INTEPRETASI EKG PADA ANAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTEPRETASI EKG PADA ANAK"

Transkripsi

1 INTEPRETASI EKG PADA ANAK Dr Sri Endah Rahayuningsih, dr Sp.A(K) Departemen IlmuKesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS.Dr. Hasan Sadikin Bandung 1

2 PENDAHULUAN Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) merupakan salah satu pemeriksaan penunjang dalam mendiagnosis kelainan jantung pada anak.pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan untuk mendiagnosis kelainan jantung pada anak yaitu fototoraks, laboratorium, ultrasonografi, dan lain-lain.ekg hanya bersifat membantu serta melengkapi pemeriksaan klinis. Pemeriksaan klinis tetap merupakan yang terpenting,bahkanharus selalu diperhitungkan dalam interpretasi EKG.Terkadang ditemukan anak dengan kelainan jantung mempunyai intepretasi EKG normal, sedangkan anak tanpa kelainan jantung menunjukkan gambaran EKG normal, sehingga pemeriksaan klinis tetap merupakan hal utama dan intepretasi EKG disesuaikan dengan temuan klinis 1,2 Rekaman aktivitas listrik jantung mempunyai peran yang sangat penting dalam kardiologi. Pencatatan aktivitas jantung berdasarkan perbedaan potensial listrik disebut elektrokardiografi (EKG). Jantung mempunyai otot yang bersifat unik karena mempunyai automatisasi kontraksi yang ritmik. Impuls listrik memacu kontraksi melalui sistem konduksi khusus dan menimbulkan arus listrik lemah yang menyebar ke seluruh tubuh. Dengan elektroda yang diletakkan di beberapa tempat pada permukaan tubuhdan dengan menghubungkan elektroda tersebut dengan alat elektrokardiografi, maka arus listrik tersebut terekam pada kertas elektrokardiografi. 1 Pemeriksaan EKG harus dilakukan pada setiap anak yang diduga memiliki kelainan jantung. Evaluasi jantung menjadi tidak lengkap bila tidak dilakukan pemeriksaan EKG. Pengetahuan yang cukup tentang intepretasi EKG pada anak dapat melengkapi pemeriksaan fisis dan penunjang yang lain. 3 Pada beberapa penyakit jantung bawaan (PJB) EKG menunjukkan intepretasi yang khas, misalnya pada pada defek septum atrium sekundum, atresia trikuspid, dan endocardial cushion defect. Elektrokardiografi juga dapat memberi informasi tentang beratnya derajat stenosis pada kelainan katup pulmonalis yaitu stenosis pulmonalis.gangguan hemodinamik pada berbagai penyakit jantung bawaan, seperti pada anak dengan defek septum ventrikel atau duktus arteriosus persisten, dapat juga dinilai dari hasil pemeriksaan EKG. Oleh karena itu, EKG dapat membantu menegakkan diagnosis dan mengukur derajat kelainan yang akan memegang peran penting dalam tatalaksana anak dengan kelainan jantung. 3 Harus diingat bahwa intepretasi EKG bergantung pada usia, karena nilai normal intepretasi EKG bergantung pada usia. Merupakan kesalahan yang sangat fatal, bila intepretasi EKG 2

3 dilakukan tanpa melihat usia. Pengalaman menunjukkan bila intepretasi EKG tidak dilakukan dengan mempertimbangkan manifestasi klinis dan usia, maka pada beberapa contoh kasus ditemukan intepretasi EKG yang salah, misalnya anak usia 6 tahun didiagnosis infark miokardium akut. Karena anak tumbuh dan berkembang, maka sebaiknya pemeriksaanekgpadabayi dan anak perlu dilakukansecara berkala agar setiap perubahan yang terjadi dapat segera diketahui. Salah satu kelainan jantung pada anak yang diagnosisnya hanya ditentukan oleh EKG adalah disritmia. Walaupun disritmia dapat dideteksi secara klinis, tetapi penentuan jenis serta asal disritmia tersebut hanya dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan EKG.Pemeriksaan EKG juga penting untuk menilai gangguan miokardium akibat infeksi, kelainan metabolik maupun elektrolit. Proses patologis pada perikardium juga tercermin pada EKG, demikian pula efek berbagai obat jantung. 1-3 INDIKASI PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI Manfaat klinis EKG sangat banyak, dapat mencerminkan proses primer atau sekunder yang terjadi di otot jantung (misalnya gangguan arteri koroner, hipertensi, kardiomiopati, dan kelainan infiltratif lain), gangguan metabolik dan elektrolit, serta efek terapi dan toksik obat. Sampai saat ini, EKG merupakan baku emas untuk diagnosis disritmia. 4 Kegunaan utama EKG pada penderita pediatrik mencakup evaluasi awal penderita yang diduga menderita kelainan jantung dan evaluasi serial penderita yang telah diketahui menderita kelainan jantung. Pemeriksaan EKG perlu dilakukan pada evaluasi penderita yang diduga atau telah diketahui mengalami gangguan irama dan konduksi, termasuk penderita yang mengalami keluhan palpitasi dan sinkop. Selain itu, pemeriksaan EKG juga perlu dilakukan pada penderita yang mendapat terapi aritmia atau obat lain dengan potential cardiac effects. 3

4 Indikasi pemeriksaan EKG secara ringkas dirangkum dalam Tabel 1. Tabel 1Indikasi Pemeriksaan EKG pada Bayi dan Anak Sinkop atau kejang Gangguan elektrolit Exertional symptons Penyakit Kawasaki Drug ingestion Demam reumatik Takikardia Miokarditis Bradikardia Myocardial contusion Episode sianotik Pericarditis Gagal jantung Pascaoperasi jantung Hipotermia Defek jantung bawaan Sumber: Goodacre dan McLeod 4 Pemeriksaan EKG emergensi harus dilakukan pada bayi dengan: 5 1. Analisis gas darah menunjukkan PO 2 <50 torr dengan FiO 2 1,0 2. Sianosis diferensial 3. Murmur yang bersamaan dengan sianosis 4. Sianosis tanpa distres pernapasan. Nyeri dada pada anak jarang diakibatkan kelainan jantung dan seringkali berhubungan dengan kelainan di dinding dada. Pemeriksaan EKG biasanya tidak membantu menegakkan diagnosis, tetapi dapat dilakukan untuk meyakinkan keluarga. 4 ELEKTROFISIOLOGI Elektrokardiogram menggambarkan aktivitas elektrik di tingkat selular (Gambar 1). Pada keadaan istirahat, potensial listrik di luar membran sel lebih positif dibandingkandengan di dalam sel sebagai hasil distribusi ion intraselular dan ekstraselular. Pada keadaan istirahat, tidak ada aktivitas elektrik yang terekam. 6 Saat sel mengalami stimulasi, keseimbangan ini akan terganggu akibat masuknya kation ke intraselular. Polaritas daerah yang terstimulasi akan berubah, daerah luar akan menjadi negatif.proses ini dikenal sebagai depolarisasiyang ditandai dengan perbedaan potensial antara bagian sel yang sudah mengalami depolarisasi dan bagian yang masih terpolarisasi. Akibatnya, aliran listrik akan timbul di antara kedua bagian ini. 6 4

5 Rekaman EKG sel otot jantung DEPOLARISASI Keterangan: A: Keadaan istirahat B. Stimulasi sel memulai proses depolarisasi C. Depolarisasi menyebar dan menimbulkan gelombang yang semakin tinggi D. Sel terdepolarisasi sempurna E. Bila posisi elektroda diganti, gelombang yang terekam menjadi terbalik Gambar 1Proses Depolarisasi Sel Otot Jantung Sumber: Lilly 6 Aliran listrik akan mengalir dari daerah dengan potensi elektrik negatif ke daerah dengan potensi elektrik positif. Aliran listrik yang mendekati elektroda positif akan menghasilkan defleksi positif pada EKG. Ketika gelombang depolarisasi ini semakin menyebar, aliran listrik yang semakin besar akan menghasilkan defleksi yang semakin tinggi. Setelah sel mengalami depolarisasi sempurna, potensial listrik di luar sel akan menjadi lebih negatif dibandingkan dengan di dalam sel dan homogen, sehingga akan tampak gambaran datar. Hal yang penting diperhatikan, bila letak elektroda ditukar maka aliran listrik saat sel mengalami depolarisasi akan menjauhi kutub positif, sehingga defleksi yang terekam berubah menjadi defleksi ke bawah. 6 5

6 Proses depolarisasi sel akan mengawali kontraksi sel dan akan segera diikuti oleh repolarisasi, proses potensial listrik akan kembali ke keadaan istirahat (Gambar 2). Saat sel mengalami repolarisasi, muatan listrik di luar membran akan menjadi positif kembali, sehingga aliran listrik akan mengalir dari bagian muatan listrik negatif dan menjauhi kutub positif. Akibatnya, EKG akan memperlihatkan defleksi negatif. Proses repolarisasi berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan proses depolarisasi, sehingga defleksi yang terekam lebih lebar dan lebih pendek. Setelah sel mencapai repolarisasi sempurna dan kembali ke kondisi istirahat, aliran listrik berhenti mengalir. 6 Pada jantung manusia, proses repolarisasi berlangsung dengan arah yang berlawanan dengan proses depolarisasi, dimulai dari daerah yang terakhir terdepolarisasi. Sampai saat ini, alasannya masih belum diketahui. Karena itu, defleksi repolarisasi pada manusia normal selalu sama dengan arah defleksi depolarisasi. 6 Keterangan: A. Awal repolarisasi B. Progresi proses repolarisasi C. Repolarisasi sempurna D. Proses repolarisasi dengan arah yang berlawanan dengan depolarisasi Gambar 2Proses Repolarisasi Sel Otot Jantung Sumber: Lilly 6 6

