PENGARUH PROBABILITAS KEBANGKRUTAN PADA AUDIT DELAY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PROBABILITAS KEBANGKRUTAN PADA AUDIT DELAY"

Transkripsi

1 TESIS PENGARUH PROBABILITAS KEBANGKRUTAN PADA AUDIT DELAY R RULICK SETYAHADI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012

2 TESIS PENGARUH PROBABILITAS KEBANGKRUTAN PADA AUDIT DELAY R RULICK SETYAHADI NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012

3 PENGARUH PROBABILITAS KEBANGKRUTAN PADA AUDIT DELAY Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister, Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascaarjana Universitas Udayana R RULICK SETYAHADI NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012

4 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL: 10 JANUARI 2012 Pembimbing I Pembimbing II Dr. Dewa Gede Wirama, SE.,MSBA.,,Ak Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE.,M.Si NIP NIP Mengetahui Ketua Program Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Dr. I Ketut Budiartha, SE.,M.Si,Ak Prof. Dr.dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP NIP

5 Tesis ini telah diuji pada Tanggal: 10 Januari 2012 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No: 0052/UN 14.4/HK/2012, Tanggal 5 Januari 2012 Ketua: Dr. Dewa Gede Wirama, SE.,MSBA.,,Ak Anggota: 1. Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE.,M.Si 2. Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE.,MM.,Ak.,CPA 3. Dr. I Wayan Suartana, SE.,M.Si.,Ak 4. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE.,M.Si

6 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Nama: R Rulick Setyahadi NIM: Program Studi: Magister Akuntansi Judul Tesis: Pengaruh Probabilitas Kebangkrutan Pada Audit Delay Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia No.17 Tahun dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 10 Januari 2012 Nama : R Rulick Setyahadi

7 UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Allah yang maha kasih, karena hanya karena kasih dan kurnia-nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengaruh Probabilitas Kebangkrutan Pada Audit Delay. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Dewa Gede Wirama, SE.,MSBA.,Ak sebagai pembimbing utama yang dengan perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE.,M.Si selaku pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Made Bakta, Sp.PD (KHOM), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K), atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE.,MM.,Ak.,CPA, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program Magister. Pada kesempatan ini,

8 penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Made Gede Wirakusuma, SE.,M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi dan Dr. I Ketut Budiartha, SE.,M.Si.,Ak, Ketua Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE.,MM.,Ak.,CPA, Dr. I Wayan Suartana, SE.,M.Si.,Ak, Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE.,M.Si, yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu dan mendiang Ayah yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada isteri tercinta Eisye Susanti, serta anak-anak terkasih Vania dan Calista, yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Semoga Allah yang maha Kasih selalu melimpahkan rahmat-nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.

9 ABSTRAK PENGARUH PROBABILITAS KEBANGKRUTAN PADA AUDIT DELAY Audit delay merupakan isu penting karena dapat berdampak pada ketepatwaktuan penyampaian informasi akuntansi yang selanjutnya mempengaruhi relevansi informasi akuntansi. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan menemukan banyak faktor yang dapat mempengaruhi audit delay. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi audit delay adalah probabilitas kebangkrutan. Penelitian ini menggunakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) antara tahun 2007 sampai dengan sebagai sampel dan menggunakan pengukuran prediksi model Z-Score Altman yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh probabilitas kebangkrutan pada audit delay. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa probabilitas kebangkrutan yang ditunjukkan dengan nilai Z-Score berpengaruh negatif dan signifikan pada audit delay. Setiap penurunan nilai Z-Score yang mengindikasikan semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan akan mengakibatkan audit delay yang lebih lama. Ini menjelaskan bahwa probabilitas kebangkrutan sebagai salah satu faktor audit delay. Kata kunci: audit delay, probabilitas kebangkrutan, model prediksi Altman.

10 ABSTRACT PROBABILITY OF BANKRUPTCY AFFECT TO AUDIT DELAY Audit delay is an important issue because it can affect the timeliness of accounting information release and the relevance of accounting information. Prior researches found that there are many factors affect audit delay. One of them is probability of bankruptcy This research uses companies that listed in Indonesia Stock Exchange (ISX) between 2007 to as sample and Altman s Z-Score accounting based measure different from prior research. This research is intended to reveal the effect of probability of bankruptcy to audit delay. The method used to analyse the effect between variables is simple linear regression. From the result, it can be concluded that probability of bankruptcy shown by Z-Score has a negative and siginificant effect to audit delay. Decreasing of Z- Score indicate that probability of bankruptcy will be higher, it means audit delay will be longer. It confirms that probability of bankruptcy as one of audit delay factors. Keyword: audit delay, probability of bankruptcy, Altman prediction model.

11 DAFTAR ISI SAMPUL DALAM.. PRASYARAT GELAR LEMBAR PERSETUJUAN. PENETAPAN PANITIA PENGUJI.... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.. UCAPAN TERIMA KASIH. ABSTRAK ABSTRACT.. DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. Halaman BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA Teori Keagenan (Agency Theory) Audit Delay Kebangkrutan Pengertian Kebangkrutan Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan Model Prediksi Kebangkrutan...` Model Zmijewski Model Fulmer Sistem Blasztk CA-Score Model Springate Model Altman Regulasi Pelaporan Keuangan di Indonesia Kajian Empiris Penelitian Sebelumnya. 21 BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Hipotesis Penelitian 30 i ii iii iv v vi viii ix x xii xiii xiv

12 BAB IV METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan Sumber Data Populasi dan Sampel Jenis dan Sumber Data Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Metode Pengumpulan Data Analisis Data Model Analisis Uji Hipotesis. 38 BAB V HASIL PENELITIAN Deskripsi Sampel Penelitian Analisis Statistik Deskriptif Hasil Uji Koefisien Determinasi Persamaan Regresi Hasil Analisis Varian Hasil Uji Hipotesis. 42 BAB VI PEMBAHASAN. 43 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran.. 50 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN. 58

13 DAFTAR TABEL Halaman 2.4 Titik cut-off model Altman Penelitian-penelitian sebelumnya Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria Statistik Deskriptif Hasil Uji Regresi Linear Sederhana. 42

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 3.1 Rerangka Berpikir Rancangan Penelitian 34

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Analisis Statistik Deskriptif 58 Lampiran 2 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana 59 Lampiran 3 Daftar Nama Perusahaan dan Data Variabel Penelitian. 61

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit delay merupakan salah satu topik yang banyak dibahas dalam penelitian-penelitian akuntansi. Dyer dan Mchugh (1975) dan Courtis (1976) menemukan bahwa ukuran perusahaan dan industri keuangan berhubungan negatif dengan audit delay. Selanjutnya Whittred (1980) serta Garsomble (1981) menemukan perusahaan dengan akhir tahun pada masa audit tersibuk umumnya mengalami audit delay yang lebih lama. Whittred (1980) dan Soltani (2002) juga menyatakan bahwa perusahaan yang menerima qualified audit opinion memiliki audit delay yang lebih lama. Sedangkan Whittred dan Zimmer (19) menemukan bahwa perusahaan dengan kesulitan keuangan juga berhubungan dengan audit delay. Asthon et al. (1987) menemukan bahwa ukuran perusahaan, kompleksitas operasional dan kualitas kontrol internal berhubungan signifikan dengan audit delay. Penelitian Asthon et al. dilanjutkan oleh Carslaw dan Kaplan (1991) dengan menambahkan kontrol perusahaan dan proporsi hutang sebagai variabel penjelas menemukan pengaruh yang signifikan antara solvabilitas yang diukur dari rasio total debt to total assets (TDTA) pada audit delay untuk sampel perusahaan tahun 1988.

