purbayanti. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta. 53 Gardner, F. P, R. B. Pearce dan R. L. Mitchell Fisiologi Tanaman Budidaya, Diterjemahkan oleh Herawati Susilo dan Pendamping Subiyanto. Edisi I. Universitas Indonesia Press: Jakarta. Golterman, H. L dan R. S. Clymo Methods for Chemical Analysis of Fresh Waters. Metode Analisis Kimia Fresh Waters. IBP Handbook No. 8. IBP Blackwell Scientiic. Jumin, H. R Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit Rajawali Press: Jakarta. Kristanto, Philip Ekologi Industri. Penerbit Andi: Yogyakarta. Kusumastuti, S Pemanfaatan Eceng Gondok Sebagai Upaya Pengelolaan Lingkungan. Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan: Yogyakarta. Lakitan Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Graindo Persada: Jakarta. Laws, E. A Aquatic Pollution. John Willey dan Sons LTD: New York. Nurhayati, Diana Pengaruh Kepadatan Eceng Gondok Terhadap ph, BOD dan Zat Organik. APK-TS: Yogyakarta. Nirwana, T. D Studi Anatomi Akar dan Konsentrasi Kloroil Daun Tanaman Bayam Cabut (Amaranthus tricolor, L.) Yang Tercekam Kadmium (Cd). Diakses dari php?id=2589&9= tanggal 29 Januari Nugroho, A Bioremidiasi Hidrokarbon Minyak Bumi. Penerbit Graha Ilmu: Yogyakarta. Nurhayati, D Pengaruh Kepadatan Eceng Gondok Terhadap ph, BOD dan Zat Organik. APK-TS: Yogyakarta. Orth Peranan Eceng Gondok Dalam Penurunan BOD, N dan P Pada Efluen Kolam Sedimentasi. Pusat Penelitian Sumber Daya Manusia dan Lingkungan. Universitas indonesia: Jakarta. Palar, H Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta: Jakarta. Priyanto, Budhi dan Prayitno, J Fitoremidiasi Sebagai Sebuah Teknologi Pemulihan Pencemaran, Khususnya Logam Berat. Diakses dari tanggal 15 November Rao, N.S Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan. Diterjemahkan oleh H. Soesilo. Universitas Indonesia Press: Jakarta. Robinson, T Kadar Organik Tumbuhan Tinggi. ITB: Bandung. Rossiana N, D. Sumiarsa dan H. Salim Bioremidiasi Lumpur Minyak Bumi dengan Kascing. Journal Biotika Vol, 1 no.2 Desember 2002 : Jurusan Biologi FMIPA-UNPAD Jatinangor. Rossiana, N Penurunan Kandungan Logam Berat dan Pertumbuhan Tanaman Sengon ( Paraserianthes falcataria L ( Nielsen) Bermikoriza Dalam Medium Limbah Lumpur Minyak Hasil Ekstraksi. Diakses dari 103
17 content/uploads/2009/04/penurunan_ kandungan_logam_berat_dan_pert umbuhan_tanaman_sengon.pdf tanggal 7 November Salisbury, F. B dan Ross, C. W Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Penerjemah diah R lukman dan Sumaryono. Institut Teknologi Bandung: Bandung. Sarwono, Hardjowigeno Ilmu Tanah. Penerbit Akademia Pressindo: Jakarta. Sitompul, S. M. P, Guritno, B Analisis Pertumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Suriawiria, U Mikrobiologi Air. Penerbit PT. Alumni: Bandung. Sutrian, Y Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan (Tentang Sel dan Jaringan). Rineka Cipta: Jakarta. Tapilouw, M. C Pengaruh Timbal Terhadap Pertumbuhan Bayam (Amaranthus tricolor, L.). Skripsi Program Studi Biologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung: Bandung. Utami, S Struktur Morfologi dan Anatomi Akar Kacang Hijau (Vigna radiata) Pada Media Lumpur Lapindo. Diakses dari tanggal 29 Januari Wijayanti, T. A Pertumbuhan dan Kandungan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) yang Ditanam Dalam Limbah Industri Obat Dengan Berbagai Konsentrasi. Skripsi Fakultas Biologi UNDIP: Semarang. 104
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus
PERTUMBUHAN TANAMAN BAYAM CABUT (Amaranthus tricolor L.) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS BERBAHAN DASAR DAUN KRINYU (Chromolaena odorata L.) Puja Kesuma, Zuchrotus Salamah ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI KONSENTRASI TEMBAGA
PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI KONSENTRASI TEMBAGA (Cu) TERHADAP JUMLAH TRAKEA AKAR ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) Anita Munawwaroh, S.Si., M. Si. IKIP Budi Utomo Malang E-mail : munawwarohanita86@gmail.com
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes)
PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) Emi Erawati dan Harjuna Mukti Saputra Program Studi Teknik Kimia Jl. A.Yani. Tromol Pos I Pabelan, Kartasura,
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans, Poir) KULTIVAR KENCANA
PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans, Poir) KULTIVAR KENCANA Zuchrotus Salamah 1. Suci Tri Wahyuni 1, Listiatie Budi Utami 2 1 =
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air dan sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh makhluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya dan berguna untuk memelihara
Lebih terperinciI. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun
16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh
Lebih terperincirv. HASIL DAN PEMBAHASAN
17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan oleh banyak hal. Namun yang paling utama dari sekian banyak penyebab tercemarnya suatu tatanan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian
2 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Pada saat penelitian berlangsung suhu dan RH di dalam Screen house cukup fluktiatif yaitu bersuhu 26-38 o C dan berrh 79 95% pada pagi hari pukul 7.
