HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Kanker Dharmais berlokasi di Jl. Let. Jend. S. Parman Kav , Slipi, Jakarta Barat. Dibangunan di atas tanah milik pemerintah seluas m 2 dengan luas total seluruh bangunan adalah m 2. Bangunan ini terdiri dari 7 blok bangunan, yaitu bangunan utama, bangunan asrama dan litbang, bangunan auditorium, bangunan penunjang, bangunan teknik dan umum, bangunan genset, bangunan rumah duka, tempat TPS dan incenerator, serta IPAL/STP. Bangunan utama terdiri dari 8 lantai dan ditambah 2 lantai basement. Saat ini lantai yang sudah dioperasikan adalah lantai basement, lantai 1, 2, 3, 4, 5, dan 8 sedangkan lantai lainnya masih dalam tahap persiapan pengembangan fisik. Instalasi Radiodiagnostik terletak di lantai basement RSKD. Instalasi Radiodiagnostik memiliki peralatan sangat lengkap, terdiri dari X-Ray konvensional, Mammografi, Angiografi, CT Scan, MRI, USG dan Kedokteran Nuklir. Instalasi Radidiagnostik RSKD unggul dalam bidang kecepatan dan ketepatan diagnostik serta penentuan stadium kanker. Instalasi Radiodiagnostik dapat melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker. Pelayanan yang diberikan dapat mendeteksi kanker leher rahim, kanker payudara, kanker prostat, kanker kolorektal, dan kanker hati. Selain itu, instalasi ini juga memberikan pelayanan uji kesehatan umum (general check up) bagi pasien yang ingin melakukan deteksi dini kanker atau pasien yang ingin mengetahui status kesehatannya. Pemeriksaan radiologi menggunakan sinar X untuk pemeriksaan payudara dianggap sebagai teknologi tepat guna untuk mendeteksi keberadaan kelainan pada payudara. Pemeriksaan payudara pada umumnya dilakukan dengan menggunakan mammografi dan USG payudara. Mammografi dinilai sensitif untuk mendeteksi lesi (gangguan jaringan) yang tidak teraba dalam pemeriksaan payudara. Untuk memperkirakan keganasan digunakan kategori breast imaging reporting and data system (Bi-Rads) yang menggolongkan mikrokalsifikasi (tanda dini kanker payudara) yang akan tergambar pada mammografi dari kategori 0 sampai dengan 5. Pasien yang termasuk ke dalam kategori 4 dan 5 sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan biopsi jaringan untuk memastikan hasil diagnosis. Sementara itu, pemeriksaan dengan USG payudara dapat melihat dan mendeteksi adanya lesi padat maupun lesi setengah cair, termasuk melihat ukuran lesi secara jelas. USG payudara bersifat

2 37 saling melengkapi dengan mammografi untuk diagnosis optimal kelainan payudara (Buku Profil RSKD). Karakteristik Contoh dan Hubungan Faktor Risiko dengan Kanker Payudara Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi enam, yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), Diploma/Akademi, Sarjana, dan Pasca Sarjana. Distribusi contoh berdasarkan tingkat pendidikan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Distribusi contoh berdasarkan tingkat pendidikan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol Pendidikan SD SLTP SLTA Diploma/Akademi Sarjana Pasca Sarjana Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar kelompok kasus memiliki tingkat pendidikan sarjana yaitu sebesar 45.8% sama dengan tingkat pendidikan pada kelompok kontrol. Menurut Guhardja et al. (1992) pendidikan merupakan faktor dari diri seseorang yang mempengaruhi perilakunya. Selain itu, pendidikan juga memiliki peranan yang cukup penting dalam perbaikan makanan, setidaknya tahu bahwa makanan penting bagi kesehatan. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi konsumsi pangan melalui cara pemilihan bahan pangan. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung untuk memilih makanan yang baik dalam hal jumlah dan mutu dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Menurut Khomsan et al. (2009) tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya. Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu. Sumarwan (2003) menyatakan bahwa keterbatasan pengetahuan dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Pendidikan yang berbeda akan menyebabkan selera yang berbeda juga.

3 38 Secara logika dapat dikatakan bahwa peningkatan status pendidikan akan meningkatkan status sosial ekonomi, yang kemudian akan mengubah pola hidup. Pola hidup masyarakat dengan sosial ekonomi baik berupa asupan lemak yang lebih tinggi serta pola hidup tidak sehat akan meningkatkan paparan faktor risiko kanker payudara (Azamris 2006). Pekerjaan Jenis pekerjaan contoh dikategorikan menjadi empat, yaitu belum bekerja, Ibu Rumah Tangga (IRT), Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai swasta. Distribusi contoh berdasarkan pekerjaan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Distribusi contoh berdasarkan pekerjaan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol Pekerjaan Belum Bekerja IRT PNS Pegawai Swasta Berdasarkan di atas, diketahui bahwa sebagian besar kasus bekerja sebagai IRT yaitu sebesar 66.7%, namun jumlah ini tidak berbeda jauh dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 62.5%. Usia Rata-rata usia contoh dalam penelitian ini adalah 47.6 ± 8.2 tahun pada kelompok kasus, sedangkan rata-rata usia contoh pada kelompok kontrol adalah sebesar 40.7 ± 9.7 tahun. Baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol distribusi contoh banyak terdapat pada rentang usia tahun (41.7%). Distribusi contoh berdasarkan usia pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Distribusi contoh berdasarkan usia pada kelompok kasus dan kelompok kontrol Usia tahun tahun tahun tahun tahun Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kelompok kasus banyak terdapat pada rentang usia tahun yaitu sebesar 41.7%, kemudian pada