17 Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit delay. Beberapa faktor yang diketahui mempengaruhi audit delay adalah ukuran perusahaan dan industri keuangan (Dyer dan McHugh, 1975; Courtis, 1976), qualified audit opinion (Whittred, 1980), ukuran perusahaan, kompleksitas operasional, kualitas kontrol internal, (Ashton et al., 1987), kontrol perusahaan dan proporsi hutang (Carslaw dan Kaplan, 1991), fee audit dan fee jasa non-audit (Simunic, 19 dan Palmrose, 1986), kondisi keuangan (Bamber et al. 1993; Schwartz dan Soo, 1996; Jaggi dan Tsui, 1999). Salah satu faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan proses penyampaian laporan keuangan adalah probabilitas kebangkrutan dimana ketika perusahaan terindikasi mengalami kesulitan keuangan, ini mengindikasikan perusahaan tersebut kemungkinan akan mengalami kebangkrutan sehingga auditor memerlukan waktu yang lebih banyak lagi untuk mengetahui apa yang terjadi di perusahaan tersebut dan auditor juga membutuhkan lebih banyak data yang diperlukan untuk dapat menghasilkan opini sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Lai dan M.C.Cheuk (2005) yang meneliti dampak rotasi partner audit dan rotasi kantor akuntan publik pada audit report lag pada perusahaan-perusahaan di Australia dan juga penelitian yang dilakukan oleh Walker dan David Hay () yang meneliti dampak jasa non-audit pada audit delay pada perusahaan di New Zealand, dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Zmijewski sebagai proksi untuk

18 mengetahui kondisi perusahaan, ditemukan bahwa probabilitas kebangkrutan berpengaruh pada audit delay. Altman dan McGough (1974) dalam Fanny dan Saputra (2005) menemukan bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan suatu model prediksi mencapai tingkat keakuratan 82 persen dan menyarankan penggunaan model prediksi kebangkrutan sebagai alat bantu auditor untuk memutuskan kemampuan perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Mengacu pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, pemilihan variabel probabilitas kebangkrutan dengan menggunakan model prediksi Altman bertujuan untuk menguji kembali hasil penelitian sebelumnya dan juga bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia masih mendasarkan perhitungannya dengan menggunakan rasio-rasio keuangan sedangkan probabilitas kebangkrutan model Altman memilih 5 rasio keuangan dari 22 rasio keuangan yang sangat sesuai digunakan untuk mengetahui lebih dini bagaimana kondisi perusahaan yang sesungguhnya sehingga dapat membantu auditor maupun manajemen dalam membuat keputusan audit maupun keputusan strategis menyangkut keberlangsungan perusahaan. Uraian latar belakang masalah di atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh probabilitas kebangkrutan pada audit delay. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah probabilitas kebangkrutan mempengaruhi audit delay?

19 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh probabilitas kebangkrutan pada audit delay. 1.4 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya dan dapat memberikan tambahan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. 2) Manfaat Praktis Bagi praktisi akuntan publik terutama auditor dalam melaksanakan auditnya agar dapat menyelesaikan laporan auditnya tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh Bapepam.LK. Dan juga bagi investor, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi. 3) Manfaat Regulasi Bagi regulator pasar modal, khususnya Bapepam.LK terhadap kemungkinan ketidak patuhan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban melaporkan laporan keuangan dengan tepat waktu.

20 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Baik agen maupun prinsipal diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Shareholders atau prinsipal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manager atau agen. Agen seringkali bertindak tidak sesuai dengan keinginan prinsipal yang disebabkan adanya kepentingan pribadi yang tidak sejalan dengan kepentingan prinsipal. Masalah keagenan dapat merugikan pemegang saham karena pemegang saham tidak terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan sehingga tidak memiliki akses yang memadai untuk mendapakan informasi yang dibutuhkan. Informasi sepenuhnya dibawah kendali manajer atau agen. Konflik kepentingan yang disebabkan oleh kemungkinan agen tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal dapat mendorong timbulnya biaya keagenan (agency cost). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan ada tiga jenis biaya keagenan yaitu: (1) pengeluaran untuk memantau kegiatan manajerial, seperti biaya audit; (2) pengeluaran untuk struktur organisasi dengan cara yang membatasi perilaku manajerial yang tidak diinginkan, seperti menunjuk anggota luar dewan direksi atau

21 restrukturisasi bisnis perusahaan unit dan hierarki manajemen, dan (3) biaya kesempatan yang dapat terjadi ketika pemegang saham dikenakan pembatasan, seperti persyaratan untuk suara pemegang saham pada permasalahan tertentu, membatasi kemampuan manajer untuk mengambil tindakan yang meningkatkan kekayaan pemegang saham. Dengan tidak adanya upaya pemegang saham untuk mengubah perilaku manajerial, biasanya akan ada kehilangan sebagian kekayaan pemegang saham karena tindakan manajerial yang tidak pantas. Disisi lain, biaya keagenan akan berlebihan jika pemegang saham berusaha untuk memastikan bahwa setiap tindakan manajerial sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Manajemen memiliki motivasi atau kecenderungan untuk menunda atau menangguhkan informasi jika manajemen menangkap adanya sinyal buruk pada kondisi perusahaan dalam rangka untuk mencegah atau menghindari terjadinya respon negatif dari pemegang saham. 2.2 Audit Delay Lamanya waktu penyelesaian audit terhitung mulai dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit disebut audit report lag atau audit delay. Menurut Dyer dan McHugh (1975, dalam Wiwik Utami, 2006) Auditors report lag is the open interval of number of days from the year end to the date recorded as the opinion signature date in the auditor report. Menurut Ashton, Willingham, dan Elliot (1987), Carslaw dan Kaplan (1991), Audit delay is the length of time from a company s fiscal year end to the date of the auditor s report. Menurut Lawrence dan Briyan (1988), Audit delay adalah

22 lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan rata-rata audit delay yang berbeda pada setiap Negara. Perbedaan ini dapat dimaklumi karena adanya peraturan dan kebijakan pasar modal yang berbeda antar Negara. Penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan rata-rata audit delay yang berbeda diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Meylisa (2000) sebesar 72,9 hari, Sistya Rachmawati () sebesar 76 hari, Imam Subekti (2004) 98,3 hari. Hasil ini tergolong lebih panjang jika dibandingkan dengan hasil penelitian Ashton, Willingham, dan Elliot (1987) yang hanya sebesar 62,53 hari. Sedangkan hasil penelitian Ayoib dan Abidin () di Malaysia menunjukkan rata-rata audit delay yang lebih panjang yaitu 114 hari. 2.3 Kebangkrutan Pengertian Kebangkrutan Kebangkrutan adalah kesulitan keuangan yang sangat parah sehingga perusahaan tidak mampu lagi menjalankan operasinya dengan baik. Sedangkan financial distress adalah kesulitan keuangan yang mungkin mengawali kebangkrutan. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Menurut Martin. et al, 1995, dalam Adnan (2003), kebangkrutan sebagai kegagalan di definisikan dalam beberapa arti:

23 a. Kegagalan ekonomi (economic failure), kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak dapat menutup biayanya sendiri. Ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. b. Kegagalan keuangan (financial failure), kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk, yaitu: 1) insolvensi teknis (technical insolvency), perusahaan dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Insolvensi teknis terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi pembayaran bunga atau pembayaran kembali pokok pada tanggal tertentu. 2) Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan, dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.

24 2.3.2 Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan Menurut Janch & Glueck, (1995) dalam Muhammad Adnan dan Eka Kurniasih (2000:139), secara garis besar, faktor-faktor penyebab kebangkrutan dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Faktor Umum 1) Sektor Ekonomi Faktor-faktor kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, dan suku bunga. 2) Sektor Sosial Faktor sosial yang sangat berpengaruh dalam perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan dan faktor lain yang juga berpengaruh adalah kerusuhan dan kekacauan yang terjadi di masyarakat. 3) Sektor Teknologi Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan menjadi membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. Pembengkakan terjadi jika penggunaan teknologi informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen. Sistemnya tidak terpadu dan para pengguna tidak profesional.