Lebih terperinciHUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN
HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan ini terdiri dari 6 perlakuan, dan masing-masing
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa
1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung
Lebih terperinciHUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN
HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN Zamriyetti 1 dan Sawaluddin Rambe 2 1 Dosen Kopertis Wilayah I dpk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Penelitian Pada penelitian ini semua jenis tanaman legum yang akan diamati (Desmodium sp, Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra) ditanam dengan menggunakan anakan/pols
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)
PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L) The Effect of Local Micro Organisms and NPK Fertilizers on Growth
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan
BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan menggunakan gabungan metode elektrokoagulasi dan EAPR. Parameter yang digunakan yaitu logam berat Pb, Cu, COD dan ph.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2010 Juli 2011. Pengambilan sampel urin kambing Kacang dilakukan selama bulan Oktober Desember 2010 dengan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Surakarta dan UPT Laboratorium Pusat MIPA UNS. B. Alat dan Bahan
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu bulan September sampai November 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan
Lebih terperinciIII. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian UMY. B. Bahan dan Alat Penelitian
Lebih terperinciBAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama satu bulan penanaman jamur tiram putih terhadap produktivitas (lama penyebaran miselium, jumlah badan buah dua kali
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Uji Akademi Kimia Analisis Penelitian dilakukan bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan komponen alami yang terdapat di kulit bumi yang tidak dapat didegradasi atau dihancurkan (Agustina, 2010). Logam dapat membahayakan bagi kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk merupakan salah satu sumber nutrisi utama yang diberikan pada tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan proses reproduksi setiap hari tumbuhan membutuhkan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak
Lebih terperinciHasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Vegetatif Parameter pertumbuhan tanaman terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar tanaman, berat kering tanaman. 1. Tinggi tanaman (cm) Hasil
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel
16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Jati Tanaman selama masa hidupnya menghasilkan biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Perubahan akumulasi biomassa akan terjadi
Lebih terperinciJUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 1 Tahun 2014, ISSN: Halaman
Respon Pertumbuhan dan Produksi Lycopersicon esculentum Mill. terhadap Pemberian Kompos Berbahan Dasar Sampah Organik Pasar dan Kotoran Kambing Sebagai Materi Pembelajaran Biologi Versi Kurikulum 2013
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Maret 2011. Pengambilan sampel urin kambing Etawah dilakukan pada bulan Maret sampai
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai bulan Januari 2016 bertempat di Screen House B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut
20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAHAN DAN METODE
PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN A.
