Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
|
|
- Ida Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan. Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan strategis. Dalam upaya mengurangi disparitas pembangunan antara kawasan pusat pertumbuhan (Kota Metropolitan Palembang) dengan kawasan-kawasan di sekitarnya dan upaya optimalisasi potensi kawasan, maka diperlukan strategi pengembangan wilayah pada kawasan-kawasan yang memiliki peran strategis sebagai motor penggerak bagi pembangunan kawasan-kawasan di sekitarnya, baik dalam aspek ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan lingkungan. Penetapan kawasan strategis harus didukung oleh tujuan tertentu daerah sesuai pertimbangan aspek strategis masing-masing kabupaten. strategis yang ada di kabupaten memiliki peluang sebagai kawasan strategis nasional dan provinsi. Penetapan kawasan strategis kabupaten didasarkan pada kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan. 5.1 DI KABUPATEN BANYUASIN strategis ditetapkan selain dengan memperhatikan kondisi wilayah Kabupaten juga memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis provinsi yang ada di wilayah Kabupaten. Meninjau dari penetapan PP 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), di Kabupaten Banyuasin tidak terdapat kawasan strategis yang menjadi kawasan strategis nasional, sehingga strategis yang terdapat di Kabupaten Banyuasin terdiri dari : V-1
2 1. strategis provinsi yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Sumatera Selatan. 2. strategis kabupaten merupakan hasil perumusan dan kesepakatan pemangku kepentingan (stakeholder) penataan ruang wilayah Kabupaten Banyuasin Strategis Provinsi di Kabupaten Banyuasin Strategis Provinsi yang direncanakan untuk Kabupaten Banyuasin adalah : 1. Perkotaan Metropolitan Palembang, merupakan kawasan strategis yang ditetapkan dengan kepentingan kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek potensi ekonomi cepat tumbuh serta dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi. Kendati belum ditetapkan delineasi kawasannya secara jelas, Strategis Metropolitan Palembang ini akan dikembangkan ke arah lebih luas yang mencakup sebagian wilayah Kabupaten Banyuasin, dengan arahan penangan : Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, melalui revitalisasi kawasan, penataan lingkungan sekitar, peningkatan aksesibilitas menuju kawasan dalam mendukung peningkatan fungsi kawasan sebagai kawasan metropolitan Pengembangan pembangunan vertikal Berpotensi sebagai kawasan ekonomi untuk persaingan di tingkat regional Perlu sinergitas infrastruktur Perlu sinergitas pembangunan antar daerah 2. Pelabuhan Tanjung Api-Api, merupakan kawasan strategis yang ditetapkan dengan kepentingan kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek potensi ekonomi cepat tumbuh serta dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi. Tanjung Api-Api berlokasi di Kecamatan Banyuasin II, arahan dari RTRWP Sumatera Selatan untuk penanganannya meliputi : Meningkatkan aksesibilitas dan sarana penunjang pelabuhan dan kawasan industri Perlu dikendalikan agar tidak merambah kawasan hutan V-2
3 Mengembangkan pelabuhan internasional Mengintegrasikan dengan pengembangan wilayah disekitarnya Kerjasama dengan pihak swasta. 3. Taman Nasional Sembilang, merupakan kawasan strategis yang ditetapkan dengan kepentingan kawasan yang memiliki nilai strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yang merupakan kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan serta memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian. Berlokasi di Kecamatan Banyuasin II seluas Ha, dengan arahan penanganan : Penyusunan Renstra dan peraturan zonasi Pengendalian pemanfaatan SDA yang melebihi daya dukung lingkungan Rehabilitasi/revitalisasi kawasan hutan mangrove Rehabilitasi dan revitalisasi fungsi konservasi kawasan 4. Minapolitan, merupakan kawasan strategis yang ditetapkan dengan kepentingan kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek Sektor unggulan perikanan dan industri yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi serta Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, namun dalam draft RTRWP Sumatera Selatan lokasinya tidak ditentukan. Artinya Pemerintah Kabupaten Banyuasin dapat menentukan lokasi untuk kawsan strategis minapolitan tersebut. Sedangkan untuk arahan dari RTRWP Sumatera Selatan untuk penanganannya meliputi : tambahkan lokasi Penyusunan RDTR danperaturan Zonasi Mempertahankan tingkat produksi pangan dari sektor perikanan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan lumbung pangan; Mempertahankan luasan lahan budidaya perikanan Meningkatkan produktivitas perikanan budidaya Meningkatkan pendapatan nelayan/pembudidaya dengan program multiaktivitas minabisnis Mengembangkan kawasan minabisnis dari hulu hingga hilir yang sesuai dengan potensi kawasan V-3