25 4) Sektor Pemerintah Kebijakan pemerintah tidak mencabut subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang yang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain. b. Faktor Eksternal Perusahaan 1) Sektor Pelanggan Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen, karena berguna untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan peluang-peluang menemukan konsumen baru dan menghindari menurunnya hasil penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing. 2) Sektor Pemasok Perusahaan pemasok harus tetap bekerjasama dengan baik karena kekuatan pemasok untuk menaikkan harga dan mengurangi keuntungan pembelinya tergantung seberapa jauh pemasok berhubungan dengan pedagang bebas. 3) Sektor Pesaing Perusahaan juga jangan melupakan pesaing karena apabila pesaing lebih diterima masyarakat, perusahaan tersebut akan kehilangan konsumen dan mengurangi pendapatan yang diterima.

26 c. Faktor Internal Perusahaan Faktor-faktor internal ini biasanya merupakan hasil dari keputusan dan kebijakan yang tidak tepat di masa lalu dan kegagalan manajemen untuk berbuat sesuatu pada saat yang diperlukan. Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara internal adalah (Harnanto,19:4) 1) Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan. Kebangkrutan bisa terjadi karena terlalu besarnya jumlah kredit yang diberikan kepada para debitur atau pelanggan yang pada akhirnya tidak bisa dibayar oleh para pelanggan pada waktunya. 2) Manajemen yang tidak efisien. Banyaknya perusahaan gagal untuk mencapai tujuannya karena kurang adanya kemampuan, ketrampilan, pengalaman, sikap adaptif dan inisiatif dari manajemen. Ketidak efisienan manajemen tercermin pada ketidakmampuan manajemen dalam menghadapi situasi yang terjadi diantaranya: a. Hasil penjualan yang tidak memadai. b. Kesalahan dalam penetapan harga jual. c. Struktur biaya yang tidak efisien. d. Tingkat investasi dalam aktiva tetap dan persediaan yang melampaui batas. e. Kekurangan modal kerja. f. Ketidakseimbangan dalam struktur permodalan. g. Sistem dan prosedur akuntansi kurang memadai.

27 h. Sistem informasi yang kurang mendukung. 3) Penyalahgunaan wewenang banyak dilakukan oleh karyawan maupun manajer puncak, hal ini akan sangat merugikan dan menimbulkan dampak pada kinerja perusahaan. 2.4 Model Prediksi Kebangkrutan Model Zmijewski Zmijewski (19) menggunakan analisis rasio yang mengukur kinerja leverage dan likuiditas suatu perusahaan untuk model prediksinya. Zmijewski menggunakan probit analisis yang diterapkan pada 40 perusahaan yang telah bangkrut dan 800 perusahaan yang masih bertahan saat itu. Model yang berhasil dikembangkan yaitu: X = -4,3-4,5X1 + 5,7X2 0,004X3 Keterangan: X1 = ROA (return on asset) X2 = Leverage (debt ratio) X3 = Likuiditas (current ratio) Model Fulmer Fulmer (19) menggunakan analisa step-wise multiple discriminant untuk mengevaluasi 40 rasio keuangan yang diaplikasikan pada sampel 60 perusahaan, 30 gagal dan 30 sukses dengan rata-rata ukuran asset perusahaan adalah $ Fulmer melaporkan 98% akurat pada perusahaan satu tahun sebelum gagal dan 81% akurat lebih dari satu tahun sebelum kebangkrutan.

28 Model Fulmer adalah: H = 5,528V1 + 0,212V2 + 0,073V3 + 1,270V4 0,120V5 + 2,335V6 + 0,575V7 + 1,083V8 + 0,894V9-6,075 Keterangan: V1 = Retained Earning / Total Assets V2 = Sales / Total Assets V3 = EBT / Equity V4 = Cash Flow / Total Debt V5 = Debt / Total Assets V6 = Current Liabilities / Total Assets V7 = Log Tangible / Total Assets V8 = Working Capital / Total Debt V9 = Log EBIT / Interest Jika H < 0, perusahaan diklasifikasikan gagal Sistem Blasztk Sistem Blasztk hanya digunakan untuk metode prediksi kegagalan bisnis dimana tidak dikembangkan menggunakan analisa multiple discriminant. Sistem ini dikembangkan oleh William Blasztk (19). Esensi sistem ini adalah menghitung rasio keuangan perusahaan yang dievaluasi, dibobot kemudian dibandingkan dengan rasio rata-rata perusahaan pada industri yang sama.

29 2.4.4 CA-Score Model ini dikembangkan oleh Jean Legault dari Universitas Quebec Montreal Canada, menggunakan analisa step-wise multiple discriminan. Dimana 30 rasio keuangan dianalisa pada 173 sampel perusahaan bisnis manufaktur yang memiliki penjualan tahunan pada kisaran antara $1-20 juta. Model sebagai berikut: CA-Score = 4,5913 (shareholders investment(1) / total assets(1)) + 4,5080 (earnings before taxes and extraordinary items + financial expenses(1) / total assets(1)) + 0,3936 (sales(2) / total assets(2)) 2,7616 Keterangan: 1) Gambaran periode sebelumnya 2) Gambaran dari dua periode sebelumnya CA-Score < -0,3, perusahaan diklasifikasikan gagal Model Springate Model Springate dikembangkan oleh Gordon Springate (1978) mengikuti prosedur yang digunakan oleh Altman (1968). Springate menggunakan empat dari 19 rasio keuangan dan menggunakan analisis multi diskriminan dengan menggunakan 40 perusahaan sebagai sampelnya. Model ini dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dengan tingkat keakuratan 92,5%. Model yang berhasil dikembangkan oleh Springate adalah:

30 S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D Keterangan: A = working capital / total assets B = net profit before interest and taxes / total assets C = net profit before taxes / total assets D = sales / total assets Model Altman Model prediksi kebangkrutan secara umum dikenal sebagai pengukuran atas kesulitan keuangan. Altman (1968) berpendapat bahwa pengukuran rasio profitabilitas, likuiditas, dan solvency merupakan rasio yang paling signifikan dari beberapa rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, Altman (1968) mengembangkan model prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode Multiple Discriminant Analysis pada lima jenis rasio keuangan yaitu working capital to total assets, retained earning to total assets, earning before interest and taxes to total assets, market value of equity to book value of total debts, dan sales to total assets. Model ini dikenal dengan Z- Score Altman, Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan (Supardi, 2003:73) formulanya adalah sebagai berikut:

31 Z-Score = 1,2T1 + 1,4T2 + 3,3T3 + 0,6T4 + 0,999T5 Keterangan: T1 = T2 = T3 = T4 = T5 = working capital / total assets retained earnings / total assets earnings before interest and taxes / total assets market capitalization / book value of debt sales / total assets Model yang dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang dilakukan agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan manufaktur yang go public melainkan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaan-perusahaan di sektor swasta (Syamsul Hadi dan Atika Anggraeni, ). Model tersebut mengalami perubahan pada satu variabel yaitu T4 dimana sebelumnya kapitalisasi pasar dirubah menjadi nilai buku modal, sehingga model revisinya menjadi sebagai berikut: Z-Score = 0,717T1 + 0,7T2 + 3,107T3 + 0,420T4 + 0,998T5 Keterangan: T1 = T2 = T3 = T4 = T5 = working capital / total assets retained earnings / total assets earnings before interest and taxes / total assets book value of equity / book value of debt sales / total assets

32 a. Modal Kerja/Total Aktiva (T1) Modal kerja yang dimaksud dalam T1 adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar, sedangkan Total Aktiva adalah merupakan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lain-lain. Rasio T1 pada dasarnya merupakan salah satu rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hasil rasio tersebut negatif apabila aktiva lancar lebih kecil dari kewajiban lancar. b. Laba Ditahan/Total Aktiva (T2) Laba ditahan merupakan jumlah atau bagian dari laba yang tidak dibagikan dalam bentuk dividen selama periode tertentu. Laba ditahan biasanya digunakan untuk perluasan usaha. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. c. Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aktiva (T3) Laba sebelum bunga dan pajak merupakan laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang diperoleh dari laba kotor dikurangi total biaya yang digunakan oleh perusahaan namun belum dikurangi dengan beban bunga dan pajak. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.