7 SISTEM KONDUKSI JANTUNG Konduksi listrik di jantung merupakan proses yang berurutan (Gambar 3). Denyut jantung yang normal dimulai dari nodus sinotrialdi junction atrium kanan dan vena kava superior. Gelombang depolarisasi dengan cepat menyebar melalui atrium kanan dan kiri, mencapai nodus AV dan akan mengalami perlambatan. Setelahnya, impuls akan menyebar melalui bundle of his dan terbagi menjadi right bundle branches dan left bundle branches. Keduanya kemudian akan bercabang menjadi serat Purkinje yang akan masuk ke dalam serat otot jantung dan merangsang kontraksi. 7 Nodus Sinoatrial Nodus Atrioventrikular Atrium Kanan Ventrikel Kanan Atrium Kiri Ventrikel Kiri Electrically inert atrioventricular region Left bundle branch Left anterior hemifascicle Right bundle branch Left posterior hemifascicle Gambar 3Sistem Konduksi Jantung Setiap denyut jantung digambarkan dengan 3 defleksi utama pada rekaman EKG yang menggambarkan urutan propagasi listrik (Gambar 4). Gelombang P menggambarkan depolarisasi atrium. Selama perlambatan konduksi di AV node, gambaran akan kembali ke garis datar. Defleksi kedua adalah kompleks QRS yang menggambarkan proses depolarisasi sel otot ventrikel. Setelahnya, gambaran EKG akan kembali ke garis datar dan segera diikuti repolarisasi 7

8 sel yang digambarkan dengann defleksi ketiga, gelombang T. Ada kalanyaa setelah gelombang T dapat ditemukan gelombang U yang merupakan gambaran fase lambat repolarisasi ventrikel. 8 Gambar 4Konduksi Elektrik Jantung dan Defleksi pada Rekaman EKG Sumber: Lilly 6 SANDAPAN ELEKTROKARDIOGRAFI Elektrokardiogram standar telah mengalami perubahan mulai dari rekaman dengan 3 sandapan yang diperkenalkan oleh Einthoven sampai rekaman dengan 15 sandapan yang digunakan saat ini pada penderita pediatrik. Secara garis besar, sandapan yang digunakan terbagi menjadi 2 tipe: sandapan ekstremitas (bidang frontal) dan sandapan prekordial (bidang horizontal). 1-3 Sandapan ekstremitas dapat dibagi lagi menjadi Einthoven s standard bipolar system (sandapan I, II, dan III) dan augmented variation of Wilson s unipolar lead system (av R, av L, dan av F ). Sandapan Einthoven merekam potensial listrik antara pasangann elektroda positif dan negatif di ekstremitas, sedangkan sandapan Wilson merekam potensial listrik dari satu ekstremitas terhadap terminal sentral potensial nol (zero potential central terminal) (Gambar 5). Gelombang listrik yang bergerak mendekati kutub positif sandapan ini akan menghasilkan gelombang positif pada EKG

9 Sandapan ekstremitas unipolar Sandapan ekstremitas bipolar Gambar 5Sandapan Ekstremitas Unipolar dan Bipolar Sumber: Lilly 6 Sandapan prekordial (V 4R sampai V 7 ) menggambarkan aktivitas listrik di bidang horizontal (Gambar 6). Sandapan ini merupakan sandapan unipolar (positif) dengan terminal sentral potensial nol tanpa augmentasi. 1-3,7 Susunan sandapan demikian menghasilkan hubungan anatomis sebagai berikut: sandapan II, III, dan av F mencerminkan keadaan permukaan inferior jantung; sandapan V 1 sampai V 4 mencerminkan keadaan permukaan anterior; sandapan I, av L, V 5, dan V 6 mencerminkan keadaan permukaan lateral; dan sandapan V 1 serta av R menggambarkan keadaan atrium kanan dan di dalam rongga ventrikel kiri. 7 (Gambar 7) 9

10 Gambar 7Perspektif Frontal dan Horizontal Sandapan Ekstremitas dan Precordial ELEKTROKARDIOGRAM Proses depolarisasi dan repolarisasi sel miokardiumakan menyebabkan kontraksi dan relaksasi otot jantung. Perubahan potensial listrik ini direkam melalui elektroda yang ditempatkan di ekstremitas serta dinding dadadan direkam pada kertas grafis yang menghasilkan gambaran EKG. 7 Elektrokardiogram direkam pada kertas standar yang bergerak dengan kecepatan standar 25 mm/detik. Kertas ini terbagi menjadi kotak besar berukuran 5 mm dan setara dengan 0,2 detik. Setiap kotak besar terbagi menjadi 5 kotak kecil dengan ukuran 1 mm dan setara dengan 0,04 detik. 7 Aktivitas listrik yang terdeteksi oleh EKG diukur dalam satuan milivolt (mv). Alat EKG standar dikalibrasi sedemikian rupa sehingga amplitudo 1 mv akan menghasilkan gelombang dengan amplitudo 10 mm. 7 Bila kompleks QRS sangat tinggi, kalibrasi ini perlu disesuaikan menjadi ½ (1 mv setara dengan 5 mm) atau ¼ (1 mv setara dengan 2,5 mm). 9 Kecepatan 25 mm/detik 5 mm = 0,5 mv (1 mm = 0,1 mv) 5 mm = 0,2 detik (1 mm = 1 kotak kecil = 0,04 detik) Gambar 8Gambaran Gelombang EKG Sumber: Lilly 6 10

11 Rekaman EKG yang ideal harus memiliki kemampuan untuk merekam 3 sampai 12 sandapan secara simultan. Konfigurasi standar ada kalanya diubah pada anak dan orang dewasa dengan kelainan kongenital untuk merekam aktivitas listrik jantung dari sandapan kanan dan kiri tambahan. 8 Hal-hal yang harus diperhatikan agar mendapatkan rekaman EKG yang baik antara lain: 1. Dilakukan penjelasan terlebih dahulu kepada anak atau orangtua penderita, tentang prosedur dan tujuan pemeriksaan EKG. Pemeriksaan EKG dilakukan di tempat tidur yang cukup besar untuk menyangga seluruh tubuh penderita, sehingga memungkinkan penderita cukup tenang untuk dilakukan pemeriksaan. Selama pemeriksaan EKG anak atau bayi tidak boleh bergerak, karena pergerakan otot atau twitching dapat mempengaruhi hasil rekaman EKG. Pada anak atau bayi yang rewel dapat digunakan sedasi yaitu dengan pemberian diazepam per rektal atau kloral hidrat peroral. 2. Kulit dan permukaan elektroda kontak dengan baik. Kontak yang tidak baik akan memberikan hasil yang tidak diharapkan. Tidak boleh ada luka pada kulit yang kontak dengan elektroda. 3. Dilakukan standardisasi alat rekam EKG sehingga tegangan 1 mv akan menghasilkan defleksi 10 mm. Jika tidak dilakukan standardisasi atau kalibrasi akan menyebabkan kesalahan pengukuran voltase kompleks gelombang dan interpretasi EKG. 4. Bayi/anakdan alat perekam EKG harus dihubungkan dengan ground untuk menghindari pengaruh arus listrik bolak-balik. 5. Hindari terdapatnya perlengkapan elektronik pada bayi/anak, juga area disekitar tempat tidur pemeriksaan karena dapat menyebabkan timbulnya artefak pada rekaman EKG. 6. Untuk mendapatkan rekaman EKG yang baik pada anak diperlukan kesabaran. Elektroda ekstremitas sebaiknya dipasang di daerah lebih proksimal untuk mengurangi artefak akibat pergerakan tubuh. 7. Posisi standar elektroda yang dipergunakan sama dengan orang dewasa, hanya ditambah dengan sandapan V3R atau V4R untuk mendeteksi terdapatnya hipertrofi ventrikel atau atrium kanan. 9 11

12 1 cm Gambar 9Kalibrasi Tegangan 1 mv Akan Menghasilkan Defleksi 10 mm CARA PENYADAPAN EKG Teknik penyandapan EKG dilakukan dengan posisi penderita berbaring tenang karena gerakan tubuh dan kontraksi otot mempengaruhi hasil rekaman. Perlekatan elektroda pada kulit harus baik, yaitu dengan mengoleskan jelly pada kulit yang akan disandap. Elektroda harus diletakkan ditempat yang tepat seperti tampak pada gambar. 1-3,7 Elektroda diletakkan di berbagai posisi di dinding dada. Pada sandapan V1, elektroda diletakkan di interkostal empat garis parasternal kanan. Pada sandapan V2, elektroda diletakkan di interkostal empat garis parasternal kiri, sedangkan pada sandapan V4, elektroda diletakkan di interkostal lima garis midklavikular kiri. Pada sandapan V3, elektroda diletakkan antara V2 dan V4. Pada sandapan V5 dan V6, elektroda diletakkan sejajar dengan elektroda V4. Untuk sandapan V5, elektroda diletakkan di garis aksilaris anterior, sedangkan sandapan V6 di garis aksilaris media. 1-3,7 12

13 Pada keadaan tertentu seperti di ICU, kadang-kadang kita tidak perlu merekam dengan 12 sandapan seperti disebutkan diatas. Pada keadaan seperti ini, pemantauan EKG diperlukan untuk analisis denyut per denyut hanya dari satu alat pantau. Biasanya ada 3 elektroda. Satu ditempatkan di V1, satu lagi dibahu kiri, dan lainnya di bahu kanan. Rekaman di alat monitor ini biasanya digunakan untuk pemantauan aritmia jantung.setelah hasil EKG terekam dalam kertas, maka dilakukan pencatatan identitas penderita, nama, usia, jam, dan tanggalpemeriksaan EKG. 1-3,7 Gambar 10Letak Elektroda 13

14 BENTUK BENTUK GELOMBANG EKG DAN ARTINYA Gambaran 11Komponen-komponen EKG Normal Keterangan: Kal = kalibrasi = penyimpangan 1 milivolt = tinggi 1 cm P = defleksi lambat awal = gelombang depolarisasi atrium PR = waktu antara awal gelombang P dan awal gelombang Q Q = defleksi ke bawah pertama R = defleksi ke atas pertama (semuanya kembali pada garis dasar) S = defleksi ke bawah kedua ST = segmen antara titik J dan titik awal gelombang T T = defleksi lambat langsung sesudah QRS QT = waktu antara titik awal Q dan titik akhir T. Gelombang P Awal gelombang positif berasal dari gaya yang keluar dari atrium kanan bagian anterior, sedangkan gelombang negatif yang datang berikutnya berasal dari gaya yang keluar dari atrium kiri bagian posterior. Gelombang negatif ini normalnya tidak melebihi area seluas 1 mm 2.Arah gelombang P biasanya searah dengan arah kompleks QRS. Jika menyimpang dari aturan ini kemungkinan karena salah letak (misplacement) atrium, misal pada dekstrokardia atau ada gangguan konduksi antara lain pada sumber pacu (pacemaker) yang abnormal. Akan tetapi, kadang-kadang karena salah menyambung elektroda dapat menyebabkan deviasi gelombang P. Misalnya, penyambungan elektroda ekstremitas atas kanan tertukar dengan penyambungan elektroda ekstremitas atas kiri