4 5.1.2 Strategis Kabupaten Banyuasin. strategis kabupaten adalah kawasan pada wilayah kabupaten Banyuasin yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. 1. Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Ekonomi Merupakan kawasan-kawasan yang dapat berperan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara makro dengan memanfaatkan potensi wilayah yang ada. Rencana pengembangan kawasan strategis bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut : a. Pendukung Perkotaan Metropolitan Palembang strategis ini merupakan kawasan di wilayah Kabupaten Banyuasin yang difungsikan untuk mendukung kawasan strategis Provinsi Sumatera Selatan yaitu kawasan perkotaan metripolitan Palembang. Delineasi kawasan tersebut menjadi kewenangan Kabupaten yang meliputi : Kota Terpadu Mandiri (KTM) Telang, Merupakan kawasan transmigrasi yang pembangunan dan pengembangannya dirancang menjadi pusat pertumbuhan yang mempunyai fungsi perkotaan melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. tersebut berlokasi di Kecamatan Muara Telang dengan kegiatan utama sebagai pusat kegiatan agribisnis dan pusat kegiatan perdagangan, dimana pengembangannya diharapkan mampu mewujudkan tujuan dari pembangunan Kota Terpadu Mandiri tersebut, yaitu : - Menciptakan sentra-sentra agribisnis dan agroindustri yang mampu menarik investasi swasta untuk menumbuh-kembangka kegiatan ekonomi transmigran dan penduduk sekitar, serta membuka peluang usaha dan kesempatan kerja. - Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan transmigran dan penduduk sekitar. - Meningkatkan kemudahan transmigran dan penduduk sekitar untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar. Adapun arahan pengembangan untuk kawasan Kota Terpadu Mandiri Telang, diantaranya : - Pengembangan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi V-4
5 - Revisi Masterplan KTM - Peningkatan investasi budidaya dan industri pertanian, jasa dan perdagangan. - Penguatan kelembagaan dan masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan kawasan KTM Perdagangan Betung. strategis ini memiliki nilai sangat strategis sebagai pintu gerbang perbatasan kabupaten, yaitu antara Kabupaten Banyuasin dengan Kabupaten Musi Banyuasin. Betung memiliki peran sebagai pusat pelayanan kegiatan (PPK). koridor ini memiliki potensi untuk pengembangan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan akses jalan regional bahkan nasional seperti pendukung kegiatan industri atau zona industri, pergudangan, rest area. Lokasi yang strategis tersebut membuat kawasan ini sangat sesuai untuk pengembangan kawasan perdagangan skala regional. Kedapannya rencana pengembangan kawasan tersebut berupa : - Penyusunan rencana Detail - Pengembangan sarana dan prasarana transportasi. - Pengaturan ruang pemanfaatan ruang koridor jalan Betung-Musi Banyuasin - Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa Pusat Pemerintahan Pangkalan Balai ini dikembangkan menjadi lokasi perkantoran yang memiliki nilai strategis, yaitu menjadi lokasi pusat perkantoran Kabupaten. Berdasarkan struktur ruang yang akan dibentuk, Pangkalan Balai direncanakan menjadi PKL. Dengan demikian kawasan tersebut akan mengemban fungsi sebagai pusat pemerintah, perdagangan dan jasa yang melayani Kabupaten Banyuasin secara keseluruhan sehingga kawasan ini diharapkan menjadi kawasan yang memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh. Rencana pengembangan kawasan tersebut diantaranya : - Penyususan RTBL - Pengembangan Fasilitas Perkantoran - Pengembangan Fasilitas Permukiman perkotaan - Pengembangan fasilitas sosial-ekonomi - Pengembangan sarana dan prasarana transportasi Pusat Permukiman Perkotaan V-5
6 Sukajadi dan Sukomoro (Kec. Talang Kelapa), Jakabaring, Rambutan (Kec. Rambutan) dan Mariana (Kec. Banyuasin I) dikembangkan menjadi kawasan strategis yang berfungsi menjadi pendukung lokasi kawasan perkotaan Palembang. tersebut difungsikan untuk pusat kegiatan permukiman perkotaan. Rencana pengembangan kawasan ini diantaranya : - Penyususnan RTBL - Penataan Kasiba dan Lisiba - Rencana pengembangan perumahan - Rencana pengembangan fasilitas umum pendukung permukiman - Pengembangan utilitas - Pengembangan jaringan transportasi b. Strategis Pertanian ini merupakan kawasan strategis yang kegiatan utamanya pada sektor pertanian meliputi agropolitan, pertanian pangan, perkebunan berbasis industri dan migas serta perikanan. Agropolitan Pengembangan kawasan agropolitan difokuskan pada Kec. Tanjung Lago, Keberadaan kawasan ini berupa sentra pertanian lahan basah dan hortikultura yang dapat dijadikan sebagai kawasan agrowisata dan pendidikan untuk pengenalan bentuk dan jenis tanaman pangan, sayuran serta buah buahan juga mengetahui tentang teknik pengelolaannya. Diharapkan kawasan ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat sekitar maupun pertumbuhan ekonomi kabupaten melalui potensi pertanian yang dimiliki. Arahan pengembangan untuk kawasan agropolitan ini yaitu : - Penyusunan Masterplan - Penyusunan rencana detail tata ruang kawasan - pengembangan wilayah sentra produksi - Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi - Peningkatan Infrastruktur transportasi ke daerah sentra produksi - peningkatan produktivitas melalui penggunanaan teknologi tepat guna - penyuluhan dan bimbingan kelompok tani, koperasi dan usaha keci - Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas pertanian V-6