4 39 rentang usia tahun yaitu sebesar 37.5%. Selaras dengan penelitian yang dilakukan Indrati (2005) bahwa kelompok kasus banyak terdapat pada rentang usia tahun yaitu sebesar 36.5%, kemudian pada rentang usia tahun yaitu sebesar 30.8%. Hal yang sama juga terdapat pada penelitian Azamris (2006) yang menemukan bahwa kasus kanker payudara banyak terdapat pada rentang usia tahun yaitu sebesar 34.3%. Depkes (2007) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan berkembangnya kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Hubungan antara usia dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square, hasilnya menunjukkan bahwa usia pada semua rentang yang telah ditetapkan tidak berhubungan dengan kanker payudara (p>0.05). Usia sangat penting sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kanker payudara. Kejadian kanker payudara akan meningkat cepat pada usia reproduktif, kemudian setelah itu meningkat dengan kecepatan yang lebih rendah (Wakai et al. 2000). Risiko terjadinya kanker payudara bertambah sebanding dengan pertambahan usia. Hubungan ini diduga karena pengaruh paparan hormonal (estrogen) yang lama serta paparan faktor risiko lain yang memerlukan waktu lama untuk dapat menginduksi terjadinya kanker (Azamris 2006). Meningkatnya risiko kanker pada usia lanjut mungkin merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia (Dinkes Bone Belango 2007). Status Gizi Status gizi contoh dikategorikan menjadi empat berdasarkan cut-off points IMT menurut Depkes (2006), yaitu kurus (IMT: <18 kg/m 2 ), normal (IMT: kg/m 2 ), kegemukan (IMT: kg/m 2 ), obesitas (IMT: >27 kg/m 2 ). Distribusi contoh berdasarkan status gizi pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Distribusi contoh berdasarkan status gizi pada kelompok kasus dan kelompok kontrol Status Gizi Kasus Kontrol Kurus Normal Kegemukan Obesitas

5 40 Berdasakan Tabel 10, diketahui bahwa sebagian besar kelompok kasus maupun kelompok kontrol memiliki status gizi normal yaitu masing-masing sebesar 87.5% dan 62.5%. Hubungan antara status gizi dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, dalam analisis status gizi nomal dijadikan pembanding terhadap status gizi kegemukan dan status gizi obesitas. Rekomendasi dari World Cancer Research Fund dan American Institute for Cancer Research pada tahun 2007 menyatakan bahwa untuk mencegah penyakit kanker seseorang sebaiknya menjaga berat badan dalam kisaran berat badan normal. Keadaan kegemukan dan obesitas meningkatkan risiko beberapa kanker (Damayanthi 2008). Hubungan antara status gizi dengan kanker payuda dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Hubungan antara status gizi dengan kanker payudara Status Gizi Kegemukan Normal Total Obesitas Normal Total Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan kanker payudara (p>0.05). Hasil ini tidak selaras dengan beberapa penelitian sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan Tung et al. (1999). Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa seorang wanita dengan IMT >25 kg/m 2 berhubungan dengan risiko kanker payudara pada saat post menopause (OR=1.90 pada 95% CI: ) dibandingkan dengan IMT 20 kg/m 2. Berat badan 58 kg menunjukkan hubungan yang signifikan dengan risiko kanker payudara dibandingkan dengan berat badan 47 kg pada wanita post menopause (OR=1.83 pada 95% CI: ). Menurut Mahan dan Escott-Stump (2008) hubungan antara berat badan, IMT, dan berat badan relatif dengan kanker yang spesifik sudah diteliti secara luas dan sebagian besar studi epidemiologi menunjukkan hubungan yang positif dengan kanker payudara, endometrium, dan ginjal. Pada kanker payudara, ada hubungan yang positif antara penambahan berat badan saat post menopause terhadap peningkatan risiko terjadinya penyakit. Berdasarkan penelitian Azamris (2006) diketahui bahwa overweight akan menigkatkan risiko kanker payudara 2.29 kali lipat (95% CI: ).

6 41 Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi contoh dikategorikan menjadi tiga, yaitu baik jika >80% jawaban benar dari pertanyaan, sedang jika 60-80% jawaban benar dari pertanyaan, dan kurang jika <60% jawaban benar dari pertanyaan. Distribusi contoh berdasarkan pengetahuan gizi pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Distribusi contoh berdasarkan pengetahuan gizi pada kelompok kasus dan kelompok kontrol Pengetahuan Gizi Rendah Sedang Tinggi Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pengetahuan gizi dalam kategori sedang lebih banyak ditemukan pada kelompok kontrol yaitu sebesar 83.3% dibandingkan dengan kelompok kasus yaitu sebesar 75%. Hubungan antara pengetahuan gizi dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi- Square dan tabel 2x2, dalam analisis pengetahuan gizi baik dijadikan pembanding terhadap pengetahuan gizi rendah dan pengetahuan gizi sedang. Hubungan antara pengetahuan gizi dengan kanker payuda dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Hubungan antara pengetahuan gizi dengan kanker payudara Pengetahuan Gizi Rendah Baik Total Sedang Baik Total Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan kanker payudara (p>0.05). Tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya. Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu. Salah satu pertimbangan seseorang untuk mengonsumsi makanan adalah tingkat pengetahuan tentang manfaat makanan tersebut bagi kesehatan, pengetahuan tentang bahan penyusun asal makanan, dan makna simboliknya. Semakin baik pengetahuan gizinya, maka seseorang akan semakin

7 42 memperhatikan kuantitas dan kualitas pangan yang akan dikonsumsinya (Khomsan et al. 2009). Konsumsi Makanan Berlemak Konsumsi makanan berlemak dikategorikan ke dalam tinggi dan rendah. Tinggi jika contoh mengonsumsi makanan berlemak hampir setiap hari, rendah jika contoh mengonsumsi makanan berlemak >2 hari sekali. Distribusi contoh berdasarkan konsumsi makanan berlemak pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Distribusi contoh berdasarkan konsumsi makanan berlemak pada kelompok kasus dan kelompok kontrol Konsumsi Makanan Berlemak Tinggi Rendah Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa tinggi konsumsi makanan berlemak banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 91.7% dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 70.8%. Hubungan antara konsumsi makanan berlemak dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi makanan berlemak tidak berhubungan dengan kanker payudara (p>0.05). Hasil ini tidak selaras dengan beberapa data eksperimental dan data epidemiologi yang menunjukkan hubungan antara beberapa jenis kanker dan jumlah lemak dalam makanan. Diet tinggi lemak cenderung tinggi kalori dan berkontribusi terhadap obesitas, yang berhubungan dengan meningkatnya risiko beberapa kanker seperti kolon dan rektum, esopagus, kandung empedu, payudara (terutama post menopause), endometrium, pankreas, dan ginjal (Mahan & Escott-Stump 2008). Lemak menyumbang energi paling besar yaitu sebesar 9 kkal/g dibandingkan protein dan karbohidrat yaitu masing-masing sebesar 4 kkal/g. Namun, konsumsi lemak secara keseluruhan tidak dapat mempengaruhi risiko kanker payudara. Setiap jenis lemak menghasilkan efek yang berbeda (Willett 2001). Konsumsi Makanan Diawetkan dan Dibakar Konsumsi makanan diawetkan dan dibakar dikategorikan ke dalam tinggi dan rendah. Tinggi jika contoh mengonsumsi makanan diawetkan dan dibakar hampir setiap hari, rendah jika contoh mengonsumsi makanan diawetkan dan dibakar >2 hari sekali. Distribusi contoh berdasarkan konsumsi makanan