15 Gelombang P normal tidak lebih dari 2,5mm (0,25 mv) kecuali pada neonatus, tinggi gelombang P normal mencapai 3 mm (0,3 mv) dan tidak lebih panjang dari 0,08 detik. 1-7 Pada anak normal,jarang terjadi gelombang P di hantaran V1, bifasik. Bentuk gelombang P yang normal adalah bulat, tidak runcing atau membentuk lekukan. Amplitudo yang normal 1,5 3 mm. Durasi yang normal 0,06+0,02 detik. 1-7 Gambar 12Gelombang P yang Lebar di Sandapan II, Gelombang P Biphasic di V1 Gelombang Q Gelombang Q merupakan gaya listrik yang menjauh dari elektroda perekam.gelombang Q biasanya terdapat di V6 dan merupakan proyeksi depolarisasi septum dari arah kiri ke kanan. Jika gelombang Q tidak ada, dapat berarti bahwa lokasi septum abnormal atau mungkin septumnya tidak ada. 1-7 Pada umumnya, gelombang Q pada anak bukan merupakan hilangnya otot jantung seperti halnya pada orang tua yang menderita infark lama yang sudah sembuh (old myocardial infarction, OMI).Gelombang Q di V1 menandakan terdapatnya hipertrofi atrium kanan dan hipertrofi ventrikel kanan. Intepretasi gelombang Q ini dapat tertukar dengan gelombang rsr, karena bentuknya yang mirip.gelombang Q dalamnya kurang dari 5 mm, biasanya hanya sekitar 1 mm dan durasinya 0,02 detik.gelombang Q dapat terlihat di I,II,III, avf,v5, dan V6.Gelombang Q yang lebih dalam dari 3 mm di hantaran V6 (gelombang Q septum) merupakan petunjuk terdapatnya hipertrofi ventrikel kiri tipe volume

16 Gelombang R Gelombang R bergantung pada sumbu QRS. Biasanya sangat dominan di sandapan I dan II, V5 dan V6, sedangkan disandapan avr, V1, dan V2 biasanya gelombang Rhanya kecil atau tidak ada sama sekali. Amplitudo gelombang R bervariasi sesuai usia. 1-7 Gelombang S Gelombang S kurang atau tidak terlihat dibandingkan dengan gelombang R disandapan I atau II. Di sandapan avr,v1 atau V2 gelombang S terlihat lebih menonjol. Di V4 V6 kurang terlihat dibandingkan dengan gelombang R. Amplitudo gelombang S juga bervariasi sesuai usia 1-7 (lihat Lampiran 1.Tabel Amplitudo Gelombang R dan S) Kompleks QRS Kompleks QRS terdiri atas: Gelombang Q = defleksi ke bawah pertama Gelombang R = defleksi ke atas pertama Gelombang S = defleksi ke bawah segera sesudah defleksi ke atas pertama. Apabila dipakai huruf kapital, defleksi tersebut mempunyai amplitudo yang besar, sedangkan jika amplitudo kecil dipakai huruf kecil.kadang-kadang ada gelombang R', yaitu suatu defleksi ke atas kedua atau gelombang S', yaitu defleksi ke bawah kedua. Jika pada kompleks QRS tidak ada defleksi ke atas, kompleks ini disebut gelombang QS. Panjang kompleks QRS diukur dari awal gelombang Q ke akhir gelombang S. Pada anak biasanya QRS lebih pendek daripada orang dewasa, sampai usia sebelum 3 tahun <0,08 detik. Sampai usia sebelum 8 tahun <0,09 detik. Usia sesudah 8 tahun 0,10 detik.kompleks QRS yang lebar, lebih lebar dari 0,10 detik merupakan petunjuk terdapatnya hambatan konduksi intraventrikular dan biasanya berarti bundle branch block atau awal pacu berasal dari ventrikel. 1-7 (lihat Lampiran 2.Tabel Durasi Kompleks QRS) 16

17 Gambar 13 Kompleks QRS Gelombang T Juga merupakan bagian repolarisasi ventrikel. Pada umumnya arah defleksi gelombang T sama dengan arah defleksi terbesar gelombang QRS. Amplitudo gelombang T paling baik dilihat di hantaran prekordial kiri. Amplitudo gelombang T biasanya: V5 <1 tahun: 7 mm >1 tahun: 11 mm V6 <1 tahun: 5 mm >1tahun : 7 mm 17

18 UKURAN UKURAN SEGMEN DAN INTERVAL Gambar 14Ukuran Segmen dan Interval pada EKG Interval PR Interval PR diukur mulai dari permulaan gelombang P sampai permulaan kompleks QRS. 1-7 (lihatlampiran 3.TabelNilai Normal Interval PR Menurut Usia dan Frekuensi Jantung) Segmen ST Segmen ST diukur mulai dari akhir kompleks QRS sampai awal gelombang T. Bagian ini merupakan awal repolarisasi ventrikel. Biasanya isoelektris. Bervariasi sampai +1 mm di sandapan ekstremitas dan sampai 2 mm di sandapan prekordial. 10 Depresi J segmen ST adalah deperesi pada ujung kompleks gelombang QRS tanpa depresi pada segmen ST (Gambar 15) lebih sering ditemukan pada sandapan prekordial dibandingkan dengan sandapan ekstremitas. Depresi segmen ST yang abnormal bila terjadi depresi pada ujung kompkes QRS dan awal segmen ST. (Gambar 15) 18

19 Depresi J Segmen ST Abnormal Gambar 15Perbedaan Depresi J dengan Segmen ST Abnormal Sumber: Park 10 Interval QT Interval QT diukur dari permulaan kompleks QRS sampai akhir gelombang T. Interval QT terutama menunjukkan ventrikel yang baru saja terstimulasi telah kembali kekeadaan istirahat. Nilai normal interval QT sangat dipengaruhi oleh laju jantung. Bila laju jantung meningkat, interval QT akan memendek, sebaliknya bila laju jantung menurun, interval QT akan memanjang. Oleh karena itu, beberapa ahli melakukan koreksi terhadap laju jantung [Formula Bazett: 10 ](lihatlampiran 4.Tabel Interval QT) QT yang terkoreksi = QT Interval RR Gambar 16Sindrom Long QT 19

20 PENENTUAN SUMBU (AKSIS) JANTUNG Aksis QRS10 Langkah pertama Tentukan kuadran dengan menggunakan sandapan I dan avf Sandapan 1 Sandapan avf Gambar 17Kuadran Kompleks QRS Sumber: Park10 Langkah kedua Temukan sandapan dengan QRS kompleks yang ekuifasik, yaitu tinggi gelombang R= kedalaman gelombang S Langkah ketiga: Aksis QRS tegak lurus terhadap sandapan dengan kompleks QRS yang ekuifasik pada kuadran yang ditentukan.(lihat Lampiran 5. Tabel Harga Normal Aksis QRS berdasarkan Usia) 20

21 CARA MEMBACA EKG Irama Jantung Irama (sinus atau nonsinus) yang digambarkan dengan aksis P Irama sinus: Irama yang berasal dari nodus sinus Irama normal pada semua usia Gelombang P diikuti kompleks QRS Aksis P normal (0 90 ) Untuk aksis P berada antara 0 dan +90 P upright di sandapan I dan avf P upright di sandapan II dan inverted di avr Frekuensi denyut jantung 1500 dibagi jumlah kotak kecil antara R R 300 dibagi jumlah kotak besar antara R R Hitung siklus R R pada 6 kotak besar (1/50 menit) dan dikalikan dengan 50 Bila frekuensi denyut jantung lambat Hitung jumlah kotak besar antara 2 gelombang R dan dibagi 2 dengan 300 (1 menit= 300 kotak besar) Bila frekuensi ventrikel dan atrium berbeda, seperti pada heart block atau atrial flutter, frekuensi atrium dapat dihitung dengan menggunakan metode yang sama. Frekuensi Jantung Interpretasi harus didasarkan pada frekuensi jantung disesuaikan dengan usia. Akibat variasi usia pada bayi dan anak, maka definisi bradikardia (kurang dari 60 kali/menit) dan takikardia (lebih dari 100kali/menit) pada dewasa tidak dapat digunakan pada anak dan bayi.1,2(lihat Lampiran 6. Tabel Normal Interval pada EKG Pediatri dan Lampiran 7.Tabel Rata-rata Frekuensi Nadi dalam 24 Jam Monitoring Holter pada Neonatus, Balita, dan Anak Usia SekolahSehat) Pada anak sehat sering didapatkan sinus aritmia dan pada keadaan tidur, kadang-kadang terdapat disosiasi atrioventrikular dengan irama junctional. 7,10 21

22 Beberapa Kelainan Jantung yang dapat Dinilai dengan Pemeriksaan EKG Hipertrofi Atrium Kanan Hipertrofi atriumkanan diketahui jika gelombang P berbentuk runcing dan tingginya lebih dari 2,5 mm di sandapan V, tetapi dapat juga terlihat di sandapan III, V3R, dan V2.Perubahan bentuk P ini merupakan akibatgaya yang lebih besar yang datang dari pembesaran atrium kanan anterior. Disebut juga P pulmonale.7,10 Gel P > Gambar 18Hipertrofi Atrium Kanan pada EKG Ket: tampak gelombang T yang tinggi di sandapan I Hipertrofi Atrium Kiri Hipertrofi atriumkiri diketahui apabila gelombang P inversi di sandapanv dengan menempati luas area lebih dari 1 mm, atau jika ada lekukan yang lebar pada puncak, atau apabila puncak gelombang datar dan lebih panjang dari 0,08 detik di sandapanv6 atau di sandapan II. Hipertrofi atriumkiridapat juga dilihat di sandapan I dan V3. Perubahan ini merupakan akibat gayayang lebih besar yang mengarah ke posterior dan ke kiri karena hipertrofi atrium kiri bagian posterior. Perubahan gelombang P ini disebut P mitral.7,10 22