7 - Pengembangan jaringan pasar dan promosi - Pengembangan jaringan kerjasama antar daerah pengelola kawasan, pemerintah dan swasta - Pengembangan lembaga pembiayaan Industri Masyarakat Perkebunan (Kimbun) ini ditujukan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari kegiatan perkebunan. Hasil Perkebunan cenderung berfluktuasi, sehingga diperlukan untuk mengembangkan usaha melalui industri. Pengembangan dari KIMBUN ini berupa zona industri yang bertumpu pada pengolahan hasil pertanian (agro industri) yang berasal dari perkebunan. DiKabupaten Banyuasin telah ditetapkan beberapa kawasan yang memiliki fungsi sebagai kawasan KIMBUN, yaitu KIMBUN Muara Padang yang terdiri dari Kec. Banyuasin I, Kec. Air Kumbang, Kec. Muara Padang dan Kec. Rambutan. Arahan pengembangan untuk kawasan ini adalah : - Penyusunan Masterplan - Peningkatan sarana penunjang produksi seperti listrik, air bersih, pengolahan limbah serta perlu adanya manajemen yang focus terhadap pengelolaan industri berbasis perkebunan sesuai komoditas secara professional. - Pengembangan jaringan trasportasi untuk kemudahan proses distribusi - Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas pertanian - Pengembangan jaringan pasar dan promosi Sentra Produksi Beras Pertanian Pasang Surut pasang surut di Kabupaten Banyuasin sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian padi pasang surut. pertanian pasang surut tersebut diarahkan untuk pengembangan kawasan sentra produksi beras yang dipusatkan di Kecamatan Tanjunglago, Kecamatan Muara Telang dan Kecamatan Sumber Marga Telang. Kondisi tersebut menjadikan Kabupaten Banyuasin sebagai pensuplay terbesar lumbung pangan nasional di Sumatera Selatan. pertanian pasang surut ini menjadi kegiatan utama bagi sebagian besar penduduk Kabupaten Banyuasin yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi penduduk dan penyumbang PDRB bagi Kabupaten Banyuasin. Untuk kedepannya arahan pengembangan kawasan pertanian pasang surut ini yaitu : V-7
8 - Perlindungan kawasan dari konversi melalui pengendalian dan penetapan rencana zonasi - Peningkatan produksi hasil pertanian dan industri pengelolahan hasil melalui pengembangan aplikasi budidaya dan bibit unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim (teknologi) - Peningkatan dan Pengembangan Infrastruktur pendukung pertanian - Evaluasi, revitalisasi dan Peningkatan pengelolaan jaringan irigasi/daerah reklamasi rawa - Pengembangan lumbung padi - Pengembangan sistem Perlindungan hak-hak petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani. c. Sentra Pertambangan dan Migas Sentra Pertambangan Migas Kec. Pulau Rimau dan Kec. Tungkal Ilir termasuk didalamnya Teluk Betung, Penuguaan, Mukut, Bentayan dan Kluang. ini difungsikan sebagai kawasan KIMBUN dan Migas Arahan pengembangan untuk kawasan ini adalah : - Perlindungan kawasan dari konversi melalui pengendalian dan penetapan rencana zonasi - Peningkatan sarana penunjang produksi seperti air bersih, pengolahan limbah - Pengembangan jaringan trasportasi untuk kemudahan proses produksi - Pengembangan jaringan pasar dan promosi - Penataan kembali lahan bekas tambang d. Strategis Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api. Lokasi kawasan strategis ini terletak di Kecamatan Banyuasin II yang dipromosikan sebagai pusat kegiatan wilayah (PKWp) dan sebagian di Kecamatan Sumber Marga Telang sebagai kawasan pendukung industri Tanjung Api-Api. ini merupakan kawasan terpadu dimana kegiatan didalamnya berupa rencana pembangunan pelabuhan utama skala internasional ditetapkan sebagai kawasan strategis provinsi. Selain pelabuhan pada kawasan ini juga akan terdapat kawasan industri dan dilengkapi dengan keberadaan fasilitas penunjang lainnya. Pembangunan kawasan ini merupakan suatu nilai lebih yang tidak dimiliki Kabupaten lain, sehingga V-8
9 pengembangan kawasan secara optimal dapat memberikan pemasukan bagi pendapatan asli daerah. Arahan pengembangan kawasan ini berupa : - Pengembangan kawasan Industri Terpadu - pelabuhan/terminal general kargo mencapai - pelabuhan laut - pelabuhan penyeberangan - 1 stock pile batubara - pelabuhan peti kemas - pelabuhan/terminal curah cair (CPOIBBM/Migas/Pupuk/Semen) - Pengembangan kawasa perkantoran - Pengembangan kawasan Permukiman - Pengembangan Fasilitas umum sosial-ekonomi - Pengembangan Jaringan utilitas pendukung kegiatan pelabuhan, industri dan permukiman - Pengembangan JaringanTransportasi e. Strategis Industri Pengembangan industri di Kabupaten Banyuasin terletak di Gasing Kecamatan Talangkelapa dan Mariana di Kecamatan Banyuasin I. Untuk kawasan industri gasing, jenis industri berskala menengah hingga besar, sedangkan di Mariana kegiatan industri bertumpuh pada industri perkapalan, migas, CPO dan kayu. Arahan pemanfaatan pengembangan yang perlu dilakukan : - Penyusunan Masterplan - Penyusunan Rencana Detail ; - Pengembangan jaringan transportasi - Pengembangan infrastruktur lingkungan seperti pengelolahan limbah, ketersediaan jalur hijau/rth - Pengembangan jaringan listrik dan telekomunikasi khususnya di kawasan Gasing f. Minapolitan Minapolitan adalah kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha perikanan serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan perikanan di wilayah sekitarnya. Kondisi wilayah V-9
10 Kabupaten Banyuasin yang memiliki kawasan pesisir terbesar di Sumatera Selatan, diarahkan menjadi kawasan strategis untuk pengembangan minapolitan. Kabupaten Banyuasin menetapkan kawasan minapolitan yaitu di Sungsang yang dikembangkan untuk perikanan tangkap dan laut serta sebagian kecil untuk perikanan tambak. Air Batu, Sukamoro dan Rantau Bayur untuk perikanan Budidaya air tawar serta kawasan Muara Sugihan untuk pengembangan perikanan tambak/payau. -kawasan tersebut diharapkan mampu mendorong pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desa-desa hinterland melalui pengembangan ekonomi, yang tidak terbatas sebagai pusat pelayanan sektor perikanan, tetapi juga pembangunan sektor secara luas seperti usaha perikanan, industri kecil, pariwisata, jasa pelayanan, dan lain-lain. Arahan pengembangan untuk kawasan minapolitan ini diantaranya : - Penyusunan masterplan minapolitan - Penyusunan Rencana Zonasi Minapolitan - Pengembangan infrastruktur yang mendukung pengembangan kawasan minapolitan diantaranya pelabuhan pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, jaringan tranasportasi darat dan air, serta jaringan utilitas. - Pengembangan prasarana sosial-ekonomi dilakukan untuk memantapkan/membentuk sistem pusat-pusat permukiman. - Meningkatkan pelayanan moda transportasi air (sungai) 2. Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Lingkungan. Merupakan kawasan strategis yang memberikan perlindungan alam, mempunyai ekosistem asli yang dikelola dengan sistem Zonasi dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang kebudayaan dan berpotensi untuk rekreasi / pariwisata. Sedangkan fungsinya adalah sebagai perbandingan sistem penyangga kehidupan pengawasan serta pemanfaatan secara lestari keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. V-10