33 d. Nilai Pasar Modal Sendiri/Nilai Buku Hutang (T4) Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal dan saham, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri. e. Penjualan/Total Aktiva (T5) Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam 1 periode. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahan untuk menghasilkan pendapatan. Dari hasil analisa Model Altman, akan diperoleh nilai Z-Score yang dibagi dalam tiga tingkatan atau kategori, yaitu sebagai berikut: Tabel 2.4 Titik Cut-Off Model Altman Kategori Nilai Sehat jika Z > 2,90 Bangkrut jika Z < 1,23 Daerah Rawan (Grey area) jika Z 1,23 2,90 Sumber: Altman (1968)

34 2.5 Regulasi Pelaporan Keuangan di Indonesia Akuntansi merupakan suatu area aktivitas ekonomi dengan tingkat regulasi yang sangat tinggi (Scott, 2000). Pemerintah secara langsung terlibat dalam regulasi melalui hukum atau undang-undang. Terdapat tiga alasan yang diperlukan regulasi, yaitu kegagalan pasar, keinginan untuk melindungi kepentingan pemegang saham dan meningkatkan kredibilitas laporan keuangan. Regulasi dimaksudkan untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan publik (Cooper & Kim, 1983). Sedangkan Wolk dan Tearney (2000) menyatakan bahwa regulasi diperlukan karena kegagalan dalam pelaporan keuangan dan auditing. Bagi perusahaan publik di Indonesia penyampaian laporan keuangan diatur oleh pemerintah (Kementerian Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal) dengan mengeluarkan regulasi, seperti undang-undang dan sejumlah peraturan pasar modal. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dinyatakan secara jelas bahwa semua perusahaan publik yang terdaftar di pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala dan laporan insidental lainnya kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan mengumumkannya kepada masyarakat. Pada tahun 1996, Bapapem mengeluarkan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-80/PM/1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan auditor independennya kepada Bapepam selambatlambatnya pada akhir bulan keempat setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan.

35 Sejak tanggal 30 September 2003, Bapepam semakin memperketat peraturan dengan dikeluarkannya Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 ini menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambatlambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Pada tanggal 7 Desember 2006, untuk meningkatkan kualitas keterbukaan informasi kepada publik, diberlakukan Peraturan Bapepam dan Lembaga Keuangan (LK) Nomor X.K.6, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP- 134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik. Peraturan Bapepam dan LK Nomor X.K.6 ini menyatakan bahwa dalam hal penyampaian laporan tahunan dimaksud, melewati batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, maka hal tersebut diperhitungkan sebagai keterlambatan penyampaian laporan keuangan tahunan. Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatwaktuan dalam penyampaian laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal perihal kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala.

36 Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 paragraf 38, suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya paling lama 4 (empat) bulan setelah tanggal neraca (SAK, 2007:1,7), akan tetapi bagi perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dituntut untuk memenuhi peraturan berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Nomor 36/PM/2003, tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dengan Nomor Peraturan X.K.2, dimana perusahaan harus menyampaikan laporan keuangan tahunan selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban dalam menyampaikan laporan keuangan akan dikenakan sanksi administratif berupa denda berdasarkan ketentuan pasal 63 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal. 2.6 Kajian Empiris Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, antara lain adalah: (Dyer dan Mchugh,1975); Courtis (1976), (Davies dan Whittred, 1980); Garsomble (1981), Asthon et al. (1987), (Carslaw dan Kaplan, 1991); sedangkan penelitian di Indonesia dilakukan, antara lain oleh: (Meylisa dan Trisnawati, ); (Lianto dan Kusuma, ); Sistya Rachmawati (), Imam Subekti dkk (2004), Wiwik Utami (), (Utari Hilmi dan Syaiful Ali, ).

37 Dalam hal pelaporan laba/rugi perusahaan, Asthon et al. (1987), (Carslaw dan Kaplan, 1991), menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara laba/rugi dengan audit delay. Ini berarti bahwa perusahaan yang mengumumkan kerugian cenderung mengalami audit delay yang lebih panjang. (Carslaw dan Kaplan, 1991) menyatakan bahwa perusahaan yang melaporkan kerugian akan meminta auditor untuk menunda memulai auditnya dari biasanya. Sebaliknya, perusahaan yang melaporkan laba akan meminta auditor untuk segera menyelesaikan auditnya agar dapat segera menyampaikan berita baik kepada publik. Hasil penelitian Whittred (1980), membuktikan bahwa audit delay yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima qualified opinion. Fenomena ini terjadi karena proses pemberian pendapat dengan kualifikasi tersebut melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit. (Carslaw dan Kaplan, 1991) juga menemukan bahwa laporan keuangan yang mendapat pendapat selain unqualified opinion, akuntan publik harus mempertimbangkan banyak hal dan diharapkan memperoleh bukti yang memadai dalam mendukung pendapatnya. Proses pertimbangan yang dilakukan akuntan publik ini berkenaan dengan informasi yang tidak baik yang akan dipublikasikan kepada publik. Hasil penelitian yang sama juga didapatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Utami (), dimana opini audit mempengaruhi audit delay.

38 Hasil penelitian Asthon et al menemukan bahwa audit delay akan lebih pendek bagi perusahaan yang diaudit oleh KAP yang tergolong besar. Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian Meylisa Januar Iskandar dan Estralita Trisnawati () dan penelitian Sistya Rachmawati (), dimana Ukuran Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap audit delay. Schwartz dan Soo (1986), berpendapat bahwa perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan mengalami audit delay yang lebih panjang jika dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Hal ini kemudian dikembangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lai dan M.C.Cheuk (2005), Walker dan David Hay (), dengan menggunakan beberapa variabel penelitian yang salah satunya mengukur kondisi keuangan perusahaan dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Zmijewski. Ringkasan penelitian-penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini, ditunjukkan pada Tabel 2.6

39 Tabel 2.6 Penelitian-Penelitian Sebelumnya No Peneliti dan Judul Variabel Alat Hasil Penelitian Analisis (1) (2) (3) (4) (5) 1 Meylisa Januar Iskandar dan Estralita Trisnawati,, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Independen: Total Aset, Klasifikasi Industri, Laba atau Rugi Tahun Berjalan, Opini Audit, Ukuran Kantor Akuntan, Debt Proportion Regresi Berganda Rata-rata audit delay sebesar 72,9442 dengan standar deviasi sebesar 19, Total aset, opini audit, debt proportion tidak berpengaruh terhadap audit delay Indonesia Dependen: Klasifikasi Industri, Audit Delay laba atau rugi tahun berjalan, ukuran KAP berpengaruh terhadap audit 2 Novice Lianto dan Budi Hartono Kusuma,, Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay 3 Sistya Rachmawati,, Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness Independen: Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Jenis Industri Dependen: Audit Delay Independen: Faktor Internal: Profitabilitas, Solvabilitas, Internal Auditor dan Size Perusahaan Faktor Eksternal: Ukuran KAP Regresi Berganda Regresi Berganda delay Profitabilitas, Solvabilitas, Umur Perusahaan berpengaruh pada audit delay Ukuran Perusahaan, Jenis Industri tidak berpengaruh pada audit delay Rata-rata audit delay di Indonesia adalah 76 hari dengan standar deviasi 16 hari Faktor internal yang mempengaruhi audit delay adalah size perusahaan dan faktor eksternal adalah ukuran

