Persepsi dan Sikap Anak Muda terhadap Integritas dan Antikorupsi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Persepsi dan Sikap Anak Muda terhadap Integritas dan Antikorupsi"

Transkripsi

1 Survei Integritas Anak Muda 2013: Persepsi dan Sikap Anak Muda terhadap Integritas dan Antikorupsi

2 Kata Pengantar ANAK MUDA DI NEGERI YANG KORUP Skor Corruption Perception Index (CPI) Indonesia dari tahun ke tahun tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan, di tahun 2013, skor Indonesia mengalami kemandegan di angka 32. Lembaga-lembaga publik, misalnya kepolisian, DPR dan lembaga-lembaga perizinan di Indonesia, karena tingkat kerawanan korupsinya cenderung semakin tidak dipercaya oleh masyarakat. Selain berkembangnya permisivitas terhadap praktik korupsi, masyarakat juga mengalami keraguan jika harus melaporkan adanya praktik korupsi di sekitarnya. Alasannya beragam, yaitu dari tidak tahu harus melapor ke siapa, bagaimana cara melapornya, takut terhadap konsekuensi atas laporan yang diberikan hingga soal ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemampuan dan kemauan lembaga-lembaga yang menerima pengaduan untuk menindaklanjuti laporan mereka. (Global Corruption Barometer 2013, Transparency International). Korupsi di Indonesia telah menjadi fenomena sistemik dan menjadi problem sosial-politik yang mengakar. Korupsi sistemik telah melintasi kategori-kategori sosiologis politik pedesaan dan perkotaan. Di dalam sistem seperti ini, korupsi bukan saja mampu mempertahankan dirinya dari usaha-usaha pemberantasan korupsi yang sporadik dan tidak sistematik. Sistem yang korup telah menjadi habitat yang sangat mendukung bagi proses regenerasi koruptor. Anak muda adalah bagian dari masyarakat yang hidup di negara kita. Sikap dan perilaku integritas mereka sangat dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan keluarga, kawan-kawan sebayanya, sekolah, media dan pengalaman hidupnya sehari-hari. Oleh karena itu, memang tidak mudah menjadi anak muda di Indonesia. Komitmen integritas mereka sering terbentur oleh realitas sosial-politik yang memaksa mereka harus bersikap permisif dan kompromistik terhadap praktik korupsi. Di sisi lain, kita menyadari bahwa anak muda memiliki posisi strategis dalam mewujudkan masyarakat dan pemerintahan yang bersih. Kegagalan mengurus integritas anak muda saat ini berarti juga kegagalan kita dalam memutus siklus regenerasi koruptor di negeri ini. Dalam konteks itulah Survei Integritas Anak Muda ini dilakukan oleh Tranparency International Indonesia. Selain dimaksudkan untuk memberikan gambaran faktual tentang kondisi integritas anak muda di berbagai daerah yang diteliti, melalui penelitian ini pula kami ingin menyampaikan rekomendasi kepada semua pihak untuk mengatasi problem integritas anak muda. Semoga hasil survei ini bermanfaat sebagai bahan refleksi bagi keluarga, institusi pendidikan dan para pembuat kebijakan di Indonesia. Dadang Trisasongko Sekjen Transparency International Indonesia Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda

3 2 Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013

4 1. Pendahuluan Pendahuluan Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda

5 1. Pendahuluan Masa depan bangsa Indonesia ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, khususnya di kalangan anak muda. Dalam konteks menghadapi problem korupsi yang sudah bersifat sistemik, kita tentunya berharap agar anak muda relatif lebih steril dari nilai-nilai yang permisif terhadap korupsi. Dengan demikian, pada saat mereka masuk ke dunia orang dewasa, mulai bekerja di perusahaan, atau menjadi pengusaha, birokrat, politisi, dan lain-lain, mereka memiliki nilai integritas yang kuat dan menjadi ujung tombak bagi pemberantasan korupsi di sektornya masing-masing. Integritas individu berkaitan erat dengan integritas publik, bukan hanya karena integritas publik ditentukan oleh integritas individu-individu yang ada di dalamnya, namun harus dilihat juga bahwa integritas seseorang tidak cukup dibentuk dengan pengetahuan semata, namun juga harus ditempa dalam kehidupan sehari-hari dalam sebuah lingkungan sosial yang juga berintegritas. Artinya, integritas dan kesadaran antikorupsi harus dilandasi oleh hasrat untuk mencapai kemaslahatan bersama (public goods). Integritas anak muda sebagai individu dapat dilihat dari sejauh mana pemahaman dan sikap dia terhadap isu/tindakan tertentu yang berkaitan dengan integritas. Termasuk di dalamnya adalah sejauh mana permisivitas anak muda yang bersangkutan terhadap tindakan yang bertentangan dengan integritas, baik permisivitas atas tindakan yang dilakukan oleh orang lain di sekitarnya, maupun kesediaan dirinya untuk melakukan tindakan tersebut. Apabila kita berhenti sampai di sini, tentunya kita akan luput melihat aspek integritas publik yang secara resiprokal bekerja membentuk integritas individu. Program untuk melibatkan anak muda dalam pemberantasan korupsi melalui penguatan nilai integritas sudah dimulai oleh Transparency International (TI) melalui Global Youth Integrity Programme. Di beberapa negara, seperti Namibia, Korea Selatan, Vietnam, Hungaria dan Indonesia, sudah pula dilakukan Survei Integritas Anak Muda (Youth Integrity Survey). Riset dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh base line survey yang dapat dijadikan dasar bagi penyusunan program dan perumusan kebijakan antikorupsi bagi anak muda. Survei Integritas Anak Muda yang diselenggarakan oleh Transparency International Indonesia (TI-Indonesia) pada tahun 2012 telah mencoba untuk melihat pandangan anak muda di Jakarta tentang integritas dan antikorupsi. Pada tahun ini, survei yang sama dilakukan dengan cakupan lebih luas dengan menjangkau anak muda di luar Jakarta, serta di luar pulau Jawa, khususnya mereka yang tinggal di wilayah pedesaan. Tiga wilayah tersebut adalah Aceh, Kupang dan Surabaya. 4 Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013

6 2. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda

7 2. Ringkasan Eksekutif Transparansi International Indonesia telah memperoleh hasil riset Survei Integritas Anak Muda di Jakarta sebagai representasi hasil riset anak muda di wilayah urban. Persepsi integritas dan antikorupsi generasi muda penting juga dipetakan di wilayah pedesaan (rural). Tahun 2013, TI-Indonesia melakukan riset Survei Integritas Anak Muda di tiga wilayah yaitu: Aceh, Kupang dan Surabaya. Berangkat dari hasil riset di Jakarta sebelumnya, laporan riset di wilayah rural ini menekankan pada beberapa dimensi penting yaitu: Pemahaman dan pengetahuan generasi muda tentang integritas Nilai, prinsip dan sikap generasi muda saat berhadapan dengan perilaku koruptif Permisivitas generasi muda berhadapan dengan perilaku koruptif Persepsi dan penilaian generasi muda terhadap integritas institusi publik dan privat Aktor dan sumber informasi yang mempengaruhi generasi muda berintegritas dan antikorupsi Peran generasi muda mencegah korupsi dan komitmen melawan korupsi. 2.1 Temuan Temuan penting dari hasil riset Survei Integritas Anak Muda di wilayah rural ini adalah sebagai berikut: 1. Pemahaman mengenai integritas. Anak muda di tiga wilayah memahami integritas dengan cukup baik. Tiga dari lima anak muda mengatakan ciri-ciri integritas dekat dengan kejujuran dan kesuksesan diri. 2. Pengalaman akan situasi korupsi. Anak muda pernah mengalami atau setidaknya mengetahui adadanya praktik korupsi di sekitar mereka. Hal yang paling banyak dialami adalah suap ketika ditilang polisi. 3. Persepsi akan integritas aparatus publik. Anak muda mempersepsikan bahwa semua institusi yang melayani kepentingan publik, baik yang diselenggarakan negara ataupun swasta, masih mempraktikkan korupsi dan suap. Institusi pemerintah dipersepsikan lebih korup dari swasta. Institusi negara di bidang keamanan dan ketertiban, Polri dan TNI, dipandang sebagai yang paling tidak bersih diantara institusi negara yang ada. 4. Pengetahuan akan integritas dan antikorupsi. Enam dari sepuluh anak muda mengaku belum pernah mendapatkan pendidikan tentang antikorupsi yang komprehensif. Anak muda merasa perlu mendapatkan pelajaran antikorupsi. 5. Permisivitas versus Integritas. Anak muda memahami nilai-nilai integritas dan kejujuran namun tidak ragu mengkompromikannya. Sikap tersebut dipilih jika mereka dihadapkan pada kebutuhan akan pekerjaan dan menolong keluarga dari kesulitan. Sikap permisif untuk melanggar aturan paling banyak muncul ketika berkaitan dengan pelanggaran lalulintas. 6. Aktor dan Sumber Informasi. Anak muda mendapatkan contoh perilaku integritas dari keluarga, tokoh agama, lingkungan pendidikan dan teman-teman. Sedangkan sumber informasi/ media rujukan integritas dan antikorupsi adalah: televisi, radio, koran dan teman-teman/ kelompok sebaya. 7. Komitmen akan antikorupsi. Mayoritas responden anak muda optimis bahwa mereka bisa berperan dalam gerakan antikorupsi. Meskipun demikian hanya sebagian dari mereka yang bersedia untuk langsung melaporkan jika praktek kecurangan di sekitar mereka. Alasan yang paling banyak dipilih adalah karena merasa tidak ada efeknya dan tidak tahu bagaimana harus melakukan pengaduan. 2.2 Rekomendasi Keluarga 1. Orang tua memberikan contoh perilaku jujur di dalam keluarga karena orang tua adalah panutan. 2. Orang tua dan anggota keluarga perlu membuka ruang diskusi yang setara dan transparan di dalam keluarga. 3. Orang tua dan anggota keluarga terbuka mengenai pemasukan dan pengeluaran keuangan di dalam keluarga. 4. Hidup bersahaja dan bijak dalam pola konsumsi/ pengeluaran. 5. Pendidikan etika dan perilaku jujur dimulai dari hal-hal kecil sejak dini. Sektor Pendidikan 1. Penerapan subjek/ mata pelajaran antikorupsi sejak pendidikan dasar. 2. Sikap dan perilaku kejujuran dan berintegritas dicontohkan oleh guru, tenaga pendidik, dan pemangku kepentingan di seluruh sektor pendidikan. 3. Regulasi di sektor pendidikan yang memutus praktik koruptif, seperti: mengandalkan relasi untuk mendapatkan sekolah (nepotisme), sertifikasi guru, dsb. 4. Transparansi anggaran pendidikan di semua tingkat pendidikan. 5. Alokasi dan penggunaan anggaran pendidikan yang akuntabel dan terbuka dapat dimonitor oleh masyarakat. 6 Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013

