KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN KORUPSI: OPINI PUBLIK DI ASIA TENGGARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN KORUPSI: OPINI PUBLIK DI ASIA TENGGARA"

Transkripsi

1 KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN KORUPSI: OPINI PUBLIK DI

2 Transparency International adalah organisasi masyarakat sipil global yang berada di garis terdepan dalam upaya perlawanan terhadap korupsi. Melalui lebih dari 90 perwakilan di seluruh dunia dan satu sekretariat internasional di Berlin, kami membangun kesadaran mengenai dampak buruk korupsi dan bekerja sama dengan mitra kerja di pemerintah, perusahaan dan masyarakat sipil dalam rangka mengembangkan dan melaksanakan langkah-langkah yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut.

3 DAFTAR ISI PENDAHULUAN DAN TEMUAN UTAMA OPINI PUBLIK DI PERSEPSI PUBLIK TENTANG KORUPSI PENGALAMAN PRIBADI TENTANG SUAP PANDANGAN TENTANG UPAYA MELAWAN KORUPSI KETERLIBATAN LAMPIRAN: METODOLOGI SURVEI

4 2 PENDAHULUAN APA PANDANGAN MASYARAKAT TENTANG KORUPSI DI NEGARA MEREKA Pandangan publik tentang korupsi adalah perkara yang sangat penting. Pandangan tersebut memberi gambaran penting tentang bagaimana korupsi mempengaruhi kehidupan manusia di seluruh dunia. Transparency Internasional meyakini pentingnya untuk menyampaikan pandangan publik tentang korupsi karena merekalah yang merasakan dampaknya, baik langsung maupun tidak langsung. Sementara itu, Transparency Internasional juga mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam menghentikan korupsi dan memperbaiki tata kelola pemerintahan. Untuk mencapai hal ini, survei juga mengkaji kesediaan publik untuk ikut terlibat dalam upaya melawan korupsi. Antara bulan September 2012 dan Februari 2013, lebih dari orang telah diwawancarai dari 6 negara/wilayah yang berbeda di Tenggara tentang pandangan mereka yang terkait dengan tingkat korupsi di negara mereka masing-masing serta upaya pemerintah mereka untuk memerangi korupsi. Laporan ini juga mengkaji frekuensi terjadinya pengaduan tentang kasus suap di berbagai sektor dan lembaga yang berbeda.selain itu, laporan ini juga melakukan investigasi atas itikad masyarakat untuk terlibat dalam upaya melawan tindak korupsi.

5 3 PERSEPSI PUBLIK TENTANG KORUPSI Masyarakat diminta untuk memberikan persepsi mereka tentang korupsi di negara asal mereka. Survei ini menjaring pandangan masyarakat tentang apakah mereka merasakan bahwa tingkat korupsi secara umum telah mengalami peningkatan atau mengalami penurunan pada tahun-tahun belakangan ini, sejauh mana skala korupsi secara keseluruhan di sektor publik dan di berbagai lembaga yang ada. Untuk pertama kali di tahun ini, kami juga menanyakan pandangan publik tentang seberapa jauh pentingnya hubungan pribadi ketika mengurus sesuatu dan pengaruh kepentingan kuat kelompok tertentu dalam proses pengambilan keputusan di pemerintahan. Hampir separuh dari mereka yang disurvei di wilayah ini berpendapat bahwa tindak korupsi telah mengalami peningkatan di negara mereka dalam 2 tahun belakangan ini. Gambar 1: Bagaimana tingkat korupsi telah mengalami perubahan? % warga dari setiap 6 negara yang disurvei di Tenggara Selama 2 tahun terakhir, apakah tingkat korupsi di negara ini telah mengalami perubahan? Menurun Tetap sama Meningkat Tenggara 23% 29% 48% Indonesia 8% 20% 72% Thailand 9% 25% 66% Vietnam 18% 27% 55% Malaysia 14% 47% 39% Filipina 38% 31% 32% Kamboja 50% 25% 25% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

6 4 Dari hasil rata-rata yang diperoleh di 6 negara yang disurvei ditemukan bahwa 48% dari warga berpendapat bahwa korupsi telah meningkat selama dua tahun terakhir, sementara 29% merasakan bahwa keadaannya tetap sama dan 23% berpendapat bahwa korupsi telah mengalami penurunan. Lebih dari separuh orang yang disurvei di Indonesia, Thailand dan Vietnam merasakan bahwa korupsi telah meningkat atau meningkat banyak selama dua tahun terakhir. Pendapat ini sangat menonjol terutama di Indonesia dimana 72% warga merasakan bahwa situasinya semakin parah. Kami kemudian meminta pandangan masyarakat tentang seberapa besar masalah korupsi secara umum yang terjadi di sektor publik. Dari skala satu hingga lima, dimana angka 1 berarti sama sekali bukan suatu masalah dan angka 5 berarti ada masalah yang sangat serius, ditemukan bahwa skor rata-rata di 6 negara di Tenggara adalah 4,1 yang menunjukkan indikasi adanya masalah yang sangat serius di sektor lembaga-lembaga publik di wilayah ini. Gambar 2: Seberapa besar masalah korupsi di sektor publik di Tenggara? Skor rata-rata pada skala 1-5 dari 6 negara yang disurvei di Tenggara Dari skala 1-5, dimana angka 1 berarti samal sekali bukan suatu masalah dan angka 5 berarti ada masalah yang sangat serius, seberapa jauh anda meyakini bahwa korupsi menjadi suatu masalah di sektor publik di negara anda? Masalah yang sangat serius Indonesia Filipina Thailand Kamboja, Malaysia Vietnam Sama sekali bukan suatu masalah