8 43 diawetkan dan dibakar pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Distribusi contoh berdasarkan konsumsi makanan diawetkan dan dibakar pada kelompok kasus dan kelompok kontrol Konsumsi Makanan Diawetkan dan Dibakar Tinggi Rendah Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa tinggi konsumsi makanan diawetkan dan dibakar banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 45.8% dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 8.3%. Hubungan antara konsumsi makanan diawetkan dan dibakar dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi makanan diawetkan dan dibakar berhubungan dengan kanker payudara (p<0.05). Berdasarkan nilai OR di atas diketahui bahwa wanita yang konsumsi makanan diawetkan dan dibakarnya tinggi berisiko kali (95% CI: ) terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang konsumsi makanan diawetkan dan dibakarnya rendah. Dalam pengolahan daging seperti sosis dan kornet digunakan nitrat dan nitrit. Awalnya nitrat dan nitrit secara luas digunakan untuk memperoleh warna merah yang seragam pada produk-produk daging yang diawetkan dan praktek ini membawa pengembangan proses curing modern. Saat ini penggunaan nitrat dan nitrit dalam makanan (terutama produk-produk daging) dibatasi karena adanya efek meracuni dari kedua senyawa tersebut. Umumnya nitrit lebih beracun dibandingkan dengan nitrat, oleh karena itu konsumsi nitrit pada manusia dibatasi sampai 0.4 mg/kg berat badan per hari. Akhir-akhir ini penggunaan nitrit sebagai bahan pengawet kembali disoroti oleh banyak ahli karena adanya buktibukti yang menunjukkan bahwa nitrosamin, suatu karsinogen, dapat terbentuk dari hasil reaksi antara nitrit dengan senyawa amin sekunder pada daging (Muchtadi 1989). Nitrosamin adalah sekelompok senyawa kimia yang ternyata bersifat karsinogen. Nitrosamin dideteksi ada dalam daging yang diawetkan dengan curing dan pengasapan. Pengasapan dapat pula menyebabkan pembentukan nitrosamin karena nitrogen oksida telah dideteksi ada dalam asap kayu dan amina ada dalam daging hewan. Nitrosamin dapat muncul dalam tubuh manusia apabila pra zatnya yaitu amina dan nitrit atau nitrat, saling bersentuhan dalam

9 44 lambung (Harris & Karmas 1989). Diet tinggi sayuran dan buah-buahan yang kaya vitamin C dan phytochemical dapat menghambat konversi nitrit menjadi nitrosamin. Penelitian telah menunjukkan risiko kanker yang mungkin meningkat yang ditimbulkan oleh pembentukan polisiklik hidrokarbon aromatik dan hetrosiklik amina selama memasak dengan metode pemanasan seperti grilling, broiling, barbecuing, dan daging yang diasapkan. Selain itu, beberapa peneliti juga telah menemukan aktivitas mutagenik dalam makanan setelah digoreng dan dipanggang dengan arang (Mahan & Escott-Stump 2008). Konsumsi Sayur Konsumsi sayur dikategorikan ke dalam <5 porsi/hari dan 5 porsi/hari. Distribusi contoh berdasarkan konsumsi sayur pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Distribusi contoh berdasarkan konsumsi sayur pada kelompok kasus dan kelompok kontrol Konsumsi Sayur <5 porsi/hari porsi/hari Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa konsumsi sayur <5 porsi/hari banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 79.2% dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 70.8%. Hubungan antara konsumsi sayur dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi sayur tidak berhubungan dengan kanker payudara (p>0.05). Hasil penelitian ini tidak seperti beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan seperti hasil penelitian Zhang et al. (2009) di salah satu rumah sakit Guangdong, Cina yang menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan buah menjadi kebalikan dari faktor risiko kanker payudara. Sayur dan buah bersifat melindungi atau mencegah perkembangan kanker termasuk kanker payudara. Hal ini berkaitan dengan substansi potensial berupa antikarsinogenik yang dikandung dalam sayur dan buah seperti karotenoid, vitamin C, vitamin E, dihtiolthiones, isoflavon, dan isotiosianat. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Perry (2009) pada wanita di Asia Timur dan wanita di negara barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asupan tinggi sayuran dan buah segar dapat mengurangi risiko kanker payudara baik pada wanita di Asia Timur maupun wanita di negara barat.

10 45 Kajian komprehensif dari studi epidemiologi telah meneliti hubungan antara konsumsi sayur dan buah terhadap timbulnya kanker, hasilnya menemukan efek perlindungan yang signifikan secara statistik dalam 128 dari 156 penelitian diet. Pada umumnya, sayuran dan buah-buahan rendah energi dan merupakan sumber yang baik untuk serat, vitamin, mineral dan zat biologis aktif. Contoh zat-zat (karsinogenik) yang ditemukan dalam sayuran dan buah adalah antioksidan seperti vitamin C dan E, selenium dan phytochemical, karotenoid, flavonoid, sterol, senyawa allium, indoles, phenols dan terpenes (Mahan & Escott-Stump 2008). Konsumsi Buah Konsumsi buah dikategorikan ke dalam <5 porsi/hari dan 5 porsi/hari. Distribusi contoh berdasarkan konsumsi buah pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Distribusi contoh berdasarkan konsumsi buah pada kelompok kasus dan kelompok kontrol Konsumsi Buah <5 porsi/hari porsi/hari Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa konsumsi buah <5 porsi/hari ditemukan baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol yaitu masingmasing sebesar 75%. Hubungan antara konsumsi buah dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi buah tidak berhubungan dengan kanker payudara (p>0.05). Seperti data yang diperoleh dari Riskesdas pada tahun 2007 bahwa prevalensi kurang konsumsi sayur dan buah pada masyarakat Indonesia sebesar 93.6% yang menyebabkan tingginya angka kejadian kanker di Indonesia (Depkes 2010). Sayur dan buah merupakan salah satu zat anti kanker. Sebagian besar zat anti kanker ini memiliki mekanisme yang saling melengkapi. Hal ini berkaitan dengan penghambatan pembentukan nitrosamin, penyediaan subsrat untuk pembentukan agen antineoplastik, mengikat cairan karsinogen dalam saluran pencernaan, perubahan metabolisme hormon, dan efek antioksidan (Mahan & Escott-Stump 2008). Riwayat Kanker Payudara pada Keluarga Riwayat kanker payudara pada keluarga dilihat dari ada atau tidak adanya riwayat kanker payudara pada keluarga. Distribusi contoh berdasarkan