10 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian tahun pertama. Penanaman tahun pertama dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2014. Penelitian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis (Fisiologi Tumbuhan) Disusun oleh J U W I L D A 06091009027 Kelompok 6 Dosen Pembimbing : Dra. Tasmania Puspita, M.Si. Dra. Rahmi Susanti, M.Si. Ermayanti,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penanaman bayam dilakukan sebanyak tiga kali penanaman. Pertumbuhan tanaman bayam baik pada ketiga perlakuan interval pemberian hara.tanaman dibudidayakan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia sebagai sumber utama
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ph Tanah Data hasil pengamatan ph tanah gambut sebelum inkubasi, setelah inkubasi, dan setelah panen (Lampiran 4) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan ph tanah.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan
Lebih terperinciL102. Staf Pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi UMS ABSTRAK
L102 PENGARUH MEDIA TANAM ARANG SEKAM DAN BATANG PAKIS TERHADAP PERTUMBUHAN CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L.) DITINJAU DARI INTENSITAS PENYIRAMAN AIR KELAPA Joko Purwanto 1, Aminah Asngad 2, Titik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen karena telah dilakukan manipulasi terhadap objek penelitian dan terdapat kontrol
Lebih terperinciPertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh
45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Januari 2016, bertempat di Screen House B, Rumah Kaca B, dan Laboratorium Ekologi
Lebih terperinciLAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS
LAPORAN KARYA TEKNOLOGI TEPAT GUNA LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS Oleh: Supratman, S.Pd. SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 12 BENGKULU 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotosintesis berasal dari kata
Lebih terperinciIII. TATA CARA PENELITIAN
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green House untuk melakukan fermentasi dari urin kelinci dan pengomposan azolla, dilanjutkan dengan pengaplikasian pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota besar,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota besar, telah mendorong peningkatan kebutuhan akan perumahan. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya
Lebih terperinciPENGANGKUTAN AIR MELALUI XILEM PADA TANAMAN Allamanda cathartica
PENGANGKUTAN AIR MELALUI XILEM PADA TANAMAN Allamanda cathartica I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tumbuhan tingkat tinggi, air dan hara dari dalam tanah diambil dari diedarkan keseluruh tubuh tumbuhan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang
17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar kedelai terdiri atas akar tunggang, lateral, dan serabut. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m pada kondisi yang optimal, namun umumnya hanya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong komoditi sayuran buah dan sangat potensial untuk dikembangkan. Tomat memiliki banyak
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Botani dan Klasifikasi Tanaman Gandum Tanaman gandum dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas : Monokotil Ordo : Graminales Famili : Graminae atau
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Sebelum dibuang ke lingkungan, keberadaan suatu limbah membutuhkan pengolahan dan pengendalian agar tidak terjadi pencemaran lingkungan yang tidak terkendali. Sehingga, setiap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Maret 2011 sampai dengan April 2011 di Laboratorium Pengelolaan Limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan
4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian
13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Febuari 2016 di Screen house Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarata.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil pengomposan dengan cacing ( vermikompos ) Hasil analisis vermikompos dengan berbagai bahan disajikan dalam tabel 2. Tabel 1. Hasil analisis vermikompos kadar kadar C kadar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
39 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perlakuan dalam penelitian ini tersusun atas lima taraf perlakuan. Dalam setiap perlakuan terdapat lima kali ulangan. Kelima perlakuan tersebut
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret di daerah Jumantono, Karanganyar, dengan jangka waktu penelitian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik sludge 4.1.1. Sludge TPA Bantar Gebang Sludge TPA Bantar Gebang memiliki kadar C yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.92% dengan kadar abu sebesar 61.5%.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini diperlukan alur penelitian, berikut merupakan diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. STUDI LITERATUR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tragedi lumpur Lapindo Brantas terjadi pada tanggal 29 Mei 2006 yang telah menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar Desa Renokenongo (Wikipedia,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN BIBIT PISANG PASCA AKLIMATISASI DENGAN SISTEM HIDROPONIK Endang Setia Muliawati, Retna Bandriyati Arniputri, Ulfa Priyatin
PERTUMBUHAN BIBIT PISANG PASCA AKLIMATISASI DENGAN SISTEM HIDROPONIK Endang Setia Muliawati, Retna Bandriyati Arniputri, Ulfa Priyatin Fakultas Pertanian UNS. Jl. Ir Sutami No. 36A, Surakarta Abstrak Bibit
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Lampiran 1. Alat dan Bahan Penelitian DO Meter ph Meter Termometer Refraktometer Kertas Label Botol Sampel Lampiran 1. Lanjutan Pisau Cutter Plastik Sampel Pipa Paralon Lampiran 2. Pengukuran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam
Lebih terperinciIV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tajuk Indikator pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan bertambahnya volume dan juga berat suatu biomassa yang dihasilkan selama proses pertunbuhan tanaman.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui percobaan rumah kaca. Tanah gambut berasal dari Desa Arang-Arang, Kecamatan Kumpeh, Jambi, diambil pada bulan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini termasuk
30 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen karena telah dilakukan manipulasi terhadap objek penelitian serta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khairunisa Sidik,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis ekosistem yang dikemukakan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah, dapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan perkembangan sel-sel baru sehingga terjadi penambahan ukuran dan diferensiasi jaringan. Tanaman dikatakan mengalami pertumbuhan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan. Faktor I: Dosis
Lebih terperinciII. METODE PENELITIAN
II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah daun Angsana (Pterocarpus indicus Willd.), HNO 3 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara Agraris yang memiliki keanekaragaman tumbuh-tumbuhan maupun buah-buahan. Sehingga sebagian masyarakat Indonesia berprofesi sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif bagi masyarakat dengan terpenuhinya berbagai macam kebutuhan hidup dan tersedianya lapangan
Lebih terperinci