11 Taman Nasional Sembilang Tamana Nasional Sembilang merupakan kawasan lahan basah yang sebagian besar terdiri dari hutan mangrove dengan hutan rawa air tawar dan hutan rawa gambut yang terletak di belakangnya. Hutan mangrove yang meluas hingga 35 km ke arah darat (hulu) di kawasan ini merupakan sebagian kawasan hutan mangrove terluas yang tersisa di sepanjang pantai timur pulau Sumatera. ini merupakan habitat bagi sejumlah spesies penting/terancam serta lebih dari 32 spesies burung air. Dataran lumpur yang luas di kawasan ini merupakan habitat persinggahan bagi ribuan burung air migran terutama pada bulan Oktober hingga April. Hutan mangrove yang ada juga merupakan habitat yang subur bagi perikanan (ikan dan udang). Hal tersebut memperlihatkan pentingnya nilai ekologi kawasan pesisir di Taman Nasional Sembilang. Masih terbatasnya aksesibilitas menuju kawasan Taman Nasional Sembilang, untuk kedepan diharapkan adanya pengembangan jaringan transportasi di kawasan ini khususnya jalur darat. Taman Nasional Sembilang yang juga ditetapkan sebagai kawasan strategis provinsi ini terletak di ujung utara Kabupaten Banyuasin tepatnya di Kecamatan Banyuasin II seluas Ha. Dalam kewenangan Kabupaten, arahan untuk pengembangan Kawasn Taman Nasional Sembilang diantaranya : - Pengembangan ekowisata - pengembangan sarana prasarana pendukung pariwisata - Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi. - Peningkatan Pengendalian zona pemanfaatan Taman Nasional Sembilang - Peningkatan promosi wisata Suaka Margasatwa Padang Sugihan V-11
12 Suaka Margasatwa Padang Sugihan merupakan hutan hujan tropis atau hutan daratan seluas Ha yang ditetapkan berdasarkan SK Menhut No.004/Kpts-II/1983, kawasan tersebut terletak di Kecamatan Muara Padang dan Kecamatan Rambutan. ini merupakan habitat gajah Sumatera sebagai plasma nutfah yang memiliki ciri khas dan termasuk satwa langka yang dilindungi. arahan pengembangan kawasan strategis ini meliputi : - Reboisasi dan Pemantapan kawasan sebagai habitat Gajah - Revitalisasi infrastruktur pendukung pusat pelatihan gajah - meningkatkan peran serta pemerintah, pemberdayaan masyarakat sekitar dan investor. - Peningkatan sosialisasi dan promosi - Optimalisasi kawasan tersebut untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 3. Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Sosial-Budaya Untuk Kabupaten Banyuasin, yang dikategorikan sebagai kawasan strategis aspek sosial budaya yaitu Strategis perkampungan nelayan di Sungsang. Sungsang merupakan salah satu perkampungan nelayan terbesar yang terletak di daerah Muara Sungai Musi ibukota kecamatan Banyuasin II, kabupaten Banyuasin. ini tempat bertemunya air tawar Sungai Musi dengan air laut Selat Bangka. Di dusun ini tinggal penduduk dengan keragaman suku yang demikian kontras dengan dominasi suku Melayu, Bugis dan Jawa. Pekerjaan utama masyarakat di dusun ini adalah nelayan, meski memiliki pekerjaan utama sebagai nelayan namun hampir sebagian besar penduduk di dusun sembilang juga memiliki huma, tempat bercocok tanam sebagai penopang hidup. Keberagaman suku menjadikan dusun ini kaya akan nilainilai budaya. Mulai dari tata cara penangkapan dan pengelolaan hasil perikanan, hingga pola bercocok tanam dan tanaman yang digemari terlihat sangat berbeda. Terdapat pola tradisional yang masih dilakukan, seperti V-12
13 lelang lebak lebung yang merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk memperoleh wilayah areal tangkapan ikan dengan cara lelang. Kekhasan, keunikan serta keaslian kondisi di Kampung nelayan Sungsang dapat ditetapkan sebagai kawasan strategis untuk tempat pelestarian dan pengembangan budaya skala kabupaten. Untuk kedepannya arahan pengembangan di kampung nelayan Sungsang yaitu : - Revitalisasi dan rehabilitasi kawasan. - Penyusunan rencana teknis Tata Bangunan dan Lingkungan - Pengembangan sektor pariwisata. - Pengembangan sarana dan prasarana permukiman serta transportasi. - Peningkatan Industri rumah tangga berbasis perikanan. 4. Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang dikategorikan sebagai kawasan strategis aspek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yaitu Strategis pusat penelitian di bidang pertanian yang terletak di Kecamatan Sumbawa. Di tersebut akan direncanakan sebagai kawasan Agrocenter yang didukung keberadaan Balai Penelitian. Kebijakan penetapan alokasi ruang ini mendukung pengembangan kawasan sebagai kawasan strategis kabupaten karena memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi kabupaten. - Penyusunan rencana detail kawasan - Pengembangan pusat Balai penelitian pertanian - Pengembangan pusat balai penelitian ternak unggul. - Pengembangan pusat penelitian perkebunan - Pengembangan kawasan agrowisata perkebunan. - Peningkatan sekolah pertanian pembangunan menjadi bertaraf internasional - Pengembangan Pusat Pelatihan pertanian Untuk lebih jelasnya penetapan kawasan strategis di Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan Gambar 5.1 berikut : V-13