11 46 riwayat kanker payudara pada keluarga pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Distribusi contoh berdasarkan riwayat kanker payudara pada keluarga pada kelompok kasus dan kelompok kontrol Riwayat Kanker Payudara pada Keluarga Ya Tidak p- value OR 95% CI Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa riwayat kanker payudara pada keluarga lebih banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 25% dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 12.5%. Hubungan antara riwayat kanker payudara pada keluarga dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa riwayat kanker payudara pada keluarga tidak berhubungan dengan kanker payudara (p>0.05). Hasil penelitian ini tidak mendukung beberapa kajian yang menyebutkan bahwa sekitar 5-10% dari kasus kanker payudara dianggap keturunan, dihasilkan langsung dari gen rusak/mutasi yang diwariskan dari orang tua. Penyebab paling umum dari kanker payudara secara genetik adalah mewarisi mutasi pada gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 (ACS 2011, van de Velve et al. 1999). Penelitian prospektif dan retrospektif epidemiologi genetik telah menunjukkan bahwa wanita dengan mutasi pada gen BRCA1 atau BRCA2 memiliki risiko tinggi kanker payudara dan ovarium (Vogel 2000). Ada tiga cara atau faktor penting dalam proses terjadinya mutasi gen yaitu faktor lingkungan yang meliputi zat gizi, agen infektor, gaya hidup; faktor kebetulan/kesempatan; dan faktor keturunan atau bawaan (McKelvey & Evans 2003). Usia Menstruasi Pertama Usia menstruasi pertama contoh dikategorikan menjadi dua, yaitu usia <12 tahun dan 12 tahun. Distribusi contoh berdasarkan usia menstruasi pertama pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Distribusi contoh berdasarkan usia menstruasi pertama pada kelompok kasus dan kelompok kontrol Usia Menstruasi Pertama <12 tahun tahun

12 47 Berdasarkan Tabel 19, diketahui bahwa contoh yang usia menstruasi pertama <12 tahun lebih banyak ditemukan pada kelompok kontrol yaitu sebesar 37.5% dibandingkan dengan kelompok kasus yaitu sebesar 20.8%. Hubungan antara usia menstruasi pertama dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa usia menstruasi pertama tidak berhubungan dengan kanker payudara (p>0.05). Hasil penelitian ini tidak menunjukkan hasil yang selaras dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Menurut Indrati (2005), van de Velve et al. (1999) menstruasi pertama dini (sebelum usia 12 tahun) terutama bila disertai dengan menopause terlambat (lebih dari 55 tahun) meningkatkan risiko terhadap kanker payudara, hal ini berhubungan dengan lamanya paparan hormon esterogen dan progesteron yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara. Sirait et al. (2009) menyatakan pertumbuhan jaringan payudara sangat sensitif terhadap esterogen, maka perempuan yang terpajan esterogen dalam jangka panjang akan memiliki risiko yang besar terhadap terjadinya kanker payudara. Berdasarkan hasil penelitian Gao et al. (2000) wanita yang usia menstruasi pertama 12 tahun berhubungan dengan risiko kanker payudara, sedangkan wanita yang usia menstruasi pertamanya 17 tahun menurunkan risiko terhadap kanker payudara sebesar 30%. Menurut Vogel (2000), wanita yang menstruasi pertama pada usia tahun memiliki risiko 10-30% lebih besar terkena kanker dibandingkan dengan perempuan yang mendapat menstruasi pertama kali pada usia 16 tahun. Usia Menopause Usia menopause contoh dikategorikan menjadi dua, yaitu usia >50 tahun dan 50 tahun. Distribusi contoh berdasarkan usia menopause pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Distribusi contoh berdasarkan usia menopause pada kelompok kasus dan kelompok kontrol Usia Menopause >50 tahun tahun Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa usia menopause >50 tahun lebih banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 25% dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 4.2%. Hubungan antara riwayat kanker

13 48 payudara pada keluarga dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi- Square dan tabel 2x2. Berdasarkan hasil analisis Chi-Square terdapat hubungan antara usia menopause dengan kanker payudara (p<0.05). Namun, berdasarkan hasil analisis tabel 2x2 diketahui bahwa nilai OR: tidak bermakna pada 95% CI: Menurut Irawati (2002) menopause bukan peristiwa yang terjadi secara mendadak, melainkan proses yang berlangsung lama bahkan pada beberapa orang dapat berlangsung selama 10 tahun. Menstruasi benar-benar tidak datang lagi pada seorang perempuan rata-rata pada usia 50 tahun (dengan rentang antara tahun). Biasanya menopause terjadi pada usia tahun (Global Alliance Indonesia et al. 2003). Usia menopause berkaitan dengan lamanya paparan hormon esterogen dan progesteron yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan payudara (Indrati 2005, van de Velve et al. 1999). Wanita yang menopause pada usia sekitar 55 tahun atau lebih memiliki risiko 50% lebih besar terkena kanker payudara, sedangkan wanita yang menopause pada usia 45 tahun atau lebih muda memiliki risiko 30% lebih besar terkena kanker payudara (Vogel 2000). Lama Menyusui Lama menyusui contoh dikategorikan menjadi dua, yaitu lama menyusui 6 bulan dan <6 bulan. Distribusi contoh berdasarkan lama menyusui pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Distribusi contoh berdasarkan lama menyusui pada kelompok kasus dan kelompok kontrol Lama Menyusui <6 bulan bulan Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa contoh yang lama menyusui <6 bulan lebih banyak ditemukan pada kelompok kontrol yaitu sebesar 58.3% dibandingkan dengan kelompok kasus yaitu sebesar 50%. Hubungan antara lama menyusui dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa lama menyusui tidak berhubungan dengan kanker payudara (p>0.05). Penelitian ini tidak memperlihatkan hasil yang serupa dengan beberapa penelitian lain, hasil penelitian Helewa et al. (2002) dalam Riordan (2005) menunjukkan efek perlindungan dari menyusui. Hal ini diduga karena mengurangi jumlah ovulasi secara proporsional dengan durasi