40 4 Imam Subekti dkk, 2004, Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay di Indonesia Dependen: Audit Delay dan Timeliness Independen: Ukuran Perusahaan, Jenis Industri, Opini, Profitabilitas, Auditor Dependen: Audit Delay Regresi Berganda kantor akuntan publik. Faktor internal yang mempengaruhi timeliness adalah size perusahaan, solvabilitas dan faktor eksternal adalah ukuran kantor akuntan publik. Rata-rata audit delay di Indonesia tahun 2001 adalah 98,38 hari dengan standar deviasi 32,16 hari. Variabel profitabilitas, total aktiva perusahaan, jenis industri, opini dan ukuran auditor atau kantor akuntan publik mempengaruhi audit delay. 5 Mohamad Nor et al., Corporate Governance And Audit Delay In Malaysia Independen: Board Size, Board Independence, CEO duality and Audit committee size, Independence, Expertise and Diligence, Proxy by frequency of meetings Dependen: Audit Lag Regresi Berganda Minimum audit delay adalah 19 hari dan maksimum adalah 332 hari Terbukti bahwa perusahaan dengan lebih banyak anggota dalam komite audit dan frekuensi pertemuan komite audit lebih sering menghasilkan laporan audit yang tepat waktu

41 6 Monirul Alam and Peter J. Taylor, 1998, An Examination of Audit Delay: Evidence from Pakistan Independen: Size of the Company, Debt Equity Ratio, Profitability, Subsidiaries of Multinational Companies, Audit Firm Size Dependen: Audit Delay Regresi Berganda Companies audit fee, log of assets, profitability, subsidiaries of multinational companies, audit fee and international link of the audit firm berhubungan negatif dengan Audit Delay Debt to Equity Ratio berhubungan positif dengan Audit Delay 7 Ayoib Che Ahmad dan Shamharir Abidin,, Audit Delay of Listed Companies: A Case of Malaysia Independen: Industry Clasification, Total Assets, Number of Subsidiaries, Total of Inventory and Receivables dividend by Total Assets, Leverage, Solvability, Ratio Director Shareholding, Company Auditor, Financial Year Date, Auditor Opinion, Change Auditor Dependen: Audit Delay Regresi Berganda Rata-rata audit delay 114 hari dengan minimum delay 20 hari Total Aset, Rasio Kepemilikan Manajer, Subsidiaries Company, dan Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

42 8 Wiwik Utami,, Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa Efek Jakarta 9 Utari Hilmi dan Syaiful Ali,, Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan- Perusahaan yang Terdaftar di BEJ Periode ) Independen: Ukuran Perusahaan, Jenis Industri, Lamanya perusahaan menjadi klien sebuah kantor akuntan public, Jenis Opini yang diberikan oleh Akuntan Publik, Laba/Rugi, Rasio Hutang terhadap Ekuitas, Reputasi Auditor Dependen: Audit Delay Independen: Profitabilitas, Leverage keuangan, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Publik, Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP), Opini Auditor Dependen: Audit Delay Regresi Berganda Regresi Logistik (logistic regression) Secara simultan jenis opini auditor, laba/rugi emiten, lamanya emiten menjadi klien KAP, ukuran perusahaan, reputasi auditor, rasio hutang terhadap ekuitas dan jenis industry berpengaruh terhadap audit delay. Secara empiris determinan audit delay meliputi faktor (a) lamanya emiten menjadi klien sebuah kantor akuntan publik, (b) emiten mengalami kerugian dalam tahun berjalan, dan (c) laporan keuangan emiten mendapat opini selain unqualified dari akuntan publik. Variabel profitabilitas, likuiditas, kepemilikan publik, dan reputasi kantor akuntan publik berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan Variabel leverage keuangan, ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadp ketepatan waktu penyampaian LK

43 10 Lai dan M.C.Cheuk, 2005, Audit Delay, Audit Partner Rotation and Audit Firm Rotation: Evidence from Australia 11 Walker dan David Hay,, An Empirical Investigation of The Audir Report Lag: The Effect of Non-Audit Services Independen: Audit Partner Rotation, Audit Firm Rotation, Total Assets, Loss, Subsidiaries, Industry Clasification, Audit Opinion, Probability of Bankcuptcy, End of Report, Auditor, Stucture Audit Firm, Provision audit service Dependen: Audit Delay Explanatory V: Non-Audit Service Fee Control Variable: Audit Fee, Company Size, Overseas Ownership, Fiancial Condition, Industri, Likuidity, Loss, Financial Year- End, Auditor Size, Audit Opinion Type, IFRS Early Adopter Dependen: Audit Report Lag Rata-rata audit delay adalah 73 hari Audit Partner Rotation dan Audit Firm Rotation tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay Ada dua jenis lags yang tersedia di Australia: (1) Preliminary Lags dan (2) Earnings Announcement Lags. Adanya hubungan positif antara nonaudit service dalam tahun berjalan dengan audit delay

44 BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat bermanfaat bila disajikan secara akurat dan tepat waktu pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan. Nilai dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan. Menurut Suwardjono (2002:170), ketepatwaktuan informasi mengandung pengertian bahwa informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam keputusan. Dengan demikian, informasi yang memiliki prediksi tinggi menjadi tidak relevan apabila tidak tersedia pada saat dibutuhkan. Ketepatwaktuan mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, maksudnya untuk menjelaskan perubahan di dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi pada waktu membuat prediksi dan keputusan dalam perusahaan. Sedangkan ketepatwaktuan pelaporan itu sendiri dipengaruhi oleh lamanya proses audit yang dilakukan. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan proses penyampaian laporan keuangan adalah probabilitas kebangkrutan, dimana ketika perusahaan terindikasi mengalami kesulitan, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut ada kemungkinan akan mengalami kebangkrutan sehingga auditor memerlukan waktu yang lebih banyak lagi untuk mengetahui apa yang terjadi di perusahaan tersebut dan auditor juga membutuhkan lebih banyak data

45 yang diperlukan untuk dapat menghasilkan opini sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Hal inilah yang dapat menyebabkan adanya penundaan penyampaian laporan keuangan kepada publik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh probabilitas kebangkrutan sebagai variabel bebas pada audit delay. Rerangka berpikir ini secara diagramatis disajikan pada Gambar 3.1 berikut: Probabilitas Kebangkrutan Audit Delay Gambar 3.1 Rerangka Berpikir Pengaruh probabilitas kebangkrutan pada audit delay 3.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi (Moh. Nazir, 2003:151). Going concern (kelangsungan hidup) adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan suatu asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah (Petronela, 2004). Altman (1968) menyatakan bahwa perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan karena kebangkrutan

46 merupakan salah satu alasan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern. Prediksi tentang kemungkinan bangkrut atau tidaknya suatu perusahaan termasuk salah satu komponen keputusan tentang going concern. Dengan demikian, jika suatu perusahaan dinyatakan dalam kategori bangkrut oleh model keputusan tersebut, prediksi ini akan membantu kepastian dalam opini auditor yang berkaitan dengan kelangsungan hidup suatu entitas. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) seksi 341 (Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2001) menyatakan apabila auditor menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen. Dalam hal satuan usaha tidak memiliki rencana manajemen atau auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif mengurangi dampak negatif suatu kondisi atau peristiwa maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat. Apabila rencana manajemen dimungkinkan efektif untuk dilaksanakan, maka auditor harus mempertimbangkan kecukupan pengungkapan mengenai sifat, dampak kondisi, dan peristiwa yang semula menyebabkan ia yakin adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup satuan usaha. Probabilitas kebangkrutan adalah kemungkinan yang terjadi pada perusahaan dengan melakukan analisa terhadap kondisi perusahaan, kondisi ini diawali dengan adanya kesulitan keuangan yang jika tidak diatasi akan semakin memperburuk kondisi perusahaan tersebut bahkan cenderung mengarah pada kebangkrutan. Perusahaan yang diduga memiliki probabilitas kebangkrutan yang lebih besar cenderung akan mengalami audit delay yang lebih panjang. Hal ini