7 5 Gambar 3: Seberapa penting memiliki kenalan pribadi? % warga di Tenggara Dalam berurusan dengan sektor publik, seberapa penting memilii kenalan pribadi dan/atau hubungan pribadi agar urusan cepat selesai? Tidak penting/sedikit penting Cukup penting Penting/Sangat penting Tenggara 11% 24% 65% Indonesia 10% 16% 74% Kamboja 8% 19% 73% Filipina 9% 19% 72% Thailand 11% 24% 65% Vietnam 11% 31% 59% Malaysia 19% 36% 46% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

8 6 Gambar 4: Seberapa berpengaruh kepentingan kuat kelompok tertentu? % warga di Tenggara Seberapa jauh pemerintahan negara ini dijalankan oleh segelintir entitas besar yang bertindak demi kepentingan mereka sendiri? Tidak sama sekali/terbatas Tidak seberapa Sebagian besar / Sepenuhnya Tenggara 22% 36% 42% Filipina 12% 27% 62% Thailand 7% 35% 58% Vietnam 17% 47% 36% Malaysia 20% 46% 34% Indonesia 45% 22% 32% Kamboja 31% 39% 30% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

9 7 Gambar 5: Skala korupsi menurut kelembagaan Dari skala 1-5, dimana angka 1 berarti sama sekali tidak korup dan angka 5 berarti sangat korup, menurut anda seberapa jauh berbagai kategori berikut ini telah terkena pengaruh korupsi di negara ini? Polisi 3.9 Partai Politik Pejabat Publik Peradilan Parlemen 3.3 Bisnis 3.1 Pendidikan Kesehatan / Medis Militer Media LSM Lembaga keagamaan Sama sekali tidak korup Sangat korup

10 8 Gambar 6: Lembaga yang paling korup Dari skala 1-5, dimana angka 1 berarti sama sekali tidak korup dan angka 5 berarti sangat korup, menurut anda seberapa jauh berbagai kategori berikut ini telah terkena pengaruh korupsi di negara ini? NEGARA Tenggara Kamboja Indonesia Malaysia Philippines Thailand Vietnam LEMBAGA Polisi Peradilan Parlemen/Legislatif, Polisi Polisi Polisi Partai politik, Polisi Polisi

11 9 PENGALAMAN PRIBADI TENTANG SUAP Survei menanyakan kepada warga apakah mereka pernah berhubungan dengan salah satu dari delapan layanan publik. Untuk setiap jenis layanan tersebut, kemudian ditanyakan apakah mereka pernah memberi suap. Hasilnya diuraikan menurut jenis kelamin dan umur agar dapat lebih mudah memahami kemana saja suap diberikan dan siapa yang memberikan suap tersebut. Mereka yang memberi suap kemudian ditanyakan mengapa mereka telah membayar suap tersebut. Rata-rata 26% warga di wilayah ini pernah memberi suap kepada salah satu dari delapan penyedia layanan selama 12 bulan terakhir. Gambar 7: Pemberi suap % warga di Tenggara yang pernah memberi suap ketika berurusan dengan salah satu dari 8 layanan publik. Selama 12 bulan terakhir, ketika anda atau siapa saja yang tinggal di rumah anda berurusan dengan salah satu dari delapan layanan pubilk, apakah anda telah memberi suap dalam bentuk apapun? 100% 90% 80% 70% 60% 57% 50% 40% 36% 30% 26% 30% 20% 18% 12% 10% 0% Tenggara Kamboja Indonesia Vietnam Thailand Filipina Malaysia 3% Masyarakat di wilayah ini paling banyak telah member suap kepada pihak polisi. Rata-rata 43% dari mereka yang pernah berurusan dengan polisi pada 12 bulan terakhir mengatakan bahwa mereka pernah memberi suap.

12 10 Gambar 8: Pemberi suap menurut jenis layanan % warga di Tenggara yang pernah memberi suap Selama 12 bulan terakhir, ketika anda atau siapa saja yang tinggal di rumah anda berurusan dengan masing-masing dari delapan layanan berikut ini, apakah anda pernah memberi suap dalam bentuk apapun untuk layanan tersebut? NEGARA PENDIDIKAN PERADILA N MEDIS DAN KESEHATA N POLISI LAYANAN CATATAN SIPIL DAN PERIZINAN LISTRIK, AIR DAN TELPON PAJAK LAYANAN PERTANAH AN Tenggara 14% 29% 13% 43% 21% 7% 6% 23% Kamboja 30% 65% 38% 65% 62% 28% 18% 57% Indonesia 21% 66% 12% 75% 37% 4% 6% 32% Malaysia 3% 8% 1% 12% 2% 2% 0% 0% Filipina 6% 10% 4% 19% 14% 5% 7% 11% Thailand 9% 14% 2% 37% 4% 2% 3% 19% Vietnam 15% 14% 22% 48% 9% 0% 5% 21%

13 11 Gambar 9: Mengapa orang memberi suap? % warga di Tenggara Apa alasan paling umum untuk memberi suap? MERUPAKAN SEBAGAI UNTUK UNTUK SATU-SATUNYA HADIAH, ATAU MENDAPATKAN NEGARA MEMPERCEPAT CARA UNTUK BENTUK TERIMA LAYANAN YANG URUSAN MEMPEROLEH KASIH LEBIH MURAH LAYANAN Tenggara 20% 10% 55% 15% Kamboja 51% 6% 28% 15% Indonesia 13% 6% 71% 11% Malaysia 3% 19% 55% 23% Filipina 19% 6% 67% 8% Thailand 10% 16% 67% 8% Vietnam 24% 9% 41% 26%