14 49 dan intensitas menyusui. Kadar esterogen pun lebih rendah jika dibandingkan dengan wanita yang sedang mengalami menstruasi. Selain itu, menyusui dapat mengurangi konsentrasi endogen dan eksogen karsinogen yang hadir dalam selsel epitel duktal dan lobular. Menurut Azamris (2006) ada hubungan antara lamanya menyusui dengan efek pencegahan terjadinya kanker payudara. Dengan bertambah lamanya menyusui anak maka paparan estrogen terhadap payudara berkurang dan menjadi faktor protektif terhadap risiko kanker payudara. Lama Menggunakan Alat Kontrasepsi Hormonal Sebelum dideskripsikan lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal, akan dideskripsikan terlebih dahulu alat kontrasepsi hormonal yang digunakan contoh. Alat kontrasepsi hormonal yang digunakan contoh dikategorikan menjadi empat, yaitu pil, suntik, implan, dan tidak menggunakan alat kontrasepsi hormonal. Baik kelompok kasus maupun kelompok kontrol sebagian besar tidak menggunakan alat kontrasepsi hormonal yaitu masing-masing sebanyak 21 orang (87.5%) dan 20 orang (83.3%). Pada kelompok kasus tidak ada contoh yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa implan, sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada contoh yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa pil dan implan. Distribusi contoh berdasarkan alat kontrasepsi hormonal yang digunakan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Distribusi contoh berdasarkan alat kontrasepsi hormonal yang digunakan pada kelompok kasus dan kelompok kontrol Alat Kontrasepsi yang Digunakan Pil Suntik Implan Tidak menggunakan alat kontrasepsi hormonal Lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal contoh dikategorikan menjadi dua, yaitu lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal selama >10 tahun dan 10 tahun. Dalam analisis, kelompok yang tidak menggunakan alat kontrasepsi hormonal tidak disertakan. Distribusi contoh berdasarkan lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 23.

15 50 Tabel 23 Distribusi contoh berdasarkan lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal pada kelompok kasus dan kelompok kontrol Lama Menggunakan Alat Kontrasepsi Hormonal >10 tahun tahun Total Berdasarkan di atas, diketahui bahwa lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal >10 tahun banyak ditemukan pada kelompok kontrol. Namun, tidak ada contoh yang lama menggunakan alat kontrasepsi hormonal 10 tahun sehingga data ini tidak dapat dianalisis Chi-Square dan tabel 2x2. Di Indonesia penggunaan hormon sebagai alat kontrasepsi sudah populer di masyarakat. Pemakaian kontrasepsi hormonal terbanyak adalah jenis suntikan dan pil. Kontrasepsi oral (pil) yang paling banyak digunakan adalah kombinasi estrogen dan progesteron (Sirait et al. 2009). Berdasarkan hasil penelitian Harianto et al. (2005) diketahui bahwa pengguna pil kontrasepsi kombinasi memiliki risiko kali lebih tinggi untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan bukan pengguna pil kontrasepsi kombinasi. Untuk lama penggunaan pil kontrasepsi kombinasi pada kelompok kasus banyak ditemukan pada kelompok pengguna 5-9 tahun. Lama Melakukan Aktivitas Fisik Lama melakukan aktivitas fisik dalam penelitian ini dikategorikan menjadi <30 menit/hari dan 30 menit/hari. Distribusi contoh berdasarkan lama melakukan aktivitas fisik pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Distribusi contoh berdasarkan lama melakukan aktivitas fisik pada kelompok kasus dan kelompok kontrol Lama Melakukan Aktivitas Fisik <30 menit/hari menit/hari Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa lama melakukan aktivitas fisik <30 menit/hari banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 95.8% dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 83.3%. Hubungan antara lama melakukan aktivitas fisik dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa lama melakukan aktivitas fisik tidak berhubungan dengan kanker payudara (p>0.05). Dalam mengurangi risiko kanker payudara aktivitas fisik dikaitkan dengan

16 51 kemampuannya meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, menurunkan lemak tubuh, dan mempengaruhi tingkat hormon (Vogel 2000). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Peters et al. (2009) diketahui bahwa hubungan aktivitas fisik dengan risiko kanker payudara secara sugestif dimodifikasi oleh IMT. Perokok Pasif Perokok pasif adalah contoh yang terpapar asap rokok baik dalam lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan tempat bekerja. Bukan perokok pasif adalah contoh yang tidak terpapar asap baik dalam lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan tempat bekerja. Distribusi contoh berdasarkan perokok pasif pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Distribusi contoh berdasarkan perokok pasif pada kelompok kasus dan kelompok kontrol Perokok Pasif Ya Tidak Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa status perokok pasif banyak ditemukan pada kelompok kasus yaitu sebesar 37.5% dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 29.2%. Hubungan antara perokok pasif dengan kanker payudara dianalisis menggunakan Chi-Square dan tabel 2x2, hasilnya menunjukkan bahwa perokok pasif tidak berhubungan dengan kanker payudara (p>0.05). Perokok pasif atau yang dikenal sebagai secondhand smoke dengan kanker payudara masih kontroversi pada sebagian studi, karena ada efek risiko yang berbeda antara perokok dengan orang yang hanya menghisap asap rokok (ACS 2011). Namun, The U.S. Environmental Protection Agency, The U.S. National Toxicology Program, The U.S. Surgeon General, dan The International Agency for Research on Cancer perokok pasif dapat menyebabkan kanker pada manusia terutama kanker paru-paru. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa perokok pasif diduga meningkatkan risiko kanker payudara, kanker rongga hidung, dan kanker nasofaring pada orang dewasa serta risiko leukemia, limfoma, dan tumor otak pada anak-anak (NCI 2011). Penelitian Miller et al. (2006) menunjukkan ada hubungan antara perokok pasif dengan kanker payudara terutama pada wanita pre menopause, sedangkan studi yang dilakukan pada 10 case control study dan 4 cohort study, tujuh di