47 disebabkan ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, cenderung akan terjadi penundaan pelaporan keuangan, karena auditor memerlukan waktu yang lebih lama dalam proses audit dan juga auditor memerlukan data tambahan yang diperlukan untuk dapat menghasilkan opini yang sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lai dan M.C.Cheuk (2005) dalam penelitiannya tentang pengaruh rotasi partner audit dan rotasi kantor akuntan publik pada audit delay pada perusahaan di Australia serta penelitian yang dilakukan oleh Walker dan David Hay () yang meneliti dampak jasa non-audit pada audit delay pada perusahaan di New Zealand, menggunakan variabel probabilitas kebangkrutan sebagai proksi untuk mengetahui kesulitan keuangan suatu perusahaan, ditemukan bahwa probabilitas kebangkrutan berpengaruh pada audit delay. Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pemikiran, penelitian ini menggunakan hipotesis asosiatif untuk melihat ada pengaruh antara probabilitas kebangkrutan terhadap audit delay. Adapun hipotesis penelitian yang dirumuskan adalah sebagai berikut: Probabilitas Kebangkrutan berpengaruh pada audit delay.

48 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Menurut Jogiyanto (2007), rancangan penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil riset menjadi valid, objektif, efisien dan efektif. Rancangan penelitian merupakan kerangka untuk menunjukkan variabel-variabel yang diteliti dan menggambarkan langkah-langkah untuk setiap aktivitas penelitian. Merancang penelitian berarti menentukan jenis risetnya, menentukan data yang akan digunakan dan merancang model empiris untuk menguji hipotesis-hipotesis yang dibangun. Berdasarkan topik yang dibahas, variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probabilitas kebangkrutan sebagai variabel independen dan audit delay sebagai variabel dependen. Variabel-variabel ini diperoleh melalui kajian teoritis dan kajian empiris. Melalui kajian tersebut dirumuskan masalah penelitian dan dibuat hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian secara statistik maka perlu untuk menentukan sampel penelitian, sumber datanya, dan metode pengumpulan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan model regresi linear sederhana. Hasil analisis selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat menjawab permasalahan yang ada dan diakhiri dengan membuat simpulan atas hasil yang diperoleh serta memberi saran-saran untuk penelitian selanjutnya yang akan mengangkat topik yang sama.

PENGARUH PROBABILITAS KEBANGKRUTAN PADA AUDIT DELAY

PENGARUH PROBABILITAS KEBANGKRUTAN PADA AUDIT DELAY TESIS PENGARUH PROBABILITAS KEBANGKRUTAN PADA AUDIT DELAY R RULICK SETYAHADI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012 TESIS PENGARUH PROBABILITAS KEBANGKRUTAN PADA AUDIT DELAY R RULICK SETYAHADI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress Financial distress atau kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Go Public adalah perusahaan terbuka yang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Go Public adalah perusahaan terbuka yang melakukan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Go Public adalah perusahaan terbuka yang melakukan kegiatan penawaran saham kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh Undang-Undang Pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand theory) dan teori harapan sebagai teori pendukung (supporting theory). Disamping itu bab ini juga menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah go public. Seiring pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. telah go public. Seiring pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam mendukung keberlangsungan suatu perusahaan, terutama perusahaan yang telah go public. Seiring pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan dan penyampaian informasi keuangan dari suatu perusahaan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan dan penyampaian informasi keuangan dari suatu perusahaan. Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaporan keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan penyampaian informasi keuangan dari suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN 9 BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN 2.1 Going Concern Going concern adalah dalil yang menyatakan bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas, yang disebut dengan go public. Setiap perusahaan go public diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. luas, yang disebut dengan go public. Setiap perusahaan go public diwajibkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia menyebabkan meningkatnya kebutuhan perusahaan akan dana yang lebih besar. Sumber pendanaan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan berupa informasi UKDW

BAB I PENDAHULUAN. dari kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan berupa informasi UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap entitas usaha badan maupun perseorangan tidak dapat terlepas dari kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan berupa informasi akuntansi dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketepatan waktu (timeliness) merupakan salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketepatan waktu (timeliness) merupakan salah satu faktor penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketepatan waktu (timeliness) merupakan salah satu faktor penting dalam penyajian suatu informasi yang relevan. Informasi akan mempunyai manfaat jika disampaikan

Lebih terperinci

PENGARUH PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERGANTIAN MANAJEMEN PADA AUDIT REPORT LAG PERUSAHAAN PERBANKAN

PENGARUH PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERGANTIAN MANAJEMEN PADA AUDIT REPORT LAG PERUSAHAAN PERBANKAN PENGARUH PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERGANTIAN MANAJEMEN PADA AUDIT REPORT LAG PERUSAHAAN PERBANKAN Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Astuti dan Ramantha (2014) melakukan penelitian dengan judul pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Astuti dan Ramantha (2014) melakukan penelitian dengan judul pengaruh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Astuti dan Ramantha (2014) Astuti dan Ramantha (2014) melakukan penelitian dengan judul pengaruh audit fee, opini going concern, financial distress,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (intern

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (intern BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (intern perusahaan) dengan pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat ditandai dengan ketatnya

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat ditandai dengan ketatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat ditandai dengan ketatnya persaingan baik dari kompetitor maupun new entry, menuntut perusahaan untuk terus berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi pada saat ini, para investor memerlukan lebih banyak informasi yang relevan

BAB I PENDAHULUAN. investasi pada saat ini, para investor memerlukan lebih banyak informasi yang relevan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan meningkatnya kompleksitas kegiatan operasi bisnis dan pertumbuhan investasi pada saat ini, para investor memerlukan lebih banyak informasi

Lebih terperinci

PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS PENGARUH CASH RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA I GEDE ANANDITHA WICAKSANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara internal perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan. Laporan keuangan juga digunakan sebagai wahana dalam mempublikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan, utamanya perusahaan yang telah go public.

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan, utamanya perusahaan yang telah go public. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneitian Laporan Keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (intern perusahaan) dengan pihak luar perusahaan. Laporan keuangan dirancang untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Referensi-Referensi Penunjang dan Jurnal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Referensi-Referensi Penunjang dan Jurnal 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Referensi-Referensi Penunjang dan Jurnal Penelitian tentang tentang analisis faktor faktor yang mempengaruhi audit timeliness pada perusahaan property and real estate yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan informasi yang relevan dan tepat waktu dalam setiap pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan informasi yang relevan dan tepat waktu dalam setiap pembuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya kegiatan operasi bisnis dan pertumbuhan investasi yang sangat pesat saat ini dengan tingkat persaingan yang sangat ketat, sehingga investor memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyajikan laporan keuangan merupakan cara perusahaan dalam menggambarkan kondisi keuangannya pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adanya gambaran kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan go public di Indonesia menjadikan laporan keuangan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan go public di Indonesia menjadikan laporan keuangan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan oleh manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Perkembangan perusahaan go

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Kepatuhan (Compliance Theory) Kepatuhan berasal dari kata patuh, yang menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut (APB Statement No. 4). Menurut Standar Akuntansi Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut (APB Statement No. 4). Menurut Standar Akuntansi Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menyampaikan berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomi mengenai sumber daya yang dimiliki serta kinerjanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian saat ini mempengaruhi perkembangan. perusahaan-perusahaan go public di Indonesia, sehingga berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian saat ini mempengaruhi perkembangan. perusahaan-perusahaan go public di Indonesia, sehingga berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian saat ini mempengaruhi perkembangan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia, sehingga berdampak pada perkembangan pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menentukan keberlangsungan suatu perusahaan (going concern). Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menentukan keberlangsungan suatu perusahaan (going concern). Laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan memiliki peran penting dalam dunia bisnis. Hal ini disebabkan laporan keuangan dapat mencerminkan bagus tidaknya posisi suatu perusahaan sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diselesaikan oleh auditor. Perbedaan waktu ini dalam audit sering disebut audit