14 12 PANDANGAN TENTANG UPAYA MELAWAN KORUPSI Pemerintah di berbagai negara Tenggara telah melakukan upaya melawan korupsi dengan tingkat yang berbeda-beda dalam beberapa tahun belakangan ini. Masyarakat diminta pendapat mereka tentang efektivitas pemerintah saat ini dalam memberantas korupsi. Gambar 10: Seberapa efektifkah pemerintah dalam melawan korupsi? % warga di Tenggara Menurut anda, seberapa efektif langkah-langkah yang diambil pemerintah anda dalam melawan korupsi? Efektif Bukan efektif maupun tidak efektif Tidak efektif Tenggara 32% 32% 36% Indonesia 16% 19% 65% Thailand 25% 32% 43% Vietnam 24% 39% 37% Filipina 41% 31% 28% Malaysia 31% 44% 25% Kamboja 57% 28% 15% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

15 13 KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM MELAWAN KORUPSI Kepada masyarakat ditanyakan tentang kesediaan mereka agar ikut terlibat dalam upaya untuk melawan korupsi. Mula-mula, responden ditanyakan apakah mereka mempercayai bahwa masyarakat umum dapat ikut berkontribusi dalam upaya pemberantasan korupsi. Kemudian ditanyakan secara langsung apakah mereka sendiri bersedia terlibat melalui berbagai cara yang berbeda, termasuk dalam hal apakah mereka bersedia melaporkan apabila terjadi suatu kasus korupsi. Dari mereka yang bersedia melaporkan, kami menanyakan kemana, dan bagi mereka yang tidak bersedia melaporkan kami menanyakan alasan penolakannya. Kami kemudian menanyakan apakan warga pernah melawan sendiri korupsi dengan menolak untuk membayar suap. Gambar 11: Apakah warga biasa dapat ikut berkontribusi dan merubah keadaan? % warga di Tenggara Apakah anda setuju atau tidak setuju dengan pernyataan berikut: Warga biasa dapat ikut berkontribusi dalam upaya untuk melawan korupsi Tenggara 76% Vietnam 60% Thailand 71% Filipina 75% Indonesia 80% Kamboja 81% Malaysia 87% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

16 14 Gambar 12: Apakah masyarakat bersedia ikut terlibat dalam upaya untuk melawan korupsi % warga di Tenggara Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan oleh warga masyarakat untuk memberantas korupsi. Apakah anda bersedia melakukan salah satu dari hal berikut ini: NEGARA MENANDATANG ANI PETISI YANG MEMINTA PEMERINTAH MENINGKATKA N UPAYA MELAWAN KORUPSI IKUT SERTA DALAM AKSI DAMAI MELAWAN KORUPSI BERGABUNG DENGAN ORGANISASI YANG BEKERJA UNTUK MENGURANGI KORUPSI SEBAGAI ANGGOTA AKTIF MEMBAYAR LEBIH UNTUK MEMBELI BARANG DARI PERUSAHAAN YANG BERSIH/BEBAS KORUPSI MENYEBARLUA SKAN INFORMASI TENTANG MASALAH KORUPSI MELALUI MEDIA SOSIAL Tenggara 69% 54% 56% 58% 50% Kamboja 83% 88% 86% 86% 59% Indonesia 54% 41% 35% 32% 32% Malaysia 67% 45% 49% 43% 48% Filipina 69% 52% 58% 59% 57% Thailand 79% 65% 60% 79% 68% Vietnam 60% 34% 46% 48% 34%

17 15 Gambar 13: Apakah masyarakat bersedia melaporkan suatu kasus korupsi? % warga di Tenggara yang menjawab Ya Apakah anda bersedia melaporkan suatu kasus korupsi? Tenggara 63% Malaysia 79% Kamboja 77% Thailand 69% Filipina 67% Indonesia 49% Vietnam 38% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 63% dari masyarakat bersedia melaporkan suatu kasus korupsi

18 16 Gambar 14: Kemana anda akan melaporkan suatu suatu korupsi? % warga di Tenggara yang akan melaporkan suatu kasus korupsi Dari mereka yang manjawab bahwa mereka akan melaporkan suatu kasus korupsi, kepada siapa anda akan melaporkannya? NEGARA LANGSUNG KE LEMBAGA YANG TERLIBAT SUATU LEMBAGA PEMERINTAH ANTI-KORUPSI ATAU HOTLINE SUATU ORGANISASI NIRLABA YANG INDEPENDEN MEDIA BERITA LAIN-LAIN Tenggara 33% 37% 7% 20% 3% Kamboja 28% 42% 15% 16% 0% Indonesia 46% 28% 6% 12% 8% Malaysia 40% 52% 4% 3% 2% Filipina 21% 21% 6% 52% 0% Thailand 28% 39% 6% 23% 4% Vietnam 36% 40% 6% 15% 3% 37% dari masyarakat TIDAK bersedia melaporkan suatu kasus korupsi