8 Pemerintah 1. Komitmen penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi di semua instansi. 2. Sistem perlindungan hukum bagi whistle-blower 3. Pengarusutamaan dan implementasi Strategi Nasional Percepatan dan Pemberantasan Korupsi di level instansi publik sampai masyarakat. 4. Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat instrumen/ panduan pencegahan antikorupsi di sekolah dan semua level pendidikan. 5. Evaluasi dan pengawasan yang ketat terhadap semua implementasi pencegahan dan pemberantasan korupsi. Lembaga Swadaya Masyarakat 1. Memobilisasi masyarakat di dalam gerakan pencegahan dan pemberantasan korupsi. 2. Menginternalisasi nilai-nilai integritas dan kejujuran di dalam komunitas-komunitas masyarakat. 3. Melibatkan masyarakat dalam proses pengawasan transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik (sekolah, rumah sakit, administrasi kependudukan, kepolisian, dsb). 4. Mempromosikan peran generasi muda sebagai salah satu aktor upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi. Media 1. Mengembangkan jurnalisme warga untuk mendorong masyarakat melaporkan kasus korupsi di sekitar mereka. 2. Mengedukasi masyarakat dengan produk-produk media kreatif untuk mempromosikan integritas dan antikorupsi. 3. Ideologis dan independen dalam memberitakan kasus korupsi yang diakses oleh publik. 2.3 Metodologi Definisi dan Konsep Konstruksi instrumen sedapat mungkin disesuaikan dengan instrumen yang sudah dipergunakan dalam hasil riset sebelumnya. Transparansi International mendefinisikan integritas dengan: [b]ehaviours and actions, consistent with a set of moral and ethical principles and standards, embraced by individuals as well as institutions, that create a barrier to corruption. Konsep integritas tersebut meiliki empat dimensi: a. Moral dan etika: pemahaman konseptual akan perilaku yang pantas; b. Prinsip: kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan salah; c. Patuh pada hukum: tingkat kepatuhan pada kerangka legal yang ditetap di masyarakat; d. Resistensi pada korupsi: kemampuan untuk mengubah praktik korupsi. Ringkasan Eksekutif Konstruksi Kuesioner Empat dimensi integritas diterapkan ke dalam variabel-variabel survei. Variabel survei adalah gejala yang hendak diketahui perbedaanya (variasinya) pada suatu populasi. Variabel survei akan digali melalui sejumlah pilihan yang memerlukan tanggapan dari responden. Pilihan tersebut dapat berupa menjawab pertanyaan atau mengevaluasi suatu pernyataan, dan memilih pilihan jawaban yang ada. Sejumlah variabel yang hendak diketahui gambarannya pada populasi anak muda dalam survei ini adalah: 1. Pengalaman akan situasi korupsi 2. Persepsi akan integritas aparatus publik 3. Pengetahuan akan integritas 4. Pemahaman akan integritas 5. Nilai integritas responden 6. Komitmen antikorupsi 7. Tingkat Integritas individu dan integritas komunitas. Populasi dan Sampel Survei Integritas Anak Muda 2013 ini melakukan wawancara tatap muka dengan kurang lebih 2000 orang sebagai sampel. Responden anak muda berjumlah 1556 orang dan responden orang dewasa berjumlah 464 orang (sebagai data pembanding). Survei ini menitikberatkan pada responden yang berada di daerah pedesaan (rural) dengan tujuan dapat melengkapi perspektif dari YIS 2012 yang meliputi anak muda kota (DKI Jakarta). Wawancara responden dilakukan secara random di 3 provinsi yang mewakili Indonesia Barat (Banda Aceh, Aceh) dan Timur (Kupang, NTT), serta populasi mayoritas suku Jawa di sekitar Surabaya, Jawa Timur. Survei ini sendiri tidak dimaksudkan untuk mewakili populasi anak muda di Indonesia. Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda

9 Teknik sampling Survei ini menggunakan teknik purposive random sampling. Sebuah penelitian hendaklah bersifat realistis, artinya pelaksanaan penelitian dilakukan dengan memperhatikan kemampuan peneliti, waktu dan dana yang tersedia. 1 Sebab dibutuhkan waktu yang lama dan sumber daya yang besar untuk dapat menjangkau populasi dan demografis Indonesia yang amat besar dan luas. Survei mengenai persepsi dan pandangan anak muda akan integritas ini ditujukan pada populasi anak muda di wilayah pedesaan di tiga propinsi, sebagai kontras dengan penelitian terdahulu terhadap anak muda di wilayah ibu kota Jakarta. Secara acak responden akan diambil dari desa yang radius 50 km berjarak dari ibu kota provinsi. Kriteria Responden: 1. Responden kelompok anak muda: warga negara Indonesia, berusia tahun, dan berdomisili di daerah pedesaan di Aceh, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. 2. Responden kelompok dewasa (kelompok kontrol): warga negara Indonesia, berusia lebih dari 30 tahun, dan berdomisili di ibu kota propinsi Aceh, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur (NTT). WAKTU KEGIATAN: Survei dilakukan pada bulan Mei 2013 Wilayah Penelitian Penelitian dilakukan di tiga propinsi: Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. 1 C.R. Kothari. (2004). Research Methodology: Methods and Techniques. New Delhi: New Age International Publisher, hlm Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013

10 3. Temuan Utama Ringkasan Eksekutif Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda

11 3. Temuan Utama Hasil survey: Pada bagian berikut akan diuraikan hasil Survei Integritas Anak Muda 2013 di daerah pedesaan. Uraian meliputi variabel-variabel yang menjadi pertanyaan-pertanyaan utama dari survei ini. Meskipun tujuan survei adalah mendapat gambaran opini integritas dari anak muda pedesaan, hasil survei ini juga menampilkan tanggapan dari anak muda di daerah perkotaan (urban) dan orang dewasa di daerah pedesaan (rural). Responden anak muda perkotaan adalah mereka yang tinggal di ibukota provinsi. Reponden dewasa adalah mereka yang tinggal di desa yang sama dengan responden anak muda pedesaan. Proporsi responden dewasa dan anak muda perkotaan tidak sama banyaknya dengan anak muda di daerah pedesaan karena sifatnya hanya sebagai pembanding. Riset ingin melihat pilihan-pilihan jawaban (preferensi) anak muda pedesaan memiliki kecenderungan yang sama dengan anak muda di perkotaan atau tidak. Juga apakah anak muda pedesaan memiliki persepsi yang sama akan kejujuran dan korupsi dengan orang dewasa di daerah mereka. Kesamaan ataupun perbedaan pilihan jawaban diharapkan dapat membuka diskusi lebih lanjut. Penjelasan hasil survei merupakan analisis ringkas atas hasil pengolahan data yang diperoleh. Untuk mendukung penjelasan itu, disertakan sejumlah grafik pendukung. Data yang sudah diolah, diubah tampilannya ke dalam bentuk grafik. Kami menampilkan satu sisi jawaban saja untuk menyederhanakan tampilan. Pemahaman tentang Ciri Integritas Responden pada umumnya tidak dapat menjelaskan definisi integritas dalam pertanyaan terbuka yang ditanyakan kepada mereka akan definisi integritas. Meskipun demikian mereka dapat mengenali perilaku yang mencirikan kejujuran dan berintegritas. Tingkat pemahaman integritas. Kepada responden diajukan tujuh perilaku yang mencirikan integritas (lihat di Grafik 2a). Jika rentang pilihan jawaban Tidak setuju --- sangat setuju (dengan skor 1--4) dijumlahkan, maka hasilnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok nilai: rendah - sedang - tinggi. Semakin banyak seseorang mengenali perilaku di atas sebagai contoh integritas maka semakin tinggi nilai yang diperolehnya. Dengan cara demikian diperoleh gambaran tingkat pemahaman integritas seperti pada Grafik 1a dan 1b. Mayoritas responden berada dalam kelompok rentang nilai sedang dan tinggi. Grafik 1a Anak Muda-Pedesaan Tingkat Pemahaman Ciri Integritas - Rural NTT 1% 59% 41% Jawa Timur 53% 46% Aceh 62% 38% Total 55% 45% Rendah sedang Tinggi 10 Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013

12 Grafik 1b Anak Muda-Perkotaan Tingkat Pemahaman Ciri Integritas - Urban NTT 45% 55% Jawa Timur 46% 54% Aceh 69% 31% Total 48% 52% Rendah sedang Tinggi Grafik berikut di bawah ini (Grafik 2a-2c) merupakan tampilan jawaban responden yang memilih sikap setuju. Pada kelompok anak muda yang tinggal di daerah pedesaan (Grafik 2a), mayoritas mengenali perilaku jujur dan menjaga prinsip integritas. Begitu pula dengan responden anak muda yang berasal dari daerah ibukota provinsi (Grafik 2b), delapan dari sepuluh setuju bahwa tujuh perilaku yang diberikan kepada mereka mencirikan integritas. Sikap mengkompromikan integritas yang paling banyak dipilih adalah sikap tidak jujur demi membantu diri dan keluarganya. Di kelompok anak muda pedesaan, ada 39% (Aceh) dan 36% (NTT) yang menyetujui sikap ini. Proporsi itu lebih tinggi pada anak muda-urban, di Aceh mencapai 5 dan 48% di NTT. Pilihan yang sama juga ditunjukkan oleh sikap orang dewasa di pedesaan (Grafik 2c: Aceh 39%, NTT 36%). Meskipun proporsi yang memilih jawaban tersebut di Jawa Timur kurang dari 3, akan tetapi diantara contoh sikap yang mengkompromikan kejujuran ia tetap merupakan pilihan tertinggi yang disetujui. Jika membandingkan jawaban anak muda di daerah pedesaan dengan responden dewasa di daerah yang sama, maka hasilnya menunjukkan adanya preferensi sikap yang sama. Jawaban terbanyak yang dipilih oleh anak muda rural sama dengan jawaban terbanyak yang dipilih oleh kelompok dewasa rural (Grafik 2c). Temuan Utama Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda

13 Grafik 2a Anak Muda-Pedesaan Sikap Setuju Terhadap Indikator Ciri Integritas Youth-Rural % 95% 39% 27% 36% 91% 94% 89% 16% 25% 92% 96% 93% 15% 15% 15% 26% 22% 23% Tidak pernah berbohong, tidak pernah curang, dan dapat dipercaya Tidak berbohong atau berbuat curang KECUALI jika menghadapi situasi sulit bagi dirinya atau keluarganya Tidak pernah melanggar hukum (selalu mengikuti aturan negara) Menunjukan solidaritas dan dukungan bagi keluarga dan temanteman dalam kondisi apapun meskipun hal tersebut melanggar hukum Tidak melakukan korupsi (tidak menerima atau memberi suap) dalam kondisi apapun Menolak perilaku korupsi kecuali jika jumlahnya tidak seberapa (jumlah uang yang kecil atau hadiah sederhana) Menolak perilaku korupsi kecuali jika tindakan itu sudah umum dilakukan untuk memecahkan masalah atau situasi yang sulit Grafik 2b Anak Muda-Perkotaan Sikap Setuju Terhadap Indikator Ciri Integritas Youth-Urban % 98% % 92% 94% 83% 14% 14% 14% 92% 96% 97% 11% 13% 7% 17% 18% 21% Tidak pernah berbohong, tidak pernah curang, dan dapat dipercaya Tidak berbohong atau berbuat curang KECUALI jika menghadapi situasi sulit bagi dirinya atau keluarganya Tidak pernah melanggar hukum (selalu mengikuti aturan negara) Menunjukan solidaritas dan dukungan bagi keluarga dan temanteman dalam kondisi apapun meskipun hal tersebut melanggar hukum Tidak melakukan korupsi (tidak menerima atau memberi suap) dalam kondisi apapun Menolak perilaku korupsi kecuali jika jumlahnya tidak seberapa (jumlah uang yang kecil atau hadiah sederhana) Menolak perilaku korupsi kecuali jika tindakan itu sudah umum dilakukan untuk memecahkan masalah atau situasi yang sulit 12 Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013

14 Grafik 2c Dewasa-Pedesaan Sikap Setuju Terhadap Indikator Ciri Integritas Adult-Rural % 95% 39% 27% 36% 91% 94% 89% 16% 25% 92% 96% 93% 15% 15% 15% 26% 22% 23% Tidak pernah berbohong, tidak pernah curang, dan dapat dipercaya Tidak berbohong atau berbuat curang KECUALI jika menghadapi situasi sulit bagi dirinya atau keluarganya Tidak pernah melanggar hukum (selalu mengikuti aturan negara) Menunjukan solidaritas dan dukungan bagi keluarga dan temanteman dalam kondisi apapun meskipun hal tersebut melanggar hukum Tidak melakukan korupsi (tidak menerima atau memberi suap) dalam kondisi apapun Menolak perilaku korupsi kecuali jika jumlahnya tidak seberapa (jumlah uang yang kecil atau hadiah sederhana) Menolak perilaku korupsi kecuali jika tindakan itu sudah umum dilakukan untuk memecahkan masalah atau situasi yang sulit Nilai dan prinsip yang diyakini Obsesi menjadi kaya berpotensi membuat individu menghalalkan segala cara agar hal itu terwujud. Termasuk juga motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Grafik di bawah ini merupakan tampilan dari persentase mereka yang memilih jawaban setuju terhadap sejumlah proposisi mengenai kejujuran dan integritas. Sembilan dari sepuluh anak muda di wilayah rural dan urban menyetujui bahwa kejujuran dan ketaatan pada aturan/ hukum tidak dapat ditinggalkan hanya demi kesuksesan dan kekayaan (Grafik 3a dan 3b). Jika diperhatikan di setiap daerah, maka ada perbedaaan kecil pada isu peningkatan pendapatan kepada keluarga antara muda urban dan rural di NTT dan Aceh. Kontras terlihat jika membandingkan jumlah jawaban anak muda rural dengan dewasa rural di sekitar Banda Aceh. Di mana lebih banyak kelompok dewasa yang setuju mendahulukan keluarga daripada integritas (Grafik 3c). Temuan Utama Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda

15 Grafik 3a Anak Muda-Pedesaan Setuju Terhadap Indikator nilai Integritas Youth-Rural % 3% 4% 99% 98% 98% 4% 7% 4% 10 98% 98% 2% 4% 6% 94% 86% 93% Kekayaan lebih penting daripada kejujuran Kejujuran lebih penting daripada kekayaan Kesuksesan lebih mudah dicapai tanpa integritas Kejujuran dan integritas akan menghasilkan kesuksesan Peningkatan pendapatan keluarga lebih penting daripada kejujuran/integritas Integritas lebih penting daripada peningkatan pendapatan keluarga Grafik 3b Anak Muda-Perkotaan Setuju Terhadap Indikator nilai Integritas Youth-Urban % 10 92% 97% 6% 8% 94% 97% 10 8% 7% 94% 84% 86% Kekayaan lebih penting daripada kejujuran Kejujuran lebih penting daripada kekayaan Kesuksesan lebih mudah dicapai tanpa integritas Kejujuran dan integritas akan menghasilkan kesuksesan Peningkatan pendapatan keluarga lebih penting daripada kejujuran/integritas Integritas lebih penting daripada peningkatan pendapatan keluarga 14 Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013

16 Grafik 3c Dewasa-Pedesaan Setuju Terhadap Indikator nilai Integritas Adult-Rural % 2% 6% 97% 97% 10 3% 6% 3% 97% 96% 10 13% 4% 3% 93% 79% 97% Kekayaan lebih penting daripada kejujuran Kejujuran lebih penting daripada kekayaan Kesuksesan lebih mudah dicapai tanpa integritas Kejujuran dan integritas akan menghasilkan kesuksesan Peningkatan pendapatan keluarga lebih penting daripada kejujuran/integritas Integritas lebih penting daripada peningkatan pendapatan keluarga Tingkat kesadaran tentang nilai integritas dilihat dengan menjumlahkan nilai jawaban yang terentang dari 1--4 ( Sangat Tidak Setuju -- Sangat Setuju ) dan mengelompokkannya ke dalam rentang nilai rendah, sedang dan tinggi, maka diperoleh gambaran bahwa enam dari sepuluh responden berada dalam kelompok nilai tinggi (Grafik 4a dan 4b). Grafik 4a Anak Muda-Pedesaan Tingkat Kesadaran tentang Nilai Integritas - Rural NTT Jawa Timur Aceh 2% 1% 34% 41% 41% 59% 58% 66% Temuan Utama Total 1% 35% 64% Rendah sedang Tinggi Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda

17 Grafik 4b Anak Muda-Perkotaan Tingkat Kesadaran tentang Nilai Integritas - Urban NTT 9 Jawa Timur 1% 35% 64% Aceh 56% 44% Total 1% 35% 64% Rendah sedang Tinggi PERMISIVITAS Pada bagian sebelumnya, mayoritas responden mendukung nilai kejujuran dan ketaatan pada hukum yang tidak dapat dikorbankan demi kekayaan dan kesuksesan. Dalam praktik keseharian nilai tersebut dapat bertabrakan dengan kepentingan atau kebutuhan lainnya yang menyebabkan seseorang menjadi permisif pada aturan. Untuk itu kepada responden anak muda ditanyakan seberapa jauh mereka dapat menerima suatu pelanggaran nilai etis tertentu, misalnya jika ada seseorang yang melanggar hukum demi menolong keluarganya atau memberi uang tambahan kepada petugas supaya dapat pelayanan kesehatan yang baik. Secara umum, delapan dari sepuluh responden anak muda yang tinggal disekitar ibukota provinsi (urban) dan di desa (rural) menyatakan tidak bisa menerima beberapa tindakan tidak etis atau melanggar norma hukum (Grafik 5a dan 5b). Kelompok anak muda urban paling rendah permisivitasnya dibandingkan tiga kelompok responden lainnya (anak muda rural dan dewasa rural) terhadap tindakan yang tidak berintegritas. Permisivitas tertinggi oleh anak muda urban dan rural di semua daerah ada pada penerimaan mereka akan tindakan melanggar hukum demi menolong keluarga. Bagi anak muda di NTT, proporsi mereka yang bisa menerima pemberian suap untuk urusan SIM/STNK lebih tinggi dibanding anak muda di daerah lain (NTT rural: 35%, urban: 52%). Adapun anak muda di daerah Jawa Timur dapat menerima nepotisme di bidang pekerjaan, dan mereka yang tinggal di rural lebih tinggi penerimaannya (Jatim rural: 3, urban: 23%). Pola perbedaan jawaban ada pada anak muda rural dan dewasa rural di daerah Aceh, di mana dewasa rural secara berurutan dapat permisif pada nepotisme pekerjaan (27%), perijinan (27%), dan pelanggaran hukum demi keluarga (), sementara pada anak muda rural pelanggaran hukum demi keluarga yang terbanyak. 16 Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013

18 Grafik 5a Anak Muda-Pedesaan Penerimaan terhadap tindakan yang tidak berintegritas Youth-Rural % 35% 44% 13% 15% 18% 11% 7% 11% 3 17% 19% 17% 35% 19% 19% 29% 8% 12% Jika ada orang yang melanggar hukum demi menolong keluarganya? Jika ada pemimpin yang mau melakukan pelanggaran hukum supaya keluarga kamu hidup lebih baik Jika ada pegawai pemerintah meminta uang tambahan tidak resmi saat memberi pelayanan kepada masyarakat Jika ada orang memilih untuk memberikan pekerjaan kepada saudaranya, meskipun ada orang lain yang lebih layak menerima pekerjaan tersebut Jika ada orang membayar uang pelicin kepada petugas untuk mempercepat proses pengurusan perijinan (mis. STNK, SIM, dan lain-lain) Jika ada orang membayar uang pelicin kepada tenaga kesehatan di rumah sakit umum atau puskesmas agar diberi pelayanan yang lebih baik Jika ada orang tua memberikan uang/ hadiah kepada guru supaya anaknya bisa mendapat nilai yang bagus Grafik 5b Anak Muda-Perkotaan Penerimaan terhadap tindakan yang tidak berintegritas Adult-Rural 3 28% 28% 3% 12% 13% 17% 5% 27% 18% 16% 27% 12% 16% 17% 9% 3% 4% Jika ada orang yang melanggar hukum demi menolong keluarganya? Jika ada pemimpin yang mau melakukan pelanggaran hukum supaya keluarga kamu hidup lebih baik Jika ada pegawai pemerintah meminta uang tambahan tidak resmi saat memberi pelayanan kepada masyarakat Jika ada orang memilih untuk memberikan pekerjaan kepada saudaranya, meskipun ada orang lain yang lebih layak menerima pekerjaan tersebut Jika ada orang membayar uang pelicin kepada petugas untuk mempercepat proses pengurusan perijinan (mis. STNK, SIM, dan lain-lain) Jika ada orang membayar uang pelicin kepada tenaga kesehatan di rumah sakit umum atau puskesmas agar diberi pelayanan yang lebih baik Jika ada orang tua memberikan uang/ hadiah kepada guru supaya anaknya bisa mendapat nilai yang bagus Temuan Utama Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda

19 Grafik 5c Dewasa-Rural Penerimaan terhadap tindakan yang tidak berintegritas Youth-Urban % 35% 45% 3% 15% 17% 6% 8% 23% 17% 6% 15% 52% 6% 13% 21% 3% 8% 3% Jika ada orang yang melanggar hukum demi menolong keluarganya? Jika ada pemimpin yang mau melakukan pelanggaran hukum supaya keluarga kamu hidup lebih baik Jika ada pegawai pemerintah meminta uang tambahan tidak resmi saat memberi pelayanan kepada masyarakat Jika ada orang memilih untuk memberikan pekerjaan kepada saudaranya, meskipun ada orang lain yang lebih layak menerima pekerjaan tersebut Jika ada orang membayar uang pelicin kepada petugas untuk mempercepat proses pengurusan perijinan (mis. STNK, SIM, dan lain-lain) Jika ada orang membayar uang pelicin kepada tenaga kesehatan di rumah sakit umum atau puskesmas agar diberi pelayanan yang lebih baik Jika ada orang tua memberikan uang/ hadiah kepada guru supaya anaknya bisa mendapat nilai yang bagus PENGALAMAN DENGAN KEJADIAN KORUPSI Praktik curang dan korup dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Anak muda yang hidup di lingkungan yang sering mempraktikkan perilaku curang dan korup, tentunya menjadi rentan untuk ikut melakukan hal yang sama. Untuk mengetahui seberapa banyak anak muda yang lingkungannya terpapar dengan perilaku korup, maka kepada responden ditanyakan apakah dalam setahun belakangan mengetahui secara langsung atau tidak akan sejumlah kejadian koruptif di sekitar mereka? Jika dilihat di tiap wilayah, maka suap karena ditilang polisi merupakan pengalaman yang paling banyak terjadi (Grafik 6a-6c). Suap demi pekerjaan banyak diakui oleh responden di NTT dan Aceh, baik rural maupun urban. Perihal suap untuk berobat ke RS/Puskesmas di rural NTT lebih tinggi dibanding kelompok responden lain. Isu ini mungkin muncul pada kaum muda pedesaan yang berada di usia produktif lebih cepat, dan jangkauan layanan kesehatan yang belum merata di pedesaan. Temuan menunjukan anak muda dan kaum dewasa pedesaan NTT yang paling minim akses kesehatan memiliki pengalaman korupsi tertinggi di bidang suap untuk berobat ke RS/Puskesmas. Grafik 6a Anak Muda-Pedesaan Pernah mengalami/melihat kasus korupsi Youth-Rural % 39% 69% 43% 23% 37% 28% 16% 43% 84% 71% 94% 7 47% 73% 44% 28% 56% Ada yang menyuap ketika mengurus dokumen/ijin Ada yang menyuap agar lulus ujian di sekolah Ada yang menyuap ketika berobat ke RS/ Puskesmas Ada yang menyuap ketika ditilang polisi Ada yang menyuap agar mendapat pekerjaan Ada yang menyuap supaya bisnis/ dagangan lancar 18 Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013

20 Grafik 6b Anak Muda-Perkotaan Pernah mengalami/melihat kasus korupsi Youth-Urban % 54% 48% 31% 23% 14% 14% 19% 86% 87% 83% 69% 5 52% 39% 4 38% Ada yang menyuap ketika mengurus dokumen/ijin Ada yang menyuap agar lulus ujian di sekolah Ada yang menyuap ketika berobat ke RS/ Puskesmas Ada yang menyuap ketika ditilang polisi Ada yang menyuap agar mendapat pekerjaan Ada yang menyuap supaya bisnis/ dagangan lancar Grafik 6c Dewasa-Pedesaan Pernah mengalami/melihat kasus korupsi Adult-Rural % 59% 3 25% 22% 13% 15% 28% 73% % 5 71% 23% 29% 55% Ada yang menyuap ketika mengurus dokumen/ijin Ada yang menyuap agar lulus ujian di sekolah Ada yang menyuap ketika berobat ke RS/ Puskesmas Ada yang menyuap ketika ditilang polisi Ada yang menyuap agar mendapat pekerjaan Ada yang menyuap supaya bisnis/ dagangan lancar 3 Temuan Utama Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat keterpaparan perilaku koruptif anak muda di rural Aceh dan NTT cukup tinggi. Kurang lebih 8 responden mengakui memiliki pengalaman terhadap semua kegiatan suap yang diberikan (ada 8 contoh suap). Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda

21 Grafik 7a Anak Muda-Pedesaan Tingkat Social exposure on corruption practice - Rural NTT 16% 84% Jawa Timur 39% 61% Aceh 16% 84% Total 32% 67% Rendah sedang Tinggi Grafik 7b Anak Muda-Perkotaan Tingkat Social exposure on corruption practice - Urban NTT 34% 66% Jawa Timur 26% 74% Aceh 28% 72% Total 26% 74% Rendah sedang Tinggi 20 Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013

22 PERMISIVITAS LINGKUNGAN SOSIAL Norma sosial terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan yang dapat diterima oleh lingkungan sosial tertentu. Semakin banyak orang yang melakukannya, maka suatu perilaku buruk semakin dapat ditolerir. Individu di lingkungan masyarakat itu akan lebih permisif ketika perilaku itu hadir. Anak muda rentan menjadi permisif terhadap perilaku yang melanggar etika dan hukum jika ia tumbuh di lingkungan yang juga permisif. Untuk mengetahui hal itu kepada responden anak muda di tiga daerah ditanyakan apakah beberapa tindakan yang tidak sejalan dengan integritas biasa terjadi di lingkungannya?. Ada tujuh contoh tindakan yang diajukan kepada responden. Di antara sejumlah kejadian yang dianggap biasa terjadi, lingkungan sosial responden cenderung permisif terhadap: pelanggaran hukum demi menolong keluarga, nepotisme dalam memperoleh pekerjaan, dan melakukan suap saat mengurus SIM dan STNK (Grafik 8a-8b). Permisivitas di tiga area ini sama dengan yang dipersepsikan oleh responden dewasa rural (Grafik 8c). Kebiasaan yang bertentangan dengan integritas terkait kesehatan ternyata kembali terlihat di lingkungan pedesaan. Anak muda pedesaan mencatatkan kebiasaan ini lebih tinggi dibanding kelompok responden lain, bahkan terhadap kaum dewasa pedesaan (Grafik 8a). Grafik 8a Anak Muda-Pedesaan Kebiasaan yang bertentangan dengan integritas di lingkungan sosial Youth-Rural % 55% 62% 27% 33% 22% 62% 61% 72% 7 67% 82% 41% 38% 38% 48% 39% 32% Orang melanggar hukum demi membantu keluarganya Pemimpin di linkungan kamu melakukan pelanggaran hukum demi keluarga kamu hidup lebih baik 5 48% 46% Pegawai negeri/aparat pemerintah meminta uang tidak resmi ketika bertugas melayani masyarakat Orang memilih untuk memberikan pekerjaan kepada saudaranya, meskipun ada orang lain yang lebih layak menerima pekerjaan tersebut Orang memberi suap kepada petugas untuk mempercepat proses pengurusan STNK/SIM Orang membayar tips kepada dokter/ perawat/bidan di puskesmas atau rumah sakit umum supaya diberi pelayanan yang lebih baik Orang tua memberikan uang/ hadiah kepada guru/kepala sekolah supaya anaknya bisa diterima di sekolah atau mendapat nilai yang bagus Temuan Utama Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda

23 Grafik 8b Anak Muda-Perkotaan Kebiasaan yang bertentangan dengan integritas di lingkungan sosial Youth-Urban % 63% 52% 19% 18% 17% 39% 62% 34% 47% 62% 52% 47% 76% 79% 19% 36% 21% 39% 45% 17% Orang melanggar hukum demi membantu keluarganya Pemimpin di linkungan kamu melakukan pelanggaran hukum demi keluarga kamu hidup lebih baik Pegawai negeri/aparat pemerintah meminta uang tidak resmi ketika bertugas melayani masyarakat Orang memilih untuk memberikan pekerjaan kepada saudaranya, meskipun ada orang lain yang Orang memberi suap kepada petugas untuk mempercepat proses pengurusan STNK/SIM lebih layak menerima pekerjaan tersebut Orang membayar tips kepada dokter/ perawat/bidan di puskesmas atau rumah sakit umum supaya diberi pelayanan yang lebih baik Orang tua memberikan uang/ hadiah kepada guru/kepala sekolah supaya anaknya bisa diterima di sekolah atau mendapat nilai yang bagus Grafik 8c Dewasa-Pedesaan Kebiasaan yang bertentangan dengan integritas di lingkungan sosial Adult-Rural % 63% 37% 27% 34% 47% 48% 41% 63% 57% 59% 73% 59% 78% 37% 33% 28% 33% 38% 31% Orang melanggar hukum demi membantu keluarganya Pemimpin di linkungan kamu melakukan pelanggaran hukum demi keluarga kamu hidup lebih baik Pegawai negeri/aparat pemerintah meminta uang tidak resmi ketika bertugas melayani masyarakat Orang memilih untuk memberikan pekerjaan kepada saudaranya, meskipun ada orang lain yang lebih layak menerima pekerjaan tersebut Orang memberi suap kepada petugas untuk mempercepat proses pengurusan STNK/SIM Orang membayar tips kepada dokter/ perawat/bidan di puskesmas atau rumah sakit umum supaya diberi pelayanan yang lebih baik Orang tua memberikan uang/ hadiah kepada guru/kepala sekolah supaya anaknya bisa diterima di sekolah atau mendapat nilai yang bagus 22 Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013