23 Gelombang P lebar Gambar 19Hipertrofi Atrium Kiri pada EKG Ket: Tampak gelobang P yang lebar dan bifasik di I Hipertropi Atrium Kiri dan Kanan Hipertrofi atriumkiri dan kanan = Combined atrium hypertrophy (CAH)7,10 Jika gelombang P lebih panjang dari 0,08 detik dan lebih tinggi dari 2,5 mm di sandapan V dan sandapan II.7,10 Hipertrofi Ventrikel Kanan Aksis QRS ke kanan7,10 Kompleks QRS yang melebar dengan peningkatanvoltase QRS R di sandapanv1, V2 atau avr lebih besar daripada nilai normal limit bawah usia, S di sandapani dan V6 lebih besar daripada nilai normal limit atas untuk usia penderita rsr di sandapanv1 R/S rasio yang abnormal merupakan tanda dari hipertrofi ventrikel kanan (tanpa disertai RBBB)7,10 R/S rasio disandapan V1 dan V2 lebih besar daripada nilai normal limit atas untuk usia penderita R/S rasio di sandapanv6 kurang dari 1 pada anak usia >6 bulan Upright T disandapan V1 pada penderita berusia lebih dari 3 hari. Terdapatnya upright T di sandapan prekordial kiri (V5, V6); upright T disandapan V1 bukan suatu yang abnormal pada penderita berusia lebih dari 6 tahun.7,10 23

24 Q di sandapanv1 (qr atau pola qrs) menandakan hipertrofi ventrikel kanan (harus yakin bahwa itu bukan gelombang r yang kecil pada konfigurasi rsr )7,10 Hipertrofi ventrikel kanan dengan QRS T angle yang lebar dan aksis T diluar batas normal (biasanya pada kuadran 0 90o) mengindikasikan terdapatnya pola strain.7,10 R di V1 >batas atas harga normal S di V6 >batas atas harga normal S di V6 > batas atas harga normal Gambar 20Hipertrofi Ventrikel Kanan Ket: gelombang R di sandapanv1 >batas atas harga normal gelombangs di sandapanv6 >batas atas harga normal rsr di V1 & V2 Tanpa pelebaran QRS complex Gambar21Hipertrofi Ventrikel Kanan Ket: gel rsr disandapan V1 dan V2 24

25 qr in V1 & V2 Gambar 22 Hipertrofi Ventrikel Kanan Ket: gel qr di sandapanv1 dan V2 Pure R di V1 & V2 Gambar 23 Hipertrofi Kanan Ventrikel Ket: Pure R di sandapanv1 dan V2 hipertrofi atrium kanan hipertrofi atrium kiri hipertrofi atrium kiri &kanan Gambar 24Hipertrofi Atrium Kanan dan Hipertrofi Atrium Kiri, Hipertrofi AtriumKiri dan kanan Sumber:Park10 25

26 Hipertrofi Ventrikel Kiri Aksis kompleks QRS ke kiri7,10 QRS voltase sebagai tanda dari LV (tidakdijumpaipemanjangandurasi QRS )7,10 R di sandapani, II, III, avl, avf, V5 atau V6 lebih besar S di sandapanv1 atau V2 lebih besar daripada nilai normal Abnormal R/S rasio sebagai tanda dari ventrikel kiri: R/S rasio di sandapanv1 dan V2 kurang dari nilai normal7,10 Q padasandapan V5 dan V6 5 mm, gelombang T yang tinggi dan simetris pada sandapan yang sama (ventrikel kiri overload pada fase diatolik)7,10 Hipertofi ventrikel kiri, QRS T angle yang lebar dengan aksis T diluar batas normal mengindikasikan suatu polastrainakibat repolarisasi abnormal, hal ini bermanifestasi dengan gelombang T inverted di sandapan I, avl< V5 dan V6 7,10 S di V1 >batas atas normal S di V1 >batas atas normal Gambar 25Hipertrofi Ventrikel Kiri Ket: S di sandapanv1>batas atas normal. R di sandapanv6 >batas atas normal 26

27 Gambar 26 Pola Strain pada Hipertrofi Ventrikel Kiri tampak gelombang elombang T inverted di I, avl, V5, dan V6 Hipertrofi Ventrikel Kiri dan Kanan Kriteria voltase positif untuk hipertrofi ventrikel kanan dan hipertrofi ventrikel kiri tanpa disertai RBBB atau preeksitasi preeksi (durasi QRS normal) Kriteria voltase positif untuk hipertrofi ventrikel kanan atau hipertrofi ventrikel kiri dan voltase yang relatif if besar untuk ventrikel lain Kompleks QRS ekuifasik yang besar pada dua atau lebih sandapan ekstremitas dan pada sandapanprekordial (V2 V2 sampai V5) disebut fenomena Katz-Wachtel Wachtel7,10 Disritmia Kardiak 1. Disritmia dengan Nadi adi yang Lambat (Bradidisritmia) Bradikardia didefinisikan sebagai denyut nadi yang lebih lambat dari limit lim bawah denyut nadi sesuai usia pada anak dan bayi. Mekanisme terjadinya bradikardia berkaitan dengan depresi sinus nodal dan blok pada sistem konduksi.7,10,11 1.a Sinus Bradikardia Sinus bradikardia ditandai dengan denyut nadi yang lebih lambat dari limit bawah denyut nadi sesuai usia,, dengan adanya gelombang P normal yang mendahului kompleks QRS pada gambaran EKG. Biasanya denyut nadi pada anak kurang dari 80 kali/menit /menit dan denyut nadi 27

28 kurang dari 60 kali/menit /menit pada neonatus. Sinus bradikardia bradikardi pada p umumnya tidak membahayakandan dan sering didapatkan pada atl atlett dan saat anak atau bayi sedang tidur. 7,10,11 Gambar 26Sinus Bradikardia Sumber: Park10 1.b Blok Jantung Derajat Satu atu Blok jantung derajat satu merupakan perlambatan penghantaran impuls pada atrium, nodus AV. Tipe pe blok ini memperlihatkan gangguan konduksi pada impuls si sinus nus normal dan respons ventrikularnya. Gambaran EKG menunjukkan menunjukkan irama sinus, segmen QRS yang normal, dengan interval PR memanjang melebihi batas atas interval interval yang disesuaikan dengan usia. u Tidak ditemukan drop drop beats. beats Penyebab tersering yaitu infeksi sitemik pada anak dengan struktur jantung yang normal, ataupun kelainan jantung bawaan (defek ( septum atrium sekundum, anomali Ebstein), Ebstein miokarditis, dan kardiomiopati. Kebanyakan penderita p asimtomatis dan tidak memerlukan terapi lebih lanjut. 7,10,11 Gambar 27AV AV Blok Derajat Satu, PR Interval Memanjang emanjang Sumber: Malvino dan Plonsey12 1.c Blok Jantung Derajat Dua D Blok jantung derajat dua ditandai dengan gangguan konduksi ke ventrikel yang intermiten. Selanjutnya diklasifikasikan sebagai Mobitz tipe I dan II. Mobitz tipe I atau Wenckebach blok disebabkan terdapatnya terdapatnya blok pada nodus AV. Gambaran karakteristik pada EKG 28

29 berupa perlambatan gradual interval PR yang diakhiri dengan gagalnya konduksi dan hilangnya denyut. Blok se seperti ini pada umumnya berhubungan ngan dengan obat-obatan, obat miokarditis, kardiomiopat iomiopati, penyakit jantung bawaan, pascaoperasi operasi jantung, jantung dan penyakit jaringan ikat pada ibu. 7,10 7,10,11 Pada blok jantung derajat dua tipe Mobitz I terlihat interval PR semakin lama semakin panjang sehingga akan menyebabkan menyebabkan satu kompleks QRS menghilang (Gambar 28) Blok Mobitz tipe II disebabkan oleh blok pada bagian distal sistem konduksi. Pada rekaman EKG tidak didapatkan pemanjangan interval PR sebelum hilangnya denyut. Pada keadaan ini diperlukan pemasangan pacu jantung permanen.ditemukan permanen Ditemukan blok AV is all or none Konduksi AV dapat normal atau total blok (Gambar ( 29) 7,10,11 Gambar 28 Blok AV Derajat Dua D (Mobitz Tipe 1), Interval PR Semakin Lama L Semakin Panjang dan Diakhiri iakhiri dengan Hilangnya Kompleks QRS Sumber: Sumber: Malvino dan Plonsey12 29

30 Gambar 29 Blok AV Derajat erajat Dua (Mobitz Tipe 2). Perbandingan Gelombang elombang P dan QRS 2:1, 3:1 1.d Blok Jantung Derajat Tiga iga (Complete ( Heart Block) Blok jantung derajat tiga timbul bila tidak ada impuls dari atrium yang diteruskan ke ventrikel. Konduksi irama dari pusat impuls di atrium hilang secara total, menyebabkan pusat impuls ventrikel mengambil alih fungsi konduksi. Pada EKG tampak gelombang P yang berdisosiasi dengan kompleksqrs. Irama atrium dan ven ventrikel trikel berjalan sendirisendiri sendiridengan dengan tetap mempertah mempertahankan ankan interval PP dan RR yang reguler. Durasi QRS normal bila blok terdapat pada bagian proksimal dari bundelhis. Durasi QRS yang melebar tampak pada blok yang terjadi di bawah bundel His. Pada umumnya irama ventrikular lebih lambat dari normal, sekitar kali/menit. 7,10,11 Gambar 28CompleteHeart eheart BlockGelombang Block elombang P dan kompleks QRS Tidak Sinkron Sumber: Malvino dan Plonsey12 2. Disritmia dengan Nadi adi yang Cepat (Takidisritmia) Takidisritmia didefinisikan definisikan sebagai denyut jantung yang cepat ce dan melewati batas atas normal pada denyut ut nadi sesuai dengan usia. u Takikardia dapat diklasifisikasikan klasifisikasikan lokasinya. lokasi Bila diatas nodus AV disebut isebut takikardiasupraventrikular, takikardiasupraventrikul r, bila pada nodus AV disebut takikardianodusav, dan bila foku fokus terletak di bawah nodus AV diklasifikasikan di sebagai 30