19 17 Gambar 15: Mengapa anda tidak bersedia melaporkan suatu kasus korupsi? % warga di Tenggara yang tidak akan melaporkan suatu kasus korupsi Dari mereka yang menjawab bahwa mereka tidak akan melaporkan suatu kasus korupsi, mengapa anda tidak akan melaporkan suatu kasus korupsi? NEGARA SAYA TIDAK TAHU KEMANA MELAPORKAN SAYA TAKUT AKAN KONSEKUENSI NYA TIDAK AKAN MERUBAH APAPUN LAIN-LAIN Tenggara 17% 50% 31% 1% Kamboja 17% 77% 3% 3% Indonesia 27% 43% 30% 1% Malaysia 12% 72% 16% 0% Filipina 17% 39% 44% 0% Thailand 10% 42% 43% 5% Vietnam 21% 28% 51% 0%

20 18 LAMPIRAN: METODOLOGI SURVEI Sebanyak 1000 orang dari masing-masing 6 negara di Tenggara telah disurvei antara bulan September 2012 dan Maret 2013 sebagai bagian dari survei Barometer Korupsi Global Sampel survei di setiap negara telah ditentukan sedemikian rupa agar secara nasional dapat mewakili negara tersebut. Kuesioner survei diterjemahkan ke dalam bahasa setempat dan digunakan untuk wawancara tatap muka, CATI (Computer Assisted Telephone Interviewing) atau wawancara secara online tergantung konteks negara. Data telah diperiksa dan dianalisa di Sekretariat Transparency International di Berlin dan diverifikasi oleh analis independen. Hasil yang disajikan dalam laporan tidak mencatumkan respon yang tidak jelas (tidak tahu/tidak ada jawaban). Hasil untuk Tenggara merupakan angka rata-rata yang tidak diolah untuk 6 negara yang disurvei, dan jika ada perbedaan kecil pada hasil global agregat disebabkan oleh adanya perbedaan dalam pembulatan. Kuesioner secara lengkap dalam semua bahasa dan hasilnya pada tingkat responden individu tersedia secara cuma-cuma dengan mengajukan permohonan pada Transparency International. NEGARA LEMBAGA SURVEI SETEMPAT UKURAN SAMPEL METODE SURVEI CAKUPAN Kamboja Indochina Research 1000 Tatap muka Nasional Indonesia Deka 1000 Tatap muka Nasional Malaysia TNS Malaysia 1000 CATI Nasional Filipina PSRC 1000 Tatap muka Nasional Thailand InfoSearch co. Ltd 1000 CATI Nasional Vietnam Indochina Research 1000 Tatap muka Nasional

21 Transparency International International Secretariat Alt-Moabit Berlin Germany Phone: Fax: ti@transparency.org blog.transparency.org facebook.com/transparencyinternational twitter.com/anticorruption 19

Global Corruption Barometer 2013

Global Corruption Barometer 2013 Global Corruption Barometer 2013 Tentang GCB Mengukur efektivitas pemberantasan korupsi dan mengidentifikasi sektorsektor yang rawan di setiap negara. Basis GCB adalah pengalaman masyarakat umum, sementara

Lebih terperinci

GLOBAL! CORRUPTION! BAROMETER 2017

GLOBAL! CORRUPTION! BAROMETER 2017 GLOBAL! CORRUPTION! BAROMETER 2017 v GCB memotret kinerja pemberantasan korupsi berdasarkan pendapat dan pengalaman masyarakat di masing-masing negara dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. v Survei berbasis

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif-Global Corruption Barometer 2007

Ringkasan Eksekutif-Global Corruption Barometer 2007 Ringkasan Eksekutif-Global Corruption Barometer 2007 Setelah analisa selama bertahun-tahun yang dilakukan Transparency International (TI) dan lembaga lain, tidak diragukan lagi efek buruk korupsi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait kasus-kasus korupsi yang dilakukan pejabat dan wakil rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. terkait kasus-kasus korupsi yang dilakukan pejabat dan wakil rakyat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Korupsi merupakan hal yang tidak asing lagi terdengar di telinga rakyat Indonesia. Sepuluh tahun belakangan ini korupsi menjadi isu yang selalu panas dan tidak

Lebih terperinci

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia 2012 2013 2014 2015 2016 SKOR 32 PERINGKAT 118 SKOR 32 PERINGKAT 114 SKOR 34 PERINGKAT

Lebih terperinci

Corruption Perception Index 2014

Corruption Perception Index 2014 Korupsi di Indonesia masih tinggi. Pemerintah Perlu Mempercepat Sistem Integritas Nasional Corruption Perception Index 2014 Apa itu Corruption Perception Index? Indeks Gabungan (hingga 13 sumber data)

Lebih terperinci

SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI

SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI SURVEI NASIONAL ANTI KORUPSI 1 METODOLOGI RISET 2 Data survei dikumpulkan dari April Juni, 2017 Catatan : Tanggal mencakup Survei kuantitatif Nasional dan Provinsi Oversample, dan Survei kualiatif (FGD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola anggaran, bahkan legislatif dan yudikatif yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola anggaran, bahkan legislatif dan yudikatif yang memiliki peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korupsi merupakan musuh bersama setiap negara, karena hal ini sudah menjadi fenomena mendunia yang berdampak pada seluruh sektor. Tidak hanya lembaga eksekutif tersandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitasaktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitasaktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pemimpin menurut Kartono (2006) ialah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan kelebihan di suatu bidang, sehingga dia mampu

Lebih terperinci

Pelayanan Publik Tanpa Pungli Mendorong Kesejahteraan Daerah

Pelayanan Publik Tanpa Pungli Mendorong Kesejahteraan Daerah Ombudsman Republik Indonesia Pelayanan Publik Tanpa Pungli Mendorong Kesejahteraan Daerah Palangkaraya, 13 Desember 2016 1 Beberapa Jenis Korupsi Dalam Pelayanan Publik Suap Pemerasan Pungli Pungli: penyelenggara