14 Tabel 5.1 Strategis Kabupaten Banyuasin No Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Lokasi Arahan Pengembangan Strategis Strategis Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Ekonomi 1. Pendukung Perkotaan Metropolitan Palembang : Perkotaan Metropolitan Palembang Pengembangan kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Telang Perdagangan Betung Pusat Pemerintahan Pangkalan Balai Jakabaring, Sukajadi dan Sukomoro (Kec. Talang Kelapa), Rambutan (Kec. Rambutan) dan Mariana (Kec. - Pengembangan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi - Revisi Masterplan KTM - Peningkatan investasi budidaya dan industri pertanian, jasa dan perdagangan. - Penguatan kelembagaan dan masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan kawasan KTM - Penyusunan rencana Detail - Pengembangan sarana dan prasarana transportasi. - Pengaturan ruang pemanfaatan ruang koridor jalan Betung-Musi Banyuasin - Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa - Penyususan RTBL - Pengembangan Fasilitas Perkantoran - Pengembangan Fasilitas Permukiman perkotaan - Pengembangan fasilitas sosial-ekonomi - Pengembangan sarana dan prasarana transportasi - Penyususnan RTBL - Penataan Kasiba dan Lisiba - Rencana pengembangan perumahan - Rencana pengembangan fasilitas umum pendukung permukiman - Pengembangan utilitas - Pengembangan jaringan transportasi Perkotaan Berbasis Komoditas Pertanian Pusat Perdagangan Regional Pusat Pemerintahan Kabupaten Pusat Permukiman Perkotaan Kec. Muara Telang dan Tanjung Lago Kec. Betung Pangkalan Balai Sukajadi dan Sukomoro (Kec. Talang Kelapa), Rambutan (Kec. Rambutan) dan Mariana (Kec. Banyuasin I) V-14 perdagangan dan jasa, melalui revitalisasi kawasan, penataan lingkungan sekitar, peningkatan aksesibilitas menuju kawasan dalam mendukung peningkatan fungsi kawasan sebagai kawasan metropolitan Pengembangan pembangunan vertikal Berpotensi sebagai kawasan ekonomi untuk persaingan di tingkat regional Perlu sinergitas infrastruktur Perlu sinergitas pembangunan antar daerah
15 No Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Lokasi Arahan Pengembangan Strategis Strategis Banyuasin I) 2. Strategis Pertanian - - Agropolitan Kec. Muara Padang - - Industri Masyarakat Perkebunan (Kimbun) - Penyusunan Masterplan - Penyusunan rencana detail tata ruang kawasan - pengembangan wilayah sentra produksi - Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi - Peningkatan Infrastruktur transportasi ke daerah sentra produksi - peningkatan produktivitas melalui penggunanaan teknologi tepat guna - penyuluhan dan bimbingan kelompok tani, koperasi dan usaha keci - Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas pertanian - Pengembangan jaringan pasar dan promosi - Pengembangan jaringan kerjasama antar daerah pengelola kawasan, pemerintah dan swasta - Pengembangan lembaga pembiayaan - Penyusunan Masterplan - Peningkatan sarana penunjang produksi seperti listrik, air bersih, pengolahan limbah serta perlu adanya manajemen yang focus terhadap pengelolaan industri berbasis perkebunan sesuai komoditas secara professional. - Pengembangan jaringan trasportasi untuk kemudahan proses distribusi - Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas pertanian - Pengembangan jaringan pasar dan promosi Pusat Agropolitan Pertanian pangan dan perkebunan Pusat Industri berbasis perkebunan Muara Padang yang terdiri dari Kec. Banyuasin I, Kec. Air Kumbang, Kec. Muara Padang dan Kec. Rambutan V
16 No Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Lokasi Arahan Pengembangan Strategis Strategis Pertanian Pasang Surut Pertambangan Migas 4. Strategis Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api - Perlindungan kawasan dari konversi melalui pengendalian dan penetapan rencana zonasi - Peningkatan produksi hasil pertanian dan industri pengelolahan hasil melalui pengembangan Aplikasi teknik budidaya dan bibit unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim (teknologi) - Peningkatan dan Pengembangan Infrastruktur pendukung pertanian - Evaluasi, revitalisasi dan Peningkatan pengelolaan jaringan irigasi - Pengembangan lumbung padi - Pengembangan sistem Perlindungan hakhak petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani - Perlindungan kawasan dari konversi melalui pengendalian dan penetapan rencana zonasi - Peningkatan sarana penunjang produksi seperti air bersih, pengolahan limbah - Pengembangan jaringan trasportasi untuk kemudahan proses produksi - Pengembangan jaringan pasar dan promosi - Penataan kembali lahan bekas tambang - Pengembangan kawasan Industri Terpadu - Pengembangan Fasilitas umum sosialekonomi pendukung kawasan industri terpadu - Pengembangan Jaringan utilitas pendukung kegiatan pelabuhan, industri dan permukiman - Pengembangan JaringanTransportasi Kegiatan pertanian pangan pasang surut Pusat produksi pertambangan Ekonomi Khusus Kec. Tanjunglago Kec. Sumber Marga Telang, Kec. Muara Telang, dan Makarti Jaya Kec. Pulau Rimau dan Kec. Tungkal Ilir Kec. Banyuasin II dan Kec. Sumber Marga Telang V-16 Pelabuhan Tanjung Api-Api Meningkatkan aksesibilitas dan sarana penunjang pelabuhan dan kawasan industri Perlu dikendalikan agar tidak merambah kawasan hutan Mengembangkan pelabuhan internasional Mengintegrasikan dengan pengembangan wilayah disekitarnya Kerjasama dengan pihak swasta.