31 takikardia ventrikular. r. Takikardia supraventrikular suprave merupakan kelainan yang paling sering ditemukan.. Takikardia ventrikul ventrikular diasosiasikan asosiasikan dengan gangguan hemodinamik. 7,10,11 2.a Takikardia Supraventrikular Disebut sebagai disritmia yang paling banyak ditemukan pada pada anak. Pada bayi dan neonatus dengan takikardia supraventrikular, supraventrikular didapatkan denyut enyut nadi lebih dari 220 kali/menit, sedangkan pada anak didapatkan didapatka denyut nadi lebih dari 180 kali/menit /menit. Gambaran EKG menunjukkan takikardia dengan kompleks QRS yang sempit dan reguler, dengan atau tanpa gelombang P yang terbenam benam pada segmen ST dan kadang kadang-kadang terbalik. 7,10,11 Terdapat 3 tipetakikardia takikardia supraventrikular, supraventrikular yaitu AV-reentrant eentrant tachycardia (yang tersering),terdapat jarass tambahan yang menghubungkan nodus SA dengan nodus AV. Tipe lain adalah AV-node ode reentry tachycadia terdapat dua jaras nodus AV yang terstimulasi secara serentak, yang ang terakhir yaituectopic atrial tachycardia,, dengan terdapatnya fokus ektopik pada atrium (sangat sangat jarang) 7,10,11 Gambar 29Supraventrikular (SVT) Sumber: Park10 2.bFlutter Atrium Flutter atrium sangat jarang ditemukan pada anak dan bayi. Keadaan ini berkaitan dengan tingginya angka kesakitan dan kematian pada rahim. Frekuensi atrium at berkisar kali/menit dengan karakteristik gelombang P pada II,III,aVF seperti gigi gergaji. Frekuensi ventrikular dapat reguler atau ireguler reguler dengan blok 2:1, 3:1, ataupun 4:1. 7,10,11 31

32 Gambar 30Atrial Flutter, Gelombang P >1 2.c Fibrilasi Atrium Fibrilasi atrium juga jarang ditemukan pada anak dan bayi. Anak dengan kecenderungan untuk terjadinya keadaan ini adalah anak dengan kelainan katup mitral kongenital dan hipertiroidismus, serta anak yang mengalami operasi intraatrial. Pada EKG terlihat gambaran gelombang P yang iregular dengan frekuensi /menit, disertai frekuensi ventrikel yang tidak teratur (irregularly-irregular).7,10,11 2.dTakikardia Ventrikular Takikardia ini jarang terjadi pada neonatus dan bayi. Bila terdapat tiga atau lebih denyut ventrikel dengan frekuensi kali/menit, maka diagnosis takikardia ventrikular dapat ditegakkan. VT dapat disebut sustained (bertahan lebih dari 10 detik) dan non sustained (kurang dari 10 detik). Gambaran gelombang QRS dapat berupa monomorfik (morfologi seragam) ataupun polimorfik (morfologi berubah-ubah) serta torsade de pointes (gambaran VT polimorfik yang melingkar pada satu aksis). Diagnosisdiferensial pada takikardia dengan kompleks QRS yang lebar termasuk takikardia ventrikular, sindrom WolfParkinson-White (WPW), dan bundle branch block. Beberapa faktor yang membedakan takikardia ventrikular dengantakikardia supraventrikularadalah: 1) terdapatya fusion dan capture beat, 2) AV disosiasi, dan3) morfologi yang sama dengan denyut pada kontraksi prematur ventrikel. Tidak didapatkannya AV-disosiasi pada EKG tidak mengecualikan takikardia ventrikular, karena pada bayi biasanya terjadi 1:1 konduksi retrograde. 7,10,11 Gambar31Takikardia Ventrikular 32

33 2. efibrilasi Ventrikular Merupakan irama yang jarang ditemukan pada bayi, tetapi dapat mengancam jiwa. Tanda penting adalah gambaran QRS yang sangat ireguler, dengan besar dan konfigurasi yang bervariasi. Penyebabnya adalah komplikasi pascaoperasi reparasi penyakit jantung bawaan, hipoksia berat, hiperkalemia, miokarditis, infarkmiokardium, dan obat-obatan (digitalis, kuinidin, katekolamin, dan anestesi).7,10,11 Gambar 32 Fibrilasi Ventrikular. Kompleks QRS Cepat dan Lebar Sumber: Malvino dan Ploney12 2. flong QT-Syndrome Long QT-syndrome adalah salah satu penyebab kematian mendadak pada neonatus. Keadaan ini berkaitan dengan bradikardia dan takikardia ventrikular torsade de pointes. Diagnosis didasarkan pada riwayat keluarga dengan pemanjangan interval QT pada EKG istirahat (>0,45). 7,10,11 Gambar 32Long QT Syndrome 33

34 Resume Cara Membaca EKG Bayi atau Anak 1. Tentukan frekuensi jantung 2. Evaluasi irama jantung, irama normal atau abnormal (disritmia). Pada anak sering terdapat sinus aritmia (Gambar 33) 3. Carilah gangguan konduksi 4. Bila kecurigaan penyakit jantung bawaanatau kelainan katup dicari hipertrofi atrium atau ventrikel 5. Menghubungkan hasil interpretasi EKG dengan gejala klinis. Gambar 33Sinus Aritmia 34

35 DAFTAR PUSTAKA 1. Victorica BE. Electrocardiogram interpretation and diagnostic value. Dalam: Gessner IH, Victorica BE, penyunting. Pediatric cardiology. Philadelphia: WB. Saunders Company; 1993.hlm Walsh EP, Alexander ME, Cecchin F. Electrocardiography and introduction to electrophysiologic techniques. Dalam: Keane FB, Fyler DC, Lock JE,penyunting Nadas' pediatric cardiology. Philadelphia: Saunders and Mosby; 2006.hlm Van Hare G, Dubin AM. The normal electrocardiogram. Dalam: Allen HD, Gutgesell HP, Clark EB, Driscoll DJ, penyunting. Moss and Adam s heart disease in infants, children, and adolescents.edisi ke-7. Philadelphia: William & Wilkins; hlm Goodacre S, McLeod K. ABC of clinical electrocardiography: pediatric electrocardiography. BMJ. 2002;321: Rossi AF. Cardiac diagnostic tool. Dalam: Chang AC, Hanley FL, Wernovsky G, Wessel DL, penyunting. Pediatric cardiac intensive care. Pennsylvania: Williams and Wilkins; hlm Lilly LS, penyunting. Pathophysiology of heart disease. Philadelphia: Lea and Febiger; Meek S, Morris F. ABC of clinical echocardiography: introduction I-leads, rate, rhythm, and cardiac axis. BMJ. 2002;321: Van Hare GF, Dubin AM. The normal electrocardiogram. Dalam: Allen HD, Gutgesell HP, Clark EB, Driscoll DJ, penyunting. Moss and Adam s heart disease in infants, children, and adolescents.edisi ke-6. Philadelphia: William & Wilkins, 2001.hlm GoodacreS,McLeodK.ABC of clinical electrocardiography: pediatric electrocardiography BMJ. 2002;324: Park MK. Pediatric cardiology handbook.edisi ke-5. Philadelphia: Mosby; Stephenson EA, Davis AM. Electrophysiology, pacing, and devices. Dalam: Anderson RH, Baker EJ, Redington A, Rigby ML, Penny D, Wernovsky G, penyunting.pediatric cardiology.edisi ke-3. Philadelphia: Churchill Livingstone; hlm

36 12. Malmivuo J, Plonsey R. Principles and applications of bioelectric and biomagnetic fields. New York: Oxford University Press

37 Lampiran Lampiran 1Tabel Amplitudo Gelombang R dan S10 Voltase gel R berdasarkan sandapan dan usia; mean dan nilai batas atas 0 1bulan Sandapan I II III avr avl avf V3R V4R V1 V2 V5 V6 4(8) 6(14) 8(16) 3(8) 2(7) 7(14) 10(19) 6(12) 13(24) 18(30) 12(23) 5(15) 1 6 bulan 7(13) 13(24) 9(20) 2(6) 4(8) 10(20) 6(13) 5(10) 10(19) 20(31) 20(33) 13(22) Usia tahun tahun 8(16) 7(15) 12(23) 13(22) 9(20) 9(20) 2(5) 2(4) 5(10) 3(10) 8(20) 10(19) 6(11) 5(10) 4(8) 3(8) 9(18) 8 (16) 19(28) 15(25) 20(32) 23(38) 13(23) 15(26) 6 12 bulan 8(16) 13(27) 9(20) 2(6) 5(10) 10(16) 6(11) 4(8) 10(20) 22(32) 20(31) 13(23) 8 12 tahun 7(15) 14(24) 9(24) 1(4) 3(10) 10(20) 3(9) 3(7) 5(12) 12(20) 26(39) 17(26) tahun 6(13) 14(24) 9(24) 1(4) 3(12) 11(21) 3(7) 3(7) 4(10) 10(19) 21(35) 14(23) Dewasa 6(13) 5(25) 6(22) 1(4) 3(9) 5(23) 3(14) 6(21) 12(33) 10(21) Voltase gel R berdasarkan sandapan dan usia; mean dan nilai batas atas Usia 0 1bulan Sandapan I V3R V4R V1 V2 V5 V6 5(10) 3(12) 4(9) 7(18) 18(33) 9(17) 3(10) 1 6 bulan 4(9) 3(10) 4(12) 5(15) 15(26) 7(16) 3(9) 6 12 bulan 4(9) 4(10) 5(12) 7(18) 16(29) 6(15) 2(7) 1 3 tahun 3(8) 5(12) 5(12) 8(21) 18(30) 5(12) 2(7) 3 8 tahun 2(8) 7(15) 5(14) 11(23) 20(33) 4(10) 2(5) 8 12 tahun 2(8) 8(18) 6(20) 12(25) 21(36) 3(8) 1(4) tahun 2(8) 7(16) 6(20) 11(22) 18(33) 3(8) 1(4) Dewasa 1(6) 10(23) 14(36) 1(13) Lampiran 2 TabelDurasi Kompleks QRS10 Durasi kompleks QRS terhadap usia: Mean (nilai batas atas) Usia Durasi QRS (detik) 0 1 bulan 0,05 (0,07) 1 6 bulan 6 12 bulan 1 3 tahun 3 8 tahun 8 12 tahun tahun 0,055 (0,075) 0,055 (0,075) 0,055 (0,075) 0,06 (0,075) 0,06 (0,085) 0,07 (0,085) Dewasa 0,08 (0,10) 37