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

Corruption Perception Index Perbaiki Penegakan Hukum, Perkuat KPK, Benahi Layanan Publik

Corruption Perception Index Perbaiki Penegakan Hukum, Perkuat KPK, Benahi Layanan Publik Korupsi di Indonesia masih tinggi. Pemerintah Perlu Mempercepat Sistem Integritas Nasional Corruption Perception Index 2015 Perbaiki Penegakan Hukum, Perkuat KPK, Benahi Layanan Publik Apa itu Corruption

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Iyan Setiono, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Iyan Setiono, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum yang demokratis, namun perilaku korupsi semakin meluas yang dilakukan secara terorganisir dan sistematis memasuki seluruh aspek

Lebih terperinci

Indorama Ventures Public Company Limited

Indorama Ventures Public Company Limited Indorama Ventures Public Company Limited Kebijakan Anti Korupsi (Sebagaimana yang telah disetujui oleh pertemuan anggota Direksi No.1/2014 tertanggal 12 January 2014) Revisi 1 (Sebagaimana yang telah disetujui

Lebih terperinci

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL KETIDAKPERCAYAAN PUBLIK PADA LEMBAGA PEMBERANTASAN KORUPSI SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL 10-22 OKTOBER 2010 Latar Belakang Sejak reformasi, penegakan hukum yang berkaitan dengan pemberantasan korupsi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas untuk setiap tahunnya. Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis dan

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas untuk setiap tahunnya. Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa Negara berkembang termasuk Indonesia pada saat ini mengalami peningkatan kecurangan secara terus menerus baik dari segi kualitas maupun kuantitas untuk setiap

Lebih terperinci

PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA

PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA Ilman Nurrokhman 11.02.7973 Kelompok A D-3 Manajemen Informatika Dosen: Drs. M. Khalis Purwanto, MM ABSTRAK Di Indonesia praktek korupsi sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Friastuti, 2012) adalah contoh

BAB I PENDAHULUAN. umum pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Friastuti, 2012) adalah contoh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat akhir-akhir ini mempertanyakan makna sesungguhnya dari opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) pada suatu instansi pemerintah. Instansi pemerintah dengan predikat

Lebih terperinci

TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER. Jakarta, 9 Juli 2013

TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER. Jakarta, 9 Juli 2013 1 TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER Jakarta, 9 Juli 2013 SEKTOR KORUPSI KPK 1. Bansos 2. APBN-APBD (banggar, satuan tiga = belanja K/L) 3. Hutan 4. Pajak 5. Kebijakan publik 6. Izin importasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya; LAMPIRAN PERSETUJUAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI MENYELURUH ANTAR PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan jabatan di sektor publik untuk kepentingan pribadi (Tuanakotta). Korupsi berasal dari bahasa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan penelitian Corruption Perception Index (CPI) tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan penelitian Corruption Perception Index (CPI) tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korupsi di Indonesia masih menjadi salah satu persoalan yang paling besar. Berdasarkan penelitian Corruption Perception Index (CPI) tahun 2015 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok kepentingan yang berupaya mendapatkan keuntungan ekonomi yang sebesarbesarnya dengan upaya yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Transparency International korupsi adalah the abuse of public

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Transparency International korupsi adalah the abuse of public BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Transparency International korupsi adalah the abuse of public office for private gain. Definisi dari TI tersebut telah banyak digunakan sebagai acuan dalam

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Hasil PANJA 12 Juli 2006 Dokumentasi KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI Hasil Tim perumus PANJA, santika 12 Juli

Lebih terperinci

PENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS

PENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS PENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS FAKTOR YANG PALING BERMASALAH DALAM BERBISNIS Sumber: World Economic Forum 2017 PERINGKAT INDEX PERSEPSI KORUPSI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

MATERI KPK. Indonesia Kita. Pemberantasan Korupsi. Gratifikasi

MATERI KPK. Indonesia Kita. Pemberantasan Korupsi. Gratifikasi MATERI Pemberantasan Korupsi KPK Gratifikasi Indonesia Kita Rumah Mewah Rp. 3 miliar Keluarga Bahagia Bersantai Menikmati Vila Bali Itu dulu... Sekarang??? Pasrah!! Divonis: 30 tahun Rp 74 miliar dirampas

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM I. UMUM Hak atas Bantuan Hukum telah diterima secara universal yang dijamin dalam Kovenan Internasional tentang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI Kebijakan Kepatuhan Global Maret 2017 Freeport-McMoRan Inc. PENDAHULUAN Tujuan Tujuan dari Kebijakan Antikorupsi ini ("Kebijakan") adalah untuk membantu memastikan kepatuhan oleh Freeport-McMoRan Inc ("FCX")

Lebih terperinci

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original Tata Tertib Semua unit Misi KONE adalah untuk meningkatkan arus pergerakan kehidupan perkotaan. Visi kita adalah untuk Memberikan pengalaman terbaik arus pergerakan manusia, menyediakan kemudahan, efektivitas

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK

REFORMASI BIROKRASI DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK REFORMASI BIROKRASI DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK Oleh: Deputi Pelayanan Publik Kementerian PAN dan RB Disampaikan pada Acara Kunjungan dan Diskusi Mahasiswa FISIP UI Program Sarjana Ekstensi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN BAGIAN A DATA PELAPOR

FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN BAGIAN A DATA PELAPOR FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) adalah organisasi nirlaba yang didirikan dengan visi mentransformasi pasar untuk menjadikan minyak sawit berkelanjutan sebagai norma.