17 No Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Lokasi Arahan Pengembangan Strategis Strategis Strategis Industri Pusat Industri Terpadu Minapolitan 1. Taman Nasional Sembilang - Penyusuna Masterplan - Penyusunan Rencana Detail ; - Pengembangan jaringan transportasi - Pengembangan infrastruktur lingkungan seperti pengelolahan limbah, ketersediaan jalur hijau/rth - Pengembangan jaringan listrik dan telekomunikasi khususnya di kawasan Gasing - Penyusunan masterplan minapolitan - Penyusunan Rencana Zonasi Minapolitan - Pengembangan infrastruktur yang mendukung pengembangan kawasan minapolitan diantaranya pelabuhan pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, jaringan tranasportasi darat dan air, serta jaringan utilitas. - Pengembangan prasarana sosial-ekonomi dilakukan untuk memantapkan/membentuk sistem pusat-pusat permukiman. - Meningkatkan pelayanan moda transportasi air (sungai) Pusat Kegiatan Perikanan Kecamatan Talang Kelapa dan Kecamatan Banyuasin I Sungsang Air Batu, Sukamoro, Rantau Bayur dan Muara Sugihan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Lingkungan. Kec. Banyuasin Konservasi II Strategis - Pengembangan ekowisata - pengembangan sarana prasarana pendukung pariwisata - Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi. - Peningkatan Pengendalian zona pemanfaatan Taman Nasional Sembilang V-17 Minapolitan Mempertahankan tingkat produksi pangan dari sektor perikanan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan lumbung pangan; Mempertahankan luasan lahan budidaya perikanan Meningkatkan produktivitas perikanan budidaya Meningkatkan pendapatan nelayan/pembudidaya dengan program multiaktivitas minabisnis Mengembangkan kawasan minabisnis dari hulu hingga hilir yang sesuai dengan potensi kawasan Taman Nasional Sembilang Pengendalian pemanfaatan SDA yang melebihi daya dukung lingkungan Rehabilitasi/revitalisasi kawasan hutan mangrove Rehabilitasi dan revitalisasi fungsi konservasi kawasan
18 No Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Lokasi Arahan Pengembangan Strategis Strategis Peningkatan promosi wisata - Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi 2. Suaka - Reboisasi dan Pemantapan kawasan Kec. Muara - - Margasatwa sebagai habitat Gajah Pelestarian Padang dan Kec. Padang Sugihan - Revitalisasi infrastruktur pendukung gajah Sumatera Rambutan pusat pelatihan gajah - meningkatkan peran serta pemerintah, pemberdayaan masyarakat sekitar dan investor. - Peningkatan sosialisasi dan promosi - Optimalisasi kawasan tersebut untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 1. Perkampungan Nelayan 1. Agrocenter Sembawa Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Sosial-Budaya - Revitalisasi dan rehabilitasi kawasan. Pusat kegiatan Sungsang Penyusunan rencana teknis Tata Bangunan sosial-budaya dan Lingkungan - Pengembangan sektor pariwisata. - Pengembangan sarana dan prasarana permukiman serta transportasi. - Peningkatan Industri rumah tangga berbasis perikanan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Ilmu Pengetahuan danteknologi - Penyusunan rencana detail kawasan Pusat Kec. Sembawa Pengembangan pusat Balai penelitian Pendidikan dan pertanian Penelitian - Pengembangan pusat balai penelitian ternak berbasis unggul. pertanian - Pengembangan pusat penelitian perkebunan - Pengembangan kawasan agrowisata perkebunan. - Peningkatan sekolah pertanian pembangunan menjadi bertaraf internasional V-18
19 No Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi Strategis Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Lokasi Strategis Arahan Pengembangan Pengembangan Pusat Pelatihan pertanian Sumber : Hasil Analisa,2011 V-19
20 Gambar 5.1 Peta Strategis V-20
21 5.2 Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pesisir pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut yang terdapat di dalam wilayah. Secara ekologis batasan kawasan pesisir kearah darat berupa kawasan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, intrusi air laut dan percikan air gelombang sedangkan secara administrative yaitu batas terluar sebelah hulu dari desa pantai atau jarak definitif secara arbitrer (2 km, 20 km dari garis pantai). Sedangkan untuk batasan kawasan pesisir ke arah laut secara Ekologis yaitu kawasan perairan laut yang masih dipengaruhi proses-proses alamiah dan kegiatan manusia di daratan, seperti aliran air sungai, limpasan air permukaan, sedimen dan bahan pencemar dan secara Administratif dengan jarak 4 mil dari garis pantai sesuai dengan kewenangan Kabupaten. Kondisi kawasan pesisir di Kabupaten Banyuasin yang merupakan satu-satunya Kabupaten yang memiliki kawasan pesisir terbesar di Provinsi Sumatera Selatan dengan garis pantai sekitar 275 km dan luas wilayah laut 1.765,4 Km² memiliki batasan perencaan (delineasi) kawasan pesisir yang didasarkan pada Undang-Undang nomor 27 Tahun 2007 yaitu untuk Kewenangan kabupaten/kota ke arah laut ditetapkan sejauh sepertiga dari wilayah laut kewenangan provinsi (sepertiga dari 12 mil) sedangkan ke arah daratan ditetapkan sesuai dengan batas administrasi kecamatan. Dari batasan tersebut kawasan pesisir di Kabupaten Banyuasin meliputi lima kecamatan yaitu Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Air Salek, Kecamatan Makarti Jaya, dan Kecamatan Tungkal Ilir. Delineasi kawasan pesisir Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada Gambar 5.2 Peta Pesisir. Secara umum pemanfaatan ruang di kawasan pesisir tersebutmeliputi pemanfaatan umum, kawasan konservasi dan alur laut. Pemanfaatan umum Merupakan pesisir yang dijadikan kawasan pemukiman, perdagangan dan infrastruktur/prasarana public. Pemanfaatan umum kawasan pesisir di Kabupaten Banyuasin meliputi : a. Pelabuhan Internasional Tanjung Api-Api/ Tanjung Carat, Pelabuhan Pengumpan, Pelabuhan Khusus dan Pelabuhan Tengkorak b. Perikanan Tangkap, merupakan kawasan yang terdapat di seluruh perairan Kabupaten Banyuasin yang diarahkan untuk mengendalikan dan membatasi metode V-21
22 dan penggunaan alat tangkap dalam rangka pengendalian pemanfaatan potensi perikanan tangkap, menerapkan alat tangkap sesuai jalur penangkapan SK Mentan,dan untuk mendorong pemanfaatan potensi perikanan di Laut Selatan melalui peningkatan teknologi dan kemampuan armada perikanan. c. pariwisata, meliputi kawasan Taman Nasional dan Taman Nasional Laut Sembilang d. industry, merupakan kawasan industry Tanjung Api-Api/Tanjung Carat yang direncanakan untuk dikembangkan di kecamatan Banyuasin II, kawasan ini berada di kawasan reklamasi pantai seluas 3.931,346 Ha e. permukiman yang terpusat di permukiman kampung nelayan Sungsang, Kecamatan Banyuasin II serta permukiman lain yang tumbuh akibat adanya perkembangan wilayah, sentra ekonomi, industry, dan infrastruktur. f. pertanian, yang meliputi pertanian pangan lahan pasang surut yang tersebar di seluruh kecamatan pesisir. g. hutan lindung dan hutan produksi. Konservasi konservasi pesisir Kabupaten Banyuasin merupakan kawasan sepanjang pantai yang memiliki manfaat penting dalam mempertahankan kelestarian fungsi kawasan pesisir Kabupaten Banyuasin, dimana prinsip pemanfaatan lahan pada kawasan ini merupakan tindakan pelestarian, rehabilitasi, dan tidak boleh mengganggu fungsi lindung. Pada kawasan ini memiliki hutan bakau yang berfungsi untuk melindungi berbagai jenis biota laut di pesisir Kabupaten Banyuasin yang dilindungi. kawasan konservasi yang diarahkan untuk perindungan ekosistem mangrove dan fishing ground ada di sepanjang Taman Nasional Sembilang yaitu kawasan perlindungan bagi pengelolaan sumberdaya kawasan lindung yang dikelola untuk keberlanjutan pemanfaatan ekosistem laut. Alur Laut Merupakan wilayah Perairan di Kabupaten Banyuasin yang dialokasikan untuk alur pelayaran baik lokal maupun alur pelayaran regional. V-22