BAB I PENDAHULUAN. yang diselesaikan oleh auditor. Perbedaan waktu ini dalam audit sering disebut audit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber dana yang paling banyak di dapat dalam mendanai perusahaan adalah dari investor di pasar modal yang menanamkan dananya di perusahaan. Perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akuntansi adalah aktivitas jasa yang memberikan informasi kuantitatif bersifat keuangan dalam kesatuan ekonomi yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pasar modal dewasa ini meningkat dengan sangat pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pasar modal dewasa ini meningkat dengan sangat pesat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pasar modal dewasa ini meningkat dengan sangat pesat dan di masa mendatang bisnis akan menjadi sedemikian kompleks, dengan tingkat persaingan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian informasi dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian informasi dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyajian informasi dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat waktu pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan. Nilai dan ketepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor (Jumratul dan Wiratmaja, 2014: 63 dalam Apriyani, 2015). Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. investor (Jumratul dan Wiratmaja, 2014: 63 dalam Apriyani, 2015). Perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu wadah bagi perusahaan publik untuk mencari investor (Jumratul dan Wiratmaja, 2014: 63 dalam Apriyani, 2015). Perusahaan publik harus memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja suatu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis yang ketat saat ini membuat semakin banyak perusahaan yang memerlukan dana untuk mengembangkan bisnisnya. Salah satu cara yang dilakukan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya pasar modal pada saat ini maka makin banyak persaingan antar perusahaan untuk menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh investor. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan akan audit laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan akan audit laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan informasi keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia berdampak pada peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan informasi keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Perkembangan perusahaan go publik di Indonesia menjadikan laporan keuangan sebagai kebutuhan utama setiap perusahaan. Hal tersebut ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi-informasi dan pengukuran ekonomi mengenai sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi-informasi dan pengukuran ekonomi mengenai sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan Keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (intern perusahaan) dengan pihak luar perusahaan. Laporan keuangan dirancang untuk memberikan informasi-informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR...... iv ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat pada masa yang akan datang. Persaingan terjadi dalam penyediaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat pada masa yang akan datang. Persaingan terjadi dalam penyediaan 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal saat ini telah meningkat dengan sangat pesat. Bisnis investasi menjadi sedemikian kompleks dengan tingkat persaingan yang sangat ketat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semakin berkembangnya perekonomian di dunia khususnya Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semakin berkembangnya perekonomian di dunia khususnya Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya perekonomian di dunia khususnya Indonesia, mengakibatkan perubahan yang signifikan di berbagai bidang kehidupan. Orang - orang mulai melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemanfaatan laporan keuangan. Menurut Suwardjono ketepatwaktuan informasi. relevan apabila tidak tersedia pada saat dibutuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemanfaatan laporan keuangan. Menurut Suwardjono ketepatwaktuan informasi. relevan apabila tidak tersedia pada saat dibutuhkan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyajian informasi dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat waktu pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan. Nilai dan ketepatan waktu pelaporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan tinjauan pustaka. Pada bab ini terdiri dari landasan teori yang menguraikan teori-teori yang relevan dengan penelitian, telaah penelitian terdahulu, kerangka pemikiran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Teori Keagenan (Agency theory) Teori keagenan merupsksn salah satu cara untuk lebih memahami ekonomi informasi dengan mem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan Rasio adalah satu angka yang dinyatakan dalam hubugannya dengan yang lain (Harvarindo 2010:12). Dimana angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2010), laporan keuangan juga mempunyai peran yang penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. (2010), laporan keuangan juga mempunyai peran yang penting dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan proses akhir dari proses akuntansi yang berfungsi sebagai media untuk memberikan informasi kepada calon investor, calon kreditor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh investor (Puspitasari dan Latrini, 2014). Penyampaian Laporan Keuangan Berkala yang berisi laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh investor (Puspitasari dan Latrini, 2014). Penyampaian Laporan Keuangan Berkala yang berisi laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan. Setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin meningkat. Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin meningkat. Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan go public di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan audit laporan keuangan yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengambilan keputusan. Selain itu laporan keuangan juga berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengambilan keputusan. Selain itu laporan keuangan juga berfungsi sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan proses akhir dari proses akuntansi yang berfungsi sebagai media untuk memberikan informasi kepada calon investor, calon kreditor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha. Disatu sisi, Indonesia merupakan negara yang memiliki daya

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha. Disatu sisi, Indonesia merupakan negara yang memiliki daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja pasar yang terus meningkat tidak terlepas dari terus membaiknya kondisi fundamental ekonomi Indonesia. Pasar modal menjadi salah satu jasa keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai penyedia informasi suatu perusahaan (Suardi, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai penyedia informasi suatu perusahaan (Suardi, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dengan pihak luar perusahaan. Laporan keuangan menggambarkan kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan potret implementasi. mencerminkan betapa pentingnya ketepatan waktu (timeliness) penyajian

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan potret implementasi. mencerminkan betapa pentingnya ketepatan waktu (timeliness) penyajian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan potret implementasi pertanggungjawaban perusahaan kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan atas laporan keuangan tersebut. Laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya perusahaan go public yang ada di Indonesia menyebabkan perusahaan-perusahaan besar membutuhkan sumber dana dari luar. Salah satu cara memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah diaudit oleh auditor yang independen. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang telah diaudit oleh auditor yang independen. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang berada di Indonesia mengalami perkembangan dengan sangat pesat, hal ini berdampak pada meningkatnya permintaan jasa audit atas laporan keuangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Adanya pasar modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan merupakan ringkasan informasi yang menyajikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan merupakan ringkasan informasi yang menyajikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan informasi yang menyajikan tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara ekonomis serta pengelolaan sumberdaya secara kualitatif melalui kinerja

BAB I PENDAHULUAN. secara ekonomis serta pengelolaan sumberdaya secara kualitatif melalui kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaporan keuangan merupakan suatu mekanisme penyampaian informasi mengenai sumberdaya yang dimiliki perusahaan, yang meliputi pengukuran secara ekonomis serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standar Akuntansi Keuangan ( 2014 ), terdapat empat karakteristik kualitatif untuk

BAB I PENDAHULUAN. Standar Akuntansi Keuangan ( 2014 ), terdapat empat karakteristik kualitatif untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan ( 2014 ), terdapat empat karakteristik kualitatif untuk membuat kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna. Informasi

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna. Informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja suatu perusahaan. Menurut IAI (2009) tujuan dari laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan berisi tentang posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pasar modal di Indonesia yang semakin berkembang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pasar modal di Indonesia yang semakin berkembang pesat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pasar modal di Indonesia yang semakin berkembang pesat, permintaan akan audit laporan keuangan pun semakin meningkat. Perusahaan go public diwajibkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini. 1. Ni Wayan Rustiarini dan Ni Wayan Sugiarti (2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini. 1. Ni Wayan Rustiarini dan Ni Wayan Sugiarti (2013) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Berikut dapat diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini. 1. Ni Wayan Rustiarini dan Ni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Entitas bisnis atau perusahaan yang berdiri pasti akan menerbitkan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Entitas bisnis atau perusahaan yang berdiri pasti akan menerbitkan laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Entitas bisnis atau perusahaan yang berdiri pasti akan menerbitkan laporan keuangan. Laporan keuangan ini merupakan sebuah informasi yang nantinya akan di pergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go publik