Lebih terperinci

Pemberantasan Korupsi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan dan Martabat Bangsa Indonesia

Pemberantasan Korupsi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan dan Martabat Bangsa Indonesia Pemberantasan Korupsi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan dan Martabat Bangsa Indonesia Eko Soesamto Tjiptadi Deputi Pencegahan Jakarta, 4 Maret 2011 Daftar Isi qgambaran Korupsi Di Indonesia qkebijakan Anti

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BULELENG PETUNJUK TEKNIS PEMANTAU PEMILIHAN, LEMBAGA SURVEI ATAU JAJAK PENDAPAT DAN PENGHITUNGAN CEPAT

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BULELENG PETUNJUK TEKNIS PEMANTAU PEMILIHAN, LEMBAGA SURVEI ATAU JAJAK PENDAPAT DAN PENGHITUNGAN CEPAT KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BULELENG PETUNJUK TEKNIS PEMANTAU PEMILIHAN, LEMBAGA SURVEI ATAU JAJAK PENDAPAT DAN PENGHITUNGAN CEPAT PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI BULELENG TAHUN 2017 PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Setiap kali ada protes anti-pemerintah, singkatan KKN ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Setiap kali ada protes anti-pemerintah, singkatan KKN ini dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Singkatan 'KKN' adalah salah satu singkatan yang akrab bagi masyarakat Indonesia. Setiap kali ada protes anti-pemerintah, singkatan KKN ini dapat didengar dan

Lebih terperinci

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc. VESUVIUS plc Kebijakan Anti-Suap dan Korupsi PERILAKU BISNIS UNTUK MENCEGAH SUAP DAN KORUPSI Kebijakan: Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Tanggung Jawab Perusahaan Penasihat Umum Versi: 2.1 Terakhir diperbarui:

Lebih terperinci

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM)

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PADA UNIT PELAYANAN PUBLIK KEMENKO POLHUKAM PERIODE 2016 BEKERJASAMA UNIT PELAYANAN PUBLIK KEMENKO POLHUKAM DENGAN BIRO UMUM SEKRETARIAT KEMENKO POLHUKAM 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi, kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

Lebih terperinci

Keterangan Pers Presiden RI tentang Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi, Jumat, 26 Juni 2009

Keterangan Pers Presiden RI tentang Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi, Jumat, 26 Juni 2009 Keterangan Pers Presiden RI tentang Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi, 26-6-09 Jumat, 26 Juni 2009 Â KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENEGAKAN HUKUM DAN PEMBERANTASAN KORUPSI,

Lebih terperinci

LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA LAYANAN PENGADILAN DI PENGADILAN NEGERI PRABUMULIH KELAS II

LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA LAYANAN PENGADILAN DI PENGADILAN NEGERI PRABUMULIH KELAS II Pengadilan Negeri Kelas II Prabumulih LAPORAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA LAYANAN PENGADILAN DI PENGADILAN NEGERI PRABUMULIH KELAS II Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Lebih terperinci

Kota Banjarbaru, 4 Juli 2013

Kota Banjarbaru, 4 Juli 2013 Survei Tata Kelola Perizinan Usaha Kota Banjarbaru, 4 Juli 2013 Latar Belakang Pelambatan ekonomi, kemiskinan meningkat, pengangguran meningkat, daya saing melebar Mendaftarkan izin usaha usaha sulit karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data.

BAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitan : Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Desember 2010. 2. Tempat Penelitian : Penelitian ini

Lebih terperinci

1II PROFIL RESPONDEN...

1II PROFIL RESPONDEN... Daftar Isi Daftar Isi... 2 Bagian 1 PENDAHULUAN... 3 Latar Belakang... 3 Tujuan Survei... 4 Lokasi Survei... 4 Bagian 1I MODEL SURVEY... 5 Sumber Data... 5 Sempel Responden... 5 Waktu Pengumpulan Data...

Lebih terperinci

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia KOMISI B KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia Mukadimah Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi

Lebih terperinci

DIMENSI PEMBANGUNAN. Anie Eka Kusumastuti. Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University, Malang

DIMENSI PEMBANGUNAN. Anie Eka Kusumastuti.   Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University, Malang DIMENSI PEMBANGUNAN Anie Eka Kusumastuti e-mail: anieeka@ub.ac.id Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University, Malang Konsep Pembangunan No society can surely be flourishing and happy of which the

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi suatu negara saat ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengatur perekonomian untuk mencapai kesejahteraan sosial (Social Walfare) bagi

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI KORUPSI 2015

SURVEI PERSEPSI KORUPSI 2015 KUESIONER SURVEI PERSEPSI KORUPSI 2015 per IV. SURVEI PERSEPSI KORUPSI 2015 Transparency International adalah bagian dari koalisi global organisasi antikorupsi yang salah satu fokus kerjanya melakukan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR-RI Pada Acara Gelar Nasional Pencegahan Korupsi Komite Pusat Gerakan Masyarakat Peduli Akhlak Mulia (GMP-AM) Di Exhibition Hall-SMESCO

Lebih terperinci

LAPORAN INDEKS PERSEPSI KORUPSI

LAPORAN INDEKS PERSEPSI KORUPSI LAPORAN INDEKS PERSEPSI KORUPSI 2015 Bebas dari Korupsi, Bersih, Melayani Balai Penelitian Teknologi Bahan (BPTBA) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Tel 0274-392570 Fax 0274-391168 Jl. Jogja Wonosari