17 52 antaranya signifikan secara statistik menunjukkan bahwa perokok pasif meningkatkan risiko kanker payudara pada wanita post menopause. Stadium Kanker Khusus pada kelompok kasus, dideskripsikan mengenai stadium kanker payudara ketika terdeteksi dari contoh yang ditemukan selama penelitian. Distribusi contoh berdasarkan stadium kanker pada kelompok kasus dapat dilihat pada Gambar 2. Stadium I 13% Stadium III 25% Stadium II 62.5% Gambar 2 Distribusi contoh berdasarkan stadium kanker pada kelompok kasus Berdasarkan Gambar 2, diketahui bahwa sebagian besar contoh memeriksakan dirinya pada stadium II yaitu sebesar 62.5%. Menurut American Society of Clinical Oncology Foundation dan Canadian Cancer Society (2011) stadium dalam kanker bertujuan untuk menggambarkan kondisi kanker. Kondisi ini meliputi letak kanker, sampai dimana penyebarannya, dan sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain. Stadium awal/dini biasanya merujuk pada stadium 0-2 sedangkan stadium lanjut pada stadium 2-4 (Cancer Information & Support Center/CISC 2007). Berdasarkan data dari rekam medis RSKD 2010, saat ini kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan. Di RSKD sendiri, kanker payudara menduduki peringkat pertama dari 10 kanker terbesar. Hampir 85% pasien kanker payudara datang ke rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut (RSKD 2011). Menurut Depkes (2007) kanker payudara menjadi salah satu masalah utama pada kesehatan perempuan di dunia, terutama di negara berkembang yang mempunyai sumber daya terbatas seperti di Indonesia. Alasan meningkatnya kanker payudara di negara berkembang tersebut adalah karena kurangnya program penapisan yang efektif. Menurut Depkes (2007), van de Velve et al. (1999) Program penapisan bertujuan untuk

18 53 mendeteksi keadaan sebelum terjadinya kanker maupun kanker pada stadium dini termasuk pengobatannya sebelum proses invasif yang lebih lanjut. Saat ini di Indonesia telah dilakukan upaya penanggulangan terpadu penyakit kanker payudara. Upaya ini dilakukan sejak dari puskesmas. Kunci keberhasilan pengendalian kanker payudara tersebut adalah penapisan/skrining yang diikuti dengan pengobatan yang adekuat. Menurut data yang diperoleh dari WHO pada tahun 2004, lebih dari 50% perempuan yang terdiagnosa kanker tidak pernah melakukan penapisan. Departemen Kesahatan Republik Indonesia pun telah mengeluarkan buku pedomen teknis pengendalian kanker payudara untuk puskesmas. Buku ini bertujuan untuk membantu tim manajemen provinsi, kabupaten/kota, dan puskesmas untuk merencanakan, melaksanakan, membina, memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan pencegahan dan pelayanan kanker payudara di puskesmas (Depkes 2007). Menurut Depkes (2007) selain penapisan, penemuan dini merupakan strategi lain untuk down staging. Down staging adalah stadium kanker yang masih rendah dan dapat disembuhkan. Penemuan dini dimulai dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang perubahan bentuk atau adanya kelainan pada payudara dengan memasyarakatkan kegiatan SADARI. SADARI sebaiknya dilakukan pada wanita sejak usia subur. SADARI dilakukan secara rutin setiap bulan untuk meyakinkan bahwa seorang wanita dalam keadaan sehat. Analisis Multivariat terhadap Faktor Risiko Kanker Payudara Hubungan faktor-faktor risiko dengan kanker payudara dianalisis secara bersama-sama dengan menggunakan analisis multivariat regresi logistik berganda. Seleksi variabel kandidat yang masuk analisis multivariat adalah yang memiliki nilai p<0.05. Faktor risiko yang memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam analisis multivariat dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Variabel kandidat untuk analisis regresi logistik berganda Variabel Konsumsi Makanan Diawetkan dan Dibakar Tinggi Rendah Usia Menopause >50 tahun 50 tahun p-value Setelah menganalisis kedua faktor risiko tersebut secara bersama-sama, maka ditemukan satu faktor risiko yang berhubungan (p<0.05). Hasil analisis multivariat terhadap faktor risiko kanker payudara dapat dilihat pada Tabel 27.

19 54 Tabel 27 Model akhir analisis regresi logistik berganda terhadap faktor-faktor risiko kanker payudara Faktor Risiko B Konsumsi Makanan Diawetkan dan Dibakar Constant Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa konsumsi makanan diawetkan dan dibakar bukanlah faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker payudara, OR: (95% CI: ). Hal ini dapat diartikan bahwa berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda, tidak ada faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara. Keterbatasan Penelitian Selama masa penelitian terdapat beberapa kesulitan, berikut beberapa kesulitan yang pada akhirnya menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Pada tahap pengumpulan data, banyak contoh yang menolak untuk dijadikan subjek penelitian. Keterbatasan waktu contoh dalam memberikan informasi atau jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Hal ini disebabkan oleh wawancara dilakukan disela-sela waktu contoh menunggu giliran pemeriksaan payudara. Jumlah contoh yang dijadikan subjek dalam penelitian ini tidak representatif, kurang menggambarkan kejadian yang sesungguhnya. Perbedaan yang tidak terlalu mencolok antara kedua kelompok penelitian. Rata-rata kelompok kontrol memiliki riwayat menderita kista payudara, tumor jinak payudara, pasca operasi tumor jinak payudara, atau hal lain yang umumnya terdapat keluhan pada payudara. Hal ini disebabkan jarang sekali seseorang memeriksakan dirinya ke rumah sakit jika tidak ada keluhan yang dirasakan sebelumnya dan dari semua contoh yang diteliti sedikit sekali yang menyatakan bahwa datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan kesehatan secara berkala. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa terdapat kesamaan gaya hidup dan pola konsumsi antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Namun, pada saat dilakukan penelitian contoh pada kelompok kasus tersebut telah tidak menderita penyakit-penyakit seperti yang disebutkan.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam keadaan normal, reproduksi sel adalah suatu proses yang terkontrol ketat. Rangsangan tertentu dan berbagai faktor pertumbuhan, baik fisiologis maupun patologis, dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain Hospital Based Case Control Study. Prinsip yang mendasari studi ini

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada struktur saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Menurut WHO 8-9 % wanita akan mengalami kanker payudara.