38 Lampiran 3 TabelNilai Normal Interval PR Menurut Usia dan Frekuensi Jantung10 Nilai normal interval PR menurut usia dan frekuensi jantung (nilai batas atas) Usia Frekuensi jantung < > bula n 0,10(0,12) 0,10(0,12) 0,10(0,11) 0,09(0,11) 0,10(0,11) 0, bulan 6 12 bulan 1 3 tahun 0,11 (0,14) 0,10(0,13) 0,10(0,12) 0,09(0,11) 0,11(0,14) 0,11(0,13) 0,10(0,12) 0,10(0,11) (0,15) 0,12(0,14) 0,11(0,14) 0,10(0,12) tahun 0,15(0,17) 0,14 (0,16) 0,13(0,16) 0,13(0,15) 0,12 (0,14) tahun tahun 0,16(0,18) 0,15(0,17) 0,15(0,16) 0,14(0,15) 0,14(0,15) - 0,16(0,19) 0,15(0,18) 0,15(0,17) 0,15(0,16) - Dewasa 0,17(0,21) 0,16(0,21) 0,15(0,20) 0,15(0,19) 0,15(0,18) (0,17) - Lampiran 4Tabel Interval QT10 Interval QT Terhadap Frekuensi Jantung; mean (nilai batas atas/nba) Mean (NBA) Frekuensi detik Frekuensi detik jantung jantung 40a 1,50 450(490) 110 0,55 a 50 1,20 410(450) 115 0,52 60a 1,00 390(420) 120 0,50 70a 0,85 360(380) 125 0, ,75 359(395) 130 0, ,67 345(380) 135 0, ,63 328(370) 140 0, ,60 325(360) 145 0, ,57 318(365) 150 0,40 mean (NBA) 306(355) 300(365) 293(350) 288(335) 279(330) 273(325) 272(325) 264(305) 255(190) 38

39 Lampiran 5 Tabel Harga Normal Aksis QRS berdasarkan Usia10 Usia Rata-rata (rentang) 1 minggu 1 bulan +110o (+10 sampai +180) 1 3 bulan +70o (+10 sampai +125) 3 bulan 3 tahun +60o (+10 sampai +110) Lebih dari 3 tahun +60o (+20 sampai +120) Dewasa +50o (-30 sampai +105) 39

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA PENDAHULUAN Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari rekaman aktivitas listrik jantung

Lebih terperinci

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV)

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV) KONSEP DASAR EKG Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV) TIU Setelah mengikuti materi ini peserta mampu memahami konsep dasar EKG dan gambaran EKG normal. TIK Setelah mengikuti materi ini peserta

Lebih terperinci

JANTUNG 4 RUANG POMPA ATRIUM KA/KI, VENTRIKEL KA/KI SISTEM HANTAR KHUSUS YANG MENGHANTARKAN IMPULS LISTRIK DARI ATRIUM KE VENTRIKEL : 1.

JANTUNG 4 RUANG POMPA ATRIUM KA/KI, VENTRIKEL KA/KI SISTEM HANTAR KHUSUS YANG MENGHANTARKAN IMPULS LISTRIK DARI ATRIUM KE VENTRIKEL : 1. ELEKTROKARDIOGRAFI ILMU YANG MEMPELAJARI AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) SUATU GRAFIK YANG MENGGAMBARKAN REKAMAN LISTRIK JANTUNG NILAI DIAGNOSTIK EKG PADA KEADAAN KLINIS : ARITMIA JANTUNG

Lebih terperinci

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani Normal EKG untuk Paramedis dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani Anatomi Jantung & THE HEART Konsep dasar elektrokardiografi Sistem Konduksi Jantung Nodus Sino-Atrial (SA) - pada pertemuan SVC dg atrium

Lebih terperinci

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis - V1 di garis parasternal kanan sejajar dengan ICS 4 berwarna merah Elektrokardiografi (EKG) Ditulis pada Rabu, 20 September 2017 08:47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dimana pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi tersebut, otot

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari 1106053344 A. Pengertian Tindakan Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencatatan grafis aktivitas listrik jantung (Price, 2006). Sewaktu impuls

Lebih terperinci

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG Disusun untuk memenuhi tugas mandiri keperawatan gawat darurat Dosen Setiyawan S.Kep.,Ns.,M.Kep. Disusun oleh : NUGKY SETYO ARINI (P15037) PRODI D3

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA

UNIVERSITAS GADJAH MADA UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta Buku 2: RKPM Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan Modul Pembelajaran Pertemuan ke-12 Modul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jantung Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jantung Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel, 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jantung 2.1.1. Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel, yang menyebabkan terjadinya pergerakan ion yang keluar-masuk

Lebih terperinci

Sinyal ECG. ECG Signal 1

Sinyal ECG. ECG Signal 1 Sinyal ECG ECG Signal 1 Gambar 1. Struktur Jantung. RA = right atrium, RV = right ventricle; LA = left atrium, dan LV = left ventricle. ECG Signal 2 Deoxygenated blood Upper body Oxygenated blood Right

Lebih terperinci

What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery

What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery Sri EndahRahayuningsih MD, PhD Pediatric Department HasanSadikin General Hospital Faculty of Medicine Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontraksi sel otot jantung untuk menyemprotkan darah dipicu oleh potensial aksi yang menyapu ke seluruh membrane sel otot. Jantung berkontraksi, atau berdenyut secara

Lebih terperinci

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Materi 3 Kardiovaskular III A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Tujuan a. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara palpasi b. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara auskultasi Dasar Teori

Lebih terperinci

0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67 tahun dan lakilaki

0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67 tahun dan lakilaki 1. Definisi Atrial flutter merupakan bentuk aritmia berupa denyut atrium yang terlalu cepat akibat aktivitas listrik atrium yang berlebihan ditandai dengan denyut atrial rata-rata 250 hingga 350 kali per

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian B. Tujuan tindakan C. Indikasi, kontra indikasi, dan komplikasi tindakan Indikasi tindakan Kontraindikasi

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian B. Tujuan tindakan C. Indikasi, kontra indikasi, dan komplikasi tindakan Indikasi tindakan Kontraindikasi BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktivitas listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung yang diambil dengan

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Jantung merupakan organ otot

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 32 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Keseluruhan anjing yang dipergunakan pada penelitian diperiksa secara klinis dan dinyatakan sehat sesuai dengan klasifikasi status klas I yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

Penemuan klinis penting yang boleh dikaitkan dengan kejadian palpitasi :

Penemuan klinis penting yang boleh dikaitkan dengan kejadian palpitasi : PENDAHULUAN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK Ventrikel takikardia umumnya mencerminkan tingkat ketidakstabilan hemodinamik. Tandatanda gagal jantung kongestif ialah hipotensi, hipoksemia, distensi vena jugularis

Lebih terperinci

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN SOP ECHOCARDIOGRAPHY N O A B C FASE PRA INTERAKSI TINDAKAN 1. Membaca dokumentasi keperawatan. 2. Menyiapkan alat-alat : alat echocardiography, gel, tissu. 3. Mencuci tangan. FASE ORIENTASI 1. Memberikan

Lebih terperinci

Identifikasi Karakter Temporal dan Potensial Listrik Statis Pada Elektrokardiografi (EKG) akibat Penyakit Otot Jantung Myocardial Infarction (MI)

Identifikasi Karakter Temporal dan Potensial Listrik Statis Pada Elektrokardiografi (EKG) akibat Penyakit Otot Jantung Myocardial Infarction (MI) Identifikasi Karakter Temporal dan Potensial Listrik Statis Pada Elektrokardiografi (EKG) akibat Penyakit Otot Jantung Myocardial Infarction (MI) Andi Naslisa Bakpas1, Wira Bahari Nurdin, dan Sri Suryani

Lebih terperinci

ADVANCED ECG INTERPRETATION ARITMIA DISRITMIA. Oleh : Bambang Sutikno

ADVANCED ECG INTERPRETATION ARITMIA DISRITMIA. Oleh : Bambang Sutikno ADVANCED ECG INTERPRETATION ARITMIA Oleh : Bambang Sutikno DISRITMIA Kelainan/gangguan dalam kecepatan, irama, tempat asal impuls, atau gangguan konduksi yang menyebabkan perubahan dalam urutan normal

Lebih terperinci

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG Potensial Aksi Pada Jantung Pendahuluan Jantung : Merupakan organ vital Fungsi Jantung : Memompakan darah ke seluruh tubuh. Jantung terletak pada rongga dada sebelah kiri. Batas

Lebih terperinci

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Identifikasi Karakter Temporal dan Potensial Listrik Statis dari Kompleks QRS dan Segmen ST Elektrokardiogram (EKG) Pada Penderita dengan Kelainan Jantung Hipertrofi Ventrikel Kiri Hariati 1, Wira Bahari

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA

UNIVERSITAS GADJAH MADA UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta Buku 2: RKPM Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan Modul Pembelajaran Pertemuan ke-9 Modul

Lebih terperinci

BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMASANGAN DAN INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI

BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMASANGAN DAN INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMASANGAN DAN INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2017 PENGANTAR Buku Panduan Skills Lab. Sistem Kardiovaskuler seri ke-2 ini berisi ketrampilan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di kelompok pengrajin batik tulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya peningkatan tekanan pengisian (backward failure), atau kombinasi

BAB I PENDAHULUAN. adanya peningkatan tekanan pengisian (backward failure), atau kombinasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung terjadi ketika jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh dengan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan metabolik tubuh (forward failure), atau

Lebih terperinci

KETERAMPILAN DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)

KETERAMPILAN DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG) KETERAMPILAN DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG) Buku Pedoman Keterampilan Klinis FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017 LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIS KETERAMPILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stenosis mitral adalah penyakit kelainan katup jantung yang menyebabkan terlambatnya aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri pada fase diastolik disebabkan

Lebih terperinci

Introduction to Cardiology and Vascular Medicine. Cardiology and Vascular Medicine

Introduction to Cardiology and Vascular Medicine. Cardiology and Vascular Medicine Introduction to Cardiology and Vascular Medicine Wulan Anggrahini Department of Cardiology and Vascular Medicine Gadjah Mada University disampaikan pada 4th Biomedical Engineering Forum Teknik Elektro