23 5.2.2 Pulau-Pulau Kecil Pulau-pulau kecil sebagai bagian dari sistem sumberdaya pesisir pada umumnya memiliki potensi sumberdaya alam daratan (terestrial) yang sangat terbatas, tetapi sebaliknya memiliki potensi sumberdaya kelautan yang cukup besar, dimana potesi perikanan di pulau-pulau kecil didukung oleh adanya ekosistem laut yang perlu dilestarikan. Pulau-Pulau kecil yaitu pulau-pulau di wilayah Kabupaten Banyuasin dengan luas lebih kecil atau sama dengan km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya. Kabupaten Banyuasn berdasarkan data terakhir Tahun 2010 memiliki sekitar 22 Pulau dimana 17 pulau terletak di kawasan pesisir dan 5 pulau lainnya terlatak di perairan sungai. Berikut ini daftar Pulau-Pulau di Kabupaten Banyuasin : Tabel 5.2 Pulau-Pulau Kecil Di Kabupaten Banyuasin Tahun 2010 NAMA PULAU KOORDINAT KECAMATAN KETERANGAN Pulau yang terletak di Pesisir Alanggantang LS BT Banyuasin II Taman Nasional Sembilang Alangtikus LS BT Banyuasin II Tidak berpenghuni Gandul LS BT Makarti Jaya Tidak berpenghuni Betet LS BT Banyuasin II Taman Nasional Sembilang Burung LS BT Makarti Jaya Tidak berpenghuni dan Daerah konservasi Burung Keramat LS BT Banyuasin II dan Makarti Berpenduduk Melayu Jaya Payung LS BT Banyuasin II Tdk berpenghuni Hutan Lindung Singgris LS BT Banyuasin II Berpenduduk Melayu Deltaupang LS BT Banyuasin II dan Makarti Jaya Ada Perubahan nama sejak thn 69 (Transmigran) Selatcemara LS BT Banyuasin II Tidak Berpenduduk Deltasersalek LS BT Muara sugihan, Banyuasin Berpenduduk I, Makarti Jaya, Air Salek dan Muara Padang Deltasersugihan LS BT Muara Sugihan dan muara Padang Berpenduduk terdiri dari 39 Desa Lopak besak LS BT Banyuasin II Tidak Berpenduduk Lopak kecik LS BT Banyuasin II Tidak Berpenduduk Deltatelang LS BT Muara Telang, Makarti Jaya, Tanjung Lago & Banyuasin II Berpenduduk terdiri dari 27 desa Pulau-Pulau yang terlatak di Perairan Sungai Ketiu LS BT Talang Kelapa Luas ± 2000 Ha, areal perkebunan Transpacifik Agro Borang LS BT Banyuasin I Berpenduduk I Desa Pulau Borang V-23
24 NAMA PULAU KOORDINAT KECAMATAN KETERANGAN Salahmano LS BT Banyuasin I Berpenduduk sekitar 50 KK Perubahan nama sekitar thn 1970-an Brendam LS BT Pualu Rimau Tidak Berpenduduk, lahan pertanian Kalong LS BT Tungkal ilir Tidak Berpenduduk, lahan pertanian Sumber : Tata Pemerintahan Kabupaten Banyuasin 2011 Secara umum, rencana pengembangan untuk kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Banyuasin, adalah sebagai berikut : Reklamasi Pantai ±4000 Ha Penyusunan RDTR Reklamasi Pantai Penyusunan Rencana strategis pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Penyusunan rencana Zonasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Rencana Pengembangan transportasi Peningkatan dan penyuluhan keterampilan masyarakat pesisir Pengaturan dalam pengambilan atau pemompaan air tanah untuk menjaga keseimbangan salinitas di lingkungan pesisir Memelihara keseimbangan alamiah antara pertambahan tanah erosi dan sedimentasi Pada daerah-daerah yang memungkinkan terkena dampak dari kegiatan industri harus memiliki rencana-rencana penanggulangannya Perlindungan terhadap kawasan konservasi Restorasi hutan pesisir Ketentuan pengelolaan dan pengaturan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil secara teknis akan diatur berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. V-24
25 Gambar 5.2 Peta Pesisir V-25
26 Gambar 5.3 Peta Pulau-Pulau Kecil V-26
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi
Lebih terperinciMEMORANDUM INDIKASI PROGRAM UTAMA TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN
MEMORANDUM INDIKASI PROGRAM UTAMA TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN 2013-2018 KECAMATAN : BETUNG No 1 Penyusunan Dokumen Revisi Rencana Detail Tata Ruang Betung APBD Kab Bapedda&PM dan PU Cipta Karya Kab
Lebih terperinciBAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,
Lebih terperinciRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/pengembangan wilayah kabupaten dalam jangka waktu perencanaan
Lebih terperinciMATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT
MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029 BAB V RENCANA KAWASAN STRATEGIS PROVINSI 5.1. Lokasi dan Jenis Kawasan Strategis Provinsi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) memuat penetapan Kawasan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN
DIREKTORAT PERENCANAAN TEKNIS PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN KAWASAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN KAWASAN TRANSMIGRASI (P2MKT) DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK
Lebih terperinciPENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh
Lebih terperinciKeputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN
GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN POTENSI KABUPATEN BANYUASIN BANYUASIN GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN Kec. Tungkal Ilir Kec. Betung Kec. Suak Tapeh Kec. Pulau Rimau Kec. Tanjung Lago Kec. Kec. Banhyuasin Sembawa
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN
Lebih terperinciDefinisi dan Batasan Wilayah Pesisir
Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir Daerah peralihan (interface area) antara ekosistem daratan dan laut. Batas ke arah darat: Ekologis: kawasan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang
Lebih terperinciPELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV
xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciPenataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian
Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
Lebih terperinciPenyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera
Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera 1 2 3 Pendahuluan (Sistem Perencanaan Tata Ruang - Kebijakan Nasional Penyelamatan Ekosistem Pulau Sumatera) Penyelamatan Ekosistem Sumatera dengan
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Lebih terperinciBAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
BAB 5 PENETAPAN Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya di prioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN 2012-2032 1. PENJELASAN UMUM Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan
PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Pesisir di Indonesia dihadapkan pada empat persoalan pokok, yakni: (1) tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir; pada tahun 2010 kemiskinan di desa-desa
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di wilayah pesisir yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011-2031 I. UMUM Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun
Lebih terperinci19 Oktober Ema Umilia
19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung
Lebih terperinciLAMPIRAN I. KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN QUICK APPRAISAL
1. topogafinya wilayah Kabupaten Banyuasin terdiri dari 80 % daratan rendah berupa pesisir pantai, rawa pasang surut dan lebak dan 20 % darat/lahan kering LAMPIRAN I. KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki 18 306 pulau dengan garis pantai sepanjang 106 000 km (Sulistiyo 2002). Ini merupakan kawasan pesisir terpanjang kedua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, dikawasan mangrove terjadi interaksi kompleks
Lebih terperinci3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor
BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciPeta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera
Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Jakarta, 29 Juli 2011 1 2 3 Progress Legalisasi RTR Pulau Sumatera Konsepsi Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Rtr Pulau Sumatera Muatan
Lebih terperinciBUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km (Rompas 2009, dalam Mukhtar 2009). Dengan angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Lebih terperinciKRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010
KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)
Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelalawan merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Riau. Kabupaten ini terletak di bagian tengah pulau Sumatera dan berbatasan langsung dengan Kabupaten
Lebih terperinciKeterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur
P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA Kab. Kutai Timur)
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.121, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERBAGITA. Kawasan Perkotaan. Tata Ruang. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN
Lebih terperinciSTUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR
STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar..
DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......
Lebih terperinciBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA GEOGRAFIS KABUPATEN BANGKA PKL Sungailiat PKW PKNp PKWp PKW PKW Struktur Perekonomian Kabupaten Bangka tanpa Timah Tahun 2009-2013 Sektor 2009 (%)
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon bakau yang mampu
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.
PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber: LN 1997/96;
Lebih terperinci2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Rencana Tata Ruang Wilayah diharapkan menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan di berbagai
Lebih terperinciPengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Pengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan Rizky Rangga Wijaksono 1 Ardy Maulidy Navastara 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016
RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN SAHAM DAN BATASAN LUASAN LAHAN DALAM PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DAN PEMANFAATAN PERAIRAN DI SEKITARNYA DALAM RANGKA
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) melengkapi tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya.
BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Analisis isu isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA
PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN
Lebih terperinciPERSPEKTIF KRONO SPASIAL PENGEMBANGAN PANTAI UTARA JABODETABEKPUNJUR
PERSPEKTIF KRONO SPASIAL PENGEMBANGAN PANTAI UTARA JABODETABEKPUNJUR OUTLINE: 1. 2. 3. 4. Isu-isu di Kawasan Pantura Jabodetabekpunjur Kronologis Kebijakan Penataan Ruang Konsep Penataan Ruang Konsep substansi
Lebih terperinciKETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP
LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Lebih terperinciBab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan
Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang
Lebih terperinciBab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional
Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa
Lebih terperinciLAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TANGGAL.. INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN (KONSEPSI) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAPET SERAM
LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL.. LIMA TAHUNAN (KONSEPSI) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAPET SERAM - 1 - LIMA TAHUNAN (KONSEPSI) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAPET SERAM
Lebih terperinciPangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20
Lebih terperinciBAB 5 RTRW KABUPATEN
BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2012-2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada, dua per tiga wilayah Indonesia adalah kawasan perairan.
Lebih terperinciIV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN
92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis berbentuk kepulauan dengan 17.500 pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km, yang merupakan kawasan tempat tumbuh hutan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI TAHUN
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2012-2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciGambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV
LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,
Lebih terperinciRENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU- PULAU KECIL WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TANJUNG JABUNG TIMUR
RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU- PULAU KECIL WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TANJUNG JABUNG TIMUR Arlius Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Lebih terperinciBAB - V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
BAB - V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS 5.1 Dasar Perumusan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten 5.1.1 Fungsi, Dasar dan Kriteria Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan
Lebih terperinci2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: C-52
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 C-52 Pengendalian Perubahan Pemanfaatan Lahan Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan (Untuk Mendukung Program
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka Konservasi Rawa, Pengembangan Rawa,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa dalam rangka Konservasi Rawa,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam merupakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis
PENDAHULUAN Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem yang memiliki peranan penting dalam pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis kondisi dan keberadaannya. Beberapa
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian
Lebih terperinciRENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA
1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.508 pulau dan panjang garis pantai lebih dari 81.000
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
No.77, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Nasional. Wilayah. Rencana Tata Ruang. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM
PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUKANDAR, IR, MP, IPM (081334773989/cak.kdr@gmail.com) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai DaerahPeralihan antara Daratan dan Laut 12 mil laut
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN
Lebih terperinciPotensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON
Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327
Lebih terperinciPENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi
69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang
4 TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang Ruang (space) dalam ilmu geografi didefinisikan sebagai seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfer, tempat hidup tumbuhan, hewan dan manusia (Jayadinata
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2011-2030 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinciLampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi
I. Keanekaragaman hayati UU No. 5, 1990 Pasal 21 PP No. 68, 1998 UU No. 41, 1999 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya melalui Cagar Alam
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :
54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan
Lebih terperinci