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kanker Payudara

TINJAUAN PUSTAKA Kanker Payudara TINJAUAN PUSTAKA Kanker Payudara Tumor ada yang bersifat jinak (tumor jinak) dan ada yang bersifat ganas (tumor ganas). Tumor jinak (benigna) tumbuhnya lambat dan biasanya mempunyai kapsul, tidak tumbuh

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun

Lebih terperinci

InfoDATIN SITUASI PENYAKIT KANKER. 4 Februari-Hari Kanker Sedunia PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI

InfoDATIN SITUASI PENYAKIT KANKER. 4 Februari-Hari Kanker Sedunia PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI PENYAKIT KANKER 4 Februari-Hari Kanker Sedunia SITUASI PENYAKIT KANKER Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau karsinoma merupakan istilah untuk pertumbuhan sel abnormal dengan kecepatan pertumbuhan melebihi normal dan tidak terkontrol. (World Health Organization,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA PADA PASIEN KANKER PAYUDARA WANITA DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA DEVI NUR OKTAVIANA

FAKTOR-FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA PADA PASIEN KANKER PAYUDARA WANITA DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA DEVI NUR OKTAVIANA FAKTOR-FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA PADA PASIEN KANKER PAYUDARA WANITA DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA DEVI NUR OKTAVIANA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali, yang dapat menyerang dan menyebar ke tempat yang jauh dari tubuh. Kanker dapat menjadi penyakit yang parah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kanker payudara merupakan lesi yang sering ditemukan pada wanita dan berbahaya, serta merupakan penyebab kematian kedua setelah kanker leher rahim. Kanker payudara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada struktur saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan penyebab kematian kelima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. payudara, dan kanker ovarium (Maysaroh, 2013). Salah satu kanker yang

BAB I PENDAHULUAN. payudara, dan kanker ovarium (Maysaroh, 2013). Salah satu kanker yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit yang menjadi ancaman bagi setiap orang. Di antara berbagai jenis kanker, ada beberapa yang khas menyerang pada kaum wanita diantaranya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Payudara merupakan masalah kesehatan di dunia, kejadian dan kematian akibat kanker payudara terus meningkat di semua negara, baik negara maju, berkembang, maupun

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Ken Saras Semarang)

FAKTOR-FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Ken Saras Semarang) FAKTOR-FAKTOR RISIKO KANKER PAYUDARA (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Ken Saras Semarang) Iin Yulianti 1), Henry Setyawan S 2), Dwi Sutiningsih 2) 1 Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik Fakultas

Lebih terperinci

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15 Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita 36 BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita dengan paritas nulipara dengan beberapa faktor risiko lain. Hal ini di teliti karena belum adanya penelitian

Lebih terperinci

Kanker - Makanan Utama yang melawan Kanker

Kanker - Makanan Utama yang melawan Kanker Kanker - Makanan Utama yang melawan Kanker Melawan Kanker dengan kombinasi makanan Tidak ada makanan tunggal dapat mengurangi resiko kanker, tetapi kombinasi makanan yang tepat dapat membantu membuat perbedaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu tahap perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja

BAB I PENDAHULUAN. suatu tahap perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa Remaja merupakan suatu periode rentan kehidupan manusia yang sangat kritis karena merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia, 2010). Pada

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker kolorektal adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan kanker kolorektal menyumbang 9% dari semua kejadian kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi, dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita di seluruh dunia, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker leher rahim merupakan penyakit keganasan yang terjadi pada leher rahim. Perjalanan penyakit ini didahului dengan kondisi lesi pra-kanker leher rahim yaitu adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KANKER PAYUDARA DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2014 ABSTRAK

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KANKER PAYUDARA DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2014 ABSTRAK FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KANKER PAYUDARA DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2014 Metalia Agnessia 1, Christin Angelina F 2, Dhiny Easter Yanti 2 ABSTRAK Data International Agency for Research on Cancer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit kanker merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini berkembang semakin cepat. Di dunia ini, diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular yang dikategorikan sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker masih menjadi ancaman kesehatan bagi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n =

METODE PENELITIAN. n = 24 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengumpulan variabel independen dan dependen dilakukan pada satu waktu yang tidak

Lebih terperinci

Bagi pria, kewaspadaan juga harus diterapkan karena kanker payudara bisa menyerang

Bagi pria, kewaspadaan juga harus diterapkan karena kanker payudara bisa menyerang Gejala Kanker Payudara dan Penyebabnya Pada wanita khususnya, payudara adalah salah satu organ paling pribadi. Penting artinya memeriksa kondisi payudara secara berkala. Benjolan, penebalan, dan perubahan

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit dewasa ini bergeser dari penyakit menular dan masalah gizi ke penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang terjadi akibat adanya perubahan sel tubuh menjadi sel yang abnormal dan membelah diri di luar kendali yang dikenali sebagai sel

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN Indah Nur aini *, Rizqy Amelia 1, Fadhiyah Noor Anisa 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia (Depkes RI, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tidak terkendali, dapat merusak jaringan dan melakukan metastasis. Sel kanker bersifat ganas

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR A. Ulfa Fatmasanti Akbid Batari Toja Watampone (Alamat Koresponden: andiulfafatmasanti@gmail.com/ 085399168227)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker leher rahim menduduki urutan pertama kejadian kanker ginekologis pada wanita secara keseluruhan di dunia. Di seluruh dunia kanker leher rahim menempati urutan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25 57 BAB 5 PEMBAHASAN Subjek penelitian adalah 62 pasien pasca stroke iskemik. Variabel independen adalah asupan lemak, yang terdiri dari asupan lemak total, SFA, MUFA, PUFA dan kolesterol. Variabel dependen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan tumor ganas pada sel-sel yang terdapat pada