24 PERSEPSI KORUPSI TERHADAP INSTITUSI Sejumlah institusi (lembaga) memberi pelayanan kepada kepada publik secara luas, seperti birokrasi pemerintah di tingkat nasional dan lokal, sektor keamanan (Polri/TNI), bidang pendidikan dan kesehatan, juga dunia usaha, baik yang melibatkan perusahaan pemerintah (BUMN, BUMD) dan juga yang diselenggarakan oleh swasta. Kepada responden ditanyakan apakah mereka setuju jika institusi tersebut di atas dikatakan bebas dari korupsi. Grafik berikut di bawah ini merupakan tampilan dari mereka yang memilih jawaban setuju bahwa lembaga yang disebut sudah bersih dari korupsi. Sisa persentase yang tidak ditampilkan berarti jumlah responden yang menjawab tidak setuju. Secara umum, tidak ada institusi yang secara utuh dipersepsi bebas korupsi oleh responden anak muda. Untuk institusi di bidang kesehatan, pendidikan (swasta) dan usaha (swasta) lebih banyak yang menyatakan setuju bahwa sudah bebas dari korupsi, akan tetapi selisih dengan yang mempersepsikan masih korupsi perbedaannya <, sehingga bisa dikatakan hampir semua lembaga di Indonesia dipersepsikan masih mempraktikkan korupsi. Persepsi ini sejalan dengan bagian sebelumnya soal pengalaman responden akan kasus korupsi, bahwa suap pada polisi yang paling banyak dialami, sementara suap di lingkungan kesehatan yang paling minim dipilih. Jika memperhatikan tanggapan di daerah pedesaan: di Aceh, kepercayaan tertinggi ada pada lembaga pendidikan dan kesehatan swasta. Sementara di Jawa Timur, responden menempatkan lembaga bisnis swasta sebagai institusi yang paling dipercaya integritasnya. Di NTT, kepercayaan terhadap institusi-institusi ini relatif rendah dibanding wilayah lain. Dimana secara relatif kepercayaan tertinggi ada pada lembaga kesehatan swasta. Adapun institusi keamanan menjadi lembaga yang paling tidak dipercaya integritasnya, baik di Aceh, Jawa Timur maupun di NTT. Grafik 9a Anak Muda-Pedesaan Kepercayaan Terhadap Integritas Institusi Youth-Rural % 26% 4 52% 27% 23% 44% 3 55% 29% 35% 6 42% 47% 59% 41% 46% 6 46% 33% 53% 32% 58% 57% 37% Administrasi Nasional (contoh: paspor, SIM, BPKB, STNK, pembayaran pajak Administrasi lokal (contoh: KTP, Kartu Keluarga, Surat Keterangan Catatan Kriminal, Surat Kehilangan) Keamanan (polisi, tentara) Pendidikan negeri (sekolah dan perguruan tinggi) Pendidikan swasta (sekolah dan universitas) Pelayanan kesehatan publik (misalnya oleh puskesmas & rumah sakit pemerintah) Pelayanan kesehatan (milik) swasta Bisnis publik (BUMN, contoh: Telkom, Bank Pemerintah, PLN, Pertamina, PDAM, airport) Bisnis (milik) swasta (contoh: provider seluler, parkir, mall, toll dalam kota, minimart, coffee shop, bioskop) Temuan Utama Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda

25 Grafik 9b Anak Muda-Perkotaan Kepercayaan Terhadap Integritas Institusi Youth-Urban % 36% 3% 47% 43% 17% 33% 39% 14% 36% 5 31% 44% 56% 45% 47% 49% 34% 61% 56% 59% 39% 38% 28% 55% 48% 41% Administrasi Nasional (contoh: paspor, SIM, BPKB, STNK, pembayaran pajak Administrasi lokal (contoh: KTP, Kartu Keluarga, Surat Keterangan Catatan Kriminal, Surat Kehilangan) Keamanan (polisi, tentara) Pendidikan negeri (sekolah dan perguruan tinggi) Pendidikan swasta (sekolah dan universitas) Pelayanan kesehatan publik (misalnya oleh puskesmas & rumah sakit pemerintah) Pelayanan kesehatan (milik) swasta Bisnis publik (BUMN, contoh: Telkom, Bank Pemerintah, PLN, Pertamina, PDAM, airport) Bisnis (milik) swasta (contoh: provider seluler, parkir, mall, toll dalam kota, minimart, coffee shop, bioskop) Grafik 9c Dewasa-Pedesaan Kepercayaan Terhadap Integritas Institusi Adult-Rural % 46% 33% 63% 5 34% 43% 46% 44% 57% 51% 41% 6 58% 5 47% 54% 31% 7 57% 25% 5 49% 34% 8 54% 41% Administrasi Nasional (contoh: paspor, SIM, BPKB, STNK, pembayaran pajak Administrasi lokal (contoh: KTP, Kartu Keluarga, Surat Keterangan Catatan Kriminal, Surat Kehilangan) Keamanan (polisi, tentara) Pendidikan negeri (sekolah dan perguruan tinggi) Pendidikan swasta (sekolah dan universitas) Pelayanan kesehatan publik (misalnya oleh puskesmas & rumah sakit pemerintah) Pelayanan kesehatan (milik) swasta Bisnis publik (BUMN, contoh: Telkom, Bank Pemerintah, PLN, Pertamina, PDAM, airport) Bisnis (milik) swasta (contoh: provider seluler, parkir, mall, toll dalam kota, minimart, coffee shop, bioskop) 24 Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013

26 PENGETAHUAN AKAN INTEGRITAS dan antikorupsi Institusi pendidikan seperti sekolah merupakan tempat yang efektif untuk menyebarkan informasi mengenai upaya antikorupsi. Dari jawaban para responden, banyak di antara mereka yang mengaku belum pernah mendapatkan informasi mengenai antikorupsi di sekolah mereka. Khususnya di daerah rural (Grafik 10). Bahkan di sekitar kota Surabaya, lebih dari 7 mengaku belum pernah mendapatkannya di sekolah. Grafik 10 Anak Muda Perkotaan-Pedesaan Pernah Mendapat Pelajaran Antikorupsi di Sekolah: % 49% 22% 39% 72% 48% Aceh Jawa Timur NTT Youth-Urban Youth-Rural Pengetahuan tentang antikorupsi. Dalam upaya mengatasi korupsi, negara sudah melakukan sejumlah upaya, seperti membentuk peradilan khusus Tindak Pidana Korupsi, dan mendirikan lembaga ad-hoc Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain upaya dari pemerintah, beberapa lembaga non-pemerintah juga melakukan inisiatif bergerak di wialyah antikorupsi ini, seperti Indonesia Corruption Watch, Transparency International Indonesia, dan lain-lain. Responden diminta untuk memperkirakan apakah mereka merasa punya banyak pengetahuan akan upaya antikorupsi yang sudah disebut di atas. Grafik berikut ini menampilkan persentase dari mereka yang menjawab tahu mengenai UU Antikorupsi dan lain-lain. Sisa persentase yang tidak ditampilkan adalah mereka merasa mengetahui sedikit saja akan hal-hal tersebut. Sebagian besar responden anak muda di tiga daerah banyak yang tidak mengetahui hal-hal tersebut di atas. Setengah dari seluruh responden di pedesaan dan perkotaan menjawab tahu banyak akan upaya-upaya tersebut. Diantara sejumlah contoh yang disebutkan adalah lembaga KPK yang paling banyak diketahui, walaupun yang merasa tahu sedikit atau tidak tahu akan KPK lebih besar proporsinya (Grafik 11a dan 11b). Upaya paling banyak tidak diketahui adalah gerakan dari lembaga swadaya masyarakat, seperti ICW, TI Indonesia, dsb. Adapun responden yang menjawab tahu banyak akan hal-hal antikorupsi lebih besar proporsi persentasenya pada kelompok anak muda perkotaan. Akses informasi yang mungkin bisa menjelaskan perbedaan ini. Grafik11a Anak Muda-Pedesaan Memiliki Banyak Informasi tentang Aturan dan Institusi Antikorupsi Youth-Rural Temuan Utama % 21% 25% 47% 35% 32% 18% 15% 11% UU anti korupsi 26% 19% 17% Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) LSM Antikorupsi (ICW, TII, dll) Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda

27 Grafik 11b Anak Muda-Perkotaan Memiliki Banyak Informasi tentang Aturan dan Institusi Antikorupsi Youth-Urban % 34% 31% 36% 3 31% 43% 3 48% 19% 19% 24% UU anti korupsi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) LSM Antikorupsi (ICW, TII, dll) Sumber informasi akan integritas. Dalam interaksi sosial sehari-hari, anak muda mendapatkan pembicaraan atau informasi mengenai integritas dari berbagai orang di lingkungan aktivitas yang berbeda-beda. Jika melihat banyaknya tanggapan dari anak muda yang berasal dari daerah rural maupun urban, maka yang memberikan informasi tentang integritas (kejujuran dan prinsip) adalah lingkungan keluarga, pendidikan, agama dan teman-teman sepermainan (Grafik 12a dan 12b). Grafik 12a Anak Muda-Pedesaan Lingkungan Sosial Yang Memberikan Informasi Antikorupsi Youth-Rural % 98% 10 98% 97% 99% 67% 63% 51% 88% 73% 71% 85% 76% 8 97% 93% 99% Lingkungan keluarga Sistem pendidikan/ sekolah/kampus 94% 93% 91% Teman-teman dan kawan sepermainan Selebriti dunia hiburan Bisnis/ lingkungan ekonomi Tokoh/pemimpin politik Tokoh/pemuka agama 26 Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013

28 Grafik 12b Anak Muda-Perkotaan Lingkungan Sosial Yang Memberikan Informasi Antikorupsi Youth-Urban % 93% 10 97% 10 94% 85% 86% 64% 68% 52% 89% 76% 97% 69% 72% 97% 10 95% 97% Lingkungan keluarga Sistem pendidikan/ sekolah/kampus Teman-teman dan kawan sepermainan Selebriti dunia hiburan Bisnis/ lingkungan ekonomi Tokoh/pemimpin politik Tokoh/pemuka agama Faktor lingkungan yang mempengaruhi pandangan tentang integritas. Anak muda memiliki model atau figur yang menurut mereka dapat menjadi contoh perilaku. Ada pemuka agama, tokoh politik, para pelaku bisnis, figur di dunia hiburan, dunia pendidikan dan teman sepermainan. Menurut anak muda di daerah rural dan urban, figur yang dianggap memberikan contoh mengenai integritas dan antikorupsi dapat ditemui pada tokoh/pemuka agama, lingkungan pendidikan dan pada teman-teman sepermainan. Sembilan dari sepuluh responden memilih mereka. (Grafik 13a dan 13b). Grafik 13a Anak Muda-Pedesaan Yang memberi contoh tentang integritas dan Antikorupsi Youth-Urban Temuan Utama % % 97% 64% 59% 41% 78% 59% 66% 69% 54% 59% 10 94% 97% Lingkungan keluarga Sistem pendidikan/ sekolah/kampus 97% 9 66% Teman-teman dan kawan sepermainan Selebriti dunia hiburan Bisnis/ lingkungan ekonomi Tokoh/pemimpin politik Tokoh/pemuka agama Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda

29 Grafik 13b Anak Muda-Perkotaan Yang memberi contoh tentang integritas dan Antikorupsi Youth-Rural % 99% 98% 95% 96% 96% % 57% 61% 47% 77% 67% 58% 65% 69% 63% 96% 93% 95% Lingkungan keluarga Sistem pendidikan/ sekolah/kampus Teman-teman dan kawan sepermainan Selebriti dunia hiburan Bisnis/ lingkungan ekonomi Tokoh/pemimpin politik Tokoh/pemuka agama Sumber pencarian informasi mengenai antikorupsi. Anak muda bisa mendapatkan informasi antikorupsi dari figur otoritas seperti orang tua, tokoh agama, tokoh masyarakat dan guru. Selain itu dimungkinkan juga mendapatkannya dari teman sepermainan. Jika informasi antikorupsi harus didapatkan lewat inisiatif (aktif) dari anak muda itu sendiri, maka kemanakah mereka akan melakukan pencarian? Dengan melihat grafik di bawah ini, anak muda di pedesaan paling banyak mengandalkan tv/radio, berdiskusi dengan teman dan bertanya kepada anggota keluarga (Grafik 14a) untuk tahu lebih banyak tentang informasi antikorupsi. Sementara anak muda di daerah perkotaan, selain tv/radio, koran dan internet menjadi sumber informasi yang banyak dipilih, dilanjutkan dengan teman dan anggota keluarga (Grafik 14b). Tampak di sini bahwa anak muda di perkotaan memiliki akses kanal informasi yang lebih banyak dibanding dengan anak muda di pedesaan. Grafik 14a Anak Muda-Pedesaan Tindakan yang dilakukan untuk tahu lebih banyak tentang antikorupsi Youth-Rural % 74% 75% 87% 81% 77% 79% 61% 62% 93% % 66% 62% 69% 61% 57% 5 35% 45% 74% 45% 49% 79% 55% 59% Bertanya atau berdiskusi dengan orang tua atau saudara Bertanya atau berdiskusi dengan teman Bertanya atau berdiskusi dengan guru di sekolah mendengarkan radio atau menonton TV Membaca koran Membaca berita di Internet Bertanya melalui facebook, twitter, dll Bertanya dan berdiskusi dengan pemimpin agama/ulama/ pendeta Membaca buku 28 Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda 2013

30 Grafik14b Anak Muda-Perkotaan Tindakan yang dilakukan untuk tahu lebih banyak tentang antikorupsi Youth-Urban % 79% 79% 89% 85% 86% 78% 66% 72% 97% 88% 97% 89% 85% 86% 86% 66% 86% 61% 41% 48% 72% 45% 45% 78% 65% 69% Bertanya atau berdiskusi dengan orang tua atau saudara Bertanya atau berdiskusi dengan teman Bertanya atau berdiskusi dengan guru di sekolah mendengarkan radio atau menonton TV Membaca koran Membaca berita di Internet Bertanya melalui facebook, twitter, dll Bertanya dan berdiskusi dengan pemimpin agama/ulama/ pendeta Membaca buku PERAN ANAK MUDA DALAM UPAYA ANTIKORUPSI Anak muda diharapkan dapat mempraktikkan integritas dan sikap antikorupsi. Kedua hal tersebut akan lebih mudah diharapkan jika anak muda memiliki keyakinan dan optimisme yang sama akan peran mereka. Ketika kepada mereka ditanyakan apakah mereka setuju bahwa anak muda dapat berperan dalam pemberantasan korupsi dan membangun nilai integritas?, mayoritas anak muda di tiga daerah setuju bahwa mereka memang dapat berperan. NTT 3% Grafik 15a Anak Muda-Pedesaan Pandangan tentang Peran anak muda dalam pemberantasan korupsi Youth-Rural 62% 35% Temuan Utama Jawa Timur 1% 53% 46% Aceh 3% 6 37% Total 2% 55% 43% Rendah sedang Tinggi Integritas dan Korupsi di Wilayah Rural Indonesia: Hasil Survei Integritas Anak Muda

YOUTH DEPARTMENT TRANSPARENCY INTERNATIONAL INDONESIA SURVEI INTEGRITAS ANAK MUDA 2012

YOUTH DEPARTMENT TRANSPARENCY INTERNATIONAL INDONESIA SURVEI INTEGRITAS ANAK MUDA 2012 YOUTH DEPARTMENT TRANSPARENCY INTERNATIONAL INDONESIA SURVEI INTEGRITAS ANAK MUDA 2012 TUJUAN PENELITIAN 1. Mengukur pemahaman anak muda Jakarta tentang integritas dan anckorupsi 2. Sebagai baseline survey

Lebih terperinci

Survei Integritas Anak Muda 2012

Survei Integritas Anak Muda 2012 Survei Integritas Anak Muda 2012 Latar Belakang Agenda pemberantasan korupsi memang bukan perkara dengan dua pendekatan; pendidikan dan kampanye. Dengan dua sederhana. Di samping penegakan hukum dan perbaikan

Lebih terperinci

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia 2012 2013 2014 2015 2016 SKOR 32 PERINGKAT 118 SKOR 32 PERINGKAT 114 SKOR 34 PERINGKAT

Lebih terperinci

Pembahasan Hasil Survei Integritas Anak Muda

Pembahasan Hasil Survei Integritas Anak Muda Pembahasan Hasil Survei Integritas Anak Muda Prof. Dr. Sukron Kamil, MA Seminar Hasil Survei Integritas Anak Muda 2012, Transparency International Indonesia, Hotel Akmani, Jakarta, 02 Mei 2013 Tujuan Survei

Lebih terperinci

GLOBAL! CORRUPTION! BAROMETER 2017

GLOBAL! CORRUPTION! BAROMETER 2017 GLOBAL! CORRUPTION! BAROMETER 2017 v GCB memotret kinerja pemberantasan korupsi berdasarkan pendapat dan pengalaman masyarakat di masing-masing negara dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. v Survei berbasis

Lebih terperinci

MENEGUHKAN PERAN PERGURUANTINGGI DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

MENEGUHKAN PERAN PERGURUANTINGGI DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI MENEGUHKAN PERAN PERGURUANTINGGI DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI Dadang Trisasongko TI Indonesia Anti Corruption Summit, Yogyakarta, 2016 dtrisasongko@ti.or.id Dimana kita berada? Kita sedang digerogoti oleh

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif-Global Corruption Barometer 2007

Ringkasan Eksekutif-Global Corruption Barometer 2007 Ringkasan Eksekutif-Global Corruption Barometer 2007 Setelah analisa selama bertahun-tahun yang dilakukan Transparency International (TI) dan lembaga lain, tidak diragukan lagi efek buruk korupsi terhadap

Lebih terperinci

TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER. Jakarta, 9 Juli 2013

TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER. Jakarta, 9 Juli 2013 1 TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER Jakarta, 9 Juli 2013 SEKTOR KORUPSI KPK 1. Bansos 2. APBN-APBD (banggar, satuan tiga = belanja K/L) 3. Hutan 4. Pajak 5. Kebijakan publik 6. Izin importasi

Lebih terperinci

1II PROFIL RESPONDEN...

1II PROFIL RESPONDEN... Daftar Isi Daftar Isi... 2 Bagian 1 PENDAHULUAN... 3 Latar Belakang... 3 Tujuan Survei... 4 Lokasi Survei... 4 Bagian 1I MODEL SURVEY... 5 Sumber Data... 5 Sempel Responden... 5 Waktu Pengumpulan Data...

Lebih terperinci

SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI

SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI 1 METODOLOGI RISET 2 Data survei dikumpulkan dari April Juni, 2017 Catatan : Tanggal mencakup Survei kuantitatif Nasional dan Provinsi Oversample, dan Survei kualiatif (FGD)

Lebih terperinci

Mempopulerkan kembali Jujur dan Integritas dalam kehidupan anak muda demi peradaban Anti- Korupsi, mungkinkah?

Mempopulerkan kembali Jujur dan Integritas dalam kehidupan anak muda demi peradaban Anti- Korupsi, mungkinkah? Menanggapi hasil riset Survey Integritas Anak Muda Transparansi Internasional Indonesia tahun 2012: Mempopulerkan kembali Jujur dan Integritas dalam kehidupan anak muda demi peradaban Anti- Korupsi, mungkinkah?

Lebih terperinci

Global Corruption Barometer 2013

Global Corruption Barometer 2013 Global Corruption Barometer 2013 Tentang GCB Mengukur efektivitas pemberantasan korupsi dan mengidentifikasi sektorsektor yang rawan di setiap negara. Basis GCB adalah pengalaman masyarakat umum, sementara

Lebih terperinci

TIK (Kompetensi Dasar) II. Gambaran Umum III. Relevansi terhadap pengetahuan IV. Sub-sub Bab 1. Pengertian Korupsi

TIK (Kompetensi Dasar) II. Gambaran Umum III. Relevansi terhadap pengetahuan IV. Sub-sub Bab 1. Pengertian Korupsi 105 106 I. TIK (Kompetensi Dasar) Mahasiswa Mampu memahami, mampu menjelaskan, terjadi perubahan pola berpikir tentang hak dan kewajiban bela negara khususnya tentang pengertian korupsi, tindak korupsi,

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 9 OLEH : TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA

PERTEMUAN KE 9 OLEH : TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA PERTEMUAN KE 9 OLEH : TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA Bab 02 Fight Corruption: be the one who helps build a better society. FAKTOR PENYEBAB KORUPSI Faktor Penyebab Korupsi 2 DUA FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB KORUPSI. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi 3/8/2013. Bab. Fight Corruption: be the one who helps build a better society.

FAKTOR PENYEBAB KORUPSI. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi 3/8/2013. Bab. Fight Corruption: be the one who helps build a better society. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 1 Bab 02 Fight Corruption: be the one who helps build a better society. FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

Lebih terperinci

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi Faktor Penyebab Korupsi 1 Bab 02 Fight Corruption: be the one who helps build a better society. FAKTOR PENYEBAB KORUPSI Faktor Penyebab Korupsi 2 Kompetensi

Lebih terperinci

KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN KORUPSI: OPINI PUBLIK DI ASIA TENGGARA

KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN KORUPSI: OPINI PUBLIK DI ASIA TENGGARA KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN KORUPSI: OPINI PUBLIK DI Transparency International adalah organisasi masyarakat sipil global yang berada di garis terdepan dalam upaya perlawanan terhadap korupsi. Melalui lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan penelitian Corruption Perception Index (CPI) tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan penelitian Corruption Perception Index (CPI) tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korupsi di Indonesia masih menjadi salah satu persoalan yang paling besar. Berdasarkan penelitian Corruption Perception Index (CPI) tahun 2015 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi Faktor Penyebab Korupsi 1 Bab 02 FAKTOR PENYEBAB Fight Corruption: be the one who helps build a better society. KORUPSI Faktor Penyebab Korupsi 2 Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait kasus-kasus korupsi yang dilakukan pejabat dan wakil rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. terkait kasus-kasus korupsi yang dilakukan pejabat dan wakil rakyat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Korupsi merupakan hal yang tidak asing lagi terdengar di telinga rakyat Indonesia. Sepuluh tahun belakangan ini korupsi menjadi isu yang selalu panas dan tidak

Lebih terperinci

Modul ke: Etik UMB. Tindakan Korupsi dan Penyebabnya - 2. Fakultas MKCU. Finy F. Basarah, M.Si. Program Studi MKCU.