Lebih terperinci

KORUPSI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

KORUPSI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI 54 IV. KORUPSI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI Selanjutnya pada bab ini akan memberikan uraian secara rinci terkait dengan aspek-aspek korupsi, pembangunan manusia dan investasi di delapan negara kawasan ASEAN

Lebih terperinci

YOUTH DEPARTMENT TRANSPARENCY INTERNATIONAL INDONESIA SURVEI INTEGRITAS ANAK MUDA 2012

YOUTH DEPARTMENT TRANSPARENCY INTERNATIONAL INDONESIA SURVEI INTEGRITAS ANAK MUDA 2012 YOUTH DEPARTMENT TRANSPARENCY INTERNATIONAL INDONESIA SURVEI INTEGRITAS ANAK MUDA 2012 TUJUAN PENELITIAN 1. Mengukur pemahaman anak muda Jakarta tentang integritas dan anckorupsi 2. Sebagai baseline survey

Lebih terperinci

Oleh : Agus Sunaryanto Indonesia Corruption Wtach

Oleh : Agus Sunaryanto Indonesia Corruption Wtach Oleh : Agus Sunaryanto Indonesia Corruption Wtach UU No 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik (UU KIP) secara yuridis formal sudah mulai berlaku 1 Mei 2010 akses publik terhadap Informasi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN. 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal.

KEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN. 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal. KEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN Pemberian Hadiah/Penyediaan Hiburan 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal. 1. Semua pemberian hadiah harus sesuai dengan kebijakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.621,2013 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI. Penyelesaian. Kerugian Negara. Bukan Bendahara. Tata Cara.

BERITA NEGARA. No.621,2013 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI. Penyelesaian. Kerugian Negara. Bukan Bendahara. Tata Cara. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.621,2013 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI. Penyelesaian. Kerugian Negara. Bukan Bendahara. Tata Cara. PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia saat ini terus menerus berupaya memerangi tindak pidana korupsi dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan adalah konvensi internasional

Lebih terperinci

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik Executive Summary P emberantasan korupsi di Indonesia pada dasarnya sudah dilakukan sejak empat dekade silam. Sejumlah perangkat hukum sebagai instrumen legal yang menjadi dasar proses pemberantasan korupsi

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUUXIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati I. PEMOHON a. Perkumpulan Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (Pemohon I) b. Lembaga Pengawasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Bencana gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya pada tanggal 27 Mei 2006 telah menyebabkan kerusakan infrastruktur dan psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif terbentuk di mata masyarakat luas melalui kegiatan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. positif terbentuk di mata masyarakat luas melalui kegiatan kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Citra dapat bersifat dua hal, yaitu citra positif dan citra negatif. Citra positif terbentuk di mata masyarakat luas melalui kegiatan kegiatan yang dibuat oleh

Lebih terperinci

Piagam Tranparansi bagi Institusi Keuangan Internasional: Menagih Hak untuk Mengetahui. Pembukaan

Piagam Tranparansi bagi Institusi Keuangan Internasional: Menagih Hak untuk Mengetahui. Pembukaan Piagam Tranparansi bagi Institusi Keuangan Internasional: Menagih Hak untuk Mengetahui Pembukaan Hak untuk mengakses informasi bagi badan publik adalah hak asasi manusia yang paling mendasar, seperti tercantum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) adalah sebuah komitmen bersama masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan. MDGs ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai kasus pelanggaran etika di bidang akuntansi yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai kasus pelanggaran etika di bidang akuntansi yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai kasus pelanggaran etika di bidang akuntansi yang melibatkan orang internal organisasi telah terjadi di dunia. Salah satunya adalah kasus Enron yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi disamping sudah diakui sebagai masalah nasional juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan sektor publik sudah semakin kompleks, demikian halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah kecurangan.

Lebih terperinci

INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014

INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 Direktorat Litbang, Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi www.kpk.go.id Agenda 1. Latar Belakang 2. Definisi, Tujuan dan Metodologi 3. Fakta Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan publik hingga saat ini belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh pemerintah. Kualitas pelayanan

Lebih terperinci

14FIKOM ETIK UMB. No impunity to corruptors GERAKAN, KERJASAMA DAN INSTRUMEN INTERNASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom.

14FIKOM ETIK UMB. No impunity to corruptors GERAKAN, KERJASAMA DAN INSTRUMEN INTERNASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. ETIK UMB Modul ke: GERAKAN, KERJASAMA DAN INSTRUMEN INTERNASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI Fakultas 14FIKOM No impunity to corruptors Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM Kompetensi Dasar 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat vital bagi negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa pajak memiliki peranan penting dalam menunjang penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan masyarakat dengan cara merusak lembaga dan nilai-nilai demokrasi,

BAB I PENDAHULUAN. keamanan masyarakat dengan cara merusak lembaga dan nilai-nilai demokrasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana korupsi merupakan salah satu tindak pidana yang sifatnya serius karena menimbulkan masalah serta ancaman terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendarah daging menjadi sebuah budaya di Indonesia. Transparency

BAB I PENDAHULUAN. mendarah daging menjadi sebuah budaya di Indonesia. Transparency BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kasus korupsi bukan lagi hal baru di Indonesia. Korupsi bahkan telah mendarah daging menjadi sebuah budaya di Indonesia. Transparency International (TI) mencatat,

Lebih terperinci

Perusahaan terkemuka dengan upaya suap dalam menjalankan bisnisnya di luar negeri, turut menghambat pembangunan di negaranegara