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan tumor ganas pada sel-sel yang terdapat pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan tumor ganas pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara yang paling sering terjadi pada wanita. Umumnya kanker payudara menyerang pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terjadi pada otot polos dan jaringan ikat. Mioma dikenal juga dengan istilah leiomyoma uteri, fibromioma uteri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari

BAB I PENDAHULUAN. kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insiden karsinoma kolorektal masih cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari kematian karena kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan biologis seorang perempuan menjelang dewasa di mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan biologis seorang perempuan menjelang dewasa di mulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan biologis seorang perempuan menjelang dewasa di mulai dari periode pubertas dimana hormone seksual mulai mempengaruhi tubuh. Dan di mulainya sesaat proses

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan proliferasi maligna dari sel epitel pada duktus atau lobulus payudara (Fauci, 2008). Menurut data WHO, kanker payudara menempati posisi kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL Dewy Indah Lestary 1), Febriani Anita Ria 2) Akademi Kebidanan Wijaya Kusuma Malang Email : akbidwijayakusuma.ac.id 0341-7500328

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang

I. PENDAHULUAN. saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pemerintah disibukkan dengan penyakit kanker payudara yang saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat maka pola penyakit pun mengalami perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS OLEH : Dr. EMI RACHMAWATI. CH PUSAT KLINIK DETEKSI DINI KANKER GRAHA YAYASAN KANKER INDONESIA WILAYAH DKI JL.SUNTER PERMAI RAYA No.2 JAKARTA UTARA 14340 Pendahuluan Kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol merupakan konstituen utama membrane plasma dan lipoprotein plasma. Senyawa ini sering ditemukan sebagai ester kolesteril, dengan gugus hidroksil di posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit yang dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan jumlah penderitanya dengan cukup signifikan. Padahal kanker adalah penyakit yang

Lebih terperinci

CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA Oleh : Debby dan Arief Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang berubah, tetapi masih dalam batas

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa lima besar karsinoma di dunia adalah karsinoma paru-paru, karsinoma mamae, karsinoma usus besar dan karsinoma lambung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi 13% kematian dari 22% kematian akibat penyakit tidak menular utama di dunia (Shibuya et al., 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daur hidup manusia akan melewati fase usia lanjut (proses penuaan). Proses penuaan merupakan hal yang tidak dapat dihindari, dimana mulai terjadi perubahan fisik dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak menular. Menurut Depkes RI, 2003 (dalam Tanjung 2012) Pada akhir abad 20

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak menular. Menurut Depkes RI, 2003 (dalam Tanjung 2012) Pada akhir abad 20 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini banyak penyakit yang bermunculan dan di derita oleh manusia, seperti penyakit menular ataupun penyakit tidak menular.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi (Saydam, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi (Saydam, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh dijaringan payudara, yakni didalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak hingga jaringan ikat pada payudara. Kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan dan penyebaran sel secara tidak terkendali, sering menyerang jaringan sekitar dan dapat bermetastasis atau menyebar ke organ lain (World Health

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Antropologi secara harfiah dapat dikatakan sebagai suatu ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. Antropologi secara harfiah dapat dikatakan sebagai suatu ilmu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antropologi secara harfiah dapat dikatakan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia beserta kebudayaan. Penerapan dari ilmu antropologi mula mula adalah terhadap

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for Reasearch on Cancer (IARC)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami pertumbuhan, yang biasanya akan mencapai perkembangan maksimal ketika mencapai usia 16-18 tahun. Dalam masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker nasofaring merupakan jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium Patologi Anatomi FKUI melaporkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi atau anak yang optimal. Sejak lahir bayi hanya diberikan ASI hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia (Anonim, 2008b). Di dunia, 12%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor ganas payudara merupakan keganasan pada wanita yang menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi (Madjawati, 2008). Kanker payudara umumnya

Lebih terperinci

: lifestyle, breast cancer, Lifestyle Assessment Inventory

: lifestyle, breast cancer, Lifestyle Assessment Inventory RIWAYAT GAYA HIDUP PENDERITA KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SUMEDANG Novalina Tresia Manik 1 Ida Maryati 2 Ermiati 2 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumor ovarium merupakan bentuk neoplasma yang paling sering ditemukan pada wanita. Sekitar 80% merupakan tumor jinak dan sisanya adalah tumor ganas ovarium (Crum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara (Carcinoma mamae)adalah suatu penyakit neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit yang tidak menular dan kanker yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Papilomavirus (HPV) merupakan virus yang paling umum menginfesi saluran reproduksi. Wanita maupun pria akan terkena infeksi virus ini ketika mereka telah aktif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Meningioma merupakan tumor otak primer yang berasal jaringan. meninges dan merupakan salah satu tumor primer yang cukup sering

BAB I. PENDAHULUAN. Meningioma merupakan tumor otak primer yang berasal jaringan. meninges dan merupakan salah satu tumor primer yang cukup sering BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meningioma merupakan tumor otak primer yang berasal jaringan meninges dan merupakan salah satu tumor primer yang cukup sering terdiagnosis. Prevalensi meningioma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan serius bagi negara, disebabkan insidennya semakin meningkat. Penyakit ini termasuk salah satu jenis penyakit tidak menular

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes Introduction Gizi sec. Umum zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan memperbaiki jaringan tubuh. Gizi (nutrisi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sedang berkembang, salah satunya Indonesi (WHO, 2012).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sedang berkembang, salah satunya Indonesi (WHO, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara merupakan penyebab terbesar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab utama mortalitas yang diakibatkan oleh kanker, baik pada pria maupun wanita yang ada di dunia. Prevalensi kanker paru menempati urutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi kurang dan gizi lebih. Tahun 2013, masalah gizi ganda Indonesia pada dewasa diatas 18 tahun 13,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar telah memasuki arus modernisasi. Hal ini menyebabkan pergeseran ataupun perubahan, terutama dalam gaya

Lebih terperinci