Modul ke: Etik UMB. Tindakan Korupsi dan Penyebabnya - 2. Fakultas MKCU. Finy F. Basarah, M.Si. Program Studi MKCU. Modul ke: Etik UMB Tindakan Korupsi dan Penyebabnya - 2 Fakultas MKCU Finy F. Basarah, M.Si Program Studi MKCU www.mercubuana.ac.id Tindakan Korupsi dan Penyebabnya - 2 Etik UMB Abstract:Korupsi di Indonesia

Lebih terperinci

Pembangunan Integritas Bisnis

Pembangunan Integritas Bisnis AKSI KOLABORATIF Pembangunan Integritas Bisnis Panduan Bagi Pelaku Bisnis, Regulator, dan Penegak Hukum DEKLARASI DEKLARASI Kami; para pelaku bisnis, instansi pemerintah, aparat penegak hukum dan perwakilan

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

FAKTOR PENYEBAB KORUPSI Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 1 Bab 02 Fight Corruption: be the one who helps build a better society. FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT

PERAN SERTA MASYARAKAT PERAN SE R MASYARA TA KAT KORUPSI TERJADI DI BANYAK SEKTOR. SETIDAKNYA ADA 11 SEKTOR YANG POTENSIAL RAWAN KORUPSI: PENDIDIKAN ANGGARAN DANA BANTUAN SOSIAL PENYALAHGUNAAN APBD MAFIA HUKUM DAN PERADILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tindak korupsi merupakan salah satu masalah yang paling krusial yang sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah kegiatan yang menyimpang

Lebih terperinci

PENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS

PENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS PENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS FAKTOR YANG PALING BERMASALAH DALAM BERBISNIS Sumber: World Economic Forum 2017 PERINGKAT INDEX PERSEPSI KORUPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Iyan Setiono, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Iyan Setiono, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum yang demokratis, namun perilaku korupsi semakin meluas yang dilakukan secara terorganisir dan sistematis memasuki seluruh aspek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dirumuskan sebagai proses perubahan yang terencana dari suatu situasi nasional yang satu ke situasi nasional yang lain yang dinilai lebih tinggi (Katz, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola anggaran, bahkan legislatif dan yudikatif yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola anggaran, bahkan legislatif dan yudikatif yang memiliki peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korupsi merupakan musuh bersama setiap negara, karena hal ini sudah menjadi fenomena mendunia yang berdampak pada seluruh sektor. Tidak hanya lembaga eksekutif tersandung

Lebih terperinci

Road Map KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun

Road Map KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun Road Map KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun 2011-2023 1. Latar Belakang Mengantisipasi tantangan ke depan yang semakin kompleks, diperlukan upaya pemberantasan korupsi yang komprehensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuannya. Adanya tahapan-tahapan tersebut, pada

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuannya. Adanya tahapan-tahapan tersebut, pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam penyusunan sebuah program dibutuhkan suatu tahapan langkahlangkah untuk mencapai tujuannya. Adanya tahapan-tahapan tersebut, pada umumnya dilandaskan

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan jabatan di sektor publik untuk kepentingan pribadi (Tuanakotta). Korupsi berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Penelitian ini mengungkapkan bagaimana persepsi masyarakat terhadap perilaku gratifikasi gratifikasi pada sektor pelayanan sipil, yang dalam pembahasannya juga

Lebih terperinci

Corruption Perception Index 2014

Corruption Perception Index 2014 Korupsi di Indonesia masih tinggi. Pemerintah Perlu Mempercepat Sistem Integritas Nasional Corruption Perception Index 2014 Apa itu Corruption Perception Index? Indeks Gabungan (hingga 13 sumber data)

Lebih terperinci

INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014

INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 Direktorat Litbang, Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi www.kpk.go.id Agenda 1. Latar Belakang 2. Definisi, Tujuan dan Metodologi 3. Fakta Hasil

Lebih terperinci

Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi

Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi Prototipe Media Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi Prakata SALAM SEHAT TANPA KORUPSI, Korupsi merupakan perbuatan mengambil sesuatu yang sebenarnya bukan haknya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi memicu para pelaku bisnis dan ekonomi untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi memicu para pelaku bisnis dan ekonomi untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengaruh globalisasi memicu para pelaku bisnis dan ekonomi untuk melakukan berbagai tindakan agar kegiatan bisnisnya tetap bertahan. Mereka diharuskan untuk

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI STRATEGI KOMUNIKASI STRATEGI KOMUNIKASI B U DAYA PENDIDIKAN ANTI KORUPSI ANTI KORUPSI KOMUNIKASI PENDIDIKAN STRATEGI

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI STRATEGI KOMUNIKASI STRATEGI KOMUNIKASI B U DAYA PENDIDIKAN ANTI KORUPSI ANTI KORUPSI KOMUNIKASI PENDIDIKAN STRATEGI strategi komunikasi Pendidikan budaya anti korupsi; strategi komunikasi Pendidikan dan budaya anti korupsi; Pendidikan dan budaya anti korupsi; strategi komunikasi Pendidikan dan budaya anti korupsi; strategi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan demi menyelamatkan kelangsungan hidup bangsa dan negara kesatuan

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan demi menyelamatkan kelangsungan hidup bangsa dan negara kesatuan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak awal 1990- an telah berkembang berbagai macam wacana tentang desentralisasi pemerintah di Indonesia. Dari berbagai wacana, pemerintah Habibie kemudian sampai pada

Lebih terperinci

Grafik 1. Area Bencana

Grafik 1. Area Bencana Untuk mendapatkan gambaran awal sejauh mana masyarakat Indonesia sadar akan isuisu lingkungan dan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dalam jangka panjang, pada penghujung tahun 2013, WWF-Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korupsi menjadi sebuah kata yang paling sering kita dengar saat ini. Lewat berita di televisi, surat kabar, bahkan melalui pembicaraan orang di sekitar kita.

Lebih terperinci

Temuan Survei Pandangan Masyarakat terhadap Keberadaan KPK dalam pemberantasan Korupsi

Temuan Survei Pandangan Masyarakat terhadap Keberadaan KPK dalam pemberantasan Korupsi Temuan Survei Pandangan Masyarakat terhadap Keberadaan KPK dalam pemberantasan Korupsi Indonesia Corruption Watch (ICW) www.antikorupsi.org Jakarta, 26 November 2015 Latar Belakang Proses seleksi calon

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitasaktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitasaktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pemimpin menurut Kartono (2006) ialah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan kelebihan di suatu bidang, sehingga dia mampu

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Isu mengenai korupsi telah menjadi perhatian utama media di

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Isu mengenai korupsi telah menjadi perhatian utama media di 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Isu mengenai korupsi telah menjadi perhatian utama media di Indonesia. Hampir setiap hari berita mengenai kasus korupsi diberitakan di media cetak maupun media televisi,

Lebih terperinci

UNAIR Pelopori Transparansi Tata Kelola Perguruan Tinggi

UNAIR Pelopori Transparansi Tata Kelola Perguruan Tinggi UNAIR Pelopori Transparansi Tata Kelola Perguruan Tinggi UNAIR NEWS Universitas Airlangga bekerja sama dan dipilih sebagai pionir pencegahan, penanganan, dan penanggulangan korupsi oleh Transparency International

Lebih terperinci

ETIK UMB. Tindakan Korupsi dan Penyebabnya. Modul ke: 12Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen

ETIK UMB. Tindakan Korupsi dan Penyebabnya. Modul ke: 12Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen Modul ke: 12Fakultas Gunawan EKONOMI ETIK UMB Tindakan Korupsi dan Penyebabnya Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen DUA FAKTOR PENYEBAB KORUPSI FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL Faktor internal merupakan

Lebih terperinci

Komite Advokasi Nasional & Daerah

Komite Advokasi Nasional & Daerah BUKU SAKU PANDUAN KEGIATAN Komite Advokasi Nasional & Daerah Pencegahan Korupsi di Sektor Swasta Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Tim Pokja Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan

Lebih terperinci

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Hak asasi merupakan hak yang bersifat dasar dan pokok. Pemenuhan hak asasi manusia merupakan suatu keharusan agar warga negara

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI Kebijakan Kepatuhan Global Maret 2017 Freeport-McMoRan Inc. PENDAHULUAN Tujuan Tujuan dari Kebijakan Antikorupsi ini ("Kebijakan") adalah untuk membantu memastikan kepatuhan oleh Freeport-McMoRan Inc ("FCX")

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai kasus pelanggaran etika di bidang akuntansi yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai kasus pelanggaran etika di bidang akuntansi yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai kasus pelanggaran etika di bidang akuntansi yang melibatkan orang internal organisasi telah terjadi di dunia. Salah satunya adalah kasus Enron yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2 DINAMIKA DEMOKRASI DINAMIKA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN LINGKUNGA N INTERNAL MASYARAKAT BISNIS ETNIS LINGKUNGAN EKSTERNAL GOOD GOVERNANCE SEKTOR SOSIAL STAKEHOLDERS/L SM PEKERJA PEMERINTAH & POLITISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1998 menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang usaha perseroan berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, keberadaan dan peran auditor yang sangat strategis dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan meningkatkan kompetisi dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN I N S P E K T O R A T Jl. Arungbinang Nomor 16 Telp: (0287) , Kebumen 54311

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN I N S P E K T O R A T Jl. Arungbinang Nomor 16 Telp: (0287) , Kebumen 54311 PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN I N S P E K T O R A T Jl. Arungbinang Nomor 16 Telp: (0287) 381437, 381319 Kebumen 54311 PERATURAN INSPEKTUR KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PENGAWAS

Lebih terperinci

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini. PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat

Lebih terperinci

Menyinari Sudut Kelam Tata Pemerintahan yang Lemah dan Korupsi Oleh Christine Lagarde

Menyinari Sudut Kelam Tata Pemerintahan yang Lemah dan Korupsi Oleh Christine Lagarde Menyinari Sudut Kelam Tata Pemerintahan yang Lemah dan Korupsi Oleh Christine Lagarde 22 April 2018 Strategi antikorupsi membutuhkan reformasi regulasi dan kelembagaan yang lebih luas (Kritchanut/iStock).

Lebih terperinci

Oleh : Agus Sunaryanto Indonesia Corruption Wtach

Oleh : Agus Sunaryanto Indonesia Corruption Wtach Oleh : Agus Sunaryanto Indonesia Corruption Wtach UU No 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik (UU KIP) secara yuridis formal sudah mulai berlaku 1 Mei 2010 akses publik terhadap Informasi

Lebih terperinci

Laporan Hasil Penelitian. PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif

Laporan Hasil Penelitian. PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif Laporan Hasil Penelitian PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif Anak-anak dan remaja yang jumlahnya mencapai hampir sepertiga penduduk yang berjumlah

Lebih terperinci

Corruption Perception Index Perbaiki Penegakan Hukum, Perkuat KPK, Benahi Layanan Publik

Corruption Perception Index Perbaiki Penegakan Hukum, Perkuat KPK, Benahi Layanan Publik Korupsi di Indonesia masih tinggi. Pemerintah Perlu Mempercepat Sistem Integritas Nasional Corruption Perception Index 2015 Perbaiki Penegakan Hukum, Perkuat KPK, Benahi Layanan Publik Apa itu Corruption

Lebih terperinci

Pelayanan Publik Tanpa Pungli Mendorong Kesejahteraan Daerah

Pelayanan Publik Tanpa Pungli Mendorong Kesejahteraan Daerah Ombudsman Republik Indonesia Pelayanan Publik Tanpa Pungli Mendorong Kesejahteraan Daerah Palangkaraya, 13 Desember 2016 1 Beberapa Jenis Korupsi Dalam Pelayanan Publik Suap Pemerasan Pungli Pungli: penyelenggara

Lebih terperinci

GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL

GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL Revolusi Mental adalah gerakan seluruh rakyat Indonesia bersama Pemerintah untuk memperbaiki karakter bangsa menjadi Indonesia yang lebih baik. Banyak permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dewasa ini sangat menunjang proses bisnis dan menciptakan berbagai peluang dan inovasi. Teknologi hadir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat mengenal korupsi sebagai tindakan penyalahgunaan uang negara atau institusi perekonomian sebagai upaya untuk meraih keuntungan pribadi. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum, melaksanakan good governance, tetapi jika moral tidak berubah dan sikap

BAB I PENDAHULUAN. hukum, melaksanakan good governance, tetapi jika moral tidak berubah dan sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik kecurangan akuntansi dalam organisasi hanya bisa dicegah dan dibasmi apabila ada komitmen tinggi untuk tidak melakukan berbagai bentuk kecurangan dari masing-masing

Lebih terperinci

Yang Terhormat: Sulawesi Tengah

Yang Terhormat: Sulawesi Tengah SAMBUTAN PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM KEGIATAN RAPAT MONEV KOORDINASI DAN SUPERVISI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN MAKASSAR, 26 AGUSTUS 2015

Lebih terperinci

GOOD GOVERNANCE GUNA MENCEGAH TSUNAMI SOSIAL. Oleh: Sofian Effendi Universitas Gadjah Mada

GOOD GOVERNANCE GUNA MENCEGAH TSUNAMI SOSIAL. Oleh: Sofian Effendi Universitas Gadjah Mada GOOD GOVERNANCE GUNA MENCEGAH TSUNAMI SOSIAL Refleksi 2006 dan Perspektif 2007 Oleh: Sofian Effendi Universitas Gadjah Mada Stabilitas Ekonomi Mampukan Pemerintah KIB ciptakan stabilitas ekonomi dan stabilitas

Lebih terperinci

BAB 11 TINDAKAN KORUPSI DAN PENYEBABNYA

BAB 11 TINDAKAN KORUPSI DAN PENYEBABNYA BAB 11 TINDAKAN KORUPSI DAN PENYEBABNYA Modul ke: 11 Mengapa dipelajari? Agar kita tidak ikut melakukan korupsi yang saat ini sudah menyebar ke segala lapisan masyarakat Fakultas Program Studi Rina Kurniawati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu profesi adalah suatu keharusan

Lebih terperinci

Prinsip Perilaku. Prinsip Perilaku April

Prinsip Perilaku. Prinsip Perilaku April Prinsip Perilaku Prinsip Perilaku April 2016 1 Prinsip Perilaku April 2016 3 DAFTAR Isi Transaksi bisnis legal dan etis Kepatuhan terhadap hukum dan kebijakan Givaudan... 6 Penyuapan dan korupsi... 6 Hadiah

Lebih terperinci

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL KETIDAKPERCAYAAN PUBLIK PADA LEMBAGA PEMBERANTASAN KORUPSI SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL 10-22 OKTOBER 2010 Latar Belakang Sejak reformasi, penegakan hukum yang berkaitan dengan pemberantasan korupsi menjadi

Lebih terperinci

RAPAT KERJA NASIONAL ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA

RAPAT KERJA NASIONAL ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA RAPAT KERJA NASIONAL ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA Basaria Panjaitan Pimpinan KPK Malang, 20 Juli 2017 Apa itu KPK??? APA ITU GRATIFIKASI? Fenomena Jual Beli Jabatan Fenomena Dinasti Politik

Lebih terperinci

Lampu Kuning Negara Hukum Indonesia

Lampu Kuning Negara Hukum Indonesia Ringkasan Eksekutif Indeks Persepsi Negara Hukum Indonesia (Indonesia Rule of Law Perception Index) Indonesian Legal Roundtable 2012 Lampu Kuning Negara Hukum Indonesia Akhir-akhir ini eksistensi Negara

Lebih terperinci

TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG

TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG Propaganda Pemberantasan Korupsi Di Indonesia KARYA ILMIAH Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Propaganda Antikorupsi 2016 Oleh Cheryl Marlitta Stefia NIM 1102140004 TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siapa pun berpotensi untuk melakukan kecurangan. Seperti yang kita ketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. siapa pun berpotensi untuk melakukan kecurangan. Seperti yang kita ketahui bahwa BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Kecurangan merupakan hal yang serius dan menjadi perhatian saat ini, karena siapa pun berpotensi untuk melakukan kecurangan. Seperti yang kita ketahui bahwa

Lebih terperinci

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti-korupsi 1 Bab 08 No impunity to corruptors PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi disamping sudah diakui sebagai masalah nasional juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah terjadi

Lebih terperinci

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI Contoh Artikel Konseptual PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI oleh Kholis Rahmat Riyadi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Korupsi adalah

Lebih terperinci

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original Tata Tertib Semua unit Misi KONE adalah untuk meningkatkan arus pergerakan kehidupan perkotaan. Visi kita adalah untuk Memberikan pengalaman terbaik arus pergerakan manusia, menyediakan kemudahan, efektivitas

Lebih terperinci

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk

Lebih terperinci

Kita tengah berkejaran, korupsi dan kolusi dalam berbagai bentuk, sifat, dan karakternya terus bermetamorfosa

Kita tengah berkejaran, korupsi dan kolusi dalam berbagai bentuk, sifat, dan karakternya terus bermetamorfosa Kita tengah berkejaran, korupsi dan kolusi dalam berbagai bentuk, sifat, dan karakternya terus bermetamorfosa dan mereproduksi diri. Ada sebagian kalangan yang sudah sampai pada kesimpulan, korupsi kian

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1) Kriteria-kriteria pelanggaran hukum dalam promosi produk digital yang

BAB V PENUTUP. 1) Kriteria-kriteria pelanggaran hukum dalam promosi produk digital yang BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan 1) Kriteria-kriteria pelanggaran hukum dalam promosi produk digital yang berpotensi merugikan orang ketiga (masyarakat) yaitu iklan yang: a) Melanggar nilai-nilai agama, moral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang sistem pengendalian internal pemerintahan (SPIP) mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang sistem pengendalian internal pemerintahan (SPIP) mendapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Isu tentang sistem pengendalian internal pemerintahan (SPIP) mendapat perhatian cukup besar belakangan ini. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku auditor eksternal

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI - Pembukaan KNPK dan Peluncuran Program Jaga, Jakarta, 1 Desember 2016 Kamis, 01 Desember 2016

Sambutan Presiden RI - Pembukaan KNPK dan Peluncuran Program Jaga, Jakarta, 1 Desember 2016 Kamis, 01 Desember 2016 Sambutan Presiden RI - Pembukaan KNPK dan Peluncuran Program Jaga, Jakarta, 1 Desember 2016 Kamis, 01 Desember 2016 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PEMBUKAAN KONFERENSI NASIONAL PEMBERANTASAN KORUPSI

Lebih terperinci

konsil lsm indonesia

konsil lsm indonesia Penulis: Lily Pulu, Lusi Herlina, Catherine Nielson Penerbit: konsil lsm indonesia Jl Kerinci XII No 11, Kebayoran Baru Jakarta 12120. Email : sekretariat@konsillsm.or.id http://konsillsm.or.id ISBN :

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Dosen PJMK : H. Muhammad Adib. Essay Bebas (Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Dosen PJMK : H. Muhammad Adib. Essay Bebas (Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Dosen PJMK : H. Muhammad Adib Essay Bebas (Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini) OLEH: NADHILA WIRIANI (071211531003) DEPARTEMEN KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik Executive Summary P emberantasan korupsi di Indonesia pada dasarnya sudah dilakukan sejak empat dekade silam. Sejumlah perangkat hukum sebagai instrumen legal yang menjadi dasar proses pemberantasan korupsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kejahatan di bidang keuangan telah menjadi perhatian dunia dalam beberapa tahun terakhir. Setelah serangkaian kejahatan korporasi yang mulai muncul ke permukaan sejak

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR-RI Pada Acara Gelar Nasional Pencegahan Korupsi Komite Pusat Gerakan Masyarakat Peduli Akhlak Mulia (GMP-AM) Di Exhibition Hall-SMESCO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbukti banyak kasus yang menimpa para oknum, atau ORMAS, atau

BAB I PENDAHULUAN. terbukti banyak kasus yang menimpa para oknum, atau ORMAS, atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini masyarakat sedang dilanda krisis multi dimensi yang telah memberi dampak sangat besar dalam berbagai tatanan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

Integritas Pelayanan Publik

Integritas Pelayanan Publik Integritas Pelayanan Publik Sosialisasi UU No 25 Th 2009 Bagi kementrian / lembaga ( Instansi Pusat ) Kementrian PAN dan RB 21 Juni 2011 Haryono Umar Pimpinan KPK Kondisi saat ini dipengaruhi oleh : 1)

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Percepatan dan Pemberantasan Korupsi, Realitis atau Utopis?

Percepatan dan Pemberantasan Korupsi, Realitis atau Utopis? Percepatan dan Pemberantasan Korupsi, Realitis atau Utopis? Pada 23 Mei 2012 lalu, Pemerintah menetapkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan

Lebih terperinci