Lebih terperinci

DIAGNOSIS ARITMIA DEFINISI

DIAGNOSIS ARITMIA DEFINISI DIAGNOSIS DEFINISI ARITMIA Deviasi abnormal dari irama sinus yaitu suatu gangguan pembentukan impuls dan atau gangguan sistem konduksi listrik jantung. Gangguan Pembentukan Impuls. 1. Gangguan Pembentukan

Lebih terperinci

Jurnal Einstein 2 (3) (2014): Jurnal Einstein. Available online

Jurnal Einstein 2 (3) (2014): Jurnal Einstein. Available online Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein RANCANG BANGUN INSTRUMENTASI ELEKTROKARDIOGRAFI BERBANTUAN PC MENGGUNAKAN SOUNDSCOPE Evi Ulandari dan Ridwan Abdullah

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 6 PEREKAMAN EKG, INFUS PUMP DAN PEMANTAUAN CVP

PRAKTIKUM 6 PEREKAMAN EKG, INFUS PUMP DAN PEMANTAUAN CVP Station 1: Perekaman EKG PRAKTIKUM 6 PEREKAMAN EKG, INFUS PUMP DAN PEMANTAUAN CVP Gambaran Umum/Persiapan EKG merupakan tindakan non invasif yang dapat memberikan gambaran tentang aktivitas listrik jantung

Lebih terperinci

Pengantar Elektrofisiologi Jantung

Pengantar Elektrofisiologi Jantung Pengantar Elektrofisiologi Jantung Erwin, S.Kep., Ners Session I Disampaikan pada Seminar Nasional Kardiovaskular : Peran perawat dalam asuhan keperawatan pasien dengan Sindrome Koronaria Akut, Jum at,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensial permukaan tubuh (Sumber: Clark Jr, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensial permukaan tubuh (Sumber: Clark Jr, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya seluruh fungsi dan aktivitas tubuh melibatkan listrik. Tubuh manusia menghasilkan sinyal listrik dari hasil aksi elektrokimia sel-sel tertentu dan listrik

Lebih terperinci

BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep

BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala

Lebih terperinci

ECG ElectroCardioGraphy. Peralatan Diagnostik Dasar, MRM 12

ECG ElectroCardioGraphy. Peralatan Diagnostik Dasar, MRM 12 ECG ElectroCardioGraphy Elektrokardiografi - merekam grafik aktivitas listrik (potensi) yang dihasilkan oleh sistem konduksi dan miokardium jantung selama depolarisasi / re-polarisasi siklus. Akhir 1800-an

Lebih terperinci

ACLS. 5 rantai kelangsungan hidup:

ACLS. 5 rantai kelangsungan hidup: ACLS Bantuan hidup dasar menggunakan rekomendasi yang dikeluarkan oleh AHA tahun 2010 yang dikenal dengan mengambil 3 rantai pertama dari 5 rantai kelangsungan hidup. 5 rantai kelangsungan hidup: 1. Early

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Adaptasi hewan (kelompok AP,AIS,AIP) Torakotomi (kelompok AP,AIS,AIP) H + 2 H+2 H - 14 H-14 Teranestesi sempurna H Awal recovery H+7 Pengambilan darah simpan 30% total darah (kelompok AP) Post transfusi

Lebih terperinci

sebagai denyut jantung yang bermula dari lokasi normal yakni bukan bermula dari SA node 2. Atrial flutter merupakan salah satu jenis aritmia yang

sebagai denyut jantung yang bermula dari lokasi normal yakni bukan bermula dari SA node 2. Atrial flutter merupakan salah satu jenis aritmia yang BAB I PENDAHULUAN Jantung merupakan organ muskular berongga yang berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Jantung terdiri atas dua pompa yang terpisah, yakni jantung kanan yang memompakan darah ke paru-paru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4 ruang yaitu atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan kanan, serta memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4 ruang yaitu atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan kanan, serta memiliki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung Berdasarkan struktur anatomi, jantung hewan mamalia terbagi menjadi 4 ruang yaitu atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan kanan, serta memiliki

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER Tujuan Pembelajaran Menjelaskan anatomi dan fungsi struktur jantung : Lapisan jantung, atrium, ventrikel, katup semilunar, dan katup atrioventrikular Menjelaskan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX STAGE METHOD (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX STAGE METHOD (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN 1 PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX STAGE METHOD (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung bawaan terjadi pada 8 bayi dari. setiap 1000 kelahiran. (Sommer, 2008) Penyakit jantung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung bawaan terjadi pada 8 bayi dari. setiap 1000 kelahiran. (Sommer, 2008) Penyakit jantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung bawaan terjadi pada 8 bayi dari setiap 1000 kelahiran. (Sommer, 2008) Penyakit jantung bawaan yang paling sering terjadi ialah defek septum ventrikel

Lebih terperinci

Gambar 1. Atresia Pulmonal Sumber : (http://www.mayoclinic.org/images/pulmonary-valve-atresia-lg-enlg.jpg)

Gambar 1. Atresia Pulmonal Sumber : (http://www.mayoclinic.org/images/pulmonary-valve-atresia-lg-enlg.jpg) DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FKUP RSHS BANDUNG TUGAS PENGAYAAN Oleh : Asri Rachmawati Pembimbing : dr. H. Armijn Firman, Sp.A Hari/Tanggal : September 2013 ATRESIA PULMONAL PENDAHULUAN Atresia pulmonal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kasus keracunan pestisida organofosfat.1 Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kasus keracunan pestisida organofosfat.1 Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan pestisida secara luas berdampak pada meningkatnya kasus, yakni sebanyak 80% kasus pestisida merupakan kasus pestisida.1 Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung merupakan suatu sindrom klinis akibat kelainan struktural maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013). Prevalensi gagal

Lebih terperinci

KETERAMPILAN DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)

KETERAMPILAN DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG) KETERAMPILAN DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG) Buku Pedoman Keterampilan Klinis FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIS KETERAMPILAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 1. Dosen Pembimbing 2. Pembimbing Lapangan 3. Bagian Lab TelkoMedika 4. TelkoMedika

KATA PENGANTAR. 1. Dosen Pembimbing 2. Pembimbing Lapangan 3. Bagian Lab TelkoMedika 4. TelkoMedika ABSTRAK Kerja Praktik merupakan suatu program kurikuler yang dirancang untuk menciptakan pengalaman kerja tertentu bagi mahasiswa di Universitas Telkom yang menempuh perkuliahan selama enam semester. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium.

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMAEST) adalah sindrom klinis yang ditandai dengan gejala khas iskemia miokardium disertai elevasi segmen ST yang persisten

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung 4 BAB II TEORI DASAR 2.1. Jantung Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai sifat membentuk impuls secara automatis dan berkontraksi ritmis [4], yang berupa dua pompa yang dihubungkan

Lebih terperinci

terdapat perbedaan elektrik dari gangguan irama yang ditemukan. 1 Diagnosis atrial flutter dan atrial fibrilasi biasanya berdasarkan pengawasan irama

terdapat perbedaan elektrik dari gangguan irama yang ditemukan. 1 Diagnosis atrial flutter dan atrial fibrilasi biasanya berdasarkan pengawasan irama BAB I PENDAHULUAN Atrial flutter merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan gangguan irama jantung (aritmia). Atrial flutter berkaitan dengan kondisi kardiovaskular dan dapat menyebabkan kematian. Angka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan

PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala

Lebih terperinci

What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery

What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery Sri EndahRahayuningsih MD, PhD Pediatric Department HasanSadikin General Hospital Faculty of Medicine Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dua ruang yaitu atrium kiri (sinister) dan kanan (dexter), dan dua ventrikel sinister

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dua ruang yaitu atrium kiri (sinister) dan kanan (dexter), dan dua ventrikel sinister BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomifisiologi Jantung Anjing Secara anatomi, jantung anjing memiliki empat ruang yang terbagi atas dua ruang yaitu atrium kiri (sinister) dan kanan (dexter), dan dua ventrikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah sindroma klinis yang ditandai dengan gejala khas iskemia miokard disertai elevasi segmen ST yang persisten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kafein banyak terkandung dalam kopi, teh, minuman cola, minuman berenergi, coklat, dan bahkan digunakan juga untuk terapi, misalnya pada obatobat stimulan, pereda nyeri,

Lebih terperinci

Cardiac Arrest 1. Pengertian 2. Sistem Konduksi Jantung

Cardiac Arrest 1. Pengertian 2. Sistem Konduksi Jantung Cardiac Arrest 1. Pengertian Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung ataupun tidak. Waktu

Lebih terperinci

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A PENYAKIT JANTUNG BAWAAN Penyakit jantung yang dibawa dari lahir kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir akibat gangguan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi, Klasifikasi dan Komplikasi Sindroma Koroner Akut SKA adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan simptom yang disebabkan oleh iskemik miokard akut. SKA yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

KARAKTERISTIK ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR KARAKTERISTIK ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR Putu Martana, Abdul Rakhmat, H.Ismail Mahasiswa S1 Ilmu

Lebih terperinci

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung Wantiyah Mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tentang arteri koroner 2. Menguraikan konsep keteterisasi jantung: pengertian, tujuan, indikasi, kontraindikasi, prosedur, hal-hal yang harus diperhatikan 3. Melakukan

Lebih terperinci

HSA 1403 CVS and Hematology

HSA 1403 CVS and Hematology HSA 1403 CVS and Hematology BAHAGIAN A: SOALAN OBJEKTIF [20 markah] Jawab SEMUA soalan di bawah dengan MEMBULATKAN jawapan yang betul pada kertas soalan. 1. Berikut adalah mengenai struktur jantung. A.