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go publik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go publik diharuskan untuk menyusun laporan keuangan setiap periodenya. Laporan keuangan merupakan proses akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan proses akhir dari proses akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan proses akhir dari proses akuntansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan proses akhir dari proses akuntansi yang berfungsi sebagai media untuk memberikan informasi untuk calon investor, calon kreditor, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kasus pelanggaran ketentuan di bidang pasar modal (www.hukumonline.com,

BAB I PENDAHULUAN. karena kasus pelanggaran ketentuan di bidang pasar modal (www.hukumonline.com, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sepanjang berdiri hingga tanggal 13 Agustus 2014, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menjatuhkan sebanyak 316 sanksi administratif kepada pelaku industri di pasar

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA ii TESIS ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA I DEWA AYU KRISTIANTARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan audit. yang go public selanjutnya ternyata tidak mudah, hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan audit. yang go public selanjutnya ternyata tidak mudah, hal ini dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan audit (timeliness) merupakan syarat utama bagi peningkatan harga pasar saham perusahaan-perusahaan go

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu perusahaan, terutama pada perusahaan yang telah go public. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu perusahaan, terutama pada perusahaan yang telah go public. Seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam mendukung keberlangsungan suatu perusahaan, terutama pada perusahaan yang telah go public. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan dan

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan selama satu periode. Laporan ini mempunyai peran yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Keuangan (PSAK) No.1 terdiri dari komponen-komponen, (a) Neraca, (b)

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Keuangan (PSAK) No.1 terdiri dari komponen-komponen, (a) Neraca, (b) BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 terdiri dari komponen-komponen, (a) Neraca, (b)

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORA N KEUANGAN

FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORA N KEUANGAN FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORA N KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ) TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas yang dilakukan oleh perekonomian nasional dan internasional sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas yang dilakukan oleh perekonomian nasional dan internasional sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi yang kiat membuat perekonomian di Indonesia semakin signifikan mengalami perkembangan ini, mendorong semakin berkembangnya pula perdagangan bebas

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT REPORT LAG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT REPORT LAG JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 12, No. 2, Agustus 2010, Hlm. 97-106 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT REPORT LAG NOVICE LIANTO dan BUDI HARTONO KUSUMA Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai suatu instrument untuk mengukur kinerja perusahaan. Para pengguna

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai suatu instrument untuk mengukur kinerja perusahaan. Para pengguna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang digunakan sebagai informasi oleh investor, calon investor, manajemen, kreditor, regulator,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan regulasi pasar modal (Bapepam). Tujuan laporan keuangan adalah

BAB I PENDAHULUAN. badan regulasi pasar modal (Bapepam). Tujuan laporan keuangan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap emiten wajib menyampaikan laporan keuangan berkala kepada badan regulasi pasar modal (Bapepam). Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN SATYANING AYU FIRDAYANI Satya_firda@yahoo.co.id UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA ABSTRACT This study aimed to analyze

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agent (agen yang mengatur manajemen sebuah usaha) dan principal (pemilik usaha). Pemilik usaha disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung dengan informasi yang dihasilkan dengan sistem informasi. investasi, kredit dan yang serupa secara rasional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung dengan informasi yang dihasilkan dengan sistem informasi. investasi, kredit dan yang serupa secara rasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pelaporan keuangan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban managemen dalam pengelolaan sumber daya perusahaan terhadap berbagai pihak yang terkait dengan

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN PADA RETURN SAHAM PADA EX-DIVIDEND DAY DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN PADA RETURN SAHAM PADA EX-DIVIDEND DAY DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN PADA RETURN SAHAM PADA EX-DIVIDEND DAY DI BURSA EFEK INDONESIA NYOMAN SHUADNYANA PUTRA NIM. : 0791662029 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan perusahaan dapat diartikan sebagai kinerja keuangan suatu perusahaan, selain itu juga dapat diartikan sebagai prospek atau masa depan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang pesat. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan audit

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang pesat. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan audit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan audit laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cost-benefit, dan materialitas. Relevansi informasi keuangan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. cost-benefit, dan materialitas. Relevansi informasi keuangan dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya perusahaan yang go public membuat semakin banyaknya keperluan akan informasi keuangan. Informasi keuangan tersebut haruslah memberikan manfaat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go public

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go public BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia perekonomian di Indonesia yang sangat pesat, kebutuhan akan informasi yang lengkap, tepat waktu, dan berkualitas tentang suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan serta merupakan gambaran bentuk kinerja manajemen dalam mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Financial Distress. Financial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan perusahaan. Financial distress terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam menggambarkan kinerja suatu perusahaan. Seiring pesatnya perkembangan jumlah perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber eksternal untuk mendapatkan dana ialah dengan go public atau. menjual saham perusahaan kepada para investor di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. sumber eksternal untuk mendapatkan dana ialah dengan go public atau. menjual saham perusahaan kepada para investor di pasar modal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi batas geografis bukan lagi hambatan dalam berbisnis, persaingan bisnis semakin ketat karena kompetitor bukan hanya perusahaan dalam negeri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis 1.1.1. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan perusahaan go public menjadikan laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan perusahaan go public menjadikan laporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Perkembangan perusahaan go public menjadikan laporan keuangan sebagai kebutuhan utama setiap perusahaan. Laporan keuangan disusun dan disajikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai perusahaan go public. Sehingga perkembangan perusahaan go

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai perusahaan go public. Sehingga perkembangan perusahaan go BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis di Indonesia beberapa tahun terakhir ini sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (predictive value), (b) informasi mempunyai umpan balik (feedback value), dan (c)

BAB I PENDAHULUAN. (predictive value), (b) informasi mempunyai umpan balik (feedback value), dan (c) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi akuntansi berguna apabila informasi tersebut relevan dan reliabel. Menurut SAK (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009), informasi yang relevan adalah informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Menurut Harahap (2008:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu dan bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Sehingga banyaknya perusahaan yang go public membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Sehingga banyaknya perusahaan yang go public membuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di suatu negara, karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan atas perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat luas, laporan

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan atas perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat luas, laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan go public adalah perusahaan yang menjual sebagian kepemilikan atas perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat luas, laporan keuangan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah informasi yang memberikan pengaruh sangat besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah informasi yang memberikan pengaruh sangat besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan adalah informasi yang memberikan pengaruh sangat besar bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Laporan keuangan merupakan informasi yang menyangkut posisi

Lebih terperinci

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN 2.1 Going Concern Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada perusahaan yang mempunyai masalah keuangan, tapi dianggap masih mampu untuk melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyajian suatu informasi yang relevan. Informasi tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyajian suatu informasi yang relevan. Informasi tersebut akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketepatan waktu (timelines) merupakan salah satu faktor terpenting dalam penyajian suatu informasi yang relevan. Informasi tersebut akan bermanfaat jika disampaikan

Lebih terperinci

PERBEDAAN AUDIT REPORT LAG BERDASARKAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK, OPINI AUDIT DAN JENIS INDUSTRI. Harini Antika Puspa Lensa Rustiana

PERBEDAAN AUDIT REPORT LAG BERDASARKAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK, OPINI AUDIT DAN JENIS INDUSTRI. Harini Antika Puspa Lensa Rustiana PERBEDAAN AUDIT REPORT LAG BERDASARKAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK, OPINI AUDIT DAN JENIS INDUSTRI Harini Antika Puspa Lensa Rustiana Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan berkembangnya perusahaan go public di Indonesia. Perusahaan go

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan berkembangnya perusahaan go public di Indonesia. Perusahaan go BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan aktivitas pada Bursa Efek Indonesia semakin meningkat yang ditandai dengan berkembangnya perusahaan go public di Indonesia. Perusahaan go public

Lebih terperinci