Perusahaan terkemuka dengan upaya suap dalam menjalankan bisnisnya di luar negeri, turut menghambat pembangunan di negaranegara TRANSPARENCY INTERNATIONAL INDONESIA EMBARGOED FOR TRANSMISSION AND RELEASE UNTIL 4 OCTOBER 2006 at 09.00 GMT; 11.00 CET; 05.00 EST (16.00 WIB) Perusahaan terkemuka dengan upaya suap dalam menjalankan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI STRATEGI KOMUNIKASI STRATEGI KOMUNIKASI B U DAYA PENDIDIKAN ANTI KORUPSI ANTI KORUPSI KOMUNIKASI PENDIDIKAN STRATEGI

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI STRATEGI KOMUNIKASI STRATEGI KOMUNIKASI B U DAYA PENDIDIKAN ANTI KORUPSI ANTI KORUPSI KOMUNIKASI PENDIDIKAN STRATEGI strategi komunikasi Pendidikan budaya anti korupsi; strategi komunikasi Pendidikan dan budaya anti korupsi; Pendidikan dan budaya anti korupsi; strategi komunikasi Pendidikan dan budaya anti korupsi; strategi

Lebih terperinci

Peran KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Oleh : Harrys Pratama Teguh Jumat, 25 Juni :05. Latar Belakang

Peran KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Oleh : Harrys Pratama Teguh Jumat, 25 Juni :05. Latar Belakang Latar Belakang Pewarta-Indonesia, Perang terhadap korupsi merupakan fokus yang sangat signifikan dalam suatu Negara berdasarkan hukum, bahkan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu pemerintahan. Salah

Lebih terperinci

Indorama Ventures Public Company Limited

Indorama Ventures Public Company Limited Indorama Ventures Public Company Limited Kode Etik untuk Pemasok (Sebagaimana yang di setujui pada Desember 2014) Revisi 1 (Sebagaimana yang di setujui pada Mei 2017) Catatan Dalam hal ketentuan apa pun

Lebih terperinci

KRITERIA IDEAL MENTERI DAN EVALUASI ATAS KINERJA PEMERINTAHAN SBY MENJELANG TERBENTUKNYA KABINET BARU

KRITERIA IDEAL MENTERI DAN EVALUASI ATAS KINERJA PEMERINTAHAN SBY MENJELANG TERBENTUKNYA KABINET BARU KRITERIA IDEAL MENTERI DAN EVALUASI ATAS KINERJA PEMERINTAHAN SBY MENJELANG TERBENTUKNYA KABINET BARU 18 28 Juli 09 Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 103, Indonesia Telp. (021) 391-9582,

Lebih terperinci

Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) Permenpan No. 14 Tahun Makassar, 20 Februari 2018

Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) Permenpan No. 14 Tahun Makassar, 20 Februari 2018 Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) Permenpan No. 14 Tahun 2017 Makassar, 20 Februari 2018 Survei Litbang Kompas September 2016 di 14 Kota Besar di Indonesia Survei Kepuasan Masyarakat SASARAN Mendorong

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 3 SERI B PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 3 SERI B PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 3 SERI B PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN

Lebih terperinci

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA Profile Singkat SPIN SPIN (Survey & Polling Indonesia) adalah lembaga riset independen yang tidak

Lebih terperinci

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM -2- e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum tentang Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KRIMINOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA. Kuesioner Penelitian

DEPARTEMEN KRIMINOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA. Kuesioner Penelitian DEPARTEMEN KRIMINOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA Kuesioner Penelitian Selamat pagi/siang/sore/malam, Bapak/Ibu yang budiman, Saya adalah seorang mahasiswa pada Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah salah satu organisasi internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1582, 2013 KOMISI PEMILIHAN UMUM. Partisipasi. Masyarakat. Penyelenggaraan. Pemilihan Umum. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT

Lebih terperinci

Rencana Strategis Komisi Pemberantasan Korupsi

Rencana Strategis Komisi Pemberantasan Korupsi Rencana Strategis Komisi Pemberantasan Korupsi 2004-2007 Draft untuk mendapatkan masukan Daftar Isi Daftar Isi... 2 Pendekatan Perencanaan Stratejik... 3... 4... 4... 5... 6... 7... 8 Sumberdaya Yang Diperlukan...

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum, melaksanakan good governance, tetapi jika moral tidak berubah dan sikap

BAB I PENDAHULUAN. hukum, melaksanakan good governance, tetapi jika moral tidak berubah dan sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik kecurangan akuntansi dalam organisasi hanya bisa dicegah dan dibasmi apabila ada komitmen tinggi untuk tidak melakukan berbagai bentuk kecurangan dari masing-masing

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK Oleh: RIRIS KATHARINA HANDRINI

Lebih terperinci

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA MUKADIMAH Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi masyarakat dalam segala proses perubahan membutuhkan pendekatan dan pentahapan yang

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

PRESS RELEASE. LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017

PRESS RELEASE. LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017 PRESS RELEASE LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017 Pada tanggal 1 Juni 2017, International Institute for Management Development (IMD) telah meluncurkan The 2017 IMD World

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

Lebih terperinci

Teguh Kurniawan

Teguh Kurniawan Teguh Kurniawan http://staff.blog.ui.edu/teguh1 Outline Presentasi Perspektif Teori Kondisi Di Indonesia Upaya Pencegahan yang dapat & telah dilakukan Penutup Apakah Korupsi Birokrasi Korupsi di Pemerintahan

Lebih terperinci