Lebih terperinci

Tutorial BUNYI DAN BISING JANTUNG. Dr. Poppy S. Roebiono, SpJP(K) Dept. Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI / PJNHK

Tutorial BUNYI DAN BISING JANTUNG. Dr. Poppy S. Roebiono, SpJP(K) Dept. Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI / PJNHK Tutorial BUNYI DAN BISING JANTUNG Dr. Poppy S. Roebiono, SpJP(K) Dept. Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI / PJNHK LISTRIK JANTUNG impuls listrik dari SA node melalui atrium AV node berkas His serabut

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan farmakologitoksikologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan Desa Kepakisan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN JANTUNG. PERSIAPAN: 1. Stetoskop

PEMERIKSAAN JANTUNG. PERSIAPAN: 1. Stetoskop PERSIAPAN: 1. Stetoskop PEMERIKSAAN JANTUNG No. Persiapan 1. Cuci tangan 2. Jelaskan prosedur kepada pasien/ keluarga 3. Atur posisi pasien dengan berbaring senyaman mungkin dan jaga privacy pasien Pemeriksaan

Lebih terperinci

ANATOMI JANTUNG LAPISAN JANTUNG

ANATOMI JANTUNG LAPISAN JANTUNG ANATOMI JANTUNG LAPISAN JANTUNG Jantung terletak di mediastinum. Dilindungi oleh sternum di anterior dan columna spinalis di posterior serta tulang rusuk. Cavum pericardial terisi sedikit cairan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokard akut mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibart suplai darah yang tidak adekuat, sehingga aliran darah koroner

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan campuran dari beberapa bahan pokok lilin yaitu gondorukem, damar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan campuran dari beberapa bahan pokok lilin yaitu gondorukem, damar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Paparan asap pembakaran lilin batik 2.1.1 Lilin batik Lilin batik (malam) adalah bahan yang digunakan untuk menutup permukaan kain mengikuti gambar motif batik, sehingga permukaan

Lebih terperinci

Klasifikasi dan Pengenalan Pola pada Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy) dengan 6 Channel

Klasifikasi dan Pengenalan Pola pada Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy) dengan 6 Channel Klasifikasi dan Pengenalan Pola pada Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy) 6 Channel Jaenal Arifin 1, Oyas Wahyunggoro 2, Rudy Hartanto 3 Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas

Lebih terperinci

Rekayasa Biomedik Terpadu untuk Mendeteksi Kelainan Jantung

Rekayasa Biomedik Terpadu untuk Mendeteksi Kelainan Jantung JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 4, NOMOR 2 JUNI 2008 Rekayasa Biomedik Terpadu untuk Mendeteksi Kelainan Jantung Yoyok Cahyono, Endang Susilo R, dan Yossy Novitaningtyas Jurusan Fisika-FMIPA, Institut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Fisioanatomi Jantung

TINJAUAN PUSTAKA Fisioanatomi Jantung 5 TINJAUAN PUSTAKA Fisioanatomi Jantung Anatomi jantung terdiri dari empat ruang yaitu atrium kanan dan kiri, serta ventrikel kanan dan kiri yang dipisahkan oleh septum. Jantung dibungkus oleh suatu lapisan

Lebih terperinci

PENGENALAN CITRA REKAMAN ECG ATRIAL FIBRILATION DAN NORMAL MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI WAVELET DAN K-MEAN CLUSTERING

PENGENALAN CITRA REKAMAN ECG ATRIAL FIBRILATION DAN NORMAL MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI WAVELET DAN K-MEAN CLUSTERING PENGENALAN CITRA REKAMAN ECG ATRIAL FIBRILATION DAN NORMAL MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI WAVELET DAN K-MEAN CLUSTERING Mohamad Sofie 1*, Eka Nuryanto Budi Susila 1, Suryani Alifah 1, Achmad Rizal 2 1 Magister

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan struktur dan fungsi pada jantung yang muncul pada saat kelahiran. (1) Di berbagai negara maju sebagian besar pasien PJB

Lebih terperinci

CARDIOMYOPATHY. dr. Riska Yulinta Viandini, MMR

CARDIOMYOPATHY. dr. Riska Yulinta Viandini, MMR CARDIOMYOPATHY dr. Riska Yulinta Viandini, MMR CARDIOMYOPATHY DEFINISI Kardiomiopati (cardiomyopathy) adalah istilah umum untuk gangguan otot jantung yang menyebabkan jantung tidak bisa lagi berkontraksi

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT Tanggal terbit: Disahkan oleh: Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Ns. Hikayati, S.Kep., M.Kep. NIP. 19760220 200212 2 001 Pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirkulasi Janin dan Perubahan Setelah Lahir Tali pusat berisi satu vena dan dua arteri. Vena ini menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin. Sebaliknya, kedua arteri

Lebih terperinci

ANATOMI JANTUNG MANUSIA

ANATOMI JANTUNG MANUSIA ANATOMI JANTUNG MANUSIA Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang disebut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di klinik Animal Clinic My Vets Kemang Jakarta Selatan. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2010 sampai dengan Juni 2011. Alat Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri

I. PENDAHULUAN. pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung merupakan salah satu rongga organ berotot yang memompa darah ke pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri bagian dada diantara

Lebih terperinci

GANGGUAN IRAMA JANTUNG ( ARITMIA / DISRITMIA )

GANGGUAN IRAMA JANTUNG ( ARITMIA / DISRITMIA ) GANGGUAN IRAMA JANTUNG ( ARITMIA / DISRITMIA ) I. Pendahuluan Istilah disritmia dan aritmia pada dasarnya mempunyai maksud yang sama, meskipun disritmia diartikan sebagai abnormalitas irama jantung sedangkan

Lebih terperinci

Informed Consent Penelitian

Informed Consent Penelitian 62 Lampiran 1. Lembar Kerja Penelitian Informed Consent Penelitian Yth. Bapak/Ibu.. Perkenalkan saya dr. Ahmad Handayani, akan melakukan penelitian yang berjudul Peran Indeks Syok Sebagai Prediktor Kejadian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengecek alat EKG. Penulis membandingakan dengan alat simulator pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengecek alat EKG. Penulis membandingakan dengan alat simulator pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian penulis saat dilaboratorium pada 21 desember 2016 bertempat di RS PKU Muhammadiyah bahwasannya, alat simulator pasien pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung adalah salah satu organ penting dalam tubuh manusia yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Darah yang dipompa ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran

Lebih terperinci

Sistem Instrumentasi Sinyal Electrocardiography untuk Analisa Dinamika Jantung

Sistem Instrumentasi Sinyal Electrocardiography untuk Analisa Dinamika Jantung Sistem Instrumentasi Sinyal Electrocardiography untuk Analisa Dinamika Jantung Eko Agus Suprayitno Bidang Keahlian Teknik Elektronika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember 60111 Surabaya, Indonesia Email:

Lebih terperinci

Bunyi Jantung I (BJ I)

Bunyi Jantung I (BJ I) Murmur dan gallop Murmur Murmur adalah kelainan bunyi jantung akibat tubulensi aliran darah. Tubulensi dapat terjadi karena penyempitan kritis katub, katub yang tidak berfugsi dengan baik yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentunya menyenangkan terutama di era modern ini dimana setiap

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentunya menyenangkan terutama di era modern ini dimana setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Generasi instan, mungkin frasa tersebut adalah istilah yang pantas untuk menggambarkan bagaimana kehidupan manusia saat ini. Tidak seperti jaman dahulu, dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung

Lebih terperinci

PEDOMAN TATALAKSANA TAKIARITMIA SUPRAVENTRIKULAR (TaSuV)

PEDOMAN TATALAKSANA TAKIARITMIA SUPRAVENTRIKULAR (TaSuV) PEDOMAN TATALAKSANA TAKIARITMIA SUPRAVENTRIKULAR (TaSuV) PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KARDIOVASKULAR INDONESIA (PERKI) dan PERHIMPUNAN ARITMIA INDONESIA Tim Penyusun Ketua Anggota : : Sunu Budhi Raharjo

Lebih terperinci

Kriteria Pembesaran Atrium Kiri Secara Elektrokardiografi

Kriteria Pembesaran Atrium Kiri Secara Elektrokardiografi Kriteria Pembesaran Atrium Kiri Secara Elektrokardiografi Abdul Gani Bagian SMF Penyakit Dalam, FK Unsyiah/ RSUD Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh akurat. Kadang-kadang kriteria sudah sensitif atau tidak

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang BAB I 1.1 Latar Belakang Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang abnormal dengan aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan. Hal ini mengakibatkan atrium bekerja terus

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LOGIKA FUZZY PADA KLASIFIKASI POLA ABNORMALITAS JANTUNG

PENGGUNAAN LOGIKA FUZZY PADA KLASIFIKASI POLA ABNORMALITAS JANTUNG PENGGUNAAN LOGIKA FUZZY PADA KLASIFIKASI POLA ABNORMALITAS JANTUNG Roni Kartika Pramuyanti1) Teknik Elektro USM Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang Email : ronikartika@ymail.com1) 1) digambarkan oleh

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat kaitannya. Pasien dengan diabetes mellitus risiko menderita penyakit kardiovaskular meningkat menjadi

Lebih terperinci

Intro. - alifis.wordpress.com

Intro. - alifis.wordpress.com Intro. Manusia tidak bisa melihat, merasa, mencium atau menyadari keberadaan listrik dengan inderanya, baik untuk muatan maupun untuk medan listriknya. Baru pada akhir abad 18 hal-hal mengenai listrik

Lebih terperinci

VENTRIKULAR TAKIKARDI

VENTRIKULAR TAKIKARDI Laporan Kasus VENTRIKULAR TAKIKARDI Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Kardiologi Fakultas Kedokteran Unsyiah BPK RSUDZA Banda Aceh oleh Berlian

Lebih terperinci

Identifikasi dan Klasifikasi Pola Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy)

Identifikasi dan Klasifikasi Pola Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy) Identifikasi dan Klasifikasi Pola Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy) Jaenal Arifin 1, Hanung Adi Nugroho 2 Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik, Universitas Gadjah

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN JELLY DAN AIR LEDENG TERHADAP POTENSIAL AKSI ELEKTROKARDIOGRAM

PENGARUH PENGGUNAAN JELLY DAN AIR LEDENG TERHADAP POTENSIAL AKSI ELEKTROKARDIOGRAM PENGARUH PENGGUNAAN JELLY DAN AIR LEDENG TERHADAP POTENSIAL AKSI ELEKTROKARDIOGRAM Hendy Lesmana 1, Dewi Wijayanti 2,Maria Imaculata Ose 2, Putri Ayu Utami 2, Rika Wahyuni 3 1 Departemen Keperawatan Gawat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pemeriksaan Klinis dan Tekanan Darah

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pemeriksaan Klinis dan Tekanan Darah METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai bulan Desember 00 di Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci